pengaruh pupuk organik supernasa pada berbagai dosis dan

advertisement
153
Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
PENGARUH PUPUK ORGANIK SUPERNASA PADA BERBAGAI
DOSIS DAN FREKWENSI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN TOMAT
Sutoyo dan Fauzia Hulopi
PS. Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Abstract
Organic manure of pregnant Supernasa of macro, micro nutriens and hormone grow
able to be utilized by tomato crop to race growth process and result. Research aimed to
study and knowing organic manure dose of Supernasa at various giving frequency on
the growth and result crop tomato. The experiment used split plot design with 3
replications. Giving frequency (1, 2, 3 times) as main plots and dose fertilize Supernasa
(1, 2, 3 g/l water) as sub plots. Variables observed to highly plants, leaves number,
internode number, fruit number/plant and total fruit weight/plant. Result of research
indicate that do not there are real interaction between treatment of dose fertilize
Supernasa and giving frequincy to all variable observed. But analyse separately from
each treatment indicate that treatment of dose fertilize Supernasa 1 g/l water can yield
optimum result and growth so also at 1 times giving frequency, this matter is anticipated
by manure of Supernasa represent dissolve solid organic manure old ones and availibility
of required by nutrien is plant during which old relative.
Key words: Supernasa, dose, frequency, tomato.
Pendahuluan
Tomat merupakan tanaman sayuran
buah yang penting di Indonesia karena
banyak dibutuhkan masyarakat untuk
berbagai keperluan. Dapat dikonsumsi
segar atau sebagai bahan makanan
olahan,
disamping
itu
tomat
mengandung vitamin C dan vitamin A
yang dapat mencegah sariawan dan
rabun mata.
Tingkat produksi tanaman tomat di
Indonesia sebesar 4,8 t/ha. Hasil yang
diperoleh masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat produksi
maksimal tomat yang dapat mencapai
16 – 25 t/ha. Produksi tanaman tomat
dapat ditingkatkan dengan cara
menanam varietas yang berdaya hasil
tinggi, perbaikan teknik budidaya serta
perbaikan pembungaan dan pembuahan
secara terus menerus. (Purwati dan
Khairunisa, 2007).
Rendahnya
produksi
ini
dipengaruhi oleh teknik budidaya yang
belum diterapkan sepenuhnya oleh
petani karena usahanya yang relatif
sempit dan keterbatasan sarana
produksi. Selain itu diduga terjadi
penurunan kesuburan tanah akibat
dampak praktek pertanian dengan
memasukkan bahan anorganik ke dalam
tanah maupun tanaman.
Salah satu upaya untuk mengatasi
masalah
tersebut
dan
untuk
meningkatkan produksi tomat adalah
154
Sutoyo dan Fauzia H / Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
budidaya
tanaman
dengan
menggunakan pupuk organik yang
mempunyai formulasi unsur hara
makro, mikro serta zat pengatur
tumbuh yang lebih lengkap dan
memadai. Keuntungan yang diperoleh
dari penggunaan pupuk organik padat
“Supernasa” antara lain mudah
diaplikasikan,
murah
dan
tidak
mencemari lingkungan. Penggunaan
pupuk organik padat ini merupakan
alternatif yang tepat dalam menggapai
tujuan pengembangan pertanian organik
(Anonymous, 2007). Pupuk organik
merupakan pupuk dengan bahan dasar
yang diambil dari alam dengan jumlah
dan jenis unsur hara yang terkandung
secara alami. Lebih lanjut menurut
Handayanto dan Hairiah (2007) bahwa
pupuk organik merupakan salah satu
bahan yang sangat penting dalam upaya
memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk
organik terbentuk karena adanya kerja
sama mikro organisme pengurai dengan
cuaca serta perlakuan manusia. Mikro
organisme
ini
berperan
dalam
mentranslokasikan
atau
mencerna
bahan organik bentuk kasar menjadi
lebih halus.
Secara umum fungsi pupuk organik
adalah sebagai berikut: menambah
kesuburan tanah, memperbaiki sifat fisik
dan kimia tanah, memperbaiki sifat
biologi
tanah,
dan
keamanan
penggunaanya
dapat
terjamin.
Mengingat pentingnya dan peranan
bahan organik bagi tanah maka sangat
penting dilakukan upaya pengembalian
bahan organik ke dalam tanah. Pupuk
organik padat merupakan pupuk yang
terbuat dari bahan organik dengan hasil
akhir berbentuk padat. Pemakaian
pupuk organik padat umumnya dengan
cara ditaburkan, dibenamkan dalam
tanah atau dilarutkan dalam air lalu
disiramkan atau disemprotkan pada
tanah atau tanaman (Anonymous,
2004).
Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari dan mengetahui dosis
pupuk organik padat Supernasa pada
berbagai frekwensi pemberian terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat
varietas intan (Lycopersicum esculentum
Mill).
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa
Tegalgondo Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang. Lokasi penelitian
mempunyai ketinggian 400 m dari
permukaan laut, suhu rata–rata harian
180C - 290C. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: cangkul, sekop,
timbangan, mistar, alat tulis, buku,
sprayer, benih tomat, pupuk organik
padat Supernasa, sekam padi, tanah, ajir,
polybag, Dithane M-45, dessis dan air.
Percobaan disusun secara petak terbagi
(Split Plot Design) dengan dua faktor
dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor
frekwensi sebagai petak utama yaitu F1
= 1 kali pemberian, F2 = 2 kali
pemberian, F3 = 3 kali pemberian.
Faktor dosis pupuk Supernasa sebagai
anak petak yaitu S1 = 1 g/l air, S2 = 2
g/l air, S3 = 3 g/l air, keseluruhan
percobaan adalah sebanyak 27 unit
percobaan. Variabel yang diamati
meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah ruas, jumlah buah per tanaman,
berat buah total per tanaman. Data yang
diperoleh dari percobaan ini dianalisis
dengan
analisis
ragam,
bila
menunjukkan pengaruh nyata, maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) 5 %
Benih disemaikan pada kotak
persemaian
dengan
tanah
yang
dicampur pupuk kandang dan pasir, 3
minggu setelah tumbuh dipindahkan ke
pot penanaman yang berukuran 30 cm.
Pemupukan dimulai seminggu setelah
tanam sesuai dengan perlakuan.
155
Sutoyo dan Fauzia H / Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
Pencegahan dan pemberantasan
hama dan penyakit dilakukan dengan
jalan menyemprotkan Dithane M-45
dan dessis setiap 2 minggu sekali.
Penyiraman dilakukan setiap hari agar
kelembaban tanah tetap terjaga dan
dalam kondisi kapasitas lapang,
pemeliharaan
terhadap
tumbuhan
pengganggu
dilakukan
dengan
membuang rumput-rumput di sekitar
tanaman utama.
Pemanenan dilakukan saat buah
telah cukup tua berwarna kemerahmerahan. Panen dilakukan dengan cara
dipetik dan dikelompokkan berdasarkan
perlakuan yang dicobakan.
Hasil dan Pembahasan
Tinggi Tanaman
Analisis ragam menunjukkan tidak
terdapat interaksi yang nyata antara
perlakuan
dosis
dan
frekwensi
pemberian pupuk organik Supernasa
terhadap variabel tinggi tanaman pada
masing-masing perlakuan.
Tabel 1. Rata – Rata Tinggi Tanaman,
pada Perlakuan Dosis dan Frekwensi
Pemberian Pupuk Organik Padat
Supernasa
Perlakuan
Petak Utama
(frekwensi)
F1 = 1 kali
F2 = 2 kali
F3 = 3 kali
Anak Petak
(dosis pupuk)
S1 = 1 g/l air
S2 = 2 g/l air
S3 = 3 g/l air
Tinggi Tanaman (umur hst)
12
22
32
42
39.60 81.10 170.09 230.63
43.00 88.26 176.43 226.76
39.23 83.20 163.99 230.76
40.77 84.26 174.21 239.87
39.74 85.32 173.54 223.65
42.22 82.99 162.76 224.87
tn
tn
tn
tn
Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan
frekwensi dan dosis pupuk Supernasa
yang diberikan ke tanaman tomat pada
umur pengamatan 12, 22, 32 dan 42 hst
memberikan
peningkatan
tinggi
tanaman, namun antara perlakuan yang
dicobakan tidak memberikan pengaruh
yang nyata artinya kedua perlakuan
tersebut menghasilkan tinggi tanaman
yang sama pada setiap pengamatan. Hal
ini diduga pupuk Supernasa merupakan
pupuk organik yang lama larut dan
ketersediaan
unsur
hara
yang
dibutuhkan tanaman dalam waktu yang
relatif lama sehingga setiap perlakuan
yang dicobakan akan menghasilkan
tinggi tanaman yang sama pula.
Walaupun demikian tanaman tomat
menunjukkan pertumbuhan yang baik
dan berdasarkan efisiensi menggunaan
pupuk maka perlakuan dosis pupuk
Supernasa 1 g/l air dan pemberian
hanya 1 kali dapat menyediakan unsur
hara makro dan mikro untuk
pertumbuhan tanaman.
Jumlah Daun
Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa
tidak terdapat interaksi yang nyata
antara perlakuan dosis dan frekwensi
pemberian pupuk Supernasa terhadap
variabel jumlah daun.
Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun pada
Perlakuan Dosis dan Frekwensi
Pemberian Pupuk Organik Padat
Supernasa
Perlakuan
Petak Utama
(frekwensi)
F1 = 1 kali
F2 = 2 kali
F3 = 3 kali
Anak Petak
(dosis pupuk)
S1 = 1 g/l air
S2 = 2 g/l air
S3 = 3 g/l air
Jumlah Daun (umur hst)
12
22
32
42
59.87 120.10 199.66 281.88
59.98 114.76 217.54 324.54
56.10 109.43 169.10 276.54
62.09 118.21 206.66 307.99
60.21 117.10 191.32 297.76
53.65 108.98 188.32 319.56
tn
tn
tn
tn
Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah
daun terbanyak secara kuantitatif pada
semua umur pengamatan diperoleh
156
Sutoyo dan Fauzia H / Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
pada perlakuan 1 kali pemberian pupuk
Supernasa dan sampai umur 42 hari
setelah tanam masih menunjukkan
peningkatan. Hal ini menunjukkan
bahwa pada umur 42 setelah tanam
merupakan
fase
vegetatif
yang
optimum. Perlakuan dosis pupuk 1 g/l
menghasilkan jumlah daun tertinggi.
Jumlah daun yang dihasilkan oleh
tanaman tomat dari masing–masing
perlakuan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan baik vegetatif maupun
generatif tanaman. Daun merupakan
organ yang sangat menunjang dalam
proses kehidupan tanaman yakni dalam
proses fotosintesis atau dengan kata lain
bahwa daun merupakan salah satu
organ
tumbuhan
yang
mampu
menghasilkan
makanan
bagi
pertumbuhan tanaman tomat.
Jumlah Ruas
Tabel 3. Rata–Rata Jumlah Ruas pada
Perlakuan Dosis dan Frekwensi
Pemberian Pupuk Organik Padat
Supernasa
Perlakuan
Petak Utama
(frekwensi)
F1 = 1 kali
F2 = 2 kali
F3 = 3 kali
Anak Petak
(dosis pupuk)
S1 = 1 g/l air
S2 = 2 g/l air
S3 = 3 g/l air
Jumlah Ruas (umur hst)
12
22
32
42
9.65 22.10 30.65 51.77
10.32 19.76 31.21 54.55
10.10 20.44 29.77 49.43
10.21 20.88 30.32 47.88
10.42 21.10 32.32 57.21
9.44 20.32 29.10 50.56
tn
tn
tn
tn
Tabel 3 menunjukkan bahwa baik
perlakuan frekwensi pemberian dan
dosis pupuk Supernasa secara analisis
ragam tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel jumlah ruas pada semua umur
pengamatan. Tetapi secara kuntitatif
terlihat bahwa perlakuan pemberian
pupuk Supernasa 1 kali pemberian dan
dosis pupuk 2 g/l memberikan jumlah
ruas terbanyak. Hal ini diduga pupuk
Supernasa merupakan pupuk organik
yang berfungsi untuk memperbaiki
struktur tanah sehingga dengan dosis
yang rendahpun dapat menghasilkan
struktur tanah yang baik dan
memudahkan akar-akar tanaman dapat
menyerap unsur hara yang berguna
untuk
pertumbuhan
tanaman.
Semuanya ini diduga ketersediaan unsur
hara Nitrogen (N) yang terkandung
dalam pupuk organik Supernasa telah
mencukupi bagi proses pembentukkan
ruas tanaman tomat. Perlu diketahui
pula bahwa unsur hara N mempunyai
pengaruh
untuk
merangsang
pertumbuhan
secara
keseluruhan,
khususnya batang, cabang atau tunas
(Lingga dan Marsono, 2007).
Jumlah Buah dan Berat Buah Total
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
tidak terjadi interaksi yang nyata antara
perlakuan frekwensi pemberian dan
perlakuan dosis pupuk Supernasa
terhadap jumlah buah dan berat buah
total. Secara terpisah, perlakuan
frekwensi pemberian juga
tidak
berpengaruh nyata dan perlakuan dosis
pupuk Supernasa berpengaruh nyata
terhadap jumlah buah dan berat buah
total.
Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Buah dan
Berat Buah pada Perlakuan Dosis dan
Frekwensi Pemberian Pupuk Organik
Padat Supernasa
Perlakuan
Petak Utama
(frekwensi)
F1 = 1 kali
F2 = 2 kali
F3 = 3 kali
Anak
Petak
(dosis pupuk)
S1 = 1 g/l air
S2 = 2 g/l air
S3 = 3 g/l air
Jumlah
Buah (bh)
Berat Buah
(gr)
31.78 a
31.89 a
30.33 a
1646.31 a
1644.45 a
1647.22 a
33.00 b
27.77 a
33.22 b
1632.33 a
1679.44 a
1926.11 b
157
Sutoyo dan Fauzia H / Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
Tabel 4 menunjukkan bahwa dosis
pupuk organik padat Supernasa 3 g/l
memberikan jumlah buah dan berat
buah yang tinggi namun tidak berbeda
dengan perlakuan dosis 1 g/l secara
efisiensi penggunaan pupuk maka
perlakuan 1 g/l telah dapat memenuhi
ketersediaan
unsur
hara
yang
dibutuhkan tanaman untuk berproduksi
dan merupakan dosis pupuk Supernasa
yang optimum. Pemberian pupuk
Supernasa 1 kali dan 3 kali
menghasilkan hasil tanaman yang sama.
Hal ini diduga bahwa pupuk Supernasa
merupakan pupuk organik yang lama
larut dan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam waktu yang
relatif lama. Walaupun demikian
penggunaan pupuk organik padat
Supernasa dapat memberikkan suplay
unsur hara makro, mikro dan mampu
meningkatkan pertumbuhan mikro
organisme yang akan membantu proses
penyediaan unsur hara bagi tanaman.
Unsur N dan P yang berasal dari bahan
organik
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan baik vegetatif maupun
generatif tanaman tomat.
Menurut
Anonymous
(2004),
Unsur P yang berasal dari bahan
organik yang sebagian besar tidak dapat
larut dalam tanah sehingga tidak tersedia
bagi tanaman. Aktivitas bakteri yang
mampu membongkar phytin dengan
menggunakan suatu enzim phytas yang
menyebabkan
phosfor
organik
dilepaskan dalam bentuk phospat.
Adanya phospat pada tanah akibat
aktifitas mikro organisme pelarut
pelarut phospat ini, maka phospat
menjadi tersedia dan mudah diserap
oleh tanaman.
Lebih lanjut Musnawar (2006),
menjelaskan bahwa pupuk organik
padat atau cair yang mengandung unsur
hara mikro cukup tinggi akan memacu
proses metabolisme dalam tubuh
tanaman sehingga penyerapan unsur
hara lain terutama unsur hara makro
menjadi lebih baik.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi yang
nyata antara perlakuan frekwensi
pemberian dan dosis pupuk organik
padat Supernasa terhadap semua
variabel yang diamati. Pupuk Supernasa
merupakan pupuk organik padat
sehingga dapat memperbaiki struktur
tanah dan menambah mikro organisme
dalam tanah namun ketersediaan unsur
bagi tanaman relatif agak lama, hal ini
terlihat dari hasil penelitian yang
dicobakan. Perlakuan pupuk organik
Supernasa 1 g/l telah mampu
menghasilkan pertumbuhan dan hasil
tanaman terbaik.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Desa Tegalgondo Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang atas
dukungan data yang diperlukan dalam
penelitian ini
Daftar Pustaka
Anonymous. 2007. Supernasa (Pupuk
Organik Padat). HREF="http:
//oascentral.
lycos.com/RealMedia/ads/click_nx
.ads/lycostripod/ros/728x90/wp/s
s/a/16286215@Bottom1?"><IMG
Anonymous. 2004. Panduan Produk
Kuantitas – Kualitas – Kelestarian
POC Nasa, POP Supernasa,
Hormonik. PT. Natural Nusantara.
Jakarta.
Handayanto, E. dan Hairiah, K. 2007.
Biologi
Tanah,
Landasan
pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka
Adipura. Yogyakarta.
158
Sutoyo dan Fauzia H / Buana Sains Vol 9 No 2: 153-158, 2009
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk
Penggunaan
Pupuk.
Penebar
Swadaya. Jakarta.
Musnawar, L. E. 2006. Pupuk Organik
Padat Pembuatan dan Aplikasi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwati, E. dan
Khairunisa.
2007.Budidaya Tomat Dataran
Rendah dan Varietas Unggul serta
Tahan Hama dan Penyakit. Penebar
Swadaya. Jakarta
Download