kh abdul - UIN Repository

advertisement
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
EKSISTENSI SANTI ASROMO DALAM
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI MAJALENGKA
(Studi Kritis Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia)
Oleh
YAYAH KOMARIAH
Hitt'r;ma
~a;j
g.
NQ. Tnduk
::."6r:....J-ooiJ ..
·..· ·..· ·
: ..Q£f!!..:... gL..~ TCf fL3 ..
: ..:;
.
7.
klasifikasi ;
.
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH lAIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1421 H / 2001 M
ORANG YANG BELUM PERNAH
MERASAKAN KEMAJUAN,
TAK TAHU HAKEKAT KEMUNDURAN
Asromo Majalengka yang telah memberikan keterangan-keterangan yang sangat
berguna sekali sebagai bahan bagi penyusunan karya ilmiyah ini.
4. Teman-teman di PAl '96 kelas C, Racana Fatahillah-Nyimas Gandasari, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Cab. Ciputat, ASPI kamar 8-B serta Keluarga
Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) yang selama ini memberi wama dan
menjadikan penulis semakin dewasa.
5. Kakanda Drs. Ian SutYan atas pengorbanannya selama ini, serta adik tersayang
'nde Oom Komariah dan A. Fauzan Ramdani yang selalu memberi motivasi
untuk menjadi yang lebih besar.
6. Seluruh rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan informasi berbagai
pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiyah
ml.
Tenmtuk ibunda serta ayahanda dan tak lupa 'ma ulon atas pengorbanan serta
kasih sayang yang tulus dan tak terbatas, sehingga seumur hidup tak pernah akan
terlupakan, penulis haturkan sembah sujud selia do'a yang tak pemah henti.
Akhirnya, dengan segala kerendahan dan rasa syukur, penulis hanya mampu
menyerahkan semuanya kepada Allah SWT, atas amal baik semua pihak yang telah
diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT dapat memberikan imbalan yang
setimpal kepada mereka.
Jazakallall/l kltairan katsira, amin .. ...
Jakarta, Syawal 1421 H.
Penulis
v
C. Lokasi dan Geografi
.
60
D. Perkembangan Santi Asromo
.
61
.
64
.
64
BAE IV PJ;:LAKSANAAN PENDIDIKAN DI SANTI ASROMO
A. Organisasi
B. Sistem
BAE V
65
C. Kurikulum
.
66
D. Hubungan Guru dengan Murid
.
67
E. Hambatan dan Tantangan
.
69
F. Kemungkinan Jalan Keluar
.
72
PENUTUP
.
74
A. Kesimpulan
.
74
B. Saran-saran
.
75
DAFTARPUSTAKA
.
77
LAlvIPIRAN
.
79
vii
PERP'USTAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Harun Nasution, pembaharuan mengandung arti fikiran, aliran,
gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama
dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modem. I
Pemikiran pembaharuan dalam Islam terdapat pada periode modem.
Pemikiran itu timbul terutama sebagai hasil dari kontak yang terjadi antara dunia
Islam dan Barat 2 Di Indonesia sendiri, ditinjau dari sudut pandang secara umum,
gerakan pembaharuan agaknya dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran daan usaha
tokoh-tokoh pembaharu Timur Tengah pada akhir abad 19, khususnya Jamal al Din
al Afgani dan Muhammad Abduh. Sejumlah perkumpulan dan organisasi. Islam,
ketika itu mendirikan madrasah dan sekolah-sekolah agama menerapkan sistem
pengajaran klasikal, meniru sekolah sistem Barat (Belanda), sebagai reaksi terhadap
politik dan sistem pendidikan kolonial Belanda.
l Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta; PT.
Bnlan Bintang, 1996), eet. ke-II, Il. II
2
Hamn Nasntion, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta; VI Press, 1986), eet. ke-6,
h.94
1
4
Eksperimen ini dilakukan oleh pesantren Mamba'ul Ulum, Surakarta (I 906).
Kemudian menyusul Surau Iembatan Besi yang dilakukan oleh H. Abdul Malik
Karim Amrullah (1916). Dan belakangan lagi dengan pembentukan Pondok Modern
Gontor Ponorogo (1920)4
Kedua bentuk eksperimen ini
pada dasarnya terus berJanjut hingga dewasa
ini. Dengan ini kita melihat dua arus utama:
1. Sistem dalam kelembagaan pendidikan Islam yang merupakan pendidikan umum
dengan penekanan seadanya pada aspek-aspek pengajaran Islam. Termasuk dalam
kategori adalah madrasah pasea Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
1989, yang seeara eksplisit menyatakan bahwa madrasah-madrasah adalah
sekolah umum yang bereiri keagamaan.
2. Sistem dan kelembagaan pesantren yang dalam banyak hal telah dimodernisasi
dan disesuaikan dengan tuntutan pembangunan. Modernisasi pesantren yang sejak
akhir 1970-an telah banyak mengubah sistem dan kelembagaan pendidikan
pesantren. Perubahan sangat mendasar misalnya terjadi pada aspek-aspek tertentu
dalam
kelembagaan.
Dalam
hal
1111,
banyak
pesantren
tidak
hanya
mengembangkan madrasah sesuai dengan pola Departemen Agama, tetapi bahkan
mendirikan sekolah-sekolah umum dan universitas umum.
Gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Iawa Barat, yang kemudian
berkembang menjadi Persyarikatan Ulama, dimulai pada taahun 1911 atas inisiatif
4 Azyumardi Azra, Pendidikanlslam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Mileniun Baru,
(Jakarta: Logos, 1999), eet. ke-1, h. 37-38
6
mendirikan suatu
institusi pendidikan Islam, yang berbeda dengan institusi
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, maupun institusi pendidikan Islam
lainnya yang sudah ada waktu itu.
Pada Santi Asromo ini dilakukan beberapa pembaharuan, sebaagai aplikasi
dari konsep pendidikan menurut KH. Abdul Halim, yakni konsep Al Salam, Santi
Asromo dan Santri LlIclI, yang satu sarna lainnya tidak bisa dipisahkan. Hal ini
sebagai interpretasi dia terhadap AI Qur' an dan Hadis.
Upaya pembaharuan yang dilakukan KH. Abdul Halim di Sallli Asromo 1m
meliputi: Tempat, bentuk kelembagaan, tujuan pendidikan, pelaksana, kurikulum,
metode pengajaran, kegiatan pendidikan, dan status kelembagaan..
Pada perkembangan
selanjutnya, Sami Asromo mengalami kemandegan,
karena terdapat beberapa faktor sebagai konsekuensi dari perputaran zaman yang
selalu menginginkan hal-hal yang baru sesuai dengan situasi dan kondisi. Walaupun
demikian, Santi Asromo telah banyak berperan dalam pengembangan pendidikan
Islam di lvIajalengka.
lvIelihat kenyataan seperti ini, penulis merasa perlu untuk menguak kembali
sejarah yang telah menunjukan kegemilangan di dunia pendidikan, khususnya di
lvIajalengka, dengan melihat kondisi yang ada dan memprediksi yang akan datang
untuk meningkatkan mutu pendidikan, ke tiga dimensi ini tidak bisa dipisahkan.
Demi pentingnya hal tersebut, penulis tuangkan dalam karya ilmiah atau skripsi ini
dengan judul "EKSISTENSI SANTI ASROMO DALAM PENGEMBANGAN
8
I. Apa yang dimaksud dengan Santi Asromo ?
2. Apa peran dan sumbangan Santi Asromo dalam pendidikan ?
3. Bagaimana eksistensi Santi Asromo pada masa Orde Barn sampai sekarang ?
D. Metodologi Penelitian
Bahan-bahan yang dijadikan informasi dalam kajian ini dikumpulkan dari data
kepustakaan dan data lapangan. Sejumlah tulisan mengenai Santi Asromo dijadikan
sebagai sumber primer. Kemudian kajian mengenai pendidikan Islam di Indonesia di
gunakan sebagai bahan acuan untuk melengkapi dan membandingkan konsep
pendidikan Santi Asromo dengan konsep-konsep pendidikan yang timbul dari usaha
pembaharuan pendidikan Islam.
Kemudian kajian terhadap sumber kepustakaan, baik sumber primer ataupun
sumber sekunder, digunakan metode penelitian naskah.
Selain kajian pustaka, juga dilakukan kajian lapangan yakni wawancara
dengan orang-orang yang terkait dengan pembahasan skripsi ini, hal ini dilakukan
untuk
memperoleh
informasi
langsung
mengenal
Santi
Asromo
serta
perkembangannya, khususnya pada masa Orde Baru.
E. Sistematika dan Teknik Penulisan
Pembahasan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab. Namun secara keseluruhan
bab-bab itu saling berkaitan satu sarna lainnya dimana bab sebelumnya gambaran
umum yang mempunyai korelasi kepada bab-bab berikutnya. Sebagai penutup skripsi
ini di akhiri dengan kesimpulan dan saran-saran.
10
terjemahnya tidak diberikan catatan kaki melainkan mengutip dari AI Qur'an dan
terjemahnya dari Depag RI.
BABII
TEORISASI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM AKHIR ABAD :xx
Menengok jendela pembaharuan pendidikan Islam di masa laIu dengan
orientasi masa depan merupakan bagian dari upaya untuk mengaktualisasikan
kembaIi ajaran Islam yang akan dimanifestasikan melaIui sistem kegiatan manusia
beriman dalam kehidupan nyata. Proses ini penting dilakukan, karena di sana terdapat
berbagai informasi dan peIajaran berharga untuk diaktuaIisasikan kembali dalam
kerangka pembangunan kependidikan yang sistematis dan terarah. Karena sejarah
merupakan rantai dari kehidupan itu sendiri, maka apapun yang menjadi keputusan
dari suatu rencana akan menjadi hampa, bila tidak terkait dengan niIai-niIai
historisnya.
Secara makro pembaharuan pendidikan Islam mempunyai sejarah yang
panjang. Dan sepanjang itu pula ia senantiasa bersentuhan dan bergulat {lengan
berbagai realitas kehidupan yang mengitarinya. 1 Dalam hal ini penulis hanya akan
menguraikan tentaug pembaharuan di akhir abad ke 20, khususnya diawali dari
pergantian Orde Lama ke Orde Baru (1966), untuk memudahkan penulisan yang
berkenaan dengan judul yang akan dibahas penulis, walaupun di dalamnya akan
bersentuhan dengan masa sebelumnya.
I M. Irsyad Djuweli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Is/am, (Jakarta: Yayasan Karsa
Urama Mandiri dan PB MathJa'u! Anwar,)998), eel. ke-!, h. 40.
11
12
A. Pengeliian Pembaharuan Pendidikan Islam
Pada saat ini, hampir semua orang tidak membedakan antara membuat sesuatu
yang baru (tajaddud) dengan pembaharuan (tajdid), sehingga dengan begitu saja
mereka memberikan sebutan "Pembaharu" kepada setiap orang yang membuat
sesuatu yang baru, dengan anggapan bahwa barang siapa yang menciptakan bimtuk
baru lalu memperjuangkannya dengan penuh semangat dan tidak kenaI lelah, dia
adalah seorang "pembaharu". Predikat ini mereka berikan terutama kepada orangorang yang melakukan perbaikan kondisi ummat Islam dalarn bidang fisik, apabila
dalam bidang ini mereka Iihat adanya kebobrokan. Orang yang mereka sebut
"pembaharu" itu, berusaha menyelamatkan ummat dati tradisi jahiliyah, namun
ternyata ia hanya mengubahnya menjadi bentuk baru berupa sinkretisme antara Islam
dengan jahiliyah, laIn memberi corak kehidupan masyarakat dengan warna yang
betul-betul jahiliyah, sehinga dengan demikian, yang ada hanyalah nama baru belaka.
Dengan demikian, hakekatnya "pembaharu" semacam ini bukanlah pembaharu,
melainkan seorang pembuat
sesuatu yang baru.
Tujuan mereka bukanlah
memperbaharui aspek-aspek agama. Di sin! jelas terdapat satu perbedaan yang amat
tajam. Pembaharuan adalah merupakan suatu karya pembebasan dari tradisi jahiliyah
dengan mempergunakan berbagai sarana yang ada, dan bukan diartikan sebagai karya
sinkretis dalam bentuk baru yang merupakan perpaduan antara Islam dan jahiliyah.
Babkan hakikatnya pembaharuan adalah memurnikan Islam dari unsur-unsur
13
jahiIiyah, laIu sesudah itu berusaha memelihara kelangsungan ajarannya yang murni 2
Di
sini terlihat bahwa seorang pembaharu pasti berdiri amat jauh di luar garis
kepentingan jahiliyah dalam semua aspek Islam, sekalipun hanya dalam wujud yang
amat kecil.
Kata pembaharuan sering disamakan dengan modernisasi, reformasi, al Tqjdid
dan allshlah. Kata modern ditinjau dari asaI katanya berarti: 1. Of the precent or
recent time (sekarang), 2. New or lip date (baru atau yang terbaru)3 Ada yang
mendefinisikan modernisasi sebagai suatu pilihan dari diberi ke memilih 4
Rarun Nasution menyamakan arti pembaharuan dengan kata modern,
modernisasi dan modernisme. Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti
fikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat itiadat, instutusiinstitusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan oIeh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. s
Kata "modern" juga sering disamakan artinya dengan reformasi, sedangkan
arti reformation dalam Bahasa Inggris adalah radical change for the better in social,
political or religious affair (perubahan secara radikaI ke arah yang lebih baik daIam
bidang sosial, poIitik maupun masalah-masaIah keagamaan). Sedangkan Soekarno
2 Abu! A'!a a! Maududi, Langkah-Iangkah Pembaharuan Islam (TeIj.), (Bauduug:
eet. ke-2, h. 41-42
3
Pustaka),
Wasyim BilaI, Studi Purna Sarjana (SP;") ke 6 197911980, h. I
4Taufiq Zen, Islam dan Proses Modernisasi di Indonesia;
Fenomenologis, (Jakarta: PPK DiIjen PKAI Depag RI, I 985), h. 7
Sebuah
Pendekalan
5 Haruu Nasution, Pell1baharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan verakan, (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1996), eet. ke-I1, IL I1-12
20
Dalam konsiderannya disebutkan bahwa ketetapan itu disusun berdasarkan
alasan-alasan seperti berikut:
I. Bahwa agama, pendidikan dan kebudayaan adalah merupakan unsur-unsur
mutlak dalam rangka nation and character building.
2. Bahwa falsafah negara Pancasila merupakan sumber untuk mempertinggi
harkat dan martabat manusia.
.
3. Bahwa dalam rangka mempertinggi ketahanan revolusi Indonesia salah satu
faktor yang menentukan adalah moral dan mental manusia bangsa Indonesia. 15
Ketetapan itu memberi status yang lebih berarti bagi pendidikan agama.
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib yang harus diikuti oleh semua
siswa dan mahasiswa dan merupakan syarat kelulusan ujian akhir, dan tidak lagi
merupakan mata pelajaran pilihan. Lain halnya dengan Undang-undang dan ketetapan
sebelumnya, dalam ketetapan ini siswa dan mahasiswa tidak diberi hak untuk
mengajukan keberatannya dalam mengikuti pelajaran agama. Keputusan ini jelas
dimaksudkan untuk menempatkan agama sebagai sendi pendidikan dan pengajaran di
sekolah-sekolah.
Kurikulum sebelumnya adalah kurikulum 1960 yang dari sisi filosofis· didasari
oleh TAP MPRS tahun 1960, suatu produk MPRS zaman Nasakom yang menjadikan
politik sebagai panglima dan 1mrang memberikan perlindungan terhadap pembinaan
agama
l6
Sebagai contoh yang tercantum dalam TAP MPRS No. IIIMPRS/1960 Bab
II pasal 2 ayat (I): Pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari
Sekolah Dasar sampai dengan Universitas Negeri, dengan pengertian bahwa murid-
IS
H. Maksum. Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos, 1999), eel. ke 2,
16
Dasuki Abd. Ghani, Diktat Mata Kuliah Telaah Kurikulum,(Jakarta. It), h. 143
h.139.
21
murid berhak tidak ikut serta apabila wali murid atau murid dewasa menyatakan
keberatannya.
Dengan TAP MPRS No. XXVIIIMPRS/ 1960, kata-kata "dengan pengertian
bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta apabila wali murid atau murid dewasa
menyatakan keberatannya", dihapus. Untuk menghilangkan keraguan, kalau terjadi
penafsiran bahwa kedua TAP tersebut sarna-sarna berlaku, maka diterbitkan TAP
MPRS No. XXVIIIIMPRSI1968 yang berisi tentang pencabutan TAP MPRS No.
IVMPRS/1960. 17
Meskipun secara politis kurang memberikan tempat pada perkembangan
agama--dalam pengertian ideologis-- tetapi sejak awal pemerintahan Orde Barn
sangat mempertimbangkan pentingnya agama sebagai kekuatan moral dan spiritual.
Hal inilah antara lain yang melandasi kesungguhan Orde Barn untuk tidak memberi
tempat sama sekali pada gerakan komunisme. Tidak saja kelembagaannya ditumpas,
tetapi ajaran dan doktrin komunisme juga dilarang untuk diajarkan di Indonesia.
Sikap ini tidak lain mencerminkan komitmen keagamaan Orde Barn karena memang
semua agama menentang komunisme dalam segala bentuk dan manifestasinya di
Indonesia.
Memandang pentingnya agama, pemerintah
Orde Barn terns meresponi
aspirasi ummat Islam yang bernsaha menjadikan madrasah sebagai salah satu pilar
dari sistem pendidikan nasional. Meskipun belum tersedia peraturan yang pasti,
I7
Ibid.
22
madrasah dikembangkan dalam berbagai type yang tidak terbatas pada madrasah
agama. Dalam hal iill, pemerintah bersikap realistik dengan memanfaatkan lembaga
pendidikan yang sudah ada seperti madrasah melalui usaha modifikasi, khususnya
dalam hal kurikulumnya. Madrasah-pada semua tingkatannya--yang pada awalnya
didominasi oleh pelajaran-pelajaran agama, setahap demi setahap diarahkan untuk
mengajarkan mata-mata pelajaran umum. Dengan demikian lulusan madrasah secara
kualitatif dapat dianggap sarna dengan lulusan sekolah umum.
Sebagai bukti bagi pengakuan terhadap madrasah yang dikelola Kementerian
Agama, dapat dilihat dari kenyataan bahwa waktu itu madrasah yang mengikuti
ketentuan-ketentuan Kementerian Agama diberikan subsidi. Selain itu, sesuai dengan
kebutuhan pemerintah sendiri, sejumlah madrasah swasta juga ditingkatkan statusnya
menjadi madrasah negeri, meskipun masih terbatas pada Madrasah Ibtidaiyah.
Situasi dan perkembangan madrasah yang lebih baik tentu dapat diamati pada
masa pemerintahan Orde Barn menyusul program Madrasah Wajib Belajar (MWB),
yang berjalan kurang mulus, pemerintah melalui Kementerian Agama terns menata
kurikulum pendidikan madrasah sejalan dengan tuntutan pendidikan nasional.
Sebagai efek dari ketetapan MPRS No. XXVIV1966, pada tahun 1967 Menteri
Agama mengeluarkan kebijakan untuk menegerikan sejumlah madrasah dalam semua
tingkatan mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai dengan AIiyah. Melalui usaha ini
sebanyak 123 MIN sehingga menambah jumlah total MIN menjadi 358. Dalam waktu
23
yang bersamaan, juga telah berdiri sekitar 182 MTsN dan 42 Madrasah Aliyah
Agama Islam Negeri (MAAIN).lg
Selain itu, langkah yang dilakukan pemerintah adaIah menyusun kurikulum
madrasah dalam semua tingkatan secara nasional yang berlangsung pada tanggal 1020 Agustus 1970 di Cibogo, Bogor, Jawa Barat. Hal ini untuk mendekatkan hubungan
madrasah dengan sekolah. Otonomi yang diberikan kepada Kementerian Agama
untuk mengelola madrasah terns dibarengi dengan kebijakan yang mengarah pada
penyempurnaan
sistem
pendidikan
nasional.
Langkah-Iangkah
strnkturisasi
kelembagaan dan reformasi kurikulum madrasah menjadi salah satu agenda penting
pada masa-masa awal pemerintahan Orde Barn.
Kurikulum madrasah yang dirnmuskan di Cibogo diberlakukan secara
nasional berdasarkan keputusan Menteri Agama No. 52 tahun 1971. Dengan beberapa
perbaikan dan penyempurnaan, kurikulum ini kemudian dikenal dengan kurikulum
1973.
Dari
strnktur materi
yang ditawarkan
kurikulum
itu
sudah· cukup
mencerminkan perkembangan yang serius dalam rangka mengarahkan madrasah
sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Komponen-komponen kurikulum itu
meliputi tidak saja semata-mata pelajaran agama, tetapi juga mata-mata pelajaran
umum dan mata pelajaran kejurnan. 19
'" Ibid, h. 139
lY
Ibid., h. 32
24
PERPUSTAKAANUTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
Dengan kurikulum 1973, kurikulum serta struktur kelembagaan madrasah
semakin memperoleh bentuk dan statusnya yang jelas. Hal ini mengandung makna :
1. Adanya standar pendidikan bagi madrasah pada setiap jenjang, yang dapat
berlaku juga bagi madrasah-madrasah swasta.
2. Adanya acuan yang lebih detail dalam hal mata pelajaran yang dapat
dijadikan dasar-dasar kerja dan pengembangan bagi pendidikan di madrasah.
3. Mata pelajaran umum dan kejuruan di madrasah mendapatkan landasan
formal apalagi dalam jumlah yang cukup tinggi melebihi jumlah yang telah
dilakukan para pembaharu pada masa-masa sebelumnya 20
Untuk memperkuat eksistensi madrasah, pada tanggal 18 April 1972
pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Kepres No. 34 tahun 1972 tentang
"Tanggung jawab fungsional pendidikan dan latihan". lsi keputusan ini pada intinya
menyangkut tiga hal :
a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bertugas dan bertanggung jawab atas
pembinaan pendidikan Umum dan kejuruan.
b. Menteri Tenaga Kerja bertugas dan bertanggung jawab atas pembinaan latihan
keahlian dan kejuIUan tenaga kerja bukan pegawai negeri.
c. Ketua Lembaga Administrasi Negara bertugas dan bertanggung jawab atas
pembinaan pendidikan dan latihan khusus untuk pegawai negeri.
Dua tahun berikutnya, Kepres itu dipertegas dengan Instruksi Presiden No. 15
tahun 1974 yang mengatur realisasinya.
Bagi Departemen Agama yang mengelola pendidikan Islam, termasuk
madrasah, keputusan ini menimbulkan masalah. Dalam TAP MPRS No. 27 tahun
20 Ibid,
h. 144
PERPUSTAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
28
Namun kebijakan itu dirasa oleh ummat Islam tidak menguntungkan. Ummat Islam
berkeberatan jika pengelolaan pendidikan madrasah berada sepenuhnya di bawah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hal itu disadari oleh pemerintah Orde Bam.
Bagi ummat Islam, madrasah mempakan lembaga pendidikan yang berakar dari
tradisi Islam sendiri sehingga tidak mungkin ditangani secara sekuler. Tetapi,
pemerintah juga memahami bahwa ummat Islam menuntut hak dan status yang lebih
baik bagi madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional sehingga
orientasinya sarna dengan sekolah. Terlebih-lebih dalam kenyataannya madrasah
sudah melakukan modifikasi baik dalam kelembagaan maupun kurikulumnya sesuai
dengan tuntutan dan tantangan pembangunan nasional.
Untuk menanggapi aspirasi ummat Islam tersebut, pemerintah Orde Bam
melakukan pembinaan mutu pendidikan madrasah secara terns menems. Karena itu,
berkaitan
dengan Kepres No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 tahun 1974,
pemerintah mengambil kebijakan yang lebih operasional dalam kaitannya· dengan
madrasah. Pada tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri
mengenai "Peningkatan mutu pendidikan pada madrasah". Dalam SKB itu, masingmasing Kementerian Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri
Dalam Negeri memikul tanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
pendidikan madrasah.
Adanya SKB tiga menteri itu antara lain untuk mengatasi kekhawatiran
ummat Islam akan dihapuskannya sistem pendidikan madrasah sebagai konsekuensi
dari Kepres No. 34 tahun 1972 dan I!1pres No. 15 tahun 1974. Keluarnya SKB tiga
30
yang sekurang-kurangnya 30 % di samping mata pelajaran umum. Namun semangat
tetap 100 %. Pengertiannya "Mata pelajaran agama tetap 100 % diberikan di
Madrasah Aliyah sebagaimana yang telah diIaksanakan seIama ini, hanya waktu yang
disediakan untuk menyajikan mata peIajaran agama tersebut 30 % dari keseluruhan
waktu atau jam peIajaran yang ada di Madrasah Aliyah,,24 DaIam hal ini madrasah
mencakup tiga tingkatan yaitu :
1. Madrasah Ibtidaiyah, setingkat SekoIah Dasar
2. Madrasah Tsanawiyah, setingkat SekoIah Menengah Pertama
3. Madrasah AIiyah, setingkat Sekolah Menengah Atas 25
Kemudian dalam Bab II pasal 2 disebutkan bahwa :
a. Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum
yang setingkat.
b. LuIusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas.
c. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekoIah umum yang setingkat.
Untuk pengeIolaan madrasah dan pembinaan pendidikan agama dinyatakan
dalam Bab IV pasal 4, yaitu :
1. Pengelolaan madrasah dilakukan oIeh Menteri Agama
2. Pembinaan mata peIajaran agama pada madrasah diIakukan oIeh Menteri Agama
24 Yang dimaksud 100 % di situ adalah balm'll pelajarnn agama dimasukkan pelajaran umum
dan di dalam umum dimasukkan pelajarnn agama sehingga keduanya merupakan pelajarnn yang
integrntif. Lillllt : H. Maksum, op. cit., h. 152
25 SKB tiga mentri Bab I pasal I ayat 2, sebagaimana dikutip oleh
Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), eel. ke-I, h. 181
31
3. Pembinaan dan pengawasan mutu mata pelajaran umum pada madarasah
dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bersama-sama dengan
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri.
Dengan SKB tiga menteri, Departemen Agama melakukan usaha pemantapan
struktur madrasah secara lebih menyeluruh. Sejumlah keputusan dikeluarkan untuk
mengatur organisasi dan tata kerja madrasah pada semua tingkatan. Departemen
Agama juga mengeluarkan peraturan tentang persamaan ijazah madrasah swasta
dengan madrasah negeri 26 Dalam hal kurikulum dilakukan penyusunan ulang dengan
menyempumakan komposisi mata pelajaran-mata pelajaran umum. Sejalan dengan
SKB itu, kurikulum madrasah memuat mata pelajaran umum dalam jumlah yang
sarna dengan kurikulum sekolah pada tiap-tiap jenjangnya. Madrasah yang demikian
dapat dikatakan sebagai sekolah plus pendidikan agama.
Penyempumaan kurikulum madrasah merupakan langkah yang dianggap
paling essensial dalam merealisasikan SKB tiga Menteri. Persamaan status riladrasah
dengan sekolah tidak hanya tampa!< dalam struktur kelembagaan, tatapi juga dalam
struktur mata pelajaran yang mengakomodasikan secara penuh kurikulum sekolah.
Pengakuan terhadap status madrasah, yang diikuti dengan penyesuaianpenyesuaian sistem sekolah telah membuahkan tanggapan yang menggembirakan.
Diantaranya, diperolehnya Inpres untuk seribu madrasah pada tahun 1978.
26
Dengan kcpntusan Mcnteri Agama No.5 lahun 1977 langgal 26 Januari 1977
33
1. Nilai dasar yang menjadi landasan pelaksanaan pendidikan kita dalam rangka
membentuk manusia seutuhnya telah dua kali disempurnakan melalui TAP MPR
tahun 1978 dan TAP MPR tahun 1983. TAP MPR No. IIIMPRl1983 tentang
GBHN,
menyatakan
bahwa
tujuan
pendidikan
nasional
adalah
untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasari dan
keterampilan,
mempertinggi
budi
pekerti,
memperkuat
kepribadian
dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama
bertanggung
jawab
atas
"Mempertebal semangat kebangsaan"
pembangunan
dalam
hal
ini
bangsa.
Kalimat
dipandang sebagai
penyempumaan terhadap TAP MPR tahun 1978.
2. Fakta empiris berdasarkan survei di lapangan atas pelaksanaan kurikulum 1974
yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan Kurikulum dan Sarana Pendidikan,
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
ditemukan kelemahan-kelemahan, antara lain:
Adanya sejumlah unsur barn dalam GBHN yang belum ditampung dalam
kurikulum
Adanya kesenjangan program pendidikan dengan kebutuhan anak didik untuk
melanjutkan pendidikan maupun untuk terjun ke masyarakat.
Terlalu saratnya materi kurikulum beberapa bidang studi yang hams
diberikan.
34
3. Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan, di Iapangan memiliki dampak
terabaikannya proses meneapai tujuan itu.
4. Landasan
teori
yang
dijadikan
aeuan
pengembangan
kurikulum
telah
berkembang, seperti:
Taksonomi Bloom mengenai periunya mengembangkan ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik seeara terpadu.
Periunya pendekatan keterampilan proses dan CBSA (Cara Belaja Siswa
Aktif).
Dikembangkannya sistem belajar tuntas.
Dikembangkannya bimbingan karier sebagi bagian dari bimbingan dan
penyuluhan.
Dikembangkannya sistemm penilaian seeara menyeluruh, baik terhadap ranah
kognitif, apektif mallplln psikomotorik n
Sebagai esensi dari pembakuan kurikulllm sekolah dan madrasah ini' memuat
antara lain:
a. Kurikulum terdiri dari program inti dan program khusus.
b. Program inti dalam rangka memenuhi tujuan pendidikan sekolah dan madrasah
seeara kualitatif sama.
2'
190.
M. Ahmad dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV Puslaka Selia, 1998), h. 189-
36
Ada beberapa hal yang sangat mendasar dari perbaikan kurikulum tahun 1975,
yaitu pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
program pendidikan yang berdiri sendiri, dari Taman Kanak-kanak sampai sekolah
lanjutan tingkat atas.
Unsur barn lainnya adalah pentingnya mengembangkan kurikulum muatan
Iokal sebagai bagian dari kurikulum nasional. Pengembangan kurikulum muatan lokal
terntama tingkat pendidikan dasar, yang pelaksanaannnya didasarkan pada SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 04I2/U/I987. Dalam keputusan tersebut
dijelaskan pengertian muatan lokal sebagai berikut:
Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya
dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan Iingkungan budaya serta
kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu 30
Masuknya muatan lokal dalam kurikulum nasionaI tidak mengubah esenSl
tujuan pendidikan nasional. Artinya, tujuan pendidikan nasional dan· tujuan
kelembagaan pendidikan tetap menjadi kerangka acuan bagi pelaksanaan muatan
lokal. Dengan demikian tujuan muatan lokal sifatnya memperkaya, memperluas
tujuan pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum nasional. Tujuan utama
masuknya muatan Iokal dalam kurikulum nasional semata-mata untuk menyelaraskan
apa yang diberikan kepada siswa dengan kebutuhan dan kondisi yang ada
didaerahnya.
30 Nana sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Smar
Barn, 1991), eet. ke-2, h. 172.
37
Sebenarnya sejak diberlakukannya kurikulum 1984, madrasah mengalami
dilema, dimana di satu pihak materi pengetahuan umum bagi madrasah secara
kuantitas dan kualitas mengalami peningkatan, tapi di lain pihak penguasaan murid
terhadap ilmu pengetahuan agama, terutama seperti Bahasa Arab, menjadi serba
tanggung, karena kalau mengharapkan lahirnya figur-figur kiai atau ulama' dari
madrasah tersebut, tentu saja adalah hal yang terlalu riskan. Sementara itu pesantren
senqiri tampaknya hanya bergelut dengan ilmu-ilmu agama, sedikit sekali
memberikan dalam usaha pengembangan wawasan.
Menyadari akan hal itu, pemerintah berusaha mengupayakan terobosanterobosan dan usaha tersebut terealisasai dengan mendirikan Madrasah Aliyah
Program Khusus (MAPK). Pada MAPK ini dititik beratkan pada pengembangan dan
pendalaman ilmu-ilmu keagamaan dengan tidak mengenyampingkan ilmu umum
sebagai usaha pengembangan wawasan.
Pengaturan tentang penyelenggaraan
MAPK mengacu kepada keputusan
Dirjen Binbaga Islam No. 47/E/1987 tanggal23 Juli 1987 31
Akhir dekade 1980-an dunia pendidikan Islam memasuki era integrasi 32
karena lahirnya undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
31
Ibid., h. 186
32 Sebenarnya cita-eita integrasi antara sistem sekolah dan madrasah sudah dipeJjuangkan
sejak dulu, misalnya saja dipeJjuangkan di Aceh. Dalam pertemuan para ulama Aceh pada bulan
November 1967, diusulkann agar kurikulmn Sekolah Dasar dan MadraSall Ibtidaiyah diselaraskan.
Pada taboo 1968 Gubernur mengeluarkan kepulusan ooluk membenluk sebuah komis~ yang bertugas
mewujudkan usul yang dikemukakan dalam pertemuan ulama lersebut. Pada pelaksanaanya panilia
tidak mengbasilkan pedoman praktis. Liliat Karel A. Steenbrink, op. cit., h. 225
38
nasional. Berbeda dengan Undang-undang kependidikan sebelumnya, undang-undang
ini meneakup ketentuan tentang semua jalur dan jenis pendidikan. Jika pada Undangundang sebelumnya pendidikan nasional bertumpu pada sekolah, maka dalam
UUSPN ini pendidikan nasional meneakup jalur sekolah dan luar sekolah, serta
meliputi jenisienis pendidikan akademik, pendidikan profesional, pendidikan
kejuruan dan pendidikan keagamaan.
Meskipun seeara eksplisit Undang-undang No. 2 tahun 1989 tidak
menyebutkan ke arah orientasi pelaksanaan pendidikan nasional, khususnya
pendidikan agama, namun dasar pendidikan nasional adalah Pancasila dan DUD
1945 33
Implikasi dari UUSPN terhadap pendidikan Islam khususnya madrasah, dapat
kita lihat pada kurikulum dari semua jenjang madrasah. Seeara umum penjenjangan
itu pun paralel dengan perjenjangan pada pendidikan sekolah. Di bawah ketentuan
yang terintegrasi itu adalah:
a. Madrasah Ibtidaiyah pada dasarnya adalah Sekolah Dasar bereiri khas Islam
b. Madrasah Tsanawiyah pada dasarnyan adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
bereiri khas Islam, antara MI dan MTs kedua-duanya termasuk kategori
pendidikan dasar.
e. Madrasah Aliyah pada dasarnya adalah Sekolah Menengah Umum bereiri khas
Islam.
33 M. Arifin, Kapila Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta: Burni aksara, 1995), eel.
ke-3, h. 133
41
Sementara itu pada pasal 4 ayat 3 PP No. 28 tahun1990 tentang Pendidikan
Dasar menyatakan bahwa, SD dan SLTP yang bereiri khas agama Islam yang
diselenggarakan MI dan Mrs. Sedangkan mengenai Madrasah Aliyah disebutkan
sebagai sekolah menengah umum, sebagaimana dikemukakan pada Bab I pasal 1 ayat
6 bahwa: Madrasah Aliyah adalah Sekolah Menengah Umum yang bereiri khas
agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama.
Sebagai konsekuensi dari status dan keberadaan madrasah tersebut: madrasah
di satu pihak memiku1 tanggung jawab sebagai lembaga pendidikan umum yang sarna
dengan sekolah-sekolah umum, sedangkan pada sisi lain, madrasah memiliki
tanggung jawab sebagai lembaga pendidikan Islam. Kondisi yang demikian akan
lebih jelas bila dilihat bagaimana perbandingan antara mata pelajaran agama dengan
mata pelajaran umum pada kurikulum madrasah 1994.
Dengan posisi seperti ini, maka tanggung jawab madrasah akan jauh lebih
berat dan besar dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum yang sederajat.
Dalam
rangka
mewujudkan
tuntutan
Undang-undang
dan
Peraturan
Pemerintah tersebut di atas, Menteri Agama telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan
mengenai l..'Urikulum madrasah tersebut, salah satu dari ketentuan itu, Menteri Agama
telah mengeluarkan ketentuan mengenai
kurikulum yang berlaku seeara nasional,
berdasarkan Surat Keputusan No. 371 tahun 1993 tentaug kurikulum Madrasah
42
Ibtidaiyah, No. 372 tahun 1993 tentang kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan No.
373 tahunn 1993 tentang kurikulum Madrasah Aliyah. 36
Kalau kita lihat alokasi
mata pelajaran agama di madrasah adalah sangat
sedikit. Oleh karena itu jika berharap dari kurikulum muatan nasional untuk intra
kurikuler, tentu tidak akan mungkin memunculkan dri khas madrasah dengan baik
dan memiliki nilai tambah dibanding lembaga pendidikan umum yang sederajat.
TerIebih-Iebih untuk melahirkan orang-orang yang ahli dan menguasai pengetahuan
agama Islam.
Untuk menampakan ciri khas madrasah, tiap-tiap lembaga diperbolehkan
untuk mengatur sendiri kurikulumnya, yang dikenal dengan kurikulum muatan lokal,
dengan ketentuan tidak bertentangan dengan kurikulum nasional.
Kurikulum 1994 tidak selamanya mendapat tanggapan yang positif, ada
sebagian pakar pendidikan menilai bahwa kurikulum tersebut hanya diperuntukkan
untuk anak-anak yang pintar, terutama kalau kita melihat kurikulum' Sekolah
Menengah Umum, seperti diungkapkan oleh
J. Drost SJ 37 Sebenarnya dia juga
menganggap bahwa kurikulum 1994 sudah bagus dan tidak perIu dirubah karena
sesuai dengan tuntutan masuk ke universitas. Namun jumlah anak yang pintar hanya
sekitar 30 % dari seluruh anak SMU, bagi 70 % anak lainnya dalam penerapannya di
lapangan materi kurikuJum perIu dikurangi. Hal senada diungkapkan oleh Toenggoel
36
Hasbullah, op. cit., h. 190.
37
Kampas, edisi senin 27 Juli 1998.
43
Siagian,
bahwa
disederhanakan
sebaiknya
dengan
kurikulum
mengutamakan
1994
secepatnya
pel'\iaran-pelajaran
diti~au
untuk
ulang
dan
membentuk
kemampuan berfikir logis, berkomunikasi dan berpengetahuan umum.Selain itu
semangat pluralisme belum tercermin dalam kurikulum 1994, karena kenyatannya
kurikulum tersebut merupakan kuriinilum tunggal yang berlaku bagi seluruh murid
sekolah
di Indonesia, dunia pendidikan secara umum masih belum berani
memberikan tempat pada kebhinekaan, masih menekankan pada persamaan yang
sebenamya tidak mungkin dicapai dalam pendidikan 3 "
Persoaian yang sangat mempengaruhi adalah kondisi rakyat Indonesia yang
sedang dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan mengakibatkan kemampuan
mendidik jauh berkurang. Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah kurikulum 1994,
khususnya untuk tingkat SMU, tidak lagi terkejar kecuali oleh sekolah-sekolah elit.
Kebanyakan sekolah tidak melaksanakan kurikulum 1994 dengan baik, tidak
mempunyai l,'Uru maupun sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan.
Dampak dari adanya krisis ekonomi itu sangat terasa oleh semua praktisi
pendidikan, terutama yang berada di kota-kota kecil atau pedesaan.
Memasuki era baru, era kebersatuan ummat manusia (globalisasi) seperti
sekarang ini, pendidikan dihadapkan kepada ragam persoalan yang makin berat.
Sementara dihadapannya, dunia sosial (masyarakat) sedang diterpa derita, yaitu krisis
moraJitas. Melalui media massa dan elektronik kita dapat memperoleh informasi
"Kompas, cdisijum'at 7 Agustus 1998.
44
mengenai berbagai gejala dekadensi moral yang akhir-akhir ini sering teIjadi,
khususnya di kota-kota besar. Melihat gejala seperti itu pendidikan Islam semakin
dituntut untuk menjawab berbagai realitas kehidupan.
47
tertentu dilakukan pengurangan dan penciutan pengeluaran allggaran biaya, termasuk
anggaran biaya pendidikan.
Pengembangan sekolah desa yang melljadi sarana pendidikan pemerintah bagi
penduduk pribumi, juga mengalami hambatan, sekolah-sekolah ini banyak yang
ditutup, karena selaill pemerintah kekurangan biaya juga kondisi kemiskinan rakYat.
Di sisi lain, sekolah-sekolah pemerintah yang diperuntukall mendidik tenaga
kerja bagi kebutuhall pegawai negeri (pemerintah kolonial), tidak sepenuhllya
tercapai, penerimaan pegawai negeri baru di berbagai instansi pemerintah terpaksa
dibatasi, karena pertimbangan keuangan 4
Usaha pengurangan anggaran juga
dilakukan kepada sekolah-sekolah swasta.
Pemerintah
kolonial
Belanda
seakan
tidak
bisa
membedakan
antara
kepentingan politik dan kepentingall sarana pendidikan di masa resesi ekonomi.
Barangkali
m!
merupakan
salah
satu
faktor
yang
membedakan
antara
kebijaksanaanya di awal-awal abad ke 20 yang diduga sengaJa membatasi' jumlah
sarana pendidikan karena pertimbangan deskriminatif5 dan usaha memantapkan
politik kolonialnya, dengan kebijaksanaan di masa resesi ekonomi.
4. Kondisi pelldidikan Islam
Pendidikan Islam di Indoneia mulai memperIihatkan perubahan sejak adanya
gerakan pembaharuan. Sejumlah institusi pendidikan Islam yang diselenggarakan
4
PN Balai Pustaka, op. cil., h.29
'Masyarakat pribumi sengaja tidak diberi kesempatan belajar atau hanya dibatasi pada tingkat
pendidikan tertentu. Lihat: PN Balai Pustaka, op. cit., h. 30
48
oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Al Irsyad, Jami'atul Khair, Persatuan
Islam dan yang lainnya, cenderung menerapkan sistem baru dan mulai meninggalkan
sistem pendidikan tradisional (langgar dan pesantren) yang mereka nilai kuno.
Madrasah dan sekolah yang mereka dirikan kebanyakan meniru model sekolah
pcmerintah, tetapi pendidikan agama tetap menjadi bagian dari materi kurikulurimya.
Hal inilah yang membedakan madrasah dan sekolah-sekolah agama dari sekolah
pemerintah.
Namun demikian, penilaian pemerintah terhadap institusi pendidikan Islam
belum beranjak dari pengaruh sentimen politik kolonialnya. Sehingga pembaharuan
yang dilakukan oleh beberapa organisasi Islam tersebut, boleh dikatakan tidak
membawa perubahan bagi peningkatan akreditasi institusi pendidikan Islam dalam
pandangan politik pendidikan kolonial Belanda. Hal ini terbukti dari adanya sejumlah
kebijaksanaan politik dan peraturan-peraturan yang dikenakan pemerintah pada
kegiatan penyelenggaraan pendidikan Islam 6
Ke empat faktor di atas, belum dapat dipastikan sebagai latar belakang
didirikannya Santi Asromo, tetapi untuk melepaskan sarna sekali faktor-faktor
tersebut sebagai bagian dari latar belakang sejarah, dari berdirinya institusi ini,
tentunya agak sulit untuk menentukan secara pasti, faktor mana yang paling dominan
"Pemerinlah mengeluarkan sejumlah onlonansi untuk mengawasi pendidikan Islam. Lilla!:
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: PT. Pustaka LP3S, 1996), eet.
ke-8 , h.195-199
50
2. Tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah ataupun madrasah sudah tidak
sejaian dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Menurut penilaiannya,
pendidikan yang diperlukan masyarakat adalah pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk anak menjadi orang yang berakhlak mulia, berilmu dan
'I 8
terampl.
Dengan menjadikan latar belakang turunnya wahyu dan tugas-tugas keRasulan Nabi Muhammad SAW sebagai pembina akhlak yang mulia, serta pengertian
yang terkandung dalam Islam sebagai bahan acuan, ia memilih daerah Pasir Ayu
sebagai tempat yang cocok untuk menyelenggarakan pendidikan seperti yang
diinginkannya. Pasir Ayu, Majalengka, yang berlokasi di daerah perbukitan yang jauh
dari keramaian kota, diasosiasikan dengan latar belakang Gua Hira sebagai tempat
wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di tempat yang sunyi
seperti itu, pendidikan akhlak akan lebih berpengaruh dan meresap ke dalam sanubari
anak. Pendidikan akhlak merupakan unsur pendidikan yang penting, karena sejalan
dengan tugas kenabian, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dengan
demikian pendidikan akhlak erat kaitannya dengan inti ajaran Islam, yaitu TauhId.
Di sisi lain, ia menilai bahwa unsur adat istiadat yang berkembang di
masyarakat perlu dipelihara, dimodifikasi dan dilestarikan karena ada kaitannya
dengan latar belakang sosial budaya setempat.
Unsur budaya nenek moyang yang sudah berkembang di masyarakat sebagai
adat istiadat, mengandung unsur yang dapat dipertahankan dan perlu dilestarikan
apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Selain itu lingkungan
"H. Cholid Fadlullah, Tiga Konsep Penyelenggaraan Pendidikan, HU Angkatan Bersenjata,
.
edisijul1l'at. 20 Mei 1994, h. 4
50
2. Tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah ataupun madrasah sudah tidak
sejaJan dengan kebutuhan masyarakat pada waktu itu. Menurut penilaiannya,
pendidikan yang diperlukan masyarakat adalah pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk anak menjadi orang yang berakhlak mulia, berilmu dan
terampil.~
Dengan menjadikan latar belakang turunnya wahyu dan tugas-tugas keRasulan Nabi Muhammad SAW sebagai pembina akhlak yang mulia, serta pengertian
yang terkandung dalam Islam sebagai bahan acuan, ia memilih daerah Pasir Ayu
sebagai tempat yang cocok untuk menyelenggarakan pendidikan seperti yang
diinginkannya. Pasir Ayu, Majalengka, yang berlokasi di daerah perbukitan yang jauh
dari keramaian kota, diasosiasikan dengan latar belakang Gua Hira sebagai tempat
wahyu pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Di tempat yang sunyi
seperti itu, pendidikan akhlak akan lebih berpengaruh dan meresap ke dalam sanubari
anak. Pendidikan akhlak merupakan unsur pendidikan yang penting, karena sejalan
dengan tugas kenabian, yaitu untuk menyempurnakan akhlak manus;a. Dengan
demikian pendidikan akhlak erat kaitannya dengan inti ajaran Islam, yaitu Tauhld.
Di sisi lain, ia menilai bahwa unsur adat istiadat yang berkembang di
masyarakat perlu dipelihara, dimodifikasi dan dilestarikan karena ada kaitannya
dengan latar belakang sosial budaya setempat.
Unsur budaya nenek moyang yang sudah berkembang di masyarakat sebagai
adat istiadat, mengandung unsur yang dapat dipertahankan dan perlu dilestarikan
apabila tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Selain itu lingkungan
"H. Cholid Fadlul!ah, Tiga Konsep Pel~velenggoraan Pendidikan, HU Angkatan Bersenjata,
.
edisijum'at, 20 Mei 1994, h. 4
51
pendidikan yang diinginkan adalah lingkungan yang ada kaitannya dengan
kepentingan usaha meningkatkan kehidupan masyarakat, temtama di bidang sosial
ekonomi. Tempat pendidikan hams mencerminkan perpaduan antar unsUr-unsur
agama, adat istiadat dan kegiatan keterampilan praktis yang mempunyai nilai manfaat
bagi kehidupan masyarakat.
Atas dasar pemikiran dan pertimbangan tersebut sistem pendidikan pondok
pesantren
hams
dilengkapi
sejumJah
sarana
penunJang
untuk
pendidikan
keterampilan, sebagai embrio dari sistem pendidikan pondok pesantren modem.
Lembaga pendidikan tersebut disebut Santi Asromo yang pada dasamya mempakan
sebuah komplek pendidikan terpadu antara lingkungan pendidikan agama, bengkel
kerja dan masyarakat."
Tentunya akan sangat mengagetkan, mengapa sebuah pondok pesantren tidak
mempergunakan bahasa Arab, tetapi memakai nama bahasa Kawi (Sangkrit Jawa
kuno), hal ini adalah mengandung beberapa sebab, diantaranya adalah agar
masyarakat khususnya kaum muslimin tidak mengambil begitu saja kebudayaan Arab
(kalau benar-benar bukan ajaran Islam). Hams bisa membedakan mana ajaran agama
dan mana kebudayaan Arab, keduanya agar sesuai dengan isi pendidikan dan
pengajaran pondok pesantren.
Arti atau maksud dari nama "Santi Asromo" adalah:
Santi
9
Ibid.
=
Damai - luhur
52
Asromo - pasraman
=
tempat tinggaI yang sunyi - yang sepi
Dengan demikian yang dimaksud dengan Santi Asromo adalah tempat yang
sunyi, yang jauh dari keramaian kota untuk mendamaikan dan menyelaraskan jiwa
nurani dengan mengembangkan kekuatan dan pikiran (otak). Selain itu juga sebagai
jalan untuk mencari nafkah yang halaI. IO
B. Pcndirj dan Biografinya
Pendiri lembaga pendidikan Santi Asromo adalah KH. Abdul Halim, yang
dilahirkan di Desa Sutawangi, II Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, pada
tanggal 4 Syawal 1304 H atau 26 Juni 1887. 12 Ulama besar dan tokoh pembahaman
Islam di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan dan kemasyarakatan, yang
memiliki corak khas di masanya. Nama aslinya adalah Otong Syatori. 13 Kemudian,
setelah menunaikan ibadah haji dan mukim di Mekkah, ia berganti nama menjadi
Abdul Halim. Ayahnya bemama KH. Muhammad Iskandar, p.enghulu kewedanaan
Jatiwangi dan ibunya Hj. Siti Mutmainnah binti Imam Safari. Abdul Halim adalah
anak terakhir dan delapan orang bersaudara. Ia menikah dengan Siti Murbiyah, putn
lOBuletin, op. cit., h. 4
II A. Hafizh Anshan dkk meneatat, Abdul Halim dilahirl<an di Ciborelang, (Liha!: A. Hafizh
Anshari dkk, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: PT. lehtiar Barn Van Hoeve, 1997), eel. ke-4, h. 12).
Begitu juga dengan Deliar Naer (Lilla!: Deliar Noer, op. cit., It 80). Sedangkan S. Wanta mencatat,
Abdul Halim dilallirkan di Desa Sutawangi (Liha!: S. Wanta, KIf Abdul IIalim Iskandar dan
Pergerakkannya, (Majalengka: PB PUI, 1986), h. 1 dan lihat juga Taufiq Halim, Buletin, (Slawi,
1992), h. 1.
l2 A. Hafizh Anshori dkk mencatat, Abdul Halim lahir talmn 1887 (Liha!: A. Hafizh Anshon
dkk lac. cit.).Begitu juga S. Swanta (Liha!: S. Wanta, lac. cit.) dan Deliar Noer (Liha!: Deliar Noer, lac
cit). Sedangkan Taufiq Halim menulis, Abdul Halim lahir taboo 1889 (LilJa!: Taufiq Halim, lac. cit.).
l3 S. Wanta. op. cit., h. 2. Lihatjuga A. Hafizh Anshan, lac. cit.
53
KH. Mohammad I1yas, pejabat Hoofd penghulu Landraad Majalengka (sebanding
dengan kepala Kantor Departemen Agama kabupaten sekarang). Ia sejak kecil sudah
tidak mendapat belaian kasih sayang ayahnya, karena meninggal dunia sewaktu ia
masih kanak-kanak. 14
Abdul Halim mendapat pendidikan agama sejak kecil. Pada usia sepuluh
tahun ia sudah belajar membaca AI Qur'an, kemudian menjadi santri pada beberapa
orang kiai di berbagai daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah sampai mencapai usia 22
tahun. Kiai yang pertama kali didatanginya ialah KH. Anwar di pondok pesantren
Ranji Wetan, Majalengka. Kemudian berpindah-pindah dan satu pesantren ke
pesantren antara satu sampai dengan tiga tahun. Tercatat beberapa kiai lain yang
menjadi gurunya, antara lain KH. Abdullah di pesantren Lontang Jaya, Desa Panjalin,
Kecamatan Leuwimunding, Majalengka; KH. Sujak di pesantren Bobos, Kecamatan
Sumber, Cirebon; KH. Ahmad Soban di pesantren Ciwedus, Kecamatan Cilimus,
Kuningan; KH. Agus di pesantren Kedungwangi, Pekalongan, Jawa Tengah;
kemlldian kembali lagi ke pesantren Ciwedlls. 15 Di sela-sela kehidupan pesantren
Abdul Halim menyempatkan diri berdagang, seperti berjualan batik, minyak wangi
dan kitab-kitab pelajaran agama. 16 Peng~laman dagang ini mempengaruhi langkahlangkahnya kelak dalam upaya memperbaharui sistem ekonomi masyarakat pnbumi.
'4 Ibid
l5
Ibid
16
A. Hafizh Anshari dkk, op. cit., h. 13
54
Pada tahun 1908 (usia 22 tahun) Abdul Halim berangkat ke Mekkah untuk
menunaikan ibadah haji dan mendalami ilmu agama. Ia bermukim di sana selama tiga
tahun. Pada kesempatan ini ia mengenal dan mempelajari tulisan-tulisan Jamaluddin
al Afgani dan Syeh Muhammad Abduh. Untuk mendalami pengetahuan agama di
sana, ia belajar kepada Syeh Ahmad Khatib (imam dan khatib Mesjidil Haram) dan
Syeh Ahmad Khayyat. Ketika di sana pula ia bertemu dengan KH. Mas Mansyur dari
Surabaya (tokoh Muhammadiyah) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah (tokoh
Nahdlatul U1ama). Pada tahun 1911 ia kembali ke Indonesian
Disamping menguasai bahasa Arab, ia juga mempelajari bahasa Belanda dari
Van Houven (salah seorang dari Zending Kristen di Cideres, Majalengka) dan bahasa
Cina dari orang Cina yang bermukim di Mekkah. Dengan pengalaman pendidikan
dan tukar pikirannya dengan para tokoh besar, baik di luar maupun di dalam negeri,
Abdul Halim semakin mantap dan teguh dalam prinsip. Ia tidak mau bekerja sarna
dengan pihak kolonial. Ketika oleh mertuanya ditawari menjadi pegawai pen1erintah,
ia menolaknya.
Sekembalinya dari Mekkah, dengan berbekal semangat juang dan tekad yang
kuat, ia mulai melakukan perbaikan untuk mengangkat derajat masyarakat, sesuai
dengan hasil pengamatan dan konsultasinya dengan beberapa orang tokoh di Jawa.
Usaha perbaikan ini ditempuhnya melalui jalur pendidikan (at Tarhzyah) dan
penataan ekonomi (allqtishadzyah).
11
Deliar Noer, lac. cit. Lihatjuga S. Wanta, op. cit., 11.3.
55
Dalam merealisasikan cita-citanya, untuk pertama kalinya Abdul HaEm
mendirikan Majlis llmu (1911), pada tahun berikutnya (1912) ia mendirikan
perkumpulan bernama "Hayatul Qulub". Melalui lembaga ini ia mengembangkan ide
pembaharuan
pendidikan,
juga
aktif dalam
bidang
sosial
ekonomi
dan
kemasyarakatan. Anggota perkumpulan ini terdiri atas para tokoh masyarakat, silOtri,
pedagang dan petani.
Langkah-Iangkah perbaikannya meliputi delapan bidang perbaikan yang
disebut dengan lshlah as Tsamaniyah, yaitu: lshlah al Aqidah (perbaikan bidallg
Aqidah), lshlah allbadah (perbaikan bidang ibadah), Ishlah at Tarbiyah (perbaikan
bidang pendidikan), lshlah al A 'ilah (perbaikan bidang keluarga), lshlah al 'Adah
(perbaikan bidang kebiasaan), Ishlah al Mujtama' (perbaikan masyarakat), Ishlah al
Iqtishad (perbaikan bidang perekonomian) dan lshlah al Ummah (perbaikan bidang
hubllngan ummat dan tolong menolong).
jg
Usaha yang dilakukannya sedikit demi sedikit dapat memperbaiki keadaan
masyarakat, khllsusnya masyarakat kecil. Melihat kemajllan dan hasil yang telah
dicapainya, pemerintah kolonial Belanda mulai menaruh curiga. Secara diam-diam
pemerintah kolonial mengutus polisi rahasia yang disebut Politiek Inlichtingen Dienst
(PID) untuk mengawasi gerakan Abdul Halim dan setiap orang yang dicurigai. Pada
tahun 1915 organisasi Hayatul Qulub dibubarkan karena dinilai oleh pemerintah
J'
Chalid Fadlllllah, op. cit., edisi 13 dan 16 Mei 1994, h. 4
57
masing. Selain itu ia juga mendirikan yayasan anak yatim piatu yang diselenggarakan
oleh Fathimiyah, bagian dari wanita dari organisasi tersebut, yang didirikan pada
tahun 1930 21
Dalam suatu kongres Persyarikatan Ulama di Majalengka, Abdul HaHm
mengusulkan agar sebuah lembaga didirikan yang akan melengkapi pelajaranpelajarannya bukan saja dengan berbagai ilmu pengetahuan agama dan ilmu
pengetahuan umurn, tetapi juga dengan kelengkapan-kelengkapan bernpa pekerjaan
tangan, perdagangan dan pertanian, bergantung dari bakat masing-masing. Ia
memandang perlu memberikan bekal keterampilan kepada anak didik agar kelak
dapat hidup mandiri tanpa harns bergantung pada orang lain atau menjadi pegawai
pemerintah. Ide ini direalisasikannya dengan mendirikan sekolah atau pesantren kerja
bernama Santi Asromo pada bulan April 1932, yang bertempat di Desa Pasir Ayu,
Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Selain bidang pendidikan, Abdul HaIim
juga memperluas usaha bidang dakwah. Inti dakwahnya adalah mengi.Jkuhkan
ukhuwah Islamiyah dengan penuh cinta kasih, sebagai usaha menampakkan syiar
Islam, guna mengusir penjajahan.
Perlu juga dikemukakan bahwa Persyarikatan Ulama secara resmi berpegang
teguh pada mazhab Syafi'i dan menganut faham Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Abdul
Halim memang tidak pemah menyingkirkan mazhab iill. Tetapi ia mempunyai
hubungan yang erat pula dengan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh
2)
Deliar Noer. op. cit., h. 82
58
kalangan para pembaharu, malah lebih erat lagi dibandingkan dengan hubungannya
dengan kalangan tradis. Ia tidak pula menolak untuk mengambil contoh lembagalembaga pendidikan bukan Islam, seperti yang dialcuinya, Shantiniketan kepunyaan
Tagore,
untuk
memperbaiki
sekolahnya
sendiri.
Santi
Asromo
memang
memperlihatkan pendapat Abdul Halim bahwa Islam tidak menghendaki seorang
muslim semata-mata mengejar akhirat saja dengan mengabaikan dunia 22 Memang
Santi Asromonya mencerminkan perpaduan antara aspek-aspek duniawi dan rohani
dari keperluan manusia.
Pada tahun 1942 ia mengubah Persyarikatan Ulama menjadi Perikatan Ummat
Islam, yang kemudian pada tanggal 5 April 1952 melakukan fusi dengan Persatuan
Ummat Islam Indonesia (PUll), menjadi"Persatuan Ummat Islam" (PUI), yang
berkedudukan di Bandung 23
Aktifitas Abdul Halim selain membina organisasi Persatuan Ummat Islam
(PUI), ia aktif berperan dalam berbagai kegiatan politik menentang pemerintahan
koloniaL Pada tahun 1912 ia menjadi pimpinan SI cabang Majalengka. Pada tahun
1938 ia diangkat menjadi pengurus Majlis Ulama yang didirikan oleh SI bersamasarna dengan KH.M. Anwaruddin dari Rembangan dan KH. Abdullah Siradj dari
Yogyakarta. Ia juga menjadi anggota pengurus MIA! (Majlis Islam A'la Indonesia)
yang didirikan pada tahun 1937 di Surabaya. Pada tahun 1943, setelah MIA! diganti
22
Pemikiran Abdul Halim iui berdasarl<an QS. 28: 76-82. Lihat: Deliar Noer, op. cit., h. 84
23
Buletin, Sejarah Singkat Persatuan Vmmat Islam (pVl), (Jakarta: PB. PUI, 1999), h. 7
59
dengan Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia), ia menjadi salah seorang
pengurusnya. Ia juga termasuk anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai) pada tahun
1945, anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), dan anggota Konstituante
pada tahun 1955 24
Di kalangan teman-temannya ia dikenal sebagai orang yang
sederhana, pengasih dan mengutamakan jalan damai dalam menyelesaikan persoalan
dari pada melalui kekerasan (jalan kasar).
Dari sekian banyak aktifitas yang dilakukan oleh KH. Abdul Halim
tampaknya kegiatan di Santi Asromo merupakan puneak dari eita-eita pendidikan
Islam, yang menurut pemahamannya coeok untuk kebutuhan masyarakat waktu itu.
Dan agaknya tidak mengherankan kalau sejak menderita sakit (sekitar tahun 1956), ia
masih tetap bertahan di sana hingga akhir hayatnya. Dan setelah memimpin Santi
Asromo selama 30 tahun, akhirnya pada tanggal 725 Mei 1962.
Atas
jasa-jasa
Abdul
Halim
dalam
pelJuangannya
pemerintah
menganugerahkan kepada beliau :
I. Diangkat sebagai perintis kemerdekaan dengan keputusan menteri sosial nomor :
pol 137/ 6I1PK. Tgl II Oktober 1961.
24
A. Hafizh Anshan dkk, lac. cit., lihatjnga Taufiq Halim, op. cit., h.2.
25 Dcliar Nocr mcneata!, Abdul Halim mcninggal pada tanggal 7 Mci 1962, Sedallgkall
Pcngurus Santi Asromo dalam bulctill "Sejarah Singkat Santi Asrama" mcnea!a!, Abdul Halim
mCllinggal pada tallggal 8 Mci 1962.
60
2. Bintang Maha Putera, dengan keputusan Presiden RI No. 048/TKlI992. Tgl 09
November 1992 26
C. Lokasi dan Geografi
Komplek Santi Asromo berada di atas sebuah bukit dikaki gunung Ciremai
sebelah barat pada ketinggian kira-kira 600 meter dari permukaan laut. Tempat
tersebut termasuk Desa Pasir Ayu, Keeamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka.
Jarak antara pusat kota
M~alengka
dengan komplek Santi Asromo kira-kira 16 kilo
meter. Jarak dan jalan raya Pagaraji (desa tetangga) kira-kira 2,5 KM dan ditempuh
dengan kendaraan "ojeg".
Pendin Santi Asromo menemukan daerah Pasir Ayu setelah usaha. peneanan
kebeberapa tempat di sekitar pusat kota Majalengka (yang waktu itu merupakan pusat
kegiatan Persyarikatan Dlama) dilakukan, ternyata semuanya tidak coeok dengan
keinginan yang diharapkannya.
Dengan berbe!caI pemahaman tentang hijrah
RasuluIIah ke Madinah, akhimya Abdul Halim menemukan tempat yang eukup jauh
dari kota Majalengka dan melakukan perjalanan ke Desa Pasir Ayu dengan tekad dan
niat yang kuat, walaupun usaha tersebut dilakukan dengan susah payah.
Meskipun seeara geografis letak komplek ini eukup jauh dari Majalengka (ibu
kota kabupaten), tetapi hal ini tampaknya tidak menjadikan tempat ini sebagai daerah
26
Taufiq Halim, op. cil., h. 3.
61
yang terisolasi di tempat terpencil. Di sekitamya terdapat tujuh buah desa, yaitu: 1.
Pagaraji, 2. Cicalung, 3. Ciomas, 4. Padahanten, 5. Heubeulisuk, 6. Sindang dan 7.
Garawastu, sebagai desa tetangga yang letaknya tidak begitu jauh dari komplek Santi
Asromo.
Santi Asromo memiliki tanah yang cukup luas, luas tanah komplek Santi
Asromo kira-kira 15 hektar, dari 15 hektar tersebut yang ditempati bangunan hanya
sekitar 3,5 hektar-an, selebihnya masih berupa kebun atau hutan yang ditanami buahbuahan dan pohon lainnya yang bisa diambil manfaatnya 27
Kondisi masyarakat di sekitar komplek Santi Asromo rata-rata scbagai petarn
penggarap sawah dan kebun. Walaupun mereka sebagai petani, namun mereka taat
dalam menjalankan ajaran agamanya (Islam). Hal ini sangat membantu proses
perkembangan Santi Asromo.
D. Pel'kembangan Santi Asromo
Ketika Santi Asromo didirikan, masyarakat memandang sebagai sesuatu yang
asmg, bukan saja karena lokasinya yang terletak ditengah hutan tetapi juga karena
cara penyelenggaraan pendidikan yang berbeda dengan cara-cara yang dipakai di
madrasah atau pesantren pada waktu itu. Namun akhimya pandangan tersebut
berangsur-angsur hilang setelah mereka menyaksikan sendiri bahwa para santri yang
21 Wawancara pribadi dengan bapak Mohammad Chozin Sag. (Guru dan pcngnrus Kopcrasi
Santi Asromo). tanggal 14 November 2000.
62
te!ah mendapat pendidikan di Santi Asromo dapat hidup mandiri, berguna bagi
masyarakat sekitamya serta sesuai dengan tuntutan zaman.
Demikian pula pemerintah Belanda ketika itu memandang dengan sikap
curiga, terntama ditujukan kepada pendirinya. Mereka melakukan pengawasan secara
ketat karena merasa khawatir dengan adanya Santi Asromo di tempat terpencil itu
bermaksud menyusun kekuatan untuk mengadakan pemberontakkan. 2~
Nama Santi Asromo dulu sangat menggema dan dikenal oleh masyarakat,
namun sedikit demi sedikit mulai memudar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya: I. Dulu santrinya diharnskan dan wajib tinggal di asrama selama lima
atau sepuluh tahun, menurnt jenjang sekolah yang mereka ikuti (SMP atau SMU), 2.
Rata-rata umur santri dulu sudah mencapai tingkat dewasa, sehingga cara
beriikirnyapun lain jika dibandingkan dengan santri-santri sekarang yang rata-rata
umurnya masih kanak-kanak atau remaja, 3. Kurangnya tenaga ahli dan kurangnya
sumber dana, 4. Seteiah wafatnya KH. Abdul Halim, pendidikan di Santi Asromo
sepenuhnya diserahkan kepada anak-anaknya, mereka tidak dapat mencurahkan
perhatian sepenuhnya kepada Santi Asromo, karena tugas kerja dan tempat tinggalnya
jauh dari Santi Asromo dan apalagi belakangan ini sebagian besar mereka sudah
meninggal.
29Kendatipun
demikian Santi Asromo akan terns melanjutkan dan terns
meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan kemampuan yang ada.
2' Wawancara pribadi dcngan bapak S. Wanta (tokoh Illasyamkat dan Sekretaris I Dewan
Penasehat PB. Persatuan Ulllmat Islam), tanggal 25 April 2000
29 Wawancam dengan bapak Moh. Shijallluddin BA. (Kepala SMU Pmkarya Santi Asrolllo),
tanggal
27
April 2000
, .
--_-'."M
"'M
63
PERPusrAKAAN UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
Pada awalnya Santi Asromo hanya memiliki Madrasah 1btidaiyah selain
pesantren, kemudian untuk meresponi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan
pendidikan didirikanlah sekolah lanjutan tingkat pertama dengan nama Sekolah
Menengah Pertama Prakarya pada tahun 1962.
SMP Prakarya ini didirikan oleh 1bu Fatimah Halim dan KH. Abdul Kohar.
Diakui
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Barat Nomor: SKA 329/SET/BDfUKK/SMP/69, tanggal 20 Pebruari 1969 serta akte
notaris Nomor: 04/1968 Cirebon - notaris Oetomo Martohadidjaja SH dengan luas
tanah 3888 M2 dan NOS B20102001 tanggal 23 Pebruari 1983 dengan Surat
Keputusan Nomor: 108/CIKEP/I. 1983.
Kemudian pada tahun 1992, Yayasan KH. Abdul Halim mendirikan sekolah
lanjutan tingkat atas dengan nama Sekolah Menengah Umum Prakarya yang
diikrarkan oleh KH. Taufiq Halim dan KH. Cholid Fadlullah SH, dengan izin
operasional Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor: 402/102/KEP/E.93 tanggal 20 Juli 1993 serta Akte Notaris Nomor: 04/1968
Cirebon - noatris Oetomo Martohadidjaja SH tanggal 23 Pebruari 1983 dengan luas
tanah 3000 M2 dan NOS: 20104001 serta NSS: 302021609024.
63
terus melanjutkan dan terus meningkatkan mutu pendidikan sesua! dengan
kemampuan yang ada.
Pada awalnya Santi Asromo hanya memiliki Madrasah Ibtidaiyah selain
pesantren, kemudian untuk meresponi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan
pendidikan didirikanlah sekolah lanjutan tingkat pertarna dengan nama Sekolah
Menengah Pertama Prakarya pada tahun 1962.
SMP Prakarya ini didirikan oleh Ibu Fatimah Halim dan KH. Abdul Kohar.
Diakui
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa
Barat Nomor: SKA 329/SETIBDIUKKlSMP/69, tanggal 20 Pebruari 1969 serta akte
notaris Nomor: 04/1968 Cirebon - notaris Oetomo Martohadidjaja SH dengan luas
tanah 3888 M2 dan NDS B20102001 tanggal 23 Pebruari 1983 dengan Surat
Keputusan Nomor: 108/C/KEP/I. 1983.
Kemudian pada tahun 1992, Yayasan KH. Abdul Halim mendirikan sekolah
lanjutan tingkat atas dengan nama Sekolah Menengah Umum Prakarya yang
diikrarkan oleh KH. Taufiq Halim dan KH. Cholid Fadlullah SH, dengan izin
operasional Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor: 402/102/KEPIE.93 tanggal 20 Juli 1993 serta Akte Notaris Nomor: 04/1968
Cirebon - noatris Oetomo Martohadidjaja SH tanggal 23 Pebruari 1983 dengan luas
tanah 3000 M2 dan NDS: 20104001 serta NSS: 302021609024.
BABIV
PELAKSANAAN PENDIDIKAN DI SANTI ASROMO
A. Organisasi
Sebagai sebuah organisasi, pondok pesantren Santi Asromo atau lebih dikenal
dengan Balai Pamulangan Santi Asromo, terdiri dari beberapa bagian, yang secara
struktural, satu sarna yang lainnya saling berhubungan.
Struktur
kelembagaan
Balai
Pamulangan
Santi
Asromo
mengalami
perubahan, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan organisasi sendiri.
Perubahan yang paling mendasar adalah bahwa Santi Asromo kini tidak lagi berada
dalam struktur Persyarikatan Ulama (sekarang Persatuan Ummat Islam) dan saat ini
berdiri sendiri dengan struktur tersendiri pula. Hal ini dapat kita amati dari latar
belakang sejarah dan perkembangannya. Dengan berdirinya Yayasan I KH. Abdul
Hal im, maka terkesan Santi Asromo mempunyai status otonom dan keterik<\tannya
dengan Persatuan Ummat Islam (PUI) semakin longgar.
Dibandingkan dengan proses awal hingga ke masa perkembangan selanjutnya,
tampak ada perubahan berupa gerak menjauh, dalam hubungan antara Santi Asromo
dengan Persatuan Ummat Islam (Pill) sebagai organisasi induknya. Perubahan serupa
itu sekurang-kurangnya akan dapat memberi kesan, bahwa status Santi Asromo
sebagai proyek percontohan Pill semakin kabur.
1 Pada awalnya, Santi Asromo bukan mernpakan yayasalL Hal ini sebagai akibat dari rezim
Orde Barn yang mengbarnskan setiap sekolab alan lembaga pendidikan swaSla berada <Ii bawab
yayasan.
64
65
Dengan adanya perubahan status iill meillmbulkan dampak bagi kelangsungan
Santi Asromo, baik itu dampak yang positif maupun dampak yang negatif Salah satu
dampak negatif adalah bahwa tidak ada lagi perhatian yang serius dari PUI kepada
Santi Asromo baik itu berupa finansial maupun spiritual.
B. Sistem.
Sejak didirikan, Santi Asromo sudah menerima Santri campuran, yaitu santri
laki-Iaki dan santri wanita. Dan menerapkan sistem kaeduksi, walaupun pada awalnya
masih bclum dapat diterima pengikutnya 2
Selain menerapkan sistem pengajaran kaeduksi, Santi Asromo memakai
metode demonstrasi dan pengajaran situasi. Melalui metode demonstrasi, tampaknya
Santi Asromo berusaha membuka diri dengan memberi peluang kepada tenaga
pengajar dari luar untuk ikut berpartisipasi dalam bidang pengajaran khusus yang
gurunya belum tersedia.
Kemudian pengajaran situasi yang bertitik tolak dari penghayatan suatu
keseluruhan hidup (situasi) yang dipelajari oleh murid dan guru bersama-sama,
dengan cara memberi kesempatan yang seluas-Iuasnya kepada murid untuk
mengembangkan cara berfikir dan berkreasi dengan menggunakan ekspresi sendiri.
Adanya pelaksanaan pengajaran dengan menggunakan keIja kelompok, resitasi
(pemberian tugas), pengelolaan koperasi, serta bimbingan kepada masyarakat yang
2
Deliar Noer, op. cit., h. 81
66
diterapkan di Santi Asromo setidak-tidaknya sejalan dengan pengajaran situasi. Para
santri bersama-sama dengan hamong mereka yang bertindak sebagai pembimbing,
didekatkan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Diharapkan dari eara
itu, agar para santri menjadi semakin peka terhadap keadaan dan perikehidupan
masyarakat.
C. Kurikulum
Untuk meneapai tujuan pendidikan Santi Asromo, menurut Abdul Halim,
maka materi pelajaran yang ideal adalah materi pelajaran yang memuat aspek-aspek
dari kebutuhan manusia untuk kehidupan di dunia dab di akhirat. Aspek-aspek
tersebut meliputi: I. Aspek agama, 2. Aspek sosial, 3. Aspek ilmu pengetahuan dan
4. Aspek kesehatan. Ke empat aspek dimaksud harus dapat difungsikan seeara praktis
bagi kemanfaatan hidup di masyarakat 3
Berdasarkan konsep di atas, Santi Asromo meneoba mengaplikasikannya
dalam bentuk kurikulum. Sebagai sehuah lembaga pendidikan yang memiliki
madrasah dan sekolah, Santi Asromo selain memiliki kurikulum tersendiri juga
mengikuti kurikulum dari pemerintah. Kurikulum Taman Kanak-kanak dan Madrasah
Ibtidaiyah memaki kurikulum Departemen Agama, karena keduanya berada di bawah
Departemen Agama. Sedangkan untuk SMP dan SMU karena berada di bawah
3
Jalaluddin, op. cit., h. 134
67
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan
NasionaI), maka kurikulumnya dari Departemen Pendidikan Nasional.
Walaupun masing-masing tingkat atau jenjang pendidikan di Santi Asromo
berbeda dalam induk institusi (Departemen Agama dan Departemen Pendidikan
NasionaI), namun di dalamnya seolah-olah tidak ada perbedaan.
Dalam kurikilum
TK dan MI muatan pelajaran umum seimbang dengan muatan pelajaran agama,
begitu juga dengan kurikulum SMP dan SMU yang memasukkan sejumlah mata
pelajaran agama ke dalamnya, yakni: AI Qur'an Hadits, Bahasa Arab, Fiqih, Aqidah,
Hadits Akhlaq dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Adanya sejumlah mata pelajaran yang dimasukkan ke dalam kurikulum
masing-masing, nampaknya Santi Asromo ingin mempertahankan eksistensinya
sebagai lembaga pendidikan Islam dan terus meningkatkan perannya dalam
meresponi tuntutan dan perubahan zaman.
D. Hubullgall Guru dengan Murid
Dalam kaitan dengan tugas-tugas institusionalnya, Santi Asromo secara jelas
menempatkan para pelaksana pendidikan pada fungsi sebagai pengajar dan
pembimbing. Sejalan dengan fungsi tersebut, para pendidik disebut hamong juga
mengemban tugas-tugas keagamaan. Dengan demikian secara garis besamya tugas
hamong di Santi Asromo merangkum tiga macam tugas yang terpadu dalam tugas
sebagai guru, orang tua, dan agamawan.
69
Suasana hidup seperti keluarga antara anak didik dan hamong ini dikarenakan
Santi Asromo membangun sarana untuk hal tersebut dalam satu komplek. Untuk anak
didik laki-Iaki disediakan asrama putera yang disebut dengan Wismo Prio Nandito
dan untuk anak didik wanita disediakan asrama puteri yang disebut dengan Wismo
Rini. Selain itu untuk para hamong juga disediakan rumah. Dan kebanyakan dari para
hamong bertempat tinggal di komplek Santi Asromo.
Lebih jauh dapat dilihat bahwa adanya perpaduan antara sistem hamong dan
sistem pendidikan selama 24 jam ikut memberi kemungkinan bl!gi Santi Asromo
untuk membentuk lingkungannya sebagai perpaduan antara kehidupan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Keterpaduan seperti itu setidak-tidaknya akan menempatkan
para hamong untuk mengemban tugas sebagai pendidik dan pengajar, yang sekaligus
juga adalah sebagai pengasuh santri tanpa melupakan kedudukan mereka (hamong)
sebagai pendidik.
E. Hambatan dan Tantangan
Setiap perjalanan pasti terdapat rintangan dan hambatan, begitupun dengan
perjalanan Santi Asromo yang tidak selamanya mulus dan lancar. Yang sejak awal
berdiri Santi Asromo sudah mendapat rintangan dari sana sini, karena untuk
menampakkan sesuatu yang belum ada sebelumnya banyak kecurigaan dari
masyarakat setempat. Namun semua itu dapat dihadapi atas keberanian serta
kesabaran pendiri serta para santrinya.
70
Dalam perjalanannya, Santi Asromo dihadapkan pada berbagai masalah
sejalan dengan perkembangan dan kondisi di sekelilingnya. Secara makro, pendidikan
adalah sebagai proses kebudayaan, karenanya pendidikan tidak mungkin mengisolasi
dirinya dari perkembangan dan transformasi, baik secara kultural, sosial maupun
struktural.
Dalam perspektif fungsional, bahwa masyarakat merupakan kesatuan sistem
saling
tergantung
dan berhubungan.
Dengan demikian,
pendidikan
dituntut
melakllkan penyesuaian tems menems dengan perkembangan masyarakat 4
Kondisi masyarakat akhir-akhir ini adalah adanya pergeseran pandangan
terhadap pendidikan seiring dengan tuntlltan masyarakat (social demalld) yang
berkembang dalam skala yang lebih makro. Kini, masyarakat melihat pendidikan
tidak lagi dipandang hanya sebagai bentuk pemenllhan kebutllhan terhadap perolehan
pengetahllan dan keteramplian dalam konteks waktu sekarang.
Di sisi lain, pendidikan dipandang sebagai bentllk investasi, baik modal
mallplln manllsia (humall and capital investmen) lIntllk membantll meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan sekaligus mempunyai kemampuan prodllktif di masa
depan yang diukur dari tingkat penghasilan yang diperolehnya.
Saat ini masyarakat sudah mulai selektif dalam memilih lembaga pendidikan
dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguman tinggi. Pembahan demikian
merupakan akibat dari rangkaian perubahan yang terjadi dalam skala makro. Artinya,
., A. Malik Fadjar. Reorienlasi Pendidikan Islam. (Jakarta: Fajar Dunia. 1999). cct. I, h. 75.
71
perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dalam bidang yang lain mempengaruhi
pula pandangan dan pilihan masyarakat terhadap pendidikan. luilah yang disebut
masyarakat sebagai kesatuan sistem. 5
Kondisi serupa dialarni oleh masyarakat di sekitar Santi Asromo. Sebagian
memandang bahwa pendidikan keterampilan yang pemah sukses dulu, perlu
dikembangkan lagi disesuaikan dengan perrnintaan pasar.
Untuk menjawab keinginan masyarakat, pada tataran praktis Santi Asromo
mengalami hambatan.
Dan secara lebih luas mengalami hambatan terhadap
perkembangan Santi Asromo. Karel A. Steenbrink menyebutkan bahwa hambatan
yang menimpa Santi Asromo dikarenakan:
I. Penilaian yang agak rendah terhadap pendidikan keterampilan praktis dan
penghargaan yang tinggi terhadap pendidikan yang mengarah kepada
pekerjaan hal us. Ide yang dilontarkan oleh pendirinya terlalu sederhana dan
hanya cocok untuk masyarakat yang secara industrial belum berkembang.
Kemudian ide tersebut tidak dapat diwujudkan dalam kurikulum, karena mata
pelajaran keterampilan makin lama makin dikurangi.
2. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kurikulum resmi pemerintah
(Departemen Agama atau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan),
diperlukan untuk mendapat pengakuan resmi bagi izajah yang dikeluarkan dan
bantuan pemerintah.
3. Cukup banyak anggota yang terjun kebidang politik, sehingga menjadi
rintangan dalam mengembangkan kegiatan pendidikan 6
Selain hal tersebut, masih banyak hambatan yang dirasakan dan sangat
mempengaruhi perkembangannya, diantaranya:
I. Tidak lancamya transfortasi yang menuju komplek Santi Asromo.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa letak Santi Asromo adalah di atas
, Ibid, h. 76-77
6
Karel A Steenbrink, op. cit., 75-76
72
sebuah bukit yang jauh dari keramaian, jarak dari jalan raya menuju komplek
kira-kira 2,5 kilo meter dan ditempuh dengan kendaraan beroda dua "ojeg"
2. Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola Santi Asromo.
3. Kurangnya sumber dana.
4. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat (Majalengka)7
Itulah sekelumit persoalan yang dihadapi oleh Santi Asromo dari sekian
banyak persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pada umumnya.
F. Kemungkinan Jalan Keluar
Untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh dunia pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, para praktisi pendidikan telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menemukan jalan keluarnya, baik itu melalui loka karya, seminar,
penelitian maupun yang lainnya. Namun semua itu belum sepenuhnya membuahkan
hasil yang memuaskan, masih banyak persoalan mendasar yang belum diselesaikan
secara tuntas, hal ini disebabkan banyaknya rumusan serta penafsiran yang
dilontarkannya.
Oleh karena itu, pendidikan Islam dihadapkan pada ketidakjelasan orientasi
kultur, seperti belum diselesaikannya hubungan Islam dengan modernitas. Apakah
pendidikan
Islam
mengidealisasikan
dianggapnya
mgm
masa
lebih
lalu,
menampilkan
seraya
watak
mengkritik
tradisionalnya
pendidikan
modern
dengan
karena
berbau' sekuler ? Atau ingin lebih menampilkan watak yang lebih
pragmatis dan progresif, seraya mengecam orientasi pendidikan yang cenderung
7 Wawancara dcngan bapak Moh. Shijamuddin (Kepala SMU Prakarya Santi Asromo),
tanggal 14 Nov 2000.
73
tradisionalistik dengan memuja pendidikan modem ?-"Dengan hanya menyebut dua
bidang persoalan fundamental tersebut, sudah bisa dijadikan kerangka hipotesis
dalam menilai kemampuan pendidikan Islam dalam memposisikan dan memerankan
dirinya di masa depan.
Sebetulnya sejak berdiri, Santi Asromo termasuk gerakan yang bersifat
modernis dengan tanpa mengabaikan adat istiadat yang ada. Dengan hal tersebut,
Santi Asromo lebih bisa diterima masyarakat dan dapat bertahan sampai sekarang.
Berbagai upaya telah dilakukan Santi Asromo untuk menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan yang menimpanya, diantaranya:
I. Melakukan pembenahan dalam hal manajemen organisasi
2. Menjalin kerja sarna dengan pihak-pihak terkait atau para donatur
3. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah.
4. Memperbaiki jalan yang menuju komplek Santi Asromo'"
Upaya yang dilakukan tersebut belum sepenuhnya berhasil, karena . luasnya
persoalan yang dihadapi dan saling terkait satu sarna lainnya.
, Ibid, h. 80
'Wawancara dcngan bapak Moh. Shijalllnddin, tanggal 14 Nov 2000
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:'
1. Santi Asromo merupakan sebuah lembaga pendidikan yang didirikan pada awal
abad 20 tepatnya pada tahun 1932 oleh KH. Abdul Halim, di atas sebuah bukit di
Desa Pasir Ayu, Keeamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, berusaha untuk
meresponi kebutuhan masyarakat setempat pada waktu itu. Pendidikan pesantren
maupun sekolah pemerintah sudah tidak coeok lagi dengan kebutuhan
masyarakat, berdasarkan kondisi tersebut KH. Abdul Halim mempunyai ide
untuk mendirikan sebuah lembaga yang memberikan ilmu pengetahuan agama,
ilmu pengetahuan umum serta memberikan bekal keterampilan untuk hidup di
tengah-tengah masyarakat seeara fungsional dan mandiri.
2. Santi Asromo telah banyak berperan dalam pengembangan pendidikan Islam,
khususnya di Majalengka.
Berbagai
upaya
pembaharuan dilakukannya,
diantaranya: sistem, kurikulum, pelaksana, status kelembagaan dan yang lainnya
yang berkaitan dengan proses pendidikan. Pembaharuan yang dilakukannya
eenderung bersifat akomodatif dari berbagai pembaharuan yang telah dilakukan
oleh beberapa organisasi sebelumnya.
3. Sepeninggal KH. Abdul Halim dan situasi yang mengitarinya --dalam hal ini
pengaruh perpolitikan Orde Baru --, Santi Asromo mengalami tantangan sebagai
74
75
akibat dari bergulirnya arus modernitas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, nampaknya peIjalanan yang ditempuhnya mengikuti arus yang ada.
Meskipun Santi Asromo mengalami tantangan bahkan hambatan, namun tetap
berupaya untuk meneruskan ide pembaharuan serta meresponi kebutuhan
masyarakat dengan kemampuan yang ada. Dan saat ini Santi Asromo memiliki
jenjang pendidikan dari mulai Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah
Umum, selain pondok pesantren yang terus dikembangkannya.
Gema Santi Asromo tidak lagi seharum di awal berdirinya, namun demikian
eksistensinya masih tetap nampak sebagai sebuah pilot proyek pendidikan yang
telah melahirkan berbagai ide pembaharuan di Indonesia, khususnya di
Majalengka. Dan peranannya tidak bisa dipandang sebelah mata, karena
disamping sebagai organisasi pendidikan juga mengembangkan bidang dakwah.
Masih sering terdengar ungkapan dari para praktisi pep..didikan, bahwa kalau kita
pergi ke daerah Majalengka tidak "mampir" di Santi Asromo, ibarat pergi haji ke
Mekkah tidak mampir di Madinah. Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa
Santi Asromo tidak bisa dilupakan begitu saja dari ingatan dan keberadaannya
masih tetap diakui.
B. Saran-saran
Pada akhir penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis untuk mengemukakan
beberapa saran yang semata-mata untuk kemajuan dan peningkatan mutn pendidikan,
khususnya yang terkait dengan Santi Asromo, yaitu:
76
1. Santi Asromo dan KH. Abdul Halim namanya harum dan menggema di Indonesia
karena keberhasilan yang dieapainya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu
untuk meneruskan dan meningkatkan eita-eita pendirinya perlu perhatian dari
berbagai pihak.
2. Santi Asromo dalam perkembangannya sekarang sangat memerlukan pembinaan,
perhatian serta bantuan dari berbagai pihak seeara serius. Dntuk itu penulis
menghimbau kepada para guru, pembina, pemerintah, donatur serta pihak terkait
untuk lebih meningkatkan amal usahanya seeara ikhlas dan penuh kesabaran.
3. Tanah yang dimiliki Santi Asromo eukup luas dan pengelolaannya belum
maksimal,
menurut
penulis,
alangkah baiknya tanah tersebut
dijadikan
laboratorim untuk para siswa agar mempunyai keterampilan dibidang pertanian
sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Pengelolaan tanah tersebut sebaiknya
menggunakan peralatan yang modern dan manajemen yang baik, selain itu harus
dilakukan kerja sarna dengan pihak-pihak terkait seeara maksimal. Hal tersebut
selain bermanfaat bagi siswa juga sebagai sumber dana yang menguntungkan
untuk membiayai hidup organisasi.
4. Pemerintah setempat (Majalengka) diharapkan dapat ikut serta dan memiliki rasa
tanggung jawab dalam pengembangan pendidikan di Majalengka, khususnya
kepada Santi Asromo, karena lembaga ini lahirlah ulama besar Majalengka dan
telah melahirkan lembaga pendidikan yang lainnya yang tersebar di wilayah
Majalengka.
78
Madjid, Nurckolish, Islam Kemerdekaan dan Keil1donesiaan, Bandung: Mizan, 1992,
Cet. ke-4.
Maksurn, Dr., H., Madrasah; Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999, Cet. ke-2.
Maududi, Abu A'la, Langkah-langkah Pembaharuan Islam (Terj.), Bandung:
Pustaka, 1995, Cet. ke-2
Murtadha Muttahari, Gerakan Islam Abad XX (Terj.), Jakarta: PT. Beunebi Cipta,
1986, Cet. ke-l.
"
Mustafa, A., dan Aly Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1998, Cet. ke-l.
Nasution, Hamn, Pembaharuan dalam Islam; sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
-------------------, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: VI Press, 1986, Cet.
ke-6.
Noer, Deliar, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996.
Pronggodigdo, AK., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat,
1984.
Rabie, Hamid A., Islam dan Kekuatan Intemasional (Tel/), Bandung: CV. Rosda
Karya, 1987, Cet. ke-1.
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah dan Sekolah; Pendidikan fI'lam dalam
Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986, Cet. ke-l.
Stoddart, L., Dunia Baru Islam (Ter;.), Jakarta: 1986.
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung:
Sinar Bam, 1991, Cet. ke-2.
Undang-undang Sistem Pendidikal1 Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995, Cet. ke-1.
Wanta, S., KH. Abdul Halim Iskandar dan Pergerakannya, Majalengka: PB. PUI,
1986
Zen, Taufiq, Islam dan Proses Modemisasi di Inonesia; Sebuah Pendekatan
Fenomenologis, Jakarta: PPK DiIjen PKAI Depag Rl, 1985.
YAYASAN K.H. ABDUL HALIM
ALAMAT : SANTI ASROMO DESA PASIRAYU KEC.SUKAIIAJI
KAB. MAJALENGKA 45471
Lampiral13
SURAT KETERANGAN
Yang Bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Moh. Nukri
Alamat
: Majalengka
Jabatan
: Ketua III Pengurus Yayasan KH. Abdul Halim
Menerangkan bahwa:
Nama
: Yayah Komariah
NIM
: 196112304
Pekerjaan
: Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
lAIN SyarifHidayatuliah Jakarta
Nama tersebut telah mengadakan penelitian di lembaga kami, untuk
mengumpulkan bahan yang berkenaan dengan judul skripsi "Eksistensi Santi
Asromo dalam Pengembangan Pendidikan Islam di Majalengka (stud! Kritis
tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia)", dimulai dari tanggal 25
April 2000 sampai dibuatnya surat keterangan ini.
Demikian surat iui kami buat untuk dipergunakan seperlunya.
SURAI' RUeD \VAWANCARA
Yang bertanela tangan eli bawah ini:
Nama
: S. Wanta
Alamat
: l\1,~ialengJa
Jabalan
: Tokoh masyarakat/Sekretaris I Dewan Penasehat PB Persaluan
Ummat Islam (PUI)
I\'le-nernngkan bahwa:
'iama
: Yayah Komariah
Nf:'ll
: 1961112304
Pekc!jaan
: :\fahasis\\a faklllias Tarbiyah Jurllsan Penelielikan Agam;] Islilm
JA.E< Syarif Hidayatullah Jakarla
~~alna
{cfsc:bul di alas lc.lah 111Ccngadakall V\iawancara dengan kalni. untuk
rnenglnnpulkan data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang bCljudul
"Ek~btcnsr
\'I:tjaicngka
Santi
(Sludu
,c\,srOIBO
kl'itis
dalanl
tentang
}>engernb£lngan
PendidHmn
Isfalll
di
pembaharuan
pcndidilmn
Islam
<Ii
lndon('sia)~'.
Demikian sural ini kami bel'ikan untuk elipergunakan sebagaimana mestinya.
Ivlajalengka. 24 April 2000
Yavah Komariah
lnterviuwer
1tervimve
r .--_.__ .~. __._--- --'--'--~-'--
l- PERPUSTAKN\N UTAMA
UIN SYAHID JAKARTA
LaJ1ljJirtm 4: \Vawancara dengan Bapak S. Wanta
Tokoh masyarakat dan Sekretaris I Dewan Penasehat PE. PU1
Pertany'13n:
1. Apa I;ira-kira yang menjadi latar belakang sel1a tujuan didirikannya Santi Aromo?
')
Bagaimana tanggapan masyarakat dengan didirikannya Santi Asromo ?
Jawaban:
1. KH. Abdul Halim selaku pendiri Santi Asromo. melihat balm'a keadaan
pendid!kan pada waktu illl baik sekolal! pemerintall mau]Jun madrasalL slldal!
tidal; rele\"an lag! clengan l;ebutul!an masyarakilt pribum!. ?\knuru! pandangannya,
llwsyarakat
nlcll1erluk~m
adanya 1cn1baga pcndiclikan
baru~
yaitu suatu le111baga
jKndidikall yang (Ltpat Inenlberi pcngcLahuan yang HIaH1pU dinlanfaa1kan d;.lImn
kt:-hidupan Inasyarakat f:lr;cara praklis. IZaren.a itu, dia
herupa~!a
rnendirikan suahl
lcmhaga pendidiI\4ln hIanL yang berbcda dcngan institusl pendidjkan
dis;;:~lcnggi.1rakall
Ide
~vang
pCll1crinr-ah p3C!J \Vakn1 itu,
L:rr. Abdul Halim ilu diutarakan melaIlli kOllgycS Persyaril;atan Ulama yang
diadakan di Majalengka tahun 1932. Kemudian pada lahun ilu juga Iembaga Y2ng
dicita-citakannya mcnjelma dcngan sarana yang cukup sederhana waktu itu.
Lembaga rendidikan itll benempat eli Desa Pasir Ayll, Kecamatan sukahaji,
KablJpat~n
Majal~ngka,
yang jauhnya kira-kira 16 KM dari ]Jusat kota
ivlajalengka. Pada lvaktu itu lokasinya masih semak belukar dan beJum ada sarana
lransporlansi. Sanli /\sromo illi mempakan pilot proyek elati Persyarikatan Ulama
dan kllllsusnya Madrasah IVIu' aJimin di IvIajalellgka yang diasuhnya, elan untuk
per1ama kalinya para muriel tingkat aIJlir cliperaktekan ke Santi Asromo dengan
belja]an kaki menuju Desa Pas!r Ayu seminggll dua kali, \valaupun dengan
beljalan kaki, tapi semangat mereka lidak pemah pudar.
SUUT Bl'f.:T! II/\. II ,\SCARI
Yang bcrtanda langan di
bcl\~:Clh
ini:
Nama
: 'v!ohmnmad Shijmnudin 13!\
Alama!
: \1ajakngka
Jabatan
: KepaJa S\!U Prakarya Santi Asro'1lo
~\ kncrang1:an
bahw.1:
: Yayah homariah
~ama
: 1961112304
Pekerj.:!Jn
!Vlahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Ag"ma Isl am
lAD\' SvarifHidayatullah Jakarta
:\ama lersebut di aUs (ebh mcngadakan lVa\\ancara dengan kami. untuk
mcngumpulkan data-data vang berhuhungan deng:m penulisan skripsi yang he~iudul
"Eksistensi
Santi
Asrolllo
dalalll
Pengembang'1I1
P('ndidikan
Islam
tli
!\Jajakngka (Studi kritis ten tang penlbaharuan pendidikat1 Islaln di lndnnt'sia)
D~mi1:ian
sural ini ka1l1i hc-rikan untuk dip::.fguTIakan sebagaiJn:ma tntstinY3.
eVlajalengkJ. 27 April 2000
Yavah Komariah
l\'Iohammad Shijamuddin 13A
InterviulVtr
Interviuwe
Download