BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Pre-eklampsia 1. Definisi Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Pre-eklampsia berasal dari dua kata yaitu “pre” artinya sebelum dan perkataan “eklampsia” berasal dari Yunani yang berarti “halilintar” karena gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre-eklampsia dan eklampsi sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan preventif (Wibowo, 2006). Pre-eklampsia adalah masalah kesehatan yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria (Rachma, 2008). Pre-eklampsia merupakan keadaan dimana tekanan darah >140/90 mmhg di sertai dengan protein dalam urine pada usia kehamilan di atas 20 minggu, pada wanita yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Tidak semua kasus pre-eklampsia ditemukan bersamaan dengan gejala oedem, sehingga diagnosa keperawatan. Pre-eklampsia dan 15 Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 16 eklampsi merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal ini terjadi, istilah kesatuan penyakit diartikan bahwa kedua peristiwa dasarnya sama karena eklampsia merupakan peningkatan dari pre-eklampsia yang lebih berat da berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu (Wibowo, 2006). Pre-eklampsia/ eklampsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda pada kehamilan pertamanya. Pre-eklampsia ini paling sering terjadi selama trimester terakhir kehamilan (Wibowo, 2006). 2. Klasifikasi Pre-eklampsia Pembagian pre-eklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan dan berat. Menurut Rachma (2008) penggolongan pre-eklampsia yaitu : a. Pre-eklampsia ringan Dikatakan pre-eklampsia ringan bila : 1) Tekanan darah sistolik antara sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darh diastolik 90-110 mmHg 2) Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam) 3) Tidak disertai gangguan fungsi organ b. Pre-eklampsia berat Dikatakan pre-eklampsia berat bila : 1) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 17 2) Proteinuria (> 5 g/L/ 24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif Pre-eklampsia berat dapat juga disertai dengan oliguria (urine < 400 ml/jam), adanya keluhan serebral, gangguan penglihatan, nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastirum, gangguan fungsi hati ditandai dengan hiperbilirubinemia, edema pulmonal, sianosis, gangguan perkembangan intrauterine, dan microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia 3. Etiologi Penyebab pre-eklampsia/eklampsi sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Banyak teori yang menerangkan namun belum dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan adalah iskemia plasenta. Namun teori ini tidak dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan kondisi ini. Hal ini disebabkan karena banyaknya faktor yang menyebabkan terjadinya pre-eklampsia/eklampsi (Wibowo, 2006). 4. Manifestasi Klinik dan Gejala a. Manifestasi Pada pre-eklampsia/eklampsi terjadi vasokonsentrasi sehingga menimbulkan gangguan metabolisme endorgan dan secara umum terjadi perubahan patologi-anatomi (nekrosis, perdarahan, edema). Perubahan patologi-anatomi akibat nekrosis, edema dan perdarahan Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 18 organ vital akan menambah beratnya manifestasi klinis dari masingmasing organ vital (Manuaba, 2012). Pre-eklampsia/eklampsi dapat mengganggu banyak sistem organ, derajat keparahannya tergantung faktor medis atau obstetri. Gangguan organ pada pre-eklampsia/eklampsi meliputi (Wibowo, 2006): 1) Perubahan pada plasenta dan uterus Menurunnya aliran darah ke plasenta dapat mengakibatkan solutio plasenta. Pada hipertensi yang lama akan terjadi gangguan pertumbuhan janin. Pada hipertensi yang terjadi lebih pendek bisa menimbulkan gawat janin sampai kematian janin, dikarenakan kurang oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan kepekaan tanpa perangsangan sering didapatkan pada pre-eklampsia/eklampsi, sehingga mudah terjadi partus prematurus. 2) Perubahan pada ginjal Perubahan ini disebabkan oleh karena aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan ginjal berhubungan dengan terjadinya proteinuria dan retensi garam serta air. Pada kehamilan normal penyerapan meningkat sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi akibat spasme arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium menurun yang menyebabkan retensi garam dan juga terjadi retensi air. Filtrasi glomerulus pada pre-eklampsia dapat menurun sampai Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 19 50% dari normal sehingga menyebabkan diuresis turun. Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi oliguria sampai anuria. 3) Perubahan pada retina Tampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang terjadi perdarahan atau eksudat atau spasme. Retinopati arteriosklerotika pada preeklampsia akan terlihat bilamana didasari penyakit hipertensi yang menahun. Spamus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya pre-eklampsia berat. Pada pre-eklampsia pelepasan retina oleh karena edema intraokuler merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya retina akan melekat kembali dalam dua hari sampai dua bulan setelah persalinan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemui. Skotoma, diplopia dan ambliopia pada pre-eklampsiaa merupakan gejalan yang menjurus akan terjadinya eklampsi. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah didalam pusat penglihatan di kortex cerebri atau dalam retina. 4) Perubahan pada paru-paru Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita pre-eklampsia/eklampsi. Komplikasi biasanya disebabkan oleh dekompensatio cordis. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 20 5) Perubahan pada otak Resistensi pembuluuh darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi, terutama pada pre-eklampsia. 6) Metabolisme air dan elektrolit 7) Hemokonsntrasi yang menyertai pre-eklampsia dan eklampsi tidak diketahui sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang intersisial, diikuti oleh kenaikan hematokrit, protein serum meningkat dan bertambahnya edema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu peredaran tepi lebih lama. Aliran darah diberbagai aliran tubuh mengurang dan berakibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan natrium pada penderita pre-eklampsia lebih banyak daripada wanita hamil biasa. Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak meningkat kecuali jika terjadi oliguria atau anuria. Protein sreum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotik plasma menurun pada preeklampsia, kecuali pada penyakit berat dengan hemokonsentrasi. b. Gejala Menurut Wibowo (2006) Pre-eklampsia merupakan gejalagejala sebagai berikut : Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 21 Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada pre-eklampsiaberat gejala-gejalanya adalah tekanan darah >160/110 mmHg, adanya peningkatan kadar enzim hati/ikterus, nilai trombosit < 100.000/mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, proteinuria > 3 g/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, edema pulmonum dan yang lebih parah adalah mengalami koma. 5. Patofisiologi Pre-eklampsia dapat terjadi dari spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intersisial belum dikatahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Mochtar, 2007). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 22 Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsi, terjadi penurunan angiotensin, renin dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air (Robson, 2012). Teori Iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan menurut Robson (2012)adalah sebagai berikut : a. Pre-eklampsia dan eklampsi lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda, dan mola hidatitosa. b. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan c. Gejala penyakitnya bekurang bila terjadi kematian janin Dampak terhadap janin, pada pre-eklampsia terjadi vasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis decidue dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oeh mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang seharusnya di terima oleh janin (Sibai, 2006). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 23 6. Faktor-faktor Kejadian Pre-eklampsia Pre-eklampsia berhubungan dengan kehamilan pertama (primigravida), umur kehamilan yang makin tua, primigravida usia muda, umur lebih dari 35 tahun, sosial ekonomi, usia kehamilan lebih dari 28 minggu, serta kehamilan ganda, dan hipertensi kronik. Kehamilan dan persalinan yang terjadi pada usia remaja berisiko komplikasi (partus mass, pre-eklampsia) 20%. Pre-eklampsia dapat bermula pada masa antenatal, intrapartum, dan postnatal (Robson, 2012). Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang pre-eklampsia dan eklampsi. Faktor-faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya pre-eklampsia, umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan padawanita di atas usia 35 tahun. Faktor risiko lainnya adalah riwayat pre-eklampsia sebelumnya, riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus, atau rematoid arthritis (Robson, 2012). Faktor risiko pre-eklampsia adalah paritas, usia, kehamilan ganda, riwayat pre-eklampsia, riwayat pre-eklampsia dalam keluarga, riwayat penyakit (hipertensi, ginjal dan diabetes) dan obesitas(Kusmiati, 2009). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 24 Berbagai faktor risiko pre-eklampsiamenurut American Family Physician (2004): a. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan Faktor yang berhubungan dengan kehamilan antara lain adanya kelainan kromosom, mola hydatidosa, hydrops fetalis, kehamilan multifetus, inseminasi donor atau donor oosit, dan kelainan struktur kongenital. b. Faktor spesifik maternal Secara spesifik, faktor resiko pre-eklampsia antara lain primigravida, usia > 35 tahun atau kurang dari < 20 tahun, ras kulit hitam, riwayat pre-eklampsia pada keluarga, multipara, pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya, kondisi medis khusus (diabetes gestational, diabetes tipe I, obesitas, hipertensi kronis, penyakit ginjal, trombofilia) dan stres. Selain itu, faktor-faktor pre-eklampsia dapat di pengaruhi oleh beberapa hal berikut, yaitu : a. Umur Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa umur merupakan lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau di adakan). Pre-eklampsia sering mengenai wanita muda dan multipara, sedangkan wanita yang lebih tua lebih beresiko mengalami hipertensi kronis yang bertumbang tindih dengan preeklampsia (Cunningham, 2013). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 b. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan. Faktor paritas merupakan salah satu faktor resiko pre-eklampsia (Kusmiati, 2009). c. Jarak Kehamilan Selama kehamilan sumber biologis dalam tubuh ibu secara sistematis terpakai dan untuk kehamilan berikutnya di butuhkan waktu 2-4 tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti sebelumnya. Apabila terjadi kehamilan sebelum 2 tahun, kesehatan ibu akan mundur secara progresif. Jarak yang aman bagi wanita untuk melahirkan kembali paling sedikit 2 tahun. d. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang di ketahui oleh manusia atau pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu milik atau isi pikiran dari manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu (Notoatmojo, 2007). e. Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara termudah untuk memperkirakan obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh. Hubungan antara berat badan ibu dan resiko pre-eklampsia bersifat progresif (Sugondo, 2006). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 26 f. Antenatal Care (ANC) Antenatal Care adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan di lakukan sesuai dengan standar pelayanan yang di tetapkan dalam Standar Opersional Prosedur (SOP). Pelayanan ANC yang diberikan sesuai dengan SOP dapat berpengaruh terhadap kondisi ibu dan janin, baik pada saat kehamilan, maupun masa nifas (0-42 hari) dan neonatus (028 hari). Faktor risiko juga dapat terdeteksi sehingga penanganan dan rujukan dapat di lakukan sedini mungkin (Robson, 2012). g. Riwayat Penyakit Jido T.A (2013) dalam Annals of African Medicine Journal mengatakan bahwa keadaan kesehatan seseorang menjadi faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pre-eklampsia diantaranya yaitu obesitas, diabetes, kelainan sistem vaskular, hipertensi kronis, dan riwayat pre-eklampsia/eklampsi sebelumnya, serta penyakit trombophylia. h. Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan manusia dengan tujuan tertentu, dan pekerjaan sering dianggap dengan profesi seseorang. Aktivitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah, begitu juga bila terjadi pada ibu hamil akan mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (Mochtar, 2007). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 27 i. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi makan akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi maka semakin banyak pula informasi yang di dapat tentang kesehatan. Oleh karena itu, pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu ibjek mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek ilmiah yang akan menentukan sikap lah dan perilaku seseorang (Sulistiyani, 2013). Pendidikan seseorang berhubungan kesempatan dalam menyerap informasi mengenai pencegahan dan faktor-faktor risiko pre-eklampsia. Tetapi pendidikan ini akan dipengaruhi oleh seberapa besar motivasi, atau dukungan lingkungan seseorang untuk menerapkan pencegahan dan faktor-faktor pre-eklampsia (Djannah, 2010). j. Aktivitas Fisik Menurut Kurniasih (2012) gaya hidup seperti pola makan dan kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia. Aktivitas fisik ringan selama kehamilan merupakan cara yang baik Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 28 untuk memelihara stamina tubuh dan dapat membantu menguatkan jantung ibu dan bayi yang dikandungnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhammad tahun 2014 menunjukkan bahwa ada penurunan tekanan darah pada ibu hamil primigavida sesudah melakukan jalan kaki sepuluh menit. Seperti yang diketahui bahwa tekanan darah yang tinggi dapat mengindikasikan preeklampsia. Upaya ini dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan dini yang aman dilakukan oleh ibu hamil. Menurut Wolf (2014) ibu hamil yang tidak melakukan aktivitas setidaknya 30 menit dalam sehari lebih berisiko mengalami komplikasi kehamilan seperti pre-eklampsia, sedangkan ibu hamil yang aktivitas fisiknya dilakukan secara konsisten selama waktu senggang/ ditentukan dapat mengurangi resiko pre-eklampsia. Dalam penelitian ini menunjukkan setidaknya dengan melakukan aktivitas fisik 25 kali per bulan atau lebih dari 4 jam per minggu dapat menurunkan risiko pre-eklampsia. Akan tetapi, aktivitas fisik tidak menjadi satu-satunya penyebab pre-eklampsia, sehingga harus objektif dalam menentukan kejadian pre-eklampsia. 7. Penanganan Pre-eklampsia Menurut Cunningham (2013), tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit pre-eklampsia adalah : a. Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang b. Pemulihan sempurna kesehatan ibu Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 29 c. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinnya. Penanganan pre-eklampsi/eklampsi menurut Saifudin (2007)yaitu : a. Pre-eklamsi ringan 1) Kehamilan kurang dari 37 minggu a) Pantau tekanan darah, urine (untuk proteinuria), reflex dan kondisi janin b) Konseling pasien dengan keluarganya tentang tanda bahaya pre-eklampsia dan eklampsi c) Lebih banyak istirahat d) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam) 2) Kehamilan lebih dari 37 minggu a) Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan b) Dengan oksitosin atau prostaglandin c) Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter folley atau lakukan sectio caesaria. b. Pre-eklampsia berat dan eklampsia Penanganan pre-eklampsia berat dan eklampsi adalah sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Semua kasus pre-eklampsia berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif dan gangguan penglihatan sering tidak sahih. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 30 B. Aktivitas Fisik 1. Pengertian Aktivitas fisik atau disebut aktivitas eksternal ialah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain berjalan, berlari, olahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda,dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (Almatsier, 2010). Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi karena rendahnya aktivifitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan atau obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik dan metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan komponen utama yang menentukan kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jeniskelamin, BB, dan TB (Almatsier, 2010). Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang dikandungnya. Suami membantu istrinya yang sedang hamil untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.Ikuti senam ibu hamil sesuai dengan anjuran petugas kesehatan (Kemenkes, 2016). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 31 2. Manfaat Aktifitas Fisik dan Latihan Fisik Ringan Adapun manfaat aktivitas fisik dan latihan fisik ringan menurut (Kemenkes, Panduan Teknik Latihan Fisik Selama Kehamilan dan Nifas, 2010) adalah sebagai berikut: a. Bagi Ibu 1) Mempertahankan kemampuan fisik yang menurun selama kehamilan. 2) Memperkuat otot untuk menyangga tubuh dan memperbaiki postur tubuh. 3) Mengurangi risiko terjadinya tekanan darah tinggi pada kehamilan. 4) Mengurangi risiko terjadinya kencing manis pada kehamilan. 5) Mengurangi keluhan nyeri pinggang. 6) Membantu melancarkan pencernaan. 7) Membantu mengurangi sembelit. 8) Membuat lebih rileks. 9) Mencegah timbulnya stress, depresi, dan kecemasan. 10) Meningkatkan kekuatan dan kelenturan otoo-otot panggul untuk proses persalinan. 11) Mengurangi gelambir di perut setelah persalinan. 12) Mempercepat proses pemulihan setelah persalinan. b. Bagi Janin Latihan fisik sejak awal kehamilan akan meningkatkan pertumbuhan ari-ari dan bayi dilahirkan dengan berat badan normal. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 32 3. Prinsip-prinsip Aktivitas Fisik Menurut Kemenkes RI dalam Panduan Teknik Latihan Fisik Selama Kehamilan dan Nifas (2010) bahwa prinsip-prinsip aktivitas fisik selama kehamilan adalah: a. Ibu hamil yang sehat diharapkan tetap melakukan aktivitas fisik seharihari dengan memperhatikan keamanan. b. Ibu rumah tangga yang sehat dianjurkan tetap melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga (menyapu, mencuci, menyiram tanaman, membersihkan perabot rumah tangga, dan lainlain), sebaliknya tetap dilakukan setiap hari secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi kehamilan. c. Ibu yang bekerja sehat dianjurkan tetap aktif bekerja selama masa kehamilan dengan memperhatikan keamanan agar tidak mengganggu kesehatan ibu maupun janinnya. 4. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik Selama Kehamilan Selama kehamilan tidak diharapkan menghentikan akitivitas fisik seperti mengurus hal-hal rumah tangga, berjalan pagi-sore hari dan lain sebagainya.Selama kehamilan dibutuhkan untuk membuat rencana program latihan dan aktivitas fisik lebih terencana dan terprogram. Beberapa penelitian dua hal yang dibutuhkan oleh wanita selama proses kehamilan yang bertujuan untuk mengurangi dan mengatasi gangguan selama proses kehamilan baik secara fisik dan psikologis yaitu latihan dan relaksasi. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 33 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik selama kehamilan (Monika Guzskowska, 2014) adalah sebagai berikut: a. Kurangnya edukasi Kurangnya edukasi mengenai kehamilan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya resiko gangguan selama kehamilan seperti yang telah dibahas sebelumnya dengan resiko paling berbahaya adalah kematian bagi ibu janin dan terganggunya kesehatan janin untuk masa yang akandatang seperti mewariskan diabetes tipe II pada keturunan. b. Mitos Mitos yang beredar di masyarakat mengenai larangan-larangan selama kehamilan untuk membatasi gerak dan aktivitas semakin mempertinggi resiko dan gangguan selama kehamilan. c. Obesitas Yang paling mengkhawatirkan ialah gangguan-gangguan selama kehamilan dinggap hal yang biasa terjadi pada semua ibu hamil sehingga saat ini tidak jarang ditemukan bayi lahir dalam kondisi obesitas dikarenakan obesitas selama kehamilan menjadi tren dan gayahidup sebagai indikasi kecukupan nutrisi bagi ibu dan janin. 5. Jenis Aktifitas Fisik Yang Dapat Dilakukan Oleh Ibu Hamil Dr. Artal, seorang dokter ginekologi mengatakan bahwa latihan aerobik terdiri dari gerakan ritmis yang berkesinambungan yang dapat menggerakkan otot-otot besar sangat direkomendasikan sebagai latihan Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 34 atau olahraga pilihan untuk ibu hamil. Latihan angkat beban ringan dengan repetisi sedang juga aman dilakukan oleh wanita hamil.Latihan angkat beban ringan ini dapat membantu mempertahankan fleksibilitas, dan meminimalkan risiko cedera (Artal R, 2010). Wanita hamil yang berolahraga secara teratur mengalami kenaikan berat dan lemak tubuhyang lebih sedikit dibandingkan wanita yang kurang aktif.Berat badan tetap naik dengan normaldan bayi tetap dalam kondisi kesehatan yang prima. Selain itu, kehamilan dan proses persalinanwanita aktif cenderung tidak bermasalah. Apabila kehamilan mempengaruhi keseimbangan tubuh, maka jalan kaki adalah olahraga yang paling tepat bagi seorang wanita hamil.Pada waktu hamil olahraga dapat menguatkan otot dan melindungi persendian serta tulang belakang. Dengan berolahraga, tuntutan masa kehamilan pada tubuh dapat terpenuhi dengan baik (Kusmiati, 2009). a. Latihan fisik selama masa kehamilan 1) Berjalan, setengah jam per hari untuk merangsang sirkulasi darah dan meningkatkan kapasitas pernapasan anda. 2) Berenang, khususnya gaya punggung, untuk mengatasi nyeri pinggang dan ketegangan. 3) Yoga, untuk relaksasi dan meningkatkan kapasitas pernapasan. Namun, perlu diketahui bahwa posisi dan jenis yoga tertentu tidak dianjurkan selama kehamilan. Berlatihlah dengan seorang profesional yang berpengalaman dalam melatih ibu hamil. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 35 4) Fitness ringan, lakukan di bawah pengawasan seorang profesional yang direkomendasikan untuk ibu hamil. 5) Bersepeda dengan kecepatan sedang dan di medan yang datar, sampai sekitar bulan kelima kehamilan. Sport A (2010) merekomendasikan bahwa setiap orang harus berolahraga setidaknya 30 menit, dalam beberapa hari (tidak harus setiap hari). Hal ini juga berlaku untuk ibu hamil. Prinsipnya, setiap aktivitas bisa dilakukanselama kehamilan asal tidak membahayakan janin.Anda sebaiknya menghindari aktivitas yangberisikomeningkatkan kemungkinan trauma pada perut. b. Durasi dan Intensitas Sesi Latihan Bagi wanita yang kurang terbiasa dengan olahraga, 20 sampai 30 menit merupakan waktu yang aman untuk melakukan latihan. Dan untuk wanita yang terbiasa berolahraga, dan tidak ada komplikasi medis dapat melakukan olahraga atau latihan seperti biasanya (dengan repetisi yang sedang). Masa kehamilan bukanlah waktu yang tepat untuk memaksimalkan latihan. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa 80% orangorang yang berolahraga tidak mengalami efek samping yang buruk pada detak jantung mereka, tetapi berlatih dengan repetisi sedang akan jauh lebih aman bagi wanita hamil. Mulailah dengan pemanasan dan akhiri dengan pendinginan pada setiap sesi latihan (Artal, 2010). Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 36 Aktivitas ibu hamil pada setiap trimester tidak dibatasi, dalam hal ini selama masih dalam batas tidak membahayakan ibu dan janin aktivitas fisik masih diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan tujuan aktivitas fisik yang dapat membantu memperlancar saat persalinan. Penelitian yang dilakukan Lisa Chasan (2007) mengenai pengembangan dan validasi kuesioner aktvitas fisik pada ibu hamil meneliti pada 54 wanita hamil dalam perawatan prenatal menyatakan bahwa wanita yang lebih aktif selama kehamilan setidaknya mengurangi risiko diabetes gestasional, hipertensi, dan kelahiran prematur. Pengembangan dan validasi kuesioner yang dilakukan membagi instrumen untuk pengukuran durasi, frekuensi, dan intensitas dari aktivitas total (rumah tangga/ pengasuhan, kerja, olahraga/latihan). Penelitian yang dilakukan membagi intensitas kegiatan menjadi 4 yaitu intensitas konsisten (< 1.5 METs), intensitas ringan(1.5 - < 3.0 METs), intensitas sedang(3.0 - < 6.0 METs), dan intensitas berat(> 6.0 METs). Setiap aktivitas fisik ibu hamil dapat dilihat nilai METsnya pada Compendium Aktivitas Fisik. Penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan intensitas masing-masing nilai koefisien korelasi untuk intesitas konsisten, ringan, sedang dan berat adalah 0,79;0,78;0,82 dan 0,82. Selain itu dianjurkan selama satu minggu setidaknya ibu hamil melakukan aktivitas fisik total (rumah tangga/pengasuhan, kerja, dan olahraga/latihan) dalam kisaran waktu 276,3 menit atau 30-40 menit Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 37 dalam sehari dan secara akurat kuesioner dapat mengambarkan keseluruhan jenis aktivitas fisik ibu selama hamil. Oleh karena itu, penting untuk ibu hamil mengetahui kegiatan fisik apa yang dilakukan selama kehamilan untuk mengetahui nilai METsnya. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 38 C. Kerangka Teori Faktor resiko pre-eklampsia yang berhubungan dengan kehamilan: a. Kelainan kromosom b. Mola hydatidosa c. Hydrops fetalis d. Kehamilan multifetus e. Inseminasi donor atau donor oosit f. Kelainan struktur kongenital Faktor Resiko Pre-eklampsia: a. Umur b. Paritas c. Jarak Kehamilan d. Pengetahuan e. Indeks Massa Tubuh f. Antenatal Care (ANC) g. Riwayat Penyakit h. Pekerjaan i. Pendidikan j. Aktivitas Fisik Ibu Hamil Preeklampsia KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA Aktivitas Fisik Selama Kehamilan Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Wibowo (2006), Kusmiati (2009), Almatsier (2010), Guszkowska (2013) Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 39 D. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan penjelasan tentang dugaan yang tercantum dalam hipotesa (Saryono, 2010). VARIABEL BEBAS Aktivitas Fisik Selama Kehamilan VARIABEL TERIKAT Kejadian Pre-Eklampsia Pada Ibu Hamil Gamber 2.2 Kerangka Konsep E. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis penelitian ini adalah: H0 : Tidak ada hubungan aktivitas fisik selama kehamilan dengan kejadian pre-eklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten Banyumas. Ha : Ada hubungan aktivitas fisik selama kehamilan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok Kabupaten Banyumas. Hubungan Aktivitas Fisik..., Rachma Zsafira, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017