identifikasi miskonsepsi siswa pada konsep fotosintesisdan

advertisement
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP FOTOSINTESISDAN
RESPIRASI TUMBUHAN SISWA SMP KELAS VIIISE-KECAMATAN
TUMIJAJARKABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
OLEH
KARTIKA FANDIYANI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
ABSTRAK
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP FOTOSINTESIS DAN
RESPIRASI TUMBUHAN SISWA SMP KELAS VIII SE-KECAMATAN
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
KARTIKA FANDIYANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran miskonsepsi siswa pada konsep
fotosintesis dan respirasi tumbuhan, serta faktor yang berpengaruh terhadap
miskonsepsi siswa.
Desain penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian
ini terdiri dari 351 siswa kelas VIII SMP se- KecamatanTumijajar pada tahun ajaran
2015/2016 yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal terkait konsep fotosintesis dan
respirasi tumbuhan, angket guru dan angket siswa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa kelas VIII se-kecamatan tumijajar mengalami
miskonsepsi dengan skor rerata 57,30% dengan kriteria “sedang”. Siswa paling sering
mengalami miskonsepsi terutama pada konsep respirasi dengan kriteria “tinggi” dan
rata-rata 62,10%. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan karena motivasi
siswa yang kurang dalam belajar konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan. Hanya
sebesar 16,24% siswa yang belajar konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan di rumah
sebelum belajar bersama guru disekolah.
Kunci : CRI, miskonsepsi, fotosintesis, respirasi tumbuhan, factor penyebab
miskonsepsi
IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP FOTOSINTESIS DAN
RESPIRASI TUMBUHAN SISWA SMP KELAS VIII SE-KECAMATAN
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
KARTIKA FANDIYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tumijajar pada tanggal 11 November
1994. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara,
buah hati dari pasangan Bapak Rahman Hadi Fadiyanto dan Ibu
Umi Sholekah. No handphone penulis yaitu 085769929219.
Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 3 Makarti yang
diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan Sekolah di SMP Negeri 2
Tumijajar yang diselesaikan pada tahun 2009, dan lulus dari SMA PGRI 1
Tumijajar pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis diterima sebagai
mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur SNMPTN.
Selama menempuh pendidikan di Prodi Biologi, penulis memiliki pengalaman
organisasi dan aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa diantaranya Forum
Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) sebagai generasi muda dan anggota
bidang pendidikan (2012-2013), kepala bidang kemuslimahan FPPI priode
2014/2015 dan sekertaris dinas pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
priode 2016/2016. Selain itu penulis juga aktif menjadi asisten praktikum untuk
beberapa mata kuliah.
Dengan Menyebut Nama ALLAH yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, Sang pemberi hidup
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rasullulllah Muhammad
Saw.
Dengan Ridho Allah SWT, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti
cinta kasihku kepada :
Ayah dan Ibu yang selama ini mendoakanku, mengajariku bagaimana indahnya
bersabar dan ikhlas, selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan
yang tiada henti demi tercapainya asa dan impianku. Cinta dan kasih mu takkan
terganti. Semoga Rabb ku mengizinkan ku menyulam simpul kebahagiaan
untukmu ayah dan ibu tercinta
Kakak dan adikku tersayang Umi Retno Ningrum dan Rahman Hidayat Tullah,
Rahmat Tullah Pamungkas serta Syafira Restu Azza, Tiada hal yang paling
berharga selain kebersamaan bersama kalian, Semoga Allah kelak mewujudkan
doa di setiap sujud panjang ibu dan ayah, di setiap tetesan keringatnya yang
menginginkan kita menjadi insan yang bermanfaat untuk orang lain
Sahabat yang selalu memberiku semangat dan nasehat, selalu membantuku,
menyayangiku dan mengingatkan kesalahanku dengan penuh cinta. Semoga
ikatan Ukhuwah kita akan Allah abadikan hingga Jannah_Nya
Seluruh Dosen yang dengan sabar membimbing, mengarahkan dan selalu
memberi semangat
Almamater tercinta, Universitas Lampung
MOTO
“Dan seandainya pohon – pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta).
Ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah, sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”
(Q.S Al-Luqman: 27)
“Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan? ”
(Q.S Ar-Rahman: 16)
“Kamu (umat islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah”
(Q.S Ali-Imran: 110)
Bukanlah orang-orang yang paling baik dari pada kamu siapa yang meninggalkan
dunianya karena Akhirat, dan tidak pula meninggalkan akhiratnya karena
dunianya, sehingga ia dapat kedua-duanya semua. Karena di dunia itu
menyampaikan Akhirat. Dan janganlah kamu memberatkan atas sesama manusia
(H.R Muslim)
Sukses dan keberuntuntungan akan berpihak pada mereka yang terus menerus
mencoba, terus-menerus beramal
(Ippho Santoso)
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi
Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan Kelas VIII
SMP Se-Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Penulis
menyadari bahwa terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesabarannya dalam
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II atas bimbingan
dan semangatnya serta motivasi kepada penulis selama menyelesaikan
skripsi.
5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi, atas semangat dan sarannya.
6. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas terima kasih atas saran dan
perbaikan yang telah diberikan.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Biologi dan
Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu dan wawasan yang telah
diberikan kepada penulis;
8. Seluruh Kepala sekolah SMP yang ada di Kecamatan Tumijajar, serta
bapak dan ibu guru mata pelajaran IPA yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih telah ikut membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
9. Keluarga besar Pendidikan Biologi, terima kasih atas doa, saran serta
dukungan yang kalian berikan.
10. Sahabat tarbiyah, sahabat-sahabat organisasi, rekan KKN-KT, temanteman pendidikan Biologi, terima kasih telah menyambutku dalam
pecahan ceritamu dan menjadikan episode yang takkan terlupakan.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan
dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung,
Penulis,
Kartika Fandiyani
Desember 2016
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xvi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
F. Kerangka Pikir ................. ...............................................................
1
3
4
4
5
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum dan Pembelajaran IPA ...................................................
B. Identifikasi, Konsep, dan Miskonsepsi ...........................................
C. Konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan................................
D. Hasil Penelitian yang Relevan .........................................................
9
12
19
32
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................
B. Populasi dan Sampel ........................................................................
C. Desain Penelitian .............................................................................
D. Alur Penelitian .................................................................................
E. Uji Instrumen Soal Tes ....................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data...............................................................
G. Analisis Data....................................................................................
35
35
35
36
37
40
40
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................
B. Pembahasan ......................................................................................
43
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan .......................................................................................
D. Saran ................................................................................................
55
55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Kisi-Kisi Instrumen dan Kunci Jawaban Tes Pilihan Ganda Beralasan
2. Kisi-Kisi Instrument Tes Pilihan Ganda Beralasan ...............................
3. Lembar Soal Tes Pilihan Ganda Beralasan............................................
4. Lembar Jawaban Tes Pilihan Ganda Beralasan .....................................
5. Kisi-kisi Angket Siswa ...........................................................................
6. Rubrik Angket Siswa .............................................................................
7. Angket Siswa ..........................................................................................
8. Kisi-Kisi Angket Guru ............................................................................
9. Angket Guru............................................................................................
10. Hasil Tes Identifikasi Miskonsepsi Siswa ..............................................
11. Hasil Persentase Identifikasi Per Siswa ..................................................
12. Hasil Persentase Tes Identifikasi Miskonsepsi dan Angket Siswa .........
13. Hasil Angket Siswa.................................................................................
14. Rekap Jawaban Miskonsepsi Siswa........................................................
15. Data Analisis Korelasi Faktor Yang Mempengaruhi Miskonsepsi
Siswa ......................................................................................................
16. Foto Penelitian .......................................................................................
17. Surat Keterangan Penelitian ...................................................................
60
65
67
72
74
75
77
79
80
83
88
99
113
114
134
135
137
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Faktor –Faktor Penyebab Miskonsepsi ..............................................
2. Skala Respon Certainty of Response Index........................................
3. Ketentuan CRI untuk Membedakan Tahu Konsep, Miskonsepsi,
dan Tidak Paham Konsep...................................................................
4. Kriteria Penilaian Soal .......................................................................
5. Kriteria Penilaian CRI........................................................................
6. Modifikasi Kategori Tingkat Pemahaman .........................................
7. Kriteria Penilaian Persentase..............................................................
8. Data Hasil Korelasi Pearson Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Miskonsepsi Siswa .............................................................................
15
16
17
40
41
41
42
47
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
1.
2.
3.
4.
Kerangka Pikir Penelitian.................................................................................
Kloroplas...........................................................................................................
Proses Fotosintesis............................................................................................
Percobaan Ingenhousz.......................................................................................
Halaman
15
20
21
25
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh langsung
terhadap perkembangan manusia (Iriyanti, 2012: 1). Menurut Sagala (dalam
Suhartiningsih, dkk, 2013: 5) Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan pendidikan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada di alam
dan erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga, membuat
pendidikan IPA menjadi sangat penting.
Pendidikan IPA dapat diperoleh melalui proses pembelajaran yaitu proses
interaksi antara guru dengan siswa. Pada proses pembelajaran inilah siswa
diharapkan memahami konsep yang diajarkan, bukan hanya sekedar hafal.
Kemampuan siswa dalam memahami konsep merupakan hal yang sangat
penting karena konsep merupakan landasan berfikir (Dahar, 1996:79).
Konsep tidak hanya berdiri sendiri melainkan berkaitan antara konsep satu
dengan konsep yang lain, sehingga membentuk konsep yang utuh. Menurut
Ausubel (dalam Dahar,1996:81) cara perolehan konsep ada dua yaitu formasi
konsep (concept formation) dan asimilasi konsep (concept assimilation).
Formasi konsep menurut Gagne (dalam dahar,1996:81) dapat disamakan
2
dengan belajar konsep konkret seperti pada anak-anak sebelum memasuki
dunia sekolah. Sedangkan asimilasi konsep menurut Ausubel (dalam
Dahar,1996:82) adalah cara perolehan konsep selama dan sesudah konsep,
sehingga siswa memperoleh penyajian atribut-atribut kriteria dari konsep untuk
dihubungkan dengan gagasan relevan yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
Siswa membentuk pemahamannya berdasarkan apa yang siswa dengar atau siswa
lihat dalam kehidupannya sehari-hari. Kardi (1997:8-9) menyatakan siswa
membentuk pemahamannya tentang fenomena alam sebelum mereka
mempelajarinya di sekolah. Dengan perkataan lain, mereka telah membentuk
sejumlah konsep berdasarkan pengalaman mereka berinteraksi dengan
lingkungan. Namun, tidak semua pemahaman siswa tentang
fenomena
alam tersebut sama benar dengan pemahaman para pakar biologi, inilah
yang disebut miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus
menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Menurut Howe
(dalam Tyas, dkk, 2013 : 1) pembelajaran yang tidak memperhatikan
miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada
rendahnya prestasi belajar mereka.
Miskonsepsi pada siswa dapat disebabkan diantaranya ialah dari siswa itu
sendiri, guru, buku teks, dan metode pembelajaran yang digunakan oleh siswa
dalam pembelajaran. Maka, guru merupakan salah satu faktor yang memiliki
andil terhadap pembentukan miskonsepsi siswa terhadap suatu materi tertentu.
Jika guru salah dalam memahami dan memberi penjelasan mengenai konsep
maka, siswa juga akan menerima konsep yang salah (Suparno, 2013:72).
3
Miskonsepsi siswa banyak terjadi pada materi fotosintesis dan respirasi, hal ini
dibuktikan oleh penelitian beberapa ahli. Menurut Cokadar (2012:82)
beberapa siswa sering mengalami konsepsi yang cenderung salah pada konsep
fotosintesis dan respirasi tumbuhan. Hal ini juga didukung oleh studi Tekkaya
(2002:259) yang menyatakan bahwa miskonsepsi sering kali dialami siswa
yaitu pada materi fotosintesis dan respirasi tumbuhan.
Identifikasi miskonsepsi Di Turkey pernah dilakukan oleh Kose (2008). Di
Amerika serikat oleh Hasan (1999). Sedangkan di Indonesia penelitian ini
pernah dilakukan oleh Tayubi (2002) pada konsep-konsep fisika. Sehingga
peneliti ingin mengetahui bagaimanakah miskonsepsi yang terjadi pada siswa di
Lampung, maka penulis melakukan penelitian dengan mengangkat judul
penelitian yaitu ”Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Materi Fotosintesis dan
Respirasi Tumbuhan siswa SMP Kelas VIII Se-Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Penelitaian ini menggunakan soal tes pilihan ganda beralasan yang disertai
dengan kolom kriteria CRI yaitu tabel tingkat keyakian siswa dalam menjawab
soal. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru
agar lebih cermat dan tepat dalam melakukan pembelajaran IPA khususnya
bidang Biologi disekolah agar mengurangi terjadinya miskonsepsi pada siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah
secara umum dalam penelitian ini adalah:
4
1. Bagaimana miskonsepsi siswa SMP Kelas VIII se-Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Ajaran 2015/2016 pada materi
fotosintesis dan respirasi tumbuhan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa SMP Kelas
VIII se-Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun
Ajaran 2015/2016 pada materi fotosintesis dan respirasi tumbuhan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP Kelas VIII se-Kecamatan
Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Ajaran 2015/2016 pada
materi fotosintesis dan respirasi tumbuhan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa SMP Kelas VIII seKecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Ajaran
2015/2016 pada materi fotosintesis dan respirasi tumbuhan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
pembelajaran biologi, serta mendalami lebih lanjut tentang realita adanya
miskonsepsi siswa, sehingga masalah miskonsepsi pada siswa dapat
dikurangi bahkan dicegah.
5
2. Bagi guru, menjadi bahan masukkan agar memperhatikan konsep-konsep
yang sering menyebabkan miskonsepsi pada siswa sehingga kedepannya
guru lebih memperhatikan dalam memberikan materi tersebut.
3. Bagi siswa, sebagai refleksi miskonsepsi yang terjadi pada dirinya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan ruang
lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Miskonsepsi adalah kepemahaman seseorang terhadap suatu konsep yang
tidak konssisten dan yang tidak sesuai dengan konsepsi para ahli pada
konsep tersebut (Tekkaya, 2002:259).
Cara mengukur miskonsepsi dalam penelitian ini dengan menggunakan tes
pilihan ganda beralasan. Adapun langkah-langkah dalam metode ini: Tahap
Persiapan, yaitu pembuatan instrumen penelitian berupa test pilihan ganda
beralasan yang disertai dengan kolom kriteria Certainty Of Response Index
(CRI). Tahap selanjutnya tahap pelaksanaan, yaitu tahap pemberian
subjek penelitian tes pilihan ganda dan pemberingan kuisioner untuk siswa
dan guru. Selanjutnya tahap analisis data dari data-data yang diperoleh.
2. Materi pokok yang diteliti adalah materi fotosintesis dan respirasi
tumbuhan.
3. Faktor-faktor yang memengaruhi miskonsepsi siswa adalah minat siswa belajar
konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan, guru, dan buku teks. Instrumen
yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor ini adalah kuisioner siswa
dan guru.
6
4. Sampel penelitian adalah siswa-siswi SMP Kelas VIII se-Kecamatan
Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Ajaran 2015/2016.
F. Kerangka Pikir
Manusia memiliki naluri atau kemampuan alami untuk dapat menerjemahkan
fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Kemampuan alamiah ini sangat bermanfaat bagi manusia dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Siswa merupakan manusia yang mengalami banyak pengalaman belajar.
Melalui pengalaman belajar inilah siswa dapat memperoleh pengetahuan baru
yang bermanfaat untuk dirinya. Dalam membentuk pengetahuannya, siswa
dihadapkan oleh dua cara yakni formasi konsep dan asimilasi konsep. Pada
formasi konsep, siswa secara naluri akan memperoleh pengetahuan
berdasarkan lingkungan konkretnya ke dalam struktur kognitif yang ia miliki.
Hasil dari formasi konsep yang telah dilakukan oleh siswa berdasarkan
pengalaman konkretnya ini disebut prakonsepsi atau konsepsi awal.
prakonsepi yang dimiliki oleh siswa sebelum memasuki pembelajaran formal
di sekolah bermacam-macam. Hal ini dikarenakan adanya latar belakang dan
kemampuan siswa dalam memformasi konsep.
Dalam pembelajaran siswa mampu mengkaitkan prakonsepsi yang dimiliki
dengan definisi formal yang diajarkan, maka siswa telah mengalami asimilasi
konsep. Pada dasarnya siswa memiliki kemampuan alami dalam
menghubungkan setiap makna secara definisi dengan struktur kognitif yang
7
telah dibentuk. Namun, terkadang asimilasi yang dilakukan oleh siswa ada
yang berhasil dan ada yang belum berhasil atau gagal. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti buku teks, siswa, guru dan konteks.
Proses berfikir dan pemahaman seseorang atau beberapa orang terhadap suatu
konsep juga banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan kemampuan kognitif
dasar yang dimiliki. Pada tahap penafsiran atau pemahaman tersebutlah,
seseorang berpotensi mengalami konsepsi yang salah atau tidak sesuai dengan
konsep yang diakui oleh para ahli. Hal inilah yang disebut miskonsepsi.
Miskonsepsi dapat melekat pada diri siswa sehingga dapat menyesatkan
pemahaman siswa dalam memahami fenomena alamiah. Hal ini tentu
berdampak negatif terhadap kelangsungan pembentukan pengetahuan bagi
siswa selanjutnya .
Berdasarkan alasan yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan usaha
identifikasi miskonsepsi siswa sehingga dapat diketahui bagian
konsep/subkonsep materi yang salah dalam pemahaman siswa. Identifikasi
ini dilakukan dengan soal tes pilihan ganda beralasan yang disertai dengan
kolom kriteria CRI, dengan menggunakan CRI maka dapat dibedakan antara
siswa yang paham konsep dengan baik, siswa yang paham konsep tapi tidak
yakin, siswa mengalami miskonsepsi dan siswa yang tidak paham konsep.
8
Formasi Konsep
Guru
Siswa
Konsep awal
siswa
Buku
Pembelajaran formal
Metode
Identifikasi miskonsepsi dengan metode CRI
Siswa
paham
konsep
dengan baik
Siswa paham
konsep tetapi
kurang yakin
Siswa
miskonsepsi
\
Gambar 1. Bagan kerangka pikir
Siswa tidak
tahu konsep
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum dan Pembelajaran IPA
Kurikulum ikut berperan serta dalam proses pembelajaran IPA, kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di
sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi.
Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai
hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat (Sukmadinata, 2008: 27).
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan peserta didik (BSNP, 2006: 3). Kurikulum menyiapkan peserta didik
dalam menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan. Kurikulum tidak
cukup hanya dengan mengarahkan siswa pada penguasaan materi
pembelajaran content oriented saja, tetapi perlu dikembangkan dengan
10
berorientasi kepada kehidupan siswa dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pada saat ini sebagian besar sekolah menggunakan kurikulum KTSP, tujuan
kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah sebagai acuan bagi satuan
pendidikan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum disatuan
pendidikan tersebut untuk dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan. Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
madrasah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan
memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga madrasah dan masyarakat dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai (Mulyasa, 2008:22).
Ilmu pengetahuan alam (IPA) dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Menurut Harre
(dalam Muflichun, dkk, 2015: 5) IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji
kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan dari gejala
alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat dua hal yang
penting yaitu Pertama, bahwa IPA suatu kumpulan pengetahuan yang berupa
teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi untuk menjelaskan gejala
alam.
11
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berobjek pada benda-benda
alam dan mengungkapkan gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (dalam
Suhartiningsih, dkk, 2013: 4) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan
gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara
teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.
Struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif
ilmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan
keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah.
Hal ini dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Menurut Sagala (dalam
Suhartiningsih, dkk, 2013:5) pembelajaran merupakan komunikasi dua arah.
Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh siswa.
Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih
baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi siswa (Mulyasa, 2004:173). Jadi pembelajaran adalah kegiatan
yang dilakukan oleh guru secara terprogram dalam disain instruksional yang
menciptakan proses interaksi antara sesama siswa, guru dengan siswa dan
siswa dengan sumber belajar. Pembelajaran bertujuan untuk menciptakan
12
perubahan secara terus-menerus dalam perilaku dan pemikiran siswa pada
suatu lingkungan belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan
salah satu pembelajaran yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan
alam. Guru dalam mengajarkan IPA sebaiknya tidak terlepas dari lingkungan
sekitar dan fenomena yang terjadi di lingkungan siswa. Pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan alam akan mempermudah siswa dalam memahami
konsep, karena konsep yang mereka peroleh dapat direalisasikan secara
langsung di lingkungan.
B. Identifiasi, Konsep dan Miskonsepsi
Penentuan suatu identitas seseorang atau benda dapat dilakukan melalui
proses identifikasi. Menurut Chaplin (dalam Fendhi, 2012: 1) Identifikasi
adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu
kelas sesuai dengan karakteristik tertentu. Menurut Poerwadarminto (dalam
Fendhi, 2012: 1) identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas
seseorang atau benda. Jadi identifikasi miskonsepsi siswa merupakan suatu
proses pengenalan miskonsepsi yang terjadi pada siswa, sehingga siswa dapat
ditempatkan dalam suatu karakteristik sesuai dengan hasil identifikasi.
Menurut Rosser (dalam Dahar,1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang
mewakili satu kelas objek-objek, kejadian- kejadian, kegiatan-kegiatan, atau
hubungan-hubungan, yang mempunyai kemiripan. Sedangkan menurut
Woodrft (dalam Purnamawati, dkk, 2015:2) konsep merupakan suatu ide atau
gagasan yang relatif sempurna dan bermakna mengenai suatu obyek. Konsep
13
juga merupakan produk seseorang dalam membuat pengertian terhadap
obyek-obyek melalui pengalaman dan bahasanya sendiri.
Konsep dapat diperoleh dengan beberapa cara menurut Ausubel (dalam Dahar,
1996: 81) perolehan konsep dilakukan dengan dua cara yaitu dengan formasi
konsep (concept formation) yaitu proses induktif dan asimilasi konsep
(concept assimilation) yaitu proses deduktif. Formasi konsep menurut
Gagne (dalam Dahar,1996: 81) dapat disamakan dengan belajar konsep
konkret seperti pada anak-anak sebelum memasuki dunia sekolah.
Pembentukan atau formasi konsep ini merupakan proses induktif yaitu
pembentukan konsep dari hasil penemuan yang melibatkan proses-proses
mental sehingga menghasilkan generalisasi-generalisasi. Asimilasi konsep
menurut Ausubel (dalam Dahar,1996: 82) adalah cara perolehan konsep
selama dan sesudah konsep, dimana siswa memperoleh penyajian atributatribut kriteria dari konsep untuk dihubungkan dengan gagasan relevan yang
telah ada dalam struktur kognitifnya.
Pendapat lain mengenai perolehan konsep dinyatakan oleh Piaget (dalam
Sukiman, 2008: 3) bahwa perolehan konsep melalui d u a c a r a y a i t u
cara asimilasi konsep dan akomodasi konsep. Asimilasi disini adalah
proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep,
ataupun pengalaman baru ke suatu pola yang sudah ada dalam
pikirannya. Akomodasi adalah ketika seorang siswa mendapatkan
pengalaman baru sedangkan siswa tidak dapat mengasimilasikan pengalaman
tersebut kedalam pola pemikirannya yang sudah ada. Maka dari pengalaman
14
baru itulah seorang siswa akan mengadakan akomodasi dengan cara
membentuk pola baru yang cocok dengan pengalaman yang baru saja
diperolehnya untuk kemudian memodifikasi pola yang sudah ada atau pola
yang lama sehingga membentuk pola yang selaras dengan pola yang sudah
ada sebelumnya.
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar
dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan,
hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan yang naif (Suparno, 2013:4).
Menurut pandangan Brown (dalam Halomoan, 2012:3) miskonsepsi sebagai
suatu pandangan yang naif dan mendefinisikannya sebagai suatu gagasan
yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima.
Sedangkan Fowler (dalam Halomoan, 2012:3) menjelaskan dengan lebih rinci
arti miskonsepsi. Fowler memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang
tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contohcontoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan
hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dari beberapa teori dapat diartikan
pengertian miskonsepsi adalah suatu gagasan dari sebuah pengertian yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau interpretasi hubungan konsepkonsep yang tidak dapat diterima. Menurut Suparno (2013:72) faktor –faktor
penyebab miskonsepsi pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1. Faktor –faktor penyebab miskonsepsi
15
Sebab utama
siswa
Sebab khusus
1. Prakonsepsi
2. Pemikiran asosiatif
3. Pemikiran humanistik
4. Reasoning yang tidak lengkap/salah
5. Intuisi yang salah
6. Tahap perkembangan kognitif siswa
7. Kemampuan siswa
8. Minat belajar siswa
Guru/pengajar 1. Tidak menguasai bahan, tidak kompeten
2. Bukan lulusan dari bidang ilmunya
3. Tidak membiarkan siswa mengungkapkan
gagasan atau ide
4. Relasi guru-siswa tidak baik
1. Penjelasan keliru
Buku teks
2. Salah tulis, terutama dalam rumus
3. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi
bagi siswa
4. Siswa tidak tahu membaca buku teks
5. Buku fiksi sains terkadang konsepnya
menyimpang demi menarik pembaca
6. Kartun sering memuat miskonsepsi
1. Pengalaman siswa
konteks
2. Bahasa sehari-hari berbeda
3. Teman diskusi yang salah
4. Keyakinan dan agama
5. Penjelasan orang tua atau orang lain yanv
keliru
6. Konteks hidup siswa (TV, radio, film yang
keliru)
7. Perasaan senang/tidak senang bebas atau
tertekan.
1. Hanya berisi ceramah dan menulis
Cara
2. Langsung ke dalam bentuk matematika
mengajar
3. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa
4. Tidak mengoreksi pekerjaan rumah yang salah
5. Model analogi
6. Model praktikum
7. Model diskusi
8. Model demonstrasi yang sempit
16
1. Metode CRI
Metode ini dapat menggambarkan keyakinan responden terhadap
kebenaran alternatif jawaban yang direspon. Metode Certainty of
Response Index ini merupakan metode yang dapat digunakan untuk
mengukur mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Dengan
metode CRI, responden diminta untuk memberikan tingkat kepastian dari
kemampuan mereka sendiri dengan mengasosiasikan tingkat keyakinan
tersebut dengan tes pilihan ganda beralasan sehingga miskonsepsi dan
tidak paham konsep dapat dibedakan (Tayubi, 2002:6 ).
Metode CRI ini meminta responden untuk menjawab pertanyaan disertai
dengan pemberian derajat atau skala (tingkat) keyakinan responden
dalam menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga metode ini dapat
menggambarkan keyakinan siswa terhadap kebenaran dari jawaban
alternatif yang direspon. Menurut Tayubi (2002: 31) setiap pilihan respon
memiliki nilai skala, yaitu:
Tabel 2. Skala Respon Certainty of Response Index
CRI
0
1
2
3
4
5
Kriteria
(Totally guessed answer): jika menjawab soal
100% ditebak
(Almost guess) jika menjawab soal presentase
unsur tebakan antara 75%-99%
(Not sure) jika menjawab soal presentase unsur
tebakan antara 50%-74%
(Sure) jika menjawab soal presentase unsur
tebakan antara 25%-49%
(Almost certain) jika menjawab soal presentase
unsur tebakan antara 1%-24%
(Certain) jika menjawab soal tidak ada unsur
tebakan sama sekali (0%)
Kategori
B
S
TP TP
TP
TP
TP
TP
P
M
P
M
P
M
17
Berdasarkan tabel tersebut, skala CRI ada 6 (0-5) dimana 0 berarti
tidak paham konsep dan 5 adalah yakin benar akan konsep yang responden
jawab. Jika derajat keyakinan rendah (nilai CRI 0-2) menyatakan bahwa
responden menjawabnya dengan cara menebak, terlepas dari jawabannya
benar atau salah. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak paham
konsep. Jika nilai CRI tinggi, dan jawaban benar maka menunjukkan
bahwa responden paham konsep (jawabannya beralasan) Jika nilai CRI
tinggi, jawaban salah maka menunjukkan miskonsepsi. Jadi, seorang
siswa mengalami miskonsepsi atau tidak paham konsep dapat
dibedakan dengan cara sederhana yaitu dengan membandingkan benar atau
tidaknya jawaban suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian
jawaban (CRI) yang diberikan untuk soal tersebut. Menurut (Hasan,
dkk, 2005: 296) ketentuan CRI untuk membedakan antara siswa yang tahu
konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep untuk responden secara
individu dan kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 3. Ketentuan CRI untuk membedakan tahu konsep, miskonsepsi,
dan tidak paham konsep
Kriteria
Jawaban
Jawaban
benar
Jawaban
salah
CRI Rendah (<2,5)
Jawaban benar tapi CRI
rendah berarti tidak paham
konsep (lucky guess)
Jawaban salah dan CRI
rendah
berarti
tidak
paham konsep
CRI Tinggi (>2,5)
Jawaban benar dan CRI
tinggi berarti menguasai
konsep dengan baik
Jawaban salah tapi CRI
tinggi berarti terjadi
miskonsepsi
18
Dari hasil tabulasi data setiap siswa dengan berpedoman kombinasi
jawaban yang benar dan salah serta berdasarkan tinggi rendahnya nilai
CRI, kemudian data diagnosis dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu siswa yang paham akan materi, miskonsepsi, dan sama sekali tidak
paham.
2.
Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka
Pada tes ini siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai
jawaban seperti itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini
selanjutnya akan dijadikan bahan tes selanjutnya. Berdasarkan hasil
jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda tersebut, peneliti dapat
mewawancarai siswa untuk meneliti bagaimana cara siswa berpikir dan
mengapa mereka memiliki pola pikir seperti itu (Suparno,2013: 123).
3.
Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang
konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan (Suparno, 2013:
127). Dari kegiatan diskusi tersebut, peneliti atau guru dapat mendeteksi
gagasan atau pola pikir siswa yang tepat atau tidak. Cara mendeteksi
miskonsepsi siswa dengan metode diskusi ini sangat cocok untuk
diterapkan pada kelas yang besar (Suparno,2013: 127-128).
4.
Praktikum dengan Tanya Jawab
Kegiatan praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan
siswa dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi terjadinya
miskonsepsi pada siswa atau tidak. Selama praktikum disarankan agar
19
guru selalu bertanya mengenai konsep pada kegiatan praktikum dan
memperhatikan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum
tersebut (Suparno, 2013: 128).
5.
Tes Esai Tertulis
Dari tes esai tertulis maka dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa
dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya, beberapa siswa di
wawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka memiliki gagasan
seperti itu. Berdasarkan wawancara tersebut maka akan terlihat darimana
miskonsepsi itu dibawa (Suparno, 2013: 126).
C. Konsep Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis
yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah proses penyusunan dari zat
organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks yang
memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang
mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi
cahaya matahari (Kimball, 2002: 179).
Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan dunia
baik secara langsung ataupun tak langsung. Tumbuhan disebut autotrof
karena nutrien satu – satunya yang mereka butuhkan adalah karbondioksida
dari udara dan air serta mineral dari tanah. Secara khusus, tumbuhan
merupakan fotoautotrof yaitu organisme yang menggunakan cahaya sebagai
sumber energi untuk mensintesis lipid, protein dan bahan organik lainnya.
(Campbell, 2002:181).
20
Gambar 2. Kloroplas
Kloroplas merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis pada
tumbuhan. Semua bagian yang berwarna hijau dan buah yang belum
matang memiliki kloroplas, tetapi daun merupakan tempat utama
berlangsungnya fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Warna daun
berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat dalam kloroplas.
Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakan sintesis
molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel
mesofil, yaitu jaringan yang terdapat dibagian dalam daun. Karbondioksida
masuk kedalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang
disebut stomata. Air yang diserap oleh akar dialirkan ke daun melalui berkas
pembuluh. Daun menggunakan berkas pembuluh untuk mengirimkan gula ke
akar dan bagian – bagian dari tumbuhan yang tidak berfotosintesis
(Campbell, 2002:183).
21
Proses fotosintesis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut:
6CO2 + 12 H2O + energi cahaya -----> C6H12O6 + 6O2 + 6H2O
Gambar 3. Proses Fotosintesis
Sebenarnya, fotosintesis bukanlah merupakan proses tunggal, tetapi dua
proses , yang masing – masing terdiri dari banyak langkah. Kedua tahap ini
dikenal sebagai reaksi terang dan siklus Calvin. Reaksi terang merupakan
langkah – langkah fotosintesis yang mengubah energi matahari menjadi
energi kimiawi. Cahaya yang diserap oleh klorofil menggerakkan transfer
elektron dan hidrogen dari air ke penerima (akseptor) yang disebut NADP +,
yang menyimpan elektron berenergi ini untuk sementara. Air terurai dalam
proses ini, sehingga reaksi terang fotosintesislah yang melepas O2
sebagai produk samping.
Fotosintesis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Loveless
(dalam Handoko dan Fajarianti, 2012:4-5) Faktor-faktor tersebut antara lain:
22
1. Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang rendah dapat mempengaruhi laju
fotosintesis hingga kecepatannya sebanding dengan konsentrasi
karbondioksida. Namun bila konsentrasi karbondioksida naik maka dapat
dicapai laju fotosintesis maksimum kira-kira pada konsentrasi 1% dan
diatas persentase ini maka laju fotosintesis akan konstan pada suatu
kisaran lebar dari konsentrasi karbondioksida.
2. Intensitas Cahaya
Ketika intensitas cahaya rendah, perputaran gas pada fotosintesis lebih
kecil daripada respirasi. Pada keadaan di atas titik kompensasi yaitu
konsentrasi karbondioksida yang diambil untuk fotosintesis dan
dikeluarkan untuk respirasi seimbang, maka peningkatan intensitas cahaya
menyebabkan kenaikan sebanding dengan laju fotosintesis. Pada intensitas
cahaya sedang peningkatan laju fotosintesis menurun sedangkan pada
intensitas cahaya tinggi laju fotosintesis menjadi konstan.
3. Suhu
Laju fotosintesis pada tumbuhan tropis meningkat dari suhu minimum 5ºC
sampai suhu 35ºC, diatas kisaran suhu ini laju fotosintesis menurun. Suhu
diatas 35ºC menyebabkan kerusakan sementara atau permanen
protoplasma yang mengakibatkan menurunnya kecepatan fotosintesis,
semakin tinggi suhu semakin cepat penurunan laju fotosintesis.
23
4. Zat hijau daun (klorofil)
Zat hijau daun (klorofil) dibutuhkan untuk menyerap cahaya.Setiap hari
klorofil menyerap cahaya terutama cahaya matahari untuk mengubah
karbon dioksida dan air menjadi glukosa (bahan makanan) (Rinawaty,
2011:11 ).
5. Air (H2O)
Air merupakan bahan baku pada proses fotosintesis, keberadaan air juga
sangat berpengaruh terhadap keberadaan karbondioksida, karena jika
tumbuhan kekurangan air maka stomata akan menutup, dan dengan
menutupnya stomata maka Karbon dioksida tidak bisa masuk ke dalam
tumbuhan tersebut (Rinawaty, 2011:13).
Reaksi terang menggunakan tenaga matahari untuk mereduksi NADP +
menjadi NADPH dengan cara menambahkan sepasang elektron bersama
dengan nukleus hidrogen, atau reaksi terang juga menghasilkan ATP dengan
memberi tenaga bagi penambahan gugus fosfat pada ADP, suatu proses
yang disebut fotofosforilasi. Dengan demikian, energi cahaya mula –
mula diubah menjadi energi kimiawi dalam dua senyawa : NADPH, sumber
dari elektron dan tenaga ATP, energi peredaran sel yang serbaguna. Reaksi
terang tidak menghasilkan gula. Gula terbentuk pada tahap kedua
fotosintesis, pada siklus Calvin. Siklus ini berawal dari pemasukan CO2 dari
udara ke dalam molekul organik yang telah disiapkan dalam kloroplas.
Pemasukan awal karbon ini ke dalam senyawa organik dikenal sebagai
fiksasi karbon. Siklus Calvin kemudian mereduksi karbon terfiksasi ini
24
menjadi karbohidrat melalui penambahan elektron. Tenaga pereduksian ini
berasal dari NADPH, yang memperoleh elektron berenergi dalam reaksi
terang. Untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat, siklus Calvin juga
membutuhkan energi kimiawi dalam bentuk ATP, yang juga dihasilkan oleh
reaksi terang. Dengan demikian, siklus Calvin inilah yang membuat gula.
Langkah – langkah dalam siklus Calvin biasanya disebut dengan reaksi
gelap. Tempat reaksi terang adalah tilakoid kloroplas, sedangkan tempat
siklus Calvin terjadi di stroma (Campbell, 2002:185-186).
Di antara ilmuwan-ilmuwan yang banyak melakukan eksperimen-eksperimen
untuk membuktikan kebenaran peristiwa ini ialah Ingenhousz,
Engelmann, Sachs, dll.
1.
Jan Ingenhousz (1730-1799)
Jan Ingenhousz merupakan orang yang pertama kali melakukan
penelitian tentang fotosintesis. Ingenhousz memasukkan tumbuhan
air Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang diisi air. Bejana gelas
itu ditutup denagn corong terbalik dan diatasnya diberi tabung reaksi
yang diisi air hingga penuh. Bejana itu diletakkan di terik
matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari
tumbuhan air tersebut. Gelembung udara tersebut menandakan adanya
gas. Setelah diuji ternyata adalah oksigen. Ingenhousz menyimpulkan
fotosintesis menghasilkan oksigen. Fotosintesis terjadi hanya di bagian
hijau tanaman. Untuk efisiensi fotosintesis harus daun tipis dan
memiliki luas permukaan besar. Ini membantu dalam penyerapan
cahaya dan difusi gas, dan sarana untuk mencegah kehilangan air yang
25
berlebihan melalui stomata dan epidermis.
Gambar 4. Percobaan Ingenhousz
Pengaruh cahaya diyakini mempunyai pengaruh tak langsung melalui
penurunan konsentrai CO2 oleh fotosintesis. Tapi baru-baru ini,
sejumlah kajian memperlihatkan bahwa cahaya memiliki pengaruh
kuat terhadap stomata, lepas dari peranannya dalam fotosintesis.
Diduga cahaya bekerja di sel mesofil, lalu mengirim pesan kepada sel
penjaga atau menerima cahaya yang terdapat di sel penjaga itu sendiri.
Pada tingkat cahaya rendah, konsentrasi CO2 antar sel dapat menjadi
faktor pengendali yang utama, pada tingkat cahaya tinggi, respons
langsung terhadap cahaya dapat melebihi kebutuhan pemenuhan CO 2
untuk fotosintesis, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi CO 2
antar sel. Naiknya konsentrasi CO2 antar sel bisa diamati saat cahaya
26
ditingkatkan (karena stomata membuka) yang ternyata berlawanan
sekali dengan yang diperkirakan jika stomata memberika respon
terhadap cahaya hanya melalui efek fotosintesik dari konsentrasi CO 2.
2. Engelmann (1822)
Membuktikan bahwa klorofil merupakan salah satu faktor penting
dalam fotosintesis. Untuk itu ia menyinari ganggang hijau Spirogyra
yang kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. D a r i
p e r c o b a a n n ya m e m b u k t i k a n hanya kloroplas yang t erkena
sinar ya n g melepaskan oksigen. Ini terbukti dari banyaknya
bakteri oksigen yang berkerumun di sekitar tempat kloroplas yang
terkena sinar matahari.
3. Gustav Julius Von Sachs (1962)
Pada tahun 1962, Gustav Julius Von Sachs, membuktikan bahwa
pada fotosintesis terbentuk karbohidrat atau amilum. Adanya amilum
dapat dibuktikan dengan pengujian dengan yodium, amilum dengan
yodium memberikan warna hitam. Amilum hanya terdapat pada
bagian daun yang hijau dan terkena sinar. Amilum disusun di dalam
kloroplas dan juga di dalam leukopas sebagai tempat untuk
menyimpannya, penyusunan amilum memerlukan bahan berupa
glukosa-l-pospat serta bantuan enzim berupa posporilase amilum.
Beratus – ratus molekul glukosa-i-pospat dapat digandeng –
gandengkan dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan
ini terlepaslah molekul – molekul pospat. Transformasi karbohidrat itu
27
dipengaruhi oleh beberapa faktor luar di antaranya yang kita ketahui
ialah temperatur, air, konsentrasi, ion – ion H+, konsentrasi gula
(Dwidjoseputro, 1989 : 129-131).
4. Pada percobaaan Sachs, terdapat daun yang sebagian tertutup
aluminium foil, terkena sinar sepanjang hari. Daun tersebut setelah
dipetik, direbus, direndam dalam alkohol untuk melarutkan
klorofilnya dan setelah itu dicelup dalam larutan iodium. Bagian yang
tertutup tampak putih (berarti tanpa amilum), sedang daerah
sekitarnya berwarna hitam yang menunjukkan adanya amilum
(Salisbury, 1985).
Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan
energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel
tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada
siang maupun malam hari. Sebagaimana diketahui dalam semua aktivitas
makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan.
Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan
tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan
secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah
kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen
akan menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas
jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel
(Campbell, 2002:160).
28
Mahluk hidup memerlukan respirasi untuk mempertahankan hidupnya,
begitu pula pada tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses
pembebasan energi kimiawi menjadi energi yang diperlukan untuk
aktivitas hidup tumbuhan. Pada siang hari, laju proses fotosintesis yang
dilakukan tumbuhan sepuluh kali lebih besar dari laju respirasi. Hal itu
menyebabkan seluruh karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi akan
digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Respirasi yang dilakukan
tumbuhan menggunakan sebagian oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis, sisanya akan berdifusi ke udara melalui daun. Reaksi yang
terjadi pada proses respirasi sebagai berikut :
C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O
Reaksi penguraian glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi melalui
tiga tahap, yaitu glikolisis, daur Krebs, dan transport electron respirasi.
Glikolisis merupakan peristiwa perubahan glukosa menjadi 2 molekul
asam piruvat, 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber electron
berenergi tinggi dan 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Daur
Krebs (daur tri karboksilat) atau daur asam sitrat merupakan penguraian
asam piruvat secara aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia.
Reaksi ini terjadi disertai dengan rantai transportasi electron respiratori.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui stomata pada tumbuhan. Respirasi banyak memberikan manfaat
bagi tumbuhan.
29
Proses respirasi ini menghasilkan senyawa-senyawa yang penting sebagai
pembentuk tubuh. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk
protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan karbon untuk pigmen profirin
(seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen
flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatic tertentu lainnya,
seperti lignin. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi
dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (Campbell, 2002:165).
Berdasarkankebutuhan akan oksigen, katabolisme dibagi menjadi dua,
yaitu respirasi aerob dan anaerob. Respirasi aerob adalah respirasi yang
membutuhkan oksigen untuk menghasilkan energi. Sedangkan,
respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak membutuhkan oksigen
untuk menghasilkan energi.
1. Respirasi aerob
Sebagian besar hewan dan tumbuhan melakukan respirasi aerob.
Respirasi aerob adalah peristiwa pembakaran zat makanan
menggunakan oksigen dari pernapasan untuk menghasilkan
energi dalam bentuk ATP. Selanjutnya, ATP digunakan untuk
memenuhi proses hidup yang selalu memerlukan energi.
Respirasi aerob disebut juga pernapasan dan terjadi di paru-paru.
Sedangkan, pada tingkat sel respirasi terjadi pada organel
mitokondria. Secara sederhana, reaksi respirasi adalah sebagai
C6H12O6 + 6O
berikut:
Glukosa
oksigen
6H2O +
air
6CO
karbondioksida
+ 36 ATP
energi
30
Pada respirasi ini, bahan makanan seperti senyawa
karbohidrat, lemak atau protein dioksidasi sempurna menjadi
karbondioksida dan air. Pada reaksi di atas, substrat yang dioksidasi
sempurna adalah glukosa. Oksigen diperlukan sebagai akseptor
elektron terakhir pada rantai transpor elektron di mitokondria.
Karbondioksida (CO 2) dibebaskan keluar sel sebagai sampah.
Pada manusia, CO 2
dilarutkan dalam darah,kemudian
dibuang melalui pernapasan dari paru-paru. Molekul air juga
merupakan sampah dari respirasi dan dibuang lewat plasma darah ke
paru-paru, kemudian dikeluarkan melalui hembusan napas.
Respirasi aerob dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu: glikolisis,
siklus krebs, dan transpor elektron (Setiawati, dan Fuqonita, 2007:32).
a . Glikolisis
Peristiwa glikolisis menunjukkan perubahan dari glukosa,
kemudian makin berkurang kekomplekan molekulnya dan
berakhir sebagai molekul asam piruvat.
Produk penting glikolisis adalah:
1.
2 molekul asam piruvat
2.
2 molekul NADH sebagai sumber elektron berenergi tinggi
3.
2 molekul ATP dari 1 molekul glukosa
Sebenarnya, dari 1 molekul glukosa dihasilkan 4 molekul ATP,
tetapi 2 molekul digunakan untuk beberapa reaksi kimia. Dari
kesepuluh langkah pemecahan glukosa, dua di antaranya bersifat
endergonik, dan menggunakan 2 molekul ATP.
31
b. Siklus Krebs
Siklus Krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob.
Nama siklus ini berasal dari nama orang yang menemukan
reaksi tahap kedua respirasi aerob ini, yaitu Hans Krebs. Siklus
ini disebut juga siklus asam sitrat. Siklus Krebs diawali
dengan adanya 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada
glikolisis yang meninggalkan sitoplasma masuk ke
mitokondria. Sehingga, siklus Krebs terjadi di dalam
mitokondria.
Siklus Krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang
mempunyai tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2,
ATP serta membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat ini
berfungsi untuk siklus Krebs selanjutnya. Dalam siklus Krebs,
dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.
c. Transpor elektron
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, dan
berakhir setelah elektron dan H+ bereaksi dengan oksigen yang
berfungsi sebagai akseptor terakhir, membentuk H2O. ATP yang
dihasilkan pada tahap ini adalah 32 ATP. Reaksinya kompleks,
tetapi yang berperan penting adalah NADH, FAD, dan molekulmolekul khusus, seperti Flavo protein, ko-enzim Q, serta
beberapa sitokrom (Setiawati dan Fuqonita, 2007:33 ).
32
2.
Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan respirasi yang tidak
menggunakan oksigen sebagai penerima akhir pada
saatpembentukan ATP. Respirasi anaerob juga
menggunakanglukosa sebagai substrat. Respirasi anaerob sering
disebut juga fermentasi. Organisme yang melakukan fermentasi di
antaranya adalah bakteri dan protista yang hidup di rawa, lumpur,
makanan yang diawetkan, atau tempat-tempat lain yang tidak
mengandung oksigen.
Beberapa organisme dapat berespirasi menggunakan oksigen, tetapi
dapat juga melakukan fermentasi. Organisme seperti ini melakukan
fermentasi jika lingkungannya miskin oksigen. Sebagai contoh, sel-sel otot
dapat melakukan respirasi anaerob jika kekurangan oksigen. Pada
fermentasi, glukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan
terbentuk 2 ATP. Tetapi, fermentasi tidak bereaksi secara sempurna
memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan air, serta ATP yang
dihasilkan pun tidak sebesar ATP yang dihasilkan dari glikolisis.Dari hasil
akhirnya, fermentasi dibedakan menjadifermentasi asam laktat dan
fermentasi alkohol (Ferdinand, dkk, 2009:35).
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk dapat mengidentifikasi
miskonsepsi siswa dalam konsep-konsep sains termasuk biologi. Salah
33
satunya yaitu penelitian yang berjudul ‘’Diagnosing Scondary Student’s
Misconceptions Of Photosynthesis and Respiration n Plants Using A TwoTier Multiple Choice Instrument’’ yang dilakukan oleh Treagust dan Haslan,
menyebutkan bahwa miskonsepsi masih terjadi terutama paa subkonsep
fotosintesis dan respirasi tumbuhan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat konsep-konsep yang dapat menyebabkan miskonsepsi siswa dalam
pemahamannya, diantaranya yaitu tentang sel,fotosintesis,ekologi,genetika,
klasifikasi,pernapasan dan sirkulasi darah (Tekkaya, 2002: 259).
Penelitian selanjutnya mengenai miskonsepsi yang dilakukan oleh Kose
dengan judul ‘’Diagnosing Student Misconceptions Using Drawing as a
Research Method’’. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dari 156 siswa
dengan umur 20-25 tahun dan wawancara terhadap 15 siswa, beberapa
miskonsepsi telah ditemukan antara lain mengenai : hubungan antara
fotosintesis dengan respirasi pada tumbuahn dan makanan dengan nutrisi
pada tumbuhan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis gambar dan
wawancara (Kose, 2008: 283).
Kemudian, Ekici, dkk, (2007: 111).juga melakukan penelitian yang
berkenaan dengan miskonsepsi . penelitian mereka berjudul’’Utility Of
Concept Cartoons in Diagnosing and Overcoming Misconceptions Relate to
Photosyntesis’’. Hasil penelitian ini menyimpulakan bahwa kartun konsep
fotosintesis dapat digunakan untuk mengeliminasi dan mengidentifikasi
miskonsepsi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
diagnostik dengan menggunakan kartum (Ekici, dkk, 2007: 111).
34
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh hulusi cokadar yang berjudul
‘’Photosynthesis and Respiration Processes Prospective Teachers’
Conception Level’’. Penelitian hulusi cokadar ingin mengungkapkan
konsepsi yang memiliki oleh calon guru sekolah dasar dan tingkat menengah
mengenai konsep fotosintesis dan respirasi. Metode penelitian yang ia
guanakan adalah metode survey dengan 152 responden yang terdiri atas 90
mahasiswa calon guru sekolah dasar dengan 62 mahasiswa calon guru
tingkat menengah. Instrumen yang digunakan berupa tes essay terbuka .
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 90 mahasiswa calon guru
sekolah dasar , 42% dan 29% memahami konsep/definisi fotosintesis dan
rspirasi dengan baik. Sedangkan dari 62 mahasiswa calon guru tingkat
menengah, 5% dan 2% memahami konsep fotosisntesis dan respirasi dengan
baik (Cokadar, 2012: 81).
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Se-Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang
Bawang Barat, dan dilaksanakan pada bulan April semester genap Tahun
Ajaran 2015/2016.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian menurut Arikunto (2010: 173).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Se-Kecamatan
Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun ajaran 2015/2016.
Meliputi SMP N 1 Tumijajar berjumlah 288 siswa, SMP N 2 Tumijajar 224
siswa, SMPN 3 Tumijajar 160 Siswa, SMP N 4 Tumijajar 19 siswa, SMP
Muhammadiyah Dayamurni 32 siswa dan SMP Islam Tumijajar 13 Siswa.
Sehingga total populasi dalam penelitian ini 736 siswa. Dan sampel yang
diambil sebanyak 351 siswa.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 396 siswa, teknik
pengambilan sampel ini menggunakan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan menggunakan desain penelitian deskriptif.
36
Menurut Arikunto (2010:3) desain penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang
sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan.
Sehingga dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada secara faktual mengenai miskonsepsi yang
terjadi pada siswa SMP se-kecamatan Tumijajar. Pada penelitian ini
peneliti mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi pada sampel yang telah
ditentukan dengan pemberian soal tes pilihan ganda beralasan yang disertai
dengan kolom CRI dan pendistribusian kuisioner kepada guru IPA dan siswa.
Dalam pengumpulan data, peneliti mengumpulkan informasi mengenai
miskonsepsi siswa pada konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan yang
dideskripsikan dengan cara menganalisis kesesuaian data hasil jawaban
siswa dengan konsep sesungguhnya.
D. Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa alur penelitian, yaitu sebagai
berikut:
1. Penyusunan instrumen soal
penyusunan insrumen yaitu berupa soal tes pilihan ganda beralasan yang
disertai dengan tabel CRI yaitu tabel yang digunakan untuk menyukur
tinggat keyakinan siswa dalam menjawab soal tes, dan instrumen berupa
angket yang diberikan oleh guru dan siswa. Tujuan penyusunan instrumen
soal untuk memperoleh soal-soal yang dapat digunakan untuk mengukur
miskonsepsi yang terjadi pada siswa yang didukung dengan instrumen
berupa angket guru dan angket siswa.
37
2. Uji coba soal-soal yang telah disusun, uji coba soal ini bertujuan untuk
menguji kevaliditasan soal yang digunakan untuk mengukur miskonsepsi
yang terjadi pada siswa.
3. Validasi soal, jadi uji coba soal menghasilkan soal-soal yang valid.
4. Tes diagnosis miskonsepsi pada siswa menggunakan soal-soal yang telah
valid disertai dengan pemberian angket pada guru dan siswa.
5. Analisis miskonsepsi siswa berdasarkan data yang telah diperoleh yaitu
hasil tes diagnosis berupa soal tes pilihan ganda beralasan yang disertai
Tabel CRI serta analisis hasil angket yang diberikan kepada guru dan
siswa.
6. Penarikan kesimpulan dari hasil analisis soal tes dan angket.
E. Uji Instrumen Soal Tes
Tes yang digunakan untuk mengukur miskonsepsi dikalibrasikan terlebih
dahulu dengan langkah sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan (kesahihan) suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi, dan sebaliknya dengan instrumen yang
kurang valid (Arikunto 2010:199).
Tes diujicobakan kepada kelompok yang bukan merupakan subyek
penelitian, kemudian dari hasil uji coba tersebut tiap butir soal
dihitung validitas
setiap
penelitian
menggunakan
ini
butir
soalnya.
Uji validitas
koefisien
korelasi
instrumen
biserial.
38
Berdasarkan Arikunto (2010:93) rumus
yang digunakan untuk
menghitung koefisien biserial antara skor butir soal dengan skor total tes
adalah:
=
Keterangan:
rpbi : Koefisien korelasi poin biserial
Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya
Mt : Rerata skor total
SDt : Standar deviasi dari skor proporsi
Q
: Proporsi siswa yang menjawab salah, dengan rumus: (q=1-p)
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar, dengan rumus:
p=
ℎ
2. Uji reabilitas
ℎ
Reliabel artinya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Menurut
Arikunto (2010:221) reabiltas menunjukkan bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Rumus yang
digunakan dalam uji reabilitas:
=
−1
−∑
Keterangan:
r11
p
q
n
∑pq
S2
: Reliabilitas tes secara keseluruhan
: Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
: Proporsi subjek yang menjawab item salah (q=1-p)
: Banyaknya item
: Jumlah hasil perkalian p dan q
: Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
39
3. Daya pembeda
Daya pembeda digunakan untuk membedakan kelompok mahasiswa
berkemampuan tinggi dan rendah. Menurut Arikunto (2010:228) soal
yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa
berkemampuan tinggi dan rendah. Rumus daya pembeda adalah sebagai
berikut:
D=
Ja
Jb
Ba
Bb
Pa
Pb
−
−
=
−
: Banyaknya peserta kelompok atas
: Banyaknya peserta kelompok bawah
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (p sebagai
indeks kesukaran)
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan klasifikasi daya pembeda
D: 0,00-0,20 : Jelek
D: 0,21-0,40 : Cukup
D: 0,41-0,70 : Baik
D: 0,71-1,00 : Baik sekali
4. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional
yang mudah untuk melihat proporsi atau perbandingan siswa yang
menjawab benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti tes
(Arikunto, 2010:208). Rumus tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:
P=
∑
Keterangan:
P
: indeks kesukaran
∑B : jumlah siswa yang menjawab benar
N
: jumlah peserta tes
40
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan
ganda beralasan yang disertai kolom kriteria CRI (Certainty of Response
Index) serta kuisioner yang diberikan kepada guru dan siswa. Tes tertulis
digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMP,
dengan kolom kriteria CRI maka peneliti dapat menganalisis siswa yang
mengalami miskonsepsi, sekaligus membedakannya dengan siswa yang tidak
paham konsep. Kuisioner digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya miskonsepsi pada siswa SMP.
G. Analisis data
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan klasifikasi dalam dua
kelompok data yaitu data kuantitatif berbentuk angka-angka dan data
kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata. Tahap pertama yaitu penilaian
hasil dari tes pilihan ganda beralasan, untuk menilai tes pilihan ganda,
penilaian yang digunakan berdasarkan Arikunto (2010:263) sebagai berikut:
Tabel 4. Kriteria penilaian soal.
Bentuk soal
Pilihan ganda
Nilai
1
0
Keterangan
Jawaban benar
Jawabab salah
Pada tes objektif disertai juga dengan kriteria CRI. Adapun kriteria penilaian
untuk CRI adalah sebagai berikut
41
Tabel 5. Kriteria penilaian CRI
Kriteria
Jawaban menebak
Jawaban hampir menebak
Jawaban tidak yakin
Jawaban yakin
Jawaban hampir benar
Jawaban pasti benar
Skor
0
1
2
3
4
5
Selanjutnya ditentukan kategori tingkat pemahaman berdasarkan pilihan
jawaban,alasan dan nilai CRI. Menurut Hakim (2012:6) kategori tingkat
pemahaman berdasarkan kategori tingkat pemahaman ini berdasarkan
kategori tingkat pemahaman.
Tabel 6. Modifikasi Kategori Tingkat Pemahaman
Jawaban
Benar
Benar
Benar
Benar
Salah
Salah
Salah
Salah
Alasan
Benar
Benar
Salah
Salah
Benar
Benar
Salah
Salah
Nilai CRI
˃ 2,5
< 2,5
˃ 2,5
< 2,5
˃ 2,5
< 2,5
˃ 2,5
< 2,5
Deskripsi
Memahami konsep dengan baik
Memahami konsep tetapi kurang yakin
Miskonsepsi
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Tidak tahu konsep
Miskonsepsi
Tidak tahu konsep
Jawaban pada kolom CRI dengan kriteria CRI tinggi dan rendah dapat
mengungkap kelompok siswa yang miskonsepsi, tidak tahu konsep dan
paham konsep.
Berdasarkan Sudijono (dalam Paidi, 2014 :18) perhitungan persentase siswa
dalam menjawab soal beserta alasan dan tingkat keyakinannya menjadi
kelompok kategori paham konsep, miskonsepsi dan tidak paham konsep,
adalah sebagai berikut:
42
=
× 100%
Keteranagan:
P : Persentase
F : Frekuensi jumlah jawaban benar
N : Jumlah soal
Hasil perhitungan persentase ini kemudian dikualifikasikan oleh Riduwan
(2010:89) sebagai berikut:
Tabel 7. Kriteria penilaian persentase
Kriteria
Persentase
Sangat tinggi
81% - 100%
Tinggi
61% - 80,99%
Sedang
41% - 60,99%
Rendah
21% - 40,99%
Sangat rendah
0% - 20,99%
Kemudian dibuat rekapitulasi persentase rata-rata tingkat pemahaman seluruh
siswa, lalu menganalisis letak miskonsepsi siswa pada butir soal. Hasil
pengolahan data ini selanjutnya mengarah pada kesimpulan penelitian.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan
berikut:
1. Miskonsepsi siswa pada konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan siswa
kelas VIII SMP se-kecamatan Tumijajar sebesar 57,30% dengan kriteria
”sedang” dan miskonsepsi tertinggi terjadi pada konsep respirasi tumbuhan
yaitu dengan reata-rata 62,10%.
2. Faktor yang mempengaruhi miskonsepsi siswa kelas VIII SMP Sekecamatan Tumijajar pada konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan yaitu
minat siswa dalam belajar konsep fotosintesis dan respirasi tumbuhan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas saran-saran yang dapat diajukan dalam
penelitian ini adalaha:
1. Bagi sekolah, sebaiknya menyediakan fasilitas dan alat-alat praktikum yang
mendukung proses pembelajaran.
2. Bagi guru, sebaiknya melakukan diagnosis terhadap miskonsepsi yang
terjadi pada siswa sehingga tidak terjadi secara berkelanjutan dan
melakukan perbaikan terhadap miskonsepsi yang dialami oleh siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi
Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. 418 Hlm.
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Diunduh Dari
Http://Bsnp-Indonesia.Org/Id/WpContent/Uploads/Kompetensi
/Panduan_Umum_KTSP.Pdf. Pada 13 Januari 2016. Pukul
15.00 WIB. 24 Hlm.
Campbell, N.A., Jane B. Reece, And Lawrence G. Mitchell. 2002. BiologiJ
ilid 1. Alih Bahasa: Wasman Manalu. Erlangga. Jakarta. 438
Hlm.
Cokadar, H. 2012. Photosynthesis And Respiration Processes: Prospective
Teacher’’ Conseption Level. Education And Science Journal.
Vol. 37, No.164. Diunduh Dari Http://Egitimvebilim.Ted.Org.
Tr/Index.Php/EB/Article/Download/391/365 . Pada Tanggal 15
Januari 2015. Pukul 00.46 WIB.13 Hlm.
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta :Erlangga. 170 Hlm.
Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Jakarta: Erlangga. 232Hlm.
Eciki, Fa.,Ekici E, dan Aydin, F. 2007. Untility Of Concept Cartons
Diagnosing And Overcoming Misconceptions Relate To
Photosynthesis. International Journal Of Environmental &
Science Education. Vol.2, No.4. Diunduh Dari Http://Files.
Eric.Ed.Gov/Fulltext/EJ901275.Pdf. Pada 05 Febuari 2016.
Pukul 20.46 WIB. 14 Hlm.
Fendhi, B. 2012. Identifikasi. Diunduh Dari Http://Eprints.Uny.Ac.Id/7723/
3/BAB%202%20-%2008601244012.Pdf. Pada 05 Febuari 2016.
Pukul 21:20 WIB. 15 Hlm.
Ferdinand, P., Fictor dan Moekti, A. 2009. Praktis Belajar Biologi. Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Bandung.
Diunduh dari https://books.google.co.id. Pda tanggal 15 Januari
2015. Pukul 10:29 WIB. 194 Hlm.
57
Hakim, A., Liliasari And Asep K. 2012. Student Concept Understanding Of
Natural Product Chemistry In Primary And Scondary
Metabolies Using The Data Collecting Technique Of Modified
CRI. International Online Journal Of Education Sciences.Vol 5.
No 34. Diunduh DariHttp://Www.Iojes.Net//Userfiles/Article
/IOJES_915.Pdf . Pada 05 Febuari 2016.Pukul 21:50 WIB. 10
Hlm.
Halomoan . 2012. Analisis Konsepsi Guru Mata Pelajaran Fisika Madrasah
Aliyah Terhadap Konsep Gaya Pada Benda Diam Dan
Bergerak.Jurnal Penelitian.Diunduh Dari Http://Sumut.
Kemenag.Go.Id/File/File/TULISANPENGAJAR/Flvk13438070
02.Pdf. Pada Tanggal 11 Januari 2015.Pukul 20:22 WIB.16
Hlm.
H a n d o yo , P . d a n F . Y u n i . 2 0 12 . Pengaruh SpektrumCahaya
TampakTerhadap Laju FotosintesisTanaman Air Hydrilla
Verticillata.J u r n a l P e ne l i t i a n . D i u n du h D ar i
H t t p : / / J u r n al . F k i p .U n s . A c . Id / In d e x . P h p / P r os b i o
/ A r t i c l e / Vi e w f i l e / 31 7 2 / 2 2 12 . P a d a 26 J a n u a r i
2 0 1 6 . P u k u l 0 6 . 4 1 W IB . 9 h l m .
Hasan, S., D. Bagayoko., And E. Kelley.2005. Misconceptions And The
Certainty Of ResponseIndex (CRI). Jurnal Penelitian. The
Timbuktu Academy, Southern University And A&M
College,Baton Rouge, LA 70813, USA.6hlm.
Iriyanti, N. P., Sri M., dan Sri R.IdentifikasiMiskonsepsi Pada Materi
PokokWujud Zat Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Bawang Tahun
Ajaran 2009/2010. Vol. 1, No.1.Diunduh Dari Http://Download.
Portalgaruda. Org/Article.Php?Article=107581&Val=4061.
Pada Tanggal 17 Febuari 2016.Pukul 18.53 Wib.6 Hlm.
Kardi, S.1997. Miskonsepsi Atau Konsepsi Alternative Tentang Beberapa
Konsep Dasar Biologi Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA-IKIP Surabaya. Laporan Penelitian. Institud
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Surabaya.Surabaya. Http://
Digilibunesa.Org/Content/Download/78. 32 Hlm.
Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta. 255 Hal.
Kose, S. 2008. Diagnosing Student Misconceptions. Using Drawig As A
Research Metod. World Applied Sciences Journal.Vol. 3,
No.2.Diunduh Dari Http://Www.Idosi.Org/Wasj/Wasj3%
282%29/20.Pdf.Pada Tanggal 15 Januari 2016.Pukul 01.09
WIB.12 Hlm.
58
Muflichun, M., Kartono., dan Sri U. 2015. Peningkatan Aktivitas
BelajarSiswa Pada Pembelajaran Ipa Menggunakan Metode
Inkuiri Di Sekolah Dasar.Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Universitas Tanjungpura. Pontianak. Diunduh Dari
Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/Jpdpb/Article/Download/1
2450/11312.Pada Tanggal 13 Januari 2016.Pukul 13:58 WIB.16
Hlm.
Mulyani, D. 2013. Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan Prestasi
Belajar. Jurnal Ilmiah Konseling. Universitas Negri Padang.
Volume 2 Nomor 1.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis KompetensiBandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Paidi, K. 2014. Jurnal Penelitian. Diunduh Dari
Http://Digilib.Unila.Ac.Id/1859/9/BAB%20III.Pdf. Pada 06
Januari 2016. Pukul 21:30 WIB. 23 Hlm.
Purnamawati, Y., Gembong S., danErvina M. 2015. Profil
Pemahaman Konsep Segitiga Pada Siswa Sekolah Dasar (Sd)
Berdasarkan Teori Van Heile.Jurnal Pendidikan Matematika.
Diunduh Dari http://Ejournal.Ikippgrimadiun.Ac.Id/Id/
Ejournal/Authors/Term/42/_/211.Pada 12 Januari 2015. Pukul
20:20 WIB.9 Hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta. 246 Hlm.
Rinawaty, Ida. 2011. Fotosintesis. Diunduh Dari Https://Idarianawaty.
Files.Wordpress.Com/2011/07/Fotosintesis-Revisi.Pdf. Pada
26 Januari 2016. Pukul 07.03 WIB. 14 Hlm.
Salisbury, F. B.,dan C. Wross. 1985. Fisiologi Tumbuhan. Bandung :
ITB Bandung. 241 Hlm.
Setiawati, T., dan D.Fuqonita.2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka
Press.Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id=YHo6zawolac&Lpg= PA24&Dq=Proses%20terjadinya%20
respirasi%20pada%20tumbuhan&Hl=Id&Pg=PA196#V=Onepa
ge&Q=Proses%20terjadinya%20respirasi%20pada%20tumbuha
n&F=False. Diunduh Pada 15 Januari 2015. Pukul 08:08
WIB.159 Hlm.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. 234
Hlm.
59
Suhartiningsih, R.T., Sugiyono., Dan E. Uliyanti. 2013. PeningkatanHasil
Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Di Kelas V.Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Tanjungpura.
Pontianak. Diunduh Dari Http://Jurnal.Untan.Ac.Id/Index.Php/
Jpdpb/Article/View/13142/11895.Pada Tanggal 12 Januari
2016.Pukul 19:17 WIB.17 Hlm.
Sukiman. 2008. Teori Pembelajaran Dalam Pandangan Konstruktivisme
Dan Pendidikan Islam.Jurnal Kependidikan Islam. Diunduh
Dari Http://Digilib.Uin-Suka.Ac.Id/8586/1/sukiman%20
teor1%20pembelajaran%20 dalam%20pandangan%
20konstruktivisme%20dan%20pendidikan%20islam.pdf. Pada
Tanggal 09 Januari 2015. Pukul 19:45 WIB.12 Hlm.
Sukmadinata, N. S. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 219 Hlm.
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi Dan Perubahan Konsep Dalam Pendidikan
Fisika. Jakarta: PT. Grasindo: 129hlm.
Tayubi, Y. R. 2002. Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Fisika
Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI). Jurnal
Penelitian. Vol 24.No.3. Diunduh Dari Http://File.Upi.Edu/
Direktori/jurnal/jurnal_mimbar_pendidikan/mimbar_no_3_2005
/Identifikasi_Miskonsepsi_Pada_Konsep-Konsep_Fisika_
Menggunakan_Certainty_Of_Response_Index_%28CRI%29.Pd
f.Pada 15 Januari 2016. Pukul 00.56 WIB. 6 Hlm.
Tekkaya, C. 2002. Miskonception As Barrier To Understanding
Biology.Jurnal Of Hacettepe Universitesi Ankara.295.
Http://Www.Efdergi.Hacettepe.Edu.Tr/Yonetim/Icerik/Makalele
r/971-Published.Pdf. 8 Hlm.
Tyas, R.N., Sukisno., Dan Mosik. 2013. Penggunaan Strategi Poe (PredictObserve-Explain) Untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika.
Jurnal Pendidikan Kimia.Http://Jurnal.Unimus.Ac.Id/Index.
Php/JPKIMIA/Article/View/1374. Vol. 01,No. 01. 5 Hlm.
Yuliati, Lia. 2011. Miskonsepsi Dan Remediasi Pembelajaran IPA. Diunduh
Dari Http://Pjjpgsd.Unesa.Ac.Id/Dok/6.Modul-6Miskonsepsi
%20dan%20Remediasi%20Pembelajaran%20IPA.Pdf.Pada
Tanggal 18 Agustus 2016. Pukul 21:46.
Download