i ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20
TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER
DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Heni Susilowati
NIM. B13 019
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20
TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER
DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN
Diajukan Oleh :
Heni Susilowati
NIM. B13 019
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal
Juni 2016
Pembimbing
Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH
NIK 201188092
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W UMUR 20
TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER
DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN
Diajukan Oleh :
Heni Susilowati
NIM. B13 019
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal
Penguji I
Juni 2016
Penguji II
Eni Rumiyati, SST
Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH
NIK 200682019NIK 201188092
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui
Ka.Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M.Keb
NIK. 201188093
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. W
umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH selaku Pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiahini.
4. Ibu Tri Resiti Amd. Keb yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Nn. W beserta keluarga yang bersedia menjadi subjek studi kasus dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
iv
6. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua teman-teman angkatan 2013 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Penulis
v
Juni 2016
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Heni Susilowati
B13019
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA Nn. W
UMUR 20 TAHUN DENGAN DISMENORE SEKUNDER
DI BPM TRI RESITI JUWIRING KLATEN
xi + 65 halaman + 12 lampiran
INTISARI
Latar Belakang : Gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu
Dismenorea sebesar (89,5%), diikuti ketidakteraturan menstruasi (31,2%), serta
perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitianpenelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%,
dengan prevalensi tertinggi pada remaja (Pradyptasari, 2013). Angka kejadian
dismenore primer di Indonesia sekitar 54,98 % dan dismenore sekunder sebesar
45,11%. Menurut data yang penulis peroleh dari di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten dari bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 95 pasien yang
mengalami gangguan reproduksi. Pasien dengan gangguan menstruasi antara lain
dismenore primer sebanyak 45 orang (47,4%), dismenore sekunder sebanyak 15
orang (15,8%), menometroragia sebanyak 13 orang (13,7%), keputihan 12 orang
(12,6%) dan pasien dengan amenore 10 orang (10,5%)
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur
20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah menurut Varney.
Metode Penelitian :Jenis laporan ini adalah deskriptif observasinal dengan
pendekatan studi kasus. Tempat pengambilan kasus ini dilaksanakan di BPM Tri
Resiti Juwiring Klaten.Subjek studi kasus ini adalah Nn. W umur 20 tahun dengan
dismenore sekunder. Pengambilan kasus ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 Juni 2016.Instrumen menggunakan format asuhan kebidanan gangguan reproduksi
menurut Varney dan data perkembangan SOAP.Data primer meliputi pemeriksaan
fisik, wawancara, observasi dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan
studi kepustakaan
Hasil Studi Kasus :Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan nyeri, Keadan
umum : baik, kesadaran : composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi
24x/menit, nadi 80 x/menit dan suhu 36,40 C
Kesimpulan : setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada
Nn. W umur 20 tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring
Klatenselama 7hari tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, dismenore sekunder
Kepustakaan : 22 literatur (tahun 2007 – 2014)
vi
MOTTO
1.
Sesunguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan
(QS.AL-insyiroh :6)
2.
Jangan berkhayal menyentuh langit bila memegang lidi pun tak mampu
(penulis)
3.
Apa yang telah berlalu,sudah berlalu apa yang telah pergi tidak akan kembali
.oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu karena sesungguhnya
ia telah pergi dan tidak akan kembali (kahlil Giban )
4.
Beri satu kunci untuk mengenal hidup ,jadikan setiap langkah kita sebagai
ibadah insyaallah akan tau tujuan hidup yang sesungguhnya (penulis)
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1.
Allah
SWT,yang
selalu
melimpahkan
rahmad
dan
hidayahNya sehingga Karya Tulis ilmiah ini bisa
terselesaikan .
2.
Ayah dan bunda tercinta terimakasih atas doa dan restunya
dan cinta kasihnya selama ini yang selalu menyayangi dan
mengorbankan tetes keringatnya hanya untuk bagaimana
membuat anak anaknya bahagia .
3.
Ibu Yunia Renny Andhikatias, SST., MPH selaku Dosen
pembimbing KTI , ibu Siti Nurjanah SST,M.Keb selaku
pembimbing Akademik terimakasih atas bimbinganya.
4.
Sahabatku “The ganks ningrat Elsa,Rais, Endah‘’ yang
selalu
memberikan
semangat
dan
motivasi
untuk
maju,bangkit,dan kuat menghadapi semuanya.
5.
Teman teman kelas 3A yang tidak bisa di sebutkan satu
persatu, terimakasih sudah membantu dalam proses
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
6.
Mas Nanang Bagus Riyanto yang selalu memberiku
semangat , kekuatan dan kesabaran untukku .
7.
Almamaterku
vii
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama
: Heni Susilowati
Tempat / Tanggal Lahir
: Wonogiri, 26 Maret 1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
:Jagalan RT02 RW 5 Kec. Jebres Kota Surakarta
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 2 Mijen Surakarta
Lulus tahun 2007
2. SMP Negeri 14Surakarta
Lulus tahun 2010
3. SMA Sunan Bonang Tangerang Banten
Lulus tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan STIKesKusuma Husada SurakartaAngkatan 2013
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 4
D. Manfaat Studis Kasus .................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................. 8
1. Kesehatan Reproduksi ........................................................... 8
2. Menstruasi ............................................................................. 14
3. Dismenore Sekunder .............................................................. 19
B. Teori Manajemen Kebidanan ....................................................... 22
C. Landasan Hukum ........................................................................ 39
ix
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 40
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 40
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................... 40
D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 40
E. Instrumen Studis Kasus ............................................................... 41
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 41
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ............................................................................. 42
B. Pembahasan ................................................................................. 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 62
B. Saran............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Penelitian
Lampiran 2.
Surat Ijin Pengambilan Data
Lampiran 3.
Surat Balasan dari Lahan pengambilan Data Awal
Lampiran 4.
Surat Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5.
Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 6.
Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 7.
Lembar persetujuan Responden
Lampiran 8.
Format Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi
Lampiran 9.
SAP dan Leaflet Dismenore
Lampiran 10. SAP dan Leaflet Gizi Seimbang
Lampiran 11. Dokumentasi
Lampiran 12. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak tahun 2000 pemerintah Indonesia telah mengangkat Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) menjadi program nasional. Program KRR
merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan
reproduksi yang baik. Pemahamanan remaja tentang kesehatan reproduksi
menjadi bekal remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun
tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang
kesehatan reproduksi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
Remaja adalah mereka baik laki-laki maupun perempuan yang berusia
antara 10 – 21 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja sangat
cepat baik fisik maupun psikologis, perkembangan yang sangat cepat ini
berlangsung pada usia 11 – 16 tahun pada laki-laki dan pada usia 10 – 15
tahun pada perempuan. Anak perempuan lebih cepat dewasa dibandingkan
laki-laki (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Salah satu ciri masa pubertas adalah mulai terjadinya menstruasi pada
perempuan dan pada laki-laki mulai mampu menghasilkan sperma. Beberapa
jenis hormon terutama hormon estrogen dan progesteron mulai aktif sehingga
pada diri anak perempuan mulai tumbuh payudara, panggul melebar dan
membesar sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Setiap bulan wanita
melepaskan sel telur dari salah satu ovarium, bila sel telur ini tidak mengalami
1
2
pembuahan makan akan terjadi perdarahan (menstruasi) (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Kematanganan organ reproduksi perempuan ditandai dengan adanya
menstruasi. Menstruasi merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi (Oktavia, 2010). Beberapa masalah dapat dialami remaja
perempuan setiap bulannya pada saat menstruasi, salah satunya adalah
dismenore. Dismenore mulai dirasakan saat terjadi ovulasi pada siklus
menstruasi, dimana ovulasi mulai terjadi pada 4 -14 bulan setelah menarche
(Honkenberry dan Wilson dalam Hasanah, 2010)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada
populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus
menstruasinya (Oktavia, 2010).
Berdasarkan
data
tersebut
dismenore
pada
wanita
mengalami
peningkatan yang paling tinggi. Dismenore adalah nyeri pada waktu haid
dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan
dalam tugas sehari-hari. Dismenore dapat golongkan dismenore primer dan
dismenore sekunder (Manuaba, 2007).
Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar, rata-rata dari
50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Indonesia
kejadian nyeri menstruasi diperkirakan 55% perempuan usia produktif.
Walaupun pada umumnya tidak berbahaya namun seringkali dirasa
mengganggu
bagi
(Proverawati dan Misaroh, 2011).
wanita
yang
mengalaminya
3
Gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar yaitu Dismenorea
sebesar
(89,5%),
diikuti
ketidakteraturan
menstruasi
(31,2%),
serta
perpanjangan durasi menstruasi (5,3%). Pada pengkajian terhadap penelitianpenelitian lain didapatkan prevalensi dismenorea bervariasi antara 15,8-89,5%,
dengan prevalensi tertinggi pada remaja(Pradyptasari, 2013). Angka kejadian
dismenore primer di Indonesia sekitar 54,98 % dan dismenore sekunder
sebesar 45,11% (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu
melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut
pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat,memperbaiki keadaan kesehatan
seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,
mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan
konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga
harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan
reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan.
Menurut data yang penulis peroleh dari di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten dari bulan Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 95 pasien yang
mengalami gangguan reproduksi. Pasien dengan gangguan menstruasi antara
lain dismenore primer sebanyak 45 orang (47,4%), dismenore sekunder
sebanyak 15 orang (15,8%), menometroragia sebanyak 13 orang (13,7%),
keputihan 12 orang (12,6%) dan pasien dengan amenore 10 orang (10,5%)
Berdasarkan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. W umur 20
tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten”.
4
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang timbul
adalah “Bagaimana asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur
20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. W umur
20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah
menurut Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melaksanakan pengkajian gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20
tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20
tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten.
3) Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan Nn. W umur 20 tahun
Nn. X dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten.
5
4) Melakukan antisipasi pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W
umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti
Juwiring Klaten.
5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus gangguan
reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di
BPM Tri Resiti Juwiring Klaten.
6) Melaksanakan perencanaan secara efisien pada kasus gangguan
reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di
BPM Tri Resiti Juwiring Klaten.
7) Mengevaluasi asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi
pada Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder di BPM Tri
Resiti Juwiring Klaten.
b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan pada kasus gangguan reproduksi pada Nn. W umur 20 tahun
dengan dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi Diri Sendiri
Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan asuhan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan dismenore sekunder
menggunakan manajemen Varney.
6
2. Bagi Profesi
Memberi wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam
menangani kasus gangguan reproduksi dengan standar asuhan kebidanan.
3. Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan pada gangguan reproduksi dengan
amenore sekunder.
b. Bagi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat menjadi referensi dan sumber bacaan yang
bermanfaat bagi institusi pendidikan.
E. Keaslian Studi Kasus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah pada kasus gangguan sistem reproduksi
dengan dismenore sekunderbelum pernah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya
perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran
sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).
Remaja atau adolecence berasal dari bahasa latin adolescere
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolecence
yang berasal dari bahasa Inggris saat ini mempunyai arti yang cukup
luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Sedangkan menurut Piagiet mengatakan bahwa masa remaja adalah
usia diamana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa
(Proverawati dan Misaroh, 2009),
b. Batasan Remaja
Menurut Ardhyantoro dan Kumalasari (2010), batasan remaja
berdasarkan umur yaitu:
1) Masa remaja awal yaitu 10 – 12 tahun
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
7
8
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
d) Mulai berpikir abstrak.
2) Masa remaja tengah
yaitu 13 – 15 tahun
a) Mencari identitas diri
b) Timbul keinginan untuk berkencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktivitas seks
3) Masa remaja akhir yaitu 16 – 21 tahun
a) Pengungkapan kebebasan diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai ciri tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
c. Aspek perkembangan pada masa remaja
Aspek perkembangan remaja meliputi:
1) Perkembangan fisik
Menurut menurut Proverawati dan Misaroh (2009), perubahan
dramastis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan
mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat
pada sekresi hormon yang meningkat dengan efek fisiologis yang
tersebar luas. Hormon pertumbuhan menghasilkan dorongan
pertumbuhan yang cepat yang membawa tubuh mendekati fungsi
optimum. Dorongan pertumbuhan itu terjadi lebih awal pada pria
daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dulu matang
secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada
9
gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria tandai
oleh produksisemen.
2) Perkembangan kognitif
Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena perilaku
adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka dimana informasi yang didapatkan tidak
langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka.
Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang
lebih penting dibanding ide lainnya.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), masa remaja sangat
rawan dengan stres emosional yang timbul dari perubahan fisik yang
cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang
sebagai perkembangan proses psikososial yang terjadi seumur hidup.
Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang
tergantung menjadi orang yang tidak tergantung yang identitasnya
memungkinkan mereka berhubungan dengan yang lainnya dalam
gaya dewasa. Kehadiran masalah emosional tersebut bervariasi pada
setiap remaja.
3) Perkembangan kepribadian dan sosial
Perkembangan
kepribadian
adalah
perubahan
cara
individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik,
sedangkan
perkembangan
sosial
berarti
perubahan
dalam
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang
penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Pencarian
10
identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran
yang penting dalam hidup.
2. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahera fisik, mental dan
sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan
fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (Romauli dan Vindari, 2012)
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen
kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008).
b. Sebab-sebab gangguan reproduksi
Gangguan
reproduksi
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan
hormon, cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan
fungsional, kesalahaan manajemen atau infeksi organ reproduksi.
Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misal kista endometriosis yang
banyak dialami wanita yang memiliki kadar FSH dan LH tinggi (Kasdu,
2005).
c. Macam-macam gangguan reproduksi
1) Gangguan Menstruasi
Menurut Syafrudin (2011), gangguan menstruasi terdiri dari :
a) Nyeri Menstruasi (dismenore)
Nyeri Menstruasi(dismenore) adalah nyeri sebelum, saat atau
sesudah menstruasi. Nyeri tersebut timbul akibat adanya hormone
prostaglandin yang membuat otot uterus berkontraksi. Nyeri
11
dirasakan di daerah perut bagian bawah, pinggang bahkan
punggung. Siat dan tingkat rasa nyeri bervariasi mulai dari yang
ringan hingga yang berat. Keadaan nyeri yang hebat dapat
mengganggu
aktivitas
sehari-hari.
Berdasarkan
jenisnya
dismenore terbagi atas dismenore primer dan dismenore sekunder.
b) Tidak menstruasi (amenorea)
Tidak menstruasi (amenorea) adalah tidak terjadinya menstruasi.
Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas,
selama kehamilan, selama menyusui dan setelah menopause.
Tidak menstruasi (amenorea) ada dua macam yaitu amenore
primer dan amenore sekunder.
c) Sindrom pra menstruasi
Sindrom pra menstruasi merupakan kumpulan gejala yang muncul
1 – 14 hari sebelum masa menstruasi dan biasanya berhenti saat
menstruasi mulai.
d) Hipermenore atau menoragia
Perdarahan menstruasi lebih dari normal (lebih dari 80 ml) atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro,
2012).
e) Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan
atau lebih kurang dari biasanya (Kumalasari dan Andhyantoro,
2012).
12
f)Metroragia adalah pedarahan yang tidak teratur da ntiak ada
hubungannya dengan haid (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
g) Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35
hari, sedangkan jumlah perdarahannya sama (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2012).
2) Nyeri abdomen dan panggul
Jenis nyeri abdomen dan panggul menurut Manuaba (2008), meliputi:
a) Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut
secara akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan
kesehatan wanita.
b) Nyeri kronis
Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang
sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka
waktu yang lama.
c) Inkontinensia Urine
Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi yang
membuat stress dan yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan,
seperti rasa malu, pengingkaran, dan adanya anggapan bahwa
satu-satunya pilihan penanganan adalah pembedahan.
d) Tumor / kanker pada endrometrium
Wanita yang mengalami kanker endromentrium setiap tahunnya,
tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker servik
13
kemungkinan terjadi paling sering pada wanita usia lebih dari 50
tahun.
e) Kista Vagina
Berbagai macam kista vagina adalah tumor jinak yang sering
ditemukan pada labia mayora, apabila menemukan kista di
vaginanya agar cepat di operasi.
f)Mioma Uteri
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan
ikatnya dominan dan lunak serta otot rahimnya dominan
(Manuaba, 2007).
3. Menstruasi
a. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan (dekuamasi) endometrium (Proverawati dan
Misaroh, 2009).
Menstruasi adalah perdarahan yang berasal dari uterus yang
terjadi siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif
(Norwitz dan Schorge, 2008).
b. Siklus Menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi
terdiri dari 4 fase, yaitu:
1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhyna sel ovum matang yang
tidak dibuahi bersamaan dngan dinding endometrium yang robek.
14
Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen
dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi
tidak ada.
2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon
progesteron
sehingga
memicu
kelenjar
hipofisis
untuk
mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta
dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel
berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan menghasilkan
hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dan hipofisis.
Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki
dinding endometrium yang robek.
3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu
matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel
ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan
mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum
berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi
untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan
pembuluh darah.
4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang
mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus albicans yang
berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan
progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan FSH dan LH.
Terhentinya
sekresi
progesteron
maka
penebalan
dinding
endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium
mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.
15
d. Gangguan dan masalah menstruasi
1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:
a) Polimenore atau epimenoragia
Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang
lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
b) Oligomenore
Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35
har, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
c) Amenore
Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga
bulan berturut-turut.
2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam
banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu:
a) Hipermenore atau menoragia
Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari
normal (lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
b) Hipomenore
Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek
dan atau lebih kurang dari biasa.
16
3) Perdarahan di luar haid
Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam
waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih
sedikit
4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi
a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum
menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi
karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron
menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
b) Mastodinia atau Mastalgia
Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara
menjelang menstruasi.
c) Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim
dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014).
e. Penyebab gangguan menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan
menstruasi, yaitu:
1) Fungsi hormon terganggu
Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak,
tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim
sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
17
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan
terganggu.
2) Kelainan sistemik
Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini
bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di
dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit
diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga
siklus menstruasi tidak teratur.
3) Stress
Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena
stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan
sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.
4) Kelenjar gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi
penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa
produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun
terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut
terganggu
5) Hormon prolaktin berlebihan
Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak
kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat
kesuburan.
18
4. Dismenore Sekunder
a. Pengertian
Dismenore sekunder disebut juga sebagai dismenore ekstrinsik
acqiued)adalah
ginekologik,
nyeri
menstruasi
misalnya
yang
endometriosis,
terjadi
karena
fibrosis,
kelainan
adenomyosis
(Proverawati dan Misaroh, 2011).
Menurut Manuaba (2007), dismenore sekunder adalah nyeri haid
yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, edometriosis,
mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau
AKDR.
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), dismenore
sekunder (secondary dysmenorrhea) adalah nyeri haid karena kelainan
ginekologi dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama),
namun paling sering muncul di usia 20 – 30 tahun dikarenakan terjadi
infeksi, mioma submukosa, polip korpus
uteri, endometriosis,
retroflexio uteri fixata, gynastresi.
b. Etiologi
Menurut Nugroho dan Utama (2014), penyebab dismenore
sekunder yaitu:
1) Endometriosis
2) Fibroid
3) Adenomyosis
4) Peradangan tuba fallopi
5) Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut
19
6) Pemakaian IUD
c. Gejala
Menurut
Nugroho
dan
Utama
(2014),
gejala
dismenore
menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram
yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga disertai dengan sakit kepala, mual,
sembelit atau diare da nsering berkemih, kadang sampai terjadi muntah.
d. Pengobatan
Menurut Proverawati dan Misaroh (2011), pengobatan dismenore
dapat menggunakan obat-obatan, yaitu:
1) Terapi obat-obatan analgesik digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri
2) Non Steroid Anti Inflamation Drug (NSAIDs)
Dapat memblokade tubuh untuk membuat prostaglandin. Non
Steroid Anti Inflamation Drug (NSAIDs) bekerja terbaik jika
dimakan pada awal sakit mulai terasa, cukup dimakan pada hari 1
dan 2 menstruasi. Obat ini tidak boleh dimakan jika ada gangguan
perdarahan, kerusakan hati, gangguan lambung.
3) Obat hormonal, pengobatan dengan obat hormonal ditujukan untuk
menekan ovulasi dan penggunanya hanya atas saran dokter.
20
Menurut Nugroho dan Utama (2014), selain dengan obat-obatan
nyeri juga bisa dikurangi dengan:
1) Istirahat yang cukup
2) Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
3) Pemijatan
4) Yoga
5) Orgasme pada aktivitas seksual
6) Kompres hangat di daerah perut.
e. Penatalaksanaan
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan
dismenore yaitu meliputi:
1) Beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas
atau bantal pemanas khusus untuk meredaka nyeri.
2) Berikan minum dan hidari konsumsi garam dan minuman yang
berkafein
3) Olah raga secara teratur
4) Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
5) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres
6) Pemberian analgesik dan suplemen.
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan
21
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Sulistyawati, 2009).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakantindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan
aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk
menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu
kesatuan yang berarti (Ambarwati dkk, 2010). Proses manajemen
kebidanan ada 7 antara lain :
a. Langkah I : Pengkajian
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik (Soepardan, 2008).
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang
dismenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan
ginekologi (Nursalam, 2008). Pengkajian pasien antara lain :
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar
tidak
keliru
dalam
memberikan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
penanganan
22
(2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(3) Suku / Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Agama
Untuk
mengetahui
membimbing
atau
keyakinan
pasien
mengarahkan
tersebut
pasien
untuk
dalam
doa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Pendidikan
Berpengaruh
dalam
tindakan
kebidanan
dan
untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan
dapat
memberikan
konseling
sesuai
dengan
pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
23
(7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Keluhan Utama
Kelurah utama ditanyakan untuk mengetahui alasan datang
ke fasilitas kesehatan (Sulistyawati, 2009). Kasus dismenore
sekunder. Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala dismenore
nyeri pada perut bagian bawah.
c) Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami
menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009).
d) Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah
atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa menikah,
berapa jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah
pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
24
f)Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan dismenore sekunder
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi dismenore
sekunder(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular seperti : AIDS, Hepatitis, TBC, dan
penyakit menurun seperti : Asma, Jantung, DM, maupun
keturunan kembar dan riwayat operasi (Prawirohardjo, 2006).
h) Pola Kebiasaan Sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan pada
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
25
(2) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati
dan Wulandari, 20100). Pada kasus gangguan reproduksi
dengan dismenore sekunder istirahat menjadi terganggu
dikarenakan nyeri pada perut bagian bawah
(4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(5) Kehidupan Seksual
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan
seksual.
i) Data Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga. Biasanya remaja dan
ibu yang emosinya tidak stabil mudah mengalami nyeri menstruasi
(Proverawati dan Misaroh, 2009).
26
2) Data Objektif
Data objektif untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnosis
(Sulistyawati, 2009). Langkah-langkan pemeriksaan sebagai berikut:
a) Status generalis
(1) Keadaan Umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali
bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda
vital
(Prihardjo,
2007).
Keadaan
baik
jika
pasien
memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan dan
orang
lain,
ketergantungan
serta
dalam
secara
fisik
berjalan.
tidak
Lemah
mengalami
jika
pasien
dimasukka dalam kriteria ini jika ibu kurang atau
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri (Sulistyawati, 2009).
(2) Kesadaran
Kesadaran meliputicomposmentis(sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya),
apatis (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), somnolen
(keadaan kesadaran yang mau tidur saja, dapat dibangunkan
dengan rangsan nyeri tetapi jatuh tidur lagi), delirium, semi
koma dan koma (kesadaran yang menyerupai koma) (keadaan
kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsang apapun) (Prihardjo, 2007).
27
(3) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
(Saifuddin,
2007). Batas normal 110/60 – 140/90 mmHg (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
(b) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan
atau tidak jika ada dan lebih dari 38oC kemungkinan
terjadi
infeksi.
Batas
normal
37,5
-
38oC
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(c) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 60 – 80 x / menit
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(d) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang
dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal
20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).
Pada kasus dismenore sekunder obesitas menjadi faktor
timbulnya nyeri (Proverawati dan Misaroh, 2009).
(4) Tinggi Badan
28
Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul. Tinggi
badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik
yang berhubungan dengan status fisik (Prihardjo, 2007).
Pemeriksaan inspeksi meliputi :
(a) Kepala
(1) Rambut
Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok
dan berketombe (Nursalam, 2008).
(2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak,
adakah kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008).
(3) Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah
muda dan sklera warna putih (Yulaikah, 2009).
(4) Hidung
Untuk mengetahui adakah pernafasan cuping hidung,
adakah pengeluaran sekret (Yulaikah, 2009).
29
(5) Telinga
Untuk mengetahui apakah didalamnya ada serumen
(Alimul, 2006).
(6) Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui mulutnya bersih apa tidak, ada
caries dan karang gigi tidak, serta ada stomatitis atau
tidak (Nursalam, 2008).
(b) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar gondok
atau thyroid, tumor dan pembesaran getah bening
(Nursalam, 2008).
(c) Dada dan axilla
Untuk mengetahui mammae ada pembesaran atau tidak,
tumor simetris, areola hiperpigmentasi apa tidak, puting
susu menonjol apa tidak, kolostrum sudah keluar atau
belum (Ambarwati dan Wulandari, 2010)
(d) Axilla
Untuk mengetahui adakah tumor, adakah nyeri tekan
(Nursalam 2008).
(e) Abdomen
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran hati, adakah
tumor atau benjolan, ada luka bekas operasi atau tidak,
pembesaran uterus yang abnormal (Varney, 2007).
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), nyeri di perut
bagian bawah.
30
(f) Pemeriksaan Anogenital
(1) Vulva vagina
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, ada tidaknya kemerahan, varices, nyeri,
pembesaran
kelenjar
bartolini
dan
perdarahan
(Prihardjo, 2007).
(2) Inspekulo
Pemeriksaan
dalam
yang
dilakukan
untuk
mengetahui keadaan portio / serviks dan pengeluaran
pervaginam.
(3) Pemeriksaan dalam
Dikaji untuk mengetahui kondisi vagina urethra,
dinding vagina, portio, orifisium urethra eksterna,
korpus
uteri,
pengeluaran
dan
discharge
ada haemoroid
atau tidak
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Anus
Untuk mengetahui
(Nursalam, 2008).
(5) Ekstremitas
Bagaimana keadaanya odema atau tidak, varices atau
tidak
(2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan.
Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan
31
atau organ. Palpasi biasasnya dilakukan terakhir setelah
inspeksi (Prihardjo, 2007).
(a) Abdomen
Untuk mengetahui ada nyeri tekan atau tidak, ada
pembesaran perut yang abnormal atau tidak (Varney,
2007).
(b) Vulva
Untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan, varices,
nyeri, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihardjo, 2007).
(3) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop
untuk
memperjelas
pendengaran
untuk
mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bising usus, serta
untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi (Prihardjo,
2007). Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk
mendeteksi tekanan darah.
(4) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau
bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan
akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan
32
(Prihardjo, 2007). Pemeriksaan perkusi dilakukan untuk
pemeriksaan reflek patella positif atau tidak.
c) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium
(Varney,
2007). Laparaskopi dan histerektomi.
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah kedua ini harus mampu mengidentifikasi data yang dapat
menganalisa serta merumuskan diagnosa dan masalah yang dihadapi
pasien. Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau yang
muncul, yang dihadapi pasien dan merumuskan menjadi diagnosa
kebidanan.
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau
yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang
ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan dismenore sekunder.
Data subjektif
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi:
a) Ibu mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal
menstruasi
b) Ibu mengatakan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut
bagian bawah.
33
c) Ibu mengatakan mual dan sakit kepala.
Data objektif
Menurut Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), data obyekti pada
kasus dismenore sekunder yaitu:
a) Denyut jantung yang cepat
2) Masalah
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus
dismenore sekunder yaitu nyeri pada perut bagian bawah.
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum
tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisis data (Varney, 2007). Pada kasus dismenore
sekunderkebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan
kebutuhan konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007).
c. Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa
atau masalah potensial ini benar-benar terjadi
(Varney, 2007).
Diagnosa potensial yang muncul pada kasus dismenore sekunderyaitu
dapat menyebabkan kankerrahim(Manuaba, 2007).
34
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah
atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan
yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah
sebelumnya harus merumuskan tindakan emergency/ segera. Dalam
rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara
mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007). Pada
kasus dismenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian
terapi anti prostaglandin, terapi hormonal (Proverawati dan Misaroh,
2009).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan dan
dokter atau atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat
dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan (Varney,
2007).
Menurut Kumalasari
dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan
dismenore yaitu meliputi:
1) Beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas
atau bantal pemanas khusus untuk meredaka nyeri.
2) Berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang
berkafein
35
3) Olah raga secara teratur
4) Istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan nyeri
5) Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres
6) Pemberian analgesik dan suplemen.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efisien dan aman (Varney, 2007).
Pada kasus dismenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat, yaitu:
1) Menganjurkan untuk mengompres bagian bawah abdomen dengan
botol yang berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk
meredakan nyeri.
2) Memberikan asupan nutrisi yang bergizi rendah garam dan minuman
yang berkafein.
3) Menganjurkan supaya berolahraga secara teratur.
4) Menganjurkan untuk tidur berbaring telentang memposisikan
pinggul melebihi bahu untuk meredakan nyeri
5) Menganjurkan untuk beraktifitas yang dapat meredakan stres.
6) Menganjurkan untuk memberi analgesik, anti inflmasi nonsteroid,
antipasmodik, estrogen, progesteron dan suplemen.
g. Langkah VII : Evaluasi
36
Evaluasi
kebidanan
merupakan
untuk
langkah
kegiatannya
terakhir
dilakukan
dalam
manajemen
terus-menerus
dengan
melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini
evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnosa (Varney, 2007). Pada kasus pasien dengan dismenore sekunder
yang diharapkan adalah : Nyeri sudah tidak timbul, asupan nutrisi yang
bergizi rendah garam dan minuman yang berkafein, Ibu mau
berolahraga secara teratur, ibu mau beraktifitas yang dapat meredakan
stres, analgesik anti inflmasi nonsteroid, antipasmodik, estrogen,
progesteron dan suplemen telah diberikan.
3. Data Perkembangan SOAP
Menurut Rukiyah (2014), data perkembangan menggunakan SOAP
meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney.
A : Assesment
37
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data
subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
a. Diagnosa suatu masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi,
perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7
Vamey.
C. Landasan Hukum
Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan kompetensi
bidan di Indonesia dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan indikasi
mioma uteri bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam
Permenkes
NOMOR
1464/MENKES/PER/X/2010.
Tentang
ijin
dan
penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai
dengan pasal 12 yang isinya :
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1. Pelayanan kesehatan ibu
2. Pelayanan kesehatan anak
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
38
Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
(Menkes RI, 2010)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis laporan ini adalah deskriptif observasinal dengan pendekatan studi
kasus. Studi kaus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan
atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa
adanya intervensi pihak luar
(Nasir dkk, 2011). Studi kasus ini dilakukan
pada ibu gangguan reproduksi dengan dismenore sekunder dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat dimana dilaksanakannya studi kasus
(Nursalam, 2013). Tempat pengambilan kasus ini dilaksanakan di BPM Tri
Resiti Juwiring Klaten.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah orang yang akan dijadikan subjek untuk
dilakukan studi kasus. Subjek studi kasus ini adalah Nn. W umur 20 tahun
dengan dismenore sekunder.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah waktu yang diperlukan selesainya tahap
proses penelitian (Nursalam, 2013). Pengambilan kasus ini dilakukan pada
bulan Oktober 2015 - Juni 2016.
39
40
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh,
mengelola dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan
dengan pola pengukuran yang sama (Nasir dkk, 2011).
Instrumen yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini dengan
menggunakan lembar format asuhan kebidanan gangguan reproduksi menurut
Varney dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah :
1. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dari
yang sebelumnya tidak ada dan tujuannya disesuaikan dengan keperluan
penelitian (Hidayat, 2007). Data primer diambil dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pengkajian
kesehatan
merupakan
komponen
kunci
dalam
pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis
menopang pengembangan praktek kebidanan (Nursalam,
2009).
Pemeriksaan fisik meliputi:
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan
mata. Inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
41
berhubungan dengan status fisik (Prihardjo, 2007). Pada kasus
dilakukan pemeriksaan kepala sampai kaki (Prihardjo, 2007).
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan.
Metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau
organ. Palpasi biasasnya dilakukan terakhir setelah inspeksi
(Prihardjo, 2007). Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), pada
kasus dismenore sekunder yaitu nyeri di perut bagian bawah. Palpasi
pada kasus ini dilakukan pemeriksaan abdomen.
3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk.
Tujuan perkusi adalah menentukan batas-batas organ atau bagian
tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya
gerakan yang diberikan ke bawah jaringan
(Prihardjo,
2007). Perkusi pada studi kasus ini tidak dilakukan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk memperjelas pendengaran untuk mendengarkan
bunyi jantung, paru-paru, bising usus, serta untuk mengukur tekanan
darah dan denyut nadi (Prihardjo, 2007). Pada kasus ini penulis
melakukan pemeriksaan tekanan darah (Prihardjo, 2007). Auskultasi
dalam studi kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
42
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mewancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan
hasil secara langsung (Hidayat, 2007). Pada kasus ini wawancara
dilakukan dengan Nn.W, keluarga dan tenaga kesehatan untuk
mengetahui keluhan pada pasien.
c. Observasi
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti
2007).Dalam
observasi
(Hidayat,
menggunakan format
asuhan kebidanan
gangguan reproduksi untuk mengetahui antara lain keadaan umum ibu,
kesadaran, tanda-tanda vital, keluhan yang dirasakan, nyeri perut bagian
bawah, nyeri saat haid dan hasil pemeriksaan penunjang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain
dan data sudah ada (Hidayat, 2007). Data sekunder meliputi :
a. Studi dokumentasi
Studi
dokumentasi
merupakan
pengumpulan
data
dengan
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut
dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa dan fil dokumenter
(Hidayat, 2007). Dalam hal ini data didapatkan dari rekam medik BPM
Tri Resiti Juwiring Klaten.
43
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitan yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari permasalahan
peneitian (Hidayat, 2007). Studi kepustakaan yang digunakan penulis
adalah buku-buku dari tahun 2005 sampai 2015.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Dalam pelaksanaan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai
berikut:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :
a. Format pengkajian pada gangguan sistem reproduksi
b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi
a. Spignomamometer
b. Stetoskop
c. Thermometer
d. Jam tangan
3. Alat dan bahan dalam pengambilan data :
a. Format pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi
b. Buku tulis
c. Bolpoin
44
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Hari/tanggal
: Sabtu,16 April 2016
Pukul
: 13.00 WIB
Tempat
: DI BPM JUWIRING KLATEN
a. Identitas Pasien
1) Nama
: Nn. W
2) Umur
: 20 tahun
3) Agama
: Islam
4) Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
5) Pendidikan
: SMA
6) Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Dukuh Jayan RT 01/ RW 03 Juwiring
b. Anamnese (Data Subjektif)
1) Keluhan utama
Nn. W mengatakan nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang
timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan mengalami
mual dan sakit kepala.
2) Riwayat Menstruasi
a) Menarche
: Nn. W mengatakan haid pertama menstruasi
umur 14 tahun
45
b) Siklus
: Nn. W mengatakan siklus menstruasinya ±
28 hari.
c) Teratur/tidak
: Nn. W mengatakan menstruasinya teratur
d) Lama
: Nn. W mengatakan menstruasinya 6-7 hari
e) Banyaknya
: Nn. W mengatakan ganti pembalut 2-3/hari
f)
: Nn. W mengatakan sifat darahnya merah
Sifat darah
segar.
g) Dismenorhoe
: Nn. W mengatakan nyeri perut bagian
bawah saat menstruasi
3) Riwayat Perkawinan
Nn. W mengatakan belum pernah menikah
4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Tgl/th Tempat Umur
No
Partus Partus Hamil
–
–
–
Jenis
Partus
–
–
Anak
Nifas
Keadaa
n anak
Penolong Jenis BB PB Keadaan laktasi sekaran
g
–
–
– –
–
–
–
5) Riwayat Keluarga Berencana :
Nn. W mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun
6) Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Nn. W mengatakan sedang tidak menderita sakit apapun seperti
panas, pilek dan batuk.
b) Riwayat Penyakit sistemik
46
(1) Jantung
: Nn. W mengatakan tidak pernah sakit atau
nyeri pada dada sebelah kiri.
(2) Ginjal
: Nn. W mengatakan tidak pernah sakit atau
nyeri pada pinggang kanan maupun kiri.
(3) Asma /TBC
: Nn. W mengatakan
tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu.
(4) Hepatitis
: Nn. W mengatakan tidak pernah berwarna
kuning pada mata, ujung kuku dan kulit.
(5) DM
: Nn. W mengatakan tidak pernah merasa
sering haus, sering lapar dan sering BAK
pada malam hari.
(6) Hipertensi
: Nn. W mengatakan tidak pernah memiliki
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
(7) Epilepsi
: Nn. W mengatakan tidak pernah kejang
sampai mengeluarkan busa dari mulut.
(8) Lain-lain
: Nn. W mengatakan tidak pernah menderita
penyakit PMS seperti vaginitis (gatal,
berbau, kemerahan), gonorhoe (nyeri ketika
berkemih)
c) Riwayat penyakit keluarga
Nn. W mengatakan dari keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan
riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis.
47
d) Riwayat keturunan kembar
Nn. W mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat
keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Nn. W mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun
7) Data Psikologis
Nn. W mengatakan merasa cemas karena sudah 3 bulan belum
menstruasi
c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV
: TD : 110/70 mmHg R: 22x/menit
N : 84 x/menit
d) TB
: 157 cm
e) BB
: 50 kg
S : 36,70 C
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
Rambut
: Bersih tidak berketombe dan tidak rontok
Muka
: Tidak pucat, tidak oedema
b) Mata
: Sklera putih, conjungtiva merah muda
48
c) Hidung
: Simetris, tidak ada benjolan
d) Telinga
: Simetris, tidak ada serumen
e) Mulut/gigi/gusi
: Tidak stomatitis, tidak berdarah,
tidak ada caries.
f) Leher
(1) Kelenjar gondok
: Tidak ada pembesaran
(2) Tumor
: Tidak ada benjolan
(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
g) Dada dan Axilla
(1) Dada
(a) Membesar
: Normal
(b) Tumor
: Tidak ada
(c) Simetris
: Simetris
(d) Putting susu
: Menonjol
(e) Kolostrum
: Tidak keluar
(2) Axilla
(a) Benjolan
: Tidak ada
(b) Nyeri
: Tidak ada
(3) Abdomen
(a) Pembesaran hati
: Tidak ada
(b) Benjolan / Tumor : Tidak ada
(c) Nyeri Tekan
: Tidak ada
49
(d) Luka Bekas Operasi: Tidak ada
(4) Anogenital
(a) Vulva vagina
1. Varices
: Tidak dilakukan
2. Luka
: Tidak dilakukan
3. Kemerahan
: Tidak dilakukan
4. Nyeri
: Tidak dilakukan
5. Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan
(b) Inspeculo
Portio / Serviks
: Tidak dilakukan
(c) Pemeriksaan dalam
Portio / servik
: Tidak dilakukan
Tumor / Benjolan : Tidak dilakukan
Nyeri
: Tidak dilakukan
(d) Anus
Haemoroid
: Tidak ada haemoroid
Lain-lain
: Tidak ada
(5) Ekstremitas
(a) Varices
: Tidak dilakukan
(b) Oedema
: Tidak dilakukan
(c) Reflek patella
: Tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan Laboratorium
: Tidak dilakukan
50
2) Pemeriksaan Penunjang lain :
dilakukan pemeriksaan USGpada
tanggal 9 April 2016 dengan hasil adanya massa pada rahim atau
kista.
2. Interpretasi Data
Tanggal 16 April 2016
a. Diagnosa Kebidanan
Pukul 13.10 WIB
Nn. W umur 20 tahun dengan dismenore sekunder
Data Dasar :
Data Subjektif
1) Nn. W mengatakan berumur 20 tahun
2) Nn. W mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal
menstruasi dan nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian
bawah.
3) Nn. W mengatakan mual dan sakit kepala.
4) Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi.
Data Objektif
1) Keadaan umum: Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV
: 110/70 mmHg
R: 22x/menit
: 84 x/menit
S : 36,70 C
: TD
N
4) TB
:
157 cm
5) BB
:
50 kg
6) Pemeriksaan Abdomen : Pada saat di tekan pada perut bagian
bawah terasa nyeri
51
7) Hasil USG : Adanya massa pada rahim atau kista
b. Masalah
Nn. W mengatakan merasa cemas dengan keadaannya
c. Kebutuhan
Beri support mental untuk mengurangi kecemasan pasien.
3. Diagnosa Potensial
Tidak ada diagnosa potensial
4. Antisipasi
Tidak ada
5. Rencana Tindakan
Tanggal 16 April 2016 pukul 13.20 WIB
a. Anjurkan Nn. W kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi
air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri.
b. Anjurkan Nn. W minum air putih dan hindari konsumsi garam dan
minuman yang berkafein seperti kopi.
c. Anjurkan Nn. W untuk olah raga secara teratur
d. Ajarkan Nn. W teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan
nyeri.
e. Lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres atau senam yoga.
f. Pemberian terapi obat.
g. Anjurkan Nn. W untuk kontrol ulang 2 hari lagi.
52
6. Pelaksanaan
Tanggal 16 April 2016
a.
Pukul 13.30 WIB, Anjurkan Nn. Wkompres bagian bawah abdomen
dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk
meredakan nyeri.
b.
Pukul 13.35 WIB Anjurkan Nn. W minum air putih dan hindari
konsumsi garam dan minuman yang berkafein seperti kopi.
c.
Pukul 13.45 WIB, Anjurkan Nn. W untuk olah raga secara teratur
d.
Pukul 13.50 WIB, Anjurkan Nn. W untuk teknik relaksasi yang dapat
membantu meredakan nyeri, yaitu dengan nafas dalam sebagai berikut:
1) Pasien menarik napas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara
2) Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh
menjadi kendor dan merasakan tubuh menjadi rilaks.
3) Pasien bernapas beberapa kali dengan irama normal.
4) Pasien menarik napas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan
dan membiarkan hanya kaki dan telapak kaki yang kendor. Perawat
minta pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran pasien pada
kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5) Pasien mengulang langkah ke-4 dan mengkonsentrasikan pikiran
pada lengan perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain
6) Setelah pasien merasa rileks, pasien dianjurkan bernapas secara
pelan-pelan.
53
e.
Pukul 14.00 WIB, melakukan aktivitas yang dapat meredakan stres
atau senam yoga.
f.
Pukul 14.05 WIB, Pemberian terapi yaitu amoxillin 500 mg 3x1 dan
ibuprofen 400 mg 3x1.
g.
Pukul 14.10 WIB, Menganjurkan Nn. W untuk kontrol ulang 2 hari
lagi.
7. Evaluasi
Tanggal 16 April 2016
Pukul 14.10 WIB
a. Pukul 14.15 WIB Nn. W telah dikompres bagian bawah abdomen
dengan botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk
meredakan nyeri.
b. Pukul 14.20 WIB Nn. W bersedia minum air putih dan hindari
konsumsi garam dan minuman yang berkafein seperti kopi.
c. Pukul 14.25 WIB Nn. W bersedia olah raga secara teratur
d. Pukul 14.30 WIB Nn. W dapat melakukan relaksasi yang dapat
membantu meredakan nyeri.
e. Pukul 14.35 WIB Nn. W bersedia melakukan aktivitas yang dapat
meredakan stres
f. Pukul 14.40 WIB Telah diberikan terapi obat
g. Pukul 14.45 WIB Nn. W bersedia untuk kontrol ulang 2 hari lagi
54
DATA PERKEMBANGAN I
( Kontrol )
Tanggal 18 April 2016
S
pukul 14.00 WIB
: Subyektif
1.
Nn. W mengatakan masih sedikit nyeri di perut bagian bawah dan
mengatakan mual
O
2.
Nn. W masih melakukan kompres air hangat
3.
Nn. W masih mengkonsumsi obat.
4.
Banyaknya darah sebanyak 50 cc dan ganti pembalut 2 -3 kali/hari.
: Obyektif
1.
Keadan umum : baik
2.
Kesadaran : composmentis
3.
TTV
: TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
A
R: 24x/menit
S : 36,40 C
: Asessment
Nn. W umur 20 dengan dismenore sekunder
P
: Planning
1. Pukul 14.10 WIB, memberi KIE tentang dismenore sekunder
2. Pukul 14.15 WIB, memberi KIE tentang gizi seimbang
3. Pukul 14.20 WIB, menganjurkan kontrol ulang 2 hari lagi
55
Evaluasi
Tanggal 18 April 2016
Pukul 14.30 WIB
1. Telah diberikan KIE tentang dismenore sekunder
2. Telah diberikan KIE Gizi seimbang
3. Nn. W bersedia kontrol ulang jika ada keluhan 2 hari lagi
56
DATA PERKEMBANGAN II
(Kunjungan Rumah )
Tanggal 22 April 2016
S
pukul 13.00 WIB
: Subyektif
1. Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
2. Nn. W mengatakan haid hari ke-7
3. Nn. W mengatakan sudah tidak merasakan mual dan pusing.
O
: Obyektif
1.
Keadan umum : baik
2.
Kesadaran : composmentis
3.
TTV
: TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
A
R: 24x/menit
S : 36,40 C
: Asessment
Nn. W umur 19 dengan riwayat Post dismenore sekunder
P
: Planning
1.
Pukul 13.10 WIB, mengajurkan Nn. W tetap makan Gizi yang seimbang
2.
Pukul 13.20 WIB, menganjurkan Nn. W untuk kontrol kembali ke
dr.Sp.OG.guna mendapatkan / mengetahui penyebab dismenore
sekunder
3.
Pukul 13.25 WIB,kontrol ulang jika ada keluhan
57
Evaluasi
Tanggal 22 April 2016
Pukul 14.30 WIB
1. Nn. W bersedia makan makanan dengan gizi seimbang
2. Nn. W bersedia kontol kembali ke dr.Sp.OG. guna mengetahui
penyebab dismenore sekunder.
3. Nn. W bersedia kontrol ulang jika ada keluhan.
58
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian pada tanggal 16 April 2016 langkah pertama dikumpulkan
semua informasi meliputi data subtektif dan objektif. Data subjektif yang
didapat yaitu Nn. W umur 20 tahun. Keluhan utama Nn. W mengatakan
nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di
perut bagian bawah dan mengalami mual dan sakit kepala. Riwayat
Menstruasi Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi
Data Obyektif didapatkan tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2011), ibu mengatakan nyeri
timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi, ibu mengatakan nyeri
hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah, ibu mengatakan
mual dan sakit kepala dan pemeriksaan fisik pada abdomen ditandai
dengan nyeri tekan pada abdomen bagian bawah.
Sehingga pada langkah ini ada kesenjangan antara teori dan praktek
di lahan, yaitu pada data objektif pada kasus tidak terjadi nyeri tekan.
2. Interpretasi Data
a.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam
lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur
diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang
ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan dismenore sekunder.
Pada kasus didapatkan diagnosa kebidanan Nn. W Umur 20
tahun dengan dismenore sekunder.
b. Masalah
59
Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman
pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus
dismenore sekunder yaitu nyeri pada perut bagian bawah.
Masalah pada kasus Nn. W mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya karena nyeri pada perut bagian bawah
c. Kebutuhan pada kasus dismenore sekunderkebutuhan yang diberikan
yaitu dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education
(KIE) (Manuaba, 2007). Pada kasus Nn. W kebutuhan yang diberikan
yaitu dorongan moril dan kebutuhan konseling informasi education
(KIE).
Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori
dan praktek di lahan.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Menurut Manuaba (2007), diagnosa potensial
yang muncul pada kasus dismenore sekunderyaitu dapat menyebabkan
kankerrahim. Pada langkah ini tidak potensial terjadi kanker rahim.
60
4. Antisipasi pada kasus yaitu Pemberian terapi anti prostaglandin, terapi
hormonal. Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), pada kasus
dismenore sekunderantisipasi yang diberikan yaitu pemberian terapi anti
prostaglandin, terapi hormonal.
5. Rencana Tindakan pada kasus dilakukan pada Tanggal 16 April 2016, yaitu
beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau
bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, berikan minum dan hindari
konsumsi garam dan minuman yang berkafein, anjurkan Olah raga secara
teratur, ajarkan teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri,
lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik dan
suplemen. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan.
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), penatalaksanaan
dismenore yaitu meliputi: Beri kompres bagian bawah abdomen dengan
botol berisi air panas atau bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri,
berikan minum dan hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein,
olah raga secara teratur, istirahat dan relaksasi dapat membantu meredakan
nyeri, lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik
dan suplemen. Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktek di lahan.
6. Pelaksanaan dilakukan pada Tanggal 16 April 2016Menurut Varney,
(2007), langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana
61
asuhan secara efisien dan aman. Pada kasus dismenore sekunder
pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan
7. Evaluasi pada kasus pada Tanggal 16 April 2016 yaitu Nn. W telah
dikompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau
bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, telah diberikan minum dan
hindari konsumsi garam dan minuman yang berkafein, Nn. W bersedia
olah raga secara teratur, Nn. W dapat melakukan relaksasi yang dapat
membantu meredakan nyeri, Nn. W bersedia melakukan aktivitas yang
dapat meredakan stres, Telah diberikan analgesik dan suplemen,
Menganjurkan untuk kontrol ulang jika ada keluhan.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Nn. W umur 20 tahun
dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten, maka penulis
dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
C. Kesimpulan
1. Pengkajian pada tanggal 16 April 2016 langkah pertama dikumpulkan
semua informasi meliputi data subtektif dan objektif. Data subjektif yang
didapat yaitu Nn. W umur 20 tahun. Keluhan utama Nn. W mengatakan
nyeri timbul pada saatmenstruasi, nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di
perut bagian bawah dan mengalami mual dan sakit kepala. Riwayat
Menstruasi Nn. W mengatakan nyeri perut bagian bawah saat menstruasi
Data Obyektif didapatkan tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah.
Langkah ini ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
2. Interpretasi Data Diagnosa ini dirumuskan sesuai data yang didapat atau
yang muncul, yaitu: Nn. W Umur 20 tahun dengan dismenore sekunder.
Data Subjektif didapatkan Nn. W mengatakan berumur 20 tahun, Nn. W
mengatakan nyeri timbul sebelum menstruasi atau di awal menstruasi dan
nyeri hilang timbul, menusuk-nusuk di perut bagian bawah dan Nn. W
mengatakan mual dan sakit kepala. Data Objektif keadaan umum: baik,
kesadaran composmentis dan TT yang meliputi TD : 110/70 mmHg, R:
22x/menit, N: 84 x/menit, S : 36,70 C.Masalah pada kasus yaitu Nn. W
mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan pada kasus
62
63
yaitu KIE tentang gangguan menstruasi. Sehingga pada langkah ini tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.
3. Diagnosa Potensial tidak potensial terjadi kanker rahim.
4. Antisipasi pada kasus yaitu Pemberian terapi anti prostaglandin, terapi
hormonal. Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek di lahan.
5. Rencana Tindakan pada kasus dilakukan pada tanggal 16 April 2016, yaitu
beri kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau
bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri, berikan minum dan hindari
konsumsi garam dan minuman yang berkafein, anjurkan Olah raga secara
teratur, ajarkan teknik relaksasi yang dapat membantu meredakan nyeri,
lakukan aktivitas yang dapat meredakan stres, pemberian analgesik dan
suplemen. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan.
Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek di lahan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
Sehingga pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan
7. Evaluasi pada kasus pada tanggal 22 April 2016 yaituNn. W mengatakan
sudah tidak merasakan nyeri, Nn. W mengatakan haid hari ke-7 dan Nn. W
mengatakan sudah tidak merasakan mual dan pusing.
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. W umur 20 tahun dengan
dismenore sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring Klaten selama 7 hari ini
64
ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan, yaitu pada data
objektif pada kasus tidak terjadi nyeri tekan.
D. Saran
4. Bagi pasien
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
kususnya tentang dismenore dengan banyak membaca artikel-artikel
kesehatan dan menerapkan hidup yang sehat.
5. Bagi Institusi RB
Diharapkan lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada
gangguan reproduksi khususnya dengan amenore sekunder.
6. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi dan sumber bacaan yang tentang
gangguan reproduksi.
Download