Jurnal Hutan Tropis Volume 12 No. 2 September 2012 ISSN 1412-4645 ANALISIS KADAR HARA MAKRO TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU Macro Analysis Of Soil Nutrient Levels In The Forest Preserve District Of Mount Sebatung Kotabaru AHMAD YAMANI Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRACT. The purpose of this study was to determine the levels of macro nutrients in the soil i.e Nitrogen (N), phosfor (P), potassium (K), calcium (Ca) and magnesium (Mg). From the results will be obtained information on the chemical properties of soil on the protected forest of Mount Sebatung to be used in the context of forest development in the future. Research procedure consist of field surveys to determine the purposive sampling. Soil samples taken in the topsoil to a depth of 0-20 cm. Soil samples taken observation point of 1 meters distance, were combinedd in to one sample, to be analyzed in the laboratory. Then it will be compared with the Soil Chemical Properties Assessment Criteria according to the Institute for Soil Research Center Bogor to determine the level of concentration of each nutrients. The results showed the nutrient content of low-N and Mg. While the nutrients P, K and Ca are relatively very high. Therefore, to maintain the fertility of the soil or nutrient availability for plant growth land conservation efforts, both in biology and land terasering measures, should be done. Keywords : Levels; Nutrient; Macro; Soil ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hara makro pada tanah yakni unsur Nitrogen (N), Phosfor (P),Kalium (K) , Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Dari hasil penelitian ini akan diperoleh informasi keadaan sifat kimia tanah pada hutan lindung Gunung Sebatung untuk dapat dipergunakan dalam rangka pembinaan hutannya dimasa yang akan datang. Prosedur penelitian setelah survey lapangan menentukan tempat titik pengamatan yang dilakukan dengan Purposive sampling. Mengambil sampel tanah pada lapisan olah tanah dengan kedalaman 0 – 20 cm, dengan pertimbangan bahwa unsur hara sebagian besar berada pada kedalaman ini.Sampel tanah yang diambil pada setiap titik pengamatan selanjutnya dikompositkan, maksudnya satu sampel tanah yang diambil dari beberapa titik dengan jarak 1,0 meter dicampur dan diaduk secara merata, kemudian diambil sebanyak + 1 kg untuk dianalisis di Laboratorium. Data hasil analisis di laboratorium, selanjutnya akan dibandingkan dengan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah (LPPT) Bogor. Kandungan unsur hara N dan Mg rendah. Sedangkan unsur hara P, K dan Ca relatif sangat tinggi. Oleh sebab itu untuk menjaga tingkat kesuburan tanahnya atau ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman perlu segera dilakukan upaya konservasi terhadap tanah, baik secara biologi maupun ternik sipil. Kata kunci : Kadar, Hara, Makro, Tanah Penulis untuk korespondensi: email - [email protected] PENDAHULUAN Tanah hutan adalah tanah yang terbentuk di bawah pengaruh vegetasi hutan. Hal ini didasarkan atas dalamnya perakaran; organisne tanah yang spesifik dan hasil proses dekomposisi bahan organis berupa unsur basa-basa seperti N, P, K, Ca dan Mg selain dihasilkan pula berupa asam-asam humin seperti asam posfat dan asam nitrat serta yang lainnya (Anna, et. al, 2002). Jadi secara alami keperluan unsur hara bagi tanaman dapat terpenuhi melalui siklus hara yang relative tertutup yang terjadi antara tanaman dan tanah hutan. Mempelajari dan mengamati tanah hutan sangat penting, karena salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor edaphis (Hardjowigeno, 2003). Berkenaan dengan hal tersebut maka peneliti bermaksud mengamati sifat kimia tanah yakni kadar hara makro (N,P, K, Ca dan Mg), karena unsur hara ini diperlukan tanaman dalam jumlah besar dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat signifikan, selain sifat-sifat tanah lainnya, seperti sifat fisik dan biologi tanah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tanah menjadi miskin akan hara, diantaranya adalah karena diserap oleh tanaman; penebangan pohon untuk diambil kayunya, kebakaran hutan, pencucian oleh air yang masuk kedalam tanah dan erosi (Buchman dan Brady, 1982).. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar hara makro pada tanah yakni unsur Nitrogen (N), Phosfor (P),Kalium (K) , Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Dari hasil penelitian ini akan diperoleh informasi keadaan sifat kimia tanah pada hutan lindung Gunung Sebatung untuk dapat dipergunakan dalam rangka pembinaan hutannya dimasa yang akan datang. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di hutan lindung Gunung Sebatung, Kabupaten Pulau Laut, Kalimantan Selatan. dalam waktu selama ± 3 (tiga) bulan yang meliputi kegiatan persiapan, pengumpulan data primer dan sekunder, pengolahan data hingga penyusunan laporan. Obyek dan Alat Penelitian Obyek penelitian adalah tanah hutan dibawah tegakan hutan alam sekunder. Alat yang diperlukan seperti kompas; cangkul:; meteran; tali plastik; kantong plastik; kamera; timbangan dan alat tulis-menulis. 182 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini untuk mendapatkan data dilapangan mencakup kegiatan yakni 1. Survei lapangan untuk memperoleh gambaran lokasi penelitian. 2. Menentukan tempat titik pengamatan sebanyak 5 buah (5 kali ulangan) yang dilakukan dengan Purposive sampling, dimaksudkan agar sampel tanah yang diambil benar-benar presentatif. 3. Membersihkan permukaan tanah dari serasah, rumput atau tanaman penutup tanah lainnya 4. Mengambil sampel tanah pada lapisan olah tanah dengan kedalaman 0 – 20 cm, dengan Yamani:Analisis Kadar Hara.................(2):181-187 pertimbangan bahwa unsur hara sebagian besar berada pada kedalaman ini. 5. Sampel tanah yang diambil pada setiap titik pengamatan selanjutnya dikompositkan, maksudnya satu sampel tanah yang diambil dari beberapa titik dengan jarak 1,0 meter dicampur dan diaduk secara merata, kemudian diambil sebanyak + 1 kg untuk dianalisis di Laboratorium. Cara pengambilan sampel tanah dengan cara komposit dapat dilihat pada Gambar 1. 6. Sampel tanah yang telah diambil dimasing-masing titik-titik pengamatan kemudian dianalisis unsur hara makro N, P. K, Ca dan Mg di laboratorium. B. Analisa Data Data hasil analisis di laboratorium, selanjutnya akan dibandingkan dengan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah (LPPT) Bogor (lihat Tabel 1), sehingga akan diketahui status konsentrasi unsur hara tanahnya. Gambar 1. Pengambilan sampel tanah dengan cara komposit Figure 1. Soil sampling by means of composite Keterangan : = titik - titik pengambilan sampel tanah 183 Tabel 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah (LPPT) Bogor Table1. Soil Chemical Properties Assessment Criteria According to the Institute for the Research Center Land (LPPT) Bogor Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi N (%) < 0,1 0,1 – 0,2 0,21 – 0,5 0,51– 0,75 > 0,75 P2O5 < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60 < 10 10 - 20 21 - 40 41-60 > 60 <2 2-5 6 - 10 11 - 20 > 20 < 0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0 (me/100 gr) K2O (me/100 gr) Ca (me/100gr) Mg (me/100gr) Sumber ; Survey Kapabilitas Tanah LPPT Bogor (Soepraptohardjo, 1983) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis secara teknis di laboratorium terhadap konsentrasi hara makro N, P, K, Ca dan Mg di hutan lindung Gunung Sebatung dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan unsur hara N dan Mg pada semua titik pengamatan rendah., kecuali pada titik pengamatan 2 / pada tegakan hutan keadaannya sedang. Hal ini diduga disebabkan karena keadaan topografi yang curam dengan porositas tanah yang relatif besar dan permeabilitas tanahnya yang sangat cepat, dalam kondisi curah hujan yang cukup tinggi (lihat Lampiran 1), keadaan ini dikhawatirkan rentan terhadap kehilangan air baik melalui air infiltrasi yang masuk kedalam tanah maupun air permukaan (surface run off), sehingga unsur hara ini hilang seiring dengan proses pencucian dan erosi yang terjadi, Berkurangnya unsur 184 hara ini juga diakibatkan sering terjadinya penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat sekitarnya. Penyebab lain adalah karena tanah tidak mendapatkan masukan berupa pupuk dari luar, sementara hara yag ada dalam tanah berasal dari hasil mineralisasi sisa tanaman yang hidup diatasnya. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), jumlah hara tanaman yang dilepaskan tergantung pada macam tanaman, bagian tanaman, dan jumlah volume tanaman yang digugurkan. Selain dari itu penyebab rendahnya unsur hara tersebut, khususnya unsur N lebih disebabkan karena seringnya terjadi kebakaran hutan yang hampir terjadi setiap tahun dan unsur ini tervolatilisasi keatmosfer bersamaan ketika biomassa hutan terbakar . Yamani:Analisis Kadar Hara.................(2):181-187 Tabel 2. Konsentrasi hara makro N, P, K, Ca dan Mg pada tanah di hutan lindung Gunung Sebatung Table 2. Nutrient concentrations of N, P, K, Ca and Mg in the soil in protected forests of Mount Sebatung Lokasi Unsur Hara Makro Pengamatan N P K Ca Mg (%) (me/100 gr) (me/100 gr) (me/100 gr) (me/100 gr) 1 0,19 (R) 159,95 (ST) 0,71 (T) 10,32 (T) 0,29 (SR ) 2 0,22 (S) 168,70 (ST) 1,87 (ST) 10,32 (T) 0,77 (R) 3 0,19 (R) 76,28 (ST) 1,43 (ST) 10,32 (T) 0,55 (R) 4 0,09 (SR) 16,81(R) 2,46 (ST) 20,51 (ST) 0,72 (R) Keterangan : Titik 1 = Sampel tanah pada kebun buah (titik koordinat : x = 411372; y = 9634794 Titik 2 = Sampel tnh dibawah tegakan hutan (titik koordinat : x = 416831; y = 9638172 Titik 3 = Sampel tnh dibawah tegakan hutan (titik koordinat ; x = 416778; y = 9638832 Titik 4 = Sampel tanah dibawah semak belukar. R = Rendah; S = Sedang; T = Tinggi. SR = Sangat Rendah; ST = Sangat Tinggi.. Untuk unsur hara P, K dan Ca sangat tinggi pada semua lokasi pengamatan, kecuali unsur hara P dibawah tegakan hutan (titik pengamatan 4) rendah, diduga unsur P pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sehingga ketersediaannya rendah. Namun pada titk pengamatan lainnya unsur P ini sangat tinggi, hal ini disebabkan umumnya, hara P sukar tercuci oleh air hujan (Rosmarkan dan Yuwono, 2002). Sedangkan unsur hara K tinggi, karena memang unsur hara ini pada kerak bumi atau pada permukaan tanah kadarnya cukup tinggi, dan semakin dalam dari permukaan tanah, kadar hara K makin rendah (Rosmarkan dan Yuwono, 2002). kandungan unsur Ca pada semua lokai pengamatan masih cukup tinggi, , keadaan seperti ini diduga karena tanah dilokasi pengamatan tersebut terbentuk dari bahan batuan induk kapur yang banyak mengandung unsur kalsium, jadi meskipun tanahnya rentan terhadap erosi karena topografi yang curan dan curah hujan yang cukup tinggi, tidak sampai menurunkan kandungan unsur Ca dilokasi pengamatan ini.Menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002), salah satu factor yang berpengaruh terhadap ketersedian Ca dalam tanah adalah bahan induk dari bahan kapur bertekstur halus, umumnya memiliki kadar hara tinggi, sedangkan bahan induk yang kandungan Ca nya rendah memiliki kadar hara Ca rendah. Mengingat keadaan topografi yang pada umumnya sangat ektrem dan tingkat gangguan oleh masyarakat sekitar hutan yang cukup besar dan seringnya terjadi kebakaran hutan, maka selain bahaya erosi dan pencucian hara serta gangguan terhadap proses dekomposisi bahan organik di lantai hutan, menjadi penyebab utama kehilangan unsur hara pada ekosistem tanah, hal ini dapat menimbulkan persoalan dalam kegiatan penanaman (reboisasi) yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu untuk menjaga tingkat kesuburan tanahnya atau ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman perlu segera dilakukan upaya konservasi terhadap 185 tanah, baik secara biologi maupun ternik sipil. Selain dari pada itu yang terlebih penting adalah adanya upayaupaya pencegahan (preventif) agar supaya kawasan hutan lindung tersebut tetap terjaga dari segala gangguan keamanan, baik yang disebabkan oleh factor alam ataupun oleh factor manusia. Kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, terutama terhadap masyarakat sekitar perlu secara kontinyu dan berkelanjutan dilakukan serta adanya papan-papan pemberi peringatan / rambu-rambu yang dipasang pada tempat-tempat strategis agar masyarakat sadar dan mengetahui pentingnya menjaga ekosistem hutan. Dalam jangka pendek untuk mengatasi kekurangan unsur hara yang kurang tersedia, dapat diatasi dengan melakukan pemupukan, dan selanjutnya ketersediaan unsur hara bilamana hutannya sudah mencapai keadaan klimaks maka cukuplahlah dengan mengandalkan alam sendiri melalui siklus hara yang terjadi pada ekosistem hutan. KESIMPULAN DAN SARAN Kandungan unsur hara N dan Mg dilokasi penelitian pada umumnya rendah yang disebabkan terjadinya proses pencucian unsur hara tersebut oleh karena curah hujan yang cukup tinggi dan erosi yang terjadi, Selain dari pada itu penyebab rendahnya unsur hara tersebut, khususnya unsur N lebih disebabkan karena seringnya terjadi kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun serta pengangkutan unsur hara keluar ekosistem hutan akibat sering terjadinya penebangan liar. Unsur hara P, K dan Ca relatif sangat tinggi. Masih tingginya unsur hara P diduga karena unsur ini relative resisten terhadap erosi yang terjadi, sedangkan unsur hara K tinggi karena unsur ini pada umumnya kadarnya tinggi pada permukaan atau kerak bumi dan unsur hara Ca cukup tinggi lebih dikarenakan unsur ini terbentuk dari batu kapur yang banyak terdapat dilokasi penelitian. Untuk menjaga tingkat kesuburan tanahnya atau ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman perlu segera dilakukan upaya konservasi terhadap tanah, baik secara biologi maupun ternik sipil serta melakukan tindakan preventif terhadap segala bentuk kegiatan yang mengganggu atau merusak ekosistem hutan lindung tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anna, et al. 1997. Dasar-dasar Ilmu tanah. Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. Ujung Pandang. Buckman, HO dan Brady, NC. 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan) Soemarsono. Penerbit 186 Bharata Karya Aksara, Jakarta. Departemen Kehutanan, 1987. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan RI, Jakarta. Hardjowigeno, S.2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Yamani:Analisis Kadar Hara.................(2):181-187 Rosmarkan, A dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbi Kanisius, Yogyakarta. Soepraptohardjo, 1983. Surver Kapabilitas Tanah. Lembaga Pusat Penelitian Tanah, Bogor 187