1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Informasi yang diumumkan oleh emiten maupun non-emiten dapat
mempengaruhi keputusan investasi (beli atau jual) investor. Adapun informasi
(khususnya terkait dengan kondisi ataupun kinerja keuangan perusahaan) yang
diungkapkan perusahaan akan digunakan oleh investor untuk melakukan revisi
atas prospek atau kinerja perusahaan, baik di masa sekarang maupun di masa
mendatang. Lebih lanjut, informasi yang dianggap relevan oleh investor (pasar)
pada umumnya akan segera di reaksi segera setelah pengumuman dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori efisiensi pasar. Fama (1970) dalam
Husnan (2009) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai
pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi
yang relevan. Suatu informasi yang dinilai relevan akan digunakan untuk
mengevaluasi harga saham. Perubahan harga suatu saham di sekitar pengumuman
informasi dapat dijadikan sebagai indikator bahwa informasi tersebut memiliki
kandungan informasi.
Berbagai penelitian secara empiris telah menguji kandungan informasi atas
informasi yang dipublikasikan oleh emiten sebagaimana yang diungkapkan oleh
Lako (2004), seperti: pengujian reaksi pasar terhadap pengumuman laba (Ball dan
Brown, 1968; Beaver, 1989; serta Morse, 1981) dan pengumuman laporan
1
keuangan (Beza, 1997; Hanafi, 1997; dan Purba, 1997). Pengujian terkait
informasi lainnya, yaitu: pengumuman stock split (Almalia dan Kristijadi, 2005),
pengumuman penawaran saham perusahaan (Szewczyk, 1992), pengumuman
penurunan bond rating (Jorion dan Zhang, 2010), dan pengumuman delisting
(Lang dan Stulz, 1992; Almilia, 2006).
Adapun salah satu pengumuman perusahaan yang sering diuji kandungan
informasinya oleh banyak peneliti adalah pengumuman dividen. Aharony dan
Swary (1980) menemukan bukti empiris bahwa gambaran earning dan dividen
merupakan dua alat (instrumen) yang dapat digunakan untuk mengirimkan
informasi kepada publik mengenai prospek masa depan perusahaan. Hal ini cukup
beralasan karena informasi keuangan seperti pengumuman dividen kas diduga
memiliki kandungan informasi terkait dengan signal yang diberikan pihak
manajemen perusahaan atas prospek laba dan arus kas perusahaan di masa depan
(Bhattacharya, 1979; John dan Williams, 1985; serta Miller dan Rock, 1985;
dalam Li dan Zhao, 2008). Secara spesifik, pengumuman dividen dianggap
memiliki kandungan informasi apabila terdapat unsur kejutan (dividend surprise)
(Denis dkk., 1994). Berkaitan dengan hal ini, dividend surprise positif terjadi
ketika nilai dividen aktual yang termuat dalam pengumuman perusahaan lebih
besar daripada nilai dividen yang diekspektasikan oleh investor sedangkan
dividend surprise negatif terjadi ketika nilai dividen aktual yang termuat dalam
pengumuman perusahaan lebih kecil daripada nilai dividen yang diekspektasikan
oleh investor.
2
Sebagian besar penelitian seperti Petit (1972; 1976), Dielman dan
Oppenheimer (1984), Eades, Hess, dan Kim (1985), Kalay dan Loeweinstein
(1985), serta Bajaj dan Vijh (1990), dalam Firth (1996), menunjukkan bukti
empiris yang signifikan secara statistik terkait dengan reaksi pasar terhadap
pengumuman perubahan dividen yang tidak terduga (unexpected dividend
change). Secara spesifik, penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa arah
dan besar (tingkat) abnormal return (sebagai proksi atas reaksi pasar)
berhubungan secara positif dengan arah dan besar (tingkat) dari dividend surprise.
Adapun hasil penelitian ini sesuai dengan dividend signaling theory. Terkait
dengan dengan teori ini, Lintner (1956) dan Carroll (1995) dalam Firth (1996)
menjelaskan bahwa perubahan dividen memberikan signal atas perubahan laba
dan arus kas perusahaan di masa depan.
Lebih lanjut, Ofer dan Siegel (1987) serta Carroll (1995) dalam Firth
(1996) memberikan bukti empiris atas dugaan dalam dividend signaling theory,
yaitu bahwa perubahan dividen berhubungan dengan revisi terkait dengan prediksi
analis (keuangan) mengenai laba perusahaan di masa depan. Bahkan Mozes serta
Rapaccoli (1995) dalam Firth (1996) menemukan bahwa estimasi laba ini menjadi
lebih akurat (setelah dilakukan revisi terkait dengan pengumuman perubahan
dividen perusahaan). Meskipun sebagian besar penelitian menemukan bukti
empiris terkait dengan adanya hubungan yang positif antara reaksi pasar (diproksi
dengan abnormal return) dan dividend surprise, beberapa penelitian lainnya
menemukan hasil yang beragam. Sebagai contoh, Benartzi dkk. (1997) dalam
Gunasekarage dan Power (2006) menemukan bahwa terdapat reaksi pasar yang
3
positif (meskipun tidak signifikan) atas pengumuman penurunan dividen. Adapun
terkait dengan penelitian di Indonesia, Wilopo (2001) melakukan pengujian
dengan menggunakan data di Jakarta Stock Exchange dan menemukan hasil
bahwa tidak terdapat reaksi pasar yang positif atas pengumuman peningkatan
dividen kas. Masih adanya ketidak-konsistenan hasil penelitian terkait dengan
pengujian reaksi pasar atas pengumuman perubahan dividen menjadi salah satu
motivasi mendasar dalam penelitian ini untuk melakukan pengujian kembali
terkait dengan reaksi pasar atas pengumuman perubahan dividen (namun dengan
menggunakan data di Indonesia).
Selain menguji kandungan informasi dari pengumuman perubahan
dividen, dalam penelitian ini juga akan diuji efek transfer informasi intra-industri
(intra-industry information transfer). Hal ini didasarkan atas penelitian yang
dilakukan Firth (1996) dan Laux dkk. (1998) yang menemukan bukti empiris
bahwa pengumuman dividen tidak hanya mempengaruhi harga saham perusahaan
yang mengumumkan dividen, tetapi juga harga saham perusahaan lain dalam
industri yang sama yang tidak mengumumkan. Sebenarnya, salah satu penelitian
pertama terkait fenomena transfer informasi intra-industri dilakukan oleh Firth
(1976) dalam Firth (1996) yang menemukan bukti empiris bahwa pengumuman
laba oleh perusahaan di Inggris tidak hanya mempengaruhi harga saham
perusahaan yang mengumumkan (announcer atau reporter) tetapi juga
mempengaruhi return perusahaan lainnya yang berada dalam satu industri dengan
perusahaan reporter.
4
Menurut Schiper (1990), fenomena transfer informasi intra-industri dapat
terjadi disebabkan karena perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama
menghadapi keadaan yang relatif sama sehingga pengumuman suatu perusahaan
memberikan informasi tentang keadaan ketidakpastian pada pesaingnya.
Penjelasan lebih mendalam diberikan oleh Firth (1996) terkait dengan beberapa
faktor yang mempengaruhi arah transfer informasi (positif atau negatif). Firth
menyatakan bahwa prediksi internal (manajemen perusahaan) atas kemungkinan
perubahan laba perusahaan di masa depan (yang kemudian memotivasi
manajemen perusahaan untuk mengubah dividen), mungkin merupakan implikasi
terkait persepsi atas pengaruh kondisi industri secara menyeluruh (industry-wide
influences) atau implikasi terkait persepsi atas perubahan dalam struktur
persaingan dalam industri maupun perubahan market share dalam suatu industri.
Lebih lanjut, Firth menyatakan bahwa industry-wide influences diperkirakan akan
mempengaruhi semua perusahaan dalam suatu industri dalam cara (arah) yang
sama, sedangkan perubahan dalam struktur persaingan atau market share dalam
suatu industri menunjukkan bahwa beberapa perusahaan akan mengalami
keuntungan
dan
perusahaan
lainnya
akan
mengalami
kerugian.
Firth
mengungkapkan bahwa industry-wide influences akan menghasilkan transfer
informasi yang positif atas laba perusahaan, sedangkan perubahan dalam struktur
persaingan atau market share akan menghasilkan transfer informasi yang negatif
atas pengumuman laba perusahaan.
Laux dkk. (1998) juga menjelaskan bahwa arah transfer informasi atas
pengumuman tertentu tergantung pada apakah informasi yang diungkapkan
5
tersebut memiliki efek contagion (contagion effect) atau efek kompetitif
(competitive effect) pada perusahaan lainnya dalam satu industri. Secara lebih
spesifik, Laux dkk. menjelaskan bahwa contagion effect merupakan hasil atas
return perusahaan yang disebabkan oleh faktor umum seperti tingkat seberapa
jauh perusahaan dalam suatu industri berbagi input, output, proses produksi, dan
pasar tenaga kerja. Selain itu, Marsh dan Merton (1987) dalam Laux dkk. (1998)
juga menyatakan bahwa contagion effect dapat terjadi jika perusahaan
menggunakan praktek (kondisi) dalam industri sebagai target (pedoman) dalam
menentukan kebijakan dividen. Sementara itu, Laux dkk. menyatakan bahwa
dalam persaingan industri yang tidak sempurna (imperfectly competitive industry),
contagion effect atas pengumuman tertentu dari suatu perusahaan dapat diimbangi
dengan adanya pergeseran atau perubahan keseimbangan persaingan dalam suatu
industri. Tingkat seberapa jauh competitive effect dapat menyeimbangkan
contagion effect dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kekuatan relatif pasar
dari perusahaan dalam suatu industri, kemampuan pesaing untuk merespon secara
efektif pengumuman suatu perusahaan, dan tingkat persaingan dalam suatu
industri. Lebih lanjut, baik Firth (1996) maupun Laux dkk. (1998) menggunakan
abnormal return dari perusahaan nonreporter untuk mengindikasikan adanya
transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan dividen oleh
perusahaan reporter.
Fenomena transfer informasi intra-industri telah diuji pada beberapa
penelitian lainnya dengan menggunakan informasi (event) yang berbeda-beda,
seperti: informasi pengumuman laba (Han dan Wild, 1990; Graham dan King,
6
1996 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman kebangkrutan (Aharony dan Swary,
1983; Asness dan Smirlock, 1991 dalam Firth, 1996), ramalan manajemen
terhadap laba (Baginski, 1987 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman likuidasi
(Akhigbe dan Madura, 1996 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman penurunan
bond rating (Jorion dan Zhang, 2010), pengumuman inisiasi dan penghapusan
dividen (Kohers, 1999), pengumuman special dividend (Balachandran dkk.,
2004), dan penawaran sekuritas perusahaan (Szewczyk, 1992). Pada umumnya
penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar merespon pengumuman
tersebut atau dengan kata lain pasar juga bereaksi pada saham perusahaan lain
dalam industri yang sama tetapi tidak mengumumkan informasi tertentu
(nonreporter). Penelitian di Indonesia juga telah banyak dilakukan terkait dengan
fenomena transfer informasi intra-industri pada pengumuman-pengumuman
informasi seperti: pengumuman stock split (Almilia dan Kristijadi, 2005),
pengumuman laporan keuangan (laba) (Lako, 2004), pengumuman perubahan
dividen (Yusnitasari, 2003; Hardjanto, 2004), dan pengumuman delisting
(Gamayuni, 2001; Almilia, 2006). Pada umumnya penelitian di Indonesia juga
menunjukkan adanya efek transfer informasi intra-industri.
Terlepas dari banyaknya penelitian-penelitian terkait dengan fenomena
transfer informasi intra-industri, sebagian besar penelitian masih mempertanyakan
arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter. Isu penelitian
ini sebelumnya telah diungkapkan oleh Laux dkk. (1998) yang menyatakan bahwa
pertanyaan penelitian mengenai apakah reaksi harga saham perusahaan
nonreporter terkait transfer informasi intra-industri disebabkan karena contagion
7
effect atau competitive effect, relatif terhadap perusahaan reporter masih belum
menemukan kesimpulan yang jelas. Sebagai contoh, Lang dan Stulz (1992)
menemukan bahwa pada sebagian besar industri, perusahaan-perusahaan
menunjukkan reaksi harga saham yang negatif atas pengumuman kebangkrutan
perusahaan pesaing dalam satu industri. Lang dan Stulz menginterpretasikan hasil
penelitian ini sebagai efek dari kondisi umum pada suatu industri (industry-wide
influence). Namun, dalam struktur industri oligopolistik, Lang dan Stulz
menemukan bahwa perusahaan pesaing mengalami reaksi harga saham yang
positif atas pengumuman kebangkrutan perusahaan lainnya dalam satu industri.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa competitive effect lebih mendominasi
arah transfer informasi intra-industri.
Selain permasalahan terkait dengan isu penelitian mengenai ketidakkonsistenan arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter,
isu juga ditujukan pada beberapa permasalahan metode penelitian dan
beragamnya hasil penelitian terkait topik transfer informasi intra-industri dalam
pengumuman perubahan dividen di Indonesia. Beberapa hal tersebut mencakup:
1.
Periode penelitian yang relatif pendek. Yusnitasari (2003) hanya
menggunakan periode penelitian selama 3 tahun, yaitu 1994-1996.
Sementara itu, Hardjanto (2004) menggunakan periode 1997-2001 dan
Wilopo (2001) menggunakan periode 1993-1996. Penelitian yang
dilakukan Firth (1996) menggunakan periode yang relatif lebih panjang,
yaitu periode 1980-1991.
8
2.
Model pengujian variabel-variabel penjelas seperti ukuran perusahaan
reporter maupun ukuran perusahaan nonreporter, tingkat konsentrasi
industri, status pembagian dividen perusahaan nonreporter sebelum
pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter, dan beberapa
variabel lainnya diuji sebagai variabel independen yang terpisah, seperti
halnya variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter. Penelitian
terdahulu seperti Firth (1996) menggunakan beberapa variabel tersebut
sebagai variabel yang memoderasi pengaruh tingkat dividen surprise
perusahaan reporter terhadap besarnya transfer informasi intra-industri
pada perusahaan nonreporter. Secara spesifik, hasil penelitian Firth (1996)
menunjukkan bahwa variabel tingkat dividend surprise perusahaan
reporter berpengaruh positif (searah) terhadap besarnya abnormal return
perusahaan nonreporter dan beberapa variabel moderasi seperti tingkat
perubahan dividen perusahaan nonreporter (1 tahun sebelum pengumuman
perubahan dividen perusahaan reporter) dan variabel tingkat korelasi
return saham perusahaan reporter dan nonreporter, secara berturut-turut,
memperlemah dan memperkuat pengaruh tingkat dividend surprise
perusahaan reporter terhadap besarnya abnormal return perusahaan
nonreporter. Hasil penelitian Kohers (1999) terkait dengan pengumuman
dividend omission dan dividend initiation, memperkuat dugaan bahwa
variabel yang konsisten mempengaruhi besarnya transfer informasi
(diproksi dengan tingkat cumulative abnormal return perusahaan
nonreporter) adalah tingkat dividend surprise (diproksi dengan cumulative
9
abnormal return) perusahaan reporter. Lebih lanjut, Kohers (1999)
menemukan bahwa variabel-variabel independen lainnya seperti ukuran
perusahaan reporter, indeks herfindahl, dan lokasi (bursa) di mana saham
perusahaan reporter diperdagangkan, cenderung memiliki pengaruh yang
tidak konsisten (kemampuan menjelaskan yang berbeda) pada peristiwa
dividend omission dan dividend initiation. Terkait dengan hal ini,
penelitian ini hanya menggunakan variabel tingkat dividend surprise
perusahaan reporter sebagai variabel independen dan menggunakan
beberapa variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian Firth.
3.
Masih beragamnya hasil penelitian yang menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya transfer informasi atas pengumuman perubahan
dividen. Firth (1996) mengungkapkan bahwa besarnya efek transfer
informasi berhubungan dengan besarnya dividend surprise perusahaan
reporter dan interaksi antara besarnya dividend surprise perusahaan
reporter dengan beberapa variabel seperti dividend historical background
perusahaan nonreporter, korelasi return saham antara perusahaan reporter
dan perusahaan nonreporter, ukuran perusahaan reporter, dan jumlah
analis keuangan yang terlibat dalam memprediksi laba perusahaan
nonreporter di masa depan. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter berpengaruh
positif
(searah)
terhadap
besarnya
abnormal
return
perusahaan
nonreporter, variabel moderasi tingkat perubahan dividen perusahaan
nonreporter (1 tahun sebelum pengumuman perubahan dividen perusahaan
10
reporter) dan variabel tingkat korelasi return saham perusahaan reporter
dan nonreporter, secara berturut-turut, memperlemah dan memperkuat
pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap besarnya
abnormal return perusahaan nonreporter. Sementara itu, Yusnitasari
(2003) dalam penelitiannya menggunakan variabel independen perubahan
dividen perusahaan reporter (diproksi dengan perubahan relatif dividend
per share) dan variabel kontrol ukuran dari perusahaan nonreporter serta
status pembagian dividen perusahaan nonreporter (pada periode yang
sama dengan pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter) untuk
menjelaskan besarnya efek transfer informasi intra-industri. Namun, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak bisa
menjelaskan besarnya efek transfer informasi intra-industri. Hardjanto
(2004) dalam penelitiannya menggunakan variabel tingkat dividen
surprise, ukuran perusahaan, dan tingkat konsentrasi/kompetisi perusahaan
reporter dalam industrinya. Hasil penelitian yang dilakukan Hardjanto
(2004)
menunjukkan
bahwa
variabel-variabel
terkait
karakteristik
perusahaan reporter dapat menjelaskan abnormal return yang diterima
perusahaan nonreporter terkait pengumuman perusahaan reporter. Adapun
penelitian di Indonesia yang menggunakan model pengujian yang sama
(replikasi) pada penelitian Firth (1996) adalah Wilopo (2001). Namun,
Wilopo (2001) mengembangkan pengujian tersebut dalam konteks
penggunaan 3 bursa efek yang berbeda, yaitu Kuala Lumpur Stock
Exchange, Singapore Stock Exchange, dan Jakarta Stock Exchange.
11
Namun, berbeda dengan hasil penelitian Firth (1996), hasil penelitian
Wilopo (2001) secara umum menunjukkan bahwa variabel independen,
variabel moderasi, dan variabel kontrol dalam model pengujian Firth
(1996) tidak dapat menjelaskan besar dan arah transfer informasi intraindustri pada perusahaan nonreporter, baik pada pengujian di Singapore
Stock Exchange maupun Jakarta Stock Exchange. Hasil yang signifikan
hanya ditemukan pada pengujian di Kuala Lumpur Stock Exchange.
Berdasarkan beberapa keterbatasan (permasalahan) penelitian terdahulu
yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penelitian ini akan mereplikasi serta
mengembangkan model penelitian Firth (1996) untuk menganalisis kembali efek
transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan dividen dan
beberapa faktor yang menjelaskan besar serta arah transfer informasi intra-industri
pada perusahaan nonreporter. Secara spesifik, penelitian ini menggunakan
variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter yang digunakan oleh Firth
(1996) untuk menjelaskan besarnya tingkat transfer informasi intra-industri (yang
diproksi dengan cumulative abnormal return) pada perusahaan nonreporter serta
beberapa variabel yang mewakili karakteristik perusahaan reporter dan
nonreporter sebagai variabel moderasi, seperti: tingkat perubahan dividen
perusahaan nonreporter (satu tahun sebelum pengumuman perubahan dividen
perusahaan reporter), tingkat korelasi return antara saham perusahaan reporter
dan saham perusahaan nonreporter, serta status pembagian dividen perusahaan
nonreporter pada saat perusahaan reporter mengumumkan perubahan dividen.
Adapun terkait dengan penggunaan variabel kontrol, dalam penelitian ini akan
12
digunakan variabel ukuran perusahaan reporter (sebagaimana yang digunakan
dalam penelitian Firth, 1996) dan beberapa variabel kontrol yang digunakan
dalam penelitian Li dan Zhao (2008), yaitu variabel growth opportunity dan
tingkat profitabilitas perusahaan.
Terkait dengan pengujian arah transfer informasi, dalam penelitian ini
akan digunakan model penelitian Laux dkk. (1998) dengan disertai beberapa
penyesuaian (terkait dengan pembentukan subkelompok pada sampel perusahaan
nonreporter dan pengujian signifikansi atas reaksi pada saham perusahaan
nonreporter).
1.2.
Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah terkait dengan pengujian
keberadaan fenomena transfer informasi intra-industri yang terjadi atas
pengumuman perubahan dividen yang dilakukan oleh perusahaan reporter. Lebih
lanjut, penelitian ini menggunakan beberapa variabel (independen, moderasi, dan
kontrol) untuk menjelaskan besar (tingkat) dan arah transfer informasi intraindustri pada perusahaan nonreporter. Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa
pertanyaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah terdapat reaksi pasar pada saham perusahaan reporter atas
pengumuman perubahan dividen?
2.
Apakah terdapat reaksi pasar pada saham perusahaan nonreporter atas
pengumuman perubahan dividen yang diungkapkan perusahaan reporter?
13
3.
Apakah tingkat dividend surprise perusahaan reporter berpengaruh
terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter?
4.
Apakah tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter, tingkat
korelasi return antara saham perusahaan reporter dan saham perusahaan
nonreporter, dan status pengumuman dividen perusahaan nonreporter
memoderasi besarnya pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan
reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter?
5.
Apakah tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan
nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) berpengaruh terhadap
arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman peningkatan
dividen kas?
6.
Apakah tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan
nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) berpengaruh terhadap
arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman penurunan
dividen kas?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang akan dianalisis, maka tujuan dalam
penelitian ini mencakup:
1.
Menguji secara empiris reaksi pasar terhadap saham perusahaan reporter
atas pengumuman perubahan dividen
14
2.
Menguji secara empiris reaksi pasar terhadap saham perusahaan
nonreporter atas pengumuman perubahan dividen yang diungkapkan
perusahaan reporter.
3.
Menguji secara empiris pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan
reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter.
4.
Menguji secara empiris efek moderasi variabel tingkat perubahan dividen
perusahaan nonreporter, tingkat korelasi return antara saham perusahaan
reporter dan saham perusahaan nonreporter, serta status pengumuman
dividen perusahaan nonreporter pada pengaruh tingkat dividend surprise
perusahaan reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan
nonreporter.
5.
Menguji secara empiris pengaruh tingkat kekuatan pasar dan tingkat
peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan
reporter) terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus
pengumuman peningkatan dividen kas.
6.
Menguji secara empiris pengaruh tingkat kekuatan pasar dan tingkat
peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan
reporter) terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus
pengumuman penurunan dividen kas
15
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
dalam bentuk kontribusi empiris dan kontribusi praktis sebagai berikut:
1.
Kontribusi Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dan memberikan
konfirmasi pada penelitian sebelumnya terkait pengujian kandungan informasi
dan pengujian efek transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan
dividen kas perusahaan reporter serta faktor-faktor (variabel-variabel) yang
mempengaruhinya (terkait dengan besar dan arah transfer informasi intra-industri
pada perusahaan nonreporter). Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai perilaku transaksi investor pada saham perusahaan
reporter maupun nonreporter terkait pengumuman perubahan dividen perusahaan
reporter dan memberikan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
tertarik untuk meneliti topik yang sama.
2.
Kontribusi Praktis
Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengumumkan perubahan dividen dengan memperkirakan
reaksi investor dan juga sebaliknya mempertimbangkan reaksi investor atas
pengumuman perubahan dividen lebih awal yang dilakukan perusahaan lain
dalam subsektor industri yang sama. Sementara itu, bagi investor, penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan
16
investasi (jual, beli, atau menahan) atas saham perusahaan reporter maupun
nonreporter terkait pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter.
17
Download