PENYELIDIKAN RARE EARTH ELEMENT (REE) DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH SERUYAN DAN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Kaswan Budiharyanto, Rohmana, Sulaeman, Agata Vanessa Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Keterdapatan unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) pada mineralmineral seperti zirkon, monasit dan xenotim di Indonesia telah diketahui sejak lama. Keberadaan mineral mengandung unsur tanah jarang (UTJ) sebagai mineral ikutan dalam proses penambangan dan pengolahan timah dan emas. Sumber bahan baku untuk pasokan bagi produk industri ini yang menjadi target agar Indonesia turut berperan sebagai subjek di era serba teknologi canggih. Berpijak pada keinginan berperan sebagai subjek dan mengingat institusi pemerintah yang tugas dan fungsinya sebagai pusat penyedia informasi mineral bahan tambang, maka pada tahun anggaran 2015 melakukan penyelidikan Rare Earth Elements (REE) dan mineral ikutan di daerah Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Sekaligus merespon keinginan pemerintah daerah untuk mengungkapkan potensi REE di wilayah tersebut. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor dormer, meliputi dua wilayah yaitu; Kecamatan Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan (112,319751o sampai 112,379480o BT dan 2,703805o sampai 2,756002o LS) dan Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau (111,060292o sampai 111,109365 BT dan 1, 799394 sampai 1837224o LS) Provinsi Kalimantan Tengah. Luas daerah penyelidikan dari dua lokasi + 6,700 Ha, jumlah titik bor 38 titik dengan jumlah conto 147, terdiri dari : 92 conto kosentrat dulang untuk analisis mineralogi butir, 36 conto tanah untuk analisis kimia (REE dan Sn), 8 conto tanah untuk analisis Major Element (X-RF), 7 conto tanah untuk analisis X-RD, sebanyak 4 conto batuan masing-masing : 2 conto untuk analisis mineragrafi, 2 conto untuk analisis petrografi, dengan total kedalaman lubang bor 76,96 meter. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. PENDAHULUAN Latar Belakang Investasi di bidang eksplorasi mineral untuk unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) sudah lama dilakukan oleh negara-negara maju karena kegunaannya sebagai bahan baku industri berteknologi tinggi. Meskipun kebutuhan industri terhadap UTJ relative kecil dalam tonase, tetapi sangat penting untuk keragaman dan pengembangan aplikasi teknologi tinggi (Keith R., 2010). Produk dari industri berteknologi tinggi sudah dipakai oleh hampir sebagian besar orang Indonesia di perkotaan sampai pedesaan. Salah satu produk yang dipakai oleh kebanyakan orang adalah perangkat alat komunikasi seluler yang sebagian komponennya berasal dari UTJ. Daerah Seruyan dan Lamandau kaya akan potensi sumber daya bahan galian, terutama emas aluvial. Endapan aluvial emas umumnya mengandung mineral ikutan berharga seperti: ilmenit (TiO2), magnetit (Fe2TiO4), zirkon (ZrSiO4), xenotim (YPO4), monazit (Ce, La,Nd,Th) PO4, dan lainnya. Mineral-mineral tersebut di dalamnya terkandung unsur tanah jarang (REE), yang saat ini merupakan unsur yang bernilai ekonomis tinggi. Penggunaan REE dalam dunia industri telah memicu perkembangan penemuan materialmaterial baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas produk industri logam, informasi, elektronika, migas dan pengembangan energi nuklir. Maksud dan Tujuan Maksud kegiatan penyelidikan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi potensi bahan galian, bahan galian lain/mineral ikutan dan unsur tanah jarang di daerah Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah Tujuan kgiatan penyelidikan adalah untuk mengetahui dan memberikan rekomendasi potensi pemanfaatan agar memperoleh nilai tambah bahan galian, bahan galian lain/mineral ikutan dan unsur tanah jarang (UTJ) kepada Pemerintah Kabupaten Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi Kegiatan Lokasi dan kegiatan dilaksanakan di daerah Kecamatan Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan dan Kecamatan Lamandau, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah (Gambar 1) METODOLOGI Metodologi penyelidikan dapat dibagi menjadi 4 tahapan yaitu : 1. Pengumpulan Data Sekunder; berupa pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan daerah penelitian. Sumber data dari berbagai laporan hasil penyelidikan geologi, laporan dari dinas terkait di provinsi dan daerah serta berbagai web site yang terkait dengan pertambangan timah. 2. Pengumpulan Data Primer dan Pemercontoan; berupa pengeboran dengan bor Doormer pada endapan aluvial dan pemercontoan dengan cara channel sampling pada bukaan tambang. 3. Analisis Laboratorium; meliputi analisis mineralogi butir dan Inductively Coupled Plasma (ICP) di Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi-Bandung. Pengukuran geofisika radiometrii untuk analisis Uranium dan Thorium dengan menggunakan alat Gamma Surveyor II di Pusat Sumber Daya Geologi. 4. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan. GEOLOGI UMUM Geologi Regional Fisiografi Daerah Seruyan dan Lamandau secara fisiografi terletak pada daerah batas 2 zona fisiografi yaitu : Zona Cekungan Barito dan Zona Paparan Sunda. Zona Barito ditandai oleh terdapatnya batuan sedimen Tersier hingga Kuarter, sedangkan Zona Paparan Sunda dicirikan oleh jenis batuan dasar Volkanik Pra Tersier. Berdasarkan keadaan morfologinya daerah ini dapat dibedakan atas tiga satuan yaitu morfologi dataran rendah, perbukitan bergelombang dan pegunungan. Dataran rendah dapat dibedakan lagi atas 2 satuan yaitu satuan dataran rawa dan dataran bergelombang. Dataran rawa dicirikan oleh bentuk morfologi yang relatif datar dengan ketinggian 0 - 20 meter di atas permukaan laut (mdpl), ditempati oleh rawa-rawa, terdapat sungai-sungai besar seperti Sungai Jelai, Sungai Lamandau dan Sungai Kumai. Sungai-sungai ini pada umumnya mempunyai bentuk yang tidak teratur, berkelok-kelok, mempunyai danau sungai (oxbow lake), lembah sungai relatif luas, lebar sungai antara 40 - 75 meter dan arus tidak kuat. Satuan morfologi ini disusun oleh endapan Kuarter yang berupa aluvium sungai dan endapan rawa. Dataran bergelombang dicirikan oleh bentuk permukaan yang relatif miring (5° - 10°) umumnya menempati daerah diantara dua sungai besar yang membentuk pola aliran denritik, mempunyai ketinggian antara 20 - 50 mdpl. Satuan dataran bergelombang ini umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier Akhir - Kuarter Awal. Stratigrafi Satuan batuan tertua di daerah Seruyan dan Lamandau adalah Batuan Malihan Pinoh (PzTRp) yang berumur Paleozoikum-Trias terdiri dari sekis muskovit-kuarsa, batutanduk, sedikit metatuf dan kuarsit, disusul Batuan Gunungapi Formasi Kuayan (TRvr) yang berumur Trias Akhir. Formasi Kuayan ini terdiri dari breksi gunungapi tak terpisahkan, andesitik dan basalt, lava, batupasir tufan, tuf, terobosan andesit (a) dan basalt (b). Formasi Kuayan diterobos oleh Batuan Granitik Plutonik/Tonalit Sepauk (G/Kls) yang berumur Kapur Atas. Batuan Granitik Plutonik/Tonalit Sepauk ini terdiri dari batuan granitik berkomposisi diorit (D), Tonali (T), Granodiorit (Gd)Monzonit (M) dengan tekstur merata. Menyusul Granit Sukadana (Kus) berumur Kapur Atas yang terdiri dari granit biotit merah muda, granit alkali feldspar dan monzogranit. Batuan terobosan ini tertindih tak selaras oleh Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk) yang berumur Kapur Atas, tersebar mulai daerah perbatasan Seruyan dan Lamandau (Kalimantan Tengah) dengan Kalimantan Barat dan meluas pada Kalimantan Barat. Batuan ini terdiri atas lava andesit dan riolit, piroklastika terelaskan (tuf abu), lapili dan kristal, breksi gunungapi dan aglomerat. Pada Kala Oligo-Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Andesit (Tma) dan Basal (Tmb). Batuan ini sebagai Batuan Terobosan Sintang (Toms) terdiri dari andesit yang umumnya berupa stok dan basalt berupa sill/retas. Stok andesit ini berukuran beberapa ratus meter sampai beberapa kilometer, yang penyebarannya ditafsirkan dari Citra Landsat. Selanjutnya satuan batuan di atas tertindih oleh satuan batuan sedimen Formasi Dahor (Tqd) yang berumur Miosen Akhir-Pliosen. Formasi Dahor terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung bersisipan lignit. Batuan yang termuda di daerah ini adalah aluvium yang terdiri dari endapan sungai, pantai dan rawa yang berumur Kuarter. Endapan rawa terdiri dari gambut, lempung kaolinit dan lanau bersisipan pasir (Gambar 2). Struktur Geologi Daerah Seruyan dan lamandau berdasarkan geologi regionalnya masuk ke dalam Paparan Sunda dan cekungan Barito. Struktur sesar di daerah ini terutama hasil penafsiran Citra Landsat. Sesar Normal sangat besar dengan arah timur-barat, dari S. Katingan terus ke S. Kawah memanjang kira-kira 130 km, sesar-sesar normal umumnya mengarah Baratlaut- Tenggara, sedangkan di utaranya sesar normal mengarah Baratdaya-Timurlaut. Struktur perlipatan ini kurang begitu berkembang sehingga antiklin dan sinklin tidak ditemukan. Bahan Galian Potensi bahan galian yang terdapat di Seruyan dan Lamandau adalah : 1. Emas, terdapat di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara; 2. Batu kecubung, terdapat di Desa Pangkut dan Desa Gandis Kecamatan Arut Utara; 3. Kaolin di Desa Keraya dan Desa Kubu, Kecamatan Kumai. Pasir kwarsa, batu kali, tanah urug, kerikil, batu kapur, batu belah, batu pecah dan tanah pilihan. (http://www.tarukalteng.net/). PEMBAHASAN Kabupaten Seruyan Stratigrafi Berdasarkan pengamatan di lapangan Endapan Aluvium (Qa), merupakan endapan aluvial terutama terdiri dari gambut berwarna coklat kehitaman, pasir berwarna kekuningan berbutir halus-kasar, lempung berwarna kelabu kecoklatan dan lempung kaolinan berwarna putih kekuningan dan bersifat liat, menempati hampir keseluruhan dari daerah penyelidikan (Gambar 3). Hasil pemercontoan di lapangan dengan menggunakan alat bor dormer di daerah Kecamatan Danau Sembuluh (Gambar 4) endapan alluvial terdiri dari tanah pasiran, warna abu-abu kehitaman, loose, ukuran butir sedang, banyak terdapat butiran kuarsa dan masih terdapat unsur organik (0,00-1,00 m), Tanah pasiran, warna abu-abu terang, ukuran butir sedang, banyak terdapat butiran kuarsa (1,00-2,00 m), Tanah pasiran, warna abu-abu terang, ukuran butir sedang, terdapat butiran kuarsa berukuran kasar (2,00-2,25 m). Sedangkan pada conto chanel sampling di daerah Teluk Kupang (SCH.23) endapan aluvial tersusun tanah pasir, warna abu-abu terang, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (0,00-1,00 m), tanah pasir, warna abu-abu gelap, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (1,00-2,00 m), tanah pasir, warna abu-abu kekuningan, ukuran butir kasar-halus, banyak mengandung butiran kuarsa berukuran kasar (2,00-2,80 m) (Gambar 5). Peta pengambilan conto di daerh Seruyan ditunjukkan pada Gambar 6. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. Kabupaten Lamandau Stratigrafi Daerah penyelidikan didominasi oleh endapan Granit Sukadana berumur Kapur dan endapan batuan Gunungapi Kerabai berumur Kapur Atas. Endapan Granit Sukadana ini sebarannya cukup luas dan umumnya terdapat pada daerah perbukitan. Sedangkan endapan batuan Gunungapi Kerabai umumnya tardapat pada lembah-lembah (Gambar 7). Hasil pemercontoan di lapangan dengan menggunakan alat bor dormer di lokasi (L.09) daerah Tanjung Beringin, endapan granit sukadana ini tersusun dari atas ke bawah terdiri dari tanah lempung pasiran, ukuran butir halus, warna coklat terang, masih terdapat unsur organik dan fragmen batuan yang tersilifikasi serta fragmen kuarsa (0.00-1,00 m). Tanah pasiran, ukuran butir sedang, coklat terang, sebagian berwarna abu-abu, terdapat fragmen batuan berukuran kerikil dan juga terdapat kuarsa (1,00-2,00 m). Sedangkan pada lokasi conto (L.02) endapan batuan Gunungapi Kerabai tersusun dari atas ke bawah terdiri dari tanah lempungan, warna coklat kehitaman, terdapat organic (akar), sedikit gravel, mineral hematit yang telah lapuk (0,00-1,00 m). Tanah lempungan warna coklat, masih terdapat organic (akar), banyak terdapat gravel yang telah tersilisifikasi, terdapat mineral hematit (1,00-2,00 m). Tanah lempungan, warna coklat, sebagian berwarna abu-abu tua, terdapat gravel-gravel batuan. Peta lokasi conto daerah Lamandau dapat ditunjukkan pada Gambar 8. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teridentifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. Pemercontoan Pengambilan conto menggunakan alat bor doormer pada daerah penyelidikan dengan pola pemboran secara acak. Sedangkan pola pemboran secara acak yaitu penentuan titik bor disesuaikan dengan kondisi lapangan yang tidak mungkin dilakukan penentuan titik bor secara grid. Pemboran dihentikan setelah bor mencapai batuan dasar yang umumnya terdiri dari lempung abu-abu putih kehijauan dan batupasir. Conto hasil pemboran diambil pada setiap interval kedalaman 1 m kemudian diaduk sampai merata dan di kuartering (Gambar 9), kemudian dilakukan pengukuran volume dan didulang (Gambar 10 dan Gambar 11). Hasil pendulangan dikeringkan untuk memperoleh konsentrat kering selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi kode conto. Dari setiap kedalaman 1 m conto diaduk sampai merata dan di kuartering. Selain pengambilan conto pemboran juga diambil conto dari singkapan bukaan tambang dengan metoda chanel sampling. Contoconto dari singkapan bukaan tambang tersebut yaitu berupa conto lempung, batuan, pasir dan tailing (Gambar 12 dan Gambar 13). Hasil pemercontoan pemboran dan chanel sampling di lapangan untuk dilakukan analisis laboratorium adalah sebanyak 92 conto untuk analisis mineralogi butir, 36 conto untuk analisis ICP untuk Unsur Logam Tanah Jarang/REE, 8 conto untuk analisis X-RF dan 7 conto untuk analisis X-RD (Tabel 1). HASIL ANALISIS Mineralogi Butir Hasil analisis conto mineral butir dari dua daerah penyelidikan (Seruyan dan Lamandau) sebanyak 92 conto konsentrat dulang menunjukkan penyebaran mineral beragam dengan dominan mineral kuarsa, magnetit, ilmenit, oksida besi dan sebagian zirkon. Selain itu teridentifikasi pula mineral-mineral lainnya seperti ampibol, piroksen, pirit, rutil dan lain sebagainya (Gambar 6a) . Hasil analisis conto bor (Tabel 2) menunjukkan presentasi kandungan mineral magnetit, ilmenit, kuarsa, zirkon dan oksida besi teridentifikasi sangat bervariasi dan tidak merata pada setiap lubang bor. Zirkon Rutil Amfibol Kuarsa Ilmenit Gambar 6a. L01/15/1-2M/PC (Lamandau). Butiran mineral Kuarsa, tidak berwarna, transparan, Zirkon, tidak berwarna, merah muda, transparan, prismatik, Rutil, coklat, kilap lilin, Amfibol. Hitam, bentuk prismatik, Ilmenit, hitam, kilap metalik. Perbesaran 75x. Tabel 2. Hasil Analisis Mineral Butir Conto Bor Daerah Mineral Lamandau Seruyan (%) (%) Trace Magnetit 0 - 51,68 2,78 Trace Ilmenit 2 - 96,83 73,98 Kuarsa 0 - 90,90 25,71 - 100 Garnet Trace Trace Pirit Trace Trace Leukosen 0 Trace Trace Trace Zirkon 26,79 37,96 Trace Rutil Trace 1,20 Trace Piroksen Trace 17,64 Amfibol Trace Trace Oksida Trace Trace besi 33,04 1,60 Dari tabel di atas, masing-masing daerah memiliki persentase mineral yang berbeda-beda. Daerah Lamandau terdapat mineral magnetit edngan persentase palng kecil 0% dan paling besar hingga 51,68 %, ilmenit dengan persentase paling kecil 2% dan paling tinggi hingga 96,83%, kuarsa dengan persentase sampai 90,90% dan zirkon memiliki persentase hingga 26,79%. Berbeda dengan daerah Seruyan yang didominasi oleh mineral kuarsa dengan persentase hingga 100% dan zirkon hingga 37,96%. Unsur Tanah Jarang Hasil analisis Inductively Coupled Plasma (ICP) lengkap 36 conto dari pemboran dan channel sampling pada bukaan/singkapan di lapangan dari 2 (dua) daerah yakni Lamandau sebanyak 13 conto dan Seruyan sebanyak 23 conto, terkandung kisaran nilai unsur tanah jarang (UTJ). Dari hasil analisis laboratorium kimia metode ICP (Tabel 3) daerah Lamandau, pada beberapa titik bor terdapat peninggian unsur tanah jarang dibandingkan dengan kelimpahan unsur tanah jarang di kerak bumi, sebagai berikut unsur Ce kisaran antara 6,40 - 190,42 ppm sedangkan di kerak bumi rata-rata 64 ppm ppm, unsur Gd kisaran antara 0 - 21,68 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 3,8 ppm, unsur Nd kisaran antara 2,24 - 30,22 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 26 ppm, unsur Pr berkisar antara 2,20 - 47,36 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 7,1 ppm, unsur Sm berkisar antara 0 - 6,17 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi berkisar 4,5 ppm, unsur Tb berkisar antara 0 - 3,83 ppm sedangkan kelimpahan di kerak bumi 0,64 ppm. unsur tanah jarang lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi (unsur Dy, Eu, Ho,La, Lu, Sc, Tm, Y dan Yb). Untuk Unsur Sn terdapat peninggian di ke dua daerah yaitu kisaran antara 5 - 30 ppm di daerah Lamandau dan kisaran 15 - 30 ppm untuk di daerah Seruyan, sedangkan di kerak bumi umumnya rata-rata 2 ppm. Peta sebaran unsur Sn disajikan pada Gambar 14 dan Gambar 15. Tabel 3. Hasil analisis Inductively Coupled Plasma(ICP) Conto Bor Unsur Daerah Tanah Jarang Lamandau Seruyan (UTJ) 6,40 Ce 0 - 4,71 190,42 Dy 0 0 Eu 0 0 Gd 0 - 21,68 0 Ho 0 0 La 1,22 - 39,65 0 - 0,56 Lu 0 0 Nd 2,24 - 30,22 0 - 21,20 Pr 2,20 - 47,36 0 - 6,31 Sc 0 - 27,73 0 Sm 0 - 6,17 0 - 3,78 Tb 0 - 3,83 0 Tm 0 0 Y 0 - 10,96 0 Yb 0 0 Sn 5 - 30 15 - 30 KESIMPULAN Kesimpulan Kegiatan penyelidikan sumber daya REE dan mineral ikutan di Seruyan dan Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah. Di wilayah Seruyan dilakukan di daerah Kecamatan Danau Sembuluh dengan luas area + 4.200 Ha, sedangkan di wilayah Lamandau dilakukan di daerah Kecamatan Lamandau dengan luas area + 2,500 Ha. Luas daerah penyelidikan dari dua lokasi + 6,700 Ha, jumlah titik bor 38 titik dengan jumlah conto 147, terdiri dari : 92 conto kosentrat dulang untuk analisis mineralogi butir, 36 conto tanah untuk analisis kimia (REE dan Sn), 8 conto tanah untuk analisis Major Element (X-RF), 7 conto tanah untuk analisis X-RD, sebanyak 4 conto batuan masing-masing : 2 conto untuk analisis mineragrafi, 2 conto untuk analisis petrografi, dengan total kedalaman lubang bor 76,96 meter. Secara megaskopis conto konsentrat dulang pengeboran teriden- tifikasi zirkon, mineral kuarsa, kasiterit, ilmenit dan kemungkinan mineral lainnya. DAFTAR PUSTAKA B. Hermanto, S. Bachari dan S. Atmawinata., 1994, PETA Geologi Lembar Pangkalanbuun, Kalimantan, Skala 1 : 250. 000, Pusat Penelitian Geologi, Bandung. Reptak. Jantop T.N.I. A.D., 1974, Peta Ikhtisar Top. Kalimantan, Lembar Pangkalanbuun, Skala 1 : 250.000. Rohmana, Gunradi, R., 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI Daerah Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Sahrudin Sahminan, dkk., 1993, Studi Prainventarisasi Pengembangan Usaha Pertambangan Mineral Industri di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung. Keith R. Long, Bradley S. Van Gosen, Nora K. Foley and Daniel Cordier, 2010, The Principal Rare Earth Element Deposits of the United States—A Summary of Domestic Deposits and a Global Perspective, U.S. Geological Survey, Reston, Virginia. Kabupaten Seruyan Dalam Angka Tahun 2013. Kabupaten Lamandau Dalam Angka Tahun 2013. http://www.tarukalteng.net/ Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penyelidikan Sumber: PPPG (1994) Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Seruyan dan Lamandau Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penyelidikan Kecamatan Danau Sembuluh, Seruyan Gambar 4. Pengambilan Conto Bor, Menggunakan Alat Bor Dormer Gambar 5. Deskripsi dan pengambilan conto secara channel sampling Gambar 6. Peta Lokasi Bor Daerah Kec. Danau Sembuluh, Kabupaten Seruyan Gambar 7. Peta geologi daerah Penyelidikan Kecamatan Lamandau, Lamandau Gambar 8. Peta Lokasi Bor Daerah Kec. Lamandau, Kabupaten Lamandau Gambar 9. Conto Hasil Pengeboran dan Channel Sampling di Kuartering Gambar 10. Pengukuran volume dan Penyaringan Conto Bor Gambar 11. Conto Bor Didulang Untuk Mengambil Konsentratnya Gambar 12. Kegiatan Pengolahan Tailing Menggunakan Sluice Box Oleh Masyarakat Setempat di Daerah Muka, Danau Sembuluh Gambar 13. Lapisan Batuan Pada Endapan Aluvial (rawa) di Daerah Penyelidikan (Kec. Danau Sembuluh) Gambar 14. Peta Sebaran Unsur Sn di Daerah Lamandau Gambar 15. Peta Sebaran Unsur Sn di Daerah Seruyan No 1. 2. Tabel 1. Lokasi Titik Bor, Luas Area Penyelidikan dan Jumlah Conto Luas Jumlah Total Conto Lokasi Conto Conto Area Titik Kedalaman Mineral Penyelidikan (REE) (X-RF) (Ha) Bor (M) Butir Seruyan 4.200 24 44,79 56 23 4 Lamandau 2.500 14 32,17 36 13 4 Jumlah 6,700 38 76,96 92 36 8 Conto (X-RD) 5 2 7