PERAN STRATEGIS KAUKUS PEREMPUAN POLITIK INDONESIA KOTA SERANG, PROPINSI BANTEN Yeni Widyastuti, Listyaningsih Program Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Serang Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Peran Strategis Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Serang Propinsi Banten. Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang merupakan sebuah organisasi independen yang dijadikan wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik yang bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif yang cemerlang sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya semangat juang dan meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.Metode penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara,catatan lapangan dan dokumen resmi lainnya yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran KPPI Kota Serang msih belum maksimal karena pertama, keterbatasan anggaran, kedua, belum maksimal dalam melakukan sosialisasi untuk memotivasi perempuan sampai di tataran terbawah dan ketiga,belum adanya program kerja yang terstruktur. Namun disisi lain KPPI Kota Serang turut terlibat dalam pembuatan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 5 tahun 2011 tentang Keterwakilan dan Partisipasi Perempuan dalam Proses Pembangunan di Kota Serang. Rekomendasi yang diberikan antara lain,penguatan kapasitas anggota KPPI serta mengadakan program advokasi dan bantuan ahli (technical assistance) bekerjasama dengan akademisi, bagi tiap-tiap perempuan anggota parlemen yang baru agar kinerja mereka dalam memperjuangkan kebijakan yang pro perempuan lebih maksimal. (*Kata Kunci: Partisipasi, Perempuan, Politik) Masyarakat modern dewasa adalah bahwa posisi perempuan ini menuntut tiadanya perbedaan masih diartikulasikan sebagaimana di dalam segala aspek, artinya di masa masa lampau, bahwa perempuan lampau, dalam tradisi, kepercayaan berada dalam konteks tradisional, dan agama, serta praktek-praktek tercermin budaya lainnya, posisi dan peranan yang perempuan keterbelakangan dan laki-laki adalah sama. Namun yang sering terjadi melalui marginal, ketidakmampuan. 143 keberadaannya dekat dengan dan b. Memenuhi pendidikan dasar Untuk itu, salah satu tujuan untuk semua gerakan perempuan adalah berkaitan dengan kesamaan hak-hak, sipil, c. Mendorong ekonomi dan sosial, dengan laki-laki. gender Perempuan perempuan berhasil pada saat mencapai ini hal ini telah hak untuk dan pemberdayaan d. Menurunkan angka kematian dan balita perempuan telah mempunyai hak suara, kesetaraan e. Meningkatkan mendapatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki, dan sebagainya. Untuk f. Memerangi HIV/AID, mencapai partisipasi yang sejajar, malaria kondisi sosial dan ekonomi harus menular lainnya serta g. Menjamin kelestarian fungsi dipenuhi, tetapi perubahan itu sendiri Perempuan lingkungan hidup secara politis harus tetap aktif jika h. Mengembangkan tidaklah mencukupi. penyakit kemitraan global untuk pembangunan. ingin mempertahankan hak-hak yang mereka peroleh serta tetap berjuang Perspektif untuk memperoleh hak-haknya yang perempuan lain. terlihat dari beberapa komponen Indikator baru keberpihakan dalam terhadap MDGs bisa yaitu: yang kerangka a. Memiliki keterkaitan dengan membangun perspektif keberpihakan gambaran berbagai masalah dan kepedulian politik termasuk kesejahteraan pembangunan kemiskinan, digunakan perempuan dalam pemberdayaan Development Dalam Millenium adalah MDGs Goal’s terdapat yaitu ketidakberdayaan, (MDGs). eksploitasi, delapan diskriminasi kekerasan dan b. Komitmen dan rasa tanggung indikator yaitu: a. Menanggulangi sosial jawab kemiskinan c. Perlunya dan kelaparan keterlibatan perempuan pada pengambilan 144 keputusan mengenai berbagai a. Undang-undang RI No.39 kebijakan yang menyangkut tahun kesejahteraan masyarakat Asasi Manusia (HAM) yang d. Pemberdayaan politik 1999 antara tentang lain Hak menegaskan perempuan sebagai sebuah bahwa hak wanita adalah pilihan HAM bagi tercapainya tujuan pembangunan yang b. Undang-undang lebih demokratis No.31 tahun 2002 tentang Partai Cita-cita kesetaraan, RI kesamaan, kesederajatan Politik atau yang menyebutkan bahwa kepengurusan Partai tiadanya pembedaan, adalah juga Politik cita-cita musyawarah sesuai dengan yang ingin diwujudkan dipilih demokratis, dalam demokrasi. Semua warga AD/ART negara mempunyai hak yang sama memperhatikan tanpa membedakan status, struktur dan keadilan gender sosial, dan lain sebagainya. Hal ini dengan kesetaraan c. Undang-undang RI No.12 juga tertuang dalam salah satu pasal tahun 2003 tentang Pemilu dalam Anggota DPR, DPD dan UUD bahwa 1945 “setiap menyatakan orang berhak DPRD yang menyebutkan mendapat kemudahan dan perlakuan bahwa UU ini memberikan khusus peluang untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama untuk guna legislatif mencapai persamaan dan keadilan” (Pasal 28 Huruf H ayat 2). bagi perempuan menjadi d. Undang-undang anggota RI No.22 Selain UUD 1945 tertuang pula tahun dalam peraturan perundangan yang Penyelenggara Pemilu yang lainnya yang meregulasi peluang menentuan bahwa komposisi perempuan keanggotaan dalam kegiatan dan aktivitas publik. Peraturan perundangan 2007 tentang Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik dimaksud di tingkat Nasional, Propinsi antara lain: dan 145 Kabupaten/Kota serta Kecamatanmemperhatikan sekurang- keterwakilan kurangnya perempuan sekurang-kurangnya Selain itu 30%. satu orang perempuan komposisi (pasal 55 ayat 2). keanggotaan Bawaslu dan Ketentuan-ketentuan itu sama Panwaslu memperhatikan spiritnya dengan pasal 2 ayat perempuan 5 Undang-undang no.5 tahun keterwakilan sekurang-kurangnya 30%. e. Undang-undang RI 2008 tentang Partai Politik No.10 yang menegaskan persyaratan tahun 2008 tentang Pemilu menyertakan paling rendah Anggota DPR, DPD dan 30% keterwakilan perempuan DPRD kepengurusan tingkat pusat. menunjukkan kemajuan perjuangan yang Kaukus Perempuan Politik lebih signifikan karena dalam Indonesia merupakan sebuah wadah peraturan perundang- aktivitas dan kreativitas perempuan menegaskan lintas Partai Politik, LSM dan Ormas undangan ini hal-hal sebagai berikut: (i) yang bertujuan untuk melahirkan Daftar bakal calon ide-ide anggota legislatif sekaligus (caleg) paling tumbuhnya sedikit 30% (iii) yang cermelang sbagai pendorong semangat juang keterwakilan dalam perempuan (pasal pemerintahan dan pembangunan. Daftar dan meningkatnya partisipasi perempuan 53) (ii) kreatif proses penyelenggaraan Propinsi Banten merupakan caleg propinsi yang memiliki keterwakilan disusun perempuan yang dianggap bersejarah berdasarkan karena nomor urut (pasal gubernur perempuan yang dipilih 55 ayat 3) melalui Pilkada tahun 2006 yang Daftar caleg setiap lalu. Keterwakilan ini menunjukkan tiga orang terdapat semakin terlibatnya perempuan ranah 146 dipimpin oleh seorang publik terutama dalam proses semakin kuat ditambah dengan kebijakan publik. Dalam Pilkada tingkat partisipasi politik pemilih yang terjadi sepanjang tahun 2005- perempuan yang lebih tinggi dari 2006 pemilih masyarakat juga telah laki-laki juga menyadari untuk memilih pemimpin memperlihatkan yang beberapa diantaranya adalah awareness yang tinggi dari kaum perempuan, perempuan bahwa yang kehidupan menunjukkan demokrasi bahwa untuk ada memperkuat di perannya dalam pembangunan.Untuk Indonesia sangat membuka peluang itu maka penelitian ini mengambil terhadap partisipasi perempuan di tema segala bidang pembangunan. Kaukus Perempuan Politik (KPPI) Di Propinsi Banten juga telah lahir organisasi-organisasi mengusung dan tentang Peran Strategis Kota Serang, Provinsi Banten”. yang 1.2. Perumusan Masalah memperjuangkan Berdasarkan tema diatas persamaan perempuan antara lain maka penelitian ini memfokuskan Gabungan perhatian terhadap peran strategis (GOW), Organisasi Badan Organisasi Wanita Koordinasi Wanita perempuan (BKOW) dalam pembangunan, terutama partisipasi perempuan di termasuk juga Kaukus Perempuan ranah politik khususnya, Politik Indonesia (KPPI). Namun perumusan masalahnya adalah dalam “Bagaimana peran Kaukus pemilihan umum anggota tahun 2009 perempuan hanya sehingga Perempuan Politik Indonesia (KPPI) menempati 15 kursi dari 85 kursi yg Kota Serang Provinsi Banten?” ada. Sementara di Kota Serang hanya 2.1. TUJUAN PENELITIAN 8 kursi dari 45 kursi yg tersedia. Di Penelitian ini bertujuan untuk sisi lain, terpilihnya kembali Hj.Ratu mengetahui Atut Chosiyah sebagai Gubernur perempuan Banten periode 2012-2016 dalam terbukanya peluang dan peraturan Pemilukada menunjukkan perempuan sejauhmana dengan kiprah semakin affirmative Banten 2011 pendukung bahwa peran action di Kota Serang, Propinsi publik Banten, terutama dalam kegiatan dan dalam ranah 147 termasuk aktivitas publik dengan analisis yang ketiadaan dikembangkan oleh Sara H.Longwe. kenetralan ( Sumiarni, E. 2004:1). Selain itu penelitian ini juga jenis Dalam kelamin buku atau saku Profil Banten yang bertujuan untuk menganalisis peran Gender strategis Politik diterbitkan oleh Biro Kesejahteraan Perempuan Indonesia (KPPI) Kota Rakyat Sekretariat Daerah (Biro Serang dalam mengawal berbagai Kesra Sekda) Provinsi Banten tahun kebijakan pembangunan yang pro 2003 rakyat dimaksud dengan khususnya, di Kota Serang. perbedaan peran, 2.2. MANFAAT PENELITIAN tanggung jawab antara laki-laki dan a. Penelitian ini diharapkan dapat perempuan yang merupakan hasil dari dan memberi pro perempuan masukan menyatakan bahwa yang jender adalah fungsi dan bagi konstruksi sosial budaya yang dapat pembuatan berubah dan atau diubah sesuai kebijakan yang terkait dengan dengan kemajuan jaman. Webster’s Gender. New pemerintah b. Kaukus Provinsi Penelitian wawasan dalam dapaat menambah pengetahuan World Dictionary (dalam Sumiarni, E. 2004:1) mengartikan bagi gender sebagai perbedaan yang peneliti dan pembaaca mengenai tampak antara laki-laki dan peran strategis KPPI di Banten. perempuan dilihat dari segi nilai dan 3.1. Kesetaraan Gender dan Peran tingkah laku (The apparent disparity Perempuan between man and woman in values 3.1.1 Konsep Gender: Perbedaan and behavior). Kementrian Urusan Peranan dan Masalah Ketidakadilan Makna kata gender yang muncul di kamus Wanita, dalam buku yang sama, adalah menyatakan gender sebagai penggolongan gramatikal terhadap interpretasi kata-kata benda dan kata-kata lain terhadap perbedaan kelamin yakni yang berkaitan dengannya, yang laki-laki dan perempuan. Jender secara biasanya garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin serta mental dan dipergunakan kultural untuk menunjukkan pembagian kerja yang 148 dianggap tepat bagi laki-laki dan Perbedaan antara seks dan jender perempuan. dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5 Perbedaan antara Seks dan Gender Seks atau Jenis Kelamin Gender 1. Bersumber dari nature (natural) 1. Bersumber dari cultural 2. Identifikasi laki-laki dan perempuan 2. Identifikasi laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi dari segi sosial budaya 3. Berkonsentrasi pada aspek biologi 2. seperti anatomi fisik, Dipengaruhi dan aspek sosial reproduksi, budaya, psikologis dan aspek-aspek non komposisi kimia dan hormon dalam biologis tubuh, oleh karakteristik lainnya. biologi perkembangan Menyangkut maskulinitas dan lainnya feminitas seseorang. 3. Bawaan / Kodrati 3. Terbentuk karena kebiasaan (learned behavior) 4. Tidak dapat diubah 4. Dapat dirubah/ berubah 5. Tidak bervariasi 5. Bervariasi, sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat ( Diolah dari berbagai sumber) Pengertian Kesetaraan keamanan dan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati Keadilan gender Kesetaraan gender berarti hasil pembangunan tersebut. kesamaan kondisi bagi laki-laki dan Kesetaraan gender juga meliputi perempuan penghapusan untuk memperoleh diskriminasi dan struktural, baik kesempatan serta hak-haknya sebagai ketidak manusia, agar mampu berperan dan terhadap berpartisipasi dalam kegiatan politik, perempuan. Keadilan gender adalah hukum, ekonomi, sosial budaya, suatu proses dan perlakuan adil pendidikan terhadap perempuan dan laki-laki. dan pertahanan dan 149 adilan laki-laki maupun Dengan keadilan gender perempuan di berbagai bidang berarti tidak ada pembakuan peran, kehidupan sosial dapat digunakan beban subordinasi, lima level pemerataan sebagaimana marginalisasi dan kekerasan terhadap dikembangkan oleh Sara.H. Longwe. perempuan Kelima level pemerataan itu adalah ganda, maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan sebagai gender ditandai dengan tidak adanya Sastriyani,dkk. 2008: 561-563): berikut (dalam diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian 1. Kesejahteraan (Welfare) mereka memiliki akses, kesempatan Tingkat berpartisipasi, dan pada pembangunan serta kontrol atas memperoleh kesejahteraan perempuan materi meliputi kebutuhan dasar seperti pangan, manfaat yang setara dan adil dari pendapatan pembangunan. Memiliki akses dan kesehatan. Level pemerataan ini partisipasi berarti memiliki peluang murni atau kesempatan untuk menggunakan kesejahteraan sumber perempuan dan laki-laki dan daya wewenang dan untuk memiliki mengambil tidak dan layanan mengenai tingkat relatif melihat lebih antara dalam keputusan terhadap cara penggunaan apakah perempuan sendiri yang dan hasil sumber daya tersebut. menjadi penghasil aktif barang Memiliki kontrol berarti memiliki atau kebutuhan mereka. kewenangan penuh untuk mengambil 2. Akses (Access) keputusan atas penggunaan dan hasil Ini merupakan peluang dalam sumber daya. Sehingga memperoleh menggunakan atau manfaat memanfaatkan sumberdaya yang sama dari pembangunan. tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap 3.3. Level Pemerataan Menurut penggunaan dan hasil sumber Teori Sara H.Longwe daya tersebut. Akses perempuan Kriteria seberapa jauh untuk mengukur setara pembangunan dengan laki-laki: kesetaraan akses terhadap tanah, 150 lapangan kerja, kredit, pelatihan, 3. Penyadaran (Consciensation) fasilitas pemasaran dan semua Adalah kesadaran perempuan layanan terhadap masyarakat tersedia dan juga manfaatnya. gender manfaat- Kesenjangan disini merujuk kurangnya akses Sehingga pemerataan diartikan yang sebagai pada kebutuhan perempuan, diskriminasi terhadap perempuan, sejalan akses dengan hak kepentingan pemerataan serta perempuan. Pemahaman terhadap perbedaan Disini pemberdayaan dan kemampuan menganalisis isu perempuan. kesempatan. isu antara peranan seksual dan perempuan peranan gender, bahwa peranan berarti dengan memperoleh gender bersifat kultural dan akses maka perempuan dapat berubah. Penyadaran juga dimampukan untuk mendapat meyakini bagian yang adil terhadap faktor kerja seksual seharusnya adil produksi atau sumber daya, baik dan dapat diterima kedua pihak. dalam lingkup rumah tangga Selain maupun dominasi publik atau yang itu bahwa pembagian juga tidak ekonomi ada maupun disediakan negara. Yang perlu politik oleh salah satu jenis diingat, pembangunan kelamin. Persamaan antara laki- perempuan tidak cukup hanya laki dan perempuan didasarkan pada pemerataan akses karena pada kesadaran gender (gender kurangnya awareness) bukan akses saja perempuan merupakan isu dan mndasarkan untuk partisipasi kolektif dalam gender tetapi juga akibat dari proses diskriminasi Oleh perempuan. Kesenjangan gender karena itu, proses pemberdayaan di sini bukan sesuatu yang perempuan bergerak selangkah empiris tetpi kesadaran akan lebih kesenjangan menyadari bahwa maju gender. ke tingkat pemerataan penyadaran. kedudukan pemberdayaan sosial ekonomi perempuan yang lebih rendah 151 dan pembagian kerja gender serta yang tradisional adalah sesuatu partisipasi artinya melibatkan yang perempuan sudah ditakdirkan evaluasi. Persamaan dalam komunitas demikian. Pemberdayaan adalah yang memahami hal tersebut dan kebijakan yang diambil dan menolaknya, ini berarti bahwa melibatkan subordinasi perempuan bukanlah pengembilan sesuatu yang normal dan bukan Partisipasi suatu takdir. Tetapi hal itu partisipasi disebabkan partisipasi kualitatif. yang oleh diskriminasi merupakan konstruksi mereka pada keputusan. dapat dibedakan kuantitatif dan partisipasi perempuan dalam serta proses pengembilan keputusan, laki-laki akan tetapi juga penggunaan maupun partisipasi melalui penyadaran kelompok dalam meningkatkan dan mobilisasi untuk mencapai upaya persamaan penguasaan terhadap perempuan sebagai peran putusan Level ini meliputi bukan hanya 4. Partisipasi (Participation) merupakan oleh 5. Penguasaan (Control) sosial dan itu dapat berubah. Ini terkena maupun individu untuk mencapai tujuannya. Perempuan berpartisipasi aktif pemerataan faktor-faktor artinya produksi dan distribusi manfaat. Persamaan partisipasi kontrol berarti suatu perempuan dalam proses penetapan keputusan yaitu antara perempuan dan laki-laki partisipasi dalam proses sehingga tidak ada suatu pihak perencanaan kebijakan Partisipasi keseimbangan penentuan dan pun administrasi. posisi merupakan subordinatif. keterlibatan atau keikutsertaan aktif sejak dalam penetapan kebutuhan, formulasi yang proyek, implementasi dan monitoring 152 penguasaan dipapankan dominan pada atau Gambar 1. Pemerataan dan Pemberdayaan Longwe Peningkatan Pemerataan Peningkatan Pemampuan Kontrol Partisipasi/Participation Penyadaran/Conscientisation Akses/Access Kesejahteraan /Welfare (Dikutip dari: Sastriyani,dkk. 2008:563) 3.6. Perempuan, Partisipasi dan sektor publik. Perempuan, terutama Pemberdayaan dari kalangan miskin seringkali Angka kemiskinan di dunia menjadi penerima informasi kedua menunjukkan bahwa 2/3 perempuan karena tidak pernah terlibat dalam di dunia termasuk kategori miskin. rembug Perempuan masih menjadi pihak diselenggarakan untuk memecahkan yang dirugikan oleh kemiskinan dan permasalahan masyarakat. Memang dipinggirkan oleh proses di pembangunan. Dalam bidang perempuan kesempatan untuk keputusan pendidikan formal jumlahnya relatif kecil, akan tetapi masih lebih banyak diberikan kepada seringkali suaranya kalah dengan laki – laki dibanding perempuan suara laki – laki yang jumlahnya Dalam cukup besar, bahkan kadang – pendidikan mendapatkan pembangunan keterlibatan beberapa perempuan, masih lebih banyak di kadang sektor domestik dibandingkan dalam tetapi 153 – rembug tempat dalam terjadi yang kehadiran penentuan walaupun mereka hanya ikut hadir tidak bisa memberikan suaranya. Padahal rembug – rembug proses memecahkan yang dilakukan warga merupakan kehidupan mereka. aset yang besar sebagai modal sosial Kerangka Berpikir persoalan untuk melibatkan masyarakat dalam Latar Belakang: 1. Isu-isu ketidaksetaraan gender: CEDAW, Konferensi Perempuan Sedunia, MDG’s, KKG, PUG 2. Ketidaksetaraan gender di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesempatan kerja , politik 3. Pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan peran dalam pembangunan, khususnya partisipasi politik perempuan, melalui organisasi kewanitaan yaitu melalui Kaukus Politik Perempuan Indonesia (KPPI) ANALISIS 5 (lima) level pemerataan Sara H. Longwe: Konsep Pemberdayaan: 1. PUG (Pengarusutamaan Gender) 2. KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender) 3. GAP (Gender Analysis Pathway) 4. Melalui KPPI yang berperan untuk meningkatkan partisipasi politik dan peran perempuan dalam pembangunan 1. Kesejahteraan (Welfare) 2. Akses (Access) 3. Penyadaran (Consciensation) 4. Partisipasi (Partisipation) 5. Penguasaan (Control) PEMBAHASAN PERAN STRATEGIS KPPI KOTA SERANG SIMPULAN DAN REKOMENDASI 154 legislatif sejak tahun 1999 hingga 4.1 Desain Penelitian Fokus penelitian ini adalah mengetahui dan 2004 yang baru berkisar pada angka menjelaskan 8,8% di tingkat pusat, 6,6% di bagaimana peran Kaukus Perempuan tingkat Provinsi, dan 2% di tingkat Politik Indonesia di Kota Serang, Kabupaten/kota, Propinsi Banten. Pendekatan yang gambaran digunakan adalah pendekatan dengan perempuan dalam lembaga-lembaga metode kualitatif. Maka pendekatan politik formal yang sering digunakan penelitian yang dilakukan adalah sebagai melalui kualitatif. pentingnya penguatan peran mereka dikumpulkan melalui kebijakan-kebijakan yang angka-angka, besifat affirmatif terhadap potensi pendekatan Artinya data bukan yang berupa merupakan nyata partisipasi dasar argumentasi melainkan data tersebut berasal dari yang naskah wawancara, catatan lapangan, tersebut. Angka dokumen pribadi, catatan memo, dan meningkat di tahun 2009 yaitu dokumen resmi lainnya. Sehingga ini adalah ingin tersebut sedikit tingkat kabupaten dan kota rata-rata 13,7 %. (Bappeda Prov. Banten, balik fenomena secara mendalam, 2010) rinci dan tuntas. Oleh karena itu pendekatan perempuan tingkat Provinsi Banten, serta pada menggambarkan realita empirik di penggunaan kaum sebesar 11 % di pusat dan 18,8 % di yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif dimiliki Menurut kualitatif Kepegawaian dalam penelitian ini adalah dengan sumber Daerah Badan Provinsi Banten (2009), diperoleh gambaran mencocokkan antara realita empirik mengenai jumlah perempuan yang dengan teori yang berlaku dengan menjadi menggunakkan metode diskriptif. Pegawai Negeri Sipil (PNS)di lembaga pemerintahan di 5.2. Gambaran Umum Partisipasi lingkungan Provinsi Banten hampir Politik Kota Serang 50 % dari jumlah pegawai laki-laki kaum Realitas partisipasi politik (1079:2202). Namun sangat sedikit perempuan pegawai perempun yang menduduki di lembaga 155 jabatan data Selatan sebesar 15,6 %. Jumlah ini kepegawaian provinsi Banten tahun tentu sangat ironis bila dibandingkan 2009 menunjukkan bahwa hanya 148 dengan jumlah pemilih perempuan dari 1079 pegawai yang menduduki yang hampir setara dengan pemilih eselon I,II,III dan IV. Sementara laki-laki (49,46% dan 50,54%) pada jumlah laki-laki jauh lebih banyak tahun yaitu sebesar 710 dari 2202 orang Banten 2010) yang struktural. menduduki Dari jabatan eselon 2009. (Bappeda Kondisi I,II,III,dan IV. kemudian Dalam konteks politik di inilah sering prasangka Provinsi yang menimbulkan sosial adanya Provinsi Banten, berdasarkan hasil ketimpangan Pemilihan 2009 pembangunan, yang direfleksikan diperoleh gambaran yang kurang dari realitas keterwakilan perempuan lebih sama dengan realitas di atas, secara fisik dalam lembaga legislatif dimana kenyataan yang sangat minim, yang kemudian proporsi anggota DPRD laki-laki berpeluang pada tidak terwakilinya jauh bila aspirasi kaum perempuan dalam jumlah proses perumusan kebijakan publik perempuan yang hanya berkisar pada yang sensitif gender atau berpihak angka 17,7%. Demikian juga pada pada kabupaten/kota yang ada di wilayah maupun provinsi Banten. Di Kabupaten langsung dengan kehidupan dan Pandeglang perempuan yang duduk hak-hak kaum perempuan. Isu-isu dalam ini yang kemudian dikenal dengan Umum tahun ditemukan lebih besar dibandingkan lembaga (82,4%) dengan legislatif hanya gender kepentingan isu-isu dalam perempuan yang soft-politics terkait sebesar 10%, Kabupaten Tangerang isu-isu sebesar 8%, Kota Tangerang sebesar conventional politics, yang dianggap 12%, Kota Cilegon sebesar 20%, menjadi domain kaum perempuan Kabupaten Lebak sebesar 16%, Kota dan hanya dapat dipahami dan Serang sebesar17,8%, diempati oleh kaum perempuan. Isu- Kabupaten Serang sekitar 8%, dan Tangerang isu 156 ini secara politik atau memang seringkali dianggap bukan sebagai mengingat bahwa sikap politik kaum isu politik sehingga nyaris tidak perempuan masuk dalam ranah kehidupan dan cenderung cara berpikir politik kaum laki-laki, conventional politics daripada hard yang politics. Sehingga sangat diperlukan antara lain masalah-masalah: menyangkut sebuah kesejahteraan umumnya lebih mementingkan kajian ilmiah isu-isu mengenai anak, perlindungan terhadap hak partisipasi perempuan dalam politik reproduksi dan pembangunan di Banten. perempuan dan Jadi dalam konteks aspek sebagainya. Dalam konteks inilah keterlibatan partisipasi, di Banten sudah cukup perempuan secara lebih luas dalam terpenuhi dimana selain Gubernur politik menjadi sangat penting guna juga mengurangi kesenjangan antara isu- politik isu conventional politics dan hard perempuan sebagaimana tabel di politics. Hal ini cukup beralasan bawah ini: keyakinan terhadap terdapat beberapa yang dipegang jabatan oleh Tabel 11 Peran Strategis Perempuan di Ranah Politik No Nama Jabatan Politik 1 Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE Gubernur Banten 2 Hj. Ratu Tatu Chasanah, SE Wakil Bupati Serang 3 Hj. Heryani Wakil Bupati Pandeglang 4 Hj. Nuraeni, S.Sos Ketua DPRD Kota Serang 5 Hj. Adde Rosi Khoerunnisa, S.Sos Wakil Ketua DPRD Kota Serang 6 Hj. Airin Rachmi Diani, SH.,MH Walikota Tangerang Selatan (Sumber: Diolah dari berbagai sumber,2011) Kenyataan tersebut di atas perempuan di Banten sudah cukup memang cukup menggembirakan. baik. Propinsi Banten juga sudah Hal ini menunjukkan untuk level memiliki perda tentang Pengarus akses, partisipasi, penyadaran kritis Utamaan dan senantiasa kontrol, peran startegis 157 Gender (PUG) meningkatkan serta jumlah anggaran responsive gender dalam kesejahteraan Anggaran Pendapatan dan Belanja membuat Daerah perlu yang tepat untuk mengatasi tingginya menjadi perhatian kita bersama juga angka kemiskinan, angka kematian bahwa untuk level-level yang lainnya ibu masih angkatan (APBD). perlu peningkatan perempuan. Namun adanya peran upaya program melahirkan kerja masih perlu pembangunan serta partisipasi perempuan yang belum mendapatkan tempat yang strategis Dalam kita layak. level Tabel 12 Struktur Dewan Pengurus Daerah Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang Propinsi Banten 2009 -2013 No Jabatan 1 Dewan Kehormatan 2 3 Ketua WK Bid.Organisasi WK Bid.Advokasi WK Bid.Diklat WK Bid. Sos Kemasy WK Bid.Media WK Bid.Kajian Litbang 4 Sekretaris Wakil Sekretaris 5 Bendahara Wakil Bendahara 6 Divisi-divisi Divisi Pengemb.Org Divisi Advokasi Divisi Diklat Divisi Sos Kemasy Divisi Media Divisi Kajian Litbang Nama 1) Walikota Serang 2) Kepala Kesbang Linmas BPPMD Hj.Nur’aeni, S.Sos Hj.Adde Rosi Haerunnisa, S.Sos Hj.Ratna Komalasari Hj.Suwarini Euis Rahmawati Julaeha Munjiah Encop Sofia Susi Widiyanti Iip Fariudin Dra.Muajah Sukamti Sari Yulianti Ely Rohanah Rohmawati Eka Ema Yuningsih Nina Hermina Lailatunnuroh Lilis Maemunah Mamah Marhamah Eko Dia Widiasari Dra.Nursehat Melasari (Sumber: KPPI Kota Serang, 2011) 158 Partai Politik Partai Demokrat Golkar Golkar Marhaenisme PKS Partai Demokrat PKB Gerindra PAN Partai Demokrat Partai Demokrat PKS PKB Marhaenisme PPP PAN Gerindra Republikan PAN PBR PDI Hanura PPP Kaukus Perempuan Politik organisasi perempuan yang selama Indonesia Kota Serang merupakan ini sebuah organisasi independen yang Organisasi Wanita (GOW) di Kota dijadikan Serang, dan organisasi masyarakat wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik yang melahirkan bertujuan ide-ide kreatif telah ada yaitu Gabungan yang berbasis perempuan lainnya. untuk Kedua, KPPI belum mampu yang menyentuh lapisan masyarakat yang cemerlang sekaligus sebagai paling bawah dalam memberikan pendorong tumbuhnya semangat motivasi dan sosialisasi mengenai juang dan meningkatnya partisipasi partisipasi perempuan Selama ini KPPI hanya melalukan dalam proses politik perempuan. penyelenggaraan pemerintahan dan sosialisasi pembangunan. wanita di Kota Serang. Hal ini diakui di tingkat organisasi Namun karena KPPI Kota oleh Ketua KPPI Kota Serang,” Serang baru berdiri selama kurang karena organisasi ini masih sangat lebih satu tahun (lihat profil) maka muda ditambah dengan keterbatasan peran serta KPPI Kota Serang masih anggaran, belum dapat dikatakan maksimal. program Beberapa faktor yang mempengaruhi menyentuh organisasi hal ini adalah: saja, dan belum menyentuh ke Pertama, yang Keterbatasan dimiliki untuk maka yang belum banyak dikerjakan. Baru perempuan lapisan masyarakat luas.” anggaran Ketiga, melakukan KPPI belum fungsi KPPI. Hal ini disebabkan membuat karena KPPI adalah organisasi yang terstruktur selama kepengurusannya. sifatnya Sehingga kegiatan-kegiatannya pun independen dan untuk program kerja secara mendapatkan anggaran dari daerah masih bersifat perlu persyaratan yaitu lembaga yang disesuaikan bersangkutan telah berdiri selama kondisi yang ada di Kota Serang. minimal tiga tahun. Untuk kegiatan Namun demikian, meskipun belum yang telah dilakukannya selama ini menyentuh tataran bawah, KPPI KPPI bermitra dengan organisasi- bersama-sama 159 insidental artinya dengan situasi dengan dan Kaukus Perempuan Parlemen Kota Serang seperti dalam pembahasan poldas, telah berhasil memberikan pengaruh propeda, kepada monitoring dewan legislatif untuk penyusunan APBD, dan evaluasi membuat sebuah kebijakan yang pembangunan setidaknya mendorong Dikatakan, Partai Politik sebagai partisipasi perempuan di bidang salah satu wadah penyaluran aspirasi politik. Perda yang dimaksud yaitu dan Peraturan perempuan ini, diharapkan dapat dapat Daerah Kota Serang dan lainnya. pengembangan potensi tentang Partisipasi dan Keterwakilan lebih Perempuan dalam Politik di Kota perempuan. Sebab peningkatan peran Serang. Hal ini diakui oleh Ketua perempuan telah menjadi agenda Kaukus Perempuan Politik Kota nasional sehingga tanggung jawab Serang Alhamdulillah, “ bersama kaukus kami perempuan meningkatkan peran kini serta menjadi bersama bagi segenap komponen bangsa. Parlemen yang ada di Kota Serang berhasil mempengaruhi anggota 5.6. Analisis Peran Strategis KPPI dalam Pembuatan Perda Kota Serang Nomor 5 tahun 2011 tentang Keterwakilan Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Daerah dewan yang lain dan menghasilkan sebuah produk sangat kebijakan mendukung yang partisipasi perempuan” ( wawancara tanggal 21 Menyadari November 2011 di DPRD Kota oleh kaum perempuan di Kota Karena KPPI sebagai Mitra Serang, Kaukus Perempuan Politik Kerja pemerintah maka diharapkan Serang memberikan untuk bisa kesempatan dan Kota pengambilan keputusan publik serta mengatur perempuan dalam praktek penyelenggaraan pembangunan bersinergis dengan Serang dalam pembuatan perda yang tentang tahapan-tahapan Serang Kaukus Perempuan Politik Kota memfasilitasi terutama dalam hal kebijakan besarnya potensi yang dapat dikembangkan Serang). Pemkot begitu tentang keterwakilan dalam pembangunan daerah. Artinya Kaukus sudah mulai memikirkan 160 bagaimana mempermudah akses perempuan Dari pasal di atas dapat kita lihat dalam mengekspresikan dirinya di bahwa segala bidang pembangunan tidak berkomitmen hanya di bidang politik saja. Berikut hak-hak perempuan dan laki-laki atas ini KPPI Kota untuk Serang menegakkan beberapa pasal yang kesempatan yang sama, pengakuan menggambarkan bahwa sudah yang sama di masyarakat. Propinsi saatnya mulai dibukanya akses yang Banten merupakan seluas-luasnya propinsi yang dalam bagi perempuan berkontribusi dalam salah satu mendapatkan Anugerah Parahita Eka Praya selama pembangunan di Kota Serang. dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2009 Pasal 3 dan 2010. Hal ini juga Maksud Peraturan Daerah ini adalah: menunjukkan besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap a. Pelaksanaan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan daerah dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang berperspektif gender; b. Upaya untuk menegakkan hakhak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat; c. Peningkatan keterwakilan dan partisipasi kaum perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, sehingga Pemerintah Daerah ataupun lembaga kemasyarakatan dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam mengeluarkan kebijakan publik yang adil dan berperspektif gender. terwujudnya kesetaraan gender di segala bidang, sebagaimana pasal 3 termasuk dimaksudkan ayat © dalam diatas yang melibatkan perempuan untuk turut serta atau pembangunan berpartisipasi mulai perencanaan, pemantauan dalam dari pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan. Dengan posisi KPPI Kota Serang maka hal ini dapat dilakukan dengan mulai melakukan advokasi, networking, mentoring dan coaching bagi para perempuan di Kota Serang untuk terlibat dalam proses pembangunan. Pasal 4 161 Tujuan pelaksanaan Peraturan pasal ini dapat kita lihat bahwa KPPI Daerah ini adalah sebagai berikut: Kota a. Memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Daerah dengan menekankan pentingnya keterwakilan dan partisipasi perempuan; b. Mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan lakilaki dan perempuan; c. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara; d. Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang berperspektif gender; e. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan; f. Meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan; g. Memberdayakan perempuan dalam mengejar ketertinggalannya untuk menuju setara dengan kaum laki-laki. perempuan mulai penyadaran (conscientation) Serang partisipasi menempatkan dari tingkat (participation) memberikan acuan pemerintah dengan bagi pihak daerah untuk mengintegrasikan pengalaman, seluruh aspirasi, potensi dan kebutuhan, penyelesaian permasalahan laki-laki perempuan. Dalam partisipasi maka meningkatkan dan dan konteks tujuan untuk kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai sumberdaya kemandirian peran dan lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan, memberdayakan perempuan dalam ketertinggalannya dengan merupakan dan pembangunan, meningkatkan setara insan mengejar untuk kaum salah satu menuju laki-laki bentuk partisipasi yang diharapkan. Hal inipun ditegaskan dalam pasal selanjutnya dari Perda Nomor 5 Jika dikaitkan dengan analisis tahun 2011 ini yaitu: dari Sara J.Longwe maka dalam 162 c. Fasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan mekanisme keterwakilan dan partisipasi perempuan pada lembaga pemerintahan, pusat studi wanita, lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga non pemerintah; d. Koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender; e. Pemberian bantuan teknis, fasilitasi pelaksanaan PUG dengan memastikan keterwakilan dan partisipasi perempuan; f. Pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan hak asasi manusia dan politik; g. Fasilitasi penyediaan data terpilah menurut jenis kelamin; h. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan. Pasal diatas sangat sesuai Pasal 5 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. Keterwakilan perempuan dalam Pemerintahan Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan di Daerah; b. Partisipasi perempuan baik perorangan, kelompok maupun organisasi pada keseluruhan proses pengambilan keputusan dan pembangunan di Daerah, meliputi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan di Daerah. Salah satu masalah kritis perempuan yang didukung kaukus perempuan politik adalah mendorong kemajuan kesetaraan gender, terutama berjuang melawan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. dengan tujuan pembentukan kaukus Pasal 6 yaitu Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan di Daerah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penetapan kebijakan daerah untuk pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan di Daerah; b. Koordinasi, fasilitasi dan mediasi pelaksanaan kebijakan keterwakilan dan partisipasi perempuan; melakukan sosialisasi isu affirmative action yang membawa perubahan tentang wacana keterlibatan masyarakat perempuan dalam politik, membangun jaringan kerja,peningkatan posisi strategis perempuan di Partai Politik. Sedangkan keterwakilan perempuan juga ditegaskan dalam peraturan daerah ini yaitu dalam Bab VI 163 dalam Selanjutnya dalam Bab VII tentang Pemerintahan Daerah dan Organisasi Partisipasi Perempuan dalam Proses Kemasyarakatan Pembangunan Daerah: Keterwakilan Perempuan Daerah sebagaimana pasal-pasal berikut: Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah perlu memperhatikan keterwakilan perempuan baik secara perseorangan, kelompok maupun organisasi dalam proses pembangunan di Daerah. Pasal 16 Walikota dalam mengangkat pejabat struktural dan fungsional perlu memperhatikan keterwakilan perempuan paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) berdasarkan peraturan perundang-undangan. (2) Keterwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk: a. Saran dan masukan secara lisan maupun tertulis; Pasal 17 (1) Organisasi Kemasyarakatan Daerah dapat bermitra dengan Pemerintah Daerah. b. Keterwakilan langsung dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Daerah. (2) Kepengurusan Organisasi Kemasyarakatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memperhatikan keterwakilan dan partisipasi perempuan baik dari program kegiatan, anggaran serta keangotaannya dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) dari keseluruhan jumlah kepengurusan Organisasi Kemasyarakatan Daerah. Pasal 20 (1) Perumusan dan pengambilan keputusan terhadap kebijakan publik yang menyangkut kepentingan masyarakat, perlu memperhatikan keterwakilan perempuan baik secara perseorangan, kelompok maupun organisasi. (2) Kebijakan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain: Organisasi Kemasyarakatan Perempuan a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); Pasal 18 b. Penataan ruang daerah; Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk membina lembaga atau kelompok atau organisasi perempuan baik formal maupun non formal. c. Pendidikan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat, hukum dan hak azasi manusia. 164 Pasal di atas menegaskan bahwa Pemkot menetapkan Serang APBD dalam pemerintahan yang dimiliki dalam oleh kaum perempuan. Maka sudah haruslah saatnya untuk menunjukkan responsif jender, begitu juga setiap partisipasi SKPD yang ada di Kota Serang menjalankan harus responsif jender.Penggunaan dengan baik, untuk menjalankan anggaran inipun juga menunjukkan program pembangunan yang pro agenda pro perempuan misalnya rakyat dan pro perempuan. dalam 6.1. Simpulan konteks penataan ruang daerah, pembuatan fasilitas umum dan kesempatan secara dijadikan Politik Pasal diatas mengamanatkan bagaimana mengawal kebijakan yang pro rakyat Indonesia khususnya telah Serang terbukti bahwa sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya semangat dalam proses belum dapat dikatakan maksimal. dapat Kota cemerlang peran serta KPPI Kota Serang masih Beberapa faktor yang mempengaruhi diwujudkan. Untuk Propinsi Banten di yang Serang belum lama berdiri maka legislatif, eksekutif dan yudikatif dan kreatif Namun karena KPPI Kota para perempuan yang duduk di posisi umumnya ide-ide untuk pembangunan. saat ini, juga menaruh harapan pada gender dan penyelenggaraan pemerintahan dan di pundak perempuan anggota dewan keadilan bertujuan perempuan adalah perempuan yang meletakkan harapan agar aktivitas juang dan meningkatnya partisipasi dan pro perempuan. Separuh dari negara yang melahirkan bahwa perempuan perlu belajar dan warga wadah kreativitas perempuan lintas Partai pembangunan. srategis kontrolnya sebuah organisasi independen yang pada perempuan dalam berbagai bidang bertindak peran dan Indonesia Kota Serang merupakan memberikan adil nyata Kaukus Perempuan Politik dan fasilitas sosial yang peka jender. Mendudukan yang hal ini adalah: Pertama, anggaran terdapat beberapa posisi strategis yang Keterbatasan dimiliki untuk melakukan fungsi KPPI. Hal ini 165 disebabkan karena KPPI adalah bersama-sama dengan Kaukus organisasi yang sifatnya independen Perempuan Parlemen Kota Serang dan untuk mendapatkan anggaran telah berhasil memberikan pengaruh dari daerah perlu persyaratan yaitu kepada lembaga yang bersangkutan telah membuat sebuah kebijakan yang berdiri selama minimal tiga tahun. setidaknya Untuk telah partisipasi perempuan di bidang KPPI politik. Perda yang dimaksud yaitu kegiatan dilakukannya bermitra yang selama ini dengan organisasi- dewan Peraturan legislatif dapat Daerah untuk mendorong Kota Serang organisasi perempuan yang selama tentang Partisipasi dan Keterwakilan ini Perempuan dalam Politik di Kota telah ada yaitu Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Kota Serang. Serang, dan organisasi masyarakat 6.2. Rekomendasi yang berbasis perempuan lainnya. Kedua, KPPI belum mampu 1. Para anggota KPPI Kota menyentuh lapisan masyarakat yang Serang paling bawah dalam memberikan menyadari motivasi dan sosialisasi mengenai partisipasi politik di tingkat membuat dan pro perempuan. Sebagai kerja anggota dewan yang duduk di belum posisi legislatif, eksekutif dan secara yudikatif terstruktur selama kepengurusannya. disesuaikan situasi keadilan 2. KPPI Kota Serang insidental artinya dengan agar gender dapat diwujudkan. Sehingga kegiatan-kegiatannya pun masih bersifat dan kebijakan yang pro rakyat organisasi KPPI program perannya srategis bagaimana mengawal wanita di Kota Serang. Ketiga, mulai perlu belajar dan bertindak perempuan. Selama ini KPPI hanya melalukan sosialisasi harus perlu berjejaring dengan berbagai dan pihak kondisi yang ada di Kota Serang. misalnya organisasi kewanitaan yang lain dan Namun demikian, meskipun belum juga para akademisi dalam menyentuh tataran bawah, KPPI 166 rangka untuk anggota KPPI bekerjasama menyerap aspirasi masyarakat sehingga dengan kebutuhan mengadakan dan isu yang akademisi serta program masyarakat, advokasi dan bantuan ahli terutama kaum perempuan (technical assistance) bagi dapat direspon dengan cepat. tiap-tiap perempuan anggota terjadi di 3. KPPI Kota Serang sering melakukan parlemen yang baru agar harus kinerja dialog mereka dalam dengan kelompok perempuan memperjuangkan agar program legislasi yang yang pro perempuan lebih tanggap maksimal. gender bisa kebijakan diperjuangkan bersama-sama. Dan untuk memaksimalkan DAFTAR PUSTAKA komunikasi, diharapkan agar Alfian, 1990. Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta seluruh perempuan anggota dewan mengaktifkan email Arna,A. Rubrik Fokus Swara Agenda Perempuan dan Reformasi, PBB, Kompas 10 Maret 2006 sebagai sarana komunikasi yang murah untuk bertukar informasi dengan rekan-rekan Satriyani, dkk, 2008. Human In Public Sector, Pusat Studi Wanita, UGM dan Tiara Wacana, Yogyakarta jaringan. 4. KPPI Kota Serang harus memaksimalkan peran Sumiarni, E, 2004. Gender dan Feminisme, Wonderfull Public Company, Yogyakarta strategis mereka dengan cara menguatkan anggota menguatkan kapasitas dalam rangka Bapeda Propinsi Banten 2010 perjuangan Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan Daerah legislasi yang adil gender. 5. Membuat peningkatan riset untuk kapasitas 167