PENYELESAIAN KONFLIK DI PONDOK PESANTREN (Studi Kasus di Pondok Pesantren Modern Darusalam Gontor Putri, Ngawi Mantingan Jawa Timur) Astutie Putri Indah Imansarie Sari Narulita, Rihlah Nur Aulia Program Studi KPI Jurusan Ilmu Agama Islam Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sekaligus menganalisis jenis konflik dan faktor penyebab konflik yang terjadi di pondok pesantren. Setelah itu, untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menganalisisi pola penyelesaian konflik yang digunakan di pondok pesantren. Penelitian ini menunjukan bahwa: Pertama, jenis konflik yang terjadi di pesantren gontor putri adalah konflik antar pribadi, konflik antar rasial, konflik antar kelas-kelas santriwati dan konflik antar kelompok-kelompok sosial. Kedua, Pondok Pesantren Gontor putri mempunyai sistem penyelesaian konflik secara hierarkis dan tersusun rapi, diselesaikan mulai dari teman atau pembimbing kelas 5, Ustadzah Pembimbing kamar, Ustadzah Wali kelas sampai Ustadzah Pembimbing Pengasuhan. Ketiga, Penyelesaian konflik di Pondok Pesantren menggunakan pola penyelesaian dengan cara mediasi apabila konflik antar pribadi, diatasi oleh teman dan pembimbing kelas 5. Penyelesaian konflik dengan cara arbitrasi apabila konflik antar rasial, dan konflik antar kelas-kelas santriwati dan diatasi oleh Ustadzah pembimbing kamar dan Ustadzah wali kelas. Penyelesaian konflik dengan cara konsiliasi apabila konflik antar kelompok-kelompok sosial sehingga psikologis dan sosial santriwati terganggu, yang biasa diatasi oleh Ustadzah pembimbing pengasuhan karena Ustadzah pembimbing pengasuhan adalah suatu lembaga di Pondok Pesantren Gontor yang mempunyai tugas khusus untuk menyelesaikan konflik santriwati. ABSTRAK This study aims to describe and analyze about conflict that occurred in the boarding school. After that, to know, to describe and analyze the patterns of conflict resolution used in boarding schools. The results of this showed that : Frist, conflict at the Boarding School at Gontor is interpersonal conflict, rasial conflict, conflict between students classes and the conflict between social groups. Second, the Boarding School Gontor has a system of conflict resolution in a hierarchical and neatly arranged way in a complete range from grade 5 friends or menthor, tutors rooms Ustadzah homeroom until ustadzah parenting mentor. Third, the resolution of conflict in Boarding School with a mediation when conflict between personal, overcome by his friend and mentor class 5. Conflict resolution by way of arbitration when inter racial conflict and the conflict between the classes students and overcome by ustadzah room supervisor and ustadzah homeroom. Conflict resolution by way of conciliation in case of conflict between social groups so disturbed psychological and social students, is commonly for addressted by ustadzah supervisor/counselor. The Islamic boarding school has organized body for conflict resolution. الملخص نهدف هذه الدراسة الى وصف و تحلٌل مجرد عن أي الصراعات التً حدٌث فً المعهد. بعدذلك ,لمعرفة ووصف و تحلٌل أنماط حل النزاعات المستحدمة فً المعهد. وتفشٌر نتائج هذه الدراسة الى أن :أوال,هذا اانوعا من الصرعات بحدث فً المعهد دارسالم للبنات و هً الصرهات تناقض بنفس الصرعات تنا قض جزئٌة,الصرهات بٌن الفصول االجتماعٌة و الصرعات بٌن الفرقة االجتماعٌة .ثانٌا ,معهد دارالسالم كونتور نظام االفامة الداخلٌة وحل النزاعات لدٌها أنٌق .حتى ٌنتهً من تبدا الصاحبة او من المدبرة من السنة الخمسة و األستاذة المشرفة الحجرة و من االستاذة الولٌة الفصل و من االستاذة المجلسة الرعاٌة .ثالثا¸ الصرعات المتوقعة فً المعهد بالنمط االستٌطان عن طرٌق الوساطة بالصراعات تنا فض بنفس التغلب علٌها من خالل صاحبته والمدا برة السنة الخمسة الصرعات المتوقعة تحكٌم اذاالصرعات تن قض جزئٌة والصرعات بٌن الفصول الطلبة والتغلب علٌها من خالل االستاذة المسرفة الحجرة واالستاذة الولٌةالفصل .الصرعات المتوقعة عن طرٌقة التوقٌق اذا الصراعات بٌن الفرقة االجتماعٌة حتى نفس واالجتماعٌة الطالبة ضعف ما هو مألوف التغلب علٌها من خالل االستاذة المجلسٌة الرعاٌة ألناالستذة المجلسٌة الرعٌة هً ضعف ماهو مألوف فً المعهد دارالسالم كونتور التً عنده العمل الخصوص ال كمال سانترٌواالتً الصرعات. A. PENDAHULUAN Pondok pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang paling tua di Indonesia dan dari pesantren pula lahir institusi yang memiliki peranan penting di dalam pendidikan Indonesia saat ini yang bernama Madrasah. Pada akhirnya melalui madrasah ini lahir para mubalig-mubalig agama dan penerus manusia yang berilmu dan beramal shaleh yang berintelektual tinggi dan bertanggung jawab .1 Berdirinya Pondok pesantren sebagai pembinaan dasar agar para santri dan santriwati bisa hidup mandiri dan menyelesaikan masalah sesuai dengan 1 Abu Achamdi dkk, Menelusuri Pertumbuhan Madrasah di Indonesia.( Departemen Agama RI: 2001).hal 491. sosialisasinya di pesantren. Serta, para kiyai atau ustadz dan ustadzah yang mana sebagai pengganti orang tua mereka. Agar mampu membantu semua permasalahan yang dihadapi oleh santri atau santriwatinya, dan menjadi uswatun hasanah untuk para santri nya agar terbina akhlakul karimah dan moral yang baik. Pesantren juga, merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyediakan asrama sebagai tempat tinggal bersama dan terdapat kurikulum yang penuh selama 24 jam, di bawah bimbingan ustadz ustadzah. Oleh karena itu, selama 24 jam penuh, santri menjalani kurikulum di dalam asrama pasti mendapatkan konflik dan berbagai macam masalah, karena terdapat banyak latar belakang santri yang berbeda-beda, dari beragam macam daerah ataupun suku. Maka, dari itu diantara mereka sering terjadi silih pendapat, ataupun saling tuduh menuduh. Akhirnya munculah masalah terjadilah konflik. Adanya konflik di Pondok Pesantren terdapat penyelesainnya untuk para santriwati. Kurangnya perhatian sebagian pesantren untuk menyelesaikan konflikkonflik santriwatinya mengakibatkan akhlak santriwati yang menurun serta menimbulkan konsep diri yang negatif. Bahkan sampai terbawa jika santriwati sudah tamat dan keluar dari pondok pesantren, dan tidak mengamalkan apa yang di dapat di pondok pesantren. Mereka lebih cendrung tidak menghargai orang lain dan selalu ingin menang sendiri. Akibat lainnya adalah jika mereka mendapat masalah mereka menghindar bukan menyelesaikannya.2 Berdasarkan penjelasan di atas, secara jelas terdeskripsikan bahwa konflik di Pondok Pesantren sangatlah banyak dan kompleks oleh karena itu di butuhkan metode penyelesaikan konflik. Sebab, konflik yang tidak terselesaikan akan berdampak ke hubungan sosialnya dan mengganggu jiwanya, serta dapat membentuk konsep diri yang negatif. Pondok pesantren harus mempunyai sebuah sistem penyelesaian konflik, agar seluruh santriwati – santriwati lebih terpantau. 2 Nina W Syam, Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Sosial, ( Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2012) hal 60. B. TINJAUAN TEORI Menyikapi dan Menyelesaikan Konflik Pada umumnya, masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan konflik di dalam tubuhnya.Beberapa ahli menyebutnya sebagai katup penyelamat, yaitu suatu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dati kemungkinan konflik.Lewis A.Corner melihat katup penyelamat itu sebagai jalan keluar yang dapat meredakan permusuhan anatara dua pihak yang berlawanan.Tujuan utamanya adalah untuk menetralkan ketegangan-ketegangan yang timbul dari situasi pertentangan.Contoh katup penyelamat itu adalah badan perwakilan seperti lembaga pengasuhan di pesantren. Melalui badan atau lembaga seperti itu santri atau ustadz , murid atau guru dapat mengungkapkan keluhan-keluhannya. Secara umum ada tiga macam bentuk penyelesain konflik sosial, diantaranya.3 a. Konsiliasi Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Dengan demikian, konsiliasi merupakan proses penyelesain sengketa alternatif dan melibatkan pihak ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikan konflik. Bentuk penyelesaian konflik seperti ini dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi dan pengembalian keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai. Contoh bentuk penyelesaian konflik adalah melalui lembaga perwakilan rakyat atau perwakilan sekolah/pesantren.Berbagai kelompok yang bertikai bertemu di dalam lembaga ini untuk meyelesaikan masalah. 3 hal.65-67. Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : ESIS,2001) b. Mediasi Mediasi adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasehat. Dengan demikian, dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa mediasi merupakan salah satu bentuk negosiasi antara pihak yang berkonflik dan melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu demi tercapai penyelesaian yang bersifat kompromi. Penyelesaian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan pemikiran atau nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentengan mereka. Sekalipun pemikiran atau nasihat pihak ketiga tersebut tidak mengikat, cara penyelesaian ini kadang menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif. c. Arbitrasi Arbitrasi adalah merupakan sesuatu penyelesaian atau pemutusan konflik oleh pihak ketiga yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk dan patuh atas keputusan yang akan diberikan oleh pihak ketiga, atau pihak ketiga yang mereka pilih atau ditunjuk. Arbitrasi umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik. Pada bentuk mediasi, pemikiran atau nasihat dari pihak ketiga bukan merupakan keputusan yang mengikat kedua belah pihak yang berkonflik. Sebaliknya, dalam bentuk arbitrasi , kedua belah pihak harus menerima keputusan-keputusan yang diambil pihak ketiga. Dengan kata lain pihak ketiga tidak mengarahkan konflik untuk suatu tujuan tertentu yang memenangkan salah satu pihak.4 4 hal.65-67. Kun Maryati dan Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA Kelas XI, (Jakarta : ESIS,2001) d. Adjudication Penyelesaian konflik atau sengketa di pengadilan, walaupun tersedia bermacam-macam penyelesaian konflik banyak ketegangan-ketegangan yang belum teratasi. Masih saja ada unsur-unsur konflik konflik yang tidak kelihatan atau laten yang belum dapat diatasi secara sempurna.5 Para pihak yang terlibat dalam persengketaan mempunyai berbagai pilihan bagaimana mereka akan menyelesaikan sengketanya. Secara umum ada dua, bentuk penyelesaian konflik berdasarkan sifatnya: 1. Non Adjudikasi, Yakni melalui penyelesaian yang tidak memaksa para pihak kepada suatu resolusi tertentu : Mekanisme yang paling populer adalah negoisiasi dan mediasi. 2. Adjudikasi, yakni melalui penyelesaian yang memaksa para pihak kepada pihak yang berkonflik. Penyelesaian melalui pengadilan. C. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan format penelitian deskriptif dan pendekatan studi kasus. Pendekatan ini digunakan untuk mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi, karena memang dalam penelitian deskriptif ini tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis.6 Moh. Nasir mengemukakan bahwa metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus adalah untuk mencari fakta dan membuat katagori-katagori yang kemudian di interprestasikan dengan jelas dan tepat. Tujuan dari interprestasi 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006) hal 71 6 Sanapiah Faisal. Format-format Penelitian Sosial.( Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada,1999) hal 20. adalah untuk membuat deskripsi atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.7 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan mulai dari bulan April, Mei, dan Juni 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Gontor Putri yang terdapat di Jawa Timur yang beralamat di Ngawi-Mantingan. 2. Subyek Penelitian Data dalam penelitian ini adalah Peran Ustadzah Pembimbing Pengasuhan Dalam Mengatasi Konflik Santriwati. Sumber data penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk keperluan pengumpulan data , peneliti menggunakan teknik studi pustaka dan studi lapangan yaitu : a) Studi Pustaka Dalam penelitian ini peneliti mengambil dan mengkaji teori-teori yang relevan dengan penelitian berupa tinjauan, sintesis, atau ringkasan kepustakaan tentang masalah yang akan diteliti.8 b) Studi Lapangan Studi Lapangan dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang otentik dari lapangan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti pergunakan dalam penelitian ini adalah : Wawancara, Observasi, Angket. 4. Teknik Analisa Data Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan cara pentahapan dengan berurutan, yaitu terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 7 Moh.Nasir. Metode Penelitian,(Jakarta : Grasindo Indonesia, 1999) hal 63. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,( Jakarta: PT . Rineka Cipta,2006) hal 206. 8 D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Metode Penyelesaian Konflik Pondok Pesantren Modern Gontor Putri mempunyai beribu-ribu santriwati yang datang dari berbagai daerah bahkan negara. Banyaknya santriwati yang menimba ilmu di Ponpes Gontor Putri, juga menimbulkan banyak konflik. Konflik apa saja yang ada di Ponpes Gontor Putri sudah dibahas, konflik yang terdapat di Pondok Pesantren Gontor adalah konflik tersendiri dari konflik kecil, sedang dan sampai besar. Adanya konflik dan terdapat pula penyelesaiannya. Oleh karena itu untuk menyelesaikan konflik yang berbagai jenis di Pondok Pesantren untuk meyelesaikan konflik santriwati-santriwati. Ponpes Gontor mempunyai sistem penyelesaian konflik, agar semua santriwati terpantau dan santriwati pun merasa aman untuk menuntut ilmu. Maka akan dibahas sistem penyelesain konflik di pondok pesantren gontor, dapat dilihat dari susunannya sebagai berikut. Susunan Sistem Penyelesain Konflik Pondok Pesantren Gontor Ustadzah KMI Ustadzah Pembimbing Pengasuhan Ustadzah Wali Kelas Ustadzah Pembimbing Kamar Pembimbing Kelas 5, di Rayon Sumber :Hasil Observasi Data Lapangan Dapat dideskripsikan dari data observasi dan keseluruhan responden santriwati kelas I, II, III, IV,V, dan VI serta Ustadzah pembimbing pengasuhan. Bahwa di Pondok Pesantren Gontor mempunyai sistem untuk menyelesaikan konflik santriwati-santriwati seperti susunan sistem penyelesaian konflik diatas. 1. Pembimbing Kelas 5 Pondok Pesantren Gontor mempunyai beberapa pembimbing untuk memantau santriwati-santriwati. Salah satunya adalah Pembimbing kelas 5 sebagai pembimbing rayon dan Organisasi Pondok Pesantren Modern, untuk memantau santriwati-santriwati kelas 1 sampai kelas 4 karena kehidupan mereka dekat dengan kelas 5. Tugas kelas 5 membimbing dan mengarahkan adik-adik kelasnya dalam hal kebaikan apapun. Mereka juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan dan mengatasi konflik santriwati-santriwati karena di setiap rayon dan kamar terdapat pembimbing kelas 5, jika ada konflik atau masalah pembimbing kelas 5 lah yang mengetahui dan berusaha untuk menyelesaikan. 2. Pembimbing Kamar/Ustadzah Pembimbing Kamar Jika pembimbing kelas 5 tidak dapat menyelesaikan konflik santriwati kelas 1 sampai kelas 4, maka ustadzah pembimbing kamarlah yang ikut berperan menyelesaikan konflik mereka. Ustadzah pembimbing kamar selalu datang setiap satu minggu sekali guna memantau dan mendengarkan keluh kesah santriwatisantriwati. Tetapi jika sanriwati ada yang merasa takut untuk mengutarakan permasalah dan konfliknya, ustadzah pembimbing kamar menyediakan kertas agar santriwati mencurahkan permasalahan dikertas tersebut. 3. Ustadzah Wali Kelas Apabila pembimbing kelas 5 dan kamar belum bisa mengatasi konflik santriwati maka ustadzah wali kelas dari masing-masing santriwatilah yang mengatasi konflik santriwati. Biasanya ustadzah pembimbing kamar berdiskusi dengan ustadzah wali kelas hal apa yang terbaik untuk menyelesaikan konflik santriwati-santriwatinya. Biasanya ustadzah wali kelas memberi solusi untuk santriwati yang berkonflik dan memberi jalan yang terbaik untuk santriwati yang berkonflik. Dengan cara apabila diantara santriwati ketawan berkonflik maka akan segera di pertemukan keduanya diperintakan untuk datang kepada ustadzah wali kelas, dan ustadzah pun mendengarkan, membujuk dan memberikan inspirasi tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan kedua belah pihak. 4. Ustadzah Pembimbing Pengasuhan Jika Ustadzah wali kelas belum bisa menyelesaikan konflik santriwati, maka Ustadzah pembimbing pengasuhan lah yang langsung turun tangan. Karena Ustadzah Pembimbing Pengasuhan adalah suatu lembaga di pondok pesantren gontor , untuk menyelesaikan konflik-konflik santriwati, mulai dari kelas 1 sampai santriwati kelas 6. Biasanya konflik yang langsung diatasi dan diselesaikan oleh Ustadzah pembimbing pengasuhan, yang berkonflik langsung dipertemukan ditempat yang sama, dan berdiskusi dan pengembalian keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang berkonflik. Tidak hanya itu, kelas 5 dan kelas 6 langsung di pantau oleh Ustadzah pembimbing pengasuhan dalam hal pelanggaran disiplin maupun penyelesaian konflik diantara mereka. Jadi, sistem penyelesaian konflik di Pondok Pesantren Gontor Putri memang benar tersusun rapi dan bisa dibilang sistem hirarkis. Sehingga semua permasalahan dan konflik santriwati-santriwati selalu tepantau dan selalu diselesaikan dengan baik. Apabila ada santriwati yang mempunyai konflik atau masalah, maka akan diselesaikan melewati kelas 5 yang tidak lain adalah pembimbing rayon. Apabila santriwati kelas 5 tidak bisa menyelesaikan konflik adik kelas mereka, maka ustadzah pembimbing kamar yang langsung turun tangan. Jika, konflik santriwati tidak juga bisa diselesaikan dengan ustadzah pembimbing kamar, ustadzah wali kelas lah yang ikut turun tangan. Tetapi, jika Ustadzah Wali kelas tidak juga bisa menyelesaikan karena konfliknya berat atau menimbulkan masalah psikologis santriwati, maka Ustadzah pembimbing pengasuhan langsung turun tangan untuk menyelesaikannya. Dengan cara bermusyawarah terlebih dahulu kepada pembimbing-pembimbing lainnya dengan cara meminta solusi dari Ustadzah KMI, ustadzah KMI ini adalah Ustadzah Mahkamah tertinggi di Pondok Pesantren sebelum Pak Kiai yang menjabat sebagai Direktur Pondok Pesantren Gontor, baru santriwati yang bermasalah atau berkonflik di pertemukan secara bersama-sama. Dengan adanya sistem penyelesaian konflik yang terdapat di Pondok Pesantren Gontor. Maka akan memudahkan Ustadzah-Ustadzah dan pimpinan Pondok Pesantren, untuk memantau santriwati-santriwati. Agar terciptanya ruang lingkup yang nyaman di dalam Pondok Pesantren dan terciptanya santriwati yang mempunyai konsep diri yang positif, bisa disebut bisa mengontrol diri mereka masing-masing dan mengamalkan apa yang didapat di Pesantren. Gontor sejak pertama kali berdiri sudah mempunyai prinsip. Dari pendidikan dan sampai mengatasi dan memantau sebuah masalah dan konflik santriwatinya. Maka dari itu Pesantren Gontor membentuk sistem penyelesaian konflik tanpa harus ada campur tangan dari pihak yang berwajib. Penyelesaian Konflik Konflik Besar Peny elesaian Konflik Dengan Cara Konsiliasi Penye lesaian Konflik Dengan Cara Arbitrasi Peny elesaian Konflik Dengan Cara Mediasi 1. Mediasi - Karena difitnah - Karena Keluarga dengan Keluarga via telpon atau dari keluarga yang orang tuanya bercerai - Karena pencurian yang Konflik Sedang harus dipulangkan Konflik - Konflik yang Sosial Perbedaan mengganggu Budaya psikologisnya Konflik Perbedaan Pendapat Konflik Kecil - Konflik Karena kesalah pahaman - Konflik Rebutan Jenis konflik pertentangan kelompokkelompok sosial Jeni s Konflik pertentanga n rasial dan konflik antar kelas-kelas santriwati Jenis Konflik Pertentangan Pribadi Penyelesaian konlik dengan cara mediasi, adalah konflik yang masih bisa santriwati atasi sendiri dengan bercerita dan meminta solusi dari seorang teman, dan kakak kelas yang tidak lain adalah pembimbing kelas 5. Seorang teman dan kakak kelas 5 atau biasa disebut pembimbing rayon lebih mengarahkan untuk mengakhiri konflik mereka dan memberi solusi untuk segera berdamai dan tidak memperpanjang konflik mereka. Setelah itu terserah mereka mau mengikuti apa yang di sarankan seorang mediator atau disebut seorang teman atau kakak kelas, karena seorang mediator tidak berhak untuk memaksa mereka hanya menyarankan saja. Konflik yang diselesaikan dengan cara mediasi biasanya konflik yang tergolong kecil, seperti kesalah pahaman dan rebutan. Santriwati yang rata-rata berumur 13-19 tahun masih labil dengan keadaan demikian, hal yang menyinggung perasaan mereka bisa jadi menjadi konflik atau masalah. 2. Arbitrasi Penyelesaian konflik dengan cara Arbitrasi , adalah konflik yang diatasi oleh Ustadzah pembimbing kamar dan Ustadzah wali kelas. Biasanya penyelesaian konflik ini dengan cara mempertemukan mereka yang berkonflik, dan memberi jalan serta mengarahkan untuk segera mengakhiri konflik diantara mereka dan mereka harus mengikuti apa yang diarahkan oleh Ustadzah pembimbing kamar dan Ustadzah Wali kelas. Konflik yang diselesaikan dengan cara arbitrasi adalah konflik karena perbedaan sosial budaya dan konflik karena perbedaan pendapat atau selisih paham. 3. Konsiliasi Sedangkan penyelesaian konflik dengan cara konsiliasi, adalah konflik yang langsung diatasi atau diselesaikan oleh Ustadzah Pembimbing Pengasuhan, dimana Ustadzah Pembimbing Pengasuhan adalah suatu lembaga yang dikhusukan untuk membimbing kegiatan santriwati dan menyelesaikan konflik atau masalah santriwati di Pondok Pesantren Gontor. Biasanya konflik yang diselesaikan dengan cara konsiliasi adalah konflik yang tidak bisa santriwati atasi sendiri bahkan kakak kelas pembimbing rayon pun tidak bisa menyelesaikannya, sampai Ustadzah wali kelas pun belum bisa menyelesaikan, maka dari itu langsung dikumpulkan dan dipertemukan pembimbing rayon, pembimbing kamar dan Ustadzah Wali kelas oleh Ustadzah Pembimbing Pengasuhan guna mencari tau dan menyelidiki konflik apa yang dialami santriwati. Setelah diketahui santriwati yang berkonflik langsung dipertemukan, konflik langsung diselesaikan pada saat itu juga. Konflik yang diselesaikan dengan cara konsiliasi biasanya konflik besar seperti, konflik karena fitnah, keluarga melalui via telpon karena ingin dijenguk ada juga yang Bapak Ibunya sudah berpisah dan pencurian yang mengakibatkan harus dipulangkan, bahkan konflik yang berdampak bagi psikis santriwati sehingga membuat mereka tidak betah dan selalu ingin kabur atau pulang.9 Berdasarkan empat teori yang terdapat di bab II bahwa penyelesain konflik di Pondok Pesantren Gontor dilakukan dengan cara Mediasi, arbitrasi dan Konsiliasi. Penyelesaian dengan cara mediasi apabila konflik kecil, arbitrasi jika konflik itu sedang dan konsiliasi apabila konflik besar. Konflik selalu bisa diatasi oleh sistem yang sudah berjalan di Pondok Pesantren Gontor Putri. Konflik di pondok pesantren gontor juga tidak pernah sampai meminta bantuan untuk menyelesaikan konflik santriwati kepada pihak yang berwajib atau juga bisa disebut dengan Adjudication, karena pondok pesantren gontor memang berdiri sendiri dan memang mandiri dalam mengatasi apapun. Serta siap mengahadapi semua tantangan-tantangan yang ada. Adanya Penyelesaian konflik seperti itu akan memudahkan para Ustadz dan Ustadzah dalam mementau santiwati-santriwati mereka. Karena Santri di Pondok Pesantren Gontor tidak sedikit melainkan banyak dan beribu-ribu. Serta mereka datang dari berbagai daerah bahkan dari beberapa negara, sehingga budaya yang mereka bawa berbeda-beda dan watak juga berbeda-beda. Jadi di butuhkan penyelesain konflik yang diatasi oleh masing-masing yang berwenang, sesuai dengan seberapa besar konflik nya. Seperti yang sudah di paparkan diatas, yaitu penyelesaian konflik mediasi, arbitrasi dan konsiliasi. 9 Hasil Observasi Di Pondok Modern Darusalam Gontor Putri, Sabtu 11 Mei 2013 E. KESIMPULAN Setelah melaksanakan penelitian melalui observasi, wawancara dan menyebarkan angket di Pondok Pesantren Gontor Putri, Mantingan Ngawi Jawa Timur dengan tujuan memperoleh data yang tepat sebagai rujukan dan gambaran dalam penelitian ini ada beberapa poin yang perlu di paparkan. Peneliti dapat menggambarkan dan menyimpulkan mengenai penyelesaian konflik di Pondok Pesantren. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang di lakukan di Pondok Pesantren, yaitu : Ada empat jenis konflik yang terjadi di Pondok Pesantren Gontor Putri. Jenis konflik pertentangan pribadi, konflik pertentangan rasial, konflik antar kelas-kelas santriwati dan konflik antar kelompok-kelompok sosial. Jenis konflik pertentangan pribadi bisa dikatagorikan dengan konflik skala kecil, serta konflik dengan skala sedang adalah jenis konflik pertentangan sosial dan konflik antar kelas-kelas sosial. Sedangkan jenis konflik antar kelompok-kelompok sosial bisa dikatagorikan konflik dengan skala besar. Ada tiga penyelesaian konflik santriwati yang dipakai oleh Pondok Pesantren Gontor Putri. Yang pertama cara penyelesaian konflik mediasi, karena penyelesaian mediasi hanya untuk konflik dengan skala kecil kecil atau jenis konflik pertentangan pribadi ,biasanya mediasi hanya melewati teman dan kakak kelas yang dekat dengan santriwati yang sedang berkonflik atau kakak pembimbing kelas 5. Sedangkan penyelesaian konflik dengan cara arbitrasi untuk penyelesaian konflik dengan skala sedang yang biasa atau jenis konflik antar rasial dan konflik antar kelas-kelas santriwati, biasanya jenis konflik ini diatasi oleh Ustadzah pembimbing kamar dan Ustadzah Wali kelas. Sedangkan penyelesaian konflik dengan cara konsiliasi untuk konflik yang tidak bisa diselesaikan oleh diri sendiri, teman dan juga kakak kelas bahkan Ustadzah pembimbing kamar dan wali kelas belum bisa menyelesaikan konflik santriwatinya. Biasanya penyelesaian konflik melalui konsiliasi ditangani oleh Ustadzah Pembimbing Pengasuhan, mereka sudah diberitanggung jawab untuk menyelesaikan konflik atau masalah santriwati. Ustadzah Pembimbing Pengasuhan adalah salah satu lembaga di Pondok Pesantren Gontor untuk membimbing santriwati, mendidik santriwati, memantau dan menyelesaikan konflik atau masalah santriwati. Untuk menyelesaikan konflik santriwati Pesantren Gontor tidak pernah melibatkan pihak yang berwajib karena pesantren gontor memang sudah berdiri sendiri dan sangat mandiri. F. SARAN Berdasarkan keterbatasan penelitian maka dapat diaplikasikan saran-saran sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya mendeskripsikan upaya tentang penyelesaian konflik tetapi tidak menggali efektivitas upaya tersebut. Untuk itu disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan tentang efektivitas metode penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Ustadzah. 2. Penelitian belum mendiskripsikan secara mendalam konflik yang terjadi di Pondok Pesantren dan faktor penyebabnya maka disarankan perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang akar permasalahan. 3. Penelitian ini belum mendeskripsikan kontribusi metode tersebut dalam meminalisir konflik di Pondok Pesantren, maka disarankan perlu penelitian lanjutan tentang kontribusi metode tersebut dalam meminalisr konflik. G. REFERENSI Achamdi Abu dkk, Menelusuri Pertumbuhan Madrasah di Indonesia, Departemen Agama RI, 2001. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT .Rineka Cipta, 2006. Azra Azyumadri,“Pesantren: Konstinuitas dan Perubahan” dalam Nurcholis madjid ,Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalan, Jakarta: Paramadina, 1997. Bungin Burhan, University Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya Press, 2007. Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta : LP3ES,1983. : Airlangga Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada,1999. Madjid Nurcholis, Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta : Paramadina,1997. Maryati Kun dan Juju Suryawati, SosiologiUntuk SMA Kelas XI, Jakarta: ESIS, 2001. Mastuhu,Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS,1994. Moh.Nasir. Metode Penelitian ,Jakarta : Grasindo Indonesia, 1999. Pasiak Taufik, Revolusi IQ/EQ/SQ Menyikapi Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Qur’an Dan Neurasins Mutakhir,Bandung: PtMizan Pustaka, 2002. Pudjiastiti Puline, SosiologiUntuk SMA/MA Kelas XI, Jakarta: Grasindo, 2008. Soekanto Soejono, SosiologiSuatuPengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1982. Usman Husaini dan Parnomo Setiady Akbar ,Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara,2006. Wahid Abdurrahman, “Pesantren sebagai Subkultur, Dawam M.Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3ES,1974. Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren,Jakarta:Gema Insani Press,1997. Wirawan Ida Bagus, Teori-Teori Sosial, Kencana : Jakarta, 2012. Majalah Majalah pendidikan, Pengertian Pondok Pesantren, 2011. MajalahWardun (Warta DuniaPondok Modern Darussalam SejarahSingkat Pondok Modern Darussalam Gontor.2003. Gontor),