Studi tentang Peran Forum Komunitas Mahasiswa

advertisement
Studi tentang Peran Forum Komunitas Mahasiswa
Universitas Terbuka Berbasis Teknologi Virtual
(Forum UT-Online) dalam Proses Komunikasi
Antar-mahasiswa Secara Nasional
Mohammad Imam Farisi
Universitas Terbuka, Indonesia
[email protected]; [email protected]
Abstrak
Pada era teknologi cyber, keberadaan media jejaring sosial telah menjadi sebuah
realitas dan keniscayaan di dunia. Ia juga dipandang sebagai “the electronic frontier”
masyarakat abad ke-21 yang sangat penting bagi reorganisasi dan redefinisi
kesadaran manusia, serta cara-cara mempersepsi dan mengeksplorasinya tanpa
batasan waktu dan ruang. Sejak awal dekade 1990an, keberadaannya juga telah
banyak menarik minat dan perhatian para peneliti dan pakar karena signifikansinya
sebagai solusi sosial-teknologis bagi penciptaan kekuatan pembangunan komunitas
pendidikan jarak jauh secara nasional dan internasional. Makalah mengkaji dan
mendeskripsikan signifikansi Forum Komunitas Mahasiswa Universitas Terbuka
(UT) berbasis teknologi virtual (Forum UT-Online) sebagai media sosial-teknologis
untuk mendukung proses komunikasi akademik dan non-akademik, dan proses
pembentukan community-building forces atau sociable virtual environments antarmahasiswa FKIP-UT. Selain itu juga dikaji dan dideskripsikan kendala-kendala
sosial dan teknologi yang dihadapi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam
Forum.
Kata kunci: media jejaring sosial, Forum UT-Online, solusi sosio-teknologis,
pendidikan jarak jauh
Pendahuluan
Universitas Terbuka (UT) dikembangkan dengan sistem pendidikan
terbuka dan jarak jauh (PTTJJ), yang dicirikan oleh terbatasnya komunikasi
akademik dan non-akademik antarmahasiswa. Faktor ini menjadi penyebab
rendahnya tingkat persistensi, penyelesaian studi, dan kesadaran komunitas
mahasiswa (Putra dalam Belawati, 1995; Carr dalam Rovai, 2002). Carr
(Rovai, 2002) mencatat bahwa angka persistensi mahasiswa PTTJJ lebih
rendah 10—20% dibandingkan perguruan tinggi tatap muka yang mencapai
lebih dari 80%, dengan tingkat penyelesaian studi tidak lebih dari 50%.
Dalam konteks ini, keberadaan cyberspace learning community menjadi
sangat penting untuk mengantisipasi kendala ruang dan waktu komunikasi
pada mahasiswa PTTJJ. Media jejaring sosial forum komunitas maya
karenanya menjadi sangat penting bagi mereka untuk mengantisipasi
kendala ruang dan waktu interaksi-komunikasi.
UT memiliki 10 forum komunitas maya, yaitu: Forum Komunitas
FEKON, FISIP, FKIP (Nonpendas dan Pendas), Pasca Sarjana, Forum
Sistem Ujian Online (SUO), Forum Tanggapan & Komunitas Ut Online,
Forum Diskusi Seputar Toko Buku Online, dan Chatbox Komunitas UT-
Online. Selain itu, juga terdapat 28 Forum Bimbingan Konseling online bagi
para mahasiswa untuk setiap prodi/fakultas. Keberadaan forum-forum
tersebut dimaksudkan untuk: (1) mengatasi kendala kurangnya interaksi
antarmahasiswa yang sesungguhnya melekat di dalam penyelenggaraan
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh (PTJJ) (Belawati, 1995; Andriani,
2005); (2) maksimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) yang dipandang telah menjadi kebutuhan pokok dalam sistem PTJJ
untuk mendukung pengembangan kemandirian belajar mahasiswa dalam
format yang lebih interaktif (Linn, 1996, Simoff & Maher, 1997); (3)
menyediakan sebuah layanan jejaring sosial (social network) yang potensial
untuk mendukung terciptanya “community-building forces” (James & Bogan,
1995; James, 1997; Rovai, 2002; McKenzie & Murphy, 2000; Dueber &
Misanchuk, 2001; Dawson, 2006) di kalangan mahasiswa.
Kajian paling awal tentang komunitas maya telah dilakukan sejak
dekade terakhir abad 20, di antaranya oleh Rheingold (1993), Matteson
(1998), Smith & Kollock (1999), Zachry (2000), Ravenscroft & Matheson
(2001), Selim (2007), Soong et.al. (2001), Teo, et.al. (2003), Mazzolini dan
Maddison (2003), serta Patriarcheas dan Xenos (2009). Di Indonesia, juga
banyak forum komunitas maya dikembangkan, baik oleh perorangan,
komunitas, organisasi dan/atau institusi. Namun penelitian terhadapnya
sangat langka (cf. Darmayanti, dkk., 2007). Sementara, kajian terhadap
Forum Komunitas UT Online—dikembangkan tahun 2006--baru dilakukan
oleh Daulay (2009).
Tujuan
Studi ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan signifikansi
Forum Komunitas Mahasiswa Universitas Terbuka (UT) berbasis teknologi
virtual (Forum UT-Online) sebagai media sosial-teknologis untuk mendukung
proses komunikasi akademik dan non-akademik, dan pembentukan
community-building forces atau sociable virtual environments antarmahasiswa FKIP-UT. Studi juga mengkaji dan mendeskripsikan kendalakendala sosial dan teknologi yang dihadapi mahasiswa untuk berpartisipasi
aktif dalam Forum.
Metoda
Studi dilakukan melalui penelitian kualitatif dari tradisi sosiologi, yang
dimaksudkan untuk menemukan “makna sosial” dari pernyataan/
pembicaraan/diskusi tekstual (text-based chats) antarmahasiswa partisipan
Forum Komunitas FKIP-UT, yang mengungkapkan realitas pola-pola relasi,
hubungan komunikasi antarmahasiswa, komposisi, dan stuktur sosial dalam
Forum.
Penelitian dilakukan pada dua Situs Forum Komunitas FKIP-UT Online,
yaitu Situs Forum Komunitas FKIP Nonpendas dan Forum Komunitas FKIP
Pendas di dalam laman “UT-Online Learning Centre”, dan beralamat di
http://www.student.ut.ac.id.
Subjek penelitian 1.073 mahasiswa, terdiri dari 843 mahasiswa NonPendas, dan 230 mahasiswa Pendas (Februari 2006—Desember 2009).
Data dikumpulkan dengan “teknik dokumentasi” terhadap 3.754 posting,
terdiri dari 3.021 posting (Non-Pendas) dan 733 posting (Pendas). Data
dianalisis dengan teknik "Analisis Jaringan Sosial" (social network analysis)
yang difokuskan pada analisis hubungan relasional antarpartisipan
mencakup unit-unit analisis: relasi, ikatan sosial; multipleksitas, komposisi,
dan struktur relasi-relasi sosial antarpartisipan. Analisis dilakukan dengan
model-prosedural: kodifikasi, kategorisasi/klasifikasi, dan interpretasi (Miles &
Huberman, 1992; Creswell, 1994).
Hasil analisis dipresentasikan secara deskriptif, eksplanatif, dan
inferensi naratif; dilengkapi visualisasi matriks, dan sosiometri atau
sosiogram sebagai “metode formal” di dalam analisis jaringan sosial.
Selanjutnya dibahas berdasarkan kerangka konseptual atau perspektif “teori
jaringan sosial” (social network perspective) dari Cohen (Hanneman &
Riddle, 2005; Izquierdo & Hanneman, 2006; Raub, et al. 2007). Interpretasi
dilakukan secara kontekstual (context-bound interpretations) terhadap
konten, pola dan ikatan sosial di dalam Forum, untuk mengungkap makna
komunikasi dan relasi sosial antarpartisipan yang tercipta di dalam Forum.
Hasil
Profil Forum
Forum Komunitas FKIP-UT (selanjutnya disingkat Forum) merupakan
forum tertutup (closed forum), forum yang tidak terbuka untuk umum/publik—
seperti jejaring sosial maya lainnya, dan hanya dapat dibuka dan diakses
oleh mahasiswa UT atau tutor, yang memiliki user account.
Gambar 1: Tampilan Forum Komunitas FKIP (Nonpendas dan
Pendas) di laman http://student.ut.ac.id/
Dari sisi manajemen, Forum dapat dikategorisasikan sebagai
organizational virtual communities atau organization-sponsored virtual
communities. Forum menggambarkan sebuah komunitas virtual/maya yang
disediakan untuk memfasilitasi atau menyediakan berbagai informasi secara
regular dalam rentang waktu tertentu. Tidak seperti forum-forum komunitas
lainnya yang dikembangkan berdasarkan motivasi-motivasi personal, Forum
merupakan sebuah panel online yang dikembangkan oleh UT untuk
mewahanai mahasiswa untuk saling berkomunikasi, atau berbagi informasi
atau opini (cf. Daugherty, et.al. 2005). Secara substantif, Forum dapat
dikategorisasikan sebagai forum yang kontennya diisi oleh partisipan sendiri
sebagai pengguna (user-generated content (UGC), consumer-generated
media (CGM), atau user-created content (UCC) (Wikipedia, 2010).
Forum Nonpendas mulai digunakan sejak 24 Februari 2006, dan Forum
Pendas mulai digunakan sejak 8 Agustus 2008. Partisipan Forum terdiri dari
tiga entitas yang masing-masing berada dan menjadi bagian integral yang
membangun suatu kesatuan sosial di dalam Forum. Partisipasi mereka di
dalam Forum diikat oleh dan/atau berdasarkan kebutuhan akademik dan
non-akademik, dan bukan berdasarkan kesamaan latar belakang geografis
(UPBJJ), etnis, ekonomis, agama, atau hal-hal lain yang bertensi kebutuhan
primordial lainnya.
Ketiga entitas sosial tersebut adalah: (1) mahasiswa dari UPBJJ-UT di
Indonesia dan luar negeri; (2) Ikatan Alumni UT (IKA-UT); dan (3) pengelola
dan tutor dari UT-Pusat dan UPBJJ-UT. Pada program Non-Pendas
partisipan mahasiswa 96.5%; Ikatan Alumni UT (IKA-UT) 0.12%; dan
pengelola dan tutor dari UT-Pusat dan UPBJJ-UT 3.38%; dan terbanyak
(52.8%) dari mereka adalah partisipan perempuan dan 47.2% partisipan lakilaki. Pada program Pendas partisipan mahasiswa 93.7%; Ikatan Alumni UT
(IKA-UT) 0.4%; dan pengelola dan tutor dari UT-Pusat dan UPBJJ-UT
5.95%. Berdasarkan status gendernya, partisipan Forum terbanyak (51.6%)
adalah perempuan dan 48.4% partisipan laki-laki. Namun demikian, dilihat
dari tingkat partisipasinya—berdasarkan jumlah posting yang dikirimkan ke
Forum—terbanyak adalah partisipan laki-laki dibandingkan partisipan
perempuan, dengan perbandingan 53% : 47% (Non-Pendas) dan 60.7% :
39.3% (Pendas).
Pola-pola Jaringan Relasi Sosial
Pola-pola relasi antaranggota Forum dikaji dari aspek: muatan dan arah
relasi yang tercipta di dalam Forum. Dari aspek muatan, pola relasi
antaranggota Forum tercipta dalam bentuk diskusi, saling berbagi
informasi/masalah, dan/atau pemberian dukungan berkaitan dengan
berbagai aspek akademik dan non-akademik. Ada 45 topik diskusi di dalam
Forum, dan terbanyak berkenaan dengan bidang akademik (70,5% = NonPendas, dan 83,1% = Pendas) dan non-akademik (29,5% = Non-Pendas,
dan 16,9% = Pendas).
Muatan atau topik diskusi bidang akademik terbanyak pada Forum
Nonpendas adalah tutorial online/tuton (23,2%), nilai ujian (18,2%), dan
pelaksanaan ujian (5,66%), dan pada Forum Pendas adalah nilai ujian
(11,6%), tuton (4,53%), dan pelaksanaan ujian (0,96%). Topik diskusi
umumnya berkenaan dengan: (1) kesulitan/kasus/masalah tentang
keterlambatan/ketiadaan nilai ujian, kendala-kendala dalam pelaksanaan
tuton,
modul/bahan
ajar,
ketidakjelasan/ketidakpastian
informasi/
pengumuman nilai ujian, aktivasi tuton, pelaksanaan tuton, kesulitan
membuka materi inisiasi dan tugas-tugas tuton; (2) berbagi ide, informasi
atau gagasan akademik, seperti perlunya UT mengembangkan bahan ajar
dalam bentuk file (softcopy) termasuk dalam bentuk web-suplement yang
lebih mudah diakses daripada bahan ajar dalam bentuk BMP/Modul
(hardcopy); pengembangan situs bagi UPBJJ-UT; upaya peningkatan
kualitas tutorial; penambahan jumlah mata kuliah yang di-tuton-kan; dan (3)
berbagi
dukungan
antar-partisipan
dalam
penyelesaian
kasuskasus/masalah-masalah nilai ujian, tuton, modul/bahan ajar.
Muatan atau topik diskusi bidang non-akademik terbanyak Forum
Nonpendas adalah kenalan (22,2%), forum kemahasiswaan (2,32%), dan
registrasi (2,15%), dan pada Forum Pendas adalah kenalan (1,2%), lain-lain
(1,1%), dan beasiswa (0,6%). Topik diskusi umumnya berkenaan dengan: (1)
pengembangan dan perluasan forum-forum komunikasi antarmahasiswa
secara online untuk lebih meningkatkan interaksi dan komunikasi antar
mahasiswa FKIP-UT, (2) pembentukan forum/kegiatan kemahasiswaan
sebagai media mempererat tali perkenalan atau persaudaraan
antarmahasiswa.
Sementara topik diskusi tentang iptek relatif sedikit. Pada Forum
Nonpendas hanya terdapat 17(0,56%) posting. Bahkan pada Forum
Nonpendas tak satupun terdapat konten diskusi tentang iptek. Posting
tentang iptek memuat tentang: kebutuhan informasi mengenai majalah/
bulletin (ber-ISSN) yang menampung karya tulis ilmiah dari mahasiswa;
informasi tentang laman untuk memperluas menambah wawasan
kependidikan; informasi dan undangan seminar dan diskusi interaktif
HIV/AID, Lomba Karya Tulis Ilmiah Remaja (LPIR/KIR), Olimpiade Riset
Ilmiah (ORI), Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI), United Nation
Framework Conference on Climate Change (UNFCCC), pengetahuan ilmiah
populer di dalam portal “Guru Pintar Online” (GPO), Pekan Ilmiah RemajaLomba Karya Tulis (PIR-LKT), studi wisata, demo praktikum kimia, Kegiatan
Lomba Karya Tulis IMTAQ untuk guru, Lomba Karya Tulis Mahasiswa
(LKTM) MIPA, kajian sosiologi, HAM dan demokrasi, hubungan antara logika
dan bahasa.
Sekalipun secara substantif, konten diskusi iptek tersebut menarik dan
penting bagi mahasiswa, namun tidak ada satupun partisipan yang
menanggapi atau mendiskusikannya lebih jauh. Termasuk 113 (13,4%)
partisipan mahasiswa jurusan pendidikan MIPA (Fisika, Biologi, dan Kimia).
Tampaknya, berbagai kesulitan/kasus/masalah akademik dan non-akademik
yang membelit mereka, menjadi korelat utama “keengganan” partisipan
Forum di dalam diskusi iptek tersebut.
Dari arah relasi, pola relasi pada Forum dilihat dari dua aspek, yaitu:
relasi yang terjadi antarpartisipan secara individual, dan relasi yang terjadi
antar partisipan berdasarkan asal UPBJJ (intra dan antar).
Arah relasi yang terjadi antarpartisipan secara individual,
memperlihatkan kecenderungan yang mengarah pada beberapa sosok
“bintang” (star), baik dalam bentuk relasi untuk memberikan/mendapatkan
dukungan,
berbagi
pengalaman
dan/atau
informasi
berkenaan
informasi/masalah/kesulitan mereka dalam aspek akademik (kepentingan
studi) dan non-akademik. Setiap bintang memiliki jumlah relasi yang
berbeda, dan terbanyak adalah bintang dengan 80 relasi. Jumlah relasi ini
sekaligus merupakan formasi relasi sosial terbesar di dalam Forum, dan
berpusat pada 2 partisipan pengelola/tutot UT-Pusat. Selanjutnya adalah
bintang dengan 20—30 relasi yang berpusat pada 8 partisipan mahasiswa;
dan bintang dengan 10—15 relasi yang berpusat pada 22 partisipan
mahasiswa.
STAR
STAR
Gambar 2: 2 (dua) kelompok sosial (social groups) yang berpusat pada
sosok ”STAR” (80 relasi) merupakan formasi terbesar dalam
struktur sosial Forum FKIP-UT
Kecenderung arah relasi ke sosok “bintang” atau “pusat arah relasi”
tercipta karena mereka: (1) partisipan yang aktif mengirimkan posting
dengan substansi yang mampu menciptakan rasa kebersamaan, empati,
saling mengidentifikasi-diri, atas masalah, kesulitan, dan atau kendala yang
dihadapi, serta mampu mengikat partisipan lain untuk membangun interaksikomunikasi dengannya; (2) dipersepsi oleh partisipan lain memiliki banyak
informasi, pengetahuan dan/atau pengalaman yang bisa dibagi kepada
partisipan lain berkenaan dengan pertanyaan, masalah, kendala dan/atau
kesulitan yang dihadapi. (3) memberikan pernyataan atau komentar yang
memperlihatkan sikap sociable, peduli terhadap partisipan lain yang memiliki
masalah, kendala dan/atau kesulitan dalam studinya di UT.
Arah relasi yang terjadi antar partisipan berdasarkan asal UPBJJ, pada
Forum Nonpendas terjalin di antara 34 UPBJJ-UT di Indonesia dan 1 (satu)
UPBJJ-UT di luar negeri, berjumlah 1.183 relasi. UPBJJ-UT di Indonesia
yang tidak memiliki jaringan relasi sosial adalah UPBJJ-UT Gorontalo,
Manado, Ternate, dan Majene. Pada Forum Pendas jaringan relasional
mahasiswa antar-UPBJJ jauh lebih terbatas, yaitu 28 UPBJJ-UT di Indonesia
dengan jumlah relasi yang juga lebih sedikit, yaitu 166 relasi. UPBJJ-UT di
Indonesia yang tidak memiliki jaringan ikatan dengan UPBJJ-UT lainnya
adalah UPBJJ-UT Bengkulu, Jambi, Palu, Gorontalo, Manado, Majene,
Kendari, Makasar, Jayapura, Palu, dan Riau.
UT-Pusat atau UPBJJ-UT Jakarta memiliki jumlah relasi (inter atau
antar) terbanyak, pada program Non-Pendas jumlah relasinya sebanyak
35.38% (374 relasi), dan pada program Pendas jumlah relasinya jauh lebih
tinggi, yakni 44.58% (74 relasi). Temuan ini menunjukkan bahwa posisi dan
peran Jakarta sangat strategis dan penting dalam hal: (1) membangun,
mengelola, dan mengembangkan komunikasi, relasi dan ikatan sosial antarmahasiswa (Pendas dan/atau Non-Pendas); (2) penciptaan kesadaran
mahasiswa untuk membangun komunikasi dan komunitas belajar (virtual dan
riil) dalam sistem pendidikan tinggi jarak jauh; dan (3) memberikan panduan,
arahan, dan/atau bimbingan kepada mahasiswa terkait dengan berbagai
pertanyaan, masalah/kesulitan akademik dan non-akademik yang dihadapi.
Gambar 3: Jaringan relasi sosial Mahasiswa Non-Pendas (kiri) dan Nonpendas
(kanan) antar UPBJJ-UT di seluruh Indonesia dan luar negeri
Terciptanya bangunan komunikasi, relasi dan ikatan sosial antara
UPBJJ dengan UPBJJ-UT Pusat, juga menunjukkan bahwa Forum—dalam
pandangan Marc Smith dan Peter (1999)—dapat menjadi media jejaring
sosial yang sangat kondusif dalam membangun komunikasi akademik atau
nonakademik, kesadaran koneksitas antar-mahasiswa UT dalam skala
nasional dan/atau internasional. Temuan juga menunjukkan bahwa Forum
sangat efektif untuk membangun kesamaan persepsi, pengertian, sikap, dan
kesadaran akademik, non-akademik maupun sosial antar-mahasiswa, serta
kesadaran mereka sebagai bagian dari sebuah dunia sosial yang lebih
besar, sebuah jaringan relasional antarmahasiswa.
Ikatan Solidaritas Sosial
Ikatan solidaritas sosial dalam Forum dibangun berdasarkan kesamaan
ide/gagasan, informasi, kesulitan, konsensus, dan/atau emosional, diantara
para partisipan. Berdasarkan kesamaan-kesamaan ini pula tercipta tali
pengikat untuk saling berinteraksi, berkomunikasi tentang berbagi idea,
gagasan, informasi, kesulitan; membuat konsensus; dukungan emosional,
membangun hubungan yang lebih sociable dalam bidang akademik atau
nonakademik.
Setiap muatan atau bahan pembicaraan/diskusi memiliki kekuatan
pengikat komunikasi dan relasi yang berbeda. Kuat lemahnya muatan atau
bahan pembicaraan/diskusi tersebut bergantung pada tingkat kompleksitas
atau kesulitan infomasi, ide, masalah yang dirasakan atau dihadapi para
partisipan. Semakin kompleks atau sulit muatan yang menjadi bahan
pembicaraan/diskusi, semakin banyak jumlah partisipan yang saling
berinteraksi-berkomunikasi.
Diantara partisipan Forum, juga ada indikasi adanya komunikasi, relasi,
dan ikatan sosial yang dekat. Terutama tentang idealisme, gagasan,
pemikiran dan psikologis mereka berkenaan dengan berbagai pertanyaan,
kesulitan, dan atau masalah/kasus yang mereka hadapi di bidang akademik
dan/atau akademik. Komunikasi, relasi, dan ikatan sosial paling kuat dan
bersifat “pertemanan”, tercipta antarpartisipan mahasiswa pada prodi yang
sama (Pendas atau Non-Pendas), dan di dalam komunikasi, relasi, dan
ikatan yang lebih luas, yang berpusat pada beberapa sosok bintang (star).
Komunikasi, relasi, dan ikatan sosial yang berpusat pada bintang (star),
merupakan fenomena sosial terbanyak di dalam keseluruhan jaringan relasi
di dalam Forum, juga menjadi fondasi utama terbentuknya struktur relasi
sosial di dalam Forum. Fenomena sentralitas ini, juga mengindikasikan
bahwa eksistensi dan keberlanjutan Forum sebagai media jejaring sosial
maya sangat ditentukan oleh adanya sosok yang mampu membangun rasa
kebersamaan, simpati, saling mengidentifikasi-diri, keterbukaan pikiran dan
perasaan, saling mengerti satu dengan yang lain. Dengan kata lain,
sentralitas telah memungkinkan Forum mampu membangun rasa solidaritas
sosial, rasa kesetiakawanan, perasudaraan antarmahasiswa FKIP. Forum
juga menjadi fondasi penting bagi terciptanya “kesadaran kolektif yang
berkesinambungan” antar-mahasiswa, karena setiap dari mereka terikat oleh
kesamaan visi dan tujuan bersama.
Terciptanya komunikasi, relasi, dan ikatan sosial yang demikian, tidak
lepas dari munculnya peran-peran tertentu dari partisipan Forum: (1)
betweenness, yaitu partisipan yang berperan sebagai perantara dalam
hubungan relasi sosial antara sentral-sentral relasi; dan dalam
menghubungkan individu-individu partisipan yang sama sekali tidak memiliki
jaringan relasi sosial dengan partisipan lain dan/atau dengan sentral-sentral
relasi; (2) bridge, yaitu partisipan yang berperan sebagai jembatan
penghubung terakhir di dalam jaringan-jaringan relasi sosial Forum; (3)
closeness, yaitu partisipan yang memiliki jaringan relasi yang dekat/intim
dengan partisipan lain karena kabutuhannya untuk memperoleh akses
informasi, acuan, dan/atau bimbingan dari partisipan lain dalam bidang
akademik; (4) kelompok kohesi struktural (structural cohesion) yaitu
kelompok di dalam Forum yang terbentuk dari sejumlah kecil partisipan yang
jika keberadaannya dihilangkan dari Forum akan menyebabkan terputusnya
atau pecahnya keutuhan komunitas secara keseluruhan; (5) dyad, kelompok
partisipan yang hanya menciptakan hubungan sosial dengan satu orang
partisipan tertentu di dalam Forum; (6) partisipan terisolasi (isolated
participants) yaitu partisipan yang sama tidak memiliki jaringan relasi sosial
dengan partisipan lain pada Forum
Komunikasi, relasi, dan ikatan sosial yang tercipta di dalam Forum, juga
menjadi “trigger” bagi mahasiswa FKIP-UT untuk membangun komunikasi,
relasi, dan ikatan sosial lebih jauh dan lebih intensif di luar Forum. Pada
Mahasiswa Nonpendas, forum-forum tersebut terbentuk diantara mahasiswa
sesama prodi, menggunakan media jejaring sosial seperti Facebook (45
partisipan), Yahoo Massenger/YM (39 partisipan), Friendster (5 partisipan),
Multiply (2 partisipan), dan jumlah terbanyak adalah melalui fasilitas emailemail pribadi (366 alamat email), telepon/Handphone (1.371 nomor kontak).
Sedangkan sejawat mereka di kalangan mahasiswa Pendas, masih terbatas
pada bentuk interaksi-komunikasi interpersonal via email pribadi (5 email)
dan telepon (2 nomor kontak) pribadi.
Kendala Sosial dan Teknologi
Kendala-kendala sosial dan teknologi dalam partisipasi mahasiswa di
dalam Forum adalah: (1) anonimitas identitas personal dan sosial, serta
tanggungjawab di antara para partisipan Forum (cf. Donath, 1996); (2)
kendala teknis aktivasi; (3) kurang responsifnya pengelola Forum terhadap
pertanyaan, kesulitan, atau masalah yang dikemukakan mahasiswa di dalam
Forum; (4) keterbatasan ketersediaan, akses, dan kemampuan pemanfaatan
fasilitas warnet dan internet.
Pertama, anonimitas partisipan. Kendala ini diindikasikan oleh
banyaknya identitas partisipan Forum yang tidak jelas. Dari 843 partisipan
Nonpendas, sebanyak 373 (44.25%) orang tidak teridentifikasi asal UPBJJnya, dan dari 258 partisipan Pendas, 143(56.52%) orang tidak teridentifikasi
asal UPBJJ-nya. Anonimitas ini, telah memunculkan fenomena “online
disinhibition effect” di dalam Forum, yaitu komunikasi antar-partisipan yang
hanya bersifat informatif, sekadar memuat pertanyaan dan jawaban, tetapi di
antara mereka mungkin masih relatif asing, dengan tingkat perputaran
keanggotaan mereka pun tinggi (http://en.wikipedia.org/).
Kedua, kendala teknis aktivasi. Kendala ini dialami oleh 782(72,88%)
mahasiswa (Pendas dan Nonpendas). Faktor-faktor penyebabnya
berkenaan dengan peraturan yang berlaku pada UT-Online, seperti: (1)
sebagai mahasiswa/peserta baru, mereka belum melakukan aktivasi data
mahasiswa pada aplikasi yang sudah tersedia (gambar kiri atau kanan atas).
Mahasiswa tidak bisa melakukan login pada aplikasi (gambar kiri-bawah),
karena (2) ketika melakukan aktivasi data awal menggunakan data yang
dikemudian hari diketahui tidak benar misal penggunaan alamat email palsu;
atau (3) administrator sistem UT menghapus account yang bersangkutan
karena tidak mengakses/login kedalam situs UT-Online sekurang kurangnya
180 hari sejak login terakhir, dan yang bersangkutan tidak melakukan
prosedur aktifasi ulang; (4) mahasiswa mereset password atau lupa
password, dan tidak tahu cara memperoleh passwordnya kembali melalui
fasilitas lupa password (gambar tengah).
Ketiga, kurang responsifnya partisipan lain dan pengelola Forum
terhadap pertanyaan, kesulitan, atau masalah yang dikemukakan mahasiswa
di dalam Forum. Kendala ini terlihat dari banyaknya posting yang tidak
ditanggapi. Dari seluruh posting yang diajukan, terdapat 77 (38.89%) posting
yang tidak mendapatkan tanggapan dari pengelola, terdiri dari 575(48.4%)
posting mahasiswa Non-Pendas, dan 157(47.3%) posting mahasiswa
Pendas.
Keempat, keterbatasan ketersediaan, akses, dan kemampuan
pemanfaatan fasilitas warnet dan internet. Kendala ini dapat dilihat dari
perbandingan antara total mahasiswa FKIP-UT 2006-2009 (sekitar 40.000
mahasiswa) dengan tingkat partisipasi mahasiswa FKIP (Pendas dan NonPendas) di dalam Forum yang sangat kecil, yaitu sekitar 2.75%. Penyebab
terbanyak atas rendahnya tingkat partisipasi mereka di dalam Forum adalah
bahwa mahasiswa FKIP-UT yang seluruhnya adalah para guru SD—SMA
terbanyak berasal dari daerah pedesaan/luar kota, dengan tingkat
ketersediaan dan kemampuan pemanfaatan fasilitas warnet dan internet
yang sangat terbatas. Setidaknya 7 partisipan secara jujur mengatakan
masih “gaptek” (gagap teknologi) atau “masih baru dan awam dalam
pemanfaatan internet”. Sehingga mereka terkendala untuk melakukan
aktivasi pada UT-Online; cara mendownload atau meng-upload tugas,
inisiasi, atau BMP-Online atau web-suplemen, LKAM atau DNU; aktivasi ebook store; dll. Kendala ini menjadi persoalan pokok bagi upaya UT untuk
secara konsisten dan agresif dalam mengembangkan dan memperluas
jaringan akses ke seluruh pelosok Indonesia melalui pengembangan fasilitas
komunikasi berbasis ICT (Belawati, 2010; c.f. Teo, et.al. 2003).
Kesimpulan
Forum Komunitas Mahasiswa UT berbasis teknologi virtual (Forum UTOnline) merupakan media sosial-teknologis yang kondusif untuk mendukung
proses komunikasi akademik dan non-akademik, dan proses pembentukan
community-building forces atau sociable virtual environments antarmahasiswa. Sekalipun Forum belum menjadi ruang virtual bagi komunikasi
dan relasi sosial dalam bidang iptek, karena resistensi berbagai persoalan
akademik dan non-akademik mahasiswa, serta rendahnya partisipasi
mahasiswa karena ada kendala sosial dan teknologi, Forum sangat kondusif
bagi upaya pembangunan kesadaran koneksitas antar-mahasiswa PTTJJ
dalam keterbatasan ruang dan waktu komunikasi. Kehadiran sosok “bintang”
dalam jalinan komunikasi, relasi, dan ikatan sosial di dalam Forum, bisa
menjadi fondasi penting bagi terciptanya kesadaran kolektif yang
berkesinambungan, dan memungkinkan Forum mampu membangun
komunikasi akademik dan non-akademik berdasarkan solidaritas sosial,
kesetiakawanan, perasudaraan, serta kesamaan visi dan tujuan bersama
diantara mahasiswa FKIP di seluruh Indonesia dan luar negeri.
Daftar Pustaka
Belawati, T. (1995). Increasing persistence in indonesian post-secondary distance
education. Atheses submitted in partial fulfilment of the requirement for the
degree of doctor of philosophy in faculty of graduate studies (department of
educational studies) at the university of british columbia. diunduh 8 Februari
2010 dari: http://pustaka.ut.ac.id/puslata/pdf/81200.pdf
Belawati, T. (2000). Enhancing learning in distance education through the world
wide web. Jurnal pendidikan terbuka dan jarak jauh, vol. 1, no. 1, maret 2000.
diunduh 8 Februari 2010 dari: http://pk.ut.ac.id/PTTJJ/11tian.htm.
Creswell, J.A. (1994). Research design: Qualitative & quantitative approaches.
California: Sage Publications, Inc.
Darmayanti, T., Setiani, M.Y., & Oetojo, B. (2007). E-Learning pada pendidikan
jarak jauh: konsep yang mengubah metode pembelajaran di perguruan tinggi
di indonesia. Jurnal pendidikan terbuka dan jarak jauh, volume 8, nomor 2,
september 2007, h. 99-113.
Daugherty, T., Lee, W.-N., Gangadharbatla, H., Kim, K., and Outhavong, S. (2005).
Organizational virtual communities: Exploring motivations behind online panel
participation. Journal of computer-mediated communication, 10(4), article 9.
diunduh 8 Februari 2010 dari http://jcmc.indiana.edu/vol10/issue4/
daugherty.html
Daulay, P. (2009). Interaksi sosial mahasiswa pendidikan jarak jauh: kasus
pemanfaatan forum komunitas fisip ut pada website www.ut.ac.id. Laporan
Penelitian tidak diterbitkan. Jakarta: LPPM-UT.
Dawson, S. (2006). Online forum discussion interactions as an indicator of student
community. Australasian journal of educational technology. vol. 22(4), h. 495510.
Donath, J.S. (1996). Inhabiting the virtual city: The design of social environments for
electronic communities. Diunduh 10-02-2010dari: http://smg.media.mit.edu/
people/ Judith/ Thesis/ThesisContents.html.
Dueber, B. & Misanchuk, M. (2006). Sense of community in a distance education
course. Paper presented at the Mid South Instructional Technology
Conference, 8-10 April, Murfreesboro, TN. Diunduh 8 Februari 2010dari:
http://bill.dueber.com/dueber-misanchuk.pdf.
Hanneman, R.A. & Riddle, M. (2005). Introduction to social network methods.
Riverside, CA: University of California, Riverside (published in digital form at
http://faculty.ucr.edu/~hanneman/ )
James, L. & Bogan, K. (1995). Analyzing linkage structure in a course-integrated
virtual learning community on the world wide web. Diunduh 8 Februari 2010
dari http://inet.nttam.com.
James, L. (1997). Creating an online learning environment that fosters information
literacy, autonomous learning and leadership: The hawaii online generational
community-classroom.
Diunduh
8
Februari
2010
dari
http://leahi.kcc.hawaii.edu/org/tcc-conf/pres/james.html.
Linn, Marcia C. (1996). Cognition and Distance Learning. Journal of the American
Society for Information Science, 47 (11), (November), h. 827-842.
Mazzolini, M & Maddison, S., (2003). Sage, guide or ghost? The effect of instructor
intervention on student participation in online discussion forums. Computers &
Education, Volume 40, Issue 3, April 2003, h. 237-253.
McKenzie, W & Murphy, D. (2000). I hope this goes somewhere: Evaluation of an
online discussion group. Australian journal of educational technology, 16(3),
239-257.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. (terj). Tjetjep Rohendi
Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Patriarcheas, K, & Xenos, M., (2009). Modelling of distance education forum: Formal
languages as interpretation methodology of messages in asynchronous textbased discussion. Journal computers & education, Volume 52 Issue 2,
February, 2009.
Raub, R.A, et al. (2007). Social network analysis in analyzing potential fraudster.
Proceedings of the international conference on electrical engineering and
informatics Institut Teknologi Bandung, Indonesia June 17-19, 2007. Diunduh
10 Oktober 2010 dari: repository.gunadarma.ac.id:8000/679/1/B-62.pdf..
Ravenscroft, A. & Matheson, M.P. (2001). Carpe diem: Models and methodologies
for designing engaging and interactive e-learning discourse. Proceedings of
the ieee international conference on advanced learning technologies. pp.0074.
Rheingold, H. (1993). The virtual community. Diunduh 8 Februari 2010 dari:
http://www.rheingold.com/ vc/book/
Rovai, A. P. (2002). Building sense of community at a distance. International review
of research in open and distance learning, 3(1). Diunduh 8 Februari 2010 dari
http://www.irrodl.org/index.php/irrodl/article/view/79/152.
Selim, H.M. (2007). Critical success factors for e-learning acceptance: Confirmatory
factor models. Computers & education, v.49 n.2, p.396-413, September, 2007
Simoff, S.J. & Maher, L. (1997). Web-mediated course: The revolution in on-line
design education. Diunduh 20 Oktober dari http://ausweb.scu.edu.au/
Smith, M. & Kollock, P. eds. (1999). Communities in cyberspace. New York, NY:
Routledge.
Soong, M.H.B. et.al. (2001). Critical success factors for on-line course resources.
Computers & education. Volume 36, Issue 2, February 2001, h. 101-120.
Teo, H-H, et.al. (2003). Evaluating information accessibility and community
adaptivity features for sustaining virtual learning communities, International
journal of human-computer studies, v.59 n.5, p.671-697, November 2003
Zachry, M. (2000). The ecology of an online education site in professional
communication, Proceedings of IEEE professional communication society
international professional communication conference and Proceedings of the
18th annual ACM international conference on computer documentation:
technology & teamwork, September 24-27, 2000, Cambridge, Massachusetts.
Download