PENGARUH KEPEMIMPINAN MANAJEMEN

advertisement
PENGARUH KEPEMIMPINAN
kinerja organisasi (berdasarkan Balance Scorecard
MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI,
(BSC). Penelitian terdahulu dari Du Brin (1995)
BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI
dalam Zhang (2000), Kohli dan Jaworski, (1993),
INFORMASI TERHADAP KINERJA
Kotter dan Heskett (1992) dan Van Grembergen et
ORGANISASI
al.(2000)
menyatakan
langsung
kepemimpinan
organisasi,
Nurendah Kristiana
RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang
budaya
bahwa
ada
pengaruh
manajemen,
organisasi
struktur
dan
teknologi
informasi terhadap kinerja organisasi berdasarkan
Balance Scorecard (BSC). Sampel penelitian ini
adalah orang-orang yang berwenang mengambil
Abstraksi
keputusan manajerial di bagian masing-masing,
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya riset
yaitu para pejabat struktural dan fungsional
problem
tingkat
termasuk Ketua Komite Medis, Ketua-ketua Sub
pemanfaatan fasilitas RS. Panti wilasa. Hal ini
Komite dan Ketua-ketua Staf Medis Fungsional
tercermin dari angka pencapaian BOR (Bed
sejumlah 136 orang. Direktur tidak termasuk dalam
Occupancy
yang
sampel penelitian karena Direktur adalah sebagai
menunjukkan rata-rata tempat tidur yang dipakai
manajemen puncak. Dikarenakan secara teknis di
setiap harinya) yang ada selama ini masih belum
RS. Panti Wilasa terdapat kesulitan mengukur
dapat mencapai batas minimal nilai ideal BOR
penilaian kinerja dengan
yang disarankan. BOR RS. Panti Wilasa masih di
(BSC), maka penilaian kinerja organisasi dengan
bawah 75 %
Balanced Scorecard (BSC) dilakukan berdasarkan
yaitu
belum
Rate
atau
optimalnya
prosentase
bahkan cenderung mengalami
Balanced Scorecard
penurunan. Sementara itu pembiayaan operasional
persepsi responden. Analisis data
rumah sakit semakin meningkat seiring dengan
dengan menggunakan uji penyimpangan asumsi
pendapatan yang didapat. Sedangkan riset gapnya
klasik
adalah adanya perbedaan hasil penelitian yang
bantuan SPSS 19.
dan analisis regresi berganda dengan
Hasil
dilakukan oleh Kaplan & Norton dengan Carmona
dilakukan
penelitian
menunjukkan
bahwa
& Grondlund. Hasil penelitian Kaplan & Norton
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
(1996) menyebutkan banyak perusahaan yang
budaya
berhasil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
meningkatkan
kinerjanya
setelah
mengimplementasikan Balance Scorecard (BSC)
organisasi
dan
teknologi
informasi
organisasi berdasarkan Balance Scorecard (BSC).
sedangkan hasil penelitian Carmona & Grondlund
(2003) menyebutkan bahwa kinerja Departemen
Kata Kunci: kepemimpinan manajemen,
Kepolisian di Swedia justru tidak berhasil setelah
struktur oarganisasi, budaya organisasi, teknologi
dilakukan penerapan Balance Scorecard (BSC)
informasi dan kinerja organisasi berdasarkan
karena justru penerapan ini menimbulkan banyak
Balance Scorecard (BSC).
masalah non finansial. Penelitian ini ditujukan
untuk menguji faktor-faktor tersebut terhadap
Kompetisi
sangat
penting
bagi
kepada
karyawannya
kepada
dan
mitra
memberikan
keberhasilan atau kegagalan organisasi. Meskipun
kewajibannya
spesialis
sesuai
dikatakan bahwa bisnis jasa pelayanan kesehatan
ketentuan yang sudah disepakati, dan bahkan harus
adalah salah satu bisnis non profit, namun pada
mampu menjadi penolong bagi unit kerja lain di
kenyataannya banyak muncul bentuk usaha di
bawah YAKKUM yang masih belum mampu
bidang ini, mulai dari rumah sakit umum, rumah
untuk berdiri sendiri.
sakit khusus, poliklinik 24 jam, poliklinik bersama
Untuk dapat mencapai kinerja yang unggul
dokter spesialis, balai pengobatan, dan rumah
mau tidak mau RS. Panti Wilasa harus mampu
bersalin.
kompetisi
bersaing diantara sesama rumah sakit tipe madya
pelayanan jasa rumah sakit dan besarnya biaya
dengan mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas
operasional rumah sakit yang sangat tinggi dan
pelayanan yang ada. Tingkat pemanfaatan fasilitas
maka setiap rumah sakit saat ini perlu melakukan
kesehatan RS. Panti wilasa hingga sekarang
upaya untuk meningkatkan kinerjanya agar tetap
nampaknya masih belum optimal. Hal ini tercermin
dapat bertahan dan berkembang. Dengan demikian
dari angka pencapaian BOR (Bed Occupancy Rate
pengukuran kinerja yang tepat sangat diperlukan.
atau prosentase yang menunjukkan rata-rata tempat
Mengingat
meningkatnya
RS. Panti Wilasa di Semarang terdiri dari
tidur yang dipakai setiap harinya) yang ada selama
dua rumah sakit tipe madya yaitu RS. Panti Wilasa
ini masih belum dapat mencapai batas minimal
“Dr. Cipto” dan RS. Panti Wilasa “Citarum”. RS.
nilai ideal BOR yang disarankan. BOR RS. Panti
Panti Wilasa adalah milik Yayasan Kristen untuk
Wilasa masih di bawah 75 % bahkan cenderung
Kesehatan Umum/YAKKUM. Sebagai rumah sakit
mengalami penurunan. Sementara itu pembiayaan
yang berada di bawah yayasan keagamaan tentu
operasional rumah sakit semakin meningkat seiring
misi kemanusiaan dikedepankan, namun demikian
dengan pendapatan yang didapat. Dalam kondisi
tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai sebuah unit
BOR yang semakin menurun dengan tuntutan
usaha
dapat
pembiayaan operasional rumah sakit sebagai unit
mengembangkan dirinya dan dapat memacu setiap
pelayanan kesehatan, maka RS. Panti Wilasa
potensi yang dimiliki untuk dapat tetap bertahan
dituntut untuk meningkatkan kinerjanya sehingga
dan dapat eksis di tengah-tengah persaingan
tetap dapat melaksanakan peran kemanusiaan dan
penyedia jasa kesehatan, mengingat sudah tidak
dapat mewujudkan visi rumah sakit yaitu menjadi
ada lagi dana bantuan dari gereja di negeri Belanda
rumah sakit pilihan masyarakat kota Semarang dan
yang menjadi cikal bakal berdirinya rumah sakit
sekitarnya. Disamping research problem tersebut
ini. RS. Panti Wilasa tidak mungkin hanya
di atas, penelitian ini juga berangkat dari research
bergantung atau hanya berharap mendapat bantuan
gap
dana dari pihak lain. Justru sebagai sebuah unit
mengungkapkan bahwa banyak organisasi yang
usaha yang menaungi kurang lebih 900 orang
berhasil
karyawan dan setidaknya 170 dokter spesialis
menggunakan strategi Balance Scorecard (BSC),
mitra, RS. Panti Wilasa harus mampu memberikan
namun hasil penelitian Carmona & Grondlund
kesejahteraan yang sewajarnya sebuah rumah sakit
menyebutkan
RS.
Panti
Wilasa
harus
yaitu
Kaplan
meningkatkan
bahwa
&
Norton
kinerjanya
kinerja
(1996)
setelah
Departemen
Kepolisian di Swedia justru tidak berhasil setelah
organisasi dan teknologi informasi terhadap
dilakukan penerapan Balance Scorecard (BSC)
kinerja RS. Panti Wilasa?
karena justru penerapan ini menimbulkan banyak
Berdasarkan masalah penelitian, maka tujuan
masalah non finansial. Radnor & Lovell (2003)
penelitian ini adalah:
menyatakan tidak semua perusahaan berhasil
Menganalisis
mengimplementasikan BSC walaupun BSC telah
manajemen,
dikenal secara luas dan bermanfaat. Penelitian
organisasi dan teknologi informasi terhadap
Neely dan Bournee (2000) dalam Radnor dan
kinerja RS. Panti Wilasa.
Lovell
(2003)
menyatakan
bahwa
pengaruh
kepemimpinan
struktur organisasi, budaya
tingkat
kegagalan dalam menerapkan Balance Scorecard
(BSC) cukup tinggi sehingga Balance Scorecard
(BSC)
tidak
memberikan
kontribusi
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
apapun
HIPOTESIS
terhadap perbaikan organisasi.
Berdasar paparan di atas, bagaimana kinerja
Konsep Dasar
Untuk
organisasi RS. Panti Wilasa menjadi topik yang
dapat memenangkan
kompetisi,
dan masalah
sebuah organisasi harus melakukan strategi yang
penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai
tepat. Secara umum strategi dapat diartikan sebagai
berikut: “bagaimana meningkatkan kinerja
cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sangat
menarik untuk
diteliti,
RS.
Panti Wilasa di Semarang?”.
sebelumnya. Mintzberg (1998) dalam Porter,
Pada penelitian ini kinerja organisasi tidak
(1998) mendefinisikan strategi sebagai plan, ploy,
hanya dilihat dari satu dimensi keuangan saja,
pattern, position dan perspective. Selain sebagai
tetapi berdasarkan Balance Scorecard (BSC).
panduan langkah ke masa depan, strategi juga
Dikarenakan secara teknis di RS. Panti Wilasa
merupakan suatu pola atas langkah-langkah yang
terdapat kesulitan mengukur penilaian kinerja
dilakukan di masa sebelumnya. Selain itu strategi
dengan
merupakan alat untuk menciptakan suatu posisi
Balanced
Scorecard
(BSC),
maka
penilaian kinerja organisasi dengan Balanced
dalam
Scorecard (BSC) dilakukan berdasarkan persepsi
positioning),
responden.
mempertahankan
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
konteks
dan
lingkungannya
untuk
posisi
(strategy
memperoleh
tersebut,
is
dan
organisasi
terhadap kinerja organisasi diambil berdasarkan
memerlukan perilaku kolektif yang fundamental
dari
dalam melakukan segala sesuatu (strategy is
penelitian
Yee-Ching
(2004),
yaitu
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
budaya organisasi dan teknologi informasi.
Berdasarkan masalah penelitian di atas,
maka dirumuskan pertanyaan penelitian:
perspective).
Salah satu cara untuk membahas proses
pembuatan strategi, pengawasan implementasi
strategi dan pengukuran kinerja adalah melalui
kepemimpinan
Balance Scorecard (BSC). Menurut Yee-Ching
manajemen, struktur organisasi, budaya
(2004), beberapa faktor yang mempengaruhi
Bagaimana
pengaruh
pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard
Awalnya,
(BSC) adalah kepemimpinan manajemen, struktur
organisasi,
budaya
organisasi
dan
teknologi
Kinerja organisasi merupakan suatu tingkat
hasil kerja yang dicapai suatu organisasi dalam
suatu periode operasional yang dibandingkan
dengan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya ( Siegel dan Marconi dalam
Ernawan, 2004).
Pentingnya
pengukuran
kinerja
secara
tepat, menurut Keats & Hitt (1998) dikarenakan
kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik
definisi maupun pengukurannya. Chakravarthy &
Balaji (1996) dan Ferdinand (2000) menyatakan
organisasi
merupakan sebuah
konstruk yang secara umum dipergunakan untuk
mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi
organisasi. Namun demikian masalah pengukuran
kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan
klasik. Hal ini bisa dipahami karena sebagai sebuah
konstruk, kinerja bersifat multidimensi di mana di
dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe
organisasi (Bhargava et al, 1994). Oleh sebab itu,
kinerja dikonseptualkan dalam banyak cara dan
metode di mana pengukurannya juga beragam
(Bhargava, 1994). Pengukuran kinerja merupakan
tantangan terbesar bagi peneliti (Li dan Simerly,
1998). Karena sebagai konstruk kinerja bersifat
multi dimensional dan oleh karena itu pengukuran
kinerja dengan menggunakan dimensi pengukuran
tunggal tidak mampu memberikan pemahaman
komprehensif (Bhargava et al, 1995 ; Lie dan
Simerly, 1998), sehingga pengukuran kinerja
hendaknya mengintegrasikan dimensi pengukuran
yang beragam.
organisasi
dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan,
tingkat keuntungan (Siegel, 1989 dalam Lubis,
Kinerja Organisasi
kinerja
kinerja
menganggap manajer berhasil bila mencapai
informasi.
bahwa
penilaian
2003). Pengukuran tradisional ini mengakibatkan
manajer
organisasi
keuntungan
jangka
hanya
pendek,
berorientasi
dan
pada
cenderung
mengabaikan kelangsungan hidup organisasi dalam
jangka panjang (Mirza,1997 dalam Lubis, 2003).
Pengukuran dengan hanya melihat ukuran kinerja
keuangan ini mempunyai keterbatasan (Niven,
2002 dalam Lubis, 2003) sebagai berikut: (1)
Ukuran kinerja keuangan tidak cocok dengan
kondisi lingkungan bisnis sekarang, yang di
dalamnya kinerja keuangan terutama lebih banyak
dihasilkan dari intangible assets, bukan dari aktiva
yang tampak dalam neraca (tangible assets), (2)
Ukuran kinerja keuangan lebih mencerminkan apa
yang telah terjadi di masa lalu, sehingga dalam
perjalanan organisasi menuju ke masa depan,
ukuran tersebut ibarat kaca spion mobil untuk
melihat ke belakang, yang tidak memiliki daya
prediksi ke depan, (3) Konsolidasi informasi
keuangan cenderung mendorong terpisah-pisahnya
antar
fungsi,
(4)
Ukuran
kinerja
keuangan
seringkali menghambat aktifitas penciptaan nilai
secara berkesinambungan karena aktifitas tersebut
baru
dapat
menghasilkan
kinerja
keuangan
beberapa tahun ke depan, padahal ukuran kinerja
keuangan menggunakan periode akuntansi sebagai
basis pengukuran (umumnya mencakup satu tahun
kalender) dan (5) Hampir semua kinerja keuangan
tingkat tinggi (seperti return on investment,
pertumbuhan volume penjualan) hanya sedikit
memberikan panduan bagi karyawan tingkat bawah
dalam aktivitas harian mereka.
Perspektif
Dikarenakan keterbatasan penilaian yang
proses
bisnis
internal
ada maka Kaplan dan Norton (1996) melahirkan
memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi
metode baru yang dapat mengukur kinerja secara
berbagai proses internal penting yang harus
komprehensif, yaitu Balance Scorecard (BSC).
dikuasai dengan baik oleh organisasi. Ukuran
Penilaian kinerja dengan Balance Scorecard (BSC)
bisnis internal berfokus pada berbagai proses
mampu meminimalis kekurangan penilaian dengan
internal yang akan berdampak besar kepada
penggunaan rasio-rasio keuangan. Hal tersebut
kepuasan
dikarenakan Balance Scorecard (BSC) memiliki
finansial organisasi.
kemampuan mengukur kinerja organisasi secara
pelanggan
dan
pencapaian
tujuan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
komprehensif yang mencakup empat perspektif
memungkinkan
yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal
infrastruktur yang harus dibangun organisasi dalam
serta pembelajaran dan pertumbuhan.
menciptakan dan meningkatkan kinerja jangka
untuk
mengidentifikasi
Penggunaan perspektif keuangan dalam
panjang. Sehingga tujuan dari perspektif ini adalah
Balance Scorecard (BSC) karena ukuran finansial
untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa
sangat penting dalam memberikan ringkasan
yang akan datang. Tujuan-tujuan dalam perspektif
konsekuensi
ini
tindakan
ekonomi
yang
sudah
merupakan
pengendali
untuk
mencapai
diambil. Ukuran finansial memberikan petunjuk
keunggulan outcome ketiga perspektif sebelumnya.
terhadap implementasi strategi organisasi, apakah
Keempat perspektif Balanced Scorecard
memberikan kontribusi terhadap peningkatan laba
akan memberikan keseimbangan antara tujuan
organisasi atau tidak sehingga dapat disimpulkan
jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil
bahwa
yang
tujuan
profitabilitas,
finansial
berhubungan
pertumbuhan
penjualan
dengan
dan
terciptanya arus kas.
Perspektif
diinginkan
dengan
faktor
pendorong
tercapainya hasil tersebut dan antara ukuran
obyektif yang keras dan ukuran obyektif yang lebih
untuk
lunak. Dengan mengintegrasikan sasaran, ukuran,
mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar
target dan inisiatif dari tiap-tiap keempat perspektif
dalam suatu industri. Perspktif ini terdiri dari
ini mendukung visi dan strategi keseluruhan.
beberapa ukuran, yaitu (1) kepuasan pelanggan, (2)
Balance Scorecard (BSC) menunjukkan nilainya
retensi pelanggan (3) akuisisi pelanggan baru dan
sebagai suatu instrumen manajemen stratejik yang
(4)
lebih dari sekedar indikator-indikator keuangan
pangsa
pelanggan
pasar.
bertujuan
Perpektif
pelanggan
memungkinkan
para
manajer
mengartikulasikan
strategi
yang
kepada
pelanggan
dan
pasar
untuk
berorientasi
yang
akan
memberikan keuntungan finansial di masa yang
akan datang. Identifikasi secara tepat kebutuhan
pelanggan sangat membantu organisasi bagaimana
memberikan layanan kepada pelanggan.
dengan menekankan pentingnya perspektf
non
keuangan seperti kepuasan pelanggan, proses binis
internal serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Kepemimpinan Manajemen dan Kinerja
tujuan, nilai dan sistem yang menuntun kepada
Organisasi
perbaikan kinerja yang berkelanjutan.
Dalam
bukunya
yang
Global,
Nirenberg
Kepemimpinan
berjudul
(2002)
Hipotesis
1:
Kepemimpinan
Manajemen
berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
memahami kepemimpinan manajemen sebagai
suatu
fenomena
sosial
yang
penting
bagi
pencapaian tujuan-tujuan kolektif kelompok.
Konflik yang terjadi dalam organisasi dapat
Owen et al (2001) mengemukakan bahwa
sebenarnya
ada
lima
faktor
yang
dapat
memungkinkan suatu organisasi dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Kelima faktor tersebut
adalah:
strategi yang disesuaikan dengan realita pasar.
3. Praktek-praktek kepemimpinan yang sesuai
dengan visi, misi, nilai dan strategi.
visi, misi, nilai dan strategi.
kebutuhan
terdahulu tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
kepemimpinan manajemen merupakan hal krusial
bagi organisasi untuk membawa organisasi ke arah
yang lebih baik dan dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya.
(2004)
struktur
tanggung
jawab,
keputusan
dan
wewenang
hubungan
pengambilan
untuk
menjamin
pelaksanaaan misi dan strategi organisasi secara
Menurut Sciulli (1998) struktur organisasi
manajemen untuk mengatur dan mengontrol
Ada
enam
unsur
kunci
yang
perlu
diperhatikan manajer ketika merancang struktur
organisasi.
Unsur-unsur
tersebut
adalah;
spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai
komando,
rentang
kendali,
sentralisasi
dan
desentralisasi serta formalisasi (Robbins, 1996;
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Krumweiede, Sheu, & Lavelle (1998) yang
pelaksanaan
Mas’ud
aktifitas pengambilan keputusannya.
Dari definisi dan uraian yang dikemukakan
menunjukkan
Menurut
terdiri atas karakteristik yang menentukan proses
dengan
konsumen.
Hasil
1997).
efektif.
4. Infrastruktur yang mendukung dan memperkuat
sesuai
struktur organisasi (Menon, Jaworski dan Kohli,
dalam bidang yang spesifik dan penentuan tingkat
2. Penanaman visi, misi, nilai-nilai dan strategi-
yang
dikurangi dengan secara seksama menyusun
merupakan penyusunan fungsi-fungsi dan orang ke
1. Persepsi pimpinan puncak mengenai pasar
5. Perilaku
Struktur Organisasi dan Kinerja Organisasi
bahwa
program
TQM
kekurangberhasilan
oleh
organisasi-
organisasi di Amerika Serikat adalah karena
kurangnya dukungan dari pimpinan. Malcolm
Baldrige Quality Award (1999) dalam Zhang
(2000) menyatakan bahwa peran terpenting dari
kepemimpinan manajemen adalah menciptakan
Sciulli, 1998).
Spesialisasi
kerja
diartikan
sebagai
pemecahan pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil
yang dibakukan, dan dilakukan berulang-ulang.
Departementalisasi
adalah
pengelompokkan
pekerjaan-pekerjaan sehingga tugas yang sama
atau mirip dapat dikoordinasikan. Rantai komando
adalah garis wewenang yang tidak terputus yang
terentang dari puncak organsiasi ke eselon
terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa.
dilihat sebagai bentuk perilaku yang inovatif. Hasil
Rentang kendali adalah besar kecilnya bawahan
penelitian dari Zaltman, Duncan & Holbek (dalam
yang dapat diatur secara efektif dan efisien oleh
Jaworski & Kohli; 1993) menunjukkan bahwa
manajer. Istilah sentralisasi mengacu pada sampai
formalisasi
dan
tingkat mana pengambilan keputusan dipusatkan
kebalikan
berhubungan
pada titik tunggal dalam organisasi. Formalisasi
intelejen
adalah tingkat dari kodifikasi pekerjaan (diskripsi
tanggapan
kerja berkaitan dengan tanggung jawab tugas
dengan implementasi tanggapan.
dengan
penyebaran
secara
penciptaan
dan
positif
secara
penyusunan
berhubungan
bagi organisasi untuk meningkatkan pertukaran
dalam organisasi (Sciulli, 1998).
Spesialisasi telah terbukti meningkatkan
Dengan
tetapi
mungkin
Sistem desentralisasi merupakan fasilitas
dalam organisasi) dan norma pengawasan yang ada
produkfitas.
pasar,
sentralisasi
menerapkan
model
sumber-sumber (informasi, hasil kerja, prosedur
dan
lain-lain)
yang
dimiliki
departemen-
mampu
departemen dalam perusahaaan, komunikasi yang
menghasilkan mobil dengan kecepatan satu mobil
akurat dan saling percaya di antara departemen-
setiap sepuluh detik, walaupun menggunakan
departemen dalam organisasi.
spesialisasi
kerja
seperti
ini
Ford
karyawan yang memiliki ketrampilan yang relatif
Jaworski dan Kohli
(1993) menjelaskan
terbatas. Manfaat ekonomi yang diberikan oleh
bahwa pemberian otonomi dalam pengambilan
spesialisasi kerja Juga dirasakan oleh restoran
keputusan kepada unit-unit bisnis dalam suatu
cepat saji Mc Donald.
organisasi
dipandang
mampu
meningkatkan
hasil
fleksibilitas dan adoptivitas unit bisnis, sehingga
penelitian yang ada menunjukkan bahwa dampak
memungkinkan unit bisnis bersangkutan dapat
desentralisasi terhadap perilaku yang inovatif dan
merespon dengan cepat peluang.
penggunaan
Hipotesis 2 : Struktur organisasi berpengaruh
Dari
bukti-bukti
informasi
yang
berupa
(misalnya
Walker
&
Ruekert dan Despande & Zaltman dalam Pelham &
Wilson
1996)
dapat
disimpulkan
bahwa
desentralisasi seharusnya dapat berdampak positif
terhadap tersebarnya perilaku orientasi pasar dalam
organisasi.
Karena
desentralisasi
seharusnya
memberi tingkat keterlibatan keryawan dalam
aktifitas
kepuasan
yang
didesain
customer.
untuk
meningkatkan
Desentralisasi
dalam
pengambilan keputusan seharusnya meningkatkan
perilaku yang berorientasi pasar. Akan tetapi
meskipun
demikian
sebagaimana
positip terhadap kinerja organisasi.
telah
dikemukakan di atas bahwa orientasi pasar selalu
meliputi aktiftas yang baru atau berbeda dalam
menanggapi kondisi pasar, yang mana hal ini dapat
Budaya Organisasi dan Kinerja Organisasi
Budaya
organisasi
merupakan
suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota
organisasi dan merupakan suatu sistem dan makna
bersama. Budaya organisasi adalah suatu sistem
nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh
organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar
pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang
digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan
bertindak
dalam
(Robbins, 1996).
mencapai
tujuan
organisasi
Ada keterkaitan hubungan antara budaya
merupakan faktor yang lebih penting dalam
organisasi dengan kinerja organisasi. Ternyata
menentukan sukses atau kegagalan organisasi
bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang
dalam dekade mendatang; (3) budaya organisasi
terdapat dalam budaya organisasi maka semakin
mendukung prestasi keuangan yang kokoh dalam
baik kinerja organisasi tersebut (Djokosantoso,
jangka panjang dan internalisasi budaya organisasi
2003).
memahami
menjadikan nilai-nilainya dipahami oleh seluruh
keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan
orang dalam perusahaan, memberikan kemampuan
nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian
karyawan
organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan
lingkungannya;
diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka
dibentuk untuk meningkatkan prestasi.
Karyawan
yang
sudah
Hasil
dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja
untuk
(4)
beradaptasi
budaya
penelitian
dengan
organisasi
Soedjono
dapat
(2005)
individual. Didukung dengan sumber daya manusia
mendukung penelitian Kotter dan Heskett (1992)
yang ada, sistem dan teknologi, strategi organisasi
yang
dan logistik, masing-masing kinerja individu yang
mempunyai dampak yang kuat dan semakin besar
baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang
dampaknya terhadap prestasi kerja organisasi.
baik pula. Dampak budaya organisasi terhadap
Budaya organisasi yang kuat di kantor dan
kinerja dapat dilihat pada beberapa contoh
keempat UPTD terminal merupakan hasil dari
perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi,
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang
seperti Singapore Airlines yang menekankan pada
berkembang
perubahan-perubahan
mengarahkan perilaku anggotanya.
inovatif
dan
yang
menjadi
berkesinambungan,
yang
terbaik.
Baxter
International, salah satu perusahaan terbesar di
menyatakan
dalam
bahwa
suatu
budaya
organisasi
organisasi
dan
Hipotesis 3: Budaya organisasi berpengaruh
positip terhadap kinerja organisasi.
dunia, memiliki budaya respect, responsiveness
dan result, dan nilai -nilai yang tampak disini
adalah bagaimana mereka berperilaku ke arah
orang lain, kepada pelanggan, pemegang saham,
pemasok dan masyarakat (Pastin, 1986).
Hasil penelitian Chatman dan Bersade
(1997) dan Udan Bintoro (2002) menyatakan
bahwa
budaya
organisasi
yang
kuat
dapat
meningkatkan kinerja organisasi.
Dengan sample 207 perusahaan yang
diamati, penelitian Kotter dan Heskett (1992)
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1)
budaya organisasi mempunyai dampak signifikan
pada prestasi kerja ekonomi perusahaan dalam
jangka panjang; (2) budaya organisasi dapat
Teknologi Informasi (TI) dan Kinerja
Organisasi
Informasi pada dasarnya telah menjadi aset
yang krusial bagi perusahaan sebagai sebuah
organisasi, terutama dalam era persaingan seperti
sekarang ini. Oleh karena itu dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang tinggi akan informasi
sekarang ini nampaknya perusahaan-perusahaan
memiliki kebutuhan yang besar akan sarana yang
dapat digunakan untuk mengelola data (Good &
Stone, 2000).
Gray et al, (2000) dalam penelitiannya
mengenai peningkatan kinerja perusahaan yang
Dengan adanya teknologi informasi maka
bergerak dalam pelayanan publik menunjukkan
bahwa
upaya
untuk
meningkatkan
atau
pelayanan
yang
diberikan,
khususnya
pada
memperbarui teknologi informasinya adalah hal
organisasi jasa, akan semakin cepat dan akurat. Hal
yang
untuk
tersebut secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
berorientasi pasar. Sebab menurut mereka untuk
pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan
mencapai
akan menciptakan kepuasan sehingga pelanggan
sangat
perlu
kinerja
bagi
yang
perusahaan
diinginkan
(seperti;
peningkatan pangsa pasar, profitabilitas) dan
memiliki
bahkan mencapai keunggulan bersaing yang
(customer retention). Dengan adanya customer
berkelanjutan,
retention maka akan terjadi re-buying, di mana
penggunaan
teknologi-teknologi
memori
atas
akan
organisasi
memperoleh
tersebut
informasi terbaru (seperti; email, world wide web)
organisasi
peningkatan
seharusnya menjadi semakin besar dalam kondisi
penjualan dan laba keuntungan (Parasuraman et al.,
dimana ketidakpastian pasar semakin tinggi.
1988).
seharusnya
Hasil-hasil peneliti terdahulu , baik secara
berubah karena pelanggan juga berubah, yaitu
eksplisit maupun implisit, mendukung hubungan
dengan
atau
positif variabel orientasi TI dengan kinerja
berorientasi pada internet untuk mengembangkan
organisasi. Separti misalnya peneliti Gatignon dan
bentuk-bentuk pelayanannya pada pelanggan.
Xuereb (1997) menunjukkan bahwa perusahaan
Karena
bagaimanapun
cara
perusahaan
menjadi
lebih
mengacu
Penelitian yang dilakukan oleh Bakos dan
yang berorientasi pada teknologi akan dapat
Treacy (1986), menyatakan bahwa aplikasi TI
meningkatkan kinerjanya. Sementara itu penelitian
menjadi elemen yang signifikan untuk kompetisi
lain menunjukkan bahwa dampak penggunaan
dalam struktur industri, oleh karena itu top
teknologi baru (terutama dalam hal TI) akan
manajemen
meningkatkan
akan
memiliki
wawasan
bahwa
kinerja,
dapat
mempercepat
investasi dalam TI menjadi penting, lebih relevan
pengembangan produk baru respon pasar terhadap
dan sebagai instrumen dalam penggunaan TI dalam
produk baru yg dihasilkan akan positif (Goodhue
perusahaan yang bersangkutan. Dalam banyak
& Thomson 1995). Yang mana hal ini tentunya
literatur (misalnya Stair, 1982) disebutkan bahwa
akan meningkatkan penjualan produk perusahaan
keberhasilan suatu sistem dipengaruhi beberapa
(Li &Calantone, 1998). Sedangkan Bharadwaj
faktor, salah satunya adalah dukungan manajer
(2000) dalam Masdupi (2002), telah menguji
tingkat puncak. Demikian pula dalam kemajuan
secara empiris hubungan antara kapabilitas TI
penggunaan TI yang merupakan bagian sistem itu
superior
sendiri Markus (1981) sebagaimana dikutip oleh
penelitiannya menemukan bahwa kapabilitas TI
Jarvenpaa dan Ives (1991) menyatakan bahwa
superior berhubungan positif dan signifikan dengan
dukungan eksekutif diperlukan, namun dukungan
kinerja
tersebut
perspektif
RBV
penggunaan TI yang maju dalam organisasi, tetapi
kapabilitas
TI
dukungan manajemen operasional juga diperlukan
menciptakan sumber daya yang tidak mudah ditiru
(Winarna, 2000).
atau disubstitusikan. Analisis ini menyatakan
bukan
kondisi
yang
cukup
untuk
dengan
kinerja
organisasi.
organisasi.
Penemuan
empiris
mengindikasikan
merupakan
peluang
Hasil
dari
bahwa
untuk
bahwa sumberdaya TI tidak hanya memerlukan
Penelitian-Penelitian Terdahulu
waktu untuk memperoleh dan membangunnya
Penelitian ini memerlukan pengamatan
tetapi juga sulit karena sifat sumberdaya tersebut
terhadap penelitian-penelitian terdahulu sebagai
saling melengkapi dan melekat dalam suatu
bahan perbandingan. Beberapa penelitian yang
organisasi.
mendahului dan dapat digunakan sebagai referensi
Lebih lanjut Bharadwaj (2000) dalam
Masdupi (2002), juga menyatakan bahwa logistik
dan
sistem
distribusi
perusahaan
yang
adalah sebagai berikut :
a. Yee-Ching Lilliam Chan (2004) tertuang
dalam
”Performance
Measures
and
dikombinasikan dengan orientasi pada pelanggan
Adoption of Balanced Scorecard: a Survey
yang
sekumpulan
of Municipal Goverments in USA and
sumberdaya yang saling melengkapi dan tidak
Canada”. Hasil penelitian menunjukkan
mudah ditiru oleh perusahaan pesaing. Perdebatan
bahwa pemerintah kota yang menerapkan
nilai bisnis dari TI juga dikemukakan oleh
Balanced Scorecard memiliki kinerja yang
Bharadwaj.
tidak
lebih baik dibandingkan dengan pemerintah
konsisten dengan hubungan antara TI dan kinerja
kota yang tidak mengetahui Balanced
organisasi disebabkan karena pemahaman peneliti
Scorecard
ataupun
yang tidak komplit tentang sifat sumberdaya dan
Balanced
Scorecard
keahlian organisasi.
menerapkannya. Dari penelitian ini juga
kuat
akan
membentuk
Penemuan
statistik
yang
Hasil penelitian Van Grembeurgen, et al
(2000), mengatakan bahwa
implementasi dan
yang
mengetahui
namun
tidak
disimpulkan bahwa keberhasilan kinerja
tersebut
tidak
terlepas
dari
peran
aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan kinerja
kepemimpinan
organisasi. Mukhopadhay et al (1997) dalam
organisasi, budaya organisasi dan teknologi
Hapsari dan Ghozali (2006)
informasi.
meneliti pengaruh
teknologi informasi terhadap proses
manajemen,
struktur
output dan
kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
b. Carmona, Salvador dan Anders Gronlund
teknologi informasi memberikan pengaruh yang
(2003) tertuang dalam “Measures vs Action:
positif terhadap output dan kualitas. Begitu juga
the
dengan penelitian Utomo dan Dodgson (2000)
Enforcement”.
tentang penggunaan Electronic Funds Transfer at
menunjukkan
Point of Sale (EFTPOS) pada perusahaan kecil
Balanced
menunjukkan
EFTPOS
kinerja kepolisian tidak maksimal karena
memberikan pengaruh kepada efisiensi serta
keterbatasan data berkenaan perspektif
mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan.
yang terdapat pada Balanced Scorecard.
Hipotesis 4: Teknologi Informasi berpengaruh
Implementasi Balanced Scorecard dapat
bahwa
penggunaan
posistif
organisasi.
terhadap
kinerja
Balance
Scorecard
in
Swedish
Hasil
bahwa
Scorecard
Law
penelitian
implementasi
untuk
mengukur
berhasil bilamana ada komitmen dan
tersedia
data-data
yang
dibutuhkan
c.
sebagaimana pada perspektif Balanced
dapat meningkatkan sistim kontrol dan
Scorecard.
pencapaian target, namun implementasi
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton
Balanced Scorecard tidak mudah dan
(1996)
membutuhkan komitmen dari berbagai
tertuang
Balanced
dalam
Scorecard
“Using
as
The
Strategic
pihak termasuk dukungan pemerintah.
Management System”. Hasil dari penelitian
f. Zhang (2000), dalam “Implementation of
ini menyebutkan bahwa keempat perspektif
Total Quality in Management an Empirical
BSC
keseimbangan
Study of Chinese Manufacturing Firm”,
antara tujuan jangka pendek dan jangka
Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran
panjang, antara hasil yang diinginkan
terpenting dari kepemimpinan manajemen
dengan faktor pendorong tercapainya hasil
adalah menciptakan tujuan, nilai dan sistem
tersebut dan antara hasil obyektif yang
yang menuntun kepada perbaikan kinerja
keras dengan ukuran subyektif yang lebih
yang berkelanjutan.
akan
memberikan
lunak.
g. Jaworski dan Kohli, 1993 dalam Market
d. Dilanthi Amaratungga, Richard Haigh, dan
Orientation
Antecedent
and
Marjan Sarshar (2002) tertuang dalam
Consequences”.
“Aplication
Scorecard
menunjukkan bahwa struktur organisasi
Conceptual
berpengaruh positif terhadap orientasi pasar
Concept
to
Framework
of
Balanced
Develop
to
a
Measures
Facilities
Hasil
penelitian
ini
dan kinerja organisasi.
Management Performance within NHS
Facilities”. f Balanced Scorecard Concept
h. Kotter dan Hesket (1992) dalam Corporate
to Develop a Conceptual Framework to
Culture and Performance, meneliti 207
Measures
Management
perusahaan untuk melihat adanya hubungan
Performance within NHS Facilities”. Hasil
antara budaya organisasi dan kinerja.
dari penelitian ini menyatakan bahwa
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan:
pengukuran kinerja dipengaruhi banyak
budaya
faktor.
terhadap kinerja organisasi.
Facilities
Diperlukan
identifikasi
faktor
penentu keberhasilan dan langkah-langkah
organisasi
berpengaruh
positif
i. Van Grembeurgen, et al (2000), dalam
pasti untuk menuju keberhasilan. Balanced
Linking the IT Balanced Scorecard to the
Scorecard mampu menjadi alat yang efektif
Business Objectives at a Canadian
untuk menentukan penilaian kinerja melalui
Financial Group: Research Note
pengukuran ke empat perspektif-nya.
mengatakan bahwa implementasi dan
e. Radnor Zoe and Bill Lovell (2003) dalam
“Success factors for implementation of the
balanced scorecard in a NHS multi-agency
setting”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi Balanced Scorecard
aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan
kinerja organisasi.
penyusunan fungsi-fungsi dan orang ke dalam
2.8 Pengembangan Model Empirik
bidang yang spesifik dan penentuan tingkat
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian
terdahulu dan pengembangan hipotesis tersebut,
tanggung
jawab,
wewenang
pengambilan
maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian
keputusan dan hubungan untuk menjamin
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
pelaksanaaan misi dan strategi organisasi
secara efektif. Dengan mengacu pada Jaworski
Gambar 2.1
dan Kohli (1993) maka indikator variabel
Pengembangan Model Empirik
Struktur Organisasi yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
membagi
sasaran
pekerjaan, membentuk efektifitas pekerjaan,
Kepemimpinan
Manajemen
mengurangi
konflik,
mempermudah
komunikasi dan berorientasi pada karier.
Struktur Organisasi
KINERJA
c.
ORGANISASI
Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu persepsi
Budaya Organisasi
bersama yang dianut oleh anggota organisasi
dan merupakan suatu sistem dan makna
bersama (Robbins, 1996). Dengan mengacu
Teknologi Informasi
pada Hofstede, 1993 dalam Mas’ud (2004)
maka indikator variabel budaya Organisasi
Sumber:
Yee-Ching
(2004),
Zhang
(2000),
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Jaworski & Kohli (1993), Kotter & Heskett (1992)
profesionalisme,
dan Van Grembeurgen et al. (2000)
kepercayaan pada rekan kerja, keteraturan, dan
jarak dari manajemen,
integrasi.
Definisi Operasional Variabel
a.
d.
Kepemimpinan Manajemen
Teknologi informasi merupakan sarana untuk
Kepemimpinan Manejemen adalah aktifitas
mendukung
nyata dari manajemen termasuk persepsi dan
pemahaman tentang apa dan bagaimana TI
sikap
dilaksanakan.
pimpinan.
Dengan
mengacu
pada
kegiatan
Indikator
organisasi
variabel
serta
dalam
Jevidan & Waldman (2003) dalam Mas’ud
penelitian ini adalah mengacu pada Sumber:
(2004), maka indikator variabel kepemimpinan
Ahire & Golhar (1995) dan Chaston (1995),
manajemen yang digunakan dalam penelitian
yaitu:
ini adalah kesukaan bekerja keras, visioner,
kemudahan teknologi dalam pekerjaan dan
pendorong, pengambil risiko dan kepedulian
kemudahan bertukar informasi.
terhadap bawahan.
b.
Teknologi Informasi
e.
intensitas
teknologi
informasi,
Kinerja Organisasi
Struktur Organisasi
Kinerja organisasi adalah ukuran keberhasilan
Menurut Sciulli (1998), struktur merupakan
organisasi dalam mencapai tujuannya, dalam
hal ini diukur dengan menggunakan Balance
Scorecard.
Pengukuran
organisasi
Populasi dalam peneltian ini adalah orang-
dalam penelitian ini adalah dengan melihat
orang yang memegang keputusan manajerial dari
persepsi responden terhadap indikator variabel
semua level struktural dan orang yang memegang
kinerja organisasi. Dengan mengacu pada
keputusan pada jabatan fungsional di RS. Panti
Sumber: Norton dan Kaplan, 1992, 1996 dan
Wilasa yang berjumlah 206 orang (terdiri atas Staf
Dilanthi et al., 2002 maka indikator variabel
Direksi: 8 orang,
kinerja organisasi yang digunakan dalam
Supervisor: 55 orang, Ketua Komite medis, Ketua
penelitian
Sub Komite Medis dan Ketua SMF: 35 orang dan
profitabilitas,
ini
kinerja
Populasi dan Sampel
adalah
pertumbuhan
pertumbuhan
pelanggan,
Komite lain: 10 orang) .
efisiensi usaha dan pembelajaran dan pelatihan
pendidikan pegawai.
Staf manajemen : 98 orang,
Penentuan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik probability sampling.
Probability sampling atau disebut juga sampel acak
METODE PENELITIAN
adalah sampel yang pengambilannya berlandaskan
Jenis dan Sumber Data
pada
prinsip
teori
peluang,
yakni
prinsip
Data yang digunakan dalam penelitian ini
memberikan peluang yang sama kepada seluruh
adalah segala jenis data yang berkaitan dengan
unit populasi untuk dipilih sebagai sampel ( Masri
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989). Yang
budaya organisasi, dan teknologi informasi di
dimaksud dengan simple random sampling adalah
Rumah Sakit Panti Wilasa Semarang, baik secara
pengambilan sampel dari populasi secara acak
langsung maupun tidak langsung. Jenis data yang
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
digunakan dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:
populasi dimana setiap unsur dari keseluruhan
data primer dan data sekunder. Data primer diambil
populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
langsung dari keterangan responden. Pengambilan
dipilih secara independen
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
kesempatan unsur- unsur yang lainnya untuk tidak
yang dipersiapkan. Kuesioner yang digunakan
dipilih.Metode ini dipilih karena populasi yang
dalam penelitian ini berisi dua bagian utama.
diteliti adalah homogen atau memiliki karakteristik
Bagian yang pertama adalah tentang produk sosial
yang sama sehingga memiliki kesempatan yang
dan identifikasi responden, berisi data responden
sama untuk dijadikan sampel. (Nasution S, 2003).
yang berhubungan dengan identitas responden dan
Berdasarkan Hair et al (1995) ukuran sampel
keadaan sosial seperti: jenis kelamin, usia,
minimum adalah sebanyak lima kali indikator
pendidikan terakhir dan lama bekerja. Sedangkan
penelitian. Indikator penelitian pada penelitian ini
bagian kedua berdasarkan pernyataan repsonden,
berjumlah 22 maka jumlah sampel minimum
berupa jawaban-jawaban dari kuesioner yaitu
adalah 110 responden.
jawaban dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan
Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup dan
terbuka.
pertanyaan terbuka. Penentuan skor jawaban
tanpa mempengaruhi
responden pada pertanyaan tertutup dilakukan
dengan menggunakan skala Rensis Likert. Sistem
Tabel 2
nilai dimulai dengan skor 5 untuk sangat setuju,
Hasil Uji Multikolinearitas
skor 4 untuk setuju dan seterusnya sampai sangat
tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan pada
pertanyaan terbuka responden diberikan kebebasan
untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan jalan
pikirannya.
Tahap-tahap analisis data dan pengujian
hipotesis adalah sebagai berikut: (1) Sebelum
kuesioner disebarkan, perlu dilakukan pengujian
terhadap
reliabilitas
dan
validitasnya.
(2)
Tabel 2 menunjukkan bahwa model regresi
Kemudian dilakukan uji model regresi dengan uji
tidak mengalami gangguan multikolinearitas. Hal
asumsi klasik yaitu dengan uji multikolinearitas,
ini tampak pada nilai VIF keempat variabel bebas
uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji
di sekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati
normalitas. (3) Setelah model regresi memenuhi
1 dengan Tolerance = 1/VIF atau VIF =
persyaratan uji asumsi klasik, dilakukan analisis
1/Tolerance dan pada hasil output korelasi
linear regresi berganda yaitu dengan melakukan uji
menunjukkan besaran korelasi antar variabel
koefisien determinasi, uji F dan pengujian hipotesis
independen memenuhi persyaratan pedoman suatu
dengan uji t.
model regresi yang bebas multikolinieritas yaitu
koefisien
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dahulu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik,
heteroskedastisitas,
uji
uji
variable independen
tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
Sebelum dilakukan uji hasil regresi, terlebih
melakukan
antar
kurang dari 0,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
dengan
korelasi
multikolinearitas,
Autokorelasi
dan
dalam model regresi.
b. Uji Heteroskedastisitas
uji
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
uji
menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi
normalitas.
ketidaksamaan
a. Uji Multikolinearitas
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,
Uji
multikolinieritas
bertujuan
untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya
korelasi
antara
variabel
bebas.
Uji
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji
multikolinearitas ditunjukkan pada tabel 2.
varians
dari
residual
suatu
2006). Hasil uji Heterokedastisitas ditunjukkan
pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
nilai DW = 2,093, lebih besar dari batas atasdu (>
Hasil Uji Heteroskedastisitas
1,788) dan kurang dari 4-du (< 2,212) maka dapat
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.751
1.540
kepmanajemen
.013
.042
stukturorg
-.006
budayaorg
tekinfor
disimpulkan tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
Beta
2006).
t
Sig.
.487
.627
.028
.304
.762
.043
-.012
-.136
.892
-.008
.044
-.016
-.181
.856
.000
.050
.001
.006
.995
a. Dependent Variable: abs
Sumber: Hasil output SPSS
d. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang dipergunakan pada
penelitian ini adalah dengan grafik histogram,
grafik probability plot dan uji Skewness - Kurtosis.
Grafik 1
Tabel 3 menunjukkan bahwa model regresi
Histogram
tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hal
ini dapat dilihat pada tabel 3 tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut
(AbsUt).
Hal
ini
terlihat
dari
probabilitas
signifikansinya lebih dari 0,05 (Ghozali, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan
uji statistik Durbin Waston. Hasil pengujian
autokorelasi dapat dilihat dari tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Pada grafik 1 tampak bahwa residual terdistribusi
secara normal dan berbentuk simetris tidak
menceng ke kanan atau ke kiri.
Grafik 2
P-Plot
Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Nilai
Durbin – Watson sebesar 2,093. Jika dibandingkan
dengan tabel Durbin – Watson pada signifikansi
0,05 dengan jumlah observasi (n) = 136 dan jumlah
variabel independen (k) = 4, diperoleh (pada n =
150) nilai tabel du (upper) = 1,788. Oleh karena
Grafik 2 tampak titik-titik menyebar berhimpit di
Dengan menggunakan standar signifikansi 0,05,
sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa
karena hasil Zskewness dan Zkurtosisnya di atas
residual terdistribusi secara normal.
berada di bawah angka 1,96. Dari beberapa
Tabel 5
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
Hasil Uji Skewness-Kurtosis
dalam model regresi penelitian ini baik variabel
Descriptive Statistics
dependen maupun variabel independen mempunyai
N
Statistic
Unstandardized
Skewness
Statistic
136
-.092
Std.
Error
.208
Kurtosis
Statistic
-.458
distribusi yang normal.
Std. Error
.413
Uji Hasil Regresi
Residual
Valid N
Pengujian
136
hipotesis
dilakukan
dengan
bantuan program SPSS, data diolah dengan model
(listwise)
regresi berganda atau ordinary least squares yaitu
Sedangkan dari tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai
skewness adalah sebesar 0,092 dan kurtosis sebesar
0,458, sehingga didapatkan Zskewness dan Z
dengan menghitung nilai koefisien determinasi,
melakukan Uji F dan Uji t.
a. Koefisien Determinasi (R2)
kurtosis hitung sebesar:
Zskewness
Koefisien
=
=
=
determinasi
berganda
S
diinterpretasikan sebagai proporsi varians pada
6
N
variabel independen yang dijelaskan oleh karena
0,092
6
136
Berdasarkan tabel 6 pada kolom R square,
0,092
0,210
= 0,438
hubungannya
dengan
variabel
independen.
diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,167
yang berarti hanya 16,7 persen perubahan variabel
kinerja
organisasi
dijelaskan
oleh
variabel
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
budaya organisasi dan teknologi informasi secara
bersama-sama, sedangkan sisanya sebesar 83,3
Zkurtosis
=
=
=
K
persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Tabel 6
24
N
0,458
24
136
0,458
0,420
= 1,090
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
.409a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.167
.142
.922
a. Predictors: (Constant), teknilogiinformasi, budayaorganisasi,
strukturorganisasi, kepemimpinan
Sumber : Hasil output SPSS
berarti
budaya organisasi (X3), dan teknologi informasi
kemampuan variabel-variabel independen dalam
(X4) terhadap kinerja organisasi digunakan uji
menjelaskan
statistik t. Pengujian hipotesis secara parsial ini
Nilai
R
square
variasi
yang
variabel
kecil
dependen
amat
terbatas.
dilakukan
dengan
menggunakan
signifikansi 0,05. Hasil pengujian regresi secara
b. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh
parsial adalah sebagai berikut:
Tabel 8
antara variabel kepemimpinan, struktur organisasi,
Hasil Uji Statistik t
budaya organisasi dan teknologi informasi secara
bersama-sama
(simultan)
tingkat
terhadap
kinerja
organisasi digunakan uji statistik F.
Tabel 7
Hasil Uji Statistik F
Pada tabel 8 tersebut di atas dapat kita lihat
b
ANOVA
Sum of
Model
Squares
bahwa:
Mean
df
Square
1 Regression
22.344
4
Residual
111.274
131
Total
133.618
135
F
5.586 6.576
Sig.
.000a
1) Pengujian secara parsial variabel X1
(kepemimpinan
estimasi
.849
t-hitung sebesar 2,198 dengan
lebih kecil dari 0,05 dan nilai t-hitung
kepmanajemen
(2,198) yang lebih besar dari t-tabel (1,660)
b. Dependent Variable: kinerjaorg
menunjukkan
Sumber: hasil output SPSS
bahwa
kepemimpinan
Berdasarkan tabel 7 nilai F hitung sebesar 6.576
dan angka signifikansi sebesar 0,000. Tampak F
hitung lebih besar dari 4 dan angka signifikansi
lebih kecil dari derajat kepercayaan sebesar 0,05
dapat
disimpulkan
bahwa keempat
variabel bebas, yaitu: variabel kepemimpinan
manajemen (X1), struktur organisasi (X2), budaya
organisasi (X3) dan teknologi informasi (X4) secara
bersama-sama
berpengaruh
memiliki
signifikansi 0,030. Nilai signifikansi yang
a. Predictors: (Constant), tekinfor, stukturorg, budayaorg,
sehingga
manajemen)
terhadap
kinerja
organisasi.
manajemen
variabel
memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
organisasi. Arah koefisien regresi positif
menunjukkan
adanya
pengaruh
positif
kepemimpinan manajemen terhadap kinerja
organisasi.
Dengan
demikian
maka
Hipotesis 1 diterima.
2) Pengujian
secara
parsial
variabel
X2
(struktur organisasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,639 dengan signifikansi
0,009. Nilai signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05 dan nilai t hitung (2,639) yang
c. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh
dari masing-masing variabel bebas secara individu,
yaitu kepemimpinan (X1), struktur organisasi (X2),
lebih
besar
dari
menunjukkan
bahwa
t-tabel
(1,660)
variabel
struktur
organisasi memberikan pengaruh
yang
signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah
organisasi.
koefisien
variabel
regresi
positif
menunjukkan
kinerja
dapat
organisasi
dikatakan
bahwa
dipengaruhi
oleh
adanya pengaruh positif struktur organisasi
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
terhadap
budaya organisasi dan teknologi informasi.
kinerja
organisasi.
Dengan
demikian maka Hipotesis 2 diterima.
3) Pengujian
secara
parsial
variabel
X3
(budaya organisasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,032 dengan signifikansi
0,044. Nilai signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05 dan nilai t hitung (2,032) yang
lebih
besar
dari
t-tabel
(1,660)
menunjukkan
bahwa
variabel
budaya
organisasi memberikan pengaruh
yang
signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah
koefisien
regresi
positif
menunjukkan
adanya pengaruh positif budaya organisasi
terhadap
kinerja
organisasi.
Dengan
demikian maka Hipotesis 3 diterima.
4) Pengujian
secara
parsial
variabel
X4
(teknologi informasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,041 dengan signifikansi
0,043. Nilai signifikansi yang lebih kecil
dari 0,05 dan nilai t hitung (2,041) yang
lebih
besar
dari
t-tabel
(1,660)
menunjukkan bahwa variabel teknologi
informasi
memberikan
pengaruh
yang
signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah
koefisien
adanya
informasi
Dengan
regresi
positif
menunjukkan
pengaruh
positif
teknologi
terhadap
kinerja
organisasi.
demikian
maka
Hipotesis
4
diterima.
Dapat disimpulkan bahwa keempat variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model
regresi
Sehingga
(kepemimpinan
manajemen,
struktur
organisasi , budaya organisasi dan teknologi
informasi) signifikan positif terhadap kinerja
Analisis Regresi Linier Berganda
Oleh karena ada perbedaan unit ukuran
pada variabel independen, sehingga digunakan
standardized beta (tabel 8), sebagai berikut:
Y = 0,184X1 + 0,211X2 + 0,163X3+ 0,171X4
1. Koefisien
regresi
X1
(kepemimpinan
manajemen) sebesar 0,184, hal ini menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif antara variabel
independen kepemimpinan manajemen terhadap
variabel dependen kinerja organisasi sehingga
dapat pula dikatakan bahwa semakin baik
kepemimpinan manajemen akan berdampak
pada semakin meningkatnya kinerja organisasi.
2. Koefisien
regresi
X2
(struktur
organisasi)
sebesar 0,211, hal ini menyatakan bahwa
terdapat
hubungan
positif
antara
variabel
independen struktur organisasi terhadap variabel
dependen kineja organisasi sehingga dapat pula
dikatakan
bahwa
semakin
baik
struktur
organisasi akan berdampak pada semakin
meningkatnya kinerja organisasi.
3. Koefisien regresi X3 (budaya organisasi) sebesar
0,163, hal ini menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif antara variabel independen
budaya organisasi terhadap variabel dependen
kinerja organisasi sehingga dapat pula dikatakan
bahwa semakin baik budaya organisasi akan
berdampak pada semakin meningkatnya kinerja
organisasi.
4. Koefisien
regresi
X4(teknologi
informasi)
sebesar 0,171, hal ini menyatakan bahwa
terdapat
hubungan
positif
antara
variabel
independen
teknologi
informasi
terhadap
KESIMPULAN HIPOTESIS P
variabel dependen kineja organisasi sehingga
Hipotesis 1:
dapat pula dikatakan bahwa semakin baik
Kepemimpinan manajemen berpengaruh positif
teknologi informasi akan berdampak pada
terhadap kinerja organisasi
Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 seperti
semakin meningkatnya kinerja organisasi.
yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan
bahwa kepemimpinan sebagai variabel bebas
Simpulan Bab
Pada bab ini telah dilakukan analisis data
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
dan pengujian terhadap 4 hipotesis penelitian
kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil
sesuai model teoritis yang telah diuraikan pada bab
penelitian ini sekaligus mendukung hasil penelitian
II. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
dari Zhang (2000) yang mengatakan bahwa
semua hipotesis dapat diterima. Model teoritis
kepemimpinan manajemen berhubungan positif
telah diuji dengan kriteria goodness of fit dan
dengan kinerja perusahaan, dimana semakin baik
mendapatkan hasil yang baik. Pengujian data juga
kepemimpinan
menunjukkan hasil yang tidak menyimpang dari
terhadap meningkatnya kinerja RS. Panti Wilasa.
yang dihipotesiskan.
Hasil
Simpulan hipotesis dapat dilihat pada Tabel 9
kepemimpinan manajemen merupakan hal krusial
berikut:
bagi rumah sakit karena manajemen yang mampu
No
1
mengindikasikan
bahwa
Simpulan Hipotesis
membawa rumah sakit ke arah yang lebih baik dan
:
Kepemimpinan
Simpulan
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.
Hipotesis
Peran krusial dari kepemimpinan manajemen
Terbukti
adalah dalam menciptakan tujuan, nilai dan sistem
berpengaruh
yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang
positif terhadap peningkatan
berkelanjutan. Untuk dapat menjadi pemimpin
kinerja organisasi.
H2
:
Struktur
yang baik, seorang manajer harus dapat untuk
organisasi
Terbukti
berpengaruh positif terhadap
H3
:
Budaya
organisasi
mengembangkan dirinya sendiri secara terus
menerus dan dapat untuk mempengaruhi, memberi
kinerja organisasi
3
ini
berdampak
untuk dapat memimpin dengan efektif akan
manajemen
2
penelitian
akan
Tabel 9
Hipotesis
H1
manajemen
Terbukti
inspirasi dan mengarahkan karyawan dengan benar
untuk dapat mencapai tujuan rumah sakit.
berpengaruh positif terhadap
kinerja organisasi
4
H4 : Teknologi informasi
Terbukti
Hipotesis 2 :
berpengaruh positif terhadap
Struktur organisasi berpengaruh positif terhadap
kinerja organisasi
kinerja organisasi.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 seperti
yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan
bahwa struktur organisasi sebagai variabel bebas
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil
Hipotesis 4 :
penelitian ini sekaligus mendukung hasil penelitian
Teknologi
yang dilakukan oleh Kohli dan Jaworski (1993)
terhadap kinerja organisasi.
informasi
berpengaruh
positif
organisasi
Hasil pengujian terhadap hipotesis 4 seperti
berhubungan positif dengan kinerja perusahaan,
yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan
dimana semakin baik struktur organisasi akan
bahwa teknologi informasi sebagai variabel bebas
berdampak
kinerja
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
organisasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan
kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil
bahwa unsur-unsur struktur organisasi (spesialisasi
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
pekerjaan, departementalisasi, rentang kendali,
dilakukan oleh penelitian Van Grembeurgen, et al
desentralisasi dan formalisasi) merupakan bagian
(2000) yang mengatakan bahwa implementasi dan
yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas dan
aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan kinerja
wewenang
suatu
organisasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan
koordinasi yang baik untuk dapat mencapai tujuan
bahwa pemahaman tentang teknologi informasi di
bersama.
RS. Panti Wilasa akan menentukan keberhasilan
menyatakan
bahwa
terhadap
yang
struktur
meningkatnya
mana
memerlukan
suatu
sistem
informasi
yang
ketika
Hipotesis 3:
diimplementasikan akan meningkatkan kinerja RS.
Budaya organisasi berpengaruh positip terhadap
Panti Wilasa.
kinerja organisasi.
Hasil pengujian terhadap hipotesis 3 seperti
yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan
bahwa budaya organisasi sebagai variabel bebas
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian dari
Kotter dan Heskett (1992) yang menyatakan bahwa
budaya organisasi mempunyai dampak yang kuat
dan semakin besar dampaknya terhadap prestasi
kerja organisasi. Hasil penelitian mengindikasikan
bahwa budaya organisasi merupakan hal penting
yang mendasari setiap aktifitas pelayanan di RS
Panti Wilasa yang diperoleh dan dikembangkan
oleh organisasi dan merupakan pola kebiasaan dan
falsafah dasar yang digunakan sebagai pedoman
dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai
tujuan organisasi.
KESIMPULAN MASALAH PENELITIAN
Tujuan dari penelitian adalah mencari jawaban atas
masalah penelitian yang diajukan dalam penelitian
ini yaitu: “bagaimana meningkatkan kinerja RS.
Panti Wilasa di Semarang?”. Hasil dari penelitian
ini membuktikan dan memberi kesimpulan untuk
menjawab masalah penelitian secara singkat
menghasilkan
empat
proses
dasar
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan yaitu:
(1) Dengan
meningkatkan
kepemimpinan
manajemen.
peran
Kinerja
organisasi tidak akan pernah tercapai
apabila
tidak
didukung
adanya
kepemimpinan manajemen yang baik.
(2) Dengan
meningkatkan
pendayagunaan
struktur organisasi. Kinerja organisasi tidak
akan
pernah
tercapai
apabila
tidak
dengan meningkatkan pendayagunaan
didukung struktur organisasi yang baik.
struktur organisasi. Sebagaimana sebuah
(3) Dengan meningkatkan penerapan budaya
rumah sakit, struktur organisasi yang ada
organisasi. Kinerja organisasi tidak akan
terdiskripsi
pernah tercapai apabila tidak didukung
departementalisasi,
adanya budaya organisasi yang baik.
desentralisasi dan formalisasi yang tinggi.
(4) Dengan
meningkatkan
pendayagunaan
sebagai
spesialisasi,
rentang
kendali,
Spesialisasi telah terbukti meningkatkan
teknologi informasi. Kinerja organisasi
produkfitas.
Adapun
tidak akan pernah tercapai apabila tidak
ditimbulkan adalah mengurangi keeratan
didukung adanya teknologi informasi yang
hubungan
baik.
organisasi. Hal ini terjadi karena sistem
antar
spesialisasi
uji
koefisien
departemen
mengakibatkan
determinasi
pada
yang
dalam
kurangnya
koordinasi dan tanggung jawab
IMPLIKASI MANAJERIAL
Hasil
kelemahan
yang
terpecah-pecah antar departemen. Untuk itu
penelitian ini menunjukkan nilai 16,7% artinya
seyogyanya
kemampuan
memastikan bahwa penempatan seorang
variabel-variabel
independen
manajemen
karyawan
budaya organisasi dan teknologi informasi) dalam
spesialisasinya dengan pembekalan yang
menjelaskan variasi variabel dependen (kinerja
senantiasa terpantau oleh atasan langsung.
orgainsasi) amat terbatas. Namun demikian hasil
Selain
penelitian
bahwa
pelayanan seyogyanya ditetapkan dengan
kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
jelas karena suatu pelayanan melibatkan
budaya organisasi
banyak pekerjaan yang spesialistik di
juga
menunjukkan
dan teknologi informasi
itu
sudah
penanggung
benar
lebih
(kepemimpinan manajemen, struktur organisasi,
ini
adalah
dapat
jawab
sesuai
setiap
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
banyak
organisasi, sehingga sangatlah penting untuk tetap
departementalisasi telah membantu rumah
memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas untuk
sakit
dapat meningkatkan kinerja organisasi di RS. Panti
kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien.
Wilasa. Berdasarkan hasil-hasil penelitian maka
Sehingga
untuk
implikasi kebijakan yang dapat diusulkan untuk
akibat
sistem
rumah sakit dalam meningkatkan kinerja organisasi
seyogyanya
adalah:
memperhatikan fungsi koordinasi antar
1. Sebagaimana telah ditunjukkan dalam hasil
penelitian
departemen
menyediakan
mengatasi
pelayanan
kelemahan
departementalisasi
manajemen
atau
bagian
untuk
tetap
dapat
mengurangi konflik yang terjadi. Semua
berpengaruh positif dan paling signifikan
pelayanan telah dapat berjalan lancar tanpa
terhadap kinerja organisasi, Manajemen
harus selalu diawasi oleh pimpinan karena
RS.
lebih
telah ada sistem yang jelas dengan prosedur
memperhatikan variabel struktur organisasi
yang telah ditetapkan, namun seyogyanya
Wilasa
struktur
dalam
Pendayagunaan
organisasi
Panti
bahwa
departemen.
seyogyanya
evaluasi terhadap sistem dan prosedur dapat
dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.
dilakukan secara berkala terkait dengan
Seyogyanya
pengembangan pelayanan rumah sakit. Di
reward dan punishment. Penyampaian arah
sisi
memerlukan
tujuan yang diinginkan oleh pimpinan
dukungan positif dari manajemen, sehingga
sebenarnya dapat diberikan lewat rapat staf,
dapat memberi dorongan terhadap peran
untuk itu rapat staf seyogyanya dapat
karyawan dalam meningkatkan kepuasan
diadakan secara rutin. Apresiasi responden
customer.
yang
terhadap
dapat
resiko adalah tinggi, namun seyogyanya
senantiasa diimbangi dengan komunikasi
untuk setiap kerjasama dengan pihak lain
yang
selalu ada perjanjian kerjasama yang jelas.
lain
sudah
desentralisasi
Sedangkan
terbentuk
baik
menunjang
formalisasi
seyogyanya
antar
departemen
untuk
suatu
pelayanan
utuh
menyeluruh.
Seyogyanya
manajemen
terhadap
karyawan
tetap
keseimbangan
pimpinan
Pimpinan
sebagai
sebagai
antara
pengambil
pendorong
sangat
perhatian
memacu karyawan yang di bawahnya untuk
seorang
senantiasa maju, seyogyanya hal ini dapat
karier
dapat
ada
dipertahankan,
tetap dipertahankan.
sehingga memotivasi karyawan karena
3. Di urutan ketiga yang memberikan dampak
merasa diperhatikan hasil pekerjaannya.
signifikan terhadap kinerja organisasi di
Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan
RS.
bahwa fungsi komunikasi dan koordinasi
informasi. Manajemen seyogyanya dapat
sangat diperlukan untuk pengembangan
terus
rumah sakit, seyogyanya manajemen dapat
teknologi informasi yang ada. Proses
terus mengembangkan fungsi komunikasi
pengumpulan,
dan koordinasi ini sebagai bagian penting
pendistribusian informasi di RS. Panti
yang tidak pernah ditinggalkan.
Wilasa saat ini mendapat apresiasi yang
Panti
Wilasa
adalah
meningkatkan
teknologi
pendayaguaan
pengelolaan
dan
2. Variabel di urutan kedua yang berpengaruh
sangat baik dari responden, karena sudah
signifikan terhadap kinerja RS. Panti
sangat membantu dalam pelayanan yang
Wilasa adalah kepemimpinan manajemen.
diberikan. Namun demikian seiring dengan
Manajemen
perkembangan teknologi informasi yang
seyogyanya
mempertahankan
peran
dan
dapat
meningkatkan
kepemimpinan
manajemen.
sangat
cepat
pengembangan
dan
kebutuhan
pelayanan
yang
dari
telah
Kesukaan bekerja keras dan kepedulian
dilakukan, seyogyanya teknologi informasi
terhadap
dapat
yang ada dapat senantiasa diperbaharui.
responden
Beberapa karyawan masih ada yang belum
bawahan
dipertahankan,
menganggap
seyogyanya
karena
pimpinan
adalah
teladan.
bisa
mengaplikasikan
penggunaan
Hanya reward dan punishment kurang
komputer, seyogyanya ada pelatihan dan
dapat berjalan seimbang, karena reward
pembimbingan
diberikan tetapi punishment masih kurang
menerus secara periodik.
yang
dilakukan
terus-
4. Di
urutan
terakhir
yang
berpengaruh
dibutuhkan
suatu
spesialisasi,
signifikan terhadap kinerja RS. Panti
departementalisasi dan desentralisasi tentu
Wilasa
organisasi.
saja memerlukan derajat integrasi yang
Seyogyanya manajemen RS. Panti Wilasa
tinggi supaya pelayanan dapat berjalan
dapat lebih meningkatkan penerapan
seirama. Dari jawaban responden juga
budaya organisasi sebagai pendorong
dapat
yang
kinerja
senantiasa terbuka untuk setiap masukan,
organisasi. Budaya berkaitan dengan sistem
sehingga Budaya kepercayaan pada rekan
nilai yang diperoleh dan dikembangkan
kerja ini seyogyanya tetap dapat terbangun
oleh organisasi dan pola kebiasaan dan
dengan baik. Seyogyanya manajemen dapat
falsafah dasar yang terbentuk menjadi
senantiasa
aturan yang digunakan sebagai pedoman
optimisme
dalam
integrasi
adalah
sangat
budaya
kuat
berfikir
terhadap
dan
bertindak
dalam
diketahui
bahwa
manajemen
membangun
dalam
yang
semangat
pelayanan.
Budaya
ditunjukkan
dengan
mencapai tujuan organisasi. Seyogyanya
kerjasama yang baik antar bagian di RS.
manajemen
mempertahankan
Panti Wilasa perlu dipertahankan, Di sisi
keteraturan pertemuan bagian dan antar
lain hampir sebagian besar karyawan dinilai
bagian untuk dapat segera menyikapi
telah bersungguh-sungguh dalam bekerja,
permasalahan
yang
namun demikian masih ada juga yang
memerlukan pemecahan bersama. Hampir
dinilai kurang dalam kesungguhan bekerja.
semua bagian telah melakukan evaluasi
Diharapkan
terhadap
melakukan
dapat
yang
dihadapi
kegiatan
pelayanan
yang
manajemen
evaluasi
senantiasa
dan
memberikan
dilakukan, namun evaluasi terhadap tindak
reward dan punishment sebagaimana telah
lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan
diatur.
masih kurang, seyogyanya dapat selalu
5. Kinerja
RS.
Panti
Wilasa
mendapat
dilakukan ceck dan receck terhadap tindak
apresiasi yang sangat baik dari responden,
lanjut hasil evaluasi. Apresiasi responden
namun demikian ada beberapa masukan
atas pelayanan yang diberikan oleh rekan
yang harapannya dapat menjadikan bahan
kerja
pertimbangan
adalah
kepercayaan
sangat
pada
baik.
Pendapatan
rumah sakit memang meningkat dari tahun
seyogyanya tetap dapat terbangun dengan
ke tahun, hanya peningkatannya memang
baik.
dapat
masih belum optimal berkaitan dengan
semangat
jumlah BOR yang semakin menurun.
senantiasa
optimisme
kerja
manajemen.
ini
Seyogyanya
rekan
Budaya
manajemen
membangun
pelayanan.
Budaya
Seyogyanya
ditunjukkan
dengan
berhubungan dengan pelanggan terutama
kerjasama yang baik antar bagian di RS.
untuk pelayanan di rawat inap mendapat
Panti Wilasa perlu dipertahankan, karena
prioritas yang lebih, yaitu untuk tempat
dengan
parkir dan pengaturan parkir, kenyamanan
integrasi
dalam
yang
struktur
yang
ada
di
mana
beberapa
hal
yang
ruang tunggu rawat jalan dan kenyamanan
sepenuhnya dapat diterapkan di organisasi
ruang rawat inap. Efisiensi rumah sakit
lain karena setiap organisasi mempunyai
telah
karakteristik yang berbeda.
dilakukan,
namun
dengan
pengembangan yang saat ini dilakukan
menimbulkan kesan “boros”, untuk itu
seyogyanya ada sosialisasi terhadap setiap
program masing-masing bagian. Adapun
untuk pelatihan yang dilakukan secara
periodik
seyogyanya
dapat
dilakukan
evaluasi terhadap aplikasi dari pelatihan,
terdapat laporan paparan dari karyawan
AGENDA PENELITIAN MENDATANG
Keterbatasan
yang
didapatkan
pada
penelitian ini dapat dijadikan sumber ide bagi
pengembangan penelitian di masa yang akan
datang.
Agenda
penelitian
mendatang
yang
disarankan dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang
pertama, dengan mengacu pada beberapa
yang bersangkutan dan hasil pelatihan
literatur
dapat disosialisasikan.
dan
hasil
penelitian,
maka
penelitian mendatang disarankan untuk
menambah jumlah variabel penelitian yang
digunakan
KETERBATASAN PENELITIAN
seperti
sarana
prasarana,
beberapa
lingkungan eksternal, misi dan strategi,
keterbatasan dalam hal metodologi sebagai berikut:
sistem (policies and procedures), motivasi
Penelitian
ini
1. Variabel-variabel
memiliki
dalam
penelitian
kerja, kepuasan karyawan, innovasi, dll.
ini
diambil dari hasil penelitian Yee-Ching,
2.
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang
bahwa keberhasilan kinerja organisasi yang
pertama,
diukur
Scorecard
konsistensi hubungan yang berlangsung
kepemimpinan
diantara variabel-variabel yang digunakan
dengan
dipengaruhi
Balance
oleh
untuk
meyakinkan
manajemen, struktur organisasi, budaya
dalam
organisasi dan teknologi informasi. Hasil
penelitian dapat dilakukan di semua rumah
uji koefisien determinasi menunjukkan nilai
sakit dengan tipe sama.
16,7%
artinya
kemampuan
variabel-
3.
penelitian
ini,
adanya
seyogyanya
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang
(kepemimpinan
kedua, untuk mendapatkan gambaran yang
manajemen, struktur organisasi, budaya
lebih komprehensif, penelitian mendatang
organisasi dan teknologi informasi) dalam
juga disarankan untuk meluaskan obyek
menjelaskan variasi variabel dependen
penelitian selain rumah sakit.
variabel
independen
(kinerja orgainsasi) amat terbatas. Sebesar
83,3% variasi variabel dependen (kinerja
organisasi) dipengaruhi variabel lain di luar
model.
2. Hasil penelitian mengenai faktor yang
mempengaruhi kinerja organisasi ini tidak
Ernawan, R. Erni, 2004, “Pengaruh Budaya dan
Orientasi
Bakos & Treacy, 1986, “Information Technologi
Corporate
Strategy:
A
Research
Perspective”, MIS Quarterly Vol. 10, No. 2
Bhargava, M., Dubelaar C. & Ramaswami S.,
1994,“Reconciling
diverse
terhadap
Kinerja
Perusahaan Manufaktur”, Usahawan no. 9
DAFTAR REFERENSI
and
Etika
measures
Ferdinand
Augusty,
Pemasaran
:
2000,
Manajemen
Sebuah
Pendekatan
Stratejik, Program Magister Manajemen
Universitas Diponegoro, Semarang
of
performance .: A Conceptual framework and
Gatignon, Hubert & Jean-Marc Xuereb; 1997;
test of a methodology”, Journal of Business
“Strategic Orientation of the Firm and New
Research, pp 235-246
Product
Carmona,
Salvador
dan
Anders
Gronlund,
Performance”,
Journal
of
Marketing Research, Vol. XXXIV
2003,“Measures vs Action: The Balanced
Scorecard in Swedish Law Enforcement”,
Good, David J., & Robert W Stone, 2000, “The
International Journal of Operation and
Impact of Computerization on Marketing
Production Management, Vol.23, No. 12,
Performance”, Journal of Bussiness &
pp. 204-21
Industrial Marketing, Vol 15 No.1, pp. 12-
Chakravarthy, Balaji S., 1996,“Measuring Strategy
Performance”,
Strategic
Management
Goodhue, Dale L., & Ronald L Thompson, 1995;
Journal, Vol. 7, pp. 437-58
Chaston, Ian, 1995, “Small Firms Performance:
Assessing
the
Entrepreneurial
Interaction
Style
40
and
Between
“Task-Technology
Fit
and
Individual
Performance”, MIS Quarterly
Organisation
Culture”, European Journal of Marketing,
Ghozali,
Imam,
Multivariate
Vol. 31. No. 11/12
2009,
Aplikasi
dengan
Analisis
Program
SPSS,
cetakan ke IV, Badan Penerbit UNDIP,
Dilanthi Amaratungga, Richard Haigh dan Marjan
Semarang
Sarshar, 2002, “Application of the Balanced
Scorecard Concept to Develop a Conceptual
Framework
to
Management
Performance
Fasilities”,
Health
Measure
International
Care
Quality
Fasilities
within
Journal
NHS
oh
Assurance,
Gray, Brendan J., Sheelagh M. Matear & Phillip K.
Matheson,
Performance
2000,
of
“Improving
Hospitality
the
Firms”,
International Journal of Contemporary
Hospitality Management
ABI/INFORM Global
Gupta K. Ashok and Wilemon David (1990),
“Improving R&D / Marketing relations :
R&D’s perspective”, R&D Management,
Li, Mingfang dan Simerly, R.L., 1998,“The
Moderating
Vol. 20, No. 4
Effect
Dynamism
Hair, J.F.,Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham & W.C.
Black, 1995; Multivariate Data Anlysis
with
Reading,
Englewood
Cliffs,
NJ:
the
Performance
Environmental
ownership
and
Relationship”,Strategic
Management Journal, Vol. !9, P. 169-79
Li, Tiger & Roger Calantone, 1998, “The Impact of
Market Knowledge Competence on New
Prentice Hall
Hapsari,
on
of
Mirma
dan
Imam
Ghozali,
Product Advantage: Conceptualization &
2006,“Pengaruh TI Berbasis Sumber Daya
Empirical
Examination”,
terhadap Kinerja”, Jurnal MAKSI, Vol. 6,
Marketing, Vol 62
Journal
of
No. 1, Januari, hal. 60-8
Lubis,
Jaworski, Bernard J. & Ajay Kohli; 1993, “Market
Arfan
Iksan
dan
Sutopo,
2003,
“Implementasi Konsep BSC bagi Small dan
Oriention Antecedent and Consequences”,
Medium
Business
di
Indonesia:
Suatu
Journal of Marketing
Tinjauan Teoritis”, EKOBIS, Vol. 4, No. 1.
Hal. 15-28
Keats, B.W. dan Michaels A Hitt, (1988), “A
Causal
Models
of
Linkages
Environtmental
Dimensions,
Organisational
Characteristic
Among
Macro
Masdupi, Erni, 2005, “Analisis Dampak Struktur
Kepemilikan
Pada
Kebijakan
Hutang
and
Dalam Mengontrol Konflik Keagenan”.
Performance”, Academy of Management
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Journal, Vol 13
Vol, 20 No 1 Hlm 57-69
Kaplan,
Robert
S.
&
David
P.
Norton,
1996,“Using the Balanced Scorecard as
Mas’ud,
Fuad,
2004,
Survai
Diagnosis
Strategic Management System”, Harvard
Organisasional; Konsep & Aplikasi, Badan
Business School Press
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Menon, A., Jaworski, B. J. and Kohli, Ajay K.,
Kotter and Heskett, 1992. Corporate Culture and
Performance. The Free Press, New York
1997,
"Product
Quality:
Impact
of
Interdepartmental Interactions", Journal of
the Academy of Marketing Science, Vol. 2
Krumweiede, Dennis W., Chwen Sheu, & Jerome
Lavelle,
1998,
“Understanding
(3), 187-200
the
Relationship of Top Management Personality
Mukhopadhyay K. Samar and Gupta V. Anil
to TQM Implementation”, Production and
(1998) , “ Interfaces for Resolving Marketing
Inventory Management Journal
, Manufacturing and Design Conflicts A
Conceptual
Framework
“
,European
Journal of Marketing , Vol. 32 , No. 1 , pp.
Robbins,
Stephen
Behaviour
101-124
P.,
1996,
Concept
Organizational
&
Applications,
Prentice Hall Inc., Engelwoods Cliffs.
Nasution S, 2003, Metode Research, Bumi
Aksara, Jakarta
Nirenberg,
John,
2002,
Global
leadership,
Sciulli, Lisa M, 1998, “How Organizational
Structure Influences Success in Various
Capstone Publishing, United Kingdom
Types of Innovation”, Journal of Retail
Banking Services, Vol XX No 1
Owen, Keith, Ron Mundy, Will Guild & Robert
Guild, 2001, “Creating and Sustaining the
High
Performance
Soedjono, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap
Organisation”,
Kinerja
Organisasi”,Jurnal
Manajemen & Kewirausahaan, VOL. 7,
Managing Service Quality
NO. 1,: 22- 47
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A, and Berry, L.L.,
1988, “SERVEQUAL: A Multiple Item
Udan
Biantoro,
2002,
Pengaruh
Praktek
Scale For Measuring Consumer Perception
Manajemen
Of Service Quality”. Journal of Retailing,
Terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja
Vol. 64: 12 – 35
Perusahaan,
Sumber
Daya
Disertasi
Manusia
Universitas
Airlangga, Surabaya
Pelham, Alfred M & David T Wilson, 1996, A
Longitudinal Study of the Impact of Market
Van Grembeurgen, Wim, Ronald Saull dan Steven
Structure, Firm Structure, Strategy, and
De Haes, 2000,“Linking the IT Balanced
Market Orientation Culture on Dimension of
Scorecard to the Business Objectives at a
Small-Firm Performance, Journal of the
Major Canadian Financial Group: Research
Academy Marketing Science, vol 24
Note”, JITCA, Vol. 5, No. 1
Winarna, Jaka, 2000, “Dukungan Eksekutif Dalam
Porter, Micheal E., 1998, “Strategi Bersaing:
Teknik
Menganalisis
Industri
dan
Pesaing”, Erlangga, jakarta
Manajemen TI”, KOMPAK No. 24, pp. 692
– 704
Yee-Ching
Radnor & Lovell, 2003, “Success Factors For
Lilliam
Chan
2004,“Performance
Measures
and
Implementation Of The Balanced Scorecard
Scorecard:
A
In
Setting”,
Goverments in the USA and Canada”, The
International Journal Health Care Quality
International Jornal of Public Sector
Assurance Leadership Health Service, pp
Management, Vol. 23, No. 12, pp. 1475-96
A
99-108
NHS
Multi-Agency
Adoption
Survey
of
of
balanced
Municiphal
Zhang Z.H., 2000, Implementation of Total
Quality in Management an Empirical
Study of Chinese Manufacturing Firm,
Thesis, University of Gronigen
Download