MANAJEMEN RISIKO : APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN

advertisement
MANAJEMEN RISIKO : APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN WILAYAH RAWAN
PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE)
Fitri Susilowati1, Lilik Siswanta2
Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Yogyakarta1
[email protected], [email protected]
ABSTRACT
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemetaan terhadap wilayah-wilayah yang
rawan terhadap perubahan iklim. Melalui pemetaan dapat diketahui wilayah- wilayah yang
rawan terhadap perubahan iklim, sehingga petani dapat melakukan manajemen produksi yang
tepat supaya risiko dapat dikurangi. Sektor pertanian tidak terkecuali tembakau merupakan
komoditas yang rentan karena perubahan iklim. Perubahan iklim adalah fenomena alam yang
tidak bisa dihindari. Gejala dari fenomena alam ini adalah bencana curah hujan, kelembaban,
penyinaran dan suhu banjir, kekeringan atau pergeseran musim. Bila gejala ini tidak diantisipasi
maka petani berpotensi mengalami kerugian dan produksi tembaku di temanggung sebagai
tulang punggung perekonomian Provinsi Jawa Tengah menurun.
Metode penelitian yang digunakan memfokuskan pada aplikasi Sistem Informasi Geografi
(SIG). SIG digunakan untuk mengetahui wilayah pertanian yang rawan terhadap perubahan
iklim. Secara umum Sistem Informasi Geografis harus dilakukan dengan tahapan-tahapan. Pada
tahap pertama penelitian ini Sistem Informasi Geografi diperlukan untuk menentukan
karakteristik daerah dengan potensi bencana yang mungkin timbul.
Berdasarkan data curah hujan dan produksi tembakau dengan aplikasi Sistem Informasi
Geografi (SIG) wilayah yang rawan terhadap perubahan iklim adalah kecamatan yang memiliki
produksi tembakau tinggi dan curah hujan yang dinamis. Wilayah yang rawan adalah
kecamatan Parakan, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Bansari.
Kata kunci : manajemen, risiko, perubahan iklim, SIG
PENDAHULUAN
Perubahan
iklim
dapat
menimbulkan curah hujan dan kejadian
iklim yang ekstrim, peningkatan suhu udara
dan peningkatan muka air laut yang dapat
mempengaruhi produksi pertanian dan
kondisi
sosial-ekonomi
petani
(Pusfatsatklim LAPAN, 2009). Dampak dari
perubahan iklim tersebut, iklim menjadi
sulit untuk diprediksikan kapan turunnya
hujan atau musim kemarau. Sektor
pertanian merupakan salah satu yang
terkena dampak perubahan iklim tersebut.
Pertanian tembakau di Temanggung
merupakan salah yang terkena imbas dari
perubahan
iklim
tersebut.
Tanaman
tembakau merupakan jenis tanaman yang
hidup pada iklim kering. Pertumbuhannya
sangat
dipengaruhi
faktor
iklim, diantaranya curah hujan, kelembaban,
penyinaran dan suhu curah hujan. Faktor
yang paling berpengaruh adalah curah
hujan. Pada proses panen, pemeraman,
perajangan dan penjemuran tembakau juga
sangat dipengaruhi oleh iklim. Jika
perubahan iklim menjadi tidak menentu,
akan berdampak pada penurunan kualitas
tembakau, gagal tanam, gagal panen, dan
bahkan menyebabkan puso.
Perubahan
Iklim
yang
tidak
menentu, mendorong petani untuk dapat
melakukan manajemen produksi yang baik,
supaya dapat meminimalkan kerusakan
atau kerugian yang diderita. Pemetaan
wilayah yang rentan terhadap perubahan
iklim dapat membantu petani dalam
188
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
melakukan manajemen produksi tembakau.
Petani dapat melakukan manajemen
pengelolaan, mulai dari musim tanam
dampai musim panen.
Aplikasi Sistem Informasi Geografi
dapat membantu petani tembakau di
Kabupaten Temanggung untuk mengetahui
wilayah yang rawan terhadap perubahan
iklim tersebut. Sehingga petani dapat
mengambil keputusan dan tindakan untuk
mengurangi risiko kerugian yang diderita.
Manajemen risiko yang tepat dapat
meningkatkan produksi tembakau yang
berkualitas.
.
1.1.Rumusan Masalah
Setelah
diuraikan
pada
paragraf
sebelumnya, yang mengacu pada fenomena
perubahan
iklim
kemudian
muncul
pertanyaan untuk penelitian ini yaitu: Di
wilayah-wilayah mana sektor pertanian
tembakau yang rawan terhadap perubahan
iklim?
Manajemen risiko tradisional terfokus pada
risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik
atau
legal
(seperti bencana
alam atau
kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum.
Manajemen risiko keuangan, di sisi lain,
terfokus pada risiko yang dapat dikelola
dengan menggunakan instrumen-instrumen
keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen
risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang
yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat
berupa berbagai jenis ancaman yang
disebabkan
oleh lingkungan, teknologi, manusia, organis
asi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan
manajemen risiko melibatkan segala cara
yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi
entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).
1.2. Sistem Informasi Geografi (SIG)
SIG digunakan untuk mengetahui
wilayah pertanian yang rawan terhadap
perubahan iklim (banjir dan kekeringan).
Secara umum Sistem Informasi Geografis
harus dilakukan dengan tahapan-tahapan.
Pada tahap pertama penelitian ini Sistem
Informasi
Geografi diperlukan untuk
menentukan karakteristik daerah dengan
potensi bencana yang mungkin timbul. SIG
pada dasarnya adalah jenis khusus sistem
informasi yang memperhatikan representasi
dan manipulasi realita geografi. SIG
mentransformasikan data menjadi informasi
dengan mengintegrasikan sejumlah data
yang berbeda, menerapkan analisis focus dan
menyajikan output dalam pengambilan
keputusan (Juppenlatz & Tian, 1996) dalam
Kuncoro (2002).
Salah satu karakter SIG yang
membedakan dengan sistem informasi yang
lain
adalah
kemampuannya
untuk
memetakan informasi ke dalam suatu
koordinat geometrik, dan mengidentifikasi
1.2.Tujuan
Berdasarkan pada latar belakang dan
rumusan masalah, maka tujuan dari
penelitian ini adalah Melakukan pemetaan
terhadap wilayah-wilayah yang rawan
terhadap perubahan iklim.
1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Manajemen Risiko
Manajemen
risiko adalah
suatu
pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia
termasuk: Penilaian
risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan mitigasi risiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan
sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain
adalah memindahkan risiko kepada pihak
lain, menghindari risiko, mengurangi efek
negatif risiko, dan menampung sebagian atau
semua
konsekuensi
risiko
tertentu.
189
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
hubungan antar obyek dalam peta, serta
memproses sifat geometrik obyek tersebut
dalam konteks spasial. Beberapa operasi
utama SIG adalah (Subaryono, 1990):
1. Pengorganisasian data multi disipliner
dari berbagai sumber yang mempunyai
variabel utama lokasi dan waktu;
pengorganisasian data tersebut meliputi
penyimpanan, pemanggilan data spasial,
numeris, dan tekstual yang berhubungan
dengan lokasi geografis.
2. Perbandingan dan/atau kombinasi dua
atau lebih variabel dengan referensi
geografis (misalnya dengan operasi
overlay) untuk mengekplorasi dan
memudahkan hubungan antara variabel.
3. Penampilan informasi mengenai
kemungkinan perubahan daerah
berdasarkan data yang ada sekarang
serta
skenarion
ditetapkan
sebelumnya.
2) Berikut adalah beberapa definisi
tentang iklim:
 Sintesis kejadian cuaca selama
kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup
dapat
dipakai
untuk
menunjukkan nilai statistik
yang berbeda dengan keadaan
pada setiap saatnya (World
Climate Conference, 1979).
 Konsep
abstrak
yang
menyatakan kebiasaan cuaca
dan
unsur-unsur
atmosfer
disuatu daerah selama kurun
waktu
yang
panjang
(Trewartha, 1980).
 Peluang
statistik
berbagai
keadaan atmosfer, antara lain
suhu,
tekanan,
angin,
kelembaban
yang
terjadi
disuatu daerah selama kurun
waktu yang panjang (Gibbs,
1987).
1.3.
Pengertian Iklim dan Cuaca
1) Ada beberapa definisi tentang
cuaca, antara lain:
 Keadaan
atmosfer
secara
keseluruhan pada suatu saat
termasuk
perubahan,
perkembangan
dan
menghilangya suatu fenomena
(World Climate Conference,
1979).
 Keadaan variabel atmosfer
secara keseluruhan disuatu
tempat dalam selang waktu
yang pendek (Trewartha, 1980).
 Keadaan
atmosfer
yang
dinyatakan
dengan
nilai
berbagai parameter, antara lain
suhu,
tekanan,
angin,
kelembaban
dan
berbagai
fenomena
hujan,
disuatu
tempat atau wilayah selam
kurun waktu yang pendek
(menit, jam, hari, bulan, musim,
tahun) (Gibbs, 1987).
1.4. Pengertian Perubahan Iklim
Perubahan
iklim
adalah
berubahnya kondisi fisik atmosfer
bumi antara lain suhu dan distribusi
curah hujan yang membawa dampak
luas terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2001 dalam
LAPAN). Perubahan ini tidak hanya
terjadi sesaat tetapi dapat terjadi
dalam kurun waktu yang panjang.
1.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian
Suryanto
dan
Gravitiani (2012) memanfaatkan SIG
untuk sector pertanian khususnya
pertanian padi. Pemetaan yang
dilakukan dapat digunakan sebagai
dasar
pengambilan
kebijakan.
Prasmatiwi, dkk (2011) dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Kesediaan Membayar Petani Kopi
Untuk
Perbaikan
Lingkungan.
190
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mengukur
tingkat
kesediaan
membayar external cost petani kopi
dalam rangka perbaikan lingkungan
dan (2) mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Suryanto
(2011)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Hubungan Karakteristik Wilayah,
Persepsi Individu, dan Perilaku
Mitigasi Gempabumi Di Kabupaten
Bantul
DIY.
Penelitian
ini
mempunyai
tujuan
yaitu
menganalisis tingkat kerentanan dan
tingkat kapasitas penduduk dalam
menghadapi
risiko
bencana
gempabumi, mengevaluasi hubungan
persepsi
individu
bencana
gempabumi dan perilaku mitigasi,
dan mengklasifikasikan variabelvariabel persepsi dan sosial-ekonomi
yang
dapat
digunakan
untuk
memprediksi
karakteristik
kerawanan wilayah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten
Temanggung
Kabupaten Temanggung merupakan
terletak di Provinsi Jawa Tengah.
Wilayah
Kabupaten
Temanggung
sebagian besar merupakan dataran
dengan ketinggian antara 500- 1450 m
diatas permukaan air laut. Secara
geografis
Kabupaten
Temanggung
o
o
terletak antara 110 23’ – 110 40’30’’ bujur
timur dan 7o14’ – 7o32’35’’ Lintang
Selatan. Kabupatn Temanggung terbagi
dalam 20 kecamatan, 266 desa dan 23
kelurahan. Kondisi lahan di Kabupaten
Temanggung terdiri dari dataran rendah
dan dataran tinggi yang berupa lereng
gunung dan perbukitan. Keadaan tanah
sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50
persen dataran rendah. Adapun batasbatas wilayah kabupaten Temanggung
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten
Kendal dan Kabupaten Semarang
Sebelah Selatan
:
Kabupaten
Magelang
Sebelah Barat
: Kabupaten
Wonosobo
Sebelah Timur
: Kabuapten
Semarang dan Kabupaten Magelang
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan sumber data, maka data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a) Data Primer: data yang diperoleh
dari hasil pengisian kuesioner
oleh responden yaitu petani
tembakau
di
Kabupaten
Temanggung yang dijadikan
sampel.
b) Data Sekunder: data yang
diperoleh dari hasil pengolahan
pihak kedua atau data dari
publikasi lain. Data sekunder
yang
digunakan
dalam
penelitian ini diambil dari Dinas
Perkebunan
Kabupaten
Temanggung dan Badan Pusat
Statistik
Kabupaten
Temanggung.
4.2. Identifikasi Wilayah Rawan
Mengingat Curah hujan menjadi
faktor paling besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan, perkembangan, dan kualitas
tembakau maka wilayah yang curah
hujannya berfluktuasi memiliki tingkat
kerawanan lebih tinggi dibandingkan
dengan wilayah yang lainnya. Berdasarkan
data curah hujan pertahun beberapa wilayah
Kabupaten Temanggung memiliki curah
hujan
yang
berfluktuasi.
Dengan
menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Geografi dapat dilihat wilayah yang rawan
terhadap perubahan iklim. Berikut disajikan
191
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
peta Kabupaten Temanggung selama tiga
tahun terakhir (2012 – 2014) untuk
megidentifikasi wilayah yang rawan.
Wilayah kecamatan Parakan terletak pada
ketinggian tanah rata-rata 773 m dpl,
dengan suhu maksimum 30oC dan suhu
minimal 20oC. Luas wilayah 2.222,47 Ha,
jumlah desa ada 16.
Gambar 1. Peta Kerawanan Produksi
Tembakau Kabupa
4.2.2.Deskripsi Produksi Tembakau di
Kecamatan Parakan
Kecamatan Parakan merupakan salah
satu
wilayah
penghasil
tembakau
kabupaten Teamanggung. Luas lahan
produksi tembakau di kecamatan Parakan
mencapai 55,16 %.
Perubahan iklim (climate change)
berdampak pada pola tanam sehingga
petani harus membuat perencanaan
produksi yang tepat. Perubahan iklim yang
terjadi beberapa tahun terakhir membuat
petani tembakau di kecamatan Parakan
harus dapat melakukan manajemen
produksi yang baik. Hal ini dimaksudkan
supaya produktivitas tembakau tetap
optimal dan berkualitas. Kualitas tembakau
menentukan
harga
di
pasaran.
Produktivitas tembakau yang optimal juga
dipengaruhi oleh pemilihan lahan dan
pengelolaan air dengan penanaman pada
lahan yang sesuai antara iklim, tanah dan
varietas tembakau. Tanaman tembakau
dapat tumbuh baik pada Ph 5,5 – 6,5 dan
Kualitas
pada suhu berkisar 18-27oC.
tembakau biasanya ditandai dengan grade
tertentu. Tembakau grade A warna hijan,
grade B hijau kuning, grade C kuning, grade
D merah, grade E hitam, grade F hitam
kriting dan grade G Jarang. Perubahan iklim
menyebabkan bergesernya musim tanam
dan musim panen.
Musim tanam
dilakukan pada bulan April, tetapi karena
dampak
perubahan
iklim
terjadi
pergeseran musim tanam pada bulan Mei.
Sedangkan musim panaen dilakukan pada
bulan Agustus untuk tembakau grade
A,B,C, September untuk tembakau grade D
dan Oktober untuk grade E,F,G. Selain
berdampak pada musim tanam dan panen,
ten Temanggung
Berdasarkan data curah hujan
TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission)
dan produksi tembakau dari keempat peta
diatas dapat diidentifikasi wilayah yang
rawan terhadap perubahan iklim adalah:
1. Kecamatan Parakan
2. Kecamatan Ngadirejo
3. Kecamatan Bansari
Ketiga
kecamatan
tersebut
memiliki
karakteristik yang sama sehingga memiliki
peluang yang sama untuk dijadikan sebagai
tempat
penelitian.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut peneliti memilih
Kecamatan Parakan untuk dijadikan sebagai
tempat penelitian.
4.2.Kecamatan Parakan
4.2.1.Gambaran Umum Kecamatan Parakan
Kecamatan Parakan terletak di
Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa
Tengah. Wilayahnya terletak di lereng
gunung Sindoro-Sumbing. Batas wilayah
kecamatan Parakan adalah sebagai berikut:
Sebelah Barat :
Kecamatan
Kledung,
Kecamatan Bansari
Sebelah Utara :
Kecamatan
Ngadirejo,
Kecamatan Jumo
Sebelah Timur :
Kecamatan
Kedu,
Kecamatan Bulu
Sebeleah Selatan
: Kecamatan Bulu
192
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
curah hujan tinggi akan mengurangi kadar
nikotin dalam daun sehingga berdampak
pada kualitas daun. Pada musim tanam jika
terjadi hujan yang tinggi menyebabkan
tanaman tembakau mengalami kerusakan
pada bagian akar dan batang. Kerusakan
tersebut Kebanyakan terjadinya jika hujan
terjadi pada malam hari dikarenakan pada
malam hari hujan yang turun membawa
banyak bakteri dan matahari tidak ada
sehingga tidak terjadi penguapan.
Tembakau yang telah dipanen akan
masuk pada proses pemeraman untuk
menghilangkan warna daunnya menjadi
kekuningan dan menurunkan kadar gula.
Pada masa panen jika terjadi curah hujan
yang tinggi petani akan membuat mulsa
dan mengkorek tanah. Waktu yang
dibutuhkan untuk pemeraman antara
masing-masing grade berbeda. Tembakau
grade
A,B
membutuhkan
waktu
pemeraman 2 – 3 hari, grade C
membutuhkan
5
hari,
grade
D
membutuhkan 5-7 hari, dan tembakau
grade E,F,G membutuhkan 7 – 10 hari. Jika
curah hujan tinggi menyebabkan udara
menjadi
lembab
sehingga
proses
perubahan warna pada daun tidak
sempurna dan kadang menyebabkan
tanaman menjadi busuk dan berjamur.
Setelah
mengalami
proses
pemeraman, tembakau akan masuk pada
proses perajangan. Tembakau yang telah di
Rajang akan di jemur. Proses penjemuran
juga sangat tergatung oleh iklim, jika
terjadi hujan maka akan berdampak pada
kualitas dan waktu yang dibutuhkan.
Tembakau dengan grade A,B,C dan D
membutuhkan waktu penjemuran 1 hari,
tembakau grade E,F,G membutuhkan 2-3
hari. Jika terjadi hujan akan menganggu
proses penjemuran dan berdampak pada
kualitas tembakau. Selain pola tanam,
petani juga harus memperhatikan proses
perawatan
seperti
penyiraman,
penyulaman dan pemupukan. Proses
perawatan akan berdampak pada kualitas
tembakau. Perubahan iklim terutama
karena
faktor
hujan
menyebabkan
budidaya tembakau memiliki risiko yang
tinggi, resiko tersebut terjadi tidak hanya
pada masa tanam dan pemeliharaan tetapi
juga pada pasca panen.
Pada proses produksi tembakau,
petani tembakau di kecamatan Parakan
mengunakan sistem ijon yang terjadi secara
turun temurun dan sulit dihilangkan.
Sistem pembagian dengan pengijon adalah
50%, misalnya petani meminjam sejumlah
Rp
2.000.000,
maka
harus
mengembalikannya sejumlah Rp 3.000.000,Biaya produksi petani sejumlah Rp 28 juta
untuk setiap 1 ha, setiap 1 ha dapat
mengasilkan 70 keranjang dan setiap
keranjang sejumlah 40 kg. Biaya produksi
untuk setiap keranjang sebesar Rp 400.000,5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa:
1. Perubahan iklim terutama karena
faktor hujan menyebabkan budidaya
tembakau memiliki risiko yang tinggi,
resiko tersebut terjadi pada kecamatan
yang memiliki produksi tembakau
tinggi dan curah hujan yang dinamis
2. Wilayah perkebunan tembakau di
Kabupaten Temanggung yang rawan
terhadap perubahan iklim adalah:
Kecamatan
Parakan,
Kecamatan
Ngadirejo dan Kecamatan Bansari
5.2.SARAN
Saran untuk pengembangan dan peneliti
selanjutnya adalah: Data curah hujan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
curah hujan tahunan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan data curah
hujan bulanan sehingga dapat iidentifikasi
sesuai musim tanam dan musim panen.
193
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat
Statistik
Kabupaten
Temanggung. 2010. Kecamatan Bulu dalam
angka tahun 2011. Temanggung.
Ditjenbun. 2007. Komoditas Tembakau.
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim
/. Diakses tanggal 29 Mei 2012.
Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
. 2010. Ekonomi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Kabuapeten Temanggung dalam Angka
2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Temanggung
Kabuapeten Temanggung dalam Angka
2013, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Temanggung
Kabupaten Temanggung dalam Angka 2014,
Badan
Pusat
Statistik
Kabupaten
Temanggung
Kecamatan Parakan dalam Angka 2014,
Badan
Pusat
Statistik
Kabuapetn
Temanggung
Lapan. 2009. Perubahan Iklim di Indonesia.
http://iklim.dirgantara-lapan.or.id.
Diakses tanggal 29 Mei 2012.
Mantra, I. B. 2003. Demografi Umum Edisi Ke 2.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 227 hal.
Merryna, Annissa. 2009. Analisis Willingness
To Pay Masyarakat Terhadap Pembayaran
Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa
Curug Goong, Kecamatan Padarincang,
Kabupaten Serang, Banten). Skripsi Fakultas
Ekonomi
Dan
Manajemen
Institut
Pertanian Bogor. Diakses tanggal 21
Oktober 2012.
Mudhoffir, A. M dan Abdul A. M. 2011.
Hitam-Putih Tembakau. FISIP UI Press.
Jakarta.
Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Diakses
tanggal 3 Juni 2012.
Noviasari W, Drasti. 2011. Efisiensi
Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani
Tembakau Rajangan (Nicotiana Tabacum l.)
Di
Kecamatan
Bansari
Kabupaten
Temanggung. Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas
Jendral
Soedirman
Purwokerto. Diakses tanggal 29 Mei 2012.
Patunru, Arianto A. 2004. Valuasi Ekonomi:
Metode Kontinjen.LPEM-FEUI. Jakarta.
Pemerintah Kabupaten Temanggung. 2011.
Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2011.
Prasmatiwi, F et al,2011. Kesediaan Membayar
Petani Kopi Untuk Perbaikan Lingkungan.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume
12, Nomor 2, Desember 2011.
Pramesi, Mutiah. 2008. Willingness to Pay
Masyarakat Sebagai Respon Terhadap Upaya
Perbaikan Kualitas Lingkungan Obyek Wisata
Batu Seribu Kab. Sukoharjo Melalui
Pendekatan Contingent Valiation Method.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Putra, A. W. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Tembakau di
Temanggung. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Andrean
Budi. 2000. Ekonomi Lingkungan. BPFE.
Yogyakarta.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisis
Runtun Waktu Terapan. Andi OFFSET:
Yogyakarta
Saptutyningsih, Endah dan Suryanto. (2010),
Pemetaan dan Valuasi Ekonomi Bencana
Banjir Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan
Penelitian
Hibah
Bersaing
DIKTI,
Yogyakarta.
Suparmoko.1994. Ekonomi Sumberdaya Alam
dan
Lingkungan.
BPFE-Yogyakarta.
Yogyakarta.
Suryanto. 2011. Hubungan Karakteristik
Wilayah, Persepsi Individu, dan Perilaku
Mitigasi Gempabumi di Kabupaten Bantul
DIY. Disertasi
Suryanto dan Gravitiani, Evi, 2012,
Pengembangan
Produk
Asuransi
194
Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2016
ISBN 978-602-73690-6-1
Pertanian untuk Mengatasi Perubahan
Iklim, LPPM, UNS.
Tuwu, Alimuddin. 1993. Pengantar Metode
Penelitian. UI Press. Jakarta.
195
Download