pengaruh senam lansia terhadap tekanan darah lansia di panti

advertisement
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri
Srinalesti Mahanani, Erlin Kurnia
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH
LANSIA DI PANTI WREDHA SANTO YOSEPH KEDIRI
ELDERLY GYMNASTICS INFLUENCE ON ELDERLY BLOOD PRESSURE
IN PANTI WREDHA SANTO YOSEPH KEDIRI
Srinalesti Mahanani, Erlin Kurnia
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend. Panjaitan no. 3B Kediri (0354) 683470
([email protected])
ABSTRAK
Senam lansia bermanfaat untuk memperbaiki kelenturan dan kekuatan otot dan
juga bermanfaat untuk menjaga kestabilan sirkulasi darah. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis efektifitas senam lansia terhadap kestabilan tekanan darah pada
lansia. Desain penelitian ini adalah one – group pra test post test design. Populasinya
adalah semua lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri. Besar sampel adalah 21
responden dan diambil secara Total Sampling. Variabel independennya adalah senam
lansia dan variabel dependennya adalah kestabilan tekanan darah. Pengumpulan data
dengan observasi menggunakan Spygmomanometer, selanjutny data dianalisis
menggunakan uji Wilcoxon Macth Pair Test dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil
penelitian menunjukkan lebih dari 50% responden tidak melakukan semua gerakan
senam lansia baik gerakan permulaan, inti maupuan pendinginan yaitu sebanyak 13
responden (62%) dan sebagian besar responden dengan tekanan darah normal yaitu
sebanyak 15 responden (71%). Senam dilakukan setiap hari 1 kali sehari. Hasil uji
statistik Wilcoxon Macth Pair Test didapatkan p = 0,000 dimana p < α maka Ho ditolak
dan Ha diterima jadi senam lansia efektif terhadap kestabilan tekanan darah pada lansia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam lansia efektif terhadap kestabilan tekanan
darah pada lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.
Kata Kunci: Senam Lansia, Tekanan Darah, Lansia
ABSTRACT
Gymnastics helpful elderly to improve flexibility and muscle strength and also
beneficial to maintain stable blood circulation. The objective is to analyze the
effectiveness of elderly gymnastics towards the stability of blood pressure to the elderly.
This study was one - group pre-posttest design. The population is all the elderly in Panti
Wredha Santo Yoseph Kediri. The samples were 21 respondents and taken in total
sampling. Independent variable was elderly gymnastics and the dependent variable was
the stability of blood pressure. The collection of data through observation using
Spygmomanometer, and then were analyzed using the Wilcoxon test Macth Pair Test with
significance level α ≤ 0.05. The results showed more than 50% of respondents did not do
all the good elderly gymnastic movements warming up movement, main movement nor
82
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016
cooling down movement as many as 13 respondents (62%) and the majority of
respondents with normal blood pressure was as many as 15 respondents (71%).
Gymnastics was done every day, once a day. Wilcoxon statistical test results obtained
Macth Pair Test where in p = 0.000 then p < α Ho was rejected and Ha accepted so
effective against the elderly gymnastics of blood pressure to the elderly. The conclusion
of this study was effective against the elderly gymnastics of blood pressure to the elderly
in Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.
Keywords: Elderly Gymnastics, Blood Pressure, Elderly
Pendahuluan
Lansia adalah periode dimana
organisme telah mencapai kematangan
dalam ukuran, fungsi dan telah
menunjukkan
kemunduran
sejalan
dengan waktu. (Nugroho, 2000; 1).
Pertambahan usia seringkali disertai
terjadinya penurunan fungsi organ tubuh
dan berbagai perubahan fisik tampak
dalam wujud pengerutan kulit, kerapuhan
tulang, gangguan atau masalah pada
penglihatan atau pendengaran, penurunan
indra perasa, penurunan sistem kekebalan
dan penurunan kekuatan otot (Linawati,
2007) dengan adanya perubahan tubuh
yang terjadi pada lansia sehingga lansia
perlu melakukan senam lansia untuk
menjaga kebugaran tubuh. Senam lansia
di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri
dilakukan setiap hari setelah makan pagi
yaitu pukul 07.15 WIB. Banyak lansia
yang masih enggan melaksanakan senam
dengan alasan sudah tua, mudah capek
dan keterbatasan fisik (Nurkusuma,
2007). Senam lansia bermanfaat untuk
memperbaiki kelenturan dan kekuatan
otot dan juga bermanfaat untuk menjaga
kestabilan sirkulasi darah (Oswari, 1999).
Oleh karena itu sebaiknya lansia
melakukan senam secara efektif agar
tekanan darahnya menjadi stabil.
Kenaikan
populasi
penduduk
lansia di Indonesia antara tahun 1990 dan
2010 akan mencapai 41,4 % dari 32 juta
orang pada tahun 2000 (Depkes, 2006).
Pada tahun 1990 sebanyak 9,9 juta jiwa.
Kantor menteri kependudukan atau
BKKBN menyatakan bahwa pada tahun
1995 beberapa propinsi di Indonesia
83
proporsi lansianya jauh berada di atas
patokan penduduk berstruktur tua yakni
7% antara lain Daerah Istimewa
Yogyakarta (12,5%), Jawa Timur
(9,46%), bali (8,93%), Jawa Tengah
(8,8%) dan Sumatera Barat (7,98%).
Data statistik menunjukkan bahwa
penduduk lanjut usia pada tahun 2020
akan meningkat sekitar 30-40 juta orang.
Bersamaan dengan peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia hampir mencapai
50% dari mereka yang mengalami
kesepian. Bahkan antara tahun 2005 2010 populasi lansia diprediksikan akan
sama dengan balita, yakni kira-kira 19
juta jiwa atau 8,5 % dari jumlah
penduduk Indonesia (Nurkusuma, 1999).
Pada tahun 2002, jumlah lansia di
Indonesia berjumlah 16 juta dan
diproyeksikan akan bertambah menjadi
25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar
11,37 % penduduk dan ini merupakan
peringkat ke-4 dunia, di bawah Cina,
India dan Amerika Serikat, sedangkan
umur harapan hidup orang Indonesia
rata-rata adalah 59,7 % dan menempati
urutan ke-103 dunia. (PPNI, 2006).
Demikian juga dengan lansia pada tahun
2016 di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri yang jumlahnya sebanyak 21
lansia. Senam lansia di Panti Wredha
Santo Yoseph Kediri dilaksanakan setiap
hari dengan durasi 15-20 menit.
Senam lansia berfungsi untuk
meningkatkan kesehatan dan kesegaran
jasmani menjadi lebih baik serta dapat
meningkatkan
ketahanan
jantung,
kekuatan dan kelenturan otot (Kantor
Menpora, 1999). Apabila lansia malas
untuk melakukan senam maka lansia
akan
mudah
mengalami
cidera,
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Wredha SantoJurnal
YosephSTIKES
Kediri
Vol. Mahanani,
9, No.2, Desember
2016
Srinalesti
Erlin Kurnia
meningkatkan kadar lemak dalam tubuh,
sehingga terjadi obesitas, mengurangi
kekuatan otot jantung, memperlancar
resiko serangan jantung, meningkatkan
tekanan darah, menghambat sirkulasi
darah dalam tubuh (Dep. Kes. RI, 1999).
Dampak bila lansia tidak melakukan
aktivitas fisik salah satunya dengan
senam lansia maka dapat menyebabkan
lansia mengalami penyakit saraf jantung,
pompa jantung lemah dan pembengkakan
jantung serta menghambat kelancaran
peredaran darah dari jantung ke seluruh
tubuh dan sebaliknya sehingga dapat
menganggu kestabilan tekanan darah
pada lansia (Rebecca, 2009). Oleh karena
itu diharapkan lansia menjalankan senam
lansia secara rutin untuk menjaga
kestabilan tekanan darah agar tetap
normal.
Latihan fisik yang dianjurkan pada
lansia yakni senam lansia. Senam dapat
meningkatkan kondisi ketahanan jantung,
kekuatan otot dan kelemahan otot.
(Depkes RI, 1999). Apabila senam lansia
dilaksanakan secara rutin dapat berguna
untuk menjaga kestabilan tekanan darah,
karena dengan lansia melakukan senam
lansia dapat melancarkan peredaran
darah (Rebecca, 2009). Senam lansia
dengan intensitas yang ringan dapat
memperbaiki
keseimbangan
dan
menurunkan tekanan darah, memperbaiki
gerak dan keseimbangan serta mencegah
dari penyakit degeneratif (hipertensi,
diabetes mellitus, dan kanker) (Depkes
RI, 1999). Berdasarkan fenomena diatas,
maka peneliti tertarik untuk meneliti
efektivitas senam lansia terhadap
kestabilan tekanan darah pada lansia di
Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas senam lansia
terhadap kestabilan tekanan darah pada
lansia.
Metodologi Penelitian
Desain penelitian yang di gunakan
adalah one – group pra test post test
design. Penelitian dilakukan di Di Panti
Wredha Santo Yoseph Kota Kediri pada
tanggal 1 – 13 Juni 2016. Populasi pada
penelitian ini adalah semua lansia di
Panti Wredha Santo Yoseph Kediri yang
memenuhi kriteria inklusi. Tehnik
sampling yang digunakan adalah total
sampling dengan besar sampel sejumlah
21 lansia. Variable independen penelitian
ini adalah senam lansia sedangkan
variable dependen adalah kestabilan
tekanan darah. Tehnik pengumpulan data
menggunakan observasi untuk senam
lansia dan lembar observasi untuk
pengukuran tekanan darah, setelah data
terkumpul data dianalisis dengan
menggunakan uji Wilcoxon Match Pairs
Test.
Hasil Penelitian
Tabel 1.
Tabel Distribusi Frekuensi Senam Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri pada Tanggal 1 Juni 2016 - 13 Juni 2016 (n=21)
Senam Lansia
Melakukan semua gerakan senam lansia
Tidak melakukan semua gerakan senam lansia
Jumlah
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa bahwa lebih dari 50% responden
tidak melakukan semua gerakan senam
Frekuensi
8
13
21
%
38
62
100
lansia baik secara permulaan, inti,
pendinginan
yaitu
sebanyak
13
responden (62%).
84
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016
Tabel 2. Tabel Distribusi Kestabilan Tekanan Darah pada Lansia di Panti Wredha Santo
Yoseph Kediri pada Tanggal 1 Juni 2016 - 13 Juni 2016 (n=21)
Kestabilan Tekanan Darah
Rendah
Normal
Tinggi
Jumlah
Frekuensi
0
21
0
21
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
bahwa mayoritas responden dengan
Tabel 3.
tekanan darah normal yaitu sebanyak 21
responden (100%).
Tabel Distribusi Tekanan Darah pada Lansia Sebelum Senam Lansia di Panti
Wredha Santo Yoseph Kediri pada Tanggal 1 Juni 2016 - 13 Juni 2016 (n=21)
Tekanan Darah
Rendah
Normal
Tinggi
Jumlah
Frekuensi
0
20
1
21
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
bahwa mayoritas responden dengan
Tabel 4.
Prosentase
0
95
5
100
tekanan darah normal yaitu sebanyak 20
responden (95%)
Tabulasi Silang Efektivitas Senam Lansia terhadap Kestabilan Tekanan Darah
pada Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri tanggal 1 Juni 2009 - 13
Juni 2009 (n=21).
Senam lansia
Kestabilan Tekanan Darah
Rendah
Normal
Tinggi
n
%
n
%
n
%
0
0
8
38
0
0
Melakukan
semua
gerakan senam lansia
Tidak melakukan semua
0
0
gerakan senam lansia
Jumlah
0
0
Uji Wilcoxon Match Pairs Test p = 0,000
Dari hasil tabulasi silang, tersebut
menunjukkan bahwa lebih dari 50%
responden
tidak melakukan semua
gerakan senam lansia baik secara
permulaan, inti, pendinginan yaitu
sebanyak 13 responden (62%). sebagian
besar responden dengan tekanan darah
normal yaitu sebanyak 21 responden
(100%). Berdasarkan hasil uji statistik
Wilcoxon Match Pairs Test dengan
tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan p
= 0,000 dimana p < α maka Ho ditolak
dan Ha diterima, jadi senam lansia efektif
terhadap kestabilan tekanan darah pada
lansia di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri.
85
Prosentase
0
100
0
100
Total
n
8
%
38
13
62
0
0
13
62
21
100
0
0
21
100
Pembahasan
Senam Lansia di Panti Wredha Santo
Yoseph Kediri
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 1 – 13 Juni 2016 terhadap
21 responden didapatkan responden yang
melakukan semua gerakan baik secara
permulaan, inti, pendinginan sebanyak 8
responden (38%) dan responden yang
tidak melakukan semua gerakan baik
secara permulaan, inti, pendinginan
sebanyak 13 responden (62%). Jadi lebih
dari 50% responden tidak melakukan
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri
Srinalesti Mahanani, Erlin Kurnia
semua gerakan baik secara permulaan,
inti, pendinginan.
Senam lansia adalah gerakan
badan tertentu yang dilakukan oleh lansia
untuk memperbaiki keleturan dan
kekuatan otot (Soeharto, 1998). Tujuan
senam lansia adalah meningkatkan
kesehatan dan kesegaran jasmani menjadi
lebih baik serta dapat meningkatkan
ketahanan jantung, kekuatan dan
kelenturan otot. (Depkes RI, 1999).
Latihan yang dilakukan dalam senam
terdiri dari 3 segmen menurut Dep Kes
RI (1999) antara lain: pemanasan
(warming up), latihan inti dan
pendinginan (cooling down). Pemanasan
merupakan tahap untuk mempersiapkan
tubuh
untuk
melakukan
latihan
selanjutnya yang melibatkan banyak otot
dan sendi yang dilakukan secara lambat
dan hati-hati. Pemanasan dilakukan
bersama dengan peregangan (streeching)
lamanya kira-kira 8 - 10 menit. Pada 5
menit terakhir pemanasan dilakukan
lebih cepat. Tujuan dilakukan pemanasan
adalah
mengurangi
cedera
dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat
turut serta dalam proses metabolisme.
Latihan inti merupakan tahap melakukan
gerakan dalam frekuensi, intensitas, dan
lama latihan disesuaikan dengan prinsip
latihan yang dilakukan selama 20 menit.
Pendinginan (cooling down) adalah
latihan pendinginan yang merupakan
tahap untuk menurunkan integritas kerja
fisik melalui gerakan-gerakan ringan.
Pendinginan dilakukan secara aktif
artinya setelah latihan inti perlu
dilakukan gerakan umum yang ringan
sampai suhu tubuh kembali netral yang
ditandai pulihnya denyut nadi dan
terhentinya
keringat.
pendinginan
dilakukan sama seperti pemanasan yaitu
selama 8 - 10 menit.
Hasil penelitian didapatkan lebih
dari 50% responden tidak melakukan
semua gerakan baik secara permulaan,
inti, pendinginan. Hal ini disebabkan
karena responden merasa bahwa kondisi
fisiknya sudah tua jadi lansia merasa
bahwa dengan hanya mengikuti beberapa
gerakan saja sudah memberikan manfaat
yang positif bagi kesehatan tubuhnya.
Lansia yang melakukan senam mulai dari
permulaan, inti dan pendinginan dengan
cara lansia mengikuti gerakan yang
dicontohkan oleh peneliti, akan tetapi
terdapat beberapa lansia yang tidak
mengikuti gerakan secara keseluruhan
yaitu lansia hanya mengikuti sebagian
dari permulaan kemudian istirahat,
mengikuti lagi gerakan inti kemudian
istirahat
kembali
dan
mengikuti
pendinginan.
Kestabilan Tekanan Darah pada
Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada 1 Juni 2009 - 13 Juni
2009 terhadap 21 responden didapatkan
tidak ada responden dengan tekanan
darah rendah (hipotensi) sistolik < 110,
diastolik <70 yaitu 0 responden (0%),
responden dengan tekanan darah normal
(normotensi) sistolik 110-175, diastolik
70-100 sebanyak 21 responden (100%)
dan responden dengan tekanan darah
tinggi (hipertensi) sistolik> 180, diastolik
>110 sebanyak 0 responden (0%). Jadi
mayoritas responden dengan tekanan
darah normal (normotensi) sistolik 110175, diastolik 70-100.
Tekanan darah adalah kekuatan
darah mengalir di dinding pembuluh
darah yang keluar dari jantung
(pembuluh arteri) dan yang kembali ke
jantung (Vitahealth, 2004; 13). Sirkulasi
adalah peredaran. Sirkulasi adalah adalah
kunci sukses bagi kelangsungan proses di
dalam tubuh. Tiap hari sekitar sembilan
ribu liter darah kaya oksigen dialirkan ke
seluruh tubuh melalui pembuluh darah
dengan jantung sebagai motor penggerak.
Oleh karena itu penting bagi setiap orang
untuk menjaga kelancaran sirkulasi darah
agar jantung tetap sehat dan bekerja
optimal salah satunya dengan melakukan
senam (Linda, 2008). Menurut Irawan
(2008), cara menjaga kestabilan sirkulasi
dengan cara: berolah raga rutin,
menghindari rokok, pola hidup dan
makan sehat, kelola stres, hindari
86
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016
kegemukan, konsumsi suplemen pelancar
sirkulasi darah. Menurut Linda (2009),
jika tekanan terlalu tinggi, bisa merobek
pembuluh darah dan menyebabkan
perdarahan di dalam otak (stroke
hemoragik) atau komplikasi lainnya dan
jika tekanan terlalu rendah, darah tidak
dapat memberikan oksigen dan zat
makanan yang cukup untuk sel dan tidak
dapat membuang limbah yang dihasilkan
sebagaimana mestinya.
Hasil
penelitian
didapatkan
mayoritas responden dengan tekanan
darah normal (normotensi) sistolik 110175, diastolik 70-100. Hal ini disebabkan
lansia yang tinggal di Panti Wredha
Santo Yoseph Kediri menerapkan pola
hidup dan makan yang sehat dengan cara
mengurangi konsumsi makanan berlemak
dan goreng-gorengan, karena merasa
mengetahui bahwa jenis makanan seperti
ini membuat tubuh menimbun kolesterol
dan
memicu
pengerasan
dinding
pembuluh darah. Pada penelitian terdapat
0 responden yang memiliki tekanan darah
tinggi yang diukur, setelah melakukan
senam lansia, hal ini disebabkan karena
lansia berolah raga secara rutin akibatnya
peredaran darah lancar mencegah seranga
jantung ataupun fungsi organ lainnya.
Efektivitas Senam Lansia terhadap
Kestabilan Tekanan Darah pada
Lansia
Berdasarkan hasil uji statistik
Wilcoxon Match Pairs Test dengan
tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 didapatkan p
= 0,000 dimana p < α maka Ho ditolak
dan Ha diterima, jadi senam lansia efektif
terhadap kestabilan tekanan darah pada
lansia di Panti Wredha Santo Yoseph
Kediri.
Aktifitas fisik senam pada usia
lanjut yang dilakukan secara rutin akan
mengurangi resiko penumpukan lemak
pada dinding pembuluh darah yang
akhirnya akan menjaga elastisitas
pembuluh
darah.
Cepat tidaknya
penurunan massa otot sangat tergantung
87
pada aktivitas yang dilakukan orang
sehari-hari. Olah raga selain menjaga
massa otot juga mencegah timbulnya
berbagai macam penyakit seperti tekanan
darah tinggi, stroke, jantung koroner,
obesitas, osteoporosis dan kolesterol
tinggi. Dalam melakukan olah raga ada
tiga hal yang perlu diperhatikan yakni
intensitas, durasi dan frekuensi. Intensitas
olah raga adalah keras atau ringannya
sebuah olah raga tersebut, kemudian
durasi dalam melakukan olah raga
mencapai 15-20 menit sedangkan
frekuensinya
tiga
kali
seminggu
(Taroreh, 2008).
Hasil penelitian didapatkan senam
lansia efektif dalam kestabilan tekanan
darah pada lansia. Hal ini disebabkan
senam lansia di Panti Wredha Santo
Yoseh Kediri rutin dilaksanakan setiap
hari pada jam 7.15 am – 7.45 am dan
pengelola panti juga aktif memberi
semangat dan dorongan agar lansia terus
mengikuti senam lansia tanpa alasan
apapun. Jadi lansia wajib untuk
mengikuti senam lansia yang diadakan
oleh Panti Wredha Santo Yoseph Kediri,
karena pengelola panti sudah menyadari
bahwa bila lansia yang melakukan senam
lansia secara rutin dapat meningkatkan
kesehatan dan kesegaran jasmani serta
dapat meningkatkan ketahanan jantung,
kekuatan otot, menjaga kestabilan
tekanan darah dan kelenturan otot. Jadi
dengan senam lansia yang rutin
dilakukan maka kestabilan tekanan darah
pada lansia dapat tercapai.
Responden dalam penelitian ini
adalah lansia di Panti Wredha Santo
Yoseph Kediri yang memenuhi kriteria
inklusi. Menurut proposal rencana
responden yang diteliti adalah 27
responden. Dari rencana dan pelaksanaan
jumlah responden tidak dapat sesuai
karena terdapat 6 responden yang tidak
memenuhi kriteria inklusi, sehingga
jumlah responden berkurang menjadi 21
responden. Selain itu tidak ada responden
yang memiliki tekanan darah rendah atau
tinggi, mayoritas responden memiliki
tekanan darah normal baik bagi lansia
yang melakukan semua gerakan senam
lansia maupun lansia yang tidak
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia di Panti Wredha Santo Yoseph Kediri
Srinalesti Mahanani, Erlin Kurnia
melakukan semua gerakan senam lansia.
Meskipun terdapat lansia yang tidak
melakukan semua gerakan senam lansia,
akan tetapi lansia wajib mengikuti senam
lansia, meskipun dalam pelaksanaannya,
lansia sering istirahat saat senam
dilaksanakan, sehingga hal ini dapat
mempengaruhib tekanan darah lansia.
Selain itu, pola makan yang diterapkan di
Panti Wredha Santo Yoseph Kediri
menjadi perhatian utama bagi pengelola
panti, khususnya dalam penerapan menu
diit rendah garam yang menjadi prioritas
utama dalam menyiapkan menu untuk
lansia.
Simpulan
Senam lansia yang dilakukan pada
21 lansia terbukti sangat efektif terhadap
kestabilan tekanan darah pada lansia di
Panti Wredha Santo Yoseph Kediri.
Saran
Penelitian ini dapat mendorong
lansia untuk melakukan senam secara
rutin dengan intensitas ringan dalam
tahapan sederhana untuk menjaga
kestabilan tekanan dari. Bagi para suster
di Panti Wredha selalau memberikan
motivasi pada lansia untuk dapat
melakukan senam dengan gerakan
sederhana untuk menjaga kestabilan
tekanan darah pada lansia.
Daftar Pustaka
Depkes
RI.
(2006).
Pembinaan
Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan.
Evelyn C. Pearce. (2006). Anatomi dan
Fisiologi
untuk
Paramedis.
Jakarta: Gramedia.
Irawan. (2008). Sirkulasi Darah Lancar
Kerja
Jantung
Optimal.
http://www.hanyawanita.com/_hea
lth/article.php_id=2775. Diakses
Tanggal 23 April 2016 Jam 4 pm.
Efektifitas. http://www.posted on Maret
2016/indek.kesehatan.html.
Diakses Tanggal 14 April 2016
Jam 8 am.
Lianawati, Ester. (2007). Menikmati
Senja
yang
Indah.
http://esterlianawati.wordpress.co
m/2007/11/23/menikmati-senjayang-indah/. Diakses Tanggal 2
Mei 2016 Jam 4 pm.
Linda. (2008). Kelancaran Sirkulasi
Darah
Wajib
Dijaga.
http://www.sumeks
co.id.index2.php?option=com_con
tent&do_pdf=1&id=1894. Diakses
Tanggal 24 April 2016 Jam 8 pm.
Niezis. (2008). Penkes Diwarnmai Gardu
Kab.hst.http://74.125.132/search?q
=cche:29Y=5FQNL8J:Niezis.10.bl
ogspot.com/pengertian-senamlansia.html. Diakses Tanggal 18
Maret 2016 Jam 11 am.
Notoatmidjo,
Soekidjo.
(2002).
Pengantar Pendidikan Kesehatan
dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan
Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Nurkusuma. (2007). Posyandu Lanjut
usia di Puskesmas Pare Kabupaten
Temanggung.
http://www.nurkusuma.or.id/detail.
php?id=299. Diakses Tanggal 15
April 2016 Jam 9 am.
Nursalam dan Pariani, Siti. (2001).
Pendekatan Praktek Metodologi
Research Keperawatan. Jakarta :
Sagung Seto.
Nursalam. (2001). Metodologi Riset
Keperawatan. Jakarta : Sagung
Seto.
Nursalam.
(2003).
Konsep
dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Pearce. Evelyn C. (2006). Anatomi dan
Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta
: Gramedia.
PPNI. (2006). Artikel : Keperawatan
Gerontik.
www:http://innappni.or.id/html.
88
Jurnal STIKES
Vol. 9, No.2, Desember 2016
Rebecca. (2009). Senam Kesehatan
Orang
Tua.
http://konsultasitotokdarah.blogspo
t.com/2009.03.01.archive.html.
Diakses Tanggal 24 April 2016
Jam 9 am.
Setiabudhi dan Winoto (1999). Panduan
Gerontologi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Setiati, Siti, dkk. (2000). Pedoman
Pengolalaan Kesehatan Pasien
Geriatric Untuk Dokter dan
Perawat. Jakarta : EGC.
Siagian, Sondang P. (2001). Obesitas
Remaja.http://www.situs.kesresro.i
nfo. Diakses Tanggal 29 Maret
2016. Jam 8 am
Taroreh, Osvald. (2008). Jangan Malas
Berolahraga.http:www.tamanhara
pan.org/artikel/jangan-malasberolahraga. Diakses Tanggal 4
April 2016 Jam 10 am.
89
Download