29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Kondisi umum lokasi pengamatan
Sepanjang tiga kilometer dari arah muara Kali Lamong hingga menuju hulu
tempat stasiun I berada, terdapat banyak lahan yang dimanfaatkan sebagai
kawasan permukiman, perindustrian/ pergudangan, pertambakan, hingga aktivitas
pelabuhan. Kondisi mangrove yang menjadi barier di tepi sungai hingga ke area
pertambakan juga cukup banyak mengalami perubahan fungsi. Bahkan di salah
satu titik pengamatan (stasiun X) telah dilakukan proses pengurukan tanah untuk
menunjang pembangunan rusunawa dan pengembangan kawasan Tempat
Pelelangan Ikan Romokalisari.
Penelitian dilakukan dengan mengambil 12 lokasi pengamatan berdasarkan
pemanfaatan tipe lahan yang ada di sekitar muara Kali Lamong, perbatasan
Surabaya- Gresik. Pemilihan lokasi tidak hanya berdasarkan perbedaan
pemanfaatan lahan, namun juga kemudahan akses, dan banyaknya potensi
perjumpaan dengan burung. Hasil pengukuran yang dilakukan berdasarkan
pencitraan Google Earth, lebar muara Kali Lamong adalah 66, 03 meter dan
panjang jalur pengamatan adalah 3, 21 kilometer.
Stasiun I (Gambar 4.8) merupakan kawasan permukiman yang berbatasan
dengan Kali Lamong di sisi selatan. Stasiun ini masuk kedalam wilayah Gresik,
tepatnya Desa Segoromadu, Kecamatan Kebomas. Aktivitas penduduk disini
29
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
30
sangat padat, terutama kegiatan nelayan. Sepanjang bantaran sungai, berjajar
perahu dan berdiri kompleks perkampungan nelayan. Pemandangan lain yang
menonjol dari stasiun ini adalah banyaknya sampah yang menumpuk di tepi badan
sungai. Vegetasi yang banyak dijumpai pada titik pengamatan adalah Kersen
(Muntingia calabura), Waru (Hibiscus tiliaceus), dan beberapa Api-api
(Avicennia sp.). Vegetasi di tepi stasiun I ini menjorok kearah badan sungai sejauh
enam meter.
(b)
(a)
Gambar 4.8 Kondisi stasiun I. (a) Beberapa perahu nelayan yang tengah
bersandar di bantaran sungai. (b) Nampak kondisi perkampungan
nelayan yang menjorok ke sungai.
Stasiun II (Gambar 4.9) masuk kedalam wilayah Gresik, diapit oleh
perindustrian di sisi utara dan Kali Lamong di sisi selatan. Lokasi stasiun II
berdekatan dengan jalan raya, sehingga membuat keadaan stasiun ini ramai dan
minim vegetasi. Vegetasi yang tercatat tumbuh di stasiun ini adalah jenis Angsana
atau dikenal dengan Sonokembang (Pterocarpus indicus) yang dimanfaatkan
sebagai peneduh jalan.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31
(a)
(b)
Gambar 4.9 Kondisi stasiun II. (a) Tepi jalan raya stasiun II yang ditanami pohon
Angsana (Pterocarpus indicus). (b) Kondisi stasiun II dikelilingi
kegiatan industri dan arus transportasi yang cukup padat.
Stasiun III (Gambar 4.10) adalah bagian dari kawasan industri yang masuk
dalam wilayah Surabaya. Aktivitas industri dan arus trasnportasi disini tidak kalah
padat dengan stasiun II, sehingga pengamatan lebih banyak dilakukan dari tepi
sungai yang berada di sisi utara stasiun. Vegetasi yang dapat dijumpai disini
adalah semak-semak, Avicennia sp., Waru (Hibiscus tiliaceus), dan beberapa
mangrove ikutan lain.
(a)
(b)
Gambar 4.10 Kondisi stasiun III. (a) dan (b) Sisi utara stasiun III yang berbatasan
dengan Kali Lamong.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32
Stasiun IV (Gambar 4.11) merupakan kawasan permukiman yang
berbatasan dengan Kali Lamong di sisi utara. Stasiun ini juga berdekatan dengan
jalur jembatan jalan raya penghubung Surabaya dan Gresik. Jenis vegetasi yang
bisa dijumpai adalah Avicennia sp. dan beberapa mangrove ikutan. Berdasarkan
pencitraan Google Earth, ketebalan vegetasi di stasiun ini mencapai 11, 72 meter
kearah sungai.
Gambar 4.11 Kondisi stasiun IV. Jembatan jalan raya penghubung Surabaya dan
Gresik diambil dari sisi permukiman.
Stasiun V (Gambar 4.12) adalah kawasan lahan kosong yang masuk dalam
wilayah Gresik. Sisi selatan stasiun ini berbatasan dengan Kali Lamong,
sementara sisi baratnya berbatasan dengan jalan raya penghubung SurabayaGresik. Salah satu titik pada sisi utara lahan kosong ini tengah mengalami proses
pengurukan tanah untuk mendukung sebuah proyek industri.
Kondisi yang kerap terjadi selama pengamatan Saat Kali Lamong
mengalami pasang tinggi adalah berubahnya lahan ini membentuk kubangan
berukuran besar. Vegetasi yang tumbuh di kawasan ini berupa semak-semak dan
mangrove ikutan.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33
(a)
(b)
Gambar 4.12 Kondisi stasiun V. (a) Kawasan lahan kosong dilihat dari sisi jalan
raya penghubung Surabaya- Gresik. (b) Jalan raya penguhubung
Surabaya- Gresik yang berada di sisi barat stasiun V.
Stasiun VI (Gambar 4.13) merupakan kawasan lahan kosong yang berada di
sisi Kali Lamong wilayah Surabaya. Wilayah ini diapit oleh permukiman, jalan
raya Osowilangun, dan area industri. Vegetasi yang banyak di kawasan ini adalah
semak-semak dan perdu.
(a)
(b)
Gambar 4.13 Kondisi stasiun VI. (a) Kawasan lahan kosong yang berada
di sisi selatan Kali Lamong dan termasuk kedalam wilayah
Surabaya. (b) Salah satu bangunan industri yang berdekatan
dengan stasiun VI.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
34
Stasiun VII (Gambar 4.14) merupakan salah satu dari tiga stasiun yang
mewakili area pertambakan. Jenis tambak yang dikerjakan pada stasiun ini adalah
tambak ikan dan garam. Vegetasi stasiun ini banyak ditumbuhi jenis mangrove
Rhizopora sp. dan Avicennia sp baik di yang berada di tepi sungai maupun di
sekitar tambak. Selain itu stasiun ini juga berdekatan dengan kawasan
perindustrian di sisi utara dan barat.
(a)
(b)
Gambar 4.14 Kondisi stasiun VII. (a) Titik akses masuk ke lokasi stasiun 7 dari
arah Kali Lamong. (b) Kondisi area tambak di stasiun VII.
Stasiun VIII (gambar 4.15) adalah perwakilan dari daerah industri yang
masuk kedalam kawasan Gresik. Jenis industri yang dipekerjakan di kawasan ini
adalah logging. Berdasarkan citra satelit Google Earth, stasiun VIII memiliki
ketebalan mangrove hingga 19,35 meter ke arah sungai. Akses yang kurang
memadai membuat kegiatan pengamatan lebih banyak dilakukan dari arah
sungai.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35
Gambar 4.15 Kondisi stasiun VIII. Tampak salah satu industri logging yang
berbatasan dengan Kali Lamong di bagian selatan stasiun.
Stasiun IX (gambar 4.16) menjadi salah satu stasiun yang mewakili kawasan
pertambakan. Jenis pertambakan yang dipekerjakan disini adalah tambak ikan dan
tambak garam. Rhizopora sp. dan Avicennia sp. menjadi jenis mangrove yang
mudah dijumpai pada stasiun ini. Berdasarkan lokasinya tersebut, stasiun IX
termasuk dalam wilayah Surabaya.
(a)
(b)
Gambar 4.16 Kondisi stasiun IX. (a) Kawasan pertambakan yang memproduksi
ikan. (b) Kawasan pertambakan yang memproduksi garam.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
36
Stasiun X (gambar 4.17) adalah salah satu stasiun yang juga mewakili lokasi
pertambakan. Lokasi ini berseberangan dengan Pulau Galang di bagian timur dan
bersebelahan dengan Tempat Pelelangan Ikan di bagian selatan stasiun.
Berdasarkan informasi di lapangan, pada pos ini akan dibangun rusunawa
program pemerintah setempat. Jenis Rhizopora sp. menjadi mangrove yang
mudah dijumpai pada stasiun ini.
(a)
(b)
Gambar 4.17 Kondisi stasiun X. (a) Salah satu sisi stasiun X yang tengah
mengalami pengurukan untuk dibangun rusunawa. (b) Kawasan
pertambakan di stasiun X.
Stasiun XI (gambar 4.18) dan XII (Gambar 4.19) berlokasi di Pulau Galang
yang menjadi perwakilan area hutan mangrove. Stasiun XII sendiri menjadi
stasiun terakhir pengamatan dan berada di sisi timur Pulau Galang, berhadapan
langsung dengan Teluk Lamong.
Pada stasiun XII, khususnya saat surut, akan nampak dataran lumpur
(gosongan) yang berlaku sebagai feeding ground, terutama bagi burung-burung
air. Baik stasiun XI maupun XII banyak ditumbuhi mangrove berjenis Rhizopora
sp. dan Avicennia sp.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37
(a)
(b)
Gambar 4.18 Kondisi stasiun XI. (a) dan (b) Kawasan hutan mangrove di Pulau
Galang yang terletak di muara Kali Lamong.
(a)
(b)
Gambar 4.19 Kondisi stasiun XII. (a) Gosongan di sekitar Pulau Galang yang
menjadi feeding ground berbagai burung air terutama burung
perancah saat surut. (b) Sisi hutan mangrove Pulau Galang sebagai
roosting dan nesting sites bagi beberapa jenis burung air.
4.1.2 Kondisi fisik lapangan saat pengamatan
Keadaan fisik lingkungan saat pengamatan cukup penting untuk dicatat
karena pada beberapa jenis burung, kondisi fisik lingkungan tertentu
mempengaruhi waktu keberadaannya. Melalui pencatatan kondisi fisik beserta
kondisi astronomis (dalam pengamatan ini adalah fase bulan), dapat diketahui
jenis apa saja yang dapat dijumpai pada waktu dan keadaan tersebut. Data
mengenai kedua kondisi tersebut tercantum dalam Tabel 4.2 dan diambil
berdasarkan tiap waktu pengamatan secara umum.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 4.2 Tabel kondisi fisik lingkungan di sekitar muara Kali Lamong. Data diambil berdasarkan pengamatan lapangan rentang pukul 06.00-15.00 WIB
dan telah disesuaikan dengan data BMKG Stamer II, Tanjung Perak, Surabaya.
Faktor Lingkungan
No
Tanggal
Pengamatan
(Masehi)
22 Februari 2012
1
11 Maret 2012
25 Maret 2012
01 April 2012
08 April 2012
22 April 2012
7
29 April 2012
Skripsi
New Moon
31,1
68,40%
6,4
Segala penjuru
40
18.00
-70
06.00
Full Moon
30,09
70,60%
9,4
Tenggara- Utara
50
14.00
-70
03.00
Waning Gibbous
26,5
85,10%
7,7
Tenggara- Utara
30
13.00
-20
21.00
Waxing Crescent
31,77
73,80%
5,6
Utara-Selatan
30
11.00
-30
20.00
First Quarter
29,17
74,80%
7,8
Segala penjuru
60
13.00
-60
01.00
Full Moon
29,96
71,40%
8,9
Utara- Tenggara
40
10.00
-40
19.00
New Moon
31,67
65,20%
7
Selatan- Utara
50
10.00
-60
20.00
First Quarter
29,18
79,10%
9,8
Utara- Selatan
70
11.00
-70
01.00
Full Moon
29,64
70%
8,7
Utara- Barat daya
60
10.00
-70
20.00
9 Jumadil Akhir 1433 H
7 Pon
06 Mei 2012
Pukul (WIB)
2 Jumadil Akhir 1433 H
30 Legi
8
Surut
Minimum
(dalam cm)
18 Jumadil Awal 1433 H
16 Pahing
6
Pukul (WIB)
11 Jumadil Awal 1433 H
9 Kliwon
5
Pasang
Maksimum
(dalam cm)
4 Jumadil Awal 1433 H
2 Pon
4
Arah Angin
19 Rabiul Akhir 1433 H
17 Wage
3
Kondisi Perairan
Kecepatan
Angin Ratarata (dalam
knots )
12 Rabiul Akhir 1433 H
10 Pahing
2
Fase Bulan
Kelembapan
Suhu Harian
Harian RataRata-rata
rata (dalam
(dalam oC)
%)
1 Rabiul Akhir 1433 H
29 Legi
04 Maret 2012
9
Tanggal Pengamatan (Hijriyah
dan Jawa)
16 Jumadil Akhir 1433 H
14 Kliwon
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Hening Swastikaningrum
38
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39
4.1.3 Inventarisasi jenis-jenis burung yang dijumpai
Hasil inventarisasi selama sembilan kali pengamatan dalam kurun waktu
Februari-Mei 2012 menunjukkan sebanyak 61 jenis burung dapat dijumpai di
kawasan Kali Lamong. Dari jumlah tersebut sebanyak 30 jenis merupakan jenis
burung air dan 31 jenis sisanya merupakan jenis non-burung air. Satu dari 61 jenis
tersebut merupakan jenis raptor, yaitu Haliastur indus (Elang Bondol). Sementara
tujuh dari 61 jenis termasuk sebagai spesies burung migran, yaitu Todirhampus
sanctus (Cekakak Suci), Hirundo rustica (Layang-layang Api), Calidris
subminuta (Kedidi Jari Panjang), Calidris ruficollis (Kedidi Leher Merah), Actitis
hypoleucos (Trinil Pantai), Tringa glareola (Trinil Semak), Sterna hirundo (Dara
Laut Biasa), dan Chlidonias leucopterus (Dara Laut Sayap Putih).
Keseluruhan avifauna tersebut terbagi kedalam 27 famili. Dua dari 61 jenis
tersebut merupakan jenis endemik Jawa, yaitu Centropus nigrorufus (Bubut Jawa)
dan Charadrius javanicus (Cerek Jawa). Hasil inventarisasi juga menunjukkan
sebanyak empat dari 61 jenis tersebut masuk kedalam daftar IUCN Red Lists
Threatened. Jenis tersebut adalah Charadrius javanicus (Cerek Jawa) berstatus
Near Threatened, Mycteria cinerea (Bangau Bluwok) berstatus Vulnerable,
Centropus nigrorufus (Bubut Jawa) berstatus Vulnerable, dan Numenius
madagascariensis (Gajahan Timur) berstatus Vulnerable. Data inventarisasi
burung dapat dilihat pada Tabel 4.3. Data inventarisasi burung beserta status
perlindungan dan status migrasi secara detil berada di Lampiran II.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
40
Tabel 4.3 Tabel hasil inventarisasi jenis burung di kawasan penelitian selama
sembilan kali pengamatan. Rentang waktu Februari- Mei 2012.
No.
Spesies Burung
Famili
Nama Latin
Nama Inggris
1
Accipitridae
Haliastur indus
Elang Bondol
Brahminy Kite
2
Alcedinidae
Todirhampus chloris
Cekakak Sungai
Collared Kingfisher
3
Todirhampus sanctus
Cekakak Suci
Sacred Kingfisher
4
Alcedo coerulescens
Raja Udang Biru
Small Blue Kingfisher
5
Anatidae
Anas gibberifrons
Itik Benjut
Sunda Teal
6
Apodidae
Apus affinis
Kapinis Rumah
Little Swift
Collocalia esculenta
Walet Sapi
Glossy Swiftlet
Ardeola speciosa
Blekok Sawah
Javan Pond-heron
Ardea purpurea
Cangak Merah
Purple Heron
10
Butorides striatus
Kokokan Laut
Striated Heron
11
Nycticorax nycticorax
Kowak Malam Kelabu
Black-crowned Night Heron
12
Casmerodius albus
Kuntul Besar
Great Egret
13
Egretta garzetta
Kuntul Kecil
Little Egret
14
Bubulcus ibis
Kuntul Kerbau
Cattle Egret
15
Mesophyx intermedia
Kuntul Perak
Intermediate Egret
7
8
Ardeidae
9
16
Ixobrychus sinensis
Bambangan Kuning
Yellow Bittern
17
Artamidae
Artamus leucorhyncus
Kekep Babi
White-breasted Wood-swallow
18
Campephagidae
Lalage nigra
Kapasan Kemiri
Pied Triller
19
Charadriidae
Charadrius javanicus
Cerek Jawa
Javan Plover
20
Charadrius dubius
Cerek Kalung Kecil
Little Ringed Plover
21
Charadrius alexandrinus
Cerek Tilil
Kentish Plover
22
Chloropseidae
Aegithina tiphia
Cipoh Kacat
Common Iora
23
Ciconiidae
Mycteria cinerea
Bangau Bluwok
Milky Stork
24
Columbidae
Streptopelia chinensis
Tekukur Biasa
Spotted-dove
25
Corvidae
Corvus enca
Gagak Hutan
Slender-billed Crow
26
Cuculidae
Centropus nigrorufus
Bubut Jawa
Sunda Coucal
Cacomantis merulinus
Wiwik Kelabu
Plaintive Cuckoo
27
28
Dicaeidae
Dicaeum trochileum
Cabai Jawa
Scarlet-headed Flowerpecker
29
Hirundinidae
Hirundo rustica
Layang-layang Api
Barn Swallow
Hirundo tahitica
Layang-layang Batu
Pacific Swallow
30
Skripsi
Nama Indonesia
31
Meropidae
Merops philippinus
Kirik-kirik Laut
Blue-tailed Bee-eaters
32
Muscicapidae
Rhipidura javanica
Kipasan Belang
Pied Fantail
33
Nectariniidae
Cyniris jugularis
Burung Madu Sriganti
Olive-backed Sunbird
34
Phalacrocoracidae
Phalacrocorax sulcirostris
Pecuk Padi Hitam
Little Black Cormorant
35
Picidae
Dendrocopus moluccensis
Caladi Tilik
Sunda Woodpecker
36
Ploceidae
Lonchura maja
Bondol Haji
White-headed Munia
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
41
37
Lonchura punctulata
Bondol Peking
Scaly-breasted Munia
38
Lonchura leucogastroides
Bondol Jawa
Javan Munia
39
Passer montanus
Gereja Erasia
Eurasian Tree Sparrow
Pycnonotus aurigaster
Cucak Kutilang
Sooty-headed Bulbul
Pycnonotus goiavier
Merbah Cerukcuk
Yellow-vented Bulbul
Amaurornis phoenicurus
Kareo Padi
White-breasted Waterhen
Gallinula chloropus
Mandar Batu
Common Moorhen
Numenius phaeopus
Gajahan Pengala
Whimbrel
45
Numenius madagascariensis
Gajahan Timur
Far-eastern Curlew
46
Calidris subminuta
Kedidi Jari Panjang
Long-toed Stint
47
Calidris ruficollis
Kedidi Leher Merah
Red-necked Stint
48
Actitis hypoleucos
Trinil Pantai
Common Sandpiper
49
Tringa glareola
Trinil Semak
Wood Sandpiper
50
Himantophus leucocephalus
Gagang Bayang Timur
White-headed Stilt
Cisticola juncidis
Cici Padi
Zitting Cisticola
52
Prinia inornata
Perenjak Padi
Plain Prinia
53
Prinia flaviventris
Perenjak Rawa
Yellow-bellied Prinia
54
Gerygone sulphurea
Remetuk Laut
Golden-bellied Gerygone
Sterna hirundo
Dara Laut Biasa
Common Tern
56
Sterna albifrons
Dara Laut Kecil
Little Tern
57
Chlidonias hybridus
Dara Laut Kumis
Whiskered Terns
58
Chlidonias leucopterus
Dara Laut Sayap Putih
White-winged Tern
59
Gelochelidon nilotica
Dara Laut Tiram
Gull-billed Tern
60
Sterna sumatrana
Dara Laut Tengkuk Hitam
Black-naped Tern
40
Pycnonotidae
41
42
Rallidae
43
44
51
55
Scolopacidae
Silviidae
Sternidae
61 Zosteropidae
Zosterops palpebrosus
Kacamata Biasa
Oriental White-eye
Keterangan: Penamaan ilmiah spesies burung berdasarkan Mackinnon et al., 2010 dan Oriental Bird Images.com.
Inventarisasi burung di atas bertujuan untuk mengumpulkan data dasar
salah satu keanekaragaman hayati yang terdapat di Kali Lamong. Selama kurun
waktu pengamatan, beberapa jenis burung selalu dapat teramati di setiap waktu
pengamatan. Frekuensi perjumpaan tersebut dikelompokkan kedalam Tabel 4.4
berdasarkan waktu pengamatannya. Grafik frekuensi perjumpaan individu dan
masing-masing spesies selama pengamatan dapat dilihat pada gambar 4.20 dan
4.21.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
42
Grafik Jumlah Individu Saat Pengamatan
(Februari-Mei 2012)
Jumlah Individu
600
500
400
300
200
Jumlah Individu
100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Waktu Pengamatan
(Minggu Ke-)
Gambar 4.20 Grafik fluktuasijumlah individu dari beberapa jenis burung selama
sembilan kali pengamatan. Jumlah individu tertinggi terdapat pada
pengamatan keempat (25 Maret 2012), yaitu sebanyak 507
individu.
Grafik Jumlah Spesies Saat Pengamatan
40
Jumlah Spesies
35
30
25
20
15
Jumlah Spesies
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Waktu Pengamatan
(Minggu Ke-)
Gambar 4.21. Grafik fluktuasi jumlah spesies burung selama sembilan kali
pengamatan. Jumlah spesies tertinggi terdapat pada pengamatan
kesembilan (6 Mei 2012), yaitu sebanyak 35 spesies dalam sekali
pengamatan.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
Penjelasan tentang jenis-jenis yang selalu hingga yang paling jarang
dijumpai terdapat pada tabel 4.5. Penggolongan tersebut bertujuan mempermudah
penyampaian informasi tentang keberadaan suatu jenis di lokasi pengamatan.
Dalam tabel tersebut juga terdapat klasifikasi frekuensi perjumpaan selama
sembilan kali pengamatan sebagai berikut (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Tabel klasifikasi perjumpaan jenis burung selama sembilan kali
pengamatan
Frekuensi Perjumpaan
Klasifikasi
9 kali perjumpaan
Selalu
6-8 kali perjumpaan
Sering
4-5 kali perjumpaan
Cukup Sering
2-3 kali perjumpaan
Jarang
1 kali perjumpaan
Sangat Jarang
Tabel 4.5 juga memberi informasi bahwa pengamatan yang dilakukan di
Kali Lamong memiliki kemungkinan besar perjumpaan pasti dengan jenis
Todirhampus chloris (Cekakak Sungai), Alcedo coerulescens (Raja Udang Biru),
Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides striatus (Kokoan Laut), Nycticorax
nycticorax (Kowak Malam Kelabu), Casmerodius albus (Kuntul Besar), Egretta
garzetta (Kuntul Kecil), Streptopelia chinensis (Tekukur Biasa), Hirundo tahitica
(Layang-layang Batu), dan Passer montanus (Gereja Erasia).
Dari kesepuluh jenis tersebut, tujuh diantaranya memiliki ketergantungan
yang besar dengan kawasan perairan sebagai nesting sites, feeding sites, dan
resting sites. Jenis tersebut adalah Todirhampus chloris (Cekakak Sungai), Alcedo
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
coerulescens (Raja Udang Biru), Ardeola speciosa (Blekok Sawah), Butorides
striatus (Kokoan Laut), Nycticorax nycticorax (Kowak Malam Kelabu),
Casmerodius albus (Kuntul Besar), Egretta garzetta (Kuntul Kecil). Penamaan
berdasarkan MacKinnon., et al (2010) Bhushan et al. (2003).
Lain halnya dengan tiga jenis sisanya, Streptopelia chinensis (Tekukur
Biasa), Hirundo tahitica (Layang-layang Batu), dan Passer montanus (Gereja
Erasia). Jenis tersebut bukan merupakan jenis burung air, melainkan burung
kosmopolit yang memiliki persebaran sangat luas dan memiliki daya adaptasi
tinggi terhadap berbagai tipe habitat.
MacKinnon et al. (2010) mengatakan ketiga jenis tersebut dapat
berasosiasi dekat dengan manusia. Hidup berkelompok di sekitar rumah,
pergudangan, dan lain-lain. Mereka mencari makan di berbagai lahan terbuka
yang menghasilkan biji-biji kecil, kecuali Hirundo tahitica (Layang-layang Batu)
yang memangsa serangga-serangga kecil.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 4.5 Data frekuensi perjumpaan jenis burung selama sembilan kali pengamatan
Nama Spesies
No
Skripsi
Nama Indonesia
Waktu Pengamatan
22-Feb
Nama Latin
04-Mar
11-Mar
25-Mar
1 Haliastur indus
Elang Bondol
√
√
2 Todirhampus chloris
Cekakak Sungai
√
√
3 Todirhampus sanctus
Cekakak Suci
4 Alcedo coerulescens
Raja Udang Biru
5 Anas gibberifrons
Itik Benjut
6 Apus affinis
Kapinis Rumah
√
√
√
√
7 Collocalia esculenta
Walet Sapi
√
√
√
8 Ardeola speciosa
Blekok Sawah
√
√
√
√
√
01-Apr
√
08-Apr
√
22-Apr
29-Apr
06-Mei
√
√
√
cukup sering
√
√
√
selalu
√
√
√
√
√
√
Indeks Perjumpaan
sangat jarang
√
√
√
√
selalu
√
√
√
√
cukup sering
√
√
√
√
sering
√
√
√
√
√
√
√
√
√
sering
√
selalu
9 Ardea purpurea
Cangak Merah
√
sangat jarang
10 Butorides striatus
Kokokan Laut
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
11 Nycticorax nycticorax
Kowak Malam Kelabu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
12 Casmerodius albus
Kuntul Besar
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
13 Egretta garzetta
Kuntul Kecil
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
14 Bubulcus ibis
Kuntul Kerbau
√
√
√
√
√
√
√
√
sering
15 Mesophyx intermedia
Kuntul Perak
√
√
√
√
√
√
√
16 Ixobrychus sinensis
Bambangan Kuning
17 Artamus leucorhyncus
Kekep Babi
18 Lalage nigra
Kapasan Kemiri
19 Charadrius javanicus
Cerek Jawa
√
20 Charadrius dubius
Cerek Kalung Kecil
√
21 Charadrius alexandrinus
Cerek Tilil
√
22 Aegithina tiphia
Cipoh Kacat
√
sangat jarang
√
√
cukup sering
√
jarang
√
√
cukup sering
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
sering
√
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
jarang
√
√
sering
√
sering
Hening Swastikaningrum
45
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
23 Mycteria cinerea
Bangau Bluwok
√
24 Streptopelia chinensis
Tekukur Biasa
√
25 Corvus enca
Gagak Hutan
26 Centropus nigrorufus
Bubut Jawa
27 Cacomantis merulinus
Wiwik Kelabu
28 Dicaeum trochileum
Cabai Jawa
√
√
29 Hirundo rustica
Layang-layang Api
√
√
√
30 Hirundo tahitica
Layang-layang Batu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
sangat jarang
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
√
sangat jarang
√
sangat jarang
√
31 Merops phillipinus
Kirik-kirik Laut
32 Rhipidura javanica
Kipasan Belang
√
33 Cyniris jugularis
Burung Madu Sriganti
√
34 Phalacrocorax sulcirostris
Pecuk Padi Hitam
35 Dendrocopus macei
Caladi Tilik
36 Lonchura maja
Bondol Haji
√
√
√
√
√
√
Bondol Peking
Bondol Jawa
39 Passer montanus
Gereja Erasia
√
40 Pycnonotus aurigaster
Cucak Kutilang
√
41 Pycnonotus goiavier
Merbah Cerukcuk
√
√
cukup sering
√
√
√
√
√
selalu
√
√
sering
√
cukup sering
jarang
√
√
37 Lonchura punctulata
√
√
jarang
√
√
√
√
√
√
√
√
jarang
√
√
42 Amaurornis phoenicurus
Kareo Padi
43 Gallinula chloropus
Mandar Batu
44 Numenius phaeopus
Gajahan Pengala
√
45 Numenius madagascariensis
Gajahan Timur
√
46 Calidris subminuta
Kedidi Jari Panjang
47 Calidris ruficollis
Kedidi Leher Merah
48 Actitis hypoleucos
Trinil Pantai
√
49 Tringa glareola
Trinil Semak
√
√
√
√
√
√
sering
sering
√
√
jarang
jarang
√
38 Lonchura leucogastroides
√
sangat jarang
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
selalu
cukup sering
√
√
√
√
√
√
√
sering
√
cukup sering
√
jarang
cukup sering
sangat jarang
√
√
√
√
sangat jarang
√
√
√
jarang
√
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
sering
sangat jarang
Hening Swastikaningrum
46
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50 Himantophus leucocephalus
Gagang Bayang Timur
51 Cisticola juncidis
Cici Padi
52 Prinia inornata
Perenjak Padi
53 Prinia flaviventris
Perenjak Rawa
54 Gerygone sulphurea
Remetuk Laut
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
57 Chlidonias hybridus
Dara Laut Kumis
√
Dara Laut Sayap Putih
60 Sterna sumatrana
Dara Laut Tengkuk Hitam
61 Zosterops palpebrosus
√
√
√
sering
√
cukup sering
cukup sering
cukup sering
√
jarang
sangat jarang
√
√
jarang
√
sangat jarang
√
√
√
Kacamata Biasa
Total Spesies
√
√
Dara Laut Biasa
Dara Laut Kecil
Dara Laut Tiram
jarang
√
55 Sterna hirundo
58 Chlidonias leucopterus
jarang
√
56 Sterna albifrons
59 Gelochelidon nilotica
√
√
28
28
32
31
√
√
30
√
33
34
jarang
√
28
cukup sering
35
Keterangan:
Fase bulan mati
Fase bulan setengah
Fase bulan terang
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Hening Swastikaningrum
47
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
48
4.1.4 Indeks kelimpahan burung di masing-masing pemanfaatan lahan
Sebanyak 12 stasiun dipilih untuk mewakili beberapa pemanfaatan lahan
yang terdapat di sepanjang jalur pengamatan Kali Lamong. Pemanfaatan lahan
tersebut dibagi seperti dalam Tabel 4.6 beserta total luas wilayah keseluruhan.
Data kelimpahan burung per tipe pemanfaatan lahan disajikan dalam Tabel
4.7. Lebih lanjut dinyatakan oleh Widodo (2009), jenis burung dengan indeks
dominansi >5% dikategorikan sebagai jenis yang melimpah atau dominan.
Tabel 4.6 Tipe pemanfaatan lahan yang berada di sekitar muara Kali Lamong.
Luas area diukur berdasarkan citra satelit Google Earth (9 Juni 2012)
Jenis
Luas Total Area
No
Pemanfaatan
Stasiun Luas Area (km2)
(km2)
Lahan
1
Permukiman
I
0,0544
0,0739
IV
0,0195
2
Perindustrian
II
0,0558
III
0,0288
0,1198
VIII
0,0352
3
Lahan Kosong
V
0,0576
0,0862
VI
0,0286
4
Pertambakan
VII
0,0376
IX
0,055
0,1402
X
0,0506
5
Hutan Mangrove
XI
0,0748
0,0748
XII
Dari data pada Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa jenis burung yang
mendominasi pada kawasan permukiman adalah Apus nipalensis (Kapinis Rumah,
48,85%), kemudian di kawasan industri didominasi oleh Butorides striatus
(Kokokan Laut, 19,42%) dan hutan mangrove dengan Egretta garzetta (Kuntul
Kecil, 30,31%). Lahan kosong didominasi jenis Collocalia esculenta (Walet Sapi)
sebesar 20,77%, sementara pertambakan didominasi Egretta garzetta (Kuntul
Kecil) sebesar 16%.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tabel 4.7 Data kelimpahan jenis burung pada masing-masing tipe pemanfaatan lahan di sekitar muara
Kali Lamong. data diambil selama sembilan kali pengamatan
Jumlah Individu per Tipe
Pemanfaatan Lahan*
Nama Spesies
Nama Latin
Nama Indonesia
I
II
III
IV
2
Indeks Dominansi (Di%) pada masing-masing tipe
pemanfaatan lahan*
V
I
II
IV
Elang Bondol
Todirhampus chloris
Cekakak Sungai
Todirhampus sanctus
Cekakak Suci
Alcedo coerulescens
Raja Udang Biru
1
2
Anas gibberifrons
Itik Benjut
1
2
Apus affinis
Kapinis Rumah
Collocalia esculenta
Walet Sapi
Ardeola speciosa
Blekok Sawah
Ardea purpurea
Cangak Merah
Butorides striatus
Kokokan Laut
37
9
4,32%
0,60%
Nycticorax nycticorax
Kowak Malam Kelabu
16
449
1,87%
29,97%
Casmerodius albus
Kuntul Besar
35
110
4,09%
7,34%
Egretta garzetta
Kuntul Kecil
129
454
0,97%
15,07%
30,31%
Bubulcus ibis
Kuntul Kerbau
1
119
0,97%
0,12%
7,94%
Mesophyx intermedia
Kuntul Perak
12
12
1,40%
0,80%
Ixobrychus sinensis
Bambangan Kuning
Artamus leucorhyncus
Kekep Babi
4
3
Lalage nigra
Kapasan Kemiri
1
1
Charadrius javanicus
Cerek Jawa
7
4
0,82%
0,27%
Charadrius dubius
Cerek Kalung Kecil
2
1
0,23%
0,07%
Charadrius alexandrinus
Cerek Tilil
25
8
2,92%
0,53%
Aegithina tiphia
Cipoh Kacat
5
3
0,58%
0,20%
Mycteria cinerea
Bangau Bluwok
2
1
16
10
0,97%
V
Haliastur indus
1
4
III
0,26%
1,94%
0,48%
1
191
51
1
36
1
0,26%
1,94%
16
2
0,26%
1,94%
40
48,85%
18
43
115
59
9
5
56
62
2
20
3
2
2
2
3
13,04%
0,48%
4
0,67%
4,21%
0,07%
1,87%
0,13%
19,32%
17,48%
20,77%
13,43%
3,94%
8,74%
2,42%
6,54%
4,14%
0,12%
3,58%
0,51%
19,42%
2,91%
0,97%
2,91%
3
1
1,87%
0,12%
1
14
0,27%
0,35%
1,93%
0,35%
0,48%
0,12%
0,48%
1,02%
7
0,47%
49
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Hening Swastikaningrum
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Streptopelia chinensis
Tekukur Biasa
5
10
6
20
Corvus enca
Gagak Hutan
Centropus nigrorufus
Bubut Jawa
Cacomantis merulinus
Wiwik Kelabu
Dicaeum trochileum
Cabai Jawa
1
7
Hirundo rustica
Layang-layang Api
1
6
Hirundo tahitica
Layang-layang Batu
79
14
5
Merops phillipinus
Kirik-kirik Laut
3
3
Rhipidura javanica
Kipasan Belang
1
Cyniris jugularis
Burung Madu Sriganti
6
Phalacrocorax sulcirostris
Pecuk Padi Hitam
Dendrocopus macei
Caladi Tilik
Lonchura maja
Bondol Haji
Lonchura punctulata
Bondol Peking
Lonchura leucogastroides
Bondol Jawa
Passer montanus
Gereja Erasia
Pycnonotus aurigaster
Cucak Kutilang
Pycnonotus goiavier
Merbah Cerukcuk
Amaurornis phoenicurus
Kareo Padi
Gallinula chloropus
Mandar Batu
Numenius phaeopus
Gajahan Pengala
Numenius madagascariensis
Gajahan Timur
Calidris subminuta
Kedidi Jari Panjang
Calidris ruficollis
Kedidi Leher Merah
Actitis hypoleucos
Trinil Pantai
Tringa glareola
Trinil Semak
11
1,28%
9,71%
2,90%
1
0,26%
3
19
1
0,35%
0,26%
0,82%
5
0,26%
0,70%
0,33%
6
20,20%
6,76%
0,58%
0,40%
1,45%
0,35%
5
0,26%
3
1,53%
3
18,45%
0,58%
0,48%
1
2
5
5
4
13
33
4,60%
2,42%
0,58%
3,88%
6,28%
3,86%
0,23%
23
0,51%
3
13
2
3
1
9
9
1
1
5
11,11%
2,91%
6,28%
0,23%
0,77%
0,97%
4,35%
1,05%
0,26%
0,97%
0,58%
8
55
0,93%
103
6,43%
7
1,99%
46
1
11
6,88%
0,47%
17
2
0,07%
0,23%
1,94%
2
2
0,35%
0,35%
2
3
0,73%
0,12%
1
18
2,34%
5,37%
9
0,77%
1,94%
1
0,48%
1,29%
0,60%
0,07%
50
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Hening Swastikaningrum
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Himantophus leucocephalus
Gagang Bayang Timur
Cisticola juncidis
Cici Padi
Prinia inornata
Perenjak Padi
Prinia flaviventris
Perenjak Rawa
Gerygone sulphurea
Remetuk Laut
Sterna hirundo
2
8
13
1,52%
2
0,23%
2
1,94%
7
5
Dara Laut Biasa
14
8
Sterna albifrons
Dara Laut Kecil
6
Chlidonias hybridus
Dara Laut Kumis
Chlidonias leucopterus
Dara Laut Sayap Putih
Gelochelidon nilotica
Dara Laut Tiram
Sterna sumatrana
Dara Laut Tengkuk Hitam
Kacamata Biasa
Total Spesies
8
1
22
24
52
1,02%
2,92%
0,33%
1,64%
0,53%
0,70%
2
0,13%
12
0,80%
5
0,33%
9
18
17
0,23%
3,38%
25
Zosterops palpebrosus
4
3,86%
0,93%
0,26%
0,60%
2,10%
31
391 103 207 856 1498
Total Individu
*Keterangan: Pemanfaatan lahan I= permukiman, II= perindustrian, III= lahan kosong, IV= pertambakan, V=mangrove
51
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Hening Swastikaningrum
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
4.2. Keanekaragaman Jenis dan Kepadatan Populasi
4.2.1 Indeks keanekaragaman burung di masing-masing pemanfaatan lahan
Hasil pengamatan menunjukkan nilai keanekaragaman yang berbeda disetiap
pemanfaatan lahan. Data tersebut tersaji dalam Tabel 4.8. Melalui data tersebut
dapat diidentifikasi bahwa bila kondisi habitat kurang baik untuk mendukung
kehidupan burung seperti kurangnya sumber pakan dan atau faktor lain (luas area
dan iklim), maka dapat mempengaruhi keberadaan jenis burung itu sendiri
(Hernowo, et al.,1988).
Peterson (1980) dalam Rusmendro, et al.,(2009), menyatakan bahwa suatu
komunitas dapat dibagi kedalam bagian yang lebih kecil dari suatu asosiasi
tumbuh-tumbuhan seperti pucuk, tajuk, dan batang. Penyebaran burung erat
hubungannya dengan ketersediaan makanan atau dengan kata lain, burung
tersebut memerlukan tempat khusus untuk hidupnya.
Tabel 4.8 Tabel indeks keanekaragaman Shannon-Wiener selama sembilan kali
pengamatan
Jenis Pemanfaatan Lahan
Permukiman
Perindustrian
Lahan Kosong
Pertambakan
22
17
24
52
31
391
103
207
856
1498
1,67
2,39
2,52
3,19
2,06
Total Jumlah
Spesies
Total Jumlah
Individu
Indeks
ShannonWiener (H')
Kriteria
Skripsi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Hutan Mangrove
Tinggi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
Tabel di atas menjelaskan bahwa kawasan pertambakan di sekitar Kali
Lamong memiliki nilai keanekaragaman yang paling tinggi, yaitu 3,19. Diikuti
oleh lahan kosong (2,52), perindustrian (2,39), hutan mangrove (2,06), dan
permukiman (1,67). Tingginya angka keanekaragaman di kawasan pertambakan
dapat disebabkan kawasan ini menyimpan banyak persediaan makanan bagi
hampir semua jenis burung, terutama burung air.
Burung- burung di kawasan ini juga memanfaatkan keberadaan mangrove
di kawasan tambak untuk bersarang dan beristirahat. Widodo, (2009),
memberikan pernyataan bahwa habitat yang kondisinya baik dan jauh dari
gangguan manusia serta di dalamnya mengandung bermacam-macam sumber
pakan, memungkinkan memiliki jenis burung yang banyak.
Nilai 2,52 pada kawasan lahan kosong menjelaskan bahwa kawasan
tersebut menyimpan sumber pakan yang banyak disukai burung-burung. Semak
belukar yang terdapat di kawasan ini dapat menjadi salah satu faktor yang
membuat burung-burung tersebut tertarik untuk singgah. Semak belukar yang
rapat merupakan tempat berlindung yang baik bagi burung terutama yang
bertubuh kecil terhadap serangan angin kencang, udara, dingin, dan predator yang
lebih besar (Rusmendro, et al, 2009).
Kawasan industri seperti terlihat dalam tabel 4.8 meskipun memiliki total
jumlah spesies hanya 17 jenis, namun masih memiliki keanekaragaman yang
cukup tinggi. Hal ini bisa disebabkan susahnya akses masuk ke kawasan industri,
membuat burung-burung di lokasi tersebut seolah ‘tak terjamah’ oleh kegiatan
manusia secara langsung, sehingga mereka dapat dengan bebas beraktivitas.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
Padahal kawasan ini terus berkembang secara dinamis dan burung-burung
yang terdapat di lokasi ini tengah terancam proses pengembangan kawasan yang
begitu cepat. Pembangunan gedung, permukaan yang tidak dapat ditembus air,
dan berbagai macam polusi di kota lebih jauh dapat mempengaruhi lingkungan
termasuk pada iklim, juga terhadap komposisi jenis terutama fauna burung akibat
kebisingan dan cahaya (Hardes dan Spellberg, 1992 dalam Anonim, 1999).
Selanjutnya, untuk kawasan hutan mangrove yang hanya bernilai 2,06
menjelaskan bahwa melalui kegiatan pengamatan ini diketahui burung-burung di
kawasan hutan mangrove (Pulau Galang) sebagai jenis yang memanfaatkan lokasi
tersebut untuk tempat beristirahat. Terkecuali pada saat kondisi air laut surut,
burung-burung terlihat ramai berada di gosongan lumpur untuk mencari makan.
Selebihnya pada saat air laut pasang, burung-burung (terutama burung air), lebih
sering teramati tengah berjemur saja bersama koloninya di tengah Pulau Galang.
Kawasan permukiman menjadi kawasan dengan nilai keanekaragaman
paling rendah, yaitu 1,67 yang berarti dalam skala sedang. Menurut Alikodra,
(1990) dalam Rusmendro, et al. (2009), faktor yang mempengaruhi nilai H’
(keanekaragaman) adalah kondisi lingkungan, jumlah jenis, dan sebaran individu
pada
masing-masing
jenis.
Komunitas
yang
memiliki
nilai
indeks
keanekaragaman tinggi memiliki hubungan antar komponen dalam komunitas
yang kompleks. Namun, bila keadaan sebaliknya, keanekaragaman jenis
komunitas sedang mengalami tekanan (Rusmendro, et al.,2009).
Indeks keanekaragaman membuktikan bahwa kekayaan hayati dalam suatu
kawasan didukung secara penuh oleh kondisi ekologis disekelilingnya. Mulai dari
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
aktivitas makhluk hidup lain yang hidup berdampingan, keberadaan predator,
ketersediaan pakan, hingga ketersediaan tempat tinggal yang aman dan nyaman
untuk burung tersebut hingga dapat berkembangbiak. Melalui tabel 4.8 tersebut,
jelas bahwa keragaman spesies burung merupakan suatu refleksi dari bermacammacam habitat dan kondisi iklim yang mampu mendukungnya (Sajithiran et al.,
2004). Untuk memperjelas tampilan Tabel 4.8 dapat dilihat dalam grafik yang
disajikan dalam gambar 4.22 berikut.
3,5
3,19
3
2,39
2,5
2
2,52
2,06
1,67
1,5
1
0,5
0
Permukiman
Perindustrian Lahan Kosong Pertambakan
Hutan
Mangrove
Indeks Keanekaragaman
Gambar 4.22. Grafik indeks keanekaragaman Shanon- Wiener pada setiap
pemanfaatan lahan di sekitar muara Kali Lamong.
4.2.2 Kepadatan populasi burung di masing-masing pemanfaatan lahan
Kepadatan populasi ini digunakan untuk mengetahui estimasi jumlah
individu per spesies per luas wilayah dalam km2, apakah termasuk padat atau
masih terhitung jarang. Hasil perhitungan kepadatan populasi di masing-masing
pemanfaatan lahan disajikan dalam tabel 4.9. Data yang tertera dalam tabel
tersebut menandakan bahwa setiap jenis yang dominan, maka akan menempati
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
posisi sebagai jenis yang juga paling padat. Pada kawasan permukiman, Kapinis
Rumah (Apus nipalensis) menjadi jenis yang paling padat. Kokoan Laut
(Butorides striatus) adalah jenis paling padat di kawasan perindustrian. Sementara
di lahan kosong, pertambakan, dan hutan mangrove yang menjadi jenis paling
padat secara berturut-turut adalah Walet Sapi (Collocalia esculenta), Gajahan
Pengala (Numenius phaeopus) dan Kuntul Kecil (Egretta garzetta).
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
57
Tabel 4.9 Data kepadatan populasi burung per km2
Kepadatan Populasi (individu per km2)
Nama Spesies
Nama Latin
Tipe Pemanfaatan Lahan*
I
II
Haliastur indus
Todirhampus chloris
III
23,201856
13,5318
16,694491
11,600928
Todirhampus sanctus
13,5318
16,694491
Anas gibberifrons
13,5318
16,694491
Apus affinis
2584,5737
Collocalia esculenta
690,12179
Ardeola speciosa
11,600928
53,475936
114,12268
133,68984
256,77603
13,368984
114,12268
26,737968
464,03712
150,25042
498,83991
820,25678
788,77005
75,125209
58,00464
399,42939
828,87701
Ardea purpurea
7,1326676
263,9087
120,32086
Nycticorax nycticorax
114,12268
6002,6738
Casmerodius albus
249,64337
1470,5882
23,201856
920,11412
6069,5187
23,201856
7,1326676
1590,9091
85,592011
160,42781
Egretta garzetta
189,4452
27,063599
166,94491
25,041736
Bubulcus ibis
Mesophyx intermedia
23,201856
25,041736
Ixobrychus sinensis
21,398003
Artamus leucorhyncus
46,403712
21,398003
Lalage nigra
11,600928
7,1326676
Charadrius javanicus
49,928673
53,475936
Charadrius dubius
14,265335
13,368984
178,31669
106,95187
35,663338
40,106952
Charadrius alexandrinus
Aegithina tiphia
11,600928
54,127199
Mycteria cinerea
Streptopelia chinensis
93,582888
67,658999
Corvus enca
Centropus nigrorufus
Skripsi
V
7,1326676
Alcedo coerulescens
Butorides striatus
IV
83,472454
69,605568
142,65335
147,05882
7,1326676
13,5318
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
58
Cacomantis merulinus
21,398003
Dicaeum trochileum
13,5318
49,928673
Hirundo rustica
13,5318
42,796006
66,84492
Hirundo tahitica
1069,0122
162,41299
35,663338
80,213904
34,802784
21,398003
158,59766
Merops phillipinus
Rhipidura javanica
Cyniris jugularis
13,5318
35,663338
81,190798
11,600928
21,398003
Phalacrocorax sulcirostris
21,398003
Dendrocopus macei
14,265335
Lonchura maja
Lonchura punctulata
243,5724
16,694491
58,00464
35,663338
33,388982
150,81206
235,37803
Lonchura leucogastroides
Passer montanus
14,265335
27,063599
Pycnonotus aurigaster
Pycnonotus goiavier
Amaurornis phoenicurus
266,82135
25,041736
150,81206
14,265335
40,595399
8,3472454
104,40835
64,194009
13,5318
8,3472454
35,663338
Gallinula chloropus
57,061341
Numenius phaeopus
392,29672
Numenius madagascariensis
121,25535
Calidris ruficollis
328,10271
40,595399
16,694491
11,600928
78,459344
Tringa glareola
92,724679
Cisticola juncidis
14,265335
Prinia inornata
16,694491
Prinia flaviventris
92,807425
14,265335
81,206497
178,31669
66,84492
Sterna hirundo
99,857347
106,95187
Sterna albifrons
42,796006
Chlidonias hybridus
Skripsi
120,32086
13,368984
Himantophus leucocephalus
Gerygone sulphurea
1377,0053
93,582888
Calidris subminuta
Actitis hypoleucos
13,368984
54,127199
26,737968
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59
Chlidonias leucopterus
160,42781
Gelochelidon nilotica
66,84492
Sterna sumatrana
Zosterops palpebrosus
Luas Wilayah Pengamatan
57,061341
13,5318
0,0739
120,32086
128,38802
0,1198
0,0862
0,1402
0,0748
*Keterangan: Pemanfaatan lahan I= permukiman, II= perindustrian, III= lahan kosong, IV= pertambakan, V=mangrove
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
60
4.3. Indeks Renkonen
Indeks Renkonen digunakan untuk mengetahui besar nilai indeks kesamaan
komunitas. Lewat indeks berikut, diketahui persentase kesamaan komposisi antara
dua stasiun yang dibandingkan.
Tabel 4.10 Nilai indeks Renkonen.
Tipe Pemanfaatan Lahan
I
II
III
IV
V
43,32% 49,24% 28,42% 8,03%
I
45%
II
III
45%
15%
30%
59,33%
42,59%
IV
Keterangan: 1= Permukiman, II= Perindustrian, III= Lahan Kosong,
IV=Pertambakan, V= Hutan Mangrove
Menurut Nurdini (2010), nilai Renkonen memiliki kesamaan yang jauh
berbeda bila nilai ketidaksamaannya melebihi 50%. Pada tabel di atas, stasiun I
tampak jelas berbeda terhadap stasiun IV dan V. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan vegetasi dan aktivitas makhluk hidup lain di masing-masing kawasan.
Stasiun I merupakan kawasan permukiman yang minim vegetasi dan banyak
terjadi aktifitas manusia, sehingga tidak menunjang aktifitas burung secara lebih
jauh. Sementara stasiun IV dan V secara ekologis masih lebih menunjang
kehidupan burung. Vegetasi di keduanya cenderung lebih alami dan belum
banyak terganggu kegiatan manusia.
Stasiun II yang merupakan kawasan industri juga jauh berbeda
komposisinya dengan stasiun V (pertambakan). Segi vegetasi dan aktifitas
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61
manusia, membuat komposisi kesamaan burung antara keduanya berbeda. Stasiun
III (lahan kosong) juga jauh berbeda terhadap stasiun IV (pertambakan). Hal ini
juga masih disebabkan oleh adanya perbedaan vegetasi dan aktifitas manusia. Hal
serupa juga terjadi pada stasiun IV terhadap stasiun V.
Skripsi
Keanekaragaman Jenis Burung Pada Berbagai Tipe Pemanfaatan Lahan Hening Swastikaningrum
di Kawasan Muara Kali Lamong, Perbatasan Surabaya- Gresik
Download