JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PERUBAHAN MASA PUBERTAS DI SMA NEGERI 3 BINJAI TAHUN 2014 ADE IRA ZAHRYANI DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN KHARISMA HUSADA BINJAI ABSTRACT Sexual maturity and the occurrence of body shapes are very influential in the life of adolescent psychiatric, while the teenagers' attention is so great on his appearance that they often worry about his body shape is less proportional. When they are prepared and informed about the change they will not experience anxiety and other negative reactions, but if they lack information, they will experience a negative experience. The purpose of this research is to know the correlation between knowledge and attitude of adolescent about puberty at SMA N 3 Binjai Year 2014 This research design is analytic with cross sectional approach. The population of this study is all teenagers in SMA N 3 Biinjai 2014 number of 251 respondents. The sample technique used Random Sampling with 251 respondents. Data collection tools are questionnaires. Data analysis using univariate and bivariate analysis using statistic test. Correlation of Kendall "s Tau. Result of research of adolescent knowledge about puberty in SMA N 3 Binjai 2014 majority in category enough 44 respondent (61,1%) then in good category a number of 28 respondents (38,9%), and less category no. Attitude of adolescent about puberty SMA N 3 Binjai 2014 majority in enough category 45 respondents (62,5%), good category 27 respondents (37,5%) and less category no. Conclusions from this study that adolescent knowledge of changes in puberty in SMA N 3 Binjai majority is sufficient. Keywords: Knowledge, Attitude, Physiology Puberty PENDAHULUAN Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja berusia 10-24 tahun yang terdiri dari laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,7%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,3%).1Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut beberpa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam bahasa Inggris adolescene). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas. Pada masa pubertas dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja. Pubertas merupakan periode yang singkat, namun bagi sebagian orang dianggap sebagai periode yang sulit bagi remaja dan mempengaruhi keadaan fisik dan psikologi remaja di masa selanjutnya. Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proposional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainya, tetapi bila mereka kurang 1 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif. Menurut laporan WHO di tahun 2012, setiap tahunnya tercatat 16 juta remaja melahirkan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia berdasarkan laporan RISKESDES 2013, terdapat kehamilan pada umur kurang dari 15 tahun, meskipun sangat kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar (1,97%).Di Jawa Tengah perempuan yang hamil di bawah usia 16 tahun adalah 27,84%. Di Kota Surakarta 5,28% kehamilan di Surakarta berusia kurang dari 15 tahun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA N 3 Binjai didapatkan informasi jumlah seluruh siswa/siswi kelas 12 berjumlah 251 orang yang diantaranya 122 siswa dan 129 siswi. Dengan melakukan wawancara pada 10 siswa dan siswi kelas 12 di SMA N 3 Binjai, didapatkan 4 (40%) diantaranya yang mengerti tentang masa pubertas. Sedangkan 6 siswa yang lain tidak mengerti. Mereka yang tidak mengerti tentang pubertas hanya mengatakan perubahan pubertas ditandai dengan perubahan fisik, perubahan sifat, serta mulai tertarik dengan lawan jenis. Dari 6 siswa yang tidak mengerti Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan FisiologisPubertas Di Kelas 12 di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani Nur Fauziah) 40 mengerti 3 siswi mengatakan mereka antusias dengan masa pubertas, 3 diantaranya merasa biasa saja dalam menghadapi masa pubertas, tetapi diantara mereka ada yang sedikit takut dalam menghadapi perubahan masa pubertas.Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan di atas peneliti tertarik untukmelakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di Kelas 12 SMA N 3 Binjai tahun 2014”. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yaitu dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata dan telinga (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek), b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. C. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi, d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Rogers, 1974) Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2010). Remaja dan Pubertas Pengertian Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia usia 13-19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa 2 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009). Remaja adalah suatu masa ketika individu yang berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2006). Monks, Knoer dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra remaja 10-12 tahun, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18 tahun, masa remaja akhir 18-21 tahun (Deswita, 2006). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi. Sedangkan istilah adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Soetjiningsih, 2004). Ciri-Ciri Umum Masa Remaja adalah Masa Yang Penting Pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang serta pentingnya bagi remaja karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis (Deswita, 2006). Masa Transisi Merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya, maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. masa Perubahan Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisik. (Romauli, 2009). Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua remaja.Emosi yang tinggi Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.remaja menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya. (Romauli, 2009). Masa Bermasalah Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan karena pada masa remaja dia ingin mengatasi masalahnya sendiri, dia sudah mandiri.Masa Pencarian Identitas Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian diri dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting. Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman-teman sebayanya. (Wong, et al 2009). Masa Munculnya Ketakutan Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan pentingnya bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula terhadap kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab.Masa Yang Tidak Realistik Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Apabila dalam hal cita-cita yang tidak realistic ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja. (Wong, et al 2009). Masa Menuju Masa Dewasa Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan, 2011). Pengertian Menstruasi Adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan (Aulia, 2009).Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. (Aulia, 2009) Darah yang keluar dari rahim berisikan jaringan sel telur yang sudah mati, hormon prostaglandin, dan zat pengencer fibrinolysin yang berasal dari lapisan dinding rahim yang luruh. Prostaglandin yang memeras otot rahim untuk mendorong darah haid keluar, dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut selama haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam haid yang menjadikan darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010). 3 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Siklus Menstruasi Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya disebut siklus menstruasi (BKKBN, 2010). Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3-7 hari (Chaerani, 2006). Siklus menstruasi pada setiap orang tidak sama. Siklus menstruasi yang normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang kurang atau lebih dari siklus menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres dan usia. Pada masa remaja biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur beberapa hari. (Chaerani, 2006). Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres atau kelelahan (BKKBN, 2010). Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. (Chaerani, 2006). Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk menampung darah yang keluar. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya (Chaerani, 2006). Banyak sedikitnya darah yang keluar selama haid ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: 1) Ketebalan lapisan dinding rahim terbentuk setiap daur siklus haid. Ini dipengaruhi oleh aktivitas hormon. Semakin aktif hormonnya, semakin tebal lapisan endometrium yang terbentuk, sehingga semakin banyak darah yang harus dikeluarkan. Sebaliknya, semakin tipis lapisan endometrium terbentuk, semakin sedikit darah yang harus dibuang selama haid. 2) Ada tidaknya obat-obatan, jamu, bahan berkhasiat yang dikonsumsi, serta adakah pula suatu penyakit pada organ reproduksi. 3) Proses pembekuan darah tubuh ikut menentukan banyak sedikitnya haid yang keluar. Fase-fase dalam siklus menstruasi Setiap siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. (Nadesul, 2010). Rata-rata terdapat sekitar 300.000 calon telur yang belum matang/folikel (follicles) di kedua indung telur selama masa pubertas. Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. (Nadesul, 2010). Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi. Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar di dalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) ke dalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. (Nadesul, 2010) Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim (Chaerani, 2006). Pada hari pertama menstruasi, terjadi perdarahan akibat peluruhan dinding rahim (endometrium) yang disebabkan oleh penurunan level hormon progesteron. Hal ini terjadi karena ovum (sel telur) yang dilepas pada siklus sebelumnya tidak mengalami pembuahan, sehingga dinding rahim yang dimaksudkan untuk menangkap ovum yang terbuahi tidak diperlukan lagi. (Chaerani, 2006). Peluruhan dinding rahim ini berlangsung selama beberapa hari, atau rata-rata lima hari. Pada saat perdarahan menstruasi ini berlangsung, hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) serta hormon LH (Luteinizing Hormone) mulai dilepas oleh tubuh, yang berfungsi untuk mematangkan ovum yang akan dilepas pada siklus ini. Saat ovum matang, tubuh mengalami peningkatan hormon estrogen, dan hormon FSH dan LH mengalami penurunan. (Nadesul,2010) Dengan hormon estrogen ini, dinding rahim baru 4 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 perlahanlahan terbentuk. Seiring dengan meningkatnya estrogen, lendir leher rahim, yang berfungsi untuk membantu aliran sperma, mulai terbentuk. Pada saat level hormon estrogen mencapai puncaknya ketebalan dinding rahim juga mencapai maximum, produksi lendir leher rahim juga mencapai maximum dan leher rahim berada dalam kondisi terbuka dan dalam keadaan lembut. (Nadesul,2010) Setelah tahap pra-ovulasi dalam siklus menstruasi, setelah estrogen mencapai titik puncaknya dan mulai menurun, terjadi pengeluaran hormon LH dan FSH yang tinggi secara mendadak yang disebut juga sebagai LH Surge, dan hal ini menyebabkan folikel ovum untuk pecah dan mendorong ovum itu sendiri untuk keluar dari ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan LH. (Nadesul,2010) Setelah ovum dilepaskan dari ovarium, folikel yang ada membentuk corpus luteum yang mulai melepaskan hormon progesteron. Hormon inilah yang menyebabkan kenaikan suhu basal tubuh dibandingkan suhu basal tubuh di hari - hari sebelumnya (thermal shift). Selepas ovulasi, progesteron dan sedikit estrogen menahan dinding rahim agar tidak luruh. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi pembuahan pada sel telur yang dilepaskan tadi, maka dinding rahim akan dapat menangkapnya dan terjadilah kehamilan. Selepas ovulasi, produksi lendir leher rahim mengalami penurunan drastis dan posisi leher rahim mulai menutup dan tidak lagi lembut. Lama kelamaan, corpus luteum menjadi hancur produksi progesteron menurun sehingga tidak kuat menahan dinding rahim, terjadilah peluruhan (Chaerani, 2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi antar hormon dalam tubuh wanita, keseimbangan hormon dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : Asupan Nutrisi Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Pola makan yang salah dengan tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan meningkatkan berat badan yang lebih dan hal ini secara langsung akan meningkatkan status gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat terjadi). (Nadesul,2010) Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan kerja organ-organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Dan hal ini tentunya akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh. Adanya gangguan dari fungsi sistem hormonal dari tubuh tersebut tentunya akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh secara maksimal termasuk organ seksual perempuan baik berupa peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri akan berdampak pada gangguan siklus haid yang terlalu cepat maupun siklus haid yang pendek. Sedangkan pada penerapan pola makan yang kurang sendiri (paling banyak diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi kemampuan kerja organ tubuh secara langsung dimana tubuh tidak memiliki kemampuan yang normal karena energi yang sebahagian besar bersumber dari makan tidak mencukupi dan hal ini juga tentunya akan mempengaruhi maksimalisasi kerja organ sendiri. (Chaerani, 2006). Kondisi Psikologis Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah stres psikologis. Banyak penelitian menemukan adanya hubungan nafsu makan tinggi dengan the level of psychological events and behaviour. Saat menstruasi tidak lancar, wanita bisa mengalami emotional hunger yaitu keinginan mengisi perut yang kuat sekali, biasanya makanan camilan energi dan lemak tinggi, karbohidrat olahan dan sederhana tinggi. Secara fisiologis, Anda mungkin tidak lapar, lambung tidak kosong dan tubuh belum memerlukan makanan (biological hunger). Wanita harus mengelola stres psikologis dengan baik agar menstruasi bisa lancar kembali (Gunawan, 2011). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas. Adapun kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertasdi bawah ini : 5 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Variabel Independent Variabel Dependent Pengetahuan Remaja tentang Sikap Remaja Terhadap Masa Pubertas Masa Pubertas Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini di rencanakan akan dilakukan di SMA N 3 Binjai tahun 2014 dengan alasan diharapkan Klinik tersebut merupakan salah satu alasan praktek mahasiswa Akbid Kharisma Husada Binjai diperkirakan dapat memenuhi sampel penelitian. Waktu Penelitian waktu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah selama 6 bulan yang di mulai dari periode Januari sampai Juni 2014. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit dalam pengamatan yang akan dilakukan. Populasi pada penelitian ini adalah semua Remaja SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai Selatan sejak pada bulan Januari sampai dengan Juni 2014. Yang dilakukan dengan pembagian kusioner pada Remaja di SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai Selatan. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Metode Penggumpulan Data Metode pengumpulan data uji dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari pengumpulan data yang dilakukan di SMA N 3 Binjai Kecamatan Binjai Selatan tahun 2014. Tekhnik Pengolahan Data Metode Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulak data yang dilakukan dalam penelitian. data yang terkumpul di olah secara manual dengan langkahlangkah sebagai berikut : Editing adalah upaya untu kmemeriksakan kembali kebenaran data yang diperoleh at au dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Tabulasi (Tabulating) yaitu mempermudah analisa data dan pengolahan serta penga mbilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk table distribusi frekuensi. Teknik Analisa Data Analisa data yang dilakukandenganmelihatpersentase data yang terkumpul yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang dilakukan dengan membahas ha sil penelitian berdasarkan teori dan kepastian yang ada (Hidayat,2010). HASIL PENELITIAN SMA N 3 Binjai merupakan salah satu sekolah yang ada di kota Binjai. Yang terdiri dari 3 tingkatan kelas, kelas 10 kelas 11 kelas 12. Setiap kelasnya terdiri dari kelas A sampai F. Di SMA N 3 Binjai sendiri telah memberikan informasi tentang pubertas pada siswa-siswinya melalui guru BK. Di SMA N 3 Binjai ini mata pelajaran BK 1 minggu sekali.Pada penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang perubahan fisiologi pubertas di kelas 12 SMA N 3 Binjai, dilakukan terhadap remaja kelas 12 yang menempuh pendidikan di SMA tersebut dengan jumlah responden 251 remaja kelas 12.Remaja kelas 6 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 12 di SMA N 3 Binjai sudah mendapatkan informasi masa pubertas dalam mata pelajaran biologi yang diberikan 2 kali dalam seminggu. Namun masih banyak yang belum paham tentang masa pubertas tersebut. Tabel Distribusi Frekuensi Relatif Berdasarkan PengetahuanRemaja tentang masa pubertas di SMA N 3 BinjaiTahun 2014 Frekuensi Presentase No. Pengetahuan (f) (%) 1. Baik 116 46,22 2. Cukup 135 53,78 3. Kurang 0 0.0 Total 251 100 Tabel ini Menunjukkan pengetahuan remaja tentang masa pubertas SMA N 3 Binjai tahun 2014 mayoritas dalam kategori cukup 44 responden (61,1%) kemudian dalam kategori baik sejumlah 28responden (38,9%). No. 1. 2. 3. Total Tabel Distribusi Frekuensi Sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 BinjaiTahun 2014 Frekuensi Presentase Sikap (f) (%) Baik 121 48,2 Cukup 130 51,79 Kurang 0 0,0 251 100 Hasil penelitian 72 responden sikap remaja tentang masa pubertas hun 2014 mayoritas dalam kategori cukup 45 responden (62,5%), kategori baik 27 responden (37,5%). tabel Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 BinjaiTahun 2014 Sikap Hubungan Total Kurang Cukup Baik 0 0 0 0 Kurang 0% 0% 0% 0% 0 60 95 155 Pengetahuan Cukup 0% 23,29% 37% 60,29% 0 75 21 96 Baik 0% 30,49% 7,76% 38,25% 0 135 116 251 Total 0% 53,78% 46,22% 100% Hasil Penelitian diatas menunjukkan adanya hubungan pada tingkat pengetahuan siswi SMA N 3 Binjai dengan sikap mereka dalam menghadapi perubahan fisiologi yang terjadi pada masa pubertas. PEMBAHASAN Pembahasan Dari hasil penelitian tentang bagaimana Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Masa pubertas di SMA Negri 3 Binjai Tahun 2014 maka pembahasan dari hasil penelitian di atas sebagai berikut : 7 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Perubahan masa pubertas Berdasarkan hasil penelitian Pengetahuan Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 Binjaitahun 2014. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa pengetahuan remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai mayoritas dalam kategori cukup yaitu 53,78%. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan bahwa remaja yang memiliki karakteristik yang hampir sama akan saling tukarin formasi. Dalam kategori baik sejumlah 116 responden (46,22%). Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat kecerdasan remaja yang lebih tinggi daripada yang lainnya, dan kategori kurang tidak ada. Melihat kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang masa pubertas mayoritas sudah dalam kategori cukup meskipun antara responden berpengetahuan baik dan kurang sebanding. Harapan yang diinginkan mayoritas berpengetahuan baik namun hasilnya belum bisa seperti yang diharapkan. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penginderaan yang telah dilakukan responden mayoritas berada dalam kategori cukup 95 responden (37%) kemudian dalam kategori baik sejumlah 21 responden (7,76%) dan kategori kurang tidak ada. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perubahan fisik pubertas yaitu misal masa puber pada wanita dengan ciri-ciri payudara membesar, pada masa puber laki-laki dengan ciri-ciri tumbuhnya jakun. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi pengalaman, sumber informasi, pemahaman. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi lingkungan dan sosial budaya. Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku orang maupun kelompok. Sehingga remaja bisa mendapatkan pengetahuan melalui informasi yang didapatkan disekitar lingkungannya. Jika lingkungan remaja itu baik maka pengetahuan yang dimiliki cukup baik meskipun tidak menutup kemungkinan adanya seseorang yang lingkungannya baik tetapi memiliki kecenderungan tidak mau menerima informasi dari lingkungannya sehingga pengetahuan yang dimiliki juga kurang. Begitu juga dengan pengetahuan remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai ini bisa dengan sendirinya didapatkan melalui informasi yang diberikan oleh gurunya melalui mata pelajaran biologi. Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2017 Hasil penelitian 251 responden sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2017 mayoritas dalam kategori cukup 130 Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai 155 (Erlinda, Ani NurFauziah) 155 responden(60,29%). Hal ini disebabkan karena pengalaman pribadi seperti remaja tersebut telah mengalami menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Kategori baik 27 responden (37,5%). Hal ini disebabkan karena pengetahuan remaja tersebut memiliki pengetahuan yang luas tentang masa pubertas dan kategori kurang tidak ada. Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, dan merupakan respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Sikap dapat juga didefinisikan sebagai efek atau penilaian positif atau negative terhadap suatu objek. Hal ini seperti pada teori mengenai sifat sikap yang dibagi menjadi dua, yaitu sikap positif (favorable) dan sikap negatif (infavorable). Sikap positifialah kecenderungan tindakan mendekati, menyayangi, mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatifialah kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai obyek tertentu. Pengetahuan Responden Tentang Sikap Remaja Pada Perubahan masa pubertas Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Masa Pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai Tahun 2014 disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas. Sedangkan responden yang 8 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 pengetahuannya baik dan sikapnya juga baik ada 21 responden (7,76%) dan responden yang pengetahuannya kurang dan sikapnya juga kurang tidak ada, responden yang pengetahuannya baik tetapi sikapnya cukup ada 75 responden (30,49%), responden yang pengetahuannya cukup tetapi sikapnya baik ada 95 responden (37%). Data penelitian dari 251 responden tidak ada responden yang berpengetahuan baik sikapnya kurang (0%). Hasil penelitian sesuai dengan teori tentang hubungan antara pengetahuan dengan sikap. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian, jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka akan memiliki perilaku yang baik pula. Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social, atau secara sederhana, dan merupakan respon terhadap stimulus social yang telah terkondisikan. Sikap dapat juga didefinisikan sebagai efek atau penilaian positif atau negative terhadap suatu objek. Mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang perubahan masa pubertas cukup dan sikap dalam menghadapi masa pubertas cukup. Ini menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan sikap seseorang dalam menghadapi masa pubertas. Demikian pula dengan pengetahuan masa pubertas akan mempengaruhi sikap ataupun perilaku remaja dalam menghadapi masa pubertas. Jika pengetahuan remaja itu baik maka sikap yang ditunjukkan oleh remaja Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani NurFauziah) tersebut juga baik dan sebaliknya apabila pengetahuannya itu kurang maka sikapnya juga kurang baik dalam menghadapi masa pubertas tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP N 4 Banda Aceh diperoleh hasil remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan sedang yaitu 66,5% dari 48 responden, remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan tinggi yaitu 100% dari 7 responden dan remaja yang telah mengalami perubahan pada masa pubertas dan berpengetahuan rendah yaitu 29,4% dari 17 responden. Maka ada hubungan antara sikap siswa/I dengan perubahan yang terjadi pada masa pubertas (P value = 0,006)25 Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu hal. Dimana faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain pendidikan, status pekerjaan, umur, pengeluaran pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan faktor emosional. Pendidikan seseorang itulah yang erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang. Dapat dikatakan jika pendidikan yang dimilikinya tinggi maka pengetahuannya dianggap baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai, diperoleh simpulan sebagai berikut : Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai. Pengetahuan remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai mayoritas dalam kategori cukup 135 responden (53,78%) kemudian dalam kategori baik sejumlah 116 responden (46,22%), dan kategori kurang tidak ada. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di SMA N 3 Binjai (Erlinda, Ani Nur Fauziah) Sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjaimayoritasdalamkategoricukup 130responden (51,79%), kategori baik 121 responden (48,2%) dan kategori kurang tidak ada. Terdapat Hubungan yang rendah antara pengetahuan dan sikap remaja tentang masa pubertas di SMA N 3 Binjai. 9 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah : 1. Bagi Institusi Pendidikan (SMP N 19 Surakarta) Diharapkan SMP N 19 Surakarta mempertahankan dalam upaya pemberian informasi tentang masa pubertas melalui guru BK. 2. Bagi Responden Lebih meningkatkan lagi pengetahuannya khususnya tentang masa pubertas agar bisa menghadapi perubahan pada masa pubertas dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti menyempurnakan penelitian ini, merincikan penelitian ini, dan memperdalam masalah-masalah yang berkaitan dengan perubahan fisiologi pubertas. Misalnya dengan melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda seperti perilaku remaja pada masa pubertas. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 tahun). http://www.google.com/www.bkkbn.go.id. Diunduh pada tanggal 20 November 2014 pukul 21.00 Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan Remaja : Problerm dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika Agustiani H. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta, Refika Aditama. Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV Sagung Seto Anonim. 2014. Dampak Medis dan Psikologis kehamilan dan persalinan remaja. growupclinic.com/2014/05/14/dampak-media-dan-psikologiskehamilan-dan-persalinanremaja/. Diakses pada tanggal 29 November 2014 pukul 14.00 Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES), laporan nasional 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di Kelas 8 SMP N 19 Surakarta (Erlinda, Ani Nur Fauziah) 51 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Primursanti, R. 2013. dengan judul “Perilaku Remaja Awal Dalam Hal Perubahan Fisiologis Pada Masa Pubertas Di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013” Wahilda, R. 2013. dengan judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Awal Putri Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di MTSN 1 Piladang, Kab Lima Puluh Kota Tahun 2013” Maryana, N. 2007. dengan judul “Gambaran Tinggkat Pengetahuan Remaja Usia 12-15 Tahun Tentang Pubertas di Kelas II B SMP Negeri 3 Cawas Klaten Tahun 2007” Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan Sikap dan Perilaku. Yogyakarta : Nuha Medika. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya edisi kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Fithra, Fillah D, 2014. Permasalahan Gizi Pada Remaja Putri. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Gelora Aksara Pratama Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi metode Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika. Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 19. Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data . Jakarta: Salemba Medika. Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodelogi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika 10 JURNAL ILMIAH KOHESI Vol. 1 No. 1 April 2017 Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisiologis Pubertas Di Kelas 8 SMP N 19 Surakarta (Erlinda, Ani Nur Fauziah) 52 Riwidikdo, Handoko. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Suyanto dan Salamah, U. 2008. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta. Wahyuni, S, 2012. dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP N 4 Banda Aceh” Pusat Tesis. 2013. Validitas dan Reliabilitas Tes. Surabaya: Pusat Tesis http://www.pusattesis.com/uji-reliabilitas/ diakses pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 05.59 WIB Riyanto A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika 11