Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER Rezkawati Saad Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pemetaan geomagnet disepanjang pantai barombong dengan menggunakan magnetometer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi kemagnetan bawah permukaan dan pemetaan pola kontur anomali magnetik di sepanjang pantai Barombong Kota Makassar. Pengelohan data interpretasi magnetik yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yakni program exel dan paket surfer version 8.0. Hasil analisa diperoleh bahwa harga anomali magnetik di sepanjang pantai Barombong bervariasi mulai dari 600 nT hingga 1000 nT. Harga anomali magnetik kemudian dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu anomali magnetik rendah, (-600 nT s.d 100 nT), anomali magnetik sedang (100 nT s.d 600 nT), anomali magnetik tinggi (600 nT s.d 1000 nT) Kata kunci: Anomali Magnetik, Kontur, metode geomagnet, magnetometer. ABSTRACT We have done the research about mapping of geomagnet along the Barombong Beach by using magnetometer. This aim research to recognize the magnetic variates under the data surface and anomaly magnetic of scheme contur along the Barombong beach Makassar. The data process of magnetic interpretate which got by using the computer software, namely exel program dan surfer version 8.0 program package. Analyze result are gotten that the anomaly value of magnetic along the Barombong beach is variate start from -600 nT s.d 1000 nT. The magnetic anomaly value than is divided become there parts, they are low magnetic anomaly ( -600 nT till 100 nT), average magnetic anomaly ( 100 nT till 600 nT), and high anomaly magnetic ( 600 nT- 1000 nT). Keywords: Anomaly Magnetic, contur, geomagnetic method, magnetometer. PENDAHULUAN Wilayah pesisir adalah suatu jalur saling pengaruh anatara darat dan laut, yang memiliki ciri geosfer yang khusus, kearah darat dibatasi oleh pengaruh sifat-sifat fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi proses alami serta akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan darat. Studi magnetisasi telah dikenal sekitar 400 tahun lalu yang melakukan penelitian magnetisasi bumi secara ilmia dia adalah Sir Willian Gilbert (1540-1603). Gilbert melakukan penelitian dengan melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara-selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan biji besi dengan mengukur variasi magne di permukaan bumi (Fernandes Borja, 2000). Sejalan perkembangan teknologi saat ini, banyak bermunculan alat-alat teknologi tinggi. Misalnya saja dalam bidang Fisika REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 146 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 terutama Fisika Bumi yang digunakan untuk eksplorasi sumber daya alam antara adalah geomagnet. Berdasarkan peta geologi kelurahan barombong diklasifikasikan menjadi lima satuan batuan yaitu endapan alluvium, rawa, pantai, formasi camba, endapan sedimen longsoran gunung Bawa Karaeng. Pada penelitian ini akan dikaji variasi kemagnetan bawah permukaan dan pola pemetaan geomagnet. Dengan menggunakan alat magnetometer dan program surver untuk melihat pola pemetaan geomagnetnya. Magnetometer merupakan alat yang digunakan untuk menentukan variasi kecil medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi batuan yang termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Variasi medan magnetik di bumi bisa disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi dibawah permukaan bumi (Muhammad Arsyad, 2005). Kota Makassar termasuk salah satu kota pantai yang terdapat di Indonesia. Sebagai kota pesisir yang keadaan wilayahnya sebagian besar datar, kota Makassar memiliki ketinggian dari muka air laut 1- 25 meter dari muka air laut dengan kemiringan tanah rata-rata 0-5° ke arah barat. Berdasarkan peta geologi Kota Makassar dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan tersier dan kuarter yaitu batuan gunung api dan endapan alluvial. Proses Pembentukan morfologi berdasarkan karakteristik gejalah-gejalah alamiah di Kota Makassar dibagi menjadi 3(tiga) yaitu: 1. Satuan Morfologi pedataran yaitu dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 2,0 m dpl sampai 5,0 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi ) relative datar dan persentase kemiringan lereng 0 – 2 %. Proses geomorfologi yang bekerja berupa erosi lateral dan sedimentasi. 2. Satuan Morfologi bergelombang lemah yaitu bergelombang lemah dicirikab dengan ketinggian (elevasi) antara 0- 1, 75 m dpl, bentuk bentang alam morfologi relative lemah dengan kemiringan lereang rata-rata 2-3 %. Proses geomorfologi yang bekerja berupa erosi lateral dan vertikal, serta sedimentasi khususnya daerah pantai lami abrasi dan sedimentasi. 3. Satuan morfologi bergelombang kuat yaitu bergelombang kuat dicirikan dengan ketinggian (elevasi) 6- 25 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi relative bergelombang kuat atau berbukit landau persentase kemiringan lereng rata-rata 325%. Proses geomorfologinya berupa pelapukan fisik, erosi, dan sedimentasi. Salah satu variasi kemagnetan yang diangkat disini adalah disepanjang pantai Barombong. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 199° 22 35 - 199°22'05 BT dan 05°11’23” - 05°12′40" LU dan diantara ketinggian 0-2 meter dari permukaan laut. Luas wilayah kelurahan Barombong 619, 91 ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah utara : Tanjung Merdeka 2. Sebelah selatan : Pakabba Kabupaten Takalar 3. Sebelah barat : Selat Makassar 4. Sebelah Timur : Desa Kanjilo Kabupaten Gowa Daerah penelitian termasuk satuan morfologi pedataran alluvial yang merupakan daerah pantai berupa daerah rawa dan pasang surut serta lembah sungai Jene’ berang dan tersusun atas endapan alluvium (Qal) terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kerikil, dan kerakal dan batu gamping koral. Satuan ini merupakan hasil rombakan batuan sebelum diendapkan berupa endapan pasir kasar sampai bongkah ditepi sungai dan dasar sungai jene’berang (Sukamto & Supriatna 1982). REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 147 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Dengan mengetahui variasi kemagnetan dan pola pemetaan geomagnetnya kita dapat menggolongkan magnetik yang tinggi, rendah, sedang dan kandungan material dibawah permukaan. Yang dapat memberikan masukan kepada pemerintah setempat mengenai sumber daya potensial di pantai Barombong yang mendatangkan nilai ekonomi terutama pasir besi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis terdorong umtuk melakukan penelitian dengan judul “Pemetaan geomagnet di sepanjang pantai Barombong kota Makassar dengan menggunakan magnetometer “. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah pengembangan (developmental research) atau R dan D yaitu diperoleh dari hasil penelitian. Secara administratif daerah penelitian berada di kelurahan Barombong kecamatan Tamalate Kota Makassar dengan luas daerah penelitian mencapai 980 m, pengambilan datanya dilakukan selama 3 hari. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada penelitian sebagai berikut: 1. Peta administrasi digunakan untuk menentukan daerah penelitian 2. Peta geologi digunakan untuk mengetahui stratigrafi (struktur batuan) daerah penelitian 3. 1 Set Eart Magnetometer digunakan untuk mengukur medan magnet total dan variasi harian. 4. GPS digunakan untuk menentukan latitude, longitude, dan elevasi tiap titik pengukuran. 5. Meteran digunakan untuk mengukur jarak lintasan antar stasiun pengukuran. 6. Patok kuran.digunakan untuk menandai setiap titik/stasiun pengukuran 7. Surfer version 8.0 digunakan untuk memetakan (membuat peta kontur) medan magnet dilokasi penelitian. 8. Alat tulis menulis, digunakan untuk mencatat data hasil pengukuran. Prosedur pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Persiapan Persiapan yaitu mempelajari hasil penelitian terdahulu, jurnal-jurnal dan teoriteori yang berhubungan dengan bahan penunjang dalam interpretasi data kemagnetan material bawah permukaan yang diperoleh di daerah penelitian. b. Survey pendahuluan 1. Penentuan lokasi dan jumlah stasiun pengukuran. Dengan memperhatikan beberapa factor geologi, faktor topografi maka titik pengukuran ditetapkan berada tepat di belakang kantor perhubungan BP2IP Barombong pada permukaan datar yang tidak terhalangi oleh pondasi beton. Secara keseluruhan jumlah lintasan dibentuk dalam 3 lintasan, dimana posisi lintasan 1, 23 dibuat dalam bentuk grid dengan jarak atau interval ketiga lintasan pengukuran adalah 20 meter. 2. Penentuan arah dan panjang lintasan Setelah melihat dan memperhatikan arah lintasan pengukuran diambil dari selatan ke utara dengan panjang lintasan 980 meter untuk lintasan 1 dan 980 meter untuk lintasan 1 dan 2. Lintasan I terdiri atas 49 stasiun pengukuran begitupun lintasan 2 dan 3 dengan jarak/ spasi masing-masing stasiun 20 meter. REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 148 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Gambar 1. Diagram Skematik pengambilan Data Metode Geomagnet (Muhammad Arsyad, 2000) Keterangan: = SB ( Stasiun Basis) = St ( Stasiun pengukuran) Basis I, II…V = lintasan ke I, II….V Kolom 1, 2…6 = nomor St tiap lintasan c. Teknik Akuisi data dilapangan Pengukuran medan geomagnet 1. Memasang patok-patok terlebih dahulu pada stasiun-stasiun pengukuran untuk masing-masing lintasan dengan jarak yang telah ditentukan sebelumnya, agar lebih muda melakukan pengukuran. 2. Menentukan stasiun basis dengan menggunakan magnet. Penggunaan magnet bertujuan untuk mencari satu titik yang tidak terpengaruh oleh medan magnet. 3. Melakukan pengukuran di SB (stasiun Basis). 4. Kemudian melakukan pengukuran pada lintasan 1 dari st kemudian kembali mengukur di SB sampai st-n. 5. Kembali ke SB dan lakukan lagi pengukuran di SB 6. Mengulangi langkah 3 sampai 5 Untuk lintasan kedua dan ketiga. d. Pengolahan data Pengolahan data dilakukan sepenuhnya dengan komputer langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung nilai TIGRF pada titik pengukuran dengan memasukkan nilai posisi dan tahun pengukuran dengan paket program IGRF dan IAGA working group V-10. 2. Menentukan variasi harian Tvh yang diukur dengan magnetometer pada base station dalam selang waktu pengukuran dengan perangkat lunak excel. 3. Menghitung anomaly medan magnetik local dengan menggunakan perangkat lunak exel. Pengaruh medan luar dihilangkan dengan koreksi IGRF (International Geomagnetic Reference Field). Data Koreksi variasi harian dan IGRF disebut dengan anomaly magnetic local. Adapun persamaan yang digunakan adalah ∆ = Tobs - TIGRF ± Tvh Dimana: Tobs: medan magnetic total yang terukur oleh magnetometer TIGRF: Medan magnet teoritis berdasarkan IGRF pada stasiun Tobs Tvh : Koreksi medan magnet akibat variasi harian 4. Setelah diperoleh data anomali medan magnetik lokal hasil perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak (software) paket program surfer REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 149 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 version 8.0 menunjukkan hubungan antara posisi pengukuran dan nilai anomali medan magnetik lokal. 5. Setelah itu, dilakukan pemisahan antara regional dan residual dengan metode pemisahan moving average dengan program surfer version 8.0. Data ∆ yang diperoleh (yang telah dikoreksi) merupakan input dan residual sebagai output. 6. Memetakan medan regional dan residual dengan program surfer version 8.0. 7. Memperkirakan letak anomali magnetik bawah permukaan dari masingmasing lintasan dengan perangkat lunak exel. e. Teknik interpretasi data. 1. Interpretasi data kemagnetan yang diperoleh dilakukan secara kualitatif. 2. Memperkirakan letak daerah anomali magnetik total dari hasil pengolahan data dengan program excel. 3. Penggolongan variasi kemagnetan material bawah permukaan. f. Diagram alir pelaksanaan penelitian Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan HASIL PENELITIAN Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengolahan paket program surfer version 8.0 yang dilakukan di daerah survey terdiri atas tiga lintasan dimana masing-masing lintasan dibagi atas beberapa stasiun. Jumlah stasiun (titik pengukuran) untuk lintasan 1 dibagi atas 49 titik dengan jarak 980 meter, lintasan 2 dan 3 masing-masing dibagi atas 49 titik dengan jarak 980 meter, dimana lintasan ini dibuat dalam bentuk grid dengan interval 20 meter. Data yang diperoleh dari pengukuran lapangan adalah nilai medan magnet total. Longitude dan latitude dari setiap stasiun dirubah dalam bentuk UTM. Hasil pengolahan data tiap lintasan yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam paket program surfer version 8.0 (worksheet) sehingga menghasilkan peta anomali magnetik total. Dari data anomali magnetik total ∆ , selanjutnya dilakukan pemisahan antara medan regional dan residual dengan metode pemisahan moving average dengan bantuan paket program surfer version 8.0. Hasil pemisahan regional dan residu dengan metode moving average dapat diliat pada gambar 1 dan gambar 3. REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 150 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Gambar 3. Peta topografi daerah penelitian dan sebaran titik pengukuran di sepanjang Pantai Barombong Kota Makassar. Gambar diatas menunjukkan peta topografi di daerah Barombong Kota Makassar. Sebaran titik pengukuran diambil dari selatan ke utara dengan panjang lintasan 980 meter, lintasan terdiri atas 49 stasiun pengukuran, lintasan 2 dan 3 terdiri atas 49 stasiun pengukuran dengan jarak/spasi masing-masing stasiun 20 meter. Hasil interpretasi berdasarkan hasil pengolahan data dibuat peta anomali magnetik dengan menggunakan software paket program surfer version 8.0 yang menunjukkan hubungan antara posisi pengukuran dan nilai anomali magnetik total. Gambar 4. Peta anomali magnetic total sepanjang pantai Barombong Kota Makassar REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 151 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Gambar diatas merupakan anomali medan magnetik total digambarkan pada peta kontur anomali yaitu berupa dipole sehingga mengandung pasangan klosur positif dan negatif cukup banyak karena sumber anomali berbaur antara sumber anomali dangkal yang dalam. Mempunyai harga anomali magnetiknya bervariasi yaitu antara -600 nT sampai 1000nT variasi batuan yaitu anomali magnetik berwarna biru ( -600 nT s.d – 100 nT) mempunyai medan magnetik rrendah atau disebut diamagnetik, yang mendominasi batuan bersifat non manetik seperti batuan sedimen atau alluvium dan batuan metamorf. Anomali berwarna kuning (-100 nT s.d 500nT) magnetik sedang disebut paramagnetik mengandung batuan realtif bersifat sedikit magnetik seperti batuan beku yang mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi dan anomali magnetic berwarna merah ( 500 nT s.d 1000 nT) mempunyai medan magnetik tinggi (ferromagnetik) didominasi oleh batuan yang telah mengalami proses mineralisasi oksida besi dan pasir besi. Hasil pemisahan anomali magnetik regional dan residual dengan metode moving average gambar 3 dan gambar 4 Gambar 5. Peta anomali regional dari hasil moving Average sepanjang pantai Barombong Kota Makassar Dari Pada peta anomali regional dari hasil moving average dapat kita lihat bahwa anomali magnetiknya bervariasi antara (-500 nT s.d 650 nT). Dimana variasi magnetik yaitu berwarna biru (-500 nT s.d -50 nT) merupakan anomali magnetik rendah seperti batuan sedimen atau alluvium dan batuan metamorf. Magnetik warna kuning (-50nT s.d 350 nT) anomali sedang berupa batuan beku yang mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi. Anomali magnetik berwarna merah (350 nT s.d 650 nT) magnetik tinggi didominasi batuan beku yang telah mengalami proses mineralisasi sehingga mengandung oksida besi dan pasir besi. Pada peta kontur anomali magnetik ini didominasi oleh magnetik sedang atau paramagnetik, ditafsirkan berhubungan dengan yang relatif sedikit magnetik seperti batuan beku yang telah mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi. Hasil pemisahan anomali magnetik regional dan residual dengan metode moving average REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 152 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Gambar 6. Peta anomali Residual dari hasil Moving Average sepanjang pantai Barombong Kota Makassar Pada peta anomali variasi residual dari hasil moving average didominasi oleh variasi magnetik sedang berwarna kuning variasi magnetik antara (-350 nT s.d 350 nT). Variasi magnetiknya bervariasi yaitu anomali berwarna kuning (-50 nT s.d 150 nT) medan magnetik sedang batuan relative bersifat sedikit magnetik seperti batuan beku yang telah mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi. Anomali magnetik berwarna merah (150 nT s.d 350 nT) magnetik tinggi didominasi batuan beku yang telah mengalami proses mineralisasi sehingga mengandung oksida besi dan pasir besi. Dari hasil pengolahan data, dibuat grafik masing-masing lintasan dengan menggunakan excel yang menunjukkan hubungan antara anomali magnetik dengan jarak. Gambar 7. Profil Harga Anomali Magnetik lintasan 1 Pada profil anomali magnetik lintasan I pada gambar diatas terlihat bahwa anomali magnetiknya bervariasi -552 nT s.d 1058 nT. Dari grafik juga dilihat nilai kemagnetan yang berupa tonjolan-tonjolan positif dan negarif terdapat silih berganti (berselingan), ini dapat ditafsirkan bahwa pada daerah tersebut terdapat benda anomali. nilai kemagnetan REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 153 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 positif berkisar antara 18 nT sampai 1058 nT), nilai positif terendah terdapat pada titik 5.20079 dan tertinggi pada titik 5.20412, nilai kemagnetan negative berkisar antara -32 nT sampai -552 nT masing-masing pada titik 5.20234 dan 5.20306 Gambar 8. Profil anomali Magnetik Lintasan 2 Seperti halnya pada lintasan 1, lintasan 2 juga memperlihatkan kondisi yang sama yakni nilai anomali positif dan negative yang berselingan. Nilai kemagnetan positif berkisar antara 26 nT sampai 1076 nT, nilai positif terendah terdapat pada titik 5.20207 dan tertinggi pada titik 5.20382. Nilai kemagnetan negative berkisar antara -34 nT sampai -554 nT, masing-masing terdapat pada titik 9424958 dan 9424434. Gambar 9. Profil Anomali Magnetik Lintasan 3 Pada lintasan 3 juga memperlihatkan pola anomali yang sama dicirikan dengan nilai positif dan negative yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnetan positif berkisar antara 29 nT sampai 1059 nT, masing-masing terdapat pada titik 5.20343 dan 5.20343, sedangkan nilai kemagnetan negative berkisar antara -551 nT sampai – 21nT. REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 154 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 Nilai anomali negative terendah berada pada titik 5.20188 dan anomali negative tertinggi pada titik 5.20239. PEMBAHASAN Secara kualitatif peta anomali magnetik total daerah penelitian digambarkan pada peta kontur gambar 2 yaitu berupa dipole sehingga mengandung pasangan klosur positif dan negative pada peta anomali ditafsirkan bahwa pada daerah tersebut terdapat benda anomali. Harga anomali magnetik total daerah penelitian di lapangan bervariasi antara 554 nT sampai 1076 nT. Yang mendominasi daeragh penelitian ditafsirkan berkaitan Anomali berwarna kuning (-100 nT s.d 500nT) magnetik sedang disebut paramagnetik mengandung batuan realtif bersifat sedikit magnetik seperti batuan beku yang mengalami pelapukan atau alterasi tingkat sedang sampai tinggi dan anomali magnetik berwarna merah (500 nT s.d 1000 nT) mempunyai medan magnetik tinggi (ferromagnetic) didominasi oleh batuan yang telah mengalami proses mineralisasi oksida besi dan pasir besi. Dari peta anomali regional hasil moving average gambar 3 terlihat bahwa harga anomali magnetiknya bervariasi antara - 500 nT s.d 650 nT. Adanya perbedaan harga anomali magnetik total dan regional disebabkan karena anomali magnetik regional merupakan bagian dari anomali magnetik total yang dipisahkan hanya dipengaruhi oleh material maagnetik yang berada pada bagian kerak bumi paling bawah. Sedangkan pada peta anomali residual gambar 4 terlihat anomali magnetiknya bervariasi antara -350 nT sampai 350 nT. Pada peta diatas terdapat pasangan klosur positif dan negative yang ditafsirkan bahwa pada daerah tersebut terdapat benda anomali. Kecilnya harga anomali residual tidak lain disebabkan karena pada daerah ini hanya dipengaruhi oleh material yang berada pada kerak bumi yang dangkal dan merupakan sasaran ekplorasi geofisika. Secara umum profil anomali magnetik pada daerah digambarkan sebagai berikut: Lintasan 1 Pada profil anomali magnetik lintasan I pada gambar diatas terlihat bahwa anomali magnetinya bervariasi -552 nT s.d 1058 nT. Dari grafik juga dilihat nilai kemagnetan yang berupa tonjolan-tonjolan positif dan negarif terdapat silih berganti (berselingan), ini dapat ditafsirkan bahwa pada daerah tersebut terdapat benda anomali. nilai kemagnetan positif berkisar antara 18 nT sampai 1058 nT), nilai positif terendah terdapat pada titik 5.20079 dan tertinggi pada titik 5.20412, nilai kemagnetan negative berkisar antara -32 nT sampai -552 nT masing-masing pada titik 5.20234 dan 5.20306. Lintasan 2 Seperti halnya pada lintasan 1, lintasan 2 juga memperlihatkan kondisi yang sama yakni nilai anomali positif dan negative yang berselingan. Nilai kemagnetan positif berkisar antara 26 nT sampai 1076 nT, nilai positif terendah terdapat pada titik 5.20207 dan tertinggi pada titik 5.20382. Nilai kemagnetan negative berkisar antara -34 nT sampai -554 nT, masing-masing terdapat pada titik 9424958 dan 9424434. Lintasan 3 Pada lintasan 3 juga memperlihatkan pola anomali yang sama dicirikan dengan nilai positif dan negative yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnetan positif berkisar antara 29 nT sampai 1059 nT. Nilai anomali negative terendah berada pada titik 5.20188 dan anomali negative tertinggi pada titik 5.20239. KESIMPULAN Pantai Barombong didominasi oleh anomali magnetik sedang atau paramagnetik, berhubungan dengan batuan yang relatif bersifat sedikit magnetik seperti batuan beku yang telah mengalami pelapukan. REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 155 Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP) FKIP Unismuh Makassar, Volume 1 No. 2 Desember 2014 DAFTAR PUSTAKA Aninomous. (2008), Data Dasar Profil Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Arsyad, Muhammad. (2000). Pengetahuan Tentang Bumi. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar. Arsyad, Muhammad. (2005). Pengukuran dalam fisika bumi. Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar. Fernandes Borja. (2000). Geomagnet in geophysics http://aapgscundip.wordpress.com/2008/07/23/geomagnet. Sukamto, R, & S. Suprianto, 1982. Geologi Regional Lembar Ujung Pandang. Usat penelitian dan pengenbangan geologi Bandung. REZKAWATI SAAD / PEMETAAN GEOMAGNET DI SEPANJANG PANTAI BAROMBONG KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN MAGNETOMETER 156