MODALSOS~LSEBAGAIMODALBERKEMBANGNYA KOPERASI CREDIT UNION DI KABUPATEN SANGGAU (Studi di Koperasi Credit Union Lantang Tipo) Tesis Untuk memenubi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 Diajukan oleh : Peni Widiarti 09/295186/PMU/6421 Kepada SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010 Tesis MODAL SOSIAL SEBAGAI MODAL BERKEMBANGNYA KOPERASI CREDIT UNION Dl KABUPATEN SANGGAU (Studl di Koperasi Credit Union Lantang Tipo) Dipersiapkan dan disusun oleh Peni Widiarti Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 3 Desember 2010 Susunan Dewan Penpji Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji Lain Dr. Nunuk Dwi Retnandari Pembimbing Pendamping I Pembimbing Pendamping II Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister TO. MDA Pengelola Program Studi Magister Administrasi Publik UGM PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini tidak terdapat lmya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesmjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan Jepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang. pemah ditulis atau &fiterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan lalam daftar pustaka. Yogyakarta, Nopember 2010 Peni Widiarti ii KATAPENGANTAR Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya, hingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa, berkat ridho dan kekuatan dariNya, pekerjaan berat ini akhimya dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 Bidang Ilmu-ilmu Sosial Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Untuk penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : I. Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencana - BAPPENAS, yang telah membukakan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S2, yang sebelumnya hanya menjadi angan-angan bagi penulis;selaku pemberi beasiswa kepada penulis; 2. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan ijin dan bantuan materiil untuk melanjutkan pendidikan S-2 pada Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta; 3. lbu DR. Nunuk Dwi Retnandari, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan araban dan masukan dalam penulisan tesis ini; 4. Bapak Dr. Agus Pramusinto, MDA. beserta jajarannya selaku pengelola Program Magister Administrasi Publik; Ill S. Bapak/lbu para dosen pengajar Program Magister Administrasi Publik yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk bekal dalam melaksanakan tugas; 6. Yang tercinta lbunda Tri Supadmi yang selalu memberikan doa restunya; 7. Suamiku "Pak Guru" yang dengan sabar dan tulus ikhlas memberikan setangkup doa yang selalu menyertai langkahku; 8. Buah hatiku Azis Pandhu Wicaksono, yang telah sekian lama kutinggalkan dan menjadi penyemangat hidupku; 9. Rekan-rekan angkatan IV Program Beasiswa Bappenas yang selalu memberikan semangat di antara banyaknya tugas yang dihadapi; 10. Saudara-saudaraku yang telah membantu baik matriil maupun moril selama penulis menjalani studi di Yogyakarta; 11. Mbak Sumiati dan keluarga yang memperhatikan kebutuhan makan dan minum anak dan suamiku selama kutinggalkan; 12. Mbak Aufi dan mbak Sum yang selalu membantu mencari buku-buku selama kuliah di MAP; 13. Sebuah mutiara yang ada dalam hati Penulis yang dengan sabar telah meluangkan banyak waktunya, memberikan dorongan dan menjadi lentera selama ini; 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang memiliki andil dalam kelancaran penulisan tesis ini. iv Sungguh, penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tesis ini yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran dan komentar yang tulus penulis barapkan dari semua pihak demi penyempumaan tesis ini dan untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua, Jnsya Allah .... Yogyakarta, Nopember 2010 Penulis, PENI WIDIARTI NIM. 09/295186/PMU/06421 v Motto: ~astor wo st..eeoss, lastor wo 1aee. Boeat..so st..eeoss eaH 't Go oasiey roaelt edt..eatioH is oHey a /loy to opoH tfco door ol st..eeoss. Bt..t witfcot..t aHy fcard wor/l, yot.. eaH 't opoH it. Karya iHi /lt..porso~~tOafc/laH t..Htt../l : YaH~ torsayaH~ aHaHda Azis PaHdfct.. Wiea/lsoHo lJoH~aH fcarapaH soHto~a HtOHiadi HtOtit~asi daea,. fcidt..pHtt.. Hall ..... .. DAFTARISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTARISI DAFTAR TABEL DAFTARGAMBAR INTI SARI ABSTRACT II iii VI IX X XI XII BAB 1 PENDAHULUAN 1. 2. 3. 4. Latar Belakang Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 1 10 11 11 BAB II KERANGKA TEORI I. 2. 3. 4. Modal Sosial a. Pengertian dan Bentuk b. Modal Sosial Dalam Masyarakat c. Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat Perkoperasian Credit Union Dan Modal Sosial a. Modal Sosial Dalam Pengembangan Credit Union b. Credit Union Sebagai Lembaga Keuangan Mikro c. Credit Union dan Pengaturan Manajemen Berbasis Modal Sosial Kerangka Pemikiran 12 12 14 17 29 32 34 37 44 BAB III METODE PENELITIAN I. 2. 3. 4. Jenis Penelitian Lokasi Penelitian Metode Pengambilan Data a. Data Primer b. Data Sekunder c. Wawancara d. Dokumentasi Teknik Analisis Data a. Pengumpulan Data b. Reduksi Data 46 46 46 46 48 48 49 50 50 51 VI 5. 6. 7. c. Penyajian Data d. Penarikan Kesimpulan Definisi Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional 52 52 52 52 53 BAB IV DESK.RIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Wilayah dan Data Administrative a. Letak b. Wilayah c. Topografi d. Penduduk 55 55 55 56 56 2. Sejarah Credit Union Lantang Tipo a. Gambaran Umum Wilayah Kerja CU Lantang Tipo b. Potensi Sumber Daya Alam c. Komposisi Penduduk d. Social Budaya e. Lembaga Keuangan yang ada di Kecamatan Parindu f. Struktur Organisasi CU Lantang Tipo 58 59 60 60 61 61 62 3. Kebijakan Teknis Kredit CU Lantang Tipo a. Kredit I. Jasa Pelayanan Kredit 2. Penjamin dan Jaminan Kredit 2.1.Penjamin 2.2.Jaminan 3. Denda b. Perlindungan Nasabah 1. Jaminan Perlindungan 2. Solidaritas Duka 3. Solidaritas Kesehatan Anggota 65 65 68 68 69 69 81 81 87 89 vii BAB V PERAN MODAL SOSIAL DALAM CU LANTANG TIPO 1. 2. 3. 4. Ideologi CU Lantang Tipo Sumber Daya Manusia CU Lantang Tipo Manajemen CU Lantang Tipo Nasabah CU Lantang Tipo 95 101 102 104 120 BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran 126 128 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabell Data Perkembangan anggota Koperasi CU Lantang Tipo dan KUR BRI Kalimantan Barat 5 Tabel2 Formasi Modal Sosial dalam Credit Union 41 Tabel4.1 Kebijakan Manajemen CU Lantang Tipo 80 Tabel5.1 Perkembangan Pencairan Kredit menurut kategori 113 Tabel5.2 Perkembangan Dana Dana Jaminan Perlindungan 115 Tabel5.3 Perkembangan Dana Solidaritas Duka 116 Tabel5.4 Perkembangan Dana Solidaritas Kesehatan Anggota 116 Tabel5.5 Perkembangan Penjualan bibit karet dan mata entrys 119 ix DAFI'AR GAMBARIBAGAN Gambar I Kerangka Pemikiran 45 Gambar2 Struktur Organisasi CU Lantang Tipo 62 X INTI SARI Penelitian ini membahas mengenai Peran modal sosial dalam pengembangan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Penelitian ini dianggap penting karena CU Lantang Tipo merupakan suatu lembaga keuangan non perbankan yang mampu berkembang baik di daerah tersebut. Bahkan persentase perkembangannya mampu melampaui perkembangan yang dicatatkan oleh BRI di Kabupaten Sanggau. Terlebih lagi Credit Union tersebut berbadan hukum koperasi yang di banyak daerah lain tidak bisa berkembang sebagai akibat lemahnya konsep koperasi di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif sebagai upaya untuk mendapatkan dan menyampaikan fakta dengan jelas dan teliti berkaitan dengan Peran Modal Sosial dalam pengembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sumber data utama adalah para informan yang dinilai memiliki kapasitas dan otoritas dalam memberikan informasi terkait perkembangan CU tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi langsung. Sedangkan teknik analisis data yang dipergunakan adalah model interaktif yang terdiri dari pengumpulan, reduksi, dan penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Koperasi Credit Union Lantang Tipo yang ada di Kabupaten Sanggau merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang mampu berkembang baik dengan memanfaatkan modal sosial dalam bentuk partisipasi, resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan yang proaktif anggota yang dapat dilihat dalam aspek aspek berikut : pertama, aspek ideologi yang mana CU Lantang Tipo berhasil mengembangkan sisten nilai yang merupakan assimilasi semangat keagaman dengan azas dan ideologi koperasi. Nilai-nilai tersebut meliputi : menolong diri sendiri atau swadaya, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan, solidaritas, nilai nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli terhadap orang lain; kedua, aspek Sumber Daya Manusia. Pengurus yang dipercaya untuk mengelola CU tersebut selalu berasal dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama yang disegani sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan nasabah; ketiga, aspek manajemen. Keunikan sistem kredit dan juga program layanan CU Lantang Tipo lainnya yang didasari modal sosial yang berupa berkaitan erat dengan kepercayaan, resiprocity, partisipasi aktif nasabah, keterlibatan secara proaktif, sistem nilai, dan juga norma social merupakan komponen penting dalam keberhasilan lembaga keuangan tersebut; keempat, Aspek Nasabah tercermin dari partisipati aktif, nilai social, resiprocity anggota untuk membentuk suatu komunitas sosial. Kata kunci : Modal social, Koperasi, Credit Union. xi ABSTRACT This research discusses about the role of social capital to develop Credit Union cooperation of Lantang Tipo in Sanggau District if West Kalimantan. The research is considered important due to credit union of Lantang Tipo is an informal fmance institution which can develop well in this area. Indeed, its growth percentage more higher than formal institution like BRI in Sanggau District. Furthermore, credit union is a cooperative incorporated where many areas can not develop cause of less concept in managing cooperation in Indonesia. It is a descriptive research with qualitative analysis as an effort to gain and submit the fact clearly and carefully related to the role of social capital in developing of Lantang Tipo Credit Union in Sanggau District. The main resource data is the key persons who have capacity and authority to give the information related to the development of credit union. Data are collected with observation and in-depth interview. Technique of collecting data used by interactive model, there are collecting data, reducting, presenting and drawing the conclusion. The result of this research is Credit Union of Lantang Tipo in Sanggau District is one of micro finance institution which can develop well by using social capital in term of participation, reciprocity, trust, social norms, values, and proactive action by the member. The term can be seen by these aspects such as, first, ideology aspect which can develop well by values system that assimilation of the religious spirit with the cooperation principle and ideology. These values are self-help, self responsibility, democration, togetherness, fairness, solidarity, ethic values of honesty, open minded, social responsibility, caring to others; second, human resources. The manager who manage the credit union comes from community figures especially religious figures who is respected as an effort to keep the trust of members; third, management aspect. The uniqueness of credit system and also service programs of Lantang Tipo Credit Union based on social capital that related to trust, reciprocity, member active participation, proactive involved, values system, and also social norms as the importance component for getting success in this institution; fourth, member aspect that can be seen from their participation actively, social norms, reciprocity of members to make a social community. Key words: Social Capital, Cooperation, Credit Union xii BABI PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu pennasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang pada saat ini adalah kemiskinan. Seperti yang telah dinyatakan dalam kesepakatan Millenium Development Goal's (MDG's) yang menempatkan permasalahan kemiskinan pada prioritas utama untuk ditanggulangi, target yang ditetapkan dalam program penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara pengurangan angka penduduk miskin menjadi setengahnya (50%) pada periode 1990-2015. Dengan komitmen tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan adalah dengan pengembangan usaha menengah kecil dan mikro (UMKM) yang saat ini dekat dengan karakteristik penduduk miskin. Data yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenegkop dan UKM) menyebutkan bahwa pada tahun 2008 ada sekitar 51,2 juta usaha kecil di Indonesia, atau 99,99% dari keseluruhan jumlah perusahaan yang ada di Indonesia. Kemampuan Usaha Kecil (UK) dalam menyemp tenaga kerja mencapai angka mta-rata 97,04% dari keseluruhan kesempatan kerja yang berhasil disediakan oleh berbagai jenis perusahaan berskala menengah dan besar. Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 angka 23 UU Perbankan, pada hakikatnya tidak ada kredit yang tidak menggunakan agunan dalam aturan perbankan. 1 Ketentuan tersebut menjadikan usaha kecil yang kebanyakan tidak mempunyai jaminan kesulitan mengakses kredit permodalan yang di tawarkan oleh perbankan. Sebagai upaya solusi, pemerintah mengeluarkan regulasi baru berkaitan dengan penyediaan akses permodalan bagi usaha kecil. Kebijakan di bidang perbankan tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan Pakto 1988, salah satunya juga dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan usaha kecil dan mikro atas modal, dengan membentuk Bank Perkreditan Rakyat (pada tahun 1992 telah terbentuk 8.400 BPR). Namun keberadaan BPR justru lebih banyak dimanfaatkan oleh kalangan usaha menengah. Karena praktek-praktek yang demikian ini maka BPR sering dijuluki sebagai "rentenir yang diformalkan. (Prasetiantono: 1995). Dengan kondisi seperti itu, maka keberadaan BPR tidak dapat membantu permasalahan UMKM yang ada selama ini, mengingat sampai saat ini usaha kecil sangat rentan dan sensitifterhadap agunan (collateral). Meskipun saat ini sudah banyak scheme kredit dari perbankan dan pemerintah sudah semakin meringankan pelaku usaha kecil, namun sumbersumber pendanaan dari sector informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UKM terutama bagi usaha mikro dan rumah tangga. Hal tersebut disebabkan alasan geografis lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak pengusaha kecil yang tinggal di daerah terisolasi, persyaratan kredit yang terlalu berat, urusan administrasi terlalu berbelit-belit, dan kurang informasi mengenai scheme perkreditan yang ada dan prosedurnya (Tambunan : 2000). Cara lain yang ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengakomodir kebutuhan sumber dana bagi UKM adalah dengan mendorong kemitraan antara 2 pengusaha besar dan UKM, salah satunya adalah melalui program bapak angkat. Namun survey yang dilak.ukan BPS terhadap lndustri Kecil dan Kemjinan Rumah Tangga (IKRD pada tahun 1994 menghasilkan temuan bahwa dari 125 ribu unit industry kecil hanya sekityar 6% saja yang telah mempunyai bapak angkat (Kuncoro 1997:393). Hal tersebut menunjukkan bahwa program bapak. angkat juga kurang berhasil karena hanya mampu mengakomodir sedikit IKRT di dalamnya. Kegagalan berbagai program kebijak.an yang dikeluark.an pemerintah untuk menyediakan akses permodalan terutama kepada usaha kecil tersebut menjadikan masyarakat pelaku usaha mencari terobosan baru untuk memperoleh akse permodalan yang lebih terjangkau. Salah satunya adalah munculnya Credit Union (CU) di Kalimantan Barat yang menyediakan akses kredit permodalan bagi masyarakat terutama pelaku usaha kecil di Kalimantan Barat. Secara kelembagaan CU terebut merupak.an sebuh lembaga keuangan swasta yang mempunyai aspek legal formal setipe Koperasi yang juga banyak berkembang di Indonesia. Berbeda dengan pola kredit yang ditawarkan perbankan pada umumnya, CU (Credit Union) sebagai lembaga kreditur tidak. mensyamtkan agunan fisik bagi setiap debiturnya, tetapi cukup dengan kepercayaan dari pengurus kepada anggotanya. Koperasi kredit atau Credit Union secara umum memiliki tiga azas utama yaitu: 1) azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya); 2) azas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan 3) azas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama, hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman). 3 Pendirian CU di Kalimantan Barat yaitu sebagai organisasi yang berbentuk koperasi berlatar belakang kesulitan kaum miskin, serta hanya dapat diatasi oleh kaum miskin itu sendiri dengan jalan mengumpulkan modal dan kemudian meminjamkan modal tersebut kepada sesamanya. Keberadaan CU di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat ini dinilai sangat membantu masyarakat khusunya petani, nelayan, usaha kecil. Sebagaimana koperasi, dalam menyediakan akses permodalan kepada masyarakat, CU ini menganut prinsip prinsip sebagai berikut: 1. Tabungan hanya diperoleh dari anggota; 2. Pinjaman hanya diberikan kepada anggota; 3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri. Ketiga prinsip di atas merupakan usaha swadaya dari kelompok masyarakat (komunitas) yang mempunyai tujuan tertentu untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan perbankan. Dengan demikian, munculah azas "dari, oleh dan untuk anggota". Prinsipnya, melalui simpan-pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya. Sehingga kehadiran CU dapat diterima oleh masyarakat dan pelaku usaha kecil sebagai alternatif penyedia akses permodalan di sampmg perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Saat ini Credit Union merupakan lembaga keuangan yang dapat menunjukkan kinerja yang baik di Kalimantan Barat khusunya Kabupaten Sanggau dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kemudahan akses yang ditawarkan CU menjadikan lembaga keuangan tersebut tumbuh dengan baik di kabupaten tersebut. Salah satu contoh Koperasi Credit 4 Union yang berhasil berkembang dengan baik yang berada di Kabupaten Sanggau adalah CU Lantang Tipo. Dalam perkembangannya, terdapat penambahan modal yang cukup signifikan dari tahun ke tahun bahkan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari yang dicatatkan oleh Bank BRI yang merupakan lembaga perbankan milik pemerintah terbesar di Kabupaten Sanggau. Hal tersebut dapat dilihat dalam dari tabel yang disajikan di bawah ini: Tabell Data Perkembangan Anggota Koperasi CU Lantang Tipo dan KUR BRI Kalimantan Barat No 1. URAIAN CU: Anggota Asset 2. 2009 2010 Pertumbuhan 83.337 630.195.321.237 95.213 815.427.435.950 IS% 1.511.000 8.603.000.000.000 1.750.000 12.500.000.000.000 10% BRI: Nasabah Plafon Kredit Sumber : Laporan Keuangan Kopdtt CU Lantang Ttpo dan Laporan Tnwulan Bl Cabang Pontianak Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka pertumbuhan (perkembangan) nasabah dan plafon kredit pada CU sebesar 15 % per tahun, sedangkan BRI hanya sebesar 10 % per tahunnya. Hal yang menarik adalah, bahwa upaya CU dapat mengubah scheme kredit dari adanya keharusan collateral (agunan) dalam persyaratan kredit menjadi agunan sosial (social collateral) merupakan altematif untuk mengembangkan usaha-usaha kecil yang ada di lingkup komunitas sosial yang ada. Dengan demikian, konklusi awal yang dapat dilihat adalah bahwa kredit usaha dapat dilakukan dengan tidak harus menggunakan agunan (collateral), melainkan agunan sosial Gaminan sosial), merupakan cara yang baik untuk mendapatkan komitmen. 5 Kebijakan pemerintah mengenai pembangunan di masa lalu dianggap hampir identik dengan pemusatan perhatian terhadap kebijakan pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada akumulasi capital fisik (physical capital) dan mengabaikan keterkaitan dengan modal-modal yang lain seperti modal alami (natural capital), modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital). Ketidakseimbangan antara modal tersebut temyata menimbulkan multikrisis dalam pembangunan selama ini. Kebijakan di masa lalu memandang modal sosial sebagai faktor yang tidak penting dan ini terbukti banyak negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidak berhasil menciptakan kesejahteraan dalam masyarakatnya karena kebijakankebijakan yang diterapkan temyata tidak bisa mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan. Untuk itu, diperlukan suatu perubahan terhadap pola kebijakan sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan pembangunan. (Purwanto: 2010). Modal sosial merupakan salah satu faktor krusial dalam menentukan keberhasilan pembangunan dan tidak bisa dipandang sebelah mata dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Modal sosial sangat dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pelaksanaan segala bentuk aktifitas serta dalam menegakkan aturan main dari suatu institusi yang mana semuanya akan bermuara pada pancapaian tujuan dari suatu institusi. Modal sosial dapat didefinisikan secara sederhana sebagai serangkaian norma atau nilai-nilai informal yang terdapat di dalam suatu kelompok atau masyarakat dimana anggota-anggotanya saling bekerjasama. Jika kelompok masyarakat terse but mempunyai perilaku jujur 6 dan dapat diandalkan maka akan timbul 'kepercayaan' dan kepercayaan itu sendiri akan membuat suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan efisien (Putnam dalam Harris, 2002 : 25). Para ahli modal sosial mengenalkan konsep modal sosial ini mempunyai dua komponen penting yaitu jaringan sosial yang ada di masyarakat dapat memberikan manfaat mutualistik pada masyarakat dan berbagai sumber daya yang ada di masyarakat yang dapat dipergunakan untuk kepentingan publik. Jaringan sosial dan sumber daya tersebut akan bermanfaat secara optimal bagi masyarakat apabila warga masyarakat memiliki suatu nilai inti yang disebut sebagai civic engagement (ukuran solidaritas yang terbangun atas dasar empati dan persaudaraan universal atau pertemuan antar warga yang dilandasi oleh rasa pertautan emosional yang mendalam, hubungan yang hangat dan dekat secara psikologis serta ikatan solidaritas yang tinggi). Civic engagement tidak akan ditemukan dalam hubungan individu atau relasi sosial yang biasa seperti yang berlangsung dipasar, pusat perbelanjaan, gedung bioskop, terminal dan stasiun. Hal ini dikarenakan hubungan yang terjadi atau relasi sosial yang terjadi di tempat-tempat tersebut bersifat fungsional sesaat dan tidak melibatkan sentuhan emosional sehingga pola interaksi sosial yang terbangun tidak merefleksikan adanya civic engagement. Cohen dan Prusak (2001 : 3) berpendapat bahwa modal social adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia : rasa percaya (trust), saling pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama. Menurut 7 Lesser, keberadaan modal sosial sangat penting karena mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, menjadi media power sharing (pembagian kekuasaan) dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilitas swnber daya komunitas, memungkinkan pencapaian tujuan bersama, membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi (Lesser 2000). Lesser menambahkan, bahwa unsur pokok dalam modal sosial yaitu: I) Partisipasi Dalam Suatu Jaringan. Salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk melibatkan diri dalam jaringan hubungan sosial. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok. 2) Resiprocity modal sosial. Senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain). 8 3) Trust. Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung (Robert D Putnam, 1993, 1995, dan 2002). Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. 4) Norma sosial. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma- norma ini biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial 5) Nilai-Nilai. Nilai-nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. 6) Tindakan yang Proaktif. Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk berpartisipasi dan senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Mereka melibatkan diri dan mencari 9 kesempatan yang dapat memperkaya mereka dari sisi material tapi juga kekayaan hubungan sosial yang menguntungkan kelompok, tanpa merugikan orang lain secara bersama-sama. 2. Pertanyaan Penelitian Sebagai sebuah lembaga keuangan, CU memerlukan modal agar mampu eksis di masyarakat. Bourdieu (dalam Harris, 2002 : 20) mengatakan bahwa modal sosial adalah benda yang digunakan untuk memproduksi barang atau aset. Selain modal ekonomi, ada juga modal budaya (cultural capital) dan modal sosial (sosial capital) yang harus diperhatikan dalam perkembangannya. Modal sosial ditegaskan oleh Bourdieu memiliki hubungan yang erat dengan modal budaya. Modal sosial lahir dari norma-norma dan hubungan yang terbentuk di masyarakat (Putnam dalam harris, 2002 : 22). Hal ini terjadi pula pada komunitas anggota CU. Nilai-nilai, norma dan budaya yang dimiliki CU ini mampu melahirkan modal sosial. Modal sosial tersebut kemudian diadopsi untuk mendukung pengembangan CU sehingga berkembang dengan baik. Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana Peran Modal Sosial dalam pengembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat?" 10 3. Tujuan PenelitiaD Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana peran modal sosial terhadap perkembangan Koperasi Credit Union di Kab. Sanggau Kalimantan Barat. 4. a. Manfaat Penelitian Secara teoritis dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk modal sosial yang berkembang dalam masyarakat dan untuk mengetahui sejauh mana peran modal sosial dalam perkembangan CU Lantang Tipo. b. Secara praktis sebagai kajian awal bagi peneliti yang tertarik untuk melihat perkembangan CU sebagai lembaga keuangan non bank. 11 BABII KERANGKA TEORI 1. Modal Sosial a. Pengertian dan Bentuk Konsep tentang modal sosial sebenarnya sudah lama sekali mWlcul yaitu pada tahun 1916 (Ancok: 2003). Namun dalam wacana umum, masyarakat kita cenderung masih kurang familier dengan konsep modal sosial. Falsafah hidup bangsa Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh nilai budaya dan nilai agama, sebenarnya sangat kaya dengan modal sosial. Namun kenyataan itu cenderung hanya dipahami sebatas saja, bukan sebagai modal sosial yang dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi bangsa ini untuk segera meninggalkan keterpurukan yang melanda segenap aspek kehidupan. Sampai saat ini belum terbentuk kesamaan persepsi oleh para ahli dalam pendefmisian konsep modal social. Untuk lebih memahami konsep ini dapat dilakukan melalui pengenalan bentuk-bentuk modal social dan elemen dasarnya yang berperan penting dalam kebijakan pembangunan masyarakat. Purwanto (dalam Bantarso, 2004 :179) mengatakan bahwa : "Sosial Capital dapat berupa org anisasi social kemasyarakatan, baik bersifat formal maupun informal, yang dapat menjadi wadah untuk berkumpul dan beraktivitas anggota masyarakat seperti kelompok pengajian, organisasi arisan, organisasi pemuda dWl lain sebagainya. Social Capital dapat pula berbentuk kepercayaan social (social trust) diantara anggota masyarakat, norma-norma yang 12 berlaku di masyarakat secara timbale balik (norm of reciprocity), jaringan social (social network) dan sebagainya. Modal social yang terbentuk di masyarakat dapat memiliki bentuk yang beraneka ragam, baik berupa organisasi maupun nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Tetapi bila dikaitkan dengan dengan pendapat para ahli yang mempelajari modal social, pendapat Purwanto ini mendukung pemyataan bahwa elemen dasar dari modal social tersebut adalah jaringan (network), norma (norm) dan kepercayaan (trust). Cohen dan Prusak (dalam Ancok : 2003) mendefinisikan tentang modal sosial sebagai kumpulan dari hubungan aktif diantara manusia : rasa percaya, saling pengertian serta kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama. Modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat yang bermoral tinggi dapat dijadikan kekuatan yang dapat mendorong masyarakat tersebut mencapai taraf kehidupannya yang lebih baik. Putnam (Ancok: 2003) menunjukkan bukti bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berkorelasi dengan kehadiran modal sosial. Pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat akan baik apabila memiliki ciri-ciri berikutini: 1. Adanya hubungan yang erat antar anggota masyarakat; 2. Adanya pemimpin yang jujur dan egaliter yang memperlakukan dirinya sebagai bagian dari masyarakat, bukan sebagai penguasa; 3. Adanya rasa saling percaya dan kerjasama diantara unsur masyarakat. 13 Dari teori tentang modal sosial sebagaimana tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep modal sosial adalah hubungan aktif diantara manusia yang dilandasi oleh rasa percaya, saling pengerti~ kesamaan nilai dan perilaku, serta nilai-nilai luhur lainnya yang mengikat. Modal sosial mempunyai korelasi yang sangat kuat dengan kemajuan ekonomi suatu masyarakat. b. Modal Sosial Dalam Masyarakat Konsep modal sosial (sosial capital) menjadi salah satu komponen penting untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini, manusia ditempatkan sebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Padahal, kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang hila ditunjang oleh modal sosial yang dimiliki masyarakat. Keberadaan modal sosial juga menjadi penting dalam penanggulangan kemiskinan karena pengentasan kemiskinan tidak hanya terkait dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tapi juga perluasan akses terhadap sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring kerja (network) dan saling percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat. Secara etimologis sosial capital mempunyai pengertian modal yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang dimiliki. Sedangkan non material modal berwujud adanya mutual trust 14 (kepercayaan) dan gathering system (system kebersamaan) dalam suatu masyarakat (Bessette : 1957). Bourdieu (dalam Richardson. 1986) mendefinisikan modal sosial sebagai: the aggregate of the actual and potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less intitutionalized relationship of mutual acquaintance and recognition or in other words, to membership in group which provide each of its members with the backing of collectivity owned capital, a credential which entities them to credit, in the various senses ofthe words. Dalam pengertian ini, modal sosial merupakan suatu keadaan di mana individu menggunakan keanggotannya dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keuntungan. Pengertian ini menempatkan modal sosial dalam kaitannya dengan dimensi ekonomi. Sementara itu, James Coleman (1990) mendefinisikan modal sosial sebagai : a variety of entities having two characteristic in common : they all consist of some aspect of a sosial structure and they facilitate certain actions of individuals who are within the structure, sosial capital inheres in the structure of relations between person and among persons. It is lodged neither in individuals nor in physical implements ofproduction. Sedangkan Robert Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai : features of sosial life networks, norms, and trust that enable participants to act together more effectively to pursue shared objectives. Dengan demikian, dalam pengertian yang luas, modal sosial bisa berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati, kewajiban, norma pertukaran, dan civic engagement yang kemudian diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil 15 bentuk kerja sama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik. Kahne dan Baeily (1999) membingkai modal sosial dengan dua tipe, yaitu pertama, adanya tipe kebersamaan yaitu modal sosial dengan karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan. Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan dengan keluarga yang lain yang mungkin masih berada dalam satu etnis. Disini masih berlaku sistem kekerabatan berdasarkan klen. Hubungan kekerabatan ini bisa menyebabkan adanya rasa empatilkebersamaan, bisa juga mewujudkan rasa simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas, pengakuan timbal balik nilai kebudayaan yang mereka percaya. Kedua, adalah tipe perikatan, merupakan suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya sehingga kelompok masyarakat tersebut memutuskan untuk membangun suatu kekuatan dari kelemahan yang ada. Dalam komunitas ini, rule of law/aturan main merupakan aturan atau kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan ini bisa formal dengan sanksi yang jelas seperti aturan Undang-Undang. Namun ada juga sanksi non formal yang akan diberikan masyarakat kepada anggota masyarakatnya berupa pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada dalam suatu lingkungan komunitasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap anggota masyarakat yang tidak melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya. Hal ini berakibat akan adanya sosial order/keteraturan dalam masyarakat. Stephen Aldridge 16 menggambarkannya modal sosial sebagai , yaitu pelancar dari roda-roda penghambat jalannya modal sosial dalam sebuah komunitas. Wilayah kerjanya lebih luas dari pada dari pada tipe yang pertama Dia bisa bekerja lintas kelompok etnis, maupun kelompok kepentingan (Aldridge: 2001). c. Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat Dalam pengembangan masyarakat, Michael Woolcock (2002), mencoba membedakan tiga macam tipe modal sosial yaitu: 1. Bounding Sosial Capital, Characterised by strong bonds (or) e.q. among members or among family members ofan ethnic group 2. Sosial Bridging, Charactherised by weaker, less dense but more crosscutting ties (. .. .) e.q. with local associaties, aquaintances, friends from differnet ethnic groups, friends offriends etc; 3. Sosial Linking, Characterised by connections between those with differing levels ofpower or sosial status e. q. links between the political elite and the general public or between individuals from different sosial classes. Ketiga pandangan tersebut sebenarnya merupakan prinsip yang menjadi dasar pengelompokan modal sosial, seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Sosial bounding merupakan jenis modal sosial lebih banyak bekerja secara internal dan solidaritas yang dibangun karenanya menimbulkan kohesi sosial yang lebih bersifat mikro dan komunal karena itu hubungan yang terjalin di dalamnya lebih bersifat eksklusif. Sedangkan sosial bridging sebaliknya, ia lebih bersifat inklusif dengan lebih banyak menjalin jaringan dengan potensi ekstemal yang melekat padanya. Sosial linking merupakan modal sosial yang bergerak pada tataran lebih luas, oleh sebab mereka tidak lagi membedakan kelas dan status sosial mereka. Modal sosial mirip dengan bentuk-bentuk modallainnya, dalam arti, ia juga bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia 17 satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk pada jaring~ norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial, karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (selfreinforcing) (Putnam, 2002). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika dipergunakan, melainkan semakin meningkat. Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai, melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai bersama, asosiasi antar manusia tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi yang besar dan terukur (Fukuyama, 2002). Terkait ini, ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan (networks). Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox ( 1995) kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif; hubunganhubungan juga bersifat kerjasama. Menurutnya: we expect others to manifest good will, we trust our fellow human beings. We tend to work cooperatively, to collaborate with others in collegial relationships (Cox, 1995). Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh; modal sosial yang melahirkan kehidupan sosial yang harmonis (Putnam, 2002). Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomali dan prilaku 18 antisosial (Cox, 1995). Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilainilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler, seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 2002; Fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial. lnfrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam, 2002). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu orang lain. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal. Putnam (2002) berargumen bahwa jaringan-:iaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dari partisipasinya itu. Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena ia: (1) mempermudah akses informasi bagi angota komunitas; (2) menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas. Kondisi dimana terdapat adanya interaksi dengan didasari adanya trust di dalam masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Giddens 19 di atas cocok untuk mengamati adanya perkembangan modal sosial di tingkat lokal. Dengan kata lain, trust atau kepercayaan yang bersifat timbal-balik antara seluruh komponen stakeholders menjadi modal yang penting dalam menumbuhkan partisipasi, kerjasama, bahkan kemitraan stakeholders dalam perencanaan pembangunan. Tanpa adanya trust, maka yang terbentuk adalah low trust society, di mana masyarakat tidak mempercayai pemerintah sebagai figur otoritas, dan akibatnya pemerintah kehilangan legitimasinya dalarn mewujudkan tertib sosial dalam masyarakat. Menurut Bain dan Putnam (2002), modal sosial bisa bekerja pada level internal dan eksternal. Pada level internal level bekerjanya modal sosial dapat diukur dengan adanya trustlkepercayaan, perasaan sukarela untuk melakukan sesuatu demi seluruh kelompoknya, adanya keterikatan di dalam suatu komunitas, termasuk adanya toleransi dan kohesi sosial tanpa ada politisasi. Pada level ekstemal modal sosial bekerja dengan pilar pendukungnya yaitu human capital, financial capital, physical dan cultural capital serta natural capital. Kelemahan pada salah satu pilar diantaranya akan mempengaruhi terhadap bekerjanya modal sosial pada level lainnya. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Putman, 1995). Pendekatan dalam mengembangkan modal sosial perlu menerapkan sosialisasi untuk membangun jaringan sosial dan memperkuat kohesi sosial. Kohesi sosial akan terbangun manakala ada trust dan trust merupakan bentuk 20 modal sosial yang paling penting yang perlu dibangun sebagai landasan dalam membina kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Namun, trust pun tidak akan memadai tanpa diimbangi dengan akuntabilitas dan transparansi, yang memberikan peluang bagi stakeholders untuk mengawasi atau memverifikasi tindakan atau keputusan yang dibuat pemerintah. Trust bersifat dinamis karena ia dapat tumbuh dan sebaliknya dapat hilang manakala mereka yang mendapat mandat kepercayaan temyata tidak dapat bertanggung jawab (tidak akuntabel) terhadap mandat yang telah diberikan. Modal sosial dibentuk oleh unsur-unsur pokok yang terdiri dari (Hasbullah :2006): (1) partisipasi dalam suatu jaringan; (2) resiprocity; (3) trust; (4) norma sosial; (5) nilai; dan (6) tindakan yang proaktif. Modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat berikut membangun jaringannya. Pada kelompok sosial yang terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan (lineage), pengalaman-pengalaman sosial turun temurun (repeated sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religious beliefs) cenderung memiliki kohesivitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modem, akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas. Modal sosial yang demikian akan lebih banyak 21 mendatangkan dampak positif bagi kemajuan kelompok maupun kontribusinya pada pembangunan masyarakat secara luas. Terdapat beragam metode pengukuran modal sosial yang dapat disesuaikan dengan kondisi local (Cassidy: 2001). Model-model tersebut adalah: 1. World Values Survey Model ini digunak.an oleh Ronald lnglehart (1981-1995) untuk memahami peran factor budaya dalam pembangunan politik dan ekonomi. Aspek yang paling terkait dengan modal sosial dalam model ini adalah trust (kepercayaan) dan keanggotaan dalam suatu asosiasi. Sekalipun basil survei ini tidak membuktikan adanya korelasi langsung antara modal sosial dengan pembangunan politik dan ekonomi, namun hasil temuan Inglehart memperkuat asumsi Putnam bahwa organisasi sukarela memainkan peran positif untuk memperkuat tahap awal dari pembangunan ekonomi. 2. New South Wales Study Ony dan Bullen (1997) mengembangkan alat ukur praktis untuk mengukur modal sosial pada skala organisasi komunitas, serta dampaknya pada pengembangan partisipasi publik. Model ini menggunakan 8 (delapan) faktor sebagai indikator bagi modal sosial, yakni: (a) partisipasi di tingkat komunitas lokal; (b) aktivitas dalam konteks sosial; (c) perasaan kepercayaan dan keamanan; (d) koneksi dalam lingkungan ketetanggaan; (e) koneksi dengan keluarga dan ternan-ternan; (f) toleransi terhadap perbedaan; (g) nilai-nilai kehidupan; serta (h) koneksi dalam lingkungan pekerjaan. 22 3. The Barometer of Sosial Capital Colombia John Sudarsky (1999) mengembangkan model pengukuran modal sosial dengan menggunak.an 8 (delapan) dimensi, yakni: (a) kepercayaan terhadap institusi; (b) partisipasi kewargaan; (c) saling ketergantungan dan imbal balik; (d) relasi horisontal; (e) hirarkhi; (f) kontrol sosial; (g) kepemerintahan sipil; dan (h) partisipasi politik. 4. Index ofNational Civic Health lndeks ini dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk merespon penurunan partisipasi masyarak.at. Pengukuran dilak.ukan dengan menggunak.an 5 (lima) indikator, yakni: (a) keterlibatan politik; (b) kepercayaan; (c) keanggotaan dalam asosiasi; (d) keamanan dan kejahatan; serta (e) integritas dan stabilitas keluarga. Keterlibatan politik mencak.up pemberian suara dalam pemilihan umum dan kegiatan politik lainnya, seperti petisi dan menulis surat kepada koran. Kepercayaan diukur melalui tingkat kepercayaan pada orang lain dan kepada institusi pemerintah. Keanggotaan dalam asosiasi diukur melalui keanggotaan dalam suatu kelompok, kehadiran di gereja/tempat ibadah, kontribusi derma, partisipasi di tingkat komunitas, dan menjadi pengurus di organisasi lokal. Dimensi keamanan dan kejahatan menekankan pada jumlah kasus pembunuhan di kalangan pemuda, ketakutan ak.an kejahatan, dan jumlah kejahatan yang dilaporkan. Sementara dimensi stabilitas dan integritas keluarga diukur dari tingkat perceraian dan jumlah kelahiran di luar nikah. 23 5. Global Sosial Capital Survey Model ini dikembangkan oleh Deepa Narayan, dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator untuk mengukur ketersediaan modal sosial. Ketujuh indikator tersebut adalah: (a) karakteristik kelompok (meliputi jumlah keanggotaan; kontribusi dana; frekuensi partisipasi; partisipasi dalam pembuatan keputusan; heterogenitas keanggotaan; sumber pendanaan bagi organisasi); (b) norma-norma urnurn (meliputi kesediaan menolong orang lain; kepedulian pada orang lain; keterbukaan pada orang lain); (c) kebersamaan (meliputi seberapa jauh orangorang dapat hidup bersama; tingkat kebersamaan di antara orang-orang); (d) sosialitas keseharian; (e) hubungan ketetanggaan (meliputi kesediaan meminta tolong pada tetangga untuk merawat anak yang sakit; atau membantu diri sendiri yang sedang sakit); (f) voluntarisme (meliputi apakah pemah bekerja sebagai relawan; ekspektasi dari kegiataan sukarela; kritik terhadap mereka yang menolak bekerja sukarela; kontribusi pada lingkungan ketetanggaan; apakah pemah menolong orang lain); serta (g) kepercayaan (meliputi kepercayaan pada keluarga; pada tetangga; pada orang dari kelas yang berbeda; pada pemilik usaha; pada aparat pemerintah; pada penegak hukum, seperti jaksa, hakim, dan polisi; pada aparat pemerintah daerah). 6. Sosial Capital Assessment Tool21 Model ini menggunakan sejumlah instrumen untuk mengukur modal sosial, antara lain dengan menggunakan pemetaan komunitas, pemetaan aset, kuesioner, wawancara, dan lembar penilaian. Unit analisisnya adalah komunitas dan rumah tangga. 24 7. Integrated Questionnaire for The Measurement of Sosial Capital (SC-IQ) (Woolcook: 2004): Model ini dikembangkan oleh Christiaan Grootaert, Deepa Narayan, Veronica Nyhan Jones, dan Michael Woolcock (2004) dengan penekanan fokus pada negara-negara berkembang. Model ini bertujuan memperoleh data kuantitatif pada berbagai dimensi modal sosial dengan unit analisis pada tingkat rumah tangga Pada model ini, digunakan 6 (enam) indikator, yakni: (a) kelompok dan jejaring kerja; (b) kepercayaan dan solidaritas; (c) aksi kolektif dan kerjasama (cooperation); (d) informasi dan komunikasi; (e) kohesi dan inklusivitas sosial; serta (f) pemberdayaan dan tindakan politik. Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat. Menurut Putnam modal sosial adalah: complexly conceptualized as the network of associations, activities, or relations that bind people together as a community via certain norms and psychological capacities, notably trust, which are essential for civil society and productive of future collective action or goods, in the manner ofother forms of capital. Putnam (1993, 1996, 2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada esensi dari organisasi sosial, seperti trust, norma dan jaringan sosial yang memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun berkelompok. Sependapat dengan Putnam, Bourdieu (1988) menyatakan bahwa: sosial capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance recognition or in other words, to a 25 membership in a group -- which provides each of its members with the backing of the collectivity . Fukuyama (1999) menambahkan norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau beberapa orang. Norma-norma yang mengandung modal sosial memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antara ternan, sampai dengan yang sangat kompleks dan mengandung nilai-nilai keagamaan. Berdasarkan definisi tersebut, modal sosial dapat disimpulkan sebagai jaringan dan nilai-nilai sosial yang dapat memfasilitasi individu dan komunitas untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Bentuk modal sosial tidak selalu melibatkan pertukaran materiil (Bourdieau, 1986; Kawachi dan Berkman, 2005; Coleman, 1988). Bourdieu menyatakan bahwa: The structure and distribution of the different types and subtypes of capital at a given moment in time represents that immanent structure of the sosial world, i.e., the set constraints, inscribed in the very reality of the world, which govern its functioning in a durable way, determining the chances of success for practices. Economic theory has allowed to be foisted upon it a definition of the economy practices which is the historical invention ofcapitalism25 (1986:242) Dengan kata lain, dapat digunakan untuk mendeskripsikan ketersediaan sumberdaya, baik yang terukur maupun tidak terukur, baik yang konkret maupun yang abstrak. Hal ini berarti bahwa modal sosial merupakan salah satu jenis modal. Seperti juga bentuk-bentuk modallainnya, modal sosial bersifat produktif, yang membuatnya memungkinkan untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, suatu kelompok yang memiliki kepercayaan yang sangat kuat di kalangan para anggotanya akan dapat mencapai lebih banyak tujuan dibanding kelompok lain yang kurang memiliki kepercayaan di antara para anggotanya. 26 Modal sosial diukur atas dasar (I) generalized trust, (2) norms, (3) reciprocity, dan (4) networks26. Generalized trust adalah inti dari modal sosial. Generalized trust merupakan indikasi dari potensi kesiapan masyarakat untuk beketjasama satu sama lain. Ketjasama ini melampaui batasan kekeluargaan dan pertemanan serta batasan persamaan. Dalam arena sosial, generalized trust mempermudah kehidupan dalam masyarakat yang beragam, mendorong perilaku toleransi, dan menerima perbedaan. Sehingga hidup menjadi lebih mudah, lebih bahagia, dan lebih nyaman dengan keberadaan generalized trust dalam masyarakat yang heterogen. Pendapat Putnam, Rothstein dan Stolle diperkuat dengan pendapat Uslaner yang menyatakan bahwa: Trust in other people is a key factor in many forms of participation. As trust in others falls, so does participation in civic activities(Uslaner, E.M 1999). Norma-norma, kepercayaan antar personal, jejaring sosial, dan organisasi sosial sebagai bentuk modal sosial sangatlah penting tidak hanya bagi masyarakat tapi juga bagi pertumbuhan ekonomi (Coleman, 1988:S96). Sejumlah penelitian yang dilakukan Ben Porath (1980), Oliver Williamson (1975, 1981), Baker (1983) dan Granovetter (1985) (dalam Coleman) mendukung pemyataan Coleman tersebut, bahwa keterkaitan antar organisasi sosial akan mempengaruhi berfungsinya aktivitas ekonomi. Trust adalah komponen utama dalam modal sosial, trust memainkan peran penting dalam segala bentuk kegiatan kewarganegaraan serta nilai-nilai moralitas yang mengatur perilaku masyarakat. Dari hasil penelitian Helliwell (2002), Uslaner (2002), Delhey dan Newton (2003) (dalam Rothstein and Uslaner, 2005) pada level mikro, diketahui bahwa pada umumnya orang-orang mempercayai 27 orang-orang lainnya disekitar mereka, dan juga (i) memiliki penilaian yang cukup positif mengenai lembaga-lembaga demokrasi dan pemerintahan, (ii) lebih berpartisipasi dalam politik dan dan terlibat aktif pada lembaga-lembaga kemasyarakatan, (iii) lebih banyak menyumbang untuk kegiatan sosial, (iv) lebih toleran kepada minoritas dan orang-orang yang tidak menyukai mereka, (v) lebih optimistik dalam memandang kehidupan, dan (vi) lebih bahagia dengan kehidupannya. Dari hasil penelitian Putnam (1993), Zak dan Knack (2001), Rothstein dan Stolle (2003) (dalam Rothstein and Uslaner, 2005) pada level meso, diketahui bahwa orangorang yang memiliki trust, juga memiliki pekerjaan yang lebih baik dalam lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, lebih sejahtera dan jarang melakukan kejahatan dan korupsi. Halpern mencatat setidaknya ada sembilan cabang keilmuan yang menggunakan konsep modal sosial dalam pengembangan keilmuannya, diantaranya yaitu masalah keluarga dan perilaku remaja, sekolah dan pendidikan, kehidupan komunitas, lingkungan kerja dan organisasi, demokrasi dan pemerintahan, pembangunan ekonomi, kriminologi, dan kesehatan publik. Dari hasil penelitian Putnam diketahui bahwa perkumpulan arisan tersebar luas di Asia Tenggara. Arisan dan juga koperasi (CU) merupakan salah satu prediktor dari keberadaan trust dalam suatu komunitas. Namun demikian, keberadaan trust dapat mengalami keruntuhan yang disebabkan oleh kemiskinan (Banfield:1958) rejim otoriter (Putnam: 1993); korupsi, ketidakadilan ekonomi dan kesempatan Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu: bonding, bridging dan linking. Menurut 28 Woolcock, (1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding sosial capital) merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancer dalam berbagi pengetahuan. (2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging sosial capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda, termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosialekonomi yang berbeda. lndividu-individu dalam komunitas yang mencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubungan antar individu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder. (3) Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking sosial capital) memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber-sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal. 2. Perkoperasian Pengertian koperasi seperti yang tertuang dalam pasal 1 UU Nomor 25 Tahun 1992 menegaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azaz kekeluargaan. 29 Pengertian koperasi berdasarkan UU Nomor 25 TahWl 1992 tersebut, koperasi mempWlyai ciri-ciri: a. Berbentuk Badan Usaha. Koperasi selaku badan usaha tentu peranannya dapat seperti badan usaha lainnya atau bangun usaha lain. Sebagai bangun usaha, maka seyogyanya memiliki perilaku sebagai institusi (lembaga) bisnis yang harus mampu mandiri, tumbuh dan terus berkembang. Selaku "Business Entity" badan usaha harus ditandai dengan pertumbuhan. Agar koperasi dapat mandiri, tumbuh dan berkembang harus dapat memperoleh dana yang bersumber dari usahanya. Hal ini hanya mWlgkin, bila bangun usaha koperasi ini menguntWlgkan (profitable). Oleh karenanya motif koperasi sebagai bangun usaha haruslah diposisikan sebagai badan usaha yang mampu menghasilkan keWltWlgan melalui penciptaan nilai tambah dalam berusaha. b. Keanggotaan terdiri dari orang seorang atau badan hukum. Hal ini mempWlyai pengertian bahwa anggota koperasi dapat orang seorang dan dapat pula sebagai badan hukum koperasi. Lebih lanjut dalam ketentuan umum dikatakan bahwa koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang. Sedangkan koperasi sekWlder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi. c. Kegiatan berlandaskan prinsip koperasi. Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi dalam mewujudkan dirinya sebagai badan usaha 30 sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip koperasi merupakan essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas jati diri koperasi yang membedakannya dari badan usaha lain. Prinsip koperasi tersebut terdiri dari : Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian, pendidikan perkoperasian, serta kerjasama antar koperasi. d. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dapat diartikan sebagai petani yang mempunyai kelebihan produksi untuk dijual ke pasar (marketable) dan Pengusaha Kecil yang bergerak dibidang perdagangan, industri kecil, aneka jasa, konstruksi, pertambangan, listrik dan lain-lain. Tentunya anggota koperasi dapat saJa pengusaha menengah dan pengusaha besar, tetapi dalam membicarakan ekonomi rakyat yang perlu diangkat adalah gerakan masyarakat yang termasuk golongan ekonomi lemah. e. Menganut azas kekeluargaan. Azaz kekeluargaan termasuk dalam salah satu fungsi dan peran koperasi. Undang-undang mengatakan fungsi dan peran koperasi yang keempat adalah berusaha untuk mewujudkan dan mengembangakan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azaz kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. 31 Demokrasi ekonomi itu sendiri merupakan sistem ekonomi nasional yang dianut oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan ekonominya yang anti eksploitasi, anti paternalisme, menolak asas perorangan tetapi menekankan kepada azas kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam sistem demokrasi ekonomi inilah yang ditegaskan bahwa kepentingan masyarakatlah yang utama bukan pekentingan orang seorang. 3. Credit Union dan Modal Sosial a. Modal Sosial Dalam Perkembangan Credit Union Pembahasan mengenai modal sosial, diketahui bahwa modal sosial selain bersifat inklusif, namun juga bisa menjadi eksklusif pada level tertentu, sehingga menjadi barrier bagi anggota masyarakat di luar kelompoknya untuk bisa bergabung dan berpartisipasi. Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan sebelumnya, diketahui bahwa banyak manfaat dari keberadaan modal sosial dalam masyarakat. Eksistensi modal sosial memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pemerintah dan penyelenggaraan pemerintahan. Manfaat tersebut antara lain: Pertama, dalam kinerja ekonomi, modal sosial mengurangi biaya transaksi dengan mengubah istilah-istilah dalam perdagangan; mengurangi secara besarbesaran biaya pengaturan kontrak; pengambilan keputusan yang lebih fleksibel; dan menghemat waktu (P.N. Wilson, 2000). Dengan kata lain, trust, reputasi dan sanksi informal merupakan pengganti yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem legalitas dan sanksi formal. Sebagai contoh ketika orang-orang 32 mempercayai dan dapat dipercaya dan memelihara hubungan secara terus menerus, kegiatan Credit Union menjadi lebih mudah dan bebas tekanan. Lebih lanjut, Putnam (2000) menambahkan bahwa jaringan sosial juga sebagai penyalur informasi yang berguna bagi pencapaian tujuan individual maupun kelompok. Pada umumnya, orang-orang yang memiliki jaringan sosial yang bagus, akan memperoleh informasi lebih dahulu, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki jaringan sosial. Kedua, berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan, modal sosial memiliki dampak positif terhadap kesehatan, dan terutama kesehatan mental, jaringan sosial yang dimiliki oleh individu adalah sebagai pelindung dari masalah-masalah kehidupan. Penelitian ini telah dilakukan oleh Durkheim berkaitan dengan studi bunuh diri, dimana ditemukan korelasi antara modal sosial dan kesehatan. Kesimpulannya adalah : "suicide varies inversely with the degree of integration of the sosial groups of which the individual forms a part" (Halpern, 2005). Ketiga, berkaitan dengan kejahatan, Halpern (2005:114) menegaskan bahwa social capital focuses attention on the potential influence of sosial relationships, cooperative norms and informal sanctions on offending behavior. Modal sosial menjembatani pandangan mengenai kriminologi antara pendekatan psikologi dan sosiologi (Halpern, 2005). Modal sosial dapat memelihara normanorma sosial dalam suatu komunitas dan mengurangi kecenderungan perilaku egois diantara anggota kelompok. Orang-orang yang memiliki hubungan yang baik dengan komunitasnya dan memiliki hubungan saling mempercayai, pada umumnya memiliki perilaku yang dapat diterima oleh kelompoknya. Keempat, 33 berkaitan dengan pemerintah dan pemerintahan, basil penelitian Putnam (1993) di ltalia menyimpulkan bahwa: the differences in government effectiveness arose from the character of the associational life of the regions and patterns of trust. The causal direction appeared clear strong associationallife and high levels ofpublic trust led to more effective government. Selain manfaat yang diperoleh dari modal sosial, modal sosial juga bisa memberikan dampak negatif. Menurut Portes (1998): The same ties that bind also exclude. Powerful networks can restrict access to opportunities, for example the caste system in India, with its rigid boundaries. Sosial capital restricts individual freedom (women in purdah in northern India), and can lead to excessive claims on successful group members -- so excessive that successful individuals are sometimes driven to break off ties with the larger ethnic group. Solidarity networks can also lead to downward leveling mechanisms. Sebagai contoh, dalam masyarakat yang multikultur dimana anggota masyarakat sangat terikat dengan kelompoknya dan memiliki komitmen yang kuat berdasarkan kesamaan suku, budaya, atau kesamaan kepentingan bagi kelompoknya saja, bukan demi kepentingan nasional, pada saat itu maka terjadi degradasi budaya politik nasional (Fukuyama, 1995; Daniel et al, 2003). b. Credit Union Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Dalam istilah bahasa Indonesia, Credit Union adalah koperasi. Sedangkan koperasi menurut Kartasapoetra, merupakan lembag~ keuangan rakyat yang berwatak social, beranggotakan orang-orang, dan bekerja atas dasar kekeluargaan (Kartasapoetra: 2001). Selain itu, Credit Union sebagai koperasi juga bertujuan untuk mengelola keuangan secara masal dan bertujuan untuk mensejahterakan para anggotanya. Credit Union merupakan lembaga keuangan mikro yang memberikan kredit kepada anggotanya, sedangkan dana kredit diperoleh dari 34 iuran anggota yang ada (Baswir: 1997). Lembaga tersebut memberikan kredit dengan plafon dan bunga (rate) yang disetujui oleh para anggota, sehingga keperluan kredit hanya diperuntukkan untuk keadaan darurat, produktif, dan kesejahteraan peminjam (Mutis: 1992; dan Widiyanti:1993). Credit Union merupakan koperasi dengan system single purpose, karena hanya bergerak pada satu lapangan ketja, yaitu mengumpulkan dana dan meminjamkannya kembali (Widiyanti: 1993). Sedangkan menurut Ointing, pelayanan utama dari Credit Union kepada para anggotanya adalah sebagai berikut: 1. Akumulasi simpanan yang mudah. 2. Sumber pinjaman dengan bunga yang murah. 3. Adanya kegiatan pendidikan dan latihan bagi anggota. 4. Menciptakan pengembangan kegiatan ekonomi. Perbedaan Credit Union dan lembaga keuangan konvensional (perbankan) terletak pada nilai-nilai dan prinsip yang dikembangkan, sehingga, nilai-nilai social yang dikembangkan pada Credit Union menjadi penentu keberhasilan kegiatan (Harsoyo:2005). Selain itu, masih menurut Harsoyo, kegiatan Credit Union akan dapat berhasil apabila: 1. Menyesuaikan kebutuhan anggotanya. 2. Berorientasi pelayanan kepada anggotanya. 3. Berkembang sesuai dengan perkembangan usaha anggota. 4. Biaya yang ditimbulkan antara lembaga Credit Union dan anggota dapat ditekan, dan 35 5. Mampu mengembangkan modal yang ada. Secara implisit, keberhasilan usaha Credit Union merupakan bentuk cerminan dari keberhasilan anggotanya Sehingga, usaha dalam pengingkatan taraf hidup anggota menyesuaikan dengan system dan mekanisme kinerja Credit Union (Widiyanti: 1993). antara lain : 1. Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela bagi WNI yang berdomisili tetap dalam wilayah kerja. 2. Sehat jasmani dan rohani. 3. Tidak sedang dalam proses hukum dan atau sedang menjalani hukuman penjara. 4. Menerima dan sanggup melaksanakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit Union. 5. Menerima dan mematuhi AD, ART, keputusan-keputusan RAT, dan Pola Kebijakan Pengurus yang sedang berlaku. Sedangkan syarat-syarat untuk mendapatkan pinjaman di Credit Union ini adalah sebagai berikut : 1. Kredit hanya diberikan kepada anggota yang sudah mengikuti pendidikan dasar I. 2. Pemohon wajib membuat Surat Permohonan Kredit dan tidak diwakilkan. 3. Surat Permohonan Kredit dan Surat Perjanjian Kredit wajib ditandatangani oleh pemohon, analis kredit dan pejabat yang berwenang. 36 4. Pemohon wajib mengikuti wawancara kredit (yang tidak dapat diwakilkan) dan hila perlu analis kredit dapat meminta menghadirkan suami/istri/ahli waris dari pemohon. 5. Kredit pertama bagi anggota baru maksimal sebanyak saldo simpanan. 6. Kredit yang besamya di atas simpanan diperlukan penjamin dan jaminan pengikat yang tergolong harta lancar. 7. Pencairan kredit dapat dibatalkan apabila ditemukan bukti-bukti yang meragukan. 8. Pembayaran angsuran sesuai jatuh tempo, toleransi maksimal 10 hari dalam bulan yang sama. c. Credit Union dan Pengaturan Manajemen Berbasis Modal Sosial Pada tahun 1975 mulai diperkenalkan Credit Union ke Kalimantan Barat oleh CUCO Indonesia (Credit Union Counselling Office) yang berpusat di Jakarta. Dimotori oleh Delsos Keuskupan Agung Pontianak yang beralamat di jalan Imam Bonjol No. 338 Pontianak di bawah pimpinan Pastor Pius Camperlle, tim kursus dasar untuk Credit Union didatangkan dari Jakarta. Salah satu daerah tujuan tim adalah Sanggau, Kalimantan Barat. Para peserta kursus merupakan angkatan ke-63 di Indonesia dan masingmasing peserta mendapat sertiflkat dengan Nomor 63/ VIII/1975 yang diserahkan pimpinan kursus pada tanggal 28 Agustus 1975. Setelah mengikuti kursus dasar ini, kelima orang utusan dari Paroki Pusat Damai segera menindaklanjuti basil kursus dengan cara: a) Mengadakan pertemuan pada tanggal 12 Januari 1976 dengan guru-guru, para katekis dan 37 tokoh masyarakat eli Pusat Damai untuk tujuan mempromosikan Credit Union dan meminta dukungan untuk mendirikan Credit Union eli Pusat Damai. b) Mengunjungi kampung-kampung yang terletak eli sekitar Pusat Damai untuk mempromosikan Credit Union.Kemudian berhasil dikumpulkan 27 orang guru untuk mengikuti kursus dasar Credit Union dan mereka bersepakat mendirikan Credit Union. Hari itu tanggal 02 Februari 1976, ke-27 orang peserta kursus bersepakat menyatakan mendirikan Credit Union dengan nama Pra Credit Union dengan pembimbing Pastor Ewald Beck yang pada saat itu sebagai Pastor Paroki Pusat Damai. Kesepakatan yang dihasilkan meliputi: Pemilihan Badan Pengurus, Penetapan Nominal Saham Sebesar Rp. 250,-/ Saham, Penetapan Bunga Pinjaman 2%/ Angsuran, Menetapkan Lantang Tipo Sebagai Nama Koperasi Kredit yang mereka dirikan, berpedoman pada prinsif dasar yang berbunyi "bukan mencari untung melainkan pelayanan yang diutamakan," Penetapan Hari Resmi Berdirinya Pada Tanggal 02 Februari 1976. Dan perkembangan selanjutnya menjadi CU Lantang Tipo.Nama Lantang Tipo diambil dari bahasa Dayak Hibun/ Pandu (Sub suku Dayak di daerah Kecamatan Parindu). LANTANG artinya tunas, tumbuhan muda yang baru muncul sedangkan TIPO adalah nama tumbuhan hutan yang mirip lengkuas atau laos yang selalu tumbuh berumpun. Tumbuhan TIPO memiliki semangat hidup yang tinggi. Bila Tipo dipancung atau dipotong, maka akan segera muncul tunasnya kembali. Dengan demikian Lantang Tipo juga berarti semangat kebersamaan untuk terus bertumbuh, berkembang, dan ingin maju dalam segala hal kehidupan menuju kesejahteraan.Dalam perkembangannya CU Lantang Tipo terus berbenah dan konsisten dalam menjalankan nilai-nilai dan 38 prinsip-prinsip koperasi. CU Lantang Tipo terbuka untuk semua golongan, semua suk~ semua agama, apa pun latar belakang sosialnya, berpendidikan atau tidak. bukan soal. Yang paling penting siapa saja yang memiliki itikad baik untuk bisa saling percaya dan bekerjasama, dan mau secara mandiri mengelola hidup agar hari esok lebih baik daripada hari ini.Sejak tanggal 11 September 1995 CU Lantang Tipo telah memiliki badan hukum dari Pemerintah dengan nomor 90/BHIX dengan nama Koperasi Simpan Pinjam Lantang Tipo. Dan pada tahun 1999 terjadi perubahan badan hukum dengan nomor 90.a/ BH/ XI pada Tanggal 11 September 1995 yang ditetapkan pada Tanggal 01 Agustus 2000 dengan nama Koperasi Kredit "CU Lantang Tipo". Selanjutnya dikatakan oleh Tri Winarni (dalam Sunartiningsih :2004) bahwa dalam konteks pengembangan atau penguatan potensi ekonomi masyarakat desa, kita perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan masyarakat desa. Secara kuantitas desa kaya akan sumber daya manusia dan sumber alam. Kelebihan lain yaitu; 1. Masyarakat desa memiliki jiwa kekeluargaan dan kegotongroyongan yang kuat, yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan berdasarkan prinsip musyawarah dan mufakat. 2. Masyarakat desa sangat religious, berperilaku sesuai dengan norma-norma agama yang dianut sehingga mereka lebih jujur, sabar dan ulet. 3. Manghargai atau patuh terhadap pimpinan baik formal maupun nonformal. Sedangkan kelemahan-kelemahan dari masyarakat desa adalah : 39 1. Kelemahan yang mendasar adalah rendahnya kualitas SDM, karena tingkat pendidikan mereka rendah. 2. Teljadinya kemiskinan primer, yaitu suatu keadaan dimana penghasilan yang mereka peroleh dari usaha tani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok untuk hidup sebagai manusia yang layak. 3. Posisi tawar masyarakat desa sangat lemah terutama waktu menjual basil produksi pertanian mereka. 4. Masyarakat desa tidak mau tahu atau sering menolak inovasi, hal ini berhubungan dengan kehidupan mereka yang terikat dengan tradisi. Kekuatan masyarakat desa sebagaimana disebutkan di atas, mampu memberikan makna yang penting bagi berkembangnya Credit Union, sebab masyarakat desa cenderung memiliki jiwa gotong royong, kebersamaan dan religious, semua itu dapat mendorong menjunjung terciptanya kepercayaanltrust baik antara sesama anggota maupun antara anggota dan pengurus Koperasi Credit Union. Dalam teori tentang modal sosial yang telah disebutkan di atas, kepercayaan akan dapat mengurangi biaya ekonomi, sehingga pada akhimya akan mendorong pula terciptanya efisiensi dalam operasional Koperasi Credit Union. Menurut R Leana dan Van Burren sebagaimana dikutip oleh Supaljan (dalam Suratiningsih: 2004) modal sosial yang berkembang dalam koperasi dapat dipahami dalam tiga komponen utama, yaitu associability (kemampuan melakukan interaksi sosial dibarengi dengan memacu aksi kolektif yang memadai dalam usaha bersama), Shared trust (kepercayaan timbal balik), Shared 40 responsibility (tanggung jawab timbal balik dalam usaha bersama). Melalui mekanisme bekerjanya modal sosial tersebut, anggota dan pengurus akan merasa termotivasi melaksanakan sejumlah aktivitas yang berbasis pada kejujuran untuk menjaga kepercayaan/trust, loyalitas, partisipasi yang adil, konsisten terhadap kesepakatan, serta bersedia bekerjasama untuk memacu mutual benefit. Lebih lanjut, Suparjan juga melakukan pengamatan terhadap dua koperasi yang telah berkembang dengan baik dan koperasi yang belum berkembang secara optimal. Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa koperasi yang dapat berkembang dengan baik adalah koperasi yang didalamnya telah memiliki modal sosial dan modal SDM yang kuat, serta telah menerapkan manajemen secara baik. Adapun beberapa kriteria yang membentuk modal sosial di dalam koperasi diidentifikasi oleh Suparjan (dalam Suratiningsih : 2004:163) meliputi tujuh criteria modal sosial yang apabila dimiliki oleh koperasi akan menjadi pendorong bagi berkembangnya koperasi. Ketujuh criteria modal sosial tersebut meliputi : Kriteria Kepemimpinan Kapabilitas Pimpinan Tabel2.1 Formasi Modal Sosial dalam Credit Union Perkembangan Koperasi Kurang Berkembang Berkembang Demokratis Kolegial Kapabilitas pimpinan dalam melakukan strategi bisnis untuk menciptakan surplus dalam bisnis koperasi. Penerapan good bussines Manajemen management, memeunculkan disiplin dan partisipasi demokratis dalam koperasi. Kepercayaan timbal Terbentuk kepercayaan antara pengurus dengan anggota dalam balik Demokratis Kolegial Kurang optimalnya factor pemimpin dalam melakukan bisnis yang berorientasi surplus. Belum diterapkannya good bussines management. Kepercayaan anggota masih terbatas pada 41 setiap usaha yang dikelola, penyertaan modal anggota dalam beberapa usaha Tanggung bersama Jawab Tanggungjawab bersama yang dikembangkan meliputi pengurus dan anggota, lembaga dan mitra kerja, pengurus dan keryawan melalui mekanisme pemberian insentif yang memadai. Jaringan kerja sama yang dibangun lebih luas mencakup beberapa sector yang relevan dengan jenis usaha yang dikembangkan. Process Organisasi pembelajaran untuk Learning menghadapi dinamika dan organization tantangan yang terus berubah dalam rangka memecahkan masalah dalam bisnis dan menajerial secara tajam dan berkesinambungan. . . Sumber : (Dinamika Koperas1, 2004 : 163) Jaringan Kerjasama hubungan antara pengurus dan anggota, belum dikembangkan dalam usaha yang lebih produktif. Tanggung jawab bersama meliputi pada pengurus dan anggota, pengurus dan karyawan, lembaga dan mitra kerja, belum didukung dengan mekanisme insentif yang memadai. Jaringan kerjasama masih terbatas pada beberapa pihak. Belum menampakkan adanya usaha kearah llearning organization. Berdasarkan konteks penelitian ini, teori dan konsep tentang modal sosial sebagaimana diuraikan di atas, dimaksudkan penulis sebagai teori dan kosnep yang akan dipergunakan dalam mengeksplorasi sekaligus menginterpretasikan data. Konsep modal sosial dari Putnam dimaksudkan penulis sebagai justification atau pembenaran bahwa rasa percaya, saling pengertian serta kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama adalah merupakan modal sosial yang mendorong keberhasilan Koperasi Credit Union Lantang Tipo. Sedangkan konsep 42 dari R Leana dan Van Burren tentang tiga komponen modal sosial dalam koperasi digunakan oleh penulis untuk menjelaskan bagaimana peran modal sosial dalam perkembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo. Dalam Credit Union, peran modal social mentransformasikan asas-asas penilain kredit normative. Selama ini, penilaian kredit normative menggunakan assessment 5 hal, yaitu: 1) Character adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifatsifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan willingness to pay. 2) Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pemah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar. 3) Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan. 43 4) Collllteral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila temyata calon pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan. 5) Condition, pembiayaan yang diberikan JUga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan. Hal tersebut tidak terjadi pada penerapan simpan pinjam Credit Union. Namun, system penilain Credit lebih menekankan pada nilai-nilai social dan prinsip kegiatan kolektif anggota. Sehingga, collateral yang dibutuhkan lebih pada jaminan terhadap nilai-nilai social tersebut. Diyakini, bahwa jaminan terhadap nilai social merupakan collateral yang lebih dapat dipertangungjawabkan. System keanggotaan Credit Union lebih cenderung pada komunitas homogen yang berasal dari komunitas agama dan suku, sehingga, terdapat pergeseran nilai jaminan normative ke arah jaminan terhadap nilai-nilai social yang ada pada kelompok social tersebut. 4. Kerangka Pemikiran Mengacu pada konsep modal social (social capital) di atas, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan peran modal social dalam perkembangan koperasi Credit Union Lantang Tipo. Di dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Sanggau memiliki berbagai macam nilai, budaya dan norma-norma yang 44 dijunjung tinggi oleh warganya. Keberadaan nilai, budaya dan norma ini mampu melahirkan modal social yang memungkinkan kerjasama diantara warganya. Dengan keberadaan koperasi Credit Union Lantang Tipo disini sangat membantu masyarakat dalam akses kredit fmancial yang sangat mudah. Untuk lebih memahami peran modal social dalam perkembangan CU Lantang Tipo ini dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain : a. Modal social dilihat dari aspek ideologi yang memiliki bentuk antara lain kesamaan keyakinan /agama, rasa kebersamaan, social trust, dan norma-norma dalam masyarakat. b. CU Lantang Tipo yang mampu mengubah sceme kredit tanpa agunnan barang tetapi berupa rasa kepercayaan diantara kedua belah pihak. c. Modal social yang mampu mewujudkan rasa tanggungjawab anggota dalam kewajiban kreditnya. d. CU yang mampu eksis dan menjadi pilihan masyarakat dalam pembiayaan kredit. 45 BABIII METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan rancangan penelitian studi kasus untuk mengetahui perkembangan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. 2. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan mengambil lokasi di Koperasi Credit Union Lantang Tipo Kabupaten Sanggau. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah : a. Di Kabupaten Sanggau terdapat banyak koperasi Credit Union namun CU Lantang Tipo merupakan salah satu CU yang berkembang dengan pesat bahkan melebihi lembaga keuangan konvensional sebagai contoh adalah BRI. b. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sanggau lebih memilih CU dalam memenuhi kebutuhan akan pelayanan kreditnya. Hal ini dikarenakan CU tidak mengharuskan adanya jaminan berupa barang akan tetapi jaminan dalam bentuk kepercayaan kepada anggota atau sering disebut sebagai social capital. 3. Metode Pengambilan Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli informasi atas data tersebut (Amirin, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah data yang langsung dari sumbemya, melalui 46 wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan. Informan adalah orang yang mampu memberikan data/informasi yang sebenar-benarnya tentang diri orang lain atau lingkungannya (Rusidi, 2006:28). Metode yang utama dalam penelitian kualitatif adalah interview dan observasi. Istilabfieldwork danfieldstudy terutama merujuk pada kedua kegiatan ini dan kadang mencakup analisis dokumen (documentary analysis). Observasi berbeda dengan interview dalam dua hal. Interview dilakukan pada latar yang direncanakan, sedangkan observasi peran serta (participant observation) dilakukan pada latar yang alami. Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: a. Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Sanggau Sebagai Pembina Koperasi dan UKM di wilayah Kabupaten Sanggau. b. Manager dan Pengurus CU Lintang Tipo Sebagai informan yang terlibat langsung dalam pengelolaan CU c. Nasabah: Sebanyak 7 orang dengan menggunakan nama samaran. Ketujuh orang nasabah ini yang telah direkomendasikan oleh pengurus CU untuk dijadikan informan dalam penelitian ini. Mereka berasal dari berbagi latar belakang yang berbeda-beda antara lain pamong desa, tokoh masyarakat, dan anggota biasa. 47 b. Data Sekunder Data sekunder ini dikumpulkan untuk melengkapi data primer, yaitu seluruh data yang berkaitan dengan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Data sekunder juga diperoleh dari penelitian dokumen, laporan, serta berkas-berkas yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip mengenai Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat yang meliputi: a. Dokumen, laporan atau arsip-arsip menyangkut Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. b. Data laporan penerima dan penggunaan kredit. c. Data pelanggaran atau penyimpangan kredit. c. Wawancara Teknik wawancara memiliki fungsi untuk menggali informasi dan berbagi wacana dari informan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah semi terstruktur yang memungkinkan peneliti untuk lebih bebas tanpa terpaku kepada pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan wawancara dengan informan, peneliti berbekal panduan wawancara sehingga dapat dimungkinkan irnformasi yang diperoleh akan berkembang secara luas. Wawancara yang dilakukan secara mendalam (indept interview) secara langsung terhadap nara sumber atau informan yang terlibat dalam Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. 48 d. Dokumentasi Dokumentasi bertujuan untuk mengwnpulkan data sekunder dengan mempelajari berbagai literature atau dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian. Pada penelitian ini dokumen yang digunak.an adalah dokumendokumen seperti laporan keuangan, laporan pertanggungjawaban pengurus dan dokumen lain yang menyangkut Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. 4. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdam dan Biklen dalam Moleong (2006) adalah upaya yang dilak:ukan cara jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritak.an kepada orang lain. Mengacu pada pendapat tersebut, maka analisis dan penafsiran data untuk penelitian ini secara umum dilak.ukan sepanjang penelitian dan dilak.ukan secara terus menerus dari awal sampai akhir, adanya data baru yang terkumpul secara simultan ak.an dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber (wawancara dan dokumen). Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini data dianalisis secara kualitatif melalui model analisis linier. Menurut Sutopo (1998) model linier ini cenderung dekat dengan struktur yang sudah standar dalam penelitian kualitatif tetapi menghilangkan tahap penyusunan hipotesis sehingga dalam kegiatannya 49 berjalan secara suksesif, tidak pernah berulang namwt tetap fleksibel terhadap kenyataan-kenyataan di lapangan. Menurut Milles dan Huberman dalam Sutopo (1998) inti dari analisis mengalir atau linier (jlow model ofanalysis) adalah : a. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan pencarian informasi baik dari data primer maupwt data sekunder, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengumpulan data dalam penelitian ini penulis lakukan dengan cara wawancara dengan informan dan pengumpulan dokumen-dokumenyang berkaitan dengan penelitian ini, di mana basil wawancara tersebut akan menghasilkan data primer dan basil pengumpulan dokumen-dokumen tersebut akan menghasilkan data sekunder. b. Reduksi data Reduksi data merupakan proses seleksi atau pemilihan, pemfokusan atau pemusatan perhatian penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Dengan kata lain reduksi data sebagai bagian analisis ini mempertegas, memperpendek, memusatkan perhatian membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa. Dalam penelitian ini penulis melakukan reduksi data dengan cara menyederhanakan data-data yang didapat di lapangan, dengan cara menganalisis data-data yang mana saja yang berhubwtgan dan perlu ditulis dalam penelitian. Proses ini berlangswtg terus sepanjang pelaksanaan penelitian dimulai dari sebelum pengumpulan data, saat pengumpulan data sampai dengan penelitian ini selesai ditulis. 50 c. Penyajian data Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan mudah dimengerti dalam bentuk yang kompak untuk menarik kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini penyajian data sangat berhubungan dengan proses pembahasan dan analisis lebih lanjut dari perumusan masalah dan tujuan penelitian Penyajian data menjadi satu-kesatuan dengan pembahasan penelitian sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, dimana data-data yang didapat penelitian ini dianalisis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian. d. Penarikan Kesimpulanlvemlkasi Penarikan kesimpulan merupakan suatu usaha menarik konklusi dari halhal yang ditemui dari pengumpulan data, reduksi data maupun penyajian data. Dalam penelitian ini kesimpulan terdiri dari tiga hal pokok sebagai hasil pembahasan dari perumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu : 1) Kesimpulan yang berkaitan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. 2) Kesimpulan yang berkaitan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat dan, 3) Kesimpulan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mendukung dan menjadi kendala Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. 51 5. Defmisi Variabel V ariabel penelitian adalah: "suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan" (Sugiyono, 2006). Agar variabel tersebut dapat diukur secara mudah, maka perlu didefinisikan. Definisi variabel terbagi menjadi dua yakni defmisi konsep dan definisi operasional 6. Defmsi Konsep Singarimbun dan Effendi (1995), mengemukakan bahwa: "konsep adalah unsur penelitian yang penting dan merupakan definisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial maupun alam". Sementara itu, menurut Purwanto (2007), definisi konsep adalah: "definisi yang ditemukan di kamus (dictionary definition)". Dengan demikian definisi konsep dalam penelitian ini mengacu pada variabel yang akan menjadi acuan dalam kegiatan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, yaitu: a. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapt disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan. b. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 52 c. Salah satu unsur yang terdapat dalam kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar·benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan inilah yang dimaksud dengan modal social. 7. Defmisi Operasional Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar peneliti adalah defmisi operasional, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel dijelaskan. Surachmad (1970): "dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel sehingga peneliti akan dapat mengetahui baik buruknya pengukuran terse but". Definisi operasional adalah indikator-indikator yang dijadikan petunjuk oleh peneliti untuk mengukur tiap-tiap variabel. Adapun rincian variabel yang akan diteliti adalah sebagai berikut: a. Modal sosial dalam mekanisme kredit dijelaskan dengan adanya kepercayaan di antara anggota masyarakat dengan menggunakan ukuran nilai-nilai dan norma yang ada. b. Modal social dalam CU diukur dari: 1. Adanya hubungan di antara anggota komunitas dan anggota Credit Union dijelaskan dengan tingkat intensitas komunikasi dan kebersaaan dalam penentuan kebijakan lembaga. 53 2. Adanya rasa saling percaya dan kerjasama antara manajemen dan peminjam (anggota) dijelaskan dengan hubungan kerja yang sehat. c. Peminjam adalah anggota lembaga keuangan Credit Union yang dinilai mempunyai keahlian dan mempunyai kejujuran yang baik, dengan penilaianpenilaian prinsip dan nilai social yang ada dan disesuaikan dengan keahlian usaha. 54 BABIV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Wilayah dan Data Administratif a. Letak Kabupaten Sanggau merupakan salah satu Daerah/Region Tingkat II yang terletak di tengah-tengah dan berada pada bagian utara daerah Propinsi Kalimantan Barat, dengan luas daerah 12.857,70 km2 dan kepadatan penduduk rata-rata 30 jiwa per km2 • Dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Sanggau terletak di antara 1 derajat 0 menit Lantang Utara dan 0 derajat 06 menit Lantang Selatan, serta di antara 109 derajat 08 menit dan 111 derajat 03 menit Bujur Timur. Batas Wilayah Kabupaten Sanggau : - Sebelah Utara : Malaysia Timur (Sarawak) - Sebelah Selatan : Kabupaten Ketapang - Sebelah Timur : Kabupaten Sekadau - Sebelah Barat : Kabupaten Landak b. Wilayah Kabupaten Sanggau merupakan Daerah Tingkat II yang daerahnya terluas ke-4 (12,47%) dari kabupatenlkodya di Propinsi Kalimantan Barat. Jika dilihat dari luas kecamatan, maka kecamatan terluas adalah Kecamatan Jangkang dengan 2 luas 1.589,20 km2 , kemudian Kecamatan Meliau, yaitu 1.495,70 km . Sedangkan kecamatan terkecil adalah Kecamatan Balai dengan luas 395,60 km 2 kemudian Kecamatan Beduwai dengan luas 435,00 km2• Selama tahun 2008, Kabupaten 55 Sanggau secara umum sering diguyur hujan dengan rata-rata hari hujan tertinggi 122 hari, terjadi pada bulan November. Sedangkan hari hujan terendah selama 39 hari. Rata-rata tinggi curah hujan terbesar 1 864,5 mm yang terjadi pada bulan November, sedangkan yang terendah sebesar 717.9 mm terjadi pada bulan Juli. c. Topografi Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai, di antaranya: Sungai Kapuas, Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Kambing, dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Kal-Bar yang mengalir dari Kabupaten Kapuas Hulu melalui Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau, dan bermuara di Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya merupakan cabang dari Sungai Kapuas yang berhubungan satu dengan yang lainnya. d. Penduduk Penduduk Kabupaten Sanggau berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2008, berjumlah 388.909 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki 198.071 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 190.838 jiwa yang menyebar di 15 2 Kecamatan dengan kepadatan penduduk 30 jiwa per km. Penyebaran ini tidak merata antara kecamatan satu dengan lainnya. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2008 mengalami penurunan, yaitu dari 1.43% tahun 2007 menjadi 1.29%. Perbandingan penduduk laki-laki terhadap perempuan (sex ratio) sebesar 104. Nilai ini berarti bahwa setiap 104 jiwa laki-laki terdapat 100 jiwa perempuan. Dilihat dari penyebaran penduduk di Kabupaten Sanggau, Kecamatan Kapuas 56 yang terletak di lbukota Kabupaten Sanggau terbanyak dengan jumlah penduduk 79.493 jiwa (20.44%). Sedangkan Kecamatan Noyan adalah kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit, yaitu sebanyak 9.822 jiwa (2.53%). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 dan tahun 1980, laju pertumbuhan penduduk kabupaten Sanggau dekade tujuh puluhan rata-rata 2,14% setiap tahun. Sedangkan dibandingkan hasil Sensus Penduduk tahun 1980 dan tahun 1990, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sanggau dalam dekade delapan puluhan rata-rata 2,85% setiap tahun, berarti ada kenaikan pertumbuhannya sebesar 0,71% dibandingkan dekade tujuh puluhan. Hal ini disebabkan pada dekade delapan puluhan banyaknya penempatan transmigran maupun tenaga kerja perkebunan besar, dan lainnya. Hasil Sensus Penduduk tahun 1990 dan tahun 2000 menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sanggau sebesar 1, 73%, lebih kecil dibanding laju pertumbuhan antara Sensus Penduduk 1980 dengan Sensus Penduduk tahun 1990. Kondisi ini terjadi karena dalam dekade sembilan puluhan cukup banyak transmigran yang pulang ke tempat asal, juga banyak penduduk Kabupaten Sanggau yang keluar dengan tujuan untuk sekolah, bekerja, terutama yang menjadi TKI baik yang legal maupun ilegal karena letak Kabupaten Sanggau yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Selain itu, dikarenakan alasan keamanan, banyak penduduk yang meninggalkan Kabupaten Sanggau karena sering terjadinya kekacauan di Kalimantan Barat yang berimbas juga di Kabupaten Sanggau. 57 2. Sejarah Credit Union Lantang Tipo Berawal dari kelompok arisan yang dibentuk oleh guru yang mengabdi di Yayasan Karya (saat ini Badan Karya) di Pusat damai untuk memenuhi keperluan keluarga melalui koperasi dengan mengwnpulkan uang secara bersama-sama dan dipinjamkan kepada anggotanya. Pada saat yang sama datang propaganda CU dari Jakarta yang dibawa oleh Robby Tulus, A.C Lunandi, Suharto Nazir dan Sukartono. Difasilitasi delegasi Sosial Keuskupan Pontianak (sekarang KOMSOS KA Pontianak CU di Sanggau pada tanggal 24 sampai dengan tanggal 28 Agustus 1975. Kursus ini diikuti peserta dari daerah Pusat Damai, Batang Tarang, Jemongko, Sanggau dan Jangkang. Masing-masing daerah mengutus lima orang sebagai peserta kursus. Setelah kembali dari kursus, lima orang utusan dari Pusat Damai mengadakan pertemuan dengan guru-guru sekaligus meminta dukungan untuk membentuk CU. Untuk memperkuat dasar keanggotaan, kelima orang utusan ini memberikan pendidikan dasar bagi calon anggota CU yang akan didirikan. Setelah melaksanakan pendidikan dasar, diadakan pertemuan pada tanggal 2 Februari 1976 di SD Subsidi di Pusat Damai, saat itu disepakati pendirian CU dengan pembimbing P .Ewald Beck OFMCap dan menetapkan Badan Pengurus dan penetapan nominal saham sebesar Rp.250,00. Pada kesempatan itu juga disepakati Lantang Tipo sebagainama dengan berpedoman pada prinsip dasar "Bukan mencari untung, melainkan pelayanan yang diutamakan" dengan anggota pertama sebanyak 32 orang. 58 Pada tanggal 11 September 1995 CU Lantang Tipo telah memiliki badan hukum dari pemerintah dengan nomor 90/BH/X dengan nama koperasi Simpan Pinjam Lantang Tipo dan pada tahun 1999 terjadi perubahan badan hukum dengan nomor 90.a/BH/X pada tanggal 11 september 1995 yang ditetapkan pada tanggal 01 Agustus 2000 dengan nama Koperasi Kredit CU Lantang Tipo. a Gambaran Umum Wilayah Kerja CU Lantang Tipo Wilayah kerja CU Lantang Tipo Kantor Pusat adalah wilayah Kecamatan Parindu, Kabupaten Sanggau dengan luas 593,90 KM2 • Terdiri dari 14 desa dan 43 dusun, wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan Bonti, sebelah selatan dengan kecamatan Tayan Hilir, sebelah Timur dengan Kecamatan Kapuas dan sebelah barat dengan kecamatan Tayan Hulu. Sejak tahun 1991 Pengurus CU Lantang Tipo mengangkat staf untuk melaksanakan pelayanan sehari-hari. Kebutuhan kantor semakin dilengkapi antara lain dengan mengajukan badan hokum kepada Pemerintah. Tahun 1995 CU Lantang Tipo telah memiliki gedung baru yang terletak di Kompleks Paroki Pusat Damai. Badan hukumpun dikeluarkan pada tanggal 11 september 1995 dengan nomor Badan Hukum 90.a!BH/X. Tempat pelayanan baru didirikan untuk mendekatkan pelayanan kepada para anggota dan memperluas kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi anggota. Pelayanan saat ini didukung oleh 266 staf, dan CU sangat mendukung pemerintah dalam mempraktekkan ekonomi kerakyatan di tengah masyarakat. 59 b. Potensi Sumber Daya Alam perkebunan kelapa sawit dan karet. Jenis tanah sebagian besar wilayahnya adalah padsolik merah kuning batuan dan pada~ cocok untuk perkebunan tanaman keras. Hampir semua wilayahnya memiliki areal perkebunan kelapa sawit dan kare~ baik yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan maupun perorangan masyarakat. c. Komposisi Penduduk Suku Dayak merupakan suku yang mendiami wilayah Kecamatan Parindu, terdiri dari sub Suku Dayak Hibun, Pandu, Dosan dan Kodant. Agama yang dianut penduduk kecamatan Parindu adalah : Katolik 11.057 orang, Protestan 4.254 orang, Islam 2.919 orang, Hindu 128 orang, Budha 90 orang, lainnya 99 orang. Total penduduk berjumlah 18.547 orang. Penduduk berdasarkan jenis kelamin : laki-laki 13.834 orang, perempuan 14.816 orang. Sebagian besar penduduk Kecamatan Parindu adalah petani (kelapa sayuran), karyawan, buruh di perkebunan kelapa sawi~ sawi~ kare~ padi dan pedagang dan Pegawai Negeri Sipil. d. Sosial Budaya Pergeseran Pola Hidup masyarakat mulai berubah sejak masuknya perkebunan kelapa sawit tahun 80-an. Masyarakat yang semula hanya berladang dan memetik hasil hutan mulai beralih menjadi petani sawit. Perayaan adat yang masih dirayakan adalah Nosu Minu, dilaksanakan setiap bulan April sampai Juli. Ada yang dirayakan secara serentak di beberapa Dusun, ada juga yang dirayakan sendiri-sendiri di dusun-dusun. Hakekat Nosu minu adalah wujud 60 syukur atas panen padi lading dan memanggil kembali semangat padi (podi) agar tetap menghasilkan di tahun-tahun yang akan datang. Selain daripada itu, masyarakat kabupaten Sanggau sebagian besar menganut agama Katholik yang setiap minggunya mereka beribadah di gereja-gereja. Biasanya kesempatan setelah beribadah mereka gunakan untuk membahas masalah yang mereka hadapi. Mereka bisa saling diskusi dan memberikan masukan kepada yang lain dalam menyelesaikan masalah. Selain itu mereka juga punya perkumpulan-perkumpulan ibu-ibu seperti Arisan, perkumpulan wanita Katholik yang juga sesama anggota CU. e. Lembaga Keuangan yang ada di Kecamatan Parindu Lembaga keuangan yang pertama melayani masyarakat di wilayah Kecamatan Parindu adalah CU Lantang Tipo, yaitu sejak 2 Februari 1976. Untuk saat ini lembaga keuangan yang beroperasi di Kecamatan Parindu ada 2 jenis, yaitu koperasi dan bank. Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu KUD ada 5 dan Credit union ada 5, sedangkan bank yang beroperasi di kecamatan Parindu ada 2 unit. f. Struktur dan Organisasi CU Lantang Tipo Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, dinyatakan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari, 1) Rapat Anggota, 2) Pengurus, 3) Pengawas. Berikut ini adalah struktur organisasi Credit Union Lantang Tipo: 61 Gambar4.1. STRUKTUR ORGANISASI CREDIT UNION LANTANG TIPO RAPAT ANGGOTA I I ....I BADAN PENGAWAS PENGURUS J I KETUA I SEK.RETA RIS I ANGGOTA I I KETUA WAKIL KETUA SEK.RETARIS BENDAHARA CEO Pada tanggal 31 Januari 2009 telah dilaksanakan Rapat Anggota Tahunan Tahun Buku 2008, dalam RAT tersebut dipilih Pengurus dan Pengawas Periode 2009-2011 karena masa jabatan Pengurus dan Pengawmnas Periode 2006-2008 telah berakhir. Pemilihan dilakukan secara voting sesuai kesepakatan peserta RAT, dengan basil sebagai berikut: a. Pengurus Periode 2009-2011 Ketua : Marselus Sunardi, S.Pd. Wakil Ketua : Thomas, S.Pd. Sekretaris : Markus Sari Massuka, S.Pd. Bendahara : Angela, SIP. 62 b. Pengawas Periode 2009-2011 Ketua : Raymundus Wakil Ketua : Lorensius Liyo, S.Pd. Anggota : Martoyo, S.H. c. Eksekutif Per 31 Desember 2009 Eksekutif Koperasi Kredit CU Lantang Tipo berjumlah 266 orang yang terdiri dari 170 orang laki-laki dan 96 orang perempuan. Berdasarkan Program Kerja Tahun Buku 2009 akan diterima 50 orang tenaga kerja baru, namun dalam perkembangannya, seiring pertumbuhan dalam perkembangannya, seiring pertumbuhan asset, anggota, dan dibuka beberapa TP baru, maka diterima 100 orang. Penerimaan tenaga kerja baru dilakukan secara bertahap, pada tahap pertama lamaran masuk berjumlah 215 berkas, lulus seleksi hingga diterima bekerja 42 orang, pada tahap kedua lamaran masuk berjumlah 315 berkas lulus seleksi hingga diterima bekerja sebanyak 58 orang,total penambahan tenaga baru sebanyak 100 orang yang terdiri dari 64 orang laki-laki dan 36 orang perempuan. Selama tahun 2009 sebanyak 14 orang eksekutif mengundurkan diri, yang terdiri dari 8 orang perempuan, 6 orang laki-laki, yaitu : Yohana Fransiska,Veronika Elisa Susanti, A.Md. Mechal Loisa Manurung, A.Md. Ronald Edo Jumalisa, SE, Fransiska Vebrianti, Yuliana Pelora Paulina, Rapit, S.IP. Kosmasa Prengki, SE., M. Imaculata Ima, SE., Marice, A.Md. Yohanes Sasino, lgnasius Sunardi, S.T., Ervina Ruti, YosefTheodorus, SE. 63 Berdasarkanjumlah anggota per 31 Desember 2009 sebanyak 91.801 orang, maka 1 orang eksekutif melayani 345 orang anggota. d. Rapat Dalam tahun buku 2009 Pengurus, Pengawas telah melaksanakan rapat yang terdiri dari 4x Rapat Khusus, 2x Evaluasi, 9x Rapat Pengurus Pengawas. Eksekutif telah melaksanakan 12x rapat. e. Monitoring Dalam Tahun Buku 2009 Pengurus dan General Manager telah melakukan monitoring ke TP untuk meninjau dan sekaligus memberikan motivasi kepada para Eksekutif di TP. Pengurus telah melakukan monitoring ke TP-TP sebanyak 14 kali, sedangkan General Manager sebanyak 13 kali. f. Pengadaan Aktiva Tetap Selama tahun buku 2009 telah diselesaikan pembangunan 8 gedung permanen yaitu TP Masdapala Ngabang, Beduai, Teraju, Tayan, nang Taman, Noyan, Serimbu dan Kantor Pusat di Pusat Damai, total nilai gedung tersebut sebesar Rp. 17. 720.892.500,00. Gedung telah diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs. Comelis, M.H. Pengadaan aktiva tetap tahun buku 2009 selain gedung juga tanah senilai Rp. 4.419.997.300,00; perlengkapan kantor sebesar Rp. 300.642.600,00. Peralatan kantor sebesar Rp. 3.913.992.875,00 dan kendaraan (sepeda motor dan mobil) sebesar Rp. 412.590.700,00. Aktiva tidak berwujud Rp. 180.473.000,00. Dalam tahun buku 2009 diperoleh 3 unit mobil baru 64 masing-masing Daihatsu Terios, Toyota Hilux 4x4 (Ambulance), dan Toyota Hilux 4x4 double cabin. Daihatsu Terios diperoleh dari Bank Kalbar sebagai hadiah,Toyota Hilux 4x4 (ambulance) diperoleh dari Bank Danamon sebagai hadiah, Toyota Hilux 4x4 double Cabin diperoleh dari Bank BTN sebagai hadiah. Pada tahun 2009 juga telah dijual mobil Daihatsu Taft Ranger 4x4. Jumlah mobil per 31 Desember 2009 ada 7 unit mobil (Ford double cabin 4x4, Mitsubishi Strada double cabin 4x4, Toyota Hilux double cabin 4x4, Daihatsu Xenia, Daihatsu Terios, dan Toyota Ambulance, Toyota Hilux 4x4 ambulance). g. Tempat Pelayanan CU Lantang Tipo memiliki 36 TP yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat. TP yang dibuka tahun buku 2009 yaitu Balai Berkuak (Ketapang, penyelamat anggota CU Pengiris Midup), Sepauk (Sintang), Tanah Pinoh (Melawi) dan Simpang Silat (Kapuas Hulu). 3. Kebijakan Teknis Kredit CU Lantang Tipo a. Kredit Dalam implementasi pemberian kredit, CU Lantang Tipo mempuny& kebijakan teknis yang mengatur syarat-syarat kredit yang dapat diperoleh nasabah. Syarat-syarat teknis tersebut antara lain hanya dapat diberikan kepada anggota penuh dan sudah mengikuti pendidikan dasar I, sehingga anggota luar biasa (ALB) tidak dapat diberikan kredit. Penilaian kredit dilakukan oleh manajemen CU melalui mekanisme pengajuan kredit atau Surat Permohonan Kredit (SKP) dan Surat Perjanjian Kredit (SPK) wajib ditandatangani oleh pemohon, analis 65 kredit, dan pejabat yang berwenang. Penandatanganan Surat Permohonan Kredit dan Surat Perjanjian Kredit diatur berdasarkan besarnya nilai kredit cair, sebagai berikut. 1) Kredit cair sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) diketahui dan ditandatangani oleh analis kredit, kabid kredit dan Manajer TP. 2) Jika kredit cair Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) sampm 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diketahui dan ditandantangani oleh analis kredit, kabid kredit, Manajer TP, dan CEO CU Lantang Tipo. 3) Kredit cair di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diketahui dengan ditandatangani oleh analis kredit, Kabag Kredit, Manajer TP, CEO, Bendahara dan Komite Kredit. 4) Kredit Pengurus, Pengawas, dan Eksekutif wajib diketahui dan ditanda-tangani oleh semua Pengurus (kecuali personil yang mengajukan kredit). 5) Pemohon wajib mengikuti wawancara kredit (yang tidak dapat diwakilkan) dan hila perlu analis kredit dapat meminta menghadirkan suamilistri/ahli waris dari pemohon. 6) Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit, yang diputuskan berdasarkan basil konsultasi kredit dan analisis 5C (Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral/Co-makers, Credit conditions) serta penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di dalam Poljak Pengurus 1• 1 Wawancara dengan pengurus, tanggal 19 Agustus 2010, di Sanggau. 66 Selain itu, tujuan kredit tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit Union. Adapun prinsip-prinsip Credit Union Lantang Tipo adalah Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, Pengawasan yang demokratis, Tidak Diskriminatif, Pelayanan Kepada Para Anggota, Distribusi Kepada Para Anggota, Membangun Stabilitas Keuangan, Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan, Kerjasama Antar Koperasi, dan Tanggung jawab Sosial. Sedangkan Nilai-nilai Credir Union Lantang Tipo adalah Menolong diri sendiri atau swadaya, Bertanggung jawab kepada diri sendiri, Demokrasi, Kebersamaan, Keadilan, dan Solidaritas. Dalam tradisi dari pendirinya, anggota-anggota Credit Union percaya pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli terhadap orang lain. Sebagai contoh, kredit tidak dapat diberikan untuk tujuan berobat atas nama sendiri. Jika pemberian kredit terpaksa dilakukan, maka risiko menjadi tanggung jawab ahli waris, dibuktikan dengan surat pemyataan bermaterai. Kredit pertama bagi anggota baru maksimal sebanyak saldo simpanan, kecuali kredit KMS. Kredit pertama setelah berkasus/macet hanya dapat diberikan maksimal sebanyak saldo simpanan. Kredit yang besamya di atas simpanan diperlukan penjamin dan jaminan pengikat yang tergolong harta lancar. Namun, pencairan kredit dapat dibatalkan apabila ditemukan bukti-bukti yang meragukan dan atau jika pemohon menarik permohonannya. Dalam konteks risk management, pembayaran angsuran sesuai jatuh tempo, toleransi maksimal 10 hari dalam bulan yang sama. Sedangkan angsuran kredit yang dilakukan lebih dari satu kali dalam bulan yang sama, dikenakan bunga tambahan 1% dari sal do kredit. 67 Anggota yang masih mempunyai saldo kredit dapat mengajukan kredit baru apabila kredit lama telah dilunasi 70%. Kredit bagi anggota yang sedang menjadi Pengurus, Pengawas dan Eksekutif wajib dibahas dalam Sidang Pengurus tanpa menghadirkan yang bersangkutan. Dalam pelayanan kredit, CU lantang Tipo mempunyai beberapa kebijakan, antara lain: 1. Jasa Pelayanan Kredit a) Jasa pelayanan Gaspel) ditarik pada saat pencairan kredit. b) Kredit maksimal sebesar Simpanan Pokok (SP) + Simpanan Wajib (SW) + Simpanan Muhunt (SM), dikenakan jasa pelayanan 0,5% dari kredit cair. c) Kredit maksimal 20% di atas SP + SW + SM, dikenakan jasa pelayanan 0,8% dari kredit cair. d) Kredit di atas 20% dari SP + SW + SM, dikenakan jasa pelayanan 1,2% dari kredit cair. e) Jika melakukan penambahan kredit, jaspel hanya dikenakan pada nilai penambahan dan besarnya sesuai ketentuan point B.l butir b), c), d). 2. Penjamin dan Jaminan Kredit 2.1. Penjamin a) Yang dapat menjadi penjamin kredit adalah sesama anggota CU Lantang Tipo yang saling mengenal, aktif, dan berwatak baik. b) Penjamin bertanggung jawab atas kelancran angsuran kredit. 68 c) Karena jabatannya Pen~ Pengawas, dan Eksekutif tidak dapat menjadi penjamin. Apabila mereka menjadi penjamin, maka statusnya sebagai anggota. d) Tidak semua pinjaman mewajibkan adanya penjamin. 2.2. Jaminan a) Simpanan saham dan simpanan Muhunt otomatis menjadi jaminan kredit. b) Simpanan ALB danlatau simpanan non saham tertentu dapat dijadikan jaminan kredit tambahan. c) Analis kredit dapat meminta Jamman tambahan lainnya demi keamanan kredit, antara lain berupa barang hak. milik seperti tanah, bangunan, kendaraan, kebun dan lain-lain yang dilengkapi dengan bukti kepemilikan yang sah serta surat pengikat jaminan dan surat kuasa penyitaan/penjualan barang jaminan. d) Pengikatan barang jaminan dapat dilakukan dengan Akta Notaris. e) Analisis kredit berwewenang menentukan nilai taksiran barang jaminan tambahan sebagaimana point 2.2 butir c. f) Jaminan kredit tidak dapat ditarik dan sebelum saldo kredit kurang dari atau sama dengan saldo simpanan saham. 3. Denda a) Denda dikenakan apabila bunga tidak dibayar dan/atau tidak penuh pembayarannya. b) Besarnya denda adalah 4% dari besarnya bunga yang tidak masuk. 69 Sedangkan untuk mengatur jenis kredit, CU Lantang Tipo mempunyai kebijakan teknis sebagai berikut: 1. Kredit Produktif a. Kredit Untuk Menambah Simpanan (KMS) 1) KMS adalah kredit yang bertujuan untuk menambah simpanan sehingga semua kredit cair langsung dimasukkan kedalam sunpanan saham, simpanan setara saham dan atau simpanan Muhunt. 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta rupiah). 3) Lama angsuran maksimal 36 bulan. 4) Bunga KMS bervariasi berdasarkan besamya kredit, yaitu: 4.1. KMS kurang dari Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) 2% menurun (lOB) per bulan. 4.2. KMS Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) sampai dengan Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) 1,80% menurun (lOB) per bulan. 4.3. KMS lebih dari Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) 1,5% menurun (lOB) per bulan. 5) Jasa pelayanan 0,8% dari kredit cair, dan harus dibayar tunai pada saat pencairan kredit. 70 6) Apabila kredit tidak diangsur saat jatuh tempo (termasuk masa toleransinya), maka angsuran dan bunga bulan tersebut akan dipotong langsung dari saldo simpanan sesuai perjanjian kredit. b. Kredit Usaha Dagang 1) Diberikan kepada anggota untuk modal usaha dagang (Sembako, BBM, Bangunan, Elektronik). 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 150.000.000,00 (seratu lima puluh juta rupiah). 3) Lama angsuran maksimal 48 bulan. 4) Simpanan minimal 40% dari kredit cair ditambah agunan yang sesuai. 5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan setoran tetap. 6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. e. Kreclit Pembelian Kendaraan Angkutan 1) Diberikan kepada Anggota untuk membeli kendaraan angkutan seperti truck, bus, mini bus, sepeda motor, speed boat, dll. 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). 3) Lama angsuran maksimal 48 bulan. 4) Simpanan minimal 50% dari kredit cair ditambah agunan yang sesuai. 71 5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan setoran tetap. 6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1. 7) Kredit pembelian kendaraan dapat memanfaatkan fasilitas SIMOTO. d. Kreclit Pertanian 1) Diberikan kepada Anggota untuk usaha pertanian meliputi perkebunan rakyat, perikanan, dan petemakan. 2) Maksimal pemberian kredit untuk pembibitan Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dengan lama angsuran maksimal 48 bulan. 3) Maksimal pemberian kredit untuk pemeliharaan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan lama angsuran maksimal 72 bulan. 4) Simpanan minimal40% dari kredit cair. 5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan setoran tetap. 6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1. 7) Agunan sesuai dan harus melalui penyelidikan lapangan. e. Kredit Properti I) Maksimal pemberian kredit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 120 bulan. 72 3) Simpananminimal30% 4) Bunga kredit bervariasi berdasarkan lama angsuran, yaitu: 4.1. Masa pembayaran kurang dari 30 bulan, bunga kredit 1,75% menurun (lOB) per bulan. 4.2. Masa pembayaran 30 sampai dengan 72 bulan, bunga kredit 2%menurun (lOB) per bulan. 4.3. Masa pembayaran 73 sampai dengan 120 bulan; bunga kredit 2,3% menurun (lOB) per bulan. 5) Agunan sesuai dengan lolos penyelidikan lapangan. 6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1. f. Kredit Usaha Kontraktor 1) Diiberikan kepada kontraktor yang telah menjadi anggota CU Lantang Tipo untuk menyelesaikan satu proyek/tender. 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 300.000.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 3) Lama angsuran maksimal 6 bulan. 4) Simpanan minimal30% dari kredit cair. 5) Bunga kredit 2% flat. 6) Jasa pelayanan 1,5% dari kredit cair. 7) Cara pembayaran dapat dilakukan dengan sistem termin, yaitu termin pertama 30%, termin kedua 40%, dan termin ketiga 30% ditambah bunga pada masing-masing periode itu. 73 8) Menyerahkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) asli, menunjukkan surat ijin CV/PT/Koperasi yang digunakan. 9) Agunan sesuai dengan lolos penyelidikan lapangan. g. Kredit Anggota CUMI ( Credit Union Mikro Finance Inovation) 1) Diberikan hanya kepada anggota CUMI yang aktif. 2) Angsuran kredit dilakukan secara harian atau mingguan. 3) Maksimal pemberian kredit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 4) Kredit pertama diberikan maksimal sebanyak simpanan. 5) Lama angsuran maksimal30 hari. 6) Bunga 4% dari kredit cair dibayar bersama angsuran. 7) Anggota yang aktif membayar kredit diberikan Balas Jasa Kredit (BJK) sebesar 5% dari setoran bunga yang disetor dalam tahun buku 2010 dan langsung tambahkan ke dalam simpanannya 8) Anggota yang tidak aktif dan atau berhenti tidak diberikan BJK. 2. Kredit Konsumtif/Kesejahteraan a. Kredit Membangun/Rehap Rumah 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 120 bulan. 3) Bunga kredit 1,5% menurun per bulan. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 35% dari kredit cair. 74 6) Agunan utama sertiflkat tanah dan rumah yang dibangun, lolos survey. 7) Jika pemanfaatan kredit tidak untuk membangun/rehap rumah, maka suku bunga menjadi 2% menurun per bulan. b. Kredit Kepemilikan Rumah Tinggal 1) Pengadaan rumah bekerjasama dengan pihak ketiga. 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 3) Lama angsuran maksimal 180 bulan. 4) Membayaran Uang Muka (DP) sesuai ketentuan developer. 5) Booking kapling sebesar Rp. 2.000.000,00 (duajuta rupiah). 6) Bunga kredit 13% p.a dan dapat berubah mengikuti bunga pasar. 7) Membayar jaspel 0,5% dari kredit cair, legalisasi notaris, appraisal, asuransi jiwa, asuransi kebakaran, materai, BPHTB, dan BBN Sertiflkat sesuai ketentuan. 8) Agunan rumah yang diambil dan sertiflkatnya, lolos survey. 9) Simpanan minimal10% dari kredit cair. 10) Persyaratan khusus, sebagai berikut : a) Usia pemohon minima121 tahun dan/atau telah menikah. b) Fotocopy KTP pemohon 7 lembar, suami/istri pemohon 3 lembar. c) Fotocopy Surat Nikah 5lembar. d) Fotocopy Kartu Keluarga 5 lembar. 75 e) Pasfoto wama 3 x 4 em; suami 3lembar, istri 3lembar. t) Bersedia mengikat perjanjian dengan akta notaris. g) Berlaku pada mitra pengembang perumahan dengan PKS yang dinotariskan. c. Kredit Sepeda Motor 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 48 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. 7) Kredit pembelian kendaraan dapat memanfaatkan fasilitas SIMOTO. d. Kredit Mobil Pribadi/Keluarga 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 60 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. poin 1. 5) Simpanan minimal 40% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. 76 7) Kredit pembelian kendaraan dapat memanfaatkan fasilitas SIMOTO. e. Kredit Barang Elektronik 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 36 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. f. Kredit Pesta 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 36 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. g. Kredit Kesehatan 1) Kredit kesehatan tidak dapat diberikan untuk tujuan biaya berobat atas nama sendiri. 2) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,00 (dua puluh limajuta rupiah). 77 3) Lama angsuran maksimal 72 bulan. 4) Bunga kredit 2% menurun. 5) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 6) Simpanan minimal 30% dari kredit cair. 7) Agunan sesuai. h. Kredit Pendidikan 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 48 bulan. 3) Bunga kredit 1.75% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. 1. Kredit Perabot Rumah Tangga 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,00 (dua puluh limajuta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 48 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minima130% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. 78 J. Kredit Aksesoris 1) Maksimal pemberian kredit Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). 2) Lama angsuran maksimal 24 bulan. 3) Bunga kredit 2% menurun. 4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 5) Simpanan minimal 35% dari kredit cair. 6) Agunan sesuai. Sedangkan kredit yang bersifat darwat diatur dengan: a) Kredit darutat dapat diberikan jika ketentuan umum A.16 belum terpenuhi, tetapi saldo simpanan saham lebih besar daripada saldo kredit. b) Kredit baru ditambah saldo kredit yang lama maksimal sebesar saldo .simpanan saham. c) Lama angsuran maksimal 48 bulan. d) Bunga 2% menurun (lOB) per bulan. e) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1. 79 Dalam konteks risk management, CU Lantang Tipo mempunyai kebijakan yang dapat diperhatikan dalam matriks berikut: Aksi Hari Tindak Lanjut Menunggak l-10 hari Setelah 10 Masa tenggang atau masa toleransi. SMS ke2 mengingatkan tanggal jatuh tempo Surat pemberitahuan atau SMS Bagian kredit (loan departement) mengirim surat/SMS hari ke-3 memberitahukan bahwa kredit sudah lewat jatuh tempo. 15 hari 20 hari 30-45 hari Pesan ke-4 harus dikirim : "Apakah Anda lupa? Bagian kreditllapangan Jika pembayaran belum diterima dalam 15 hari. kredit lalai (angsuran. bunga) untuk melengkapi data hubungi nomor teleponnya pada surat yang akan dikirim. menyiap kan data jumlah Pemotongan SM dilakukan sesuai poljak. Pesan ke5 dikirim kepada peminjam "Mengapa Lanjutkan kontak lisan/kunjungan atau kontak tertulis Anda terlambat membayar?" Tembusan surat sampai adanya tanggapan/tindak lanjut dari yang. dikirim ke penjamin. 46-60 hari 61-90 hari Penagihan lanjutan melalui kunjungan Cari solusi konkrit sebagai jalan keluar yang disepakati lapangan. Jajaki untuk melakukan eksekusi bersama barang jaminan. Hubungi penjaminnya jika mengidentifikasi KL yang ber-potensi macet untuk ada dilaporkan kepada Manajer/Koordinator. Tindakan tegas secara hukum dapat dilakukan. Bagian oleh kedua kreditllapangan pihak. Bagian mereko-mendasi kredit alternatif langkah pe-nanganan yang akan diambil se-bagai kesepakatan formal dengan penunggak. 91-364 hari 365 hari Melimpahkan ke pengacara atau badan Penuntutan perkara. klaim dan penyerahan, penagihan (collection agent),jika diperlukan. penyelesaian, dan usaha penagihan lebih lanjut. Usulkan charge-off. Manajer membuat daftar tentang charge-off kepada CEO untuk dilanjutkan ke Pengurus. Hasil Wawancara dengan Pengurus CU. Lantang T1po (2010) 80 b. Perlindungan Nasabah Program perlindungan financial kepada nasabah, lanjut Susana, diberikan CU Lantang Tipo dengan beberapa kebijakan, antara lain Perlindungan, Bantuan dan Promosi, Bantuan Duka, dan Bantuan Rawat Inap. Adapun keterangan rinci sebagai berikur: A. Produk Perlindungan 1) JALINAN 1) Jalinan melindungi simpanan saham (SP, SW), simpanan setara saham (SM, PUSANn dan saldo kredit anggota yang aktif sesuai kebijakan Jalinan terbaru. 2) Perlindungan terhadap simpanan, simpanan Muhunt dan simpanan setara saham disebut Santunan Solidaritas disingkat TUNAS. 3) Ketentuan TUNAS, adalah sebagai berikut : 3.1. Syarat pengajuan klaim TUNAS adalah meninggal dunia. 3.2. SP, SW, SM, dan PUSANT yang mendapat TUNAS adalah saldo akhir simpanan yang transaksinya terjadi pada usia 0 sampai dengan 70 tahun. 3.3. Besarnya klaim TUNAS adalah : a. 100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang meninggal dunia, dengan plafon maksimal Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah), jika anggota masuk dan meninggal dunia pada usia antara 0 sampai dengan 1 tahun. 2 Wawancara dengan pengurus tanggal23 Agustus 2010 di Sanggau. 81 b. 100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang duni~ meninggal dengan plafon maksimal Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), jika usia saat diterima menjadi anggota antara 60 - 70 tahun. Usia meninggal bebas. c. 100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang meninggal duni~ dengan plafon maksimal Rp. 25.000.000,0 (dua puluh lima juta rupiah) dan saat diterima menjadi anggota belum berusia 60 tahun . d. Jika terjadi penarikan simpanan pada usia di atas 70 tahun, maka klaim yang dibayar sebesar saldo simpanan terendah sesuai butir 3.2. 3.4. Total SP + SW + SM + PUSANT yang tidak mendapat TUNAS, yaitu: a. SP + SW + SM + PUSANT yang melebihi ketentuan batas maksimal perlindungan pada butir 3.3. ~ b, dan c. b. SP + SW + SM + PUSANT yang transaksinya terjadi sebelum usia 70 tahun , te tapi telah ditarik ketika usia di atas 70 tahun. c. SP + SW + SM + PUSANT yang transaksinya terjadi pada usia di atas 70 tahun. d. SP + SW + SM + PUSANT anggota yang saat masuk menjadi anggota CU Lantang Tipo dalam kondisi sakit, 82 sehingga ybs meninggal dunia dalam jangka waktu sampai dengan 3 bulan setelah menjadi anggota. e. Anggota yang tidak menyetor SW lebih dari 6 bulan berturut-turut. f. Simpanan KMS anggota baru yang piutangnya belum pernah diangsur sejak pencairan dan /atau yang dikompensasikan langsung dari simpanannya. g. Simpanan lembaga yang diatasnamakan perorangan . 3.5. TUNAS diserahkan kepada ahli waris yang sah bersamaan dengan penyerahan pengembalian SP + SW + SM + PUSANT setelah disetujui oleh managemen Jalinan BKCU Kalimantan. 4) Perlindungan terhadap saldo kredit anggota disebut Perlindungan Piutang disingkat LANTANG. 5) Ketentuan LANTANG, adalah sebagai berikut : 5.1. Syarat pengajuan LANTANG adalah Cacat Total Tetap dan/atau meninggal dunia. 5.2. LANTANG tidak diserahkan kepada ahli waris, tetapi digunakan untuk melunasi saldo kredit anggota yang bersangkutan di CU Lantang Tipo. 5.3. Besarnya LANTANG sesuai saldo kredit, yaitu: a. Maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), jika usia saat kredit cair antara 60 s.d. 70 tahun. 83 b. Maksimal Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah), jika usia saat kredit cair antara 17 s.d. 60 tahun. 5.4. Selisih saldo kredit di atas ketentuan butir 5.3 dibebankan kepada ahli waris yang sah sesuai dokumen kredit, dan wajib dilunasi paling lambat pada saat penyerahan Jalinan. 5.5. Angsuran tertunggak dan/atau bunga tertunggak akan dipotong dari TUNAS yang akan diterima. 5.6. Kredit yang tidak mendapat LANTANG, yaitu: a. Kredit yang diberikan kepada ALB, anggota yang belum berusia 7 tahun!belum menik:ah dan/atau sudah berusia di atas 70 tahun. b. Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk biaya berobat atas diri sendiri. c. Kredit yang diberikan kepada anggota yang sedang sakit. d. Kredit KMS yang tidak pernah diangsur lebih dari 1 bulan setelah pencairan dan/atau yang dikompensasikan langsung dari simpanannya. e. Kredit lembaga yang diatasnamakan kepada seorang anggota. f. Kredit yang tertunggak lebih dari 6 bulan. g. Saldo kredit yang lebih besar dari batas perlindungan maksimal. h. Saldo kredit yang tergolong kredit macet. 84 1. Saldo kredit KMS yang masa angsurannya lebih dari 3 tahun. 6) Pengajuan pennohonan Klaim Jalinan (TUNAS/LANTANG) dilakukan oleh pihak ahli waris kepada CU Lantang Tipo untuk diteruskan ke 7) Pennohonan dan penyerahan berkas untuk pengajuan klaim TIJNAS ke CU Lantang Tipo dilakukan paling lambat 80 hari setelah anggota meninggal dunia untuk segera diteruskan ke BKCU Kalimantan paling lambat 90 hari setelah anggota meninggal dunia. 8) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk klaim TIJNAS adalah : a. Surat Keterangan Kematian yang asli dari Kepala Desa/instansi terkait atau copiannya yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwewenang. b. Buku Simpanan Saham, Simpanan Muhunt dan Simpanan Setara Saham yang asli. c. KTP/identitas lainnya yang asli dan masih berlaku dan/atau Surat Keterangan Penduduk yang dikeluarkan oleh Kepala Desa. d. Fotokopi KTP/Identitas lainnya milik ahli waris yang sah. e. Berkas lainnya disiapkan oleh Eksekutif CU Lantang Tipo. 9) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk klaim LANTANG karena meninggal dunia, adalah : 85 a. Surat Keterangan Kematian yang asli dari Kepala Desa/instansi terkait atau copiannya yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwewenang. b. Buku Simpanan Saham, Simpanan Muhunt dan Simpanan Setara Saham yang asli. c. KTP/identitas lainnya yang asli dan masih berlaku dan/atau Surat Keterangan Penduduk yang dikeluarkan oleh Kepala Desa. d. Fotokopi KTP/Identitas lainnya milik ahli waris yang sah. e. Surat permohonan dan perjan jian pinjaman yang asli. f. Khusus kredit untuk biaya berobat, disertai surat pemyataan, surat keterangan berobat dan kwitansi asli dari dokter rumah sakit atau puskesmas yang merawatnya. g. Berkas lainnya disiapkan oleh Eksekutif CU Lantang Tipo. 10) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk Klaim LANTANG karena Cacat Total Tetap adalah: a. Surat Keterangan Catat Total Tetap dari dokter yang merawat (untuk kasus buta kedua mata, lumpuh,atau gila). b. Surat Keterangan dari Pemerintah Desa untuk kasus cacat total tetap yaitu kehilangan kedua kaki dan/atau kedua tangan. c. Surat Keterangan dari Manajer CU tentang pengecekan lapangan dan diketahui oleh Ketua Pengurus dan Pengawas disertai foto yang bersangkutan bersama petugas pengecek. 11) Masa pengajuan klaim LANTANG untuk Cacat Total Tetap, yaitu : 86 a. Untuk kasus kehilangan kedua tangan dan/atau kedua kaki, sesegera mungkin terhitung sejak dikeluarkannya surat keterangan dari Pemerintah Desa setempat. b. Untuk kasus buta kedua mata, terhitung sejak dikeluarkannya surat keterangan dari dokter yang merawat. c. Untuk kasus lumpuh, terhitung sejak 3bulan setelah dikeluarkannya surat keterangan dari dokter yang merawat. d. Untuk kasus gila (sakit jiwa), terhitung sejak 6 bulan setelah dikeluarkannya surat keterangan dari Dokter Ahli Jiwa. B. Produk Bantuan Dan promosi 1. SOLKESTA (Solidaritas Kesehatan Anggota) 1) Anggota CU Lantang Tipo wajib menjadi peserta solkesta dengan membayar iuran solkesta 2010 sebesar Rp. 15.000,00 per orang per tahun. luran tidak dapat dibayar saat akan mengajukan klaim. 2) Masa berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 dan/atau sejak tanggal diterima menjadi anggota dan melunasi iuran sampai dengan tanggal31 Desember 2010. 3) Cara penyetoran iuran, sebagai berikut : a) Bagi anggota aktif yang masuk sebelum tahun 2010, penyetoran iuran dipotong dari SM yang bersangkutan (sandi 59). b) Bagi anggota yang masuk pada tahun 2010, penyetoran iuran dilakukan pada saat diterima menjadi anggota. 87 4) Besamya bantuan maksimal Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per tahun, sebagai berikut : a) Bantuan untuk biaya pengobatan oleh dokter/mantrilbidan di Puskesmas atau Rumah Sakit, maksimal Rp 45.000,00 (empat puluh lima ribu rupiah) per tahun. b) Bantuan untuk biaya opname dan atau operasi di Puskesmas atau Rumah Sakit, maksimal Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah) pertahun. c) Bantuan pembelian kaca mata plus/minus atau gigi palsu maksimal sebesar Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) per tahun. d) Bantuan untuk biaya bersalin di Puskesmas, Rumah Sakit,atau Rumah Bersalin, maksimal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) pertahun. e) Bantuan musibah kebakaran rumah sebesar Rp 500.000 per kasus peranggota. f) Anggota yang tidak membayar iuran pada waktunya tidak diberikan bantuan. 5) Kasus yang tidak diberikan bantuan, sebagai berikut : a) Biaya pembelian alat-alat kontrasepsi KB. b) Biaya operasi plastik, pembelian alat bantu pendengaran, tambal gigi,dan bersih karang gigi. c) Biaya pembelian obat-obatan yang dijual bebas di pasaran. d) Biaya pengobatan tradisional oleh dukun/tabib/sinshe. 88 6) Semua permohonan bantuan harus menyertakan bukti-bukti yang sah berupa kwitansi asli dan dibubuhi cap instansi terkait. 7) Permohonan bantuan diterima paling lambat 2 bulan setelah kejadian, di atas 2 bulan dinyatakan kadaluarsa. 2. SOLDUKA (Solidaritas Duka) 1) Anggota CU Lantang Tipo wajib menjadi peserta dengan membayar iuran solduka 2010 sebesar Rp. 40.000,00 (empat puluh ribu rupiah) per orang per tahun . luran tidak dapat dibayar saat akan mengajukan klaim. 2) Masa berlaku iuran solduka 2010 terhitung tanggal1 Januari 2010 dan atau sejak tanggal diterima menjadi anggota dan melunasi iuran sampai dengan tanggal31 Desember 2010. 3) Cara penyetoran iuran sebagai berikut : a) Bagi anggota aktif yang masuk sebelum tahun 2010, penyetoran iuran dipotong dari SM yang bersangkutan (sandi 59). b) Bagi anggota yang masuk pada tahun 2010, penyetoran iuran dilakukan pada saat diterima menjadi anggota. 4) Peserta solduka yang meninggal dunia diberikan santunan tunai yang diserahkan kepada ahli waris dengan ketentuan sebagai berikut : a) Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) jika aktif. b) Rp. 1.500.000,00 (satu juta limaratus ribu rupiah) jika tidak aktif 3 sampai dengan 6 bulan. 89 c) Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) jika tidak aktif 6 sampai dengan 9 bulan. d) Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) jika tidak aktif 9 sampai dengan 12 bulan. e) Tidak mendapatkan santunan jika belum membayar iuran pada waktunya sesuai ketentuan, dan/atau berhenti I diberhentikan. 5) Kriteria keaktifan peserta solduka ditinjau dalam kurun waktu 1 tahun dihitung surut dari tanggal kematian tidk berdsarkan tahun buku. Jika usia keanggotaan belum mencapai 1 tahun, maka hanya ditinjau selama menjadi anggota. 6) Kriteria ketidak-aktifan solduka, jika melakukan salah satu hal sebagai berikut: a) Belum melunasi Simpanan Pokok (SP). b) Belum memenuhi Simpanan Wajib (SW). c) Lebih dari 2 kali tidak menabung SW pada 1 tahun terakhir. d) Lebih dari 2 kali tidak menabung SM minimal Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) per bulan pada 1 tahun terakhir. e) Lebih dari 2 kali tidak mengangsur pokok pmJaman sesll8.1 perjanjian pada perjanjian terakhir. f) Lebih dari 2 kali tidak membayar bunga pinjaman secara penuh sesuai perjanjian pada 1 tahun terakhir (kena denda). 90 g) Pernah menarik SM yang saldonya kurang dari Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan/atau menarik SM sehingga saldonya kurang dari Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 7) Pengajuan klaim melalui ahli wans dengan memberikan informasilberita tentang kematian peserta solduka kepada Manajemen CU Lantang Tipo dan hila perlu diketahui oleh Kelompok Inti/Kolektor dalam wilayahnya dengan membawa Buku Anggota Asli dan mengisi formulir laporan kematian. 8) Penyerahan santunan kepada ahli waris yang sah dilakukan setelah Manajemen CU Lantang Tipo memperoleh informasi yang akurat tentang kematian anggota peserta solduka. 3. BANTUAN RAWAT INAP (BU SRI) 1) Diberikan kepada anggota yang mengalami Rawat Inap (opname) di Rumah Sakit atau Puskesmas dan memenuhi 3 syarat sebagai berikut : a) Aktif menabung, tidak menunggak, tidak prenah didenda dalam tahun buku 2010 dan b) Semua anggota keluarga inti (suami, istri, anak-anak) sudah menjadi anggota LC Lantang Tipo. Bagi Anggota yang masih bujangan, kedua orangtuanya Gika masih ada) sudah menjadi anggota CU Lantang tipo dan orangtuanya Gika masih ada) sudah menjadi anggota CU Lantang Tipo dan 91 c) Memiliki simpanan saham dan simpanan Muhunt minimal Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan sudah mengendap minimal selama 30 hari. 2) Pennohonan bantuan dilakukan paling lambat satu bulan setelah keluar dari opname dengan menunjukkan : a) Bukti opname asli dari Rumah Sakit atau Puskesmas. b) Buku anggota semua anggota keluarga inti. 3) Besar bantuan sebagai berikut: Saldo SP + SW + SM Besar Bantuan Rawat Inap Rp. 5.000.000,00 s.d. Rp. 10.000.000,00 Rp. 50.000,00 per bari maksimal10 hari per tahun. Lebih Rp. 10.000.000,00 S.d. Rp. Rp. 100.000,00 per hari maksimal 10 bari per tahun . 15000.000,00 Lebih dari 15.000.000,00 Rp. 150.000,00 per hari maksimal 10 hari per tahun . Sumber : laporan keuangan tahun 2010 4. BANTUAN MAMPANT 1) Diberikan kepada ibu-ibu yang bersalin pada tahun buku 2010 yang memenuhi 4 syarat khusus (semuanya harus terpenuhi), sebagai berikut: a) lbu yang bersalin sudah menjadi anggota CU Lantang Tipo minimal3 bulan. b) Aktif menabung,tidak pernah menunggak, tidak pemah didenda selama1 tahun terakhir. c) Suami dan anak-anak terdahulu Gika ada) sudah menjadi anggota CU Lantang Lipo dan aktif. 92 d) lbu yang bersalin sudah memiliki saldo simpanan (SP + SW + SM) minimal Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) dan sudah mengendap minimal selama 30 hari. 2) Permohonan bantuan dilakukan paling lambat satu bulan setelah bersalin dengan menyerahkan : a) Kuitansilsurat keterangan melahirkan dari yang berwenang. b) Buku anggota milik suami dan anak-anak terdahulu Gika ada). c) Foto kopi kartu keluarga. 3) Besar bantuan Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per kasus persalinan. 4) Setelah menerima bantuan, simpanan saham dan simpanan Muhunt tidak boleh ditarik selama1 tahun. Jika simpanan ditarik dikenakan fmalti 10% dari jumlah penarikan. 5. BAYICU 1) Bayi CU merupakan program promosi untuk mewujudkan program satu keluarga menjadi anggota CU Lantang Tipo. 2) Syarat penerima''bayi CU" sebagai berikut: a) Orangtua bayi telah menikah secara sah. b) Kedua orang tua (Bapak dan Ibu) dan saudara kandung terdahulu (kakak/abangjika ada) sudah menjadi anggota CU Lantang Tipo. c) Kedua orang tua anggota aktif, tidak menunggak,dan tidak pemah didenda pada minimal 10 bulan terakhir. d) Bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup/sehat. 93 3) Tata cara permintaan promosi "bayi CU'' sebagai berikut : a) Melaporkan tentang kelahiran bayi kepada management CU Lantang Tipo paling lambat 1 bulan setelah tanggal kelahiran. b) Menunjukkan bukti-bukti kelahiran dan identitas bayi. c) Orang tua mengisi Surat Permohonan Menjadi ALB (SPM-ALB). 4) "Bayi CU'' langsung menjadi Anggota Luar Biasa (ALB) dan diberikan simpanan senilai Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) per orang dan tidak dapat ditarik tunai. Jika bayi kembar berarti masingmasing diberikan promosi bayi CU. 5) Kewajiban ALB sebagaimana di atur dalam pola kebijakan keanggotaan bagian C butir 3 ditanggung oleh CU Lantang Tipo sebagai biaya promosi. 6) Pada saat pendaftaran menjadi ALB, orang tua bayi berkewajiban menambah simpanan sehingga memenuhi ketentuan simpanan A. 94 BABV PERAN MODAL SOSIAL DALAM CU LANTANG TIPO Dalam bab ini menjelaskan basil penelitian pada lembaga kredit mikro CU (Credit Union) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Modal sosial merupakan elemen penting dalam perkembangann CU di Lantang Tipo terutama dalam aspek penilaian kredit, sehingga aspek jaminan bukan menjadi pokok assessment, melainkan jaminan sosial yang ada dalam komunitas merupakan penilaian yang lebih dominan. CU Lantang Tipo merupakan salah satu lembaga keuangan non perbankan yang mampu tumbuh berkembang di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sebagai sebuah lembaga keuangan, layanan utama yang disediakan kepada masyarakat adalah pemberian akses permodalan dengan berbagai scheme kredit yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Disarnping itu untuk memperkuat layanan kredit di atas, CU lantang Tipo juga menyediakan beberapa program pendarnpingan agar nasabah mempunyai kemampuan untuk meningk.atkan kualitas ekonominya. Program tersbut antara lain program pendidikan, perlindungan nasabah, jaminan sosial, dan pembibitan yang bisa di akses oleh masyarakat khusunya anggota credit union tersebut. Saat ini, CU Lantang Tipo merupakan lembaga keuangan altematif pada saat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kesulitan untuk mendapatkan kredit dari bank-bank komersil. Kesulitan UMKM untuk 95 mendapatkan kredit tersebut ham.pir selalu berkaitan dengan aspek jaminan (guarantee). Dengan demikian, penerapan 5 C character, capacity, capital, collateral dan condition dalam penilaian kredit oleh CU Lantang Tipo merupakan sebuah terobosan yang potensial untuk menyediakan akses permodalan bagi msayarakat terutama pelaku UMKM. Penerapan SC dalam mekanisme penilaian kredit di CU tersebut, tidak seperti pada lembaga keuangan konvensional yang mengedepankan aspek Jaminan (guarantee) barang. Sebagai contoh karakter atau sifat anggota (peminjam) antara lain kejujuran, kemampuan ekonomi anggota, modal anggota dalam hal ini adalah jumlah simpanan yang harus dipenuhi, kondisi perekonomian di tingkal komunitas, dan kepemilikan jaminan merupakan jaminan yang lebih dipertimbangkan dalam penyaluran kredit. Secara lebih tegas, jaminan dalam CU tidak berbentuk barang melainkan jaminan dalam bentuk rasa saling percaya antara pengurus dan anggota. Hal terpenting yang menjadi bahan pertimbangan CU Lantang Tipo dalam pemberian kredit adalah tingkat kemampuan ekonomi dan karakter psikologis anggota. Penilaian aspek karakteristik tersebut didukung oleh pendapat-pendapat masyarakat dan tetangga anggota tersebut. Karakteristik pribadi dapat mencerminkan pola hidup dan alur pikir dalam memutuskan hal-hal yang menyangkut aktifitas ekonomi. Dengan demikian, penilaian tersebut menjadi acuan bagi CU tersebut untuk memberikan kredit. 96 Secara historis, CU Lintang Tipo didirikan dengan tujuan untuk mengangkat kemampuan ekonomi masyarakat berbasis komunitas. Menurut salah satu pengurus harlan, menyatakan bahwa: 'Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit bukan barang baru lagi bagi masyarakat, CU justru sudah menjadi sebuah gerakan perekonomian rakyat yang terbukti mumpuni dalam membantu upaya keterpurukan masyarakat di Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan umumnya untuk dapat hidup layak. Gerakan CU di Kalimantan tersebut tersebut diinspirasikan oleh sejarah gerakan CU dunia yang ada di Jerman dan lnggris.' Keterangan historis yang disampaikan pengurus dalam interview, menunjukkan bahwa kehadiran CU merupakan alternative masyarakat untuk menghindari lilitan kredit yang rumit dan berat. Selain itu, kehadiran CU dapat membentuk pola keJja lembaga keuangan mikro dengan asas sosial. Selain itu salah seorang pamong desa yang menjadi nasabah menambahkan, bahwa: "Di Sanggau ada fenomena menarik. Orang-orang yang dulunya menjadi nasabah setia satu bank, sekarang banyak melirik CU, bahkan ada yang telah pindah ke CU". Salah seorang nasabah lainnya menambahkan bahwa : 'Transaksi di beberapa bank di Kota Sanggau terkadang sepi, karena masyarakat lebih memilih CU. Alasannya, untuk pembiayaan sebuah usaha, CU memberikan syarat yang tidak terlalu memberatkan, hanya saling percaya saja. Seperti semboyan CU "kamu Susah Saya Bantu, Saya Susah Kamu Bantu", para anggota CU tidak perlu menitipkan sertifikat tanah atau rumahnya untuk meminjam dari CU. Awalnya saya berusaha meminjam di bank, namun syaratnya sangat memberatkan dan bunga yang dibebankan kepada peminjam sangat besar. Jadi saya mengurungkan niat saya sementara . .' lni. Nasabah tersebut secara eksplisit mengungkapkan ketertarikannya terhadap lembaga keuangan micro seperti CU sebagaimana is sampaikan 97 bahwa "Saya telah banyak mendengar dari beberapa rekan saya terutama di daerah Sanggau, menjadi anggota CU telah banyak menolong mereka". Pada aspek j~ CU tidak menganggap bahwa jaminan merupakan suatu keharusan dan menjadi kepastian bahwa anggota dapat menerima modal usaha, karena pada bank konvensional, para calon kreditur diharuskan 'menitipkan' surat-surat berharga yang dapat menjamin kredit yang mereka ajukan pada bank. NamWl banyak diantara mereka yang menWlda keinginannya karena bank tidak bersedia mengucurkan dana jika syarat yang diberikan belum terpenuhi. Permasalahan utama dalam membuka usaha pada masyarakat adalah keberadaan modal yang terbatas. Banyak di antara masyarakat yang tidak jadi membuka usaha karena tidak memiliki modal. Di sisi lain, modal dari bank sangat sulit Wltuk didapatkan. Ini disebabkan oleh permintaan bank Wltuk menyediakan anggm1an berupa sertifikat-sertiflkat jasa dirasakan cukup memberatkan. Ditambah lagi dengan bWlga yang cukup tinggi, sehingga beban Wltuk membayar kembali kredit yang diberikan terasa sangat berat. Sistem yang terjadi saat ini memang menjadi kendala utama bagi masyarakat Wltuk mengembangkan usahannya. Sumber-sumber pembiayaan ekonomi macro seperti bank yang diketahui lebih memihak usaha-usaha berskala besar dan bersifat kapitalistis, terkadang memandang rendah usaha kecil. Eksistensi CU selama ini diakui sangat baik, selain itu juga dapat bertahan pada saat krisi moneter yang lalu. Hal tersebut disebabkan karena CU mempWlyai ketersediaan modal menjadi satu kekuatan yang sangat 98 dibutuhkan. CU dengan sangat meyakinkan mampu menghimpun dana masyarakat yang mengindikasikan besarnya kepercayaan terhadap lembaga CU, tidak seperti umumnya yang dilakukan oleh bank komersial lainnya, yaitu dengan meminjam modal dari pihak luar. CU merupakan praktek nyata dari ekonomi kerakyatan yang mempunyai prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan sosial dan tidak membedakan pelayanan pada para anggotanya. Setiap anggota berhak atas pelayanan yang disediakan. Hal tersebut yang membedakan CU dengan lembaga keuangan lainnya. Pemberdayaan kaum kecil-lemah dan miskin dalam aspek ekonomi merupakan rangkaian kegiatan penyadaran dan motivasi. Dalam hal ini aspek pendidikan menjadi bagian yang sangat penting. Sebuah CU dengan asset 1 Milyar Rupiah kemudian meminjamkan Rp 800 juta kepada anggotanya memiliki resiko kebangkrutan yang sangat besar bila kredit yang diberikan mengalami kemacetan. Namun dengan sebuah kepercayaan dan modal sosial yang kuat, setiap anggota telah diberikan pendidikan sehingga sadar bahwa mereka adalah pemilik, maka resiko itu tidak terlalu membahayakan. Di Kalimantan Barat, berdasarkan klasifikasi perkembangan asset dan anggota kekuatan rakyat itu menjelma dalam 38 buah CU yang tergabung dalam Badan Koordinasi Koperasi Kredit Kalimantan (BK3D) Kalimantan. Sesuai namanya BK3D Kalimantan CU anggotanya tersebar di seluruh Kalimantan. Berdasarkan klasifikasi jumlah asset pada dua tahun lalu dan perkembangan anggota CU naungan BK3D Kalimantan, ada 10 CU terbesar. 99 (I) CU Pancur Kasih di Pontianak Rp. 97.904.319.716; (2) CU Lantang Tipo di Bodok Rp. 58.752.973.922; (3) CU Daya Lestari di Samarinda Rp. 22.666.503.311; (4) CU Keling Kumang di Tapang Sambas (Sekadau) Rp. 19.919.329.700; (5) CU Sumber Rezeki di Teraju Rp. 13.831.562.395; (6) Usaha Kita di Sei Ayak Rp. 13.800.965.896; (7) CU Khatulistiwa Bakti di Pontianak Rp. 13.364.712.606; (8) CU Semarong di Sosok Rp. 11.334.415.310; (9) CU Tilung Jaya di Kapuas Hulu Rp. 9.559.704.745: dan (10) CU CanagaAntutn di Menyumbung Rp. 7.195.352.938 1• Modal sosial merupakan komponen penting dalam operasionalisasi Credit Union Lantang Tipo. Modal sosial di dalam lembaga tersebut berkaitan erat dengan keterbukaan, solidaritas, dan kesetaraan. Sebagaiman disampaikan oleh salah satu pengurus CU Lantang Tipo, bahwa: 'Keunikan dan keistimewaan CU itu antara lain ada nilai-nilai solidaritas, keadilan dalam arti akurat dalam membagi keuntungan, sesuai dengan yang ditabur dan dituai, ada kesetaraan jender. CU bisa membantu diri sendiri, tetapi harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Swadaya juga mutlak dipupuk dan ditumbuh-kembangk.an. Karena itulah CU sangat cocok untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Jadi sebenarnya, CU tidak hanya cocok di Kalimantan, tetapi juga di seluruh dunia." Keunikan dan keistimewaan CU Lantang Tipo dibanding dengan lembaga keuangan lainnya antara lain, setiap anggota bisa meminjam 3 kali lipat dari jumlah tabungan yang sudah mengendap di CU. Apabila anggota akan meminjam, tidak diperlukan jaminan khusus, tetapi cukup hanya menyerahkan buku tabungan. CU juga menawarkan suatu produk simpan pinjam dengan pola kemitraan. Dikatakannya juga, keberadaan CU di Kalbar 1 Data diolah dari pengurus CU Lantang Tipo. 100 telah teruji tidak terkena dampak krisis moneter, tidak seperti yang dialami oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Bahkan tidak dapat disangkallagi bahwa keberadaan CU yang semakin eksis dan kokoh justru pada saat terjadinya krisis ekonomi. Selain itu, CU juga memberikan suatu keuntungan bagi para anggota atas saham-saham yang dirniliki para anggota. Pengembalian kredit pinjaman anggota juga terbukti tetap berjalan lancar, hampir tidak mengalami kemacetan. Peranan modal sosial dalam perkembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo secara detail dapat dilihat dari masing masing aspek berikut ini: 1. ldeologi CU Lantang Tipo Pada dasarnya Credit Union Lantang Tipo merupakan lembaga keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi. Sebagaimana diketahui, koperasi merupakan suatu usaha bersama yang bertujuan menyejahterakan anggotanya dengan asas kekeluargaan. Asas ini di manifestasikan dengan semangat dari anggota oleh anggota dan untuk anggota. Yang membedakan CU Lantang Tipo dengan koperasi lainnya adalah latar belakang sejarah berdirinnya lembaga keuangan tersebut yang kemudian menjiwai operasionalisasi Credit Union Lantang Tipo. Credit Union Lantang Tipo didirikan dan dikelola oleh tokoh tokoh agama katolik di tengah tengah masyarakat yang mayoritas juga pemeluk agama katolik. Semangat keagaman yang dilandasi semangat untuk saling menolong sesama yang mengakar kuat dalam pengelolaan CU tersebut. Dalam perkembangannya semangat tersebut berasimilasi dengan azas dan ideologi koperasi sebagai bentuk badan hukum 101 lembaga keuangan tersebut. Assimilasi tersebut menghasilkan sistem nilai yang dikembangkan dan diyakini dalam pengeloaan Credit Union Lantang Tipo di sampai saat ini. Nilai-nilai yang dikembangkan Credit Union Lantang Tipo tersebut meliputi : menolong diri sendiri atau swaday~ bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan, dan solidaritas. Dalam tradisi dari pendiriny~ anggota-anggota Credit Union Lantang Tipo percaya pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli terhadap orang lain. 2. SDM CU Lantang Tipo Credit Union Lantang Tipo didirikan dan di kelola oleh sekelompok orang yang merupakan tokoh masyarakat (guru) yang telah mendapatkan pelatihan khusus di bidang lembangan keuangan mikro. Tradisi tersebut tetap dijaga sampai sekarang dimana pengurus yang dipercaya untuk mengelola CU tersebut selalu berasal dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama yang disegani di daerah tersebut. Tidak hanya untuk pengurus, pengawas dan sumber daya manusia (SDM) lain termasuk juga eksekutif juga dipilih dengan persyaratan dan kualifikasi keahlian tertentu. Bahkan untuk pengurus di periode tahun 2009- 2011 semunya berkualifikasi Sarjana dengan berbagai disiplin ilmu. Demikian juga untuk eksekutif yang direkrut untuk mendukung operasionalisasi CU, banyak diantaranya yang juga berkualifikasi sarjana. Kualifikasi sarjana dan juga kriteria lain yang ditetapkan dalam pemilihan pengurus dan rekruitmen lebih memberikan jaminan ketersediaan sumber daya manusia yang mempunyai 102 kompetensi tinggi dibidangnya masmg masmg. Kompetensi tersebut merupakan salah satu penentu tingginya kinerja SDM yang ada di CU Lantang Tipo. Salah satu cenninan kinerja SDM di Lantang Tipo dapat dilihat dari keaktifan manajemen untuk selalu menyediakan informasi kepada para nasabah. Informasi yang disediakan oleh pihak manajemen untuk para nasabah biasanya diintepretasikan sebagai bentuk kepedualian CU terhadap anggota nasabah. Informasi tersebut berkaitan dengan agenda-agenda pelatih~ silaturahmi, dan temu anggota, sehingga dalam agenda tersebut dapat mengakomodasi keperluan-keperluan dan menampung masalah-masalah yang dialami oleh nasabah, terutama permasalahan ekonomi. Seperti yang disampaikan oleh salah satu pengurus, bahwa: 'Biasanya kami memberikan informasi dengan intensitas tinggi, sehingga para anggota mempunyai cukup informasi untuk menghadirinya. Pertemuan antar anggota (nasabah) tersebut mempunyai banyak manfaat, antara lain menjadi forum komunikasi antar nasabah, temu kangen, juga saling berbagi masalah dan solusi antar anggota. Kami sebagai manajemen cukup menjadi fasilitator saja.' Dari keterangan nasabah tersebut, dapat menjelaskan bahwa komunikasi yang diadakan secara rutin oleh manajemen CU Lantang Tipo untuk para nasabahnya dapat membentuk rasa solidaritas yang tinggi. Adanya solidaritas dan saling kait antar anggota dapat diartikan sebagai salah satu modal sosial (sosial capital) yang dimiliki oleh nasabah dan manajemen untuk dapat meminimalisir resiko kredit (risk management). Solidaritas yang ada dalam komunitas tersebut dibentuk oleh kebersamaan dan kepercayaan yang dibentuk juga oleh manajemen, mulai dari credit approval sampai dengan 103 adanya pertemuan antar nasabah tersebut. Proses terbentuknya solidaritas dan rasa percaya yang tinggi tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus, bahwa: 'Kami bekerja tidak seperti bank konvensional, tetapi kami memberikan kredit dengan mekanisme kami sendiri, CU menambah penilaian terhadap kelayakan kredit tidak hanya kemampuan ekonomi nasabah, tetapi unsur sosial juga kami gunakan, seperti menilai kepribadian nasabah di masyarakatnya.' 3. Manajemen CU Lantang Tipo Credit Union Lantang Tipo merupakan sebuah lembaga keuangan yang mampu berkembang pesat dengan keunikan dan ciri khas tersendiri terutama dalam menyediakan kredit modal kapada masyarakat di Kabupaten Sanggau. Kredit menurut pengertiannya, adalah suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayamya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Sedangkan Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin "credere" yang artinya percaya dan "union" atau "unus" berarti kumpulan. Sehingga "Credit Union" memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota 104 dengan tujuan produktif dan kesejahteraan. Menurut salah seorang sekretaris yang menjadi nasabah CU menyatakan bahwa; 'Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga keuangan yang di dalamnya berkumpul orang yang saling percaya dan berwatak sosial, dengan tujuan untuk kesejahteraan bersama.' Adanya kepercayaan nasabah dibuktikan dengan banyaknya anggota yang berada di Kantor Pelayanan pada setiap harinya. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang nasabah, bahwa: 'Pada awal dan akhir bulan, saya sering malas untuk pergi ke Kantor CU, karena banyaknya nasabah lain yang mempunyai urusan di sana, mulai dari menabung, menarik, transfer, dan mengurus kredit. Saya memlilih waktu agak sore, sehingga mendapat pelayanan dengan cukup leluasa. Saya melihat, banyaknya nasabah tersebut disebabkan karena orang-orang sudah begitu percaya dengan CU, sehingga sudah beralih dari bank konvensional biasa, seperti BRI, Mandiri, dan bahkan Bank Kalbar'. Kepercayaan yang besar dari masyarakat terhadap CU merupakan indikasi keberhasilan system keuangan mikro yang ditawarkan lembaga tersebut. Menurut salah seorang pemerhati ekonomi local menyatakan, bahwa: 'Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari yang terbiasa instanllangsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman, menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam. "Inilah yang tidak ditemukan di lembaga keuangan lainnya. Selain itu, CU juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa menabung menjadi biasa menabung. Anggota CU selalu mempunyai uang dalam bentuk tabungan yang terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan untuk meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset. Pada awalnya, sebagian besar anggota CU tidak biasa menabung secara rutin. Tetapi setelah menjadi anggota dan banyak belajar, mereka pun akhimya menyadari manfaat menabung rutin itu. Apalagi dengan menabung, anggota mendapatkan balas jasa simpanan (BJS). Jika menjadi anggota CU, seorang anggota mesti menabung untuk meningkatkan modal. Menabung sistem CU berbeda dengan menabung secara 'tradisional' di lembaga lain, misalnya bank, setelah 105 menabung, uang itu ditarik untuk dipergunakan. Tetapi di CU, lebih modem karena ada dana yang tersimpan'. Pendapat tersebut menjelaskan potensi dan kekuatan ekonomi komunitas, sehingga dalam kelompok tersebut muncul potensi baru untuk membangun jaringan ekonomi yang lebih baik. Kepercayaan oleh lembaga CU berdasarkan atas penilaian kreditur terhadap kemampuan (capacity) membayar seorang anggota. Dalam konteks 5 C, capacity merupakan penilaian penting karena adanya penurunan standar jaminan, maka penilaian terhadap kemampuan membayar anggota sangat penting. Keunikan sistem Kredit yang didasari Modal sosial merupakan komponen penting dalam keberhasilan operasionalisasi Credit Union Lantang Tipo. Modal sosial di dalam lembaga tersebut berkaitan erat dengan kepercayaan, resiprocity, keterlibatan secara proaktif, dan juga norma social yang didasari semangat keterbukaan, Sebagaimana disampaikan oleh solidaritas, dan kesetaraan. salah satu pengurus CU Lantang Tipo, bahwa: 'Keunikan dan keistimewaan CU itu antara lain ada nilai-nilai solidaritas, keadilan dalam arti akurat dalam membagi keuntungan, sesuai dengan yang ditabur dan dituai, ada kesetaraan jender. CU bisa membantu diri sendiri, tetapi harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Swadaya juga mutlak dipupuk dan ditumbuh-kembangkan. Karena itulah CU sangat cocok untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Jadi sebenarnya, CU tidak hanya cocok di Kalimantan, tetapi juga di seluruh dunia." Keputusan pemberian kredit oleh CU kepada anggotanya dilihat dari aspek sosio-kultural, lebih menekankan adanya kepercayaan manajemen CU terhadap nasabah. Kepercayaan tersebut dibuktikan dengan mekanisme kerja CU dalam pemberian kredit. CU sangat berbeda dengan bank konvensional 106 yang memberikan syarat sangat detail dan kaku. Namwt, CU memberikan fleksibilitas dengan penilaian yang berasumsi penilaian terhadap perilaku sosial nasabah, selain syarat nasabah yang harus mempunyai tabungan terlebih dahulu. Dalam konteks 5 C, penyertaan modal/capital (tabungan) anggota diharuskan karena pertimbangan kemandirian ekonomi tersebut. Selain itu, kemampuan membayar dari anggota merupakan factor yang sangat esensial. Seperti yang disampaikan oleh salah satu surveyor kredit CU, bahwa: 'Saya mendapat tugas untuk melihat dan men-survey calon kreditur. Beberapa penilaian kami adalah dengan melihat perilaku nasabah tersebut di lingkungannya Saya terbiasa menanyai Ketua RT, tokoh masyarakat, sampai pada ternan ronda di kampungnya. Saya menilai, apabila selama ini nasabah tersebut berperilaku baik di masyarakatnya, maka kami bisa memberikan credit poin yang baik juga Namun apabila masyarakat di lingkungannya tidak menilai dan merespon baik, kami JUga akan sangat mempertimbangkannya.' Pendapat diatas berkaitan dengan fleksibilitas CU diperkuat oleh salah satu nasabah, bahwa: 'CU Lantang Tipo memberikan kemudahan-kemudahan dalam persyaratan kredit. Tidak seperti bank biasa, yang selalu ribet dengan persyaratanpersyaratan yang aneh-aneh dan kadang tidak masuk akal. Jaminan tidak terlalu ditekan, namun adanya tabungan dan perilaku baik kami di lingkungan merupakanjaminan yang paling baik bagi penilaian CU.' Fleksibilitas CU Lantang Tipo temyata tidak menjadikan CU tersebut menjadi lembaga yang merugi. Sebaliknya, dengan adanya kepercayaan dan modal sosial di antara CU dan nasabah, justru memperkuat hubungan keduanya. CU berkembang di kalangan ekonomi lemah karena didirikan dengan asumsi kolegial dan komunalisme rural yang sesuai dengan misinya untuk memberdayakan ekonomi rakyat, berdasarkan pengalaman diberbagai 107 benua memmjukan bahwa CU yang paling berhasil adalah yang didirikan di kalangan masyarakat yang keadaan ekonominya belum kuat. Kebutuhan akan adanya lembaga keuangan seperti CU tidak dirasakan oleh orang kaya yang kelebihan uang, melainkan oleh mereka yang belum kuat ekonominya, terutama sekali orang-orang miskin. Dengan kondisi seperti itu, CU dituntut untuk lebih fleksibel dibandingkan dengan lembaga keuangan yang lain, seperti Bank konvensional dan Bank Perkreditan. Keluwesan CU juga merupakan kelebihan yang dipilih oleh masyarakat, sehingga memudahkan nasabah untuk dapat berkembang dalam konteks ekonomi komunitas. Fleksibilitas juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi makro sebuah Negara atau kondisi perekonomian daerah tertentu. Dalam perspektif 5 C, kondisi perekonomian makro (condition of economy) juga ikut menentukan pola ekonomi masyarakat. Makin baik dan kondusif perekonomian sebuah Negara/daerah, maka kondisi ekonomi masyarakat akan lebih baik. Secara lebih terperinci, keunikan dan keistimewaan CU Lantang Tipo dibanding dengan lembaga keuangan lainnya antara lain : pertama, sistem simpan pinjam yang ditawarkan unik dimana untuk dapat mengakses berbagai skema pinjaman yang ditawarkan oleh CU; kedua, nasabah harus terlebih dahulu mempunyai tabungan di CU tersebut; ketiga, ketentuan besarnya plafon bagi setiap anggota bisa meminjam 3 kali lipat dari jumlah tabungan yang sudah mengendap di CU; keempat, penggunaan jaminan khusus yang tidak begitu diperlukan, Peminjam cukup hanya menyerahkan 108 buku tabungan; kelima, penilaian kelayakan pemberian kredit bagi nasabah yang lebih ditekankan pada assesment terhadap SC (Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral, Credit Condition) yang dimiliki nasabah; keenam, penyelesaian kredit macet; ketujuh, CU juga menawarkan suatu produk simpan pinjam dengan pola kemitraan. Selain keunikan dan keistimewaan eli atas, juga terdapat beberapa perbedaan antara CU dengan bank konvensional yang lain yang disampaikan oleh salah satu penguru harlan CU Lantang Tipo sebagai berikut: 'Ada 3 komponen utama yang membedakan CU dan bank. Pertama, CU lebih mengutamakan manusia (modal sosial), sedangkan bank hanya mengutamakan uang (modal ekonomi). Kedua, CU sebagai praksis ekonomi kerakyatan sedangkan bank kapitalisme. Ketiga, CU sebagai koperasi sejati, sedangkan bank adalah pedagang uang sejati. Kekuatan CU terletak pada aspek pendidikan dan pelatihan para anggota. Pendidikan yang diutamakan sifatnya adalah penyadaran dan andragogis. Selain itu, C. U mempunyai kekuatan pada aspek teguhnya nilai-nilai dasar yang sebenarnya merupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Namun CU juga punya kelemahan. Di satu sisi, tidak dipungkiri CU juga mempunyai kelemahan, yakni manajemen masih sederhana dan lambat serta belum menjadi gerakan sosial yang besar. Filosofi CU yakni menolong diri sendiri dengan kerjasama, solidaritas, saling percaya, pembelajaran dan secara swadaya/mandiri. CU punya prinsip bahwa uang hanya sebagai alat, yang terpenting adalah manusianya. Kalau manusianya sudah tidak memegang teguh nilai dasar kemanusiaannya maka saat itu juga CU akan kolap'. Keterangan yang disampaikan tersebut mengaskan kehadiran CU merupakan bukti nyata bahwa lembaga keuangan dengan basis modal sosial dan solidaritas antar anggota dapat berdiri dan mempunyai eksistensi yang baik. Selain itu, CU juga membentuk paradigma yang kuat kepada anggota nasabah untuk terus mempunyai semangat meningkatkan kemampuan dan kulaitas ekonomi nasabah. Kepercayaan tinggi yang diapresiasi oleh 109 masyarakat menjadi indicator bahwa CU membangun jaringan ekonomi yang kuat. Bagi para anggota Credit Union Lantang Tipo yang telah memenuhi persyaratan dapat memanfatkan beberapa produk layanan yang disediakan oleh pengurus CU. Beberapajenis produk layanan tersedia seperti kredit yang terbagi dalam beberapa kategori jenis kredit. Apabila anggota ingin mendapatkan layanan kredit ada beberapa tahap yang harus dilalui antara lain sudah menjadi anggota pen~ mengisi formulir permohonan kredit, menandatangani surat perjanjian kredit, mengikuti wawancara kredit. Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit yang diputuskan berdasarkan hasil konsultasi kredit dan analisis 5C (Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral, Credit Condition) serta penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di dalam Poljak Pengurus. Tujuan kredit tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit Union. Kredit pertama bagi anggota baru maksimal sebanyak saldo simpanan. Anggota yang masih mempunyai saldo kredit dapat mengajukan baru apabila kredit lama telah dilunasi 70%. Dari beberapa ketentuan yang telah ditetapkan, pengurus dalam pemberian kredit tidak kaku memberlakukan ketentuan seperti tersebut diatas. Adanya rasa saling percaya merupakan modal social dalam bentuk lain dalam Credit Union. Salah satu persyaratan yang harus dilalui Calon Nasabah untuk mendapatkan fasilitas kredit adalah pemohon wajib mengikuti wawancara kredit (yang tidak dapat diwakilkan) dan hila perlu analis kredit dapat 110 meminta menghadirkan suami/istri/ahli waris dari pemohon. Mekanisme ini merupakan sistem yang diaplikasikan oleh manajemen CU Lantang Tipo yang mencenninkan berlakunya norma sosial dalam penyaluran kredit di CU tersebut. Karakter nasabah selama ini menjadi konstrain utama dalam petimbangan pemberian kredit. Tidak mungkin calon nasabah yang tidak mempunyai kredibilitas baik dalam urusan keuangan disetujui pengajuan kreditnya. Demikian juga dengan penilaian kemampuan membayar, status keuangan dan lain lain. Kesimpulan tersebut sebagimana dengan apa yang disampaikan oleh salah satu pengurus CU Lantang Tipo sebagai berikut : 'Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit, yang diputuskan berdasarkan hasil konsultasi kredit dan analisis 5C (Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral/Co-makers, Credit conditions) serta penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di dalam Poljak Pengurus'. Di samping itu keberadaan CU di Kalimantan Barat telah teruji tidak terkena dampak krisis moneter, tidak seperti yang dialami oleh lembagalembaga keuangan lainnya. Bahkan tidak dapat disangkal lagi bahwa keberadaan CU yang semakin eksis dan kokoh justru pada saat terjadinya krisis ekonomi. Selain itu, CU juga memberikan suatu keuntungan bagi para anggota atas saham-saham yang dimiliki para anggota. Pengembalian kredit pinjaman anggota juga terbukti tetap berjalan lancar, hampir tidak mengalami kemacetan. Pada awalnya dibentuknya CU Lantang Tipo adalah untuk melayani kredit masyarakat yang tidak bisa menggunakan jasa lembaga keuangan lain, perbankan sebagai tempat mendapatkan modal pinjaman karena aspek Ill jaminan (guarantee). Sampai saat ini, tercatat 99 persen anggota CU adalah lapisan menengah ke bawah. Tetapi sekarang juga menjadi preferensi bagi nasabah untuk menyimpan uang di CU Lantang Tipo dengan berbagai pertimbangan dan alasan. Seorang anggota CU mengatakan bahwa: 'Bergabung dengan lembaga tersebut karena mengetahui manfaat yang akan diperolehnya. Menjadi anggota CU, karena mendengar banyak keuntungan yang akan diperoleh dengan menabung di lembaga keuangan itu. Saya khawatir gaji sebulan akan habis begitu sajajika tidak ditabung. Melalui CU, saya mempunyai kewajiban menabung setiap bulan. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh, misalnya saja, jika menabung pada tahun ini sebesar Rp 1.000.000, maka dapat dipastikan tabungan sudah berlipat 1,5 kali dari jumlah tersebut pada 2 tahun kemudian. Namun, anggota tidak begitu saja dapat meminjam uang di CU, karena berkewajiban menabung dahulu dan setelah mempunyai tabungan, baru mendapat pinjaman 250 persen dari tabungan yang ada. Kami menjadi terbiasa menabung, akan memperoleh manfaat dari berbagai bentuk balas jasa yang diberikan CU. Saya kurang tertarik dengan model menabung yang diterapkan di lembaga keuangan lainnya, karena tidak memberikan janji lebih seperti yang kini berlaku di setiap credit union. Menabung di lembaga keuangan lain, baginya, masih menerapkan pola lama dengan keuntungan kecil untuk setiap nasabah.' Ketertarikan nasabah untuk menyimpan uangnya di CU Lantang tipo merupakan bentuk tindakan proaktif nasabah untuk terlibat langsung dalam mengembangkan lembaga keuangan tersebut. Sikap proaktif yang ditunjukkan nasabah tersebut merupakan cerminan keberhasilan manajemen Credit Union Lantang Tipo dalam membangaun kepercayaan nasabah dengan menawarkan skema tabungan yang memberikan keuntungan yang lebih pasti dan menjanjikan bagi nasabah. Saat ini, banyaknya nasabah merupakan kekuatan esensial dari CU Lantang Tipo. Kekuatan tersebut muncul dari pengelolaan modal sosial yang dike lola oleh CU dengan sangat baik. Pertumbuhan angka kredit juga naik per tahun 2009 sebesar Rp. 396.840.442.300,00. Angka tersebut diperkuat 112 dengan data babwa pada Program Kerja Pengurus Tahun Buku 2009 ditargetkan pencairan kredit kepada anggota sebesar Rp. 539.306.523.000,00; sampai 31 Desember 2009, realisasinya sebesar rp. 396.840.442.300,00 (74%). Secara umum kredit cair mengalami peningkatan sebesar 8% dari tahun buku 2008. TabelS.l Pencairan Kreclit Menurut Kategori Kategori Kredit Membangun/Merehab Rumah Kredit Usaha Dagang Pertanian Pembelian Kendaraan Angkutan Sepeda Motor Pendidikan Menambah Modal Saham Properti Perabot Rumah Tangga Kesehatan Mobil Pribadi!K.eluarga Pesta Barang Elektronik Usaha Kontraktor Darurat Aksesories Jumlah (dalamjutaan rupiah) 2009 138.854 87.045 52.824 23.965 20.645 20.441 16.653 8.452 6.445 6.104 5.664 4.083 2.578 1.543 1.386 158 398.849 2008 116.910 81.263 35.302 18.559 229.223 14.527 23.543 6.049 4.823 7.230 4.348 4.210 2.987 10.652 3.808 159 365.600 Sumber : Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009. Bila dibandingkan dengan tahun 2008, tidak semua jenis kredit mengalami peningkatan, ada beberapa jenis yang malahan menglami penurunan dari taun sebelumnya. Kredit Membangun!Merehab Rumah mengalami peningkatan 16%, Kredit Usaha Dagang mengalami peningkatan sebesar 33%, Pembelian Kendaraan angkutan meningkat 23%, Kredit Sepeda Motor menglami penurunan 42%, bisa terjadi hila anggota sudh banyak 113 memiliki kendaraan bermotor. Kredit Pendidikan mengalam.i peningkatan 29%, Kredit Menambah Simpanan (KMS), turun 41%, his terjadi hila banyak anggota menambah simpanannya secara tunai. Kredit Properti meningkat 28%, Kredit Perabot Rumah Tangga meningkat 25%, Kredit Kesehatan turun 18%, Kredit Mobil Pribadi/Keluarga meningkat 23%, Kredit Pesta turun 3%, Kredit Barang Elektronik turun 16%, Kredit Usaha Kontraktor turun 590%, Kredit Darurat turun 175%, Kredit aksesori turun 1%. Selain dari apa yang telah diuraiakan di atas, peranan modal social dalam perkembangan Kopersai Credit union Lantang Tipo juga dapat dilihat dari berbagai bentuk program dan layanan yang disediakan Credit Union tersebut kepada nasabah maupun masyarakt Kabupaten Sanggau pada umumnya. Bentuk perlindungan terhadap nasabah merupakan daya tarik masyarakat untuk bergabung menjadi anggota CU. Perlindungan merupakan bentuk kerjasama dan solidaritas CU terhadap anggota-anggotanya (nasabah). Ketertarikan masyarakat tercatat sampai dengan tahun 2009, jumlah anggota (nasabah) CU mencapai 92.000 orang. Selain itu, bantuan perlindungan kepada nasabah senilai Rp. 3.800,000,000.00. dengan nilai sebesar itu, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan modal sosial dalam mekanisme kerja CU dapat dinilai sangat baik. Adapun data tentang bantuan-bantuan perlindungan terhadap nasabah tersebut antara lain: Pertama. Untuk melindungi simpanan dan piutang anggota yang meninggal dunia dan atau cacat total, permanen maka CU Lantang Tipo ikut serta dalam 114 program Jaminan Perlindwtgan Kalimantan (JALINAN) yang dikelola oleh BKCU Kalimantan, sebagai anggota CU Lantang Tipo wajib membayar iuran setiap bulan, dan berhak menerima klaim hila ada anggota yang meninggal dwtia atau cacat total permanen. Tabel5.2 Perkembangan Dana Jaminan Perlindungan Tahun 2008 2009 Tahun Jumlah luran Tunas Rp. 2. 750.076.000,00 Rp. 3.461.473.000,00 Jumlah Klaim Tunas 2008 2009 Tahun 1.3 76.858.625,00 Rp. Rp. 1.611.258.575,00 Penerima Klaim Tunas 2008 2009 Tahun 2008 2009 319 orang 310 orang Surplus Tunas Rp. 1.373.217.375,00 Rp. 1.850.214.425,00 Jumlah luran Lintang Rp. 3.182.139.000,00 Rp. 3.772.430.000,00 Jumlah Klaim Lintang Rp. 1.591.036.850,00 Rp. 1.727.410.400,00 Penerima Klaim Lintang 259 orang 221 orang Surplus Lintan_g Rp. 1.591.102.150,00 Rp. 2.045.019.600,00 Sumber : Data d10lah dari Laporan PertanggungJawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009. Sedangk.an iuran yang jalinan dibayar kepada BKCU Kalimantan selama tahwt buku 2009 sebesar Rp. 7.233.903.000,00; sementara klaim yang diterima sebesar Rp. 3.338.668.975,00. Dalam tahwt buku 2009, surplus sebesar Rp. 3.895.234.025,00. Selama tahwt buku 2009 ada 5 pengajuan klain Tunas anggota yang ditolak BKCU Kalimantan karena tidak aktif menabwtg SW 6 bulan berturut. Kedua. Saldo Solduka per 31 Desember 2009 mengalami peningk.atan signiflkan karena iuran Solduka wttuk tahwt buku 2010 sebesar Rp. 40.000.000,00 per anggota per tahwt sudah dipotong dari simpanan Muhwtt pada tanggal31 Desember 2009 dengan sandi 59. 115 Tabel5.3 . Du ka p erk emb angan Dana Solid antas Rupiah Keteran2an 1.221. 750.000 Saldo 31 Desember 2008 4.338.980.000 IuranMasuk Bantuan diberikan : Anggota aktif (254 orang) 379.500.000 Anggota tidak aktif (119 orang) 61.500.000 5.119.730.000 Saldo 31 Desember 2009 18.375.000 Rata-rata klaim per bulan 334.200.000 Rata-rata iuran per bulan Sumber: Data diolah dari laporan pertanggungjawaban pengurus tahun 2008 dan 2009. Ketiga. Dengan melihat data-data tersebut, dibandingkan saldo per 31 Desember 2008, tahun buku 2009 saldo SOLKESTA mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan anggota memahami nilai-nilai solidaritas yang dikembangkan dalam gerakan Credit Union. Tabel 5.3 . K eseh atan A 0220ta p erk emb an2an Dana Solidantas Rupiah Keteran2an 932.425.850 Saldo 31 Desember 2008 1.733.886.300 IuranMasuk Rupiah Jenis bantuan diberikan : Bantuan Berobat Jalan (6.319 orang) 263.559.200 Bantuan Opname/Operasi (1.295 orang) 800.007.750 Bantuan Bersalin (1.036 orang) 103.600.000 Bantuan Kebakaran ( 18 orang) 9.000.000 Jumlah Klaim (8.668 orang) 1.184.166.950 1.482.145.200 Saldo 31 Desember 2009 Rupiah Rata-rata klaim per bulan 40.547.000 Bantuan Berobat Jalan (527 orang) Bantuan Opname/Operasi ( 108 orang) 124.308.000 Bantuan Bersalin (86 orang) 15.938.000 Bantuan Kebakaran (2 orang) 1.384.000 Sumber : Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008 Adanya program perlindungan yang disediakan oleh CU Lantang Tipo kepada nasabahnya dimaksudkan untuk meningkatkan loyalitas nasabah kepada CU tersebut melalui kepercayaan terhadap layanan yang disediakan 116 CU Lantang Tipo. Loyalitas yang didasari rasa percaya dari nasabah tersebut diharapkan mampu mendorong seatiap nasabah untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan maupun program yang dilaksanakan oleh Cu Lantang Tipo. Lebih lanjut tindakan proaktif dari masing masing nasabah untuk membangun dan mengambangkan CU Lantang Tipo merupakan target lebih lanjut yang dibidik Managemen. Selain memberikan kredit dan perlindungan nasabah CU Lintang Tipo juga memberikan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan potensi ekonomi. Selain meningkatkan potensi ekonomi, pendidikan dan latihan tersebut juga akan mengurangi resiko kredit yang default. Selain itu, pendidikan dan latihan untuk anggota juga akan menciptakan komunikasi yang lebih baik antara manajemen dan nasabah. Kegiatan pelatihan kepada anggota sudah dimulai yaitu pada tanggal 27 Juli 2009 telah diadakan pendidikan dan pelatihan karena unggul di Dusun Entuma (Kantor Pusat) dengan jumlah peserta sebanyak 14 orang. Kegiatan tersebut mendapat sambutan antusias dari anggota, sehingga kami bertekad memberikan pelatihan secara berkesinambungan. Pada tanggal 29 Oktober 2009 Kelompok Tani Permata Hijau mengadakan Studi Banding ke Pusdiklat Karet Unggul CU Lantang Tipo di Pusat Damai yang diikuti oleh 25 peserta. Pada tanggal 29 Oktober 2009 BPTP Propinsi dan DISBUN Kabupaten Sanggau 117 BPTP Kecamatan Parindu mengadakan Studi Banding ke Pusdiklat Karet Unggul CU Lantang Tipo2• Selama tahun 2009, pendidikan motivasi telah diselenggarakan sebanyak 1.000x dari 642x direncanakan realisasinya 156% dengan peserta 8.078 orang. Pendidikan dasar dilaksanakan sebanyak 551x dari 716x yang direncanakan realisasinya 77%, dengan peserta 10.624 orang. Pendidikan bagi anggota (pendidikan lanjutan) dilaksanakan sebanyak 953x dari 493x yang direncanakan realisasinya 193% dengan peserta 16.714 orang. Pendidikan kategorial dilaksanakan 77x dari 172x direncanakan realisasinya 45%, peserta 6.516 orang. Pendidikan kelompok inti dilaksanakan sebanyak 2x dari yang direncanakan 2x, realisasinya 100%, dengan jumlah peserta 41 orang. Pada tahun buku 2009, juga telah dilakukan kunjungan kerja Pengurus ke beberapa TP sebagai upaya monitoring dan evaluasi. Hasil tersebut hasil olah data dari wawancara dengan salah seorang Public Relation CU Lantang Tipo, dengan menambahkan, bahwa: 'Tingginya minat nasabah untuk mendatangi agenda-agenda pertemuan merupakan langkah konstruktif, sehingga disamping membangun jaringan, juga akan menambah wawasan anggota. Apabila wawasan anggota bertambah luas, otomattis juga akan menambah jaringan ekonomi. Secara kolektif hal tersebut menguntungkan bagi keduanya, CU dan nasabah' Pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh CU Lantang Tipo untuk meningkatkan potensi ekonomi nasabahnya tersebut merupak.an suatu upaya untuk menarik minat nasabah untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kagiatan CU lantang Tipo. Partisipasi aktif anggota dalam mengemangkan 2 Data diolah dari wawancara dengan Pengurus. 118 CU diharapkan tumbuh sendiri atas dasar kesadaran sebagai fungsi peningkatan wawasan dan pengatahuan yang didapatkan anggota melalui pendidikan dan pelatihan. Diversifikasi usaha lain yang saat ini dikembangkan oleh CU latang Tipo adalah mengupayakan usaha kecil untuk mendapatkan bibit. Seperti yang sudah dilakukan oleh Pusdiklat Karet Unggul CU Lantang Tipo. PUSDIKLAT Karet Unggul selama tahun 2009 telah membantu anggota untuk memperoleh bibit unggul. Jenis bibit yang disediakan antara lain jenis PB260 dan Himalaya. Kami telah memberikan pelayanan kepada anggota dalam mendapatkan bibit unggul yang berkualitas terus diupay~ sehingga Program Kerja Pengurus dalam menargetkan anggota minimal memiliki 2 Ha kebun karet unggul dapat tercapai. Tabel5.4 Perkembangan Penjualan bibit karet unggul dan mata entrys Tahun 2009 Varietas Tahun 2008 PB260 Sturn Mata Tidur Rp. 324.000,00 Rp. 7.671.000,00 Sturn Mini Rp. 125.000,00 Rp. 1.590.000,00 Himalaya Sturn Mata Tidur Rp.25.916.000,00 Rp. 19.083.300,00 Sturn Mini Rp. 2.091.000,00 Rp. 2.928.000,00 Mata Entrys Himalaya Rp. Rp. 246.000,00 Total Rp.28.588.000,00 132.000,00 Rp. 31.524.300,00 Sumber :Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009. Selama tahun buku 2009 telah dijual bibit karet unggul jenis stum mata tidur dari klon PB260 sebanyak 180 batang dan sturn mini PB260 sebanyak 119 50 polybag jumlah ini lebih kecil dari tahun 2008 karena anggota lebih banyak memilih bibit jenis Himalaya, sedangkan sturn mata tidur dari klon Himalaya sebanyak 12.958 batang dan sturn mini Himalaya sebanyak 697 polybag. Penjualan mata entrys masih relatif kecil, hanya 44 meter hal ini terjadi karena anggota yang membeli lebih memilih cara instan untuk mendpatkan bibit ketimbang harus mengikuti kegiatan pelatihan. Oleh karena itu, pada tahun buku 2010 ini kami akan lebih fokus pada kegiatan pelatihan kepada anggota sehingga kemandirian anggota dalam menciptakan lapangan kerja sendiri yang bernilai ekonomis dapat terwujud. 4. Nasabah CU Lantang Tipo Untuk dapat menjadi anggota Koperasi Credit Union Lantang Tipo, seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan. Kebijakan keanggotaan yang telah ditetapkan oleh pengurus antara lain seseorang harus memenuhi syarat-syarat umum menjadi anggota antara lain 1). Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela bagi WNI yang berdomisili tetap dalam wilayah kerja, 2). Sehat jasmani dan rohani, 3). Tidak sedang dalam proses hukum dan atau sedang menjalani hukuman penjara, 4). Menerima dan sanggup melaksanakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit Union, 5). Menerima dan memenuhi AD, ART, Keputusan-keputusan RAT, dan Pola Kebijakan Pengurus yang sedang berlaku. Syarat-syarat khusus lainnya adalah 1). Saat diterima menjadi anggota berusia antara 17 s/d 65 tahun, 2) Mengisi Surat Permohonan Menjadi Anggota (SPM-A) 3). Menyerahkan foto copy KTP dan pasfoto, 4). Menyetor tunai minimal Rp.l45.000,- (Uang pangkal Rp.l5.000, Kontribusi 120 Diksar I Rp. 25.000,-, luran gedung Rp.SO.OOO,-, luran solkesta Rp.l5.000, dan iuran solduka Rp.40.000). Selain itu setiap calon anggota juga diwajibkan menyetor simpanan minimal Rp.l.030.000,- (satu juta tiga puluh ribu rupiah), dan bersedia mengikuti pendidikan dasar I secara penuh. Keterbukaan dan kesukarelaan yang ditekankan dalam persyaratan keanggotaan CU Lintang tersebut merupakan cerminan adanya tuntutan adanya partisipatif aktif dari calon anggota CU Lantang Tipo untuk membentuk suatu komunitas sosial yang berdasarkan atas prinsip kesukarelaan, kebebasan dan keadaban. Modal sosial lain yang dapat dilihat dari partisipasi calon anggota tersebut adalah perlunya keinginan yang kuat dari masing masing calon anggota untuk senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka sebagai bentuk sikap proaktif dalam setiap program yang disediakan oleh CU Lantang Tipo. Partisipasi dan tindakan proaktif yang diperlukan bagi setiap anggota CU lantang Tipo tersebut merupakan bagian dari keterlibatan modal sosial dalam perkembangan CU Lantang ipo di Kabupaten Sanggau. Kesimpulan tersebut berkesesuaian dengan apa yang disampaikan oleh salah satu pengurus sebagai berikut : 'Prinsip-prinsip CU Lantang Tipo adalah keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, pengawasan yang demokratis, tidak diskriminatif, pelayanan kepada para anggota, distribusi kepada para anggota, membangun stabilitas keuangan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, kerjasama antar koperasi, dan tanggung jawab sosial' Partisipasi aktif dan proaktif Nasabah CU Lantang Tipo juga dapat dilihat dari keikutsertaan nasabah dalam acara pertemuan yang dilaksanakan oleh CU tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh salah satu nasabah berikut; 121 'Pertemuan antar nasabah ini dapat kami manfaatkan untuk saling bertuka pikiran. Apabila salah satu dari kami mempunyai masalah dalam membayar cicilan kredit, maka kami satu keompok bersama-sama ikut memikirkan. Tidak selalu dengan uang, namun solusi dapat ditemukan dengan membuat semacam simulasi, dengan demikian kami mempunyai pilihan-pilihan solusi untuk menyelesaikan masalah pada kelompok kami sendiri.' Pemyataan tersebut dapat menjelaskan manfaat dan kegunaan dari pertemuan antar anggota tersebut. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut, maka nasabah dapat mempunyai kesempatan untuk memperoleh informasi terbaru dan setiap nasabah mempunyai kesempatan untuk memperoleh akses untuk mencari solusi-solusi masalah yang selama ini dialami. Oleh nasabah yang lain berikut : 'Selama ini, saya mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh manajemen bagi semua nasabahnya.memang tidak selalu semua nasabah bisa dan harus hadir, karena keterbatasan tempat. Maka kami dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil supaya komunikasi kami lebih intens dan erat. Dalam pertemuan i~ kami biasanya membagi cerita dan pengalaman berkaitan dengan usaha-usaha kami, kegiatan eknomi, bahkan sampai pada permasalahan kredit kami. Kami merasa bahwa, minimnya jaminan yang diminta oleh CU untuk jaminan kredit kami, justru membentuk kami agar dan bertanggungjawab. Kami harus dapat lebih berhati-hati bertanggungjawab, bagaimanapun juga usahanya. Justru dengan kondisi seperti itulah, maka kami mempunyai solidaritas yang tinggi diantara nasabah. Kami selalu saling komunikasi dan membantu, setidaknya kami bisa mendengarkan keluh kesah nasabah yang lain.' Selain partisipasi aktif dan kemauan proakif nasabah, bentuk modal sosial lain yang dapat dilihat dalam keanggotaan CU lantang Tipo adalah Inovasi yang dilaksanakan CU tersebut untuk membentuk nilai sosial baru yang ditanamkan kepada nasabah melalui serangkaina program pelatihan dan pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan ekonomi anggota nasabah yang harus diikuti oleh nasabah. Sistem nilai tersebut yang diharapkan mampu mengikat nasabah sehingga mempunyai 122 tanggungjawab yang tinggi. Berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan ekonomi anggota nasabah yang ada, salah satu pengurus CU menyampaikan, bahwa: 'Setiap anggota berjuang agar bebas secara fmansial dengan memiliki Sumber Pendapatan Ganda (SPG), yakni (1) memiliki pendapatan dari hasil keringat seperti gaji, upah, keuntungan bisnis dll. Uang datang hanya kalau orang bekerja; (2) memiliki pendapatan dari bunga tabungan atau deviden dari simpanan saham (uang bekerja untuk manusia); (3) memiliki pendapatan dari sektor realestate (memiliki tanah atau rumah baik untuk disewakan/dijuallagi setelah nilainya meningkat). Jadi, motivasi masuk CU bukan semata-mata untuk pinjam, tetapi bagaimana CU menjadi tempat berinvestasi. CU berusaha agar setiap anggota memiliki simpanan bagus (bunga/deviden di atas inflasi), bukan simpanan jelek (bunga/deviden di bawah inflasi). CU juga mendorong agar anggota memiliki pinjaman bagus (untuk usaha-usaha produktif) dan bukan semata-mata untuk pinjuaman yang jelek (untuk tujuan konsumtif). Semuanya itu, karena CU punya filosofi yang dijabarkan dalam 3 pilar CU yang telah diterapkan dan diamalkan secara turun-temurun, yakni (1) pendidikan yang terus menerus dan menyadarkan, (2) swadaya dan (3) setia kawan. Keswadayaannya berbunyi: 11 dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota. 11 Sedangkan setia kawan berbunyi: 11 anda sulit saya bantu, saya sulit anda bantu. 11 Kalau sebuah CU melenceng dari yang digariskan, maka ia akan sangsut, akan dilindas dampak krisis moneter. Sebab itu ia menduga tidak semua CU bebas dari dampak krisis moneter. Sekarang juga ada beberapa CU yang sangsut dan sedang direhab serta dibenahi. CU yang tahan terhadap krisis moneter adalah CU yang memiliki jantung yang sehat, yaitu pendidikan kepada anggota berjalan baik. Kriteria pendidikan yang berjalan baik adalah para anggota, pengurus, pengawas dan staf ( 1) memiliki sikap/perilaku yang dapat dijadikan contohlteladan, (2) menambah pengetahuan dan (3) meningkatkan ketrampilan.' Potret menarik berkaitan dengan peranan modal sosial yang ada dalam interaksi antar nasabah CU Lantang Tipo adalah adanya program penjamin dalam pemberian kredit kepada nasabah. Ketentuan mekanisme penjamin yang dikembangkan oleh Manajemen CU tersebut dapat dilihat sebagai berikut: a) Yang dapat menjadi penjamin kredit adalah sesama anggota CU Lantang Tipo yang saling mengenal, aktif, dan berwatak baik. 123 b) Penjamin bertanggung jawab atas kelancran angsuran kredit. c) Karena jabatannya Pengurus, Pengawas, dan Eksekutif tidak dapat menjadi penJamm. Apabila mereka menjadi penjamin, maka statusnya sebagai anggota. d) Tidak semua pinjaman mewajibkan adanya penjamin. Berdasarkan mekanisme penjamin yang di tetapkan Cu Lantang Tipo di atas dapat dilihat setidaknya terdapat dua unsur pembentuk modal sosial yang dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, dari sisi nasabah yang dijamin oleh anggota yang lain. Untuk membuat anggota yang lain mau menjadi penjamin bagi dirinya, seorang nasabah harus mampu menjadi sosok yang dapat dipercaya dalam berinteraksi dengan sesama nasabah. Kepercayaan tersebut tidak serta merta didapat melainkan harus dibentuk dan ditumbuhkan melalui serangkaian proses yang panjang. Masing masing nasabah harus mencitrakan diri sebagai sosok yang terpercaya dalam setiap aspek kehidupan dalam kehidupan sosial bermasyarakat di lingkungannya. Dan kedua, dilihat dari perspektif Pemberi Jaminan. Sosok nasabah yang terpercaya tidaklah cukup untuk semerta merta mendapatkan penjamin dalam mekanisme tersebut. Tanpa adanya partisipasi aktif nasabah lain yang didasari semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain (altuarism) yang merupakan cerminan resiprocity modal so sial, mekanisme kredit dengan skema penjamin yang diterapkan CU Lantang Tipo tidak akan bisa berjalan. Tidak mungkin seorang nasabah bersedia menanggung resiko atas keuntungan yang diperoleh nasabah lain tanpa 124 adanya semangat saling tukar kebaikan yang dilandasi adanya keoercayaan antar sesama nasabah. Semangat resiprocity modal sosial ini juga dalap dilihat dari adanya sistem pemberian kredit yang hanya bisa diberikan kepada anggota yang mempunyai simpanan. Simpanan tersebut merupakan bentuk kemauan nasabah untuk menolong nasabah lain yang juga membutuhkan dana sebagaimana dirinya. 125 BABVI PENUTUP 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian ini adalah Koperasi Credit Union Lantang Tipo yang ada di Kabupaten Sanggau merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang mampu berkembang baik dengan memanfaatkan modal sosial yang ada di tengah tengah masyarakat Kabupaten Sanggau. Peran partisipasi dalam suatu jaringan, resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan yang proaktif dalam perkembangan Credit Union Lantang Tipo dapat dilihat dalam aspek aspek berikut : a. Aspek Ideologi Credit Union Lantang Tipo. CU Lantang Tipo berhasil mengembangkan sisten nilai yang merupakan assimilasi semangat keagaman yang dilandasi spirit untuk saling menolong sesama dengan azas dan ideologi koperasi sebagai bentuk badan hukum lembaga keuangan tersebut untuk meningkatkan partisipasi aktif nasabahnya. Nilai-nilai tersebut meliputi : menolong diri sendiri atau swadaya, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan, solidari~ nilai nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli terhadap orang lain. b. SDM Credit Union Lantang Tipo. CU Lantang tipo selalu menjaga tradisi memilih pengurus yang dipercaya untuk mengelola CU tersebut selalu berasal dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama yang disegani. Tidak hanya untuk pengurus, pengawas dan eksekutif juga dipilih dengan persyaratan dan 126 kualifikasi keahlian tertentu. Tradisi tersbut dimaksudkan untuk meningkatkan dan menjaga kepercayaan nasabah terhadap lembaga keuangan tersebut. c. Manajemen Credit Union Lantang Tipo. Keunikan sistem kredit dan juga program layanan CU Lantang Tipo lainnya yang didasari modal sosial merupakan komponen penting dalam keberhasilan lembaga keuangan tersebut. Modal sosial di dalam manajemn lembaga tersebut berkaitan erat dengan kepercayaan, resiprocity, partisipasi aktif nasabah, keterlibatan secara proaktif, sistem nilai, dan juga norma social yang didasari semangat keterbukaan, solidaritas, dan kesetaraan. d. Nasabah Credit Union Lantang Tipo. Peran modal sosial dalam pengembangan CU Lantang Tipo dari aspek Nasabah dapat diamati dari : pertama, keterbukaan dan kesukarelaan dalam keanggotaan yang merupakan cerminan adanya tuntutan adanya partisipatif aktif dari calon anggota untuk membentuk suatu komunitas sosial; kedua, nilai sosial baru yang ditanamkan kepada nasabah melalui serangkaian program pelatihan dan pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan ekonomi anggota; ketiga, mekanisme Penjamin yang di tetapkan Cu Lantang Tipo menuntut nasabah terjamin harus mampu menjadi sosok yang dapat dipercaya dan perlunya partisipasi aktif nasabah penjamin yang didasari semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain (altuarism) yang merupakan cerminan resiprocity modal sosial. 127 2. Saraa Sedangkan saran yang dapat direkomendasikan dati penelitian ini adalah keberhasilan Credit Union Lantang Tipo dengan memanfaatkan partisipasi dalam suatu jaringan, resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan yang proaktif masyarakat dalam menyediakan akses modal bagi pelaku UMKM di Kabupaten Sanggau dapat dijadikan sebagai Pilot Project penyediaan akses modal bagi pelaku UMKM di daerah lain yang memiliki karektaristik sosial kemasyarakatan yang setipe dengan Kabupaten Sanggau. 128 Daftar Pustaka Ancok, Djamaludin, 2003, Pidato Pengukuhan Guru Besar "Modal Sosial dan Kualitas Masyarakat" UGM. Yogyakarta. Baswir, 1997, Koperasi Indonesia, Yogjakarta Coleman, James. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge University Press. Harvard --------, 2008. Dasar-Dasar Teori Sosial, Nusa Media. Bandung. Deepa Narayan dan Michael F. Cassidy. 2001. "A Dimensional Approach to Measuring Social Capital:Development and Validation of a Social Capital Inventory". Dalam Current Sociology, Vol49. Fukuyama Francis, 2002. Trust Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran ( Diterjemahkan dari Buku Trust The Sosial Virtues and The Creation of Prosperity. 1995) Qalam Yogyakarta. Harsoyo, 2005, ldeologi Koperasi, Jogjakarta Inglehart, Ronald. 1999. "Trust, well-being and democracy", in Mark E. Warren (ed). Democracy andTrust. Cambridge: Cambridge University Press J. Kahne danK Bailey. 1999. The Role of Social Capital in Youth Development: The Case of the "I Have a Dream"Program on Student Performance. Educational Evaluation and Policy Analysis. Joseph M. Bessette, Derek Gold et. al. 1957. International Encyclopae of Government and Social Politics. Toppan Company PTE LTD, SingaporeBourdieu (dalam Richardson. 1986) , Kartasapoetra: 2001, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta Michael Woolcock (2002 , Michael Woolcock, Social Scientist, Development and Research, Social Capital Participant, Journal Moleong Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Mutis dan Widiyanti, 1992, Pengembangan Koperasi, Jakarta Narayan, Deepa. 1999. Bonds and Bridges Social Capital and Poverty. World Bank Nawawi, Hadari, 2003, Metode Penelitian Bidang Sosial Gadjah Mada University Press Y ogyakarta. Putnam, Robert D. 1993. Making Democracy Work: Civic Tradition in Modem Italy. Priceton University Press. USA. -------, 2001. Bowling alone : The Collapse and Revival Of American Community. Touchstone Book, Published by Simon & Schuster, USA. Rothstein, B. and Uslaner, E.M. 2005. All for All: Equality and Social Trust LSE Health and Social Care Discussion Paper Number 15. London: LSE Health and Social Care. Available at:http://www.lse.ac.uk/collections /LSE Health And Social Care/pdf/Discussio and Paper Series/DP15_2005.pdf. Sugiyanto, 2002. Lembaga Sosial. Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Alfabeta, Bandung. Suratiningsih, 2004, Dinamika Koperasi, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Thomas Suyatno, 2007 Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Penelitian : Bidayati, Arum 2008; Dinamika Modal Sosial pada Lembaga Keuangan Mikro (studi di BMT artha Amanah). PUTRA, I Made Kristiadi 2009. Modal Sosial dalam pemberdayaan Desa Pakraman (Studi kasus pengelolaan LPD Desa Pakraman Batuaji Kawan Kabupaten Tabanan Propinsi Bali). PEDOMAN WA WANCARA I. KEPALA DISPERINDAGKOP KAB. SANGGAU 1. Bagaimana Bapakllbu/saudara melihat perkembangan Credit Union di Kabupaten Sanggau saat ini? 2. Sampai dengan saat ini sudah ada berapa Credit Union di Kab. Sanggau? 3. Bagaimana kontribusi Credit Union dalam perkembangan koperasi pada umumnya? 4. Bagaimanakah menurut Bapakllbu/saudara pengembangan Credit Union untuk kedepannya? II. PENGURUS KOPERASI CREDIT UNION 1. Apa motif yang mendasari pendirian Credit Union? 2. Apa yang membuat yakin bahwa CU pasti akan diterima oleh masyarakat? 3. Siapa saja yang diajak bergabung menjadi anggota CU? 4. Dari mana pertama kali modal CU di peroleh ? 5. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggung jawab sebagai pengurus CU ? 6. Apa makna jabatan sebagai pengurus CU ? 7. Apa yang ingin dicapai dari jabatan sebagai pen gurus CU ? 8. Apa saja yang dilakukan pengurus untuk mengembangkan dan memajukan CU ? Ill. BADAN PENGA WAS 1. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggungjawab badan pengawas dalam CU? 2. Bagaimana pengawasan dilakukan? 3. Apakah pengawasan menjadi aspek yang sangat penting dalam operasional CU? 4. Apa yang lebih diutamakan untuk diawasi di dalam CU? 5. Masalah apakah yang sering ditemui dalam operasional CU? 6. Bagaimana cara yang ditempuh apabila menemukan masalah sehubungan dengan operasional CU? IV. KARYA WAN CREDIT UNION 1. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggungjawab karyawan ? 2. Apa yang dilakukan karyawan dalam rangka memahami tugas dan tanggungjawabnya? 3. Permasalahan apa yang paling sering ditemui dalam menjalankan pekerjaan? 4. Apakah sering timbul keluhan dari anggota CU atas pelayanan yang mereka terima? 5. Apakah yang dilakukan karyawan ketika menghadapi anggota yang bermasalah? 6. Dalam menjalankan pekerjaan, apakah karyawan diberi keleluasaan untuk melakukan kreativitas, terutama berkaitan dengan pengajuan pinjaman oleh anggota? 7. Apakah selalu ditekankan untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di CU dalam membangun hubungan dengan anggota? 8. Apakah pihak pengurus membimbing karyawan agar mengambil keputusan sendiri ketika menghadapi kebutuhan yang mendesak dari anggota untuk mendapatkan pinjaman? V. ANGGOTA CREDIT UNION I. Bagaimana cara menjadi anggota CU? 2. Mengapa tertarik menjadi anggota CU? 3. Apa yang ingin didapat dengan menjadi anggota CU? 4. Apakah menemui hambatan ketika ingin menjadi anggota? 5. Apakah manfaat yang didapat dengan menjadi anggota CU? 6. Pinjaman yang didapat dari CU dimanfaatkan untuk apa? 7. Apakah menerima insentif lain (SHU) sesuai dengan kontribusi sebagai anggota? 8. Apakah harus menyediakan agunan ketika ingin memperoleh pinjaman dari CU? 9. Apakah ada hambatan ketika in gin mendapatkan pelayanan dari CU? I 0. Apakah harus menyediakan agunan ketika ingin memperoleh pinjaman dari CU? 11. Apakah pihak CU (Karyawan dan pengurus) berusaha memahami dan mencarikan solusi atas permasalahan anggota? 12. Apakah pihak CU selalu memeberikan sanksi apabila anggota menunggak dalam mengangsur pinjaman? 13. Apakah syarat-syarat memperoleh pinjaman dari CU dirasakan berbelit-belit? 14. Apakah anggota pemah mendapatkan layanan yang sebenamya menyimpang dari prosedur yang ditetapkan CU? VI. SELURUH UNSUR CREDIT UNION I. Bagaimana komunikasi dilakukan apabila menghadapi permasalahan yang urgen untuk diselesaikan? 2. Apakah pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis? 3. Apakah ada hambatan ketika akan mengemukakan usul, saran dan pendapat yang berkaitan dengan CU? 4. Bagaimana tingkat heterogenitas pengurus, badan pengawas, kar pengurus, badan pengawas, karyawan dan anggota? 5. Bagaimana kepercayaan dan tanggungjawab dibangun di dalam CU? 6. Mengapa percaya kepada CU? 7. Bagaimana semua unsur dalam CU menjalin kepercayaan dan tanggung jawab? 8. Apakah kepercayaan menjadi pertimbangan utama ketika mengambil keputusan berkaitan dengan kedudukannya sebagai salah satu unsur dalam CU? 9. Apakah terjadi kredit macet? 10. Bagaimana jika terjadi kredit macet dan apa saja langkah yang diambil? 11. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh semua unsur dalam CU untuk mengembangkan CU?