hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan stres

advertisement
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN
DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI
PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO
Sri Indah Kusumaningrum1
Sigid Sudaryanto, Sri Handayani2
Abstrak : Pemukiman sehat merupakan suatu tempat tinggal secara
permanen, yang berfungsi sebagai tempat bermukim, beristirahat,
berekreasi dan berlindung dari pengaruh lingkungan. Salah satu pengaruh
lingkungan adalah adanya kebisingan yang dapat mengakibatkan
gangguan pendengaran, gangguan komunikasi, gangguan tidur dan stres.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
kebisingan dengan ganggaun stress di pemukiman sekitar rel kereta api
Srago Gede. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah ibu rumah
tangga di pemukiman disekitar rel kereta api Srago gede. Pengambilan
smapel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisa data
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan, 50% responden terpapar kebisingan yang
masih memenuhi syarat, 50% responden terpapar kebisingan yang tidak
memenuhi syarat. Dan 43% responden mengalami gangguan stress
tinggi.. 27% responden mengalami gangguan stress rendah. Hasil uji chi
square diperoleh nilai Pvalue = 0.034 (p<0.05) yang berarti ada hubungan
antara tingkat kebisingan dengan gangguan stress.
Untuk mengurangi, masyarakat disarankan untuk memasang gorden di
jendela dan menanm tanaman tembok.
Kata Kunci : Kebisingan, gangguan stress
1
2
Sri Indah Kusumaningrum, mahasiswa Prodi D III Kesehata Lingkugan STIKES
Muhammadiyah Klaten
Sigid Sudaryanto, Sri handayani , Dosen Prodi D III Kesehata Lingkugan STIKES
Muhammadiyah Klaten
Sri Indah Kusumaningrum dkk, Hubungan Antara Tingkat... ...... .
I.
PENDAHULUAN
Menurut Winslow dan APHA Depkes RI (1989) pemukiman sehat
dirumuskan sebagai suatu tempat tinggal secara permanen, berfungsi sebagai
suatu tempat untuk bermukim, beristirahat,
berekreasi dan sebagai tempat
berlindung dari pengaruh lingkungan.
Salah satu pengaruh lingkungan yang terjadi adalah kebisingan. Pengaruh
utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera
pendengaran
yang
menyebabkan
ketulian,
gangguan
stress,
gangguan
komunikasi, gangguan tidur (suma’mur, 1995)
Menurut Wardhana (1995) kebisingan antara 61 – 80 dB dapat menyebabkan
kerusakan alat pendengaranbila kontak terjadi dalam waktu lama. Selain itu
kebisingan juga dapat berdampak terhadap kesehatan jiwa seseorang, seperti
stress yang pada akhirnya dapat menurunkan kesehatan fisik.
Srago Gede merupakan desa yang terletak di sekitar rel kereta api dengan
jarak terdekat adalah 8 meter. Hasil pengukuran awal secara sampling
menunjukkan bahwa kebisingan di pemukiman tersebut mencapai 67 dB(A). Hal
ini sudah melebihi ambang batas kebisingan di perumahan dan pemukiman yang
ditetapkan oleh depkes yaitu 55 dB(A) (Depkes RI, 1999).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan enelitian tentang hubungan
antara tingkat kebisingan dengan gangguan stress di pemukiman sekitar rel
kereta api Srago Gede
II. METODE PENELITIAN
Jenis pnelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu rumah tangga dipermukiman
sekitar rel kereta api Srago Gede
sebaanyak 169 orang. Sampel penelitian
sebanyak 30 orang yang diambil dengan teknik Purposive sampling dengan
batasan umur 35 – 50 tahun.
Pengumpulan data menggunakan Sound level meter untuk mengukur
kebisingan sedangkan stress diukur berdasarkan tekanan darah dengan
menggunakan alat tensimeter.
Analis data dengan menggunakan uji statistik chi square dengan bantuan soft
ware SPSS for Window versi 12.0
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil pengukuran tingkat kebisingan di Srago Gede disajikan pada
tabel 1 :
MOTORIK, VOL 2 NOMOR 4, AGUSTUS 2007
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Tingkat Kebisngan
Di Srago Gede Klaten
Tingkat Kebisingan
F
%
Memenuhi syarat
15
50
Tidak memenuhi syarat
15
50
30
100
jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa 50% responden menerima
paparan kebisingan yang masih memenuhi syarat dan 50% responden
menerima paparan kebisingan yang tidak memenuhi syarat.
Sedangkan hasil pengukuran gangguan stress disajikan pada tabel 2
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Stress
Di Srago Gede Klaten
Gangguan stress
F
%
Normal
9
30
Rendah
9
27
Tinggi
13
43
30
100
jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui 42% responden mengalami
gangguan stress tinggi dan 27% responden mangalami gangguan stress
rendah.
Tingkat stress berdasarkan tingkat kebisingan disajikan pada tabel 3
berikut :
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan Gnagguan Stress
Di Srago Gede Klaten
Gangguan Stres
Tingkat Kebisingan
Jumlah
Normal
Rendah
Tinggi
F
%
F
%
F
%
F
%
Memenuhi syarat
6
20
6
20
3
10
15
50
Tidak memenuhi syarat
3
10
2
7
10
22
15
50
Jumlah
9
30
8
27
13
43
30
100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa, dari 15 responden yang
terpapar kebisingan yang tidak memenuhi syarat, 33% mengalami gangguan
stres tinggi dan 7% beradadalam kondisi normal. Sedangkan 15 responden
yang terpapar kebisingan memenuhi syarat, 10% responden mengalami
gangguan stres tinggi dan 20% responden berada alam kondisi normal.
Sri Indah Kusumaningrum dkk, Hubungan Antara Tingkat... ...... .
Berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh nilai Pvalue =
0,034 (p<0.05), hal ini berarti ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan
gangguan stres di pemukiman sekitar rel kereta api Srago Gede.
B. Pembahasan
Semaakin tinggi intesitas kebisingan akan semakin besar dampaknya
dalam menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan ini dapat berdampak
physiologis (denyut jantung, tekanan darah, metabolisme, gangguan tidur dan
penyempitan pembuluh darah dan dampak psychologis seperti rasa khawatir,
jengkel, takut (Soeripto, 1996). Hal ini didukung penelitian Wicaksono (2002)
yang menyatakan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada ruangan dengan
intensitas kebisingan tinggi akan mengalami stres kerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang berada dalam intensitas kebisingan
lebih rendah. Ciri-ciri fisiologis dari reaksi stres, muncul dari orang yang
terkena kebisingan dengan intensitas tinggi.
Hal ini terjadi karena dalam ruangan bising orang yang bekerja akan
lebih banyak mengerahkan tenaga untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Dalam ruangan yang bising menyebabkan komunikasi tidak lancar, hubungan
dengan teman terganggu. Ini menjadikan tenaga kerja lebih tertekan sehingga
muncul stres.
Sedangkan menurut Hardyana (1994) gangguan stres dapat disebabkan
beberapa hal berikut :
1. Lingkhungan fisik
Lingkungan fisik dapat menjadi sumber stres karena terlalu kotor,
terlalu bising, udara panas, terlalu dingin mapupun terlalu lembab.
2. Rasa kurang memiliki pengendalian
Rasa kurang memiliki pengendalian atas kerja terjadi bila orang
merasa kurang memiliki kontrol, urutan irama dan hasil kerja
3. Hubungan antar manusia
Kebisingan
mengganggu
hubungan
antar
manusia
dalam
menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain
Di Srago Gede terdapat pemukinam yang sekitarnya ada rel kereta api
dimana tingkat kebisingan mengakibatkan 50% responden terpapar kebisingan
yang melebihi ambang batas yaitu >55dB(A) sehingga ha ini memungkinkan
terjadinya gangguan stres pada masyarakat. Ini dapat dilihat bahwa 43%
responden mengalami gangguan stres tinggi. Walaupun demikian 30%
responden masih berada dalam kondisi stres normal. Hal ini memungkinkan
disebabkan karena responden sudah lama tinggal dipemukiman tersebut yaitu
16 – 45 tahun sehingga secara fisiologis tubuh sudah beradaptasi.
Untuk mengurangi kebisingan dapat dilakukan beberapa cara antara
lain, penggunaan bahan penyera, menanam pohon, memasang gorden pada
pintu dan jendela.
MOTORIK, VOL 2 NOMOR 4, AGUSTUS 2007
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden yang menerima paparan kebisingan yang tidak memenuhi
syarat yaitu > 55 dB(A) sebanyak 50%
2. Responden yang mengalami gangguan stres tinggi sebanyak 43%, stres
rendah 27% dan normal 30%
3. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,034 <0.05 yang berarti ada
hubungan antara tingkat kebsisingan dengan gangguan stres di Srago
Gede, Mojayan, Klaten
b. Saran
1.
Kepada masyarakat
Agar memasang qorden di jendela dan pintu serta menanam tanaman
tembok untuk mengurangi intensitas kebisingan
2.
Kepada PT KAI
Mengganti bantalan rel serta menambah kerikil di sekitar rel kereta api
untuk mengurangi intensitas kebisingan
DAFTAR PUSTAKA
Hardyana, AM. 1994. Stres Tanpa Distres, Yogyakarta
Depkes, RI. 1999. KepMenkes RI Nomor 829/menkes/VII/1999 tentang kebisingan di
Perumahan dan Pemukiman. Jakarta
Suma’mur. 1995. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarat : PT Toko
Gunung Agung
Soeripto, 2000. Teknologi Pengendalian Intensitas Kebisingan. Majalah Hyperkes
dan Keselamatan Kerja, XXXIII No 3
Wardhana, WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta
Download