BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan a) Pengertian Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi. Bila dihitung dari fase fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi tiga trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 samapai 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 sampai 40 minggu) (Prawirohardjo, 2010; h. 213). Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm adalah sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut: usia kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 g bila berakhir disebut keguguran, usia kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut persalinan prematurus, usia kehamilan 37 sampai 42 minggu disebut aterm, usia kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau postdatism (serotinus) (Manuaba, 2010; h. 106-107). 15 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 16 Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama (0-12 minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu) (Manuaba, 2010; h. 107). b) Proses permulaan kehamilan Setiap bulan saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium), yang ditangkap oleh umbai (fimbriae) dan masuk kedalm saluran telur. Sewaktu persetubuhan, cairan semen tumpah kedalam cairan vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian tuba uterina yang mengembang. Disekitar sel telur, banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani untuk kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa tadi disebut pembuahan(konsepsi = fertilisasi). Ovum yang telah dibuahi tadi kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa tersebut disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kirakira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudigah (embrio) dan janin, dipersiapkan uri (plasenta). Jadi dapat dikataka bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 17 spematozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan plasenta (Mochtar, 2012; h. 16). c) Menurut Williams (2013; h. 81) Pertumbuhan dan perkembangan janin. 1) Ovum, Zigot, dan Blastokista Selama 2 minggu pertama pascaovulasi, fase perkembangan meliputi fertilisasi, pembentukan blastokista dan implantasi plastokista. 2) Periode embrionik Periode embrionik dimulai pada permulaan minggu ketiga setelah ovulasi dan fertilisasi yeng terjadi bersamaan dengan perkiraan permulaan periode menstruasi berikutnya. Pada minggu keempat sistem kardiovaskuler telah terbentuk sehingga terbentuklah sirkulasi sejati dalam embrio. Pada akhir minggu keempat sakus korionik berdiameter 2 hingga 3 mm, dan embrio memiliki panjang 4-5 mm, bakal lengan dan tungkai telah terbentuk dan selubung amnion mulai terlepas dari body stalk, yang selanjutnya menjadi tali pusat. Pada akhir minggu keenam embrio memiliki panjang 22 hingga 24 mm serta kepala berukuran relatif besar dibandingkan badan, jantung telah terbentuk sempurna, jari-jari tangan dan kaki telah ditemukan dan lengan menekuk pada siku. Bibir atas telah sempurna dan telinga dan telinga luar membentuk peninggian definitif pada masing-masing sisi kepala. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 18 3) Periode janin Pada usia 10 minggu setelah awitan menstruasi terakhir, embriofetus memiliki panjang hampir 4 cm, perkembangan selama periodik janin terdiri atas pertumbuhan dan pematangan struktur-struktur yang dibentuk saat periode embrionik. Minggu ke 12 gestasi uterus teraba tepat diatas simpisis pubis dan panjang kepala bokong janin adalah 6 hingga 7 cm. Pusat penulangan telah timbul pada sebagian besar tulang janin, jari tangan dan kaki juga telah berdiferensiasiasi, kulit dan kuku telah berkembang dan muncul tunas-tunas rambut yang tersebar, genitalia eksternal mulai memperlihatkn tanda pasti jenis kelamin laki-laki atau perempuan, janin mulai melakukan pergerakan spontan. Minggu ke 16 gestasi panjang kepala bokong janin adalah 12 cm dan berat janin 110 g, jenis kelamin telah dapat ditentukan. Minggu ke 20 gestasi sejak saat ini janin bergerak kurang lebih setiap menit, kulit janin telah menjadi kurang transparan, lanugo seperti beledu menutupi seluruh tubuh janin dan telah terbentuk sebagian rambut di kulit kepala. Minggu ke 24 gestasi kulit secara khas tampak keriput dan penimbunan lemak dimulai, kepala masih relatif besar, alis mata dan bulu mata biasanya dapat dikenali, periode kanalikular perkembangan paru-paru, saat membesarnya bronkus dan bronkiolus serta berkembanganya duktus alveolus hampir selese. Minggu ke 28 gestasi panjang kepala bokong sekitar Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 19 25cm kulit janin yang tipis berwarna merah dan ditutupi oleh verniks kaseosa. Minggu ke 32 gestasi janin telah mencapai panjang kepala bokong 28 cm, kulit perkumaan masih merah dan keriput. Minggu ke 36 gestasi panjang rata-rata kepala bokong pada janin sekitar 32 cm, tubuh menjadi lebih bulat serta gambaran keriput pada wajah telah menghilang. Minggu ke 40 gestasi merupakan periode saat janin dianggap aterm menurut usia yang dihitung dari awitan periode menstruasi terakhir, janin telah berkembang sempurna. d) Perubahan fisiologi pada kehamilan Menurut Manuaba (2010; h. 85-94) dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh di bawah ini : (1) Uterus Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertropi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 20 janin. Pertumbuhan pada isthmus uteri(rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda heger. Hubungan antar besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai gambaran dapat dikemukaan sebagai berikut : (a) Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion, dimana desidua kapsularis dan desidua parientalis telah menjadi satu. Tinggi rahim adalah setengah dari jarak simfisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk seluruhnya. (b) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari di bawah pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi atas pusat. (c) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus. (d) Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xifoideus dan pusat. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 21 (e) Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul. (f) Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah masuk pintu atas panggul. Panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada usia kehamilan 32 minggu panjangnya 27 cm, dan umur kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm. Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkemangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan menipis di segmen bawah rahim. Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi pertmbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama, bentuk rahim yang tidak sama disebut tanda piskaseck. Pertumbuhan konsentrasi hormonal yang mempengaruhi rahim, yaitu estrogen dan progesteron menyebabkan progestron mengalami penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim yang disebut Braxton Hicks. (2) Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 22 (3) Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korianik gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis anterior. (4) Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin. Penampakan payudara pada ibu hamil (a) Payudara menjadi lebih besar. (b) Areola payudara makin hiperpigmentasi hitam. (c) Glandula montgomery makin tampak. (d) Puting susu makin menonjol. (e) Pengeluran ASI belum berlangsung karena prolktinbelum berfungsi, karena hambatan dari PHI (prolactine inhibiting hormone) untuk mengeluarkan ASI. (f) Setelah melahirkan, hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI dapat berlangsung. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 23 (5) Sirkulasi darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor antara lain meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri vena pada sirkulasi retroplasenter, pengaruh hormon estrogen dan progesteron makin meningkat.Akibat dari faktor tersebut dijupai beberapa perubahan peredaran darah. (a) Volume darah, volume darah semakin meningkatdan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), denga puncaknya pada usia kehamiln 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25 sampi 30% sedankan sel darah bertambah sekitar 20%, curah jantung akan bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar usia kehamilan 16 minggu, sehingga penderita penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil beberapa kali, kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil dengan sakit jantungdapat jatuh dalam dekompensasi kordis. (b) Sel darah, sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 24 volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga mencapai 10.000/ml. (c) Sistem respirasi, pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi oksigen, disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu, sebagai kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang meningkat, ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dariapada biasanya. (d) Sistem pencernaan, oleh karena pengaruh estrogen, pengaruh asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut morning sickness, muntah yang terjadi disebut hiperemesis gravidarum, progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi. (e) Traktus urinarius, karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua , terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 25 pembentuntukan urine akan bertambah. Filtrasi pada glomelurus bertambah sekitar 69 sampai 70%. (f) Perubahan pada kulit, pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum, areola mamae, papilla mamae, linia nigra, pipi (khloasma gravidarum). (g) Metabolisme, dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalmi perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi, untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI. e) Menurut (Manuaba, 2010; h, 108) tanda-tanda kehamilan (1) Tanda dugaan kehamilan Tanda-tanda dugaan adanya kehamilan : (a) Amenorea (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan. (b) Mual dan muntah (emese). Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 26 morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang. (c) Ngidam, wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. (d) Sinkope atau pingsan. Terjadi ganggan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan iskemi susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. (e) Payudara tegang. Pengeluaran estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit teruratam pada hamil pertama. (f) Sering miksi. Deskan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah menghilang. (g) Konstipasi atau obstipasi. Pegaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. (h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 27 nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum). (i) Epulis. Hipertropi gusi yang disebut epulis dapat terjadi bila hamil. (j) Varices atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksternal, kaki dan betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan. (Manuaba, 2010; h. 107-108). (2) Tanda tidak pasti kehamilan Tanda tidak pasti kehamilan ditentukan oleh : (a) Rahim membesar sesuai dengan tuanya hamil Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda heger, tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks dan teraba ballottement. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 217-219) pengertian dari : (i) Tanda chadwick adalah perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguaan pada vulva, vagina dan serviks. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 28 Tanda goodell adalah perubahan konsisteni (yang dianalogikan dengan konsistensi bibir) serviks dianalogikan dengan konsistensi kenyal (dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat tidak hamil. (ii) Tanda heger adalah penularan dan kompresibilitas ismus serviks sehingga ujing-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila imus ditekan dari arah yang berlawanan. (iii) Tanda piskacek adalah pembesaran asimetris dan penonjolan salah satu kornu. (iv) Kontaksi Braxton Hicks, terjadi akibat peregangan miometrium yang disebabkan oleh terjadinya pembesaran uterus. (v) Ballottement yaitu fenomena bandul atau pantulan balik. (b) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif (3) Tanda pasti kehamilan Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui (a) Gerakan janin dalam rahim. (b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. (c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, alat kardiotografi, alat doopler. Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi. (Manuaba, 2010; h. 109). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 29 f) Ketidaknyamanan selama kehamilan (1) Trimester I (a) Nausea Nausea, dengan atau tanpa disertai muntah-muntah, ditafsirkan keliru sebagai morning sickness, tetapi paling sering terjadi pada siang atau sore hari atau bahkan sepanjang hari. Nausea lebih kerap terjadi pada saat perut kosong sehingga biasanya lebih parah di pagi hari. Penyebab morning sickness masih belum diketahui dengan pasti kendati sebuah ide telah dikembangkan. Ide ini mencakup perubahan hormon selama kehamilan, kadar gula darah yang rendah, lambung yang terlalu penuh, peristaltik yang lambat, dan faktor-faktor emosi yang lain. Nausea merupakan masalah umum yang dialami oleh lebih dari sebagian hingga tiga perempat wanita hamil. Begitu umum hingga pada kenyataannya nausea dan muntah salah satu tanda praduga kehamilan. Jumlah puncak nausea dan muntah pada wanita hamiladalah pada usia kandungan 11 minggu dengan awitan rata-rata antara lima hingga enam minggu (Varney, 2007; h. 536) (b) Ptialisme (Saliva berlebihan) Ptialisme , merupakan kondisi yang tidak lazim, yang dapat disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 30 peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjar saliva pada wanita yang rentan mengalami sekresi berlebihan. Pada wanita yang mengalami ptialisme biasanya juga mengalami mual. Kondisi mereka berlangsung terus menerus dan menjadi suatu siklus karena bukan saja saliva yang berlebihan membuat rasa mual semakin kuat, tetapi keinginan untuk menghindari nausea juga mengakibatkan pasien menelan lebih sedikit makanan sehingga jumlah saliva di dalam mulut meningkat (Varney, 2007; h. 537). (c) Keletihan Keletihan dilami pada trimester pertama, namun alasannya belum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar pada awal kehamilan, tetapi alasan ini terjadi masih belum jelas, dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesteron memiliki efek menyebabkan tidur, keletihan biasanya hilang pada akhir trimester pertama (Varney, 2007; h. 537). (d) Nyeri punggung bagian atas (Nonpatologis) Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester pertama akibat peningkatan payudara menjadi ukuran berat. payudara, yang Pembesaran membuat ini dapat mengakibatkan tarikan otot jika payudara tidak disokong adekuat (Varney, 2007; h. 538). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 31 (e) Leukoria Leukoria adalah sekresi vagina dalam jumlah besar, dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahansejumlah besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh basil Doderlein. Meski basil ini berfungsi melindungi ibu dan janin dari kemungkinan infeksi yang mengancam, tetapi basil ini merupakan medium yang dapat mempercepat pertumbuhan organisme yang bertanggung jawab terhadap terjadinya vaginitis. Produktivitas kelenjar serviks dalam menyekresi sejumlah besar lendirpada saat ini guna membentuk sumbat lendir serviks ternyata juga dapat mengakibatkan leukoria (Varney, 2007; h. 538). (f) Peningkatan frekuensi berkemih (Nonpatologis) Frekuensi berkemih selama trimester pertama terjadi akibat peningkatan berat pada fundus uterus, peningkatan berat pada fundus uterus ini membuat istmus menjadi lunak (tanda heger), menyebabkan anterfleksi pada uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus terus membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu organ abdomen, sementara kandung kemih tetap merupakan organ panggul. Frekuensi berkemih pada trimester Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 32 ketiga paling sering dialami oleh wanita primigravida setelah lightening terjadi. Efek lightening adalah bagian presentasi akan menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih, tekanan ini menyebabkan wanita merasa perlu berkemih (Varney, 2007; h. 538). (g) Emesis gravidaraum merupakan keluhan umum yang disampaikan pada kehamilan perubahan muda. Terjadinya hormonal peningkatan hormon pada kehamilan wanita estrogen, menimbulkan karena terdapat progesteron, dan dikeluarkannya human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual-muntah sampai kehamilan berumur 4 bulan (Manuaba, 2010; h. 227). Cara mengatasinya yang pertama pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu dengan maksud untuk menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit dan sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan terasa Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 33 oyong-oyong, mual, dann muntah. Defeksi diusahakan teratur. Kedua memberikan obat vitamin (B1 dan B6), antisida, anti mual. Ketiga untuk hiperemesis grafidarum tingkat 2 dan 3 harus dirawat inap di rumah sakit.(Mochtar, 2012, h.142) (2) Trimester II (a) Nyeri ulu hati Nyeri ulu hati ketidaknyamanan yang mulai timbul menjelang akhir trimester ke dua dan bertahan hingga trimester tiga. Isi lambung bersifat asam hidroklorida yang terdapat di dalam lambung, keasaman ini menyebabkan materi tersebut membakar tenggorokan dan teras tidak enak. Penyebab nyeri ulu hati adalah sebagai berikut : (i) Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron. (ii) Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah progesteron dan tekanan uterus. (iii) Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar (Varney, 2007; h. 538). (b) Konstipasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 34 Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping yang umum muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi (Varney, 2007; h. 539). (c) Hemoroid Hemoroid sering didahului oleh konstipai. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar, selain itu pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan tekanan secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid (Varney, 2007; h. 539). (3) Trimester III (a) Edema dependen Edema dependen pda kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gagguan ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 35 duduk atau berdiri paa vena kava inferior sat ia berada dalam posisi terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk masalah (Varney, 2007; h. 540). (b) Varices Varices vena lebih mudah muncul pad wanita yang memiliki kecendurungan tersebut dalam keluarga atau memiliki faktor predisposisi kongenital. Varices dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini diakibatkan penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior saat ia berbaring, pakaian yang ketat menghambat aliran vena balik dari ekstremitas bagian bawah atau posisi berdiri yang lama memperberat masalah tersebut. Relaksasi dinding vena dan katup dan otot polos sekeliling karena induksi juga turut menyebabkan timbulnya varices (Varney, 2007; h. 540). (c) Dispareunia Nyeri saat berhubungan seksual dapat berasal dari sejumlah penyebab selama kehamilan. Perubahan fisiologis dapat menjadi penyebab, seperti kongesti vagina/panggul akibat gangguan sirkulasi yang diakrenakan tekanan uterus yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 36 membesar atau tekanan bagian presentasi, masalah-masalah fisikkemungkinan disebabkan abdomen yang membesar atau dijumpi pada tahap akhir kehamilan saat bagian presentasi mengalami penurunan ke dalam pelvis sejati. Faktor-faktor psikologis dapat menyebabkan dispareunia karena pemahaman yang salah dan kekhawatiran akan menyakiti jabang bayi meskipun kekhawatiran ini tidak beralasan kecuali terdapat perdarahan vagina atau pecah ketuban (Varney, 2007; h. 540). (d) Insomnia Insomnia baik pada wanita yang mengandung maupun tidak dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti kekhaawatiran, kecemasan, terlalu gembira, meyambut suatu acara untuk keesokan harinya. Wanita hamil bagaimanapun memiliki tambahan alasan fisik sebagai penyebab insomnia. Hal ini meliputi ketidak nyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2007; h. 541). (e) Nyeri pada ligamentum teres uteri Nyeri pada ligamentum teres uteri diduga terjadi akibat peregangan dan kemungkinan akibat penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligamen. Nyeri ini merupakan ketidaknyamanan umum yang harus dibedakan dari penyakit Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 37 saluran gastrointestinal maupun penyakit organ abdomen (contoh apendistis, radang kandung kemih dan ulser peptik). Salah satu faktor yang membedakan nyeri ini adalah penyebaran nyeri hingga ke area inguinal, yang merupakan ciri khas nyeri pada ligamentum teres uteri (Varney, 2007; h. 541). (f) Nyeri punggung bawah (Nonpatologis) Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkatkan intensitasnya seiring pertumbuhan usia kehamilan karena nyeri ini meruoakan akibat pergerakan pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan denganayunan tubuh ke belakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini kemudiaan akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri (Varney, 2007; h. 542). (g) Hiperventilasi dan sesak napas Sesak napas merupakan ketidaknyamanan terbesar yang dialami pada trimester ketiga. Selama periode ini, uterus telah mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan diafragma. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 38 Selain itu, diafragma akan mengalami elevasi kurang lebih 4 cm selama kehamilan. Meski terjadi pelebaran diameter tranversal pada rangka iga, hal ini tidak cukup untuk mengkonpensasi elevensi diafragma sehingga terjadi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume udara residual. Hal ini ditambah pada tekanan diafragma, menimbulkan perasaan atau kesadaran tentang kesulitan bernapas atau sesak napas (Varney, 2007; h. 543). g) Asuhan antenatal (1) Pengertian Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan (Prawirohardjo, 2010; h. 278). (2) Menurut (Kemenkes, 2013; h. 22 ) Jadwal kunjungan asuhan antenatal yaitu dilakukan minimal 4 kali yaitu pada trimester 1 satu kali , Trimester 2 satu kali dan trimester 3 dua kali. (3) Pemeriksaan fisik obstetri Palpasi (a) Leopold I yaitu untuk menentukan apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur sungsang kepala bulat keras dan melenting, pada goyangan pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus yaitu tidak keras dan tidak melenting dan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 39 tidak bulat, pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bagian-bagian janin. (b) Leopold II yaitu letak membujur dapat didapatkan punggung janin, yang teraba rata dengan tulangiga seperti papan. Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin. (c) Leopold III, menetapkan bagian apa yang terdapat di atas simfisis pubis, kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong. (d) Leopold IV, bila bagian terendah masuk PAP telah melampaui lingkaran terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa konvergen (Manuaba, 2010; h. 117) Detak jantung janin Bunyi jantung janin dapat terdengar pertama kali pada usia kehamilan 10 minggu dengan menggunakan Doppler, dan jika menggunakan ultrasonografi dapat terdeteksi hingg sedini 5 minggu (Williams, 2013; h. 209). h) Komplikasi kehamilan Menurut (Mochtar, 2012; h. 139-) komplikasi kehamilan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 40 (1) Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (2) Toksemia gravidarum (a) Klasifikasi : Preeklamsia ringan dan berat Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan seagai berikut, tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Preeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih per liter, oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam, adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium, terdapat edema paru dan sianosis. Eklamsia Eklamsia dalam bahasa yunani berarti halilintar, karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 41 (3) Abortus (Keguguran) (a) Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batasan usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Kementrian kesehatan, 2013; h. 84). (b) Diagnosa abortus menurut (Kementrian kesehatan, 2013; h. 84) yaitu perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak, perut nyeri dan kaku, pengeluaran sebagian produk konsepsi, serviks dapat tertutup maupun terbuka, ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya. (c) Menurut (Mochtar, 2012; h. 151-152) macam-macam abortus dapat dibagi atas: (i) Abortus imminens, keguguran mengancam. Keguguran belum terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara: tirah baring, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala dengan USG untuk melihat perkembangan janin. (ii) Abortus insipien, adalah proses keguguran yang sedang berlangsug. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 42 mengeluarkan hasil konsepsi, ostium ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. (iii) Abortus inkomplitus, hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah desidua atau plasenta. (iv) Abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong. (v) Missed abortus adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam rahim (4) Kehamilan ektopik Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim. Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah, dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut (Mochtar, 2012; h. 159). (5) Mola hidatidosa (a) Pengertian Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (choronic villi) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan, karena ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (Mochtar, 2012; h. 167). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 43 (b) Faktor resiko Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan tetapi faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah, defisiensi protein, sosio ekonomi yang rendah, paritas tinggi, imuno selektif trofoblas (Mochtar, 2012; h. 167-168). (c) Diagnosa dan gejala menurut (Mochtar, 2012; h. 168) (1) Keluhan (a) Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada usia kehamilan 616 minggu. (b) Terdapat gejala hamil muda yang sering lebih nyata dari kehamilan biasa. (c) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang merupakan diagnosa pasti. (d) Perdarahan bisa sedikit atau banyak, tidak teratur berwarna merah kecoklatan. (e) Kadang kala timbul gejala preeklamsia. (2) Inspeksi (a) Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan, yang disebut muka mola. (b) Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 44 (3) Palpasi (a) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek. (b) Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin. (c) Adanya fenomena harmonika darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun, lalu naik lagi terkumpulnya darah baru. (d) Fundus uteri lebih tinggi daripada usia yang dihitung berdasarkan haid terakhir (4) Aukultasi (a) Tidak terdapat bunyi denyut jantung janin. (b) Terdengar bising dan bunyi khas. (c) Pemeriksaan dalam (d) Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jarigan dalam kanalis servikalis dari vagina, serta evaluasi keadaan serviks. (5) Anemia dalam kehamilan (a) Pengertian Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau hemoglobin (Kemenkes, 2013; h. 160). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 45 (b) Penyebab Anemia umumnya menurut Mochtar (2012; h. 109) adalah (i) Kurang gizi (Malnutrisi) (ii) Kurang zat besi (iii) Kehilangan darah dan penyakit-penyakit kronik. Dalam kehamilan jumlah darah bertambah karena terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Secara fisisologis pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung. (c) Diagnosa anemia pada kehamilan menurut Manuaba (2010; h. 239 ) Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut : Hb 11 gr% = tidak anemia Hb 9-10 gr% = anemia ringan Hb 7-8 gr% = anemia sedang Hb = anemia berat <7 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 46 Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester 1 dan trimester 3. Simanjutak mengemukakan bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia mengalami aneia akibat kekurangan gizi. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa kebanyakan anemia ang diserita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Selain itu di daerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengam malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat ekonomi rendah. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 686 dan h. 697 ) komplikasi dalam kehamilan yaitu salah satunya kehamilan postterm dan pertumbuhan janin terhambat : (1) Kehamilan Postterm (a) Pengertian Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, pronologe pregnency, extended pregnency, postdate atau pascamaturitas adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih, dihitung dari haid pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 47 (b) Penyebab terjadinya kehamilan postterm menurut Prawirohardjo (2010; h. 686). Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya mengatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalianan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut : (i) Pengaruh progesteron Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahn endokrin yang penting dalam memacu proses meningkatkan biomolekuler sensitivitas pada uterus persaliann terhadap dan oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron. (ii) Teori oksitosin Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis. ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor pernyebab kehamilan postterm. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 48 (iii) Teori kortisol Dalam teori ini diajukan sebagi pemberi tanda untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasi adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin diproduksi akan dengan menyebabkan baik kortisol sehingga janin kehamilan tidak dapat berlangsung lewat bulan. (iv) Saraf uterus Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm (v) Hereditas Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 49 (2) Pertumbuhan janin terhambat (a) Pengertian Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila beraT janin kurang dari 10% dari berat yang hars dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan (Prawirohardjo, 2010; h. 697). Seeds (1984) mengusulkan suatu definisi berdasarkan berat badan lahir dibawah persentil ke 5. Usher dan McLean (1969) menyatakan bahwa standar pertumbuhan janin seharusnya berdasarkan rata-rata berat badan sesuai usia dengan batasan normal yakni standar deviasi kurang lebih 2. Definisi ini akan membatasi jumlah bayi-bayi KMK sampai sebanyak 3% kehamilan, bukan dari 10%. Seperti yang didemonstrasikan pada analisis mereka terhadap 122.754 kehamilan. Mclntire dkk (1999) menunjukan definisi ini memiliki arti klinis yang bermakna. Sebagian besar hasil yang buruk terjadi pada janin yang berada dibawah persentil ke 3. Akhirnya potensi pertumbuhan janin secara individual telah diusulkan untuk menggantikan nilai batas berdasarkan populasi. Pada model ini janin yang menyimpang dari ukuran optimal didasarkan suatu usia kehamilan tertentu dianggap Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 50 tumbuh berlebih atau tumbuh terhambat (Bukowski dkk, 2008) dalam williams (2013; h. 889). Tabel 2.1 persentil berat lahir terhadap usia kehamilan Usia (Minggu) 5 10 20 249 275 21 280 314 22 330 376 23 385 440 24 435 498 25 480 558 26 529 625 27 591 702 28 670 798 29 772 925 30 910 1085 31 1088 1278 32 1294 1495 33 1513 1725 34 1735 1950 35 1950 2159 36 2156 2354 37 2357 2541 38 2543 2714 39 2685 2852 40 2761 2929 41 2777 2948 42 2764 2935 43 2741 2907 44 2724 2885 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 51 (b) Diagnosa Secara klinis awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu. Namun secara ultrasonografi mungkin sudah dapat diduga lebih awal dengan adanya biometri dan taksiran berat janin yang tidak sesuai dengan usia gestasi.secara klinik pemeriksaan fundus uteri umumnya dalam sentimeter akan sesuai dengan usia kehamilan. Bila lebih rendah dari 3 cm , patut dicurigai PJT, meskipun sensivitasnya hanya 40%. Sebaiknya kepastian PTJ dapat dibuat apabila terdapat data USG (Prawirohardjo, 2010; h. 698). 2. Persalinan a. Pengertian Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012; h. 69). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir, atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; h. 164). Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2007; h. 672). Pelahiran bayi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 52 adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang reguler sampai ekpulsi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut persalinan (labor) suatu istilah yang pada konteks obstetri mengambil beberapa konotasi dari bahasa inggris (Williams, 2013; h. 392). b. Menurur Rustam Mochtar (2012; h. 69) Istilah yang berhubungan dengan partus 1) Menurut cara persalinan a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat, serta tidak meluakai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. b) Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi kaesaria. 2) Menurut tua (umur kehamilan) : a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viabel) berat janin dibawah 1000 gram- tua kehamilan dibawah 28 minggu. b) Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu janin dapat hidup tetapi prematur berat janin antara 1000-2500 gram. c) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 gram Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 53 d) Partus maturus atau aterm ( cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 gram. e) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir janin disebut postmatur. f) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya. Menurut Manuaba, (2010; h. 166). Partus presipitatus yaitu persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam g) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada tidaknya disproporsi sefalopelvik 3) Gravida dan para a) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. b) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. c) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. d) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi. e) Primipara adalah seorang wanita yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kali. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 54 f) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali (sampai 5 kali). g) Grandemultipra adalah wanita yamg pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup ataupun mati. c. Predisposisi persalinan 1) Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. ukuran panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas : a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul). b) Bagian lunak seperti otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamenligamen (Mochtar, 2012; h. 58). 2) Passenger (Janin Plasenta) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagia passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah, dkk, 2009; h.35). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 55 3) Power (Kekuatan) Seperti telah dikemukakan terdahulu, kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi ligamen. Keempat kekuatan tersebut bekerja sama dengan bak dan sempurna (Mochtar, 2012; h.64). Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter. d. Menurut Williams (2013; h. 392-399) mekanisme persalinan 1) Letak, presentasi, sikap, dan posisi janin. a) Letak janin Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang. Kadang-kadang aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45 derajat membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu menjadi letak memanjang atau melintang saat persalinan. b) Presentasi janin Bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir. Bagian tersebut dapat dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka pada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 56 letak memanjang bagian yang terpresentasi adalah kepala atau bokong janin, sehingga disebut presentasi kepala atau bokong. c) Postur atau sikap janin Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya janin membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk rongga rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk ke arah dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir menyentuh dada, paha terfleksi di depn abdomen dan tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala lengan biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masingmasing sisi. Pengecualian yang abnormal terhadap sikap ini terjadi ketka kepala janin meluas secara progresif dari presentasi verteks ke presentasi wajah. d) Posisi janin Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai presentasi janin terhadap sisi kanan dan kiri jalan lahir. Masing-masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atau kiri. Oksiput dagu dan sakrumjanin masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah atau bokong. Karena bagian presentasi janin dapat berada baik di posisi kanan ataupun kiri terdapat presentasi oksiput kanan dan kiri. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 57 2) Mekanisme persalinan dengan presentasi oksiput anterior. Gerakan utama persalinan adalah engagement, desensus, fleksi, rotasi internal, ekstensi, rotasi eksternal, dan ekspulsi. a) Engagement Mekanisme ketika diameter bipariental diameter tranversal terbesar pada presentasi oksiput melewati apertura pelvis superior disebut engagement. Kepala janin dapat mengalami engange selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau tidk mengalami engange hingga setelah permulaan persalinan.Pada banyak perempuan multipara dan beberapa perempuan nulipara kepala janin bergerak bebas di atas apertura pelvis superior saat awitan persalinan. Pada keadaan ini kepala kadang-kadang disebut mengembang (floating). Kepala berukuran normal biasanya tidak mengalami engange dengan sutura sagitalis yang mengarah ke anteroposterior. Namun kepala janin biasanya memasuki spertura pelvis superior bak secara tranversal atau oblik. Asinklitismus, meskipun kepala janin cenderung berakomondasi dengan aksis tranversal apertira pelvis superior, sutura sagitalis, yang tetap paraler terhadap aksis tersebut, tidak terletak tepat di garis setengah antara simfisis dan promontorium ossis sakri. Sutura sagitalis umumnya mengalami defleksi baik ke arah posterior menuju promontorium atau ke arah anterir menuju Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 58 simpfisis. Defleksi lateral ke arah posisi anterior atau posterior pelvis disebut asinklitismus. b) Desensus Gerakan ini merupakn persyaratan pertama pelahiran neonatus. Pada nulipara, engagement dapat berlangsung sebelum awitan persalinan, dan proses desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awotan kala dua. Pada perempuan multipara desensus biasanya dimulai dengan proses engagement. Desensus ditimbulkan oleh satu atau beberpa dari empat kekuatan : tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus dan bokong ssat kontraksi, tekanan ke bawah otot-otot abdomen maternal dan ekstensi dan pelurusan tubuh. c) Fleksi Pada gerakaan ini dagu mengalami kontak debih dekat dengan dada janin, dan diameter suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggantikan diameter oksipitofrontalis yang lebih panjang. d) Rotasi internal Gerakan ini terdiri dari perputaran kepala sedemikian rupa sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke arah simpisis pubis di bagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang ke arah posterior menuju lengkung sakrum. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 59 e) Ekstensi Setelah rotasi internal, kepala yang berada pada posisi fleksi maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Dengan distensi progresif perineum dan pembukaan vagina bagian oksiput perlahan-lahan akan semakin terlihat. Kepala lahir dengan urutan oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu melewati tepi anterior perineum. Segera setelah lahir kepala menghadap ke bawah sengingga dagu terletak di atas anus maternal. f) Rotasi eksternal Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin dan membuat diameter bisakrominalberkorelasi dengan diameter anteroposterior pertura pelvis inferior. Sehingga salah satu bahuterletak anterior di belakang simpisis pubis sedangkan bahu lainnya terletak di posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh faktor pelvis yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala. g) Ekspulsi Hampir segera setelah rotasi eksternal bahu anterior terlihat di bawah simfisis pubis dan perineum segera terdistensi oleh bahu posterior. Setelah pelahiran bahu, bagian tubuh lainnya lahir dengan cepat. 3) Perubahan bentuk kepala janin a) Caput succedaneum Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 60 Pada prentasi verteks, kepala janin berubah bentuk akibat tekanan saat persalinan. Pada persalinan yang memanjang sebelum dilatasi serviks lengkap bagian kulit kepala janin yang terletak tepat di atas os servikalis menjadi odema. Pembenggakakan ini dikenal sebagai caput succedaneum. Yang lebih sering caput terbentuk ketika kepala berada di bagian terbawah jalan lahir dan umumnya hanya setelah mengalami tahanan dari saluran keluar vagina yang kaku. b) Molase Perubahan bentu kepala janin akiat daya kompresi eksternal disebut molase. Diduga berkaitan dengan kontraksi Braxton Hicks, berapa molase terjadi sebelum lahir, Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa jarang terjadi tumpang tindih os parietal. Molase meyebabkan pemendekn diameter mentovertikalis. Perubahan tersebut memiliki makna yang penting pada perempuan dengan kontraktur pelvis atau presentasi asinklitik. Pada keadaan tersebut, derajat kemampuan molase kepala dapat membuat perbedaan ntara pelahiran spontan pervagina dengan pelahiran operatif. Beberapa literarur yang lebih tua menyatakan molase kepala, berat diduga sebagai penyebab trauma serebral. e. Menurut Varney (2008; h. 686-688) Peruahan Fisiologis Maternal selama persalinan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 61 Tabel 2.2 perubahan fisiologis maternal selama persalinan. Makna Perubahan Fisiologis A. Tekanan darah Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa taukut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah. B. C. D. Metabolisme Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini disebabkan oleh ansietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, nadi, pernapasan, curah jantung dan cairan yang hilang. Suhu Sedikit peningkatan selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Yang dianggap normal ialah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 sampai 1derajat celcius yang mencerminkan penigkatan metabolisme selama persalinan. Denyut nadi (frekuensi jantung) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selam titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah dari pada frekuensi di antara Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval antarkontaksi, lebih disukai dengan posisi ibu berbaring mring. Apabila seorang wanita terasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya (bukan preeklampsianya) menyebabkan peningkatantekanan darah. Berikan perawatan atau obat-obatan penunjang yang dapat merelakasi wanita sebelum menegakkan diagnosis akhir. Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang mempengaruhi fungsi ginjal dan perlu medapat perhatian serta tindak lanjut guna mencegah terjadinya dehidrasi Peningkatan suhu sedikit normal. Namun bila persalinan berlangsunglebih lama, peningkatan suhu dapat mengndikasikan dehidrasi dan parameter lain harus dicek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini. Sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap normal. Cek parameter lain untuk menyingkirkan proses infeksi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 62 kontaksi dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di antara kontraksi. Penurunan yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring, bukan terlentang. Frekuensi denyut nadi di antara kntraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan E. Pernapasan Sedikit peningkatan frekunsi pernapasan masih normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis. F. Perubahan pada Gijal Poliuria sering terjadi selama persalinan, kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrai glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria (renik 1+) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalin Proteinuria 2+ dan lebih adalah data yang abnormal G. Perubahan pada saluran cerna. Motilitas dan absorsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung sela persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengkosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk Sulit untuk memperoleh temuan yang akurat dalam hal pernapasan karena frekuensi dan irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri rasa takut dan peggunaan teknik pernapasan. Amati pernapasan wanita dan bantu ia mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi yang panjang yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing Kandung kemih harus sering di evaluasi setiap dua jam untuk mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih penuh, yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal. Lebih sering terjadi pada wanita primipara atau yang mengalami anemia atau yang persalinannya lama. Mengindikasikan preeklampsia Lambung yang penuh dapat menimbulakan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa transsi. Oleh karena itu wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berelebihan, tetapi makan dan minum ketika timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 63 pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makahan yang diingesti selama periode menjelang persalinan atau fase prodnormal ata fase laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan. H. Perubahan hematologi Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2gm/100 Ml selama persalinan dan kembali ke kadara sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Pemberian obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan pada saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut : kontraksi uterus, nyeri, rasa takut dan khawatir, obat dan komplikasi Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan pascapartum pada wanita normal Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut sela persalinan. Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala satu persalinan sebesar kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan lengkap, tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Gula darah menurun selama persalinan, penurunan drastis pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka Sumber (varney, 2008; h. 686-688). f. Persalinan terbagi menjadi tiga kala yaitu : 1) Kala satu persalinan Kala satu persalinan dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas dan durasi yang cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 64 satu persalinan selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (10 cm) sehingga memungkinkan kepala janin dapat lewat. Oleh karena itu, kala satu persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Prawirohardjo, 2010; h. 297). Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10cm) (Varney, 2008; h. 672). Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu/wanita masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 2010; h.173) a) Menurut Varney (2008; h. 672-674) tanda dan gejala menjelang persalinan yaitu : (1) Lightening Lightening dirasakan kira-kira dua minggu sebelum prsalinan, lightening adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap (engaged) setelah lightening. Wanita sering menyebut lightening sebagai kepala bayi telah turun. Sesak nafas yang dialami pada trimester tiga kehamilan akan berkurang karena kondisi lightening akan menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru. Namun tetap saja lightening Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 65 menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Halhal spesifik yang akan dialami ibu : (a) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang. (b) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yng membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau ia perlu defekasi. (c) Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada sarafyang menjalar melalui foramen iskiadikum mayor dan menuju ke tungkai. (d) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ekstremitas bawah. Lightening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. (2) Perubahan serviks Mendekati persalina serviks semakin matang selama hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak, jika mendekati persalinan serviks lunak dengan konsistensi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 66 seperti puding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi ematangan serviks akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya. Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi broxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan. (3) Persalinan palsu Persalina palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidk nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri dan wanita dapat mengalami kurang tidur dan kekurangan energi dalam menghadapinya. Wanita tersebut tidak tau cara memastikan apakah ia benar-benar mengalami persalinan sebenarnya karena hal tersebut hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan dalam. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 67 (4) Ketuban pecah dini Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. Apabila terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi tersebut disebut ketuban pecah dini (KPD). (5) Bloody Show Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan penutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody show. Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi biasanya dalam 24-48 jam. b) Menurut Mochtar (2012; h. 70) tanda-tanda inpartu (1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Menurut Prawirohardjo ( 2010; h. 290) kekuatan his menentukan kemajuan persalinan karena menyebabkan pembukan dan penipisan pada serviks dan tekanan air ketuban pada kala I, menghitung His berdasarkan durasi dan frekuensi dalam 10 menit, his maksimal 5 kali dalam 10 menit, pada awal persalinan berlangsung 15-20 detik sedangkan mendekati persalian 45-90 detik. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 68 (2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekn kecil pada serviks. (3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan c) Menurut Mochtar (2012; h. 71) kala pembukaan dibagi atas 2 fase: (1) Fase laten Pembukaan serviks yang berlangsung lambat samapai pembukaan 3 cm lamanya 7-8 jam. (2) Fase aktif Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase: (a) Periode akselerasi, berlangsung 2, pembukaan mencadi 4 cm (b) Periode dilatasi maksimal, selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. (c) Periode deselerasi, berlangsung lambat dlam (d) waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap). Tabel 2.3 Perbedaan pembukaan serviks primigravida dan multigravida Primi Serviks mendatar (effacement) dulu, baru berdilatasi berlangsung 13-14 jam. Multi Mendatar dan membuka dapat terjadi bersamaan. Berlangsung 6-7 jam Sumber Mochtar, 2012; h. 71 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 69 d) Menurut Varney ( 2008; h. 695- 716 ) asuhan yang diberikan untuk ibu bersalin yaitu : (1) Pemberian Makan dan minum Ibu akan lebih berenekgi dan memiliki hidrasi yang lebih adekuat jika mendapat makanan, ibu yang berada pada situasi yang memungkinkan makan sesuka hati sering kali makan pada awal persalinan, sementara selama fase aktif persalinan umumnya mereka hanya menginginkan cairan. (2) Posisi dan ambulasi Ibu yang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi yang nyaman baginya dengan catatan tidak ada kontraindikasi untuk posisi terkait, posisiyang aman diambil antara lain miring kiri, duduk, berdiri dan jongkok. Posisi tersebut dapat membantu rotasi janin dari posisi posterior ke anterior. (3) Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin Mengevaluasi kesejahteraan ibu dan janin secara kontinu mencakup pemantauan untuk ibu tanda-tanda vital, kandung kemiih harus diperhatikan karena mengalami penekanan sehingga terjadi distensi jika kandung kemih tidak dikosongkan hal tersebut dapat terjadi persalinan terhambat, ketidaknyaman pada ibu, kondisi umum ibu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 70 untuk bayi frekuensi dan pola denyut janin denyut jantung janin normal 120-160 x/menit. Menurut APN (2008; h. 58) Pemantauna kondisi ibu dan bayi memantau denyut jantung janin ½ jam, lamanya kontraksi setiap ½ jam, nadi setiap ½ jam, pembukaan serviks setiap 4 jam , tekanan darah dan temperatur suhu setiap 4 jam. (4) Mengajarkan teknik relaksasi Ada tiga latihan relaksasi yang dapat membantu wanita bersalin : (a) Relaksasi progresif, yaitu memperoleh kesempatan tidur singkat di antara kontraksi. (b) Relaksasi terkendali, latihan dilakukan dengan mengupayakan sekelompok otot berkontraksi sembari mempertahankanotot lain berelaksasi. (c) Relaksai dengan Mengambil napas dalam setelah masing-masing kontraksi 2) Kala dua persalinan Kala dua persalinan dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua persalinan disebut juga sebagai stadiumekspulsi janin (Prawirohardjo, 2010; h. 297). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 71 Kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpim[in akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ - 2 jam pada multi ½-1 jam (Mochtar, 2012; h. 71) 3) Kala tiga persalinan Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasentadan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan disebut sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi plasenta (Prawirohardjo, 2010; h. 297). Kala tiga persalinan (kala pengeluaran uri), setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 510 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc (Mochtar, 2012; h. 73). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 72 4) Kala empat persalinan Kala empat persalinan kala pengawasan 1 – 2 jam setelah bay lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum Darah yang keluar harus diakar sebaik-bainya, kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum, jumlah perdarahan rata-rata yang dianggap normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc, apabila perdarahan lebih dari 500 cc hal tersebut sudah dianggap abnormal dan harus dicari sebab-sebabnya (Mochtar, 2012; h. 81) g. 60 langah asuhan persalinan normal menurut (Prawirohardjo, 2010; h. 341347) Melihat tanda dan gejala kala dua 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan atau vaginanya. c) Perineum menonjol. d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka. Menyiapkan pertolongan persalinan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 73 2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit internasional dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set. 3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. Menurut APN (2008; h. 78) menjelaskan bahwa dalam melakukan pertolongan persalinan harus memakai alat perlindungan diri secara lengkap seperti celemek, penutup kepala, masker, kacamata. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 6) Mengisap oksitosin 10 UI ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 7) Memastikan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksitingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 74 kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi. 8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan telah lengkap lakukan amniotomi. 9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal. 11) Memberitahu ibu pembukaan sudah kengkap dan keadan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya. a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temua . b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 75 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran. b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang). d) Menganjurkan ibu untuk beristirahatdiantara kontraksi. e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangatpada ibu. f) Menganjurkan asupan cairan per oral. g) Menilai DJJ. h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 76 j) Jika bayi belum lahir atau kelainan bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera. 14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong. 16) Membuka partus set 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. 18) Saat kepala bayu membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi danlakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. 19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih (langkah ini tidak harus dilakukan). 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera poses kelahiran bayi. a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklem di dua tempat dan memotongnya. 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukkan putar aksi luar secara spontan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 77 22) Setelah kepala melakukkan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan ke arah luarhingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan iku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusuran tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran bayi. 25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, mletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26) Segera membungkus kepala bayi dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukkan penyuntikan oksitosin/IM. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 78 27) Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari tali pusat bayi. Melakukkan urutan tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. 28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi kesulitan bernapas ambil tindakan yang sesuai. 30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. 31) Meletakkan kain yang bersh dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32) Memberi tahu ibu bahwa ia akan disuntik. 33) Dalam waktu 2 menitsetelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 UI IM di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. 34) Memindahkan klem pada tali pusat. 35) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukkan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 79 36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir sekitar 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu. 37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke adarh bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva. b) Jika plasenta tidak lepas setelh melakukan penengangan tali pusat selama 15 menit. (1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 UI IM. (2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Mengulangi penegangan tali pusat selma 15 menit berikutnya. (5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalm waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 80 38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massage uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukkan massage dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan massage selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai. 41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. 42) Menialai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan baik. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 81 43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung angan ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 44) Menenmpatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 46) Melepaskan klem bedah dan meletakannya ke dalam larutan klorin 0,5%. 47) Menyelimuti kembali bayi dn menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48) Menganjurkan ibu untuk memuali pemberian ASI. 49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam: a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan antonia uteri. e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 82 50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam perama pascapersalinan. b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dn membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI, menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman danmakanna yang diinginkan. 57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 83 58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 60) Melengkapi patograf (halaman depan dan belakang). h. Patograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR, 2008; h.57).Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan normal, dan untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk : 1) Mencatat kemajuan persalinan 2) Mencatat kondisi ibu dan janin 3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran 4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan e). Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu i. Komplikasi persalinan 1) Temuan Keadaan Normal dan Abnormal dari Partograf Kala II a) Perineum Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 84 Pada kala II bila perineum sangat teregang dan kulit perineum terlihat putih, terlihat jaringan parut pada perineum/vagina, perineum kaku dan pendek, adanya rupture yang membakat pada perineum, maka perlu dilakukan tindakan episiotomi (Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.116). b) Gawat janin Bila DJJ<100 atau >160 kali per menit, lemah, tidak teratur maka persalinan kala II perlu segera diakhiri dengan episiotomi dan tindakan seperti vakum ekstrasi, forcep atau SC. c) His Bila his menjadi lemah, atau dalam 10 menit tidak terjadi 3 kali perlu dipertimbangkan tindakan untuk menanganinya, misalnya mengoreksi pemberian cairan dan elektrolit, pemberian stimulasi uterotonika (Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.116-117). d) Distosia Bahu atau Bahu Macet Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukakannya tambahan manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan bisa kearah belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi (Prawirohardjo, 2010; h.599). Pada presentasi kepala, bahu anterior terjepit di atas simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul. Distosia bahu terjadi jika bahu masuk kedalam panggul kecil dengan diameter biakrominal pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 85 pengganti diameter oblik panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11 cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih 5-10 menit. e) Presentasi bokong Yang dimaksud dengan presentasi bokong diartikan bahwa bagian terendah janin adalah bokong. Presentasi bokong merupakan suatu keadaan dimana janin dalam posisi membujur/memanjang, kepala berada pada fundus sedangkan bagian terendah adalah bokong (Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.122). f) Letak Lintang Letak lintang adalah letak janin dengan posisi sumbu panjang tubuh janin memotong atau tegak lurus dengan sumbu panjang ibu. Pada letak oblik biasanya hanya bersifat sementara, sebab hal ini merupakan perpindahan letak janin menjadi letak lintang atau memanjang pada persalinan.Dalam posisi letak lintang keadaan akan lebih berbahaya lagi karena persalinan spontan tidak mungkin berlangsung. Satu-satunya jalan yang dapat dicapai hanyalah dengan jalan seksio sesaria (Manuaba, 2010; h.381). 2) Komplikasi kala III a) Perdarahan Postpartum Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Perdarahan postpartum dibagi menjadi primer dan sekunder. Perdarahan primer terjadi pada 24 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 86 jam pertama. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.P Perdarahan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebabnya adalah robekan jalan lahir, sisa plasenta atau membran (Manuaba, 2010; h.395). b) Antonia Uteri Antonia uteri adalahsuatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk mengatasinya segera dilakukan kompresi bimanual internal (KBI) dan kompresi bimanual eksternal (KBE) (Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.154). c) Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, polip plasenta. Dalam melakukan plasenta manual perlu diperhatikan tehniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti bahaya infeksi dan inversio uteri (Manuaba, 2010; h. 399). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 87 d) Robekan Jalan Lahir Persalinan sering kali menyebabkan perlukan jalan lahir. Luka yang terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi lika yang luas dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembedahan pervaginam. (1) Derajat I : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum. (2) DerajatII : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum. (3) Derajat III : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot spinter ani eksterna. (4) Derajat IV : mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum, otot spinter ani eksterna,dinding rektum anterior(Sumarah, Widyastuti.Y, Wiyati.N, 2009; h.156-158). e) Sisa Plasenta Sebagian plasenta yang tertinggal disebut sisa plasenta atau plasenta rest. Komplikasi sisa plasenta adalah polip plasenta artinya plasenta masih tumbuh dan dapat menjadi besar, perdarahan terjadi intermiten sehingga kurang mendapat perhatian (Manuaba, 2010; h.413). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 88 3. Nifas a. Pengertian Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu persalinan setelah kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu (Williams, 2013; h. 674). Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87). b. Menurut Mochtar (2012; h. 87) nifas dibagi dalam 3 periode : 1) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2) Puerperium intermediet, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu. 3) Puerperium lanjut, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau seaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu-minggu, bulanan, atau bahwan taunan. c. Menurut Varney (2008; h. 958) perubahan fisiologis dan anatomis puerperium. 1) Uterus Involusi uterus meliputu reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 89 ditandai dengan penuruna ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah lochea. Banyaknya lochea dan kecepatan involusi tidak dipengaruhi oleh pemberian rangkaian Metergin, yang hanya mempunyai efek jangka pendek. Akan tetapi, menyusui akan mempercepat proses involusi. Regenerasi endometrium lengkap pada tempat perlekatan plasenta memakan waktu hampir enam minggu. Uterus segerasetelah pelahiran bay, plasenta, dan selaput janin, beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum. Menurut Mochtar (2012; h. 87) tinggi fundus uteri menurut masa involusi Tabel 2.4 Tinggi fundus uteri menurut masa involusi. Involusi Tinggi fundus uteri Bayi lahir Setinggi pusat Uri lahir 2 jari bawah pusat 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 6 minnggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal Berat uterus 1000 gram 750 graam 500 gram 350 gram 50 gram 30 ram Sumber (Mochtar, 2012). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 90 2) Lochea Lochea adalah istilah untuk secret dari uterus yang keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya , nama deskriptif lochea berubah: a) Lochea rubra, berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah loche pertama yang mulai keluar segera setelah kelahiran dan terus berlanjut selama dua hingga tiga hari pertama pascapartum. Lochea rubra terutama mengandung darah dan jaringan desidua. b) Lochea serosa, mulai terjadi sebagai bentukyang lebih pucat dari lochea rubra, serosa dan merah muda. Lochea ini berhenti sekitar 7 hingga 8 hari kemudian dengan warna merah muda, kuning, atau putih hingga transisi menjadadi lochea alba. Lochea serosa terutama mengadung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit. c) Lochea alba, mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pascapartum dan hlang sekitar periode 2 hingga 4 minggu. Pada beberapa wanita lochea ini tetap ada pada saat pemeriksaan pascapartum. Warna lochea alba putih krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua. (Varney, 2008; h. 960) Lochea dalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 91 a) Lochea rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua hari pasca persalinan. b) Lochea sanguinolenta, berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ketiga sampai ke tuju pascapersalinan. c) Lochea alba, cairan putih, seteah dua minggu. d) Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti ananh berbau busuk. e) Lochea setatis, lochea tidak lancar keluarnya. (Mochtar, 2012; h.87) 3) Vagina dan perineum Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat odema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi odema. Sekarang vagina menjadi berdinding lunak lebih besar dari biasanya, dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar mingguketiga pascapartum. 4) Payudara Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui merespon terhadap menstimulasi bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih pemberian Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 92 makanan formula, involusi jaringan payudara terjadi dengan menghindari stimulasi. Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum, meliputi penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tandatanda mastitis potensial. d. Menurut Varney (2008; h. 961-962) tanda-tanda vital dan tanda, gejala, serta perubahan fisik lain : 1) Tekanan darah, setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari. 2) Suhu, suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. 3) Nadi, denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau presisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan adanya infeksi. 4) Perubahan sistem renal, pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada minggu keempat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 93 pascapartum. Segera stelah pascapartum kandung kemih, edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan dberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dan panggul. Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi saluran kemih. 5) Penurunan berat badan, wanita mengalami penuruna berat badan rata – rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan aminon. Wanita dapat kembali mengalami penurunan berat badan sebanyak 5 pon selama minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan. Salah satu studi bahwa berat badan mayoritas wanita mendekati berat badan prakehamilan dalam 6 bulan pascapartum. Penentu utama penurunan berat badan pascapartum adalah peningkatan bert badan saat hamil, wanita yang mengalami peningkatan bert badan paling banyak akan mengalami penurunan berat badan yang paling besar pula. Akan tetapi, menyusui yang banyak dilaorkan mempengaruhi penurunan berat badan setelah melahirkan, tidak memiliki efek yang signifikan pada studi ini. Rata – rata wanita multipara mengalami penurunan berat badan lebih sedikit. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 94 6) Perubahan gastrointestinal, konstipasi mungkin jadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena pereneumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika melakukan defekasi. Dinding abdomen, striae abdomen tidak dapat dihilangan secara sempurna, tetapi dapat berubah menjadi garis putih keprakan yang halus setelah periode beberapa bulan. e. Perubahan psikologis masa nifas 1) Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini : a) Taking in period. Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu akan mengulang-ulang pengalaman waktu bersalin dan melahirkan (Bahiyatun, 2009; h.64). b) Taking hold period. Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 95 sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan da dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu (Saleha, 2009; h.64). c) Letting go period. Dialami setelah ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung dirinya (Saleha, 2009; h.64). 2) Depresi postpartum Banyak ibu yang mengalami perasaan let down setelah melahirkan sehubungan dengan seriusnya pengalaman waktu melahirkan dan keraguan akan kemampuan mengatasi secara efektif dalam membesarkan anak. Umumnya depresi ini sedang dan mudah berubah mulai 2-3 hari setelah melahirkan dan dapat diatasi 1-2 minggu kemudian (Bahiyatun, 2009; h.65). 3) Postpartum Blues/Baby Blues Kondisi ini adalah periode emosional stres yang terjadi antara hari ke-3 dan ke-10 setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta perasaan sedih sendiri (Bahiyatun, 2009; h.65). f. Patologis masa nifas 1) Perdarahan Sekunder Perdarahan sekunder adalah perdarahan yang terjasi setelah 24 jam pertama. Kejadiannya tidak terlalu besar, apalagi dengan makin Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 96 gencarnya penerimaan gerakan keluarga berencana. Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban (pada grandemultipara dan kelainan untuk implatansi plasenta), infeksi endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri (Manuaba, 2010; h.418). 2) Infeksi Saluran Kemih Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum, atau kateterisasi yang sering.Sistitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih, dan tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine pasca persalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi. 3) Infeksi Masa Nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi pasca persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). Infeksi alat genetalia merupakan infeksi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari payudara dan pembedahan merupakan penyebab tinggi (AKI). Gejala umun infeksi yang dapat dilihat dari suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 97 lembek, kmerahan, rasa nyeri pada payudara, atau adanya disuria (Bahiyatun, 2009;115). 4) Payudara Bengkak Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan akhirnya mastitis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. Bra yang terlslu ketat mengakibatkan engorgement segmental (Bahiyatun, 2009; h. 117). 5) Mastitis dan Abses Payudara Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan kemungkinan infeksi payudara. Bakteri yang sering menyebabkan infeksi payudara adalah stafilokus aureus yang masuk melalui luka putting susu. Infeksi menimbulk an demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan payudara,dan terjadi perubahan warna kulit payudara. Infeksi payudara (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat masa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, di bawak kulit terdapat cairan. Dalam keadan abses payudara perlu dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan (Manuaba, 2010; h. 420). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 98 g. Jadwal kunjungan rumah Tabel 2.5 Jadwal Kunjungan rumah Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan. 2 6 hari persalinan. 3 2 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. a. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. c. Pemberian ASI awal. d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fudus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit. d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari. Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan). a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami atau bayinya. b. Memberikan konseling KB secara dini. c. Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi. 4 setelah minggu setelah persalinan. 6 minggu setelah persalinan. Sumber Saleha (2009; h.6) . Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 99 4. Bayi Baru Lahir a. Pengertian Menurut (Sondakh, 2013; h. 150) dikutip dari (Sarwono, 2005) pengertian bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram. b. Menurut Sondakh (2013; h. 151-) adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu: 1) Adaptasi pernapasan Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakan diafragma, serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir per vaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara. 2) Adaptasi kardiovaskuler a) Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir, beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian lagi terjadi seiring dengan waktu. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 100 Tabel 2.6 adaptasi kardiovaskuler. Struktur Sebelum lahir Setelah lahir Vena umbilikalis Membawa darah arteri ke hati dan jantung Menutup menjadi ligamentum teres hepatis Arteri umbilikalis Membawa drah arteriovenosa ke plasenta Menutup menjadi ligamentu venosum Duktus venosus Pirau darah arteri ke dalam vena cava inferior Menutup menjadi ligamentum arteriosum Foramen ovale Menghubungkan kanan dan kiri Biasanya menutup : kadang-kadang terbuka Paru-paru Tidak mengandung udara dan sangat sedikit mengandung darah berisi cairan. Membawa sedikit darah ke paru Berisi udara dan disuplai darah dengan baik Aorta Menerima darah dari kedua ventrikel Menerima darah hanya dari ventrikel kiri Vena cava inferior Membawa darah vena dari tubuh dn darah arteri dari plasenta. Membawa darah hanya dari atrium kanan Arteri pulmonalis atrium Membawa banyak darah ke paru Sumber (Sondakh, 2013). b) Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pada tangan,kaki, dan sekitar mulut). c) Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100 kali/menit saat tidur. d) Rata-rata tekanan darah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi. e) Nilai hematologi normal pada bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 101 Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dan arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus tertutup. Setelah tali pusat dipotong aliran darah dari plasenta terhenti dan foramen ovale tertutup. 3) Perubahan termoagulasi dan metabolik a) Suhu tubuh bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. b) Suplai lemak sub kutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada lingkungan. c) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. d) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat. Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadan basah. Keadaan basah bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25 derajat celcius, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 102 Sementara itu pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu yang bersamaan. Hal ni akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2 derajat celcius dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin. 4) Adaptasi neurologis a) Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna. b) Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidk terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut dan tremor pada ekstremitas. c) Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum dan merah dengan tujuan) akan berkembang. d) Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal. Tabel 2.7 Refleks pada bayi baru lahir Refleks Respon normal Rooting dan menghisap Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh denga jari atau puting Respon abnormal Respon yang lemah atau tidak ada respon terjadi pada prematuritas, penurunan, atau cedera neurologis, atau depresi sistem saraf pusat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 103 Menelah Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh bi belakang lidah Muntah, batuk, atau regurgitasi, cairan dapat terjadi, kemungkinan berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematurus, defisit neurologis atau cedera. Ekstrusi Bayi barulahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting. Ekstrusi lidah secara kontinu atau menjulurkan lidah yang berulang Morro Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf c, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan yang datar. Bayi akan berusaha untuk merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan tekungkup pada permukaan datar Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakkan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kepala ditolehkan akan ekstensi, dan ekstremits yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi beristirahat. Respon asimetris terlihat padacedera saraf perifer atau fraktur klavikula atau fraktur tulang panjang legan atau kaki. Merangkak Melangkah Tonik leher fancing atau Respon asimetris terlihat pada cedera saraf SSP dan gangguan neurologis. Respon asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang panjang kaki. Respon persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis. Respon menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 104 Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolaholah berusaha untuk memindahkan stimulasi ke kaki yang lain bila diletakkan terlentang, bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respon terhadap stimulus pada telapak kaki Bayi akan berkedip bila dilakukkan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung saat mata terbuka Respon yang atau tidak ada yang terlihat cedera saraf atau fraktur panjang. Palmar grasp Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tengah jari Respon ini berkurang pada prematurus. Asimetris terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur humelus. Tidak ada respons yang terjadi pada defisit neurologis yang berat. Tanda babinski jari-jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintas bantalan kaki Tidak ada respon yang terjadi pada defisit SSP Glabellar blink lemah respon pada perifer tulang Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkinan gangguan neurologis. Sumber (Sondakh, 2013). 5) Adaptasi gestrointestinal Oleh karena kadar gula darah tali usat 65 mg/100 ml akan menurun menjadi 50 mg/100ml dalam waktu dua jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukana neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 105 akan mencapai 120 mg/100ml. Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan bayi mengalami hipoglikemia. 6) Adaptasi ginjal a) Laju filtrasi glomelurus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomelurus. b) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam 7) Adaptasi hati a) Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati terus membantu pembentukan darah. b) Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk pembekuan darah. c) Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan kehidupan ekstrauterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan terhadap defisiensi zat besi. d) Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 106 8) Adaptasi imun a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang di pintu masuk b) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama periode neonatus. c. Penilaian APGAR Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai apgar, penilaian berikutnya dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh, 2013; h. 158). Tabel 2.8 Nilai Apgar 0 1 2 Appearance (warna kulit) Pucat Badan merah ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan Pulse rate (frekuensi nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100 Grimace rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace) Batuk/bersin Activity (tonus otot) Tidak ada Ekstremitas dalam sedikit fleksi Gerakan aktif Respiration (pernpasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis (reaksi Sumber : (Sndakh, 2013). Menurut Mead (1996) dikutip dari Sondakh (2013) setiap variabel diberi nilai 0, 1, 2 sehingga nilai tertinggi adalah 10, nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya deresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 107 tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi. d. Menurut (Sondakh, 2013; h.159) Perawatan bayi baru lahir 1) Pertolongan pada saat bayi baru lahir a) Sambil menilai penanganan secara cepat, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu. b) Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah atau lendir dari wajah bayi agar jalan udara tidak terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi, sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir. 2) Perawatan mata Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata akibat klamidia (penyakit menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. 3) Pemeriksaan fisik bayi a) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar, adanya caput succedancum, cepal hematoma. b) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tandatanda infeksi. c) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis, labiopalatoskisis dan refleks isap ( dinilai dengan mengamati bayi saat menyusu. d) Telinga : pemeriksaan terhadap kelainan daun/bentuk telinga Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 108 e) Leher: pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus thyroglossalis, hygroma colli. f) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan, retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih, pernapasan cuping hidung, serta bunyi paru-paru (senor, vesikular, bronkial dan lain-lain). g) Jantung: pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi jantung. h) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia esofgus tanpa fistula). i) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di talipusat atau di selangkangan. j) Alat kelamin: pemeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang, apakah laboa mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan). k) Lain-lain: mekonium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran urin tidak diketahui karena pada saat bayi lahir, urin keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak keluar dalam Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 109 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih. 4) Pemeriksaan antropometri a) Berat badan bayi normal : 2500-4000 gram b) Panjang badan : 48 – 52 cm c) Lingkar kepala : 33-34 cm d) Lingkar lengan atas : 10-11 cm (Sondakh, 2013; h.164). 5) Perawatan lain-lain a) Lakukan perawatan tali pusat (1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar. (2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering. b) Orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut: (1) Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit. (2) Warna: kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat. (3) Tali pusat: merah, bengkak, keluar. 6) Kunjungan neonatal Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 110 1) Kunjungan neonatal 1 pada usia 6-48 jam 2) Kunjungan neonatal ke 2 pada usia 3-7 hari 3) Kunjungan neonatal ke 3 pada usia 8 – 28 hari (Kemenkes, 2013; h. 56). 7) Komplikasi neonatus 1) Asfiksia neonaturum Adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah kelahiran (Mochtar, 2012; h. 291). 2) Kaput suksedaneum Kaput suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama tertekan di dalam panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari pertama (Manuaba, 2010; h. 424). 3) Sefalhematoma Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas jelas pada satu tulang tengkorak. Sefalhematoma dapat terjadi pada persalinan normal dan terutama pada persalinan dengan cunam (Forsep) (Manuaba, 2010; h. 424). 4) Fraktur tulang klavikula Sering terjadi pada kesulita persalinan bahu, gejala yang mungkin terjadi adalah hilangnya kekuatan pada sisi fraktur dan refleks morro hilang. Diagnosa pasti adalah dengan melakukkan palpasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 111 untuk menemukan letak fraktur dan melakukan foto rontgen (Manuaba, 2010; h. 429). 5) Kelainan kongenital Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan. Kelainan kongenital yang sering di jumpai adalah anensefali (tidak terbentuk otak janin sehingga bentuk janin seperti kodok), kelainan fusi jaringan organ tubuh, labiokisis, palatokisis, labiopalatokisis, gangguan pembentukan alat tubuh (atresia ani(tidak terbentuk anus)), atresia vagina (tidak terbentuk vagina), gangguan migrasi alat tubuh seperti migrasi testis, hipospadia, atresia esofagus (Manuaba, 2010; h. 429) 6) Sepsis neonaturum dan meningitis Sepsis neonatus atau meningitis sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya seperti : ibu telah menderita penyakit infeksi, ketuban pecah dini, persaliann lama atau terlambat, persalinan dengan tindakan operasi. Gejala klinis infeksi neonaturum yaitu bayi malas minum, tampak gelisah, pernapasan cepat, berat badan cepat menurun, terjadi diare, panas, pergerakan makin melemah, pada pemeriksaan mungkin dijumpai bayi berwarna kuning, pembesarah hati dan limpa dan kejang-kejang. (Manuaba, 2010; h. 432-433). 7) Tetanus neonaturum Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 112 Masuknya kuman tetanus sebagian besar melalui tali pusat. Tetanus neonaturum menyebabkan kerusakan pada pusat motorik, jaringan otak, pusat pernapasan, dan jantung (Manuaba, 2010; h. 434). a) Gambaran klinis (1) Kejang-kejang sampai pada otot pernapasan. (2) Leher kaku diikuti spasme umum. (3) Dinding abdomen keras. (4) Mulut mecucu seperti mulut ikan. 8) Ikterus neonaturum Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Manuaba, 2010; h. 435). 9) Bayi dengan berat badan lahir rendah Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat lebih rendah dari semstinya, sekalipun cukup bulan karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010; h. 436). e. Menurut (M0chtar, 2012; h. 306) Perawatan bayi berat badan lahir rendah yaitu yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungannya, pemberian makanan dan siap sedia dengan tabung oksigen. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 113 1. Pengaturan suhu lingkungan Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur bayi berat badan dibawah 2 kg suhu 35 derajat celcius, bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg suhu 34 derajat celcius. Suhu inkubator diturunkan 1 derajat celcius setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan 24-27 derajat celcius. 2. Makanan bayi berat badan lahir rendah Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. 5. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi adalah cara, alat, atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2012; h. 195). b. Penapisan klien Tujian utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi (misalnya pil, suntik atau AKDR) untuk menentukan apakan ada kehamilan, keadaan yang membutuhkan perhatian khusu, masalah Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 114 (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lanjut (Affandi, 2012; h. U-9). Tabel 2.9 daftar tilik penapisan klien metode nonoperatif Metode hormonal (pil kombinasi,pil progestin, suntik dan susuk) ya Tidak Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu pascappersalinan Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri hebat pada betis pada paha atau tungkai bengkak. Apakah pernah tekanan darah di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (Diastolik) Apakah ada massa atau benjolan di payudara Apahah anda sedang minum obat-obatan anti kejang (epilepsi). AKDR (semua jenis pelepas tembga dan progestin) Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu Apakah klien mempunyai pasangan seks lain Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual Apakah pernah pengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut tiap 4 jam)/ Apakah pernah mengalami haid lama Apakah pernah mengalami dismenorhea berat yang membutuhkan analgetika dan atau istirahat baring. Apakah pernah megalami perdarahan bercak antara haid setelah senggama Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvuler atau kongenital. Sumber (Affandi, 2012; h. U-10). c. Jenis – jenis keluarga berencana 1) KB Non Hormonal a) Senggama Terputus (Coitus Interuptus) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 115 (1) Definisi Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirihardjo, 2014; h.438). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah kepuasan, dalam berhubungan seksual tidak normal dan menimbulkan tekanan jiwa (Manuaba, 2009; hal. 244). (3) Kekurangan Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitas 30 sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan (Manuaba, 2010; h. 596). (4) Keuntungan keuntungan dari metode ini adalah tidak membutuhkan biaya, tidak mengganggu ASI, dapat digunakan setiap waktu dan lainlain (Affandi Biran, 2012; h.MK-15). (5) Indikasi Indikasi metode ini adalah pasangan yang berhubungan seksualnya tidak teratur, pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera, pasangan yang membutuhkan metode mendukung (Affandi Biran, 2012; h. MK-16). (6) Kontra Indikasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 116 Kontra indikasi dari metode ini adalah suami yang sulit melakukan senggama terputus, pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus, suami dengan ejakulasi dini (Affandi Biran, 2012; h.MK-16). b) Pembilasan Pasca Senggama (1) Definisi Pembilasan Pasca Senggama adalah pembilasan yang dilakukan setelah melakukan senggama (Prawirohardjo, 2014; h.439). (2) Efek Samping Jadi dalam metode ini setelah melakukan senggama dengan pasangan maka langsung dilakukan pembilasan diarea vagina (Prawirihardjo, 2014; h.439). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini ialah harus langsung membersihkan area vagina untuk mengeluarkan sperma tersebut agar tidak terjadi konsepsi. (4) Kentungan Keuntungan dari metode ini adalah tidak mengganggu ASI, dapat digunakan untuk kontrasepsi lainya, tidak memerlukan biaya dan lain-lain. c) Kondom (1) Definisi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 117 Kondom adalah merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan yang diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami yang digunakan pada saat hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-17). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah tidak ada, kecuali bila ada alergi dengan bahan kondom itu sendiri (Prawirohardjo, 2014; h. 442). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah harus selalu menyediakan kondom sebelum melakkan koitus, agak mengganggu kenimatan pasangan, efektifitas tidak terlalu tinggi (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghindari penyakit hubungan seks seperti AIDS/Inveksi HIV, bagi mereka yang mengalami kelemahan ejakulasi dini dapat bertindak sebagai penghambat orgasme (Manuaba, 2009; h. 244). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah asangan yang ingin berpartisipasi untuk keluarga berencana, ingin menggunakan kontrasepsi sementara, ingin kontrasepsi tambahan (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 118 (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metod ini adalah pasangan yang tidak ingin berpartisipasi dalam keluarga berencana, pasangan yang tidak mau terganngu dalam hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.MK-19). d) Pantang Berkala (1) Definisi Pantang berkala adalah berpantang (tidak koitus) beberapa hari sebelum hingga beberapa setelah ovulasi (Mochtar Rustam, 2012; h. 198). (2) Kekurangan Kekurangan dari metode ini ialah sulit menentukan waktu yang tepat pada ovulasi. Dengan demikian untuk wanita yang siklusnya tidak teratur , sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi (Prawirohardjo, 2014; h.439). (3) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah dapat menghitung masa subur dari pasangan tersebut (Manuaba, 2010; h. 596). (4) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang mampu bekerja sama untuk penggunaan metode ini, pasangan yang menstruasinya teratur (Manuaba, 2010; h. 594). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 119 (5) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang siklus menstruasinya tidak teratur, pasangan yang tidak mau bekerja sama (Manuaba, 2010; h. 594). e) Spermisida (1) Definisi Spermisisda adalah bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vagina, suppositoria, dan krim (Affandi Biran, 2012; h.MK24). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah dapat menimbulkan alergi atau iritasi (Manuaba, 2010;h. 596). (3) Kekurangan Keefektivitasannya hanya berkisar antara 1-2 jam, pengguna harus menunggu 10-15 menit sebelum melakukan koitus, bergantung pada kepatuhan menggunakannya (Affandi Biran, 2012; h.MK-25), timbulnya perasaan kurang enak pada kedua belah pihak karena “becek”, kadang timbul alergi (Mochtar Rustam, 2012; h.202). (4) Keuntungan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 120 Metode ini sulit digunakan secara masal dan hanya dapat diajarkan pada kalangan terbatas yang mempunyai pendidikan (Manuaba, 2010; h.597). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang masih menyusiu dan perlu kontrasepsi, atau sambil menunggu kontrasepsi yang lain (Affandi Biran, 2012; h.MK-26). (6) Kontra Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah bagi pasangan yang menginginkan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h.MK-25). f) Diafragma (1) Definisi Diafragma adalah kap bentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Affandi Biran, 2012; h.MK-21). (2) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih, dugaan alergi terhadap bahan diafragma (Affandi Biran, 2012; h.MK-23). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini ialah diperlukannya motivasi yang cukup kuat, umumnya cocok untuk wanita terpelajar dan tidak Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 121 digunakan untuk secara masal, pemakaian yang tidak teratur dapat menjadi kegagalan (Prawirohardjo, 2014; h.443. (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini hampir tidak ada efek sampingnya dengan motivasi yang baik dan cara pemakaian yang betul hasilnya memuaskan (Prawirohardjo, 2014; h.443). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah bagipasangan yang memerlukan dengan menunggu metode yang lain, menyusui dan perlu kontrasepsi (Affandi Biran, 2012; h.MK-22). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi metode ini adalah bagipasangan yang menggunakan kontrasepsi yang efektif (Affandi Biran, 2012; h. MK-22). g) Metode Amenorea Laktasi (MAL) (1) Definisi Metode amenor laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya (Affandi Biran, 2012; h.MK-1). (2) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial, efektifitas tinggi hanya sampai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 122 kembalinya haid atau hanya sampai 6 bulan, tidak melindungi dari IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). (3) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi resiko anemia, meningkatkan hubungannpsikologik ibu dan bayi (Affandi Biran, 2012; h.MK2). (4) Indikasi Indikasi metode ini adalah ibu yang menyusui secra ekslusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan, dan belum mendapat haid setelah melahirkan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). (5) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode ini adalah bagi ibu yang tidak menyusui secara ekslusif, bayinya berumur lebih dari 6 bulan (Affandi Biran, 2012; h.MK-2). 2) KB Hormonal a) Pil Kombinasi (1) Definisi Sebuah kontrasepsi yang menggunakan obat/pil yang harus selalu di minum setiap hari (Affandi Biran, 2012; h.MK-30). (2) Efek Samping Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 123 Efek samping dari metode ini adalah mual, pusing, muntah, tidak haid (Affandi Biran, 2012; h.MK-35). (3) Kekurangan Pil harus diminum setiap hari, kurang cocok nagi wanita yang pelupa,motivasi harus diberikan secara lebih intensif (Mochtar Rustam, 2012, h.- 2004). (4) Keuntungan Keuntungan dari Pil ini adalah memiliki efektifitas yang tinggi jika digunakan setiap hari, resiko kesehatan kecil, tidak mengganggu hubungan seksual, mencegah anemia (Affandi Biran, 2012; h.MK-31). (5) Indikasi Indikasi dari metod ini adalah bagi wanita yang haidnya tidak teratur, haid yang terlambat (Mochtar Rustam, 2012; h.207). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi metode ini adalah bagi wanita yang tidak rajin meminum pil setiap hari, wanita yang mempunyai tekanan darah tinggi (Mochtar Rustam, 2012; h.206). b) Kontrasepsi Suntikan (1) Definisi Kontrasepsi yang penggunaannya dilakukan dengan suntikan. (2) Efektivitas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 124 Evektifitas depo provera tinggi, cara pemberiannya sederhana, cukup aman, kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dn cocok untuk ibu yang sedang menyususi bayinya, angka kegagalan adalah 0-0,8 (Mochtar; 2010; h. 209) (3) Mekanisme kerja komponen progesteron atau derivat testosteron adalah : Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa, mengganggu peristaltik tuba falopi sehingga konsepsi dihambat, mengubah suasana endometrium sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi (Manuaba, 2010; h. 601). (4) Keuntungan Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu, tingkat efektivitas tinggi, hubungan seks dengan suntik KB bebas, pengawasan medis yang ringan, dapat diberikan pascapersalinan, pasca keguguran atau pascamenstruasi, tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi (Manuaba, 2010; h. 601). (5) Kerugian Perdarahan yang tidak menentu, terjadi amenorhea (tidak datang bulan) berkepanjangan, masih terjadi kemungkinan hamil (Manuba, 2010; h. 601). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 125 (6) Indikasi mengunakan kontrasepsi suntik progestin Usia reproduksi, nilipara yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah melahirkkan, setelah abortus, telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi, tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah. Sering lupa menggunkaan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi (Affandi, 2010; h. MK-45). (7) Kontra indikasi penggunaan kontrasepsi suntik progestin Hamil atau dicuriagi hamil, perdarahn pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi Affandi, 2010; h. MK-45). (8) Cara pemberian Setelah persalinan, dapat diberikan suntik KB pada hari ke 3-5 postpartum, atau sesudah air susu ibu berproduksi, atau sebelum ibu pulang dari rumah sakit, atau 6-8 minggu pascabersalinan, asal dipastikan bahwa ibu tidak hamil atau belum melakukan koitus. Pada pasca keguguran, dapat diberikan segera setelah selesai kuretase atau sewaktu ibu hendak pulang dari rumah sakit asal ibu belum hamil lagi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 126 Dalam masa interval diberikan pada hari 1-5 haid (Mochtar, 2010; h. 209). (9) Cara penggunaan kontrasepsi suntikan i. Kontrasepsi suntikan diberikan setiap 3 buln dengan disuntik intramaskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. ii. kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembunggelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan, bila terdapat endapan putih dan dasar ampul, upayakan menghilangkannya. iii. Bersihkan kulit yang akan disuntikan dengan kapas alkohol, biarkan kulit kering sebelum disuntik, setelah kulit kering baru disuntik. c) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (1) Definisi AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rongga rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar Rustam, 2012; h.220). (2) Efek Samping Efek samping metode ini adalah perdarahan yang tidak teratur, berat badan yang meningkat (Affandi Biran, 2012; h.MK-63). (3) Kekurangan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 127 Kekurangan metode ini adalah harus dilakukan pemeriksaan dalam sebelum pemasangan AKDR, Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR, kejadian kehamilan ektopik cukup tinggi dan lain-lain (Affandi Biran, 2012; h.MK70). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah pemulihan kesuburan yang cepat, kontrol medis yang ringan, jangka panjang dan lain-lain (Manuaba, 2010, h.611). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sering lupa menggunakan pil (Affandi Biran, 2012; h.MK-71). (6) Kontra Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah hamil atau diduga hamil, kannker genetalia (Affandi Biran, 2012; h. MK-71). d) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) (1) Definisi AKBK adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan implan mencegah terjadinya kehamilan antara 3 sampai 5 tahun (Affandi Biran, 2012; h.MK-55). (2) Efek Samping Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 128 Efek samping dari metode ini adalah tidak haid, masa perdarahan panjang (Mochtar Rustam, 2012; h.210). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah menimbulkan gangguan menstruasi, berat badan bertambah, liang senggama menjadi kering, menimbulkan acne, ketegangan payudara dan lainlainnya (Manuaba, 2010; h.603). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah KB jangka panjang, kontrol medis ringan, dapat dilayani didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi (Manuaba, 2010; h.603). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah wanita yang ingin menggunakan kontraseps jangka panjang, tida ingin mempunyai anak lagi (Affandi Biran, 2012; h. MK-64). (6) Konta Indikasi Kontra Indikasi dari metode ini adalah diduga hamil atau hamil (Affandi Biran, 2012; h.MK-65). 3) Kontrasepsi Mantap a) Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita) (1) Definisi Tubektomi adalah kontrasepsi permanen yang dilakukan pada wanita dengan cara melakukan suatu tindakan pada kedua Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 129 saluran telur sehingga menghalangi saluran telur dengan sel sperma (Mochtar Rustam, 2012; h. 230). (2) Efek Samping Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka pendek atau jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.MK-89). (3) Kekurangan Kekurangan dalam metode ini adalah harus dipertimbangkan sifat permanen metode ini, klien dapat menyesal dikemudian hari, tidak melindungi diri dari IMS (Affandi Biran, 2012; h.92). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah metode dengan jangka panjang, efektifitas hampir 100%, tidak mempengaruhi libido seksualitas, tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (Prawiroharjo, 2014; h.457). (5) Indikasi Indikasi dari metode ini adalah wanita dengan paritas >2, pasca persalinan, sudah mantap ingin menggunakan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.92). (6) Kontra Indikasi Kontra indikasi dari metode pemakaian ini adalah wanita hamil, kurang yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h.MK-93). b) Vasektomi (Sterilisasi pada Laki-laki) (1) Definisi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 130 Vasektomi adalah operasi kecil dan dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus untuk itu (Prawirohardjo, 2014; h.461). (2) Efek Samping Efek samping metode ini tidak ada efek samping jangka panjang maupun jangka pendek (Affandi Biran, 2012; h.MK-97). (3) Kekurangan Kekurangan dari metode ini adalah cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu hingga sperma benar benar tidak ditemukan berdarkan analisis semen, karena namanya masih metupakan tindakan operasi para pria masih takut (Mochtar Rustam, 2012; h.249). (4) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah komplikasi yang dijumpai sedikit, hasil yang diperoleh (efektivitas) 100%, biayanya murah dan terjangkau bagi masyarakat (Mochtar Rustam, 2012; h.249). (5) Indikasi Indikasi metode ini adalah laki-laki yang tidak ingin mempunyai anak lagi, yang merasa yakin dengan metode ini (Affandi Biran, 2012; h. 97). (6) Kontra Indikasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 131 Kontra indikasi dari metode ini adalah laki-laki yang kurang mantap dalam kontrasepsi ini (Affandi Biran, 2012;h. 97). 4) Kontrasepsi Darurat a) Definisi Yang dimaksud dengan kontrasepi darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan seger setelah hubungan seksual (Affandi Biran, 2012; h.U-61). b) Efek Samping Efek samping dari metode ini adalah mual, muntah, perdarahan (Affandi Biran, 2012; h.U-62). c) Kekurangan Kekurangan dalam metode ini adalah pil kombinasi hanya efektif bila digunakan dalam 72 jam sesudah hubungan seksual tanpa perlindungan, AKDR hanya efektif jika dipasang dalam 7 hari sesudah hubungan seksual, pil kombinasi dapat menyebabkan nausea, muntah, dan nyeri payudara (Affandi Biran, 2012; h.U-60). d) Keuntungan Keuntungan dari metode ini adalah sangat efektif (tingkat kehamilan < 3%), AKDR juga bermanfaat jangka panjang (Affandi Biran, 2012; h.U-61). e) Indikasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 132 Indikasi metode ini adalah bila terjadi kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti lupa minum pil tablet 2 hari, kondom boocor, salah hitung masa subur (Affandi Biran, 2012; h.u-62). B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Menurut Varney (1997) dikutip oleh (Muslihatun W.A. Mufdiah. Setiawati, 2009; h. 114) dalam bukunya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan.Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. 1. Pengumpulan data dasar Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : a) Riwayat kesehatan. b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuannya. c) Meninjau catatan terbaru atau catatn sebelumnya. d) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Pada langkah ini bidan mengumpulkan data dasar yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang dikonsulkan kepada dokter dalam menejemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. 2. Interpretasi data Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 133 Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar pada diagnosis atau masalah pada kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan, data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. 3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi perlunya tidakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh ditentukkan langkah-langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. 6. Melaksanaan perencanaan Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh di langkah keliha harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. 7. Evaluasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 134 Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis. C. Aspek Hukum 1. Landasan hukum kewenangan bidan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 yang berisi tentang izin dan penyelenggara praktik bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa bidan dalam menyelenggarakan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara kedua kehamilan. Kemudian pelayanan kesehatan anak yang diberikan pada bayi baru lahir,kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan repsoduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek, dikecualikan untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan. 2. Kompetensi bidan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 135 a) Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan, dan keterampilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayii baru lahir dan keluarganya (Yanti, 2010; h.59). b) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh dimasyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua(Yanti, 2010; h.60). c) Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untu mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu(Yanti, 2010; h.61). d) Bidan memberikan asuhan bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu, untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir (Yanti, 2010; h.64). e) Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat (Yanti, 2010; h.66). f) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan(Yanti, 2010; h.67). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016 136 g) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dn balita sehat (1 bulan sampai 5 tahun) (Yanti, 2010; h.69). h) Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat (Yanti, 2010; h.70). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunia Permata Sari, Kebidanan DIII UMP, 2016