Kata Pengantar Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah

advertisement
Kata Pengantar
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kekuatan dan
kemampuan sehingga penulis dapat merampungkan modul sintaksis ini sebagai bahan untuk
pengajaran dan pembelajaran mahasiswa, khususnya mahasiswa STKIP siliwangi Bandung.
Mengingat kemampuan penulis yang terbatas, maka penyelesaian modul sintaksis ini
tidak luput dari hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan, sehingga dalam pemaparan
materinya kemungkinan ada kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik baik dari
rekan Dosen atau mahasiswa.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan makalah ini kepada para
pembaca yang berminat dengan harapan semoga bermanfaat adan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TINJAUAN MATA KULIAH
BAB I FRASE
Pengantar Frase
1
Latihan pertemuan 1
4
Latihan pertemuan 2
10
1. Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya
11
1) Endosentris
a. Apositif
11
b. Koordinatif
12
c. Atributif
12
2) Eksosentris
a. Direktif
13
b. Non Direktif
14
2. Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan kata
1) Frase verbal
14
2) Frase nominal
15
3) Frase ajektival
15
4) Frase pronominal
16
5) Frase numeralia
16
6) Frase preposisi
17
7) Frase konjungsi
17
Latihan pertemuan 4 – 5
36
Rangkuman Frase
35
BAB II KLAUSA
Pengantar
36
1. Berdasarkan struktur internnya
a. Klausa lengkap
37
b. Klausa tidak lengkap
37
2. Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
a. Klausa positif
38
b. Klausa negatif
38
3. Berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P
a. Klausa nomina
38
b. Klausa verba
39
c. Klausa adjektiva
39
d. Klausa numeral
40
e. Klausa preposisi
40
f. Klausa pronominal
41
4. Berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
a. Klausa bebas
41
b. Klausa terikat
42
5. Berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat
a. Klausa atasan
43
b. Klausa bawahan
43
Latihan pertemuan 5-6
44
Analisis Klausa
1. Analisis Klausa berdasarkan fungsi
44
2. Analisis Klausa berdasarkan kategoti kata
48
3. Analisis Klausa berdasarkan makna
49
Latihan pertemuan 7, 9 , 10
a.
latihan 1
58
b.
latihan 2
59
Rangkuman
60
BAB III KALIMAT
Pengantar
61
Latihan pertemuan 11
68
1. Jenis-jenis kalimat berdasarkan struktur gramatikalnya
1) Kalimat tunggal
68
2) Kalimat majemuk
a. Kalimat setara
71
b. Kalimat bertingkat
72
c. Kalimat campuran
73
2. Jenis-jenis kalimat berdasarkan pola subjek predikat
a. Kalimat invers
74
b. Kalimat versi
75
Latihan pertemuan 12
1. Latihan
76
2. Latihan
76
3. Latihan
78
4. Latihan
81
3. Jenis-jenis kalimat berdasarkan pengucapannya
a. Kalimat langsung
81
b. Kalimat tidak langsung
82
4. Jenis-jenis kalimat berdasarkan subjeknya
a. Kalimat aktif
82
b. Kalimat pasif
84
Latihan pertemuan 13
a. Latihan 1
86
b. Latihan 2
86
c. Latihan3
87
5. Jenis-jenis kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
a. Kalimat berita
92
b. Kalimat tanya
93
c. Kalimat larangan
97
d. Kalimat seruan
97
6. Jenis-jenis kalimat berdasarkan unsur kalimat
a. Kalimat lengkap
97
b. Kalimat tidak lengkap
97
7. Berdasarkan gaya penyajiannya
a. Kalimat melepas
98
b. kalimat klimaks
99
c. Kalimat berimbang,
99
Kalimat efektif
99
Latihan pertemuan 14
a. Latihan 1
103
b. Latihan 2
107
c. Latihan3
112
Hubungan antarklausa
1. Hubungan antarklausa koordinatif
117
2. Hubungan antarklausa subordinatif
118
Latihan pertemuan 15
Rangkuman
122
123
KUNCI JAWABAN
Pertemuan 1 dan 2
125
Pertemuan 3 dan 4
128
Pertemuan 4 dan 5
130
Pertemuan 5 dan 6
139
Pertemuan 7, 9, 10
Latihan 1
141
Latihan 2
144
Pertemuan 11
144
Pertemuan 12
a. Latihan 1
146
b. Latihan 2
147
c. Latihan 3
153
d. Latihan 4
156
Pertemuan 13
a. Latihan 1
158
b. Latihan 2
160
c. Latihan 3
173
Pertemuan 14
a. Latihan 1
180
b. Latihan 2
183
c. Latihan 3
186
Pertemuan 15
187
BAB I
FRASE
A. Pendahuluan
1. Deskripsi isi
Pada bab ini membahas Pengertian frase, jenis frase berdasarkan kesetaraan
distribusi unsur-unsurnya dibagi menjadi tiga yaitu
a. frase endosentris ; apositif, koordinatif, atributif
b. eksosentris ; direktif dan non direktif}).
Jenis frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori
kata, frase terdiri atas:
a. frase nominal
b. frase verbal
c. frase ajektival
d. frase pronominal
e. frase numeralia
f. frase preposisi
g. frase konjungsi
2. Kompetensi dasar
Mampu memahami, menguasai serta menganalisis frase dan kata majemuk
3. Indikator
Mahasiswa mampu memahami, menguasai serta menganalisis materi frase berdasarkan
kesetaraan distribusi unsur-unsurnya dan Jenis frase ditinjau dari segi persamaan distribusi
dengan golongan atau kategori kata
4. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami, menguasai, menganalisis dan mengklasifikasikan frase
B. Uraian Materi
Pertemuan 1 dan 2
Uraian Pokok Bahasan : Pendahuluan ( batasan dan pengertian Sintaksis)
Klausa
Frase
Kalimat
sintaksis
1. Batasan Sintaksis
Linguistik memiliki dua tataran
1) Tataran fonologi
2) Tataran gramatika/tata bahasa : Morfologi dan Sintaksis
a. Morfologi : bagian tata bahasa yang membicarakan hubungan internal sebuah
kata atau membicarakan perihal hubungan antarmorfem dalam sebuah kata
b. Sintaksis : bagian tata bahasa yang membicarakan hubungan antar kata dalam
tuturan
2. Definisi Sintaksis menurut beberapa Ahli
1) Sintaksis menurut Ramlan ”Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang
membicarakan struktur frasa dan kalimat”
2) Sintaksis menurut (Tarigan, 1985) “Sintaksis adalah salah satu cabang dari tata bahasa
yang membicarakan struktur-struktur kalimat, klausa, dan frase”
3) Sintaksis menurut Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata
bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan
3. Definisi Klausa menurut beberapa ahli
1) Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata, minimal
terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.
2) Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas SP (O) (Pel) (K)
3) H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan
mengandung unsur predikasi.
4) Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas prediket baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan
merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda klausa adalah P. Tetapi yang menjadi klausa
bukan hanya P, jika mempunyai S. Klausa terdiri atas S dan P, jika mempunyai S, klausa terdiri
atas S, P dan O. Jika tidak memiliki O dan keterangan, klausa terdiri atas P, O dan keterangan.
Demikian seterusnya. Contohnya dalam kalimat jawaban atau dalam bahasa Indonesia Lisan
tidak resmi. Contoh kalimat jawaban :
P : kamu memanggil siapa?
J : teman satu kampus (s) dan P-nya dihilangkan. Contoh dalam bahasa tidak resmi : saya telat!
P-nya dihilangkan.
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa
belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap
yang sudah ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan
bahwa kalimat tersebut sudah selesai.
Latihan Pertemuan 1-2
1. Coba Anda ungkapkan pengertian frase, klausa, kalimat menurut beberapa ahli, kemudian
Anda simpulkan menurut bahasa Anda sendiri ?
Pertemuan Ke- 3 dan 4
Uraian Pokok Bahasan : Frase, kata majemuk, Perbedaan Frase dengan Kata Majemuk
1. Pengertian Frasa
Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan,
2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai
Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
1. gedung sekolah itu
2. yang akan pergi
3. sedang membaca
4. sakitnya bukan main
5. besok lusa
6. di depan.
Jika contoh itu diletakkan dalam struktur kalimat, kedudukannya tetap pada satu
jabatan saja.
1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).
2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).
3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).
5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi, walau terdiri atas dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain
mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.
Untuk memudahkan pemahaman Anda mengenai frasa, perhatikan juga kalimat berikut yang
dicontohkan oleh Ramlan (1988).
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Kalimat itu terdiri dari satu klausa, yaitu Dua orang mahasiswa sedang. Selanjutnya, klausa
terdiri dari empat unsur yang lebih rendah tatarannya, yaitu dua orang mahasiswa, sedang
membaca, buku baru, dan di perpustakaan. Unsur-unsur itu ada yang terdiri dari dua kata,
yakni sedang membaca, buku baru, di perpustakaan, dan ada yang terdiri dari tiga kata, yaitu
dua orang mahasiswa. Di samping itu, masing-masing unsur itu menduduki satu fungsi. Dua
orang mahasiswa menduduki fungsi S, sedang membaca menduduki fungsi P, buku baru
menempati fungsi O, dan di perpustakaan menempati fungsi KET. Demikianlah, unsur klausa
yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi itu merupakan satuan
gramatik yang disebut frase. Jadi, frase ialah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Selain contoh di atas, Supriyadi, dkk.
(1992) menguraikan cara mengenal frase bahasa Indonesia seperti berikut. Perhatikan unsur
setiap fungsi yang terdapat kalimat-kalimat berikut:
(1) Saya guru. (SP)
(2) Ayah saya guru. (SP)
(3) Adik teman saya guru bahasa Indonesia. (SP)
Unsur manakah yang mempunyai fungsi S dan yang mempunyai fungsi P pada kalimat di
atas? Selanjutnya, hitunglah jumlah kata yang terdapat pada setiap kalimat di atas. Sesuai
dengan struktur fungsional ketiga kalimat itu, hasil kerja Anda dapat digambarkan dalam
bentuk tabel berikut.
No
Fungsi
S
P
1
Saya
Guru
2
ayah saya
Guru
Ayah
3
Saya
adik teman saya
Adik
guru bahasa Indonesia
teman saya
teman
Guru
Saya
bahasa Indonesia
bahasa
Indonesia
Berapakah jumlah kata pada masing-masing kalimat di atas? Jawabannya jelas, bukan?
Setiap kata merupakan unsur terkecil satuan sintaktis. Artinya, dalam bidang sintaktis kata-kata
tersebut tidak perlu diuraikan lagi atas unsur- unsurnya yang lebih kecil. Mengapa? Ingat
kembali struktur fonologi dan morfologi. Pada kalimat (2) dan (3) terdapat kelompok kata: ayah
saya, adik teman
saya, teman saya, guru bahasa Indonesia, bahasa Indonesia. Kelompok tersebut merupakan
satuan gramatis, dan pembahasannya berada dalam bidang sintaksis. Karena itu, satuan gramatis
semacam itu termasuk satuan sintaktik. Satuan sintaktik di atas ada yang menduduki fungsi S:
ayah saya, adik teman saya; fungsi P: guru bahasa Indonesia. Ada pula yang hanya menduduki
sebagian fungsi dari kalimat: teman saya (bagian S), bahasa Indonesia (bagian P). Masingmasing tidak melewati batas fungsi, baik S maupun P. Satuan sintaktik semacam ini disebut
frase. Jadi, dapat disimpulkan bahwa frase adalah kelompok kata yang mendududuki suatu
fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek, dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.
2. Frase dengan Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung
satu pengertian baru. Kata majemuk tidak menonjolkan arti tiap kata tetapi gabungan kata itu
secara bersama membentuk suatu makna atau arti baru
a. Pembedaan Kata Majemuk. Berdasarkan Cara penulisannya
1) Kata majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisannya dirangkaikan.
seolah-olah telah melebur menjadi satu kata baru Misalnya: matahari. hulubalang.
bumiputra
2) Kata majemuk tak senyawa
Kata majemuk tak-senyawa adalah kata majemuk yang cara penulisan morfem -morfem
dasarnya tetap terpisah. Misalnya: sapu tangan. kumis kucing
b. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Kelas Kata pembentuknya
1) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
Misalnya: kapal udara. anak emas, sapu tangan
2) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata kerja
Misalnya: kapal terbang. anak pungut. meja makan
3) Kata majemuk yang terdiri atas kata benda + kata sifat
Misalnya: orang tua. rumah sakit. pejabat tinggi
4) Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata benda
Misalnya: panjang tangan. tinggi hati. keras kepala
5) Kata majemuk yang terdiri atas kata bilangan + kata benda
Misalnya: pancaindera. dwiwarna. sapta marga
6) Kata majemuk yang terdiri atas kata kerja + kata kerja
Misalnya: naik turun. keluar masuk. pulang pergi
7) Kata majemuk yang terdiri atas kata sifat + kata sifat
Misalnya: tua muda. cerdik pandai. besar kecil.
3. Pembedaan Kata Majemuk Berdasarkan Hubungan Kata Pembentuknya Ditinjau
dari segi hubungannya.
1) Kata majemuk dapat dibedakan atas:
2) Kata majemuk yang morfem pertama nya merupakan awalan (prefiks). seperti: prasarana. prasejarah. tanadil
3) Kata majemuk yang morfem pertamanya merupakan pangkal kata. seperti: rumah sakit.
kapal udara. meja belajar
4) Kata majemuk'yang morfem keduanya merupakan pangkal kata. seperti: maha-siswa,
bumiputra. purbakala
5) Kata majemuk yang morfem pertamanya mempunyai hubungan sederajat dengan
morfem keduanya. seperti naik turun. besar kecil. pulang pergi, sanak saudar
Kata majemuk adalah kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan secara padu dan
hasil penggabungan itu menimbulkan makna baru.
1) Kata majemuk mempunyai ciri-ciri
a. gabungan kata itu menimbulkan makna baru
b. gabungan kata itu tidak dapat dipisahkan
c. gabungan kata itu tidak dapat disisipi unsur lain
d. tidak dapat diganti salah satu unsurnya
e. tidak dapat dipertukarkan letak unsur-unsurnya.
2) Sifat frase
a. merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih
b. merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Frase selalu
terdapat dalam satu unsur klausa, yaitu S, P, O, Pel, Ket.
Latihan Pertemuan 3 dan 4
Tunjukan frase atau kata majemuk pada kalimat dibawah ini !
1. Buku baru itu dibeli ayah
2. Ibu memotong apel dengan pisau
3. Mahasiswa mempelajari mata kuliah sintaksis
4. Sinta sedang memilih barang di toko
5. Gelas kaca dipecahkan ade tadi pagi
6. Rina akan berangkat liburan
7. si cantik itu sangat ramah
8. manis sekali mangga ini
9. udara pagi yang dingin
10. Rina dibawa ke rumah sakit
Pertemuan ke 4 dan 5
Uraian Pokok Bahasan : klasifikasi Frase, Bentuk-bentuk Frase
koordinatif
jenis frase
berdasarkan
kesetaraan
distribusi
unsurunsurnya
endosentris
atributif
apositif
direktif
eksosentris
non direktif
frase verbal
Frase
frase
nomina
jenis frase
ditinjau dari
persamaan
distribusi
dengan
kategori/golong
an kata
frase
adjektiva
frase
pronomina
frase
numeralia
frase
preposisi
frase
konjungsi
1. Klasifikasi Frase
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif. Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan distribusi unsur
unsurnya atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
a. Frase Endosentris
Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat.
Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh
unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut
unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur
pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya „Sejumlah di teras‟ (salah) karena kata mahasiswa
adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, „Sejumlah mahasiswa‟ adalah frasa endosentris.
Frase endosentris terbagi atas tiga jenis:
(a) frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara,
dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :

rumah pekarangan

kakek nenek

suami isteri
(b) frase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga
tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau, misalnya:

buku baru

sedang belajar

belum mengajar`
(c) Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan
dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan dan atau misalnya:

Almin, anak Pak Darto sedang membaca

,anak Pak Darto sedang belajar

Ahmad, - sedang belajar
b. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan semua unsurnya, misalnya:

di pasar

ke sekolah

dari kampong
Frase eksosentris dibagi menjadi dua:
Frase eksosentris direktif adalah frase yang sebagian atau seluruhnya tidak memiliki
prilaku sintaksis yang sama dengan semua komponennya.
1) Frase eksosentris direktif ( Frase Preposisional).
Umumnya berfungsi sebagai keterangan

Tempat seperti di pasar, di rumah, pada dinding

Asal arah seperti dari kampong, dari sekolah

Asal bahan seperti (cincin) dari emas, (kue) dari tepung beras

Tujuan arah seperti ke Lampung

Menunjukan peralihan seperti kepada saya, (percaya) kepada Tuhan

Perihal seperti tentang ekonomi, (terkenang) akan kebaikannya

Tujuan seperti untukmu, buatku

Sebab seperti karena, lantaran, sebab, gara-gara kamu

Penjadian seperti oleh karena, untuk itu

Kesertaan seperti denganmu, dengan ayah

Cara seperti dengan baik, dengn senang hati

Alat seperti dengan cangkul

Keberlangsungan seperti sejak kemarin, dari tadi, sampai besok, sampai
nanti

Penyamaan seperti selaras dengan, sesuai dengan, sejalan dengan

Perbandingan seperti sebagai bandingan, seperti dia
2) Frase eksosentris nondirektif
Aku bertanya kepada (si) terdakwa
(Sang) kekasih rupanya sudah pergi
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,
frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival,frase, pronomina, frase
numeralia (Depdikbud, 1988).
(1) Frase verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk
kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks
verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata „sedang‟ untuk verba
aktif, dan kata „sudah‟ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata‟
sangat‟, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi
kata „sedang‟ yang menunjukkan verba aktif. Contoh frasa verba yang merupakan
satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya
dan tidak merupakan klausa adalah sebagai berikut.

Kapal laut itu sudah belabuh

Bapak saya belum pergi.

Ibu saya sedang mencuci
(2) Frasa nomina, yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
nomina. UP frasa nomina itu berupa:

nomina sebenarnya
contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan

pronomina
contoh: dia itu musuh saya

nama
contoh: Dian itu manis

kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh: dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertama awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua
ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
Contoh kalimat lainnya yang mengandung frasa nomina, misalnya:

Kakek membeli tiga buah layang-layang.

Amiruddin makan beberapa butir telur itik.

Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besi
(3) Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih
sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa,
misalnya:

Ibu bapakku sangat gembira

Baju itu sangat indah

Mobil ferozamu baru sekali
Frasa ajektiva UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat
diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva
biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang
mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka
yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata
„sedang‟ atau „sudah‟, tetapi bisa diberi kata „sangat‟).
(4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya :

Saya sendiri akan pergi ke pasar

Kami sekalian akan bekunjung ke Tator

Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator
(5) Frase numeralia yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori
numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah
tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor,
buah, dan lain-lain.
Contoh:


dua buah
tiga ekor

lima biji

dua puluh lima orang.
Contoh lain frasa numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:

Tiga buah rumah sedang terbakar

Lima ekor ayam sedang terbang

Sepuluh bungkus kue akan dibeli
(6)Frasa Preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai
penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras

ke rumah teman

dari sekolah

untuk saya
(7)Frasa Konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat,
maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:

Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)

Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena
keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
2. Bentuk-bentuk Frase Nominal
Frase nominal adalah frase modikatif yang terjadi pada nomina sebagai induk dan
unsur perluasan lain yang mempunyai hubungan subordinatif dengan induk. Frase nominal
biasa mengisi garta subjek, objek, maupun pelengkap dalam kalimat. Secara keseluruhan,
dari artikel “Mencari „Karya Sastra‟ yang Menguntungkan Perempuan?”, penulis
menemukan delapan puluh empat frase nominal. Penulis mengelompokkan bentuk-bentuk
frase nominal yang ditemukan berdasarkan pola frase nominal menurut Harimurti
Kridalaksana (1999), M. Ramlan (1986), dan Abdul Chaer (2006).
Dari dua puluh pola frase nominal yang disebutkan Harimurti, hanya dua belas pola
frase yang terdapat dalam data, yakni sebagai berikut
a)
N1
+
(N2….Nn)
tradisi lisan
kebuntuan komunikasi
daerah tujuan wisata
simpanan kisah-kisah tandingn
inspirasi dan referensi gerakan perempuan
Dalam pola ini, semua unsur pembentuk frase nominal berupa nomina. Nomina yang
dapat mengisi tiap-tiap bagian frase dalam pola ini dapat berupa nomina dasar, seperti pada
frase tradisi lisan, atau pun berupa nomina turunan, seperti kata kebuntuan pada frase
kebuntuan komunikasi dan pada setiap unsur frase simpanan kisah-kisah tandingan.
Komponen hulu frase juga dapat diisi dengan nomina yang berupa frase koordinatif, seperti
pada frase inspirasi dan referensi gerakan perempuan yang hulunya inspirasi dan
referensi.
b)
N1
+
(N2….Nn)+Prep+N3+(N4…Nn)
cerita-cerita dari ranah tradisi
media rekayasa sosial ala tradisi
Dalam pola ini, komponen-komponen frase nominal diisi oleh kategori nomina dan
frase preposisional. Unsur yang berupa nomina adalah komponen hulu dari frasenya,
sedangkan unsur yang berupa frase preposisional adalah komponen pewatasnya. Untuk
komponen hulu, kategori nomina yang mengisinya dapat berupa kata nomina maupun frase
nomina.
cerita-cerita dari ranah tradisi
hulu
c)
N1
media rekayasa sosial ala tradisi
pewatas
+
hulu
pewatas
se-N2
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
d)
N
+
yang
+
V
+
Dem
barang siapa yang tanpa sadar dilewati sang vagina ini
Frase nominal dalam pola ini, di samping komponen pengisi hulu berupa kategori
nomina, memiliki komponen pewatas yang diisi dengan kategori frase eksosentris
nondirektif.Dapat dikatakan bahwa frase barang siapa yang tanpa sadar dilewati sang
vagina ini terbentuk dari dua frase, yakni frase barang siapa yang merupakan frase
endosentris nominal dan frase yang tanpa sadar dilewati sang vagina ini yang merupakan
frase eksosentris nondirektif. Pada pola ini, kategori yang mengikuti yang dalam
komponen pewatasnya adalah kategori verba dan demonstrativa, seperti dalam contoh,
bentuk verbanya adalah tanpa sadar dilewati dan demonstrativanya adalah ini.
e)
N
+
yang
+
V
+
-nya
kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi
karakter yang berlebihan hasratnya
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan komponen
pewatas berupa frase eksosentris nondirektif. Kategori yang mengisi komponen pewatas
setelah unsur yang adalah kategori verba yang diikuti dengan bentuk dengan klitik –nya.
Klitik –nya pada unsur pewatas mengacu pada nomina yang mengisi komponen hulu frase.
f)
N1
+
yang
+
N2
+ -nya + F +Dem
(tidak ada FN dengan pola ini pada data )
g)
N
+
pakem-pakem ketat
A
tradisi feminim
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan ajektiva
sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina
dasar, seperti kata tradisi pada frase tradisi feminim dan dapat pula berupa nomina turunan,
seperti kata pakem-pakem pada frase pakem-pakem ketat.
h)
N
+
A1
+
A2
(tidak ada FN dengan pola ini dalam data)
i)
N
+
A1
+
yang
+
A2
(tidak ada FN dengan pola ini dalam data)
j)
N
+
me-
+
dasar
cara mencekalnya
Penulis hanya menemukan satu contoh frase nominal dengan pola ini dari data.
Sebagaimana frase nomina pada umumnya, komponen hulu pada frase ini diisi oleh
kategori nomina. Untuk pewatas, frase ini diisi dengan kategori verba dengan prefiks me-.
k)
N
+
ber-
+
dasar
kebebasan berinterpretasi
cerita bertuah
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan verba
dengan prefiks ber- sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu
dapat berupa nomina dasar, seperti kata cerita pada frase cerita bertuah dan dapat pula
berupa nomina turunan, seperti kata kebebasan pada frase kebebasan berinterpretasi.
l)
N
+
yang
+
[ V/A] +
yang
kisah yang hilang
wajah vagina yang tengah mekar
negri yang super makmur
negri yang tidak pernah tidur
kekuasaan manusia yang tamak Cerita yang berisikan pendidikan seks
improvisasi yang tak cuma untuk menjembatani hubungan antar individu namun juga
dengan simpul dan elemen dalam struktur masyarakat
kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila judi
Pada pola ini, komponen hulu diisi oleh kategori nomina, baik nomina dasar maupun
turunan, baik berupa kata maupun frase. Komponen pewatas pada pola ini adalah bentuk
frase eksosentris nondirektif. Dalam pola ini, unsur di dalam pewatas dapat diperjelas lagi
dengan frase eksosentris nondirektif juga. Seperti pada frase kisah anak perempuan yang
mengalahkan ayahnya yang gila judi. Pada frase tersebut, komponen hulu anak perempuan
diperjelas dengan frase yang mengalahkan ayahnya, dan ayahnya yang merupakan unsur
dalam komponen pewatas diperjelas lagi dengan frase yang gila judi. Selain termasuk
dalam frase berpola ini, frase kisah anak perempuan yang mengalahkan ayahnya yang gila
judi juga dapat dimasukkan ke dalam kelompok frase berpola (e) menurut Harimurti.
m) Num
+
N
semua kevulgaran pikiran si tokoh
berbagai situasi
salah satu propinsi di Indonesia
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan
numeralia sebagai pewatas. Berdasarkan data, untuk yang dalam satuan kata, nomina
sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, seperti kata situasi pada frase berbagai
situasi dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata penikmat pada frase seorang
penikmat. Begitu pula pada kategori numeralia pada komponen pewatasnya. Kategori
numeralia tersebut dapat berupa numeralia dasar seperti semua, numeralia turunan, seperti
berbagai, atau pun berupa frase numeralia, seperti salah satu.
n)
Num
+ Ntakaran + N
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
0)
N1
+
ber-
+
Ngugus/Ntakaran + N2
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
p)
N
+
Pron
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
q)
N
+
Dem
dugaan ini
tradisi ini
kisah I Tuwung Kemuning ini
Frase nominal pada pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai
hulu dan demonstrativa sebagai pewatas. Berdasarkan data, untuk yang dalam satuan kata,
nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina dasar, seperti kata tradisi pada frase
tradisi ini dan dapat pula berupa nomina turunan, seperti kata dugaan pada frase dugaan
ini.
r)
Adv1 +
Adv2 +
Num
+
N
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
s)
Art
+
[N, A, ter-V]
para penulis Indonesia
sang Bapak
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan komponen
pewatas berupa artikula. Berdasarkan pola, disebutkan bahwa komponen hulu dapat diisi
oleh kategori nomina, ajektiva, atau verba dengan prefiks ter-, tetapi dalam data, penulis
hanya menemukan frase dengan pola ini yang kategori hulunya adalah nomina. Dalam
penjelasannya, Harimurti juga mengkategorikan frase-frase dengan artikula ke dalam
kelompok frase eksosentris nondirektif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam
teori Harimurti terjadi pertumpangtindihan kategori untuk frase-frase yang berunsur
artikula.
t)
Art
+
ter-V
(tidak ada FN dengan pola ini pada data)
Berdasarkan pola-pola
yang
dibuat
oleh
Harimurti,
penulis
tidak
dapat
mengelompokkan beberapa frase nominal karena polanya berbeda. Frase-frase tersebut
adalah misi tertentu, yang ingin disampaikan, yang berperan sebagai pengasuh anak,
ruang interpretasi terbuka, dan bukan hanya sekadar cerita.
Bagi penulis, pola yang dibuat
oleh Harimurti sebenarnya dapat
lebih
disederhanakan. Terlalu banyak pola membuat klasifikasi frase menjadi lebih sulit. Seperti
contohnya pada frase cara mencekalnya, cerita bertuah, dan ruang interpretasi terbuka.
Frase cara mencekalnya termasuk dalam kelompok pola
N + me- + dasar, frase cerita bertuah termasuk dalam pola N + ber- + dasar, sedangkan
frase ruang interpretasi terbuka tidak dapat masuk dalam kelompok pola mana pun. Ketiga
frase tersebut sebenarnya dapat dikelompokkan ke dalam satu pola agar lebih sederhana.
Pewatas dari ketiga frase tersebut sama-sama merupakan verba, sehingga pola ketiga frase
tersebut dapat saja dikatakan N + V.
Hampir serupa dengan Harimurti Kridalaksana, M. Ramlan juga membuat pola frase
nominal berdasarkan urutan unsur-unsur penyusunnya. Akan tetapi, berdasarkan
jumlahnya, pola yang dibuat oleh M. Ramlan lebih sederhana.
a)
N+N
tradisi lisan
gerakan perempuan Indonesia
tukang leaknya
kecerdikan rakyat binatang
anak perempuannya
pemujaan Saraswati
media yang efektif
Drupadi yang poliandri
dugaan ini
Tradisi ini
perubahan tanda dan makna
bali yang punya tradisi kesenian yang menjadikan tema Calon Arang tak hanya sebagai
cerita
improvisasi yang tak cuma untuk menjembatani hubungan antar individu namun juga
dengan simpul dan elemen dalam struktur masyarakat
Frase dengan pola ini merupakan frase yang paling banyak ditemukan. Kategori
nomina mengisi komponen hulu dan pewatas frase ini, baik berupa kata atau frase, bentuk
dasar atau turunan. Frase dengan demonstrativa seperti dugaan ini, oleh Ramlan
dikategorikan dalam kelompok pola ini. Hal ini agak membingungkan karena ini bukan
merupakan kategori nomina. Masalah ini dapat diselesaikan dengan menganggap bentukbentuk demonstrativa sebagai nomina karena fungsinya yang memang dapat menggantikan
nomina. Selain itu, frase nominal dengan komponen pewatas frase yang diawali dengan
unsur yang juga termasuk ke dalam kelompok pola ini. Hal ini karena Ramlan
mengkategorikan frase yang diawali dengan unsur yang ke dalam frase nominal.
b)
N+V
cara mencekalnya
kebebasan berinterpretasi
cerita bertuah
misi tertentu
Pada pola ini, frase memiliki unsur-unsur berupa nomina sebagai hulu dan verba
sebagai pewatas. Berdasarkan data, nomina sebagai komponen hulu dapat berupa nomina
dasar, yaitu pada frase cara mencekalnya dan dapat pula berupa nomina turunan, yaitu
pada frase kebebasan berinterpretasi.
c)
N + Num
(Tidak ada frase dengan pola ini pada data)
d)
N + Ket
(Tidak ada frase dengan pola ini pada data)
e)
N + FP
cerita-cerita dari ranah tradisi
media rekayasa sosial ala tradisi
Frase nominal pada pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai
hulu dan frase preposisional sebagai pewatas.
f)
Num + N
semua kevulgaran pikiran si tokoh
berbagai situasi
semua ingatan
salah satu propinsi di Indonesia
Frase berpola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan
numeralia sebagai pewatas. Bentuk-bentuk nominal yang dapat mengisi komponen hulu
dapat berupa kata, seperti pada frase berbagai situasi, atau frase, seperti pada frase semua
kevulgaran piliran si tokoh. Untuk pewatasnya, kategori numeralia yang mengisi dapat
berupa numeralia dasar, seperti semua, numeralia turunan, seperti berbagai, dan frase
numeralia, seperti salah satu.
g)
Art + N
para penulis Indonesia
sang Bapak
si anak
Frase dengan pola ini memiliki unsur-unsur berupa kategori nomina sebagai hulu dan
komponen pewatas berupa artikula.
h)
Yang + N/V/Num /FP
yang berperan sebagai pengasuh anak
yang ingin disampaikan
Frase nominal dengan pola ini diawali dengan unsur yang yang menjadi pewatas.
Unsur-unsur setelahnya, apa pun kategorinya, baik nomina, verba, numeralia, maupun
frase preposional merupakan komponen hulu frase.
Dengan pola yang dibuat oleh M. Ramlan pun masih terdapat bentuk-bentuk frase
nominal yang tidak dapat dikelompokkan. Frase-frase tersebut adalah bukan hanya sekedar
cerita, pakem-pakem ketat dan tradisi feminim yang merupakan penggabungan nomina
dengan ajektiva atau berpola N + A. Walaupun demikian, frase yang tidak memiliki
kelompok pola dalam pengelompokkan frase berdasarkan pola yang dibuat Harimurti, pada
pengelompokkan Ramlan dapat dikelompokkan.
Frase yang berperan sebagai pengasuh anak dan yang ingin disampaikan yang
polanya tidak terdapat dalam pengelompokkan Hatimurti, dalam pengelompokkan Ramlan
termasuk ke dalam pola Yang + V. Menurut teori Harimurti, frase-frase tersebut bukanlah
termasuk frase endosentris, atau lebih khusus lagi frase nominal, melainkan frase
eksosentris nondirektif.
Untuk frase ruang interpretasi terbuka dan misi tertentu, pola yang tepat dalam
pengelompokkan Ramlan adalah pola N + V. Bila Harimurti membedakan pola antara frase
nominal dengan pewatas bentuk berimbuhan ber- dan me-, dan tidak mencantumkan pola
untuk frase nominal berpewatas bentuk berimbuhan ter-, Ramlan mengelompokkan tiga
bentuk tersebut ke dalam pola yang sama, yakni N + V.
Penjelasan Harimurti yang mengatakan bahwa kelas kata yang mengisi bagian hulu
dalam frase modikatif menjadi penentu kelas frase yang akan terbentuk tidak berlaku untuk
frase yang berperan sebagai pengasuh anak
dan yang ingin disampaikan. Frase
tersebut masing-masing memiliki hulu berperan sebagai pengasuh anak dan ingin
disampaikan yang merupakan verba dengan pewatas yang yang bertugas sebagai
pembentuk nomina. Walaupun demikian, frase tersebut termasuk kategori frase nominal
karena perlakuannya dalam klausa serupa dengan nomina. Sebagai nomina, dalam data
frase tersebut mengisi gatra subjek.
Yang berperan sebagai pengasuh anak adalah sang Bapak
S
P
O
Bila Harimurti dan Ramlan membuat pola berdasarkan urutan kata atau frase
penyusunnya, Abdul Chaer membuat pola berdasarkan urutan hulu dan pewatasnya. Hulu
sebagai inti frase adalah unsur yang diterangkan, sedangkan pewatas sebagai penjelas
adalah unsur yang menjelaskan hulu. Berdasarkan urutan hulu dan pewatas tersebut,
terdapat dua pola frase nominal, yakni pola Diterangkan-Menerangkan (D-M) dan pola
Menerangkan-Diterangkan (M-D). Pola D-M berarti pewatas didahului hulu dan pola M-D
berarti kebalikannya.
Sebagai contoh, frase cerita-cerita dari ranah tradisi dan berbagai situasi. Masingmasing frase tersebut secara berurutan berpola D-M dan M-D. Pada frase cerita-cerita dari
ranah tradisi, unsur cerita-cerita diterangkan oleh unsur dari ranah tradisi, sedangkan
pada frase berbagai situasi, unsur berbagai menerangkan unsur situasi. Berikut daftar frase
nominal dalam atikel “Mencari „Karya Sastra‟ yang Menguntungkan Perempuan?” yang
telah dikelompokkan berdasarkan pola Abdul Chaer.
D-M
M-D
- cerita-cerita dari ranah tradisi
- berbagai situasi
- dugaan ini
- salah satu propinsi
di Indonesia
- tradisi ini
- semua ingatan
- tradisi lisan
- bukan hanya sekedar
- dampak tradisi bertutur ini
cerita
- gerakan perempuan Indonesia
- sang vagina
- kebuntuan komunikasi
- seorang penikmat
- dugaan lain
- sang Bapak
- inspirasi dan referensi gerakan perempuan
- si anak
- beban penterjemahan peristilahan
- yang ingin
disampaikan
- dugaan itu
- seorang lelaki
- media rekayasa sosial ala tradisi
- para penutur
- daerah tujuan wisata
- suatu wilayah
- kisah Calon Arang
- yang berperan
- bali yang punya tradisi kesenian yang
menjadikan tema Calon Arang tak hanya
sebagai pengasuh
anak
sebagai cerita
- satu cerita
- ranah tradisi Bali
- cara mencekalnya
- cerita bertuah
- pakem-pakem ketat
Berdasarkan frase dengan pola yang dibuat Abdul Chaer yang penulis temukan
dalam data, pewatas, atau unsur yang menerangkan, pada frase berpola D-M adalah berupa
kategori nomina, verba, ajektiva, dan demonstrative. Adapaun komponen hulunya, semua
frase diisi oleh kategori nomina. Untuk frase berpola M-D, komponen pewatas dapat diisi
oleh kategori numeralia, adverbia, arikula, dan konjungsi (yang), sedangkan komponen
hulunya dapat berupa kategori nomina atau verba (bila pewatasnya yang).
Latihan
pertemuan 4-5
1. Di bawah ini adalah frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya. Berilah tanda
pada kelompok frase dibawah ini
No
Frase berdasarkan kesetaraan
distribusi unsur-unsurnya
1
Susi anak Pak Saleh, sangat pandai.
2
Dia berlari di lapangan
3
Matahari diufuk barat hampir
terbenam
4
Paman dan bibi suda lama tidak
megunjungi kami.
5
Kerbau, lembu, dan kambing adalah
hewan piaraan
6
Bajunya terbuat dari sutera
7
Siapa yang harus
pergi, saya atau Anda?
8
Anak nakal itu dihukum gurunya.
9
Si terdakwa di ganjar hukumun
seumur hidup
10
Sampai sekarang adik belum pulang
11
Anak-anak itu akan memancing.
12
Para mahasiswa mengerjakan tugas
Frase endosentris
Koordinatif
Atributif
Frase eksosentris
Apositif
Direk
Non
tif
direktif
kelompok
13
14
Cita-citanya tinggi sekali.
Rumah besar itu sudah dijual.
2. Jelaskan pengertian frase endosentris koordinatif, frase endosentris apositif, frase
endosentris atributif dan buatlah masing-masing 3 contoh !
3. Jelaskan pengertian frase eksosentris direktif dan frase eksosentris non direktif buatlah
masing-masing 3 contoh !
4. Jenis frase ditinjau dari persamaan distribusi dengan kategori atau golongan kata. Berilah
tanda
No
Ayahnya seorang guru
2
1.
2.
Murid-murid makan
dan minum di kantin.
Pohon
cemara
itu
meliuk-liuk
terkena
tiupan angin
4
5
frase ditinjau dari
persamaan distribusi
dengan kategori kata
Ani sangat bangga
menggunakan produk
dari dalam negeri
1
3
pada kelompok frase dibawah ini
3.
4.
5.
Kami
mendengar
pidato presiden.
Amir sedang membaca
Frase
nominal
Frase
verbal
Frase
adjektival
Frase
pronomina
Frase
numeral
Frase
preposisi
Frase
konjungsi
Koran
6
7
6.
7.
Saya sendiri akan pergi
ke pasar
8
9
Anak itu bodoh sekali.
8.
9.
Kami akan bekunjung
ke Tanah Toraja
10.
11. Kamu semua akan
10 pergi studi wisata
12.
13. Mereka itu
11 malas belajar
sangat
14.
15. Kami boleh menyanyi
12 atau menari.
16.
17. Anak itu bermain
1318. lompat tali.
14
karena sakit ayah tidak
masuk kerja
19.
15
Bunga itu warnanya
merah jambu.
16
Pohon kelapa itu tinggi
sekali
20.
21. Ibu membeli baju
17 putih.
18
Didorong dengan keras
22.
23. Buku itu miliknya
19
24.
25. Lima atau enam orang
20 bertopeng kegelapan
pada gang itu.
26. Ibu membeli baju
putih.
21
27.
28. Didorong dengan keras
22
29.
30. Buku itu miliknya
23
31.
32. Lima atau enam orang
24 bertopeng melintasi
kegelapan pada gang
itu.
√
Rangkuman
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif atau satu
konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. frase dapat menduduki fungsi S,
P, O, Pel, Ket. jenis frase berdasarkan kesetaraan distribusi unsur-unsurnya dibagi menjadi dua
yaitu frase endosentris dan eksosentris. frase endosentris dibagi lagi menjadi tiga yaitu
endosentris apositif, endosentris koordinatif, endosentris atributif sedangkan eksosentris dibagi
menjadi dua yaitu eksosentris direktif dan eksosentris non direktif .Jenis frase ditinjau dari segi
persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase
verbal, frase ajektival, frase, pronomina, frase numeralia, frase konjungsi, frase preposisi.
BAB II
KLAUSA
A. Pendahuluan
1. Deskripsi isi
Pada bab ini membahas Pengertian Klausa, jenis klausa dibagi menjadi lima jenis.
klasifikasi klausa berdasarkan struktur intern dibagi menjadi dua yaitu klausa lengkap,
klausa tidak lengkap, jenis klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi dibagi menjadi
dua yaitu klausa positif dan klausa negatif, jenis klausa berdasarkan kategori yang
menduduki fungsi P dibagi menjadi 6 klausa nomina, klausa verba, klausa adjektiva,
klausa numeral, klausa preposisi, klausa pronominal, jenis klausa berdasarkan potensinya
untuk menjadi kalimat dibagi menjadi dua klausa bebas dan klausa terikat jenis klausa
berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat dibagi menjadi duan klausa atasan dan
klausa bawahan. Pada bab ini juga dibahas cara menganalisis klausa. menganalisis klausa
dibagi menjadi tiga cara yaitu analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, analisis
klausa berdasarkan kategori kata, analisis klausa berdasarkan makna unsur-unsurnya
2. Kompetensi dasar
Mampu memahami, menguasai serta menganalisis klausa
3. Indikator
Mahasiswa
mampu
memahami,
menguasai
mengklasifikasikannya kedalam lima jenis
4. Tujuan Pembelajaran
serta
menganalisis
materi
klausa
Mahasiswa dapat memahami, menguasai, menganalisis dan mengklasifikasikan materi
klausa
B. Uraian Materi
Pertemuan 5 dan 6
Uraian Pokok Bahasan : Pengertian klausa dan jenis-jenis klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Kelima dasar itu adalah:
a. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti
klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S
sedangkan P sebagai inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa
berdasarkan struktur internnya adalah :
a. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir klausa ini diklasifikasikan
lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi
1) Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. contoh:
Rani belajar di rumah
Kondisinya sudah baik
2) Klausa inverse yaitu klausa yang P-nya mendahului S. contoh:
Sudah baik kondisinya
b. Klausa tidak lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya
dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain
dihilangkan
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan:
a. Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P. contoh :
Paman berlibur ke Bali
b. Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh:
Paman tidak berlibur ke Bali
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara
semantic belum tentu menegatifkan P. dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya,
memang secara gramatik dan secara semantic menegatifkan P. tetapi, dalam klausa
Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan
bisa menegatifkan O. kalau yang dimaksudkan „Dia tidak mengambil sesuatu apapun‟
kata negasi itu menegatifkan O. misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau,
melainkan sendok
3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
Nomina. Contoh :
a) Dia seorang dokter
b) pidato presiden kami dengarkan
c) Ani membeli buku bahasa Indonesia.
d) Ia menyaksikan ombak memutih.
e) Ayah membeli kerbau dua ekor.
f) Ayah Amir adalah seorang guru sekolah dasar
g) Udara pagi ini sangat segardonesia
b. Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
verba. Frasa verbal (FV) adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya verba
dan modifikatornya (pewatasnya) berupa partikel modal, partikel ingkar, frasa
adverbial, atau adverbial Contoh;
a) dia membantu para korban banjir
b) Andi datang bersama teman kelasnya
c) Untuk ke Jakarta, kita harus naik kereta api dari Jogjakarta
d) Anto bekerja sebagai salesman di perusahaan itu
e) Pesawat itu akan mendarat.
f) Pemuda itu sering merayu.
g) Ani sudah makan.
c. Klausa adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektiva. Contoh;
a) adiknya sangat gemuk
b) hotel itu sudah tua
c) Buku itu terlalu banyak.
d) Gedung baru itu sangat megah.
e) Bunga itu sangat indah.
f) Ani menyanyi dengan gembira.
d. Klausa Numeralia
Klausa numerelia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
numerelia. Contoh;
mahasiswanya Sembilan orang
a. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
b. Andi memiliki lima orang saudara
c. Hewan qurban kali ini berjumlah 50 ekor
d. Kakak kelima andi bernama Isra
e. Kedua bersaudara itu sangat akur
f. Aku telah memberinya kesempatan kedua, tapi dia selalu menyia-nyiakannya
g. Ksempatan hanya datang sekali dalam hidup
e. Klausa preposisional
Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja
f. Klausa Pronomina
Klausa Pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk Pronomina
Contoh;
a) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah
b) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya
c) Buku harian itu milik Hendra
d) Ia menggunakan seragam sekolah yang bersih kesekolah
e) Itu salah satu contoh yang baik untu ditiru
f) Bukan itu yang saya mau, tapi yang ini
g) Seragam sekolahnya itu dia beli dipasar
4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas
a. Klausa bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi,
klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi
sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang
merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas
dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada
wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh; anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin
b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep
yang merangkum: panggilan, salam, judul, motto, pepatah dan kalimat telegram.
5. klasifikasi klausa berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat
a. Klausa atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang lain
Contoh: ketika paman datang, kami sedang belajar.
b. Klausa bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari
klausa
Contoh : dia mengira bahwa hari ini akan hujan
berdasarkan
struktur intern
berdasarkan ada
tidaknya unsur
negasi
klausa
lengkap
klausa tidak
lengkap
klausa positif
klausa
negatif
klausa
nominal
klausa verbal
klasifikasi
klausa
berdasarkan
kategori yang
menduduki
fungsi P
klausa
adjektival
klausa
numeral
klausa
preposisi
klausa
pronomina
berdasarkan
potensinya untuk
menjadi kalimat
berdasarkan
kriteria tatarannya
dalam kalimat
klausa bebas
klausa
terikat
klausa
atasan
klausa
bawahan
Latihan pertemuan 5-6
1. coba Anda kemukakan jenis-jenis klausa kemudian berikan contohnya?
Pertemuan ke 7
Uraian pokok bahasan : Analisis Klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya
berdasarkan fungsi
unsur-unsurnya
analisis klausa
berdasarkan kategori
atau frase yang
menjadi unsurnya
berdasarkan makna
unsur-unsurnya
1. Analisis klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket.
Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu
klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S,
P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang S dan P kadang
terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari
P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
a.
S dan P
Budi(S) Tidak berlari-lari(P)
Badannya(S) sangat lemah(P)
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dari golongan
kata verbal intransitive, dan mungkin juga terdiri dari golongan-golongan lain. Apabila
terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P.
Contoh Panitia(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni
b.
O dan Pel
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dari golongan
kata verbal intrasitif, dan mungkin pula terdiri dari golongan-golongan kata yang lain.
Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang
mengikuti P itu. Misalnya :
Contoh : Pemerintah akan menyelenggarakan pentas seni
Klausa pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni terdiri dari tiga unsure
funsional, ialah pemerintah sebagai S, unsure akan menyelenggarakan sebagai P, dan
unsur pesta seni sebagai O, yang di sini merupakan O1.
O1 selalu terletak di belakang P yang terdiri dari kata verbal transitif. Karena P itu
sendiri dari kata verbal transitif. Maka klausa itu dapat diubah menjadi klausa pasif.
Apabila dipasifkan, kata atau frase yang menduduki fungsi O1 selalu menduduki
fungsi S. Misalnya apabila klausa dalam kalimat tersebut dipasifkan, akan menjadi :
Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah.
Pesta seni yang dalam klausa (1) menduduki fungsi O1, dalam klausa kalimat (1.1)
menduduki fungsi S.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa O1 mempunyai cirri selalu terletak di
belakang P yang terdiri dari dari kata verbal transitif, dan kalau klausa itu dirubah dari
klausa aktif menjadi klausa pasif.
PEL mempunyai persamaan dengan O, baik O1 maupun O2 ialah selalu terletak di
belakang P. perbedaannya ialah O selalu terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan,
sedangkan PEL terdapat dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif.
Misalnya :
1.
Orang itu selalu berbuat kebaikan.
S
P
PEL
S klausa kalimat di atas ialah orang itu, P-nya selalu berbuat, dan kata kebaikan
menduduki fungsi PEL.
Contoh-contoh lain misalnya :
2.
Negara Indonesia berdasarkan Pancasila.
3.
Teman orang itu sedang menyanyi.
4.
Banyak orang asing belajar bahasa Indonesia.
5.
Orang tua anak itu berjualan bakmi di pasar.
Berturut-turut PEL klausa kalimat-kalimat di atas ialah Pancasila (2), menyanyi(3),
bahasa Indonesia(4), dan bakmi(5).
c.
Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O, dan PEL dapat diperkirakan
menduduki fungsi KET. Berbeda dengan O dan PEL yang selalu terletak dibelakang P,
dalam suatu klausa KET pada umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya dapat
terletak di depan S-P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di
belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan
diantara P dan PEL karena O dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat
langsung di belakang P, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian.
Misalnya :
1.
Akibat taufan desa-desa itu musnah.
Dalam kalimat (1) di atas unsur yang menduduki fungsi KET ialah unsur
akibat taufan yang terletak di muka S-P, unsur KET itu dapat dipindahkan ke
belakang S-P, menjadi :
a. Desa-desa itu akibat taufan musnah.
b. Desa-desa itu musnah akibat taufan.
Tetapi apabila ada O atau PEL-nya, maka unsur KET itu tidak dapat dipindahkan
ke tempat di antara P dan O atau PEL, kecuali apabila O itu terdiri dari frase yang
panjang. Misalnya :
2.
Udin membersihkan kacamatanya dengan selampai putih.
Unsur yang menduduki fungsi KET ialah unsur dengan selampai putih yang
terletak di belakang sekali. Unsur tersebut dapat dipindahkan ke depan S-P dan ke
tempat di antara S dan P, menjadi :
a. Dengan selampai putih Udin membersihkan kacamatanya.
b. Udin dengan selampai putih membersihkan kacamatannya.
Tetapi tidak dapat dipindahkan ke tempat di antara P dan O menjadi :
Udin membersihkan dengan selampai putih kacamatanya.
hari ini ibu pergi ke kantor, tidak seperti biasanya wajah ibu tampak pucat. aku
khawatir terhadap kondisi ibu. aku yakin ibu sakit karena sebelumnya aku melihat ibu
meminum obat
Pertemuan ke 9
Uraian pokok bahasa : Analisis Klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi
pembentuknya
Analisis klausa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi pembentuknya Analisis klausa
berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi unsur-unsur klausa ini disebut analisis
kategorial, analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari
analisis fungsional
.
contoh:
Ibu
Memasak
Ikan
Tadi pagi
F
S
P
O
Ket
K
N
V
N
Ket
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi
S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskanbahwa fun gsi S terdiri dari N,
fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiridari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan
fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.Fungsi-fungsi itu di samping terdiri dari kategori-kategori kata
atau frase jugaterdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi
fungsiberkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain
Contoh :
Dinda
Menemani
Adiknya
Di tempat
Beberapa
tidur
saat
F
S
P
O
Ket 1
Ket 2
K
N
V
N
FD
N
M
Pelaku
Pembuatan
Penderita
Tempat
Waktu
Pertemuan Ke 10
Uraian pokok bahasan : Analisis Klausa berdasarkan makna unsur-unsurnya
Analisis klausa berdasarkan makna unsur-unsurnya
a. Makna Unsur Pengisi P
1) Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna
"Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu
'Dinda'
2) Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh :

Rambutnya hitam dan lebat

Rumah itu sangat besar

Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna
keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya :

Rumah itu sangat bersih

Kami sudah mengantuk
2. Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah.
Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya :

Mahasiswa itu sangat rajin

Perempuan itu ramah sekali

Pohon cemara itu sangat tinggi
3. Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut
proses. Misalnya :

Hujannya mereda

Pengaruhnya semakin meluas
4. Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya :

Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.

Setiap orang menyukai perbuatan baik

Orang itu sangat sayang kepada binatang
3) Menyatakan Makan 'Keberadaan"
Contoh :
 Para tamu di ruang depan
 Arie berada diruang baca
 Dinda tinggal di luar kota
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna
"perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
4) Menyatakan makna "pengenal"
Contoh :

Orang itu adalah pegawai kedutaan

Mereka adalah imahasiswa Um

Dia adalah teman kecil saya
5) Menyatakan makna "jumlah"
Contoh :

Rumah itu dua rumah

Anak orang itu lima

Kaki meja itu empat
6) Menyatakan makana "perolehan"
Contoh :

Ariel memiliki mobil

Dinda mendapat hadiah

Sayur-sayuran itu mengandung banyak vitamin
b. Makna Unsur Pengisi S
1. Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh :

Seorang perempuan tua membeli beras.

Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
2. Menyatakan makna "alat"
Contoh :

Truk-truk itu mengangkut beras.

Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
3. Menyatakan makna "sebab"
Contoh :

Banjir besar itu menghancurkan kota.

Kamar itu panas karena perapian.
4. Menyatakan makna "penderita"
Contoh :

Benda itu dipukulkannya dengan batu lain.

Jalan-jalan sedang diperbaiki.
5. Menyatakan makna "hasil"
Contoh :

Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah.

Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari Kalimantan.
6. Menyatakan makna "tempat"
Contoh :

Para turis banyak berkunjung ke pantai Kutai.

Gua itu belum pernah dimasuki orang.
7. Menyatakan makna "penerima"
Contoh :

Seorang ayah membelikan sepeda baru untuk anaknya

Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya
8. Menyatakan makna "pengalaman"
Contoh :

Rambutnya hitam dan lebat

Lukanya membesar
9. Menyatakan makna "dikenal"
Contoh :

Orang itu pegawai kedutaan

Dia adalah teman saya
10. Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh :

Kaki meja itu empat

Anak orang itu lima
c. Makna Unsur Pengisi O (1)
1. Menyatakan makna "penderita"
Contoh :

Ia menebang pohon.

Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
2. Menyatakan makna "penerima"
Contoh :

Ahmad membeli buku baru untuk anaknya.

Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.
3. Menyatakan makna "tempat"
Contoh :

Banyak turis mengunjungi candi Borobudur.

Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
4. Menyatakan makna "alat"
Contoh :

Polisi menembak penjahat dengan pistolnya

Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
5. Menyatakan makna "hasil"
Contoh :

Pemerintah membuat jalan-jalan baru.
d. Makna Unsur Pengisi O (2)
1. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Ariel membelikan anaknya buku baru.
2. Menyatakan makna "hasil".
Contoh : Penjahit membuatkan kebaya ibu.
e. Makna Unsur Pengisi PEL
1. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman.
2. Menyatakan makna "alat".
Contoh : Ia bersenjatakan bambu runcing.
f. Makna Unsur Pengisi KET
1. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Aku mengitari rumah dari samping.
2. Menyatakan makna "waktu"
Contoh : Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin.
3. Menyatakan makna "cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan skripsi.
4. Menyatakan makna "peserta"
Contoh : Arie senang bercakap-cakap denganku
5. Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan tangan kiri.
6. Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup.
7. Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan.
8. Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Arie telah menyerukan kata awas beberapa kali.
9. Menyatakan makna "perbandingan"
Contoh : Arie sangat pandai seperti kakaknya.
10. Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya.
Predikat
Subjek
Objek (1)
Objek (2)
Pelengkap
Keterangan
Pembuatan
Pelaku
Penderita
Penderita
Penderita
Tempat
keadaan
Alat
Penerima
Hasil
Alat
Waktu
Keberadaan
Sebab
Tempat
Cara
Pengenal
Penderita
Alat
Penerima
Jumlah
Hasil
Hasil
Peserta
Pemerolehan
Tempat
Alat
Penerima
Sebab
Pengalaman
Pelaku
Dikenal
Keseringan
Terjumlah
Perbandingan
Hasil Alat
Perkecualian
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Ringkasan Makna Klausa
1. Penanggap : benda bernyawa, mengalami proses psikologis
Mencintaku, menderita
2. Pelaku : benda bernyawa atau tidak bernyawa yang mendororng suatu proses atau yang
bertindak
Sinta memegang pensil
Kabut meyelimuti bumi
3. Tokoh : benda bernyawa yang diterangkan oleh benda lain atau yang memerankanapa
yang disebut predikator
Pak Budi guru kami
4. Pokok : benda tidak bernyawa yang diterangkan oleh benda lain atau yang memerankan
apa yang disebut predikator
Gudeg adalah makanan khas Jawa Tengah
5. Ciri : benda yang menerangkan benda lain
Pak Ali berambut ikal
6. Penderita : benda bernyawa yang mengalami perubahan secara fisik atau yang berubah
Dia menyayangi adiknya
7. tempatnya atau letaknya ( yang dimiliki, yang diperoleh, atau yang dipertahankan )
8. Sasaran benda tak bernyawa yang mengalami perubahan fisik/ brubah tempat atau
letaknya
9. Adik makan apel
10. Hasil : benda yang mengalami atua mengkhususkan predikator atau yang menjadi hasil
tindakan predikator
Ibu menanak nasi
11. Pemeroleh : benda yang mendapat keuntungan dari predikator
Ibu menjahitkan adik baju
12. Ukuran : benda yang mengungkapkan banyaknya atau ukuran predikator
13. Alat : benda yang bernyawa dipakai oleh pelaku untuk menyelesaikan masalah perbuatan
Ibu memotong daging dengan pisau
14. Tempat : tempat predikator terjadi
Tuti mengambil uang di bank
15. Asal : tempat yang menjadi sumber predikator
Anak itu jatuh dari tangga
16. Jangkauan : batas lokasi predikator
DKI Jakarta meliputi lima kota
17. Cara : ciri perbuatan
Ia pergi tanpa pemisi
18. Peserta : benda yang mengikuti predikator
Ibu dokter memeriksa semu pasiennya
19. Arah batas kegiatan predikator
Pemburu itu membidikan panah ke rusa itu
20. Waktu
Ketika hujan sudah reda, ia akan pergi
Latihan 1
Pertemuan 7, 9, 10
1. Coba Anda analisis paragraf dibawah ini
a. hitung jumlah klausa pada paragraf tersebut
b. klasifikasikan berdasarkan jenis klausa
c. analisis klausa tersebut berdasarkan fungsi unsur-unsurnya, berdasarkan kategori frase
yang menjadi unsurnya, berdasarkan makna unsur-unsurnya
cuaca hari ini hujan, aku tidak berani keluar rumah jika ibu tidak menemani ku, awalnya
aku akan pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku, tetapi niat itu aku batalkan
latihan 2
1. Pilihlah, termasuk jenis klausa atau frase atributif berimbuhankah pernyataan di bawah ini ?
Berilah penjelasan!
No
Pernyataan
1
mobil termahal itu
2
mobil itu sangat mahal
3
jalan berlubang itu
4
pohon beranting
5
jalan itu berlubang
6
jalan berlumpur
7
tangga berjalan
8
anak berjalan
9
orang berjilbab
10
orang itu berjilbab
Penjelasan
Rangkuman
Klausa adalah satuan gramatikal yang sekurang-kurangnya memiliki S, P. Klausa
merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum
mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang
sudah ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa
kalimat tersebut sudah selesai.
Jenis-jenis klausa ( klasifikasi klausa berdasarkan struktur intern { klausa lengkap, klausa
tidak lengkap}, berdasarkan ada tidaknya unsur negasi { klausa positis, klausa negatif},
berdasarkan kategori yang menduduki fungsi P{ klausa nomina, klausa verba, klausa adjektiva,
klausa numeral, klausa preposisi, klausa pronominal }, berdasarkan potensinya untuk menjadi
kalimat {klausa bebas, klausa terikat}, berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat { klausa
atasan, klausa bawahan} )
Ada tiga cara untuk menganalisis klausa, analisis klausa berdasarkan fungsi unsurunsurnya, analisis klausa berdasarkan kategori frase yang menjadi unsurnya, analisis klausa
berdasarkan makna unsur-unsurnya.
BAB III
KALIMAT
A. Pendahuluan
1. Deskripsi isi
Pada bab ini membahas Pengertian kalimat Pengertian kalimat, ciri kalimat, Jenis-jenis
kalimat berdasarkan jumlah frase ( struktur gramatikal): tunggal, majemuk ; setara, bertingkat,
campuran, Jenis-jenis kalimat berdasarkan pola subjek-predikat: kalimat inverse, kalimat
versi, Jenis-jenis kalimat berdasarkan pengucapannya : kalimat langsung, kalimat tidak
langsung, Jenis-jenis kalimat berdasarkan subjeknya : kalimat aktif, kalimat pasif, Jenis-jenis
kalimat berdasarkan isi atau fungsinya : kalimat berita, kalimat Tanya, kalimat larangan,
kalimat seruan, Jenis-jenis kalimat berdasarkan unsur kalimat: kalimat lengkap, kalimat tidak
lengkap, Jenis-jenis kalimat berdasarkan gaya penyajiannya : kalimat melepas, kalimat
klimaks, kalimat berimbang, Kalimat efektif, serta hubungan antar klausa
2. Kompetensi dasar
Mampu memahami, menguasai, serta menganalisis kalimat.
3. Indikator
Mahasiswa mampu memahami, menguasai serta menganalisis materi kalimat berdasarkan
jumlah frase (struktur gramatikal), berdasarkan pola subjek-predikat, berdasarkan
pengucapannya, berdasarkan subjeknya, berdasarkan isi atau fungsinya, berdasarkan unsur
kalimat,
klausa
berdasarkan gaya penyajiannya, serta mampu menganalisis
hubungan antar
4. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat memahami, menguasai, menganalisis dan mengklasifikasikan kalimat
Pertemuan ke 11
Uraian pokok bahasan : Pengertian, ciri-ciri Kalimat, kalimat gramatikal
1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis
sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P. Sebuah kalimat, panjang atau pendek, harus
terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena
diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada
keduanya. Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang
disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan,1981:6). Kalimat adalah satuan gramatik yang
ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu
sudah selesai (lengkap).
Ahli tata bahasa tradisional menyatakan bahwa kalimat adalah satuan kumpulan kata
yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Misalnya, “Saya makan nasi.” Defenisi
tersebut tidak universal karena kadangkala ada kalimat yang terdiri atas satu kata tetapi
maknanya dapat dipahami secara lengkap, misalnya Pergi! (pergi dari sini sekarang juga).
Kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan*), sedang
intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap (Keraf, 1984:156). Pengertian
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1982:72) bahwa “kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual dan potensial terdiri dari klausa. Misalnya:

Diam!

Amin membeli kue di pasar.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian
terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan.
Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh
intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau
asimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2. Ciri-ciri Kalimat
Susilo (1990:2) mengemukakan lima ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah:
bermakna, bersistem urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat
yang lain, berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ciri tersebut ialah ciri
umumsebuah kalimat. kalimat yang memenuhi kelima ciri tersebut ialah kalimat bahasa
Indonesia, namun hal itu belum menjamin bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia
baku.
Contoh kalimat:
di tempat itu dijadikan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu
karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku menurut Susilo
(1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur mubazir, bebas dari kontaminasi,
bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa
Indonesia.
Kalimat Gramatikal
Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi kaidah yang
berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut Susilo (1990:4) ialah
harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase (frasiologi), tata morfem (morfologi) dan
tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri
atas unsur subjek dan unsur predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa
objek atau keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua
unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak akan
memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur predikat takkan
memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
George W. Bush telah kehilangan akal untuk menemukan keberadaan Usamah.
Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat kehilangan
akal, dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah. Jika unsur keterangan
dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam tatanan kalimat bahasa Indonesia.
Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur predikatnya dihilangkan maka kalimat itu
menjadi tak memiliki makna.
Kata-kata Mubazir Dalam Bahasa Indonesia
Dalam pembuatan kalimat pemakaian kata-kata harus diperhitungkan penggunaan
fungsinya. Jika, ada unsur kata yang tidak berfungsi dalam sebuah kalimat akan menimbulkan
kalimat menjadi tidak baku. Menurut Susilo (1990:10) kata-kata mubazir ialah kata-kata yang
tidak berarti dan tidak berfungsi. Unsur mubazir dalam suatu kalimat dapat disebabkan oleh
faktor bahasa asing. Misalnya kata adalah pada kalimat gadis itu adalah mahasiswa unesa.
Kata adalah merupakan pengaruh to be (is) dalam bahasa inggris the girl is unesa student. To
be (is) dalam bahasa Inggris merupakan sendi kalimat yang tak bisa ditinggalkan (badudu,
1980:132). Struktur bahasa Indonesia berbeda dengan struktur bahasa Inggris, sehingga
pemakaian kata adalah dalam kalimatgadis itu adalah mahasiswa unesa tidak diperlukan
dalam struktur bahasa Indonesia. Pemakaian dua kata yang sama dalam sebuah kalimat juga
merupakan pembubaziran kata, seperti dalam kata: demi untuk, agar supaya, amat sangat,
mulai dari, sejak dari. Seharusnya hanya salah satunya yang dipakai tidak perlu memakai
keduanya. Misalnya: demi atau untuk, agar atau supaya, amat atau sangat, mulai atau dari,
sejak atau dari.
Kontaminasi
Kontaminasi berarti rancu atau kacau. Kontaminasi dalam bahasa Indonesia berarti
kerancuan akibat munculnya dua bentuk yang sama dalam sebuah kalimat. Susilo (1990:10)
menyatakan kontaminasi merupakan kerancuan dua kalimat, dua unsur atau dua struktur,
biasanya dapat dikembalikan pada bentuk asalnya. Kerancuan dalam bahasa Indonesia oleh
badudu (1980:60) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;
1. Kontaminasi bentuk kata, kontaminasi bentuk kata merupakan kerancuan yang
diakibatkan oleh pembentukkan kata-kata baru. Kata dipelajarkan merupakan unsur
kontaminasi
yang
berasal
dari dua
bentuk
dipelajari
dan
diajarkan.
Kata
mengenyampingkan juga merupakan kerancuan bentuk kata. Kata ini berasal dari kata
dasar samping lalu diikuti kata depan ke yang menjadi ke samping. Kata ke samping lalu
mengalami penambahan imbuhan me-kan sehingga merubahnyanya menjadi kata
mengesampingkan. Kata daras samping juga ada yang langsung diberi imbuhan me-kan
sehingga
menjadi
menyampingkan,
antara
kata
mengesampingkan
dengan
menyampingkan kemudian mengalami kerancuan kata menjadi mengenyampingkan.
2. Kontaminasi bentuk frasa, kalimat bahasa Indonesia terdiri dari beberapa frasa. Frasa
ialah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif (kridalaksana, 1982:46).
Kalimat berulang kali ia telah dinasehati terdiri dari tiga frasa berulang kali, ia, telah
dinasehati. Kata berulang kali berasal dari kata berulang-ulang dan berkali-kali, kedua
kata itu kemudian digabungkan sehingga menjadi kata berulang kali yang sebenarnya
merupakan frasa yang rancu.
3. Kontaminas bentuk kalimat, kontaminasi kalimat terlihat pada contoh kalimat ini
Mahasiswa dilarang tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir. Jika, ada yang
bertanya tentang pertanyaan tersebut apa yang dilarang jawabnya adalah tidak boleh
memalsu tanda tangan daftar hadir (tidak memalsu tanda tangan daftar hadir) makna
kalimat ini justru bertolak belakang dengan maksud sebenarnya. Kerancuan kalimat
tersebut dapat dikembalikan pada bentuk aslinya sebagai berikut:
1. Mahasiswa dilarang memalsu tanda tangan daftar hadir.
2. Mahasiswa tidak boleh memalsu tanda tangan daftar hadir.
Interferensi
Dalam perkembangannya bahasa Indonesia mengalami banyak masukan dari bahasa
daerah di Indonesia maupun bahasa asing. Kosa kata yang berasal dari bahasa daerah
misalnya mantan, nyeri, gambut dsb. Sedangkan kosa kata asing yang masuk ke bahasa
Indonesia berasal dari berbagai negara misalnya kosa kata Belanda lapor, polisi, kantor dan
bahasa Inggris misalnya ekonomi, remidi, biografi dsb. Kosa kata yang berasal dari Arab
seperti pasal, wakaf, wajib, wahyu dsb. Kosa kata dari bahasa portugis seperti nona, permen,
jendela dsb.
Masuknya unsur bahasa daerah dan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat
menguntungkan dan merugikan bahasa Indonesia. Menurut Susilo (1990:11) unsur yang
memeperkaya bahasa Indonesia dapat diterima sebagai unsur serapan, sedangkan unsur yang
memiskinkan ditolak karena merugikan bahasa Indonesia. Interfensi tidak hanya terjadi pada
bahasa Indonesia saja, tapi juga terjadi pada bahasa daerah yang mengalami interferensi
dengan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Seperti yang terlihat pada kata sekolahan
konteks kalimat saya akan berangkat ke sekolahan. kata sekolahan interferensi dari bahasa
jawa. Di dalam bahasa Indonesia seharusnya kalimat berbunyi saya akan berangkat
kesekolah. Interferensi bahasa daerah yang lain pada kata latihan dengan konteks kalimat
anak-anak sedang latihan drama. Dalam bahasa Indonesia akhiran -an berfungsi untuk
membentuk kata benda, sedangkan kata latihan berfungsi sebagai kata kerja.
Lafal Bahasa Indonesia Baku
Pemakaian lafal sebagai ujaran dalam bahasa Indonesia masih sering dipakai secara tidak
konsisten oleh masyarakat. Lafal bahasa Indonesia baku menurut badudu (1980:115) lafal
yang tidak memperdengarkan "warna" bahasa daerah, dialek dan "warna" lafal bahasa asing.
Ketidak bakuan dalam pelafalan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah seperti lafal
t yang dilafalkan oleh penutur bahasa Jawa dan Bali pelafalannya menjadi th seperti pada kata
kota untuk bahasa Bali dan bathi (untung) untuk bahasa Jawa. Ketidakbakuan akibat pengaruh
asing juga terdapat pada pelafalan pasca suku kata ca seharusnya dilafalkan sesuai bentuk
fisiknya, namun pelafalan yang lebih sering terdengar ialah suku kata ka seperti pelafalan
pada kata suka. Kata pasca berasal dari kata sanksekerta yang berarti sesudah.
Latihan
Pertemuan 11
1. Jelaskan pengertian kalimat menurut beberapa ahli, kemudian Anda simpulkan menurut
pendapat Anda sendiri ?
Pertemuan ke 12
Uraian pokok bahasan : Jenis-jenis Kalimat berdasarkan jumlah frase, berdasarkan pola
subjek -predikat
Jenis-jenis Kalimat
Kalimat memiliki beberapa jenis yang membedakannya, yaitu:
1. Berdasarkan Jumlah Frase (Struktur Gramatikal)
A . Kalimat Tunggal
ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan
predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang
sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak.
KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh:
Adik perempuan saya ada dua orang.
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh:
Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada
tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama
masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll. Contoh:
Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren,
lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll. Contoh:
Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh: Saya
harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh: Dia sudah
menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll. Contoh:
Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia lulus
ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima medali
emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima predikat guru
teladan.
Contoh perluasan kalimat tunggal:
Ibu sedang menyapu halaman.
Adik saya ada 2 orang yang masih sekolah.
Saya sedang mandi pagi itu.
B . Kalimat Majemuk
ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat
tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi. Kalimat
majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
1. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat
tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat majemuk
setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata
“dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang
mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta
memajangnya di pameran."
2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.",
"Ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang
membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat
prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun hanya
menyiapkannya untuk para tamu."
3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang
didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia
bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak
hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
2. Kalimat Majemuk Bertingkat adalah penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata
penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam,
yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah
berdiri sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku
meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia
pergi dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat
deras di Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika
ingin nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur
asalkan dirawat dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke
perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi
syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia
tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa
menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar
mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di
daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak
itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka membangkang itu ibarat
Malin Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi
selain bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu
pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar
pergi berdarmawisata dengan para guru."
3. Kalimat Majemuk Campuran adalah kalimat majemuk yang merupakan
penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang
kerumahnya. (kalimat majemuk campuran)
2. Berdasarkan Pola Subjek - Predikat
Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
A . Kalimat Inversi
Kalimat Inversi ini dicirikan dengan adanya kata predikat yang mendahului kata subjek.
Kalimat versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang
pertama kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi
makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada
pendengarnya.
Contoh:
Bawa buku itu kemari!
Keterangan:
Bawa = Predikat
buku itu kemari! = Subjek
B. Kalimat Versi
Kalimat Versi merupakan kalimat yang sesuai dengan susunan pola kalimat dasar
Bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
¤ Kami membeli peralatan sekolah di toko itu.
Keterangan:
Kami = Subjek
membeli = Predikat
peralatan sekolah = Objek
di toko itu = Keterangan
¤ Tukang itu sedang membuat pondasi rumah.
Keterangan:
Tukang itu = Subjek
sedang membuat = Predikat
pondasi rumah = Objek
¤ Barang-barang ini akan dijual di pasar.
Keterangan:
Barang-barang ini = Subjek
akan dijual = Predikat
di pasar = Keterangan
Latihan 1
Pertemuan 12
1.
Pilihlah,
termasuk
jenis
kalimat
majemuk
apa (setara,
bertingkat,
campuran)
serta bagaimana pola kalimatnya?
No
Kalimat
1
Ketika hujan lebat, Ani tidur pulas
2.
Agar Heri lulus ujian, ia harus belajar sungguh-sungguh
3
Ketika hujan turun, Ibu sudah berada di rumah
4.
Motor Alif melewati jalan berlubang saat dia pergi ke Wonogiri
5.
Perempuan itu menyukai mawar berduri tetapi kekasihnya tidak
6.
Menyetujuinya
Ayah membaca surat kabar sedangkan ibu asyik memasak di dapur
7
Ananda membuat sayur dan sayur itu disukai keluarganya
8
Saat paman datang, ayah sedang membaca majalah dan ibu mencuci baju di
9
Motor Adinda melewati jalan berlubang dan lubang itu sangat dalam saat dia
Kalimat
Majemuk
Apa
pergi ke Wonogiri
10
Ketika hujan turun dan petir menyambar-nyambar, ibu sedang tidur
Latihan 2
pertemuan 12
1.
Jelaskan perbedaan antara frase, klausa, dan kalimat dengan memberikan masing-masing
contoh!
Pola
Kalimat
2.
Terdiri dari berapa frase, klausa dan kalimat dari pernyataan berikut : “Sambil meneteskan
air mata, ibu muda itu menggendong anak bungsunya yang terkena kanker ganas.”
3.
Tunjukkan frase dan sebutkan jenis frasenya!
4.
Tunjukkan klausa dan sebutkan jenis klausanya!
5.
Sebutkan jenis kalimatnya berdasarkan jumlah dan hubungan sifat antar klausanya
6.
Sebutkan unsur-unsur kalimat berdasarkan fungsi. Beri dua contoh !
7.
Sebutkan pembagian kalimat berdasarkan bentuknya. Beri tiga contoh!
8.
Kalimat majemuk setara terdiri atas empat macam. Sebutkan dan berikan contoh-contohnya?
9.
Coba Anda jelaskan bagan dibawah ini menurut pemahaman Anda?
Macam Kalimat
Majemuk
KM Setara
KM Bertingkat
KM Campuran
Konjungsi
Koordinatif
(dan, atau, tetapi)
Subordinatif
Waktu: setelah,
sesudah, tatkala,
sebelum, dsb.
Tujuan: agar,
supaya, untuk, guna
Akibat: sehingga,
maka, akibatnya,
sampai-sampai
Gabungan
(koordinatif dan
subordinatif)
Jumlah klausa
Contoh
2 atau lebih yang
kedudukannya
sejajar
2 klausa yang
kedudukannya tidak
sejajar
Ibu memasak
timlodan timlo itu disukai
oleh keluarganya
Ibu memasak timloketika
anak-anak sedang belajar
mengaji
3 klausa atau lebih
yang kedudukannya
ada yang sejajar dan
ada yang bertingkat
Ibu memasak timloketika
anak-anaknya sedang
belajar mengaji dan
suaminya sedang
mengisi pengajian
Latihan 3
Pertemuan 12
1.a. Anak itu sebenarnya tidak bodoh.
b. Anak itu malas membaca buku.
Kalimat majemuk setara hasil penggabungan kedua kalimat tersebut yang tepat adalah….
Jawaban:
Anak itu sebenarnya tidak bodoh, tetapi malas membaca buku.
2. a. Tulisan Indra tidak rapi.
b. Saya masih dapat membacanya dengan jelas.
Kalimat majemuk bertingkat yang tepat hasil gabungan dari dua kalimat tersebut adalah….
Jawaban :
Meskipun tulisan Indra tidak rapi, saya masih dapat membacanya dengan jelas.
3. Pagi itu saya di rumah sorang diri. Ayah pergi ke kantor dan ibu pergi ke pasar. Tiba-tiba
telepon berdering. Segera kuangkat telepon, ternyata dari bibi di kampung. Bibi mengabarkan
bahwa nenek sakit keras….
Kalimat majemuk campuran yang paling tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah….
Jawaban:
Ketika bibi menelepon, saya menyampaikan kabar bahwa ibu sedang pergi ke pasar.
4. Bacalah paragraf berikut!
(1) Hani tidak berangkat sekolah hari ini, karena menemani ibunya ke rumah sakit.(2)
Pemeriksaan kesehatan ibunya belum juga selesai. (3) Adiknya di rumah seharian menunggu
ibu dan kakaknya. (4) Ketika hari mulai senja, Hani dan ibunya baru sampai di rumah.
Kalimat majemuk bertingkat dengan anakkalimat perluasan keterangan waktu
dalam paragraf tersebut ditandai nomor….
Jawaban:
Kalimat majemuk bertingkat anak kalimat perluasan keterangan waktu ditandai oleh kata
hubung sejak, sewaktu,ketika, setelah, sampai, dan manakala.Ketika hari mulai senja, Hani
dan ibunya baru sampai di rumah.(nomor 4)
5. (1) Ketika sampai di depan stasiun, ia memandangi seluruh kereta yang lewat. (2) Dia
melambai masinis, tetapi masinis tidak membalas. (3) Dilambainya penumpang kereta itu,
tetapi mereka tidak juga membalasnya.(4) Mereka tidak tahu bahwa ia sangat membutuhkan
perhatian.
Kalimat majemuk bertingkat pada paragraf tersebut terdapat pada kalimat nomor….
Jawaban: (1) dan (4)
6. a. Ibu menulis surat.
b. Surat itu dikirimkannya kepada nenek.
Penggabungan kedua kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk setara yang tepat
adalah….
Jawaban:
Ibu menulis surat, kemudian surat itu dikirimkan kepada nenek.
7. a. Sampah tidak saja merusak keindahan
b. Sampah membahayakan pula bagi
lingkungan.
kesehatan.
Penggabungan kedua kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk setara yang tepat
adalah….
Jawaban:
Sampah tidak saja merusak keindahan lingkungan, tetapi sampah membahayakan pula bagi
kesehatan.
8. a. Badannya besar.
b. Ia tidak suka berolahraga.
c. Wajarlah kalau ia sering sakit.
Penggabungan ketiga kalimat tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat yang tepat
adalah….
Jawaban:
Karena badannya besar, ia tidak suka berolahraga, maka wajarlah kalau ia sering sakit.
9. a. Ayah pergi ke kantor.
b. Paman datang dari Jakarta.
c. Ibu menyambutnya dengan hang
Penggabungan ketiga kalimat tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat yang tepat
adalah….
Jawaban:
Ketika ayah pergi ke kantor, paman
datang dari Jakarta dan ibu
menyambutnya dengan
hangat.
10. a. Bel sekolah berbunyi.
b. Kami masuk ke kelas.
c. Kami belajar.
Kalimat majemuk campuran hasil penggabungan ketiga kalimat tersebut yang tepat
adalah….
Jawaban:
Setelah bel sekolah berbunyi, kami masuk ke kelas, kemudian belajar.
Latihan 4
pertemuan 12
Tunjukan induk kalimat dan anak kalimat pada kalimat majemuk bertingkat berikut
dengan menggaris bawahi bagian-bagian tersebut.
1. karena computer bekerja cepat dalam mengolah data, produksi dapat segera diseusaikan
dengan laju permintaan.
2. suatu perhitungan akan lebih mudah dipahami jika disajikandalam bentuk grafik
3. ketika memberikan keterangan kepada wartawan, Menteri Perdaganagan tampak cukup
letih.
4. kita berusaha memberantas hama wereng coklat dengan berbagai upaya agar
swasembada beras yang sudah dicapai dapat dipertahankan.
5. mereka bertekad untuk mencapai puncak gunung itu walaupun berbagai tantangan
menghadang mereka
Pertemuan ke 13
Uraian pokok bahasan : Jenis-jenis Kalimat berdasarkan pengucapannya, berdasarkan
subjek
Jenis Kalimat berdasarkan Pengucapan
1. Kalimat Langsung
ialah kalimat yang secara cermat menirukan suara orang lain. Cirinya adalah 2 tanda
petik ("..."), kalimat langsung tidak hanya berupa kalimat pernyataan tapi juga dapat
berupa kalimat perintah dan kalimat tanya.
Contoh:
Kalimat Pernyataan
" Ayah senang akhirnya kamu lulus ujian ini. " kata Ayah;
Rima mengatakan, " Rama berusahalah dipertandingan nanti. "
Kalimat Perintah
Ibu berkata, " Budi tutup pintu itu. "
Kalimat Tanya
" Siapa yang membuat prakarya itu? ", Tanya Pak guru

Kalimat Tak Langsung ialah kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung
yang menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
Contoh:
Ayah berkata kalau dia senang saya lulus ujian.
Rima mengatakan kepada Rama untuk berusaha dalam pertandingan nanti.
Ibu meminta saya menutup pintu itu.
Jenis kalimat berdasarkan pola subjeknya
Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang unsur subjeknya melakukan suatu tindakan
(pekerjaan). Untuk predikatnya sendiri dalam kalimat ini berupa kata kerja yang
berawalan “me-“ dan “ber-“, selain itu juga dapat berupa kata kerja yang tidak dapat
dilekati oleh awalan “me-“ seperti: mandi, pergi, dll (kecuali makan & minum)
Contoh:
Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.
Imbuhan "ber-"
Kami bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita.
Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk
kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi Kue dibuat oleh kami. (kalimat
pasif)

Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek
penderita. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Kami berjaga diluar rumah.
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.

Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek.
Contoh:
Adiknya menyerupai Rain.
Keterangan:
Adiknya = Subjek
menyerupai = Predikat
Rain = Pelengkap
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
Keterangan:
Tata tertib ini = Subjek
berdasarkan = Predikat
Keputusan bersama = Pelengkap
Dia menjadi ketua kelas.
Keterangan:
Dia = Subjek
menjadi = Predikat
ketua kelas = Pelengkap

Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan. Kalimat bentuk
ini memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata
depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:

Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif.
Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “kean”.
Contoh:
Sampah dibuang Rina.
Barang itu dijual paman.

Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan
unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah
unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang
dari predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja,
kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“
dan “ber-“)
Contoh:
akan saya sampaikan pesanmu.
Saya berikan bukuku.
Latihan 1
Pertemuan 13
A. Ubahlah menjadi kalimat tak langsung !
1. Kata Rina, “ Saya suka coklat .”
2. Sarah berkata, “Besok ada ulangan”.
3. Ibu bertanya, “ Mengapa kamu diam saja, Nak ?”
4. Masuklah sekarang juga !” Perintah Ibu
5. Bobo bertanya, “Kok,ibu bisa tertarik untuk meneliti mikroorganisme itu?”
B. Ubahlah menjadi kalimat langsung!
1. Pak Nardi menanyakan bahwa apakah hari ini ada pelajaran matematika di kelas saya.
2. Pak Sastro menyuruh agar kami mengambil bola di ruang olahraga kemudian bermain
sepak bola di lapangan.
3. Bu guru menanyakan bahwa mengapa hari ini saya tidak mengerjakan tugas.
4. Ibu Ririen mengatakan bahwa dulu sewaktu kuliah ia sangat tertarik pada mahkluk hidup
ciptaan Tuhan yang sangat kecil yaitu mikroorganisme.
5.
Hartati mengatakan bahwa ia disiram air panas, dipukuli,tidak diberi makan, disekap
hingga beberapa bulan dan disiksa majikannya.
Latihan 2
pertemuan 13
1.Coba kalian jelaskan unsur-unsur dalam kalimat
2. Coba kalian jelaskan ciri-ciri Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, Keterangan
3. Coba kalian jelaskan apa itu kalimat aktif dan kalimat pasif
4. Coba kalian analisis teks di bawah ini
Benyamin artis, penyanyi, pelawak, dan pemain film itu telah tiada. Dia dilahirkan di
Jakarta sebelum tentara Jepang menduduki Indonesia Pekarangan rumahnya sangat bersih
sehingga saya betah untuk menetap di sana. Saya harus izin dari kantor tetapi saya puas
berkunjung ke sana. Semoga tahun depan bisa berkunjung lagi.
Latihan 3
Pertemuan 13
A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar a, b, c atau d!
1. Sintaksis merupakan bidang linguistik yang mempelajari ...
a. Kata, frasa, dan klausa
c. Kata, frasa , Frasa, klausa, dan kalimat
b. Kata, klausa, dan kalimat
d. Frasa, klausa, dan kalimat
2. Kata majemuk dan frasa memiliki kesamaan kecuali yaitu...
a. Sama-sama termasuk dalam kajian morfologi
b. Keduanya terdiri atas dua kata atau lebih
c. Keduanya tidak dapat disisipi kata lain
d. Sama-sama kajian sintaksis
3. Dua tiga hari lagi gedung ini sudah selesai diperbaiki. Berdasarkan distribusinya
merupakan frasa...
a. Endosentris atributif
c. Eksosentris direktif
b. Endosentris koordinatif
d. Eksosentris apositif
4. Kata orang tua mengandung arti “ibu dan bapak” pernyataan tersebut menunjukan bahwa
kata orang tua termasuk...
a. Kata majemuk
c. Frasa
b. Kata turunan
d. klausa
5. Ciri-ciri kalimat antara lain..
a. Diawali huruf kapital
c. Diakhiri tanda baca
b. Terdiri atas dua unsur saja
d. Mengandung makna
6. Unsur yang paling penting pada klausa adalah...
a. Predikat dan subjek
c. Predikat
b. Predikat dan objek
d. Subjek
7. Kata-kata berikut ini mengandung makna gramatikal,
a. Cantik, menulis, belajar
c. Pelangi, sejahtera, merdeka
b. Membantu, melihat, berdua
d. Berubah, penjara, matahari
8. Kondisi pada saat kita bertutur, baik pada awal atau akhir tuturan dinamakan
a. Kontur
c. Kesenyapan
b. Intonasi
d. Situasi
9. Kata-kata berikut ini kata turunan yang mendapat infiks dan konfiks ...
a. Cantik, menulis, belajar
c. Gemetar , persahabatan
b. Membantu, melihat, berdua
d. Berubah, penjara, matahari
10. Ayahnya sedang terbang ke Negara amerika Serikat secara kategorial sedang terbang
termasuk frasa...
a. Numeralia
c. Verbal
b. Nominal
d. Adjektival
11. Yang ternasuk ke dalam tata bahasa adalah...
a. Fonetik dan fonemik
c. Morfologi dan sintaksis
b. Fonologi dan tata bahasa
d. Morfemik dan tata bahasa
12. Gani berburu rusa. Menurut toleran fungsinya susunan tersebut adalah
a. S-P-Pel
c. S-P-O
b. S-P-Ket
d.S-P
13. Galuh membuatkan adiknya mobil-mobilan. Menurut tataran fungsinya susunannya
adalah
a. S-P-Pel-O
c. S-P-O-O2
b. S-P-O-Ket
d. S-P-O-Pel
14. Adik sedang belajar berdiri
a. Frasa verbal
b. Frasa adverbial
b. Frasa adjektival
d. Frasa nominal
15. Kalimat yang termasuk kalimat perintah adalah...
a. Nasi dimasak oleh ibu.
b. Saya akan sembunyikan dirimu, supaya kamu aman.
c. Simpan, jangan bawa anakmu!
d. Bagaimana perasaanmu?
B. Pilihlah!
A. Jika pernyataan sebab akibat benar dan saling berhubungan
B. Jika pernyataan sebab dan akibat benar tapi tidak saling berhubungan
C. Kalau salah satu pernyataan salah
D. kalau kedua pernyataan salah
1. Kesatuan yang lebih besar dari kata yang membahas hubungan antara kata dengan kata
tidak lagi termasuk dalam bidang morfologi sebab bahasan hubungan antar kata dengan
kata sudah keluar dari batas kata
2. Membaca di perpustakaan merupakan salah satu dari frasa eksosentris sebab frasa yang
tidak berdistribusi sama dengan salah satu komponenya
3. Kalimat adalah satuan bahasa yang tidak berdiri sendiri sebab kalimat mempunyai
intonasi final akhir dan terdiri atas klausa
4. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiapkan informasi tanpa
mengharapkan respon tertentu sebab kalimat yang membutuhkan respon adalah kalimat
pertanyaan
5. Jikalau hubungan antar klausa dalam sebuah kalimat sejajar maka disebut kalimat
majemuk setara sebab hubungan semacam itu disebut juga kalimat subordinatif
C. Pilihlah !
A. Jika jawaban 1,2, dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika jawaban 4 yang benar
1. Apa saja yang mencakup grammar (tata bahasa) ?
(1) Retorika
(3) morfem
(2) Morfologi
(4) sintaksis
2. Kalimat yang dipandang dari segi jumlah dan jenis klausa yang terdapat pada dasar, maka
dapat dibedakan atas
(1) Kalimat tunggal
(3) kalimat majemuk
(2) Kalimat bersusun
(4) kalimat pertanyaan
3. Dipandang dari segi struktur internal klausa utama, kalimat dapat dibedakan atas
(1) Kalimat tunggal
(3) Kalimat majemuk
(2) Kalimat sempurna
(4) Kalimat tak sempurna
4. Contoh kalimat dibawah ini adalah
(1) Alangkah indahnya pemandangan itu!
(2) Bawalah adikmu pergi !
(3) Bukan main nakalnya anak itu !
(4) Belajarlah yang rajin agar kamu lulus ujian !
5. Dibawah ini yang termasuk kalimat dengan hubungan setara adalah
(1) Hubungan setara sejajar
(3) hubungan setara pemilihan
(2) Hubungan setara perlawanan
(4) hubungan setara tujuan
6. Frasa berdasarkan distribusinya terbagi atas
(1) Frasa eksosentris koordinatif
(3) Frasa koordinatif
(2) Frasa eksosentris
(4) Frasa endosentris
7. Dibawah ini macam-macam intonasi final
(1) Intonasi final berita
(3) Intonasi final seru
(2) Intonasi final tanya
(4) Intonasi final berhenti
8. Hal-hal yang berkaitan dengan dengan unsur pokok klausa adalah
(1) Subjek
(3) predikat
(2) Objek
(4) keterangan
9. Dibawah ini adalah contoh kalimat berita
(1) Ibu sedang menanak nasi di dapur.
(2) Sakitkah engkau ?
(3) Penyakitnya belum juga sembuh.
(4) Pergilah sekarang juga
10. Di bawah ini termasuk jenis kalimat berdasarkan gaya penyajiannya
(1) kalimat melepas
(2) kalimat klimaks
(3) kalimat berimbang
(4 ) kalimat inversi
Pertemuan ke 14
Uraian pokok bahasan : Jenis-jenis Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya, berdasarkan
unsur kalimat, berdasarkan gaya penyajiannya, kalimat efektif
Berdasarkan Isi atau Fungsinya
1. Kalimat Perintah
adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan biasanya diakhiri dengan
intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan
tanda seru (!).
Beberapa bentuk kalimat perintah :
1. Kalimat Perintah Permintaan, contoh: Tolong, tutup pintu itu!
2. Kalimat Perintah Larangan, contoh: Jangan membuang sampah sembarangan!
3. Kalimat Perintah Ajakan, contoh: Marilah kita bersama-sama melestarikan
kebudayaan Indonesia!

Kalimat Berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan
sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya kalimat
berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang mendengar kalimat
berita ini.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat Berita Kepastian, contoh: Kita akan berangkat ke bandara besok siang.
2. Kalimat Berita Pengingkaran, contoh: Saya tidak akan menghadiri rapat hari ini.
3. Kalimat Berita Kesangsiang, contoh: Guru itu kemungkinan tidak memiliki
kinerja yang baik.
4. Kalimat Berita Bentuk Lain, contoh: Saya tidak tahu kenapa orang itu selalu
datang ke rumah kami.
Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain
sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan
mata yang menunjukan adanya perhatian. Misalnya :

Jalan itu sangat gelap

Apat Belajarlah mereka dengan tekun
Kalimat berikut termasuk golongan kalimat berita karena kalimat tersebut
memiliki pola intonasi berita, dan dalam kalimat itu tidak terdapat kata-kata tanya,
ajakan, persilahan, dan larangan.
Kalimat tanya.
Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Misalnya :

Anak-anak sudah bangun?

Ibu belum pulang?
Kalimat tanya dapat ditambahkan dengan kata-kata kah, apa, apakah, bukan, dan
bukankah. Kah dapat ditambahkan pada bagian kalimat yang ditanyakan kecuali pada S.
Misalnya :

Sudahkah anak-anak bangun?

Belum pulangkah ibunya?
Terdapat tiga kemungkinan ciri kalimat tanya, yang maksudnya untuk menanyakan
sesuatu, yaitu:
(1) mengunakan intonasi tanya, dan atau
(2) menggunakan kata tanya, dan atau
(3) menggunakan partikel -kah.
Misalnya:

Ibu datang?

Kapan Ibu datang?

Akankah ibu datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan
menurut sifatnya, sebagai berikut:
(a) Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa. Misalnya:

Apa yang kamu cari di sini?

Untuk apa kamu bekerja siang dan malam?

Tentang apa yang masih belum jelas bagimu?
(b) Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa. Misalnya:

Siapa yang kaucari kemarin sore?

Dengan siapa Anda pergi ke Jakarta?

Untuk siapa Anda bekerja keras selama ini?
(c) Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya:

Berapa buku yang Anda perlukan bulan depan?

Berapa banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
(d) Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana, Misalnya:

Mana yang kausenangi, membeli baju atau celana?

Yang mana kau pilih , belajar di Unhas atau di UNM?
(e) Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya:

Di mana engkau akan tiggal bulan depan?

Ke mana Dia akan pergi merantau?

Dari mana Amin pergi baru sekarang kelihatan?
(f) Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila. Misalnya:

Bila dia selesai studinya di UGM?

Kapan Kamarudin menjadi dosen IPS di UNJ?

Bilamana Hamid menyelesaikan pembangunan rumahnya?
(g) Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa. Misalnya:

Mengapa Anda tidak mau menjadi guru?

Apa sebabanya Anda jarang pergi ke kampung halamannya?

Akibat apa yang ditimbulkan jika malas belajar di masa muda?
Kalimat tanya terdiri atas tiga macam:
1) kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
2) kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya
tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai
cara untuk menarik perhatian pendengar.
3) kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh,
misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”

Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi, biasanya
kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering
digunakan untuk membuat kalimat Tanya ini ialah bagaimana, dimana, kemana, kapan,
berapa, siapa, mengapa.
Contoh:
Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
Dimana peristiwa itu terjadi?
Kemana korban bencana alam itu diungsikan?
Kapan mereka akan menyerahkan tugas perkuliahan itu?
Berapa banyak dana yang sudah terkumpul?
Siapa yang akan terpilih menjadi ketua pelaksana di acara tersebut?
Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?

Kalimat Seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan. Dalam
pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam penulisannya
kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda titik (.).
Contoh :
Wah, indah sekali pemandangan itu!
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Kalimat Lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan
sebuah predikat. Kalimat majas juga bisa dikategorikan sebagai kalimat lengkap.
Contoh :
Kami membersihkan kelas bersama-sama.

Kalimat Tak Lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk
tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan
ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini
sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban,
seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh:
Selamat siang!
Tegakkan disiplin.
Tutup pintu itu!
Kenapa diam?
Ayo, berangkat!
Terima kasih.
Wah, sangat cantik!
Jangan dilempar!
Hai!
Astaga, indahnya!
Berdasarkan Gaya Penyajiannya
Berdasarkan gaya penyajiannya kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Kalimat yang melepas
Kalimat ini akan terwujud jika kalimat majemuk diawali dengan induk kalimat (kalimat
utama) dan diikuti oleh anak kalimat. Gaya penuilisan itu disebut gaya penyajian
melepas.
Contoh:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan pekerjaan
rumah.
Keterangan:
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman (induk kalimat/kalimat utama)
jika saya selesai mengerjakan pekerjaan rumah. (anak kalimat)

Kalimat yang klimaks
Kalimat ini akan terbentuk jika anak kalimat berada di awal kalimat majemuk dan diikuti
oleh kalimat utama (induk kalimat).
Contoh :
Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh.
Keterangan:
Karena pola makan yang tidak teratur (anak kalimat)
penyakit Maagnya sering kambuh. (induk kalimat/kalimat utama)

Kalimat yang berimbang
Kalimat ini biasanya disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara atau kalimat
majemuk campuran. Gaya penyajian seperti ini ialah untuk memperlihatkan kesejajaran
bentuk dan informasinya.
Contoh:
Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan
harga yang semakin naik.
Kalimat efektif
Ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis
kalimat itu
kalimat efektif tidak sekedar menghadirkan subjek, predikat, objek, dan keterangan,
tetapi menghendaki tataran yang lebih tinggi dan luas dari pada itu yaitu:
1. Kesepadanan struktur
Yang dimaksudkan dengan kesepadana struktur adalah kesepadanan antara pikiran
(gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan. Kesepadanan struktur diperlihatkan oleh
hadirnya subjek dan predikat, tidak hadirnya subjek ganda, tidak hadirnya kata
penghubung intra kalimat pada kalimat tunggal, dan tidak hadirnya yang di depan
predikat
1. Tidak jelasnya subjek dapat terjadi karena adanya kata depan (di, ke, dari,
daripada, kepada, untuk, dengan , bagi, oleh, tentang, sebagai, mengenai, menurut,
dsb.) yang terletak didepan subjek
Contoh
Bagi mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah pada akhir
bulan september (salah)
2. Tidak hadirnya subjek ganda
contoh:
Patung Dewi Sri terletak lemari kaca (salah)
pemeriksaan soal-soal itu kami dibantu oleh para mahasiswa (salah)
2. Kepararelan Bentuk
Yang dimaksud dengan kepararelan bentuk adalah kesejajaran atau kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Artinya kalau bentuk pertama menggunakan
nomina, bentuk kedua, dst. Juga harus menggunakan nomina, kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua, dst juga menggunakan verba
Contoh
1.
Kebobbrokan perusahaan itu tersembunyi dengan rapi dan penutupannya dengan
cermat (salah)
2.
Kebobbrokan perusahaan itu tersembunyi dengan rapi dan tertutup dengan cermat
(salah)
3. Ketegasan makna
Ketegasan makna pada kalimat bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk
mengetahui informasi yang hendak disampaikan
4. Kehematan kata
Hemat dalam menggunakan kata, frase atau bentuk lain dan tidak menggunakan
apapun yang dianggap tidak perlu
berdasarkan
jenisnya
berdasarkan
subjeknya
kalimat
tunggal
majemuk
setara
kalimat
majemuk
majemuk
bertingkat
kalimat
aktif
kalimat
pasif
majemuk
campuran
kalimat
langsung
berdasarkan
pengucapannya
kalimat
versi
kalimat
tidak
langsung
berdasarka
n pola S-P
kalimat
inversi
kalimat
kalimat
berita
berdasarkan
isi atau
fungsinya
kalimat
perintah
kalimat
seruan
berdasarka
n unsur
kalimat
berdasarka
n gaya
penyajianny
a
kalimat
lengkap
kalimat
tidak
lengkap
kalimat
tanya
kalimat
melepas
kalimat
klimaks
kalimat
berimbang
Latihan 1
Pertemuan 14
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengna memilih (A), (B), (C), (D) !
1. Sintaksis dipisah dari fonologi, morfologi dan semantik dalam linguistik karena
A. banyaknya ahli bahasa.
B. ragam bahasa yang berbeda-beda.
C. tuntutan metode.
D. perkembangan pemakai bahasa.
2. Tempat pertemuan antara morfologi dan sintaksis terdapat pada
A. penggabungan kata-kata yang membentuk kalimat.
B. pertalian sintagmatis dengan pertalian paradigmatis.
C. pembentukan kata dalam rangka penjenisan kelas kata.
D. pencarian kalimat menurut fungsi tertentu.
3. Hampir semua bahasa mempunyai derivasi, yang berfungsi untuk
A. menyusun afiks.
B. merumuskan kaidah pembentuk kalimat.
C. menentukan jenis-jenis kata.
D. membentuk kata.
4. Satuan bahasa terbesar yang menjadi sasaran penelitian sintaksis adalah
A. fonem.
B. morfem.
C. kata.
D. kalimat.
5. Larangan berhenti yang dinyatakan dengan huruf S disilang bukan merupakan objek sintaksis
karena
A. hanya berupa rambu lalulintas.
B. berupa simbol, bukan bunyi.
C. tidak berupa kalimat.
D. hanya berupa huruf sebagai lambang bunyi.
6. Urutan sangat berperan dalam sintaksis karena urutan yang berbeda akan menimbulkan
A. susunan kalimat yang berbeda.
B. makna gramatikal yang berbeda.
C. susunan sintaksis yang berlainan.
D. kalimat baru yang sama maknanya.
7. Komponen intonasi yang paling berperan dalam penentuan makna kalimat adalah
A. jeda atau perhentian.
B. tekanan atau stres.
C. durasi.
D. titinada.
8. Kalimat yang tidak berkonjungsi adalahl
A. mobil tadi bergerak ke arah utama.
B. ketika tidur, tamu itu datang.
C. mau tidur atau makan?
D. jangankan seribu, serupiahpun aku tak punya.
9. Konstruksi sintaksis terdapat pada
A. membawakan.
B. kereta api.
C. baju saya.
D. sapu tangan.
10. Ayah saya akan berangkat ke luar negeri. Unsur inti frase kalimat di atas adalah
A. ayah - saya.
B. saya - berangkat.
C. saya - luar negeri.
D. ayah - berangkat.
11. Berdasarkan distribusi unsur-unsur pembentuknya, klausa dapat dibedakan menjadi
A. klausa lengkap dan tak lengkap.
B. klausa negatif dan positif.
C. klausa verbal dan nominal.
D. klausa bebas dan terikat.
12. Dari segi segmental, sebuah kalimat dapat berupa, kecuali
A. kata.
B. frase.
C. klausa.
D. intonasi.
13. Unsur suprasegmental yang menyertai unsur segmental dalam ujaran yang berupa kalimat
dinamakan
A. intonasi.
B. kata.
C. frase.
D. klausa.
14. Wujud kalimat bahasa Indonesia yang segmentalnya berupa klausa adalah
A. sudah?
B. Mereka pergi.
C. Belum pulang.
D. Dari Surabaya kemarin.
15. Kalimat majemuk bertingkat terdapat pada
A. ketika sedang membaca, pulpenya jatuh.
B. Paman pergi dengan seorang laki-laki.
C. engkau ini belajar atau bermain-main.
D. kemejanya mahal, tapi warnanya kurang pas.
16. Berita bahwa ujian semester dipercepat telah saya ketahui. Klausa inti kalimat di atas
adalah
A. ujian semester dipercepat.
B. berita bahwa ujian semester dipercepat.
C. berita itu telah saya ketahui.
D. ujian semester merupakan berita bagi saya.
17. Kakak bersembunyi di belakang pintu. Berdasarkan hubungan pelaku-tindakan, kalimat di
atas termasuk kalimat
A. aktif.
B. medial.
C. resiprokal.
D. pasif.
18. Para pemudik memenuhi terminal sejak pagi. Unsur sejak pagi pada kalimat di atas
berkategori frase
A. pronominal.
B. keterangan.
C. benda.
D. sifat.
19. Unjuk rasa itu terjadi di depan istana. Unsur pengisi fungsi subjek pada kalimat tersebut
A. kata depan.
B. frase preposisional.
C. kata kerja.
D. frase keterangan.
20. Unsur Nadia pada kalimat Nadia diberi hadiah oleh gurunya berfungsi sebagai
A. pelaku.
B. penerima.
C. penderita.
D. alat.
Latihan 2
Pertemuan 14
1. Penulisan kalimat yang benar adalah
a. Jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan ujian, diminta menlaporkan kepada
panitia ujian
b. Jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan ujian, Anda harap dilaporkan
kepada panitia ujian
c. Jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan ujian, diminta dilaporkan kepada
panitia ujian
d. Jika ada mahasiswa yang melanggar peraturan ujian, harap Anda melaporkan
kepada panitia ujian
2. Pembangunan itu untuk menyejahterakan rakyat. kalimat itu tidak lengkap karena
a. tidak ada subjeknya
c. tidak ada predikatnya
b. tidak ada objeknya
d tidak ada pelengkapnya
3. Manakah susunan kalimat berikut yang benar…
a. Masalah itu kami sudah sampaikan kepada pimpinan kampus
b. Kami sudah sampaikan masalah itu kepada pimpinan kampus
c. Masalah itu sudah kami sampaikan kepada pimpinan kampus
d. Kepada pimpinan kampus masalah itu kami sudah sampaikan
4. kita merasa senang jika fasilitas kampus serba baru. kalimat tersebut bergaya…
a. melepas
c. antiklimaks
b. berklimaks
d. berimbang
5. Tahun 1996 Bank lippo dijadikan anak perusahaan lippo life dan lippo life dijadikan anak
perusahaan lippo securities.
Berdasarkan struktur gramatikalnya, kalimat tersebut merupakan
a. kalimat tunggal
c. majemuk campuran
b. kalimat majemuk setara
d. kalimat majemuk bertingkat
6. Dari sisi kapabilitas dan kredibilitas pembentukan pansus penyelidikan kasus Bank Bali
(PKKB) cukup menggembirakan, tetapi mengenai hasilnya kita tidak dapat berharap
banyak
menurut struktur gramatikalnya kalimat diatas termasuk kalimat…
a. tunggal
c. majemuk setara
b. majemuk campuran
d. majemuk bertingkat
7. Karena peminat sambungan telepon sangat banyak sehingga petugas yang jumlahnya
terbatas harus bekerja sampai larut malam
a. kalimat ini benar karena induk kalimat menggunakan sehingga
b. kalimat ini salah karena tidak berinduk kalimat
c. kalimat ini salah karena tidak beranak kalimat
d. kalimat ini benar karena induk kalimat menggunakan karena
8. kalimat yang benar adalah
a. Bagi yang berminat bekerja di perusahaan kami harus mengajukan dahulu surat
lamaran
b. kepada yang berminat bekerja di perusahaan kami harus mengajukan dahulu surat
lamaran
c. Yang berminat bekerja di perusahaan kami harus mengajukan dahulu surat
lamaran
d. Untuk yang berminat bekerja di perusahaan kami harus mengajukan dahulu surat
lamaran
9.
setelah bertanding, kemenangan berada di pihak kita. kalimat itu salah sebab
a. anak kalimat tidak bersubjek
b. induk kalimat tidak bersubjek
c. anak kalimat tidak berpredikat
d. induk kalimat tidak berpredikat
10. Struktur kalimat yang benar terdapat pada
a. Di atas saya sudah jelaskan bahwa kredit macet tidak sama dengan penangguhan
pembayaran utang
b. Saya sudah jelaskan di atas bahwa kredit macet tidak sama dengan penangguhan
pembayaran utang
c. Di atas sudah saya jelaskan bahwa kredit macet tidak sama dengan penangguhan
pembayaran utang
d. Saya di atas sudah jelaskan bahwa kredit macet tidak sama dengan penangguhan
pembayaran utang
11. Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berupaya meyakinkan dunia internasional,
investasi modal dari berbagai Negara kaya diperkirakan mengalir ke Indonesia
jika dilihat dari segi penyajiannya, kalimat ini tergolong
a. melepas
c. berklimaks
b. setara
d. berimbang
12. Mereka tinggal dikampung. Sedangkan kami tinggal di Jakarta
a. sudah betul karena mempunyai subjek dan predikat
b. salah karena kedua penggalan kalimat di atas harus disatukan
c. betul karena kata sedangkan adalah ungkapan penghubung antar kalimat
d. betul karena kata sedangkan boleh dipakai pada awal kalimat
13. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah.
a. Kata Rendra, “ Mahasiswa sekarang kurang kreatif “
b. Kata Rendra: “ Mahasiswa sekarang kurang kreatif.“
c. Kata Rendra; “ Mahasiswa sekarang kurang kreatif “
d. Kata Rendra, “ Mahasiswa sekarang kurang kreatif. “
14. Di antara kalimat-kalimat berikut yang benar adalah
a. Sekalipun ia sering ke Jakarta, sekali pun ia tak pernah mampir ke rumahku
b. Sekali pun ia sering ke Jakarta, tetapi sekali pun ia tak pernah mampir ke
rumahku
c. Sekali pun ia sering ke Jakarta, sekali pun ia tak pernah mampir ke rumahku
d. Sekalipun ia sering ke Jakarta, tetapi sekalipun ia tak pernah mampir ke rumahku
15. Dari keempat kalimat di bawah ini, manakah yang pola kalimatnya sama dengan pola
kalimat : Di Eropa para manajer menghadapi masalah unik
a. Perusahaanya mengalami kerugian
b. Kantornya dua
c. Kepala jawatan itu seorang jutawan
d. Bos memberikan bonus kepada karyawan
16. Dalam konfrensi tingkat tinggi Negara-negara nonblok tidak memutuskan tempat
penyelenggaraan konferensi berikutnya.
kalimat ini tidak efektif karena
a. predikatnya tidak jelas
c. subjeknya diantarkan kata depan
b. objeknya tidak jelas
d. tidak mengikuti kaidah EYD
17. Kepada para mahasiswa diharapkan segera membayar uang kuliah
a. subjeknya didahulukan kata depan
b. subjeknya terjadi dari kata depan
c.
subjeknya mendahului kata depan
d.
subjeknya mengandung kata depan
18. Mereka tidak dapat berangkat karena hari hujan
kalimat ini merupakan kalimat
a. tunggal
c. majemuk bertingkat
b. majemuk setara
d. majemuk campuran
19. Kalimat yang benar adalah
a. Baik pembeli atau penjual yang pergi ke pasar masih sangat sedikit
b. Baik pembeli ataupun penjual yang pergi ke pasar masih sangat sedikit
c. Baik pembeli maupun penjual yang pergi ke pasar masih sangat sedikit
d. Pembeli maupun penjual yang pergi ke pasar masih sangat sedikit
20. Kalimat yang benar adalah
a. Bagi pemegang saham perlu diikutsertakan dalam rapat.
b. Bagi pemegang saham perlu disertakan dalam rapat.
c. Perlu diikutsertakan dalam rapat bagi pemegang saham.
d. Pemegang saham perlu diikutsertakan dalam rapat.
latihan 3
Pertemuan 14
A. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan
frase adalah...
A. semantik
C. fonetik
B. sintaksis
D. morfologi
2. Pengertian ... adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi.
A. frasa
C. alomorf
B. klausa
D. kata
3. /Burung burung itu sedang terbang ke angkasa/ Satuan gamatik di atas adalah contoh
klausa...
A. Verbal yang intransitif
C. Klausa verbal aktif
B. Verbal yang replektif
D. Verbal transitif
4. Suami isteri itu sedang berbelanja.
Kata-kata yang digaris bawahi pada kalimat di atas adalah..
A. frase endosentrik apositif
C. frase edndosentrik atributif
B. frase eksosentrik
D. frase endosentrik koordinatif
5. Ali membelikan adiknya motor baru, adalah jenis ....
A. Kalimat dwitaransitif
C. Kalimat semitransitif.
B. Kalimat intransitive
D. Kalimat ekatransitif
6. Kalimat berikut yang di dalamnya terdapat frase depan adalah ...
A. Mereka datang secara tiba-tiba.
B. Mereka merupakan pasangan suami istri. “
C. Ibunya menjual kain di pasar.
D. Dia menceritakan pengalamannya yang menarik
7. Yang mana berikut ini termasuk jenis klausa resiprokal adalah ...
A. Mereka membeli baju hijau.
B. Mahasiswa UNM sering tolong-menolong.
C. Mereka menjadi pengedar narkoba.
D. Rumah itu sangat bagus
8. Bentukan yang bukan merupakan frase endosentris koordinatif adalah....
A. rumah pekarangan
B. kakek nenek
C. sedang mengajar
D. suami isteri
9. Baju dinas itu untuk pegawai pemda. Predikat yang dicetak miring pada kalimat tersebut
Merupakan bentuk klausa...
A. Adjektiva
B. Depan
C. Pronomina
D. Numeralia
10. Klausa dapat diklasifikasi melalui penganalisisan yang didasarkan pada...
A. fungsi unsur-usurnya.
B. kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya.
C. makna unsur-unsurnya.
D. Benar semua.
B. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat !
1. Contoh kalimat perintah yang mengandung permintaan, misalnya ...
A. Pergi dari sini!
B. Tolong bawa surat ini ke kantor pos!
C. Jangan pergi hari ini!
D. Marilah kita istirahat sejenak!
2. Jenis kata tanya yang menanyakan kausalitas terdapat pada kalimat...
A. Mengapa kemarin anak itu tidak hadir di sekolah? “
B. Siapa yang membawa makanan ini?
C. Apa sebabnya sehingga dia terburu-buru pergi?
D. Untuk apa mereka menanyakan persoalan itu?
3. Kalimat majemuk bertingkat terdapat pada kalimat ...
A. Pak tani memberantas hama padi.
B. Warga Indonesia banyak yang terserang virus flu burung.
C. Kebersamaan sangat penting bagi rakyat Indonesia.
D. Akibat virus SARS mewabah, kegiatan pariwisata terganggu.
4. Kalimat berikut tergolong salah karena menggunakan struktur bahasa daerah
yaitu…
A. Mereka meminjam bukunya Tuty.
B. Dia selalu menunjukan keterampilannya.
C. Jangan mempermainkan teman sendiri.
D. Dia bermain bersama teman-temanya.
5. Berikut merupakan kalimat yang benar, kecuali...
A. Dalam rapat itu dibahas masalah peningkatan mutu guru.
B. Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.
C. Dia mau menang sendiri dikelompoknya.
D. Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.
6. Kalimat yang predikatnya tidak jelas adalah...
A. Dia akan ke Padang bulan depan.
B. Ibu telah mencuci pakaian sebelum mati lampu.
C. Saya membeli kue ketika perut sudah lapar.
D. Buku itu dibaca oleh Rina.
7. Kalimat berikut yang merupakan contoh kalimat majemuk setara perlawanan
adalah...
A. Engkau mau pergi ke Jakarta atau mau pergi ke Semarang?
B. Muhaimin pergi ke pasar serta pergi ke kebun pada hari ini.
C. Dia kelihatan sehat padahal memiliki penyakit kronis.
D. Kamaruddin tidak masuk bekerja sebab pulang ke kampungnya.
8. Kalimat tanya yang senilai perintah terdapat dalam kalimat berikut.
A. Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?
B. Di mana kau simpan bukunya?
C. Bisakah kamu mengerjakannya?
D. Darimana asalmu tadi?
9. Kalimat verbal yang terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif,
ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan pasif merupakan...
A. Kalimat seru
B. Kalimat tunggal
C. Kalimat perintah
D. Kalimat majemuk
10. Menurut Gorys Keraf, kalimat majemuk terdiri atas atas tiga jenis yakni:
A. Kalimat majemuk setara, kalimat mejemuk perlawanan, kalimat majemuk campuran
B. Kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran
C. Kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, kalimat majemuk pemilihan
D. Kalimat majemuk sebab-akibat, kalimat majemuk pemilihan, kalimat majemuk campuran
Pertemuan Ke-
: 15
Uraian pokok bahasan
: Hubungan Antar Klausa
Hubungan Antar Klausa
Sebuah kalimat majemuk, baik setara maupun bertingkat terdiri atas lebih dari
satu klausa yang saling berhubungan. Ada dua macam hubungan antarklausa, yaitu
hubungan koordinatif dan hubungan subordinatif.
1. Hubungan Antar klausa yang Koordinatif
Hubungan koordinatif menunjukan hubungan yang setara. Kata penghubung yang
digunakan mengoordinasi klausa yang setara. Menghasilkan kedudukan yang sama,
tidak menunjukan hierarki karena klausa yang satu tidak menunjukan klausa yang
lain. Yang dihasilkan bukan kalimat majemuk bertingkat tetapi kalimat majemuk
setara.
a. Hubungan Aditif
Hubungan jumlah ditunjukan oleh klausa kedua berisikan informasi yang
menambah isi informasi pada klausa pertama. Kata penghubung yang digunakan
dan atau bersama
b. Hubungan Adversatif
Hubungan pertentangan biasanya ditunjukan oleh klausa kedua yang berisikan
informasi yang berrtentangan dengan isi informasi dengan klausa pertama.
Hubungan pertentangan terdiri atas pertentangan yang menyatakan penguatan,
pernyataan yang menyatakan implikasi, dan pertentangan yang menyatakan
perluasan. Kata penghubung yang digunakan tetapi, melainkan, sedangkan.
c. Hubungan Alternatif
Hubungan pilihan adalah hubungan yang menyatakan pilihan diantara berbagai
kemungkinan yang ada . Hubungan ditunjukan oleh klausa yang dihubungkan itu.
Hubungan pilihan ditunjukan oleh konjungsi alternatif atau. Hubungan pilihan
dapat menyatakan pertentangan, tetapi dapat juga tidak
2. Hubungan Antarklausa Subordinatif
Hubungan antarklausa subordinatif menunjukan hubungan yang hierarkis. Kata
penghubung yang digunakan menyebabkan klausa yang satu berada dibawah klausa
yang lain. Yang dihasilkan adalah kalimat majemuk bertingkat
a. Hubungan Sebab
Hubungan sebab terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa
utama. Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena, dan oleh karena
pada ragam tidak formal sering digunakan gara-gara atapun lantaran
b. Hubungan Akibat
Hubungan akibat terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan akibat dari kejadian atau perbuatan yang dinyatakan dalam klausa
utama. Kata penghubung yang digunakan adalah akibat, akibatnya, dan hasilnya
c. Hubungan Tujuan
Hubungan tujuan terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan tujuan dari apa yang disebut oleh klausa pertama. Kata penghubung
yang digunakan adalah untuk, demi, agar, supaya, dan biar
d. Hubungan Syarat
Hubungan syarat terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebutkan dalam klausa utama. Kata
penghubung yang digunakan adalah jika, kalau, jikalau, dan asalkan.
e. Hubungan Waktu
Hubungan waktu terdapat di dalam kalimat yang klausa subordinatifnya
menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang disebutkan
klausa pertama. Hubungan waktu terbagi menjadi
 waktu permulaan kata penghubung sejak, atau sedari
 waktu bersamaan kata penghubung ketika, pada waktu, (se)waktu, seraya,
serta, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala
 waktu berurutan kata penghubung sebelum, sehabis, setelah, sesudah,
seusai, dan begitu
 waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan kata penghubung
sampai dan kepada
f. Hubungan Konsesif
Hubungan konsesif di dalam kalimat subordinatif yang klausa utamanya tidak
mengubah pernyataan yang terdapat di dalam klausa pertama.Hubungan konsesif
biasanya ditandai oleh kata penghubung sungguh (pun), biar (pun), meski (pun),
walau (pun), sekalipun, dan kendati (pun)
g.
Hubungan Cara
Hubungan cara ditandai oleh kata penghubung dengan atau tanpa
h. Hubungan Kenyataan
Klausa subordinatif pada hubungan kenyataan atau penghubung komplementatif
bertugas melengkapi verba atau melengkapi nomina subjek. Biasanya ditandai
dengan penghubung bahwa, dalam ragam tidak resmi (cakapan) kata penghubung
bahwa sering dihilangkan dan digantikan dengan jeda
i.
Hubungan Alat
Hubungan alat terdapat dalam kalimat yang subordinatifnya menyatakan alat yang
disebutkan oleh klausa utama. Kata penghubung yang digunakan adalah dengan,
tidak dengan, memakai, dan menggunakan
j.
Hubungan Perbandingan
Hubungan perbandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa
subordinatifnya dan klausa utamanya memiliki unsur yang sama dan tarafnya
bersifat sama (ekuatif) atau unsurnya sama,tetapi tarafnya berbeda (komparatif)
 Hubungan ekuatif bentuk persamaan yang digunakan adalah sama +
adjektiva + dengan atau se-+ adjektiva
 Hubungan komparatif bentuk komparasi yang digunakan adalah
lebih/kurang + dari atau lebih/kurang + adjektiva + daripada
k. Hubungan Hasil
Hubungan hasil terdapat di dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya
menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama.
Ditandai oleh kata penghubung sampai, sampai-sampai, sehingga, dan maka.
l.
Hubungan Atributif
Hubungan atributif ditandai oleh kata penghubung subordinatif yang. Terdapat
dua macam hubungan atributif, yaitu atributif restriktif dan atributif takrestriktif.
Klausa dengan yang itu sering juga disebut klausa relatif
 Hubungan Atributif Restriktif
Hubungan ini mewatasi makna nomina yang diterangkannya. Akibatnya,
keterangan pewatas itu menjadi bagian integral dari nomina yang
diterangkannya itu contoh: istrinya yang tinggal di Bogir berjualan telur
 Hubungan Atributif Takrestriktif
Klausa relatif pada hubungan atributif takrestriktif hanya memberikan
tambahan informasi pada nomina yang diterangkannya. Pada bahasa tulis
kalimat dengan klausa relatif yang menjadi keterangan tambahan itu diapit
oleh tanda koma
m. Hubungan Andaian
Klausa subordinatif pada hubungan pengandaian berisikan andaian atas sesuatu
yang terdapat pada klausa utama. Di dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa
jenis andaian seperti berikut
 Andaian yang tidak mungkin terjadi
Menggunakan kata penghubung andai kata, seandainya, dan andaikan
 Andaian yang mungkin terjadi
Andaian jenis ini biasanya menggunakan penghubung jika, kalau, jikalau,
apabila, dan bilamana. Jika digunakan untuk menunjukan hubungan
kausalitas (sebab-akibat). Kata penghubung apabila digunakan untuk
menyatakan hubungan kausalitas yang mengandung waktu, sedangkan
frasa dalam hal digunakan untuk menyatakan kondisi atau keadaan
 Andaian yang menggambarkan kekhawatiran
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung jangan-jangan
 Andaian yang berhubungan dengan ketidakpastian
Andaian jenis ini menggunakan kata penghubung kalau-kalau
n. Hubungan Optatif
Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif menyatakan
harapan agar apa yang ada pada klausa subordinatif dapat terjadi. Kata
penghubung yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga, dan mudahmudahan.
latihan 1
pertemuan 15
A. Analisislah teks di bawah ini berdasarkan hubungan makna antar klausa
1. Membiasakan diri berolahraga setiap pagi banyak manfaatnya bagi seorang pegawai.
Olahraga itu sangat perlu untuk mengimbangi kegiatan duduk berjam-jam di belakang
meja kantor. Kalau tidak demikian, pegawai itu akan menderita beberapa penyakit karena
tidak ada keseimbangan kerja otak dan fisik. Kalau pegawai itu menderita sakit, berarti
dia membengkalaikan kegiatan Negara.
2. Kota Wonosobo telah mereka lalui. kini jalan lebih menanjak dan sempit berliku-liku.
Bus meraung-raung ke dataran tinggi Dieng. Di samping kanan jurang menganga, tetapi
pemandangan di kejauhan adalah hutan pinus menyelimuti punggung bukit dan bekasbekas kawah yang memutih. Pemandangan itu melalaikan guncangan bus yang tak hentihentinyaberkelok-kelok. Sesekali atap rumah berderet kelihatan di kejauhan.
3. Hari ini anak-anak terlihat sangat senang karena mulai besik mereka akan menikmati
liburan akhir tahun. Tia, Hafid, dan Tini juga terlihat senang. Esok hari mereka dijanjikan
Ayah untuk pergi ke rumah Paman di Jogya. Ayah dan Ibu akan mengantarkan mereka ke
sana. Ayah tidak tega melepas ketiga anak itu pergi sendiri karena mereka belum biasa
bepergian.
4. Telah beberapa tahun ini Fakhri rajin mencatat gejolak harga telur ayam ketika menjelang
lebaran. setiap tahun, dimulai dari tahun 2010, di berbagai pasar di Kota Bandung tercatat
harga telur ayam selalu fluktuatif, tetapi lebih banyak naik daripada turun
Rangkuman
Dari beberapa pengertian kalimat di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian
kalimat adalah: bagian terkecil dari suatu ujaran atau teks yang relatif berdiri sendiri dan
disusun oleh kumpulan kata yang organisasi internalnya dapat diamati serta mematuhi sistem
suatu bahasa sehingga bisa mengungkapkan pikiran pembicara dengan utuh. Persyaratan
mendasar yang harus dipenuhi agar kalimat bisa digunakan sebagai alat komunikasi adalah
kesempurnaan struktur. Kalimat yang struktur atau tata bahasanya salah, maka tidak akan
mampu berfungsi dengan baik. Untuk itu penguasaan struktur atau tata bahasa merupakan
prasyarat bagi orang yang akan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kalimat
merupakan unsur terkecil dari ujaran atau wacana yang mengungkapkan pikiran yang utuh
secara ketatabahasaan. Dalam bahasa lisan, kalimat ditandai dengan alunan titi nada, disela
jeda, diakhiri intonasi, dan diikuti oleh kesenyapan. Sedangkan dalam bahasa tulis selalu
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca final (titik, tanda tanya, atau tanda
seru) disertai pula adanya jeda atau kesenyapan sementara yang divisualisasikan dengan tanda
baca koma, titik koma, dan titik dua
DAFTAR PUSTAKA
abdullohaja.blogspot.com/.../contoh-kalimat-efektif-dan-tidak_29.html
Arifin, Zaenal. 2008. Sintaksis. Jakarta: PT Grasindo.
Arifin, Zaenal. 2008. Cermat berbahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
nnawidhi.wordpress.com/.../soal-kalimat-langsung-dan-tak-langsung/
Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan. 1986. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Sumber
http://www.yadi82.com/2012/01/
soal-kalimat-aktif-dan-kalimat-
pasif.html#ixzz369Q6
Dtzi
Sumber
http://www.yadi82.com/2013/12/contoh-soal-mengidentifikasi-kelas-kata.
ixzz369
On0AiH
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa
1984. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa
html#
Download