ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RSUP RATATOTOK BUYAT TAHUN 2017 Renatta M. Nelwan*, Chreisye K. F. Mandagi*, Harvani Boky* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pelayanan Rumah Sakit rentan akan penyebaran infeksi nosokomial atau Healthcare-associated Infections (HAIs). Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan sebuah program yang wajib dilaksanakan disetiap fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia untuk meminimalisir risiko penyebaran infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP Ratatotok Buyat. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Wawancara mendalam dan observasi dokumen dilaksanakan untuk memperoleh informasi mendalam terkait pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di RSUP Ratatotok Buyat terhadap 7 informan yaitu direktur rumah sakit, ketua komite PPI, anggota komite PPI, perawat IPCN, 2 perawat IPCLN serta 1 perawat yang tidak termasuk dalam komite PPI. Metode analisa data menggunakan metode triangulasi yang terdiri atas triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pelaksanaan pelatihan, pengembangan, dan pendidikan bagi komite PPI masih belum optimal karena belum terlatihnya anggota dalam pelatihan PPI dasar dan pelatihan PPI lanjutan. Pemenuhan sarana prasarana dan fasilitas sering mengalami ketidakcukupan dan keterlambatan penyediaan. Pelaksanaan monitoring sudah rutin namun evaluasi dan pelaporan komite PPI masih rendah terbukti dengan jarangnya diadakan pertemuan serta belum rampungnya pelaporan program tahun 2016 dan 2017. Anggota komite memahami tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana program PPI. Faktor kepemimpinan dalam program PPI dimiliki oleh pimpinan, ketua komite, IPCN dan IPCLN, faktor komitmen belum sepenuhnya dimiliki seluruh anggota komite karena beberapa anggota tidak terlibat secara aktif, komunikasi formal jarang dilaksanakan serta faktor kuantitas bagi program PPI masih belum mencukupi dan kualitas SDM belum sesuai kompetensi pelatihan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUP Ratatotok Buyat secara keseluruhan belum terlaksana dengan baik. Kata Kunci: Manajemen, Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Rumah Sakit. ABSTRACT Hospital services are vulnerable to the spread of nosocomial infection or healthcare-associated infections (HAIs). Infection Prevention and Control Program (PPI) is a program that must be implemented in every health service facility in Indonesia to minimize the risk of spreading infection. The purpose of this study was to analyze the implementation of infection prevention and control program (PPI) at RSUP Ratatotok Buyat. This research was a descriptive study with qualitative research method. In-depth interviews and document observation were carried out to obtain in-depth information regarding the implementation of the Infection Prevention and Control (PPI) program at RSUP Ratatotok Buyat on 7 informants (i.e. hospital director, PPI committee chairman, PPI committee member, IPCN nurse, 2 IPCLN nurses and 1 nurse not included in the PPI committee). Data were analyzed using triangulation method that consist of source triangulation and methodological triangulation. Implementation of training, development, and education for PPI committees was found not optimal due to the lack of trained members in basic PPI training and advanced PPI training. Fulfillment of infrastructure and facilities often experienced insufficient and delayed provision. The study revealed that the implementation of monitoring had been done regularly; however, the evaluation and reporting of PPI committees was low as evidenced by the rarely held meetings and unfinished reporting of programs in 2016 and 2017. Committee members understood the duties and responsibilities of implementing PPI programs. Leadership factor in PPI program was owned by leader, committee chairman, IPCN and IPCLN. Commitment factor was not fully owned by all committee members, as some members were not actively involved. Formal communication was rarely implemented and quantity factor for PPI program was inadequate. The study also revealed that human resource quality was not suitable to competence training. Based on the research findings, it can be concluded that the 1 implementation of infection prevention and control program in RSUP Ratatotok Buyat in overall was not done well. Keywords: Management, Infection Prevention and Control Program, Hospital. meminimalisir PENDAHULUAN Masalah kesehatan yang turut risiko penyebaran infeksi. Selain peran teknis, faktor mengancam secara global adalah terkait manajemen emerging infectious disease dan re- diperlukan dalam keberhasilan Program emerging Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di infectious disease, yang merupakan Rumah dihantarkan oleh perubahan lingkungan Kementrian Kesehatan mengeluarkan seperti sebuah acuan bagi manajemen program iklim (climate Pada PPI demografi Kesehatan Republik Indonesia Nomor sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Setiap institusi pemberi layanan kesehatan 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Program Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di memerangi setiap permasalahan yang Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan ada dan hendak terjadi. Salah satu Kesehatan Lainnya. pelayanan untuk Menteri siap fasilitas dituntut Keputusan 2008 change), gaya hidup, faktor sosial dan serta dalam tahun yang menurut Lindgren dkk, (2012) dapat perubahan Sakit. unsur kesehatan yang Penelitian yang dilakukan oleh berperan strategis dalam pembangunan Molina tentang Analisis Pelaksanaan kesehatan Sakit. Program Pencegahan dan Pengendalian Pelayanan Rumah Sakit rentan akan Infeksi Nosokomial di Rumkital Dr. pelbagai masalah, ancaman dan risiko, Mintoardjo termasuk mendapati bahwa penyebaran infeksi nosokomial atau manajemen yang Healthcare-associated komitmen,kepemimipinan,komunikasi, adalah Rumah risiko klinis seperti Infections Jakarta 2012, faktor-faktor terdiri dan bahwa sebanyak 4.6%-9.3% pasien program Pencegahan dan Pengendalian yang infeksi Infeksi di Rumkital Dr. Mintohardjo nosokomial atau HAIs (Huis dkk, 2012). masih rendah karena program tersebut mengalami Program pelaksanaan dan belum menjadi prioritas utama dan Pengendalian Infeksi (PPI) merupakan karena singkatnya jabatan manajemen sebuah puncak. program Pencegahan dalam dari (HAIs). Studi di Eropa menemukan dirawat kerjasama Tahun yang wajib Data hasil Riset Fasilitas dilaksanakan disetiap fasilitas pelayanan Kesehatan tahun 2011 menunjukkan kesehatan bahwa 51,7% rumah sakit di Indonesia di Indonesia untuk 2 telah memiliki komite penanggulangan di infeksi hanya mengikuti pelatihan PPI dasar dan hanya sekitar 84% yang meyelenggarakan perawat pelaksana atau IPCN yang secara aktif. diikutsertakan nosokomial, namun RSUP lanjutan. Ratatotok Buyat dalam Dalam belum pelatihan hasil PPI penelitian METODE PENELITIAN dokumen ditemui bahwa sertifikat hanya Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pula dimiliki oleh IPCN untuk pelatihan menggunakan penelitian PPI lanjutan. Berdasarkan Keputusan penelitian Menteri Kesehatan Republik Indonesia kualitatif. metode Lokasi dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Nomor Pusat (RSUP) Ratatotok Buyat. Waktu Tentang Pedoman Manajerial Program penelitian dilaksanakan pada bulan April Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di – Juli 2017. Informan dalam penelitian Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan ini Kesehatan berjumlah 7 orang diperikirakan berkompeten memberikan informasi, yang 270/Menkes/SK/III/2007 Lainnya, setiap anggota untuk komite PPI dan tim PPI wajib untuk meliputi mengikuti pelatihan PPI dasar dan Direktur Rumah Sakit, Ketua Komite pelatihan PPI lanjutan serta memiliki PPI, anggota komite PPI, IPCN, IPCLN sertifikat pelatihan. sebanyak 2 orang, dan Penanggung Sosialisasi yang diberikan komite PPI Jawab Ruangan/ Instalasi/ Bagian yang kepada petugas kesehatan dan seluruh tidak termasuk dalam anggota komite staf masih jarang dilaksanakan, hal ini PPI. Jenis data yang dikumpulkan dalam dikuatkan dengan pernyataan informan penelitian ini adalah data primer dan bukan anggota PPI yang menilai bahwa data sekunder. Metode yang digunakan sosialisasi masih jarang dibuat sehingga untuk data beberapa petugas sering lupa mematuhi adalah metode triangulasi yang terdiri Standar Operasional Prosedur (SOP) PPI atas triangulasi sumber dan triangulasi dengan baik. Para informan anggota metode. komite turut menyatakan salah satu pemeriksaan keabsahan kendala yang mereka rasakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN pelaksanaan Pelaksanaan Pelatihan, Pendidikan, kepatuhan dan Pengembangan ditingkatkan dan diingatkan lagi. Melalui hasil wawacara mendalam Setiap program staf informan yang dalam PPI yaitu masih perlu wawancara bersama informan ditemukan bahwa mendalam menyatakan bahwa informasi seluruh anggota komite PPI dan tim PPI pencegahan dan pengendalian Infeksi 3 turut diberikan kepada pasien, keluarga menyediakan akibat jarak yang jauh pasien dan pengunjung rumah sakit. serta sedikitnya jumlah permintaan, juga Pasien dan keluarga pun diberitahu kesalahan pihak bahwa terlambat mengusulkan setiap petugas yang akan melakukan tindakan pada pasien wajib komite PPI yang permintaan kepada pihak manajemen. melakukan tindakan 5 moment of hand Berdasarkan wawancara hygiene (lima saat mencuci tangan) mendalam dan observasi dokumen yang sehingga pasien dapat pula mengawasi dilakukan, ditemui bahwa anggaran dan kepatuhan petugas. dana bagi kegiatan PPI telah dikhususkan dalam Rencana Kerja dan Pemenuhan Sarana, Prasarana dan Anggaran (RKA). Proses penyusunan Fasilitas RKA Melalui hasil wawancara mendalam pelaksanaan progam kerja yang telah disimpulkan bahwa proses penyediaan disusun, perhitungan saat ini dapat sarana prasarana bagi program PPI di dijadikan tolak ukur apakah dalam tahun RSUP-RB masih mengalami berbagai yang akan datang pelaksanaan progam kendala. Kendala yang dikemukakan kerja dapat dilaksankan dengan baik masing-masing informan seperti (Annur, 2011). keterlambatan penyediaan sarana, adalah langkah awal dari ketersediaan formulir surveilans yang Pelaksanaan kadang tidak mencukupi, serta kualitas dan Pelaporan beberapa sarana prasarana yang kurang Dalam hasil wawancara mendalam dan baik. observasi langsung yang dilakukan, Berdasarkan penelitian diamati bahwa diketahui dari segi kualitas, sarana prasarana dan monitoring program PPI di RSUP fasilitas program PPI masih memadai, Ratatotok Buyat memiliki mekanisme namun dari segi kecukupan program yang sesuai. Proses surveilans setiap masih menemui kendala. Keterlambatan hari rutin dilaksanakan IPCLN untuk penyediaan sarana setelah ditelusuri memonitor melalui wawancara mendalam sering mencakup surveilans kejadian infeksi disebabkan terlibat, manajemen permintaan oleh baik yang tepat Monitoring, bahwa adanya Evaluasi pelaksanaan kejadian HAIs pihak-pihak yang pemasangan jarum infus (plebitis), ILO kesalahan pihak dan ISK, tidak memproses waktu, serta mengamati kepatuhan petugas terhadap tindakan 5 Moment of pihak Hand Hygiene menggunakan formulir distributor penyedia yang terlambat checklist. Kegiatan monitoring tim PPI 4 di RSUP Ratatotok Buyat sesuai dengan pedoman tugas tanggung jawab komite acuan Minimal PPI RSUP Ratatotok Buyat yang sesuai (SPM) Rumah Sakit dalam Kepmenkes dengan pedoman manajerial. Lulusnya Nomor kelompok Standar 129 Pelayanan tahun 2008 yang kerja Pencegahan dan menyaratkan tersedianya pencatatan dan Pengendalian Infeksi dalam penilaian pelaporan infeksi nosokomial di rumah akreditasi rumah sakit pada tahun 2016 sakit dengan frekuensi pengumpulan turut menunjukkan bahwa program PPI data setiap hari dan periode analisis di rumah sakit ini berjalan sesuai setiap satu bulan. tupoksi. Pelaksanaan Evaluasi dan Pelaporan Beberapa kendala dalam tugas komite PPI di RSUP Ratatotok Buyat dan tanggung jawab komite PPI seperti; ditemui masih rendah akibat jarangnya belum pelaksanaan pelatihan PPI dasar maupun pelatihan rapat komite untuk terlatihnya lanjutan, anggota penyediaan dalam membahas pelaksanaan program. Dalam PPI observasi pun tidak ditemukan adanya prasarana dan fasilitas yang kadang dokumen laporan pelaksanaan program mengalami komite PPI untuk tahun 2016 dan tahun tindakan tenaga medis dan staf yang 2017. Hasil penelitian yang sama oleh masih kurang disiplin menerapkan SOP Molina (2012) dengan judul Analisis pencegahan dan pengendalian infeksi. keterlambatan, sarana serta Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Komitmen Rumkital Dr.Mintohardjo Tahun 2012 Dalam menyimpulkan bahwa pelaksanaan tugas dilaksanakan, para informan anggota komite PPI di Rumkital Dr.Mintohardjo komite PPI menilai pimpinan rumah masih rendah terbukti dengan tidak sakit menunjukkan komitmen untuk terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi, pelaksanaan program PPI di RSUP pengawasan dan umpan balik. Ratatotok wawancara Buyat. mendalam Menurut yang Wijaya (2012) dalam Sri (2015) komitmen Pelaksanaan Tugas dan Tanggung dapat Jawab mengembangkan Melalui hasil wawancara mendalam peningkatan kinerja, dan pemahaman terlihat para informan anggota komite terhadap nilai dan tujuan rumah sakit PPI untuk menjaga kesesuaian antara visi mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam observasi dan misi. dan telaah dokumen didapati dokumen 5 ditingkatkan sistem dengan monitoring Para informan menyatakan bahwa cukup. Hasil penelitian serupa oleh komite PPI berupaya penuh dalam setiap Lelonowati dkk (2015) berjudul Kinerja pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, IPCLN namun dua informan menilai sebagian Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, anggota tidak melibatkan diri secara yang menyatakan bahwa semua IPCLN aktif. Ketidakaktifan anggota menjadi yang telah dipilih oleh manajemen indikator kurangnya komitmen yang didasarkan pada tingkat kemampuan, berdampak buruk pada faktor kerjasama pendidikan dan pelaksanaan tugas bersama. leadership, diamati dari lamanya masa dalam dan Pencegahan mempunyai dan jiwa kerja mereka yang rata-rata di atas 5 tahun. Kepemimpinan Informan menilai direktur terus memonitor keadaan rumah sakit dan Komunikasi dan Kerjasama mengusung perbaikan non fisik dan fisik Dalam wawancara mendalam ditemukan yang bahwa anggota komite PPI RSUP turut terkait pencegahan dalam program pengendalian infeksi. Ratatotok Buyat lebih sering Kebijakan pimpinan dalam membentuk berkomunikasi dengan direktur dalam program PPI di RSUP Ratatotok Buyat bentuk informal dan pelaporan data. juga berdampak baik, dimana setiap Menurut Kapp (1999) dalam Lelonowati informan berpendapat bahwa terdapat (2015), proses komunikasi yang menjadi perbedaan saat sebelum dan sesudah kunci program segi kegiatan sosialisasi, pertemuan rutin pengetahuan maupun pelaksanaan tugas yang disepekati bersama dan tatap muka para tenaga kesehatan di rumah sakit. langsung antara pimpinan dan bawahan. PPI berjalan, dari keberhasilan program seperti Ketua komite adalah seorang dokter Pelaksanaan rapat komite PPI yang juga diangkat sebagai PJ ruang masih jarang dilaksanakan, sehingga kebidanan (VK), delapan perawat yang komunikasi formal untuk program PPI diangkat sebagai IPCLN masing-masing belum terjalin optimal. Dalam observasi turut menjabat sebagai Penanggung dokumen Jawab (PJ) ruangan, sedangkan IPCN undangan dan notulen rapat komite adalah seorang perawat purna waktu untuk yang juga pernah menjabat sebagai PJ menyatakan bahwa rapat pembahasan ruangan, sehingga mereka yang terpilih PPI digabungkan dengan rapat bidang telah memiliki pengalaman kerja dan pelayanan, berkemampuan khusus komite PPI juga perlu diadakan kepemimpinan yang 6 tidak tahun yang pula 2017. ditemukan Pimpinan seharusnya rapat agar seluruh anggota dapat terlibat dan tim PPI dalam pembahasan program yang lebih kuantitasnya. mendalam. ditemukan perlu ditambahkan Dalam penelitian bahwa kualitas SDM pelaksana program Pencegahan dan Kuantitas dan Kualitas SDM Pengendalian Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kurang akibat belum semua komite bahwa diikutsertakan dalam pelatihan yang ketenagaan komite Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Infeksi (PPI) masih disyaratkan. (PPI) masih kurang dari segi kuantitas maupun kualitas yang ada. Dalam SK KESIMPULAN struktur organisasi terlihat tidak ada 1. Pelaksanaan pelatihan, perbedaan yang jelas antara anggota pengembangan komite PPI dan anggota tim PPI, terkait program PPI masih kurang padahal seharusnya anggota komite karena anggota komite PPI belum berbeda sepenuhnya dengan anggota tim PPI. dan pendidikan diikutsertakan dalam Temuan penelitian ini sesuai dengan pelatihan PPI dasar maupun pelatihan hasil penelitian Molina (2012) dengan PPI lanjutan. judul Analisis Pelaksanaan Program 2. Pemenuhan sarana, prasarana dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi fasilitas bagi pelaksanaan Program Nosokomial Rumkital PPI kerap menemui berbagai kendala yang seperti keterlambatan ketidakcukupan menemukan bahwa struktur organisasi sarana. Dukungan dana dan anggaran komite PPI di rumah sakit tersebut tidak sudah dibedakan antara anggota komite PPI program PPI telah dimasukkan dalam dan Tim PPI Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). di Dr.Mintohardjo Tahun 2012 baik karena kebutuhan Kurangnya kuantitas SDM bagi 3. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan program PPI belum berdampak besar pelaporan masih rendah terbukti saat ini, mengingat RSUP Ratatotok dengan Buyat berklasifikasi tipe C dengan pertemuan rapat komite PPI, serta jumlah kunjungan pasien yang masih belum rampungnya pengolahan data sedikit. Berbagai hal yang ditemukan dan dokumen pelaporan komite untuk seperti belum optimalnya pelaksanaan tahun 2016 dan 2017. monitoring, evaluasi, dan pelaporan, 4. Pengetahuan serta kurangnya keterlibatan beberapa jarangnya dan diadakan pemahaman anggota komite PPI terhadap tugas anggota menandakan bahwa komite PPI 7 dan tanggung jawab masing-masing DAFTAR PUSTAKA sudah cukup baik. Anonymous. 2007. Keputusan Menteri 5. Faktor komitmen dan kepemimpinan Kesehatan RI Nomor terhadap pelaksanaan program PPI 270/MENKES/SK/III/2007 Tentang cukup baik, Faktor komunikasi dan Pedoman kerjasama serta faktor kuantitas dan Pencegahan kualitas SDM masih kurang baik, Infeksi di Rumh Sakit dan Fasilitas terlihat dari ketidakaktifan sebagian Pelayanan anggota komite, belum sesuainya Jakarta: Kementrian Kesehatan RI kompetensi setiap anggota serta Manajerial dan Program Pengendalian Kesehatan Lainnya. Anonymous. 2008. Keputusan Menteri struktur organisasi komite PPI dan Kesehatan RI Nomor tim PPI yang masih digabungkan. 129/Menkes/SK/II/ 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah SARAN Sakit. 1. Bagi manajemen RSUP Ratatotok Kesehatan RI. Buyat, perlu pengikutsertaan diusulkannya seluruh Jakarta: Kementrian Annur FAH. 2011. Proses Penyusunan anggota Rencana Kerja dan Anggaran dalam pelatihan PPI dasar dan (RKA) di Kabupaten Kudus. Skripsi pelatihan PPI lanjutan Diterbitkan 2. Bagi komite PPI, perlu adanya kesadaran yang lebih pentingnya program, memperbaiki komunikasi koordinasi terhadap Semarang:Universitas Diponegoro. akan Badan Penelitian dan Pengembangan serta Kesehatan. 2012. Laporan Rifaskes dan 2011. Jakarta: Kementrian Kesehatan pihak RI. manajemen. Departemen 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian Kesehatan Pedoman RI. Manajerial ini dapat dijadikan referensi untuk Pencegahan mengembangkan penelitian lebih Infeksi lanjut terhadap pelaksanaan program Fasilitas Pelayanan Pencegahan Lainnya. Jakarta: dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan dan di 2008. Program Pengendalian Rumah Sakit dan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. kesehatan Kartika YS, Hariyant T, Pujiastuti L. lainnya. 2015. Manusia Faktor dan Sumber Daya Komitmen Manajemen yang Mempengaruhi 8 Surveilans Infeksi Nosokomial di Penyebab Rumah Sakit Paru Batu. JKB, Surveillance Infeksi Nosokomial di (Online), 2, RSUD Dr. Iskak Tulungagung. (http://dx.doi.org/10.21776/ub.jkb.2 JKB, (Online), Vol. 28, No.2, 015.028.02.12, diakses 09 April (http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php 2017). /jam/article/viewFile/814/763, Vol. 28, No. Lindgren E, Andersson Y, Suk JE, Sudre B, Semenza Monitoring JC. EU diakses 10 Mei 2017 2012. Emerging Infectious Disease Risk Due To Climate Change. Science, (Online), Vol. 336, No. 6080, (http://science.sciencemag.org/cont ent/336/6080/418.short, diakses 26 Maret 2017). Molina, VF. 2012. Analisis Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumkital Jakarta Dr. Tahun diterbitkan. Mintohardjo 2012. Jakarta: Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Mustariningrum DLT, Koeswo M, Ahsan. 2015. Kinerja IPCLN dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit: Peran Pelatihan, Motivasi Kerja dan Supervisi. JAM, (Online), Vol 13, No.4, (http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php /jam/article/view/814, diakses 09 Maret 2015). Mustariningrum Rokhmad DLT, K. Koeswo 2015. Kurangnya M, Faktor 9 Kinerja 10