BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Strategi
Setiap organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat yang
berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien.Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai
alat untuk mencapai tujuan organisasi.Apakah strategi itu?Kata strategi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral.Maksudnya
disini adalah strategi berarti seni para jendral. Maka dari sudut pandang militer
strategi adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di
medan perang agar musuh dapat dikalahkan (Hill dan Jones, 2009). Berbeda
dengan Hubbard (2004), menyatakan strategi adalah keputusan-keputusan yang
memiliki arti jangka menengah hingga jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas
organisasi yang meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk
menciptakan nilai bagi konsumen dan sekaligus mengalahkan para pesaing.
Istilah strategi sudah dapat digunakan oleh semua jenis organisasi dan ideide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap di pertahankan hanya saja
aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena
dalam arti yang sesungguhnya manajemen puncak memang terlibat dalam satu
bentuk “peperangan tertentu” (Siagian, 2002).
8
Universitas Sumatera Utara
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, strategi memainkan peran
penting dalam menentukan dan mempertahankan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan perusahaan.Konsep mengenai strategi mengalami perkembangan
yang cukup signifikan.Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksud
strategi adalah keputusan-keputusan yang memiliki arti untuk jangka pendek,
menengah dan jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan yang
meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk menciptakan nilai
tambah bagi masyarakat dan sekaligus mengalahkan para pesaing dan
menciptakan keunggulan.
2.1.2 Resource-Based View atau RBV
Konsep Pendekatan berbasis sumberdaya (Resource-Based View) pada
dasarnya merupakan konsep yang mampu membantu entrepreneur dalam meraih
sustainable competitive advantage (Barney, 1991 & 2001; Grant, 1991; Peteraf,
1993; Meso & Smith, 2000; Akio, 2005; Julienty, et al. 2010; Spender, 2010;
Wernerfelt, 1984). Pemikiran dasar Resource-Based View sesungguhnya ingin
mengetahui dan memahami apa yang membuat suatu perusahaan berbeda,
memperoleh, dan bertahan dalam keunggulan kompetitif, melalui pemanfaatan
keberagaman sumberdaya yang dimilikinya (Kostopaulos, et al., 2007:2). Asumsi
dasar Resource-Based View adalah bahwa sumberdaya dalam perusahaan
bergabung menjadi satu (bundles) dalam kemampuan yang mendasari produksi
tidak sama satu dengan lainnya. Esensi kombinasi sumberdaya dan kapabilitas
tersebut sebagai “apa” yang membuat suatu organisasi unik dalam hal
kemampuannya menawarkan nilai kepada pelanggannya (Purwohandoko, 2009).
9
Universitas Sumatera Utara
Resource-Based View (RBV) telah menjadi salah satu diantara banyak teori
yang paling berpengaruh dalam sejarah teori manajemen, terutama dalam teori
manajemen strategik. Indikator untuk mengukur strategi RBV terdiri dari dua
indikator yaitu: sumberdaya dan kapabilitas, (Hitt, et al., 2001). Secara umum,
RBV berfokus pada pemahaman mengenai potensi sumberdaya dan kapabilitas
organisasi (Coulter, 2002:37). Menurut De wit, Meyer dalam Taufiq Amir
(2011:86) Adapun tipe-tipe sumberdaya adalah sebagai berikut:
a. Sumber daya berwujud (tangible)
Sumber daya berwujud adalah segala sesuatu yang tersedia di perusahaan
yang secara fisik dapat diamati (disentuh), seperti bangunan, dan uang.
b. Sumber daya tidak berwujud (intangible)
Sumber daya nirwujud tidak dapat disentuh, tapi sebagian besar dikerjakan
oleh karyawan di organisasi, sumber daya yang tersedia di organisasi yang
muncul akibat interaksi organisasi dengan lingkungan nya.
Menurut Thomson dan Strickland dalam Sampurno (2011) menjelaskan,
untuk menganalisis kekuatan dan kapabilitas sumber daya perusahaan, aspek –
aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah :
a) Keterampilan atau keahlian
Mencakup anatara lain kekuatan dalam keahlian, layanan prima, iklan yang
unik. Ketrampilan dan keahlian ini perlu diproteksi oleh perusahaan sehingga
tidak mudah ditiru oleh kompetitor.
b) Aset fisik yang bernilai
10
Universitas Sumatera Utara
Mencakup antara lain fasilitas produksi dengan peralatan yang baik, fasilitas
distribusi yang luas, network dan sistem informasi, nilai dan norma sistem
manajerial, sistem teknis berbasis pengetahuan dan keterampilan.
c) Aset sumber daya manusia
Mencakup antara lain pekerja yang berpengalaman dan capable, pekerja yang
berbakat di area kunci, pekerja yang enerjik dan bermotivasi tinggi. Dalam
konteks ini perlu diperhatikan apakah perusahaan memberikan peluang yang
memadai bagi karyawan untuk meningkatkan kapabilitasnya.
d) Aset organisasi yang bernilai
Sistem kontrol yang berkualitas, sistem tekhnologi yang mumpuni, aset
organisasi ini sangat penting karena berkaitan dengan kecepatan perusahaan
dalam menengarai permasalahan yang telah dan yang akan dihadapi untuk
kemudian mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
e) Kapabilitas bersaing
Mencakup antara lain kemampuan perusahaan dalam waktu relatif pendek
meluncurkan produk baru, kemitraan yang kuat dengan pemasok kunci, dan
yang terpenting ialah merespons perubahan yang terjadi pada kondisi pasar
dan kemampuan yang terlatih baik dalam melayani pelanggan.
f) Aliansi dan kerjasama
Kolaborasi kemitraan dengan pemasok dan pemasar dapat memperkuat daya
saing perusahaan. Hubungan perusahaan dengan pemasok dan pemasar sangat
strategis karena dengan kemitraan yang baik dan saling menguntungkan akan
dapat menciptakan keunggulan bersaing.
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Kewirusahaan
Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi
nilai tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Wirausaha ialah orang yang
inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba. Menurut
Zimmerer dan Scarborough (2005) wirausahawan adalah orang yang menciptakan
bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan
menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Dalam
hubungan dengan bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua
pengusaha adalah wirausaha.Wirausaha adalah prionir dalam bisnis, inovator,
penanggung resiko, yang memiliki visi kedepan, dan keunggulan dalam
berprestasi dibidang usaha.
Wirausaha adalah individu yang berorientasi kepada tindakan dan
bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.Untuk
menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan
mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkan dalam usaha yang
nyata.Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki gagasan baru,
tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan
kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang
berhasil (Widjajanta dkk, 2007:94).Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap
dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, mengambil resiko dan
berorientasi laba.
12
Universitas Sumatera Utara
Kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan
yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan
implementasi dari ide baru dan solusi kreatif (Kuratko, 2009:21). Tidak semua
orang memiliki kapailitas kewirausahaan.Hanya orang yang memiliki jiwa
kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara professional
(Echdar, 2013:19). Menurut Suryana (2006:3) ciri-ciri orang yang mempunyai
jiwa kewirausahaan adalah:
1. Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis,
berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab
2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak,
dan aktif
3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat
dipercaya, dan tangguh dalam bertindak, dan
4. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan
dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses.Kreatifitas
(creativity) adalah kemampuan mengembang ide dan cara-cara baru dalam
memecahkan masalah dan menemukan peluang.Inovasi (innovation) adalah
kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan dan menemukan
peluang (doing new things) (Suryana, 2006:2).
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan, berdaya saing
tinggi, berperan dalam pencapaian kesuksesan, meningkatkan kinerja usaha, dan
pendekatan baru dalam pembaruan kinerja (Suryana, 2006).
Miller dalam Sangen (2005) menyatakan bahwa keberhasilan kinerja
usaha kecil ditentukan oleh entrepreneurial orientation. Keberanian mengambil
resiko, inovasi dan sikap proaktif akan membuat perusahaan-perusahaan kecil
mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka. Hasil kajian empiris dan konsep
teoritis
tersebut
esensi
entrepreneurial
orientation
sebagai
determinan
pembentukan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi usaha kecil.
Konsepsi entrepreneurial orientation merupakan solusi yang relevan dan
dipostulasikan berdampak positif bagi usaha kecil dalam lingkungan persaingan
yang ketat. Seorang pemilik atau pengelola usaha harus menentukan usaha apa
yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, dan siapa saja yang terkait
dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang menjadi sasaran.
Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan menentukan arah
gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000:14).
Orientasi kewirausahaan merupakan suatu fenomena organisasi yang
mencerminkan kemampuan manajerial mereka, sebagaimana perusahaan memulai
untuk berinisiatif dan mengubah tindakan kompetitif mereka sehingga dapat
menguntungkan bisnis yang dijalaninya (Avlontis & Salavou, 2007). Orientasi
14
Universitas Sumatera Utara
kewirausahaan menciptakan keterampilan komplek, tak berwujud, tak diucapkan,
yang memungkinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan
produk baru, inovatif, dan memiliki keberanian untuk menghadapi resiko
(Frishammar dan Horte 2007; Becherer dan Maurer, 1997).
Peranan orientasi kewirausahaan adalah metode, praktik dan pengambilan
keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis perusahaan
untuk bersaing. Orientasi kewirausahaan terbagi dalam lima dimensi (Lumpkin
dan Dess, 1996), yaitu:
1. Inovatif
Inovatif
mencerminkan
kecendrungan
serorang
entrepreneur
untuk
memunculkan dan merealisasikan ide-ide baru, mencoba cara-cara baru yang
berbeda dari yang ada sebelumnya serta antusiasme untuk mengadopsi ide-ide
baru atau metode baru untuk bisnis mereka, lalu menerapkan inovasi tersebut
dalam operasional bisnis mereka (Lumpkin & Dess, 2001; Wiklund &
Shepherd, 2005).
2. Proaktif
Sikap Proaktif seorang pengusaha mencerminkan proses dalam mencari
peluang baru yang muncul dengan mengembangkan, memperkenalkan, serta
membuat perbaikan produk terhadap produk ataupun jasa yang dipasarkannya
(Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010; Kreiser et al, 2002). Sikap
Proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses
kewirausahaan. Dalam usaha menjadi sebuah bisnis yang Proaktif, diperlukan
15
Universitas Sumatera Utara
beberapa faktor penunjang sebagai indikator, bahwa bisnis tersebut telah
memiliki dimensi Proaktif dalam Orientasi Kewirausahaan.
3. Risk Taking
Risk Taking atau pengambilan resiko merupakan suatu tindakan entreperenur
yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumberdaya
yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan walaupun tanpa
adanya kepastian hasil yang akan didapat. (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia &
Sikalich; 2010).
4. Keagresifan bersaing (Competitive Aggressiveness)
Keagresifan bersaing adalah harapan-harapan dari perusahaan untuk
menantang dan mengungguli pesaing dan ditandai oleh sikap atau tanggapan
atau respon agresif terhadap tindakan-tindakan pesaing dalam upaya menetrasi
pasar dan memperbaiki posisi dipasar (Lumpkin & Dess, 1996).
5. Otonomi (Autonomy)
Otonomi merupakan kegiatan independent individual (mandiri) atau tim dalam
menjabarkan ide-ide atau visi, membuat keputusan dan mengambil tindakan
yang bertujuan untuk memajukan konsep bisnis dan membawanya pada
penyelesaian. Secara umum otonomi berarti kemampuan berinisiatif dalam
mengeksploitasi peluang (Lumpkin dan Dess, 1996).
2.1.5 Keunggulan Bersaing
Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan
yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar.Strategi
16
Universitas Sumatera Utara
yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus
agar perusahaan dapat terus menerus menjadi pemimpin pasar (Prakosa, 2005).
Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki keunggulan bersaing apabila
dapat melakukan sesuatu ketika perusahaan saingan tidak dapat melakukannya
atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan oleh perusahaan saingan.
Menurut Welch dalam Rangkuti (2006), menyatakan keunggulan bersaing
merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan untuk berhasil dalam
memenangkan persaingan.Lain halnya menurut Crown (2007), menyatakan
keunggulan bersaing yaitu suatu posisi yang lebih unggul dibandingkan dengan
kompetitor atau pesaing. Sementara menurut Hill dan Jones (2009), menyatakan
bahwa
sebuah
perusahaan
yang
memiliki
keunggulan
bersaing
bila
profitabilitasnya lebih besar dari pada keuntungan rata-rata bagi setiap perusahaan
yang bergerak pada industri yang sama.
Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan
dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa
perusahaan
yang
bersaing
terlibat
dalam
tindakan
serupa
(Barney,
2010).Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor
yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding
penawaran competitor (Kotler et al., 2005).
Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai
rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta
17
Universitas Sumatera Utara
melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha (Saiman, 2014). Berikut ini
beberapa situasi persaingan yang tidak diinginkan, yaitu:
1. Banyaknya usaha yang bersaing
2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing
3. Kapailitas serupa dari usaha yang bersaing
4. Penurunan permintaan produk indusri
5. Turunnya harga produk/jasa di industri
6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah
7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi
8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah
9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing
10. Saat produk dapat dihancurkan
11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas
12. Ketika permintaan konsumen turun
13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan
14. Ketika saingan menjual produk/jasa serupa, dan
15. Ketika merger menjadi hal umum di industri (David, 2011).
Dari beberapa uraian di atas, dimensi keunggulan bersaing yang digunakan
dalam penelitian ini adalah harga, kualitas, delivery dependability, inovasi produk,
dan time to market.Hal ini sejalan dengan pemikiran Zhang, Bartol (2001) dan
Thatte (2007).
18
Universitas Sumatera Utara
1. Harga
Menurut Kotler (2005), harga memiliki dua arti yaitu pengertian harga
dalam arti sempit merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu
produk atau jasa, dan harga dalam arti luas adalah jumlah dari nilai yang
dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan
produk atau jasa. Perusahaan memiliki keunggulan biaya apabila biaya
kumulatifnya dalam melakukan semua aktivitas nilai lebih rendah
dibandingkan pesaingnya (Porter, 1985) keunggulan biaya menimbulkan
kinerja yang unggul apabila perusahaan menyediakan tingkat nilai yang
dapat diterima kepada pembeli sehingga keunggulan biaya tidak hilang
karena perlunya menetapkan harga lebih rendah dibandingkan dengan
harga pesaing.
2. Kualitas
Menurut Koufteros (1995), kemampuan perusahaan untuk menawarkan
produk yang berkualitas dan memiliki performa yang baik dapat
memberikan nilai yang lebih terhadap konsumen.
3. Delivery Dependability
Delivery
Dependability
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
mengirimkan atau menyediakan produk atau jasa on time, berdasarkan tipe
dan volume yang diingikan oleh konsumen (Li, Ragu-Nathan dan Rao,
2006)
4. Time To Market
19
Universitas Sumatera Utara
Time to market adalah kemampuan perusahaan untuk memperkenalkan
produk baru lebih cepat jika dibandingkan dengan kompetitor. Definisi
Time To Market yang lainnya adalah waktu antara ide perancangan
produk sampai produk tersebut tersedia di pasar (Smith, Preston G. and
Reinertsen, Donald G, 1998).
2.1.6 Pengertian Usaha Kecil
Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam.
Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini, pasal 1 butir 1 yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah).
c. Milik warga negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
20
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian mendefinisikan
mengenai usaha kecil berdasarkan nilai asetnya.Menurut kedua lembaga tersebut,
yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang mana asetnya tidak
termasuk tanah dan bangunan bernilai kurang dari Rp 600 juta.Adapun Kadin
terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok besar.Kelompok
pertama, adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan
industri.Kelompok yang kedua, adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi.
Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki
modal kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp 600
juta.
Sehubungan dengan adanya keragaman dalam batasan tersebut, tampaknya
perlu diketahui tentang ciri-ciri umum dari usaha kecil. Berdasarkan studi yang
telah dilakukan oleh Mitzerg dan Musselman serta Hughes dapat disimpulkan ciriciri umum usaha kecil, yaitu:
a. Kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha.
b. Struktur organisasi bersifat sederhana.
c. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar.
d. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan
kekayaan perusahaan.
e. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan sukar menekan biaya.
f. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas.
g. Margin keuntungan sangat tipis.
21
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pada ciri tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa
kelemahan dari usaha kecil selain dipengaruhi oleh faktor keterbatasan modal juga
tampak pada kelemahan manajerialnya.Hal ini terungkap baik pada kelemahan
akuntansinya.
Selanjutnya kriteria Usaha Kecil diatur dalam ketentuan Undang-Undang
No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yaitu “Usaha kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undangundang ini”.Secara nominal kriteria dalam ketentuan tersebut memberikan batas
Rp 200 juta sebagai pembatas jumlah modal pengusaha kecil. Dalam
kenyataannya, praktek indusri atau usaha kecil ternyata juga muncul dalam aneka
tipe yang bermacam-macam, diantaranya dari sudut penggunaan tenaga kerja
yaitu:
a. Industri kerajinan rumah tangga (conttage or household industry) yang hanya
mempekerjakan beberapa tenaga kerja. Untuk di Indonesia batasan kategori
ini adalah usaha (establishment) yang mempekerjakan satu sampai empat
tenaga kerja, terutama anggota keluarga yang tidak dibayar (unpaid family
labour). Industri kerajinan rumah tangga ini pada umumnya berorientasi pada
pasar lokal dan menggunakan teknologi tradisional.
b. Industri kecil yang berskala kecil, akan tetapi tidak mengandalkan diri pada
tenaga kerja keluarga. Industri ini mempekerjakan tenaga kerja yang dibayar
upah dan di dalamnya terdapat suatu hirarki antara para pekerja.
22
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dari segi teknologinya, usaha kecil dapat digolongkan atas
usaha kecil yang tradisional serta usaha yang berorientasi pada teknologi
modern.Penggolongan ini tentunya menjadi salah satu faktor yang turut
menentukan keberhasilan dalam menyerap pola hubungan kemitraan pada
akhirnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel Penelitian
Nama
Judul
Peneliti
Penelitian
dan
Tahun
Penelitian
Fadiyah Pengaruh
1. Orientasi
(2015)
Orientasi
Kewirausahaan
Kewirausahaan
2. Keunggulan
Terhadap
Bersaing
Keunggulan
Berkelanjutan
Bersaing
berkelanjutan
Usaha Mikro
Kecil
Menengah
(UMKM)
Leonardus Keuntungan
1. Keuntungan
Ricky
Kompetitif
Kompetitif
Rengkung Organisasi
2. Resources-based
(2015)
dalam
View
Perspektif
3. Ketidakpastian
Resource Based
dan Dinamika
View (RBV)
Lingkungan
Teknik
Analisis
Hasil Penelitian
Analisis
Orientasi
Regresi
Kewirausahan
Sederhana berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
keunggulan
bersaing
berkelanjutanpada
UMKM di daerah
Medan.
Analisis
Sumberdaya
Deskriptif manusia
merupakan salah
satu
sumberdaya ada
dalam
organisasiyang
harus
ditranformasikan
oleh organisasi
untuk
mendapatkan dan
mempertahankan
keuntungan
kompetitif.
23
Universitas Sumatera Utara
Azlin
The Impact of
1. Orientasi
Shafina
Entrepreneurial
Kewirausahaan
Lanjutan tabel 2.1
Analisis
Deskriptif
Arsyad, et Orientation on 2. Kinerja Bisnis
al (2014)
Business
Performance: A
Study of
TechnologyBased SMEs
inMalaysia
Agung
Budi
Winoto
(2014)
Hubungan
1. Strategi Resource- Analisis
Relasional
Based View
Jalur
Strategi
2. Entrepreneurial
ResourceSkill
Based View dan 3. Inovasi
Entrepreneurial
Keunggulan
Skill terhadap
Kompetitif
Inovasi dan
Keunggulan
Kompetitif
Lembaga
Bimbingan
Belajar di
Wilayah
Malang
Stellamaris Pengaruh
Metekohy Strategi
(2013)
ResourceBased dan
Orientasi
Kewirausahaan
terhadap
Keunggulan
Bersaing Usaha
Kecil dan
Usaha Mikro
(Studi pada
Usaha Jasa
Etnis Maluku)
1. Strategi Resource- Analisis
Based
Jalur
2. Orientasi
Kewirausahaan
3. Keunggulan
Bersaing
Dimensi orientasi
kewirausahaan :
inovasi, proaktif,
pengambilan
resiko dan
agresifitas
kompetitif yang
berpengaruh
pada kinerja
bisnis.
Strategi
Resource-based
view, yang terdiri
dari strategi
sumber daya
manusia, sumber
daya manusia,
sumber daya
fisik, sumber
daya organisasi,
menjadi strfategi
dominan dalam
mempengaruhi
inovasi dan
keunggulan
kompetitif
lembaga
bimbingan
belajar di
wilayah Malang
Strategi
Resource-Based
berpengaruh
secara langsung
terhadap
orientasi
kewirausahaan
dan keunggulan
bersaing usaha
kecil dan usaha
mikro etnis
Maluku.
24
Universitas Sumatera Utara
I Nengah Model Integrasi 1. Resources-Based
Suardhika dalam
View
Lanjutan tabel 2.1
(2012)
ResourcesBased View
untuk
Penerapan
Strategi
Bersaing dan
Pencapaian
Kinerja Usaha
pada UKM di
Bali
Arasy
Alimudin
(2011)
Pengaruh
1. Orientasi
Orientasi
Kewirausahaan
Wirausahaan
2.Keunggulan
Terhadap
Bersaing
Keunggulan
Berkelanjutan
Bersaing
3. Kinerja Pemasaran
Berkelanjutan
dan Kinerja
Pemasaran
Usaha Kecil
Sektor
Perdagangan di
Kota Surabaya
SEM
2. Strategi Bersaing
Kinerja Usaha
Analisa
Cross
Tabdan
Analisa
Jalur
Kombinasi
sumberdaya dan
strategis dan
orientasi
kewirausahaan
merupakan
instrumen
strategis yang
mendasari UKM
untuk
menerapkan
strategi bersaing,
sehingga mampu
memperbaiki atau
meningkatkan
posisi
kompetitifnya
Orientasi
Wirausaha
berpengaruh
signifikan
terhadap
keunggulan
Bersaing
Berkelanjutan
dan Kinerja
Pemasaran Usaha
Kecil Sektor
Perdagangan di
Surabaya
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Metekohy (2013) Strategi Resource-based yang teraktualisasi
dalam sumberdaya dan kapabilitas berpengaruh meningkatkan orientasi
kewirausahaan.Strategi Resource-based yang lebih baik dapat meningkatkan daya
saing dalam hal keunggulan biaya, keunggulan diferensiasi usaha kecil dan usaha
mikro khususnya usaha jasa.
25
Universitas Sumatera Utara
Menurut Metekohy (2013) orientasi kewirausahaan dalam hal sikap
inovatif, proaktif pengambilan resiko dapat meningkatkan daya saing usaha kecil
dan mikro.Orientasi kewirausahaan berpengaruh langsung, positif, dan signifikan
terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan (Reswanda, 2011).
Menurut Winoto (2014) keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan
hasil dari pemanfaatan sumberdaya dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
perusahaan,
serta
kemampuan
perusahaan
dalam
mengeksplorasi
dan
mengeksploitasi peluang-peluang yang ada dilingkungannya, juga secara kreatif
mengkombinasikan antara kemampuan dan peluang untuk menciptakan nilai lebih
kepada konsumen atau pelanggan perusahaan, sehingga strategi resource-based
view, entrepreneurial skill, dan inovasi merupakan serangkaian strategi yang
mampu mendorong perusahaan dalam meraih keuntungan secara financial,
reputasi yang unggul di benak konsumen, dan penghargaan yang tinggi oleh
masyarakat luas secara berkelanjutan.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan
membahas
mengenai
pengaruh
strategi
resource-based
dan
orientasi
kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing UMKM. Melihat teori dan
penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Strategi ResourceBased (X1)
Keunggulan Bersaing
(Y)
Orientasi
Kewirausahaan (X2)
26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah:
Strategi Resource-based dan Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh secara
Signifikan dan Positif terhadap Keunggulan Bersaing pada UMKM.
27
Universitas Sumatera Utara
Download