28 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG INVESTOR ASING 1.1

advertisement
28
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG INVESTOR ASING
1.1
Pengertian Investasi
Investasi berasal dari kata investment yang berarti menanamkan atau
menginvestasikan uang atau modal.1Istilah investasi atau penanaman modal
merupakan istilah yang dikenal dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam
bahasa perundang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang popular
dalam dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam
perundang-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, sehingga kadangkala digunakan secara interchangeable.2
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencangkup
baik investasi langsung (direct investment), maupun investasi tidak langsung
(portfolio investment), sedangkan penanaman modal yang memiliki konotasi
kepada investasi langsung.3
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan
hukum
(juridical
person)
dalam
upaya
unuk
meningkatkan
dan/atau
mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang nilai (cash money)
1
Hasan Shadily, Kamus Lengkap-Indonesia, Jakarta, h.330
Ida Bagus Rachmadi Supancana, 2006, Kerangka Hukum & Kebijakn Investasi Langsung di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.1
3
Dhaniswara K. Harjono, 2007, Hukum Penanaman Modal, Tinjaun terhadap Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.10
2
29
peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun
keahlian.4
Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur terpenting dari
kegiatan investasi atau penanaman modal, yaitu:
1. Adanya
motif
untuk
meningkatkan
atau
setidak-tidaknya
mempertahankan nilai modalnya;
2. Bahwa “modal” tersebut tidak hanya mencangkup hal-hal yang bersifat
kasat mata dan dapat diraba (tangible), tetapi juga mencangkup sesuatu
yang besifat tidak kasat mata dan juga tidak diraba (intangible).
Intngible mencangkup keahlian, pengetahuan jaringan, dan sebagainya
yang dalam berbagai kontrak kerjasama (joint venture agreement)
biasanya disebut valuable services.5
Sementara itu, dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa penanaman modal
diartikan sebagai segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh
penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.
2.2
Manfaat Investasi
Kehadiran investor asing di suatu Negara mempunyai manfaat yang
cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud, yakni kehadiran investor
asing dapat menyerap tenaga kerja di Negara penerima modal, dapat menciptakan
demend bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa apalagi
4
Ana Rokhmatussa’dyah, 2010, Hukum Investasi & Pasar Modal, Penrbit Sinar Grafika. H. 3
Ida Bagus Rachmadi Supancana, Op. Cit., h. 2
5
30
investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah penghasilan Negara dari
sektor pajak, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih
pengetahuan (transfer of know how). Dilihat dari sudut pandang ini terlihat
bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu
Negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah manaForeign Direct
Investment(FDI) menjalankan aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran investor
asing dikemukakan oleh Gunarto Suhardi :
“Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi
fortopolio, karena langsung lebih permanen. Selain itu, investasi
langsung :
a. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk;
b. Mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal;
c. Memberikan residu baik berupa peralatan maupun alih teknologi;
d. Apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran
yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal di samping seketika
memberikan tambahan devisa dan pajak bagi Negara;
e. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;
f. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena
bila invertor berasal dari Negara kuat niscaya bantuan keamanan
juga akan diberikan”.6
Sekalipun kehadiran investor membawa manfaat bagi Negara penerima
modal, di sisi lain investor yang hendak menanamkan modalnya juga tidak lepas
dari orientasi bisnis (bussines oriented), apakah modal yang diinvestasikan aman
dan bisa menghasilkan keuntungan. Sebagaimana dikemukakan oleh Jane P.
Mallor (et.al) :
befero an American firm decides to establish a manufacturing
operation abroad, its officers must examine a wide variety of legal
issues. Some of issues are protection and trademarks. Foreign labor
laws may be very diifferents from American law an may improse long
term obligations on the employer. For example, Japanese customs to
6
Gunarto, Suhardi, 2010, Hukum Investasi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, h.42
31
hire an employee for life and in the Netherland, an employer must
obtain governmental approval to dismiss an employee7
Jadi, dapat dimengerti mengapa investor asing sebelum menanamkan
modalnya, investor melakukan penelitian pendahuluan lewat studi kelayakan
(feasilibility syudy), baik dari aspek hukum, finasial maupun politik apakah
kondusif untuk berbisnis di Negara yang akan dituju. Hal ini penting untuk
memprediksi risiko yang akan dihadapi. Adanya sifat kehati-hatian dari investor,
dapat dimengerti mengingat modal yang dibawa tidak semata-mata dalam bentuk
uang kontan (fresh money), tetapi berupa aset tidak berwujud (intellectual asset)
yakni Hak atas Kekayaan Intelektual, HaKI (Intellectual Property Right, IPR).
Sebagaimana diketahui untuk mendapatkan HaKI membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Jadi cukup beralasan jika investor asing berharap, HaKI yang dijadikan
bagian dari modal dalam berinvestasi perlu mendapat perlindungan hukum di
Negara tujuan investor asing menanamkan modalnya.
Oleh karena itu, beralasan juga pandangan yang dikemukakan oleh
berbagai pihak, bahwa kehadiran investor asing tidak juga dilepaskan dari dunia
bisnis, yakni mencari keuntungan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Pandji
Anoraga:
“…Banyak bukti menunjukkan, bahwa betapapun juga, eksplorasi
sumber daya alam adalah jenis industri yang bersifat ekstratif dengan
ciri utama pada padat modal dan berteknologi tinggi. Dengan demikian,
Penanaman Modal Asing (PMA) di sektor ini juga sangat sulit
diharapkan dampak positifnya dalam penyerapan tenaga kerja yang
justru menjadi salah satu tujuan pokok pihak Indonesia mengundang
mereka datang ke Negara ini”. 8
7
Jane P. Mallor (et.al),1998, Business Low and The Regulatory environment ,
Cont and Cases M.C Grahil, h. 15
8
Pandji Anoraga, 1995, Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing, Pustaka,
Jakarta, h.16
32
Pendapat lain yang lebih konkret dikemukakan oleh Kenichi Ohmae :
“Jika sumber daya alam adalah sumber utama kekayaan Negara, maka
perusahaan-perusahaan atau Negara asing yang menginginkan akses ke
sana paling banter berupa penerobos yang ditoleransi dan paling buruk
adalah pengeksploitasian yang tidak berperasaan yang harus dijauhkan
dengan segala cara yang ada”.9
Dari berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh para pakar di atas
tampak, bahwa kehadiran FDI memang masih menjadi perdebatan diantara para
pakar dengan sudut pandang masing-masing. Barangkali yang terpenting di sini
adalah kehadiran investor asing yang membuka lapangan kerja yang kian sempit,
khususnya di Negara-negara berkembang tidak terkecuali Indonesia.
2.3
Faktor-
Faktor
Yang
Menjadi
Pertimbangan
Dalam
Rangka
Penanaman Modal
Dalam setiap kegiatan penanaman modal selalu terkait kemungkinan
terjadinya risiko yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau bahkan hilangnya
nilai modal. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika sebelum melakukan
kegiatan penanaman modal perlu dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, sehingga
di samping diharapkan dapat menghasilkan keuntungan yang optimal juga
meminimalkan kerugian.
Apabila seorang usahawan baik usahawan asing maupun usahawan dalam
negeri akan menanamkan modalnya, maka bukan hukum atau perundangundangan yang pertama-tama dilihatnya. Banyak faktor lain yang akan dipelajari
9
Kenichi Ohmae, 1991, Dunia Tanpa Batas (The Boartherless World) Alih
Bahasa oleh F.X Budianto Binarupa Aksara, Jakarta,h. 15
33
terlebih dahulu untuk menentukan sikapnya dalam menanamkan modalnya
tersebut, setiap penanaman modal asing terutama akan dipengaruhi oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
Sistem politik dan ekonomi Negara yang bersangkutan;
Sikap rakyat dan pemerintahannya terhadap orang asing dan modal
asing;
Stabilitas politik, stabilitas ekonomi, dan stabilitas keuangan;
Jumlah dan daya beli penduduk sebagai calon konsumennya;
Adanya bahan mentah atau bahan penunjang untuk digunakan dalam
pembuatan hasil produksi;
Adanya tenaga buruh yang terjangkau untuk produksi;
Tanah untuk tempat usaha;
Struktur perpajakan, pabean dan cukai;
Kemudian perundang-undangan dan hukum yang mendukung
jaminan usaha.10
6.
7.
8.
9.
Di samping itu, biasanya ada beberapa faktor yang dipertimbangkan
sebelum melakukan kegiatan penanaman modal, yaitu sebagai berikut.
1. Masalah Risiko Menanam Modal (Country Risk)
Masalah country riks merupakan faktor yang cukup dominan yang
menjadi dasar pertimbangan dalam melakukan kegiatan investasi. Salah satu
aspek dari country risk yang sangat diperhatikan oleh calon investor adalah aspek
stabilitas politik dan keamanan. Hal ini sangat lumrah mengingat tanpa adanya
stabilitas politik dan jaminan keamanan pada Negara di mana investasi dilakukan,
risiko, kegagalan yang akan dihadapi akan semakin besar. Aspek stabilitas politik
ini dalam kenyataannya seringkali tidak dapat diramalkan (unpredictable), yang
mencakup keadaan-adaan seperti perang, pendudukan oleh kekuatan asing, perang
saudara, revolusi, pemberontakan, kekacauan, kudeta, dan lain-lain.
10
Soedjono Dirdjosisworo, 1999, Hukum Perusahaan Mengenai Penanaman Modal di
Indonesia, Mandar Maju, Bandung, h. 226
34
Di samping aspek stablitas politik dan keamanan, aspek-aspek lain yang
sangat diperhatikan, antara lain :
-
Aspek kebijaksanaan, misalnya: perubahan unilateral dalam syarat-syarat
utang, keadaan alam yang buruk;
-
Aspek ekonomi, misalnya: salah urus perekonomian, depresi atau resesi
berkepanjangan, credit squeeze, pertumbuhan ekonomi yang terus menurun,
ongkos produksi yang terus meningkat, terjadinya depresiasi mata uang yang
sangat tajam, dan lain-lain;
-
Aspek neraca pembayaran dan utang luar negeri, misalnya: turunnya
pendapatan ekspor, peningkatan pada impor makanan dan energi secara tibatiba, over extension (perpanjangan) utang luar negeri, keadaan memburuk di
neraca pembayaran, dan lain-lain.
2. Masalah Jalur Birokrasi
Birokrasi yang terlalu panjang biasanya dapat menciptakan situasi yang
kurang kondusif bagi kegiatan penanaman modal, sehingga dapat mengurungkan
niat para pemodal untuk melakukan investasi. Birokrasi yang panjang seringkali
juga berarti adanya biaya tambahan, yang akan memberatkan para calon pemodal
karena dapat mengakibatkan usaha yang akan dilakukan menjadi tidak feasible.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan yang
paling sering dilontarkan oleh investor asing selama ini adalah begitu banyaknya
jenis perizinan yang harus diperoleh, yang secara langsung menjadikan
membengkaknya initial cost yang harus dikeluarkan sebelum perusahaan tersebut
35
beroperasi pengurusan izin di kawasan berikat, dimana dalam salah satu
Keputusan Menteri Keuangan dinyatakan bahwa calon investor yang telah
mendapatkan persetujuan dari Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) wajib
memberitahukan kepada Dirjen Bea dan Cukai melalui PKB dalam waktu 14 hari
sebelum memulai kegiatannya. Dalam praktiknya, jawaban dari pihak Bea dan
Cukai memakan waktu yang lebih panjang, dan selama itu investor tidak
diperkenankan melaksanakan proyek. Hal ini tentu saja telah menghambat
realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN).
Upaya penyederhanaan proses birokrasi (debirokratisasi) kiranya akan
menjadi salah satu faktor yang akan mendorong para investor kembali
menanamkan modalnya di Indonesia. Langkah-langkah ke arah itu tampaknya
sudah mulai dilakukan, antara lain dengan :
-
Memberikan kewenangan kepada Kedautaan Besar atau Perwakilan RI di luar
negeri untuk memberikan izin (sementara investasi);
-
Mempersingkat waktu proses perizinan dari maksimal 10 hari menjadi kurang
dari 1 minggu dengan melalui pengurusan perizinan di bawah satu atap;
-
Perluasan pelimpahan wewenang dari BKPM ke BKPMD;
-
Penghapusan diharuskan adanya izin prinsip dari instansi terkait, dan lainlain.
3. Masalah Transparansi dan kepastian Hukum
Bagi calon investor, adanya transparansi dalam proses dan tata cara
penanaman modal akan menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan
36
segala sesuatunya menjadi mudah diperkirakan (predictable). Sebaliknya, tidak
adanya transparansi dan kepastian hukum akan membingungkan calon investor
yang seringkali mengakibatkan biaya yang cukup mahal. Salah satu contoh dari
permasalahan ini adalah berubahnya daftar skala prioritas serta negative list di
bidang penanaman modal.
4. Masalah Alih Teknologi
Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih
teknologi dari Negara tuan rumah (host country) dapat mengurangi minat
penanam modal yang sangat berharga dalam mengembangkan usahanya. Dalam
menghasilkan teknologi tersebut kadang-kadang membutuhkan biaya penelitian
dan pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu yang cukup panjang.
5. Masalah Jaminan Investasi
Salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan oleh para pemodal
sebelum melakukan kegaitan penanaman modal adalah adanya jaminan dari
Negara tuan rumah (host country) terhadap kepentingan pemodal
dalam hal
terjadinya hal-hal seperti kerusuhan, hura-hara, penyitaan (expropriation). Di
samping itu, jaminan investasi juga mencakup masalah repatriasi modal (capital
repatriation) serta penarikan keuntungan (profit remmitance).
6. Masalah Ketenagakerjaan
Adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil dan jumlah yang
memadai serta upah tidak terlalu tinggi akan menjadi faktor yang sangat
dipertimbangkan oleh para calon investor sebelum melakukan kegiatan
penanaman modalnya.
37
Sebagaimana disadari, antara masalah penanaman modal dengan
masalah ketenagakerjaan terdapat hubungan timbal balik yang sangat erat, di
mana penanaman modal di satu pihak memberikan implikasi terciptanya lapangan
kerja yang menyerap sejumlah besar tenaga kerja di berabagi sektor, sementara di
lain pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi ketenagakerjaan
yang melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula bagi
kemungkinan peningkatan atau penurunan penanaman modal.
Dari hasil investarisasi terhadap permasalah ketenagakerjaan pada
kegiatan PMA dapat dikemukakan beberapa permasalahan, antara lain :
-
Proses pengalihan teknologi dan keterampilan seringkali berjalan lambat dan
tersendat-sendat;
-
Adanya pelanggaran terhadap izin tenaga kerja asing (TKA);
-
Keterampilan dan produktivitas tenaga kerja Indonesia (TKI) dianggap masih
rendah;
-
Upah TKI yang sangat rendah sering disalahgunakan oleh pihak asing;
-
Kuantitas TKI yang sangat besar yang tidak sesuai dengan lapangan kerja
yang tersedia.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ketenagakerjaan di atas,
kiranya dapat ditempuh kebijakan-kebijakan sebagai berikut.
-
Dari segi pilihan teknik produksi sepatutnya dipertimbangkan proyek-proyek
yang bersifat law capital labour ratio sebagai modal (high ratio of capital to
labour).
38
-
Perlu ada terobosan baru di bidang peningkatan pendidikan kejuruan dan
keterampilan melalui Balai Latihan Kerja dan Pendidikan Luar Sekolah, yang
diarahkan secara nyata bagi peningkatan produkstifitas kerja TKI.
-
Strategi upah buruh yang murah harus digantikan dengan keunggulan
komparatif berupa tenaga kerja terampil.
7. Masalah Infrastruktur
Tersedianya jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan
dalam menunjang keberhasilan suatu kegaitan penanaman modal. Oleh karena itu,
tersedianya jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan (Darat, laut, dan
udara), serta sarana komunikasi, merupakan faktor penting yang sangat
diperhatikan oleh calon investor.
8. Masalah Keberadaan Sumber Daya Alam
Di samping masalah modal, tenaga kerja, keahlian dan keberadaan
infrastruktur, masalah keberadaan sumber daya alam merupakan salah satu daya
tarik utama dalam melakukan kegiatan investasi. Negara-negara yang kaya akan
sumber daya alam sebagai bahan baku atau komoditi dalam industri, telah menjadi
sasaran utama para pemilik modal untuk menanamkan modalnya. Sebagai Negara
yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah, baik di bidang kehutanan,
pertambangan, pertanian, dan lain-lain, tidak dapat disangkal bahwa Indonesia
merupakan tempat untuk menanamkan modal yang sangat menarik. Meskipun
demikian, kekayaan alam yang begitu melimpah tersebut harus didukung oleh
kebijakan investasi yang tepat, dimana di satu pihak dapat memberikan jamian
kepastian hukum bagi investor atas kontrak-kontrak yang ditandatangani dalam
39
rangka eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam, serta di lain pihak kegiatan
penanaman modal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
9. Masalah Akses Pasar
Akses terhadap pasar yang besar juga menjadi sasaran utama para
pemilik modal untuk menanamkan modalnya. Hal ini sangat mudah untuk
dipahami mengingat terbukanya akses pasar akan mampu menyerap produk yang
dihasilkan dari suatu kegiatan penanaman modal (misalnya di bidang industri).
Dilihat dari potensinya, Indonesia yang berpenduduk lebih dari 200 juta
orangmerupakan pasar yang sangat besar setelah Cina, India dan Amerika Serikat,
hanya saja daya belinya yang belum tinggi.
10. Masalah Insentif Perpajakan
Mengingat kegaitan penanaman modal merupakan kegiatan yang
berorientasi mencari keuntungan (profit oriented), diberikannya beberapa insentif
di bidang perpajakan akan sangat membantu menyehatkan cash flow serta
mengurangi secara substansial biaya produksi (production cost), yang pada
akhirnya akan mampu meningkatkan profitmargin dari suatu kegiatan penanaman
modal.
Sesuai dengan Letter of Intent yang ditandatangani Indonesia dengan
IMF pada tanggal 14 Mei 1999, terdapat jenis insentif yang diberikan mencakup,
antara lain :
-
Percepatan periode amortisasi;
-
Perpanjangan periode untuk mengkompensasi kerugian pada kinerja dalam
tahun-tahun berikutnya;
40
-
Pengurangan pengenaan pajak atas dividen;
-
Reformasi perpajakan di bidang pajak pertambahan nilai, cukai rokok,
perbaikan pada pengenaan tariff impor di kepabeanan untuk menghindari
korupsi serta manupulasi, dan lain-lain.
Pemberlakuan berbagai insentif di bidang perpajakan sebagaimana di
atas, diharapkan akan mampu mendorong dan mengembalikan iklim investasi di
Indonesia.
11. Mekanisme Penyelesaian Sengketa yang Efektif
Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif juga merupakan
salah satu faktor yang diperhitungkan sebelum memutuskan untuk melakukan
kegiatan penanaman modal.
Mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif tersebut mencakup :
-
Forum penyelesaian sengketa, baik melalui pengadilan nasional, badan
peradilan atau arbitrase internasional, atau forum penyelesaian sengketa
alternatif lainnya;
-
Efektivitas keberlakuan dari hukum yang diterapkan dalam sengketa tersebut;
-
Proses pengambilan keputusan yang cepat dengan biaya yang wajar;
-
Netralisasi dan profesionalisme hakim atau arbiter dalam proses pengambilan
keputusan;
-
Efektivitas pelaksanaan/ implementasi keputusan pengadilan, arbitrase, dan
badan-badan penyelesaian sengketa lainnya;
-
Kepatuhan para pihak terhadap keputusan yang dihasilkan.
41
Sebaliknya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak efektif dan
tidak adil akan mengurunkan niat para penanam modal.
Download