PENURUNAN POPULASI AMFIBI DUNIA: APA PENYEBAB DAN UPAYA PENCEGAHANNYA? Luthfia Nuraini Rahman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Anggota PC Sylva Indonesia IPB 2009 Tercatat lebih dari 6.300 spesies amfibi di dunia. Jumlah tersebut kemungkinan masih akan terus bertambah karena hingga saat ini penelitian mengenai keanekaragaman spesies amfibi masih terus dilakukan dan spesies-spesies baru masih terus ditemukan di berbagai belahan dunia. Indonesia yang notabene merupakan salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tinggi memiliki keanekaragaman amfibi kedua di dunia setelah Brazil yaitu sekitar 450 spesies. Dewasa ini, keberadaan ribuan jenis amfibi tersebut semakin terancam. Sebanyak 32% amfibi dunia, yaitu sebanyak 1.856 spesies amfibi tercatat dalam daftar merah IUCN (IUCN Red List) dengan status terancam. Sejak awal kemunculannya di bumi sekitar 300 juta tahun lalu, selama dua decade terakhir, amfibi terus mengalami penurunan populasi. Jumlah spesies yang punah hingga saat ini diperkirakan mendekati angka 168 spesies sedangkan 34% spesies amfibi mengalami penurunan angka populasi. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kepunahan spesies amfibi dan ancaman terhadap keberadaannya akan terus meningkat (amphibiaweb.org) Tidak banyak orang yang menyadari pentingnya keberadaan amfibi di alam. Selain berperan penting dalam penyeimbang ekosistem, amfibi juga dapat berfungsi sebagai indicator kesehatan lingkungan. Dewasa ini, beberapa jenis amfibi terutama katak menjadi komoditi ekspor yang sangat menjanjikan keuntungan besar. Mengingat banyaknya fungsi dan manfaat amfibi, maka keberadaan amfibi di alam harus tetap dipertahankan. Mengapa Populasi Amfibi Menurun? Banyak factor yang dapat menjadi penyebab menurunnya populasi jenis amfibi di alam. Ancaman utama (90%) terhadap populasi amfibi dunia adalah kerusakan habitat. Beberapa jenis amfibi sensitif terhadap fragmentasi hutan karena mempunyai kemampuan penyebaran yang terbatas. Oleh karena itu perubahan habitat hutan seperti adanya pembalakan liar atau aktifitas lainnya dapat mengurangi kemampuan satu jenis untuk bertahan hidup. Ancaman populasi lainnya adalah penyebaran penyakit, tekanan spesies introduksi, perubahan iklim, eksploitasi berlebihan (over exploitation), pencemaran lingkungan dan satu ancaman baru yaitu serangan Chytridiomycosis yang disebabkan oleh serangan jamur Batrachochytrium dendrobatidis atau lebih dikenal dengan nama jamur Chytrid. Jamur ini dapat mengakibatkan kematian besar dalam populasi amfibi karena menyerang amfibi mulai dari berudu hingga individu dewasa. Dalam tabel berikut dijabarkan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penurunan populasi amfibi dan proses penurunan populasi oleh faktor-faktor tersebut. Faktor Kerusakan, perubahan dan fragmentasi habitat Introduksi Spesies Eksploitasi berlebihan Perubahan iklim Radiasi Sinar UV-B Kontaminasi Bahan Kimia Serangan Penyakit Kelainan Bentuk Tubuh Kesinergisan Proses Pembukaan habitat, introduksi spesies asing, dan kegiatan lain yang memisahkan satu populasi dengan lainnya Spesies asing dapat memangsa atau berkompetesi dengan spesies local yang pada akhirnya mengakibatakan kekalahan pada populasi lokal Pemanenan berlebihan amfibi dari alam untuk diperdangangkan secara local dan internasional sebagai bahan makanan, satwa peliharaan atau sebagai bahan pengobatan tradisional Amfibi sangat sensitive terhadap sedikit saja perubahan pada suhu dan kelembaban. Perubahan pada pola iklim global (misal, gejala El-Nino atau pemanasan global) akan merubah perilaku kawin, mempengaruhi keberhasilan reproduksi, menurunkan fungsi kekebalan tubuh, dan meningkatkan sensitifitas terhadap kontaminasi bahan kimia di lingkungan Penelitian menemukan bahwa sinar UV-B dapat mematikan amfibi secara langsung, menyebabkan efek pra-kematian seperti tingkat pertumbuhan lambat dan disfungsi imun, dan bekerja secara sinergis dengan kontaminan, pathogen dan perubahan iklim. Bahan kimia (misal; pestisida, logam berat, asam, dan pupuk nitrogen) dapat menimbulkan kematian, pra-kematian, efek langsung dan tidak langsung pada amfibi. Efek tersebut antara lain kematian, penurunan tingkat pertumbuhan, perilaku abnormal, penurunan tingkat keberhasilan reproduksi, dan kelemahan sistem imun. Penyakit yang baru-baru ini ditemukan (Chytridiomycosis), merupakan penyebab kematian individu dewasa hingga larva (berudu) Meningkatnya kasus kelainan bentuk tubuh (Malformation) pada amfibi dewasa ini pada populasi alami merupakan akibat masalah utama lingkungan Beberapa factor dapat secara bersama-sama mengakibatkan kematian pada amfibi. Apa yang Dapat Kita Lakukan? Manusia, secara langsung atau tidak langsung, adalah penyebab utama kepunahan spesies amfibi. Rusaknya habitat merupakan ancaman terbesar namun tekanan utama lainnya termasuk eksploitasi berlebihan oleh manusia seperti untuk memenuhi kebutuhan pangan, sebagai hewan peliharaan, dan obat-obatan. Ditambah lagi dengan kehadiran introduced species alias spesies pendatang yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem yang ada. Belum lagi polusi dan penyakit. Begitu pula dengan perubahan iklim yang lambat laun menjadi ancaman yang serius. Beberapa hal yang dapat langsung dan sangat mungkin dilakukan untuk menyelamatkan keberadaan amfibi di muka bumi seperti yang tertuang dalam Amphibian Concervation Action Plan (ACAP) 2005 antara lain: 1. Konservasi Ek-Situ (Pengembangan Sistem Penangkaran) Penangkaran merupakan salah satu komponen esensial dari kesatuan usaha konservasi amfibi untuk menghindari kepunahan populasi dalam waktu dekat. Program penangkaran bagi spesies terancam punah adalah dengan mengeluarkan dari habitat alaminya dan mengembangbiakkan di dalam kebun binatang. Hasil dari program penangkaran tersebut dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian, pendidikan, perdagangan, dan unutk tujuan konservasi (reintroduksi). 2. Reintroduksi Program reintroduksi adalah kegiatan pengembalian spesies amfibi ke habitat alaminya dengan harapan populasi spesies tersebut dapat kembali berkembang. Harus diperhatikan bahwa spesies yang di-reintroduksi harus mampu bertahan terhadap ancaman yang mungkin timbul di habitat aslinya, sehingga spesies tersebut tetap dapat mempertahankan populasinya. 3. Menghilangkan Invasi Spesies Asing Spesies asing yang menginvasi populasi spesies local harus dikeluarkan dari habitat di mana spesies tersebut mengganggu perkembangan populasi spesies local. Tantangan utama dalam upaya konservasi adalah bagaimana agar manusia dapat memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus merusak keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam upaya konservasi amfibi di dunia dan Indonesia khususnya. Dengan selesainya semua permasalahan yang ada, maka kekhawatiran akan kepunahan spesies amfibi dalam waktu dekat dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.