BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi yang diumumkan oleh emiten maupun non-emiten dapat mempengaruhi keputusan investasi (beli atau jual) investor. Adapun informasi (khususnya terkait dengan kondisi ataupun kinerja keuangan perusahaan) yang diungkapkan perusahaan akan digunakan oleh investor untuk melakukan revisi atas prospek atau kinerja perusahaan, baik di masa sekarang maupun di masa mendatang. Lebih lanjut, informasi yang dianggap relevan oleh investor (pasar) pada umumnya akan segera di reaksi segera setelah pengumuman dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sejalan dengan teori efisiensi pasar. Fama (1970) dalam Husnan (2009) menyatakan bahwa pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar modal yang harga sekuritas-sekuritasnya mencerminkan semua informasi yang relevan. Suatu informasi yang dinilai relevan akan digunakan untuk mengevaluasi harga saham. Perubahan harga suatu saham di sekitar pengumuman informasi dapat dijadikan sebagai indikator bahwa informasi tersebut memiliki kandungan informasi. Berbagai penelitian secara empiris telah menguji kandungan informasi atas informasi yang dipublikasikan oleh emiten sebagaimana yang diungkapkan oleh Lako (2004), seperti: pengujian reaksi pasar terhadap pengumuman laba (Ball dan Brown, 1968; Beaver, 1989; serta Morse, 1981) dan pengumuman laporan 1 keuangan (Beza, 1997; Hanafi, 1997; dan Purba, 1997). Pengujian terkait informasi lainnya, yaitu: pengumuman stock split (Almalia dan Kristijadi, 2005), pengumuman penawaran saham perusahaan (Szewczyk, 1992), pengumuman penurunan bond rating (Jorion dan Zhang, 2010), dan pengumuman delisting (Lang dan Stulz, 1992; Almilia, 2006). Adapun salah satu pengumuman perusahaan yang sering diuji kandungan informasinya oleh banyak peneliti adalah pengumuman dividen. Aharony dan Swary (1980) menemukan bukti empiris bahwa gambaran earning dan dividen merupakan dua alat (instrumen) yang dapat digunakan untuk mengirimkan informasi kepada publik mengenai prospek masa depan perusahaan. Hal ini cukup beralasan karena informasi keuangan seperti pengumuman dividen kas diduga memiliki kandungan informasi terkait dengan signal yang diberikan pihak manajemen perusahaan atas prospek laba dan arus kas perusahaan di masa depan (Bhattacharya, 1979; John dan Williams, 1985; serta Miller dan Rock, 1985; dalam Li dan Zhao, 2008). Secara spesifik, pengumuman dividen dianggap memiliki kandungan informasi apabila terdapat unsur kejutan (dividend surprise) (Denis dkk., 1994). Berkaitan dengan hal ini, dividend surprise positif terjadi ketika nilai dividen aktual yang termuat dalam pengumuman perusahaan lebih besar daripada nilai dividen yang diekspektasikan oleh investor sedangkan dividend surprise negatif terjadi ketika nilai dividen aktual yang termuat dalam pengumuman perusahaan lebih kecil daripada nilai dividen yang diekspektasikan oleh investor. 2 Sebagian besar penelitian seperti Petit (1972; 1976), Dielman dan Oppenheimer (1984), Eades, Hess, dan Kim (1985), Kalay dan Loeweinstein (1985), serta Bajaj dan Vijh (1990), dalam Firth (1996), menunjukkan bukti empiris yang signifikan secara statistik terkait dengan reaksi pasar terhadap pengumuman perubahan dividen yang tidak terduga (unexpected dividend change). Secara spesifik, penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa arah dan besar (tingkat) abnormal return (sebagai proksi atas reaksi pasar) berhubungan secara positif dengan arah dan besar (tingkat) dari dividend surprise. Adapun hasil penelitian ini sesuai dengan dividend signaling theory. Terkait dengan dengan teori ini, Lintner (1956) dan Carroll (1995) dalam Firth (1996) menjelaskan bahwa perubahan dividen memberikan signal atas perubahan laba dan arus kas perusahaan di masa depan. Lebih lanjut, Ofer dan Siegel (1987) serta Carroll (1995) dalam Firth (1996) memberikan bukti empiris atas dugaan dalam dividend signaling theory, yaitu bahwa perubahan dividen berhubungan dengan revisi terkait dengan prediksi analis (keuangan) mengenai laba perusahaan di masa depan. Bahkan Mozes serta Rapaccoli (1995) dalam Firth (1996) menemukan bahwa estimasi laba ini menjadi lebih akurat (setelah dilakukan revisi terkait dengan pengumuman perubahan dividen perusahaan). Meskipun sebagian besar penelitian menemukan bukti empiris terkait dengan adanya hubungan yang positif antara reaksi pasar (diproksi dengan abnormal return) dan dividend surprise, beberapa penelitian lainnya menemukan hasil yang beragam. Sebagai contoh, Benartzi dkk. (1997) dalam Gunasekarage dan Power (2006) menemukan bahwa terdapat reaksi pasar yang 3 positif (meskipun tidak signifikan) atas pengumuman penurunan dividen. Adapun terkait dengan penelitian di Indonesia, Wilopo (2001) melakukan pengujian dengan menggunakan data di Jakarta Stock Exchange dan menemukan hasil bahwa tidak terdapat reaksi pasar yang positif atas pengumuman peningkatan dividen kas. Masih adanya ketidak-konsistenan hasil penelitian terkait dengan pengujian reaksi pasar atas pengumuman perubahan dividen menjadi salah satu motivasi mendasar dalam penelitian ini untuk melakukan pengujian kembali terkait dengan reaksi pasar atas pengumuman perubahan dividen (namun dengan menggunakan data di Indonesia). Selain menguji kandungan informasi dari pengumuman perubahan dividen, dalam penelitian ini juga akan diuji efek transfer informasi intra-industri (intra-industry information transfer). Hal ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan Firth (1996) dan Laux dkk. (1998) yang menemukan bukti empiris bahwa pengumuman dividen tidak hanya mempengaruhi harga saham perusahaan yang mengumumkan dividen, tetapi juga harga saham perusahaan lain dalam industri yang sama yang tidak mengumumkan. Sebenarnya, salah satu penelitian pertama terkait fenomena transfer informasi intra-industri dilakukan oleh Firth (1976) dalam Firth (1996) yang menemukan bukti empiris bahwa pengumuman laba oleh perusahaan di Inggris tidak hanya mempengaruhi harga saham perusahaan yang mengumumkan (announcer atau reporter) tetapi juga mempengaruhi return perusahaan lainnya yang berada dalam satu industri dengan perusahaan reporter. 4 Menurut Schiper (1990), fenomena transfer informasi intra-industri dapat terjadi disebabkan karena perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama menghadapi keadaan yang relatif sama sehingga pengumuman suatu perusahaan memberikan informasi tentang keadaan ketidakpastian pada pesaingnya. Penjelasan lebih mendalam diberikan oleh Firth (1996) terkait dengan beberapa faktor yang mempengaruhi arah transfer informasi (positif atau negatif). Firth menyatakan bahwa prediksi internal (manajemen perusahaan) atas kemungkinan perubahan laba perusahaan di masa depan (yang kemudian memotivasi manajemen perusahaan untuk mengubah dividen), mungkin merupakan implikasi terkait persepsi atas pengaruh kondisi industri secara menyeluruh (industry-wide influences) atau implikasi terkait persepsi atas perubahan dalam struktur persaingan dalam industri maupun perubahan market share dalam suatu industri. Lebih lanjut, Firth menyatakan bahwa industry-wide influences diperkirakan akan mempengaruhi semua perusahaan dalam suatu industri dalam cara (arah) yang sama, sedangkan perubahan dalam struktur persaingan atau market share dalam suatu industri menunjukkan bahwa beberapa perusahaan akan mengalami keuntungan dan perusahaan lainnya akan mengalami kerugian. Firth mengungkapkan bahwa industry-wide influences akan menghasilkan transfer informasi yang positif atas laba perusahaan, sedangkan perubahan dalam struktur persaingan atau market share akan menghasilkan transfer informasi yang negatif atas pengumuman laba perusahaan. Laux dkk. (1998) juga menjelaskan bahwa arah transfer informasi atas pengumuman tertentu tergantung pada apakah informasi yang diungkapkan 5 tersebut memiliki efek contagion (contagion effect) atau efek kompetitif (competitive effect) pada perusahaan lainnya dalam satu industri. Secara lebih spesifik, Laux dkk. menjelaskan bahwa contagion effect merupakan hasil atas return perusahaan yang disebabkan oleh faktor umum seperti tingkat seberapa jauh perusahaan dalam suatu industri berbagi input, output, proses produksi, dan pasar tenaga kerja. Selain itu, Marsh dan Merton (1987) dalam Laux dkk. (1998) juga menyatakan bahwa contagion effect dapat terjadi jika perusahaan menggunakan praktek (kondisi) dalam industri sebagai target (pedoman) dalam menentukan kebijakan dividen. Sementara itu, Laux dkk. menyatakan bahwa dalam persaingan industri yang tidak sempurna (imperfectly competitive industry), contagion effect atas pengumuman tertentu dari suatu perusahaan dapat diimbangi dengan adanya pergeseran atau perubahan keseimbangan persaingan dalam suatu industri. Tingkat seberapa jauh competitive effect dapat menyeimbangkan contagion effect dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: kekuatan relatif pasar dari perusahaan dalam suatu industri, kemampuan pesaing untuk merespon secara efektif pengumuman suatu perusahaan, dan tingkat persaingan dalam suatu industri. Lebih lanjut, baik Firth (1996) maupun Laux dkk. (1998) menggunakan abnormal return dari perusahaan nonreporter untuk mengindikasikan adanya transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan dividen oleh perusahaan reporter. Fenomena transfer informasi intra-industri telah diuji pada beberapa penelitian lainnya dengan menggunakan informasi (event) yang berbeda-beda, seperti: informasi pengumuman laba (Han dan Wild, 1990; Graham dan King, 6 1996 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman kebangkrutan (Aharony dan Swary, 1983; Asness dan Smirlock, 1991 dalam Firth, 1996), ramalan manajemen terhadap laba (Baginski, 1987 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman likuidasi (Akhigbe dan Madura, 1996 dalam Yusnitasari, 2003), pengumuman penurunan bond rating (Jorion dan Zhang, 2010), pengumuman inisiasi dan penghapusan dividen (Kohers, 1999), pengumuman special dividend (Balachandran dkk., 2004), dan penawaran sekuritas perusahaan (Szewczyk, 1992). Pada umumnya penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar merespon pengumuman tersebut atau dengan kata lain pasar juga bereaksi pada saham perusahaan lain dalam industri yang sama tetapi tidak mengumumkan informasi tertentu (nonreporter). Penelitian di Indonesia juga telah banyak dilakukan terkait dengan fenomena transfer informasi intra-industri pada pengumuman-pengumuman informasi seperti: pengumuman stock split (Almilia dan Kristijadi, 2005), pengumuman laporan keuangan (laba) (Lako, 2004), pengumuman perubahan dividen (Yusnitasari, 2003; Hardjanto, 2004), dan pengumuman delisting (Gamayuni, 2001; Almilia, 2006). Pada umumnya penelitian di Indonesia juga menunjukkan adanya efek transfer informasi intra-industri. Terlepas dari banyaknya penelitian-penelitian terkait dengan fenomena transfer informasi intra-industri, sebagian besar penelitian masih mempertanyakan arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter. Isu penelitian ini sebelumnya telah diungkapkan oleh Laux dkk. (1998) yang menyatakan bahwa pertanyaan penelitian mengenai apakah reaksi harga saham perusahaan nonreporter terkait transfer informasi intra-industri disebabkan karena contagion 7 effect atau competitive effect, relatif terhadap perusahaan reporter masih belum menemukan kesimpulan yang jelas. Sebagai contoh, Lang dan Stulz (1992) menemukan bahwa pada sebagian besar industri, perusahaan-perusahaan menunjukkan reaksi harga saham yang negatif atas pengumuman kebangkrutan perusahaan pesaing dalam satu industri. Lang dan Stulz menginterpretasikan hasil penelitian ini sebagai efek dari kondisi umum pada suatu industri (industry-wide influence). Namun, dalam struktur industri oligopolistik, Lang dan Stulz menemukan bahwa perusahaan pesaing mengalami reaksi harga saham yang positif atas pengumuman kebangkrutan perusahaan lainnya dalam satu industri. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa competitive effect lebih mendominasi arah transfer informasi intra-industri. Selain permasalahan terkait dengan isu penelitian mengenai ketidakkonsistenan arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter, isu juga ditujukan pada beberapa permasalahan metode penelitian dan beragamnya hasil penelitian terkait topik transfer informasi intra-industri dalam pengumuman perubahan dividen di Indonesia. Beberapa hal tersebut mencakup: 1. Periode penelitian yang relatif pendek. Yusnitasari (2003) hanya menggunakan periode penelitian selama 3 tahun, yaitu 1994-1996. Sementara itu, Hardjanto (2004) menggunakan periode 1997-2001 dan Wilopo (2001) menggunakan periode 1993-1996. Penelitian yang dilakukan Firth (1996) menggunakan periode yang relatif lebih panjang, yaitu periode 1980-1991. 8 2. Model pengujian variabel-variabel penjelas seperti ukuran perusahaan reporter maupun ukuran perusahaan nonreporter, tingkat konsentrasi industri, status pembagian dividen perusahaan nonreporter sebelum pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter, dan beberapa variabel lainnya diuji sebagai variabel independen yang terpisah, seperti halnya variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter. Penelitian terdahulu seperti Firth (1996) menggunakan beberapa variabel tersebut sebagai variabel yang memoderasi pengaruh tingkat dividen surprise perusahaan reporter terhadap besarnya transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter. Secara spesifik, hasil penelitian Firth (1996) menunjukkan bahwa variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter berpengaruh positif (searah) terhadap besarnya abnormal return perusahaan nonreporter dan beberapa variabel moderasi seperti tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter (1 tahun sebelum pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter) dan variabel tingkat korelasi return saham perusahaan reporter dan nonreporter, secara berturut-turut, memperlemah dan memperkuat pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap besarnya abnormal return perusahaan nonreporter. Hasil penelitian Kohers (1999) terkait dengan pengumuman dividend omission dan dividend initiation, memperkuat dugaan bahwa variabel yang konsisten mempengaruhi besarnya transfer informasi (diproksi dengan tingkat cumulative abnormal return perusahaan nonreporter) adalah tingkat dividend surprise (diproksi dengan cumulative 9 abnormal return) perusahaan reporter. Lebih lanjut, Kohers (1999) menemukan bahwa variabel-variabel independen lainnya seperti ukuran perusahaan reporter, indeks herfindahl, dan lokasi (bursa) di mana saham perusahaan reporter diperdagangkan, cenderung memiliki pengaruh yang tidak konsisten (kemampuan menjelaskan yang berbeda) pada peristiwa dividend omission dan dividend initiation. Terkait dengan hal ini, penelitian ini hanya menggunakan variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter sebagai variabel independen dan menggunakan beberapa variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian Firth. 3. Masih beragamnya hasil penelitian yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya transfer informasi atas pengumuman perubahan dividen. Firth (1996) mengungkapkan bahwa besarnya efek transfer informasi berhubungan dengan besarnya dividend surprise perusahaan reporter dan interaksi antara besarnya dividend surprise perusahaan reporter dengan beberapa variabel seperti dividend historical background perusahaan nonreporter, korelasi return saham antara perusahaan reporter dan perusahaan nonreporter, ukuran perusahaan reporter, dan jumlah analis keuangan yang terlibat dalam memprediksi laba perusahaan nonreporter di masa depan. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter berpengaruh positif (searah) terhadap besarnya abnormal return perusahaan nonreporter, variabel moderasi tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter (1 tahun sebelum pengumuman perubahan dividen perusahaan 10 reporter) dan variabel tingkat korelasi return saham perusahaan reporter dan nonreporter, secara berturut-turut, memperlemah dan memperkuat pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap besarnya abnormal return perusahaan nonreporter. Sementara itu, Yusnitasari (2003) dalam penelitiannya menggunakan variabel independen perubahan dividen perusahaan reporter (diproksi dengan perubahan relatif dividend per share) dan variabel kontrol ukuran dari perusahaan nonreporter serta status pembagian dividen perusahaan nonreporter (pada periode yang sama dengan pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter) untuk menjelaskan besarnya efek transfer informasi intra-industri. Namun, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga variabel tersebut tidak bisa menjelaskan besarnya efek transfer informasi intra-industri. Hardjanto (2004) dalam penelitiannya menggunakan variabel tingkat dividen surprise, ukuran perusahaan, dan tingkat konsentrasi/kompetisi perusahaan reporter dalam industrinya. Hasil penelitian yang dilakukan Hardjanto (2004) menunjukkan bahwa variabel-variabel terkait karakteristik perusahaan reporter dapat menjelaskan abnormal return yang diterima perusahaan nonreporter terkait pengumuman perusahaan reporter. Adapun penelitian di Indonesia yang menggunakan model pengujian yang sama (replikasi) pada penelitian Firth (1996) adalah Wilopo (2001). Namun, Wilopo (2001) mengembangkan pengujian tersebut dalam konteks penggunaan 3 bursa efek yang berbeda, yaitu Kuala Lumpur Stock Exchange, Singapore Stock Exchange, dan Jakarta Stock Exchange. 11 Namun, berbeda dengan hasil penelitian Firth (1996), hasil penelitian Wilopo (2001) secara umum menunjukkan bahwa variabel independen, variabel moderasi, dan variabel kontrol dalam model pengujian Firth (1996) tidak dapat menjelaskan besar dan arah transfer informasi intraindustri pada perusahaan nonreporter, baik pada pengujian di Singapore Stock Exchange maupun Jakarta Stock Exchange. Hasil yang signifikan hanya ditemukan pada pengujian di Kuala Lumpur Stock Exchange. Berdasarkan beberapa keterbatasan (permasalahan) penelitian terdahulu yang telah diungkapkan sebelumnya, maka penelitian ini akan mereplikasi serta mengembangkan model penelitian Firth (1996) untuk menganalisis kembali efek transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan dividen dan beberapa faktor yang menjelaskan besar serta arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter. Secara spesifik, penelitian ini menggunakan variabel tingkat dividend surprise perusahaan reporter yang digunakan oleh Firth (1996) untuk menjelaskan besarnya tingkat transfer informasi intra-industri (yang diproksi dengan cumulative abnormal return) pada perusahaan nonreporter serta beberapa variabel yang mewakili karakteristik perusahaan reporter dan nonreporter sebagai variabel moderasi, seperti: tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter (satu tahun sebelum pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter), tingkat korelasi return antara saham perusahaan reporter dan saham perusahaan nonreporter, serta status pembagian dividen perusahaan nonreporter pada saat perusahaan reporter mengumumkan perubahan dividen. Adapun terkait dengan penggunaan variabel kontrol, dalam penelitian ini akan 12 digunakan variabel ukuran perusahaan reporter (sebagaimana yang digunakan dalam penelitian Firth, 1996) dan beberapa variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian Li dan Zhao (2008), yaitu variabel growth opportunity dan tingkat profitabilitas perusahaan. Terkait dengan pengujian arah transfer informasi, dalam penelitian ini akan digunakan model penelitian Laux dkk. (1998) dengan disertai beberapa penyesuaian (terkait dengan pembentukan subkelompok pada sampel perusahaan nonreporter dan pengujian signifikansi atas reaksi pada saham perusahaan nonreporter). 1.2. Rumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah terkait dengan pengujian keberadaan fenomena transfer informasi intra-industri yang terjadi atas pengumuman perubahan dividen yang dilakukan oleh perusahaan reporter. Lebih lanjut, penelitian ini menggunakan beberapa variabel (independen, moderasi, dan kontrol) untuk menjelaskan besar (tingkat) dan arah transfer informasi intraindustri pada perusahaan nonreporter. Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa pertanyaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat reaksi pasar pada saham perusahaan reporter atas pengumuman perubahan dividen? 2. Apakah terdapat reaksi pasar pada saham perusahaan nonreporter atas pengumuman perubahan dividen yang diungkapkan perusahaan reporter? 13 3. Apakah tingkat dividend surprise perusahaan reporter berpengaruh terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter? 4. Apakah tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter, tingkat korelasi return antara saham perusahaan reporter dan saham perusahaan nonreporter, dan status pengumuman dividen perusahaan nonreporter memoderasi besarnya pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter? 5. Apakah tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) berpengaruh terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman peningkatan dividen kas? 6. Apakah tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) berpengaruh terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman penurunan dividen kas? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang akan dianalisis, maka tujuan dalam penelitian ini mencakup: 1. Menguji secara empiris reaksi pasar terhadap saham perusahaan reporter atas pengumuman perubahan dividen 14 2. Menguji secara empiris reaksi pasar terhadap saham perusahaan nonreporter atas pengumuman perubahan dividen yang diungkapkan perusahaan reporter. 3. Menguji secara empiris pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter. 4. Menguji secara empiris efek moderasi variabel tingkat perubahan dividen perusahaan nonreporter, tingkat korelasi return antara saham perusahaan reporter dan saham perusahaan nonreporter, serta status pengumuman dividen perusahaan nonreporter pada pengaruh tingkat dividend surprise perusahaan reporter terhadap tingkat abnormal return perusahaan nonreporter. 5. Menguji secara empiris pengaruh tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman peningkatan dividen kas. 6. Menguji secara empiris pengaruh tingkat kekuatan pasar dan tingkat peluang bertumbuh perusahaan nonreporter (relatif terhadap perusahaan reporter) terhadap arah transfer informasi intra-industri pada kasus pengumuman penurunan dividen kas 15 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak dalam bentuk kontribusi empiris dan kontribusi praktis sebagai berikut: 1. Kontribusi Empiris Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dan memberikan konfirmasi pada penelitian sebelumnya terkait pengujian kandungan informasi dan pengujian efek transfer informasi intra-industri atas pengumuman perubahan dividen kas perusahaan reporter serta faktor-faktor (variabel-variabel) yang mempengaruhinya (terkait dengan besar dan arah transfer informasi intra-industri pada perusahaan nonreporter). Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai perilaku transaksi investor pada saham perusahaan reporter maupun nonreporter terkait pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter dan memberikan tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang tertarik untuk meneliti topik yang sama. 2. Kontribusi Praktis Bagi emiten, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengumumkan perubahan dividen dengan memperkirakan reaksi investor dan juga sebaliknya mempertimbangkan reaksi investor atas pengumuman perubahan dividen lebih awal yang dilakukan perusahaan lain dalam subsektor industri yang sama. Sementara itu, bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan 16 investasi (jual, beli, atau menahan) atas saham perusahaan reporter maupun nonreporter terkait pengumuman perubahan dividen perusahaan reporter. 17