Templat tugas akhir S1

advertisement
EVALUASI STATUS HARA MIKRO (Fe, Mn, Zn DAN Cu)
PADA TANAH SAWAH DI PULAU JAWA
AZRIZAL
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Status Hara
Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) Pada Tanah Sawah di Pulau Jawa adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Azrizal
NIM A14090011
ABSTRAK
AZRIZAL. Evaluasi Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn, dan Cu) pada tanah sawah di
Pulau Jawa, Indonesia. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SYAIFUL
ANWAR.
Tanah sawah di Jawa telah mengalami pemupukan berkepanjangan dengan
hara makro, khususnya dengan pupuk N, P, K, sedangkan pemupukan hara mikro
hanya sedikit atau tidak sama sekali. Pemupukan hara mikro harus diperhatikan
dengan seksama karena pemberian yang berlebihan dapat meracuni dan
menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini diperlukan dalam mengevaluasi status
hara mikro pada tanah sawah di Pulau Jawa untuk keseimbangan pupuk yang
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status hara Fe, Mn, Zn,
dan Cu pada tanah sawah di Pulau Jawa; untuk membandingkan ketersediaan Fe,
Mn, Zn, dan Cu antara Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; untuk
mengkorelasikan pH, Kejenuhan Basa, P-Bray, dan N-total dengan ketersediaan
Fe, Mn, Zn, dan Cu. Terdapat 23 sampel tanah yang dianalisis, 7 sampel dari Jawa
Barat, 11 sampel dari Jawa Tengah, dan 5 sampel dari Jawa Timur. Ketersediaan
Fe, Mn, Zn, Cu dianalisis menggunakan metode DTPA. Secara umum, status Mn
dan Cu sudah cukup. Besi (Fe) cukup di Jawa Barat dan Jawa Tengah, tetapi
sebagian besar di Jawa Timur kekurangan. Seng (Zn) merupakan yang paling
bervariasi ketersediaannya di seluruh wilayah, mulai dari kurang hingga cukup.
Hasil uji korelasi menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan
antara Fe, Mn, Zn, dan Cu dengan pH; korelasi negatif yang signifikan antara Fe
Mn dengan P-Bray1; dan korelasi positif yang signifikan antara Fe dan Cu dengan
N-total.
Kata kunci: DTPA, Hara Mikro, Pulau Jawa, Tanah Sawah
ABSTRACT
AZRIZAL. Evaluation of Micro Nutrient Status (Fe, Mn, Zn, and Cu) of Paddy
Soils in Java, Indonesian. Supervised by ARIEF HARTONO and SYAIFUL
ANWAR.
Paddy soils in Java has been experiencing prolong fertilization with
macronutrients, in particular with N, P, and K fertilizers, while fertilization of
micronutrients only minor if not at all. Micronutrients fertilization must be
considered carefully because over application can be toxic and inhibit plant
growth. It is necessary to evaluate micronutrients status of paddy soils in Java for
a better balance fertilization. This research was aimed to evaluate the status of Fe,
Mn, Zn, and Cu in paddy soils in Java; to compare the availability of Fe, Mn, Zn,
and Cu among West Java, Central Java, and East Java; and to correlate pH, Base
Saturation, Bray-P, and total-N with the availability of Fe, Mn, Zn, and Cu. There
were 23 soil samples analyzed, 7 samples from West Java, 11 samples from
Central Java, and 5 samples from East Java. The availability of Fe, Mn, Zn, and
Cu were analyzed using DTPA method. In general, the status of Mn and Cu was
sufficient. Iron was sufficient in West Java and Central Java, but mostly deficient
in East Java. Zinc was the most varied from deficient to sufficient in all areas.
There were significant negative correlations between Fe, Mn, Zn, and Cu with pH;
significant negative correlation between Fe and Mn with Bray1-P; and significant
positive correlation between Fe and Cu with total-N.
Keywords: DTPA, Java, Micro Nutrient, Paddy Soil
EVALUASI STATUS HARA MIKRO (Fe, Mn, Zn DAN Cu)
PADA TANAH SAWAH DI PULAU JAWA
AZRIZAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Evaluasi Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) pada Tanah
Sawah di Pulau Jawa
Nama
Azrizal
NIM
A14090011
Disetujui oleh
Dr Ir AriefHartono, MSc Agr
Pembimbing I
Tanggal Lulus:
l I 1 DEC 20J5
Dr Ir Syaiful Anwar, MSc
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah Evaluasi
Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) pada Tanah Sawah di Pulau Jawa. Dalam
proses penyelesaian penelitian ini banyak pihak yang terlibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
Dr Ir Arief Hartono, MSc Agr dan Dr Ir Syaiful Anwar MSc selaku dosen
pembimbing atas segala nasehat, bimbingan, arahan, motivasi, kesabaran,
waktu, pikiran dan keikhlasan yang telah diberikan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
Dr Ir Lilik Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas saran dan masukan dalam
perbaikan skripsi ini.
Kedua orang tua tercinta, Bapak, Ibu, kakak dan adik tercinta serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, motivasi, perhatian, pengorbanan, cinta,
dan kasih sayang.
Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang
telah memberikan ilmu, nasehat, dan kerjasamanya.
Seluruh Sahabat Ilmu Tanah 46, Ilmu Tanah 45, Ilmu Tanah 44.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu tanah khususnya di
tanah-tanah sawah di Pulau Jawa.
Bogor, Desember 2015
Azrizal
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Metode Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Evaluasi Status Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
4
Pengaruh Lokasi terhadap Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
9
Korelasi Beberapa Sifat Tanah (pH, Kb, P-Bray dan N-Total) dengan
Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
KESIMPULAN DAN SARAN
10
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai Penelitian
Evaluasi Status Hara Fe Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Mn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Zn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Cu Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Perbedaan Ketersediaan Hara Mikro Pada Setiap Lokasi
Kolerasi hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu Terhadap Sifat Tanah Lainnya
4
5
6
7
8
9
10
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
Hasil Analisis Pedahuluan Tanah Sawah di Pulau Jawa
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Fe-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Mn-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Zn-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Cu-DTPA pada Setiap Lokasi
13
14
14
14
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menunjukkan jumlah
penduduk Indonesia adalah 237 juta jiwa dimana 57.5% tersebar di Pulau Jawa,
dan sisanya 42.5% di pulau-pulau lainnya. Hampir seluruh penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras. Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization)
tahun 2013 Indonesia menjadi negara dengan konsumsi beras terbesar ketiga
setelah Amerika dan India. Data BPS pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Pulau
Jawa dengan luas panen 6.44 juta ha mampu menyumbang 53% dari produksi
gabah kering giling (GKG) di Indonesia (BPS 2013).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pangan di Indonesia adalah dengan melakukan program intensifikasi.
Selain menggunakan varietas unggul, pemupukan menjadi kegiatan yang paling
menentukan dalam keberhasilan program ini. Hal ini terbukti dengan penggunaan
pupuk yang meningkat pesat setelah perencanaan program intensifikasi yang
dimulai tahun 1969. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang
bersifat umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan status
hara tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara. Sementara itu diketahui
bahwa status hara P dan K sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi (Adiningsih
et al. 1989; Moersidi et al. 1991; Haryani 2013; Sitorus 2013).
Pemupukan N, P dan K secara terus-menerus pada tiga dasawarsa terakhir
ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi. Selain itu penggunaan
pupuk N, P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah.
Ketidakseimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian
produktivitas (leveling off) padi sawah. Kadar hara N, P dan K yang tinggi
menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Fe, Mn, Zn dan Cu tertekan (Sofyan
et al. 2004).
Pemupukan N, P, dan K dengan takaran tinggi tanpa pengembalian sisa
panen akan mempercepat penurunan ketersediaan hara mikro seperti Fe, Mn, Zn
dan Cu serta hara makro lainnya seperti S, Ca, dan Mg. Pemupukan hara mikro
harus diperhitungkan dengan sangat hati-hati karena pemberian yang berlebihan
dapat meracuni tanaman dan menghambat pertumbuhan (Setyorini et al. 2009).
Perhatian terhadap hara mikro di era 1960-an kini meningkat dengan pesat.
Hal tersebut disebabkan oleh terangkutnya hara mikro oleh tanaman
mengakibatkan ketersediaan hara mikro dalam tanah berkurang sehingga tidak
dapat menunjang pertumbuhan normal. Penggunaan varietas unggul dan
pemakaian pupuk makro yang dosisnya meningkat mempertajam menurunnya
hara mikro dalam tanah. Desakan terhadap efisiensi berproduksi memaksa kita
terus memperhatikan hara mikro ini. Evaluasi status hara mikro pada tanah sawah
di Pulau Jawa perlu dilakukan dalam kaitan kebijakan pemupukan yang
berimbang.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi status hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu pada tanah sawah di
Pulau Jawa.
2. Membandingkan ketersediaan hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu antara Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
3. Mengkorelasi pH, Kejenuhan Basa (KB), P-Bray dan total N dengan
ketersediaan hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan selesai.
Sample diambil dari 3 Provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) di
Pulau Jawa (Gambar 1). Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 23 Sample tanah
sawah yang diambil dari 3 provinsi di Pulau Jawa. Alat-alat yang digunakan untuk
analisis laboratorium adalah pipet (5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml), erlenmeyer,
tabung sentrifuge 50 ml, gelas piala, gelas ukur, labu takar 50 ml dan 100 ml, alat
ukur timbangan, neraca analitik, botol kocok plasik lemari pendingin, autoclave,
kertas saring, corong gelas, pipet tetes, dan alat ukur Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS).
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penetapan hara mikro Fe, Mn,
Zn dan Cu adalah Diethilenetriamine-pentaaceticacid (DTPA), HCl, CaCl2,
aquades, dan TEA (Tri Etanol Amin).
Gambar 1 Peta Pengambilan Sample Tanah di Pulau Jawa (Satwoko 2013)
3
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu tahap persiapan,
pengambilan sampel tanah, analisis pendahuluan dan analisis hara mikro, dan
pengolahan data.
Persiapan
Tahap ini meliputi tahap perencanaan sebelum pengambilan contoh tanah
dilakukan, yaitu menetapkan lahan sawah yang akan diambil contoh tanahnya,
jumlah dan lokasi pengambilan contoh tanah. Penetapan lokasi pengambilan
contoh tanah didasarkan atas pertimbangan karena daerah tersebut merupakan
sentral pertanian, terutama tanaman padi sawah.
Pengambilan Sampel Tanah
Sebanyak 23 contoh tanah sawah diambil di Pulau Jawa oleh peneliti
terlebih dahulu. Contoh tanah tersebut diambil pada lapisan olah dengan
kedalaman 0-20 cm yang diambil secara komposit. Contoh tanah komposit
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label. Setiap
contoh tanah sawah yang diambil pada masing-masing lokasi dicatat titik
koordinatnya. Jumlah contoh tanah sawah yang diambil di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur berturut-turut sebanyak 7, 11 dan 5 contoh tanah.
Analisis Pendahuluan dan Analisis Hara Mikro
Contoh tanah yang telah diambil dikeringudarakan dalam ruangan
berventilasi. Contoh tanah kemudian ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan
yang berukuran 2 mm. Analisis pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
karakteristik sifat kimia tanah sawah yang diambil. Analisis pendahuluan meliputi
pH (H2O) yang diukur dengan pH meter. KTK dan basa-basa (Nadd, Cadd, Mgdd)
diperoleh dari hasil ekstraksi dengan tanah 1 M NH4OAc pH 7. N-total diperoleh
dari hasil destruksi dengan metode Kjeldahl. Kejenuhan basa diperoleh dengan
perhitungan yaitu rasio total basa-basa dapat ditukar terhadap KTK tanah dan
diekspresikan dalam persen. Analisis pendahuluan tanah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya oleh Haryani (2013) dan Satwoko (2013). Analisis hara mikro Fe, Mn,
Zn, dan Cu dianalisis dengan menggunakan DTPA.
Pengolahan Data dan Penentuan Kelas Status Hara Mikro
Penilaian dari hasil analisis evaluasi status hara mikro dan hasilnya dibagi
menjadi 3 kelas status hara Fe, Mn, Zn, dan Cu yaitu cukup, sedang, rendah.
Kriteria yang digunakan dalam penetapan status hara mikro tanah sawah di Pulau
Jawa berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai
Penelitian Tanah (2009) secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis pedahuluan dibutuhkan untuk uji kolerasi dengan hara mikro Fe,
Mn, Zn, dan Cu menggunkan software MINITAB 14. Data pengaruh lokasi
terhadap hara mikro Fe, Mn, Zn, Cu diolah dengan menggunakan One-way
Analysis of Variance (ANOVA) atau sidik ragam satu arah dengan menggunakan
software MINITAB 14.
4
Tabel 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai Penelitian
Tanah (2009)
Unsur mikro (DTPA)
Rendah
Sedang
Cukup
Fe (ppm)
<2.5
2.5-4.5
>4.5
Mn (ppm)
<1
Zn (ppm)
<0.5
Cu (ppm)
<0.2
>1
0.5-1
>1
>0.2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Status Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
Evaluasi Status Hara Mikro Fe
Besi adalah unsur mikro yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Batas
kritis kosentrasi Fe dalam larutan tanah yang dapat menyebabkan keracunan
tanaman bervariasi dari 10-100 ppm, tetapi secara umum terjadi pada konsentrasi
Fe tanah >300 ppm (Santoso dan Sofyan 2002).
Hasil analisis hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu (Tabel 2) menunjukkan
bahwa ketersediaan Fe-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 8.90 ppm sampai
dengan 90.60 ppm. Fe-DTPA Jawa Tengah berkisar antara 6.16 ppm sampai
dengan 76.60 ppm.. Fe-DTPA Jawa Timur berkisar antara 0.41 ppm sampai
dengan 5.04 ppm. Karawang memiliki Fe-DTPA tertinggi diantara lokasi lainnya
di Pulau Jawa dengan. Fe-DTPA sebesar 90.60 ppm. Sementara Tambak Rejo
memiliki Fe-DTPA terendah jika dibandingkan dengan lokasi lainnya di Pulau
Jawa dengan Fe-DTPA sebesar 0.41 ppm.
Perbedaan Fe-DTPA yang sangat jauh antara Karawang dan Tambak Rejo
disebabkan karena kedua daerah tersebut berada di Provinsi yang berbeda
iklimnya. Karawang berada di Provinsi Jawa Barat sedangkan Tambak rejo berada
di Provinsi Jawa Timur. Kondisi iklim di kedua daerah tersebut mempengaruhi
ketersediaan Fe. Tidak hanya itu kedua daerah tersebut memiliki jenis tanah yang
berbeda. Berdasarkan nilai rata-rata Fe pada setiap provinsi. Fe-DTPA tertinggi
terdapat di Jawa Barat sedangkan terendah di Jawa Timur. Rata-rata Fe-DTPA
Jawa Barat sebesar 62.84 ppm. Rata-rata Fe-DTPA Jawa Tengah sebesar 39.4
ppm. Sementara rata-rata Fe-DTPA Jawa Timur sebesar 2.60 ppm.
Untuk status hara Fe pada tanah sawah, dari 23 lokasi yang diambil di
Pulau Jawa, 20 lokasi berstatus cukup, tiga lokasi berstatus rendah yaitu Jombang,
Nganjuk dan Tambak Rejo di Jawa Timur.
5
Tabel 2 Evaluasi Status Hara Fe Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi
Jawa Barat
Lokasi
OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols
Fe-DTPA (ppm)
Status
90.6
Cukup
Jatisari
Inceptisols
88.4
Cukup
Pamanukan
Inceptisols
63.7
Cukup
Indramayu
Inceptisols
38.5
Cukup
Palimanan
Inceptisols
8.92
Cukup
Cicalengka
Inceptisols
54.0
Cukup
Cikarawang
Ultisols
15.5
Cukup
Karawang
62.8428.96
Rata-ratasd
Jawa Tengah
Brebes
Inceptisols
39.8
Cukup
Suradadi
Inceptisols
22.3
Cukup
Batang
Ultisols
52.5
Cukup
Kendal
Inceptisols
71.4
Cukup
Demak
Vertisols
6.16
Cukup
Jekulo
Vertisols
10.3
Cukup
Borobudur
Inceptisols
57.6
Cukup
Kutoarjo
Inceptisols
28.9
Cukup
Karanganyar
Inceptisols
36.7
Cukup
Buntu
Inceptisols
76.6
Cukup
Jogjakarta
Vertisols
31.4
Cukup
Bojonegoro
Vertisols
4.87
Cukup
Tambak Rejo
Vertisols
0.41
Rendah
Nganjuk
Vertisols
0.89
Rendah
Jombang
Inceptisols
1.80
Rendah
Ponorogo
Vertisols
5.04
Cukup
39.423.1
Rata-ratasd
Jawa Timur
Rata-ratasd
2.602.21
Evaluasi Status Hara Mikro Mn
Kandungan Mn di dalam litosfer kira-kira 900 ppm dan di dalam tanah
biasanya mengandung 20-300 ppm dengan rata-rata 600 ppm (Lindsay 1979).
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Mn-DTPA di Jawa Barat berkisar
antara 10.6 ppm sampai dengan 46.4 ppm. Mn-DTPA di Jawa Tengah berkisar
antara 2.99 ppm sampai dengan 32.2 ppm. Mn-DTPA di Jawa Timur berkisar
antara 4.09 ppm sampai dengan 8.83 ppm.
6
Tabel 3 Evaluasi Status Hara Mn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi
Jawa Barat
Lokasi
OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols
Mn-DTPA (ppm)
Status
46.4
Cukup
Jatisari
Inceptisols
34.0
Cukup
Pamanukan
Inceptisols
13.5
Cukup
Indramayu
Inceptisols
10.6
Cukup
Palimanan
Inceptisols
20.9
Cukup
Cicalengka
Inceptisols
11.4
Cukup
Cikarawang
Ultisols
21.2
Cukup
Karawang
22.613.3
Rata-ratasd
Jawa Tengah
Brebes
Inceptisols
18.6
Cukup
Suradadi
Inceptisols
6.67
Cukup
Batang
Ultisols
20.0
Cukup
Kendal
Inceptisols
7.15
Cukup
Demak
Vertisols
2.99
Cukup
Jekulo
Vertisols
32.2
Cukup
Borobudur
Inceptisols
4.19
Cukup
Kutoarjo
Inceptisols
12.5
Cukup
Karanganyar
Inceptisols
10.5
Cukup
Buntu
Inceptisols
27.1
Cukup
Vertisols
9.26
Cukup
Jogjakarta
17.212.2
Rata-ratasd
Jawa Timur
Rata-ratasd
Bojonegoro
Vertisols
8.83
Cukup
Tambak Rejo
Vertisols
8.02
Cukup
Nganjuk
Vertisols
6.99
Cukup
Jombang
Inceptisols
5.40
Cukup
Ponorogo
Vertisols
4.09
Cukup
6.71.93
Jika dibandingkan dengan semua lokasi di Pulau Jawa. Karawang
memiliki Mn-DTPA tertinggi sebesar 46.6 ppm. Sementara Demak memiliki MnDTPA terendah dibandingkan dengan lokasi lainnya dengan Mn-DTPA sebesar
2.99 ppm. Perbedaan lokasi serta jenis tanah mengakibatkan perbedaan yang
cukup jauh antara jumlah Mn-DTPA di Karawang dan di Demak. Nilai rata-rata
Mn pada setiap provinsi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki
Mn-DTPA tertinggi sedangkan terendah Jawa Timur. Rata-rata Mn-DTPA Jawa
Barat sebesar 22.6 ppm, rata-rata Mn-DTPA Jawa Tengah sebesar 17.2 ppm, ratarata Mn-DTPA Jawa Timur sebesar 6.7 ppm. Untuk status hara Mn pada tanah
sawah, dari 23 lokasi yang diambil di Pulau Jawa berstatus cukup.
7
Evaluasi Status Hara Mikro Zn
Seng (Zn) di butuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit.
Fungsinya sebagai katalis dalam berbagai kegiatan fisiologis tanaman. Zn rendah
umumya terjadi pada tanah yang memiliki pH netral dan tanah berkapur yang
mengandung bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Zn rendah juga terdapat pada
tanah yang diusahakan intensif dengan pemberian pupuk N, P dan K dalam
jumlah yang banyak tanpa penambahan Zn, tanah sodik dan tanah salin, tanah
gambut, tanah berpasir, tanah masam bertekstur kasar yang telah melapuk lanjut
dan tanah Sulfat Masam yang telah tercuci Ca, Mg, dan K (Santoso dan Sofyan
2002).
Tabel 4 Evaluasi Status Hara Zn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi
Jawa Barat
Lokasi
OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols
Zn-DTPA (ppm)
Status
0.74
Medium
Jatisari
Inceptisols
1.46
Cukup
Pamanukan
Inceptisols
0.66
Medium
Indramayu
Inceptisols
0.20
Rendah
Palimanan
Inceptisols
0.04
Rendah
Cicalengka
Inceptisols
0.93
Medium
Cikarawang
Ultisols
6.13
Cukup
Karawang
Rata-ratasd
Jawa Tengah
Rata-ratasd
Jawa Timur
Rata-ratasd
1.62.03
Brebes
Inceptisols
0.20
Rendah
Suradadi
Inceptisols
1.36
Cukup
Batang
Ultisols
0.69
Medium
Kendal
Inceptisols
0.04
Rendah
Demak
Vertisols
0.09
Rendah
Jekulo
Vertisols
0.19
Rendah
Borobudur
Inceptisols
0.76
Medium
Kutoarjo
Inceptisols
0.21
Rendah
Karanganyar
Inceptisols
1.84
Cukup
Buntu
Inceptisols
1.42
Cukup
Jogjakarta
Vertisols
0.22
Rendah
Bojonegoro
Vertisols
0.820.58
0.26
Rendah
Tambak Rejo
Vertisols
0.15
Rendah
Nganjuk
Vertisols
0.004
Rendah
Jombang
Inceptisols
2.46
Cukup
Ponorogo
Vertisols
0.35
Rendah
0.440.13
Berdasarkan hasil analisis evaluasi status hara mikro tanah sawah di Tabel
4 menunjukkan bahwa rata-rata Zn-DTPA yang tertinggi terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebesar 1.6 ppm, Jawa Tengah sebesar 0.82 ppm, dan Jawa Timur
yang terendah yaitu sebesar 0.44 ppm. Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan
8
bahwa Zn-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 0.04 ppm sampai dengan 6.13 ppm.
Zn-DTPA di Jawa Tengah berkisar antara 0.04 ppm sampai dengan 1.84 ppm.
Zn-DTPA di Jawa Timur berkisar antara 0.004 ppm sampai dengan 2.46 ppm.
Sementara untuk daerah dengan Zn-DTPA tertinggi adalah Cikarawang di
Jawa Barat sebesar 6.13 ppm dan yang terkecil adalah daerah Nganjuk di Jawa
Timur sebesar 0.004 ppm. Untuk Zn-DTPA pada tanah sawah, dari 23 lokasi yang
diambil di Pulau Jawa, 12 lokasi berstatus rendah, 6 lokasi bersatus cukup dan 5
lokasi berstatus medium.
Evaluasi Status Hara Mikro Cu
Rata-rata Cu dalam litosfer sekitar 100 ppm, tetapi yang berada dalam
tanah antara 2 sampai 100 ppm (Tisdale dan Nelson 1975). Menurut (Soepardi
1983), bahwa bahan induk merupakan sumber ketersediaan Cu. Ketersediaan Cu
sangat tergantung pada pH tanah.
Tabel 5 Evaluasi Status Hara Cu Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi
Jawa Barat
Lokasi
OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols
Cu-DTPA (ppm)
Status
1.94
Cukup
Jatisari
Inceptisols
1.35
Cukup
Pamanukan
Inceptisols
1.38
Cukup
Indramayu
Inceptisols
1.52
Cukup
Palimanan
Inceptisols
0.92
Cukup
Cicalengka
Inceptisols
2.16
Cukup
Cikarawang
Ultisols
1.09
Cukup
Karawang
Rata-ratasd
Jawa Tengah
1.480.44
Brebes
Inceptisols
2.57
Cukup
Suradadi
Inceptisols
1.03
Cukup
Batang
Ultisols
1.86
Cukup
Kendal
Inceptisols
2.57
Cukup
Demak
Vertisols
1.41
Cukup
Jekulo
Vertisols
1.39
Cukup
Borobudur
Inceptisols
2.58
Cukup
Kutoarjo
Inceptisols
2.50
Cukup
Karanganyar
Inceptisols
2.60
Cukup
Buntu
Inceptisols
2.65
Cukup
Vertisols
1.63
Cukup
Jogjakarta
Rata -ratasd
Jawa Timur
Rata -ratasd
2.070.61
Bojonegoro
Vertisols
1.34
Cukup
Tambak Rejo
Vertisols
0.69
Cukup
Nganjuk
Vertisols
1.07
Cukup
Jombang
Inceptisols
1.11
Cukup
Ponorogo
Vertisols
2.50
Cukup
1.350.68
9
Berdasarkan Tabel 5 hasil analisis evaluasi status hara mikro menunjukkan
bahwa Cu-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 0.92 ppm sampai dengan 2.16
ppm. Cu-DTPA Jawa Tengah berkisar antara 1.03 ppm sampai dengan 2.65 ppm.
Cu-DTPA Jawa Timur berkisar antara 0.69 ppm sampai dengan 2.50 ppm. Buntu
memiliki Cu-DTPA tertinggi diantara lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan Cu
sebesar 2.65 ppm. Sementara Tambak Rejo memiliki Cu-DTPA terendah jika
dibandingkan dengan lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan Cu-DTPAsebesar 0.69
ppm.
Perbedaan Cu-DTPA antara Buntu dan Tambak Rejo disebabkan karena
kedua daerah tersebut berada di Provinsi yang berbeda. Buntu berada di Provinsi
Jawa Tengah sedangkan Tambak Rejo berada di Provinsi Jawa Timur. Kondisi
iklim di kedua daerah tersebut mempengaruhi ketersediaan Cu. Tidak hanya itu
kedua daerah tersebut memiliki jenis tanah yang berbeda. Berdasarkan nilai ratarata Cu-DTPA pada setiap provinsi, tertinggi terdapat di Jawa Tengah sedangkan
terendah di Jawa Timur. Rata-rata Cu-DTPA Jawa Barat sebesar 1.48 ppm, ratarata Cu-DTPA Jawa Tengah sebesar 2.07ppm, sementara ketersediaan rata-rata
Cu Jawa Timur sebesar 1.35ppm.
Pengaruh Lokasi terhadap Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
Secara keseluruhan atau umum, evaluasi hara mikro di Pulau Jawa bahwa
ketersediaan Fe, Mn, dan Zn di Jawa Barat cenderung lebih tinggi diikuti Jawa
Tengah kemudian Jawa Timur. Berbeda dengan ketersediaan Cu di Jawa Tengah
cenderung lebih tinggi dikuti dengan Jawa barat kemudian Jawa Timur.
Perbedaan ketersediaan Fe, Mn, Zn dan Cu pada setiap lokasi disajikan
pada Tabel 6. Hasil ANOVA pengaruh lokasi terhadap ketersediaan hara mikro Fe,
Mn, Zn, dan Cu secara berturut-turut disajikan pada Tabel lampiran 2, 3, 4, dan 5.
Pengaruh lokasi nyata mempengaruhi ketersediaan hara Fe dan Cu, sementara
pada Mn dan Zn tidak berpengaruh nyata.
Tabel 6 Perbedaan Ketersediaan Hara Mikro Pada Setiap Lokasi
Hara mikro
Lokasi
Fe-DTPAsd
(ppm)
Mn-DTPAsd
(ppm)
Zn-DTPAsd
(ppm)
Jawa
Barat
62.84(a)28.96
22.6(a)13.3
1.6(a)2.03
(n=7)
Jawa
Tengah
39.4(b)23.1
17.2(a)12.2
0.82(a)0.58
(n=11)
Jawa
Timur
2.6(c)2.21
6.7(a)1.93
0.44(a)0.13
(n=5)
Keterangan : Angka rata-rata dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf
berbeda
nyata pada P<0.05 (Uji Tukey)
Cu-DTPAsd
(ppm)
1.48(a)0.44
2.07(b)0.61
1.35(a)0.68
yang sama tidak
Untuk Fe-DTPA menghasilkan nilai sebagai berikut: untuk Jawa Barat
62.8428.96 (n=7), Jawa Tengah 39.423.1 (n=11), dan Jawa Timur 2.62.21
(n=5). Nilai Cu-DTPA Jawa Barat 1.480.44 (n=11), Jawa Tengah 2.070.61
10
(n=7), dan Jawa Timur 1.350.68 (n=5). Nilai Mn-DTPA sebagai berikut: Jawa
Barat 22.613.3 (n=7), Jawa Tengah 17.212.2 (n=11), dan Jawa Timur 6.71.93
(n=5). Untuk Zn-DTPA Jawa Barat 1.62.03 (n=7), Jawa Tengah 0.820.58
(n=11), dan Jawa Timur 0.440.13 (n=5). Nilai standar deviasi yang besar
menunjukan bahwa keragaman antar lokasi sangat tinggi. Keragaman ini mungkin
disebabkan oleh pemupukan hara Fe dan Cu yang sangat bervariasi pada setiap
lokasi.
Angka rata-rata konsentrasi Fe, Mn, Zn, dan Cu menunjukkan bahwa
lokasi Jawa Timur memiliki angka-angka Fe, Mn, Zn, dan Cu yang lebih rendah
dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Untuk Fe dan Cu lokasi Jawa Timur
nyata lebih rendah dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Untuk Mn dan Zn
walaupun tidak nyata lokasi Jawa Timur cenderung memiliki Mn dan Zn yang
lebih rendah dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Distribusi tipe iklim di Jawa menunjukkan bahwa bagian barat Jawa
memiliki bulan basah lebih banyak dibandingkan bagian timur atau semakin ke
timur lebih kering sehingga pencucian di Jawa Barat lebih intensif bila
dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur (Nurwadjedi 2011). Selain itu,
KB di Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat tinggi bila dibandingkan dengan Jawa
Barat. Tidak adanya pencucian secara intensif menyebabkan jumlah basa tanah
demikian tinggi
Korelasi Beberapa Sifat Tanah (pH, Kb, P-Bray dan N-Total) dengan
Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
Hasil uji korelasi hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu pada tanah sawah
terhadap sifat-sifat kimia tanah seperti pH tanah, kejenuhan basa (KB), P-Bray
dan N-Total disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan
bahwa keempat hara mikro berkolerasi negatif didalam tanah terhadap pH. Hara
mikro Zn dan Cu berkolerasi nyata, sedangkan hara mikro Fe dan Mn berkolerasi
sangat nyata terhadap pH tanah. Semakin tinggi pH tanah maka semakin rendah
hara mikro yang tersedia dalam tanah. Uji kolerasi antara mikro dengan kejenuhan
basa berkolerasi negatif kecuali Cu. Kolerasi P-Bray dengan hara mikro
berkolerasi negatif kecuali Cu. Hara Fe dan Mn berkolerasi nyata terhadap PBray, dapat dikatakan semakin besar P-Bray didalam tanah akan menekan
ketersediaan hara Fe dan Mn. Uji kolerasi N-total dengan hara mikro berkolerasi
yang positif. Semakin tinggi total nitrogen didalam tanah, maka semakin tinggi
ketersediaan hara mikro di dalam tanah sawah.
Tabel 7 Kolerasi hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu Terhadap Sifat Tanah Lainnya
pH
KB
P-Bray
Total-N
Fe-DTPA
-0.708**
-0.156
-0.469*
0.411*
Mn-DTPA
-0.638**
-0.155
-0.309*
0.185
Zn-DTPA
-0.338*
-0.046
-0.204
0.255
Cu-DTPA
-0.416*
0.204
0.057
0.436*
Keterangan: **berbeda sangat nyata *berbeda nyata
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Status Fe, Mn, Zn dan Cu tersedia (DTPA) dapat dipertukarkan pada tanah
sawah di Pulau Jawa di 23 lokasi contoh yang diambil bervariasi mulai dari
rendah hingga tinggi. Menurut kriteria Balai Penelitian Tanah (2009), dari 23
lokasi contoh yang diambil kemudian dianalisis ketersediaanhara Fe, Mn, Zn, dan
Cu terdapat 20 lokasi berstatus Fe cukup, 3 lokasi berstatus Fe rendah, 23 lokasi
berstatus Mn cukup, 6 lokasi Zn cukup, 5 lokasi berstatus Zn medium dan 12
lokasi memiliki staus Zn rendah, dan 23 lokasi berstatus Cu cukup.
Provinsi Jawa Timur memiliki hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu lebih rendah
dibandingkan Jawa Barat dan Jawa Tengah. pH mempengaruhi ketersediaan hara
mikro, dimana pH berkolerasi negatif terhadap hara mikro. Ketersediaan hara
mikro dipengaruhi oleh KB dan P-Bray, dimana KB dan P-Bray berkolerasi
negatif. N-Total berkolerasi positif dengan hara mikro.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai respon produksi pada terhadap
penambahan hara mikro Fe dan Zn yang rendah pada tanah sawah di Pulau Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih JS, Moersidi, M Sudjadi, dan AM Fagi. 1989. Evaluasi keperluan
fosfat pada lahan sawah intensifikasi di Jawa. Efesiensi Penggunaan Pupuk.
Cipayung, 21 November 1988. hlm 63-89.
BPS. 2013. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. JakartaBPS. 2013. Statistik
Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Bogor: Balai Penelitian Tanah.
Lindsay WL. 1979. Chemical Equilibria in Soil. Jhon Wiley and Sons: New York.
Haryani H. 2013. Evaluasi status hara kalium pada tanah sawah di Pulau Jawa
[skirpsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Moersidi S, D Santoso, M Soepartini, M Al-Jabri, JS Adiningsih, dan M Sudjadi.
1991. Peta keperluan fosfat tanah sawah Jawa dan Madura. Pemberitaan
Penelitian Tanah dan Pupuk 6: 24-25
Nurwadjedi. 2011. Indeks Keberlanjutan Lahan Sawah untuk Mendukung
Penataan Ruang: Studi Kasus di Pulau Jawa [disertasi]. Bogor:Fakultas
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Setryorini D, A Suriadikarta, Nurjaya. 2009. Rekomendasi Pemupukan Padi di
Lahan Sawah Bukaan Baru. Lahan Sawah Bukaan Baru. Pusat Pelitian
Tanah dan Agroklimat: Bogor. hlm 98 -99.
12
Sitorus ET. 2013. Analisis status hara fosfor pada berbagai lahan pertanian pangan
di Pulau Jawa. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Departemen Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sofyan A, Nurjaya, A Kasno. 2004. Status Hara Sawah untuk Rekomendasi
Pemupukan. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaanya. Bogor: Pusat
penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm 113-114.
Santoso D dan A Sofyan. 2002. Pengelolaan Hara pada Lahan Kering, dalam
Tekhnologi Pengelolaan lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan
Ramah Lingkungan. Pusat Pelitian Tanah dan Agroklimat: Bogor.
Satwoko A. 2013. Fraksionasi fosfor pada tanah-tanah sawah di Pulau Jawa
[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tisdale S.L and W.L Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. 4th. MacMilan
Publishing Company. New York.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Analisis Pedahuluan Tanah Sawah di Pulau Jawa
Nama Lokasi
pH
(H2O)
N-total
(%)
P-Bray
(ppm)
Nadd
(cmol+1
kg-1)
Cadd
(cmol+1
kg-1)
Mgdd
(cmol+1
kg-1)
Kdd
(cmol+1
kg-1)
KTK
(cmol+1
kg-1)
KB
(%)
Jawa Barat
Karawang
5.40
0.23
1.4
0.56
16.3
5.14
0.45
33.3
67.5
Jatisari
5.50
0.22
10.2
0.90
18.0
8.61
0.45
37.3
75.0
Pamanukan
6.90
0.25
4.7
0.85
20.1
13.1
0.78
39.9
87.2
0.20
4.5
0.77
19.6
12.6
0.94
38.3
88.5
Indramayu
7.00
Palimanan
7.30
0.08
2.9
0.26
20.0
8.19
0.26
32.7
87.7
Cicalengka
5.40
0.29
87.2
0.18
7.71
3.58
0.17
22.8
51.0
Cikarawang
6.00
0.23
61.3
0.47
9.60
2.71
0.13
20.8
62.1
Rata-rata
6.20
0.21
24.6
0.57
15.9
7.70
0.45
32.2
74.1
Jawa Tengah
Brebes
7.70
0.14
182.7
3.41
32.9
19.7
2.03
13.5
430
Suradadi
7.40
0.17
42.0
0.38
21.1
17.6
0.62
38.9
102
Batang
5.40
0.30
37.3
0.14
6.61
1.06
0.08
22.1
35.7
0.23
102,0
0.40
28.5
8.43
0.50
41.2
91.8
Kendal
6.50
Demak
8.30
0.16
84.2
1.07
41.0
7.59
0.53
38.4
131
Jekulo
7.00
0.14
146.0
0.22
13.6
5.50
0.36
30.4
64.6
Jogjakarta
7.00
0.10
370.0
0.17
8.32
3.03
0.20
14.3
82.0
0.15
387.4
0.15
6.41
1.71
0.18
11.1
76.1
Borobudur
6.10
Kutoarjo
6.80
0.18
101.0
0.61
27.5
8.99
0.32
37.6
99.4
Karanganyar
6.50
0.19
94.5
0.29
31.3
8.26
0.23
39.0
103
Buntu
5.80
0.26
164.4
0.46
16.2
5.38
0.45
33.3
67.5
Rata-rata
6.80
0.18
155.6
0.66
21.2
7.93
0.50
29.1
117
Jawa Timur
Bojonegoro
7.60
0.16
344.5
0.43
48.9
8.43
0.34
60.1
96.6
Tambak Rejo
8.50
0.09
1234.1
0.22
63.6
2.46
0.19
55.4
120
0.14
311.5
0.39
30.5
10.2
0.24
39.5
105
Nganjuk
8.10
Jombang
8.10
0.10
555.8
0.44
13.7
4.77
0.09
17.2
110
Ponorogo
7.70
0.22
2140.2
0.77
31.1
9.78
0.64
37.6
112
Rata-rata
8.00
0.14
917.2
0.45
37.5
7.13
0.30
42.0
109
14
Lampiran 2 Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Fe-DTPA pada Setiap Lokasi
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
Jumlah
Kuadrat
Kuadrat
tengah
F Hitung
P
Perlakuan
2
10601
5300
10.21
0.001
Galat
20
10387
519
Total
22
20988
Lampiran 3 Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Mn-DTPA pada Setiap Lokasi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Derajat
Bebas
2
Jumlah
Kuadrat
746
Galat
20
2564
Total
22
3309
Kuadrat
tengah
373
F Hitung
P
2.91
0.078
128
Lampiran 4 Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Zn-DTPA pada Setiap Lokasi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Derajat
Bebas
2
Jumlah
Kuadrat
4.42
Kuadrat
tengah
2.21
Galat
20
28.32
1.42
Total
22
32.74
F Hitung
P
1.56
0.234
Lampiran 5 Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Cu-DTPA pada Setiap Lokasi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Derajat
Bebas
2
Jumlah
Kuadrat
2.454
Galat
20
6.788
Total
22
9.234
Kuadrat
tengah
1.227
0.339
F Hitung
P
3.62
0.046
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 19 Agustus 1991, adalah putra
dari pasangan Azhari dan Idawati Rangkuti. Penulis adalah purta kedua dari tiga
bersudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA ANGAKASA 1 LANUD MEDAN
dan pada tahun yang sama penulis meneruskan ke Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan penulis aktif menjadi asistem praktikum untuk
mata kuliah Pengantar Ilmu Tanah di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan IPB. Penulis juga aktif di aktivitas organisasi kemahasiswaan, yaitu BPHMIT Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB.
Download