ANALISIS PENENTUAN TARIF JASA PEMERIKSAAN LABORATORIUM MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (Studi Kasus: Pada Arafah Medical Centre Bandar Lampung) ABSTRAK Oleh DWI KURNIA PALUPI NPM: 044031147 No Telepon: 081279010722 Email: [email protected] Pembimbing 1: Drs. A. Zubaidi Indra, M.M.,C.P.A Pembimbing 2: Reni Oktavia, S.E., M.Si. Seiring dengan diberlakukannya era pasar bebas baik regional maupun internasional, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses usahanya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dampak dari kemajuan teknologi kesehatan tersebut memunculkan persaingan yang semakin tajam dalam perusahaan jasa seperti rumah sakit atau dalam lingkup kecil seperti balai pengobatan. Untuk menghindari terjadinya distorsi biaya produk dan memenangkan persaingan global, perlu sistem akuntansi biaya baru yang dapat mengatasi kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah instalasi laboratorium memiliki kriteria yang diperlukan untuk menerapkan activity based costing juga untuk memberikan gambaran dan mengenalkan konsep activity based costing dalam penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada balai pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus. Analisis data menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium Arafah Medical Centre Bandar Lampung Tahun 2009. Hasil perhitungan menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan tarif sebelumnya. Perbedaan tarif pemeriksaan tersebut terjadi karena beberapa aktivitas yang mendukung pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya. Oleh karena itu terdapat beberapa yang mengalami over cost ataupun under cost. Dan penentuan tarif pemeriksaan laboratorium dengan sistem ABC dapat dipertimbangkan untuk diterapkan karena instalasi laboratorium memenuhi syarat dalam penerapan sistem ABC. Kata kunci: Activity Based Costing, Cost Pool, Cost Driver I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin ketatnya persaingan usaha dewasa ini, memunculkan motivasi tersendiri dalam segala bidang usaha. Seiring dengan diberlakukannya era pasar bebas baik regional maupun internasional, maka sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses usahanya guna meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Dalam penentuan jasa misalnya laboratorium rumah sakit, distorsi biaya dapat saja terjadi. Pemakaian alat-alat canggih dalam instalasi laboratorium menyebabkan produk jasa pemeriksaan yang dihasilkan mengkonsumsi aktivitas-aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda karena satu alat diagnostik dapat digunakan untuk beberapa jenis produk dan jasa pemeriksaan. Distorsi produk jasa pemeriksaan laboratorium dapat terjadi dalam bentuk pembebanan biaya overhead yang terlalu tinggi untuk produk yang bervolume banyak dan pembebanan biaya overhead yang terlalu rendah untuk produk jasa yang bervolume sedikit. Dalam sistem tradisional, biaya overhead diasumsikan proporsional dengan dengan jumlah unit yang diproduksi. Namun pada kenyataannya banyak sumber daya-sumber daya atau biaya-biaya yang timbul dari aktivitas-aktivitas yang tidak berhubungan dengan volume produksi. Sehingga, sistem tradisional tidak lagi sesuai dengan kondisi perusahaan yang semakin berkembang dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi kelemahan sistem tradisional, maka digunakan metode perhitungan biaya produksi berdasarkan aktivitas atau Activity Based Costing (ABC) yang akan membantu pihak manajemen untuk mengalokasikan biaya overhead yang lebih akurat. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas diperkenalkan dan didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan biayaoverhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Penentuan Tarif Jasa Laboratorium Dengan Menggunakan Metode ActivityBased Costing (Studi Kasus: Kemungkinan Penerapannya pada Arafah Medical Centre Bandar Lampung)”. 1.2 Rumusan Masalah Dalam organisasi nirlaba seperti rumah sakit, dikenal dengan istilah break even, artinya secara umum dalam jangka panjang pendapatan harus mampu menutupi semua pengeluaran (biaya) yang digunakan rumah sakit dalam memberi pelayanan kesehatan. Tabel 1.1 Jenis-Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pada Arafah Medical Centre HEMATOLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Darah Rutin PPT APPT Fibrinogen Haemoglobin AL (∑ Leukosit) Hemogram AT (∑ Trombosit) Darah Tepi Malaria LE Sel Retikulosit HMT (Hematokrit) CT Protein Plasma Golongan Darah Rhesus KIMIA KLINIK DAN KIMIA RUTIN 1. Glukosa 2. Bilirubin Total 3. Bilirubin Direk/In 4. Protein Total 5. Albumin/Globulin 6. SGOT 7. SGPT 8. Alkali Fosphatase 9. Gamma GT 10. Ureum 11. Creatin 12. Asam Urat 13. Kolesterol Total 14. HDL-Kolesterol 15. LDL-Kolesterol 16. Trigliserida 17. LDH 18. Calcium (Ca) 19. Iron (Fe) 20. TIBC 21. PP Test 22. Reduksi 23. Urin Rutin IMUNOLOGI/ SEROLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. HBsAg Anti HBsAg Widal VDRL TPHA Anti HIV Anti HCV ASTO CRP Rheumatoid Factor Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada Arafah Medical Centre dan membandingkan dengan tarif yang dihitung dengan menggunakan Metode Activity-Based Costing. Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana menentukan tarif jasa pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan Metode Activity-Based Costing di Arafah Medical Centre? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium. Hal ini dikarenakan instalasi laboratorium merupakan bagian dari balai pengobatan yang memiliki diversitas produk yang relatif tinggi, yang menjadi syarat dari penerapan activity based costing dalam penentuan tarif jasanya. 2. Data yang digunakan adalah data realisasi biaya tahun 2009 dan laporan keuangan dan laboratorium tahun 2009, karena data tersebut dianggap bisa merepresentasikan keadaan balai pengobatan saat ini. 3. Penelitian ini mengacu pada perhitungan unit cost dengan tujuan mengevaluasi tarif jasa pemeriksaan laboratorium yang dihitung dengan menggunakan metode Activity-Based Costing. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah instalasi laboratorium memiliki kriteria yang diperlukan untuk menerapkan activity based costing. 2. Untuk memberikan gambaran dan mengenalkan konsep activity based costing dalam penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium pada balai pengobatan. 3. Untuk mengetahui besarnya tarif jasa pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan activity based costing. II. LANDASAN TEORI 2.1 Balai Pengobatan Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Men.Kes/Per/XII/86 tentang upaya Palayanan Kesehatan Swasta di bidang medik, Balai Pengobatan Arafah atau Arafah Medical Centre adalah sarana upaya kesehatan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kerja dan pelatihan. Seperti halnya rumah sakit, balai pengobatan memiliki fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pencegahan dan peningkatan kesehatan, juga sebagai tempat pendidikan atau tempat penelitian, pengembangan ilmu serta teknologi kesehatan. 2.2 Instalasi Laboratorium Instalasi laboratorium adalah salah satu pelayanan medik dalam balai pengobatan, merupakan sarana screening penyakit, diagnosa, penentuan dan pemantauan terapi, pemantauan dan pencegahan penyakit. 2.3 Konsep Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang sudah terjadi atau yang akan terjadi yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu. Dalam pembebanan biaya dikenal konsep biaya. Konsep biaya menyatakan, ”Biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.” Konsep tersebut bermakna bahwa untuk tujuan yang berbeda diperlukan cara penggolongan dan pembebanan yang berbeda. Untuk tujuan pelaporan keuangan pada pihak eksternal biasanya digunakan pembebanan biaya tradisional (traditional costing) yang umumnya berdasarkan pada pembebanan biaya penuh (full costing), untuk tujuan analisis profitabilitas jangka pendek atau taktis digunakan pembebanan biaya (variable costing) dan untuk tujuan analisis profitabilitas strategis digunakan pembebanan biaya rangkaian nilai (value chain costing). Value chain costing adalah pembebanan biaya pada rangkaian aktivitas-aktivitas pembentuk nilai bagi konsumen. Activity-Based Costing merupakan alat untuk membebankan biaya aktivitas-aktivitas pada rangkaian nilai. (Supriyono, 1999) Penggunaan activity-based costing yang pada mulanya diterapkan untuk perusahaan manufaktur dapat pula diterapkan untuk organisasi jasa. Organisasi jasa seperti juga organisasi manufaktur mempunyai serangkaian nilai yang mencakup aktivitas-aktivitas dari tahap pendesainan produksi sampai pemasaran dalam menghasilkan jasa. 2.4 Sistem Akuntansi Biaya Pada Rumah Sakit 2.4.1 Pengertian Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2005), akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya. Sedangkan menurut Bastian (2008) dalam bukunya akuntansi kesehatan, akuntansi biaya merupakan proses penentuan biaya penuh maupun biaya tambahan bagi penyediaan layanan serta barang untuk pasien dan masyarakat. 2.4.2 Penentuan Pusat Biaya Setiap tingkatan manajemen pada rumah sakit merupakan pusat biaya yang akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya. 2.4.2.1 Jenis-Jenis Pusat Biaya Menurut Bastian (2008), pusat biaya ada dua bagian yaitu: a. Pusat biaya yang berpenghasilan (revenue producing cost center), yaitu pusat biaya yang dapat diidentifikasikan langsung kepada unit-unit fungsional yang menyediakan jasa untuk pasien, sehingga dapat dibebankan kepada pasien guna mendapatkan pembayaran kembali berupa pendapatan. Contoh: Operating Room dan Recovery (patient Service Revenue), Laboratory, Radiology, farmasi dan lain-lain. b. Pusat Biaya Tidak Berpenghasilan (Non-revenue Producing Cost Center), yaitu pusat biaya yang tidak bisa diidentifikasi langsung kepada jasa yang diterima pasien, dan berfungsi untuk membantu unit fungsional yang menyediakan jasa untuk pasien. Contoh: Depreciation, maintenance, administration, housekeeping dan lain-lain. 2.4.2.2 Unsur-unsur biaya pada Pusat Biaya Rumah Sakit Dalam kegiatan operasionalnya rumah sakit menyediakan berbagai bentuk pelayan kesehatan antara lain, rawat inap, rawat jalan dan pelayanan medis lainnya. Menurut Bastian (2008), biaya yang terdapat pada rumah sakit adalah biaya bahan, biaya karyawan dan tenaga ahli, biaya adminisirasi dan biaya overhead. Pendapatan dari jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pengguna layanan tersebut. 2.4.2.3 Sistem Akuntansi Biaya Rumah Sakit Akuntansi biaya rumah sakit paling sedikit mampu menghasilkan: a. informasi tentang biaya satuan (unit cost) per unit layanan; dan b. informasi tentang analisis varian (perbedaan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya). 2.4.2.4 Konsep Biaya dan Cara Penggolongan Biaya Para akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh manfaat. Terdapat dua istilah yang sering digunakan oleh akuntan manajemen, yaitu: biaya (cost) dan beban (expense). Klasifikasi biaya sangat diperlukan untuk mengembangakan data biaya yang dapat membantu pihak manajemen dalam mencapai tujuannya. Menurut Mulyadi (2005) terdapat lima cara penggolongan biaya yaitu diantaranya sebagai berikut: 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran: Merupakan dasar penggolongan biaya yang terdiri dari: a. Biaya bahan baku b. Biaya tenaga kerja langsung c. Biaya overhead 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan: a. Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk.jadi yang siap untuk dijual. b. Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya: a. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayainya. Jika sesuatu yang dibiayainya tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. b. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayainya. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). 4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas: a. Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan b. Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. c. Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya a. Pengeluaran modal (capital expenditure). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. 2.5 Activity Based Costing 2.5.1 Pengertian Activity Based Costing Activity Based Costing merupakan sistem akuntansi biaya yang terdiri atas dua tahap yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Aktivitas biaya berbasis aktivitas mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. (Supriyono, 1999) Menurut Hansen and Mowen (2004), pengertian ABC System adalah suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk. Dalam bukunya, Hongren dan Foster mendefinisikan sistem ABC merupakan sistem yang membentuk kelompok biaya berdasarkan aktivitas tertentu, yang merupakan pemicu biaya (cost driver) untuk kelompok biaya tersebut. Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001) yang dikutip dari Sukmawati (2007), Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem yang dirancang atas dasar landasan pikiran bahwa cost object memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. 2.5.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing Menurut Hansen (2000), yang dikutip dari Royani (2009), Activity Based Costing System adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Berikut gambar konsep dasar Metode ABC: Resources Cost Driver Activities Performance Cost Object Gambar 1. Konsep Dasar Activity Based Costing 2.5.3 Struktur Sistem ABC Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha. Menurut Cookins (1996), ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu: 1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya. 2. Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. 2.5.4 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing Menurut Supriyono (2002), syarat penerapan sistem ABC dalam penentuan harga pokok antara lain: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendah Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh. 2.5.5 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC meliputi dua tahap menurut Supriyono (1999), yaitu: 1. Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut: a. Penggolongan pusat aktivitas Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas. Aktivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok aktivitas yang mempunyai hubungan fisik yang jelas dan mudah ditentukan. Aktivitas dapat digolongkan menjadi : (1) penggolongan level aktivitas, dan (2) penggolongan driver aktivitas. Sesuai dengan levelnya, aktivitas-aktivitas tersebut dapat digolongkan menjadi : a) Aktivitas-aktivitas berlevel unit Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit diproduksi. Besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Sebagai contoh tenaga kerja langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat satu unit produk yang dihasilkan. b) Aktivitas-aktivitas berlevel batch Batch-level activities adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan. c) Aktivitas berlevel produk Product-level activities atau aktivitas penopang produk (product sustaining activities) adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. d) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas Fasility-level activities meliputi aktivitas untuk menopang proses pemanufakturan secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk. Namun, banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya manajemen pabrik, pemeliharaan bangunan, keamanan, penerangan pabrik, kebersihan, serta depresiasi pabrik. b. Pengasosian biaya dengan aktivitas Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah berikutnya adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok aktivitas berdasar pelacakan langsung dan driver-driver sumber atau mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas. Sesuai dengan level aktivitas, biaya aktivitas digolongkan ke dalam empat level biaya yaitu level unit (unit level activity costing), level batch (batch related activity costing), level produk (product sustaining activity costing), dan level fasilitas (facility sustaing activity costing). c. Penentuan kelompok-kelompok biaya homogen dan mengidentifikasi cost driver Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen dan penentuan cost driver yang sesuai. Selanjutnya biaya aktivitas yang telah digolongkan ke dalam empat level aktivitas akan dikelompokkan dalam kelompok biaya homogen (cost pool homogeneous) dan akan dilakukan penentuan cost driver yang sesuai. d. Penentuan tarif per unit cost driver Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif biaya tetap merupakan hasil bagi biaya aktivitas tetap suatu cost pool dengan cost driver di cost pool tersebut, sedangkan tarif biaya variabel adalah hasil bagi biaya aktivitas variabel suatu cost pool dengan cost driver di cost pool tersebut. Tarif per unit Cost Driver = 2. Jumlah Aktifitas Cost Driver Prosedur tahap kedua Dalam tahap kedua, biaya overhead setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan biaya overhead pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOP yang dibebankan = tarif per unit CD x unit CD yang digunakan Karena tarif kelompok terdiri atas tarif tetap dan tarif variabel, maka besarnya biaya overhead yang dibebankan sebesar : (Tarif tetap x Konsumsi Cost Driver) + (Tarif variabel x Konsumsi Cost Driver) 2.5.6 Manfaat Activity Based Costing Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya. Menurut Supriyono (2002), hal ini perlu dilakukan karena akan bermanfaat sebagai berikut: 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan 2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk 3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan. 2.5.7 Keunggulan Metode Activity Based Costing Amin (2003), dikutip dari Royani (2009), mengemukakan tentang keunggulan ABC, adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. 2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan 3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien d.an lebih tinggi. 2.6 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa Pada prinsipnya menggunakan ABC pada perusahaan jasa sama halnya dengan perusahaan manufaktur. Mengidentifikasi jenis aktivitas, membebankan sumber daya ke dalam aktivitas, menentukan cost driver, menghitung tarif cost drive, membebankan biaya aktivitas ke dalam produk dan pelanggan. Menurut William Rotch (2000), yang dikutip dari Sukmawati (2007), karakteristik yang membedakan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur adalah: 1. Output dalam perusahaan jasa lebih sulit didefinisikan Output atau keluaran dalam perusahaan jasa biasanya digambarkan sebagai satu paket manfaat jasa dan manfaat tersebut tidak berwujud, seperti kecepatan pelayanan, kualitas informasi, atau kepuasan konsumen. Sedangkan dalam perusahaan manufaktur, keluaran lebih mudah diukur dalam bentuk produk berwujud yang diproduksi. 2. Aktivitas untuk memenuhi permintaan jasa tertentu sulit diprediksi. 3. Cost kapasitas gabungan memiliki proporsi yang tinggi dalam total cost dan sulit menggabungkannya dengan aktivitas yang berkaitan dengan output. 2.7 Tarif 2.7.1 Pengertian Tarif Departemen Kesehatan mengartikan tarif sebagai nilai suatu jasa pelayanan rumah sakit dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut, rumah sakit bersedia memberika n jasa kepada pasien. Menurut Gani (2000), yang dikutip dari Royani (2009), tarif atau “price” adalah harga nilai uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh atau mengkonsumsi suatu komoditi yaitu barang atau jasa. 2.7.2 Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan tarif a. Jenis Pelayanan Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam penetapan tarif adalah kebijakan yang telah ditetapkan manajemen rumah sakit tentang besaran marjin laba yang diharapkan, juga tentang besarnya subsidi untuk kelas pelayanan pasien tidak mampu. b. Tingkat Kemampuan Masyarakat. Kemampuan masyarakat juga turut menjadi pertimbangan manajemen dalam penetapan tarif. Bila besarnya pengeluaran masyarakat dalam pengeluaran non primer mengalami surplus maka kemungkinan tarif akan dapat ditingkatkan. c. Elastisitas Perubahan tarif akan menyebabkan perubahan permintaan atau perubahan jumlah output. d. Cost Recovery Rate Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukan berapa besar kemampuan menutupi biaya dengan penerimaan. Karena tarif merupakan suatu sistem atau model pembiayaan yang paling utama pada sebuah rumah sakit. Maka sebaiknya tarif yang ditetapkan tidak memiliki cost recovery yang terlalu rendah. e. Tarif Pelayanan Pesaing Yang Setara 2.8 Cost Driver Cost driver atau pemicu biaya digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output. Menurut Hongren, Datar dan Foster (2000), cost driver adalah suatu variabel seperti tingkat aktivitas atau volume, yang menjadi dasar timbulnya biaya dalam rentang waktu tertentu. Dalam menentukan cost driver yang tepat perlu adanya pertimbangan yang matang dalam menetapkan penimbul biayanya atau cost driver, diantaranya: 1. Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Menurut Cooper dan Kaplan (1991), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. 2. Pemilihan cost driver yang tepat Menurut Cooper dan Kaplan (1991), dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga factor yang harus dipertimbangkan: a. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang dimiliki korelasi tinggi akan dipilih. c. Perilaku yang disebabkan oleh cost drver terpilih (behavior effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diingikan yang akan dipilih. III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus. Analisis data menggunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian adalah petugas balai pengobatan, terdiri dari: bagian keuangan, bagian administrasi, instalasi radiologi, instalasi laboratorium, instalasi pemeriksaan umum, bagian kebersihan, pemeliharaan, dan keamanan serta direktur balai pengobatan. Dalam penelitian ini dikhususkan pada instalasi laboratorium. 3.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Arafah Medical Centre (Balai Pengobatan Arafah). Berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan No. HK.00.SJ.IV.0814 tentang Petunjuk Pelaksanaan Laboratorium Kesehatan Swasta butir III B.2 telah ditetapkan dan siap melakukan kegiatan jasa pemeriksaan laboratorium. 3.3 Data Penelitian Data yang digunakan adalah data realisasi biaya tahun 2009 dan laporan keuangan dan laboratorium tahun 2009, karena data tersebut dianggap bisa merepresentasikan keadaan balai pengobatan saat ini. 3.4 Alat Analisis Alat analisis yang digunakan untuk menghitung unit cost dalam skripi ini adalah metode Activity-Based Costing. Sistem ABC pada instalasi laboratorium dihitung dengan prosedur sebagai berikut: a. Penggolongan pusat aktivitas b. Pengasosian biaya dengan aktivitas c. Penentuan kelompok-kelompok biaya homogen dan mengidentifikasi cost driver d. Penentuan tarif per unit cost driver Tarif per unit Cost Driver = Jumlah Aktifitas Cost Driver Dalam tahap kedua, biaya overhead setiap kelompok aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Pembebanan biaya overhead pada produk dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOP yang dibebankan = tarif per unit CD x unit CD yang digunakan Karena tarif kelompok terdiri atas tarif tetap dan tarif variabel, maka besarnya biaya overhead yang dibebankan sebesar : (Tarif tetap x Konsumsi Cost Driver) + (Tarif variabel x Konsumsi Cost Driver) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Tarif Jasa Pemeriksaan Laboratorium Pada Arafah Medical Centre menggunakan Metode Activity-Based Costing Kondisi instalasi laboratorium Arafah Medical Centre memenuhi syarat untuk melakukan perhitungan tarif jasa dengan menggunakan metode Activity-Based Costing, yaitu: 1. Diversitas produk relatif tinggi Instalasi laboratorium Arafah Medical Centre melayani banyak jenis pemeriksaan yang terbagi ke dalam empat kelompok pemeriksaan yaitu pemeriksaan hematologi, kimia klinik, kimia rutin, dan imunologi/serologi. 2. Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat Sekarang ini persaingan antar laboratorium semakin ketat, baik dengan laboratorium milik swasta maupun laboratorium rumah sakit pemerintah. Hal ini menyebabkan pihak manajemen Arafah Medical Centre harus menetapkan tarif jasa dengan tepat agar dapat bertahan dan unggul dalam persaingan. 3. Biaya pengukuran relatif rendah Biaya pengukuran relatif rendah karena informasi yang dibutuhkan untuk sistem ABC telah tersedia. Dengan menggunakan metode ABC, manajemen dapat memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai unit cost sehingga dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan usulan tarif secara lebih bijaksana. Perhitungan unit cost dengan menggunakan metode ABC dapat dibagi menjadi dua tahapan. Masing-masing tahapan akan diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Pertama Dalam tahap awal metode ABC ini, yang akan dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses perhitungan unit cost, menentukan cost driver yang tepat, dan mengalokasikan biaya tidak langsung ke aktivitas berdasarkan cost driver. Tahaptahap penentuan tarif jasa pemeriksaan laboratorium menggunakan Activity-Based Costing meliputi: 1. Mengumpulkan sumber-sumber biaya untuk instalasi laboratorium Sumber-sumber instalasi laboratorium adalah elemen-elemen ekonomis yang diarahkan pada kinerja aktivitas-aktivitas pemeriksaan laboratorium. Sumber-sumber untuk instalasi laboratorium meliputi biaya-biaya sebagai berikut a. Biaya Bahan (anfragh) Biaya bahan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas pemakaian bahan-bahan farmasi (reagen) untuk melakukan pemeriksaan. Aktivitas ini meliputi biaya penggunaan reagen untuk pemeriksaan, penggunaan reagen untuk aktivitas calibrator (cfas) dan control mesin/alat pemeriksaan, serta biaya penggunaan alat-alat kesehatan seperti kapas, tabung, plester, dan lain-lain. b. Biaya Pelayanan Pasien Biaya pelayanan pasien meliputi aktivitas penerimaan pasien, pengadministrasian pasien, pengambilan sampel dan pengolahan sampel. Biaya pelayanan pasien berhubungan dengan biaya gaji pegawai/karyawan bagian laboratorium dengan pemicu biayanya adalah jumlah pemeriksaan. c. Biaya Pemeriksaan Biaya pemeriksaan adalah biaya yang berhubungan dengan jumlah aktivitas pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh jasa medis laboratorium (dokter). d. Biaya Depresiasi Peralatan Medis Dalam biaya depresiasi peralatan medis, pemicu biayanya adalah jam penggunaan peralatan medis tersebut. e. Biaya Listrik Besarnya KWH yang terpakai yang benar-benar menjadi penentu besarnya biaya listrik yang digunakan. f. Biaya Telepon Jumlah pemeriksaan laboratoriun pada Arafah Medical Centre memicu besarnya biaya telepon yang digunakan pada instalasi ini. g. Biaya Air Semakin banyaknya jumlah pemeriksaan yang dianalisis dalam instalasi laboratorium, maka semakin banyak pula pemakaian air yang digunakan. h. Biaya Sewa Gedung Pemicu biaya ini adalah luas lantai. Semakin luas lantai, maka semakin besar biaya yang dibayar untuk penyewaannya. i. Biaya Kebersihan dan Keamanan Sama halnya dengan biaya sewa gedung, pemicu biaya kebersihan dan keamanan adalah besaran dari luas lantainya. j. Biaya Administrasi Pasien Biaya administrasi pasien meliputi biaya pemakaian alat tulis kantor dan percetakan.. Jumlah pasien menentukan besarnya biaya administrasi yang harus dikeluarkan. k. Biaya Akuntansi dan Keuangan Biaya ini dipicu oleh jumlah pasien, biaya yang digunakan meliputi biaya untuk menyelenggarakan kegiatan akuntansi dan keuangan. l. Biaya Rekam Medis Biaya rekam medis merupakan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pencatatan medis sejumlah pasien. m. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Semakin banyak jumlah pemeriksaan laboratorium akan semakin sering dan semakin dibutuhkan biaya pemeliharaan dan perbaikannya. n. Biaya Manajemen dan Sekretariat Besarnya biaya manajemen dan sekretariat ini dipicu seberapa banyak pasien yang diperiksa pada instalasi laboratorium ini. 2. Menggolongkan aktivitas yang terjadi di instalasi laboratorium dan menentukan pusat aktivitasnya Beberapa aktivitas yang terdapat dalam instalasi laboratorium Arafah Medical Centre digolongkan untuk ditentukan pusat aktivitasnya. Tabel 4.1 Aktivitas dan Pusat Aktivitas di Instalasi Laboratorium Aktivitas Menerima pasien, pengadministrasian pasien dan pengambilan sampel Menggunakan peralatan medis Menggunakan bahan habis pakai untuk administrasi laboratorium Melakukan olah data dan interpretasi hasil pemeriksaan Mencatat hasil laporan Melakukan pemeliharaan dan perbaikan Menggunakan listrik Menggunakan telepon Menggunakan air Melakukan kegiatan akuntansi dan keuangan Melakukan kegiatan administasi, koordinasi praktik dan tata usaha Menggunakan bangunan laboratorium Menjaga kebersihan dan keamanan Pusat Aktivitas Pelayanan Pasien Depresiasi Peralatan Medis Administrasi Pasien Pemeriksaan Rekam Medis Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Listrik Telepon Air Akuntansi dan Keuangan Manajemen dan Sekretariat Sewa Gedung Kebersihan dan Keamanan 3. Menggolongkan pusat aktivitas Pusat-pusat aktivitas yang ada kemudian digolongkan atau dikelompokkan ke dalam level unit, batch dan fasilitas. Dalam hal ini, tidak ada penggolongan pusat aktivitas ke dalam level produk karena pada tahun 2009 tidak ada aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung produk, seperti aktivitas penelitian maupun perekayasaan produk. Tabel 4.2 Level Aktivitas dan Pusat Aktivitas di Instalasi Laboratorium Level Aktivitas Unit Pusat Aktivitas Pelayanan Pasien Depresiasi Peralatan Medis Pemeriksaan Batch Listrik Administrasi Pasien Akuntansi dan Keuangan Rekam Medis Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Telepon Air Sewa Gedung Manajemen dan Sekretariat Kebersihan dan Keamanan Fasilitas Tabel 4.3 Biaya Aktivitas Instalasi Laboratorium Level Aktivitas Unit Batch Fasilitas Pusat Aktivitas Pelayanan Pasien Depresiasi Peralatan Medis Pemeriksaan Listrik Administrasi Pasien Jumlah biaya berlevel unit Akuntansi dan Keuangan Rekam Medis Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Biaya Aktivitas (Rp) 23,400,000 96,000,000 42,120,000 6,037,704 24,827,000 192,384,704 14,528,327 14,320,000 18,600,000 Telepon Air Jumlah biaya berlevel batch Sewa Gedung 4,006,910 1,500,000 52,954,910 10,280,374 Manajemen dan Sekretariat Kebersihan dan Keamanan 25,204,851 6,000,000 Jumlah biaya berlevel fasilitas 41,485,225 286,825,166 TOTAL Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali 5. Menentukan cost driver tiap pusat aktivitas Langkah berikutnya adalah menentukan cost driver tiap pusat aktivitas. Cost driver atau pemicu biaya adalah faktor-faktor penyebab yang menjelaskan biaya overhead. Tabel 4.4 Cost Driver Pusat Aktivitas Pelayanan Pasien Depresiasi Peralatan Medis Pemeriksaan Listrik Administrasi Pasien Akuntansi dan Keuangan Rekam Medis Pemeliharaan dan Perbaikan Peralatan Telepon Air Sewa Gedung Manajemen dan Sekretariat Kebersihan dan Keamanan Kategori Biaya Langsung Langsung Langsung Langsung Langsung Tidak Langsung Tidak Langsung Langsung Langsung Langsung Tidak Langsung Tidak Langsung Tidak Langsung Cost Driver Jam Pemeriksan Jam Penggunaan Peralatan Jumlah Pemeriksaan Jumlah Kva Jumlah pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pemeriksaan Jumlah Pemeriksaan Jumlah Pemeriksaan Luas Lantai Jumlah Pasien Luas Lantai 6. Menentukan cost pool yang homogen (homogenous cost pool) Homogenous cost pool atau kelompok biaya homogen adalah sekumpulan biaya overhead yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang erat. Seperti halnya dalam instalasi laboratorium Arafah Medical Centre, ada 3 (tiga) level aktivitas yang di dalamnya terdapat dalam 13 (tiga belas) pusat aktivitas yang masing-masing memiliki cost driver. Pusatpusat aktivitas tersebut dapat ditentukan menjadi 9 (Sembilan) kelompok biaya homogen (cost pool). Cost pool dalam level aktivitas unit dikelompokan menjadi 5 (lima) kelompok biaya homogen, karena kelima pusat aktivitas dalam level unit tersebut biayanya tidak saling memiliki hubungan erat yang diterangkan dengan cost driver tunggal. Maka tetap dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kelompok biaya homogen (cost pool). Diantaranya cost pool yang pertama adalah biaya pelayanan pasien sebesar Rp23.400.000 dengan cost drivernya adalah jam pemeriksaan. Cost pool yang kedua dengan jam penggunaan peralatan yang menjadi pemicu biayanya adalah biaya depresiasi peralatan medis sebesar Rp96.000.000, dan seterusnya. Tabel 4.5 Cost Pool Level Keterangan Cost Pool Biaya pelayanan pasien Cost Pool 1 Cost Pool 2 Unit Cost Pool 3 Biaya Depresiasi Peralatan Medis Cost Pool 5 Cost Pool 6 Batch Cost Pool 7 96,000,000 96,000,000 42,120,000 Jumlah cost pool 3 42,120,000 6,037,704 Jumlah cost pool 4 Biaya administrasi pasien 6,037,704 24,827,000 Jumlah cost pool 5 24,827,000 Biaya akuntansi dan keuangan 14,528,327 Biaya rekam medis 14,320,000 Jumlah cost pool 6 Biaya pemeliharaan dan perbaikan peralatan (Rp) 23,400,000 Jumlah cost pool 2 Biaya pemeriksaan Total 23,400,000 Jumlah cost pool 1 Biaya listrik Cost Pool 4 Jumlah (Rp) 28,848,327 18,600,000 Biaya telepon 4,006,910 Biaya air 1,500,000 Jumlah cost pool 7 24,106,910 Biaya sewa gedung Cost Pool 8 Fasilitas 10,280,374 Biaya kebersihan dan keamanan 6,000,000 Jumlah cost pool 8 Cost Pool 9 16,280,374 Biaya manajemen dan secretariat 25,204,851 Jumlah cost pool 9 25,204,851 TOTAL 286,825,166 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali Tabel 4.6 Kapasitas Cost Diver Jenis cost driver Jam pemeriksaan Jam penggunaan peralatan medis Jumlah pemerik saan Jumlah pasien Jumlah beban KV A Luas lantai Jumlah 60.847 jam pemeriksaan 13.150 jam pemakaian peralatan 65.165 pemeriksaan 6.144 pasien 1.200 KV A 110 m 2 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 1) Tabel 4.7 Pemakaian Cost Diver Pusat Aktivitas Kapasitas Cost Driver Jenis Pemeriksaan Pelayanan pasien 60,847 22,310 Kimia Klinik dan Kimia Rutin 7,893 Depresiasi peralatan medis 13,150 5,216 1,465 6,469 Pemeriksaan 65,165 24,977 7,308 32,880 Listrik 1,200 346 279 575 Administrasi pasien 6,144 2,446 547 3,151 Akuntansi dan keuangan 6,144 2,446 547 3,151 Rekam medis 6,144 2,446 547 3,151 Pemeliharaan dan perbaikan peralatan Telepon 65,165 24,977 7,308 32,880 65,165 24,977 7,308 32,880 Air 65,165 24,977 7,308 32,880 110 36 54 20 6,144 2,446 547 3,151 110 36 14 60 Sewa Gedung Manajemen dan Sekretariat Kebersihan dan Keamanan Haematologi Imunologi/ Serologi 30,644 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 1) 7. Menentukan perilaku biaya aktivitas Untuk memisahkan biaya aktivitas menjadi biaya tetap dan biaya variabel menurut Supriyono (1999) ada 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan intuisi, pendekatan enjinering, dan pendekatan perilaku biaya sesungguhnya.Biaya pelayanan pasien, biaya depresiasi peralatan medis, biaya sewa gedung, biaya kebersihan dan keamanan merupakan biaya tetap karena biaya-biaya ini jumlah totalnya tetap meskipun terjadi perubahan volume aktivitas. Sedangkan biaya administrasi pasien, biaya listrik, biaya telepon, biaya air, biaya akuntansi dan keuangan, biaya rekam medis, biaya pemeliharaan dan perbaikan serta biaya manajemen dan sekretariat merupakan biaya variabel karena biaya-biaya ini berubah sesuai dengan perubahan volume aktivitas. Jumlah biaya aktivitas tetap yang berasal dari penambahan pusat aktivitas yang termasuk di dalamnya sebesar Rp135.680.374. Dan jumlah biaya aktivitas variabel yang dihasilkan sebesar Rp151.144.792. Maka biaya total yang didapat adalah sebesar Rp286.825.166. Tabel 4.8 Pemisahan Biaya Aktivitas Cost Pool Keterangan Biaya Aktivitas Tetap (Rp) 23,400,000 Biaya Aktivitas Variabel (Rp) Biaya Total (Rp) 23,400,000 Cost Pool 1 Biaya pelayanan pasien Cost Pool 2 Biaya Depresiasi Peralatan Medis Cost Pool 3 Cost Pool 4 Biaya pemeriksaan Biaya listrik 42,120,000 6,037,704 42,120,000 6,037,704 Cost Pool 5 Biaya administrasi pasien 24,827,000 24,827,000 28,848,327 28,848,327 24,106,910 24,106,910 Cost Pool 6 Cost Pool 7 Cost Pool 8 Cost Pool 9 Biaya akuntansi dan keuangan dan Biaya rekam medis Biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya telepon, dan biaya air Biaya sewa gedung dan Biaya kebersihan dan keamanan 96,000,000 16,280,374 Biaya manajemen dan sekretariat TOTAL 96,000,000 135,680,374 16,280,374 25,204,851 25,204,851 151,144,792 286,825,166 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali 8. Menentukan tarif tiap cost pool Untuk menghitung tarif cost driver setiap pusat aktivitas ditentukan dengan membagi biaya aktivitas dengan kapasitas cost driver. Untuk tarif tetap cost pool yang pertama dengan pusat aktivitas pelayanan pasien adalah sebesar Rp384 (Rp23.400.000/60.867 jam pemeriksaan). Tabel 4.9 Cost Pool Rate Cost Pool Keterangan Biaya Aktivitas Tetap (Rp) Biaya Aktivitas Variabel (Rp) Kapasitas Cost Driver Cost Pool 1 Biaya pelayanan pasien 23,400,000 60,867 Cost Pool 2 Biaya Depresiasi Peralatan Medis 96,000,000 13,150 Cost Pool 3 Cost Pool 4 Cost Pool 5 Cost Pool 6 Cost Pool 7 Cost Pool 8 Cost Pool 9 Biaya pemeriksaan Biaya listrik Biaya administrasi pasien Biaya akuntansi dan keuangan dan Biaya rekam medis Biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya telepon, dan biaya air Biaya sewa gedung dan Biaya kebersihan dan keamanan Biaya manajemen dan sekretariat jam pemeriksaan jam pemakaian peralatan Tarif Tetap Tarif Variabel (Rp) (Rp) 384 - 7,300 - pemeriksaan - 646 42,120,000 65,165 6,037,704 1,200 KWH - 5,031 24,827,000 6,144 pasien - 4,041 28,848,327 6,144 Pasien - 4,695 24,106,910 65,165 pemeriksaan - 370 148,003 - - 4,102 Biaya Aktivitas Tetap Biaya Aktivitas Variabel Total (Rp) (Rp) (Rp) 16,280,374 110 25,204,851 6,144 m2 Pasien Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali 9. Pembebanan Biaya Overhead dengan sistem ABC Biaya tetap = tarif tetap cost pool x jumlah konsumsi cost driver Biaya variabel = tarif variabel cost pool x jumlah konsumsi cost driver Tabel 4.10 Pembebanan Biaya Aktivitas Pemeriksaan Kelompok Hemotologi Cost Pool Keterangan Cost Pool 1 Biaya pelayanan pasien Cost Pool 2 Biaya Depresiasi Peralatan Medis Cost Pool 3 Cost Pool 4 Cost Pool 5 Cost Pool 6 Biaya pemeriksaan Tarif Tetap Tarif Variabel (Rp) (Rp) Kapasitas Cost Driver 384 22,310 7,300 5,216 jam pemeriksaan jam pemakaian peralatan 8,567,040 - 8,567,040 38,076,800 - 38,076,800 - 16,135,142 16,135,142 646 24,977 Biaya listrik 5,031 346 KWH - 1,740,726 1,740,726 Biaya administrasi pasien 4,041 2,446 pasien - 9,884,286 9,884,286 Biaya akuntansi dan keuangan dan Biaya 4,695 2,446 pasien - 11,483,970 11,483,970 pemeriksaan rekam medis Cost Pool 7 Cost Pool 8 Cost Pool 9 Biaya pemeliharaan dan perbaikan, biaya telepon, dan biaya air Biaya sewa gedung dan Biaya kebersihan dan keamanan Biaya manajemen dan sekretariat 370 148,003 24,977 36 4,102 2,446 - 9,241,490 9,241,490 5,328,108 - 5,328,108 - 10,033,492 10,033,492 51,971,948 58,519,106 110,491,054 pemeriksaan m2 pasien TOTAL Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali Perhitungan biaya tetap didapat dari perkalian antara tarif tetap dan jumlah konsumsi atau pemakaian cost driver. Begitupun dengan perhitungan biaya variabel. Jumlah biaya tetap dalam kelompok haemotologi adalah sebesar Rp51.971.948 dan biaya variabelnya sebesar Rp58.519.106, maka total biaya adalah sebesar Rp110.491.054. Perhitungan diatas juga diberlakukan bagi pembebanan biaya aktivitas pemeriksaan kelompok kimia klinik dan rutin juga imunologi dan serologi. 4.3 Perbandingan Tarif Yang Berlaku Dengan Tarif Hasil Perhitungan Dengan Menggunakan Metode Activity-Based Costing Tabel 4.11 Perbandingan Tarif Arafah Medical Centre dengan Tarif ABC Jenis Pemeriksaan HEMATOLOGI Darah Rutin PPT APPT Fibrinogen Haemoglobin (HB) Jumlah Lekosit (AL) Hemogram (Diff) Jumlah Trombosit (AT) Darah Tepi Malaria LE Sel Retikulosit Hematokrit (HMT) CT Protein Plasma Gol Darah Tarif AMC Tahun 2009 (Rp) 39,500 38,500 38,500 46,000 7,000 8,000 8,000 8,000 35,000 15,000 23,500 16,500 7,000 10,000 7,000 7,000 Tarif ABC (Rp) 31,373 26,010 28,199 70,898 5,570 3,040 7,062 6,093 10,502 9,618 20,534 9,546 4,822 18,393 7,753 6,189 OverCost/ Under Cost (Rp) 8,127 12,490 10,301 -24,898 1,430 4,960 938 1,907 24,498 5,382 2,966 6,954 2,178 -8,393 -753 811 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 4) Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa terdapat tarif yang over cost dan juga tarif yang under cost. Untuk pemeriksaan glukosa, menurut tarif awal ditentukan sebesar Rp. 11.000,00 sedangkan menurut tarif ABC pemeriksaan glukosa adalah sebesar Rp. 10.331 sehingga terjadi over cost sebesar Rp. 669. Ada juga beberapa tarif pemeriksaan yang terjadi under cost seperti pemeriksaan fibrinogen. Menurut tarif awal ditentukan sebesar Rp. 46.000,00 sedangkan menurut tarif ABC pemeriksaan fibrinogen sebesar Rp. 70.898,00 sehingga terjadi under cost sebesar Rp. 24.498,00. Tabel 4.12 Perbandingan Tarif Arafah Medical Centre dengan Tarif hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC Jenis Pemeriksaan KIMIA KLINIK Glukosa Bilirubin Total Bilirubin Direk/Indirek Protein Total Albumin/Globulin SGOT SGPT Alkali Fosfatase Gamma GT Ureum Kreatinin Asam Urat Kolesterol Total HDL Kolesterol LDL Kolesterol Trigliserida LDH Calcium Iron/Fe TIBC KIMIA RUTIN PP Test Urin Rutin Reduksi IMUNOLOGI/SEROLOGI HBsAg Anti HBsAg Widal ASTO Rheumatoid F (RF) CRP VDRL TPHA Anti HIV Anti HCV Tarif AMC Tahun 2009 (Rp) Tarif ABC (Rp) OverCost/ Under Cost (Rp) 11.000 16.000 19.000 14.000 14.000 15.500 15.500 16.500 38.500 18.500 14.000 16.000 20.500 30.000 53.000 27.000 35.000 25.000 34.000 37.500 10.331 9.995 10.707 6.565 9.707 11.064 11.066 11.734 17.401 12.946 9.707 10.925 12.079 25.461 46.141 15.065 12.875 14.342 22.272 16.532 669 6.005 8.293 4.435 4.293 4.436 4.434 4.766 21.099 5.554 4.293 5.075 8.421 4.539 6.859 11.935 22.125 10.658 11.728 20.968 19.500 16.000 6.000 13.958 10.506 5.087 5.542 5.494 913 73.000 88.000 31.000 35.500 33.000 33.000 23.000 33.000 90.000 210.000 78.394 98.830 30.849 20.685 16.983 17.371 14.797 91.124 108.079 162.600 (5.394) (10.830) 151 14.815 16.017 15.629 8.203 (58.124) (18.079) 47.400 Sumber: Data Intern Arafah Medical Centre yang diolah kembali (Lampiran 4) Alasan mengapa perbedaan tarif pemeriksaan tersebut terjadi adalah ada beberapa aktivitas yang mendukung pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya. Misalnya berbagai aktivitas yang terkait pasien seperti rekam medis. Alasan yang lain adalah analisis biaya yang dipergunakan sebagai dasar penetapan tarif oleh balai pengobatan kurang akurat. Oleh karena itu terdapat beberapa yang mengalami over cost ataupun under cost. Dengan adanya perbedaan antara tarif awal dengan tarif hasil perhitungan (ABC), penentuan tarif pemeriksaan instalasi laboratorium yang selama ini berlaku perlu ditinjau kemhali dan penentuan tarif pemeriksaan laboratorium dengan sistem ABC dapat dipertimbangkan untuk diterapkan karena instalasi laboratorium memenuhi syarat dalam penerapan sistem ABC. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat dua sistem pembebanan biaya yaitu sistem biaya tradisional dan sistem biaya berbasis aktivitas (activity based costing) 2. Sistem akuntansi biaya tradisional adalah sistem akuntansi biaya yang hanya membebankan biaya pada produk sebesar biaya produksinya dan hanya memusatkan ukuran-ukuran output 3. Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi biaya yang terdiri atas dua tahap, yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Akuntansi biaya berbasis aktivitas mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. 1. Sistem akuntansi biaya di Arafah Medical Centre Bandar Lampung memerlukan beberapa perbaikan. Hal ini dikarenakan pengklasifikasian biaya masih kurang tepat. Sebagai contohnya adalah jenis biaya yang dikeluarkan untuk keperluan setup mesin dimasukkan ke dalam kategori biaya anfragh (reagen) dengan asumsi bahwa sama -sama menggunakan reagen untuk aktivitas setup mesin. 2. Terdapat perbandingan tarif antara penentuan tarif yang berlaku di Arafah Me dical Centre Bandar Lampung dengan penentuan tarif berdasarkan ABC sistem. Perbedaan tersebut terjadi karena ada beberapa aktivitas yang mendukung pelayanan jasa laboratorium yang belum dibebankan sebagai aktivitas akuntansi biaya. 5.2 Saran Berdasarkan analisa data hasil penelitian dengan metode ABC sebagai alternatif penentuan tarif di Instalasi Laboratorium Arafah Medical Centre Bandar Lampung, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Manajemen Arafah Medical Centre sebaiknya mulai melakukan pengkajian kembali terhadap sistem biaya yang telah diterapkan selama ini. Pihak manajemen rumah sakit juga perlu memperhatikan aktivitas-aktivitas produksi yang sedang berlangsung dan melakukan analisis terhadapnya karena dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa aktivitas merupakan faktor potensial yang menimbulkan biaya. Dengan melakukan pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, maka rumah sakit akan dapat beroperasi dengan lebih efisien. 2. Arafah Medical Centre sebaiknya mendesain kembali sistem akuntansi keuangannya. Seperti melakukan revaluasi terhadap aktiva tetap yang biaya depresiasinya nol. tetapi aktiva tetap tersebut masih dipergunakan untuk kegiatan rumah sakit. 3. Apabila sistem ABC untuk instalasi laboratorium akan diteliti kembali, maka disa rankan untuk menganalisis adanya aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra. 2008. Akuntansi Kesehatan. Erlangga. Yakarta Carter dan Usry. 2004. Akuntansi Biaya Buku 1 Edisi 13. Salemba Empat. Yogyakarta Cookins. 1996. Sistem ABC. Pustaka Binaman Persindo. Jakarta Cooper, R dan Kaplan Robert S. 1991. The Design of Cost Management System Text, Cases & Reading. Prentice-Hall International Editions Englewood Cliffs. New Jersey Dedy. 2008. ‘Penerapan Activity Based Costing Untuk Meningkatkan Akurasi Dalam Perhitungan Harga Pokok Konstuksi di PT X’. Skripsi. Indoskripsi Hansen, Don R and Mowen, Maryanne M.. 2000. Manejemen Biaya. Edisi I. Salemba Empat. Jakarta Hongren, et al. 2000. Cost Accounting: A Manajerial Approach. Tenth edition. Prentice-Hall Publishing Company. USA Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya Edisi 6. UPP AMP YKPN. UGM. Yogyakarta Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 6. STIE YKPN. Yogyakarta Mulyadi dan Setyawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Sistem Pelipatgandaan Kinerja Perusahaan. Salemba Empat. Yogyakarta Royani, S. 2009. ‘Evaluasi Penentuan Tarif Kamar Dengan Metode Activity Based Costing System Terhadap Tarif Kamar Rawat Inap Pada RSUD Pringsewu’. Skripsi. Fakultas Ekonomi Unila Sukmawati, M. 2007. ‘Penerapan Activity-Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Laboratorium’. Skripsi. Fakultas Ekonomi UGM Supriyono.1999. Manajemen Biaya : Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. BPFE UGM. Yogyakarta -------, R.A. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Edisi 2. BPFE. Yogyakarta Tanubrata, M. 2008. ‘Pendukung Sistem Informasi Biaya Produk Dengan Activity-Based Costing Di Preusan Manufaktur’. Theses. Program Pasca Sarjana ITB Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar Lampung