PEMBUATAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI

advertisement
PEMBUATAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI RANGKAIAN ELEKTRONIKA
DASAR 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS JAMBI
Oleh: Rilo Natanael Sibarani, Nehru, S.Si, M.T, Ahmad Syarkowi, M.Pd
program studi pendidikan fisika universitas jambi
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul cetak berbasis masalah pada
materi rangkaian elektronika dasar 1. Juga untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap modul yang
dibuat. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan
(research and development). Desain penelitian yang digunakan adalah ADDIE yang merupakan singkatan
Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation, namun pada penelitian ini hanya terdiri dari
tahap: Analisis, Desain, Pengembangan, dan Evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk tiap
indikator yaitu: indikator tampilan dengan persentase 83%, yang termasuk kategori sangat baik. Indikator
materi dengan persentase sebesar 74%, yang termasuk kategori baik. Indikator kebermanfaatan dengan
persentase sebesar 77%, yang termasuk kategori baik. Sehingga jika dirata-ratakan persentase yang didapat
sebesar 78%, yang jika dikonversikan ke dalam tabel konversi, hasilnya termasuk kategori baik.
Kata kunci: Pendekatan Berbasis Masalah, Penelitian, Persepsi
Pendahuluan
Fisika merupakan cabang ilmu sains yang
mempelajari tentang benda-benda di alam, gejala
alam serta interaksi antara benda-benda di alam.
Kajian ilmu fisika secara mendalam bermanfaat
untuk menghasilkan suatu inovasi atau
menyempurnakan penemuan yang telah ada
sebelumnya, sehingga fisika sangat menarik untuk
dipelajari. Sebagaimana menurut (Lesmono,
2012) bahwa: pada hakekatnya fisika merupakan
proses dan produk tentang pengkajian kejadian
gejala alam. Proses (process or methods) adalah
kegiatan yang meliputi observasi, membuat
hipotesis, merencanakan dan melaksanakan
eksperimen, evaluasi data pengukuran, dan
sebagainya. Produk (product) merupakan hasil
dari proses yang berbentuk fakta, konsep, prinsip,
teori, hukum, dan sebagainya. Dalam program
studi pendidikan fisika terdapat salah satu mata
kuliah yaitu elektronika dasar 1. Elektronika dasar
1 merupakan mata kuliah yang memegang
peranan penting pada program studi pendidikan
fisika di perguruan tinggi. Berdasarkan analisis
pelajar yang dilakukan peneliti kepada mahasiswa
pendidikan fisika Universitas Jambi angkatan
2015, didapat tingkat pengalaman mahasiswa
dalam matakuliah yang berhubungan dengan
Elektronika Dasar 1, yaitu pada mata pelajaran
fisika (listrik) hanya sekitar 16,7% orang
mahasiswa yang menguasai, 17,8% mahasiswa
yang ragu-ragu terhadap kemampuannya, 63,3%
mahasiswa yang tidak menguasai, dan 2,2%
mahasiswa yang sangat tidak menguasai. Di
Universitas Jambi, mata kuliah Elektronika Dasar
1 memiliki bobot 3 SKS, dilaksanakan pada
semester ke-3 serta memuat materi yang cukup
padat dan pada proses pembelajarannya
menggunakan buku Sutrisno dan Richard Blocher,
namun buku tersebut tidak sesuai dengan
karakteristik mahasiswa pendidikan fisika,
begitupun dengan proses pembelajaran yang
belum sesuai di Universitas Jambi. Berdasarkan
hasil analisis performance gap yang telah
dilakukan sebelumnya, dengan mentriangulasikan
hasil wawancara mahasiswa, asisten dosen dan
observasi dokumen didapatkan hasil sebagai
berikut: 1) Tingkat keterbacaan buku referensi
utama elektronika dasar 1 rendah bagi mahasiswa
pendidikan fisika universitas Jambi. 2) Gambar
yang disajikan tidak berwarna dan kurang
menarik bagi mahasiswa pendidikan fisika
universitas jambi. 3) Contoh permasalahan dan
penyelesaiannya yang terdapat dalam sumber
referensi utama sulit dipahami oleh mahasiswa.
Solusi yang ditawarkan adalah perlunya
pembuatan modul untuk mahasiswa, (Prastowo,
2011) mendefinisikan modul sebagai bahan ajar
yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat
pengetahuan dan usia mereka, agar siswa belajar
mandiri dengan bimbingan yang minimal dari
guru. Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar
berbasis cetakan yang dirancang untuk peserta
pembelajaran belajar secara mandiri karena itu
modul dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar
sendiri (Asyhar, 2010). Selain itu, modul dapat
memfasilitasi peserta didik lebih tertarik dalam
belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar
(Depdiknas, 2008). Salah satu pendekatan yang
saat ini sering digunakan adalah pendekatan
pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) dan pendekatan berbasis proyek, dimana
secara umum pembelajaran berdasarkan masalah
terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi
masalah yang otentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk
melakukan penyelidikan. Kegiatan belajar
memecahkan masalah merupakan usaha untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Berpikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi
yang melibatkan asimilasi dan akomodasi
berbagai pengetahuan dan struktur kognitif yang
dimiliki siswa untuk memecahkan suatu masalah
(Widodo, 2013). Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pembuatan modul pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran berbasis masalah pada
mata kuliah elektronika dasar 1, sebagai tambahan
sumber belajar bagi mahasiswa untuk belajar
mandiri, yang menarik untuk dibaca, dan
dilengkapi dengan materi serta contoh-contoh soal
yang mendukung, agar mahasiswa dapat mudah
memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: bagaimana membuat modul
berbasis masalah pada materi rangkaian
elektronika dasar 1 program studi pendidikan
fisika Universitas Jambi? dan bagaimanakah
persepsi modul pada matakuliah elektronika dasar
1 program studi pendidikan fisika Universitas
Jambi?. Selanjutnya berdasarkan rumusan
masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
dalam penelitian ini adalah: membuat modul
berbasis masalah pada materi rangkaian
elektronika dasar 1 program studi pendidikan
fisika Universitas Jambi, dan mengetahui persepsi
modul pada matakuliah elektronika dasar 1
program studi pendidikan fisika Universitas
Jambi. Sehingga berdasarkan tujuan penelitian di
atas maka dapat diambil beberapa manfaat dari
penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: membantu mahasiswa
semester 3 pendidikan fisika memahami materi
pada mata kuliah elektronika dasar, dan sebagai
penambah pengetahuan bagi penulis dalam
membuat modul pembelajaran pada mata kuliah
elektronika dasar 1.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
campuran (kuantitatif dan kualitatif), dengan
menggunakan tipe penelitian dan pengembangan
(research and development). Model yang
digunakan adalah model ADDIE. Model ini terdiri
dari lima tahap utama yaitu analisis (Analysis),
perencanaan
(Design),
pengembangan
(Development), pelaksanaan (Implementation),
dan evaluasi (Evaluations) (Branch, 2009).
Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti menetapkan waktu pelaksanaan
penelitian pada bulan juli 2017, dan penelitian ini
telah ditetapkan akan diadakan di program studi
pendidikan fisika Universitas Jambi.
Subjek Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah
dipaparkan peneliti di atas, maka peneliti
menetapkan subjek untuk penelitian ini. Dimana
subjek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
pendidikan fisika angkatan 2015 Universitas
Jambi.
Prosedur
Penelitian ini hanya terdiri dari tahap:
Analisis, Desain, Pengembangan, dan Evaluasi.
Pada tahap analisis, peneliti melakukan validasi
kesenjangan
kinerja
dengan
melakukan
wawancara dan observasi buku sumber utama,
didapatkan tiga kesenjangan: 1) Rendahnya
tingkat keterbacaan buku, 2) Gambar yang
disajikan tidak berwarna dan kurang menarik, dan
3) Kesulitan dalam memahami contoh
permasalahan dan penyelesaian pada buku.
Selanjutnya pada tahap desain, peneliti membuat
inventarisasi tugas, membuat tujuan kinerja, dan
menghasilkan strategi pengujian. Kemudian pada
tahap pengembangan, peneliti mengembangkan
modul yang dibuat lalu dilakukan revisi formatif
dengan melakukan evaluasi materi, pedagogik,
penyajian, dan kebahasaan. Terakhir peneliti
melakukan tahap evaluasi, dengan melakukan uji
coba untuk melihat persepsi mahasiswa terhadap
modul yang telah dibuat peneliti.
Instrumen Penelitian
Penelitian ini bersifat campuran. Adapun
data kualitatif yang digunakan adalah data tentang
bagaimana membuat modul, sedangkan data
kuantitatif yang digunakan adalah data tentang
kelayakan modul. Maka instrumen penelitian
yang digunakan adalah: 1) Dokumentasi proses
pembuatan modul. 2) Lembar wawancara terbuka
diberikan kepada para ahli terkait modul
elektronika
dasar,
yang
meliputi
ahli
pembelajaran dan ahli materi elektronika dasar. 3)
Angket untuk melihat tanggapan subjek ujicoba
terhadap modul. Angket yang akan dibuat
menggunakan skala likert (5 skala). Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Instrumen penelitian yang
menggunakan skala likert dapat diisi dengan
memberikan jawaban dalam bentuk tanda cek.
Dengan 5 tingkat jawaban, yaitu sangat baik, baik,
cukup, kurang, dan sangat kurang. Tingkat
jawaban ini digunakan dalam lembar evaluasi
ahli. Sedangkan tingkat jawaban angket persepsi
siswa juga dengan 5 tingkat jawaban yaitu, sangat
tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, setuju,
dan sangat setuju.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa instrumen yang digunakan adalah
dokumentasi, lembar wawancara, dan angket.
Adapun teknik analisis instrumen penelitian
adalah sebagai berikut: 1) Dokumentasi
merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk
mengukur atau merekap suatu kejadian secara
kualitatif, maka dokumentasi tidak memerlukan
validasi. 2) Sama seperti halnya dokumentasi
teknik wawancara terbuka juga merupakan suatu
metode pengumpulan data secara kualitatif, maka
wawancara tidak memerlukan validasi. 3) Angket
merupakan suatu instrumen pengumpulan data
kuantitatif. Angket yang digunakan 2 jenis, yaitu
angket berstruktur yang digunakan untuk evaluasi
oleh ahli, dan angket tertutup digunakan untuk
mengetahui persepsi mahasiswa, maka angket
memerlukan validitas dan reliabilitas. Teknik
analisisnya adalah sebagai berikut: a) validitas
angket, sebuah instrumen dapat dikatakan sudah
valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan juga dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat.
Perhitungan uji validitas dapat dilakukan dengan
menggunakan program komputer yaitu SPSS
16.0. Dimana harga rhitung kemudian akan
dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf
signifikansi 5%. b) reliabilitas angket, menguji
reliabilitas instrumen digunakan rumus Alfa
Cronbach (Sugiyono, 2011), rumus ini digunakan
karena pada angket atau kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat
jawaban yang bernilai salah atau nol. Hal ini
sesuai dengan rumus Alfa Cronbach yang dapat
digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya pada
angket atau jenis data yang berbentuk
interval/essay
yang
dihitung
dengan
menggunakan IBM SPSS statistik 16.0 (Sugiyono,
2011).
Teknik Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data selesai,
maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data
yang sudah terkumpul dari penelitian, yaitu
sebagai berikut: 1) Dokumentasi merupakan suatu
instrumen yang digunakan untuk mengukur atau
merekap suatu kejadian secara kualitatif maka
teknik analisis data yang digunakan adalah coding
(Jack R. Fraenkel, 2012). 2) Sama seperti halnya
dokumentasi teknik wawancara terbuka juga
merupakan suatu metode pengumpulan data
secara kualitatif maka teknik analisis datanya juga
menggunakan coding (Jack R. Fraenkel, 2012). 3)
Angket merupakan suatu instrumen pengumpulan
data kuantitatif. Adapun teknik analisis datanya
adalah dipersentasikan dengan cara: a) mengubah
penilaian kualitatif menjadi kuantitatif, b)
menghitung nilai rerata skor tiap indikator, dan c)
menginterpretasikan secara kualitatif nilai ratarata setiap aspek. Setelah dilakukan pendataan dan
pengolahan serta disajikan dalam bentuk
persentase, langkah selanjutnya yang dilakukan
peneliti adalah mendeskripsikan dan mengambil
kesimpulan dari hasil observasi dan pengolahan
data tentang masing-masing indikator.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini telah menghasilkan produk
berupa bahan ajar berbasis masalah berupa modul
pembelajaran pada materi rangkaian Elektronika
Dasar 1 di Prodi Pendidikan Fisika. Selanjutnya
setelah modul selesai dibuat, peneliti melakukan
evaluasi kepada dosen ahli, yaitu ahli materi,
pedagogik, penyajian, dan kebahasaan, hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Evaluasi Modul Oleh Ahli
No.
Aspek
Persentase Rata-Rata
Aspek
1.
Materi
67,62%
2.
Pedagogik
66,6%
3.
Penyajian
79,43%
4.
Kebahasaan 72,5%
Setelah modul dinyatakan layak oleh
dosen ahli, maka selanjutnya peneliti melakukan
uji coba untuk melihat persepsi mahasiswa
terhadap modul yang telah dibuat oleh peneliti,
hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Persepsi Mahasiswa Terhadap
Modul
No.
Indikator
Persentase Kategori
Rata-Rata
Indikator
1.
Tampilan
83%
Sangat
Baik
2.
Materi
74%
Baik
3.
Kebermanfaatan 77%
Baik
Adapun
langkah
pengembangan
penelitian ini berdasarkan model pengembangan
ADDIE. Menurut (Branch, 2009), model ADDIE
ini terdiri dari 5 tahap pengembangan, yaitu
Analyze (analisis), Design (perancangan), Develop
(pengembangan), Implement (penerapan), dan
Evaluation (evaluasi). Adapun pada penelitian ini
tidak sampai pada tahap implementasi, produk
yang dihasilkan adalah modul berbasis masalah
pada materi rangkaian elektronika dasar. Pada
tahap analisis, peneliti melakukan validasi
kesenjangan
kinerja
dengan
melakukan
wawancara kepada mahasiswa, asisten dosen dan
melakukan observasi pada buku sumber utama,
didapatlah hasil kesenjangan kinerja: (1)
Rendahnya tingkat keterbacaan buku, (2) Gambar
yang disajikan tidak berwarna dan kurang
menarik, dan (3) Kesulitan dalam memahami
contoh permasalahan dan penyelesaian pada buku.
Selanjutnya pada tahap desain, peneliti membuat
inventarisasi tugas, tujuan kinerja, dan
menghasilkan strategi pengujian. Kemudian pada
tahap
pengembangan,
peneliti
mulai
mengembangkan produk yang dibuat. Dimana
produk yang dibuat peneliti adalah bahan ajar
berupa modul cetak yang menggunakan
pendekatan berbasis masalah (problem based
learning), pendekatan ini dipilih untuk membantu
para siswa dalam mengembangkan suatu
kemampuan berpikir, mengatasi masalah,
keterampilan
penyelidikan,
kemampuan
mempelajari peran sebagai orang dewasa melalui
keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri
dan independen (Widodo, 2013). Selanjutnya
peneliti mengembangkan modul dengan materi
berdasarkan acuan RPS (Rencana Perkuliahan
Semester), dimana materi yang disusun peneliti
terdiri dari 3 BAB yaitu: Komponen dasar
elektronika, Rangkaian arus searah, dan
Rangkaian arus bolak-balik. Setelah modul selesai
dibuat, maka modul dievaluasi oleh dosen ahli
yang terdiri dari ahli materi, pedagogik,
penyajian, dan kebahasaan. Setelah dinyatakan
layak, maka selanjutnya peneliti mengujicobakan
produk yang telah dibuat untuk melihat persepsi
mahasiswa terhadap modul.
Peneliti melakukan uji coba yang
bertujuan untuk melihat persepsi mahasiswa
terhadap modul yang telah dibuat, uji coba
dilakukan terhadap 35 orang mahasiswa semester
IV Program Studi Pendidikan Fisika Universitas
Jambi. Uji coba mendapat respon positif dari
mahasiswa, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis
data angket persepsi, yang terdiri dari 3 indikator
yaitu: a) Tampilan, indikator tampilan
persentasinya adalah sebesar 83%, dimana
indikator ini merupakan indikator yang termasuk
kedalam kategori sangat baik. Hal ini menandakan
bahwa mahasiswa merasa modul yang digunakan
memiliki desain tampilan yang bagus, dan
gambar-gambar yang dipakai di dalam modul juga
berwarna, sehingga hal ini menjadi kunci yang
membuat indikator tampilan memiliki persentase
yang tertinggi. Untuk indikator tampilan, aspek
terendah terdapat pada aspek “warna gambar
sesuai dengan aslinya dan menarik” dengan
persentase sebesar 78% yang termasuk dalam
kategori baik, hal ini dikarenakan masih terdapat
gambar di dalam modul yang menurut persepsi
mahasiswa masih belum sesuai dengan aslinya
dan masih kurang menarik, sedangkan aspek
tertinggi terdapat pada aspek “gambar yang
disajikan sesuai dengan materi” dengan persentase
sebesar 88% yang termasuk kategori sangat baik.
Modul yang telah dikembangkan oleh peneliti
dibuat berwarna dengan desain yang dibuat
semenarik mungkin dan juga menggunakan
gambar yang sesuai dengan gambar aslinya,
begitu pula dengan gambar rangkaian yang
didesain dengan software Livewire, selanjutnya
dari segi tulisan peneliti menggunakan jenis huruf
Century Gothic dengan ukuran font 10, semua hal
ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa agar
tertarik dalam mempelajari modul yang telah
dibuat oleh peneliti. Sebagaimana dijelaskan
(Rahdiyanta, 2004) bahwa daya tarik modul dapat
ditempatkan di beberapa bagian seperti: Bagian
sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan
warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran
huruf yang serasi. Dan bagian isi modul dengan
menempatkan rangsangan-rangsangan berupa
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal,
miring, garis bawah atau warna. Selain itu juga
apabila materi pembelajaran yang disampaikan
bersifat abstrak, maka modul mampu membantu
peserta didik menggambarkan sesuatu yang
abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan
gambar, foto, bagan, skema dan yang lainnya
pada modul (Putu Intan Paramita, 2015). Maka
dari itu gambar yang menarik merupakan suatu
peranan penting dalam sebuah modul, hal itu
dikarenakan, orang belajar lebih baik dari gambar
dan kata dari pada sekedar kata-kata saja (Mayer,
2001). Selanjutnya berdasarkan evaluasi yang
dilakukan oleh ahli didapatlah persentase aspek
penyajian sebesar 79,43% yang termasuk kedalam
kategori baik. Berdasarkan semua saran yang
diterima dari ahli penyajian, peneliti memperbaiki
setiap kekurangan yang terdapat di dalam modul
agar modul yang dibuat oleh peneliti semakin baik
untuk digunakan. Kesimpulan dari indikator
tampilan adalah terdapat perbedaan antara hasil
persepsi mahasiswa dengan evaluasi dosen ahli,
menurut peneliti hal ini dikarenakan dosen ahli
memiliki tuntutan yang lebih tinggi dalam menilai
modul yang telah dibuat oleh peneliti. b) Materi,
indikator materi persentasinya yaitu sebesar 74%,
dimana indikator ini termasuk kedalam kategori
baik. Untuk indikator materi, aspek terendah
terdapat pada aspek “bahasa yang digunakan
komunikatif dan tidak membosankan” dengan
persentase sebesar 77% yang termasuk dalam
kategori baik, hal ini dikarenakan masih terdapat
materi dengan bahasa penyampaian yang cukup
sulit dipahami oleh mahasiswa sewaktu
menggunakan modul yang dibuat oleh peneliti.
Sedangkan untuk aspek tertinggi terdapat pada
aspek “materi yang disajikan menambah
pengetahuan mengenai aplikasinya dalam
kehidupan” dan aspek “contoh soal yang disajikan
sesuai dengan materi” yang sama-sama memiliki
persentase sebesar 82% yang termasuk dalam
kategori sangat baik, hal ini dikarenakan
mahasiswa merasa materi yang terdapat dalam
modul mampu menambah pengetahuan mengenai
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari dan
contoh soal yang terdapat dalam modul juga
sudah sesuai dengan materi. Materi yang disusun
oleh peneliti berdasarkan acuan RPS (Rencana
Perkuliahan Semester) pada mata kuliah
Elektronika Dasar 1, berdasarkan hal tersebut
materi yang dimasukkan ke dalam modul adalah
Komponen Dasar Elektronika, Hukum Dasar
Elektronika, Rangkaian Arus Searah dan BolakBalik. Selanjutnya berdasarkan evaluasi yang
dilakukan oleh ahli didapatlah persentase aspek
materi sebesar 67,62% yang termasuk kedalam
kategori baik. Berdasarkan semua saran yang
diterima dari ahli materi, peneliti memperbaiki
setiap kekurangan yang terdapat di dalam modul
agar modul yang dibuat oleh peneliti semakin baik
untuk digunakan. Kesimpulan dari indikator
materi adalah terdapat perbedaan antara hasil
persepsi mahasiswa dengan evaluasi dosen ahli,
menurut peneliti hal ini dikarenakan dosen ahli
memiliki tuntutan yang lebih tinggi dalam menilai
modul yang telah dibuat oleh peneliti. c)
Kebermanfaatan,
indikator
kebermanfaatan
memiliki persentase sebesar 77%, dimana
indikator ini termasuk kedalam kategori baik.
Untuk indikator kebermanfaatan, aspek terendah
terdapat pada aspek “masalah pada setiap awal
BAB menimbulkan rasa ingin tahu saya” dengan
persentase sebesar 73% yang termasuk dalam
kategori baik, hal ini dikarenakan mahasiswa
merasa bahwa masalah di dalam modul justru
menimbulkan kebingungan tersendiri bagi
mahasiswa sewaktu mempelajarinya. Sedangkan
aspek tertinggi terdapat pada aspek “masalah pada
setiap awal BAB dekat dengan kehidupan nyata”
dan aspek “modul ini membantu meningkatkan
motivasi belajar elektronika dasar 1” yang samasama memiliki persentase sebesar 79% yang
termasuk dalam kategori baik, hal ini dikarenakan
mahasiswa merasa masalah yang terdapat di
dalam modul dekat dengan kehidupan nyata yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan
modul yang dibuat dapat meningkatkan partisipasi
dan motivasinya. Modul yang dikembangkan oleh
peneliti menggunakan pendekatan berbasis
masalah (Problem Based Learning), yang
bertujuan untuk memotivasi mahasiswa dalam
belajar. Masalah yang terdapat di dalam modul
diletakkan pada setiap awal BAB kegiatan
pembelajaran dalam bentuk cerita yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari, ini dikarenakan hal
tersebut dapat memotivasi mahasiswa dalam
belajar dan menyelesaikan masalah yang ada.
Pembelajaran berbasis masalah dimaksudkan
untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi
mahasiswa, karena melalui belajar berbasis
masalah,
mahasiswa
belajar
bagaimana
menggunakan sebuah proses interaktif untuk
menilai
apakah
yang
mereka
ketahui,
mengidentifikasi apakah yang mereka ingin
ketahui, mengumpulkan informasi-informasi dan
secara kolaborasi mengevaluasi hipotesisnya
berdasarkan data yang mereka telah kumpulkan.
Pendekatan pembelajaran yang ditawarkan ini
menggabungkan strategi pemecahan masalah
dengan lingkungan penunjang untuk membantu
mahasiswa mengimplementasikan strateginya.
Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat
diimplementasikan melalui latihan pemecahan
masalah dalam kelompok kooperatif (Arsini,
2013). Selanjutnya berdasarkan evaluasi yang
dilakukan oleh ahli didapatlah persentase aspek
pedagogik sebesar 66,6% yang termasuk kedalam
kategori baik. Berdasarkan semua saran yang
diterima
dari
ahli
pedagogik,
peneliti
memperbaiki setiap kekurangan yang terdapat di
dalam modul agar modul yang dibuat oleh peneliti
semakin baik untuk digunakan. Kesimpulan dari
indikator kebermanfaatan adalah terdapat
perbedaan antara hasil persepsi mahasiswa dengan
evaluasi dosen ahli, menurut peneliti hal ini
dikarenakan dosen ahli memiliki tuntutan yang
lebih tinggi dalam menilai modul yang telah
dibuat oleh peneliti.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menghasilkan modul sebagai media pembelajaran
Fisika pada mata kuliah Elektronika Dasar 1 serta
untuk menguji kelayakannya. Adapun langkah-
langkah pengembangannya berdasarkan model
pengembangan ADDIE. Menurut (Branch, 2009),
model ADDIE ini terdiri dari 5 tahap
pengembangan, yaitu Analyze (analisis), Design
(perancangan),
Develop
(pengembangan),
Implement
(penerapan),
dan
Evaluation
(evaluasi). Adapun pada penelitian ini tidak
sampai pada tahap implementasi, produk yang
dihasilkan adalah modul berbasis masalah pada
materi rangkaian elektronika dasar. Pada tahap
analisis, peneliti melakukan validasi kesenjangan
kinerja dengan melakukan wawancara kepada
mahasiswa, asisten dosen dan melakukan
observasi pada buku sumber utama, didapatlah
hasil kesenjangan kinerja: (1) Rendahnya tingkat
keterbacaan buku, (2) Gambar yang disajikan
tidak berwarna dan kurang menarik, dan (3)
Kesulitan dalam memahami contoh permasalahan
dan penyelesaian pada buku. Selanjutnya pada
tahap desain, peneliti membuat inventarisasi
tugas, tujuan kinerja, dan menghasilkan strategi
pengujian. Kemudian pada tahap pengembangan,
peneliti mulai mengembangkan produk yang
dibuat. Dimana produk yang dibuat peneliti
adalah bahan ajar berupa modul cetak yang
menggunakan pendekatan berbasis masalah
(problem based learning), pendekatan ini dipilih
untuk
membantu
para
siswa
dalam
mengembangkan suatu kemampuan berpikir,
mengatasi masalah, keterampilan penyelidikan,
kemampuan mempelajari peran sebagai orang
dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi
pembelajar yang mandiri dan independen
(Widodo,
2013).
Selanjutnya
peneliti
mengembangkan
modul
dengan
materi
berdasarkan acuan RPS (Rencana Perkuliahan
Semester), dimana materi yang disusun peneliti
terdiri dari 3 BAB yaitu: Komponen dasar
elektronika, Rangkaian arus searah, dan
Rangkaian arus bolak-balik. Setelah modul selesai
dibuat, maka modul dievaluasi oleh dosen ahli
yang terdiri dari ahli materi, pedagogik,
penyajian, dan kebahasaan. Setelah dinyatakan
layak, maka selanjutnya peneliti mengujicobakan
produk yang telah dibuat untuk melihat persepsi
mahasiswa terhadap modul. Menurut pendapat
dari dosen ahli, modul Elektronika Dasar 1 pada
materi Rangkaian Elektronika Dasar sudah
dinyatakan layak. Sedangkan menurut persepsi
responden dari angket yang telah disebarkan
kepada mahasiswa Pendidikan Fisika Reguler
2015, diperoleh hasil persentase aspek tampilan
modul sebesar 83,27%, persentase aspek
penyajian materi dalam modul sebesar 74,14%,
dan persentase aspek kebermanfaatan modul
sebesar 77,14%. Dari hasil tersebut diperoleh
hasil akhir rata-rata persentase kelayakan media
sebesar 78,18%. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa adanya respon positif
mahasiswa terhadap modul pembelajaran berbasis
masalah pada materi rangkaian elektronika dasar
pada mata kuliah Elektronika Dasar 1 yang telah
dibuat.
Saran
Adapun beberapa saran dalam penelitian
ini diantaranya adalah: 1) Modul yang
dikembangkan belum sempurna, oleh karena itu
perlu adanya tindak lanjut dari peneliti lain untuk
mengembangkan modul ini dari segi isi (materi)
maupun dari segi tampilan agar keterbacaannya
meningkat. 2) Penulis juga menyarankan
pendekatan berbasis masalah yang digunakan
dalam modul dapat lebih dikembangkan lagi, agar
modul semakin baik lagi kedepannya. 3) Penulis
menyarankan
agar
modul
yang
telah
dikembangkan,
dilanjutkan
sampai
tahap
implementasi.
Daftar Pustaka
Arsini. (2013). Penerapan Problem Based
Learning Dengan Pendekatan Kooperatif
Berbantuan Modul Sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Proses Dan Hasil
Belajar Mahasiswa Pada Perkuliahan
Praktikum Fisika Dasar I. Phenomenon, 1.
Asyhar, R. (2010). Kreatif mengembangkan
media pembelajaran. Jakarta: Referensi
Jakarta.
Branch, R. M. (2009). Instructional Design: The
ADDIE Approach. New York: Springer.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Jack R. Fraenkel, N. E. W., Helen H. Hyun.
(2012). How To Design And Evaluate
Research In Education
Lesmono, A. D. (2012). Pengembangan Petunjuk
Praktikum Fisika Berbasis Laboratorium
Virtual (Virtual Laboratory) Pada
Pembelajaran Fisika Di SMP/MTs. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 1.
Mayer, R. (2001). Multimedia Learning.
Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat
bahan ajar inovatif. Jogjakarta: DIVA
Press (Anggota Ikapi).
Putu Intan Paramita, N. S., I Gede Mahendra
Darmawiguna, Made Agus Wirawan.
(2015). Pengembangan E-modul berbasis
scientific pada mata pelajaran teknik
animasi 2 dimensi kelas XI multimedia di
SMK negeri 3 singaraja. 4.
Rahdiyanta, D. (2004). Teknik penyusunan
modul.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Widodo, L. W. (2013). Peningkatan Aktivitas
Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Metode Problem Based Learning Pada
Siswa Kelas VIIA MTs Negeri
Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, XVII.
Download