pengaruh pengungkapan sustainability report

advertisement
PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY REPORT
TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN
STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DALAM BURSA EFEK INDONESIA
by:
Mochammad Fauzan Adhima
Advisor Lecturer :
Bambang Hariadi, SE., M.Ec., Ak.
ABSTRACT
This study aims to obtain empirical evidence about the effect of disclosure
Sustainability Report (SR), the disclosure of environmental performance, social
performance and disclosure on the profitability of the company. Disclosure
Sustainability Report (SR), the disclosure of environmental performance and
social performance disclosure was measured using the Global Reporting Initiative
Guidelines G-3 (G-3 GRI Guidelines). Profitability measured using Return on
Assets (ROA). The population in this study is manufacturing companies listed in
the Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2009-2011. Total sample
is 26 firms determined by the method of purposive sampling. Data analysis was
performed by testing the classical assumptions and hypothesis testing using
multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the
disclosure of Sustainability Report (SR) and the disclosure of environmental
performance have significant positive impact on Return on Assets (ROA).
Meanwhile, the disclosure of social performance has significant negative effect on
Return on Assets (ROA).
Keywords: Disclosure Sustainability Report (SR), Disclosure of environmental
performance, social performance disclosure, Profitability, Return on Assets
(ROA).
1. PENDAHULUAN
Pertanggungjawaban
sosial
perusahaan
atau
Corporate
Social
Resposibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam
operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab
organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Pengungkapan kinerja lingkungan,
sosial, dan ekonomi di dalam laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk
mencerminkan tingkat akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi perusahaan
kepada nvestor dan stakeholders lainnya (Novita dan Djakman, 2008).
Laporan keberlanjutan (Sustainability Report) kian menjadi tren dan
kebutuhan bagi perusahaan progresif untuk menginformasikan perihal kinerja
ekonomi, sosial dan lingkungannya sekaligus kepada seluruh pemangku
kepentingan
(stakeholders)
perusahaan
(Chariri,
2009).
Sustainability
(keberlanjutan) adalah keseimbangan antara people-planet-profit, yang dikenal
dengan konsep Triple Bottom Line (TBL). Sustainability terletak pada pertemuan
antara tiga aspek, people-sosial; planet-environment; dan profit-economic. Maka
menurut Elkington, perusahan harus bertanggung-jawab atas dampak positif
maupun negatif yang ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup.
Saat ini, mekanisme pelaporan keberlanjutan mempunyai beragam fungsi.
Bagi perusahaan, laporan keberlanjutan dapat berfungsi sebagai alat ukur
pencapaian target kerja dalam isu Triple Bottom Line (TBL). Bagi investor,
laporan keberlanjutan berfungsi sebagai alat kontrol atas capaian kinerja
perusahaan
sekaligus
sebagai
media
pertimbangan
investor
dalam
mengalokasikan sumber daya finansialnya terutama dalam lingkup sustainable
and responsible investment (SRI). Sementara bagi pemangku kepentingan lainnya
(media, ornop, pemerintah, konsumen, akademis dan lain-lain) laporan
keberlanjutan menjadi tolok ukur untuk menilai kesungguhan komitmen
perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan.
Studi empiris tentang keterkaitan antara pengungkapan Sustainability
Report dan profitabilitas perusahaan sampai saat ini belum mencapai kesimpulan
yang menyeluruh. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai studi dalam lingkup kajian
tersebut yang memberikan hasil yang bervariasi dan mengelompokkan pada tiga
bentuk kausalitas. Berbagai studi menunjukkan adanya pengaruh negatif,
beberapa menghasilkan pengaruh positif, hingga hasil yag menyatakan tidak
adanya hubungan sama sekali. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tersebut.
Berdasar latar belakang di atas, penyusun akan melakukan penelitian yang
lebih spesifik mengenai pengungkapan laporan berkelanjutan (Sustainability
Report) dengan judul “PENGARUH PENGUNGKAPAN SUSTAINABILITY
REPORT TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN STUDI KASUS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DALAM
BURSA EFEK INDONESIA”.
2. TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana
saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga
hubungan dengan stakeholder-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan stakeholder-nya, terutama stakeholder yang mempunyai power
terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain
(Chariri dan Ghozali, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan
para stakeholder dan shareholders perusahaan adalah dengan mengungkapkan
Sustaiability Report yang menginformasikan perihal kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungannya sekaligus kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan.
Dengan pengungkapan ini, diharapkan perusahaan mampu memenuhi kebutuhan
informasi yang dibutuhkan serta dapat mengelola stakeholder agar mendapatkan
dukungan oleh para stakeholder yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pengungkapan informasi
keuangan, sosial, dan lingkungan merupakan dialog antara perusahaan dengan
stakeholder-nya dan menyediakan informasi mengenai aktivitas perusahaan yang
dapat mengubah persepsi dan ekspektasi (Gray et al., 1995; Adam dan Larrinaga
Gonzalez, 2007; Adam dan Mc Nicholas, 2007 dalam Michelon dan Parbonetti,
2010).
Pengungkapan SR diharapkan dapat memenuhi keinginan dari stakeholder
sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
stakeholdernya sehingga perusahaan dapat mencapai keberlanjutan atau
kelestarian perusahaannya (sustainability).
2.1.2 Teori Legitimasi
Teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam
masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha
untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar
sebagai suatu yang “sah” (Deegan, 2004). Apabila perusahaan melakukan
pengungkapan sosial, maka perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya akan
mendapat “status” dari masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan tersebut
beroperasi atau dapat dikatakan terlegitimasi.
Teori legitimasi juga menjelaskan bahwa praktik pengungkapan tanggung
jawab perusahaan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar aktivitas dan kinerja
perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Ghozali dan Chariri (2007)
menjelaskan bahwa guna melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat,
perusahaan
cenderung
menggunakan
kinerja
berbasis
lingkungan
dan
pengungkapan informasi lingkungan.
2.2 Sustainability Report
Sustainability Report memiliki definisi yang beragam, menurut Elkington
(1997) SR berarti laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan
tetapi juga informasi non keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan
lingkungan
yang
memungkinkan
perusahaan
bisa
bertumbuh
secara
berkesinambungan (sustainable performance). Pelaporan sustainability akan
menjadi perhatian utama dalam pelaporan nonkeuangan, Pelaporan ini memuat
empat kategori utama yaitu : business landscape, strategi, kompetensi, serta
sumber daya dan kinerja (Falk, 2007).
Saat ini implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh
sejumlah aturan seperti UU No. 23/1997 tentang manajemen lingkungan dan
aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai prosedur dan persyaratan
listing dan juga standar laporan keuangan (PSAK). Sustainability Reports
perusahaan membutuhkan pedoman pelaporan berkelanjutan yang diterima secara
nasional. Untuk tujuan tersebut, dibutuhkan sebuah Badan Nasional yaitu NCSR
(National Center for Sustainability Reporting).
Pengguna utama dari SR antara lain, masyarakat atau komunitas, investor
tanggung jawab sosial, bank, institusi pemerintah, dan manajemen dan karyawan.
Manfaat SR yang berdasarkan pada kerangka GRI, yaitu: 1) sebagai benchmark
kinerja organisasional dengan memperhatikan hukum, norma, undang-undang,
standar kinerja, dan prakarsa sukarela; 2) mendemostrasikan komitmen
organisasional untuk sustainable development, dan 3) membandingan kinerja
organisasional setiap waktu. GRI mempromosikan dan mengembangkan
pendekatan standarisasi pelaporan tersebut untuk menstimulasikan permintaan
terhadap informasi sustainability yang akan menguntungkan pelaporan organisasi
dan kepada yang menggunakan informasi laporan serupa.
Pengungkapan Sustainability Report yang sesuai dengan GRI (Global
Reporting Index) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum
dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu: keseimbangan, dapat dipertanggungjawabkan,
kesesuaian, urut waktu, akurat, dan dapat dibandingkan.
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor
yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan
hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan
(profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari luar.
Di dalam dunia usaha, perusahaan diharapkan untuk dapat menciptakan
penghasilannya secara optimal. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya
mendapat perhatian penting, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu
perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa
adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik
modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali pihak
manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena disadari
benar pentingnya arti dari profit terhadap kelangsungan dan masa depan
perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat
dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat
perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau
kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Dalam penelitian ini yang dipakai hanya yang terkait dengan investasi
yaitu Return On Asset (ROA). Return On Asset merupakan rasio antara saldo laba
bersih setelah pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.
2.3.1 Return On Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
profitabilitas perusahaan, yaitu merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan rata-rata total aktiva. Dimana rata-rata total aktiva dapat diperoleh dari
total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun dibagi dua. Menurut
Syahyunan (2004:85), “Return on Assets menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan”.
2.3.4 Hubungan Sustainability Report dengan Profitabilitas
Herremans et al, 1993 dalam Iryanie, 2009 mengemukakan beberapa
pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan
kinerja ekonomi, antara lain:
1. Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat
bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan
peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial,
sehingga akan menurunkan profitabilitas.
2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan
menghasilkan dampak netral terhadap profitabilitas, hal ini karena
tambahan biaya yang dikeluarkan tertutupi oleh keuntungan efesiensi yang
ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.
3. Pokok pikiran yang memprediksikan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan berdampak positif terhadap profitabilitas.
Fombrun et al (2000) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan dapat meningkatkan reputasi perusahaan terhadap konsumen sehingga
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Fiori et al (2007) mengemukakan berikut
manfaat yang diperoleh perusahaan yang mengungkapkan sustainability report
untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan, antara lain:
1. Ekspansi pada segmen pasar baru, dimana konsumen tidak hanya tertarik
pada kualitas dan kuantitas suatu produk, tetapi juga memberikan
perhatian lebih pada kede etis dimana dapan meningkatkan penjualan.
2. Meningkatkan kepercayaan konsumen dan pemasok.
3. Kapasitas mempertahankan orang – orang bertalenta dalam manajerial.
4. Mengurangi biaya pajak.
5. Mempertahankan ketersediaan sumber daya untuk kepentingan perusahaan.
2.4 Pengembangan Hipotesis
H1
: Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan.
H2
: Pengungkapan Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan.
H3
: Pengungkapan Kinerja Lingkungan berpengaruh positif terhadap
profitabilitas perusahaan.
2.5 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
 Pengungkapan
Sustainability Report
 Pengungkapan Kinerja
Lingkungan
 Pengungkapan Kinerja
Sosial
Variabel Dependen
Profitabilitas:

Return on
Assets (ROA)
Variabel Kontrol:



Size
Leverage
Type Industri
3. METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang sahamnya
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011. Pemilihan data
pada rentang waktu tersebut karena data tersebut merupakan data paling baru.
Perbedaan tahun penelitian dimaksudkan untuk megetahui profitabilitas satu tahun
yang akan datang. Berdasarkan populasi tersebut akan ditentukan sampel sebagai
objek penelitian. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling, dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan Laporan Tahunan 2009 –
2010 dan mengandung informasi laporan keberlanjutan, dan dapat diakses
melalui website perusahaan dan website BEI (http://www.idx.co.id). Ini
menunjukkan bahwa informasi yang terdapat dalam Laporan Tahunan
perusahaan dapat diakses oleh publik.
Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan tahun 2010-2011 dan
semua variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia.
Variabel penelitian dikelompokkan menjadi 2 variabel utama, yaitu
variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas
adalah suatu variabel yang fungsinya menerangkan (mempengaruhi) terhadap
variabel lainnya. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dikenai
pengaruh atau diterangkan oleh variabel lain (Ghozali,2006). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah pengungkapan Sustainability Report, pengungkapan
kinerja lingkungan dan pengungkapan kinerja sosial sedangkan variabel
dependennya adalah profitabilitas. Selain itu juga terdapat variabel kontrol yaitu:
ukuran perusahaan, leverage dan jenis industri.
4. Analisis Dan Pembahasan
4.1. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Model regresi yang baik mensyaratkan adanya normalitas pada data
penelitian atau pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabelnya.
Berdasarkan Tabel kolmogorov-smirnov variabel leveragebernilai 0,01, maka
perlu dilakukan transform Ln untuk menormalkan data Leverage sehingga
nilainya menjadi 0,268. Sehingga semua variabel telah terdistribusi dengan
normal.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastitas dilakukan dengan plot grafik antara ZPRED (nilai prediksi)
dengan SRESID (nilai residual) pada model 1 dan 2 berturut-turut Gambar 4.5
dan 4.6. Terlihat pada grafik scatterplots bahwa titik-titik menyebar secara acak
disekitar titik 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dalam penelitian ini dengan melihat koefisien Variance
Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Gangguan multikolinearitas tidak
terjadi jika VIF di bawah 10 atau Tolerance di atas 0,1.
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Salah satu cara untuk mengetahui ada
atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW test). Pada tabel
4.7 dan 4.8 terlihat bahwa angka D-W (Durbin Watson) berturut-turut sebesar
+1,110 dan +1,556. Hal ini menunjukkan model regresi tidak terdapat masalah
Autokorelasi karena di antara -2 dan +2.
4.2. Pembahasan
a. Hipotesis Pertama (H1)
Menyatakan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh
positif terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat
bahwa pada taraf signifikansi level 5 persen. Nilai t hitung sebesar 2,500 dan t
tabel sebesar 1,6747. Karena t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pengungkapan sustainability
report terhadap profitabilitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pula dari taraf
signifikansi sebesar 0,016 yang lebih kecil daripada taraf signifikansi yang
ditentukan sebesar 0,05.
Koefisiensi regresi variabel SRDI terhadap kinerja ROA sebesar 0,575
yang artinya pengaruh pengungkapan sustainability report (SRDI) terhadap
profitabilitas adalah positif. Hal ini berarti, setiap kenaikan satu satuan
pengungkapan sustainability report akan menaikkan profitabilitas perusahaan
(ROA) sebesar 0,575 (57,5%). Dari hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis
pertama
yang
menyatakan
bahwa
pengungkapan
sustainability
report
berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan adalah diterima. Ini karena
hasil
pengujian menyatakan
bahwa
pengungkapan
sustainability
report
keseluruhan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
b. Hipotesis kedua (H2)
Menyatakan bahwa pengungkapan kinerja lingkungan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa
pada taraf signifikansi level 5 persen. Nilai t hitung sebesar 3,901 dan t tabel
sebesar 1,6747. Karena t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengungkapan sustainability report
dimensi lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat
pula dari taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada taraf
signifikansi yang ditentukan sebesar 0,05.
Koefisiensi regresi variabel LINK terhadap kinerja ROA sebesar 1,089
yang artinya pengaruh pengungkapan kinerja lingkungan (LINK) terhadap
profitabilitas adalah positif. Hal ini berarti, setiap kenaikan satu satuan
pengungkapan kinerja lingkungan akan menaikkan profitabilitas perusahaan
(ROA) sebesar 1,089 (108,9%). Dari hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis
kedua yang menyatakan bahwa pengungkapan kinerja lingkungan berpengaruh
positif terhadap profitabilitas perusahaan adalah diterima. Ini karena hasil
pengujian menyatakan bahwa pengungkapan kinerja lingkungan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
c. Hipotesis Ketiga
Menyatakan bahwa pengungkapan kinerja sosial berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa
pada taraf signifikansi level 5 persen. Nilai t hitung sebesar -2,149 dan t tabel
sebesar 1,6747. Karena t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengungkapan kinerja sosial terhadap
profitabilitas perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pula dari taraf signifikansi
sebesar 0,037 yang lebih kecil daripada taraf signifikansi yang ditentukan sebesar
0,05.
Koefisiensi regresi variabel SOS terhadap kinerja ROA sebesar -0,717 yang
artinya pengaruh pengungkapan kinerja sosial (SOS) terhadap profitabilitas adalah
negatif. Hal ini berarti, setiap kenaikan satu satuan pengungkapan kinerja sosial
akan menurunkan profitabilitas perusahaan (ROA) sebesar 0,717 (71,7%). Dari
hasil pengujian diperoleh bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
pengungkapan
kinerja
sosial
berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas
perusahaan adalah ditolak. Ini karena hasil pengujian menyatakan bahwa
pengungkapan kinerja sosial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini memberikan
kesimpulan yang dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Pengungkapan sustainability report yang diukur dengan menggunakan
SRDI
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
profitabilitas
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Tsoutsoura (2004) dan Tresnawati (2008) yang menyatakan
adanya pengaruh positif pengungkapan CSR terhadap profitabilitas
perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengungkapan sustainability
report dapat meningkatkan kepercayaan publik, dan juga kehandalan
perusahaan dalam memelihara konsumen, SDM yang bertalenta, dan
pengelolaan kekayaan perusahaan yang berakibat meningkatkan profit
perusahaan.
2. Peningkatan pengungkapan kinerja lingkungan yang diukur dengan GRIG3 Guidelines dimensi lingkungan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Al-Tuwajiri (2003) yang menyatakan
pengungkapan lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja keuangan. Kondisi ini menunjukkan tingginya tanggung jawab
lingkungan perusahaan menunjukkan tingginya kinerja lingkungan
perusahaan. menjelaskan semakin baik kinerja lingkungan perusahaan
akan semakin baik pula kinerja keuangannya karena perolehan pendapatan
dan efisiensi biaya pada perusahaan yang kinerja lingkungannya baik lebih
besar daripada perolehan pendapatan dan efisiensi biaya perusahaan yang
kinerja lingkungan buruk. Sehingga disimpulkan peningkatan pendapatan
dan efisiensi biaya akan mendorong profitabilitas perusahaan.
3. Peningkatan pengungkapan kinerja sosial yang diukur dengan GRI-G3
Guidelines dimensi sosial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Brammer (2006) menyatakan
CSR comunity berkorelasi positif dengan return perusahaan. Kondisi ini
menunjukkan pengeluaran biaya untuk tanggung jawab sosial yang
meliputi aspek HAM, praktik kerja, masyarakat dan tanggung jawab
produk merupakan biaya tambahan yang akan menurunkan peluang untuk
memperoleh laba yang maksimal, hal ini sejalan dengan pandangan
Auperle, et.al dalam Yang, et.al, 2009. dan Herremans, et.al dalam Iryanie,
2009.
tentang
hubungan
pengungkapan
kinerja
sosial
terhadap
profitabilitas perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
1. Terdapat unsur subjektifitas dalam menentukan indeks pengungkapan. Hal
ini dikarenakan belum adanya ketentuan baku yang dijadikan standar atau
acuan untuk indikator penelitian sosial di Indonesia, sehingga penentuan
indeks untuk indikator dalam kategori penelitian yang sama dapat berbeda
untuk setiap peneliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan GRI-G3
Guideline sebagai indikator pengungkapan sustainability report.
2. Periode pengamatan yan terbatas hanya dalam waktu dua tahun, yaitu
tahun 2009-2010 untuk SRDI melalui laporan tahunan dan 2010-2011
untuk ROA melalui laporan keuangan. Sehingga pengaruh pengungkapan
sustainability report terhadap profitabilitas perusahaan belum terlihat
jelas.
3. Variabel Dependen dalam penelitian ini hanya pada profitabilitas
perusahaan yang diukur dengan ROA.
5.3 Saran
Dari kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran yang
dapat diberikan antara lain:
1. Hendaknya perusahaan senantiasa memperhatikan pelaksanaan tanggung
jawab sosial dan lingkungan sebagai bentuk jaminan bagi stakeholders
atas keterpenuhan berbagai harapan mereka. Hal ini sangat penting untuk
membangun reputasi sebagai perusahaan dengan aspek opersional yang
tidak hanya berpusat pada pencapaian laba secara optimal, tetapi juga
sebagai perusahaan yang mengutamakan kepentingan stakeholder.
Stakeholder yang membentuk lingkungan bisnis perusahaan merupakan
unsur penting bagi keberlanjutan perusahaan, oleh karena itu dengan
memenuhi
kebutuhan
stakeholder
artinya
keberlanjutan opersionalnya dalam jangka panjang.
perusahaan
menjaga
2. Untuk investor dan kreditur hendaknya lebih bijaksana dalam berinvestasi
dan menanamkan dananya di perusahaan dengan memperhatikan
perusahaan yang tidak hanya
mengutamakan profit
tetapi
juga
memperhatikan dampak operasionalnya terhadap sosial, ekonomi dan
lingkungan, karena dengan begitu investor dan kreditur turut andil dalam
menjaga keberlanjutan sosial, ekonomi dan lingkungan.
3. Pemerintah hendaknya menetapkan regulasi yang jelas mengenai praktik
pengungkapan sosial dan lingkungan dalam bentuk laporan CSR maupun
sustainability report sehingga terdapat standar dan acuan yang jelas
mengenai indikator pengungkapan sosial dan lingkungan untuk penelitian
selanjutnya. Selain itu, perlu adanya pengawasan yang tegas terhadap CSR
pada perusahaan di Indonesia sehingga praktik dan pengungkapan sosial
dan lingkungan berupa CSR maupun Sustainability Report (SR) di
Indonesia semakin meningkat.
Penelitian selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode pengamatan penelitian
agar dapat lebih menggambarkan kondisi dari pengaruh pengungkapan
sustainability report terhadap profitabilitas perusahaan, selain itu diharapkan
penelitian selanjutnya juga melibatkan kinerja keuangan lainnya yang meliputi
leverage, likuiditas dan nilai perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aldilla NR, Dian Agustia. 2009. Hubungan Kinerja Lingkungan terhadap
Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Finansial
Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia. Makalah
Simposium Nasional Akuntansi 10.
Anis Chariri, dan Firman A. Nugroho. 2009. Retorika Dalam Pelaporan Corporate
Social Responsibility: Analisis Semiotik atas Sustainability Reporting PT
Aneka Tambang Tbk. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.
Branco, Manuel Castelo, dan Lucia Lima Rodrigues. 2007. Positioning
Stakeholder Theory within The Debate on Corporate Social Responsibility.
Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies. Vol. 12. p.
5 – 15.
Chwastiak, Michele. 1999. Deconstructing the Pincipal-Agent Model: A View
From the Bottom. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 10. p. 425-441.
Clarkson, M. B. 1995. A Stakeholders Framework for Analyzing and Evaluating
Corporate Social Performance. Academy of Management Review. 20, 1995.
Donaldson, T., & Preston, L. 1995. The Stakeholder Theory of the Corporation:
Concept, Evidence, Implication. Academy of Management Review, 20: 65 –
91.
Elkington, J. 1997. Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century
Business. Capstone: Oxford.
Freeman, E. R. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach. Pitman.
Marshfield MA
Ghozali dan Chariri, 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Undip.
Gibson, Charles H. 2001. Financial Reporting Analysis. 8th ed, South Western
College Publishing.
Global Reporting Initiative (GRI). 2010. Pedoman Laporan Berkelanjutan (GRI–
G3)2000-2006.Versi Bahasa Indonesia. (http://www.globalreporting.org),
diakses 20 Juni 2012.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. ED PSAK No. 01 (Revisi 2009). Salemba
Empat. Jakarta.
Michelon, Giovanna dan Antonio Parbonetti. 2010. The Effect of Corporate
Governance on Sustainability Disclosure. Springer Science & Business
Media 14 September 2010.
Ria Novianti. 2008. Pengaruh Environmental Performance, Ukuran Perusahaan
dan Financial Performance terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan
Hidup (Environmental Disclosure). Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Reni Retno Fr. Anggraini. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan- Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi 9.
Sulaiman A. Al-Tuwaijri, Theodore E. Christensen, Hughes II, K.E. 2003. The
Relationship Among Enviromental Disclosure, Enviromental Performance,
and Economic Performance: A Simultaneous Equation Approach .
Accounting. Organizations and Society. 29: 447 – 471.
Sulastri. 2007. Sebuah Pengembangan Model Hipotesis Pengaruh Aset Strategis
dan Lingkungan terhadap Pilihan Strategi Diversivikasi. Jurnal Manajemen
& Bisnis Sriwijaya Vol. 4. No 7. Juni 2006
Tsoutsoura M. 2004. Corporate Social Responsibility and Financial Performance,
Center for Responsible Business. Working Paper Series. No. 7. University
of California: Barkeley.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
www.idx.co.id
www.wikipedia.org
Download