PENGARUH KEPEMIMPINAN kinerja organisasi (berdasarkan Balance Scorecard MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI, (BSC). Penelitian terdahulu dari Du Brin (1995) BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI dalam Zhang (2000), Kohli dan Jaworski, (1993), INFORMASI TERHADAP KINERJA Kotter dan Heskett (1992) dan Van Grembergen et ORGANISASI al.(2000) menyatakan langsung kepemimpinan organisasi, Nurendah Kristiana RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang budaya bahwa ada pengaruh manajemen, organisasi struktur dan teknologi informasi terhadap kinerja organisasi berdasarkan Balance Scorecard (BSC). Sampel penelitian ini adalah orang-orang yang berwenang mengambil Abstraksi keputusan manajerial di bagian masing-masing, Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya riset yaitu para pejabat struktural dan fungsional problem tingkat termasuk Ketua Komite Medis, Ketua-ketua Sub pemanfaatan fasilitas RS. Panti wilasa. Hal ini Komite dan Ketua-ketua Staf Medis Fungsional tercermin dari angka pencapaian BOR (Bed sejumlah 136 orang. Direktur tidak termasuk dalam Occupancy yang sampel penelitian karena Direktur adalah sebagai menunjukkan rata-rata tempat tidur yang dipakai manajemen puncak. Dikarenakan secara teknis di setiap harinya) yang ada selama ini masih belum RS. Panti Wilasa terdapat kesulitan mengukur dapat mencapai batas minimal nilai ideal BOR penilaian kinerja dengan yang disarankan. BOR RS. Panti Wilasa masih di (BSC), maka penilaian kinerja organisasi dengan bawah 75 % Balanced Scorecard (BSC) dilakukan berdasarkan yaitu belum Rate atau optimalnya prosentase bahkan cenderung mengalami Balanced Scorecard penurunan. Sementara itu pembiayaan operasional persepsi responden. Analisis data rumah sakit semakin meningkat seiring dengan dengan menggunakan uji penyimpangan asumsi pendapatan yang didapat. Sedangkan riset gapnya klasik adalah adanya perbedaan hasil penelitian yang bantuan SPSS 19. dan analisis regresi berganda dengan Hasil dilakukan oleh Kaplan & Norton dengan Carmona dilakukan penelitian menunjukkan bahwa & Grondlund. Hasil penelitian Kaplan & Norton kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, (1996) menyebutkan banyak perusahaan yang budaya berhasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja meningkatkan kinerjanya setelah mengimplementasikan Balance Scorecard (BSC) organisasi dan teknologi informasi organisasi berdasarkan Balance Scorecard (BSC). sedangkan hasil penelitian Carmona & Grondlund (2003) menyebutkan bahwa kinerja Departemen Kata Kunci: kepemimpinan manajemen, Kepolisian di Swedia justru tidak berhasil setelah struktur oarganisasi, budaya organisasi, teknologi dilakukan penerapan Balance Scorecard (BSC) informasi dan kinerja organisasi berdasarkan karena justru penerapan ini menimbulkan banyak Balance Scorecard (BSC). masalah non finansial. Penelitian ini ditujukan untuk menguji faktor-faktor tersebut terhadap Kompetisi sangat penting bagi kepada karyawannya kepada dan mitra memberikan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Meskipun kewajibannya spesialis sesuai dikatakan bahwa bisnis jasa pelayanan kesehatan ketentuan yang sudah disepakati, dan bahkan harus adalah salah satu bisnis non profit, namun pada mampu menjadi penolong bagi unit kerja lain di kenyataannya banyak muncul bentuk usaha di bawah YAKKUM yang masih belum mampu bidang ini, mulai dari rumah sakit umum, rumah untuk berdiri sendiri. sakit khusus, poliklinik 24 jam, poliklinik bersama Untuk dapat mencapai kinerja yang unggul dokter spesialis, balai pengobatan, dan rumah mau tidak mau RS. Panti Wilasa harus mampu bersalin. kompetisi bersaing diantara sesama rumah sakit tipe madya pelayanan jasa rumah sakit dan besarnya biaya dengan mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas operasional rumah sakit yang sangat tinggi dan pelayanan yang ada. Tingkat pemanfaatan fasilitas maka setiap rumah sakit saat ini perlu melakukan kesehatan RS. Panti wilasa hingga sekarang upaya untuk meningkatkan kinerjanya agar tetap nampaknya masih belum optimal. Hal ini tercermin dapat bertahan dan berkembang. Dengan demikian dari angka pencapaian BOR (Bed Occupancy Rate pengukuran kinerja yang tepat sangat diperlukan. atau prosentase yang menunjukkan rata-rata tempat Mengingat meningkatnya RS. Panti Wilasa di Semarang terdiri dari tidur yang dipakai setiap harinya) yang ada selama dua rumah sakit tipe madya yaitu RS. Panti Wilasa ini masih belum dapat mencapai batas minimal “Dr. Cipto” dan RS. Panti Wilasa “Citarum”. RS. nilai ideal BOR yang disarankan. BOR RS. Panti Panti Wilasa adalah milik Yayasan Kristen untuk Wilasa masih di bawah 75 % bahkan cenderung Kesehatan Umum/YAKKUM. Sebagai rumah sakit mengalami penurunan. Sementara itu pembiayaan yang berada di bawah yayasan keagamaan tentu operasional rumah sakit semakin meningkat seiring misi kemanusiaan dikedepankan, namun demikian dengan pendapatan yang didapat. Dalam kondisi tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai sebuah unit BOR yang semakin menurun dengan tuntutan usaha dapat pembiayaan operasional rumah sakit sebagai unit mengembangkan dirinya dan dapat memacu setiap pelayanan kesehatan, maka RS. Panti Wilasa potensi yang dimiliki untuk dapat tetap bertahan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dan dapat eksis di tengah-tengah persaingan tetap dapat melaksanakan peran kemanusiaan dan penyedia jasa kesehatan, mengingat sudah tidak dapat mewujudkan visi rumah sakit yaitu menjadi ada lagi dana bantuan dari gereja di negeri Belanda rumah sakit pilihan masyarakat kota Semarang dan yang menjadi cikal bakal berdirinya rumah sakit sekitarnya. Disamping research problem tersebut ini. RS. Panti Wilasa tidak mungkin hanya di atas, penelitian ini juga berangkat dari research bergantung atau hanya berharap mendapat bantuan gap dana dari pihak lain. Justru sebagai sebuah unit mengungkapkan bahwa banyak organisasi yang usaha yang menaungi kurang lebih 900 orang berhasil karyawan dan setidaknya 170 dokter spesialis menggunakan strategi Balance Scorecard (BSC), mitra, RS. Panti Wilasa harus mampu memberikan namun hasil penelitian Carmona & Grondlund kesejahteraan yang sewajarnya sebuah rumah sakit menyebutkan RS. Panti Wilasa harus yaitu Kaplan meningkatkan bahwa & Norton kinerjanya kinerja (1996) setelah Departemen Kepolisian di Swedia justru tidak berhasil setelah organisasi dan teknologi informasi terhadap dilakukan penerapan Balance Scorecard (BSC) kinerja RS. Panti Wilasa? karena justru penerapan ini menimbulkan banyak Berdasarkan masalah penelitian, maka tujuan masalah non finansial. Radnor & Lovell (2003) penelitian ini adalah: menyatakan tidak semua perusahaan berhasil Menganalisis mengimplementasikan BSC walaupun BSC telah manajemen, dikenal secara luas dan bermanfaat. Penelitian organisasi dan teknologi informasi terhadap Neely dan Bournee (2000) dalam Radnor dan kinerja RS. Panti Wilasa. Lovell (2003) menyatakan bahwa pengaruh kepemimpinan struktur organisasi, budaya tingkat kegagalan dalam menerapkan Balance Scorecard (BSC) cukup tinggi sehingga Balance Scorecard (BSC) tidak memberikan kontribusi TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN apapun HIPOTESIS terhadap perbaikan organisasi. Berdasar paparan di atas, bagaimana kinerja Konsep Dasar Untuk organisasi RS. Panti Wilasa menjadi topik yang dapat memenangkan kompetisi, dan masalah sebuah organisasi harus melakukan strategi yang penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai tepat. Secara umum strategi dapat diartikan sebagai berikut: “bagaimana meningkatkan kinerja cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat menarik untuk diteliti, RS. Panti Wilasa di Semarang?”. sebelumnya. Mintzberg (1998) dalam Porter, Pada penelitian ini kinerja organisasi tidak (1998) mendefinisikan strategi sebagai plan, ploy, hanya dilihat dari satu dimensi keuangan saja, pattern, position dan perspective. Selain sebagai tetapi berdasarkan Balance Scorecard (BSC). panduan langkah ke masa depan, strategi juga Dikarenakan secara teknis di RS. Panti Wilasa merupakan suatu pola atas langkah-langkah yang terdapat kesulitan mengukur penilaian kinerja dilakukan di masa sebelumnya. Selain itu strategi dengan merupakan alat untuk menciptakan suatu posisi Balanced Scorecard (BSC), maka penilaian kinerja organisasi dengan Balanced dalam Scorecard (BSC) dilakukan berdasarkan persepsi positioning), responden. mempertahankan Faktor-faktor yang berpengaruh konteks dan lingkungannya untuk posisi (strategy memperoleh tersebut, is dan organisasi terhadap kinerja organisasi diambil berdasarkan memerlukan perilaku kolektif yang fundamental dari dalam melakukan segala sesuatu (strategy is penelitian Yee-Ching (2004), yaitu kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, budaya organisasi dan teknologi informasi. Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian: perspective). Salah satu cara untuk membahas proses pembuatan strategi, pengawasan implementasi strategi dan pengukuran kinerja adalah melalui kepemimpinan Balance Scorecard (BSC). Menurut Yee-Ching manajemen, struktur organisasi, budaya (2004), beberapa faktor yang mempengaruhi Bagaimana pengaruh pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard Awalnya, (BSC) adalah kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, budaya organisasi dan teknologi Kinerja organisasi merupakan suatu tingkat hasil kerja yang dicapai suatu organisasi dalam suatu periode operasional yang dibandingkan dengan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya ( Siegel dan Marconi dalam Ernawan, 2004). Pentingnya pengukuran kinerja secara tepat, menurut Keats & Hitt (1998) dikarenakan kinerja merupakan sebuah konsep yang sulit, baik definisi maupun pengukurannya. Chakravarthy & Balaji (1996) dan Ferdinand (2000) menyatakan organisasi merupakan sebuah konstruk yang secara umum dipergunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi organisasi. Namun demikian masalah pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik. Hal ini bisa dipahami karena sebagai sebuah konstruk, kinerja bersifat multidimensi di mana di dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe organisasi (Bhargava et al, 1994). Oleh sebab itu, kinerja dikonseptualkan dalam banyak cara dan metode di mana pengukurannya juga beragam (Bhargava, 1994). Pengukuran kinerja merupakan tantangan terbesar bagi peneliti (Li dan Simerly, 1998). Karena sebagai konstruk kinerja bersifat multi dimensional dan oleh karena itu pengukuran kinerja dengan menggunakan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman komprehensif (Bhargava et al, 1995 ; Lie dan Simerly, 1998), sehingga pengukuran kinerja hendaknya mengintegrasikan dimensi pengukuran yang beragam. organisasi dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan, tingkat keuntungan (Siegel, 1989 dalam Lubis, Kinerja Organisasi kinerja kinerja menganggap manajer berhasil bila mencapai informasi. bahwa penilaian 2003). Pengukuran tradisional ini mengakibatkan manajer organisasi keuntungan jangka hanya pendek, berorientasi dan pada cenderung mengabaikan kelangsungan hidup organisasi dalam jangka panjang (Mirza,1997 dalam Lubis, 2003). Pengukuran dengan hanya melihat ukuran kinerja keuangan ini mempunyai keterbatasan (Niven, 2002 dalam Lubis, 2003) sebagai berikut: (1) Ukuran kinerja keuangan tidak cocok dengan kondisi lingkungan bisnis sekarang, yang di dalamnya kinerja keuangan terutama lebih banyak dihasilkan dari intangible assets, bukan dari aktiva yang tampak dalam neraca (tangible assets), (2) Ukuran kinerja keuangan lebih mencerminkan apa yang telah terjadi di masa lalu, sehingga dalam perjalanan organisasi menuju ke masa depan, ukuran tersebut ibarat kaca spion mobil untuk melihat ke belakang, yang tidak memiliki daya prediksi ke depan, (3) Konsolidasi informasi keuangan cenderung mendorong terpisah-pisahnya antar fungsi, (4) Ukuran kinerja keuangan seringkali menghambat aktifitas penciptaan nilai secara berkesinambungan karena aktifitas tersebut baru dapat menghasilkan kinerja keuangan beberapa tahun ke depan, padahal ukuran kinerja keuangan menggunakan periode akuntansi sebagai basis pengukuran (umumnya mencakup satu tahun kalender) dan (5) Hampir semua kinerja keuangan tingkat tinggi (seperti return on investment, pertumbuhan volume penjualan) hanya sedikit memberikan panduan bagi karyawan tingkat bawah dalam aktivitas harian mereka. Perspektif Dikarenakan keterbatasan penilaian yang proses bisnis internal ada maka Kaplan dan Norton (1996) melahirkan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi metode baru yang dapat mengukur kinerja secara berbagai proses internal penting yang harus komprehensif, yaitu Balance Scorecard (BSC). dikuasai dengan baik oleh organisasi. Ukuran Penilaian kinerja dengan Balance Scorecard (BSC) bisnis internal berfokus pada berbagai proses mampu meminimalis kekurangan penilaian dengan internal yang akan berdampak besar kepada penggunaan rasio-rasio keuangan. Hal tersebut kepuasan dikarenakan Balance Scorecard (BSC) memiliki finansial organisasi. kemampuan mengukur kinerja organisasi secara pelanggan dan pencapaian tujuan Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan komprehensif yang mencakup empat perspektif memungkinkan yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal infrastruktur yang harus dibangun organisasi dalam serta pembelajaran dan pertumbuhan. menciptakan dan meningkatkan kinerja jangka untuk mengidentifikasi Penggunaan perspektif keuangan dalam panjang. Sehingga tujuan dari perspektif ini adalah Balance Scorecard (BSC) karena ukuran finansial untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa sangat penting dalam memberikan ringkasan yang akan datang. Tujuan-tujuan dalam perspektif konsekuensi ini tindakan ekonomi yang sudah merupakan pengendali untuk mencapai diambil. Ukuran finansial memberikan petunjuk keunggulan outcome ketiga perspektif sebelumnya. terhadap implementasi strategi organisasi, apakah Keempat perspektif Balanced Scorecard memberikan kontribusi terhadap peningkatan laba akan memberikan keseimbangan antara tujuan organisasi atau tidak sehingga dapat disimpulkan jangka pendek dan jangka panjang, antara hasil bahwa yang tujuan profitabilitas, finansial berhubungan pertumbuhan penjualan dengan dan terciptanya arus kas. Perspektif diinginkan dengan faktor pendorong tercapainya hasil tersebut dan antara ukuran obyektif yang keras dan ukuran obyektif yang lebih untuk lunak. Dengan mengintegrasikan sasaran, ukuran, mengidentifikasikan pelanggan dan segmen pasar target dan inisiatif dari tiap-tiap keempat perspektif dalam suatu industri. Perspktif ini terdiri dari ini mendukung visi dan strategi keseluruhan. beberapa ukuran, yaitu (1) kepuasan pelanggan, (2) Balance Scorecard (BSC) menunjukkan nilainya retensi pelanggan (3) akuisisi pelanggan baru dan sebagai suatu instrumen manajemen stratejik yang (4) lebih dari sekedar indikator-indikator keuangan pangsa pelanggan pasar. bertujuan Perpektif pelanggan memungkinkan para manajer mengartikulasikan strategi yang kepada pelanggan dan pasar untuk berorientasi yang akan memberikan keuntungan finansial di masa yang akan datang. Identifikasi secara tepat kebutuhan pelanggan sangat membantu organisasi bagaimana memberikan layanan kepada pelanggan. dengan menekankan pentingnya perspektf non keuangan seperti kepuasan pelanggan, proses binis internal serta pertumbuhan dan pembelajaran. Kepemimpinan Manajemen dan Kinerja tujuan, nilai dan sistem yang menuntun kepada Organisasi perbaikan kinerja yang berkelanjutan. Dalam bukunya yang Global, Nirenberg Kepemimpinan berjudul (2002) Hipotesis 1: Kepemimpinan Manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi memahami kepemimpinan manajemen sebagai suatu fenomena sosial yang penting bagi pencapaian tujuan-tujuan kolektif kelompok. Konflik yang terjadi dalam organisasi dapat Owen et al (2001) mengemukakan bahwa sebenarnya ada lima faktor yang dapat memungkinkan suatu organisasi dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kelima faktor tersebut adalah: strategi yang disesuaikan dengan realita pasar. 3. Praktek-praktek kepemimpinan yang sesuai dengan visi, misi, nilai dan strategi. visi, misi, nilai dan strategi. kebutuhan terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan manajemen merupakan hal krusial bagi organisasi untuk membawa organisasi ke arah yang lebih baik dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. (2004) struktur tanggung jawab, keputusan dan wewenang hubungan pengambilan untuk menjamin pelaksanaaan misi dan strategi organisasi secara Menurut Sciulli (1998) struktur organisasi manajemen untuk mengatur dan mengontrol Ada enam unsur kunci yang perlu diperhatikan manajer ketika merancang struktur organisasi. Unsur-unsur tersebut adalah; spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi serta formalisasi (Robbins, 1996; penelitian yang dilakukan oleh Krumweiede, Sheu, & Lavelle (1998) yang pelaksanaan Mas’ud aktifitas pengambilan keputusannya. Dari definisi dan uraian yang dikemukakan menunjukkan Menurut terdiri atas karakteristik yang menentukan proses dengan konsumen. Hasil 1997). efektif. 4. Infrastruktur yang mendukung dan memperkuat sesuai struktur organisasi (Menon, Jaworski dan Kohli, dalam bidang yang spesifik dan penentuan tingkat 2. Penanaman visi, misi, nilai-nilai dan strategi- yang dikurangi dengan secara seksama menyusun merupakan penyusunan fungsi-fungsi dan orang ke 1. Persepsi pimpinan puncak mengenai pasar 5. Perilaku Struktur Organisasi dan Kinerja Organisasi bahwa program TQM kekurangberhasilan oleh organisasi- organisasi di Amerika Serikat adalah karena kurangnya dukungan dari pimpinan. Malcolm Baldrige Quality Award (1999) dalam Zhang (2000) menyatakan bahwa peran terpenting dari kepemimpinan manajemen adalah menciptakan Sciulli, 1998). Spesialisasi kerja diartikan sebagai pemecahan pekerjaan menjadi tugas-tugas kecil yang dibakukan, dan dilakukan berulang-ulang. Departementalisasi adalah pengelompokkan pekerjaan-pekerjaan sehingga tugas yang sama atau mirip dapat dikoordinasikan. Rantai komando adalah garis wewenang yang tidak terputus yang terentang dari puncak organsiasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa. dilihat sebagai bentuk perilaku yang inovatif. Hasil Rentang kendali adalah besar kecilnya bawahan penelitian dari Zaltman, Duncan & Holbek (dalam yang dapat diatur secara efektif dan efisien oleh Jaworski & Kohli; 1993) menunjukkan bahwa manajer. Istilah sentralisasi mengacu pada sampai formalisasi dan tingkat mana pengambilan keputusan dipusatkan kebalikan berhubungan pada titik tunggal dalam organisasi. Formalisasi intelejen adalah tingkat dari kodifikasi pekerjaan (diskripsi tanggapan kerja berkaitan dengan tanggung jawab tugas dengan implementasi tanggapan. dengan penyebaran secara penciptaan dan positif secara penyusunan berhubungan bagi organisasi untuk meningkatkan pertukaran dalam organisasi (Sciulli, 1998). Spesialisasi telah terbukti meningkatkan Dengan tetapi mungkin Sistem desentralisasi merupakan fasilitas dalam organisasi) dan norma pengawasan yang ada produkfitas. pasar, sentralisasi menerapkan model sumber-sumber (informasi, hasil kerja, prosedur dan lain-lain) yang dimiliki departemen- mampu departemen dalam perusahaaan, komunikasi yang menghasilkan mobil dengan kecepatan satu mobil akurat dan saling percaya di antara departemen- setiap sepuluh detik, walaupun menggunakan departemen dalam organisasi. spesialisasi kerja seperti ini Ford karyawan yang memiliki ketrampilan yang relatif Jaworski dan Kohli (1993) menjelaskan terbatas. Manfaat ekonomi yang diberikan oleh bahwa pemberian otonomi dalam pengambilan spesialisasi kerja Juga dirasakan oleh restoran keputusan kepada unit-unit bisnis dalam suatu cepat saji Mc Donald. organisasi dipandang mampu meningkatkan hasil fleksibilitas dan adoptivitas unit bisnis, sehingga penelitian yang ada menunjukkan bahwa dampak memungkinkan unit bisnis bersangkutan dapat desentralisasi terhadap perilaku yang inovatif dan merespon dengan cepat peluang. penggunaan Hipotesis 2 : Struktur organisasi berpengaruh Dari bukti-bukti informasi yang berupa (misalnya Walker & Ruekert dan Despande & Zaltman dalam Pelham & Wilson 1996) dapat disimpulkan bahwa desentralisasi seharusnya dapat berdampak positif terhadap tersebarnya perilaku orientasi pasar dalam organisasi. Karena desentralisasi seharusnya memberi tingkat keterlibatan keryawan dalam aktifitas kepuasan yang didesain customer. untuk meningkatkan Desentralisasi dalam pengambilan keputusan seharusnya meningkatkan perilaku yang berorientasi pasar. Akan tetapi meskipun demikian sebagaimana positip terhadap kinerja organisasi. telah dikemukakan di atas bahwa orientasi pasar selalu meliputi aktiftas yang baru atau berbeda dalam menanggapi kondisi pasar, yang mana hal ini dapat Budaya Organisasi dan Kinerja Organisasi Budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota organisasi dan merupakan suatu sistem dan makna bersama. Budaya organisasi adalah suatu sistem nilai yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam (Robbins, 1996). mencapai tujuan organisasi Ada keterkaitan hubungan antara budaya merupakan faktor yang lebih penting dalam organisasi dengan kinerja organisasi. Ternyata menentukan sukses atau kegagalan organisasi bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang dalam dekade mendatang; (3) budaya organisasi terdapat dalam budaya organisasi maka semakin mendukung prestasi keuangan yang kokoh dalam baik kinerja organisasi tersebut (Djokosantoso, jangka panjang dan internalisasi budaya organisasi 2003). memahami menjadikan nilai-nilainya dipahami oleh seluruh keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan orang dalam perusahaan, memberikan kemampuan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian karyawan organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan lingkungannya; diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dibentuk untuk meningkatkan prestasi. Karyawan yang sudah Hasil dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja untuk (4) beradaptasi budaya penelitian dengan organisasi Soedjono dapat (2005) individual. Didukung dengan sumber daya manusia mendukung penelitian Kotter dan Heskett (1992) yang ada, sistem dan teknologi, strategi organisasi yang dan logistik, masing-masing kinerja individu yang mempunyai dampak yang kuat dan semakin besar baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang dampaknya terhadap prestasi kerja organisasi. baik pula. Dampak budaya organisasi terhadap Budaya organisasi yang kuat di kantor dan kinerja dapat dilihat pada beberapa contoh keempat UPTD terminal merupakan hasil dari perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi, penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang seperti Singapore Airlines yang menekankan pada berkembang perubahan-perubahan mengarahkan perilaku anggotanya. inovatif dan yang menjadi berkesinambungan, yang terbaik. Baxter International, salah satu perusahaan terbesar di menyatakan dalam bahwa suatu budaya organisasi organisasi dan Hipotesis 3: Budaya organisasi berpengaruh positip terhadap kinerja organisasi. dunia, memiliki budaya respect, responsiveness dan result, dan nilai -nilai yang tampak disini adalah bagaimana mereka berperilaku ke arah orang lain, kepada pelanggan, pemegang saham, pemasok dan masyarakat (Pastin, 1986). Hasil penelitian Chatman dan Bersade (1997) dan Udan Bintoro (2002) menyatakan bahwa budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan kinerja organisasi. Dengan sample 207 perusahaan yang diamati, penelitian Kotter dan Heskett (1992) menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) budaya organisasi mempunyai dampak signifikan pada prestasi kerja ekonomi perusahaan dalam jangka panjang; (2) budaya organisasi dapat Teknologi Informasi (TI) dan Kinerja Organisasi Informasi pada dasarnya telah menjadi aset yang krusial bagi perusahaan sebagai sebuah organisasi, terutama dalam era persaingan seperti sekarang ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang tinggi akan informasi sekarang ini nampaknya perusahaan-perusahaan memiliki kebutuhan yang besar akan sarana yang dapat digunakan untuk mengelola data (Good & Stone, 2000). Gray et al, (2000) dalam penelitiannya mengenai peningkatan kinerja perusahaan yang Dengan adanya teknologi informasi maka bergerak dalam pelayanan publik menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan atau pelayanan yang diberikan, khususnya pada memperbarui teknologi informasinya adalah hal organisasi jasa, akan semakin cepat dan akurat. Hal yang untuk tersebut secara sederhana dapat dijelaskan bahwa berorientasi pasar. Sebab menurut mereka untuk pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan mencapai akan menciptakan kepuasan sehingga pelanggan sangat perlu kinerja bagi yang perusahaan diinginkan (seperti; peningkatan pangsa pasar, profitabilitas) dan memiliki bahkan mencapai keunggulan bersaing yang (customer retention). Dengan adanya customer berkelanjutan, retention maka akan terjadi re-buying, di mana penggunaan teknologi-teknologi memori atas akan organisasi memperoleh tersebut informasi terbaru (seperti; email, world wide web) organisasi peningkatan seharusnya menjadi semakin besar dalam kondisi penjualan dan laba keuntungan (Parasuraman et al., dimana ketidakpastian pasar semakin tinggi. 1988). seharusnya Hasil-hasil peneliti terdahulu , baik secara berubah karena pelanggan juga berubah, yaitu eksplisit maupun implisit, mendukung hubungan dengan atau positif variabel orientasi TI dengan kinerja berorientasi pada internet untuk mengembangkan organisasi. Separti misalnya peneliti Gatignon dan bentuk-bentuk pelayanannya pada pelanggan. Xuereb (1997) menunjukkan bahwa perusahaan Karena bagaimanapun cara perusahaan menjadi lebih mengacu Penelitian yang dilakukan oleh Bakos dan yang berorientasi pada teknologi akan dapat Treacy (1986), menyatakan bahwa aplikasi TI meningkatkan kinerjanya. Sementara itu penelitian menjadi elemen yang signifikan untuk kompetisi lain menunjukkan bahwa dampak penggunaan dalam struktur industri, oleh karena itu top teknologi baru (terutama dalam hal TI) akan manajemen meningkatkan akan memiliki wawasan bahwa kinerja, dapat mempercepat investasi dalam TI menjadi penting, lebih relevan pengembangan produk baru respon pasar terhadap dan sebagai instrumen dalam penggunaan TI dalam produk baru yg dihasilkan akan positif (Goodhue perusahaan yang bersangkutan. Dalam banyak & Thomson 1995). Yang mana hal ini tentunya literatur (misalnya Stair, 1982) disebutkan bahwa akan meningkatkan penjualan produk perusahaan keberhasilan suatu sistem dipengaruhi beberapa (Li &Calantone, 1998). Sedangkan Bharadwaj faktor, salah satunya adalah dukungan manajer (2000) dalam Masdupi (2002), telah menguji tingkat puncak. Demikian pula dalam kemajuan secara empiris hubungan antara kapabilitas TI penggunaan TI yang merupakan bagian sistem itu superior sendiri Markus (1981) sebagaimana dikutip oleh penelitiannya menemukan bahwa kapabilitas TI Jarvenpaa dan Ives (1991) menyatakan bahwa superior berhubungan positif dan signifikan dengan dukungan eksekutif diperlukan, namun dukungan kinerja tersebut perspektif RBV penggunaan TI yang maju dalam organisasi, tetapi kapabilitas TI dukungan manajemen operasional juga diperlukan menciptakan sumber daya yang tidak mudah ditiru (Winarna, 2000). atau disubstitusikan. Analisis ini menyatakan bukan kondisi yang cukup untuk dengan kinerja organisasi. organisasi. Penemuan empiris mengindikasikan merupakan peluang Hasil dari bahwa untuk bahwa sumberdaya TI tidak hanya memerlukan Penelitian-Penelitian Terdahulu waktu untuk memperoleh dan membangunnya Penelitian ini memerlukan pengamatan tetapi juga sulit karena sifat sumberdaya tersebut terhadap penelitian-penelitian terdahulu sebagai saling melengkapi dan melekat dalam suatu bahan perbandingan. Beberapa penelitian yang organisasi. mendahului dan dapat digunakan sebagai referensi Lebih lanjut Bharadwaj (2000) dalam Masdupi (2002), juga menyatakan bahwa logistik dan sistem distribusi perusahaan yang adalah sebagai berikut : a. Yee-Ching Lilliam Chan (2004) tertuang dalam ”Performance Measures and dikombinasikan dengan orientasi pada pelanggan Adoption of Balanced Scorecard: a Survey yang sekumpulan of Municipal Goverments in USA and sumberdaya yang saling melengkapi dan tidak Canada”. Hasil penelitian menunjukkan mudah ditiru oleh perusahaan pesaing. Perdebatan bahwa pemerintah kota yang menerapkan nilai bisnis dari TI juga dikemukakan oleh Balanced Scorecard memiliki kinerja yang Bharadwaj. tidak lebih baik dibandingkan dengan pemerintah konsisten dengan hubungan antara TI dan kinerja kota yang tidak mengetahui Balanced organisasi disebabkan karena pemahaman peneliti Scorecard ataupun yang tidak komplit tentang sifat sumberdaya dan Balanced Scorecard keahlian organisasi. menerapkannya. Dari penelitian ini juga kuat akan membentuk Penemuan statistik yang Hasil penelitian Van Grembeurgen, et al (2000), mengatakan bahwa implementasi dan yang mengetahui namun tidak disimpulkan bahwa keberhasilan kinerja tersebut tidak terlepas dari peran aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan kinerja kepemimpinan organisasi. Mukhopadhay et al (1997) dalam organisasi, budaya organisasi dan teknologi Hapsari dan Ghozali (2006) informasi. meneliti pengaruh teknologi informasi terhadap proses manajemen, struktur output dan kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa b. Carmona, Salvador dan Anders Gronlund teknologi informasi memberikan pengaruh yang (2003) tertuang dalam “Measures vs Action: positif terhadap output dan kualitas. Begitu juga the dengan penelitian Utomo dan Dodgson (2000) Enforcement”. tentang penggunaan Electronic Funds Transfer at menunjukkan Point of Sale (EFTPOS) pada perusahaan kecil Balanced menunjukkan EFTPOS kinerja kepolisian tidak maksimal karena memberikan pengaruh kepada efisiensi serta keterbatasan data berkenaan perspektif mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan. yang terdapat pada Balanced Scorecard. Hipotesis 4: Teknologi Informasi berpengaruh Implementasi Balanced Scorecard dapat bahwa penggunaan posistif organisasi. terhadap kinerja Balance Scorecard in Swedish Hasil bahwa Scorecard Law penelitian implementasi untuk mengukur berhasil bilamana ada komitmen dan tersedia data-data yang dibutuhkan c. sebagaimana pada perspektif Balanced dapat meningkatkan sistim kontrol dan Scorecard. pencapaian target, namun implementasi Kaplan, Robert S. dan David P. Norton Balanced Scorecard tidak mudah dan (1996) membutuhkan komitmen dari berbagai tertuang Balanced dalam Scorecard “Using as The Strategic pihak termasuk dukungan pemerintah. Management System”. Hasil dari penelitian f. Zhang (2000), dalam “Implementation of ini menyebutkan bahwa keempat perspektif Total Quality in Management an Empirical BSC keseimbangan Study of Chinese Manufacturing Firm”, antara tujuan jangka pendek dan jangka Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran panjang, antara hasil yang diinginkan terpenting dari kepemimpinan manajemen dengan faktor pendorong tercapainya hasil adalah menciptakan tujuan, nilai dan sistem tersebut dan antara hasil obyektif yang yang menuntun kepada perbaikan kinerja keras dengan ukuran subyektif yang lebih yang berkelanjutan. akan memberikan lunak. g. Jaworski dan Kohli, 1993 dalam Market d. Dilanthi Amaratungga, Richard Haigh, dan Orientation Antecedent and Marjan Sarshar (2002) tertuang dalam Consequences”. “Aplication Scorecard menunjukkan bahwa struktur organisasi Conceptual berpengaruh positif terhadap orientasi pasar Concept to Framework of Balanced Develop to a Measures Facilities Hasil penelitian ini dan kinerja organisasi. Management Performance within NHS Facilities”. f Balanced Scorecard Concept h. Kotter dan Hesket (1992) dalam Corporate to Develop a Conceptual Framework to Culture and Performance, meneliti 207 Measures Management perusahaan untuk melihat adanya hubungan Performance within NHS Facilities”. Hasil antara budaya organisasi dan kinerja. dari penelitian ini menyatakan bahwa Penelitian ini menghasilkan kesimpulan: pengukuran kinerja dipengaruhi banyak budaya faktor. terhadap kinerja organisasi. Facilities Diperlukan identifikasi faktor penentu keberhasilan dan langkah-langkah organisasi berpengaruh positif i. Van Grembeurgen, et al (2000), dalam pasti untuk menuju keberhasilan. Balanced Linking the IT Balanced Scorecard to the Scorecard mampu menjadi alat yang efektif Business Objectives at a Canadian untuk menentukan penilaian kinerja melalui Financial Group: Research Note pengukuran ke empat perspektif-nya. mengatakan bahwa implementasi dan e. Radnor Zoe and Bill Lovell (2003) dalam “Success factors for implementation of the balanced scorecard in a NHS multi-agency setting”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Balanced Scorecard aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan kinerja organisasi. penyusunan fungsi-fungsi dan orang ke dalam 2.8 Pengembangan Model Empirik bidang yang spesifik dan penentuan tingkat Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan pengembangan hipotesis tersebut, tanggung jawab, wewenang pengambilan maka dapat disusun kerangka pemikiran penelitian keputusan dan hubungan untuk menjamin sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut: pelaksanaaan misi dan strategi organisasi secara efektif. Dengan mengacu pada Jaworski Gambar 2.1 dan Kohli (1993) maka indikator variabel Pengembangan Model Empirik Struktur Organisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah membagi sasaran pekerjaan, membentuk efektifitas pekerjaan, Kepemimpinan Manajemen mengurangi konflik, mempermudah komunikasi dan berorientasi pada karier. Struktur Organisasi KINERJA c. ORGANISASI Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan suatu persepsi Budaya Organisasi bersama yang dianut oleh anggota organisasi dan merupakan suatu sistem dan makna bersama (Robbins, 1996). Dengan mengacu Teknologi Informasi pada Hofstede, 1993 dalam Mas’ud (2004) maka indikator variabel budaya Organisasi Sumber: Yee-Ching (2004), Zhang (2000), yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jaworski & Kohli (1993), Kotter & Heskett (1992) profesionalisme, dan Van Grembeurgen et al. (2000) kepercayaan pada rekan kerja, keteraturan, dan jarak dari manajemen, integrasi. Definisi Operasional Variabel a. d. Kepemimpinan Manajemen Teknologi informasi merupakan sarana untuk Kepemimpinan Manejemen adalah aktifitas mendukung nyata dari manajemen termasuk persepsi dan pemahaman tentang apa dan bagaimana TI sikap dilaksanakan. pimpinan. Dengan mengacu pada kegiatan Indikator organisasi variabel serta dalam Jevidan & Waldman (2003) dalam Mas’ud penelitian ini adalah mengacu pada Sumber: (2004), maka indikator variabel kepemimpinan Ahire & Golhar (1995) dan Chaston (1995), manajemen yang digunakan dalam penelitian yaitu: ini adalah kesukaan bekerja keras, visioner, kemudahan teknologi dalam pekerjaan dan pendorong, pengambil risiko dan kepedulian kemudahan bertukar informasi. terhadap bawahan. b. Teknologi Informasi e. intensitas teknologi informasi, Kinerja Organisasi Struktur Organisasi Kinerja organisasi adalah ukuran keberhasilan Menurut Sciulli (1998), struktur merupakan organisasi dalam mencapai tujuannya, dalam hal ini diukur dengan menggunakan Balance Scorecard. Pengukuran organisasi Populasi dalam peneltian ini adalah orang- dalam penelitian ini adalah dengan melihat orang yang memegang keputusan manajerial dari persepsi responden terhadap indikator variabel semua level struktural dan orang yang memegang kinerja organisasi. Dengan mengacu pada keputusan pada jabatan fungsional di RS. Panti Sumber: Norton dan Kaplan, 1992, 1996 dan Wilasa yang berjumlah 206 orang (terdiri atas Staf Dilanthi et al., 2002 maka indikator variabel Direksi: 8 orang, kinerja organisasi yang digunakan dalam Supervisor: 55 orang, Ketua Komite medis, Ketua penelitian Sub Komite Medis dan Ketua SMF: 35 orang dan profitabilitas, ini kinerja Populasi dan Sampel adalah pertumbuhan pertumbuhan pelanggan, Komite lain: 10 orang) . efisiensi usaha dan pembelajaran dan pelatihan pendidikan pegawai. Staf manajemen : 98 orang, Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik probability sampling. Probability sampling atau disebut juga sampel acak METODE PENELITIAN adalah sampel yang pengambilannya berlandaskan Jenis dan Sumber Data pada prinsip teori peluang, yakni prinsip Data yang digunakan dalam penelitian ini memberikan peluang yang sama kepada seluruh adalah segala jenis data yang berkaitan dengan unit populasi untuk dipilih sebagai sampel ( Masri kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989). Yang budaya organisasi, dan teknologi informasi di dimaksud dengan simple random sampling adalah Rumah Sakit Panti Wilasa Semarang, baik secara pengambilan sampel dari populasi secara acak langsung maupun tidak langsung. Jenis data yang tanpa memperhatikan strata yang ada dalam digunakan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: populasi dimana setiap unsur dari keseluruhan data primer dan data sekunder. Data primer diambil populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk langsung dari keterangan responden. Pengambilan dipilih secara independen data dilakukan dengan menggunakan kuesioner kesempatan unsur- unsur yang lainnya untuk tidak yang dipersiapkan. Kuesioner yang digunakan dipilih.Metode ini dipilih karena populasi yang dalam penelitian ini berisi dua bagian utama. diteliti adalah homogen atau memiliki karakteristik Bagian yang pertama adalah tentang produk sosial yang sama sehingga memiliki kesempatan yang dan identifikasi responden, berisi data responden sama untuk dijadikan sampel. (Nasution S, 2003). yang berhubungan dengan identitas responden dan Berdasarkan Hair et al (1995) ukuran sampel keadaan sosial seperti: jenis kelamin, usia, minimum adalah sebanyak lima kali indikator pendidikan terakhir dan lama bekerja. Sedangkan penelitian. Indikator penelitian pada penelitian ini bagian kedua berdasarkan pernyataan repsonden, berjumlah 22 maka jumlah sampel minimum berupa jawaban-jawaban dari kuesioner yaitu adalah 110 responden. jawaban dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan Kuesioner terdiri dari pertanyaan tertutup dan terbuka. pertanyaan terbuka. Penentuan skor jawaban tanpa mempengaruhi responden pada pertanyaan tertutup dilakukan dengan menggunakan skala Rensis Likert. Sistem Tabel 2 nilai dimulai dengan skor 5 untuk sangat setuju, Hasil Uji Multikolinearitas skor 4 untuk setuju dan seterusnya sampai sangat tidak setuju dengan skor 1. Sedangkan pada pertanyaan terbuka responden diberikan kebebasan untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan jalan pikirannya. Tahap-tahap analisis data dan pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: (1) Sebelum kuesioner disebarkan, perlu dilakukan pengujian terhadap reliabilitas dan validitasnya. (2) Tabel 2 menunjukkan bahwa model regresi Kemudian dilakukan uji model regresi dengan uji tidak mengalami gangguan multikolinearitas. Hal asumsi klasik yaitu dengan uji multikolinearitas, ini tampak pada nilai VIF keempat variabel bebas uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji di sekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati normalitas. (3) Setelah model regresi memenuhi 1 dengan Tolerance = 1/VIF atau VIF = persyaratan uji asumsi klasik, dilakukan analisis 1/Tolerance dan pada hasil output korelasi linear regresi berganda yaitu dengan melakukan uji menunjukkan besaran korelasi antar variabel koefisien determinasi, uji F dan pengujian hipotesis independen memenuhi persyaratan pedoman suatu dengan uji t. model regresi yang bebas multikolinieritas yaitu koefisien ANALISIS DAN PEMBAHASAN dahulu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik, heteroskedastisitas, uji uji variable independen tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas Sebelum dilakukan uji hasil regresi, terlebih melakukan antar kurang dari 0,5. Jadi dapat disimpulkan bahwa Uji Penyimpangan Asumsi Klasik dengan korelasi multikolinearitas, Autokorelasi dan dalam model regresi. b. Uji Heteroskedastisitas uji Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk uji menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi normalitas. ketidaksamaan a. Uji Multikolinearitas pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Uji Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas ditunjukkan pada tabel 2. varians dari residual suatu 2006). Hasil uji Heterokedastisitas ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 nilai DW = 2,093, lebih besar dari batas atasdu (> Hasil Uji Heteroskedastisitas 1,788) dan kurang dari 4-du (< 2,212) maka dapat Coefficientsa Model 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) .751 1.540 kepmanajemen .013 .042 stukturorg -.006 budayaorg tekinfor disimpulkan tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, Beta 2006). t Sig. .487 .627 .028 .304 .762 .043 -.012 -.136 .892 -.008 .044 -.016 -.181 .856 .000 .050 .001 .006 .995 a. Dependent Variable: abs Sumber: Hasil output SPSS d. Uji Normalitas Uji Normalitas yang dipergunakan pada penelitian ini adalah dengan grafik histogram, grafik probability plot dan uji Skewness - Kurtosis. Grafik 1 Tabel 3 menunjukkan bahwa model regresi Histogram tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya lebih dari 0,05 (Ghozali, 2006). c. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji statistik Durbin Waston. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat dari tabel 4 di bawah ini: Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Pada grafik 1 tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Grafik 2 P-Plot Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. Nilai Durbin – Watson sebesar 2,093. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin – Watson pada signifikansi 0,05 dengan jumlah observasi (n) = 136 dan jumlah variabel independen (k) = 4, diperoleh (pada n = 150) nilai tabel du (upper) = 1,788. Oleh karena Grafik 2 tampak titik-titik menyebar berhimpit di Dengan menggunakan standar signifikansi 0,05, sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa karena hasil Zskewness dan Zkurtosisnya di atas residual terdistribusi secara normal. berada di bawah angka 1,96. Dari beberapa Tabel 5 pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil Uji Skewness-Kurtosis dalam model regresi penelitian ini baik variabel Descriptive Statistics dependen maupun variabel independen mempunyai N Statistic Unstandardized Skewness Statistic 136 -.092 Std. Error .208 Kurtosis Statistic -.458 distribusi yang normal. Std. Error .413 Uji Hasil Regresi Residual Valid N Pengujian 136 hipotesis dilakukan dengan bantuan program SPSS, data diolah dengan model (listwise) regresi berganda atau ordinary least squares yaitu Sedangkan dari tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai skewness adalah sebesar 0,092 dan kurtosis sebesar 0,458, sehingga didapatkan Zskewness dan Z dengan menghitung nilai koefisien determinasi, melakukan Uji F dan Uji t. a. Koefisien Determinasi (R2) kurtosis hitung sebesar: Zskewness Koefisien = = = determinasi berganda S diinterpretasikan sebagai proporsi varians pada 6 N variabel independen yang dijelaskan oleh karena 0,092 6 136 Berdasarkan tabel 6 pada kolom R square, 0,092 0,210 = 0,438 hubungannya dengan variabel independen. diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,167 yang berarti hanya 16,7 persen perubahan variabel kinerja organisasi dijelaskan oleh variabel kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, budaya organisasi dan teknologi informasi secara bersama-sama, sedangkan sisanya sebesar 83,3 Zkurtosis = = = K persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Tabel 6 24 N 0,458 24 136 0,458 0,420 = 1,090 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model 1 R .409a R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .167 .142 .922 a. Predictors: (Constant), teknilogiinformasi, budayaorganisasi, strukturorganisasi, kepemimpinan Sumber : Hasil output SPSS berarti budaya organisasi (X3), dan teknologi informasi kemampuan variabel-variabel independen dalam (X4) terhadap kinerja organisasi digunakan uji menjelaskan statistik t. Pengujian hipotesis secara parsial ini Nilai R square variasi yang variabel kecil dependen amat terbatas. dilakukan dengan menggunakan signifikansi 0,05. Hasil pengujian regresi secara b. Uji Simultan (Uji Statistik F) Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh parsial adalah sebagai berikut: Tabel 8 antara variabel kepemimpinan, struktur organisasi, Hasil Uji Statistik t budaya organisasi dan teknologi informasi secara bersama-sama (simultan) tingkat terhadap kinerja organisasi digunakan uji statistik F. Tabel 7 Hasil Uji Statistik F Pada tabel 8 tersebut di atas dapat kita lihat b ANOVA Sum of Model Squares bahwa: Mean df Square 1 Regression 22.344 4 Residual 111.274 131 Total 133.618 135 F 5.586 6.576 Sig. .000a 1) Pengujian secara parsial variabel X1 (kepemimpinan estimasi .849 t-hitung sebesar 2,198 dengan lebih kecil dari 0,05 dan nilai t-hitung kepmanajemen (2,198) yang lebih besar dari t-tabel (1,660) b. Dependent Variable: kinerjaorg menunjukkan Sumber: hasil output SPSS bahwa kepemimpinan Berdasarkan tabel 7 nilai F hitung sebesar 6.576 dan angka signifikansi sebesar 0,000. Tampak F hitung lebih besar dari 4 dan angka signifikansi lebih kecil dari derajat kepercayaan sebesar 0,05 dapat disimpulkan bahwa keempat variabel bebas, yaitu: variabel kepemimpinan manajemen (X1), struktur organisasi (X2), budaya organisasi (X3) dan teknologi informasi (X4) secara bersama-sama berpengaruh memiliki signifikansi 0,030. Nilai signifikansi yang a. Predictors: (Constant), tekinfor, stukturorg, budayaorg, sehingga manajemen) terhadap kinerja organisasi. manajemen variabel memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah koefisien regresi positif menunjukkan adanya pengaruh positif kepemimpinan manajemen terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian maka Hipotesis 1 diterima. 2) Pengujian secara parsial variabel X2 (struktur organisasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,639 dengan signifikansi 0,009. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung (2,639) yang c. Uji Parsial (Uji Statistik t) Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara individu, yaitu kepemimpinan (X1), struktur organisasi (X2), lebih besar dari menunjukkan bahwa t-tabel (1,660) variabel struktur organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah organisasi. koefisien variabel regresi positif menunjukkan kinerja dapat organisasi dikatakan bahwa dipengaruhi oleh adanya pengaruh positif struktur organisasi kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, terhadap budaya organisasi dan teknologi informasi. kinerja organisasi. Dengan demikian maka Hipotesis 2 diterima. 3) Pengujian secara parsial variabel X3 (budaya organisasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,032 dengan signifikansi 0,044. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung (2,032) yang lebih besar dari t-tabel (1,660) menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah koefisien regresi positif menunjukkan adanya pengaruh positif budaya organisasi terhadap kinerja organisasi. Dengan demikian maka Hipotesis 3 diterima. 4) Pengujian secara parsial variabel X4 (teknologi informasi) memiliki estimasi thitung sebesar 2,041 dengan signifikansi 0,043. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung (2,041) yang lebih besar dari t-tabel (1,660) menunjukkan bahwa variabel teknologi informasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Arah koefisien adanya informasi Dengan regresi positif menunjukkan pengaruh positif teknologi terhadap kinerja organisasi. demikian maka Hipotesis 4 diterima. Dapat disimpulkan bahwa keempat variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi Sehingga (kepemimpinan manajemen, struktur organisasi , budaya organisasi dan teknologi informasi) signifikan positif terhadap kinerja Analisis Regresi Linier Berganda Oleh karena ada perbedaan unit ukuran pada variabel independen, sehingga digunakan standardized beta (tabel 8), sebagai berikut: Y = 0,184X1 + 0,211X2 + 0,163X3+ 0,171X4 1. Koefisien regresi X1 (kepemimpinan manajemen) sebesar 0,184, hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel independen kepemimpinan manajemen terhadap variabel dependen kinerja organisasi sehingga dapat pula dikatakan bahwa semakin baik kepemimpinan manajemen akan berdampak pada semakin meningkatnya kinerja organisasi. 2. Koefisien regresi X2 (struktur organisasi) sebesar 0,211, hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel independen struktur organisasi terhadap variabel dependen kineja organisasi sehingga dapat pula dikatakan bahwa semakin baik struktur organisasi akan berdampak pada semakin meningkatnya kinerja organisasi. 3. Koefisien regresi X3 (budaya organisasi) sebesar 0,163, hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel independen budaya organisasi terhadap variabel dependen kinerja organisasi sehingga dapat pula dikatakan bahwa semakin baik budaya organisasi akan berdampak pada semakin meningkatnya kinerja organisasi. 4. Koefisien regresi X4(teknologi informasi) sebesar 0,171, hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara variabel independen teknologi informasi terhadap KESIMPULAN HIPOTESIS P variabel dependen kineja organisasi sehingga Hipotesis 1: dapat pula dikatakan bahwa semakin baik Kepemimpinan manajemen berpengaruh positif teknologi informasi akan berdampak pada terhadap kinerja organisasi Hasil pengujian terhadap hipotesis 1 seperti semakin meningkatnya kinerja organisasi. yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa kepemimpinan sebagai variabel bebas Simpulan Bab Pada bab ini telah dilakukan analisis data memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap dan pengujian terhadap 4 hipotesis penelitian kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil sesuai model teoritis yang telah diuraikan pada bab penelitian ini sekaligus mendukung hasil penelitian II. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari Zhang (2000) yang mengatakan bahwa semua hipotesis dapat diterima. Model teoritis kepemimpinan manajemen berhubungan positif telah diuji dengan kriteria goodness of fit dan dengan kinerja perusahaan, dimana semakin baik mendapatkan hasil yang baik. Pengujian data juga kepemimpinan menunjukkan hasil yang tidak menyimpang dari terhadap meningkatnya kinerja RS. Panti Wilasa. yang dihipotesiskan. Hasil Simpulan hipotesis dapat dilihat pada Tabel 9 kepemimpinan manajemen merupakan hal krusial berikut: bagi rumah sakit karena manajemen yang mampu No 1 mengindikasikan bahwa Simpulan Hipotesis membawa rumah sakit ke arah yang lebih baik dan : Kepemimpinan Simpulan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Hipotesis Peran krusial dari kepemimpinan manajemen Terbukti adalah dalam menciptakan tujuan, nilai dan sistem berpengaruh yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang positif terhadap peningkatan berkelanjutan. Untuk dapat menjadi pemimpin kinerja organisasi. H2 : Struktur yang baik, seorang manajer harus dapat untuk organisasi Terbukti berpengaruh positif terhadap H3 : Budaya organisasi mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus dan dapat untuk mempengaruhi, memberi kinerja organisasi 3 ini berdampak untuk dapat memimpin dengan efektif akan manajemen 2 penelitian akan Tabel 9 Hipotesis H1 manajemen Terbukti inspirasi dan mengarahkan karyawan dengan benar untuk dapat mencapai tujuan rumah sakit. berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi 4 H4 : Teknologi informasi Terbukti Hipotesis 2 : berpengaruh positif terhadap Struktur organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi kinerja organisasi. Hasil pengujian terhadap hipotesis 2 seperti yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa struktur organisasi sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil Hipotesis 4 : penelitian ini sekaligus mendukung hasil penelitian Teknologi yang dilakukan oleh Kohli dan Jaworski (1993) terhadap kinerja organisasi. informasi berpengaruh positif organisasi Hasil pengujian terhadap hipotesis 4 seperti berhubungan positif dengan kinerja perusahaan, yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan dimana semakin baik struktur organisasi akan bahwa teknologi informasi sebagai variabel bebas berdampak kinerja memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap organisasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil bahwa unsur-unsur struktur organisasi (spesialisasi penelitian ini mendukung hasil penelitian yang pekerjaan, departementalisasi, rentang kendali, dilakukan oleh penelitian Van Grembeurgen, et al desentralisasi dan formalisasi) merupakan bagian (2000) yang mengatakan bahwa implementasi dan yang sangat penting dalam pelaksanaan tugas dan aplikasi TI dalam BSC akan meningkatkan kinerja wewenang suatu organisasi. Hasil penelitian ini mengindikasikan koordinasi yang baik untuk dapat mencapai tujuan bahwa pemahaman tentang teknologi informasi di bersama. RS. Panti Wilasa akan menentukan keberhasilan menyatakan bahwa terhadap yang struktur meningkatnya mana memerlukan suatu sistem informasi yang ketika Hipotesis 3: diimplementasikan akan meningkatkan kinerja RS. Budaya organisasi berpengaruh positip terhadap Panti Wilasa. kinerja organisasi. Hasil pengujian terhadap hipotesis 3 seperti yang telah dilakukan pada Bab IV menunjukkan bahwa budaya organisasi sebagai variabel bebas memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja organisasi sebagai variabel terikat. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Kotter dan Heskett (1992) yang menyatakan bahwa budaya organisasi mempunyai dampak yang kuat dan semakin besar dampaknya terhadap prestasi kerja organisasi. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa budaya organisasi merupakan hal penting yang mendasari setiap aktifitas pelayanan di RS Panti Wilasa yang diperoleh dan dikembangkan oleh organisasi dan merupakan pola kebiasaan dan falsafah dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. KESIMPULAN MASALAH PENELITIAN Tujuan dari penelitian adalah mencari jawaban atas masalah penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: “bagaimana meningkatkan kinerja RS. Panti Wilasa di Semarang?”. Hasil dari penelitian ini membuktikan dan memberi kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian secara singkat menghasilkan empat proses dasar untuk meningkatkan kinerja perusahaan yaitu: (1) Dengan meningkatkan kepemimpinan manajemen. peran Kinerja organisasi tidak akan pernah tercapai apabila tidak didukung adanya kepemimpinan manajemen yang baik. (2) Dengan meningkatkan pendayagunaan struktur organisasi. Kinerja organisasi tidak akan pernah tercapai apabila tidak dengan meningkatkan pendayagunaan didukung struktur organisasi yang baik. struktur organisasi. Sebagaimana sebuah (3) Dengan meningkatkan penerapan budaya rumah sakit, struktur organisasi yang ada organisasi. Kinerja organisasi tidak akan terdiskripsi pernah tercapai apabila tidak didukung departementalisasi, adanya budaya organisasi yang baik. desentralisasi dan formalisasi yang tinggi. (4) Dengan meningkatkan pendayagunaan sebagai spesialisasi, rentang kendali, Spesialisasi telah terbukti meningkatkan teknologi informasi. Kinerja organisasi produkfitas. Adapun tidak akan pernah tercapai apabila tidak ditimbulkan adalah mengurangi keeratan didukung adanya teknologi informasi yang hubungan baik. organisasi. Hal ini terjadi karena sistem antar spesialisasi uji koefisien departemen mengakibatkan determinasi pada yang dalam kurangnya koordinasi dan tanggung jawab IMPLIKASI MANAJERIAL Hasil kelemahan yang terpecah-pecah antar departemen. Untuk itu penelitian ini menunjukkan nilai 16,7% artinya seyogyanya kemampuan memastikan bahwa penempatan seorang variabel-variabel independen manajemen karyawan budaya organisasi dan teknologi informasi) dalam spesialisasinya dengan pembekalan yang menjelaskan variasi variabel dependen (kinerja senantiasa terpantau oleh atasan langsung. orgainsasi) amat terbatas. Namun demikian hasil Selain penelitian bahwa pelayanan seyogyanya ditetapkan dengan kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, jelas karena suatu pelayanan melibatkan budaya organisasi banyak pekerjaan yang spesialistik di juga menunjukkan dan teknologi informasi itu sudah penanggung benar lebih (kepemimpinan manajemen, struktur organisasi, ini adalah dapat jawab sesuai setiap berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja banyak organisasi, sehingga sangatlah penting untuk tetap departementalisasi telah membantu rumah memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas untuk sakit dapat meningkatkan kinerja organisasi di RS. Panti kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien. Wilasa. Berdasarkan hasil-hasil penelitian maka Sehingga untuk implikasi kebijakan yang dapat diusulkan untuk akibat sistem rumah sakit dalam meningkatkan kinerja organisasi seyogyanya adalah: memperhatikan fungsi koordinasi antar 1. Sebagaimana telah ditunjukkan dalam hasil penelitian departemen menyediakan mengatasi pelayanan kelemahan departementalisasi manajemen atau bagian untuk tetap dapat mengurangi konflik yang terjadi. Semua berpengaruh positif dan paling signifikan pelayanan telah dapat berjalan lancar tanpa terhadap kinerja organisasi, Manajemen harus selalu diawasi oleh pimpinan karena RS. lebih telah ada sistem yang jelas dengan prosedur memperhatikan variabel struktur organisasi yang telah ditetapkan, namun seyogyanya Wilasa struktur dalam Pendayagunaan organisasi Panti bahwa departemen. seyogyanya evaluasi terhadap sistem dan prosedur dapat dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. dilakukan secara berkala terkait dengan Seyogyanya pengembangan pelayanan rumah sakit. Di reward dan punishment. Penyampaian arah sisi memerlukan tujuan yang diinginkan oleh pimpinan dukungan positif dari manajemen, sehingga sebenarnya dapat diberikan lewat rapat staf, dapat memberi dorongan terhadap peran untuk itu rapat staf seyogyanya dapat karyawan dalam meningkatkan kepuasan diadakan secara rutin. Apresiasi responden customer. yang terhadap dapat resiko adalah tinggi, namun seyogyanya senantiasa diimbangi dengan komunikasi untuk setiap kerjasama dengan pihak lain yang selalu ada perjanjian kerjasama yang jelas. lain sudah desentralisasi Sedangkan terbentuk baik menunjang formalisasi seyogyanya antar departemen untuk suatu pelayanan utuh menyeluruh. Seyogyanya manajemen terhadap karyawan tetap keseimbangan pimpinan Pimpinan sebagai sebagai antara pengambil pendorong sangat perhatian memacu karyawan yang di bawahnya untuk seorang senantiasa maju, seyogyanya hal ini dapat karier dapat ada dipertahankan, tetap dipertahankan. sehingga memotivasi karyawan karena 3. Di urutan ketiga yang memberikan dampak merasa diperhatikan hasil pekerjaannya. signifikan terhadap kinerja organisasi di Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan RS. bahwa fungsi komunikasi dan koordinasi informasi. Manajemen seyogyanya dapat sangat diperlukan untuk pengembangan terus rumah sakit, seyogyanya manajemen dapat teknologi informasi yang ada. Proses terus mengembangkan fungsi komunikasi pengumpulan, dan koordinasi ini sebagai bagian penting pendistribusian informasi di RS. Panti yang tidak pernah ditinggalkan. Wilasa saat ini mendapat apresiasi yang Panti Wilasa adalah meningkatkan teknologi pendayaguaan pengelolaan dan 2. Variabel di urutan kedua yang berpengaruh sangat baik dari responden, karena sudah signifikan terhadap kinerja RS. Panti sangat membantu dalam pelayanan yang Wilasa adalah kepemimpinan manajemen. diberikan. Namun demikian seiring dengan Manajemen perkembangan teknologi informasi yang seyogyanya mempertahankan peran dan dapat meningkatkan kepemimpinan manajemen. sangat cepat pengembangan dan kebutuhan pelayanan yang dari telah Kesukaan bekerja keras dan kepedulian dilakukan, seyogyanya teknologi informasi terhadap dapat yang ada dapat senantiasa diperbaharui. responden Beberapa karyawan masih ada yang belum bawahan dipertahankan, menganggap seyogyanya karena pimpinan adalah teladan. bisa mengaplikasikan penggunaan Hanya reward dan punishment kurang komputer, seyogyanya ada pelatihan dan dapat berjalan seimbang, karena reward pembimbingan diberikan tetapi punishment masih kurang menerus secara periodik. yang dilakukan terus- 4. Di urutan terakhir yang berpengaruh dibutuhkan suatu spesialisasi, signifikan terhadap kinerja RS. Panti departementalisasi dan desentralisasi tentu Wilasa organisasi. saja memerlukan derajat integrasi yang Seyogyanya manajemen RS. Panti Wilasa tinggi supaya pelayanan dapat berjalan dapat lebih meningkatkan penerapan seirama. Dari jawaban responden juga budaya organisasi sebagai pendorong dapat yang kinerja senantiasa terbuka untuk setiap masukan, organisasi. Budaya berkaitan dengan sistem sehingga Budaya kepercayaan pada rekan nilai yang diperoleh dan dikembangkan kerja ini seyogyanya tetap dapat terbangun oleh organisasi dan pola kebiasaan dan dengan baik. Seyogyanya manajemen dapat falsafah dasar yang terbentuk menjadi senantiasa aturan yang digunakan sebagai pedoman optimisme dalam integrasi adalah sangat budaya kuat berfikir terhadap dan bertindak dalam diketahui bahwa manajemen membangun dalam yang semangat pelayanan. Budaya ditunjukkan dengan mencapai tujuan organisasi. Seyogyanya kerjasama yang baik antar bagian di RS. manajemen mempertahankan Panti Wilasa perlu dipertahankan, Di sisi keteraturan pertemuan bagian dan antar lain hampir sebagian besar karyawan dinilai bagian untuk dapat segera menyikapi telah bersungguh-sungguh dalam bekerja, permasalahan yang namun demikian masih ada juga yang memerlukan pemecahan bersama. Hampir dinilai kurang dalam kesungguhan bekerja. semua bagian telah melakukan evaluasi Diharapkan terhadap melakukan dapat yang dihadapi kegiatan pelayanan yang manajemen evaluasi senantiasa dan memberikan dilakukan, namun evaluasi terhadap tindak reward dan punishment sebagaimana telah lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan diatur. masih kurang, seyogyanya dapat selalu 5. Kinerja RS. Panti Wilasa mendapat dilakukan ceck dan receck terhadap tindak apresiasi yang sangat baik dari responden, lanjut hasil evaluasi. Apresiasi responden namun demikian ada beberapa masukan atas pelayanan yang diberikan oleh rekan yang harapannya dapat menjadikan bahan kerja pertimbangan adalah kepercayaan sangat pada baik. Pendapatan rumah sakit memang meningkat dari tahun seyogyanya tetap dapat terbangun dengan ke tahun, hanya peningkatannya memang baik. dapat masih belum optimal berkaitan dengan semangat jumlah BOR yang semakin menurun. senantiasa optimisme kerja manajemen. ini Seyogyanya rekan Budaya manajemen membangun pelayanan. Budaya Seyogyanya ditunjukkan dengan berhubungan dengan pelanggan terutama kerjasama yang baik antar bagian di RS. untuk pelayanan di rawat inap mendapat Panti Wilasa perlu dipertahankan, karena prioritas yang lebih, yaitu untuk tempat dengan parkir dan pengaturan parkir, kenyamanan integrasi dalam yang struktur yang ada di mana beberapa hal yang ruang tunggu rawat jalan dan kenyamanan sepenuhnya dapat diterapkan di organisasi ruang rawat inap. Efisiensi rumah sakit lain karena setiap organisasi mempunyai telah karakteristik yang berbeda. dilakukan, namun dengan pengembangan yang saat ini dilakukan menimbulkan kesan “boros”, untuk itu seyogyanya ada sosialisasi terhadap setiap program masing-masing bagian. Adapun untuk pelatihan yang dilakukan secara periodik seyogyanya dapat dilakukan evaluasi terhadap aplikasi dari pelatihan, terdapat laporan paparan dari karyawan AGENDA PENELITIAN MENDATANG Keterbatasan yang didapatkan pada penelitian ini dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian di masa yang akan datang. Agenda penelitian mendatang yang disarankan dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang pertama, dengan mengacu pada beberapa yang bersangkutan dan hasil pelatihan literatur dapat disosialisasikan. dan hasil penelitian, maka penelitian mendatang disarankan untuk menambah jumlah variabel penelitian yang digunakan KETERBATASAN PENELITIAN seperti sarana prasarana, beberapa lingkungan eksternal, misi dan strategi, keterbatasan dalam hal metodologi sebagai berikut: sistem (policies and procedures), motivasi Penelitian ini 1. Variabel-variabel memiliki dalam penelitian kerja, kepuasan karyawan, innovasi, dll. ini diambil dari hasil penelitian Yee-Ching, 2. Berdasarkan keterbatasan penelitian yang bahwa keberhasilan kinerja organisasi yang pertama, diukur Scorecard konsistensi hubungan yang berlangsung kepemimpinan diantara variabel-variabel yang digunakan dengan dipengaruhi Balance oleh untuk meyakinkan manajemen, struktur organisasi, budaya dalam organisasi dan teknologi informasi. Hasil penelitian dapat dilakukan di semua rumah uji koefisien determinasi menunjukkan nilai sakit dengan tipe sama. 16,7% artinya kemampuan variabel- 3. penelitian ini, adanya seyogyanya Berdasarkan keterbatasan penelitian yang (kepemimpinan kedua, untuk mendapatkan gambaran yang manajemen, struktur organisasi, budaya lebih komprehensif, penelitian mendatang organisasi dan teknologi informasi) dalam juga disarankan untuk meluaskan obyek menjelaskan variasi variabel dependen penelitian selain rumah sakit. variabel independen (kinerja orgainsasi) amat terbatas. Sebesar 83,3% variasi variabel dependen (kinerja organisasi) dipengaruhi variabel lain di luar model. 2. Hasil penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi ini tidak Ernawan, R. Erni, 2004, “Pengaruh Budaya dan Orientasi Bakos & Treacy, 1986, “Information Technologi Corporate Strategy: A Research Perspective”, MIS Quarterly Vol. 10, No. 2 Bhargava, M., Dubelaar C. & Ramaswami S., 1994,“Reconciling diverse terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur”, Usahawan no. 9 DAFTAR REFERENSI and Etika measures Ferdinand Augusty, Pemasaran : 2000, Manajemen Sebuah Pendekatan Stratejik, Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang of performance .: A Conceptual framework and Gatignon, Hubert & Jean-Marc Xuereb; 1997; test of a methodology”, Journal of Business “Strategic Orientation of the Firm and New Research, pp 235-246 Product Carmona, Salvador dan Anders Gronlund, Performance”, Journal of Marketing Research, Vol. XXXIV 2003,“Measures vs Action: The Balanced Scorecard in Swedish Law Enforcement”, Good, David J., & Robert W Stone, 2000, “The International Journal of Operation and Impact of Computerization on Marketing Production Management, Vol.23, No. 12, Performance”, Journal of Bussiness & pp. 204-21 Industrial Marketing, Vol 15 No.1, pp. 12- Chakravarthy, Balaji S., 1996,“Measuring Strategy Performance”, Strategic Management Goodhue, Dale L., & Ronald L Thompson, 1995; Journal, Vol. 7, pp. 437-58 Chaston, Ian, 1995, “Small Firms Performance: Assessing the Entrepreneurial Interaction Style 40 and Between “Task-Technology Fit and Individual Performance”, MIS Quarterly Organisation Culture”, European Journal of Marketing, Ghozali, Imam, Multivariate Vol. 31. No. 11/12 2009, Aplikasi dengan Analisis Program SPSS, cetakan ke IV, Badan Penerbit UNDIP, Dilanthi Amaratungga, Richard Haigh dan Marjan Semarang Sarshar, 2002, “Application of the Balanced Scorecard Concept to Develop a Conceptual Framework to Management Performance Fasilities”, Health Measure International Care Quality Fasilities within Journal NHS oh Assurance, Gray, Brendan J., Sheelagh M. Matear & Phillip K. Matheson, Performance 2000, of “Improving Hospitality the Firms”, International Journal of Contemporary Hospitality Management ABI/INFORM Global Gupta K. Ashok and Wilemon David (1990), “Improving R&D / Marketing relations : R&D’s perspective”, R&D Management, Li, Mingfang dan Simerly, R.L., 1998,“The Moderating Vol. 20, No. 4 Effect Dynamism Hair, J.F.,Jr., R.E. Anderson, R.L. Tatham & W.C. Black, 1995; Multivariate Data Anlysis with Reading, Englewood Cliffs, NJ: the Performance Environmental ownership and Relationship”,Strategic Management Journal, Vol. !9, P. 169-79 Li, Tiger & Roger Calantone, 1998, “The Impact of Market Knowledge Competence on New Prentice Hall Hapsari, on of Mirma dan Imam Ghozali, Product Advantage: Conceptualization & 2006,“Pengaruh TI Berbasis Sumber Daya Empirical Examination”, terhadap Kinerja”, Jurnal MAKSI, Vol. 6, Marketing, Vol 62 Journal of No. 1, Januari, hal. 60-8 Lubis, Jaworski, Bernard J. & Ajay Kohli; 1993, “Market Arfan Iksan dan Sutopo, 2003, “Implementasi Konsep BSC bagi Small dan Oriention Antecedent and Consequences”, Medium Business di Indonesia: Suatu Journal of Marketing Tinjauan Teoritis”, EKOBIS, Vol. 4, No. 1. Hal. 15-28 Keats, B.W. dan Michaels A Hitt, (1988), “A Causal Models of Linkages Environtmental Dimensions, Organisational Characteristic Among Macro Masdupi, Erni, 2005, “Analisis Dampak Struktur Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang and Dalam Mengontrol Konflik Keagenan”. Performance”, Academy of Management Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Journal, Vol 13 Vol, 20 No 1 Hlm 57-69 Kaplan, Robert S. & David P. Norton, 1996,“Using the Balanced Scorecard as Mas’ud, Fuad, 2004, Survai Diagnosis Strategic Management System”, Harvard Organisasional; Konsep & Aplikasi, Badan Business School Press Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Menon, A., Jaworski, B. J. and Kohli, Ajay K., Kotter and Heskett, 1992. Corporate Culture and Performance. The Free Press, New York 1997, "Product Quality: Impact of Interdepartmental Interactions", Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 2 Krumweiede, Dennis W., Chwen Sheu, & Jerome Lavelle, 1998, “Understanding (3), 187-200 the Relationship of Top Management Personality Mukhopadhyay K. Samar and Gupta V. Anil to TQM Implementation”, Production and (1998) , “ Interfaces for Resolving Marketing Inventory Management Journal , Manufacturing and Design Conflicts A Conceptual Framework “ ,European Journal of Marketing , Vol. 32 , No. 1 , pp. Robbins, Stephen Behaviour 101-124 P., 1996, Concept Organizational & Applications, Prentice Hall Inc., Engelwoods Cliffs. Nasution S, 2003, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta Nirenberg, John, 2002, Global leadership, Sciulli, Lisa M, 1998, “How Organizational Structure Influences Success in Various Capstone Publishing, United Kingdom Types of Innovation”, Journal of Retail Banking Services, Vol XX No 1 Owen, Keith, Ron Mundy, Will Guild & Robert Guild, 2001, “Creating and Sustaining the High Performance Soedjono, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Organisation”, Kinerja Organisasi”,Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, VOL. 7, Managing Service Quality NO. 1,: 22- 47 Parasuraman, A., Zeithaml, V.A, and Berry, L.L., 1988, “SERVEQUAL: A Multiple Item Udan Biantoro, 2002, Pengaruh Praktek Scale For Measuring Consumer Perception Manajemen Of Service Quality”. Journal of Retailing, Terhadap Budaya Organisasi dan Kinerja Vol. 64: 12 – 35 Perusahaan, Sumber Daya Disertasi Manusia Universitas Airlangga, Surabaya Pelham, Alfred M & David T Wilson, 1996, A Longitudinal Study of the Impact of Market Van Grembeurgen, Wim, Ronald Saull dan Steven Structure, Firm Structure, Strategy, and De Haes, 2000,“Linking the IT Balanced Market Orientation Culture on Dimension of Scorecard to the Business Objectives at a Small-Firm Performance, Journal of the Major Canadian Financial Group: Research Academy Marketing Science, vol 24 Note”, JITCA, Vol. 5, No. 1 Winarna, Jaka, 2000, “Dukungan Eksekutif Dalam Porter, Micheal E., 1998, “Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing”, Erlangga, jakarta Manajemen TI”, KOMPAK No. 24, pp. 692 – 704 Yee-Ching Radnor & Lovell, 2003, “Success Factors For Lilliam Chan 2004,“Performance Measures and Implementation Of The Balanced Scorecard Scorecard: A In Setting”, Goverments in the USA and Canada”, The International Journal Health Care Quality International Jornal of Public Sector Assurance Leadership Health Service, pp Management, Vol. 23, No. 12, pp. 1475-96 A 99-108 NHS Multi-Agency Adoption Survey of of balanced Municiphal Zhang Z.H., 2000, Implementation of Total Quality in Management an Empirical Study of Chinese Manufacturing Firm, Thesis, University of Gronigen