1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang aspek-aspek yang mendasari pelaksaan
penelitian. Bab satu berisikan mengenai latar belakang untuk melakukan penelitian,
identifikasi masalah, tujuan, manfaat
danstate of the art sebagai acuan dalam
penelitian ini.
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi seperti sekarang ini, setiap perusahaan yang ada sedang
melakukan.pengembangan secara signifikan baik dari kinerja maupun produktivitas.
Setiap perusahaan melakukan hal tersebut dengan tujuan agar dapat bertahan dan
bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini menyebabkan tingginya
tuntutan kerja yang harus dilakukan karyawan yang ada didalamnya sebagai motor
penggerak perusahaan. Selain itu karyawan juga dituntut untuk terus meningkatkan
kualitas yang dimiliki agar tetap diperkerjakan dan meningkatkan kinerjanya.
Penyerapan tenaga kerja disektor pariwisata sebesar 10,18 juta atau 8.3 %
pertahun jauh diatas rata-rata pertumbuhan global sebesar 3.6% (parekraf.go.id).
Memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan tetapi ada masalah lain yang
dihadapi yaitu kualitas tenaga kerja di Indonesia baik sisi kompetitif ataupun
pendidikan yang masih rendah. Selain itu adanya tuntutan untuk memiliki
standarisasi keterampilan tertentu ditempat kerja. Laporan World Economic Forum
pada tahun 2015 yang dikeluarkan menyatakan bahwa index kualitas sumber daya
manusia di Indonesia berada diposisi ke-69 dari 124 negara. Padahal dua tahun
sebelumnya Indonesia menempati posisi ke-53.Indonesia masih berada diperingkat
yang sangat jauh dibandingkan dengan Singapura yang berada diposisi ke-24.
(http://citizendaily.net).
Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi khususnya sektor industri
pariwisata tidak diikuti dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.Padahal
seperti yang kita tau bahwa sumber daya manusia menjadi suatu hal yang sangat
penting bagi organisasi dalam peningkatan produktifitas dan aktivitas kerja. Sumber
1
2
daya manusia berperan sebagai pelaksana dalam menjalankan visi,misi,dan tujuan
organisasi dalam mencapainya. Hal ini dilakukan agar organisasi dapat
memenangkan persaingan dan juga bertahan dalam menjalankan organisasinya.
Seiring dengan perubahan zaman, dewasa ini organisasi menganggap bahwa
sumber daya manusia merupakan asset bagi organisasi.Karena sumber daya manusia
merupakan hal penting bagi organisasi dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Sumber daya manusia harus dikelola dengan baik, baik dengan pelatihan, pendidikan
agar sumber daya manusia bukan hanya sebagai nilai melainkan asset yang dimiliki
perusahaan. Manusia yang sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang cukup
biasanya mereka akan mencari pekerjaan supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup
mereka.
Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri
terhadap potensi yang dimiliki.Sebagai manusia, karyawan dihadapkan pada
kehidupan
yang
sangat
kompleks.Hidup
ditempat
kerja,pekerjaan
dan
keluarga,pekerjaan dan pemenuhan pribadi, pekerjaan dan kehidupan social serta
tanggung jawab masyarakat, kesemuanya melukiskan persoalan tentang pengaturan
yang selaras dan seimbang antara pekerjaan dan kehidupan lainnya(worklife
balance).
Worklife balance atau keseimbangan kehidupan kerja menjadi prioritas antara
bekerja (karir dan ambisi) dan kehidupan (kesehatan,pleasure, leisure, family).
Menurut Kirchmayer (dalam Shobita & Sudarsan, 2014) mendefinisikan bahwa
worklife balance adalah pencapaian kepuasan semua pengalaman hidup, bahwa
untuk mencapai kepuasan pengalaman hidup dibutuhkan energi dari diri sendiri,
waktu dan komitmen untuk berkontribusi dalam pekerjaannya. Salah satunya
termasuk prioritas mengurus keluarga, lembur dan bekerja secara intensif.Setiap
pekerja sangat menginginkan adanya waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Tetapi
mereka dihadapkan dengan terlalu jauh jarak rumah dan kantor sehingga membuat
mereka berangkat lebih pagi dan pulang larut malam.
Worklife balance menjadi salah satu pemicu dalam kepuasan kerja. Berdasarkan
hasil survei yang dilakukan oleh Jobstreet.com 85 % karyawan di Indonesia pada
tahun 2014 tidak memiliki keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Accenture juga melakukan riset ditahun yang sama bahwa hanya 18% karyawan di
Indonesia yang mengaku puas dengan pekerjaan. Tiga masalah yang paling
dikeluhkan adalah (1) keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (2) besar gaji
3
dan tunjangan (3) ketersediaan jenjang karir.Temuan Accenture ini bukannya hal
baru banyak karyawan tidak merasa puas karena keseimbangan kerja baik karyawan
pria ataupun wanita.
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaannya (Moh.As’ad, dalam
Sunyoto,2015). Kepuasan kerja menjadi salah satu penilaian untuk menilai sejauh
mana organisasi memberikan feedback bagi karyawan yang telah bekerja sesuai
dengan tujuan organisasi. Kondisi yang menciptakan terjadinya kepuasan kerja
karyawan adalah jenjang karir, kompensasi, hubungan dengan atasan/rekan
kerja/bawahan, dan kehidupan pribadi. Kepuasan kerja akan menciptakan komitmen
karyawan yang akan berdampak dengan tercapainya tujuan perusahaan karena hal ini
didukung penuh oleh karyawan. Karyawan yang tidak merasakan kepuasan kerja
akan mengakibatkan pekerjaannya terhambat sehingga ia tidak memiliki selera untuk
menyelesaikan tugasnya dan berdampak terhadap komitmen dirinya terhadap
organisasi. Hal ini harus menjadi perhatian serius sehingga kepuasan kerja dapat
dirasakan oleh semua lini manajemen.
Worklife balance dan kepuasaan kerja sangat berkaitan dengan komitmen
organisasi. Menurut Colquitt,Lepine dan Wesson(2010) Komitmen
organisasi
didefinisikan sebagai keinginan karyawan untuk tetap menjadi anggota organisasi,
termasuk didalamnya keadaan untuk tetap atau meninggalkan organisasi. Disini
terlihat bahwa seseorang karyawan ingin menunjukan dirinya kepada organisasi
tetapi organisasi tidak memfasilitasi karyawannya dalam membangun komitmen
organisasi.Komitmen organisasi juga terbentuk karena karyawan merasakan
kepuasan kerja.Hal ini sangat berkaitan dengan keseimbangan kehidupan kerja yang
dirasakan oleh karyawan.komitmen tidak akan terjadi jika karyawan tidak puas dan
tidak merasakan keseimbangan kerja. Maka harus ada dukungan yang kuat untuk
menciptakan komitmen organisasi yang berasal dari kepuasan kerja dan
keseimbangan kehidupan kerja.
Dalam hal ini maka harus ada penelitian mengenai komitmen organisasi yang
mengacu pada worklife balance dan kepuasan kerja. Jika masalah komitmen
organisasi dibiarkan begitu saja oleh organisasi akan kehilangan karyawan-karyawan
yang berpotensi, berprestasi karena mereka tidak merasakan keseimbangan
kehidupan kerja dan kepuasan kerja yang mereka dapat selama ini. Worklife balance
tidak bisa dipandang sebelah mata lagi karena berkaitan dengan kepuasan kerja dan
4
kepuasan kerja berkaitan dengan komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang
terjadi pada karyawan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya.
PT Gunung Geulis Elok Abadi adalah perusahaan yang bergerak dibidang
hospitality & tourism didaerah Sentul Bogor. PT Gunung Geulis Elok Abadi
mengelola tiga sub business unit dalam bidang hospitality & tourism, yaitu Ada
Hotel Neo Green Savana sebagai hotel dengan konsep green, Taman Budaya sebagai
taman dimana banyak disewa untuk acara- acara sekolah dan Pasar Ah Poong
sebagai food court disamping sungai Cikeas yang menjadi tempat berkumpul bagi
keluarga dan teman-teman. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang hospitality &
tourism banyak sekali tantangan yang dihadapi perusahaan. Pekerjaan yang ada juga
disesuaikan dengan sub business unit masing-masing. Sehingga banyak perbedaan
yang tetapi sama-sama bergerak dibidang yang sama. Bagi organisasi hal yang
dilakukan adalah mengelola karyawan sesuai dengan lingkungan kerjanya,
memberikan fasilitas kepada para pengunjung serta mewujudkan keseimbangan
kehidupan kerja kepada karyawan karena bekerja pada bidang hospitality & tourism
merupakan suatu tantangan sendiri bagi karyawan untuk bisa berkomitmen terhadap
organisasi dan mencapai kepuasan kerja yang diharapkan oleh karyawan.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam primary interview yang dilakukan terhadap karyawan PT. Gunung Geulis
Elok Abadi yang bergerak dibidang hospitality & tourism kepada manager, head
division, officer serta staff yang mencakup pertanyaan mengenai pandangan mereka
tentang worklife balance,kepuasan kerja and komitmen organisasimemiliki
pandangan yang berbeda-beda. Bila manajer dan kepala divisi merasa bahwa mereka
mampu menjalankan worklife balance tetapi mereka juga merasa komitmen
organisasi yang mereka miliki kurang. Karena mereka akan meninggalkan organisasi
bila
mereka
sudah
sungguh-sungguh
dalam
mengerjakan
tugas
dan
tanggungjawabnya tetapi masih dianggap kurang dan tidak mampu mencapai tujuan
organisasi, karena biasanya para atasan diganti dengan waktu yang cepat dengan
berbagai macam alasan oleh perusahaan, misalnya waktu menjabat yang sudah
habis,mereka dianggap tidak mampu menjalankan organisasi atau ada perusahaan
lain yang menawarkan benefit lebih besar dari yang mereka terima sekarang.
5
Sehingga mereka tidak memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi.Worklife balance yang mereka terima kurang juga menjadi alasan mereka
tidak berkomitmen terhadap organisasi.
Lain halnya dengan officer atau staff mereka tidak mampu menjalankan worklife
balance karena mereka merasa waktu mereka bersama keluarga susah untuk
disesuaikan dengan anggota keluarga lain, jam kerja yang tidak sesuai juga menjadi
kendala bagi mereka untuk membagi waktu dengan keluarga. Dalam hal komitmen
organisasi mereka bisa meninggalkan organisasi karena mereka tidak mampu dan
tidak bisa dalam menjalankan worklife balance. Sehingga karyawan tidak ragu
meninggalkan organisasi karena mereka merasa tidak mampu dan tidak merasakan
worklife balance dalam kehidupan pekerjaannya.
Tetapi baik pada level top,middle dan lower managementmereka memiliki
kesamaan bahwa mereka masih kurang merasakan kepuasan kerja. Kepuasan kerja
belom sesuai dengan apa yang mereka harapkan dan inginkan. Hal ini tercermin
dengan wawancara yang peneliti lakukan bahwa karyawan tidak mampu melakukan
keseimbangan kehidupan kerja. Disamping itu mereka merasa belom puas dengan
apa yang diberikan oleh organisasi.
Hal yang saya dapat setelah melakukan primary – interview adalah bahwa ada
perbedaan pandangan ditiap line manajemen dan sub business unit
mengenai
worklife balance tetapi mereka merasakan hal yang sama bahwa kepuasan kerja
mereka terhadap perusahaan
masih kurang sehingga bisa menyebabkan mereka
kurang berkomitmen terhadap organisasi sehingga mereka mungkin akan
meninggalkan organisasi jika secara terus menurus tidak bisa menjalankan
keseimbangan kehidupan kerja dan menurunnya kepuasan kerja.
Untuk semakin menguatkan fenomena yang terjadi penulis melakukan pre-test
dengan menyebarkan kuesioner terhadap 30 % sampel dari populasi karyawan pada
perusahaan tersebut (jumlah populasi sebesar 135 karyawan). Kuesioner menyatakan
pernyataan yang dijawab dengan skala likert,dengan mengambil kesimpulan dari
setiap variabel yang ada. Pernyataan dalam kuesioner mengenai dimensi worklife
balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Dalam hasil survei dapat disimpulkan menggunakan perhitungan frekuensi ( f/n x
100 %) bahwa 62.5 % menyatakan bahwa mereka belom mampu menjalankan
worklife balance sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Karyawan masih susah
dalam usaha menyeimbangi kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadinya. Hal ini
6
sangat berkaitan erat dengan cara karyawan dalam menghadapi kehidupan dan
pekerjaannya. Karyawan masih susah menikmati waktu dengan keluarga dan masih
suka memikirkan kehidupan diluar pekerjaan pada saat bekerja. variabelworklife
balance ini sangat berkaitan erat dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Salah satu unsur dari worklife balance adalah waktu bekerja. waktu bekerja
terkadang bisa menyita waktu karyawan, sehingga banyak karyawan yang
menghabiskan waktunya ditempat kerja dengan alasan kerjaan masih banyak
sehingga karyawan harus lembur. Terlebih untuk karyawan yang bekerja di bidang
ini, mereka biasanya mengorbankan keluarganya karena jam kerja mereka yang tidak
biasa dengan jam kerja karyawan lain. Mereka dipaksakan masuk pada saat weekend
dan hari libur nasional, hal ini dikarena karyawan yang bekerja pada bidang jasa
harus selalu siap untuk melayani para pengunjung.Sehingga yang biasanya waktu
weekend atau libur nasional bersama keluarga lebih banyak menghabiskan waktu
ditempat kerja.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa ada
kemungkinan karyawan akan meninggalkan organisasi karena mereka tidak
merasakan keseimbangan kehidupan dalam bekerja. Karena keluarga mereka
biasanya meminta mereka untuk keluar dari tempat kerja karena karyawan tidak
memiliki waktu yang cukup dengan keluarga karena tanggung jawab yang besar
terhadap perusahaan sehingga mereka diharuskan untuk memilih antara pekerjaan
atau keluarga.Biasanya bisa ditandai dengan ketidakhadiran karyawan tanpa alasan
yang jelas. Hasil dari primary – interview menunjukan 4 karyawan dari 6 orang yang
diwawancarai akan memilih keluarga daripada pekerjaannya.
Mengenai kepuasan kerja dalam pre-test yang dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Menunjukan hasil bahwa 72.5 % dari karyawan yang menjadi sample
pertama adanya indikasi karyawan kurang dalam hal kepuasan kerja yang
diterimanya. Kepuasan menyangkut bagaimana karyawan dalam usaha mewujudkan
worklife balance. Mereka merasakan bahwa worklife balance belum membuat
mereka mengalami kepuasan kerja, karena mereka masih merasa kurang dengan
worklife balance yang selama ini dijalankan.
Untuk variabel komitmen organisasi dalam pre-test yang dilakukan menyatakan
bahwa sebanyak 60 % karyawan memiliki masalah mengenai komitmen terhadap
organisasi. Dalam hal komitmen organisasi menunjukan hasil bahwa adanya indikasi
karyawan mengalami masalah dalam hal karakteristik pribadi (seperti:masalah
7
gender,sikap pribadi terhadap pekerjaan), kurang memiliki kedekatan emosional
dengan perusahaan (contohnya karyawan kurang memahami nilai-nilai perusahaan
sehingga masih kurang mengimplementasikan dalam pekerjaan sehari-hari), kurang
mendukung setiap kebijakan perusahaan (contohnya : melanggar aturan-aturan
perusahaan seperti mengenai jam masuk kerja dan jam pulang kerja, waktu libur
yang telah ditetapkan), tidak mampu bekerja sama dengan tim (seperti tidak bekerja
sama dengan tim, menjadi invididualis, tidak mendukung sesama anggota tim),
kurang cocok dengan pekerjaan sekarang (seperti, mengulur waktu dalam
memberikan laporan yang diminta oleh atasan, banyak meminta waktu untuk
izin/cuti),merasa
terbebani
sehingga
mengerjakan
pekerjaan
dengan
tidak
bertanggung jawab(contohnya bekerja dengan tidak serius, tidak bersungguhsungguh, memberikan tanggung jawab kepada pekerja lain padahal itu merupakan
pekerjaannya,tidak menikmati pekerjaannya), menurunnya kinerja karyawan
(dikarenakan tidak adanya apresiasi atau penghargaan bagi karyawan yang
berprestasi dari perusahaan dalam memberikan rewardbagi karyawan), keinginan
untuk tetap tinggal didalam perusahaan tidak ada dikarenakan perusahaan tidak
memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menggali potensi, memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan untuk memajukan perusahaan serta tidak adanya
jenjang karir. Hal-hal tersebut akan membuat karyawan tidak mimiliki komitmen
terhadap organisasi.
Maka komitmen organisasi menjadi sangat penting untuk menjaga karyawan agar
karyawan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap perusahaan.Hal ini
dilakukan agar karyawan tidak mudah untuk melakukan pengunduran diri dari
organisasi.Hal ini harus diikuti dengan upaya meningkatkan keseimbangan
kehidupan kerja sehingga karyawan memiliki komitmen terhadap organisasi. Selain
itu worklife balance harus bisa diwujudkan agar semua karyawan disetiap lini
manajemen dapat merasakan worklife balance dan terjadi kepuasan kerja seperti
yang diharapkan oleh karyawan.
Melihat situasi dan kondisi yang terjadi dari latar belakang masalah yang ada
maka penulis mencoba untuk mengangkat penelitian dengan topik: “Analisis
Pengaruh Worklife Balance dan Kepuasan kerja terhadap Komitmen Organisasi pada
PT.Gunung Geulis Elok Abadi”
8
1.3 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan menjadi beberapa masalah
antara lain :
T-1. Bagaimana pengaruh Worklife Balanceterhadap Komitmen Organisasi
pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi ?
T-2. Bagaimana pengaruh Kepuasan Kerjaterhadap Komitmen Organisasi pada
PT. Gunung Geulis Elok Abadi ?
T-3. Bagaimana pengaruh Worklife balancedan Kepuasan Kerja terhadap
Komitmen Organisasi secara simultan pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi
?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian :
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh worklife balance terhadap komitmen organisasi pada
PT. Gunung Geulis Elok Abadi
2.
Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasi pada PT. Gunung Geulis Elok Abadi
3.
Untuk mengetahui pengaruh worklife balance dan kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasi secara simultan kerja
pada PT.
Gunung Geulis Elok Abadi
1.4.2 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang akan didapat oleh peneliti maupun
instansi terkait adalah :
1. Memberikan gambaran tentang pentingnya worklife balance terhadap
komitmen organisasi yang akan membantu perusahaan dalam
mewujudkan worklife balance sehingga tercapailah komitmen
organisasi
2. Membantu perusahaan dalam melakukan evaluasi terhadap kepuasan
kerja yang sudah dilakukan perusahaan kepada karyawannya sehingga
9
membantu perusahaan untuk menilai karyawan yang berkomitmen
terhadap organisasi
3. Memberikan informasi penting sebagai saran dan pertimbangan untuk
PT.Gunung Geulis Elok Abadi untuk memahami arti penting dari
worklife balance, kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Dan
semoga hal ini dapat meningkatkan
1.5 Ruang lingkup penelitian
Meskipun banyak permasalah yang dihadapi, peneliti membatasi penelitian hanya
dalam Worklife Balance, Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi yaitu secara
terbatas.
1.6 State of the Art
State of the art adalah pencapaian paling tinggi dari sebuah proses
pengembangan bisa berupa prosedur, proses, tehnik, sains, dan penelitian.
(Cahyo,2012). State of the art juga menekan bahwa penelitian yang ada harus
memberikan kontribusi terhadap permasalahan yang terjadi diperusahaan dan
memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.
Dalam penelitian ini, penelitian mengenai worklife balance, kepuasan kerja dan
komitmen organisasi merupakan salah satu yang tidak bisa ditinggalkan ketika
membahas tentang sumber daya manusia. Karena bagaimanapun manusia adalah
asset bukan pekerja lagi yang siap melakukan tugas.Karena sumber daya harus
dikelola sehingga terciptanya kegiatan yang dapat memberikan nilai positif bagi
organisasi tersebut.
Berikut adalah tabel dari state of the artyang merupakan perkembangan dari
penelitian yang sudah ada :
Tabel 1.1 State of the Art
No
Judul Penelitian
Penulis
1
The Influence of worklife
balance and job
satisfaction on
organizational
Syed
Mohammad
Azeem,
Nadeem
Objek
Penelitian
Pekerja medis
di rumah sakit
di Uttar
Pradesh State
Hasil
Worklife
balance dan
kepuasan kerja
sangat penting
10
commitment of
healthcare employees
(2014)
Akhtar
of India
2
Impact of worklife
balance on job
satisfaction and
organizational
commitment among
University teachers : a
case study of University
of Gujrat,Pakistan
(2014)
Bushra Arif,
Yasir Aftab
Farooqi
Dosen di
Universitas
Gujrat
Pakistan
3
Organizational
commitment and job
satisfaction (2012)
Javad Eslami,
Davood
Gharakhani
Iranian
Employees
4
The role of worklife
balance in job
satisfaction and job
benefit(2014)
Maria Malik,
Difang Wan,
Laiba Dar,
Aqsa Akbar,
Muhammad
Akram Naseem
Anggota
fakultas bisnis
di Punjab,
Pakistan
untuk
mengembangkan
dan mencapai
komitmen
organisasi
terlebih untuk
pekerja medis
yang
pekerjaannya
menantang
Dengan
memiliki
worklife balance
maka akan
membuat
mereka merasa
lebih puas
dengan
pekerjaan
mereka dengan
begitu akan
meningkatkan
komitmen
mereka terhadap
organisasi
Kepuasan kerja
akan
meningkatkan
komitmen
organisasi,
dalam
prakteknya
manajer harus
lebih proaktif
kepada
karyawan dalam
usaha mencapai
tingkat
komitmen
organisasi yang
lebih tinggi
Worklife
balance menjadi
mediasi bagi
kepuasan kerja
dan job benefit,
dimana worklife
balance
mempengaruh
kepuasan kerja,
11
5
Relationship between
worklife balance &
organizational
commitment (2014)
Gulbahar,
Amjad Ali Ch,
Ghulam
Muhammad
Kundi, Qamar
Affaq Qureshi,
Robina Akhtar
Anggota
SANGI
Foundation,
Pakistan
sehingga dengan
worklife balance
yang tinggi
maka kepuasan
kerja juga tinggi
Hasil
menunjukan
bahwa ada
hubungan yang
sangat kuat
antara worklife
balance &
komitmen
organisasi dan
sangat berkaitan
dengan pekerja
professional
Sumber : Peneliti (2015)
Hasil dari penelitian diatas menunjukan bahwa semuanya berpendapat
bahwaworklife balance dan kepuasan kerja mempengaruhi komitmen organisasi.
Penelitian diatas banyak dilakukan di Negara Pakistan dengan menggunakan sampel
yang berbeda-beda. Dengan metode yang dipakai adalah regresi dan korelasi.
Dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti yaitu sampel pekerja di Indonesia
dalam bidang hospitality & tourism. Peneliti akan menggunakan metode yang sama
untuk membuktikan bahwa permasalahan worklife balance, kepuasan kerja dan
komitmen organisasi juga dialami para pekerjadibidang lain.
12
Download