ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Kondisi umum lokasi pengamatan Sepanjang tiga kilometer dari arah muara Kali Lamong hingga menuju hulu tempat stasiun I berada, terdapat banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, perindustrian/ pergudangan, pertambakan, hingga aktivitas pelabuhan. Kondisi mangrove yang menjadi barier di tepi sungai hingga ke area pertambakan juga cukup banyak mengalami perubahan fungsi. Bahkan di salah satu titik pengamatan (stasiun X) telah dilakukan proses pengurukan tanah untuk menunjang pembangunan rusunawa dan pengembangan kawasan Tempat Pelelangan Ikan Romokalisari. Penelitian dilakukan dengan mengambil 12 lokasi pengamatan berdasarkan pemanfaatan tipe lahan yang ada di sekitar muara Kali Lamong, perbatasan Surabaya- Gresik. Pemilihan lokasi tidak hanya berdasarkan perbedaan pemanfaatan lahan, namun juga kemudahan akses, dan banyaknya potensi perjumpaan dengan burung. Hasil pengukuran yang dilakukan berdasarkan pencitraan Google Earth, lebar muara Kali Lamong adalah 66, 03 meter dan panjang jalur pengamatan adalah 3, 21 kilometer. Stasiun I (Gambar 4.8) merupakan kawasan permukiman yang berbatasan dengan Kali Lamong di sisi selatan. Stasiun ini masuk kedalam wilayah Gresik, tepatnya Desa Segoromadu, Kecamatan Kebomas. Aktivitas penduduk disini 29 Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 30 sangat padat, terutama kegiatan nelayan. Sepanjang bantaran sungai, berjajar perahu dan berdiri kompleks perkampungan nelayan. Pemandangan lain yang menonjol dari stasiun ini adalah banyaknya sampah yang menumpuk di tepi badan sungai. Vegetasi yang banyak dijumpai pada titik pengamatan adalah Kersen (Muntingia calabura), Waru (Hibiscus tiliaceus), dan beberapa Api-api (Avicennia sp.). Vegetasi di tepi stasiun I ini menjorok kearah badan sungai sejauh enam meter. (b) (a) Gambar 4.8 Kondisi stasiun I. (a) Beberapa perahu nelayan yang tengah bersandar di bantaran sungai. (b) Nampak kondisi perkampungan nelayan yang menjorok ke sungai. Stasiun II (Gambar 4.9) masuk kedalam wilayah Gresik, diapit oleh perindustrian di sisi utara dan Kali Lamong di sisi selatan. Lokasi stasiun II berdekatan dengan jalan raya, sehingga membuat keadaan stasiun ini ramai dan minim vegetasi. Vegetasi yang tercatat tumbuh di stasiun ini adalah jenis Angsana atau dikenal dengan Sonokembang (Pterocarpus indicus) yang dimanfaatkan sebagai peneduh jalan. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 31 (a) (b) Gambar 4.9 Kondisi stasiun II. (a) Tepi jalan raya stasiun II yang ditanami pohon Angsana (Pterocarpus indicus). (b) Kondisi stasiun II dikelilingi kegiatan industri dan arus transportasi yang cukup padat. Stasiun III (Gambar 4.10) adalah bagian dari kawasan industri yang masuk dalam wilayah Surabaya. Aktivitas industri dan arus trasnportasi disini tidak kalah padat dengan stasiun II, sehingga pengamatan lebih banyak dilakukan dari tepi sungai yang berada di sisi utara stasiun. Vegetasi yang dapat dijumpai disini adalah semak-semak, Avicennia sp., Waru (Hibiscus tiliaceus), dan beberapa mangrove ikutan lain. (a) (b) Gambar 4.10 Kondisi stasiun III. (a) dan (b) Sisi utara stasiun III yang berbatasan dengan Kali Lamong. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 32 Stasiun IV (Gambar 4.11) merupakan kawasan permukiman yang berbatasan dengan Kali Lamong di sisi utara. Stasiun ini juga berdekatan dengan jalur jembatan jalan raya penghubung Surabaya dan Gresik. Jenis vegetasi yang bisa dijumpai adalah Avicennia sp. dan beberapa mangrove ikutan. Berdasarkan pencitraan Google Earth, ketebalan vegetasi di stasiun ini mencapai 11, 72 meter kearah sungai. Gambar 4.11 Kondisi stasiun IV. Jembatan jalan raya penghubung Surabaya dan Gresik diambil dari sisi permukiman. Stasiun V (Gambar 4.12) adalah kawasan lahan kosong yang masuk dalam wilayah Gresik. Sisi selatan stasiun ini berbatasan dengan Kali Lamong, sementara sisi baratnya berbatasan dengan jalan raya penghubung SurabayaGresik. Salah satu titik pada sisi utara lahan kosong ini tengah mengalami proses pengurukan tanah untuk mendukung sebuah proyek industri. Kondisi yang kerap terjadi selama pengamatan Saat Kali Lamong mengalami pasang tinggi adalah berubahnya lahan ini membentuk kubangan berukuran besar. Vegetasi yang tumbuh di kawasan ini berupa semak-semak dan mangrove ikutan. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 33 (a) (b) Gambar 4.12 Kondisi stasiun V. (a) Kawasan lahan kosong dilihat dari sisi jalan raya penghubung Surabaya- Gresik. (b) Jalan raya penguhubung Surabaya- Gresik yang berada di sisi barat stasiun V. Stasiun VI (Gambar 4.13) merupakan kawasan lahan kosong yang berada di sisi Kali Lamong wilayah Surabaya. Wilayah ini diapit oleh permukiman, jalan raya Osowilangun, dan area industri. Vegetasi yang banyak di kawasan ini adalah semak-semak dan perdu. (a) (b) Gambar 4.13 Kondisi stasiun VI. (a) Kawasan lahan kosong yang berada di sisi selatan Kali Lamong dan termasuk kedalam wilayah Surabaya. (b) Salah satu bangunan industri yang berdekatan dengan stasiun VI. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 34 Stasiun VII (Gambar 4.14) merupakan salah satu dari tiga stasiun yang mewakili area pertambakan. Jenis tambak yang dikerjakan pada stasiun ini adalah tambak ikan dan garam. Vegetasi stasiun ini banyak ditumbuhi jenis mangrove Rhizopora sp. dan Avicennia sp baik di yang berada di tepi sungai maupun di sekitar tambak. Selain itu stasiun ini juga berdekatan dengan kawasan perindustrian di sisi utara dan barat. (a) (b) Gambar 4.14 Kondisi stasiun VII. (a) Titik akses masuk ke lokasi stasiun 7 dari arah Kali Lamong. (b) Kondisi area tambak di stasiun VII. Stasiun VIII (gambar 4.15) adalah perwakilan dari daerah industri yang masuk kedalam kawasan Gresik. Jenis industri yang dipekerjakan di kawasan ini adalah logging. Berdasarkan citra satelit Google Earth, stasiun VIII memiliki ketebalan mangrove hingga 19,35 meter ke arah sungai. Akses yang kurang memadai membuat kegiatan pengamatan lebih banyak dilakukan dari arah sungai. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 35 Gambar 4.15 Kondisi stasiun VIII. Tampak salah satu industri logging yang berbatasan dengan Kali Lamong di bagian selatan stasiun. Stasiun IX (gambar 4.16) menjadi salah satu stasiun yang mewakili kawasan pertambakan. Jenis pertambakan yang dipekerjakan disini adalah tambak ikan dan tambak garam. Rhizopora sp. dan Avicennia sp. menjadi jenis mangrove yang mudah dijumpai pada stasiun ini. Berdasarkan lokasinya tersebut, stasiun IX termasuk dalam wilayah Surabaya. (a) (b) Gambar 4.16 Kondisi stasiun IX. (a) Kawasan pertambakan yang memproduksi ikan. (b) Kawasan pertambakan yang memproduksi garam. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 36 Stasiun X (gambar 4.17) adalah salah satu stasiun yang juga mewakili lokasi pertambakan. Lokasi ini berseberangan dengan Pulau Galang di bagian timur dan bersebelahan dengan Tempat Pelelangan Ikan di bagian selatan stasiun. Berdasarkan informasi di lapangan, pada pos ini akan dibangun rusunawa program pemerintah setempat. Jenis Rhizopora sp. menjadi mangrove yang mudah dijumpai pada stasiun ini. (a) (b) Gambar 4.17 Kondisi stasiun X. (a) Salah satu sisi stasiun X yang tengah mengalami pengurukan untuk dibangun rusunawa. (b) Kawasan pertambakan di stasiun X. Stasiun XI (gambar 4.18) dan XII (Gambar 4.19) berlokasi di Pulau Galang yang menjadi perwakilan area hutan mangrove. Stasiun XII sendiri menjadi stasiun terakhir pengamatan dan berada di sisi timur Pulau Galang, berhadapan langsung dengan Teluk Lamong. Pada stasiun XII, khususnya saat surut, akan nampak dataran lumpur (gosongan) yang berlaku sebagai feeding ground, terutama bagi burung-burung air. Baik stasiun XI maupun XII banyak ditumbuhi mangrove berjenis Rhizopora sp. dan Avicennia sp. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 37 (a) (b) Gambar 4.18 Kondisi stasiun XI. (a) dan (b) Kawasan hutan mangrove di Pulau Galang yang terletak di muara Kali Lamong. (a) (b) Gambar 4.19 Kondisi stasiun XII. (a) Gosongan di sekitar Pulau Galang yang menjadi feeding ground berbagai burung air terutama burung perancah saat surut. (b) Sisi hutan mangrove Pulau Galang sebagai roosting dan nesting sites bagi beberapa jenis burung air. 4.1.2 Kondisi fisik lapangan saat pengamatan Keadaan fisik lingkungan saat pengamatan cukup penting untuk dicatat karena pada beberapa jenis burung, kondisi fisik lingkungan tertentu mempengaruhi waktu keberadaannya. Melalui pencatatan kondisi fisik beserta kondisi astronomis (dalam pengamatan ini adalah fase bulan), dapat diketahui jenis apa saja yang dapat dijumpai pada waktu dan keadaan tersebut. Data mengenai kedua kondisi tersebut tercantum dalam Tabel 4.2 dan diambil berdasarkan tiap waktu pengamatan secara umum. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tabel 4.2 Tabel kondisi fisik lingkungan di sekitar muara Kali Lamong. Data diambil berdasarkan pengamatan lapangan rentang pukul 06.00-15.00 WIB dan telah disesuaikan dengan data BMKG Stamer II, Tanjung Perak, Surabaya. Faktor Lingkungan No Tanggal Pengamatan (Masehi) 22 Februari 2012 1 11 Maret 2012 25 Maret 2012 01 April 2012 08 April 2012 22 April 2012 7 29 April 2012 Skripsi New Moon 31,1 68,40% 6,4 Segala penjuru 40 18.00 -70 06.00 Full Moon 30,09 70,60% 9,4 Tenggara- Utara 50 14.00 -70 03.00 Waning Gibbous 26,5 85,10% 7,7 Tenggara- Utara 30 13.00 -20 21.00 Waxing Crescent 31,77 73,80% 5,6 Utara-Selatan 30 11.00 -30 20.00 First Quarter 29,17 74,80% 7,8 Segala penjuru 60 13.00 -60 01.00 Full Moon 29,96 71,40% 8,9 Utara- Tenggara 40 10.00 -40 19.00 New Moon 31,67 65,20% 7 Selatan- Utara 50 10.00 -60 20.00 First Quarter 29,18 79,10% 9,8 Utara- Selatan 70 11.00 -70 01.00 Full Moon 29,64 70% 8,7 Utara- Barat daya 60 10.00 -70 20.00 9 Jumadil Akhir 1433 H 7 Pon 06 Mei 2012 Pukul (WIB) 2 Jumadil Akhir 1433 H 30 Legi 8 Surut Minimum (dalam cm) 18 Jumadil Awal 1433 H 16 Pahing 6 Pukul (WIB) 11 Jumadil Awal 1433 H 9 Kliwon 5 Pasang Maksimum (dalam cm) 4 Jumadil Awal 1433 H 2 Pon 4 Arah Angin 19 Rabiul Akhir 1433 H 17 Wage 3 Kondisi Perairan Kecepatan Angin Ratarata (dalam knots ) 12 Rabiul Akhir 1433 H 10 Pahing 2 Fase Bulan Kelembapan Suhu Harian Harian RataRata-rata rata (dalam (dalam oC) %) 1 Rabiul Akhir 1433 H 29 Legi 04 Maret 2012 9 Tanggal Pengamatan (Hijriyah dan Jawa) 16 Jumadil Akhir 1433 H 14 Kliwon Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik Hening Swastikaningrum 38 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 39 4.1.3 Inventarisasi jenis-jenis burung yang dijumpai Hasil inventarisasi selama sembilan kali pengamatan dalam kurun waktu Februari-Mei 2012 menunjukkan sebanyak 61 jenis burung dapat dijumpai di kawasan Kali Lamong. Dari jumlah tersebut sebanyak 30 jenis merupakan jenis burung air dan 31 jenis sisanya merupakan jenis non-burung air. Satu dari 61 jenis tersebut merupakan jenis raptor, yaitu Haliastur indus (Elang Bondol). Sementara tujuh dari 61 jenis termasuk sebagai spesies burung migran, yaitu Todirhampus sanctus (Cekakak Suci), Hirundo rustica (Layang-layang Api), Calidris subminuta (Kedidi Jari Panjang), Calidris ruficollis (Kedidi Leher Merah), Actitis hypoleucos (Trinil Pantai), Tringa glareola (Trinil Semak), Sterna hirundo (Dara Laut Biasa), dan Chlidonias leucopterus (Dara Laut Sayap Putih). Keseluruhan avifauna tersebut terbagi kedalam 27 famili. Dua dari 61 jenis tersebut merupakan jenis endemik Jawa, yaitu Centropus nigrorufus (Bubut Jawa) dan Charadrius javanicus (Cerek Jawa). Hasil inventarisasi juga menunjukkan sebanyak empat dari 61 jenis tersebut masuk kedalam daftar IUCN Red Lists Threatened. Jenis tersebut adalah Charadrius javanicus (Cerek Jawa) berstatus Near Threatened, Mycteria cinerea (Bangau Bluwok) berstatus Vulnerable, Centropus nigrorufus (Bubut Jawa) berstatus Vulnerable, dan Numenius madagascariensis (Gajahan Timur) berstatus Vulnerable. Data inventarisasi burung dapat dilihat pada Tabel 4.3. Data inventarisasi burung beserta status perlindungan dan status migrasi secara detil berada di Lampiran II. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 40 Tabel 4.3 Tabel hasil inventarisasi jenis burung di kawasan penelitian selama sembilan kali pengamatan. Rentang waktu Februari- Mei 2012. No. Spesies Burung Famili Nama Latin Nama Inggris 1 Accipitridae Haliastur indus Elang Bondol Brahminy Kite 2 Alcedinidae Todirhampus chloris Cekakak Sungai Collared Kingfisher 3 Todirhampus sanctus Cekakak Suci Sacred Kingfisher 4 Alcedo coerulescens Raja Udang Biru Small Blue Kingfisher 5 Anatidae Anas gibberifrons Itik Benjut Sunda Teal 6 Apodidae Apus affinis Kapinis Rumah Little Swift Collocalia esculenta Walet Sapi Glossy Swiftlet Ardeola speciosa Blekok Sawah Javan Pond-heron Ardea purpurea Cangak Merah Purple Heron 10 Butorides striatus Kokokan Laut Striated Heron 11 Nycticorax nycticorax Kowak Malam Kelabu Black-crowned Night Heron 12 Casmerodius albus Kuntul Besar Great Egret 13 Egretta garzetta Kuntul Kecil Little Egret 14 Bubulcus ibis Kuntul Kerbau Cattle Egret 15 Mesophyx intermedia Kuntul Perak Intermediate Egret 7 8 Ardeidae 9 16 Ixobrychus sinensis Bambangan Kuning Yellow Bittern 17 Artamidae Artamus leucorhyncus Kekep Babi White-breasted Wood-swallow 18 Campephagidae Lalage nigra Kapasan Kemiri Pied Triller 19 Charadriidae Charadrius javanicus Cerek Jawa Javan Plover 20 Charadrius dubius Cerek Kalung Kecil Little Ringed Plover 21 Charadrius alexandrinus Cerek Tilil Kentish Plover 22 Chloropseidae Aegithina tiphia Cipoh Kacat Common Iora 23 Ciconiidae Mycteria cinerea Bangau Bluwok Milky Stork 24 Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur Biasa Spotted-dove 25 Corvidae Corvus enca Gagak Hutan Slender-billed Crow 26 Cuculidae Centropus nigrorufus Bubut Jawa Sunda Coucal Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu Plaintive Cuckoo 27 28 Dicaeidae Dicaeum trochileum Cabai Jawa Scarlet-headed Flowerpecker 29 Hirundinidae Hirundo rustica Layang-layang Api Barn Swallow Hirundo tahitica Layang-layang Batu Pacific Swallow 30 Skripsi Nama Indonesia 31 Meropidae Merops philippinus Kirik-kirik Laut Blue-tailed Bee-eaters 32 Muscicapidae Rhipidura javanica Kipasan Belang Pied Fantail 33 Nectariniidae Cyniris jugularis Burung Madu Sriganti Olive-backed Sunbird 34 Phalacrocoracidae Phalacrocorax sulcirostris Pecuk Padi Hitam Little Black Cormorant 35 Picidae Dendrocopus moluccensis Caladi Tilik Sunda Woodpecker 36 Ploceidae Lonchura maja Bondol Haji White-headed Munia Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 41 37 Lonchura punctulata Bondol Peking Scaly-breasted Munia 38 Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Javan Munia 39 Passer montanus Gereja Erasia Eurasian Tree Sparrow Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Sooty-headed Bulbul Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk Yellow-vented Bulbul Amaurornis phoenicurus Kareo Padi White-breasted Waterhen Gallinula chloropus Mandar Batu Common Moorhen Numenius phaeopus Gajahan Pengala Whimbrel 45 Numenius madagascariensis Gajahan Timur Far-eastern Curlew 46 Calidris subminuta Kedidi Jari Panjang Long-toed Stint 47 Calidris ruficollis Kedidi Leher Merah Red-necked Stint 48 Actitis hypoleucos Trinil Pantai Common Sandpiper 49 Tringa glareola Trinil Semak Wood Sandpiper 50 Himantophus leucocephalus Gagang Bayang Timur White-headed Stilt Cisticola juncidis Cici Padi Zitting Cisticola 52 Prinia inornata Perenjak Padi Plain Prinia 53 Prinia flaviventris Perenjak Rawa Yellow-bellied Prinia 54 Gerygone sulphurea Remetuk Laut Golden-bellied Gerygone Sterna hirundo Dara Laut Biasa Common Tern 56 Sterna albifrons Dara Laut Kecil Little Tern 57 Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis Whiskered Terns 58 Chlidonias leucopterus Dara Laut Sayap Putih White-winged Tern 59 Gelochelidon nilotica Dara Laut Tiram Gull-billed Tern 60 Sterna sumatrana Dara Laut Tengkuk Hitam Black-naped Tern 40 Pycnonotidae 41 42 Rallidae 43 44 51 55 Scolopacidae Silviidae Sternidae 61 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa Oriental White-eye Keterangan: Penamaan ilmiah spesies burung berdasarkan Mackinnon et al., 2010 dan Oriental Bird Images.com. Inventarisasi burung di atas bertujuan untuk mengumpulkan data dasar salah satu keanekaragaman hayati yang terdapat di Kali Lamong. Selama kurun waktu pengamatan, beberapa jenis burung selalu dapat teramati di setiap waktu pengamatan. Frekuensi perjumpaan tersebut dikelompokkan kedalam Tabel 4.4 berdasarkan waktu pengamatannya. Grafik frekuensi perjumpaan individu dan masing-masing spesies selama pengamatan dapat dilihat pada gambar 4.20 dan 4.21. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 42 Grafik Jumlah Individu Saat Pengamatan (Februari-Mei 2012) Jumlah Individu 600 500 400 300 200 Jumlah Individu 100 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu Pengamatan (Minggu Ke-) Gambar 4.20 Grafik fluktuasijumlah individu dari beberapa jenis burung selama sembilan kali pengamatan. Jumlah individu tertinggi terdapat pada pengamatan keempat (25 Maret 2012), yaitu sebanyak 507 individu. Grafik Jumlah Spesies Saat Pengamatan 40 Jumlah Spesies 35 30 25 20 15 Jumlah Spesies 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu Pengamatan (Minggu Ke-) Gambar 4.21. Grafik fluktuasi jumlah spesies burung selama sembilan kali pengamatan. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada pengamatan kesembilan (6 Mei 2012), yaitu sebanyak 35 spesies dalam sekali pengamatan. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 43 Penjelasan tentang jenis-jenis yang selalu hingga yang paling jarang dijumpai terdapat pada tabel 4.5. Penggolongan tersebut bertujuan mempermudah penyampaian informasi tentang keberadaan suatu jenis di lokasi pengamatan. Dalam tabel tersebut juga terdapat klasifikasi frekuensi perjumpaan selama sembilan kali pengamatan sebagai berikut (Tabel 4.4). Tabel 4.4 Tabel klasifikasi perjumpaan jenis burung selama sembilan kali pengamatan Frekuensi Perjumpaan Klasifikasi 9 kali perjumpaan Selalu 6-8 kali perjumpaan Sering 4-5 kali perjumpaan Cukup Sering 2-3 kali perjumpaan Jarang 1 kali perjumpaan Sangat Jarang Tabel 4.5 juga memberi informasi bahwa pengamatan yang dilakukan di Kali Lamong memiliki kemungkinan besar perjumpaan pasti dengan jenis Todirhampus chloris (Cekakak Sungai), Alcedo coerulescens (Raja Udang Biru), Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides striatus (Kokoan Laut), Nycticorax nycticorax (Kowak Malam Kelabu), Casmerodius albus (Kuntul Besar), Egretta garzetta (Kuntul Kecil), Streptopelia chinensis (Tekukur Biasa), Hirundo tahitica (Layang-layang Batu), dan Passer montanus (Gereja Erasia). Dari kesepuluh jenis tersebut, tujuh diantaranya memiliki ketergantungan yang besar dengan kawasan perairan sebagai nesting sites, feeding sites, dan resting sites. Jenis tersebut adalah Todirhampus chloris (Cekakak Sungai), Alcedo Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 44 coerulescens (Raja Udang Biru), Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides striatus (Kokoan Laut), Nycticorax nycticorax (Kowak Malam Kelabu), Casmerodius albus (Kuntul Besar), Egretta garzetta (Kuntul Kecil). Penamaan berdasarkan MacKinnon., et al (2010) Bhushan et al. (2003). Lain halnya dengan tiga jenis sisanya, Streptopelia chinensis (Tekukur Biasa), Hirundo tahitica (Layang-layang Batu), dan Passer montanus (Gereja Erasia). Jenis tersebut bukan merupakan jenis burung air, melainkan burung kosmopolit yang memiliki persebaran sangat luas dan memiliki daya adaptasi tinggi terhadap berbagai tipe habitat. MacKinnon et al. (2010) mengatakan ketiga jenis tersebut dapat berasosiasi dekat dengan manusia. Hidup berkelompok di sekitar rumah, pergudangan, dan lain-lain. Mereka mencari makan di berbagai lahan terbuka yang menghasilkan biji-biji kecil, kecuali Hirundo tahitica (Layang-layang Batu) yang memangsa serangga-serangga kecil. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tabel 4.5 Data frekuensi perjumpaan jenis burung selama sembilan kali pengamatan Nama Spesies No Skripsi Nama Indonesia Waktu Pengamatan 22-Feb Nama Latin 04-Mar 11-Mar 25-Mar 1 Haliastur indus Elang Bondol √ √ 2 Todirhampus chloris Cekakak Sungai √ √ 3 Todirhampus sanctus Cekakak Suci 4 Alcedo coerulescens Raja Udang Biru 5 Anas gibberifrons Itik Benjut 6 Apus affinis Kapinis Rumah √ √ √ √ 7 Collocalia esculenta Walet Sapi √ √ √ 8 Ardeola speciosa Blekok Sawah √ √ √ √ √ 01-Apr √ 08-Apr √ 22-Apr 29-Apr 06-Mei √ √ √ cukup sering √ √ √ selalu √ √ √ √ √ √ Indeks Perjumpaan sangat jarang √ √ √ √ selalu √ √ √ √ cukup sering √ √ √ √ sering √ √ √ √ √ √ √ √ √ sering √ selalu 9 Ardea purpurea Cangak Merah √ sangat jarang 10 Butorides striatus Kokokan Laut √ √ √ √ √ √ √ √ √ selalu 11 Nycticorax nycticorax Kowak Malam Kelabu √ √ √ √ √ √ √ √ √ selalu 12 Casmerodius albus Kuntul Besar √ √ √ √ √ √ √ √ √ selalu 13 Egretta garzetta Kuntul Kecil √ √ √ √ √ √ √ √ √ selalu 14 Bubulcus ibis Kuntul Kerbau √ √ √ √ √ √ √ √ sering 15 Mesophyx intermedia Kuntul Perak √ √ √ √ √ √ √ 16 Ixobrychus sinensis Bambangan Kuning 17 Artamus leucorhyncus Kekep Babi 18 Lalage nigra Kapasan Kemiri 19 Charadrius javanicus Cerek Jawa √ 20 Charadrius dubius Cerek Kalung Kecil √ 21 Charadrius alexandrinus Cerek Tilil √ 22 Aegithina tiphia Cipoh Kacat √ sangat jarang √ √ cukup sering √ jarang √ √ cukup sering √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ sering √ Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik jarang √ √ sering √ sering Hening Swastikaningrum 45 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi 23 Mycteria cinerea Bangau Bluwok √ 24 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa √ 25 Corvus enca Gagak Hutan 26 Centropus nigrorufus Bubut Jawa 27 Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu 28 Dicaeum trochileum Cabai Jawa √ √ 29 Hirundo rustica Layang-layang Api √ √ √ 30 Hirundo tahitica Layang-layang Batu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ sangat jarang √ √ √ √ √ √ √ √ selalu √ sangat jarang √ sangat jarang √ 31 Merops phillipinus Kirik-kirik Laut 32 Rhipidura javanica Kipasan Belang √ 33 Cyniris jugularis Burung Madu Sriganti √ 34 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk Padi Hitam 35 Dendrocopus macei Caladi Tilik 36 Lonchura maja Bondol Haji √ √ √ √ √ √ Bondol Peking Bondol Jawa 39 Passer montanus Gereja Erasia √ 40 Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang √ 41 Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk √ √ cukup sering √ √ √ √ √ selalu √ √ sering √ cukup sering jarang √ √ 37 Lonchura punctulata √ √ jarang √ √ √ √ √ √ √ √ jarang √ √ 42 Amaurornis phoenicurus Kareo Padi 43 Gallinula chloropus Mandar Batu 44 Numenius phaeopus Gajahan Pengala √ 45 Numenius madagascariensis Gajahan Timur √ 46 Calidris subminuta Kedidi Jari Panjang 47 Calidris ruficollis Kedidi Leher Merah 48 Actitis hypoleucos Trinil Pantai √ 49 Tringa glareola Trinil Semak √ √ √ √ √ √ sering sering √ √ jarang jarang √ 38 Lonchura leucogastroides √ sangat jarang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ selalu cukup sering √ √ √ √ √ √ √ sering √ cukup sering √ jarang cukup sering sangat jarang √ √ √ √ sangat jarang √ √ √ jarang √ Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik sering sangat jarang Hening Swastikaningrum 46 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 50 Himantophus leucocephalus Gagang Bayang Timur 51 Cisticola juncidis Cici Padi 52 Prinia inornata Perenjak Padi 53 Prinia flaviventris Perenjak Rawa 54 Gerygone sulphurea Remetuk Laut √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 57 Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis √ Dara Laut Sayap Putih 60 Sterna sumatrana Dara Laut Tengkuk Hitam 61 Zosterops palpebrosus √ √ √ sering √ cukup sering cukup sering cukup sering √ jarang sangat jarang √ √ jarang √ sangat jarang √ √ √ Kacamata Biasa Total Spesies √ √ Dara Laut Biasa Dara Laut Kecil Dara Laut Tiram jarang √ 55 Sterna hirundo 58 Chlidonias leucopterus jarang √ 56 Sterna albifrons 59 Gelochelidon nilotica √ √ 28 28 32 31 √ √ 30 √ 33 34 jarang √ 28 cukup sering 35 Keterangan: Fase bulan mati Fase bulan setengah Fase bulan terang Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik Hening Swastikaningrum 47 ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 48 4.1.4 Indeks kelimpahan burung di masing-masing pemanfaatan lahan Sebanyak 12 stasiun dipilih untuk mewakili beberapa pemanfaatan lahan yang terdapat di sepanjang jalur pengamatan Kali Lamong. Pemanfaatan lahan tersebut dibagi seperti dalam Tabel 4.6 beserta total luas wilayah keseluruhan. Data kelimpahan burung per tipe pemanfaatan lahan disajikan dalam Tabel 4.7. Lebih lanjut dinyatakan oleh Widodo (2009), jenis burung dengan indeks dominansi >5% dikategorikan sebagai jenis yang melimpah atau dominan. Tabel 4.6 Tipe pemanfaatan lahan yang berada di sekitar muara Kali Lamong. Luas area diukur berdasarkan citra satelit Google Earth (9 Juni 2012) Jenis Luas Total Area No Pemanfaatan Stasiun Luas Area (km2) (km2) Lahan 1 Permukiman I 0,0544 0,0739 IV 0,0195 2 Perindustrian II 0,0558 III 0,0288 0,1198 VIII 0,0352 3 Lahan Kosong V 0,0576 0,0862 VI 0,0286 4 Pertambakan VII 0,0376 IX 0,055 0,1402 X 0,0506 5 Hutan Mangrove XI 0,0748 0,0748 XII Dari data pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa jenis burung yang mendominasi pada kawasan permukiman adalah Apus nipalensis (Kapinis Rumah, 48,85%), kemudian di kawasan industri didominasi oleh Butorides striatus (Kokokan Laut, 19,42%) dan hutan mangrove dengan Egretta garzetta (Kuntul Kecil, 30,31%). Lahan kosong didominasi jenis Collocalia esculenta (Walet Sapi) sebesar 20,77%, sementara pertambakan didominasi Egretta garzetta (Kuntul Kecil) sebesar 16%. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Tabel 4.7 Data kelimpahan jenis burung pada masing-masing tipe pemanfaatan lahan di sekitar muara Kali Lamong. data diambil selama sembilan kali pengamatan Jumlah Individu per Tipe Pemanfaatan Lahan* Nama Spesies Nama Latin Nama Indonesia I II III IV 2 Indeks Dominansi (Di%) pada masing-masing tipe pemanfaatan lahan* V I II IV Elang Bondol Todirhampus chloris Cekakak Sungai Todirhampus sanctus Cekakak Suci Alcedo coerulescens Raja Udang Biru 1 2 Anas gibberifrons Itik Benjut 1 2 Apus affinis Kapinis Rumah Collocalia esculenta Walet Sapi Ardeola speciosa Blekok Sawah Ardea purpurea Cangak Merah Butorides striatus Kokokan Laut 37 9 4,32% 0,60% Nycticorax nycticorax Kowak Malam Kelabu 16 449 1,87% 29,97% Casmerodius albus Kuntul Besar 35 110 4,09% 7,34% Egretta garzetta Kuntul Kecil 129 454 0,97% 15,07% 30,31% Bubulcus ibis Kuntul Kerbau 1 119 0,97% 0,12% 7,94% Mesophyx intermedia Kuntul Perak 12 12 1,40% 0,80% Ixobrychus sinensis Bambangan Kuning Artamus leucorhyncus Kekep Babi 4 3 Lalage nigra Kapasan Kemiri 1 1 Charadrius javanicus Cerek Jawa 7 4 0,82% 0,27% Charadrius dubius Cerek Kalung Kecil 2 1 0,23% 0,07% Charadrius alexandrinus Cerek Tilil 25 8 2,92% 0,53% Aegithina tiphia Cipoh Kacat 5 3 0,58% 0,20% Mycteria cinerea Bangau Bluwok 2 1 16 10 0,97% V Haliastur indus 1 4 III 0,26% 1,94% 0,48% 1 191 51 1 36 1 0,26% 1,94% 16 2 0,26% 1,94% 40 48,85% 18 43 115 59 9 5 56 62 2 20 3 2 2 2 3 13,04% 0,48% 4 0,67% 4,21% 0,07% 1,87% 0,13% 19,32% 17,48% 20,77% 13,43% 3,94% 8,74% 2,42% 6,54% 4,14% 0,12% 3,58% 0,51% 19,42% 2,91% 0,97% 2,91% 3 1 1,87% 0,12% 1 14 0,27% 0,35% 1,93% 0,35% 0,48% 0,12% 0,48% 1,02% 7 0,47% 49 Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik Hening Swastikaningrum ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Streptopelia chinensis Tekukur Biasa 5 10 6 20 Corvus enca Gagak Hutan Centropus nigrorufus Bubut Jawa Cacomantis merulinus Wiwik Kelabu Dicaeum trochileum Cabai Jawa 1 7 Hirundo rustica Layang-layang Api 1 6 Hirundo tahitica Layang-layang Batu 79 14 5 Merops phillipinus Kirik-kirik Laut 3 3 Rhipidura javanica Kipasan Belang 1 Cyniris jugularis Burung Madu Sriganti 6 Phalacrocorax sulcirostris Pecuk Padi Hitam Dendrocopus macei Caladi Tilik Lonchura maja Bondol Haji Lonchura punctulata Bondol Peking Lonchura leucogastroides Bondol Jawa Passer montanus Gereja Erasia Pycnonotus aurigaster Cucak Kutilang Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk Amaurornis phoenicurus Kareo Padi Gallinula chloropus Mandar Batu Numenius phaeopus Gajahan Pengala Numenius madagascariensis Gajahan Timur Calidris subminuta Kedidi Jari Panjang Calidris ruficollis Kedidi Leher Merah Actitis hypoleucos Trinil Pantai Tringa glareola Trinil Semak 11 1,28% 9,71% 2,90% 1 0,26% 3 19 1 0,35% 0,26% 0,82% 5 0,26% 0,70% 0,33% 6 20,20% 6,76% 0,58% 0,40% 1,45% 0,35% 5 0,26% 3 1,53% 3 18,45% 0,58% 0,48% 1 2 5 5 4 13 33 4,60% 2,42% 0,58% 3,88% 6,28% 3,86% 0,23% 23 0,51% 3 13 2 3 1 9 9 1 1 5 11,11% 2,91% 6,28% 0,23% 0,77% 0,97% 4,35% 1,05% 0,26% 0,97% 0,58% 8 55 0,93% 103 6,43% 7 1,99% 46 1 11 6,88% 0,47% 17 2 0,07% 0,23% 1,94% 2 2 0,35% 0,35% 2 3 0,73% 0,12% 1 18 2,34% 5,37% 9 0,77% 1,94% 1 0,48% 1,29% 0,60% 0,07% 50 Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik Hening Swastikaningrum ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Himantophus leucocephalus Gagang Bayang Timur Cisticola juncidis Cici Padi Prinia inornata Perenjak Padi Prinia flaviventris Perenjak Rawa Gerygone sulphurea Remetuk Laut Sterna hirundo 2 8 13 1,52% 2 0,23% 2 1,94% 7 5 Dara Laut Biasa 14 8 Sterna albifrons Dara Laut Kecil 6 Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis Chlidonias leucopterus Dara Laut Sayap Putih Gelochelidon nilotica Dara Laut Tiram Sterna sumatrana Dara Laut Tengkuk Hitam Kacamata Biasa Total Spesies 8 1 22 24 52 1,02% 2,92% 0,33% 1,64% 0,53% 0,70% 2 0,13% 12 0,80% 5 0,33% 9 18 17 0,23% 3,38% 25 Zosterops palpebrosus 4 3,86% 0,93% 0,26% 0,60% 2,10% 31 391 103 207 856 1498 Total Individu *Keterangan: Pemanfaatan lahan I= permukiman, II= perindustrian, III= lahan kosong, IV= pertambakan, V=mangrove 51 Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik Hening Swastikaningrum ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 52 4.2. Keanekaragaman Jenis dan Kepadatan Populasi 4.2.1 Indeks keanekaragaman burung di masing-masing pemanfaatan lahan Hasil pengamatan menunjukkan nilai keanekaragaman yang berbeda disetiap pemanfaatan lahan. Data tersebut tersaji dalam Tabel 4.8. Melalui data tersebut dapat diidentifikasi bahwa bila kondisi habitat kurang baik untuk mendukung kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan dan atau faktor lain (luas area dan iklim), maka dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung itu sendiri (Hernowo, et al.,1988). Peterson (1980) dalam Rusmendro, et al.,(2009), menyatakan bahwa suatu komunitas dapat dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dari suatu asosiasi tumbuh-tumbuhan seperti pucuk, tajuk, dan batang. Penyebaran burung erat hubungannya dengan ketersediaan makanan atau dengan kata lain, burung tersebut memerlukan tempat khusus untuk hidupnya. Tabel 4.8 Tabel indeks keanekaragaman Shannon-Wiener selama sembilan kali pengamatan Jenis Pemanfaatan Lahan Permukiman Perindustrian Lahan Kosong Pertambakan 22 17 24 52 31 391 103 207 856 1498 1,67 2,39 2,52 3,19 2,06 Total Jumlah Spesies Total Jumlah Individu Indeks ShannonWiener (H') Kriteria Skripsi Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Hutan Mangrove Tinggi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 53 Tabel di atas menjelaskan bahwa kawasan pertambakan di sekitar Kali Lamong memiliki nilai keanekaragaman yang paling tinggi, yaitu 3,19. Diikuti oleh lahan kosong (2,52), perindustrian (2,39), hutan mangrove (2,06), dan permukiman (1,67). Tingginya angka keanekaragaman di kawasan pertambakan dapat disebabkan kawasan ini menyimpan banyak persediaan makanan bagi hampir semua jenis burung, terutama burung air. Burung- burung di kawasan ini juga memanfaatkan keberadaan mangrove di kawasan tambak untuk bersarang dan beristirahat. Widodo, (2009), memberikan pernyataan bahwa habitat yang kondisinya baik dan jauh dari gangguan manusia serta di dalamnya mengandung bermacam-macam sumber pakan, memungkinkan memiliki jenis burung yang banyak. Nilai 2,52 pada kawasan lahan kosong menjelaskan bahwa kawasan tersebut menyimpan sumber pakan yang banyak disukai burung-burung. Semak belukar yang terdapat di kawasan ini dapat menjadi salah satu faktor yang membuat burung-burung tersebut tertarik untuk singgah. Semak belukar yang rapat merupakan tempat berlindung yang baik bagi burung terutama yang bertubuh kecil terhadap serangan angin kencang, udara, dingin, dan predator yang lebih besar (Rusmendro, et al, 2009). Kawasan industri seperti terlihat dalam tabel 4.8 meskipun memiliki total jumlah spesies hanya 17 jenis, namun masih memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Hal ini bisa disebabkan susahnya akses masuk ke kawasan industri, membuat burung-burung di lokasi tersebut seolah ‘tak terjamah’ oleh kegiatan manusia secara langsung, sehingga mereka dapat dengan bebas beraktivitas. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 54 Padahal kawasan ini terus berkembang secara dinamis dan burung-burung yang terdapat di lokasi ini tengah terancam proses pengembangan kawasan yang begitu cepat. Pembangunan gedung, permukaan yang tidak dapat ditembus air, dan berbagai macam polusi di kota lebih jauh dapat mempengaruhi lingkungan termasuk pada iklim, juga terhadap komposisi jenis terutama fauna burung akibat kebisingan dan cahaya (Hardes dan Spellberg, 1992 dalam Anonim, 1999). Selanjutnya, untuk kawasan hutan mangrove yang hanya bernilai 2,06 menjelaskan bahwa melalui kegiatan pengamatan ini diketahui burung-burung di kawasan hutan mangrove (Pulau Galang) sebagai jenis yang memanfaatkan lokasi tersebut untuk tempat beristirahat. Terkecuali pada saat kondisi air laut surut, burung-burung terlihat ramai berada di gosongan lumpur untuk mencari makan. Selebihnya pada saat air laut pasang, burung-burung (terutama burung air), lebih sering teramati tengah berjemur saja bersama koloninya di tengah Pulau Galang. Kawasan permukiman menjadi kawasan dengan nilai keanekaragaman paling rendah, yaitu 1,67 yang berarti dalam skala sedang. Menurut Alikodra, (1990) dalam Rusmendro, et al. (2009), faktor yang mempengaruhi nilai H’ (keanekaragaman) adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis, dan sebaran individu pada masing-masing jenis. Komunitas yang memiliki nilai indeks keanekaragaman tinggi memiliki hubungan antar komponen dalam komunitas yang kompleks. Namun, bila keadaan sebaliknya, keanekaragaman jenis komunitas sedang mengalami tekanan (Rusmendro, et al.,2009). Indeks keanekaragaman membuktikan bahwa kekayaan hayati dalam suatu kawasan didukung secara penuh oleh kondisi ekologis disekelilingnya. Mulai dari Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 55 aktivitas makhluk hidup lain yang hidup berdampingan, keberadaan predator, ketersediaan pakan, hingga ketersediaan tempat tinggal yang aman dan nyaman untuk burung tersebut hingga dapat berkembangbiak. Melalui tabel 4.8 tersebut, jelas bahwa keragaman spesies burung merupakan suatu refleksi dari bermacammacam habitat dan kondisi iklim yang mampu mendukungnya (Sajithiran et al., 2004). Untuk memperjelas tampilan Tabel 4.8 dapat dilihat dalam grafik yang disajikan dalam gambar 4.22 berikut. 3,5 3,19 3 2,39 2,5 2 2,52 2,06 1,67 1,5 1 0,5 0 Permukiman Perindustrian Lahan Kosong Pertambakan Hutan Mangrove Indeks Keanekaragaman Gambar 4.22. Grafik indeks keanekaragaman Shanon- Wiener pada setiap pemanfaatan lahan di sekitar muara Kali Lamong. 4.2.2 Kepadatan populasi burung di masing-masing pemanfaatan lahan Kepadatan populasi ini digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah individu per spesies per luas wilayah dalam km2, apakah termasuk padat atau masih terhitung jarang. Hasil perhitungan kepadatan populasi di masing-masing pemanfaatan lahan disajikan dalam tabel 4.9. Data yang tertera dalam tabel tersebut menandakan bahwa setiap jenis yang dominan, maka akan menempati Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 56 posisi sebagai jenis yang juga paling padat. Pada kawasan permukiman, Kapinis Rumah (Apus nipalensis) menjadi jenis yang paling padat. Kokoan Laut (Butorides striatus) adalah jenis paling padat di kawasan perindustrian. Sementara di lahan kosong, pertambakan, dan hutan mangrove yang menjadi jenis paling padat secara berturut-turut adalah Walet Sapi (Collocalia esculenta), Gajahan Pengala (Numenius phaeopus) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta). Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 57 Tabel 4.9 Data kepadatan populasi burung per km2 Kepadatan Populasi (individu per km2) Nama Spesies Nama Latin Tipe Pemanfaatan Lahan* I II Haliastur indus Todirhampus chloris III 23,201856 13,5318 16,694491 11,600928 Todirhampus sanctus 13,5318 16,694491 Anas gibberifrons 13,5318 16,694491 Apus affinis 2584,5737 Collocalia esculenta 690,12179 Ardeola speciosa 11,600928 53,475936 114,12268 133,68984 256,77603 13,368984 114,12268 26,737968 464,03712 150,25042 498,83991 820,25678 788,77005 75,125209 58,00464 399,42939 828,87701 Ardea purpurea 7,1326676 263,9087 120,32086 Nycticorax nycticorax 114,12268 6002,6738 Casmerodius albus 249,64337 1470,5882 23,201856 920,11412 6069,5187 23,201856 7,1326676 1590,9091 85,592011 160,42781 Egretta garzetta 189,4452 27,063599 166,94491 25,041736 Bubulcus ibis Mesophyx intermedia 23,201856 25,041736 Ixobrychus sinensis 21,398003 Artamus leucorhyncus 46,403712 21,398003 Lalage nigra 11,600928 7,1326676 Charadrius javanicus 49,928673 53,475936 Charadrius dubius 14,265335 13,368984 178,31669 106,95187 35,663338 40,106952 Charadrius alexandrinus Aegithina tiphia 11,600928 54,127199 Mycteria cinerea Streptopelia chinensis 93,582888 67,658999 Corvus enca Centropus nigrorufus Skripsi V 7,1326676 Alcedo coerulescens Butorides striatus IV 83,472454 69,605568 142,65335 147,05882 7,1326676 13,5318 Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 58 Cacomantis merulinus 21,398003 Dicaeum trochileum 13,5318 49,928673 Hirundo rustica 13,5318 42,796006 66,84492 Hirundo tahitica 1069,0122 162,41299 35,663338 80,213904 34,802784 21,398003 158,59766 Merops phillipinus Rhipidura javanica Cyniris jugularis 13,5318 35,663338 81,190798 11,600928 21,398003 Phalacrocorax sulcirostris 21,398003 Dendrocopus macei 14,265335 Lonchura maja Lonchura punctulata 243,5724 16,694491 58,00464 35,663338 33,388982 150,81206 235,37803 Lonchura leucogastroides Passer montanus 14,265335 27,063599 Pycnonotus aurigaster Pycnonotus goiavier Amaurornis phoenicurus 266,82135 25,041736 150,81206 14,265335 40,595399 8,3472454 104,40835 64,194009 13,5318 8,3472454 35,663338 Gallinula chloropus 57,061341 Numenius phaeopus 392,29672 Numenius madagascariensis 121,25535 Calidris ruficollis 328,10271 40,595399 16,694491 11,600928 78,459344 Tringa glareola 92,724679 Cisticola juncidis 14,265335 Prinia inornata 16,694491 Prinia flaviventris 92,807425 14,265335 81,206497 178,31669 66,84492 Sterna hirundo 99,857347 106,95187 Sterna albifrons 42,796006 Chlidonias hybridus Skripsi 120,32086 13,368984 Himantophus leucocephalus Gerygone sulphurea 1377,0053 93,582888 Calidris subminuta Actitis hypoleucos 13,368984 54,127199 26,737968 Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 59 Chlidonias leucopterus 160,42781 Gelochelidon nilotica 66,84492 Sterna sumatrana Zosterops palpebrosus Luas Wilayah Pengamatan 57,061341 13,5318 0,0739 120,32086 128,38802 0,1198 0,0862 0,1402 0,0748 *Keterangan: Pemanfaatan lahan I= permukiman, II= perindustrian, III= lahan kosong, IV= pertambakan, V=mangrove Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 60 4.3. Indeks Renkonen Indeks Renkonen digunakan untuk mengetahui besar nilai indeks kesamaan komunitas. Lewat indeks berikut, diketahui persentase kesamaan komposisi antara dua stasiun yang dibandingkan. Tabel 4.10 Nilai indeks Renkonen. Tipe Pemanfaatan Lahan I II III IV V 43,32% 49,24% 28,42% 8,03% I 45% II III 45% 15% 30% 59,33% 42,59% IV Keterangan: 1= Permukiman, II= Perindustrian, III= Lahan Kosong, IV=Pertambakan, V= Hutan Mangrove Menurut Nurdini (2010), nilai Renkonen memiliki kesamaan yang jauh berbeda bila nilai ketidaksamaannya melebihi 50%. Pada tabel di atas, stasiun I tampak jelas berbeda terhadap stasiun IV dan V. Hal ini disebabkan adanya perbedaan vegetasi dan aktivitas makhluk hidup lain di masing-masing kawasan. Stasiun I merupakan kawasan permukiman yang minim vegetasi dan banyak terjadi aktifitas manusia, sehingga tidak menunjang aktifitas burung secara lebih jauh. Sementara stasiun IV dan V secara ekologis masih lebih menunjang kehidupan burung. Vegetasi di keduanya cenderung lebih alami dan belum banyak terganggu kegiatan manusia. Stasiun II yang merupakan kawasan industri juga jauh berbeda komposisinya dengan stasiun V (pertambakan). Segi vegetasi dan aktifitas Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga 61 manusia, membuat komposisi kesamaan burung antara keduanya berbeda. Stasiun III (lahan kosong) juga jauh berbeda terhadap stasiun IV (pertambakan). Hal ini juga masih disebabkan oleh adanya perbedaan vegetasi dan aktifitas manusia. Hal serupa juga terjadi pada stasiun IV terhadap stasiun V. Skripsi Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik