“inul daratista” sebuah fenomena daam dinamika perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu pertunjukan musik yang berkembang pada masa sekarang ini ialah
pertunjukan musik dangdut yang dianggap sebagai musik “musik nasional” karena
dangdut tidak menampilkan sifat kesukuan atau kedaerahan (Yampolsky, 1997).
Istilah dangdut mulai popular pada tahun 1970-an karena sebelumnya dangdut lebih
dikenal sebagai “musik Melayu” atau “orkes Melayu tradisional”. Kata dangdut itu
sendiri adalah onomatopoeia dari gendang tabla yang khas dalam musik tradisional
India (Takari, 2001). Dangdut yang merupakan salah satu musik popular telah
mengalami kemajuan seiring dengan penerimaannya di masyarakat. Kemajuan yang
sangat besar terjadi pada tahun 2000-an, dimana dangdut menjadi perbincangan
hangat di tengah-tengah masyarakat media cetak, terus-menerus membicarakan soal
dangdut. Media massa pun terus menayangkan program dangdut, antara lain:
“Goyang In (Indosiar)”, 3 in1 (SCTV)”, “Digoda (Trans TV)”.
Pada tahun 2003, muncul seorang penyanyi dangdut yang membawa banyak
perubahan pada musik dangdut itu sendiri. Dia adalah Ainur Rokhimah atau yang
dikenal dengan nama Inul Daratista. Inul dianggap berhasil menaikkan citra dangdut
bahkan sampai ke mancanegara. Dangdut yang sebelumnya sering diejek sebagai
musik “kacang goreng” pada tahun 1970-an dan diasosiasikan dengan masyarakat
bawah yang miskin telah berubah menjadi bentuk hiburan yang sangat disukai
7
Universitas Sumatera Utara
masyarakat, lewat survey media massa dan media cetak yang penulis lakukan,
perempuan yang lahir di Pasuruan Jawa Timur, 21 Januari 1979 ini, memulai karir
panggungnya sebagai penyanyi dangdut pada acara-acara rakyat di daerah Pasuruan
Jawa Timur. Awalnya ayahnya tidak setuju dengan keputusannya untuk menyanyi,
namun dengan tekad kuat serta ingin membantu perekonomian keluarga, dia tetap
maju. Sebelum terjun total ke dunia dangdut, Inul lebih suka membawakan lagu-lagu
Rock daripada dangdut, karena background ini jugalah, Inul lebih suka menyanyikan
lagu-lagu dangdut yang diaransemen ulang menggunakan gaya musik Rock. 1 Lagu
dangdut dengan aransemen musik Rock tentu berbeda dengan lagu-lagu Rock yang
dinyanyikan oleh musisi Rock itu sendiri saperti misalnya Jamrud, Rif, Boomerang.
Sama halnya dengan lagu-lagu yang berirama cepat yang sering dinyanyikan
Inul, antara lain: Poco-poco, Goyang dombret, Jaipong, aksi panggungnya juga
sangat menarik. Aksi panggungnya ini dikenal dengan istilah “Goyang Ngebor”. 2
Kata ngebor ini dikaitkan dengan gaya Inul menggerakkan pinggulnya berputar ke
kiri, ke kanan searah dengan jarum jam atau sebaliknya, naik dan turun, ada yang
terpesona dan ada pula yang terperanjat, goyangnya inilah yang dinilai erotis dan
1
Istilah Rock menurut kamus berarti “Batu”, batu adalah suatu benda “Keras”, dari sini
kemudian musik rock diartikan sebagai musik keras, selanjutnya berkembang, dan muncullah istilah
“Musik Cadas” dan “Musik Metal”, dinamika musik rock menunjukkan perkembangan yang sangat
pesat, hal ini terbukti dengan munculnya beragam aliran baru yang muncul. Dimulai dengan Rock and
Roll pada decade 1950-an, kemudian era acid rock, psychedelic rock, hard rock, dan heavy rock pada
decade 1960-an lalu era heavy metal, Jazz Rock, Punk Rock, Art Rock, Bach Rock pada 1970-an dan
era power speed metal, grindroce, gruange dan alternative Rock pada decade 1980-an sampai pada
awal tahun 1990-an (Joko S. Gombloh: 60-62).
2
Goyang pinggulnya pada awalnya disebut oleh Eko Patrio “kayak ngebor aja” kini menjadi
http://www.tokohindonesia.com/selebriti/artis/inuljulukan
goyang
ngebor.
Sumber:
daratista/index.shtiml.
8
Universitas Sumatera Utara
mengumbar sensualitas oleh orang-orang yang tidak mendukung Inul. Aksi panggung
inilah yang membuat Inul sangat terkenal sekaligus menciptakan pro dan kontra di
seluruh lapisan masyarakat, tidak hanya di kalangan musisi dangdut Indonesia tetapi
terus meluas mencakup kalangan politikus, rohaniawan, mahasiswa, buruh dan
sebagainya. Kehadirannya di dunia dangdut Indonesia telah menciptakan ribuan
penggemar setia, baik di desa maupun di kota. Kepopulerannya bahkan sampai
mancanegara. Namun yang perlu dicatat, kritikan paling tajam berasal dari pihak
MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan para musisi dangdut yang tergabung dalam
PAMMI (Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia) yang diketahui oleh Rhoma
Irama. MUI menganggap bahwa goyang Inul itu haram dan merendahkan moral
bangsa. Benarkah demikian? Sementara itu musisi dangdut senior menuduh Inul
membawa kembali citra dangdut ke level rendah. Benarkah demikian? Atau semua ha
ini hanyalah karena media massa dan media cetak yang membesar-besarkan kasus
Inul?
Para musisi dan rohaniawan tersebut di atas melarang Inul untuk tetap tampil
dengan goyangnya itu. Inul dianggap telah melakukan pornoaksi di setiap
pertunjukannya. Konsekuensi dari pertunjukan yang menuai kontroversi ini
khususnya larangan-larangan yang bersifat membatasi tata/gaya penampilan
panggung Inul. Para musisi dan Rohaniawan ini menyatakan akan meminta pihak
berwajib untuk mengambil tindakan dan tidak akan segan-segan mencekal langkah
9
Universitas Sumatera Utara
Inul apabila ia tetap melakukan goyang ngebor ini. 3 Mereka juga meminta
pemerintah untuk segera mengeluarkan RUU anti pornografi dan pornoaksi untuk
mencegah semakin maraknya kasus seperti Inul, serta berbagai bentuk kemaksiatan.
Banyak yang menghujat, banyak pula yang memuja. Bagi komunitas
penggemar Inul yang disebut Inulitas, FBI (Fans Berat Inul) dan Open (Organisasi
Pendukung Inul), Inul dianggap telah mampu menaikkan citra dangdut bahkan
sampai mancanegara.
Shinta Nuriyah, aktifis perempuan dan mantan Ibu Negara mengaku terhibur
dengan goyang Inul yang dianggap fenomena baru. Lebih lanjut Shinta menegaskan
bahwa tidak ada seorang pun yang boleh melarang orang lai mengembangkan
kreatifitas pribadi. Sementara itu Irma Hutabarat, seorang aktifis perempuan dan
presenter
mengatakan bahwa orang-orang
yang kontra pada Inul jangan
mencampuradukkan antara agama dan budaya, karena menurut Irma masih banyak
tarian tradisional di Indonesia yang lebih erotis dan sensual baik gerakan maupun
busananya. 4 Mantan Presiden Republik Indonesia sekaligus budayawan KH.
Abdurrahman Wahid (Gusdur) berpendapat bahwa setiap orang harus menghormati
cara seniman berekspresi. 5
Segala bentuk pro dan kontra inilah yang semakin menambah kepopuleran
Inul Daratista. Banyak orang yang kemudian menyebutnya sebagai tokoh yang
3
4
Prasetya Eka, Dan Inul pun Berurai Air Mata (Swara Cantika: No. 91, 2003), p. 14-19.
Helen Sari, Tokoh Perempuan Bicara Tentang Goyang Inul (Kartini: No. 2087. 2003), p. 12-
15.
5
http://www.tokohindonesia.com/selebriti/artis/inul-daratista/idenx.shtml.
10
Universitas Sumatera Utara
fenomena, benarkah demikian? Atau segala bentuk pemberitaan tentang Inul yang
tiada henti ini hanyalah karena media massa dan media cetak melihat banyaknya
peluang untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dari kasus Inul? Inul yang
semula hanya penyanyi Tarkam 6 (antar kampong) telah menjadi penyanyi dangdut
papan atas Indonesia. Kemunculannya kemudian diikuti oleh penyanyi-penyanyi
dangdut lainnya yang berharap bisa sepopuler Inul. Mereka menggunakan cara Inul
untuk mengkategorikan gaya goyangnya, antara lain: Annisa Bahar dengan goyang
patah-patah, menggoyangkan pinggulnya searah jarum jam atau sebaliknya namun
ada perhentian gerakan setiap beberapa saat dan dilanjutkan kembali. Begitu
seterusnya sehingga disebut goyang patah-patah. Uut Permatasari dengan goyang
kayang-kayang dimaksudkan karena kelenturan badan Uut saat dia membalikkan
badannya ke belakang sampai tubuhnya melengkung seperti seorang Balerina. Ada
juga Dewi Persik dengan goyang gergajinya, gayanya sama dengan goyang ngebor
Inul, tapi ada perbedaan dalam gerakan tangan dimana tangannya digerakkan seperti
saat sedang menggergaji. Mereka ternyata juga tenar meskipun tidak setenar Inul.
Dari segi jumlah penggemar saja, mereka masih kalah jauh bila dibandingan dengan
Inul yang disebutkan memiliki penggemar sebanyak atau mungkin lebih dari
pendukung Presiden Megawati Soekarno Putri.
Dari perspektif etnomusikologi, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada blantika
musik dangdut Indonesia di sekitar tahun 2000-an dengan Inul beserta isu pro dan
kontranya, sangat menarik minat penulis untuk meneliti dan mengkajinya lebih lanjut.
6
Hendri, Goyang Ngebor Inul Dicerca Tapi Disukai (DOR: No. 8, 2003), p. 19-23.
11
Universitas Sumatera Utara
1.2. Pokok Permasalahan
Dari latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil
beberapa pokok permasalahan utama, yang menjadi topik bahasan dalam tulisan ini,
diantaranya:
1. Mengapa Inul menjadi fenomena di dalam perkembangan/dinamika musik
dangdut Indonesia.
2. Benarkah gerakan Inul membawa citra dangdut kembali ke level rendah.
3. Benarkah Inul melakukan pornoaksi di atas panggung.
4. Bagaimana respon dan peran media terhadap kasus Inul.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan mencari kesimpulan
mengenai objek yang diteliti yaitu: perkembangan musik dangdut Indonesia
mencakup aspek struktur musik, tarian (koreografi), pertunjukan di atas panggung
serta menjawab pokok permasalahan dalam bentuk pernyataan.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui hubungan antara pertunjukan dangdut dengan aspek sosial
masyarakat pendukungnya.
2. Sebagai bahan referensi tentang perkembangan musik dangdut.
12
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan referensi untuk peneliti berikutnya yang menaruh minat pada
musik dangdut.
1.4 Konsep
1.4.1 Konsep
Ada
beberapa konsep
dasar
yang
perlu
dijelaskan dalam rangka
penulisan/diskusi di dalam skripsi ini. Konsep merupakan defenisi singkat dari apa
yang kita amati, konsep menentukan keberadaan variabel-variabel utama jika kita
ingin menentukan adanya hubungan empiris. Konsep merupakan unsur pokok dalam
penelitian (Merton, 1963: 89).
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis akan membahas
mengenai musik dangdut dan perkembangannya di Indonesia dan bagaimana
fenomena Inul itu sendiri.
Kata “dangdut” merupakan peniruan bunyi gendang yaitu “dang” dan “dut”.
Peniruan bunyi ini dalam istilah musik disebut onomatope yaitu pemberian nama
dengan cara meniru bunyi yang dihasilkan. Dangdut adalah suatu ragam seni musik
nusantara yang berasal dari musik etnis Melayu, yang di dalamnya mengandung
unsur-unsur musik India, Arab (Timur Tengah). Dalam perkembanganya musik
dangdut kemudian memasukkan unsur-unsur musik Barat seperti Rock’roll, Reggae,
Disco, Rap, Cha-cha, Pop. Kemudian berbaur dengan musik etnis nusantara lainnya,
seperti: Jawa, Sunda, Batak dan Minangkabau (Takari, 2001: 103).
13
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1995, ketika Indonesia merayakan pesta emas ulang tahun
kemerdekaan Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara waktu itu menyatakan bahwa
dangdut adalah musik Indonesia. 7
Inul Daratista telah menjadi fenomea dangdut Indonesia. Adapun beberapa
pengertian fenomena itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Hal-hal yang dapat disaksikan oleh panca indera atau gejala-gejala.
2. Hal-hal yang dapat disaksikan oleh panca indera dan dapat diterangkan serta
dinilai secara ilmiyah, sesuatu yang luar biasa, fakta, kenyataan.
3. Sesuatu yang tampak atau dirasakan sebagai penyebab terjadinya sesuatu, gejalagejala yang timbul, kejadian.
4. Penampakan realitas dalam kesadaran manusia, suatu fakta dan gejala-gejala
peristiwa serta bentuk keadaan yang dapat diamati dan dinilai lewat kaca mata
ilmiah.
Jadi fenomena itu sendiri adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca
indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Sesuatu yang luar biasa,
fakta dan kenyataan.
Inul adalah fenomena karena kehadirannya mampu menyita perhatian seluruh
lapisan masyarakat. Namanya terus dibicarakan mulai dari pertama kemunculannya
di dunia dangdut Indonesia. Apapun pemberitaan Inul, semuanya menjadi sorotan
publik seluruh Indonesia mengenalnya. Kepopulerannya bahkan sampai ke
mancanegara. Inul fenomena karena aksi panggung goyang ngebornya. Goyang yag
7
Simatupang Lono, Dangdut Spectacle (Gong: No. 53, 2003), p. 12-13.
14
Universitas Sumatera Utara
menciptakan ribuan penggemar di setiap daerah dan sekaligus dihina karena dianggap
merendahkan moral bangsa. Goyang ngebor ini adalah ciri khas Inul, jadi tidak
mungkin ia menghilangkan aksi panggungnya tersebut seperti yang diminta oleh
pihak yang tidak setuju dia terus bergoyang. Dangdut tanpa goyang ibarat sayur tanpa
garam. Satu perbedaan penting antara musik dangdut dengan musik nasional lainnya
adalah bahwa dengdut merupakan musik untuk joget, baik bagi penggemar maupun
bagi pemainnya sendiri (Yampolsky, 1997). Jadi menurut penulis Inul dan goyang
ngebornya tidak dapat dipisahkan dan tentunya Inul sendiri tidak ingin bernasib
seperti Evie Tamala, seorang penyanyi dangdut papan atas yang dilempari batu oleh
penonton karena ia menolak bergoyang saat manggung. Aksi panggung Inul tersebut
adalah bagian dari seri pertunjukan dimana pada masa kini pertunjukan rakyat,
hiburan popular dan media elektronik secara budaya da artistik telah menjadi
pertunjukan alternatif yang penting dan mempunyai pengaruh kuat di dalam
pertunjukan harus ada pemain (performer) dan penonton (audience), dimana pada
kasus Inul, dia telah berhasil membangun ikatan baik antara dirinya sebagai pemain
dan penggemar sebagai penonton dalam pertunjukannya. Bagaimanapun terkenalnya
Inul, dia tetap bersedia untuk manggup di kampong-kampung. Sikap tepo-selironya
inilah yang juga mendukung kepopulerannya Inul disamping media massa yang
memegang peranan utama, dan kasus Inul itu sendiri menjadi fenomena penting
dalam perkembangan musik dangdut.
15
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Teori yang Dipergunakan
Dalam penelitian ini, penulis mempedomani pendapat-pendapat dari pakarpakar yang selanjutnya akan menjadi kerangka teori diantaranya seperti yang
dikemukakan oleh Todd Titon. Todd Titon didalam tulisan Keberagaman Sistem
Musik Dunia menyatakan: “music is fluid, dynamic element of culture, and it changes
to suit the expressive and emotional desires of humankind, the most changeable of the
animal. Like all of expressive culture, music is peculiarly human adaption to life on
planet earth. Each music culture is a particular adaption to particular circumstances.
Ideas about music, social organization, repertories, and music’s material culture vary
from on music-culture to the next, but it would be foolish to say that one musicculture was “better” than another. Why? Because such a judgement is based on
criteria from inside a single music-culture. To call another music-culture’s music
“primitive” improses one’s own standars on a group that does not recognize them.
Such ethnocentrism has no place in the study of world music.
Musik adalah sesuatu yang mengalir, ia merupakan element kebudayaan yang
dinamis dan ia berubah serta mengadaptasi terhadap ekspresi dan emosi manusia.
Kebudayaan musik dunia adalah sesuatu yang selau beradaptasi terhadap situasi
tertentu. Ide/gagasan tentang musik, organisasi sosial musik, repertoar serta
kebudayaan material musik dari suatu kebudayaan musik kebudayaan musik yang
lain. Hal yang sama bahwa sistem musik dari suatu kebudayaan musik akan selalu
berbeda dengan sistem musik dari kebudayaan musik lainnya. Adalah sesuatu yang
kurang tepat jika mengatakan bahwa suatu kebudayaan musik atau suatu sistem
16
Universitas Sumatera Utara
musik lebih baik dan lebih unggul dari kebudayaan musik atau sistem musik yang
lain. Mengapa? Sebab penilaian seperti itu hanya didasari dari penilaian sepihak saja.
Ini disebut penilaian etnosentrik, suatu penilaian yang tidak punya tempat dalam
konteks studi kebudayaan musik dunia. Keberagaman sistem musik dunia adalah cirri
kebudayaan musik yang harus kita pelihara.
Bila kita melihat kembali terhadap permasalahan pro dan kontra dalam kasus
Inul, maka melaui tulisan tentang keberagaman musik dunia ini dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa kita tidak bisa mengkatagorikan sebuah kebudayan musik itu
bernilai tinggi atau rendah. Ini berarti berdasarkan tulisan ini, tuduhan atau kritikan
dari para musisi senior yang diwakili oleh Rhoma Irama yang mengatakan bahwa
citra dangdut berada di level rendah kembali oleh karena pertunjukan panggung Inul
adalah tidak sesuai karena Rhoma sendiri bukanlah orang yang mempunyai hak untuk
menyatakan mengenai standar tinggi rendahnya musik dangdut, melainkan harus
dinilai atau harus memperhatikan berbagai pendapat dari masyarakat pecinta musik
dangdut itu sendiri.
Kemudian tulisan mengenai teori etnosains. Teori ini mengaplikasikan
pandangan dan konsep-konsep masyarakat pendukung kebudayaan yang diteliti.
Teori ini mencoba merumuskan aturan-aturan cara berpikir yang melatar belakangi
suatu kebudayaan. Pro dan kontra pada kasus Inul menjadi bentuk nyata atau
gambaran yang jelas mengenai berbagai macam pandangan dan cara berpikir
masyarakat Indonesia khususnya yang menyukai musik dangdut. Perbedaan
pandangan antara kelompok pro kepada Inul dan yang kontra kepada Inul
17
Universitas Sumatera Utara
dikarenakan masing-masing kelompok menganggap bahwa mereka benar. Masingmasing kelompok memiliki batasan-batasan atau standar mereka sendiri, sehingga
menimbulkan pandangan baru di masyarakat.
Selanjutnya, penulis mengkaitkan dangdut dengan musik populer, dangdut
adalah bagian dari musik populer. Salah satu dari ciri-ciri musik populer adalah
adanya strategi pasar; menawarkan unsur baru, penyanyi, gaya, lagu, aransemen,
produksi dan menyoroti gaya hidup di penyanyi. Strategi pasar ini diharapkan dapat
menjadi media untuk mencari uang (komersial) baik bagi pihak pelaksana maupun
seniman (dangdut). Pelaksana disini menurut penulis adalah orang-orang yang
mengambil keuntungan dari populeritas Inul. Pembahasan lebih jauh akan dibahas
pada bab berikutnya.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Metode menyangkut masalah cara-kerja, yaitu cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode
dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi, maka penulis
mempergunakan metode: studi kepustakaan dan observasi (pengamatan).
1.5.1 Studi Kepustakaan
Literatur maupun sumber-sumber bacaan dapat dipakai untuk melengkapi apa
yang kita butuhkan dalam penelitian. Melalui literatur dan sumber-sumber bacaan
kita dapat mengetahui apa yang hendak diteliti, apakah yang harus dilakukan supaya
diperoleh keterangan yang dibutuhkan untuk memperoleh pengetahuan dan
18
Universitas Sumatera Utara
pengertian mengenai sasaran peneliti. Sumber-sumber bacaan itu sendiri dapat berupa
buku, majalah, bulletin, ensiklopedia dan lain-lain.
1.5.2 Observasi Pengamatan
Pada kenyataannya saya tidak hanya membaca tapi juga melihat lewat
pengamatan, saya menemukan jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan yang tidak
saya temukan di literatur. Menurut Suparlan (1987: 43,45) peneliti yang
menggunakan hal-hal sebagai metode pengamatan hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut: 1). Ruang dan tempat, 2). Pelaku, 3). Kegiatan, 4). Benda-benda atau alatalat, 5). Waktu, 6). Peristiwa, 7). Tujuan dan Perasaan. Untuk mengetahui lebih jauh
mengenai perkembangan musik dangdut dan perubahan-perubahan di dalamnya,
maka penulis melakukan pengamatan tidak terlibat (observasi non partisipan) yang
lebih mengacu pada pengamatan di media massa dan media cetak.
1.6 Metode Analisis
Metode analisis ialah kerja yang dilakukan untuk mengambil, memeriksa atau
meneliti data yang telah ada untuk dipaparkan, digambarkan atau disimpulkan hingga
menghasilkan suatu pendapat, hukum atau dalil yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya (Soekanto: 1990: 48). Penulis juga memilih metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Deskriptif mempunyai pengertian menggambarkan secara tepat
sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk
menentukan frekuensi penyebaran dari suatu gejala ke gejala lainnya dalam suatu
19
Universitas Sumatera Utara
masyarakat (Koentjaraningrat, 1990: 29). Penelitian kualitatif ialah memaparkan atau
menggambarkan dengan kata-katang secara detail dan perolehan data bersumber dari
ungkapan, catatan, atau tingkah laku masyarakat yang diteliti. Pendekatan kualitatif
memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendekati perwujudan suatu
gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia atas pola-pola (Gogdan, 1975: 4-5).
Jadi yang dimaksud dengan metode Analisis deskriptif yang bersifat kualitatif
ialah cara kerja yang dilakukan untuk meneliti data dan penyebarannya di dalam
masyarakat yang dapat diperoleh dari ungkapan, catatan atau tingkah laku dan
perwujudannya di dalam masyarakat, dan hanya dengan metode analisis inilah
penulis menemukan jawaban atas pertanyaan yang ada.
1.7 Kerja Laboratorium
Kerja Laboratorium dimaksudkan untuk mengumpulkan dan menyeleksi data
yang telah ada untuk dipergunakan dalam permasalahan tulisan.
1.8 Objek Penelitian
Dalam tulisan ini penulis membahas mengenai perkembangan dangdut
Nusantara dengan Inul Daratista sebagai objek penelitian. Perkembangannya juga
dibatasi mulai tahun 1970 saat itulah dangdut pertama kali populer di Indonesia
sampai tahun 2003; dimana kemunculan seorang penyanyi dangdut Inul Daratista
membawa warna baru dalam musik dangdut dan mendobrak popularitas musik
dangdut Indonesia. Dimana pembahasan ini bertujuan untuk mempersempit ruang
lingkup peneliti dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian.
20
Universitas Sumatera Utara
Download