Untitled - Perpustakaan BAPPENAS

advertisement
MODALSOS~LSEBAGAIMODALBERKEMBANGNYA
KOPERASI CREDIT UNION DI KABUPATEN SANGGAU
(Studi di Koperasi Credit Union Lantang Tipo)
Tesis
Untuk memenubi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh :
Peni Widiarti
09/295186/PMU/6421
Kepada
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
Tesis
MODAL SOSIAL SEBAGAI MODAL BERKEMBANGNYA KOPERASI CREDIT UNION
Dl KABUPATEN SANGGAU
(Studl di Koperasi Credit Union Lantang Tipo)
Dipersiapkan dan disusun oleh
Peni Widiarti
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 3 Desember 2010
Susunan Dewan Penpji
Pembimbing Utama
Anggota Dewan Penguji Lain
Dr. Nunuk Dwi Retnandari
Pembimbing Pendamping I
Pembimbing Pendamping II
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Magister
TO. MDA
Pengelola Program Studi Magister Administrasi Publik UGM
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini tidak terdapat
lmya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesmjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
Jepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang. pemah ditulis atau
&fiterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
lalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
Nopember 2010
Peni Widiarti
ii
KATAPENGANTAR
Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatNya, hingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa, berkat ridho dan kekuatan dariNya, pekerjaan berat ini akhimya dapat
terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat sarjana S-2 Bidang
Ilmu-ilmu Sosial Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Untuk penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
I.
Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencana - BAPPENAS, yang telah
membukakan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan S2, yang
sebelumnya hanya menjadi angan-angan bagi penulis;selaku pemberi beasiswa kepada
penulis;
2.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan ijin dan bantuan materiil
untuk melanjutkan pendidikan S-2 pada Program Magister Administrasi Publik
Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta;
3.
lbu DR. Nunuk Dwi Retnandari, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan
araban dan masukan dalam penulisan tesis ini;
4.
Bapak Dr. Agus Pramusinto, MDA. beserta jajarannya selaku pengelola Program
Magister Administrasi Publik;
Ill
S.
Bapak/lbu para dosen pengajar Program Magister Administrasi Publik yang telah banyak
memberikan pengetahuan dan pengalaman mereka untuk bekal dalam melaksanakan
tugas;
6.
Yang tercinta lbunda Tri Supadmi yang selalu memberikan doa restunya;
7.
Suamiku "Pak Guru" yang dengan sabar dan tulus ikhlas memberikan setangkup doa
yang selalu menyertai langkahku;
8.
Buah hatiku Azis Pandhu Wicaksono, yang telah sekian lama kutinggalkan dan menjadi
penyemangat hidupku;
9.
Rekan-rekan angkatan IV Program Beasiswa Bappenas yang selalu memberikan
semangat di antara banyaknya tugas yang dihadapi;
10.
Saudara-saudaraku yang telah membantu baik matriil maupun moril selama penulis
menjalani studi di Yogyakarta;
11.
Mbak Sumiati dan keluarga yang memperhatikan kebutuhan makan dan minum anak
dan suamiku selama kutinggalkan;
12.
Mbak Aufi dan mbak Sum yang selalu membantu mencari buku-buku selama kuliah di
MAP;
13.
Sebuah mutiara yang ada dalam hati Penulis yang dengan sabar telah meluangkan banyak
waktunya, memberikan dorongan dan menjadi lentera selama ini;
14.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang memiliki andil dalam
kelancaran penulisan tesis ini.
iv
Sungguh, penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan dalam penulisan tesis ini
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu saran
dan komentar yang tulus penulis barapkan dari semua pihak demi penyempumaan tesis ini dan
untuk itu penulis ucapkan terima kasih. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi kita
semua, Jnsya Allah ....
Yogyakarta,
Nopember 2010
Penulis,
PENI WIDIARTI
NIM. 09/295186/PMU/06421
v
Motto:
~astor
wo st..eeoss, lastor wo 1aee.
Boeat..so st..eeoss eaH 't Go oasiey roaelt
edt..eatioH is oHey a /loy to opoH tfco door ol st..eeoss.
Bt..t witfcot..t aHy fcard wor/l, yot.. eaH 't opoH it.
Karya iHi /lt..porso~~tOafc/laH t..Htt../l :
YaH~ torsayaH~ aHaHda Azis PaHdfct.. Wiea/lsoHo
lJoH~aH fcarapaH soHto~a HtOHiadi HtOtit~asi
daea,. fcidt..pHtt.. Hall ..... ..
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTARISI
DAFTAR TABEL
DAFTARGAMBAR
INTI SARI
ABSTRACT
II
iii
VI
IX
X
XI
XII
BAB 1 PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
Latar Belakang
Pertanyaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
1
10
11
11
BAB II KERANGKA TEORI
I.
2.
3.
4.
Modal Sosial
a. Pengertian dan Bentuk
b. Modal Sosial Dalam Masyarakat
c. Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat
Perkoperasian
Credit Union Dan Modal Sosial
a. Modal Sosial Dalam Pengembangan Credit Union
b. Credit Union Sebagai Lembaga Keuangan Mikro
c. Credit Union dan Pengaturan Manajemen Berbasis Modal Sosial
Kerangka Pemikiran
12
12
14
17
29
32
34
37
44
BAB III METODE PENELITIAN
I.
2.
3.
4.
Jenis Penelitian
Lokasi Penelitian
Metode Pengambilan Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
c. Wawancara
d. Dokumentasi
Teknik Analisis Data
a. Pengumpulan Data
b. Reduksi Data
46
46
46
46
48
48
49
50
50
51
VI
5.
6.
7.
c. Penyajian Data
d. Penarikan Kesimpulan
Definisi Variabel
Definisi Konsep
Definisi Operasional
52
52
52
52
53
BAB IV DESK.RIPSI LOKASI PENELITIAN
1.
Wilayah dan Data Administrative
a. Letak
b. Wilayah
c. Topografi
d. Penduduk
55
55
55
56
56
2.
Sejarah Credit Union Lantang Tipo
a. Gambaran Umum Wilayah Kerja CU Lantang Tipo
b. Potensi Sumber Daya Alam
c. Komposisi Penduduk
d. Social Budaya
e. Lembaga Keuangan yang ada di Kecamatan Parindu
f. Struktur Organisasi CU Lantang Tipo
58
59
60
60
61
61
62
3.
Kebijakan Teknis Kredit CU Lantang Tipo
a. Kredit
I. Jasa Pelayanan Kredit
2. Penjamin dan Jaminan Kredit
2.1.Penjamin
2.2.Jaminan
3. Denda
b. Perlindungan Nasabah
1. Jaminan Perlindungan
2. Solidaritas Duka
3. Solidaritas Kesehatan Anggota
65
65
68
68
69
69
81
81
87
89
vii
BAB V PERAN MODAL SOSIAL DALAM CU LANTANG TIPO
1.
2.
3.
4.
Ideologi CU Lantang Tipo
Sumber Daya Manusia CU Lantang Tipo
Manajemen CU Lantang Tipo
Nasabah CU Lantang Tipo
95
101
102
104
120
BAB VI PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
126
128
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabell
Data Perkembangan anggota Koperasi CU Lantang Tipo
dan KUR BRI Kalimantan Barat
5
Tabel2
Formasi Modal Sosial dalam Credit Union
41
Tabel4.1
Kebijakan Manajemen CU Lantang Tipo
80
Tabel5.1
Perkembangan Pencairan Kredit menurut kategori
113
Tabel5.2
Perkembangan Dana Dana Jaminan Perlindungan
115
Tabel5.3
Perkembangan Dana Solidaritas Duka
116
Tabel5.4
Perkembangan Dana Solidaritas Kesehatan Anggota
116
Tabel5.5
Perkembangan Penjualan bibit karet dan mata entrys
119
ix
DAFI'AR GAMBARIBAGAN
Gambar I
Kerangka Pemikiran
45
Gambar2
Struktur Organisasi CU Lantang Tipo
62
X
INTI SARI
Penelitian ini membahas mengenai Peran modal sosial dalam pengembangan
Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Penelitian ini dianggap penting karena CU Lantang Tipo merupakan suatu lembaga
keuangan non perbankan yang mampu berkembang baik di daerah tersebut. Bahkan
persentase perkembangannya mampu melampaui perkembangan yang dicatatkan oleh BRI
di Kabupaten Sanggau. Terlebih lagi Credit Union tersebut berbadan hukum koperasi yang
di banyak daerah lain tidak bisa berkembang sebagai akibat lemahnya konsep koperasi di
Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif sebagai
upaya untuk mendapatkan dan menyampaikan fakta dengan jelas dan teliti berkaitan
dengan Peran Modal Sosial dalam pengembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo di
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Sumber data utama adalah para informan yang
dinilai memiliki kapasitas dan otoritas dalam memberikan informasi terkait perkembangan
CU tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan
observasi langsung. Sedangkan teknik analisis data yang dipergunakan adalah model
interaktif yang terdiri dari pengumpulan, reduksi, dan penyajian data serta penarikan
kesimpulan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah Koperasi Credit Union Lantang Tipo
yang ada di Kabupaten Sanggau merupakan salah satu lembaga keuangan mikro yang
mampu berkembang baik dengan memanfaatkan modal sosial dalam bentuk partisipasi,
resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan yang proaktif anggota yang dapat dilihat
dalam aspek aspek berikut : pertama, aspek ideologi yang mana CU Lantang Tipo
berhasil mengembangkan sisten nilai yang merupakan assimilasi semangat keagaman
dengan azas dan ideologi koperasi. Nilai-nilai tersebut meliputi : menolong diri sendiri
atau swadaya, bertanggung jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan,
solidaritas, nilai nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli
terhadap orang lain; kedua, aspek Sumber Daya Manusia. Pengurus yang dipercaya untuk
mengelola CU tersebut selalu berasal dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama yang
disegani sebagai upaya untuk menjaga kepercayaan nasabah; ketiga, aspek manajemen.
Keunikan sistem kredit dan juga program layanan CU Lantang Tipo lainnya yang didasari
modal sosial yang berupa berkaitan erat dengan kepercayaan, resiprocity, partisipasi aktif
nasabah, keterlibatan secara proaktif, sistem nilai, dan juga norma social merupakan
komponen penting dalam keberhasilan lembaga keuangan tersebut; keempat, Aspek
Nasabah tercermin dari partisipati aktif, nilai social, resiprocity anggota untuk membentuk
suatu komunitas sosial.
Kata kunci : Modal social, Koperasi, Credit Union.
xi
ABSTRACT
This research discusses about the role of social capital to develop Credit
Union cooperation of Lantang Tipo in Sanggau District if West Kalimantan. The
research is considered important due to credit union of Lantang Tipo is an informal
fmance institution which can develop well in this area. Indeed, its growth percentage
more higher than formal institution like BRI in Sanggau District. Furthermore, credit
union is a cooperative incorporated where many areas can not develop cause of less
concept in managing cooperation in Indonesia.
It is a descriptive research with qualitative analysis as an effort to gain and
submit the fact clearly and carefully related to the role of social capital in developing
of Lantang Tipo Credit Union in Sanggau District. The main resource data is the
key persons who have capacity and authority to give the information related to the
development of credit union. Data are collected with observation and in-depth
interview. Technique of collecting data used by interactive model, there are
collecting data, reducting, presenting and drawing the conclusion.
The result of this research is Credit Union of Lantang Tipo in Sanggau
District is one of micro finance institution which can develop well by using social
capital in term of participation, reciprocity, trust, social norms, values, and proactive
action by the member. The term can be seen by these aspects such as, first, ideology
aspect which can develop well by values system that assimilation of the religious
spirit with the cooperation principle and ideology. These values are self-help, self
responsibility, democration, togetherness, fairness, solidarity, ethic values of
honesty, open minded, social responsibility, caring to others; second, human
resources. The manager who manage the credit union comes from community figures
especially religious figures who is respected as an effort to keep the trust of
members; third, management aspect. The uniqueness of credit system and also
service programs of Lantang Tipo Credit Union based on social capital that related to
trust, reciprocity, member active participation, proactive involved, values system,
and also social norms as the importance component for getting success in this
institution; fourth, member aspect that can be seen from their participation actively,
social norms, reciprocity of members to make a social community.
Key words: Social Capital, Cooperation, Credit Union
xii
BABI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu pennasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
pada saat ini adalah kemiskinan. Seperti yang telah dinyatakan dalam kesepakatan
Millenium Development Goal's (MDG's) yang menempatkan permasalahan
kemiskinan pada prioritas utama untuk ditanggulangi, target yang ditetapkan
dalam program penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara pengurangan
angka penduduk miskin menjadi setengahnya (50%) pada periode 1990-2015.
Dengan komitmen tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan kemiskinan adalah dengan pengembangan usaha
menengah kecil dan mikro (UMKM) yang saat ini dekat dengan karakteristik
penduduk miskin.
Data yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah (Kemenegkop dan UKM) menyebutkan bahwa pada tahun 2008
ada sekitar 51,2 juta usaha kecil di Indonesia, atau 99,99% dari keseluruhan
jumlah perusahaan yang ada di Indonesia. Kemampuan Usaha Kecil (UK) dalam
menyemp tenaga kerja mencapai angka mta-rata 97,04% dari keseluruhan
kesempatan kerja yang berhasil disediakan oleh berbagai jenis perusahaan
berskala menengah dan besar.
Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 angka 23 UU Perbankan, pada hakikatnya
tidak ada kredit yang tidak menggunakan agunan dalam aturan perbankan.
1
Ketentuan tersebut menjadikan usaha kecil yang kebanyakan tidak mempunyai
jaminan kesulitan mengakses kredit permodalan yang di tawarkan oleh perbankan.
Sebagai upaya solusi, pemerintah mengeluarkan regulasi baru berkaitan dengan
penyediaan akses permodalan bagi usaha kecil. Kebijakan di bidang perbankan
tersebut yang kemudian terkenal dengan sebutan Pakto 1988, salah satunya juga
dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan usaha kecil dan mikro atas modal,
dengan membentuk Bank Perkreditan Rakyat (pada tahun 1992 telah terbentuk
8.400 BPR). Namun keberadaan BPR justru lebih banyak dimanfaatkan oleh
kalangan usaha menengah. Karena praktek-praktek yang demikian ini maka BPR
sering dijuluki sebagai "rentenir yang diformalkan. (Prasetiantono: 1995). Dengan
kondisi seperti itu, maka keberadaan BPR tidak dapat membantu permasalahan
UMKM yang ada selama ini, mengingat sampai saat ini usaha kecil sangat rentan
dan sensitifterhadap agunan (collateral).
Meskipun saat ini sudah banyak scheme kredit dari perbankan dan
pemerintah sudah semakin meringankan pelaku usaha kecil, namun sumbersumber pendanaan dari sector informal masih tetap dominan dalam pembiayaan
kegiatan UKM terutama bagi usaha mikro dan rumah tangga. Hal tersebut
disebabkan alasan geografis lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak pengusaha
kecil yang tinggal di daerah terisolasi, persyaratan kredit yang terlalu berat, urusan
administrasi terlalu berbelit-belit, dan kurang informasi mengenai scheme
perkreditan yang ada dan prosedurnya (Tambunan : 2000).
Cara lain yang ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengakomodir
kebutuhan sumber dana bagi UKM adalah dengan mendorong kemitraan antara
2
pengusaha besar dan UKM, salah satunya adalah melalui program bapak angkat.
Namun survey yang dilak.ukan BPS terhadap lndustri Kecil dan Kemjinan Rumah
Tangga (IKRD pada tahun 1994 menghasilkan temuan bahwa dari 125 ribu unit
industry kecil hanya sekityar 6% saja yang telah mempunyai bapak angkat
(Kuncoro 1997:393). Hal tersebut menunjukkan bahwa program bapak. angkat
juga kurang berhasil karena hanya mampu mengakomodir sedikit IKRT di
dalamnya.
Kegagalan berbagai program kebijak.an yang dikeluark.an pemerintah untuk
menyediakan akses permodalan terutama kepada usaha kecil tersebut menjadikan
masyarakat pelaku usaha mencari terobosan baru untuk memperoleh akse
permodalan yang lebih terjangkau. Salah satunya adalah munculnya Credit Union
(CU) di Kalimantan Barat yang menyediakan akses kredit permodalan bagi
masyarakat terutama pelaku usaha kecil di Kalimantan Barat. Secara kelembagaan
CU terebut merupak.an sebuh lembaga keuangan swasta yang mempunyai aspek
legal formal setipe Koperasi yang juga banyak berkembang di Indonesia. Berbeda
dengan
pola kredit yang ditawarkan perbankan pada umumnya, CU (Credit
Union) sebagai lembaga kreditur tidak. mensyamtkan agunan fisik bagi setiap
debiturnya, tetapi cukup dengan kepercayaan dari pengurus kepada anggotanya.
Koperasi kredit atau Credit Union secara umum memiliki tiga azas utama
yaitu: 1) azas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya); 2) azas setia
kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan 3) azas pendidikan dan
penyadaran (membangun watak adalah yang utama, hanya yang berwatak baik
yang dapat diberi pinjaman).
3
Pendirian CU di Kalimantan Barat yaitu sebagai organisasi yang berbentuk
koperasi berlatar belakang kesulitan kaum miskin, serta hanya dapat diatasi oleh
kaum miskin itu sendiri dengan jalan mengumpulkan modal dan kemudian
meminjamkan modal tersebut kepada sesamanya. Keberadaan CU di Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat ini dinilai sangat membantu masyarakat
khusunya
petani,
nelayan,
usaha
kecil.
Sebagaimana
koperasi,
dalam
menyediakan akses permodalan kepada masyarakat, CU ini menganut prinsip
prinsip sebagai berikut:
1.
Tabungan hanya diperoleh dari anggota;
2.
Pinjaman hanya diberikan kepada anggota;
3.
Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak si peminjam itu sendiri.
Ketiga prinsip di atas merupakan usaha swadaya dari kelompok masyarakat
(komunitas) yang mempunyai tujuan tertentu untuk mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan perbankan. Dengan demikian, munculah azas "dari, oleh
dan untuk anggota". Prinsipnya, melalui simpan-pinjam berdasarkan kerjasama
dan saling percaya. Sehingga kehadiran CU dapat diterima oleh masyarakat dan
pelaku usaha kecil sebagai alternatif penyedia akses permodalan di sampmg
perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
Saat ini Credit Union merupakan lembaga keuangan
yang dapat
menunjukkan kinerja yang baik di Kalimantan Barat khusunya Kabupaten
Sanggau dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
Kemudahan akses yang ditawarkan CU menjadikan lembaga keuangan tersebut
tumbuh dengan baik di kabupaten tersebut. Salah satu contoh Koperasi Credit
4
Union yang berhasil berkembang dengan baik yang berada di Kabupaten Sanggau
adalah CU Lantang Tipo. Dalam perkembangannya, terdapat penambahan modal
yang cukup signifikan dari tahun ke tahun bahkan mengalami pertumbuhan yang
lebih cepat dari yang dicatatkan oleh Bank BRI yang merupakan lembaga
perbankan milik pemerintah terbesar di Kabupaten Sanggau. Hal tersebut dapat
dilihat dalam dari tabel yang disajikan di bawah ini:
Tabell
Data Perkembangan Anggota Koperasi CU Lantang Tipo dan KUR
BRI Kalimantan Barat
No
1.
URAIAN
CU:
Anggota
Asset
2.
2009
2010
Pertumbuhan
83.337
630.195.321.237
95.213
815.427.435.950
IS%
1.511.000
8.603.000.000.000
1.750.000
12.500.000.000.000
10%
BRI:
Nasabah
Plafon Kredit
Sumber : Laporan Keuangan Kopdtt CU Lantang Ttpo dan Laporan Tnwulan Bl Cabang
Pontianak
Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa angka pertumbuhan
(perkembangan) nasabah dan plafon kredit pada CU sebesar 15 % per tahun,
sedangkan BRI hanya sebesar 10 % per tahunnya. Hal yang menarik adalah,
bahwa upaya CU dapat mengubah scheme kredit dari adanya keharusan collateral
(agunan) dalam persyaratan kredit menjadi agunan sosial (social collateral)
merupakan altematif untuk mengembangkan usaha-usaha kecil yang ada di
lingkup komunitas sosial yang ada. Dengan demikian, konklusi awal yang dapat
dilihat adalah bahwa kredit usaha dapat dilakukan dengan tidak harus
menggunakan agunan (collateral), melainkan agunan sosial Gaminan sosial),
merupakan cara yang baik untuk mendapatkan komitmen.
5
Kebijakan pemerintah mengenai pembangunan di masa lalu dianggap
hampir identik dengan
pemusatan perhatian terhadap kebijakan pertumbuhan
ekonomi yang menekankan pada akumulasi capital fisik (physical capital) dan
mengabaikan keterkaitan dengan modal-modal yang lain seperti modal alami
(natural capital), modal manusia (human capital) dan modal sosial (social
capital). Ketidakseimbangan antara modal tersebut temyata menimbulkan
multikrisis dalam pembangunan selama ini. Kebijakan di masa lalu memandang
modal sosial sebagai faktor yang tidak penting dan ini terbukti banyak negara
berkembang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun tidak
berhasil menciptakan kesejahteraan dalam masyarakatnya karena kebijakankebijakan yang diterapkan temyata tidak bisa mengatasi masalah kemiskinan dan
ketimpangan distribusi pendapatan. Untuk itu, diperlukan suatu perubahan
terhadap pola kebijakan sebagai penentu keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
(Purwanto: 2010).
Modal sosial merupakan salah satu faktor krusial dalam menentukan
keberhasilan pembangunan dan tidak bisa
dipandang sebelah mata dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan. Modal sosial sangat dibutuhkan dalam
mendukung kelancaran pelaksanaan segala bentuk aktifitas serta dalam
menegakkan aturan main dari suatu institusi yang mana semuanya akan bermuara
pada pancapaian tujuan dari suatu institusi. Modal sosial dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai serangkaian norma atau nilai-nilai informal yang
terdapat di dalam suatu kelompok atau masyarakat dimana anggota-anggotanya
saling bekerjasama. Jika kelompok masyarakat terse but mempunyai perilaku jujur
6
dan dapat diandalkan maka akan timbul 'kepercayaan' dan kepercayaan itu sendiri
akan membuat suatu organisasi dapat berjalan dengan baik dan efisien (Putnam
dalam Harris, 2002 : 25).
Para ahli modal sosial mengenalkan konsep modal sosial ini mempunyai
dua komponen penting yaitu jaringan sosial yang ada di masyarakat dapat
memberikan manfaat mutualistik pada masyarakat dan berbagai sumber daya yang
ada di masyarakat yang dapat dipergunakan untuk kepentingan publik. Jaringan
sosial dan sumber daya tersebut akan bermanfaat secara optimal bagi masyarakat
apabila warga masyarakat memiliki suatu nilai inti yang disebut sebagai civic
engagement (ukuran solidaritas yang terbangun atas dasar empati dan
persaudaraan universal atau pertemuan antar warga yang dilandasi oleh rasa
pertautan emosional yang mendalam, hubungan yang hangat dan dekat secara
psikologis serta ikatan solidaritas yang tinggi). Civic engagement tidak akan
ditemukan dalam hubungan individu atau relasi sosial yang biasa seperti yang
berlangsung dipasar, pusat perbelanjaan, gedung bioskop, terminal dan stasiun.
Hal ini dikarenakan hubungan yang terjadi atau relasi sosial yang terjadi di
tempat-tempat tersebut bersifat fungsional sesaat dan tidak melibatkan sentuhan
emosional sehingga pola interaksi sosial yang terbangun tidak merefleksikan
adanya civic engagement.
Cohen dan Prusak (2001 : 3) berpendapat bahwa modal social adalah
kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia : rasa percaya (trust), saling
pengertian dan kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah
jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama. Menurut
7
Lesser, keberadaan modal sosial sangat penting karena mempermudah akses
informasi bagi anggota komunitas, menjadi media power sharing (pembagian
kekuasaan) dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan
mobilitas swnber daya komunitas, memungkinkan pencapaian tujuan bersama,
membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi (Lesser 2000). Lesser
menambahkan, bahwa unsur pokok dalam modal sosial yaitu:
I)
Partisipasi Dalam Suatu Jaringan.
Salah satu kunci keberhasilan membangun modal sosial terletak pada kemampuan
sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk melibatkan diri dalam jaringan
hubungan sosial. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang
lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan
atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom)
dan keadaban (civility). Kemampuan anggota kelompok untuk selalu menyatukan
diri dalam suatu pola hubungan yang sinergis akan sangat besar pengaruhnya
dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.
2)
Resiprocity modal sosial.
Senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling tukar kebaikan antar individu
dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini
bukanlah sesuatu yang dilakukan secara resiprokal seketika seperti dalam proses
jual beli, melainkan suatu kombinasi jangka pendek dan jangka panjang dalam
nuansa altruism (semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan
orang lain).
8
3)
Trust.
Suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan
sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu
seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan
yang saling mendukung (Robert D Putnam, 1993, 1995, dan 2002). Dalam
pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di
masyarakat yang memungkinkan masyarakat saling bersatu dengan yang lain dan
memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial.
4)
Norma sosial.
Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi
dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-
norma ini biasanya terinstitusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat
mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang
berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis
tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah
laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial
5)
Nilai-Nilai.
Nilai-nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan
penting oleh anggota kelompok masyarakat.
6)
Tindakan yang Proaktif.
Salah satu unsur penting modal sosial adalah keinginan yang kuat dari anggota
kelompok untuk berpartisipasi dan senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan
mereka dalam suatu kegiatan masyarakat. Mereka melibatkan diri dan mencari
9
kesempatan yang dapat memperkaya mereka dari sisi material tapi juga kekayaan
hubungan sosial yang menguntungkan kelompok, tanpa merugikan orang lain
secara bersama-sama.
2.
Pertanyaan Penelitian
Sebagai sebuah lembaga keuangan, CU memerlukan modal agar mampu
eksis di masyarakat. Bourdieu (dalam Harris, 2002 : 20) mengatakan bahwa
modal sosial adalah benda yang digunakan untuk memproduksi barang atau aset.
Selain modal ekonomi, ada juga modal budaya (cultural capital) dan modal sosial
(sosial capital) yang harus diperhatikan dalam perkembangannya. Modal sosial
ditegaskan oleh Bourdieu memiliki hubungan yang erat dengan modal budaya.
Modal sosial lahir dari norma-norma dan hubungan yang terbentuk di
masyarakat (Putnam dalam harris, 2002 : 22). Hal ini terjadi pula pada komunitas
anggota CU. Nilai-nilai, norma dan budaya yang dimiliki CU ini mampu
melahirkan modal sosial. Modal sosial tersebut kemudian diadopsi untuk
mendukung pengembangan CU sehingga berkembang dengan baik.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah "Bagaimana Peran Modal Sosial dalam pengembangan
Koperasi Credit Union Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat?"
10
3.
Tujuan PenelitiaD
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis sejauh mana peran modal sosial terhadap perkembangan Koperasi
Credit Union di Kab. Sanggau Kalimantan Barat.
4.
a.
Manfaat Penelitian
Secara teoritis dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk modal sosial yang
berkembang dalam masyarakat dan untuk mengetahui sejauh mana peran
modal sosial dalam perkembangan CU Lantang Tipo.
b.
Secara praktis sebagai kajian awal bagi peneliti yang tertarik untuk melihat
perkembangan CU sebagai lembaga keuangan non bank.
11
BABII
KERANGKA TEORI
1.
Modal Sosial
a. Pengertian dan Bentuk
Konsep tentang modal sosial sebenarnya sudah lama sekali mWlcul yaitu
pada tahun 1916 (Ancok: 2003). Namun dalam wacana umum, masyarakat kita
cenderung masih kurang familier dengan konsep modal sosial. Falsafah hidup
bangsa Indonesia yang banyak dipengaruhi oleh nilai budaya dan nilai agama,
sebenarnya sangat kaya dengan modal sosial. Namun kenyataan itu cenderung
hanya dipahami sebatas saja, bukan sebagai modal sosial yang dapat dijadikan
sebagai kekuatan bagi bangsa ini untuk segera meninggalkan keterpurukan yang
melanda segenap aspek kehidupan.
Sampai saat ini belum terbentuk kesamaan persepsi oleh para ahli dalam
pendefmisian konsep modal social. Untuk lebih memahami konsep ini dapat
dilakukan melalui pengenalan bentuk-bentuk modal social dan elemen dasarnya
yang berperan penting dalam kebijakan pembangunan masyarakat. Purwanto
(dalam Bantarso, 2004 :179) mengatakan bahwa :
"Sosial Capital dapat berupa org anisasi social kemasyarakatan, baik
bersifat formal maupun informal, yang dapat menjadi wadah untuk berkumpul dan
beraktivitas anggota masyarakat seperti kelompok pengajian, organisasi arisan,
organisasi pemuda dWl lain sebagainya. Social Capital dapat pula berbentuk
kepercayaan social (social trust) diantara anggota masyarakat, norma-norma yang
12
berlaku di masyarakat secara timbale balik (norm of reciprocity), jaringan social
(social network) dan sebagainya.
Modal social yang terbentuk di masyarakat dapat memiliki bentuk yang
beraneka ragam, baik berupa organisasi maupun nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat. Tetapi bila dikaitkan dengan dengan pendapat para ahli yang
mempelajari modal social, pendapat Purwanto ini mendukung pemyataan bahwa
elemen dasar dari modal social tersebut adalah jaringan (network), norma (norm)
dan kepercayaan (trust).
Cohen dan Prusak (dalam Ancok : 2003) mendefinisikan tentang modal
sosial sebagai kumpulan dari hubungan aktif diantara manusia : rasa percaya,
saling pengertian serta kesamaan nilai dan perilaku yang mengikat anggota dalam
sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.
Modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat yang bermoral tinggi dapat dijadikan
kekuatan
yang
dapat
mendorong
masyarakat
tersebut
mencapai
taraf
kehidupannya yang lebih baik. Putnam (Ancok: 2003) menunjukkan bukti bahwa
pertumbuhan ekonomi sangat berkorelasi dengan kehadiran modal sosial.
Pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat akan baik apabila memiliki ciri-ciri
berikutini:
1. Adanya hubungan yang erat antar anggota masyarakat;
2. Adanya pemimpin yang jujur dan egaliter yang memperlakukan dirinya
sebagai bagian dari masyarakat, bukan sebagai penguasa;
3. Adanya rasa saling percaya dan kerjasama diantara unsur masyarakat.
13
Dari teori tentang modal sosial sebagaimana tersebut, dapat disimpulkan
bahwa konsep modal sosial adalah hubungan aktif diantara manusia yang
dilandasi oleh rasa percaya, saling
pengerti~
kesamaan nilai dan perilaku, serta
nilai-nilai luhur lainnya yang mengikat. Modal sosial mempunyai korelasi yang
sangat kuat dengan kemajuan ekonomi suatu masyarakat.
b. Modal Sosial Dalam Masyarakat
Konsep modal sosial (sosial capital) menjadi salah satu komponen penting
untuk menunjang model pembangunan manusia karena dalam model ini, manusia
ditempatkan sebagai subjek penting yang menentukan arah penyelenggaraan
pembangunan. Partisipasi dan kapasitas mengorganisasikan diri menjadi penting
agar masyarakat dapat berperan dalam model pembangunan manusia. Padahal,
kedua kapasitas tersebut baru bisa berkembang hila ditunjang oleh modal sosial
yang dimiliki masyarakat. Keberadaan modal sosial juga menjadi penting dalam
penanggulangan kemiskinan karena pengentasan kemiskinan tidak hanya terkait
dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi, tapi juga perluasan akses terhadap
sumber-sumber daya kehidupan yang ditentukan pula oleh ketersediaan jejaring
kerja (network) dan saling percaya (mutual trust) di kalangan masyarakat.
Secara etimologis sosial capital mempunyai pengertian modal yang dimiliki
oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan
perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material
mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang
dimiliki. Sedangkan non material modal berwujud adanya mutual trust
14
(kepercayaan) dan gathering system (system kebersamaan) dalam suatu
masyarakat (Bessette : 1957).
Bourdieu (dalam Richardson. 1986) mendefinisikan modal sosial sebagai:
the aggregate of the actual and potential resources which are linked to
possession of a durable network of more or less intitutionalized relationship of
mutual acquaintance and recognition or in other words, to membership in group
which provide each of its members with the backing of collectivity owned capital,
a credential which entities them to credit, in the various senses ofthe words.
Dalam pengertian ini, modal sosial merupakan suatu keadaan di mana
individu
menggunakan
keanggotannya
dalam
suatu
masyarakat
untuk
mendapatkan keuntungan. Pengertian ini menempatkan modal sosial dalam
kaitannya dengan dimensi ekonomi. Sementara itu, James Coleman (1990)
mendefinisikan modal sosial sebagai :
a variety of entities having two characteristic in common : they all consist of
some aspect of a sosial structure and they facilitate certain actions of individuals
who are within the structure, sosial capital inheres in the structure of relations
between person and among persons. It is lodged neither in individuals nor in
physical implements ofproduction.
Sedangkan Robert Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial sebagai :
features of sosial life networks, norms, and trust that enable participants to
act together more effectively to pursue shared objectives.
Dengan demikian, dalam pengertian yang luas, modal sosial bisa berbentuk
jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati,
kewajiban,
norma
pertukaran,
dan
civic
engagement
yang
kemudian
diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus
terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial
dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil
15
bentuk kerja sama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang
diperlukan untuk mengatasi konflik.
Kahne dan Baeily (1999) membingkai modal sosial dengan dua tipe, yaitu
pertama, adanya tipe kebersamaan yaitu modal sosial dengan karakteristik adanya
ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem kemasyarakatan.
Misalnya, kebanyakan anggota keluarga mempunyai hubungan kekerabatan
dengan keluarga yang lain yang mungkin masih berada dalam satu etnis. Disini
masih berlaku sistem kekerabatan berdasarkan klen. Hubungan kekerabatan ini
bisa menyebabkan adanya rasa empatilkebersamaan, bisa juga mewujudkan rasa
simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya, resiprositas, pengakuan timbal balik
nilai kebudayaan yang mereka percaya. Kedua, adalah tipe perikatan, merupakan
suatu ikatan sosial yang timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik
kelompoknya. Ia bisa muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada
di sekitarnya sehingga kelompok masyarakat tersebut memutuskan untuk
membangun suatu kekuatan dari kelemahan yang ada.
Dalam komunitas ini, rule of law/aturan main merupakan aturan atau
kesepakatan bersama dalam masyarakat, bentuk aturan ini bisa formal dengan
sanksi yang jelas seperti aturan Undang-Undang. Namun ada juga sanksi non
formal yang akan diberikan masyarakat kepada anggota masyarakatnya berupa
pengucilan, rasa tidak hormat bahkan dianggap tidak ada dalam suatu lingkungan
komunitasnya. Ini menimbulkan ketakutan dari setiap anggota masyarakat yang
tidak melaksanakan bagian dari tanggung jawabnya. Hal ini berakibat akan
adanya
sosial
order/keteraturan
dalam
masyarakat.
Stephen
Aldridge
16
menggambarkannya modal sosial sebagai , yaitu pelancar dari roda-roda
penghambat jalannya modal sosial dalam sebuah komunitas. Wilayah kerjanya
lebih luas dari pada dari pada tipe yang pertama Dia bisa bekerja lintas kelompok
etnis, maupun kelompok kepentingan (Aldridge: 2001).
c. Peran Modal Sosial Dalam Pengembangan Masyarakat
Dalam pengembangan masyarakat, Michael Woolcock (2002), mencoba
membedakan tiga macam tipe modal sosial yaitu:
1. Bounding Sosial Capital, Characterised by strong bonds (or) e.q. among
members or among family members ofan ethnic group
2. Sosial Bridging, Charactherised by weaker, less dense but more crosscutting ties (. .. .) e.q. with local associaties, aquaintances, friends from
differnet ethnic groups, friends offriends etc;
3. Sosial Linking, Characterised by connections between those with differing
levels ofpower or sosial status e. q. links between the political elite and the
general public or between individuals from different sosial classes.
Ketiga pandangan tersebut sebenarnya merupakan prinsip yang menjadi
dasar pengelompokan modal sosial, seperti yang sudah dibahas sebelumnya.
Sosial bounding merupakan jenis modal sosial lebih banyak bekerja secara
internal dan solidaritas yang dibangun karenanya menimbulkan kohesi sosial yang
lebih bersifat mikro dan komunal karena itu hubungan yang terjalin di dalamnya
lebih bersifat eksklusif. Sedangkan sosial bridging sebaliknya, ia lebih bersifat
inklusif dengan lebih banyak menjalin jaringan dengan potensi ekstemal yang
melekat padanya. Sosial linking merupakan modal sosial yang bergerak pada
tataran lebih luas, oleh sebab mereka tidak lagi membedakan kelas dan status
sosial mereka.
Modal sosial mirip dengan bentuk-bentuk modallainnya, dalam arti, ia juga
bersifat produktif. Modal sosial dapat dijelaskan sebagai produk relasi manusia
17
satu sama lain, khususnya relasi yang intim dan konsisten. Modal sosial menunjuk
pada
jaring~
norma dan kepercayaan yang berpotensi pada produktivitas
masyarakat. Namun demikian, modal sosial berbeda dengan modal finansial,
karena modal sosial bersifat kumulatif dan bertambah dengan sendirinya (selfreinforcing) (Putnam, 2002). Karenanya, modal sosial tidak akan habis jika
dipergunakan, melainkan semakin meningkat.
Rusaknya modal sosial lebih sering disebabkan bukan karena dipakai,
melainkan karena ia tidak dipergunakan. Berbeda dengan modal manusia, modal
sosial juga menunjuk pada kemampuan orang untuk berasosiasi dengan orang
lain. Bersandar pada norma-norma dan nilai bersama, asosiasi antar manusia
tersebut menghasilkan kepercayaan yang pada gilirannya memiliki nilai ekonomi
yang besar dan terukur (Fukuyama, 2002). Terkait ini, ada tiga parameter modal
sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan-jaringan
(networks). Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini.
Cox ( 1995) kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat
kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif; hubunganhubungan juga bersifat kerjasama. Menurutnya:
we expect others to manifest good will, we trust our fellow human beings.
We tend to work cooperatively, to collaborate with others in collegial
relationships (Cox, 1995).
Kepercayaan sosial pada dasarnya merupakan produk dari modal sosial
yang baik. Adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga
sosial yang kokoh; modal sosial yang melahirkan kehidupan sosial yang harmonis
(Putnam, 2002). Kerusakan modal sosial akan menimbulkan anomali dan prilaku
18
antisosial (Cox, 1995). Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilainilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama
oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan
moral, maupun standar-standar sekuler, seperti halnya kode etik profesional.
Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di
masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama (Putnam, 2002;
Fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan prakondisi maupun produk
dari kepercayaan sosial. lnfrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud
jaringan-jaringan kerjasama antar manusia (Putnam, 2002). Jaringan tersebut
memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya
kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung
memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu
orang lain. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat
formal maupun informal. Putnam (2002) berargumen bahwa jaringan-:iaringan
sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta
manfaat-manfaat dari partisipasinya itu.
Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena
ia: (1) mempermudah akses informasi bagi angota komunitas; (2) menjadi media
power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) mengembangkan
solidaritas;
(4)
memungkinkan
mobilisasi
sumber daya komunitas;
(5)
memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) membentuk perilaku kebersamaam
dan berorganisasi komunitas. Kondisi dimana terdapat adanya interaksi dengan
didasari adanya trust di dalam masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Giddens
19
di atas cocok untuk mengamati adanya perkembangan modal sosial di tingkat
lokal. Dengan kata lain, trust atau kepercayaan yang bersifat timbal-balik antara
seluruh
komponen
stakeholders
menjadi
modal
yang
penting
dalam
menumbuhkan partisipasi, kerjasama, bahkan kemitraan stakeholders dalam
perencanaan pembangunan.
Tanpa adanya trust, maka yang terbentuk adalah low trust society, di mana
masyarakat tidak mempercayai pemerintah sebagai figur otoritas, dan akibatnya
pemerintah kehilangan legitimasinya dalarn mewujudkan tertib sosial dalam
masyarakat. Menurut Bain dan Putnam (2002), modal sosial bisa bekerja pada
level internal dan eksternal. Pada level internal level bekerjanya modal sosial
dapat diukur dengan adanya trustlkepercayaan, perasaan sukarela untuk
melakukan sesuatu demi seluruh kelompoknya, adanya keterikatan di dalam suatu
komunitas, termasuk adanya toleransi dan kohesi sosial tanpa ada politisasi.
Pada level ekstemal modal sosial bekerja dengan pilar pendukungnya yaitu
human capital, financial capital, physical dan cultural capital serta natural capital.
Kelemahan pada salah satu pilar diantaranya akan mempengaruhi terhadap
bekerjanya modal sosial pada level lainnya. Modal sosial hanya dapat dibangun
ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka
mau
membuat
komitmen
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
untuk
mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Putman,
1995). Pendekatan dalam mengembangkan modal sosial perlu menerapkan
sosialisasi untuk membangun jaringan sosial dan memperkuat kohesi sosial.
Kohesi sosial akan terbangun manakala ada trust dan trust merupakan bentuk
20
modal sosial yang paling penting yang perlu dibangun sebagai landasan dalam
membina kemitraan antara pemerintah dan masyarakat.
Namun, trust pun tidak akan memadai tanpa diimbangi dengan akuntabilitas
dan transparansi, yang memberikan peluang bagi stakeholders untuk mengawasi
atau memverifikasi tindakan atau keputusan yang dibuat pemerintah. Trust
bersifat dinamis karena ia dapat tumbuh dan sebaliknya dapat hilang manakala
mereka yang mendapat mandat kepercayaan temyata tidak dapat bertanggung
jawab (tidak akuntabel) terhadap mandat yang telah diberikan.
Modal sosial dibentuk oleh unsur-unsur pokok yang terdiri dari (Hasbullah
:2006): (1) partisipasi dalam suatu jaringan; (2) resiprocity; (3) trust; (4) norma
sosial; (5) nilai; dan (6) tindakan yang proaktif. Modal sosial tidak dibangun
hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang
tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari
nilai-nilai yang melekat berikut membangun jaringannya. Pada kelompok sosial
yang terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan (lineage),
pengalaman-pengalaman sosial turun temurun (repeated sosial experiences) dan
kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religious beliefs) cenderung
memiliki kohesivitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun
sangat sempit.
Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi
dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modem, akan
memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang
jaringan yang lebih luas. Modal sosial yang demikian akan lebih banyak
21
mendatangkan dampak positif bagi kemajuan kelompok maupun kontribusinya
pada pembangunan masyarakat secara luas. Terdapat beragam metode pengukuran
modal sosial yang dapat disesuaikan dengan kondisi local (Cassidy: 2001).
Model-model tersebut adalah:
1. World Values Survey
Model ini digunak.an oleh Ronald lnglehart (1981-1995) untuk memahami peran
factor budaya dalam pembangunan politik dan ekonomi. Aspek yang paling
terkait dengan modal sosial dalam model ini adalah trust (kepercayaan) dan
keanggotaan dalam suatu asosiasi. Sekalipun basil survei ini tidak membuktikan
adanya korelasi langsung antara modal sosial dengan pembangunan politik dan
ekonomi, namun hasil temuan Inglehart memperkuat asumsi Putnam bahwa
organisasi sukarela memainkan peran positif untuk memperkuat tahap awal dari
pembangunan ekonomi.
2. New South Wales Study
Ony dan Bullen (1997) mengembangkan alat ukur praktis untuk mengukur modal
sosial pada skala organisasi komunitas, serta dampaknya pada pengembangan
partisipasi publik. Model ini menggunakan 8 (delapan) faktor sebagai indikator
bagi modal sosial, yakni: (a) partisipasi di tingkat komunitas lokal; (b) aktivitas
dalam konteks sosial; (c) perasaan kepercayaan dan keamanan; (d) koneksi dalam
lingkungan ketetanggaan; (e) koneksi dengan keluarga dan ternan-ternan; (f)
toleransi terhadap perbedaan; (g) nilai-nilai kehidupan; serta (h) koneksi dalam
lingkungan pekerjaan.
22
3. The Barometer of Sosial Capital Colombia
John Sudarsky (1999) mengembangkan model pengukuran modal sosial dengan
menggunak.an 8 (delapan) dimensi, yakni: (a) kepercayaan terhadap institusi; (b)
partisipasi kewargaan; (c) saling ketergantungan dan imbal balik; (d) relasi
horisontal; (e) hirarkhi; (f) kontrol sosial; (g) kepemerintahan sipil; dan (h)
partisipasi politik.
4. Index ofNational Civic Health
lndeks ini dikembangkan oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk merespon
penurunan partisipasi masyarak.at. Pengukuran dilak.ukan dengan menggunak.an 5
(lima) indikator, yakni: (a) keterlibatan politik; (b) kepercayaan; (c) keanggotaan
dalam asosiasi; (d) keamanan dan kejahatan; serta (e) integritas dan stabilitas
keluarga. Keterlibatan politik mencak.up pemberian suara dalam pemilihan umum
dan kegiatan politik lainnya, seperti petisi dan menulis surat kepada koran.
Kepercayaan diukur melalui tingkat kepercayaan pada orang lain dan kepada
institusi pemerintah. Keanggotaan dalam asosiasi diukur melalui keanggotaan
dalam suatu kelompok, kehadiran di gereja/tempat ibadah, kontribusi derma,
partisipasi di tingkat komunitas, dan menjadi pengurus di organisasi lokal.
Dimensi keamanan dan kejahatan menekankan pada jumlah kasus pembunuhan di
kalangan pemuda, ketakutan ak.an kejahatan, dan jumlah kejahatan yang
dilaporkan. Sementara dimensi stabilitas dan integritas keluarga diukur dari
tingkat perceraian dan jumlah kelahiran di luar nikah.
23
5. Global Sosial Capital Survey
Model ini dikembangkan oleh Deepa Narayan, dengan menggunakan 7 (tujuh)
indikator untuk mengukur ketersediaan modal sosial. Ketujuh indikator tersebut
adalah: (a) karakteristik kelompok (meliputi jumlah keanggotaan; kontribusi dana;
frekuensi partisipasi; partisipasi dalam pembuatan keputusan; heterogenitas
keanggotaan; sumber pendanaan bagi organisasi); (b) norma-norma urnurn
(meliputi kesediaan menolong orang lain; kepedulian pada orang lain;
keterbukaan pada orang lain); (c) kebersamaan (meliputi seberapa jauh orangorang dapat hidup bersama; tingkat kebersamaan di antara orang-orang); (d)
sosialitas keseharian; (e) hubungan ketetanggaan (meliputi kesediaan meminta
tolong pada tetangga untuk merawat anak yang sakit; atau membantu diri sendiri
yang sedang sakit); (f) voluntarisme (meliputi apakah pemah bekerja sebagai
relawan; ekspektasi dari kegiataan sukarela; kritik terhadap mereka yang menolak
bekerja sukarela; kontribusi pada lingkungan ketetanggaan; apakah pemah
menolong orang lain); serta (g) kepercayaan (meliputi kepercayaan pada keluarga;
pada tetangga; pada orang dari kelas yang berbeda; pada pemilik usaha; pada
aparat pemerintah; pada penegak hukum, seperti jaksa, hakim, dan polisi; pada
aparat pemerintah daerah).
6. Sosial Capital Assessment Tool21
Model ini menggunakan sejumlah instrumen untuk mengukur modal sosial, antara
lain dengan menggunakan pemetaan komunitas, pemetaan aset, kuesioner,
wawancara, dan lembar penilaian. Unit analisisnya adalah komunitas dan rumah
tangga.
24
7. Integrated Questionnaire for The Measurement of Sosial Capital (SC-IQ)
(Woolcook: 2004):
Model ini dikembangkan oleh Christiaan Grootaert, Deepa Narayan, Veronica
Nyhan Jones, dan Michael Woolcock (2004) dengan penekanan fokus pada
negara-negara berkembang. Model ini bertujuan memperoleh data kuantitatif pada
berbagai dimensi modal sosial dengan unit analisis pada tingkat rumah tangga
Pada model ini, digunakan 6 (enam) indikator, yakni: (a) kelompok dan jejaring
kerja; (b) kepercayaan dan solidaritas; (c) aksi kolektif dan kerjasama
(cooperation); (d) informasi dan komunikasi; (e) kohesi dan inklusivitas sosial;
serta (f) pemberdayaan dan tindakan politik.
Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk
mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat.
Menurut Putnam modal sosial adalah:
complexly conceptualized as the network of associations, activities, or relations
that bind people together as a community via certain norms and psychological
capacities, notably trust, which are essential for civil society and productive of
future collective action or goods, in the manner ofother forms of capital.
Putnam (1993, 1996, 2000) menyatakan bahwa modal sosial mengacu pada
esensi dari organisasi sosial, seperti trust, norma dan jaringan sosial yang
memungkinkan pelaksanaan kegiatan lebih terkoordinasi, dan anggota masyarakat
dapat berpartisipasi dan bekerjasama secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan bersama, dan mempengaruhi produktifitas secara individual maupun
berkelompok. Sependapat dengan Putnam, Bourdieu (1988) menyatakan bahwa:
sosial capital is the aggregate of the actual or potential resources which are
linked to possession of a durable network of more or less institutionalized
relationships of mutual acquaintance recognition or in other words, to a
25
membership in a group -- which provides each of its members with the backing of
the collectivity .
Fukuyama (1999) menambahkan norma-norma informal dapat mendorong
kerjasama antara dua atau beberapa orang. Norma-norma yang mengandung
modal sosial memiliki ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai
resiprokal antara ternan, sampai dengan yang sangat kompleks dan mengandung
nilai-nilai keagamaan. Berdasarkan definisi tersebut, modal sosial dapat
disimpulkan sebagai jaringan dan nilai-nilai sosial yang dapat memfasilitasi
individu dan komunitas untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Bentuk modal sosial tidak selalu melibatkan pertukaran materiil (Bourdieau,
1986; Kawachi dan Berkman, 2005; Coleman, 1988). Bourdieu menyatakan
bahwa:
The structure and distribution of the different types and subtypes of capital at a
given moment in time represents that immanent structure of the sosial world, i.e.,
the set constraints, inscribed in the very reality of the world, which govern its
functioning in a durable way, determining the chances of success for practices.
Economic theory has allowed to be foisted upon it a definition of the economy
practices which is the historical invention ofcapitalism25 (1986:242)
Dengan kata lain, dapat digunakan untuk mendeskripsikan ketersediaan
sumberdaya, baik yang terukur maupun tidak terukur, baik yang konkret maupun
yang abstrak. Hal ini berarti bahwa modal sosial merupakan salah satu jenis
modal. Seperti juga bentuk-bentuk modallainnya, modal sosial bersifat produktif,
yang membuatnya memungkinkan untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya,
suatu kelompok yang memiliki kepercayaan yang sangat kuat di kalangan para
anggotanya akan dapat mencapai lebih banyak tujuan dibanding kelompok lain
yang kurang memiliki kepercayaan di antara para anggotanya.
26
Modal sosial diukur atas dasar (I) generalized trust, (2) norms, (3)
reciprocity, dan (4) networks26. Generalized trust adalah inti dari modal sosial.
Generalized trust merupakan indikasi dari potensi kesiapan masyarakat untuk
beketjasama satu sama lain. Ketjasama ini melampaui batasan kekeluargaan dan
pertemanan serta batasan persamaan. Dalam arena sosial, generalized trust
mempermudah kehidupan dalam masyarakat yang beragam, mendorong perilaku
toleransi, dan menerima perbedaan. Sehingga hidup menjadi lebih mudah, lebih
bahagia, dan lebih nyaman dengan keberadaan generalized trust dalam masyarakat
yang heterogen. Pendapat Putnam, Rothstein dan Stolle diperkuat dengan
pendapat Uslaner yang menyatakan bahwa:
Trust in other people is a key factor in many forms of participation. As trust in
others falls, so does participation in civic activities(Uslaner, E.M 1999).
Norma-norma, kepercayaan antar personal, jejaring sosial, dan organisasi
sosial sebagai bentuk modal sosial sangatlah penting tidak hanya bagi masyarakat
tapi juga bagi pertumbuhan ekonomi (Coleman, 1988:S96). Sejumlah penelitian
yang dilakukan Ben Porath (1980), Oliver Williamson (1975, 1981), Baker (1983)
dan Granovetter (1985) (dalam Coleman) mendukung pemyataan Coleman
tersebut, bahwa keterkaitan antar organisasi sosial akan mempengaruhi
berfungsinya aktivitas ekonomi.
Trust adalah komponen utama dalam modal sosial, trust memainkan peran
penting dalam segala bentuk kegiatan kewarganegaraan serta nilai-nilai moralitas
yang mengatur perilaku masyarakat. Dari hasil penelitian Helliwell (2002),
Uslaner (2002), Delhey dan Newton (2003) (dalam Rothstein and Uslaner, 2005)
pada level mikro, diketahui bahwa pada umumnya orang-orang mempercayai
27
orang-orang lainnya disekitar mereka, dan juga (i) memiliki penilaian yang cukup
positif mengenai lembaga-lembaga demokrasi dan pemerintahan, (ii) lebih
berpartisipasi dalam politik dan dan terlibat aktif pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan, (iii) lebih banyak menyumbang untuk kegiatan sosial, (iv) lebih
toleran kepada minoritas dan orang-orang yang tidak menyukai mereka, (v) lebih
optimistik dalam memandang kehidupan, dan (vi) lebih bahagia dengan
kehidupannya. Dari hasil penelitian Putnam (1993), Zak dan Knack (2001),
Rothstein dan Stolle (2003) (dalam Rothstein and Uslaner, 2005) pada level meso,
diketahui bahwa orangorang yang memiliki trust, juga memiliki pekerjaan yang
lebih baik dalam lembaga-lembaga politik dan pemerintahan, lebih sejahtera dan
jarang melakukan kejahatan dan korupsi.
Halpern mencatat setidaknya ada sembilan cabang keilmuan yang
menggunakan konsep modal
sosial dalam pengembangan keilmuannya,
diantaranya yaitu masalah keluarga dan perilaku remaja, sekolah dan pendidikan,
kehidupan komunitas, lingkungan kerja dan organisasi, demokrasi dan
pemerintahan, pembangunan ekonomi, kriminologi, dan kesehatan publik. Dari
hasil penelitian Putnam diketahui bahwa perkumpulan arisan tersebar luas di Asia
Tenggara. Arisan dan juga koperasi (CU) merupakan salah satu prediktor dari
keberadaan trust dalam suatu komunitas.
Namun demikian, keberadaan trust dapat mengalami keruntuhan yang
disebabkan oleh kemiskinan (Banfield:1958) rejim otoriter (Putnam: 1993);
korupsi, ketidakadilan ekonomi dan kesempatan Woolcock (1998) mengajukan
tiga dimensi dari modal sosial, yaitu: bonding, bridging dan linking. Menurut
28
Woolcock, (1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding sosial capital)
merujuk pada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer atau
lingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitas yang
menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancer dalam
berbagi pengetahuan. (2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging
sosial capital) adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda,
termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakang sosialekonomi yang berbeda. lndividu-individu dalam komunitas yang mencerminkan
dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akan mudah mengumpulkan
informasi dan pengetahuan dari lingkungan luar komunitasnya dan tetap
memperoleh informasi yang aktual dari luar kelompoknya. Tipe modal sosial ini
menunjuk pada hubungan antar individu yang memiliki kekuasaan atau akses
pada bisnis dan hubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder. (3)
Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking sosial capital) memungkinkan
individu-individu untuk menggali dan mengelola sumber-sumberdaya, ide,
informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas atau kelompok pada level
pembentukan dan partisipasi dalam organisasi formal.
2.
Perkoperasian
Pengertian koperasi seperti yang tertuang dalam pasal 1 UU Nomor 25
Tahun 1992 menegaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas azaz kekeluargaan.
29
Pengertian koperasi berdasarkan UU Nomor 25 TahWl 1992 tersebut,
koperasi mempWlyai ciri-ciri:
a. Berbentuk Badan Usaha.
Koperasi selaku badan usaha tentu peranannya dapat seperti badan usaha
lainnya atau bangun usaha lain. Sebagai bangun usaha, maka seyogyanya
memiliki perilaku sebagai institusi (lembaga) bisnis yang harus mampu mandiri,
tumbuh dan terus berkembang. Selaku "Business Entity" badan usaha harus
ditandai dengan pertumbuhan.
Agar koperasi dapat mandiri, tumbuh dan berkembang harus dapat
memperoleh dana yang bersumber dari usahanya. Hal ini hanya mWlgkin, bila
bangun usaha koperasi ini menguntWlgkan (profitable). Oleh karenanya motif
koperasi sebagai bangun usaha haruslah diposisikan sebagai badan usaha yang
mampu menghasilkan keWltWlgan melalui penciptaan nilai tambah dalam
berusaha.
b. Keanggotaan terdiri dari orang seorang atau badan hukum.
Hal ini mempWlyai pengertian bahwa anggota koperasi dapat orang
seorang dan dapat pula sebagai badan hukum koperasi. Lebih lanjut dalam
ketentuan umum dikatakan bahwa koperasi primer adalah koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan orang seorang. Sedangkan koperasi sekWlder adalah
koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan badan hukum koperasi.
c. Kegiatan berlandaskan prinsip koperasi.
Prinsip koperasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan berkoperasi dalam mewujudkan dirinya sebagai badan usaha
30
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial. Prinsip koperasi
merupakan essensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri
khas jati diri koperasi yang membedakannya dari badan usaha lain.
Prinsip koperasi tersebut terdiri dari : Keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha
dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota,
pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, kemandirian,
pendidikan perkoperasian, serta kerjasama antar koperasi.
d. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat.
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat, dapat diartikan sebagai petani
yang mempunyai kelebihan produksi untuk dijual ke pasar (marketable) dan
Pengusaha Kecil yang bergerak dibidang perdagangan, industri kecil, aneka jasa,
konstruksi, pertambangan, listrik dan lain-lain.
Tentunya anggota koperasi dapat saJa pengusaha menengah dan
pengusaha besar, tetapi dalam membicarakan ekonomi rakyat yang perlu diangkat
adalah gerakan masyarakat yang termasuk golongan ekonomi lemah.
e. Menganut azas kekeluargaan.
Azaz kekeluargaan termasuk dalam salah satu fungsi dan peran koperasi.
Undang-undang mengatakan fungsi dan peran koperasi yang keempat adalah
berusaha untuk mewujudkan dan mengembangakan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas azaz kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
31
Demokrasi ekonomi itu sendiri merupakan sistem ekonomi nasional yang
dianut oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan ekonominya yang anti
eksploitasi, anti paternalisme, menolak asas perorangan tetapi menekankan
kepada azas kebersamaan dan kekeluargaan. Dalam sistem demokrasi ekonomi
inilah yang ditegaskan bahwa kepentingan masyarakatlah yang utama bukan
pekentingan orang seorang.
3.
Credit Union dan Modal Sosial
a. Modal Sosial Dalam Perkembangan Credit Union
Pembahasan mengenai modal sosial, diketahui bahwa modal sosial selain
bersifat inklusif, namun juga bisa menjadi eksklusif pada level tertentu, sehingga
menjadi barrier bagi anggota masyarakat di luar kelompoknya untuk bisa
bergabung dan berpartisipasi. Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan
sebelumnya, diketahui bahwa banyak manfaat dari keberadaan modal sosial dalam
masyarakat. Eksistensi modal sosial memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, pemerintah dan penyelenggaraan
pemerintahan. Manfaat tersebut antara lain:
Pertama, dalam kinerja ekonomi, modal sosial mengurangi biaya transaksi
dengan mengubah istilah-istilah dalam perdagangan; mengurangi secara besarbesaran biaya pengaturan kontrak; pengambilan keputusan yang lebih fleksibel;
dan menghemat waktu (P.N. Wilson, 2000). Dengan kata lain, trust, reputasi dan
sanksi informal merupakan pengganti yang lebih efektif dan efisien dibandingkan
dengan sistem legalitas dan sanksi formal. Sebagai contoh ketika orang-orang
32
mempercayai dan dapat dipercaya dan memelihara hubungan secara terus
menerus, kegiatan Credit Union menjadi lebih mudah dan bebas tekanan.
Lebih lanjut, Putnam (2000) menambahkan bahwa jaringan sosial juga
sebagai penyalur informasi yang berguna bagi pencapaian tujuan individual
maupun kelompok. Pada umumnya, orang-orang yang memiliki jaringan sosial
yang bagus, akan memperoleh informasi lebih dahulu, dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak memiliki jaringan sosial. Kedua, berkaitan dengan
kesehatan dan kesejahteraan, modal sosial memiliki dampak positif terhadap
kesehatan, dan terutama kesehatan mental, jaringan sosial yang dimiliki oleh
individu adalah sebagai pelindung dari masalah-masalah kehidupan. Penelitian ini
telah dilakukan oleh Durkheim berkaitan dengan studi bunuh diri, dimana
ditemukan korelasi antara modal sosial dan kesehatan. Kesimpulannya adalah :
"suicide varies inversely with the degree of integration of the sosial groups of
which the individual forms a part" (Halpern, 2005).
Ketiga, berkaitan dengan kejahatan, Halpern (2005:114) menegaskan
bahwa social capital focuses attention on the potential influence of sosial
relationships, cooperative norms and informal sanctions on offending behavior.
Modal sosial menjembatani pandangan mengenai kriminologi antara pendekatan
psikologi dan sosiologi (Halpern, 2005). Modal sosial dapat memelihara normanorma sosial dalam suatu komunitas dan mengurangi kecenderungan perilaku
egois diantara anggota kelompok. Orang-orang yang memiliki hubungan yang
baik dengan komunitasnya dan memiliki hubungan saling mempercayai, pada
umumnya memiliki perilaku yang dapat diterima oleh kelompoknya. Keempat,
33
berkaitan dengan pemerintah dan pemerintahan, basil penelitian Putnam (1993) di
ltalia menyimpulkan bahwa:
the differences in government effectiveness arose from the character of the
associational life of the regions and patterns of trust. The causal direction
appeared clear strong associationallife and high levels ofpublic trust led to more
effective government.
Selain manfaat yang diperoleh dari modal sosial, modal sosial juga bisa
memberikan dampak negatif. Menurut Portes (1998):
The same ties that bind also exclude. Powerful networks can restrict access to
opportunities, for example the caste system in India, with its rigid boundaries.
Sosial capital restricts individual freedom (women in purdah in northern India),
and can lead to excessive claims on successful group members -- so excessive that
successful individuals are sometimes driven to break off ties with the larger ethnic
group. Solidarity networks can also lead to downward leveling mechanisms.
Sebagai contoh, dalam masyarakat yang multikultur dimana anggota masyarakat
sangat terikat dengan kelompoknya dan memiliki komitmen yang kuat
berdasarkan kesamaan
suku,
budaya,
atau
kesamaan
kepentingan
bagi
kelompoknya saja, bukan demi kepentingan nasional, pada saat itu maka terjadi
degradasi budaya politik nasional (Fukuyama, 1995; Daniel et al, 2003).
b. Credit Union Sebagai Lembaga Keuangan Mikro
Dalam istilah bahasa Indonesia, Credit Union adalah koperasi. Sedangkan
koperasi menurut Kartasapoetra, merupakan
lembag~
keuangan rakyat yang
berwatak social, beranggotakan orang-orang, dan bekerja atas dasar kekeluargaan
(Kartasapoetra: 2001). Selain itu, Credit Union sebagai koperasi juga bertujuan
untuk mengelola keuangan secara masal dan bertujuan untuk mensejahterakan
para anggotanya. Credit Union merupakan lembaga keuangan mikro yang
memberikan kredit kepada anggotanya, sedangkan dana kredit diperoleh dari
34
iuran anggota yang ada (Baswir: 1997). Lembaga tersebut memberikan kredit
dengan plafon dan bunga (rate) yang disetujui oleh para anggota, sehingga
keperluan kredit hanya diperuntukkan untuk keadaan darurat, produktif, dan
kesejahteraan peminjam (Mutis: 1992; dan Widiyanti:1993).
Credit Union merupakan koperasi dengan system single purpose, karena
hanya bergerak pada satu lapangan ketja, yaitu mengumpulkan dana dan
meminjamkannya kembali (Widiyanti: 1993). Sedangkan menurut Ointing,
pelayanan utama dari Credit Union kepada para anggotanya adalah sebagai
berikut:
1. Akumulasi simpanan yang mudah.
2. Sumber pinjaman dengan bunga yang murah.
3. Adanya kegiatan pendidikan dan latihan bagi anggota.
4. Menciptakan pengembangan kegiatan ekonomi.
Perbedaan Credit Union dan lembaga keuangan konvensional (perbankan)
terletak pada nilai-nilai dan prinsip yang dikembangkan, sehingga, nilai-nilai
social yang dikembangkan pada Credit Union menjadi penentu keberhasilan
kegiatan (Harsoyo:2005). Selain itu, masih menurut Harsoyo, kegiatan Credit
Union akan dapat berhasil apabila:
1. Menyesuaikan kebutuhan anggotanya.
2. Berorientasi pelayanan kepada anggotanya.
3. Berkembang sesuai dengan perkembangan usaha anggota.
4. Biaya yang ditimbulkan antara lembaga Credit Union dan anggota
dapat ditekan, dan
35
5. Mampu mengembangkan modal yang ada.
Secara implisit, keberhasilan usaha Credit Union merupakan bentuk
cerminan dari keberhasilan anggotanya Sehingga, usaha dalam pengingkatan
taraf hidup anggota menyesuaikan dengan system dan mekanisme kinerja Credit
Union (Widiyanti: 1993). antara lain :
1. Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela bagi WNI yang berdomisili
tetap dalam wilayah kerja.
2. Sehat jasmani dan rohani.
3. Tidak sedang dalam proses hukum dan atau sedang menjalani hukuman
penjara.
4. Menerima dan sanggup melaksanakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit
Union.
5. Menerima dan mematuhi AD, ART, keputusan-keputusan RAT, dan Pola
Kebijakan Pengurus yang sedang berlaku.
Sedangkan syarat-syarat untuk mendapatkan pinjaman di Credit Union ini adalah
sebagai berikut :
1. Kredit hanya diberikan kepada anggota yang sudah mengikuti pendidikan
dasar I.
2. Pemohon wajib membuat Surat Permohonan Kredit dan tidak diwakilkan.
3. Surat Permohonan Kredit dan Surat Perjanjian Kredit wajib ditandatangani
oleh pemohon, analis kredit dan pejabat yang berwenang.
36
4. Pemohon wajib mengikuti
wawancara kredit (yang tidak
dapat
diwakilkan) dan hila perlu analis kredit dapat meminta menghadirkan
suami/istri/ahli waris dari pemohon.
5. Kredit pertama bagi anggota baru maksimal sebanyak saldo simpanan.
6. Kredit yang besamya di atas simpanan diperlukan penjamin dan jaminan
pengikat yang tergolong harta lancar.
7. Pencairan kredit dapat dibatalkan apabila ditemukan bukti-bukti yang
meragukan.
8. Pembayaran angsuran sesuai jatuh tempo, toleransi maksimal 10 hari
dalam bulan yang sama.
c. Credit Union dan Pengaturan Manajemen Berbasis Modal Sosial
Pada tahun 1975 mulai diperkenalkan Credit Union ke Kalimantan Barat
oleh CUCO Indonesia (Credit Union Counselling Office) yang berpusat di
Jakarta. Dimotori oleh Delsos Keuskupan Agung Pontianak yang beralamat di
jalan Imam Bonjol No. 338 Pontianak di bawah pimpinan Pastor Pius Camperlle,
tim kursus dasar untuk Credit Union didatangkan dari Jakarta. Salah satu daerah
tujuan tim adalah Sanggau, Kalimantan Barat.
Para peserta kursus merupakan angkatan ke-63 di Indonesia dan masingmasing peserta mendapat sertiflkat dengan Nomor 63/ VIII/1975 yang diserahkan
pimpinan kursus pada tanggal 28 Agustus 1975.
Setelah mengikuti kursus dasar ini, kelima orang utusan dari Paroki
Pusat Damai segera menindaklanjuti basil kursus dengan cara: a) Mengadakan
pertemuan pada tanggal 12 Januari 1976 dengan guru-guru, para katekis dan
37
tokoh masyarakat eli Pusat Damai untuk tujuan mempromosikan Credit Union dan
meminta dukungan untuk mendirikan Credit Union eli Pusat Damai. b)
Mengunjungi kampung-kampung yang terletak eli sekitar Pusat Damai untuk
mempromosikan Credit Union.Kemudian berhasil dikumpulkan 27 orang guru
untuk mengikuti kursus dasar Credit Union dan mereka bersepakat mendirikan
Credit Union. Hari itu tanggal 02 Februari 1976, ke-27 orang peserta kursus
bersepakat menyatakan mendirikan Credit Union dengan nama Pra Credit Union
dengan pembimbing Pastor Ewald Beck yang pada saat itu sebagai Pastor Paroki
Pusat Damai. Kesepakatan yang dihasilkan meliputi: Pemilihan Badan Pengurus,
Penetapan Nominal Saham Sebesar Rp. 250,-/ Saham, Penetapan Bunga Pinjaman
2%/ Angsuran, Menetapkan Lantang Tipo Sebagai Nama Koperasi Kredit yang
mereka dirikan, berpedoman pada prinsif dasar yang berbunyi "bukan mencari
untung melainkan pelayanan yang diutamakan," Penetapan Hari Resmi Berdirinya
Pada Tanggal 02 Februari 1976. Dan perkembangan selanjutnya menjadi CU
Lantang Tipo.Nama Lantang Tipo diambil dari bahasa Dayak Hibun/ Pandu (Sub
suku Dayak di daerah Kecamatan Parindu). LANTANG artinya tunas, tumbuhan
muda yang baru muncul sedangkan TIPO adalah nama tumbuhan hutan yang
mirip lengkuas atau laos yang selalu tumbuh berumpun. Tumbuhan TIPO
memiliki semangat hidup yang tinggi. Bila Tipo dipancung atau dipotong, maka
akan segera muncul tunasnya kembali. Dengan demikian Lantang Tipo juga
berarti semangat kebersamaan untuk terus bertumbuh, berkembang, dan ingin
maju dalam segala hal kehidupan menuju kesejahteraan.Dalam perkembangannya
CU Lantang Tipo terus berbenah dan konsisten dalam menjalankan nilai-nilai dan
38
prinsip-prinsip koperasi. CU Lantang Tipo terbuka untuk semua golongan, semua
suk~
semua agama, apa pun latar belakang sosialnya, berpendidikan atau tidak.
bukan soal. Yang paling penting siapa saja yang memiliki itikad baik untuk bisa
saling percaya dan bekerjasama, dan mau secara mandiri mengelola hidup agar
hari esok lebih baik daripada hari ini.Sejak tanggal 11 September 1995 CU
Lantang Tipo telah memiliki badan hukum dari Pemerintah dengan nomor
90/BHIX dengan nama Koperasi Simpan Pinjam Lantang Tipo. Dan pada tahun
1999 terjadi perubahan badan hukum dengan nomor 90.a/ BH/ XI pada Tanggal
11 September 1995 yang ditetapkan pada Tanggal 01 Agustus 2000 dengan nama
Koperasi Kredit "CU Lantang Tipo".
Selanjutnya dikatakan oleh Tri Winarni (dalam Sunartiningsih :2004) bahwa
dalam konteks pengembangan atau penguatan potensi ekonomi masyarakat desa,
kita perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan masyarakat desa. Secara kuantitas
desa kaya akan sumber daya manusia dan sumber alam. Kelebihan lain yaitu;
1. Masyarakat desa memiliki jiwa kekeluargaan dan kegotongroyongan yang
kuat, yang menjunjung tinggi semangat kebersamaan berdasarkan prinsip
musyawarah dan mufakat.
2. Masyarakat desa sangat religious, berperilaku sesuai dengan norma-norma
agama yang dianut sehingga mereka lebih jujur, sabar dan ulet.
3. Manghargai atau patuh terhadap pimpinan baik formal maupun nonformal.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dari masyarakat desa adalah :
39
1. Kelemahan yang mendasar adalah rendahnya kualitas SDM, karena tingkat
pendidikan mereka rendah.
2. Teljadinya kemiskinan primer, yaitu suatu keadaan dimana penghasilan
yang mereka peroleh dari usaha tani tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok untuk hidup sebagai manusia yang layak.
3. Posisi tawar masyarakat desa sangat lemah terutama waktu menjual basil
produksi pertanian mereka.
4. Masyarakat desa tidak mau tahu atau sering menolak inovasi, hal ini
berhubungan dengan kehidupan mereka yang terikat dengan tradisi.
Kekuatan masyarakat desa sebagaimana disebutkan di atas, mampu
memberikan makna yang penting bagi berkembangnya Credit Union, sebab
masyarakat desa cenderung memiliki jiwa gotong royong,
kebersamaan
dan
religious,
semua
itu
dapat
mendorong
menjunjung
terciptanya
kepercayaanltrust baik antara sesama anggota maupun antara anggota dan
pengurus Koperasi Credit Union. Dalam teori tentang modal sosial yang telah
disebutkan di atas, kepercayaan akan dapat mengurangi biaya ekonomi, sehingga
pada akhimya akan mendorong pula terciptanya efisiensi dalam operasional
Koperasi Credit Union.
Menurut R Leana dan Van Burren sebagaimana dikutip oleh Supaljan
(dalam Suratiningsih: 2004) modal sosial yang berkembang dalam koperasi dapat
dipahami dalam tiga komponen utama, yaitu associability (kemampuan
melakukan interaksi sosial dibarengi dengan memacu aksi kolektif yang memadai
dalam usaha bersama), Shared trust (kepercayaan timbal balik), Shared
40
responsibility (tanggung jawab timbal balik dalam usaha bersama). Melalui
mekanisme bekerjanya modal sosial tersebut, anggota dan pengurus akan merasa
termotivasi melaksanakan sejumlah aktivitas yang berbasis pada kejujuran untuk
menjaga kepercayaan/trust, loyalitas, partisipasi yang adil, konsisten terhadap
kesepakatan, serta bersedia bekerjasama untuk memacu mutual benefit. Lebih
lanjut, Suparjan juga melakukan pengamatan terhadap dua koperasi yang telah
berkembang dengan baik dan koperasi yang belum berkembang secara optimal.
Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa koperasi yang dapat berkembang
dengan baik adalah koperasi yang didalamnya telah memiliki modal sosial dan
modal SDM yang kuat, serta telah menerapkan manajemen secara baik.
Adapun beberapa kriteria yang membentuk modal sosial di dalam koperasi
diidentifikasi oleh Suparjan (dalam Suratiningsih : 2004:163) meliputi tujuh
criteria modal sosial yang apabila dimiliki oleh koperasi akan menjadi pendorong
bagi berkembangnya koperasi. Ketujuh criteria modal sosial tersebut meliputi :
Kriteria
Kepemimpinan
Kapabilitas
Pimpinan
Tabel2.1
Formasi Modal Sosial dalam Credit Union
Perkembangan Koperasi
Kurang Berkembang
Berkembang
Demokratis Kolegial
Kapabilitas pimpinan dalam
melakukan strategi bisnis untuk
menciptakan surplus dalam
bisnis koperasi.
Penerapan good bussines
Manajemen
management, memeunculkan
disiplin dan partisipasi
demokratis dalam koperasi.
Kepercayaan timbal Terbentuk kepercayaan antara
pengurus dengan anggota dalam
balik
Demokratis Kolegial
Kurang optimalnya
factor pemimpin dalam
melakukan bisnis yang
berorientasi surplus.
Belum diterapkannya
good bussines
management.
Kepercayaan anggota
masih terbatas pada
41
setiap usaha yang dikelola,
penyertaan modal anggota
dalam beberapa usaha
Tanggung
bersama
Jawab Tanggungjawab bersama yang
dikembangkan meliputi
pengurus dan anggota, lembaga
dan mitra kerja, pengurus dan
keryawan melalui mekanisme
pemberian insentif yang
memadai.
Jaringan kerja sama yang
dibangun lebih luas mencakup
beberapa sector yang relevan
dengan jenis usaha yang
dikembangkan.
Process Organisasi pembelajaran untuk
Learning
menghadapi dinamika dan
organization
tantangan yang terus berubah
dalam rangka memecahkan
masalah dalam bisnis dan
menajerial secara tajam dan
berkesinambungan.
.
.
Sumber : (Dinamika Koperas1, 2004 : 163)
Jaringan Kerjasama
hubungan antara
pengurus dan anggota,
belum dikembangkan
dalam usaha yang lebih
produktif.
Tanggung jawab
bersama meliputi pada
pengurus dan anggota,
pengurus dan karyawan,
lembaga dan mitra kerja,
belum didukung dengan
mekanisme insentif yang
memadai.
Jaringan kerjasama
masih terbatas pada
beberapa pihak.
Belum menampakkan
adanya usaha kearah
llearning organization.
Berdasarkan konteks penelitian ini, teori dan konsep tentang modal sosial
sebagaimana diuraikan di atas, dimaksudkan penulis sebagai teori dan kosnep
yang akan dipergunakan dalam mengeksplorasi sekaligus menginterpretasikan
data. Konsep modal sosial dari Putnam dimaksudkan penulis sebagai justification
atau pembenaran bahwa rasa percaya, saling pengertian serta kesamaan nilai dan
perilaku yang mengikat anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang
memungkinkan adanya kerjasama adalah merupakan modal sosial yang
mendorong keberhasilan Koperasi Credit Union Lantang Tipo. Sedangkan konsep
42
dari R Leana dan Van Burren tentang tiga komponen modal sosial dalam koperasi
digunakan oleh penulis untuk menjelaskan bagaimana peran modal sosial dalam
perkembangan Koperasi Credit Union Lantang Tipo.
Dalam Credit Union, peran modal social
mentransformasikan asas-asas
penilain kredit normative. Selama ini, penilaian kredit normative menggunakan
assessment 5 hal, yaitu:
1) Character adalah data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifatsifat pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang
keluarga maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya
calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata
lain ini merupakan willingness to pay.
2) Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya
yang dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha
(business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pemah
mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini
merupakan ukuran dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar.
3) Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur
permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity,
return on investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon
pelanggan diberi pembiayaan, dan beberapa besar plafon pembiayaan yang
layak diberikan.
43
4)
Collllteral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila temyata calon
pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini
diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian
dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang
mungkin bisa dijadikan jaminan.
5)
Condition, pembiayaan yang diberikan JUga perlu mempertimbangkan
kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada
suatu usaha yang sangat tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena
itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha calon pelanggan.
Hal tersebut tidak terjadi pada penerapan simpan pinjam Credit Union.
Namun, system penilain Credit lebih menekankan pada nilai-nilai social dan
prinsip kegiatan kolektif anggota. Sehingga, collateral yang dibutuhkan lebih pada
jaminan terhadap nilai-nilai social tersebut. Diyakini, bahwa jaminan terhadap
nilai social merupakan collateral yang lebih dapat dipertangungjawabkan. System
keanggotaan Credit Union lebih cenderung pada komunitas homogen yang berasal
dari komunitas agama dan suku, sehingga, terdapat pergeseran nilai jaminan
normative ke arah jaminan terhadap nilai-nilai social yang ada pada kelompok
social tersebut.
4.
Kerangka Pemikiran
Mengacu pada konsep modal social (social capital) di atas, peneliti
berusaha untuk mendeskripsikan peran modal social dalam perkembangan
koperasi Credit Union Lantang Tipo. Di dalam kehidupan masyarakat Kabupaten
Sanggau memiliki berbagai macam nilai, budaya dan norma-norma yang
44
dijunjung tinggi oleh warganya. Keberadaan nilai, budaya dan norma ini mampu
melahirkan modal social yang memungkinkan kerjasama diantara warganya.
Dengan keberadaan koperasi Credit Union Lantang Tipo disini sangat membantu
masyarakat dalam akses kredit fmancial yang sangat mudah.
Untuk lebih memahami peran modal social dalam perkembangan CU
Lantang Tipo ini dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain :
a. Modal social dilihat dari aspek ideologi yang memiliki bentuk antara lain
kesamaan keyakinan /agama, rasa kebersamaan, social trust, dan norma-norma
dalam masyarakat.
b. CU Lantang Tipo yang mampu mengubah sceme kredit tanpa agunnan barang
tetapi berupa rasa kepercayaan diantara kedua belah pihak.
c. Modal social yang mampu mewujudkan rasa tanggungjawab anggota dalam
kewajiban kreditnya.
d. CU yang mampu eksis dan menjadi pilihan masyarakat dalam pembiayaan
kredit.
45
BABIII
METODE PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan
rancangan penelitian studi kasus untuk mengetahui perkembangan Koperasi
Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
2.
Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive dengan
mengambil lokasi di Koperasi Credit Union Lantang Tipo Kabupaten Sanggau.
Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah :
a. Di Kabupaten Sanggau terdapat banyak koperasi Credit Union namun CU
Lantang Tipo merupakan salah satu CU yang berkembang dengan pesat bahkan
melebihi lembaga keuangan konvensional sebagai contoh adalah BRI.
b. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sanggau lebih memilih CU dalam
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kreditnya. Hal ini dikarenakan CU tidak
mengharuskan adanya jaminan berupa barang akan tetapi jaminan dalam
bentuk kepercayaan kepada anggota atau sering disebut sebagai social capital.
3.
Metode Pengambilan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni
sumber asli informasi atas data tersebut (Amirin, 2000). Dalam penelitian ini yang
menjadi sumber data primer adalah data yang langsung dari sumbemya, melalui
46
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan. Informan adalah orang
yang mampu memberikan data/informasi yang sebenar-benarnya tentang diri
orang lain atau lingkungannya (Rusidi, 2006:28).
Metode yang utama dalam penelitian kualitatif adalah interview dan
observasi. Istilabfieldwork danfieldstudy terutama merujuk pada kedua kegiatan
ini dan kadang mencakup analisis dokumen (documentary analysis). Observasi
berbeda dengan interview dalam dua hal. Interview dilakukan pada latar yang
direncanakan, sedangkan observasi peran serta (participant observation)
dilakukan pada latar yang alami.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka yang menjadi informan dalam
penelitian ini adalah:
a. Kepala Dinas Perindagkop Kabupaten Sanggau
Sebagai Pembina Koperasi dan UKM di wilayah Kabupaten Sanggau.
b. Manager dan Pengurus CU Lintang Tipo
Sebagai informan yang terlibat langsung dalam pengelolaan CU
c. Nasabah:
Sebanyak 7 orang dengan menggunakan nama samaran. Ketujuh orang
nasabah ini yang telah direkomendasikan oleh pengurus CU untuk dijadikan
informan dalam penelitian ini. Mereka berasal dari berbagi latar belakang
yang berbeda-beda antara lain pamong desa, tokoh masyarakat, dan anggota
biasa.
47
b. Data Sekunder
Data sekunder ini dikumpulkan untuk melengkapi data primer, yaitu
seluruh data yang berkaitan dengan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di
Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Data sekunder juga diperoleh dari
penelitian dokumen, laporan, serta berkas-berkas yang berhubungan dengan
penelitian.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen atau arsip mengenai
Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat yang meliputi:
a. Dokumen, laporan atau arsip-arsip menyangkut Koperasi Credit Union (CU)
Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
b. Data laporan penerima dan penggunaan kredit.
c. Data pelanggaran atau penyimpangan kredit.
c. Wawancara
Teknik wawancara memiliki fungsi untuk menggali informasi dan berbagi
wacana dari informan. Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan
adalah semi terstruktur yang memungkinkan peneliti untuk lebih bebas tanpa
terpaku kepada pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan
wawancara dengan informan, peneliti berbekal panduan wawancara sehingga
dapat dimungkinkan irnformasi yang diperoleh akan berkembang secara luas.
Wawancara yang dilakukan secara mendalam (indept interview) secara langsung
terhadap nara sumber atau informan yang terlibat dalam Koperasi Credit Union
(CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
48
d. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk mengwnpulkan data sekunder dengan
mempelajari berbagai literature atau dokumen yang berhubungan dengan objek
penelitian. Pada penelitian ini dokumen yang digunak.an adalah dokumendokumen seperti laporan keuangan, laporan pertanggungjawaban pengurus dan
dokumen lain yang menyangkut Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdam dan Biklen dalam Moleong
(2006) adalah upaya yang dilak:ukan cara jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
menyintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritak.an kepada
orang lain. Mengacu pada pendapat tersebut, maka analisis dan penafsiran data
untuk penelitian ini secara umum dilak.ukan sepanjang penelitian dan dilak.ukan
secara terus menerus dari awal sampai akhir, adanya data baru yang terkumpul
secara simultan ak.an dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber (wawancara dan
dokumen).
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini data dianalisis secara
kualitatif melalui model analisis linier. Menurut Sutopo (1998) model linier ini
cenderung dekat dengan struktur yang sudah standar dalam penelitian kualitatif
tetapi menghilangkan tahap penyusunan hipotesis sehingga dalam kegiatannya
49
berjalan secara suksesif, tidak pernah berulang namwt tetap fleksibel terhadap
kenyataan-kenyataan di lapangan. Menurut Milles dan Huberman dalam Sutopo
(1998) inti dari analisis mengalir atau linier (jlow model ofanalysis) adalah :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan pencarian informasi baik dari data primer
maupwt data sekunder, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengumpulan
data dalam penelitian ini penulis lakukan dengan cara wawancara dengan
informan dan pengumpulan dokumen-dokumenyang berkaitan dengan penelitian
ini, di mana basil wawancara tersebut akan menghasilkan data primer dan basil
pengumpulan dokumen-dokumen tersebut akan menghasilkan data sekunder.
b. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses seleksi atau pemilihan, pemfokusan atau
pemusatan perhatian penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam
catatan lapangan. Dengan kata lain reduksi data sebagai bagian analisis ini
mempertegas, memperpendek, memusatkan perhatian membuang hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa. Dalam penelitian ini penulis
melakukan reduksi data dengan cara menyederhanakan data-data yang didapat di
lapangan, dengan cara menganalisis data-data yang mana saja yang berhubwtgan
dan
perlu ditulis dalam penelitian. Proses ini berlangswtg terus sepanjang
pelaksanaan
penelitian
dimulai
dari
sebelum
pengumpulan
data,
saat
pengumpulan data sampai dengan penelitian ini selesai ditulis.
50
c. Penyajian data
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi secara teratur
supaya mudah dilihat dan mudah dimengerti dalam bentuk yang kompak untuk
menarik kesimpulan penelitian. Dalam penelitian ini penyajian data sangat
berhubungan dengan proses pembahasan dan analisis lebih lanjut dari perumusan
masalah dan tujuan penelitian Penyajian data menjadi satu-kesatuan dengan
pembahasan penelitian sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian,
dimana data-data yang didapat penelitian ini dianalisis sesuai dengan perumusan
masalah dan tujuan penelitian.
d. Penarikan Kesimpulanlvemlkasi
Penarikan kesimpulan merupakan suatu usaha menarik konklusi dari halhal yang ditemui dari pengumpulan data, reduksi data maupun penyajian data.
Dalam penelitian ini kesimpulan terdiri dari tiga hal pokok sebagai hasil
pembahasan dari perumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu :
1) Kesimpulan yang berkaitan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
2) Kesimpulan yang berkaitan dengan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
pengembangan Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten
Sanggau Kalimantan Barat dan,
3) Kesimpulan yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang
mendukung dan
menjadi kendala Koperasi Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten
Sanggau Kalimantan Barat.
51
5.
Defmisi Variabel
V ariabel penelitian adalah: "suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan"
(Sugiyono, 2006). Agar
variabel tersebut dapat diukur secara mudah, maka perlu didefinisikan. Definisi
variabel terbagi menjadi dua yakni defmisi konsep dan definisi operasional
6.
Defmsi Konsep
Singarimbun dan Effendi (1995), mengemukakan bahwa: "konsep adalah
unsur penelitian yang penting dan merupakan definisi yang dipakai untuk
menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial maupun alam". Sementara
itu, menurut Purwanto (2007), definisi konsep adalah: "definisi yang ditemukan di
kamus (dictionary definition)". Dengan demikian definisi konsep dalam penelitian
ini mengacu pada variabel yang akan menjadi acuan dalam kegiatan Koperasi
Credit Union (CU) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, yaitu:
a. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapt disamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan.
b. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
52
c. Salah satu unsur yang terdapat dalam kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan
yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik
dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar·benar diterimanya kembali
dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan inilah
yang dimaksud dengan modal social.
7.
Defmisi Operasional
Salah satu unsur yang membantu komunikasi antar peneliti adalah defmisi
operasional, yang merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel
dijelaskan.
Surachmad (1970): "dengan membaca definisi operasional dalam
suatu penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel
sehingga peneliti akan dapat mengetahui baik buruknya pengukuran terse but".
Definisi operasional adalah indikator-indikator
yang dijadikan petunjuk oleh
peneliti untuk mengukur tiap-tiap variabel. Adapun rincian variabel yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
a. Modal sosial dalam mekanisme kredit dijelaskan dengan adanya kepercayaan
di antara anggota masyarakat dengan menggunakan ukuran nilai-nilai dan
norma yang ada.
b. Modal social dalam CU diukur dari:
1. Adanya hubungan di antara anggota komunitas dan anggota Credit Union
dijelaskan dengan tingkat intensitas komunikasi dan kebersaaan dalam
penentuan kebijakan lembaga.
53
2. Adanya rasa saling percaya dan kerjasama antara manajemen dan
peminjam (anggota) dijelaskan dengan hubungan kerja yang sehat.
c. Peminjam adalah anggota lembaga keuangan Credit Union yang dinilai
mempunyai keahlian dan mempunyai kejujuran yang baik, dengan penilaianpenilaian prinsip dan nilai social yang ada dan disesuaikan dengan keahlian
usaha.
54
BABIV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Wilayah dan Data Administratif
a.
Letak
Kabupaten Sanggau merupakan salah satu Daerah/Region Tingkat II yang
terletak di tengah-tengah dan berada pada bagian utara daerah Propinsi
Kalimantan Barat, dengan luas daerah 12.857,70 km2 dan kepadatan penduduk
rata-rata 30 jiwa per km2 • Dilihat dari letak geografisnya, Kabupaten Sanggau
terletak di antara 1 derajat 0 menit Lantang Utara dan 0 derajat 06 menit Lantang
Selatan, serta di antara 109 derajat 08 menit dan 111 derajat 03 menit Bujur
Timur. Batas Wilayah Kabupaten Sanggau :
- Sebelah Utara : Malaysia Timur (Sarawak)
- Sebelah Selatan : Kabupaten Ketapang
- Sebelah Timur : Kabupaten Sekadau
- Sebelah Barat : Kabupaten Landak
b. Wilayah
Kabupaten Sanggau merupakan Daerah Tingkat II yang daerahnya terluas
ke-4 (12,47%) dari kabupatenlkodya di Propinsi Kalimantan Barat. Jika dilihat
dari luas kecamatan, maka kecamatan terluas adalah Kecamatan Jangkang dengan
2
luas 1.589,20 km2 , kemudian Kecamatan Meliau, yaitu 1.495,70 km . Sedangkan
kecamatan terkecil adalah Kecamatan Balai dengan luas 395,60 km 2 kemudian
Kecamatan Beduwai dengan luas 435,00 km2• Selama tahun 2008, Kabupaten
55
Sanggau secara umum sering diguyur hujan dengan rata-rata hari hujan tertinggi
122 hari, terjadi pada bulan November. Sedangkan hari hujan terendah selama 39
hari. Rata-rata tinggi curah hujan terbesar 1 864,5 mm yang terjadi pada bulan
November, sedangkan yang terendah sebesar 717.9 mm terjadi pada bulan Juli.
c. Topografi
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang
berbukit dan berawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai, di antaranya: Sungai
Kapuas, Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang, Sungai Kambing, dan Sungai
Tayan. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Kal-Bar yang mengalir
dari Kabupaten Kapuas Hulu melalui Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau,
dan bermuara di Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya
merupakan cabang dari Sungai Kapuas yang berhubungan satu dengan yang
lainnya.
d. Penduduk
Penduduk Kabupaten Sanggau berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun
2008, berjumlah 388.909 jiwa, dengan rincian penduduk laki-laki 198.071 jiwa
dan penduduk perempuan sebanyak 190.838 jiwa yang menyebar di 15
2
Kecamatan dengan kepadatan penduduk 30 jiwa per km. Penyebaran ini tidak
merata antara kecamatan satu dengan lainnya. Laju pertumbuhan penduduk tahun
2008 mengalami penurunan, yaitu dari 1.43% tahun 2007 menjadi 1.29%.
Perbandingan penduduk laki-laki terhadap perempuan (sex ratio) sebesar 104.
Nilai ini berarti bahwa setiap 104 jiwa laki-laki terdapat 100 jiwa perempuan.
Dilihat dari penyebaran penduduk di Kabupaten Sanggau, Kecamatan Kapuas
56
yang terletak di lbukota Kabupaten Sanggau terbanyak dengan jumlah penduduk
79.493 jiwa (20.44%). Sedangkan Kecamatan Noyan adalah kecamatan yang
jumlah penduduknya paling sedikit, yaitu sebanyak 9.822 jiwa (2.53%).
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 1971 dan tahun 1980, laju
pertumbuhan penduduk kabupaten Sanggau dekade tujuh puluhan rata-rata 2,14%
setiap tahun. Sedangkan dibandingkan hasil Sensus Penduduk tahun 1980 dan
tahun 1990, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sanggau dalam dekade
delapan
puluhan
rata-rata
2,85%
setiap
tahun,
berarti
ada
kenaikan
pertumbuhannya sebesar 0,71% dibandingkan dekade tujuh puluhan. Hal ini
disebabkan pada dekade delapan puluhan banyaknya penempatan transmigran
maupun tenaga kerja perkebunan besar, dan lainnya.
Hasil Sensus Penduduk tahun 1990 dan tahun 2000 menunjukkan laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Sanggau sebesar 1, 73%, lebih kecil dibanding
laju pertumbuhan antara Sensus Penduduk 1980 dengan Sensus Penduduk tahun
1990. Kondisi ini terjadi karena dalam dekade sembilan puluhan cukup banyak
transmigran yang pulang ke tempat asal, juga banyak penduduk Kabupaten
Sanggau yang keluar dengan tujuan untuk sekolah, bekerja, terutama yang
menjadi TKI baik yang legal maupun ilegal karena letak Kabupaten Sanggau yang
berbatasan langsung dengan Malaysia. Selain itu, dikarenakan alasan keamanan,
banyak penduduk yang meninggalkan Kabupaten Sanggau karena sering
terjadinya kekacauan di Kalimantan Barat yang berimbas juga di Kabupaten
Sanggau.
57
2. Sejarah Credit Union Lantang Tipo
Berawal dari kelompok arisan yang dibentuk oleh guru yang mengabdi di
Yayasan Karya (saat ini Badan Karya) di Pusat damai untuk memenuhi keperluan
keluarga melalui koperasi dengan mengwnpulkan uang secara bersama-sama dan
dipinjamkan kepada anggotanya. Pada saat yang sama datang propaganda CU dari
Jakarta yang dibawa oleh Robby Tulus, A.C Lunandi, Suharto Nazir dan
Sukartono. Difasilitasi delegasi Sosial Keuskupan Pontianak (sekarang KOMSOS
KA Pontianak CU di Sanggau pada tanggal 24 sampai dengan tanggal 28 Agustus
1975. Kursus ini diikuti peserta dari daerah Pusat Damai, Batang Tarang,
Jemongko, Sanggau dan Jangkang. Masing-masing daerah mengutus lima orang
sebagai peserta kursus.
Setelah kembali dari kursus, lima orang utusan dari Pusat Damai
mengadakan pertemuan dengan guru-guru sekaligus meminta dukungan untuk
membentuk CU. Untuk memperkuat dasar keanggotaan, kelima orang utusan ini
memberikan pendidikan dasar bagi calon anggota CU yang akan didirikan.
Setelah melaksanakan pendidikan dasar, diadakan pertemuan pada tanggal 2
Februari 1976 di SD Subsidi di Pusat Damai, saat itu disepakati pendirian CU
dengan pembimbing P .Ewald Beck OFMCap dan menetapkan Badan Pengurus
dan penetapan nominal saham sebesar Rp.250,00. Pada kesempatan itu juga
disepakati Lantang Tipo sebagainama dengan berpedoman pada prinsip dasar
"Bukan mencari untung, melainkan pelayanan yang diutamakan" dengan anggota
pertama sebanyak 32 orang.
58
Pada tanggal 11 September 1995 CU Lantang Tipo telah memiliki badan
hukum dari pemerintah dengan nomor 90/BH/X dengan nama koperasi Simpan
Pinjam Lantang Tipo dan pada tahun 1999 terjadi perubahan badan hukum dengan
nomor 90.a/BH/X pada tanggal 11 september 1995 yang ditetapkan pada tanggal
01 Agustus 2000 dengan nama Koperasi Kredit CU Lantang Tipo.
a Gambaran Umum Wilayah Kerja CU Lantang Tipo
Wilayah kerja CU Lantang Tipo Kantor Pusat adalah wilayah Kecamatan
Parindu, Kabupaten Sanggau dengan luas 593,90 KM2 • Terdiri dari 14 desa
dan 43 dusun, wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan Bonti, sebelah
selatan dengan kecamatan Tayan Hilir, sebelah Timur dengan Kecamatan
Kapuas dan sebelah barat dengan kecamatan Tayan Hulu.
Sejak tahun 1991 Pengurus CU Lantang Tipo mengangkat staf untuk
melaksanakan pelayanan sehari-hari. Kebutuhan kantor semakin dilengkapi
antara lain dengan mengajukan badan hokum kepada Pemerintah. Tahun 1995
CU Lantang Tipo telah memiliki gedung baru yang terletak di Kompleks
Paroki Pusat Damai. Badan hukumpun dikeluarkan pada tanggal 11 september
1995 dengan nomor Badan Hukum 90.a!BH/X. Tempat pelayanan baru
didirikan untuk mendekatkan pelayanan kepada para anggota dan memperluas
kesempatan kepada masyarakat untuk menjadi anggota. Pelayanan saat ini
didukung oleh 266 staf, dan CU sangat mendukung pemerintah dalam
mempraktekkan ekonomi kerakyatan di tengah masyarakat.
59
b. Potensi Sumber Daya Alam
perkebunan kelapa sawit dan karet. Jenis tanah sebagian besar wilayahnya
adalah padsolik merah kuning batuan dan
pada~
cocok untuk perkebunan
tanaman keras. Hampir semua wilayahnya memiliki areal perkebunan kelapa
sawit dan
kare~
baik yang dimiliki oleh perusahaan perkebunan maupun
perorangan masyarakat.
c. Komposisi Penduduk
Suku Dayak merupakan suku yang mendiami wilayah Kecamatan Parindu,
terdiri dari sub Suku Dayak Hibun, Pandu, Dosan dan Kodant. Agama yang
dianut penduduk kecamatan Parindu adalah : Katolik 11.057 orang, Protestan
4.254 orang, Islam 2.919 orang, Hindu 128 orang, Budha 90 orang, lainnya 99
orang. Total penduduk berjumlah 18.547 orang. Penduduk berdasarkan jenis
kelamin : laki-laki 13.834 orang, perempuan 14.816 orang. Sebagian besar
penduduk Kecamatan Parindu adalah petani (kelapa
sayuran), karyawan, buruh di perkebunan kelapa
sawi~
sawi~ kare~
padi dan
pedagang dan Pegawai
Negeri Sipil.
d. Sosial Budaya
Pergeseran Pola Hidup masyarakat mulai berubah sejak masuknya perkebunan
kelapa sawit tahun 80-an. Masyarakat yang semula hanya berladang dan
memetik hasil hutan mulai beralih menjadi petani sawit. Perayaan adat yang
masih dirayakan adalah Nosu Minu, dilaksanakan setiap bulan April sampai
Juli. Ada yang dirayakan secara serentak di beberapa Dusun, ada juga yang
dirayakan sendiri-sendiri di dusun-dusun. Hakekat Nosu minu adalah wujud
60
syukur atas panen padi lading dan memanggil kembali semangat padi (podi)
agar tetap menghasilkan di tahun-tahun yang akan datang.
Selain daripada itu, masyarakat kabupaten Sanggau sebagian besar menganut
agama Katholik yang setiap minggunya mereka beribadah di gereja-gereja.
Biasanya kesempatan setelah beribadah mereka gunakan untuk membahas
masalah yang mereka hadapi. Mereka bisa saling diskusi dan memberikan
masukan kepada yang lain dalam menyelesaikan masalah. Selain itu mereka
juga punya perkumpulan-perkumpulan ibu-ibu seperti Arisan, perkumpulan
wanita Katholik yang juga sesama anggota CU.
e. Lembaga Keuangan yang ada di Kecamatan Parindu
Lembaga keuangan yang pertama melayani masyarakat di wilayah Kecamatan
Parindu adalah CU Lantang Tipo, yaitu sejak 2 Februari 1976. Untuk saat ini
lembaga keuangan yang beroperasi di Kecamatan Parindu ada 2 jenis, yaitu
koperasi dan bank. Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu KUD ada 5 dan
Credit union ada 5, sedangkan bank yang beroperasi di kecamatan Parindu ada
2 unit.
f. Struktur dan Organisasi CU Lantang Tipo
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian, dinyatakan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri
dari, 1) Rapat Anggota, 2) Pengurus, 3) Pengawas.
Berikut ini adalah struktur organisasi Credit Union Lantang Tipo:
61
Gambar4.1.
STRUKTUR ORGANISASI CREDIT UNION LANTANG TIPO
RAPAT ANGGOTA
I
I
....I
BADAN
PENGAWAS
PENGURUS
J
I
KETUA
I
SEK.RETA
RIS
I
ANGGOTA
I
I
KETUA
WAKIL
KETUA
SEK.RETARIS
BENDAHARA
CEO
Pada tanggal 31 Januari 2009 telah dilaksanakan Rapat Anggota Tahunan
Tahun Buku 2008,
dalam RAT tersebut dipilih Pengurus dan Pengawas
Periode 2009-2011 karena masa jabatan Pengurus dan Pengawmnas Periode
2006-2008 telah berakhir. Pemilihan dilakukan secara voting sesuai
kesepakatan peserta RAT, dengan basil sebagai berikut:
a. Pengurus Periode 2009-2011
Ketua
: Marselus Sunardi, S.Pd.
Wakil Ketua
: Thomas, S.Pd.
Sekretaris
: Markus Sari Massuka, S.Pd.
Bendahara
: Angela, SIP.
62
b. Pengawas Periode 2009-2011
Ketua
: Raymundus
Wakil Ketua : Lorensius Liyo, S.Pd.
Anggota
: Martoyo, S.H.
c. Eksekutif
Per 31 Desember 2009 Eksekutif Koperasi Kredit CU Lantang Tipo
berjumlah 266 orang yang terdiri dari 170 orang laki-laki dan 96 orang
perempuan. Berdasarkan Program Kerja Tahun Buku 2009 akan diterima 50
orang tenaga kerja baru, namun dalam perkembangannya, seiring
pertumbuhan dalam perkembangannya, seiring pertumbuhan asset, anggota,
dan dibuka beberapa TP baru, maka diterima 100 orang. Penerimaan tenaga
kerja baru dilakukan secara bertahap, pada tahap pertama lamaran masuk
berjumlah 215 berkas, lulus seleksi hingga diterima bekerja 42 orang, pada
tahap kedua lamaran masuk berjumlah 315 berkas lulus seleksi hingga
diterima bekerja sebanyak 58 orang,total penambahan tenaga baru sebanyak
100 orang yang terdiri dari 64 orang laki-laki dan 36 orang perempuan.
Selama tahun 2009 sebanyak 14 orang eksekutif mengundurkan diri, yang
terdiri dari 8 orang perempuan, 6 orang laki-laki, yaitu : Yohana
Fransiska,Veronika Elisa Susanti, A.Md. Mechal Loisa Manurung, A.Md.
Ronald Edo Jumalisa, SE, Fransiska Vebrianti, Yuliana Pelora Paulina,
Rapit, S.IP.
Kosmasa Prengki, SE., M. Imaculata Ima, SE., Marice, A.Md.
Yohanes Sasino, lgnasius Sunardi, S.T., Ervina Ruti, YosefTheodorus, SE.
63
Berdasarkanjumlah anggota per 31 Desember 2009 sebanyak 91.801 orang,
maka 1 orang eksekutif melayani 345 orang anggota.
d. Rapat
Dalam tahun buku 2009 Pengurus, Pengawas telah melaksanakan
rapat yang terdiri dari 4x Rapat Khusus, 2x Evaluasi, 9x Rapat Pengurus
Pengawas. Eksekutif telah melaksanakan 12x rapat.
e. Monitoring
Dalam Tahun Buku 2009 Pengurus dan General Manager telah
melakukan monitoring ke TP untuk meninjau dan sekaligus memberikan
motivasi kepada para Eksekutif di TP. Pengurus telah melakukan
monitoring ke TP-TP sebanyak 14 kali, sedangkan General Manager
sebanyak 13 kali.
f. Pengadaan Aktiva Tetap
Selama tahun buku 2009 telah diselesaikan pembangunan 8 gedung
permanen yaitu TP Masdapala Ngabang, Beduai, Teraju, Tayan, nang
Taman, Noyan, Serimbu dan Kantor Pusat di Pusat Damai, total nilai
gedung tersebut sebesar Rp. 17. 720.892.500,00. Gedung telah diresmikan
oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs. Comelis, M.H. Pengadaan aktiva
tetap
tahun
buku
2009
selain
gedung
juga
tanah
senilai
Rp.
4.419.997.300,00; perlengkapan kantor sebesar Rp. 300.642.600,00.
Peralatan kantor sebesar Rp. 3.913.992.875,00 dan kendaraan (sepeda
motor dan mobil) sebesar Rp. 412.590.700,00. Aktiva tidak berwujud Rp.
180.473.000,00. Dalam tahun buku 2009 diperoleh 3 unit mobil baru
64
masing-masing Daihatsu Terios, Toyota Hilux 4x4 (Ambulance), dan
Toyota Hilux 4x4 double cabin. Daihatsu Terios diperoleh dari Bank Kalbar
sebagai hadiah,Toyota Hilux 4x4 (ambulance) diperoleh dari Bank
Danamon sebagai hadiah, Toyota Hilux 4x4 double Cabin diperoleh dari
Bank BTN sebagai hadiah. Pada tahun 2009 juga telah dijual mobil
Daihatsu Taft Ranger 4x4. Jumlah mobil per 31 Desember 2009 ada 7 unit
mobil (Ford double cabin 4x4, Mitsubishi Strada double cabin 4x4, Toyota
Hilux double cabin 4x4, Daihatsu Xenia, Daihatsu Terios, dan Toyota
Ambulance, Toyota Hilux 4x4 ambulance).
g. Tempat Pelayanan
CU Lantang Tipo memiliki 36 TP yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota
di Kalimantan Barat. TP yang dibuka tahun buku 2009 yaitu Balai Berkuak
(Ketapang, penyelamat anggota CU Pengiris Midup), Sepauk (Sintang),
Tanah Pinoh (Melawi) dan Simpang Silat (Kapuas Hulu).
3.
Kebijakan Teknis Kredit CU Lantang Tipo
a.
Kredit
Dalam implementasi pemberian kredit, CU Lantang Tipo mempuny&
kebijakan teknis yang mengatur syarat-syarat kredit yang dapat diperoleh nasabah.
Syarat-syarat teknis tersebut antara lain hanya dapat diberikan kepada anggota
penuh dan sudah mengikuti pendidikan dasar I, sehingga anggota luar biasa
(ALB) tidak dapat diberikan kredit. Penilaian kredit dilakukan oleh manajemen
CU melalui mekanisme pengajuan kredit atau Surat Permohonan Kredit (SKP)
dan Surat Perjanjian Kredit (SPK) wajib ditandatangani oleh pemohon, analis
65
kredit, dan pejabat yang berwenang. Penandatanganan Surat Permohonan Kredit
dan Surat Perjanjian Kredit diatur berdasarkan besarnya nilai kredit cair, sebagai
berikut.
1) Kredit cair sampai dengan Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) diketahui
dan ditandatangani oleh analis kredit, kabid kredit dan Manajer TP.
2) Jika
kredit
cair
Rp.
100.000.000,00
(seratus
juta
rupiah)
sampm
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diketahui dan ditandantangani oleh
analis kredit, kabid kredit, Manajer TP, dan CEO CU Lantang Tipo.
3) Kredit cair di atas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) diketahui dengan
ditandatangani oleh analis kredit, Kabag Kredit, Manajer TP, CEO, Bendahara
dan Komite Kredit.
4) Kredit Pengurus, Pengawas, dan Eksekutif wajib diketahui dan ditanda-tangani
oleh semua Pengurus (kecuali personil yang mengajukan kredit).
5) Pemohon wajib mengikuti wawancara kredit (yang tidak dapat diwakilkan) dan
hila perlu analis kredit dapat meminta menghadirkan suamilistri/ahli waris dari
pemohon.
6) Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit,
yang diputuskan berdasarkan basil konsultasi kredit dan analisis 5C (Character,
Capacity to pay, Capital status, Collateral/Co-makers, Credit conditions) serta
penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di dalam Poljak
Pengurus 1•
1
Wawancara dengan pengurus, tanggal 19 Agustus 2010, di Sanggau.
66
Selain itu, tujuan kredit tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai Credit Union. Adapun prinsip-prinsip Credit Union Lantang Tipo
adalah Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela, Pengawasan yang demokratis,
Tidak Diskriminatif, Pelayanan Kepada Para Anggota, Distribusi Kepada Para
Anggota, Membangun Stabilitas Keuangan, Menyelenggarakan Pendidikan dan
Pelatihan, Kerjasama Antar Koperasi, dan Tanggung jawab Sosial. Sedangkan
Nilai-nilai Credir Union Lantang Tipo adalah Menolong diri sendiri atau swadaya,
Bertanggung jawab kepada diri sendiri, Demokrasi, Kebersamaan, Keadilan, dan
Solidaritas. Dalam tradisi dari pendirinya, anggota-anggota Credit Union percaya
pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli
terhadap orang lain.
Sebagai contoh, kredit tidak dapat diberikan untuk tujuan berobat atas nama
sendiri. Jika pemberian kredit terpaksa dilakukan, maka risiko menjadi tanggung
jawab ahli waris, dibuktikan dengan surat pemyataan bermaterai. Kredit pertama
bagi anggota baru maksimal sebanyak saldo simpanan, kecuali kredit KMS.
Kredit pertama setelah berkasus/macet hanya dapat diberikan maksimal sebanyak
saldo simpanan. Kredit yang besamya di atas simpanan diperlukan penjamin dan
jaminan pengikat yang tergolong harta lancar. Namun, pencairan kredit dapat
dibatalkan apabila ditemukan bukti-bukti yang meragukan dan atau jika pemohon
menarik permohonannya. Dalam konteks risk management, pembayaran angsuran
sesuai jatuh tempo, toleransi maksimal 10 hari dalam bulan yang sama.
Sedangkan angsuran kredit yang dilakukan lebih dari satu kali dalam bulan yang
sama, dikenakan bunga tambahan 1% dari sal do kredit.
67
Anggota yang masih mempunyai saldo kredit dapat mengajukan kredit baru
apabila kredit lama telah dilunasi 70%. Kredit bagi anggota yang sedang menjadi
Pengurus, Pengawas dan Eksekutif wajib dibahas dalam Sidang Pengurus tanpa
menghadirkan yang bersangkutan.
Dalam pelayanan kredit, CU lantang Tipo mempunyai beberapa kebijakan,
antara lain:
1. Jasa Pelayanan Kredit
a) Jasa pelayanan Gaspel) ditarik pada saat pencairan kredit.
b) Kredit maksimal sebesar Simpanan Pokok (SP) + Simpanan Wajib
(SW) + Simpanan Muhunt (SM), dikenakan jasa pelayanan 0,5% dari
kredit cair.
c) Kredit maksimal 20% di atas SP + SW + SM, dikenakan jasa
pelayanan 0,8% dari kredit cair.
d) Kredit di atas 20% dari SP + SW + SM, dikenakan jasa pelayanan
1,2% dari kredit cair.
e) Jika melakukan penambahan kredit, jaspel hanya dikenakan pada nilai
penambahan dan besarnya sesuai ketentuan point B.l butir b), c), d).
2. Penjamin dan Jaminan Kredit
2.1. Penjamin
a) Yang dapat menjadi penjamin kredit adalah sesama anggota CU
Lantang Tipo yang saling mengenal, aktif, dan berwatak baik.
b) Penjamin bertanggung jawab atas kelancran angsuran kredit.
68
c) Karena jabatannya
Pen~
Pengawas, dan Eksekutif tidak dapat
menjadi penjamin. Apabila mereka menjadi penjamin, maka statusnya
sebagai anggota.
d) Tidak semua pinjaman mewajibkan adanya penjamin.
2.2. Jaminan
a) Simpanan saham dan simpanan Muhunt otomatis menjadi jaminan
kredit.
b) Simpanan ALB danlatau simpanan non saham tertentu dapat dijadikan
jaminan kredit tambahan.
c) Analis kredit dapat meminta Jamman tambahan lainnya demi
keamanan kredit, antara lain berupa barang hak. milik seperti tanah,
bangunan, kendaraan, kebun dan lain-lain yang dilengkapi dengan
bukti kepemilikan yang sah serta surat pengikat jaminan dan surat
kuasa penyitaan/penjualan barang jaminan.
d) Pengikatan barang jaminan dapat dilakukan dengan Akta Notaris.
e) Analisis kredit berwewenang menentukan nilai taksiran barang
jaminan tambahan sebagaimana point 2.2 butir c.
f) Jaminan kredit tidak dapat ditarik dan sebelum saldo kredit kurang dari
atau sama dengan saldo simpanan saham.
3. Denda
a) Denda dikenakan apabila bunga tidak dibayar dan/atau tidak penuh
pembayarannya.
b) Besarnya denda adalah 4% dari besarnya bunga yang tidak masuk.
69
Sedangkan untuk mengatur jenis kredit, CU Lantang Tipo mempunyai
kebijakan teknis sebagai berikut:
1. Kredit Produktif
a. Kredit Untuk Menambah Simpanan (KMS)
1) KMS adalah kredit yang bertujuan untuk menambah simpanan
sehingga semua kredit cair langsung dimasukkan kedalam
sunpanan saham, simpanan setara saham dan atau simpanan
Muhunt.
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta
rupiah).
3) Lama angsuran maksimal 36 bulan.
4) Bunga KMS bervariasi berdasarkan besamya kredit, yaitu:
4.1.
KMS kurang dari Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) 2%
menurun (lOB) per bulan.
4.2.
KMS Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) sampai dengan Rp
6.000.000,00 (enam juta rupiah) 1,80% menurun (lOB) per
bulan.
4.3.
KMS lebih dari Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) 1,5%
menurun (lOB) per bulan.
5) Jasa pelayanan 0,8% dari kredit cair, dan harus dibayar tunai pada
saat pencairan kredit.
70
6) Apabila kredit tidak diangsur saat jatuh tempo (termasuk masa
toleransinya), maka angsuran dan bunga bulan tersebut akan
dipotong langsung dari saldo simpanan sesuai perjanjian kredit.
b.
Kredit Usaha Dagang
1) Diberikan kepada anggota untuk modal usaha dagang (Sembako,
BBM, Bangunan, Elektronik).
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 150.000.000,00 (seratu lima puluh
juta rupiah).
3) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
4) Simpanan minimal 40% dari kredit cair ditambah agunan yang
sesuai.
5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan
setoran tetap.
6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
e.
Kreclit Pembelian Kendaraan Angkutan
1) Diberikan kepada Anggota untuk membeli kendaraan angkutan
seperti truck, bus, mini bus, sepeda motor, speed boat, dll.
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima
puluh juta rupiah).
3) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
4) Simpanan minimal 50% dari kredit cair ditambah agunan yang
sesuai.
71
5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan
setoran tetap.
6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1.
7) Kredit
pembelian
kendaraan
dapat
memanfaatkan
fasilitas
SIMOTO.
d. Kreclit Pertanian
1) Diberikan kepada Anggota untuk usaha pertanian meliputi
perkebunan rakyat, perikanan, dan petemakan.
2) Maksimal
pemberian
kredit
untuk
pembibitan
Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dengan lama
angsuran maksimal 48 bulan.
3) Maksimal
pemberian
kredit
untuk
pemeliharaan
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dengan lama angsuran
maksimal 72 bulan.
4) Simpanan minimal40% dari kredit cair.
5) Bunga 2% menurun dibayar bersama angsuran atau dibayar dengan
setoran tetap.
6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1.
7) Agunan sesuai dan harus melalui penyelidikan lapangan.
e. Kredit Properti
I) Maksimal pemberian kredit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 120 bulan.
72
3) Simpananminimal30%
4) Bunga kredit bervariasi berdasarkan lama angsuran, yaitu:
4.1. Masa pembayaran kurang dari 30 bulan, bunga kredit 1,75%
menurun (lOB) per bulan.
4.2. Masa pembayaran 30 sampai dengan 72 bulan, bunga kredit
2%menurun (lOB) per bulan.
4.3. Masa pembayaran 73 sampai dengan 120 bulan; bunga kredit
2,3% menurun (lOB) per bulan.
5) Agunan sesuai dengan lolos penyelidikan lapangan.
6) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B point 1.
f. Kredit Usaha Kontraktor
1) Diiberikan kepada kontraktor yang telah menjadi anggota CU
Lantang Tipo untuk menyelesaikan satu proyek/tender.
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 300.000.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).
3) Lama angsuran maksimal 6 bulan.
4) Simpanan minimal30% dari kredit cair.
5) Bunga kredit 2% flat.
6) Jasa pelayanan 1,5% dari kredit cair.
7) Cara pembayaran dapat dilakukan dengan sistem termin, yaitu
termin pertama 30%, termin kedua 40%, dan termin ketiga 30%
ditambah bunga pada masing-masing periode itu.
73
8) Menyerahkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) asli, menunjukkan
surat ijin CV/PT/Koperasi yang digunakan.
9) Agunan sesuai dengan lolos penyelidikan lapangan.
g. Kredit Anggota CUMI ( Credit Union Mikro Finance Inovation)
1) Diberikan hanya kepada anggota CUMI yang aktif.
2) Angsuran kredit dilakukan secara harian atau mingguan.
3) Maksimal pemberian kredit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
4) Kredit pertama diberikan maksimal sebanyak simpanan.
5) Lama angsuran maksimal30 hari.
6) Bunga 4% dari kredit cair dibayar bersama angsuran.
7) Anggota yang aktif membayar kredit diberikan Balas Jasa Kredit
(BJK) sebesar 5% dari setoran bunga yang disetor dalam tahun
buku 2010 dan langsung tambahkan ke dalam simpanannya
8) Anggota yang tidak aktif dan atau berhenti tidak diberikan BJK.
2. Kredit Konsumtif/Kesejahteraan
a. Kredit Membangun/Rehap Rumah
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 120 bulan.
3) Bunga kredit 1,5% menurun per bulan.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 35% dari kredit cair.
74
6) Agunan utama sertiflkat tanah dan rumah yang dibangun, lolos
survey.
7) Jika pemanfaatan kredit tidak untuk membangun/rehap rumah,
maka suku bunga menjadi 2% menurun per bulan.
b. Kredit Kepemilikan Rumah Tinggal
1) Pengadaan rumah bekerjasama dengan pihak ketiga.
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
3) Lama angsuran maksimal 180 bulan.
4) Membayaran Uang Muka (DP) sesuai ketentuan developer.
5) Booking kapling sebesar Rp. 2.000.000,00 (duajuta rupiah).
6) Bunga kredit 13% p.a dan dapat berubah mengikuti bunga pasar.
7) Membayar jaspel 0,5% dari kredit cair, legalisasi notaris, appraisal,
asuransi jiwa, asuransi kebakaran, materai, BPHTB, dan BBN
Sertiflkat sesuai ketentuan.
8) Agunan rumah yang diambil dan sertiflkatnya, lolos survey.
9) Simpanan minimal10% dari kredit cair.
10) Persyaratan khusus, sebagai berikut :
a) Usia pemohon minima121 tahun dan/atau telah menikah.
b) Fotocopy KTP pemohon 7 lembar, suami/istri pemohon 3
lembar.
c) Fotocopy Surat Nikah 5lembar.
d) Fotocopy Kartu Keluarga 5 lembar.
75
e) Pasfoto wama 3 x 4 em; suami 3lembar, istri 3lembar.
t) Bersedia mengikat perjanjian dengan akta notaris.
g) Berlaku pada mitra pengembang perumahan dengan PKS yang
dinotariskan.
c. Kredit Sepeda Motor
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
7) Kredit
pembelian
kendaraan
dapat
memanfaatkan
fasilitas
SIMOTO.
d. Kredit Mobil Pribadi/Keluarga
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 60 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. poin 1.
5) Simpanan minimal 40% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
76
7) Kredit
pembelian
kendaraan
dapat
memanfaatkan
fasilitas
SIMOTO.
e.
Kredit Barang Elektronik
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 36 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
f.
Kredit Pesta
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 36 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
g. Kredit Kesehatan
1) Kredit kesehatan tidak dapat diberikan untuk tujuan biaya berobat
atas nama sendiri.
2) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,00 (dua puluh limajuta
rupiah).
77
3) Lama angsuran maksimal 72 bulan.
4) Bunga kredit 2% menurun.
5) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
6) Simpanan minimal 30% dari kredit cair.
7) Agunan sesuai.
h. Kredit Pendidikan
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
3) Bunga kredit 1.75% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 30% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
1.
Kredit Perabot Rumah Tangga
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 25.000.000,00 (dua puluh limajuta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minima130% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
78
J.
Kredit Aksesoris
1) Maksimal pemberian kredit Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah).
2) Lama angsuran maksimal 24 bulan.
3) Bunga kredit 2% menurun.
4) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
5) Simpanan minimal 35% dari kredit cair.
6) Agunan sesuai.
Sedangkan kredit yang bersifat darwat diatur dengan:
a) Kredit darutat dapat diberikan jika ketentuan umum A.16 belum
terpenuhi, tetapi saldo simpanan saham lebih besar daripada saldo
kredit.
b) Kredit baru ditambah saldo kredit yang lama maksimal sebesar
saldo .simpanan saham.
c) Lama angsuran maksimal 48 bulan.
d) Bunga 2% menurun (lOB) per bulan.
e) Jasa pelayanan sesuai ketentuan B. point 1.
79
Dalam konteks risk management, CU Lantang Tipo mempunyai kebijakan
yang dapat diperhatikan dalam matriks berikut:
Aksi
Hari
Tindak Lanjut
Menunggak
l-10 hari
Setelah 10
Masa tenggang atau masa toleransi.
SMS ke2 mengingatkan tanggal jatuh tempo
Surat pemberitahuan atau SMS
Bagian kredit (loan departement) mengirim surat/SMS
hari
ke-3 memberitahukan bahwa kredit sudah lewat jatuh
tempo.
15 hari
20 hari
30-45 hari
Pesan ke-4 harus dikirim : "Apakah Anda lupa?
Bagian kreditllapangan
Jika pembayaran belum diterima dalam 15 hari.
kredit lalai (angsuran. bunga) untuk melengkapi data
hubungi nomor teleponnya
pada surat yang akan dikirim.
menyiap kan data jumlah
Pemotongan SM dilakukan sesuai poljak.
Pesan ke5 dikirim kepada peminjam "Mengapa
Lanjutkan kontak lisan/kunjungan atau kontak tertulis
Anda terlambat membayar?" Tembusan surat
sampai adanya tanggapan/tindak lanjut dari yang.
dikirim ke penjamin.
46-60 hari
61-90 hari
Penagihan
lanjutan
melalui
kunjungan
Cari solusi konkrit sebagai jalan keluar yang disepakati
lapangan. Jajaki untuk melakukan eksekusi
bersama
barang jaminan. Hubungi penjaminnya jika
mengidentifikasi KL yang ber-potensi macet untuk
ada
dilaporkan kepada Manajer/Koordinator.
Tindakan tegas secara hukum dapat dilakukan.
Bagian
oleh
kedua
kreditllapangan
pihak.
Bagian
mereko-mendasi
kredit
alternatif
langkah pe-nanganan yang akan diambil se-bagai
kesepakatan formal dengan penunggak.
91-364 hari
365 hari
Melimpahkan
ke
pengacara
atau
badan
Penuntutan
perkara.
klaim
dan
penyerahan,
penagihan (collection agent),jika diperlukan.
penyelesaian, dan usaha penagihan lebih lanjut.
Usulkan charge-off.
Manajer membuat daftar tentang charge-off kepada
CEO untuk dilanjutkan ke Pengurus.
Hasil Wawancara dengan Pengurus CU. Lantang T1po (2010)
80
b. Perlindungan Nasabah
Program perlindungan financial kepada nasabah, lanjut Susana, diberikan
CU Lantang Tipo dengan beberapa kebijakan, antara lain Perlindungan, Bantuan
dan Promosi, Bantuan Duka, dan Bantuan Rawat Inap. Adapun keterangan rinci
sebagai berikur:
A. Produk Perlindungan
1) JALINAN
1) Jalinan melindungi simpanan saham (SP, SW), simpanan setara saham
(SM, PUSANn dan saldo kredit anggota yang aktif sesuai kebijakan
Jalinan terbaru.
2) Perlindungan terhadap simpanan, simpanan Muhunt dan simpanan
setara saham disebut Santunan Solidaritas disingkat TUNAS.
3) Ketentuan TUNAS, adalah sebagai berikut :
3.1. Syarat pengajuan klaim TUNAS adalah meninggal dunia.
3.2. SP, SW, SM, dan PUSANT yang mendapat TUNAS adalah saldo
akhir simpanan yang transaksinya terjadi pada usia 0 sampai
dengan 70 tahun.
3.3. Besarnya klaim TUNAS adalah :
a.
100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang
meninggal dunia, dengan plafon maksimal Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah), jika anggota masuk dan meninggal dunia
pada usia antara 0 sampai dengan 1 tahun.
2 Wawancara dengan pengurus tanggal23 Agustus 2010 di Sanggau.
81
b.
100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang
duni~
meninggal
dengan
plafon
maksimal
Rp.
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), jika usia saat diterima
menjadi anggota antara 60 - 70 tahun. Usia meninggal
bebas.
c.
100% dari saldo SP + SW + SM + PUSANT anggota yang
meninggal
duni~
dengan plafon maksimal Rp. 25.000.000,0
(dua puluh lima juta rupiah) dan saat diterima menjadi
anggota belum berusia 60 tahun .
d.
Jika terjadi penarikan simpanan pada usia di atas 70 tahun,
maka klaim yang dibayar sebesar saldo simpanan terendah
sesuai butir 3.2.
3.4. Total SP + SW + SM + PUSANT yang tidak mendapat TUNAS,
yaitu:
a.
SP + SW + SM + PUSANT yang melebihi ketentuan batas
maksimal perlindungan pada butir 3.3. ~ b, dan c.
b.
SP + SW + SM + PUSANT yang transaksinya terjadi
sebelum usia 70 tahun , te tapi telah ditarik ketika usia di
atas 70 tahun.
c.
SP + SW + SM + PUSANT yang transaksinya terjadi pada
usia di atas 70 tahun.
d.
SP + SW + SM + PUSANT anggota yang saat masuk
menjadi anggota CU Lantang Tipo dalam kondisi sakit,
82
sehingga ybs meninggal dunia dalam jangka waktu sampai
dengan 3 bulan setelah menjadi anggota.
e.
Anggota yang tidak menyetor SW lebih dari 6 bulan
berturut-turut.
f.
Simpanan KMS anggota baru yang piutangnya belum pernah
diangsur sejak pencairan dan /atau yang dikompensasikan
langsung dari simpanannya.
g.
Simpanan lembaga yang diatasnamakan perorangan .
3.5. TUNAS diserahkan kepada ahli waris yang sah bersamaan
dengan penyerahan pengembalian SP + SW + SM + PUSANT
setelah disetujui oleh managemen Jalinan BKCU Kalimantan.
4) Perlindungan terhadap saldo kredit anggota disebut Perlindungan
Piutang disingkat LANTANG.
5) Ketentuan LANTANG, adalah sebagai berikut :
5.1. Syarat pengajuan LANTANG adalah Cacat Total Tetap dan/atau
meninggal dunia.
5.2. LANTANG tidak diserahkan kepada ahli waris, tetapi digunakan
untuk melunasi saldo kredit anggota yang bersangkutan di CU
Lantang Tipo.
5.3. Besarnya LANTANG sesuai saldo kredit, yaitu:
a.
Maksimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), jika
usia saat kredit cair antara 60 s.d. 70 tahun.
83
b.
Maksimal Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah),
jika usia saat kredit cair antara 17 s.d. 60 tahun.
5.4. Selisih saldo kredit di atas ketentuan butir 5.3 dibebankan kepada
ahli waris yang sah sesuai dokumen kredit, dan wajib dilunasi
paling lambat pada saat penyerahan Jalinan.
5.5. Angsuran tertunggak dan/atau bunga tertunggak akan dipotong
dari TUNAS yang akan diterima.
5.6. Kredit yang tidak mendapat LANTANG, yaitu:
a.
Kredit yang diberikan kepada ALB, anggota yang belum
berusia 7 tahun!belum menik:ah dan/atau sudah berusia di
atas 70 tahun.
b.
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk biaya berobat
atas diri sendiri.
c.
Kredit yang diberikan kepada anggota yang sedang sakit.
d.
Kredit KMS yang tidak pernah diangsur lebih dari 1 bulan
setelah pencairan dan/atau yang dikompensasikan langsung
dari simpanannya.
e.
Kredit lembaga yang diatasnamakan kepada seorang
anggota.
f.
Kredit yang tertunggak lebih dari 6 bulan.
g.
Saldo kredit yang lebih besar dari batas perlindungan
maksimal.
h.
Saldo kredit yang tergolong kredit macet.
84
1.
Saldo kredit KMS yang masa angsurannya lebih dari 3
tahun.
6) Pengajuan
pennohonan
Klaim
Jalinan
(TUNAS/LANTANG)
dilakukan oleh pihak ahli waris kepada CU Lantang Tipo untuk
diteruskan ke
7) Pennohonan dan penyerahan berkas untuk pengajuan klaim TIJNAS
ke CU Lantang Tipo dilakukan paling lambat 80 hari setelah anggota
meninggal dunia untuk segera diteruskan ke BKCU Kalimantan paling
lambat 90 hari setelah anggota meninggal dunia.
8) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk klaim
TIJNAS adalah :
a. Surat Keterangan Kematian yang asli dari Kepala Desa/instansi
terkait atau copiannya yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwewenang.
b. Buku Simpanan Saham, Simpanan Muhunt dan Simpanan Setara
Saham yang asli.
c. KTP/identitas lainnya yang asli dan masih berlaku dan/atau Surat
Keterangan Penduduk yang dikeluarkan oleh Kepala Desa.
d. Fotokopi KTP/Identitas lainnya milik ahli waris yang sah.
e. Berkas lainnya disiapkan oleh Eksekutif CU Lantang Tipo.
9) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk klaim
LANTANG karena meninggal dunia, adalah :
85
a. Surat Keterangan Kematian yang asli dari Kepala Desa/instansi
terkait atau copiannya yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwewenang.
b. Buku Simpanan Saham, Simpanan Muhunt dan Simpanan Setara
Saham yang asli.
c. KTP/identitas lainnya yang asli dan masih berlaku dan/atau Surat
Keterangan Penduduk yang dikeluarkan oleh Kepala Desa.
d. Fotokopi KTP/Identitas lainnya milik ahli waris yang sah.
e. Surat permohonan dan perjan jian pinjaman yang asli.
f.
Khusus kredit untuk biaya berobat, disertai surat pemyataan, surat
keterangan berobat dan kwitansi asli dari dokter rumah sakit atau
puskesmas yang merawatnya.
g. Berkas lainnya disiapkan oleh Eksekutif CU Lantang Tipo.
10) Berkas-berkas yang harus dilengkapi dan diserahkan untuk Klaim
LANTANG karena Cacat Total Tetap adalah:
a. Surat Keterangan Catat Total Tetap dari dokter yang merawat
(untuk kasus buta kedua mata, lumpuh,atau gila).
b. Surat Keterangan dari Pemerintah Desa untuk kasus cacat total
tetap yaitu kehilangan kedua kaki dan/atau kedua tangan.
c. Surat Keterangan dari Manajer CU tentang pengecekan lapangan
dan diketahui oleh Ketua Pengurus dan Pengawas disertai foto
yang bersangkutan bersama petugas pengecek.
11) Masa pengajuan klaim LANTANG untuk Cacat Total Tetap, yaitu :
86
a. Untuk kasus kehilangan kedua tangan dan/atau kedua kaki,
sesegera mungkin terhitung sejak dikeluarkannya surat keterangan
dari Pemerintah Desa setempat.
b. Untuk kasus buta kedua mata, terhitung sejak dikeluarkannya surat
keterangan dari dokter yang merawat.
c. Untuk
kasus
lumpuh,
terhitung
sejak
3bulan
setelah
dikeluarkannya surat keterangan dari dokter yang merawat.
d. Untuk kasus gila (sakit jiwa), terhitung sejak 6 bulan setelah
dikeluarkannya surat keterangan dari Dokter Ahli Jiwa.
B. Produk Bantuan Dan promosi
1. SOLKESTA (Solidaritas Kesehatan Anggota)
1) Anggota CU Lantang Tipo wajib menjadi peserta solkesta dengan
membayar iuran solkesta 2010 sebesar Rp. 15.000,00 per orang per
tahun. luran tidak dapat dibayar saat akan mengajukan klaim.
2) Masa berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 dan/atau sejak
tanggal diterima menjadi anggota dan melunasi iuran sampai dengan
tanggal31 Desember 2010.
3) Cara penyetoran iuran, sebagai berikut :
a) Bagi anggota aktif yang masuk sebelum tahun 2010, penyetoran
iuran dipotong dari SM yang bersangkutan (sandi 59).
b) Bagi anggota yang masuk pada tahun
2010, penyetoran iuran
dilakukan pada saat diterima menjadi anggota.
87
4) Besamya bantuan maksimal Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per
tahun, sebagai berikut :
a) Bantuan untuk biaya pengobatan oleh dokter/mantrilbidan di
Puskesmas atau Rumah Sakit, maksimal Rp 45.000,00 (empat
puluh lima ribu rupiah) per tahun.
b) Bantuan untuk biaya opname dan atau operasi di Puskesmas atau
Rumah Sakit, maksimal Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah)
pertahun.
c) Bantuan pembelian kaca mata plus/minus atau gigi palsu maksimal
sebesar Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) per tahun.
d) Bantuan untuk biaya bersalin di Puskesmas, Rumah Sakit,atau
Rumah Bersalin, maksimal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah)
pertahun.
e) Bantuan musibah kebakaran rumah sebesar Rp 500.000 per kasus
peranggota.
f) Anggota yang tidak membayar iuran pada waktunya tidak
diberikan bantuan.
5) Kasus yang tidak diberikan bantuan, sebagai berikut :
a) Biaya pembelian alat-alat kontrasepsi KB.
b) Biaya operasi plastik, pembelian alat bantu pendengaran, tambal
gigi,dan bersih karang gigi.
c) Biaya pembelian obat-obatan yang dijual bebas di pasaran.
d) Biaya pengobatan tradisional oleh dukun/tabib/sinshe.
88
6) Semua permohonan bantuan harus menyertakan bukti-bukti yang sah
berupa kwitansi asli dan dibubuhi cap instansi terkait.
7) Permohonan bantuan diterima paling lambat 2 bulan setelah kejadian,
di atas 2 bulan dinyatakan kadaluarsa.
2. SOLDUKA (Solidaritas Duka)
1) Anggota CU Lantang Tipo wajib menjadi peserta dengan membayar
iuran solduka 2010 sebesar Rp. 40.000,00 (empat puluh ribu rupiah)
per orang per tahun . luran tidak dapat dibayar saat akan mengajukan
klaim.
2) Masa berlaku iuran solduka 2010 terhitung tanggal1 Januari 2010 dan
atau sejak tanggal diterima menjadi anggota dan melunasi iuran sampai
dengan tanggal31 Desember 2010.
3) Cara penyetoran iuran sebagai berikut :
a) Bagi anggota aktif yang masuk sebelum tahun 2010, penyetoran
iuran dipotong dari SM yang bersangkutan (sandi 59).
b) Bagi anggota yang masuk pada tahun 2010, penyetoran iuran
dilakukan pada saat diterima menjadi anggota.
4) Peserta solduka yang meninggal dunia diberikan santunan tunai yang
diserahkan kepada ahli waris dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) jika aktif.
b) Rp. 1.500.000,00 (satu juta limaratus ribu rupiah) jika tidak aktif 3
sampai dengan 6 bulan.
89
c) Rp. 900.000,00 (sembilan ratus ribu rupiah) jika tidak aktif 6
sampai dengan 9 bulan.
d) Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) jika tidak aktif 9 sampai
dengan 12 bulan.
e) Tidak mendapatkan santunan jika belum membayar iuran pada
waktunya sesuai ketentuan, dan/atau berhenti I diberhentikan.
5) Kriteria keaktifan peserta solduka ditinjau dalam kurun waktu 1 tahun
dihitung surut dari tanggal kematian tidk berdsarkan tahun buku. Jika
usia keanggotaan belum mencapai 1 tahun, maka hanya ditinjau
selama menjadi anggota.
6) Kriteria ketidak-aktifan solduka, jika melakukan salah satu hal sebagai
berikut:
a) Belum melunasi Simpanan Pokok (SP).
b) Belum memenuhi Simpanan Wajib (SW).
c) Lebih dari 2 kali tidak menabung SW pada 1 tahun terakhir.
d) Lebih dari 2 kali tidak menabung SM minimal Rp. 1.000,00 (seribu
rupiah) per bulan pada 1 tahun terakhir.
e) Lebih dari 2 kali tidak mengangsur pokok pmJaman sesll8.1
perjanjian pada perjanjian terakhir.
f) Lebih dari 2 kali tidak membayar bunga pinjaman secara penuh
sesuai perjanjian pada 1 tahun terakhir (kena denda).
90
g) Pernah menarik SM yang saldonya kurang dari Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan/atau menarik SM sehingga saldonya
kurang dari Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
7) Pengajuan
klaim
melalui
ahli
wans
dengan
memberikan
informasilberita tentang kematian peserta solduka kepada Manajemen
CU Lantang Tipo dan hila perlu diketahui oleh Kelompok
Inti/Kolektor dalam wilayahnya dengan membawa Buku Anggota Asli
dan mengisi formulir laporan kematian.
8) Penyerahan santunan kepada ahli waris yang sah dilakukan setelah
Manajemen CU Lantang Tipo memperoleh informasi yang akurat
tentang kematian anggota peserta solduka.
3. BANTUAN RAWAT INAP (BU SRI)
1) Diberikan kepada anggota yang mengalami Rawat Inap (opname) di
Rumah Sakit atau Puskesmas dan memenuhi 3 syarat sebagai berikut :
a) Aktif menabung, tidak menunggak, tidak prenah didenda dalam
tahun buku 2010 dan
b) Semua anggota keluarga inti (suami, istri, anak-anak) sudah
menjadi anggota LC Lantang Tipo. Bagi Anggota yang masih
bujangan, kedua orangtuanya Gika masih ada) sudah menjadi
anggota CU Lantang tipo dan orangtuanya Gika masih ada) sudah
menjadi anggota CU Lantang Tipo dan
91
c) Memiliki simpanan saham dan simpanan Muhunt minimal Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan sudah mengendap minimal
selama 30 hari.
2) Pennohonan bantuan dilakukan paling lambat satu bulan setelah keluar
dari opname dengan menunjukkan :
a) Bukti opname asli dari Rumah Sakit atau Puskesmas.
b) Buku anggota semua anggota keluarga inti.
3) Besar bantuan sebagai berikut:
Saldo SP + SW + SM
Besar Bantuan Rawat Inap
Rp. 5.000.000,00 s.d. Rp. 10.000.000,00
Rp. 50.000,00 per bari maksimal10 hari per tahun.
Lebih Rp. 10.000.000,00 S.d. Rp.
Rp. 100.000,00 per hari maksimal 10 bari per tahun .
15000.000,00
Lebih dari 15.000.000,00
Rp. 150.000,00 per hari maksimal 10 hari per tahun .
Sumber : laporan keuangan tahun 2010
4.
BANTUAN MAMPANT
1) Diberikan kepada ibu-ibu yang bersalin pada tahun buku 2010 yang
memenuhi 4 syarat khusus (semuanya harus terpenuhi), sebagai
berikut:
a) lbu yang bersalin
sudah menjadi anggota CU Lantang Tipo
minimal3 bulan.
b) Aktif menabung,tidak pernah menunggak, tidak pemah didenda
selama1 tahun terakhir.
c) Suami dan anak-anak terdahulu Gika ada) sudah menjadi anggota
CU Lantang Lipo dan aktif.
92
d) lbu yang bersalin sudah memiliki saldo simpanan (SP + SW + SM)
minimal Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) dan sudah mengendap
minimal selama 30 hari.
2) Permohonan bantuan dilakukan paling lambat satu bulan setelah
bersalin dengan menyerahkan :
a) Kuitansilsurat keterangan melahirkan dari yang berwenang.
b) Buku anggota milik suami dan anak-anak terdahulu Gika ada).
c) Foto kopi kartu keluarga.
3) Besar bantuan Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per kasus
persalinan.
4) Setelah menerima bantuan, simpanan saham dan simpanan Muhunt
tidak boleh ditarik selama1 tahun. Jika simpanan ditarik dikenakan
fmalti 10% dari jumlah penarikan.
5. BAYICU
1) Bayi CU merupakan program promosi untuk mewujudkan program
satu keluarga menjadi anggota CU Lantang Tipo.
2) Syarat penerima''bayi CU" sebagai berikut:
a) Orangtua bayi telah menikah secara sah.
b) Kedua orang tua (Bapak dan Ibu) dan saudara kandung terdahulu
(kakak/abangjika ada) sudah menjadi anggota CU Lantang Tipo.
c) Kedua orang tua anggota aktif, tidak menunggak,dan tidak pemah
didenda pada minimal 10 bulan terakhir.
d) Bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup/sehat.
93
3) Tata cara permintaan promosi "bayi CU'' sebagai berikut :
a) Melaporkan tentang kelahiran bayi kepada management CU
Lantang Tipo paling lambat 1 bulan setelah tanggal kelahiran.
b) Menunjukkan bukti-bukti kelahiran dan identitas bayi.
c) Orang tua mengisi Surat Permohonan Menjadi ALB (SPM-ALB).
4) "Bayi
CU'' langsung menjadi Anggota Luar Biasa (ALB) dan
diberikan simpanan senilai Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah) per
orang dan tidak dapat ditarik tunai. Jika bayi kembar berarti masingmasing diberikan promosi bayi CU.
5) Kewajiban ALB
sebagaimana di atur dalam pola kebijakan
keanggotaan bagian C butir 3 ditanggung oleh CU Lantang Tipo
sebagai biaya promosi.
6)
Pada saat pendaftaran menjadi ALB, orang tua bayi berkewajiban
menambah simpanan sehingga memenuhi ketentuan simpanan A.
94
BABV
PERAN MODAL SOSIAL DALAM CU LANTANG TIPO
Dalam bab ini menjelaskan basil penelitian pada lembaga kredit mikro
CU (Credit Union) Lantang Tipo di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Modal sosial merupakan elemen penting dalam perkembangann CU di
Lantang Tipo terutama dalam aspek penilaian kredit, sehingga aspek jaminan
bukan menjadi pokok assessment, melainkan jaminan sosial yang ada dalam
komunitas merupakan penilaian yang lebih dominan.
CU Lantang Tipo merupakan salah satu lembaga keuangan non
perbankan yang mampu tumbuh berkembang di Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat. Sebagai sebuah lembaga keuangan, layanan utama yang
disediakan kepada masyarakat adalah pemberian akses permodalan dengan
berbagai scheme kredit yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Disarnping itu untuk memperkuat layanan kredit di atas, CU lantang Tipo
juga
menyediakan
beberapa
program
pendarnpingan
agar
nasabah
mempunyai kemampuan untuk meningk.atkan kualitas ekonominya. Program
tersbut antara lain program pendidikan, perlindungan nasabah,
jaminan
sosial, dan pembibitan yang bisa di akses oleh masyarakat khusunya anggota
credit union tersebut.
Saat ini, CU Lantang Tipo merupakan lembaga keuangan altematif
pada saat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kesulitan untuk
mendapatkan kredit dari bank-bank komersil. Kesulitan UMKM untuk
95
mendapatkan kredit tersebut ham.pir selalu berkaitan dengan aspek jaminan
(guarantee). Dengan demikian, penerapan 5 C character, capacity, capital,
collateral dan condition dalam penilaian kredit oleh CU Lantang Tipo
merupakan sebuah terobosan yang potensial untuk menyediakan akses
permodalan bagi msayarakat terutama pelaku UMKM. Penerapan SC dalam
mekanisme penilaian kredit di CU tersebut, tidak seperti pada lembaga
keuangan konvensional yang mengedepankan aspek Jaminan (guarantee)
barang. Sebagai contoh karakter atau sifat anggota (peminjam) antara lain
kejujuran, kemampuan ekonomi anggota, modal anggota dalam hal ini adalah
jumlah simpanan yang harus dipenuhi, kondisi perekonomian di tingkal
komunitas, dan kepemilikan jaminan merupakan jaminan yang lebih
dipertimbangkan dalam penyaluran kredit. Secara lebih tegas, jaminan dalam
CU tidak berbentuk barang melainkan jaminan dalam bentuk rasa saling
percaya antara pengurus dan anggota.
Hal terpenting yang menjadi bahan pertimbangan CU Lantang Tipo
dalam pemberian kredit adalah tingkat kemampuan ekonomi dan karakter
psikologis anggota. Penilaian aspek karakteristik tersebut didukung oleh
pendapat-pendapat masyarakat dan tetangga anggota tersebut. Karakteristik
pribadi dapat mencerminkan pola hidup dan alur pikir dalam memutuskan
hal-hal yang menyangkut aktifitas ekonomi. Dengan demikian, penilaian
tersebut menjadi acuan bagi CU tersebut untuk memberikan kredit.
96
Secara historis, CU Lintang Tipo didirikan dengan tujuan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi masyarakat berbasis komunitas. Menurut
salah satu pengurus harlan, menyatakan bahwa:
'Credit Union (CU) atau Koperasi Kredit bukan barang baru lagi bagi
masyarakat, CU justru sudah menjadi sebuah gerakan perekonomian rakyat
yang terbukti mumpuni dalam membantu upaya keterpurukan masyarakat di
Kalimantan Barat khususnya dan Kalimantan umumnya untuk dapat hidup
layak. Gerakan CU di Kalimantan tersebut tersebut diinspirasikan oleh
sejarah gerakan CU dunia yang ada di Jerman dan lnggris.'
Keterangan historis yang disampaikan pengurus dalam interview,
menunjukkan bahwa kehadiran CU merupakan alternative masyarakat untuk
menghindari lilitan kredit yang rumit dan berat. Selain itu, kehadiran CU
dapat membentuk pola keJja lembaga keuangan mikro dengan asas sosial.
Selain itu salah seorang pamong desa yang menjadi nasabah menambahkan,
bahwa:
"Di Sanggau ada fenomena menarik. Orang-orang yang dulunya
menjadi nasabah setia satu bank, sekarang banyak melirik CU, bahkan ada
yang telah pindah ke CU".
Salah seorang nasabah lainnya menambahkan bahwa :
'Transaksi di beberapa bank di Kota Sanggau terkadang sepi, karena
masyarakat lebih memilih CU. Alasannya, untuk pembiayaan sebuah usaha,
CU memberikan syarat yang tidak terlalu memberatkan, hanya saling percaya
saja. Seperti semboyan CU "kamu Susah Saya Bantu, Saya Susah Kamu
Bantu", para anggota CU tidak perlu menitipkan sertifikat tanah atau
rumahnya untuk meminjam dari CU. Awalnya saya berusaha meminjam di
bank, namun syaratnya sangat memberatkan dan bunga yang dibebankan
kepada peminjam sangat besar. Jadi saya mengurungkan niat saya sementara
. .'
lni.
Nasabah tersebut secara eksplisit mengungkapkan ketertarikannya
terhadap lembaga keuangan micro seperti CU sebagaimana is sampaikan
97
bahwa "Saya telah banyak mendengar dari beberapa rekan saya terutama di
daerah Sanggau, menjadi anggota CU telah banyak menolong mereka".
Pada aspek j~ CU tidak menganggap bahwa jaminan merupakan
suatu keharusan dan menjadi kepastian bahwa anggota dapat menerima modal
usaha, karena pada bank konvensional, para calon kreditur diharuskan
'menitipkan' surat-surat berharga yang dapat menjamin kredit yang mereka
ajukan pada bank. NamWl banyak diantara mereka yang menWlda
keinginannya karena bank tidak bersedia mengucurkan dana jika syarat yang
diberikan belum terpenuhi.
Permasalahan utama dalam membuka usaha pada masyarakat adalah
keberadaan modal yang terbatas. Banyak di antara masyarakat yang tidak jadi
membuka usaha karena tidak memiliki modal. Di sisi lain, modal dari bank
sangat sulit Wltuk didapatkan. Ini disebabkan oleh permintaan bank Wltuk
menyediakan anggm1an berupa sertifikat-sertiflkat jasa dirasakan cukup
memberatkan. Ditambah lagi dengan bWlga yang cukup tinggi, sehingga
beban Wltuk membayar kembali kredit yang diberikan terasa sangat berat.
Sistem yang terjadi saat ini memang menjadi kendala utama bagi masyarakat
Wltuk mengembangkan usahannya. Sumber-sumber pembiayaan ekonomi
macro seperti bank yang diketahui lebih memihak usaha-usaha berskala besar
dan bersifat kapitalistis, terkadang memandang rendah usaha kecil.
Eksistensi CU selama ini diakui sangat baik, selain itu juga dapat
bertahan pada saat krisi moneter yang lalu. Hal tersebut disebabkan karena
CU mempWlyai ketersediaan modal menjadi satu kekuatan yang sangat
98
dibutuhkan. CU dengan sangat meyakinkan mampu menghimpun dana
masyarakat yang mengindikasikan besarnya kepercayaan terhadap lembaga
CU, tidak seperti umumnya yang dilakukan oleh bank komersial lainnya,
yaitu dengan meminjam modal dari pihak luar.
CU merupakan praktek nyata dari ekonomi kerakyatan yang
mempunyai
prinsip-prinsip
keterbukaan,
keadilan
sosial
dan
tidak
membedakan pelayanan pada para anggotanya. Setiap anggota berhak atas
pelayanan yang disediakan. Hal tersebut yang membedakan CU dengan
lembaga keuangan lainnya. Pemberdayaan kaum kecil-lemah dan miskin
dalam aspek ekonomi merupakan rangkaian kegiatan penyadaran dan
motivasi. Dalam hal ini aspek pendidikan menjadi bagian yang sangat
penting. Sebuah CU dengan asset 1 Milyar Rupiah kemudian meminjamkan
Rp 800 juta kepada anggotanya memiliki resiko kebangkrutan yang sangat
besar bila kredit yang diberikan mengalami kemacetan. Namun dengan
sebuah kepercayaan dan modal sosial yang kuat, setiap anggota telah
diberikan pendidikan sehingga sadar bahwa mereka adalah pemilik, maka
resiko itu tidak terlalu membahayakan.
Di Kalimantan Barat, berdasarkan klasifikasi perkembangan asset dan
anggota kekuatan rakyat itu menjelma dalam 38 buah CU yang tergabung
dalam Badan Koordinasi Koperasi Kredit Kalimantan (BK3D) Kalimantan.
Sesuai namanya BK3D Kalimantan CU anggotanya tersebar di seluruh
Kalimantan. Berdasarkan klasifikasi jumlah asset pada dua tahun lalu dan
perkembangan anggota CU naungan BK3D Kalimantan, ada 10 CU terbesar.
99
(I) CU Pancur Kasih di Pontianak Rp. 97.904.319.716; (2) CU Lantang Tipo
di Bodok Rp. 58.752.973.922; (3) CU Daya Lestari di Samarinda Rp.
22.666.503.311; (4) CU Keling Kumang di Tapang Sambas (Sekadau) Rp.
19.919.329.700; (5) CU Sumber Rezeki di Teraju Rp. 13.831.562.395; (6)
Usaha Kita di Sei Ayak Rp. 13.800.965.896; (7) CU Khatulistiwa Bakti di
Pontianak
Rp.
13.364.712.606;
(8)
CU
Semarong
di
Sosok
Rp.
11.334.415.310; (9) CU Tilung Jaya di Kapuas Hulu Rp. 9.559.704.745: dan
(10) CU CanagaAntutn di Menyumbung Rp. 7.195.352.938 1•
Modal sosial merupakan komponen penting dalam operasionalisasi
Credit Union Lantang Tipo. Modal sosial di dalam lembaga tersebut
berkaitan erat dengan keterbukaan, solidaritas, dan kesetaraan. Sebagaiman
disampaikan oleh salah satu pengurus CU Lantang Tipo, bahwa:
'Keunikan dan keistimewaan CU itu antara lain ada nilai-nilai
solidaritas, keadilan dalam arti akurat dalam membagi keuntungan, sesuai
dengan yang ditabur dan dituai, ada kesetaraan jender. CU bisa membantu
diri sendiri, tetapi harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.
Swadaya juga mutlak dipupuk dan ditumbuh-kembangk.an. Karena itulah CU
sangat cocok untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Jadi sebenarnya, CU tidak
hanya cocok di Kalimantan, tetapi juga di seluruh dunia."
Keunikan dan keistimewaan CU Lantang Tipo dibanding dengan
lembaga keuangan lainnya antara lain, setiap anggota bisa meminjam 3 kali
lipat dari jumlah tabungan yang sudah mengendap di CU. Apabila anggota
akan meminjam, tidak diperlukan jaminan khusus, tetapi cukup hanya
menyerahkan buku tabungan. CU juga menawarkan suatu produk simpan
pinjam dengan pola kemitraan. Dikatakannya juga, keberadaan CU di Kalbar
1
Data diolah dari pengurus CU Lantang Tipo.
100
telah teruji tidak terkena dampak krisis moneter, tidak seperti yang dialami
oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya. Bahkan tidak dapat disangkallagi
bahwa keberadaan CU yang semakin eksis dan kokoh justru pada saat
terjadinya krisis ekonomi. Selain itu, CU juga memberikan suatu keuntungan
bagi para anggota atas saham-saham yang dirniliki para anggota.
Pengembalian kredit pinjaman anggota juga terbukti tetap berjalan lancar,
hampir tidak mengalami kemacetan.
Peranan modal sosial dalam perkembangan Koperasi Credit Union
Lantang Tipo secara detail dapat dilihat dari masing masing aspek berikut ini:
1.
ldeologi CU Lantang Tipo
Pada dasarnya Credit Union Lantang Tipo merupakan lembaga
keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi. Sebagaimana diketahui,
koperasi merupakan suatu usaha bersama yang bertujuan menyejahterakan
anggotanya dengan asas kekeluargaan. Asas ini di manifestasikan dengan
semangat dari anggota oleh anggota dan untuk anggota.
Yang membedakan CU Lantang Tipo dengan koperasi lainnya adalah
latar belakang sejarah berdirinnya lembaga keuangan tersebut yang kemudian
menjiwai operasionalisasi Credit Union Lantang Tipo. Credit Union Lantang
Tipo didirikan dan dikelola oleh tokoh tokoh agama katolik di tengah tengah
masyarakat yang mayoritas juga pemeluk agama katolik. Semangat keagaman
yang dilandasi semangat untuk saling menolong sesama yang mengakar kuat
dalam pengelolaan CU tersebut. Dalam perkembangannya semangat tersebut
berasimilasi dengan azas dan ideologi koperasi sebagai bentuk badan hukum
101
lembaga keuangan tersebut. Assimilasi tersebut menghasilkan sistem nilai
yang dikembangkan dan diyakini dalam pengeloaan Credit Union Lantang
Tipo di sampai saat ini. Nilai-nilai yang dikembangkan Credit Union Lantang
Tipo tersebut meliputi : menolong diri sendiri atau
swaday~
bertanggung
jawab kepada diri sendiri, demokrasi, kebersamaan, keadilan, dan solidaritas.
Dalam tradisi dari
pendiriny~
anggota-anggota Credit Union Lantang Tipo
percaya pada nilai-nilai etis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab
social, dan peduli terhadap orang lain.
2.
SDM CU Lantang Tipo
Credit Union Lantang Tipo didirikan dan di kelola oleh sekelompok
orang yang merupakan tokoh masyarakat (guru) yang telah mendapatkan
pelatihan khusus di bidang lembangan keuangan mikro. Tradisi tersebut tetap
dijaga sampai sekarang dimana pengurus yang dipercaya untuk mengelola
CU tersebut selalu berasal dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama
yang disegani di daerah tersebut. Tidak hanya untuk pengurus, pengawas dan
sumber daya manusia (SDM) lain termasuk juga eksekutif juga dipilih dengan
persyaratan dan kualifikasi keahlian tertentu.
Bahkan untuk pengurus di periode tahun 2009- 2011 semunya
berkualifikasi Sarjana dengan berbagai disiplin ilmu. Demikian juga untuk
eksekutif yang direkrut untuk mendukung operasionalisasi CU, banyak
diantaranya yang juga berkualifikasi sarjana. Kualifikasi sarjana dan juga
kriteria lain yang ditetapkan dalam pemilihan pengurus dan rekruitmen lebih
memberikan jaminan ketersediaan sumber daya manusia yang mempunyai
102
kompetensi tinggi dibidangnya masmg masmg. Kompetensi tersebut
merupakan salah satu penentu tingginya kinerja SDM yang ada di CU
Lantang Tipo. Salah satu cenninan kinerja SDM di Lantang Tipo dapat
dilihat dari keaktifan manajemen untuk selalu menyediakan informasi kepada
para nasabah.
Informasi yang disediakan oleh pihak manajemen untuk para nasabah
biasanya diintepretasikan sebagai bentuk kepedualian CU terhadap anggota
nasabah. Informasi tersebut berkaitan dengan agenda-agenda
pelatih~
silaturahmi, dan temu anggota, sehingga dalam agenda tersebut dapat
mengakomodasi keperluan-keperluan dan menampung masalah-masalah yang
dialami oleh nasabah, terutama permasalahan ekonomi. Seperti yang
disampaikan oleh salah satu pengurus, bahwa:
'Biasanya kami memberikan informasi dengan intensitas tinggi, sehingga
para anggota mempunyai cukup informasi untuk menghadirinya. Pertemuan
antar anggota (nasabah) tersebut mempunyai banyak manfaat, antara lain
menjadi forum komunikasi antar nasabah, temu kangen, juga saling berbagi
masalah dan solusi antar anggota. Kami sebagai manajemen cukup menjadi
fasilitator saja.'
Dari
keterangan
nasabah
tersebut,
dapat
menjelaskan
bahwa
komunikasi yang diadakan secara rutin oleh manajemen CU Lantang Tipo
untuk para nasabahnya dapat membentuk rasa solidaritas yang tinggi. Adanya
solidaritas dan saling kait antar anggota dapat diartikan sebagai salah satu
modal sosial (sosial capital) yang dimiliki oleh nasabah dan manajemen untuk
dapat meminimalisir resiko kredit (risk management). Solidaritas yang ada
dalam komunitas tersebut dibentuk oleh kebersamaan dan kepercayaan yang
dibentuk juga oleh manajemen, mulai dari credit approval sampai dengan
103
adanya pertemuan antar nasabah tersebut. Proses terbentuknya solidaritas dan
rasa percaya yang tinggi tersebut diperkuat oleh salah satu pengurus, bahwa:
'Kami bekerja tidak seperti bank konvensional, tetapi kami memberikan
kredit dengan mekanisme kami sendiri, CU menambah penilaian terhadap
kelayakan kredit tidak hanya kemampuan ekonomi nasabah, tetapi unsur
sosial juga kami gunakan, seperti menilai kepribadian nasabah di
masyarakatnya.'
3.
Manajemen CU Lantang Tipo
Credit Union Lantang Tipo merupakan sebuah lembaga keuangan yang
mampu berkembang pesat dengan keunikan dan ciri khas tersendiri terutama
dalam menyediakan kredit modal kapada masyarakat di Kabupaten Sanggau.
Kredit menurut pengertiannya, adalah suatu fasilitas keuangan yang
memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk
membeli produk dan membayamya kembali dalam jangka waktu yang
ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. Jika
seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.
Sedangkan Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin "credere"
yang artinya percaya dan "union" atau "unus" berarti kumpulan. Sehingga
"Credit Union" memiliki makna kumpulan orang yang saling percaya, dalam
suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka
sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota
104
dengan tujuan produktif dan kesejahteraan. Menurut salah seorang sekretaris
yang menjadi nasabah CU menyatakan bahwa;
'Pilihan menabung dewasa ini semakin banyak, tidak hanya pada lembaga
perbankan, tetapi juga dapat dilakukan melalui Credit Union atau lembaga
keuangan yang di dalamnya berkumpul orang yang saling percaya dan
berwatak sosial, dengan tujuan untuk kesejahteraan bersama.'
Adanya kepercayaan nasabah dibuktikan dengan banyaknya anggota
yang berada di Kantor Pelayanan pada setiap harinya. Seperti yang
disampaikan oleh salah seorang nasabah, bahwa:
'Pada awal dan akhir bulan, saya sering malas untuk pergi ke Kantor CU,
karena banyaknya nasabah lain yang mempunyai urusan di sana, mulai dari
menabung, menarik, transfer, dan mengurus kredit. Saya memlilih waktu
agak sore, sehingga mendapat pelayanan dengan cukup leluasa. Saya melihat,
banyaknya nasabah tersebut disebabkan karena orang-orang sudah begitu
percaya dengan CU, sehingga sudah beralih dari bank konvensional biasa,
seperti BRI, Mandiri, dan bahkan Bank Kalbar'.
Kepercayaan yang besar dari masyarakat terhadap CU merupakan
indikasi keberhasilan system keuangan mikro yang ditawarkan lembaga
tersebut. Menurut salah seorang pemerhati ekonomi local menyatakan,
bahwa:
'Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari
yang terbiasa instanllangsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman,
menjadi menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Jika telah
tercipta modal atau tabungan, baru memanfaatkan atau meminjam. "Inilah
yang tidak ditemukan di lembaga keuangan lainnya. Selain itu, CU juga dapat
mengubah kebiasaan seseorang dari tidak biasa menabung menjadi biasa
menabung. Anggota CU selalu mempunyai uang dalam bentuk tabungan yang
terus meningkat, dan selalu bisa memanfaatkan tabungan untuk
meningkatkan jumlah untuk menciptakan aset. Pada awalnya, sebagian besar
anggota CU tidak biasa menabung secara rutin. Tetapi setelah menjadi
anggota dan banyak belajar, mereka pun akhimya menyadari manfaat
menabung rutin itu. Apalagi dengan menabung, anggota mendapatkan balas
jasa simpanan (BJS). Jika menjadi anggota CU, seorang anggota mesti
menabung untuk meningkatkan modal. Menabung sistem CU berbeda dengan
menabung secara 'tradisional' di lembaga lain, misalnya bank, setelah
105
menabung, uang itu ditarik untuk dipergunakan. Tetapi di CU, lebih modem
karena ada dana yang tersimpan'.
Pendapat tersebut menjelaskan potensi dan kekuatan ekonomi
komunitas, sehingga dalam kelompok tersebut muncul potensi baru untuk
membangun jaringan ekonomi yang lebih baik. Kepercayaan oleh lembaga
CU berdasarkan atas penilaian kreditur terhadap kemampuan (capacity)
membayar seorang anggota. Dalam konteks 5 C, capacity merupakan
penilaian penting karena adanya penurunan standar jaminan, maka penilaian
terhadap kemampuan membayar anggota sangat penting.
Keunikan sistem Kredit yang didasari Modal sosial merupakan
komponen penting dalam keberhasilan operasionalisasi Credit Union Lantang
Tipo. Modal sosial di dalam lembaga tersebut berkaitan erat dengan
kepercayaan, resiprocity, keterlibatan secara proaktif, dan juga norma social
yang
didasari
semangat
keterbukaan,
Sebagaimana disampaikan oleh
solidaritas,
dan
kesetaraan.
salah satu pengurus CU Lantang Tipo,
bahwa:
'Keunikan dan keistimewaan CU itu antara lain ada nilai-nilai
solidaritas, keadilan dalam arti akurat dalam membagi keuntungan, sesuai
dengan yang ditabur dan dituai, ada kesetaraan jender. CU bisa membantu
diri sendiri, tetapi harus bertanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.
Swadaya juga mutlak dipupuk dan ditumbuh-kembangkan. Karena itulah CU
sangat cocok untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Jadi sebenarnya, CU tidak
hanya cocok di Kalimantan, tetapi juga di seluruh dunia."
Keputusan pemberian kredit oleh CU kepada anggotanya dilihat dari
aspek sosio-kultural, lebih menekankan adanya kepercayaan manajemen CU
terhadap nasabah. Kepercayaan tersebut dibuktikan dengan mekanisme kerja
CU dalam pemberian kredit. CU sangat berbeda dengan bank konvensional
106
yang memberikan syarat sangat detail dan kaku. Namwt, CU memberikan
fleksibilitas dengan penilaian yang berasumsi penilaian terhadap perilaku
sosial nasabah, selain syarat nasabah yang harus mempunyai tabungan
terlebih dahulu. Dalam konteks 5 C, penyertaan modal/capital (tabungan)
anggota diharuskan karena pertimbangan kemandirian ekonomi tersebut.
Selain itu, kemampuan membayar dari anggota merupakan factor yang sangat
esensial. Seperti yang disampaikan oleh salah satu surveyor kredit CU,
bahwa:
'Saya mendapat tugas untuk melihat dan men-survey calon kreditur.
Beberapa penilaian kami adalah dengan melihat perilaku nasabah tersebut di
lingkungannya Saya terbiasa menanyai Ketua RT, tokoh masyarakat, sampai
pada ternan ronda di kampungnya. Saya menilai, apabila selama ini nasabah
tersebut berperilaku baik di masyarakatnya, maka kami bisa memberikan
credit poin yang baik juga Namun apabila masyarakat di lingkungannya
tidak menilai dan merespon baik, kami JUga akan sangat
mempertimbangkannya.'
Pendapat diatas berkaitan dengan fleksibilitas CU diperkuat oleh salah
satu nasabah, bahwa:
'CU Lantang Tipo memberikan kemudahan-kemudahan dalam persyaratan
kredit. Tidak seperti bank biasa, yang selalu ribet dengan persyaratanpersyaratan yang aneh-aneh dan kadang tidak masuk akal. Jaminan tidak
terlalu ditekan, namun adanya tabungan dan perilaku baik kami di lingkungan
merupakanjaminan yang paling baik bagi penilaian CU.'
Fleksibilitas CU Lantang Tipo temyata tidak menjadikan CU tersebut
menjadi lembaga yang merugi. Sebaliknya, dengan adanya kepercayaan dan
modal sosial di antara CU dan nasabah, justru memperkuat hubungan
keduanya. CU berkembang di kalangan ekonomi lemah karena didirikan
dengan asumsi kolegial dan komunalisme rural yang sesuai dengan misinya
untuk memberdayakan ekonomi rakyat, berdasarkan pengalaman diberbagai
107
benua memmjukan bahwa CU yang paling berhasil adalah yang didirikan di
kalangan masyarakat yang keadaan ekonominya belum kuat. Kebutuhan akan
adanya lembaga keuangan seperti CU tidak dirasakan oleh orang kaya yang
kelebihan uang, melainkan oleh mereka yang belum kuat ekonominya,
terutama sekali orang-orang miskin.
Dengan kondisi seperti itu, CU dituntut untuk lebih fleksibel
dibandingkan
dengan
lembaga keuangan
yang
lain,
seperti
Bank
konvensional dan Bank Perkreditan. Keluwesan CU juga merupakan
kelebihan yang dipilih oleh masyarakat, sehingga memudahkan nasabah
untuk dapat berkembang dalam konteks ekonomi komunitas. Fleksibilitas
juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi makro sebuah Negara atau kondisi
perekonomian daerah tertentu. Dalam perspektif 5 C, kondisi perekonomian
makro (condition of economy) juga ikut menentukan pola ekonomi
masyarakat. Makin baik dan kondusif perekonomian sebuah Negara/daerah,
maka kondisi ekonomi masyarakat akan lebih baik.
Secara lebih terperinci, keunikan dan keistimewaan CU Lantang Tipo
dibanding dengan lembaga keuangan lainnya antara lain : pertama, sistem
simpan pinjam yang ditawarkan unik dimana untuk dapat mengakses
berbagai skema pinjaman yang ditawarkan oleh CU; kedua, nasabah harus
terlebih dahulu mempunyai tabungan di CU tersebut; ketiga, ketentuan
besarnya plafon bagi setiap anggota bisa meminjam 3 kali lipat dari jumlah
tabungan yang sudah mengendap di CU; keempat, penggunaan jaminan
khusus yang tidak begitu diperlukan, Peminjam cukup hanya menyerahkan
108
buku tabungan; kelima, penilaian kelayakan pemberian kredit bagi nasabah
yang lebih ditekankan pada assesment terhadap SC (Character, Capacity to
pay, Capital status, Collateral, Credit Condition) yang dimiliki nasabah;
keenam, penyelesaian kredit macet; ketujuh, CU juga menawarkan suatu
produk simpan pinjam dengan pola kemitraan.
Selain keunikan dan keistimewaan eli atas, juga terdapat beberapa
perbedaan antara CU dengan bank konvensional yang lain yang disampaikan
oleh salah satu penguru harlan CU Lantang Tipo sebagai berikut:
'Ada 3 komponen utama yang membedakan CU dan bank. Pertama, CU lebih
mengutamakan manusia (modal sosial), sedangkan bank hanya
mengutamakan uang (modal ekonomi). Kedua, CU sebagai praksis ekonomi
kerakyatan sedangkan bank kapitalisme. Ketiga, CU sebagai koperasi sejati,
sedangkan bank adalah pedagang uang sejati. Kekuatan CU terletak pada
aspek pendidikan dan pelatihan para anggota. Pendidikan yang diutamakan
sifatnya adalah penyadaran dan andragogis. Selain itu, C. U mempunyai
kekuatan pada aspek teguhnya nilai-nilai dasar yang sebenarnya merupakan
nilai-nilai dasar kemanusiaan. Namun CU juga punya kelemahan. Di satu sisi,
tidak dipungkiri CU juga mempunyai kelemahan, yakni manajemen masih
sederhana dan lambat serta belum menjadi gerakan sosial yang besar. Filosofi
CU yakni menolong diri sendiri dengan kerjasama, solidaritas, saling percaya,
pembelajaran dan secara swadaya/mandiri. CU punya prinsip bahwa uang
hanya sebagai alat, yang terpenting adalah manusianya. Kalau manusianya
sudah tidak memegang teguh nilai dasar kemanusiaannya maka saat itu juga
CU akan kolap'.
Keterangan yang disampaikan tersebut mengaskan kehadiran CU
merupakan bukti nyata bahwa lembaga keuangan dengan basis modal sosial
dan solidaritas antar anggota dapat berdiri dan mempunyai eksistensi yang
baik. Selain itu, CU juga membentuk paradigma yang kuat kepada anggota
nasabah untuk terus mempunyai semangat meningkatkan kemampuan dan
kulaitas ekonomi nasabah. Kepercayaan tinggi yang diapresiasi oleh
109
masyarakat menjadi indicator bahwa CU membangun jaringan ekonomi yang
kuat.
Bagi para anggota Credit Union Lantang Tipo yang telah memenuhi
persyaratan dapat memanfatkan beberapa produk layanan yang disediakan
oleh pengurus CU. Beberapajenis produk layanan tersedia seperti kredit yang
terbagi dalam beberapa kategori jenis kredit. Apabila anggota ingin
mendapatkan layanan kredit ada beberapa tahap yang harus dilalui antara lain
sudah menjadi anggota
pen~
mengisi formulir permohonan kredit,
menandatangani surat perjanjian kredit, mengikuti wawancara kredit.
Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit
yang diputuskan berdasarkan hasil konsultasi kredit dan analisis 5C
(Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral, Credit Condition) serta
penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di dalam Poljak
Pengurus. Tujuan kredit tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dan
nilai-nilai Credit Union. Kredit pertama bagi anggota baru maksimal
sebanyak saldo simpanan. Anggota yang masih mempunyai saldo kredit dapat
mengajukan baru apabila kredit lama telah dilunasi 70%. Dari beberapa
ketentuan yang telah ditetapkan, pengurus dalam pemberian kredit tidak kaku
memberlakukan ketentuan seperti tersebut diatas. Adanya rasa saling percaya
merupakan modal social dalam bentuk lain dalam Credit Union.
Salah satu persyaratan yang harus dilalui Calon Nasabah untuk
mendapatkan fasilitas kredit adalah pemohon wajib mengikuti wawancara
kredit (yang tidak dapat diwakilkan) dan hila perlu analis kredit dapat
110
meminta menghadirkan suami/istri/ahli waris dari pemohon. Mekanisme ini
merupakan sistem yang diaplikasikan oleh manajemen CU Lantang Tipo
yang mencenninkan berlakunya norma sosial dalam penyaluran kredit di CU
tersebut. Karakter nasabah selama ini menjadi konstrain utama dalam
petimbangan pemberian kredit. Tidak mungkin calon nasabah yang tidak
mempunyai kredibilitas baik dalam urusan keuangan disetujui pengajuan
kreditnya. Demikian juga dengan penilaian kemampuan membayar, status
keuangan dan lain lain. Kesimpulan tersebut sebagimana dengan apa yang
disampaikan oleh salah satu pengurus CU Lantang Tipo sebagai berikut :
'Dikabulkan/ditolaknya permohonan kredit menjadi wewenang analis kredit,
yang diputuskan berdasarkan hasil konsultasi kredit dan analisis 5C
(Character, Capacity to pay, Capital status, Collateral/Co-makers, Credit
conditions) serta penyelidikan lapangan dan ketentuan yang mengikat di
dalam Poljak Pengurus'.
Di samping itu keberadaan CU di Kalimantan Barat telah teruji tidak
terkena dampak krisis moneter, tidak seperti yang dialami oleh lembagalembaga keuangan lainnya. Bahkan tidak dapat disangkal lagi bahwa
keberadaan CU yang semakin eksis dan kokoh justru pada saat terjadinya
krisis ekonomi. Selain itu, CU juga memberikan suatu keuntungan bagi para
anggota atas saham-saham yang dimiliki para anggota. Pengembalian kredit
pinjaman anggota juga terbukti tetap berjalan lancar, hampir tidak mengalami
kemacetan.
Pada awalnya dibentuknya CU Lantang Tipo adalah untuk melayani
kredit masyarakat yang tidak bisa menggunakan jasa lembaga keuangan lain,
perbankan sebagai tempat mendapatkan modal pinjaman karena aspek
Ill
jaminan (guarantee). Sampai saat ini, tercatat 99 persen anggota CU adalah
lapisan menengah ke bawah. Tetapi sekarang juga menjadi preferensi bagi
nasabah untuk menyimpan uang di CU Lantang Tipo dengan berbagai
pertimbangan dan alasan. Seorang anggota CU mengatakan bahwa:
'Bergabung dengan lembaga tersebut karena mengetahui manfaat yang akan
diperolehnya. Menjadi anggota CU, karena mendengar banyak keuntungan
yang akan diperoleh dengan menabung di lembaga keuangan itu. Saya
khawatir gaji sebulan akan habis begitu sajajika tidak ditabung. Melalui CU,
saya mempunyai kewajiban menabung setiap bulan. Ada banyak keuntungan
yang akan diperoleh, misalnya saja, jika menabung pada tahun ini sebesar
Rp 1.000.000, maka dapat dipastikan tabungan sudah berlipat 1,5 kali dari
jumlah tersebut pada 2 tahun kemudian. Namun, anggota tidak begitu saja
dapat meminjam uang di CU, karena berkewajiban menabung dahulu dan
setelah mempunyai tabungan, baru mendapat pinjaman 250 persen dari
tabungan yang ada. Kami menjadi terbiasa menabung, akan memperoleh
manfaat dari berbagai bentuk balas jasa yang diberikan CU. Saya kurang
tertarik dengan model menabung yang diterapkan di lembaga keuangan
lainnya, karena tidak memberikan janji lebih seperti yang kini berlaku di
setiap credit union. Menabung di lembaga keuangan lain, baginya, masih
menerapkan pola lama dengan keuntungan kecil untuk setiap nasabah.'
Ketertarikan nasabah untuk menyimpan uangnya di CU Lantang tipo
merupakan bentuk tindakan proaktif nasabah untuk terlibat langsung dalam
mengembangkan
lembaga
keuangan
tersebut.
Sikap
proaktif yang
ditunjukkan nasabah tersebut merupakan cerminan keberhasilan manajemen
Credit Union Lantang Tipo dalam membangaun kepercayaan nasabah dengan
menawarkan skema tabungan yang memberikan keuntungan yang lebih pasti
dan menjanjikan bagi nasabah.
Saat ini, banyaknya nasabah merupakan kekuatan esensial dari CU
Lantang Tipo. Kekuatan tersebut muncul dari pengelolaan modal sosial yang
dike lola oleh CU dengan sangat baik. Pertumbuhan angka kredit juga naik per
tahun 2009 sebesar Rp. 396.840.442.300,00. Angka tersebut diperkuat
112
dengan data babwa pada Program Kerja Pengurus Tahun Buku 2009
ditargetkan pencairan kredit kepada anggota sebesar Rp. 539.306.523.000,00;
sampai 31 Desember 2009, realisasinya sebesar rp. 396.840.442.300,00
(74%). Secara umum kredit cair mengalami peningkatan sebesar 8% dari
tahun buku 2008.
TabelS.l
Pencairan Kreclit Menurut Kategori
Kategori Kredit
Membangun/Merehab Rumah
Kredit Usaha Dagang
Pertanian
Pembelian Kendaraan Angkutan
Sepeda Motor
Pendidikan
Menambah Modal Saham
Properti
Perabot Rumah Tangga
Kesehatan
Mobil Pribadi!K.eluarga
Pesta
Barang Elektronik
Usaha Kontraktor
Darurat
Aksesories
Jumlah (dalamjutaan rupiah)
2009
138.854
87.045
52.824
23.965
20.645
20.441
16.653
8.452
6.445
6.104
5.664
4.083
2.578
1.543
1.386
158
398.849
2008
116.910
81.263
35.302
18.559
229.223
14.527
23.543
6.049
4.823
7.230
4.348
4.210
2.987
10.652
3.808
159
365.600
Sumber : Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009.
Bila dibandingkan dengan tahun 2008, tidak semua jenis kredit
mengalami peningkatan, ada beberapa jenis yang malahan menglami
penurunan dari taun sebelumnya. Kredit Membangun!Merehab Rumah
mengalami peningkatan 16%, Kredit Usaha Dagang mengalami peningkatan
sebesar 33%, Pembelian Kendaraan angkutan meningkat 23%, Kredit Sepeda
Motor menglami penurunan 42%, bisa terjadi hila anggota sudh banyak
113
memiliki kendaraan bermotor. Kredit Pendidikan mengalam.i peningkatan
29%, Kredit Menambah Simpanan (KMS), turun 41%, his terjadi hila banyak
anggota menambah simpanannya secara tunai. Kredit Properti meningkat
28%, Kredit Perabot Rumah Tangga meningkat 25%, Kredit Kesehatan turun
18%, Kredit Mobil Pribadi/Keluarga meningkat 23%, Kredit Pesta turun 3%,
Kredit Barang Elektronik turun 16%, Kredit Usaha Kontraktor turun 590%,
Kredit Darurat turun 175%, Kredit aksesori turun 1%.
Selain dari apa yang telah diuraiakan di atas, peranan modal social
dalam perkembangan Kopersai Credit union Lantang Tipo juga dapat dilihat
dari berbagai bentuk program dan layanan yang disediakan Credit Union
tersebut kepada nasabah maupun masyarakt Kabupaten Sanggau pada
umumnya.
Bentuk
perlindungan
terhadap
nasabah
merupakan
daya
tarik
masyarakat untuk bergabung menjadi anggota CU. Perlindungan merupakan
bentuk kerjasama dan solidaritas CU terhadap anggota-anggotanya (nasabah).
Ketertarikan masyarakat tercatat sampai dengan tahun 2009, jumlah anggota
(nasabah) CU mencapai 92.000 orang. Selain itu, bantuan perlindungan
kepada nasabah senilai Rp. 3.800,000,000.00. dengan nilai sebesar itu, maka
dapat disimpulkan bahwa kekuatan modal sosial dalam mekanisme kerja CU
dapat dinilai sangat baik. Adapun data tentang bantuan-bantuan perlindungan
terhadap nasabah tersebut antara lain:
Pertama. Untuk melindungi simpanan dan piutang anggota yang meninggal
dunia dan atau cacat total, permanen maka CU Lantang Tipo ikut serta dalam
114
program Jaminan Perlindwtgan Kalimantan (JALINAN) yang dikelola oleh
BKCU Kalimantan, sebagai anggota CU Lantang Tipo wajib membayar iuran
setiap bulan, dan berhak menerima klaim hila ada anggota yang meninggal
dwtia atau cacat total permanen.
Tabel5.2
Perkembangan Dana Jaminan Perlindungan
Tahun
2008
2009
Tahun
Jumlah luran Tunas
Rp.
2. 750.076.000,00
Rp.
3.461.473.000,00
Jumlah Klaim Tunas
2008
2009
Tahun
1.3 76.858.625,00
Rp.
Rp.
1.611.258.575,00
Penerima Klaim Tunas
2008
2009
Tahun
2008
2009
319 orang
310 orang
Surplus Tunas
Rp.
1.373.217.375,00
Rp.
1.850.214.425,00
Jumlah luran Lintang
Rp. 3.182.139.000,00
Rp. 3.772.430.000,00
Jumlah Klaim
Lintang
Rp. 1.591.036.850,00
Rp. 1.727.410.400,00
Penerima Klaim
Lintang
259 orang
221 orang
Surplus Lintan_g
Rp. 1.591.102.150,00
Rp. 2.045.019.600,00
Sumber : Data d10lah dari Laporan PertanggungJawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009.
Sedangk.an iuran yang jalinan dibayar kepada BKCU Kalimantan selama
tahwt buku 2009 sebesar Rp. 7.233.903.000,00; sementara klaim yang
diterima sebesar Rp. 3.338.668.975,00. Dalam tahwt buku 2009, surplus
sebesar Rp. 3.895.234.025,00. Selama tahwt buku 2009 ada 5 pengajuan
klain Tunas anggota yang ditolak BKCU Kalimantan karena tidak aktif
menabwtg SW 6 bulan berturut.
Kedua. Saldo Solduka per 31 Desember 2009 mengalami peningk.atan
signiflkan karena iuran Solduka wttuk tahwt buku 2010 sebesar Rp.
40.000.000,00 per anggota per tahwt sudah dipotong dari simpanan Muhwtt
pada tanggal31 Desember 2009 dengan sandi 59.
115
Tabel5.3
. Du ka
p erk emb angan Dana Solid antas
Rupiah
Keteran2an
1.221. 750.000
Saldo 31 Desember 2008
4.338.980.000
IuranMasuk
Bantuan diberikan :
Anggota aktif (254 orang)
379.500.000
Anggota tidak aktif (119 orang)
61.500.000
5.119.730.000
Saldo 31 Desember 2009
18.375.000
Rata-rata klaim per bulan
334.200.000
Rata-rata iuran per bulan
Sumber: Data diolah dari laporan pertanggungjawaban pengurus tahun 2008 dan 2009.
Ketiga. Dengan melihat data-data tersebut, dibandingkan saldo per 31
Desember
2008,
tahun
buku
2009
saldo
SOLKESTA
mengalami
peningkatan, hal ini menunjukkan anggota memahami nilai-nilai solidaritas
yang dikembangkan dalam gerakan Credit Union.
Tabel 5.3
. K eseh atan A 0220ta
p erk emb an2an Dana Solidantas
Rupiah
Keteran2an
932.425.850
Saldo 31 Desember 2008
1.733.886.300
IuranMasuk
Rupiah
Jenis bantuan diberikan :
Bantuan Berobat Jalan (6.319 orang)
263.559.200
Bantuan Opname/Operasi (1.295 orang)
800.007.750
Bantuan Bersalin (1.036 orang)
103.600.000
Bantuan Kebakaran ( 18 orang)
9.000.000
Jumlah Klaim (8.668 orang)
1.184.166.950
1.482.145.200
Saldo 31 Desember 2009
Rupiah
Rata-rata klaim per bulan
40.547.000
Bantuan Berobat Jalan (527 orang)
Bantuan Opname/Operasi ( 108 orang)
124.308.000
Bantuan Bersalin (86 orang)
15.938.000
Bantuan Kebakaran (2 orang)
1.384.000
Sumber : Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008
Adanya program perlindungan yang disediakan oleh CU Lantang Tipo
kepada nasabahnya dimaksudkan untuk meningkatkan loyalitas nasabah
kepada CU tersebut melalui kepercayaan terhadap layanan yang disediakan
116
CU Lantang Tipo. Loyalitas yang didasari rasa percaya dari nasabah tersebut
diharapkan mampu mendorong seatiap nasabah untuk berpartisipasi aktif
dalam setiap kegiatan maupun program yang dilaksanakan oleh Cu Lantang
Tipo. Lebih lanjut tindakan proaktif dari masing masing nasabah untuk
membangun dan mengambangkan CU Lantang Tipo merupakan target lebih
lanjut yang dibidik Managemen.
Selain memberikan kredit dan perlindungan nasabah CU Lintang Tipo
juga memberikan pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan potensi
ekonomi. Selain meningkatkan potensi ekonomi, pendidikan dan latihan
tersebut juga akan mengurangi resiko kredit yang default. Selain itu,
pendidikan dan latihan untuk anggota juga akan menciptakan komunikasi
yang lebih baik antara manajemen dan nasabah. Kegiatan pelatihan kepada
anggota sudah dimulai yaitu pada tanggal 27 Juli 2009 telah diadakan
pendidikan dan pelatihan karena unggul di Dusun Entuma (Kantor Pusat)
dengan jumlah peserta sebanyak 14 orang. Kegiatan tersebut mendapat
sambutan antusias dari anggota, sehingga kami bertekad memberikan
pelatihan secara berkesinambungan. Pada tanggal 29 Oktober 2009
Kelompok Tani Permata Hijau mengadakan Studi Banding ke Pusdiklat Karet
Unggul CU Lantang Tipo di Pusat Damai yang diikuti oleh 25 peserta. Pada
tanggal 29 Oktober 2009 BPTP Propinsi dan DISBUN Kabupaten Sanggau
117
BPTP Kecamatan Parindu mengadakan Studi Banding ke Pusdiklat Karet
Unggul CU Lantang Tipo2•
Selama tahun 2009, pendidikan motivasi telah diselenggarakan
sebanyak 1.000x dari 642x direncanakan realisasinya 156% dengan peserta
8.078 orang. Pendidikan dasar dilaksanakan sebanyak 551x dari 716x yang
direncanakan realisasinya 77%, dengan peserta 10.624 orang. Pendidikan
bagi anggota (pendidikan lanjutan) dilaksanakan sebanyak 953x dari 493x
yang direncanakan realisasinya 193% dengan peserta 16.714 orang.
Pendidikan kategorial dilaksanakan 77x dari 172x direncanakan realisasinya
45%, peserta 6.516 orang. Pendidikan kelompok inti dilaksanakan sebanyak
2x dari yang direncanakan 2x, realisasinya 100%, dengan jumlah peserta 41
orang. Pada tahun buku 2009, juga telah dilakukan kunjungan kerja Pengurus
ke beberapa TP sebagai upaya monitoring dan evaluasi.
Hasil tersebut hasil olah data dari wawancara dengan salah seorang
Public Relation CU Lantang Tipo, dengan menambahkan, bahwa:
'Tingginya minat nasabah untuk mendatangi agenda-agenda pertemuan
merupakan langkah konstruktif, sehingga disamping membangun jaringan,
juga akan menambah wawasan anggota. Apabila wawasan anggota bertambah
luas, otomattis juga akan menambah jaringan ekonomi. Secara kolektif hal
tersebut menguntungkan bagi keduanya, CU dan nasabah'
Pelatihan dan pendidikan yang dilaksanakan oleh CU Lantang Tipo
untuk meningkatkan potensi ekonomi nasabahnya tersebut merupak.an suatu
upaya untuk menarik minat nasabah untuk berpartisipasi aktif dalam setiap
kagiatan CU lantang Tipo. Partisipasi aktif anggota dalam mengemangkan
2
Data diolah dari wawancara dengan Pengurus.
118
CU diharapkan tumbuh sendiri atas dasar kesadaran sebagai fungsi
peningkatan wawasan dan pengatahuan yang didapatkan anggota melalui
pendidikan dan pelatihan.
Diversifikasi usaha lain yang saat ini dikembangkan oleh CU latang
Tipo adalah mengupayakan usaha kecil untuk mendapatkan bibit. Seperti
yang sudah dilakukan oleh Pusdiklat Karet Unggul CU Lantang Tipo.
PUSDIKLAT Karet Unggul selama tahun 2009 telah membantu anggota
untuk memperoleh bibit unggul. Jenis bibit yang disediakan antara lain jenis
PB260 dan Himalaya. Kami telah memberikan pelayanan kepada anggota
dalam mendapatkan bibit unggul yang berkualitas terus
diupay~
sehingga
Program Kerja Pengurus dalam menargetkan anggota minimal memiliki 2 Ha
kebun karet unggul dapat tercapai.
Tabel5.4
Perkembangan Penjualan bibit karet unggul dan mata entrys
Tahun 2009
Varietas
Tahun 2008
PB260
Sturn Mata Tidur
Rp.
324.000,00
Rp.
7.671.000,00
Sturn Mini
Rp.
125.000,00
Rp.
1.590.000,00
Himalaya
Sturn Mata Tidur
Rp.25.916.000,00
Rp. 19.083.300,00
Sturn Mini
Rp. 2.091.000,00
Rp.
2.928.000,00
Mata Entrys Himalaya
Rp.
Rp.
246.000,00
Total
Rp.28.588.000,00
132.000,00
Rp. 31.524.300,00
Sumber :Data diolah dari Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Tahun 2008 dan 2009.
Selama tahun buku 2009 telah dijual bibit karet unggul jenis stum mata
tidur dari klon PB260 sebanyak 180 batang dan sturn mini PB260 sebanyak
119
50 polybag jumlah ini lebih kecil dari tahun 2008 karena anggota lebih
banyak memilih bibit jenis Himalaya, sedangkan sturn mata tidur dari klon
Himalaya sebanyak 12.958 batang dan sturn mini Himalaya sebanyak 697
polybag. Penjualan mata entrys masih relatif kecil, hanya 44 meter hal ini
terjadi karena anggota yang membeli lebih memilih cara instan untuk
mendpatkan bibit ketimbang harus mengikuti kegiatan pelatihan. Oleh karena
itu, pada tahun buku 2010 ini kami akan lebih fokus pada kegiatan pelatihan
kepada anggota sehingga kemandirian anggota dalam menciptakan lapangan
kerja sendiri yang bernilai ekonomis dapat terwujud.
4.
Nasabah CU Lantang Tipo
Untuk dapat menjadi anggota Koperasi Credit Union Lantang Tipo,
seseorang harus memenuhi beberapa persyaratan. Kebijakan keanggotaan
yang telah ditetapkan oleh pengurus antara lain seseorang harus memenuhi
syarat-syarat umum menjadi anggota antara lain 1). Keanggotaan bersifat
terbuka dan sukarela bagi WNI yang berdomisili tetap dalam wilayah kerja,
2). Sehat jasmani dan rohani, 3). Tidak sedang dalam proses hukum dan atau
sedang menjalani hukuman penjara, 4). Menerima dan sanggup melaksanakan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai Credit Union, 5). Menerima dan memenuhi AD,
ART, Keputusan-keputusan RAT, dan Pola Kebijakan Pengurus yang sedang
berlaku. Syarat-syarat khusus lainnya adalah 1). Saat diterima menjadi
anggota berusia antara 17 s/d 65 tahun, 2) Mengisi Surat Permohonan
Menjadi Anggota (SPM-A) 3). Menyerahkan foto copy KTP dan pasfoto, 4).
Menyetor tunai minimal Rp.l45.000,- (Uang pangkal Rp.l5.000, Kontribusi
120
Diksar I Rp. 25.000,-, luran gedung Rp.SO.OOO,-, luran solkesta Rp.l5.000,
dan iuran solduka Rp.40.000). Selain itu setiap calon anggota juga diwajibkan
menyetor simpanan minimal Rp.l.030.000,- (satu juta tiga puluh ribu rupiah),
dan bersedia mengikuti pendidikan dasar I secara penuh.
Keterbukaan dan kesukarelaan yang ditekankan dalam persyaratan
keanggotaan CU Lintang tersebut merupakan cerminan adanya tuntutan
adanya partisipatif aktif dari calon anggota CU Lantang Tipo untuk
membentuk
suatu
komunitas
sosial
yang
berdasarkan atas
prinsip
kesukarelaan, kebebasan dan keadaban. Modal sosial lain yang dapat dilihat
dari partisipasi calon anggota tersebut adalah perlunya keinginan yang kuat
dari masing masing calon anggota untuk senantiasa mencari jalan bagi
keterlibatan mereka sebagai bentuk sikap proaktif dalam setiap program yang
disediakan oleh CU Lantang Tipo. Partisipasi dan tindakan proaktif yang
diperlukan bagi setiap anggota CU lantang Tipo tersebut merupakan bagian
dari keterlibatan modal sosial dalam perkembangan CU Lantang ipo di
Kabupaten Sanggau. Kesimpulan tersebut berkesesuaian dengan apa yang
disampaikan oleh salah satu pengurus sebagai berikut :
'Prinsip-prinsip CU Lantang Tipo adalah keanggotaan bersifat terbuka dan
sukarela, pengawasan yang demokratis, tidak diskriminatif, pelayanan kepada
para anggota, distribusi kepada para anggota, membangun stabilitas
keuangan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, kerjasama antar
koperasi, dan tanggung jawab sosial'
Partisipasi aktif dan proaktif Nasabah CU Lantang Tipo juga dapat
dilihat dari keikutsertaan nasabah dalam acara pertemuan yang dilaksanakan
oleh CU tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh salah satu nasabah berikut;
121
'Pertemuan antar nasabah ini dapat kami manfaatkan untuk saling bertuka
pikiran. Apabila salah satu dari kami mempunyai masalah dalam membayar
cicilan kredit, maka kami satu keompok bersama-sama ikut memikirkan.
Tidak selalu dengan uang, namun solusi dapat ditemukan dengan membuat
semacam simulasi, dengan demikian kami mempunyai pilihan-pilihan solusi
untuk menyelesaikan masalah pada kelompok kami sendiri.'
Pemyataan tersebut dapat menjelaskan manfaat dan kegunaan dari
pertemuan antar anggota tersebut. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut,
maka nasabah dapat mempunyai kesempatan untuk memperoleh informasi
terbaru dan setiap nasabah mempunyai kesempatan untuk memperoleh akses
untuk mencari solusi-solusi masalah yang selama ini dialami. Oleh nasabah
yang lain berikut :
'Selama ini, saya mengikuti pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh
manajemen bagi semua nasabahnya.memang tidak selalu semua nasabah bisa
dan harus hadir, karena keterbatasan tempat. Maka kami dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil supaya komunikasi kami lebih intens dan erat.
Dalam pertemuan i~ kami biasanya membagi cerita dan pengalaman
berkaitan dengan usaha-usaha kami, kegiatan eknomi, bahkan sampai pada
permasalahan kredit kami. Kami merasa bahwa, minimnya jaminan yang
diminta oleh CU untuk jaminan kredit kami, justru membentuk kami agar
dan
bertanggungjawab.
Kami
harus dapat
lebih
berhati-hati
bertanggungjawab, bagaimanapun juga usahanya. Justru dengan kondisi
seperti itulah, maka kami mempunyai solidaritas yang tinggi diantara
nasabah. Kami selalu saling komunikasi dan membantu, setidaknya kami bisa
mendengarkan keluh kesah nasabah yang lain.'
Selain partisipasi aktif dan kemauan proakif nasabah, bentuk modal
sosial lain yang dapat dilihat dalam keanggotaan CU lantang Tipo adalah
Inovasi yang dilaksanakan CU tersebut untuk membentuk nilai sosial baru
yang ditanamkan kepada nasabah melalui serangkaina program pelatihan dan
pendidikan dalam upaya untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan
ekonomi anggota nasabah yang harus diikuti oleh nasabah. Sistem nilai
tersebut yang diharapkan mampu mengikat nasabah sehingga mempunyai
122
tanggungjawab yang tinggi. Berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan
dalam upaya untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan ekonomi
anggota nasabah yang ada, salah satu pengurus CU menyampaikan, bahwa:
'Setiap anggota berjuang agar bebas secara fmansial dengan memiliki Sumber
Pendapatan Ganda (SPG), yakni (1) memiliki pendapatan dari hasil keringat
seperti gaji, upah, keuntungan bisnis dll. Uang datang hanya kalau orang
bekerja; (2) memiliki pendapatan dari bunga tabungan atau deviden dari
simpanan saham (uang bekerja untuk manusia); (3) memiliki pendapatan dari
sektor realestate (memiliki tanah atau rumah baik untuk disewakan/dijuallagi
setelah nilainya meningkat). Jadi, motivasi masuk CU bukan semata-mata
untuk pinjam, tetapi bagaimana CU menjadi tempat berinvestasi. CU
berusaha agar setiap anggota memiliki simpanan bagus (bunga/deviden di
atas inflasi), bukan simpanan jelek (bunga/deviden di bawah inflasi). CU juga
mendorong agar anggota memiliki pinjaman bagus (untuk usaha-usaha
produktif) dan bukan semata-mata untuk pinjuaman yang jelek (untuk tujuan
konsumtif). Semuanya itu, karena CU punya filosofi yang dijabarkan dalam 3
pilar CU yang telah diterapkan dan diamalkan secara turun-temurun, yakni
(1) pendidikan yang terus menerus dan menyadarkan, (2) swadaya dan (3)
setia kawan. Keswadayaannya berbunyi: 11 dari anggota, oleh anggota dan
untuk anggota. 11 Sedangkan setia kawan berbunyi: 11 anda sulit saya bantu,
saya sulit anda bantu. 11 Kalau sebuah CU melenceng dari yang digariskan,
maka ia akan sangsut, akan dilindas dampak krisis moneter. Sebab itu ia
menduga tidak semua CU bebas dari dampak krisis moneter. Sekarang juga
ada beberapa CU yang sangsut dan sedang direhab serta dibenahi. CU yang
tahan terhadap krisis moneter adalah CU yang memiliki jantung yang sehat,
yaitu pendidikan kepada anggota berjalan baik. Kriteria pendidikan yang
berjalan baik adalah para anggota, pengurus, pengawas dan staf ( 1) memiliki
sikap/perilaku yang dapat dijadikan contohlteladan, (2) menambah
pengetahuan dan (3) meningkatkan ketrampilan.'
Potret menarik berkaitan dengan peranan modal sosial yang ada dalam
interaksi antar nasabah CU Lantang Tipo adalah adanya program penjamin
dalam pemberian kredit kepada nasabah. Ketentuan mekanisme penjamin
yang dikembangkan oleh Manajemen CU tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
a) Yang dapat menjadi penjamin kredit adalah sesama anggota CU Lantang
Tipo yang saling mengenal, aktif, dan berwatak baik.
123
b) Penjamin bertanggung jawab atas kelancran angsuran kredit.
c) Karena jabatannya Pengurus, Pengawas, dan Eksekutif tidak dapat menjadi
penJamm. Apabila mereka menjadi penjamin, maka statusnya sebagai
anggota.
d) Tidak semua pinjaman mewajibkan adanya penjamin.
Berdasarkan mekanisme penjamin yang di tetapkan Cu Lantang Tipo di
atas dapat dilihat setidaknya terdapat dua unsur pembentuk modal sosial yang
dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, dari sisi nasabah
yang dijamin oleh anggota yang lain. Untuk membuat anggota yang lain mau
menjadi penjamin bagi dirinya, seorang nasabah harus mampu menjadi sosok
yang
dapat dipercaya dalam
berinteraksi
dengan
sesama nasabah.
Kepercayaan tersebut tidak serta merta didapat melainkan harus dibentuk dan
ditumbuhkan melalui serangkaian proses yang panjang. Masing masing
nasabah harus mencitrakan diri sebagai sosok yang terpercaya dalam setiap
aspek kehidupan dalam kehidupan sosial bermasyarakat di lingkungannya.
Dan kedua, dilihat dari perspektif Pemberi Jaminan. Sosok nasabah yang
terpercaya tidaklah cukup untuk semerta merta mendapatkan penjamin dalam
mekanisme tersebut. Tanpa adanya partisipasi aktif nasabah lain yang
didasari semangat untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang
lain (altuarism) yang merupakan cerminan resiprocity modal so sial,
mekanisme kredit dengan skema penjamin yang diterapkan CU Lantang Tipo
tidak akan bisa berjalan. Tidak mungkin seorang nasabah bersedia
menanggung resiko atas keuntungan yang diperoleh nasabah lain tanpa
124
adanya semangat saling tukar kebaikan yang dilandasi adanya keoercayaan
antar sesama nasabah.
Semangat resiprocity modal sosial ini juga dalap dilihat dari adanya
sistem pemberian kredit yang hanya bisa diberikan kepada anggota yang
mempunyai simpanan. Simpanan tersebut merupakan bentuk kemauan
nasabah untuk menolong nasabah lain yang juga membutuhkan dana
sebagaimana dirinya.
125
BABVI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan penelitian ini adalah
Koperasi Credit Union Lantang Tipo yang ada di Kabupaten Sanggau merupakan
salah satu lembaga keuangan mikro yang mampu berkembang baik dengan
memanfaatkan modal sosial yang ada di tengah tengah masyarakat Kabupaten
Sanggau. Peran partisipasi dalam suatu jaringan, resiprocity, trust, norma sosial,
nilai, dan tindakan yang proaktif dalam perkembangan Credit Union Lantang Tipo
dapat dilihat dalam aspek aspek berikut :
a. Aspek Ideologi Credit Union Lantang Tipo. CU
Lantang Tipo berhasil
mengembangkan sisten nilai yang merupakan assimilasi semangat keagaman
yang dilandasi spirit untuk saling menolong sesama dengan azas dan ideologi
koperasi sebagai bentuk badan hukum lembaga keuangan tersebut untuk
meningkatkan partisipasi aktif nasabahnya. Nilai-nilai tersebut meliputi :
menolong diri sendiri atau swadaya, bertanggung jawab kepada diri sendiri,
demokrasi, kebersamaan, keadilan,
solidari~
nilai nilai etis dari kejujuran,
keterbukaan, tanggung jawab social, dan peduli terhadap orang lain.
b. SDM Credit Union Lantang Tipo. CU Lantang tipo selalu menjaga tradisi
memilih pengurus yang dipercaya untuk mengelola CU tersebut selalu berasal
dari tokoh masyarakat khususnya tokoh agama yang disegani. Tidak hanya
untuk pengurus, pengawas dan eksekutif juga dipilih dengan persyaratan dan
126
kualifikasi keahlian tertentu. Tradisi tersbut dimaksudkan untuk meningkatkan
dan menjaga kepercayaan nasabah terhadap lembaga keuangan tersebut.
c. Manajemen Credit Union Lantang Tipo. Keunikan sistem kredit dan juga
program layanan CU Lantang Tipo lainnya yang didasari modal sosial
merupakan komponen penting dalam keberhasilan lembaga keuangan tersebut.
Modal sosial di dalam manajemn lembaga tersebut berkaitan erat dengan
kepercayaan, resiprocity, partisipasi aktif nasabah, keterlibatan secara proaktif,
sistem nilai, dan juga norma social yang didasari semangat keterbukaan,
solidaritas, dan kesetaraan.
d. Nasabah Credit Union Lantang Tipo. Peran modal sosial dalam pengembangan
CU Lantang Tipo dari aspek Nasabah dapat diamati dari : pertama,
keterbukaan dan kesukarelaan dalam keanggotaan yang merupakan cerminan
adanya tuntutan adanya partisipatif aktif dari calon anggota untuk membentuk
suatu komunitas sosial; kedua, nilai sosial baru yang ditanamkan kepada
nasabah melalui serangkaian program pelatihan dan pendidikan dalam upaya
untuk mengembangkan kualitas dan kemampuan ekonomi anggota; ketiga,
mekanisme Penjamin yang di tetapkan Cu Lantang Tipo menuntut nasabah
terjamin
harus mampu menjadi sosok yang dapat dipercaya dan perlunya
partisipasi aktif nasabah penjamin yang didasari semangat untuk membantu
dan mementingkan kepentingan orang lain (altuarism) yang merupakan
cerminan resiprocity modal sosial.
127
2.
Saraa
Sedangkan saran yang dapat direkomendasikan dati penelitian ini
adalah keberhasilan Credit Union Lantang Tipo dengan memanfaatkan partisipasi
dalam suatu jaringan, resiprocity, trust, norma sosial, nilai, dan tindakan yang
proaktif masyarakat dalam menyediakan akses modal bagi pelaku UMKM di
Kabupaten Sanggau dapat dijadikan sebagai Pilot Project penyediaan akses modal
bagi pelaku UMKM di daerah lain yang memiliki karektaristik sosial
kemasyarakatan yang setipe dengan Kabupaten Sanggau.
128
Daftar Pustaka
Ancok, Djamaludin, 2003, Pidato Pengukuhan Guru Besar "Modal Sosial dan
Kualitas Masyarakat" UGM. Yogyakarta.
Baswir, 1997, Koperasi Indonesia, Yogjakarta
Coleman, James. 1990. Foundation of Social Theory. Cambridge
University Press.
Harvard
--------, 2008. Dasar-Dasar Teori Sosial, Nusa Media. Bandung.
Deepa Narayan dan Michael F. Cassidy. 2001. "A Dimensional Approach to
Measuring Social Capital:Development and Validation of a Social Capital
Inventory". Dalam Current Sociology, Vol49.
Fukuyama Francis, 2002. Trust Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran
( Diterjemahkan dari Buku Trust The Sosial Virtues and The Creation of
Prosperity. 1995) Qalam Yogyakarta.
Harsoyo, 2005, ldeologi Koperasi, Jogjakarta
Inglehart, Ronald. 1999. "Trust, well-being and democracy", in Mark E. Warren
(ed). Democracy andTrust. Cambridge: Cambridge University Press
J. Kahne danK Bailey. 1999. The Role of Social Capital in Youth Development:
The Case of the "I Have a Dream"Program on Student Performance.
Educational Evaluation and Policy Analysis.
Joseph M. Bessette, Derek Gold et. al. 1957. International Encyclopae of
Government and Social Politics. Toppan Company PTE LTD,
SingaporeBourdieu (dalam Richardson. 1986) ,
Kartasapoetra: 2001, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta
Michael Woolcock (2002 , Michael Woolcock, Social Scientist, Development and
Research, Social Capital Participant, Journal
Moleong Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Mutis dan Widiyanti, 1992, Pengembangan Koperasi, Jakarta
Narayan, Deepa. 1999. Bonds and Bridges Social Capital and Poverty. World
Bank
Nawawi, Hadari, 2003, Metode Penelitian Bidang Sosial Gadjah Mada University
Press Y ogyakarta.
Putnam, Robert D. 1993. Making Democracy Work: Civic Tradition in Modem
Italy. Priceton University Press. USA.
-------, 2001. Bowling alone : The Collapse and Revival Of American
Community. Touchstone Book, Published by Simon & Schuster, USA.
Rothstein, B. and Uslaner, E.M. 2005. All for All: Equality and Social Trust LSE
Health and Social Care Discussion Paper Number 15. London: LSE Health
and Social Care. Available at:http://www.lse.ac.uk/collections /LSE Health
And Social Care/pdf/Discussio and Paper Series/DP15_2005.pdf.
Sugiyanto, 2002. Lembaga Sosial. Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode
R&D. Alfabeta, Bandung.
Suratiningsih, 2004, Dinamika Koperasi, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Thomas Suyatno, 2007 Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama
Jakarta.
Penelitian :
Bidayati, Arum 2008; Dinamika Modal Sosial pada Lembaga Keuangan Mikro
(studi di BMT artha Amanah).
PUTRA, I Made Kristiadi 2009. Modal Sosial dalam pemberdayaan Desa
Pakraman (Studi kasus pengelolaan LPD Desa Pakraman Batuaji Kawan
Kabupaten Tabanan Propinsi Bali).
PEDOMAN WA WANCARA
I.
KEPALA DISPERINDAGKOP KAB. SANGGAU
1. Bagaimana Bapakllbu/saudara melihat perkembangan Credit Union di Kabupaten
Sanggau saat ini?
2. Sampai dengan saat ini sudah ada berapa Credit Union di Kab. Sanggau?
3. Bagaimana kontribusi Credit Union dalam perkembangan koperasi pada
umumnya?
4. Bagaimanakah menurut Bapakllbu/saudara pengembangan Credit Union untuk
kedepannya?
II.
PENGURUS KOPERASI CREDIT UNION
1. Apa motif yang mendasari pendirian Credit Union?
2. Apa yang membuat yakin bahwa CU pasti akan diterima oleh masyarakat?
3. Siapa saja yang diajak bergabung menjadi anggota CU?
4. Dari mana pertama kali modal CU di peroleh ?
5. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggung jawab sebagai pengurus CU ?
6. Apa makna jabatan sebagai pengurus CU ?
7. Apa yang ingin dicapai dari jabatan sebagai pen gurus CU ?
8. Apa saja yang dilakukan pengurus untuk mengembangkan dan memajukan CU ?
Ill.
BADAN PENGA WAS
1. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggungjawab badan pengawas dalam CU?
2. Bagaimana pengawasan dilakukan?
3. Apakah pengawasan menjadi aspek yang sangat penting dalam operasional CU?
4. Apa yang lebih diutamakan untuk diawasi di dalam CU?
5. Masalah apakah yang sering ditemui dalam operasional CU?
6. Bagaimana cara yang ditempuh apabila menemukan masalah sehubungan dengan
operasional CU?
IV.
KARYA WAN CREDIT UNION
1. Meliputi apa sajakah tugas dan tanggungjawab karyawan ?
2. Apa yang dilakukan karyawan
dalam
rangka memahami tugas dan
tanggungjawabnya?
3. Permasalahan apa yang paling sering ditemui dalam menjalankan pekerjaan?
4. Apakah sering timbul keluhan dari anggota CU atas pelayanan yang mereka
terima?
5. Apakah yang dilakukan karyawan ketika menghadapi anggota yang bermasalah?
6. Dalam menjalankan pekerjaan, apakah karyawan diberi keleluasaan untuk
melakukan kreativitas, terutama berkaitan dengan pengajuan pinjaman oleh
anggota?
7. Apakah selalu ditekankan untuk mengikuti aturan-aturan yang ada di CU dalam
membangun hubungan dengan anggota?
8. Apakah pihak pengurus membimbing karyawan agar mengambil keputusan
sendiri ketika menghadapi kebutuhan yang mendesak dari anggota untuk
mendapatkan pinjaman?
V.
ANGGOTA CREDIT UNION
I. Bagaimana cara menjadi anggota CU?
2. Mengapa tertarik menjadi anggota CU?
3. Apa yang ingin didapat dengan menjadi anggota CU?
4. Apakah menemui hambatan ketika ingin menjadi anggota?
5. Apakah manfaat yang didapat dengan menjadi anggota CU?
6. Pinjaman yang didapat dari CU dimanfaatkan untuk apa?
7. Apakah menerima insentif lain (SHU) sesuai dengan kontribusi sebagai anggota?
8. Apakah harus menyediakan agunan ketika ingin memperoleh pinjaman dari CU?
9. Apakah ada hambatan ketika in gin mendapatkan pelayanan dari CU?
I 0. Apakah harus menyediakan agunan ketika ingin memperoleh pinjaman dari CU?
11. Apakah pihak CU (Karyawan dan pengurus) berusaha memahami dan mencarikan
solusi atas permasalahan anggota?
12. Apakah pihak CU selalu memeberikan sanksi apabila anggota menunggak dalam
mengangsur pinjaman?
13. Apakah syarat-syarat memperoleh pinjaman dari CU dirasakan berbelit-belit?
14. Apakah anggota pemah mendapatkan layanan yang sebenamya menyimpang dari
prosedur yang ditetapkan CU?
VI.
SELURUH UNSUR CREDIT UNION
I. Bagaimana komunikasi dilakukan apabila menghadapi permasalahan yang urgen
untuk diselesaikan?
2. Apakah pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis?
3. Apakah ada hambatan ketika akan mengemukakan usul, saran dan pendapat yang
berkaitan dengan CU?
4. Bagaimana tingkat heterogenitas pengurus, badan pengawas, kar pengurus, badan
pengawas, karyawan dan anggota?
5. Bagaimana kepercayaan dan tanggungjawab dibangun di dalam CU?
6. Mengapa percaya kepada CU?
7. Bagaimana semua unsur dalam CU menjalin kepercayaan dan tanggung jawab?
8. Apakah kepercayaan menjadi pertimbangan utama ketika mengambil keputusan
berkaitan dengan kedudukannya sebagai salah satu unsur dalam CU?
9. Apakah terjadi kredit macet?
10. Bagaimana jika terjadi kredit macet dan apa saja langkah yang diambil?
11. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh semua unsur dalam CU untuk
mengembangkan CU?
Download