plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC
UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Yohanis Yani Watti
NIM: 081124021
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada
Tarekat Hati Kudus Yesus (MSC)
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
“IA HARUS MAKIN BESAR DAN AKU MAKIN KECIL”
(Yoh 3:30)
“Di dalam Tarekat tidak seorang pun adalah orang asing, tidak seorang pun adalah
pendatang, tetapi semua adalah saudara di dalam Hati Kristus”
(Jules Chevalier, 1879)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC
UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS”. Penulis memilih
judul ini berdasarkan fakta bahwa para bruder yunior adalah tulang punggung dan
masa depan tarekat MSC. Dan, mereka diharapkan menjadi pewarta kabar baik
dan kegembiraan kepada umat yang dilayani berdasarkan spiritualitas Hati Kudus
Yesus.
Skripsi ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan: bagaimana
pembinaan para bruder MSC Yunior dalam memahami dan menghayati
spiritualitas Hati Kudus Yesus yang menjadi dasar pelayanan nanti? Bagaimana
pembinaan untuk masa yunior dalam tarekat MSC? Bagaimana spiritualitas Hati
dimengerti dan dihayati oleh para MSC, khususnya bruder yunior? Bagaimana
spiritualitas Hati diterapkan dalam pembinaan yunior bruder MSC? Untuk
menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan penelitian deskriptif
analitis dengan mengajukan pertanyaan refleksi yang diberikan kepada para
bruder yunior.
Permasalahan tersebut dibandingkan dengan gaya hidup Yesus. Artinya,
materi tentang gaya hidup Yesus disajikan agar para bruder MSC yunior dapat
bercermin dan berpatokan pada Hati Yesus yang terwujud dalam sikap, perkataan,
dan perbuatan.
Hati Yesus adalah pusat dari spiritualitas Hati maka para bruder yunior
yang menghayati spiritualitas Hati diharapkan mempunyai pemahaman yang jelas
dan menyeluruh tentang kualitas-kualitas Hati Yesus yaitu lemah lembut,
sederhana, rendah hati, berbelas kasih, dan berbelarasa. CerminanHati Yesus itu
sesungguhnya menunjukkan cinta Allah Bapa. Pada Hati Yesus para bruder
yunior dapat bercermin ketika mereka mewartakan cinta Allah kepada umat.
Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana pembinaan yang sudah
dilakukan Tarekat MSC kepada para bruder yunior dengan berpatokan pada lima
aspek pembinaan, yaitu kemanusiaan, afektif, religius, komunio, dan hidup
membiara.
Dari hasil refleksi para bruder yunior ditemukan bahwa pemahaman akan
spiritualitas Hati sudah baik, namun perlu dikembangkan lagi baik pada sistem
pembinaan maupun peserta bina. Pada umumnya, para bruder yunior mampu
memahami perannya sebagai bruder dalam pelayanan demi memajukan Gereja
sehingga identitas bruder menjadi jelas. Dan, para bruder membutuhkan
pembinaan yang berkelanjutan sehingga kemampuan mereka dalam memahami
dan menghayati spiritualitas Hati semakin berkembang, terutama mereka mampu
menggali kembali spiritualitas Hati Yesus dalam hidup dan pelayanan.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This thesis entitled “THE FORMATION OF THE JUNIORAT OF THE
MSC BROTHERS FOR INSTILLING THE SPIRITUALITY OF THE SACRED
HEART OF JESUS”. I chose this title based on the facts that the Junior brothers
are the backbone and the future of the MSC congregation. They are supposedly to
become ministers of the Good News and - based on the spirituality of the Sacred
Heart of Jesus - to bring happiness to people wherever they are sent.
This study will try to answer some questions about: how to guide the MSC
Juniorat brothers to understand and to live out the spirituality of the Sacred Heart
of Jesus as their foundation for ministry? What kind of formation that is
appropriate for Juniorat brothers in MSC congregation? What kind of spirituality
of the Sacred Heart of Jesus that is understood and practiced by the MSC Juniorat
brothers? How the spirituality of the Sacred Heart of Jesus is applied in the
formation of the MSC Juniorat brothers? To answer those questions I used a
descriptive analytical research by asking some reflective questions to the MSC
Juniorat brothers.
Those questions were compared to Jesus’ life. How Jesus lived his life was
presented to the MSC Juniorat brothers as they reflected upon Jesus’ life so that
the spirituality of Jesus, the spirituality his sacred heart, could be implemented in
their attitude, words, and actions.
The Heart of Jesus is the center of the spirituality of the Heart. Therefore,
the MSC Juniorat brothers need to identify and to know how to internalize the
values of the spirituality of the Sacred Heart of Jesus which are humble, gentle,
simple, solider and full of compassion. Jesus’ heart is a sign of the love of God.
When the Juniorat brothers minister to people they need to reflect the Sacred
Heart of Jesus for them.
The purpose of this paper is to describe how formation is done for the
MSC Juniorat brothers based on the five aspects of the formation which are
humanity, affectivity, religious, community, and ministry life.
The results of the reflection of the MSC Juniorat brothers found that the
comprehension understanding on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus is
good. Generally, brothers has understood clearly their identity and role in
ministering to God’s people and to improve the church. However, the founding
reflects that the system and the persons in it need to be improved. The MSC
Juniorat brothers need an ongoing formation which can help them to deepen their
understanding and ability to live out the spirituality of the Sacred Heart of Jesus,
especially in their lives and ministry.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena
kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI
SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini berkat bantuan dari
berbagai
pihak.Maka
penulis
menyampaikan
limpah
terima kasih
dan
penghargaan yang setulusnya kepada:
1. Dr. J. Darminta, SJ, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan
perhatian, pendampingan dan bimbingan kepada penulis dan dengan penuh
kesabaran memberikan masukan dan kritikan yang membangun sehingga
penulis termotivasi untuk menuangkan ide dalam penulisan skripsi ini.
2. P. Banyu Dewa HS.,S.Ag.,M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu penuh perhatian dan setia dalam mendampingi penulis dari awal studi
sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen penguji III yang mendampingi dan
memberikan semangat kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Kaprodi IPPAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ,
M.Ed., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut
ilmu di kampus IPPAK ini dan terima kasih karena memberikan kepercayaan
kepada penulis sehingga penulis mampu mengembangkan ilmu yang didapat.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Segenap staf dosen prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan kerelaan hati dan penuh
kesabaran telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh proses
pendidikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.
6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD Yogyakarta yang selalu menyapa dan
melayani penulis dengan sepenuh hati selama menjalani proses pendidikan
sampai menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. P. Benedictus E. Untu MSC, selaku Provinsial MSC Indonesia yang selalu
mendukung dan memberi semangat kepada penulis.
8. P. Yance Mangkey MSC, mantan provinsial MSC yang telah memberikan
kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Prodi IPPAK, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
9. Para bruder yunior (Br. Fendy MSC, Br. Big MSC, Br. Rinto MSC dan Br.
Iben MSC) yang dengan penuh kerendahan hati dan selalu siap sedia diminta
bantuan terutama bantuannya dalam merefleksikan kehidupnnya sebagai
bruder MSC.
10. Konfrater di Komunitas Studi Palagan Yogyakarta yang menjadi teman
sekomunitas dalam studi dan hidup sehari-hari.
11. Konfrater dan Postulan di Purworejo yang mendukung dalam setiap kegiatan.
12. Teman-teman angkatan 2008 yang telah berjuang bersama-sama dari awal
sampai selesai studi.
13. Kedua Orang tua dan keluarga yang dengan penuh cinta memperhatikan dan
mendoakan sampai penulis menyelesaikan studi.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv
MOTTO .............................................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...............................vii
ABSTRAK .........................................................................................................viii
ABSTRACT .........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................x
DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 7
E. Metode Penulisan ............................................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 8
BAB II DINAMIKA MASA YUNIORAT ........................................................... 10
A. PEMBINAAN .................................................................................................. 10
1. Pengertian Pembinaan ................................................................................. 10
2. Tujuan Pembinaan ....................................................................................... 11
B. Tahap-tahap Pembinaan Para Bruder dalam Tarekat MSC.............................. 13
1. Postulat ........................................................................................................ 13
2. Pranovisiat ................................................................................................... 14
3. Novisiat ........................................................................................................ 15
4. Yuniorat Bruder ........................................................................................... 17
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Kaul Kekal ................................................................................................... 18
C. Pembinaan Yuniorat Bruder MSC ................................................................... 19
1. Hidup Kemanusiaan ................................................................................ 20
2. Hidup Afektif .......................................................................................... 21
3. Hidup Religius ........................................................................................ 22
4. Hidup Komunitas .................................................................................... 22
5. Hidup Membiara ..................................................................................... 23
D. Tantangan-Tantangan dalam Pembinaan ......................................................... 26
1. Budaya ......................................................................................................... 26
2. Hidup dalam Zaman Modern ....................................................................... 27
3. Keluarga ....................................................................................................... 28
4. Pribadi .......................................................................................................... 29
E. Pergulatan dalam Pembinaan YuniorBruder MSC .......................................... 30
1. Program Pembinaan Belum Efektif ............................................................. 30
2. Kurangnya Tenaga Pembina ........................................................................ 32
3. Pengintegrasian Antara Pembinaan dan Karya............................................ 33
F. Upaya Mengatasi Tantangan-Tantangan dalam Pembinaan ............................ 34
1. Pembinaan Bercorak Religius Misioner ...................................................... 34
2. Pembinaan Suatu Proses Interaksi Personal ................................................ 35
3. Pembinaan Pendampingan Personal ............................................................ 35
4. Pembinaan Dialog Partisipatif ..................................................................... 36
5. Pembinaan Kontekstual-Transformatif ........................................................ 37
BAB III SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DALAM
TAREKAT MSC ..................................................................................... 38
A. Tarekat Hati Kudus Yesus ................................................................................ 38
1. Pendiri Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus ........................................... 38
2. Sejarah Berdirinya Tarekat MSC................................................................. 41
3. Makna Nama MSC ...................................................................................... 42
B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus......................................................................... 44
1. Pengertian Hati ........................................................................................... 44
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a. Hati dalam Kitab Suci ............................................................................ 44
b. Hati Kudus Yesus .................................................................................. 46
2. Pengertian Spiritualitas ................................................................................ 47
a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci ....................................................... 49
b. Spiritualitas Hati Menurut MSC ............................................................ 50
3. Spiritualitas Tarekat MSC Menurut Konstitusi ........................................... 52
a.
Hidup Doa ............................................................................................ 52
b.
Hidup akan Penghayatan Kaul-kaul ..................................................... 54
1) Kaul Ketaatan .................................................................................. 54
2) Kaul Kemiskinan ............................................................................. 56
3) Kaul Kemurnian ............................................................................... 58
c.
Hidup Komunitas.................................................................................. 59
d.
Karya Kerasulan ................................................................................... 60
e.
Kepemimpinan ..................................................................................... 61
f.
Harta Benda .......................................................................................... 62
g.
Pembinaan ............................................................................................ 64
4. Spiritualitas Hati dalam Hidup MSC ........................................................... 64
C. Spiritualitas Hati dalam Panggilan Hidup Bruder MSC .................................. 67
1. Hidup Religius ............................................................................................ 67
2. Hidup Kenabian .......................................................................................... 68
3. Hidup Mistikus ........................................................................................... 69
BAB IV PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM
PEMBINAAN YUNIORAT BRUDER MSC ...................................... 71
A. Latar Belakang Pengamatan ............................................................................. 71
B. Tujuan pengamatan .......................................................................................... 72
C. Jenis Pengamatan ............................................................................................. 73
D. Responden pengamatan .................................................................................... 73
E. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Pengamatan ................................................. 73
F. Pertanyaan Refleksi .......................................................................................... 74
G. Hasil Refleksi ................................................................................................... 74
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
H. Pembahasan Refleksi ........................................................................................ 84
I. Harapan-harapan .............................................................................................. 87
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 89
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 89
B. Saran ................................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 96
Pertanyaan Refleksi untuk Para Bruder Yunior .................................................... (1)
Hasil Refleksi Bruder Yunior, MSC ..................................................................... (2)
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Mat
: Matius
Mrk
: Markus
Luk
: Lukas
Yoh
: Yohanes
Kis
: Kisah Para Rasul
Rom
: Roma
1 kor
: 1 Korintus
Ef
: Efesus
Fil
: Filipi
Ibr
: Ibrani
Yeh
: Yehezkiel
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
KHK
: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), 25 Januari 1983.
ET
: Evangelica Testificatio, Petujuk Tentang Pembaharuan Hidup
Religius, 29 Juni 1971.
VC
: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
tentang Hidup Bakti Bagi Para Religius, 25 maret 1996.
GS
: Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang
Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965
PDV
: Pastores Dabo Vobis. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tentang Pembinaan Imam dalam Situasi Zaman Sekarang,
25 Maret 1992.
PC
: Perfectae Caritatis, DekritKonsili Vatikan II tentang
Pembaharuan Dan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
C. Singkatan Lain
MSC
: Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu (Misionaris Hati
Kudus Yesus)
SJ
: Societas Jesu (Serikat Yesus)
Bdk
: Bandingkan
Kons.
: Konstitusi
Art.
: Artikel
No
: Nomor
PPLR
: Pedoman Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-lembaga Religius
Hp
: Handphone
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembinaan merupakan suatu keharusan dalam setiap tarekat untuk
membentuk calon religius. Pembinaan dimaksudkan untuk menanamkan nilainilai atau semangat Kristiani dari Gereja maupun tarekat. Namun bukan hanya
menghayati semangat Kristiani yang harus didalami tetapi juga semangat dalam
pengabdian dan pelayanan kepada sesama yang harus diajarkan. Pembinaan awal
terutama masa yuniorat adalah awal seorang religius memahami dan mampu
melaksanakan dalam karyanya.
Hidup religius adalah hidup yang dikhususkan dan disucikan untuk Allah.
Semuanya dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Allah. Konstitusi Konsili
Vatikan II (1993 : 258) dalam dekrit PC, artikel 2 e, berbunyi :
“Tujuan hidup religius pertama-tama supaya para anggotanya mengikuti
Kristus dan dipersatukan dengan Allah melalui pengikraran nesehatnasehat Injili. Maka perlu dipertimbangkan dengan serius bahwa
penyesuaian-penyesuaian yang sebaik mungkin dengan kebutuhankebutuhan zaman kitapun tidak akan memperbuahkan hasil bila tidak
dijiwai oleh pembaharuan rohani. Hendaknya pembaharuan rohani itu
dalam pengembangan karya-karya di luar pun selalu diutamakan.”
Dalam hal ini manusia mendapat panggilan dari Allah untuk mampu
mengikuti kehendak-Nya. Manusia menjawab panggilan Allah dengan memulai
hidup dalam biara. Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup yang
tetap, untuk mampu mengikuti kehendak Allah dan melaksanakan kehendak-Nya.
Hidup membiara juga bertujuan untuk mencapai kesempurnaan. Untuk mencapai
kesempurnaan maka perlulah adanya dukungan. Dukungan yang paling utama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
datang dari Allah sendiri. Dukungan dari Allah harus dibalas dengan mencintaiNya dengan sepenuh hati.
Menurut Jacob (1980 : 32), hidup membiara yang konkrit adalah ungkapan
dan pernyataan semangat Injil dan sekaligus tanggapan konkrit terhadap situasi
dan kebutuhan zaman. Sikap dasar adalah sikap Injil sendiri, tetapi sikap dasar itu
dikonkritkan dalam cara atau bentuk kehidupan yang sungguh sesuai dengan
kebutuhan zaman. Kebutuhan dan situasi zaman itu berganti-ganti terus-menerus.
Maka terus-menerus dibutuhkan penyesuaian dan pembaharuan hidup membiara.
Dalam hidup membiara setiap ordo/tarekat mempunyai spiritualitas yang
dijiwai dalam menjalankan misi perutusannya. Maka setiap anggota tarekat pun
harus menjiwai spiritualitas tarekatnya. Spiritualitas tarekat perlu menjadi dasar
untuk menyemangati anggotanya dalam menjalankan tugas perutusannya.
Semangat yang menjiwai tarekat MSC dalam menjalankan tugas perutusannya
terdapat dalam konstitusi dan statuta MSC tahun 2000, bab 2 artikel 6, yang
berbunyi: bersama Bapa Pendiri, kita merenungkan Yesus Kristus, yang bersatu
dengan Bapa-Nya dalam ikatan cinta kasih dan kepercayaan. Dipenuhi oleh Roh
Kudus, Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya sebab Ia telah menyatakan
diri-Nya kepada orang-orang kecil karena Dia adalah hamba-Nya yang amat
melibatkan diri dengan kaum miskin dan berdosa. Dengan kata-kata Pater
Chevalier “Ia bahagia kalau Ia dapat mencurahkan kelembutan hati-Nya kepada
kaum kecil dan miskin kepada mereka yang menderita dan berdosa kepada umat
manusia dalam segala macam kesengsaraan-Nya. Bila melihat kemalangan
apapun Hati-Nya tergerak oleh belaskasih.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Semangat Bapa pendiri ini yang menjiwai setiap anggota MSC dalam
menjalankan tugas perutusannya. Warisan ini terus dikembangkan sampai dengan
zaman sekarang ini. Maka kiranya semangat ini juga harus diwarisi oleh para
anggota MSC khusunya mereka yang masih dalam pembinaan. Di tengah zaman
yang terus berubah ini kiranya semangat atau spiritualitas tarekat perlu
disesuaikan juga dengan situasi, agar pembinaan sekarang dan dulu tetap sama
dalam penghayatan spiritualitasnya sehingga tidak ada perbedaan pandangan
tentang spiritualitas tarekat dan nilai yang diperjuangkan sama.
Spiritualitas hati bukanlah hanya milik satu tarekat saja, tetapi spiritualitas
hati telah berkembang sejak abad ke dua puluh. Kapitel umum MSC tahun 1999
menyatakan bahwa anugerah berharga yang dapat disumbangkan tarekat kepada
Gereja dan masyarakat dalam milenium baru ialah kesaksiannya tentang
spiritualitas hati. Berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas hati itu
bergerak dari dalam yaitu dari dalam “Hati” yakni dari inti kepribadian Allah,
Kristus, sesama dan dunia dan diri kita sendiri.
Tarekat MSC merupakan tarekat religius yang diharapkan ambil bagian
dalam menyebarkan cinta Allah kepada manusia lewat spiritualitas hati-Nya.
Kapitel umum tarekat MSC pada bulan Mei 1972 mengeluarkan surat umum
kepada setiap anggota tarekat untuk memahami misinya bukan untuk
menyebarkan devosi kepada Hati Kudus melainkan spiritualitas hati. Surat
tersebut mencatat bahwa kata “Hati” harus dimengerti dalam arti biblis sebagai
Hati Allah, Hati Kristus dan Hati manusia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
Untuk mampu menyebarkan spiritualitas hati diperlukan orang-orang yang
sungguh-sungguh mempunyai hati yang peduli, berbela rasa dan prihatin terhadap
perkembangan zaman. Hal ini bisa diperoleh lewat ikatan yang mesra dengan
Allah. Dengan kata lain bahwa seseorang itu harus mampu mencintai Allah
dengan hati yang tulus dan terbuka. Untuk mencapai tahap ini dibutuhkan proses
yang terus menerus yang diawali dengan pembinaan awal. Pembinaan awal
dimaksudkan agar orang itu mampu untuk mengerti, memahami dan
melaksanakan dalam kehidupanya sehari-hari dalam hidup bermasyarakat. Dalam
pembinaan ini diharapkan spiritualitas hati yang menjadi dasar dalam perutusanya
kelak mulai disadari dan dirasakan akan kehadiran-Nya dalam diri. Perlu adanya
refleksi terus-menerus untuk menghadirkan hati yang mempunyai semangat
berkorban seperti yang telah Yesus wariskan kepada manusia bahwa Ia rela
berkorban demi cinta-Nya pada manusia. Yesus telah membuktikan cinta-Nya
yang besar kepada Bapa dan manusia dengan taat menerima kematian-Nya di
kayu salib untuk keselamatan umat manusia “Di dalam Dia dan oleh darah-Nya
kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa menurut kekayaan kasih-Nya
yang dilimpahkan kepada kita” (bdk. Ef 1:7-8).
Pater Jules Chevalier dalam mendirikan tarekat MSC berusaha untuk
mewujudkan visi dan misi Gereja universal dalam mewujudkan Kerajaan Allah
di dunia ini dengan menyebarkan spiritualitas hati yang nampak dalam semboyan
tarekat MSC “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” (dikasihilah
Hati Kudus Yesus di seluruh dunia). Spiriualitas hati menjadi sumber untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
membentuk kepribadian
dan mentalitas seseorang dalam menyembuhkan
penyakit-penyakit zaman seperti acuh tak acuh dalam diri manusia.
Segala macam pemahaman mengenai spiritualitas hati kiranya harus
mendapat porsi yang cukup dalam pembinaan awal tarekat. Karena spiritualitas
hati menjadi dasar dan motivasi dalam menjalani hidup dan karya. Memang
pemahaman tidak cukup harus diimbangi dengan penerapan tetapi sebagai pintu
masuk hal ini harus diterapkan. Seorang yang dalam pembinaan dalam hal ini
pembinaan yuniorat masih diperlukan masukan-masukan dan pengertian yang
jelas akan semangat tarekat sehingga dalam pelaksanaan kedua hal tersebut
pengertian dan pemahaman menjadi padu. Para MSC termasuk yunior harus
mendapat pembinaan yang perlu, baik manusiawi maupun rohani yang terpadu
untuk perkembangan pribadi dan orang lain (bdk. Kosn. 2000 : no. 73).
Sebagai seorang bruder MSC yang pernah menjalani pembinaan yuniorat
merasakan betapa pentinya pemahamaan akan spiritualitas hati diberikan sejak
awal sehingga dalam karyanya nanti mampu mengintegralkan niai-nilai
spiritualitas hati dengan karyanya di tengah umat dan masyarakat. Spiritualitas
hati menjadi motor penggerak dalam berkarya, karena hal ini yang membedakan
dengan karya-karya lain artinya ada semangat di belakang dalam karya. Dalam
berkarya tidak hanya sekedar yang terpenting umat senang tetapi semangat yang
diusung yaitu spiritualitas hati harus masuk juga dalam karya sehingga umat
mampu mengikuti keteladanan yang diberikan dan terutama membawa mereka
kepada jalan keselamatan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Di tengah dunia ini yang semakin banyak masalahnya berimbas juga
kepada pembinaan. Pembinaan yang mengikuti perkembangan zaman dan mampu
mewujudnyatakan program-program pembinaan dengan mengikuti perkembangan
zaman akan semakin mudah untuk memahami permasalahan
dan mampu
menciptakan program yang bermutu dan berguna bukan hanya untuk para peserta
bina namun untuk umat pada umumnya. Umat merindukan sosok atau figur yang
mampu membantu membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam hal ini perlu dihasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas yang mampu hadir
dan memahami umat bukan membebankan umat.
Spiritualitas hati adalah salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah.
Dengan spiritualitas hati orang akan melihat hati yaitu hati Kristus yang lambungNya ditikam di atas kayu salib mengeluarkan darah dan air (bdk. Yoh 19:34,37).
Darah dan air merupakan lambang Yesus memberikan cinta yang besar kepada
manusia. Ia menganugerahkan Roh-Nya kepada kita, mencurahkan cinta kasihNya kepada kita (bdk. Kons. No. 9).
Menyadari akan pentingnya spiritualitas hati bagi pembinaan MSC muda,
penulis mengharapkan para MSC muda khususnya para bruder untuk
meningkatkan penghayatan spiritualitas hati yang menjadi inspirasi dalam hidup
sebagai MSC dan menjadi motor pengerak dalam karyanya nanti sehingga hal
inilah yang membuat penulis merasa tergerak hati untuk menulis tentang
“PEMBINAAN MASA YUNIOR BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI
SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang masalah yang ada maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana pembinaan untuk masa yunior dalam tarekat MSC ?
2.
Bagaimana spiritualitas hati dimengerti dan dihayati oleh para MSC
khususnya para yunior bruder MSC ?
3.
Bagaimana spiritualitas hati diterapkan dalam pembinaan pada yunior bruder
MSC ?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini bertujuan :
1.
Untuk memaparkan pembinaan yang dilakukan dalam tarekat MSC.
2.
Untuk mendeskripsikan penghayatan spiritualitas hati yang dilakukan oleh
para MSC khususnya yunior bruder MSC.
3.
Untuk menemukan hubungan penghayatan spiritualitas hati dengan
pembinaan para yunior bruder MSC.
D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat dari penulisan ini adalah :
1.
Membantu para pembina untuk menemukan pembinaan yunior bruder MSC
sesuai dengan spiritualitas tarekat.
2.
Membantu para konfrater MSC khususnya para bruder MSC untuk semakin
menghayati spiritualitas tarekat sebagai patokan dalam berkarya dalam hidup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
3.
Membantu para pembina khususnya yunior untuk menerapkan pembinaan
yang berpusat pada spiritualitas tarekat.
E. METODE PENULISAN
Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis dengan studi
kepustakaan. Dengan kata lain penulis mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis tema-tema, tulisan atau teori-teori yang relevan. Penulis juga
mengadakan wawancara dengan para yunior bruder.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan ini adalah :
Bab I
: berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang
penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II
:
berisi tentang dinamika masa yuniorat yang meliputi pembinaan,
tahap-tahap pembinaan para bruder dalam tarekat MSC, pembinaan
yuniorat
bruder
MSC,
tantangan-tantangan
dalam
pembinaan,
pergulatan dalam pembinaan yunior dan upaya mengatasi tantangantantangan dalam pembinaan.
Bab III
: berisi tentang spiritualitas Hati Kudus Yesus yang meliputi pendiri
tarekat MSC, sejarah berdirinya tarekat MSC, makna nama MSC,
spiritualitas hati kudus Yesus, pengertian hati, pengertian spiritualitas
tarekat MSC, spiritualitas MSC menurut konstitusi, spiritualitas hati
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
dalam hidup MSC dan spiritualitas hati dalam panggilan dan hidup
bruder MSC.
Bab IV
:
berisi penghayatan spiritualitas dalam pembinaan masa yuniorat
bruder MSC yang meliputi latar belakang pengamatan, tujuan
pengamatan, jenis pengamatan, responden pengamatan, waktu, tempat
dan pelaksanaan pengamatan, pertanyaan refleksi, hasil refleksi,
pembahasan refleksi, harapan-harapan.
BAB VI :
berisi kesimpulan dan saran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
DINAMIKA MASA YUNIORAT
A. PEMBINAAN
1.
Pengertian Pembinaan
Menurut Mangunhardjana (1986 : 11-12) pembinaan dimengerti sebagai
terjemahan dari kata Inggris training, yang berarti latihan, pendidikan,
pembinaan. Sejauh berhubungan dengan pengembangan manusia, pembinaan
merupakan bagian dari pendidikan. Namun karena tekanan pengembangan dalam
pembinaan berbeda dari pengembangan dalam pendidikan, pembinaan dibedakan
dari pendidikan. Sebagaimana dipraktekan dewasa ini, pembinaan menekankan
pengembangan manusia dari segi praktis : pengembangan sikap, kemampuan dan
kecakapan. Sedang pendidikan menekankan pengembangan manusia dari segi
teoritis : pengembangan pengetahuan dan ilmu.
Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu
murni, tetapi ilmu yang dipraktekan. Tidak dibantu untuk mendapatkan
pengetahuan demi pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam
pembinaan
orang
terutama
dilatih
untuk
mengenal
kemampuan
dan
mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang
hidup atau kerja mereka. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah
mendapatkan sikap, attitude dan kecakapan, skill.
Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki,
delearning, berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan
menghambat hidup dan kerja dan mempelajari, learning, pengetahuan dan praktek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani
pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih
efisien dan efektif daripada sebelumnya.
Kalau dirumuskan dalam bentuk definisi pembinaan adalah suatu proses
belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal
yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk
membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk
mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani, secara lebih efektif.
2.
Tujuan Pembinaan
Setiap tarekat mempunyai tujuan dalam pembinaan anggotanya sehingga
setiap anggota mengetahui untuk apa dia dibina. Setiap tujuan pasti ada maksud
yang akan dicapai, sehingga maksud pembinaannya tidak sia-sia. Dalam Tarekat
MSC tujuan pembinaan sesuai dengan Konstitusi Tarekat MSC art. 73 berbunyi :
“Para Misionaris Hati Kudus akan mendapat pembinaan apa saja yang
perlu demi suatu pertumbuhan manusiawi dan kristiani yang terpadu, baik
demi perkembangan mereka pribadi, maupun demi kebaikan orang lain.
Pembinaan tersebut hendaknya membantu mereka khususnya untuk
memperdalam pembaktian diri mereka dengan segenap hati, memperkuat
rasa keterlibatan dalam kelompok mereka, dan mendapat suatu persiapan
yang memadai bagi hidup kerasulan mereka”.
Berdasarkan Konstitusi Tarekat MSC art. 73 dapat disimpulkan bahwa
pembinaan dalam tarekat MSC terbagi dalam tiga dimensi yaitu pertama dimensi
manusiawi dan kristiani terpadu, kedua dimensi perkembangan pribadi dan demi
kebaikan orang lain dan ketiga dimensi pembaktian religius yang meliputi kaulkaul, komunitas rasuli. Ketiga dimensi ini saling berkaitan dan mendukung dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
upaya untuk menghasilkan pembinaan yang efektif dan terarah. Ketiga dimensi ini
dilengkapi dengan pembinaan rohani dan laku tapa serta mempelajari sejarah
tarekat beserta konstitusi dan statuta tarekat agar mampu bekerja dan
bertanggungjawab dalam karya (kons. 74).
Sedangkan dalam buku Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembagalembaga religius (1992:10), artikel 1 tujuan pembinaan adalah :
“Pembinaan para calon yang langsung bertujuan untuk memperkenalkan
mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari ciri
khasnya di dalam Gereja, terutama ditujukan untuk membantu para
religius pria dan wanita menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus
melalui Roh, dengan memadukan secara harmoni unsur-unsur rohani,
apostolik, doktrinal dan praktis.”
Penegasan tentang tujuan utama pembinaan dikatakan dalam buku
Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembaga-lembaga religius (1992:14),
artikel 6, berbunyi :
“Adapun tujuan utama pembinaan ialah memungkinkan para calon hidup
religius dan angota-anggota muda yang sudah berprofesi, pertama-tama
menemukan dan kemudian mengasimilasikan dan memperdalam apa yang
merupakan jatidiri religius. Hanya dalam keadaan seperti itulah orang yang
dipersembahkan kepada Allah dapat terjun ke dalam dunia sebagai saksi
yang berarti, berdayaguna lagi setia. Oleh karena itu, tepatlah
mengingatkan, pada awal dokumen tentang pembinaan, apa yang ditujukan
oleh rahmat hidup bakti religius kepada Gereja.”
Dalam hal ini nampak jelas bahwa pembinaan itu menyeluruh dalam setiap
dimensi hidup manusia yang berupaya membangun manusia menjadi pribadi yang
tangguh, mandiri, bertangungjawab.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
B. Tahap-tahap Pembinaan Para Bruder dalam Tarekat MSC
1. Postulat
Kata postulat berasal dari bahasa latin “postulare” yang berarti
“mengajukan permohonan”. Mengajukan permohonan dapat dimengerti sebagai
permohonan awal masuk dalam biara dan mengajukan permohonan untuk dibina
dalam hidup membiara.
Masa pembinaan postulan bruder MSC merupakan suatu masa peralihan
dari cara hidup dalam keluarga ke cara hidup dalam biara khususnya
memperkenalkan tarekat MSC. Tahap peralihan ini dapat dilihat sebagai tahap
peralihan dari hidup di luar masuk ke dalam hidup membiara. Dalam tahap ini
calon perlu ditolong dalam upaya untuk memurnikan motivasi untuk menjadi
seorang Biarawan. Motivasi si calon sangat memegang peranan untuk pembinaan
selanjutnya. Motivasi seseorang untuk memasuki hidup membiara bermacammacam : ada motivasi tidak sadar, motivasi pribadi yang sadar dan motivasi
adikodrati (Agudo, 1989:55). Motivasi tidak sadar disebabkan karena pengalaman
yang dialami seseorang karena latar belakang keluarga, lingkungan dan juga
pengalaman intelektual dan spiritual semua dapat dipakai untuk menjalani
panggilan. Namun sulit menegaskan apakah panggilan ini asli atau buatan sendiri
saja. Kebutuhan akan rasa aman begitu kuat sehingga kebutuhan ini dijadikan
sebagai panggilan. Motivasi tidak sadar ini mempunyai akar pada kebutuhan yang
tidak diakui sedih karena kehilangan orang tercinta, perasaan kurang aman, rasa
salah, takut akan hukuman Tuhan, cemas untuk menghadapi kenyataan hidup,
takut akan beban dalam hidup berkeluarga. Motivasi pribadi yang sadar adalah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
motivasi yang dimiliki si calon karena adanya perkembangan yang matang dari
faktor intelektual dan emosional. Motivasi adikodrati adalah motivasi yang
dimiliki oleh si calon karena kematangan hidup rohani. Si calon mampu
mengembangakan hidup doa dan hubungan pribadinya dengan Tuhan serta
mempunyai keinginan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam seluruh peristiwa
hidupnya. Sedangkan menurut Harjawiyata (1979:16) mengatakan mengenai
motivasi ada motivasi utama, ada motivasi samping, ada motivasi baik dan ada
motivasi yang tidak dapat dipuji. Perlu disadari juga bahwa setelah menyelesaikan
masa pembinaan ini motivasi si calon belum benar-benar murni. Oleh karena itu
dalam pembinaan postulat ini motivasi si calon mulai perlu disadarkan dan mulai
dimurnikan. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan bahwa tiada seorangpun bisa
diterima tanpa persiapan yang memadai.
2. Pranovisiat
Maksud pranovisiat menurut Konstitusi Tarekat MSC art. 80 dikatakan
bahwa maksud pranovisiat adalah untuk membantu para calon dalam menentukan
suatu pilihan yang bebas dan masak diantara pelbagai status hidup kristiani yang
berbeda-beda, dan untuk memungkinkan komunitas menilai motivasi dan kerelaan
si calon untuk hidup religius.
Maka calon bruder MSC adalah suatu masa orientasi dan perkenalan diri
timbal balik antara calon dan tarekat. Calon perlu mengenal makna hidup bakti
pada umumnya dan hidup bakti tarekat MSC pada khusunya, yaitu sejarah,
semangat, kharisma dan spiritualitas. Tarekat perlu mengenal calon , yaitu pribadi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
dan latar belakangnya (keluarga dan kebudayaan), sifat dan watak, motivasi dan
kemampuannya. Adapun tujuan dari pembinaan pranovis ini adalah agar si calon
bertumbuh dan berkembang sehingga makin matang dan utuh, agar calon menjadi
pribadi yang makin matang dalam iman dan hidup kerohaniannya, agar calon
memiliki landasan yang kokoh dalam mengambil keputusan secara bebas tentang
hidup dan panggilannya.
3. Novisiat
Novisiat adalah masa yang istimewa untuk mulai masuk dalam kehidupan
membiara sebagaimana dihayati dalam tarekat. Dalam pembinaan ini dimulailah
hidup religius yang sesungguhnya. Mereka yang menjalani tahap ini di sebut
“Novis”. Kata “Novis” berasal dari kata Latin “Novicius” yang berarti : orang
baru. Tahap ini mutlak perlu. Seseorang yang mau menjalani hidup membiara
harus menjalani masa ini. Biara tempat mereka disebut “Novisiat”. Menurut
Heuken (1993:221) selama masa novisiat diharapkan. Para novis tumbuh dalam
iman dan cinta kasih akan Tuhan dan sesama manusia, mempelajari dan mulai
mengamalkan cita-cita kongregasi yang bersangkutan serta membiasakan diri
menjalankan hidup menurut nasehat injil sesuai peraturan yang berlaku dalam
Novisiat.
Masa novisiat menurut ketentuan gereja sekurang-kurangnya 1 tahun,
tetapi terbuka kemungkinan untuk menambah menjadi 2 tahun. Tahun pertama
disebut dengan masa kanonik. Dalam tahun ini para novis diajak untuk mendalami
tentang kongregasinya apakah cita-citanya sesuai dengan cita-cita kongregasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
(KHK, kanon, 646). Dengan demikian tekanan terletak pada pembentukan hidup
religius melalui pendalaman konstitusi dan pendalaman hidup rohani. Sedangkan
tahun kedua para novis diajak menghayati cita-cita kongregasi dalam hidup dan
karyanya yang kongkrit. Namun ada kongregasi yang hanya menjalankan masa
novisiat selama 1 tahun. Untuk tarekat MSC masa novisiat berlaku selama 1
tahun. Sedikit demi sedikit para novis harus belajar melepaskan segala sesuatu
yang tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Allah artinya mereka harus belajar
untuk melakuan segala sesuatu yang berhubungan dengan Kerajaan Allah. Mereka
harus mempraktekan kerendahan hati, ketaatan, kemiskinan, doa dan persatuan
tetap dengan Allah.
Novisiat adalah suatu komunitas bina, sebagai masa pembinaan sebagai
calon anggota MSC yang telah menyelesaikan masa pembinaan pranovisiat dan
mempersiapkan diri untuk profesi pertama.
Menurut Konstitusi Tarekat MSC no. 86, maksud utama novisiat adalah
Agar menjadi masa inisiasi ke dalam kehidupan, semangat dan tugas perutusan
tarekat. Inisiasi ini harus memampukan si novis untuk bertumbuh dalam
kedewasaan, mengembangkan suatu kehidupan berdoa yang sungguh, mendalami
panggilannya sebagai seorang religius dan memperoleh suatu kepastian tentang
kemampuannya untuk menjalani hidup bakti dalam komunitas sebagai seorang
Misionaris Hati Kudus. Sedangkan dalam pedoman-pedoman pembinaan dalam
lembaga-lembaga religius (1992:43) artikel 45 berbunyi : hidup dalam lembaga
dimulai dalam novisiat. Tujuannya ialah agar para novis lebih memahami
panggilan ilahi, khusunya yang khas dari lembaga yang bersangkutan, mengalami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
cara hidup lembaga, serta membentuk budi dan hati dengan semangatnya, dan
agar terbuktikan niat serta kecakapan mereka.
Selama masa novisiat, para novis akan dibantu dalam menghidupi
semangat dan perutusan tarekat selama pengalaman hidup berkomunitas dan
terlibat dalam karya kerasulan yang wajar sesuai dengan peraturan-peraturan
Gereja dan tarekat. Mereka dibantu dalam hidup doa, studi dan bimbingan pribadi
agar mereka semakin mendalami kasih Allah dalam Hati Yesus, bertumbuh dan
berkembang dalam persaudaraan dengan Yesus serta mengembangkan rasa
keterlibatan dalam hidup berkomunitas, semakin membiasakan diri dengan hidup,
sejarah dan semangat bapa pendiri tarekat dan semangat mantap menjadi anggota
MSC, mengenal anggota-anggota dan karya-karya MSC.
4. Yuniorat Bruder
Yuniorat bruder adalah masa pembinaan selama tiga tahun sesudah profesi
pertama yang dijalankan dalam komunitas bina bruder-bruder dan komunitas
basis hidup bakti. Yang menjalankan masa yuniorat adalah para bruder yang
sudah mengucapkan profesi pertama.
Hidup di komunitas yuniorat berbeda dengan dengan hidup di novisiat.
Maka para yunior yang baru saja meninggalkan novisiat harus menyesuaikan diri
dengan kehidupan baru, walaupun masih dalam pembinaan. Keadaan baru ini
menyangkut hidup bersama dan kerja. Maka para yunior perlu ditolong untuk
merefleksikan, mengolah dan mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi,
dan juga mereka harus memperdalam pengetahuan-pengetahuan hidup rohaninya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Adapun tujuan dari pembinaan yuniorat bruder MSC adalah agar para
bruder yunior mendalami semangat serta cara hidup dalam komunitas basis hidup
bakti dengan memberikan kesaksian hidup sebagai bruder MSC. Para bruder
yunior diharapkan mengembangkan keterlibatannya pada perutusan Gereja
partikular
dan
Gereja
setempat.
Para
bruder
yunior
diharapkan
mengaktualisasikan kemampuan dan mengembangkan karisma-karisma pribadi.
Sehubungan dengan masa yuniorat, Mardi Prasetya (1992:298) mengatakan masa
yuniorat adalah kelanjutan dari eksperimen dan pendalaman semangat serta cara
hidup tarekat sampai calon betul-betul mempunyai sikap mencintai tarekat secara
mendalam sehingga pihak tarekat mempunyai cukup alasan untuk menerimanya
secara definitif sebagai anggota tarekat dalam profesi kekal.
Pembinaan para bruder yunior harus memiliki daya dan kekuatan di dalam
diri mereka sendiri yang memberi mereka daya untuk berkembang. Maka para
bruder yunior jangan hanya dilihat sebagai objek pembinaan semata. Di dalam diri
mereka sudah tertanam benih hidup religius yang sudah cukup berkembang
karena sudah melalui tahap novisiat. Maka pembina harus menaruh kepercayaan
akan kekuatan-kekuatan yang terpendam di dalam diri para yunior.
5. Kaul Kekal
Pengikraran kaul kekal dilaksanakan setelah melewati masa-masa dalam
pembinaan atau melewati masa yuniorat. Pengikraran kaul kekal dilaksankan
setelah dilihat si calon layak untuk diterima.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
Pengikraran kaul kekal sering disebut sebagai akhir masa pembinaan. Ia
sudah menamatkan masa-masa pembinaannya. Ia dianggap sudah dewasa dan
mampu mengolah hidup rohaninya. Dalam arti tertentu bisa juga dibenarkan tetapi
sebernarnya pengikraran kaul kekal adalah suatu lembaran baru sebagai seorang
religius. Ia masih memerlukan pembentukan. Hal ini makin disadari dengan
berbagai masalah dunia. Ia harus berhadapan dengan suasana baru di tengahtengah masyarakat dengan pelbagai tantangan-tantangan. J. Darminta (1983:80)
mengatakan bahwa, seseorang yang akan mengucapkan kaul kekal dapat
dipastikan memang sudah menerima bahwa ketiga nasihat injil itu sungguh
merupakan nilai yang tak dapat ditawar lagi bagi hidupnya..dia mampu secara
realistis menghayatinya menurut kondisi manusiawinya. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa dengan penghayatan ketiga nasihat Injil ini tantangan ke
depan
semakin
banyak,
sehingga
masih
dibutuhkan
pembinaan
yang
berkelanjutan.
C. Pembinaan Yuniorat Bruder MSC
Pembinaan yuniorat bruder adalah masa kelanjutan pembinaan setelah
novisiat. Dalam pembinaan lanjutan ini para bruder dipersiapkan dirinya untuk
persiapan kaul kekal dengan meneruskan, memperdalam dan mengembangkan
penghargaan
dan
pertumbuhan
dalam
pembinaan
kemanusiaan,
rohani,
intelektual, hidup bersama, apostolat dan hidup MSC demi tugas perutusan. Untuk
pembinaan lebih efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
1. Hidup Kemanusiaan
Menurut J. Darminta (2008 : 33-34) kematangan atau kedewasaan
manusiawi
berarti
orang tahu
melaksanakan
tanggungjawabnya
dengan
kompetensi, kebijaksanaan dan keteguhan. Seorang dewasa mampu menilai
manusia yang lain, peristiwanya tanpa keraguan dan banyak prasangka serta
mampu mengambil keputusan bijaksana. Tanda kebijaksanaan orang mampu
mengambil keputusan dengan tidak emosional tanpa memikirkan kesukarankesukaran yang mungkin muncul belakangan. Dengan demikian orang dewasa
mampu memutuskan sendiri permasalahan yang dihadapi dan mampu
melaksanakan keputusan itu.
Belajar dari pengalaman tentang kehidupan adalah modal orang untuk
mampu bertahan akan tantangan yang dihadapi. Maka kedewasaan diharapkan
memiliki pendidikan yang integral sehingga pencapaiannya harus melalui proses
tahap demi tahap. Kedewasaan seseorang tidak langsung jadi tapi harus melalui
perjalanan umurnya, perkembangan dan pengalaman hidup. Kedewasaan akan
membuat orang untuk berani menghadapi dan mengambil segala tanggungjawab
atas tindakan dan perbuatan. Jadi dia bertindak bukan hanya ikut arus saja tetapi
karena ada sesuatu yang diperjuangkan dalam hidup. Orang yang memiliki
kedewasaan batin akan membuahkan kemerdekaan batin yang merupakan tujuan
dari seluruh perjalanan hidup. Dia mengambil keputusan karena diterangi oleh
akal dan iman. Dia mampu menggunakan kemerdekaan untuk hal-hal baik
terutama untuk mengabdi sesama.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
2. Hidup Afektif
Menurut J. Darminta (2008 : 28-29) hidup afektif adalah suasana hati
beserta kecenderungan untuk menanggapi diri, hidup keadaan dan peristiwaperistiwa hidup. Landasan dinamika hidup afektif ialah kerinduan manusia. Tetapi
landasan hidup manusia ini dapat dibelokan oleh kuasa jahat dan kodrat manusia
karena dosa. Hidup afektif akan menimbulkan perasaan-perasaan manusia yaitu
menerima atau menolak terhadap apa yang dihadapi. Manusia akan menerima jika
membawa keuntungan bagi dirinya dan menolak jika merugikan dirinya. Ini
merupakan sifat alamiah manusia.
Perasaaan afektif akan memunculkan berbagai keutamaan seperti rasa
kagum, syukur, simpati, belaskasih ataupun rasa marah, takut, tak pantas, gentar.
Namun semua perasaan itu akan membawa manusia pada pengalaman hidup dan
memperkembangan kepribadian dan merupakan sumber kekuatan. Hidup afektif
merupakan tempat orang membangun hubungan dengan Allah dan sesama. Hidup
afektif yang matang ialah hidup yang selalu terarah kepada kebaikan ilahi . Dalam
hidup afektif orang akan teruji kelekatan dan keterpautan kepada Allah demi
Allah dan sesama.
Dalam hal hidup afektif orang perlu mengatur dan mengolah hidup
afektifnya, baik dalam relasi dengan sesama dalam persahabatan maupun dalam
permusuhan. Kematangan afektif akan nampak dalam kemampuan untuk
mencintai yang harus dicintai dengan benar atau bagaimana mencintai menurut
keadaan atau kebutuhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
3. Hidup Religius
Hidup religius pada pokoknya ialah hidup yang mengikatkan diri secara
ekskusif kepada Allah. Dimensi ini secara konkrit dihayati dengan cara praksis
berdoa. Doa sendiri sebagai sarana pemupukan batin (ET no.45). Lebih dalam lagi
berdoa merupakan ungkapan kerinduan cinta untuk bertemu dengan Allah .
Praksis berdoa didasarkan oleh kerinduan cinta untuk bertemu dengan Allah (ET
no.42). Berdoa merupakan kegiatan orang Allah yang merasakan betapa dirinya
sendiri miskin dan tak mampu dari dirinya sendiri berhadapan dengan Allah (ET.
No. 43). Berdoa merupakan keberanian untuk percaya dan beriman. Doa berarti
mau membangun hidup beriman, hidup menyerahkan diri dengan penuh
kepercayaan karena merasakan dan menemukan bahwa Allah kuasa dan
sedemikian mencintai sehingga menjadikan kita baik dan utuh (Mrk 7 :37). Maka
berdoa merupakan praksis penghayatan hidup religius yang selalu mau terbuka
kepada kehendak Allah . Maka dari itu praksis berdoa seperti perayaan Ekaristi,
doa harian, doa pribadi maupun doa bersama yang sudah menjadi praksis berdoa
dalam hidup religius perlu diperhatikan. Hanya ada satu keselamatan hanya ada
satu doa. Selamat berarti semakin bebas dari rasa takut karena semakin mampu
hidup dalam kepercayaan .
4. Hidup Komunitas
Pada zaman sekarang sangat terasa kebutuhan diantara kaum religius suatu
komunitas persaudaraan yang sungguh-sungguh, terlebih dengan dibentuknya
komunitas-komunitas kecil (ET.no. 37). Hidup bersama ini dipusatkan pada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Kristus. Pembinaan itu sebagian besar tergantung pada mutu komunitas.
Komunitas didirikan dan bertahan bukan karena para anggotanya menemukan
bahwa mereka berbahagia bersama-sama berkat persamaan pikiran, watak atau
sikap, melaikan karena Tuhan telah menghimpun dan mempersatukan mereka
oleh pembaktian bersama dan demi tugas perutusan bersama di dalam Gereja.”
(PPLR 26).
Pada masa sekarang komunitas semakin berusaha untuk meningkatkan
cara hidupnya sehingga bisa menjadi komunitas yang semakin cinta akan
persaudaraan. Komunitas yang dibangun dalam relasi persaudaraan yang erat akan
membuat komunitas itu menjadi hidup dan memiliki semangat kerendahan hati.
Dalam komunitas orang belajar saling menerima apa adanya dengan sifat positif
dan negatif, perbedaan-perbedaan dan keterbatasan-keterbatasan masing-masing.
Tiap anggota ditantang untuk memberikan yang terbaik yang ada padanya (bdk. 1
Kor 12 : 7).
Proses pertumbuhan dan perkembangan hidup beriman anggota komunitas
tergantung juga pada mutu hidup komunitas. Mutu hidup komunitas pada
umumnya merupakan buah dari iklim dan gaya hidup anggotanya. Hal ini bisa
dilihat dari semangat persaudaraan, saling menerima, saling pengertian, saling
mendukung dan juga dilihat dari cara menghayati hidup kaulnya.
5. Hidup Membiara
Dalam hidup membiara penghayatan kaul merupakan inti dari hidup
membiara, meskipun tidak seluruhnya. Dasar penghayatan kaul adalah cinta (ET.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
No. 13). Pengalaman mendalam bahwa Allah sedemikian besar cintaNya, sampai
memberikan Putera Tunggal-Nya mendorong orang untuk mempersembahkan diri
seutuhnya kepada Tuhan, meninggalkan segala-galanya dan taat kepada sabda dan
kehendak-Nya. Penghayatan kaul merupakan penghayatan kerohanian ekaristis
yaitu hidup syukur atas segala kebaikan dan cinta Tuhan, sehingga orang rela
mengorbankan nyawanya untuk Tuhan. Praksis hidup ekaristis dalam hidup
sehari-hari adalah penghayatan misteri salib dan kebangkitan Kristus.
Kaul kemurnian dimengerti sebagi persembahan diri seutuhnya kepada
Tuhan (ET. No. 15), maka penghayatan kaul kemurnian harus didasarkan pada
dua segi hidup religius yaitu kontemplatif dan apostolis. Segi kontemplatif hidup
kemurnian dalam mengikuti Kristus ialah memusatkan diri pada kedatangan
Kristus dan penyadaran terus menerus akan akhir jaman, karena pada saat itu
kepenuhan cinta terlaksana. Kemurnian apostolis merupakan hidup yang
memusatkan diri kepada penantian akan hari Tuhan, hari pemenuhan cinta. Dalam
VC (88), dikatakan bahwa :
“ Tanggapan Hidup Bakti terutama terletak pada penghayatan kemurnian
sempurna penuh kegembiraan sebagai kesaksian tentang kekuatan cinta
kasih Allah yang nampak pada kelemahan kondisi manusiawi. Kesaksian
itu disajikan kepada tiap orang untuk menunjukan bahwa kekuatan cinta
kasih Allah dapat melaksanakan hal-hal besar justru dalam konteks
cintakasih manusiawi”.
Kaul kemiskinan merupakan kesanggupan untuk melayani dengan
kemerdekaan cinta. Kemerdekaan dalam cinta ini sering disebut miskin dalam
Roh (Mat 5 : 3). Karena itu dia sungguh-sungguh hidup miskin, artinya tidak
melekat pada sarana-sarana hidup dan tidak menjadikan sarana ini sebagai tujuan
hidup di dunia. Sarana ini hanya sebagai alat untuk pelayanan kepada sesama. Ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
menunjukan suatu semangat pelayanan yang sungguh-sungguh hanya ditujukan
untuk kemuliaan Kristus dan karya keselamatan Kristus. Oleh karena itu
penghayatan kaul kemiskinan berarti harus solider kepada mereka yang miskin
dan menderita ketidakadilan. Tantangan lain pada zaman sekarang yakni
materialisme yang haus akan harta milik tanpa mengindahkan keperluankeperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah dan tanpa
kepedulian manapun terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam.
Tanggapan hidup bakti terdapat dalam pengikraran kemiskinan injili yang dapat
dihayati dengan pelbagai cara dan sering dicetuskan dalam keterlibatan aktif
dalam usaha mengingatkan solidaritas dan cintakasih (VC. 89).
Kaul ketaatan merupakan kesanggupan dan kesediaan untuk melaksanakan
tuntutan cinta. Ketaatan mempunyai dasar pada Yesus (Bdk Flp 2 :1 -11).
Ketaatan pada Kristus adalah jalan menuju kepada Bapa. Ketaatan Yesus kepada
Bapa ditunjukan lewat penderitaan-Nya. Derita kepada sesama merupakan
ungkapan cinta kepada Allah dan kehendak-Nya. Ketaatan yang menderita
membuat orang untuk dekat dengan sesama yang menderita dan teraniaya.
Ketaatan ini harus dilandasi dengan semangat cinta artinya mau melakukan apa
saja demi orang yang dicintainya. Dalam VC. no. 91 dikatakan bahwa :
“Tantangan ketiga bersumber pada faham-faham kebebasan yang
menceraikan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar itu dari hubungannya
yang hakiki dengan kebenaran dan norma-norma moral..tanggapan yang
efektif terhadap situasi itu ialah ketaatan yang merupakan ciri hidup bakti.
Dengan cara yang kuat sekali ketaatan itu menampilkan ulang ketaatan
Kristus terhadap Bapa dan bertolak dari misteri itu memberi kesaksian,
bahwa tidak ada pertentangan antara ketaatan dan kebebasan.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
D. Tantangan-tantangan dalam Pembinaan
1. Budaya
Indonesia memiliki ragam budaya yang majemuk. Iklim budaya
membentuk karakter dari masing-masing orang yang hidup dalam satu
kebudayaan. Hal ini membuat karakter orang bisa berbeda karena faktor budaya.
Begitupun dalam hidup membiara, setiap individu yang masuk dalam biara
membawa budayanya masing-masing. Dalam konteks tarekat MSC, setiap
individu yang masuk dalam tarekat MSC berasal dari hampir seluruh pelosok
Indonesia, maka secara otomatis ikut membawa budayanya. Dalam hal ini budaya
sebenarnya bukan suatu halangan atau hambatan untuk masuk dalam hidup
membiara. Dalam GS. Art. 53 dikatakan bahwa budaya itu menyempurnakan dan
mengembangkan hidup manusia secara utuh. Dengan demikian budaya juga ikut
membantu mengembangkan hidup dalam hidup membiara. Begitupun dalam
PPLR no. 89 menunjuk hubungan yang erat antara hidup bakti dan kebudayaan
bahwa setiap kebudayaan haruslah diuji, artinya harus dimurnikan dan
disembuhkan dari luka-luka dosa. Serentak pula kebijaksanaan yang dikandung
oleh kebudayaan-kebudayaan itu telah diungguli, diperkaya dan disempurnakan
oleh kebijaksanaan salib.
Dalam pengertian ini mau dikatakan bahwa Yesus dan Injil-Nya mengatasi
kebudayaan. Yesus mempersatukan setiap orang dengan berbagai macam latar
belakang budayanya. Lalu yang menjadi pertanyaan dimana letak tantangannya ?
Koentjaraningrat (2005:VI-VII) membagi tantangan kebudayaan menjadi 7 yaitu,
bahasa suku bangsa, kesenian tradisional, teknologi tradisional, sistem-sistem
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
kekerabatan, kesatuan hidup, religi dan kepercayaan. Ini menjadi landasan untuk
bisa melihat lebih mudah akan tantangan yang dihadapi dalam hal kebudayaan.
Bagi penulis sendiri seperti yang dilihat dalam kehidupan sebagai anggota MSC
yang menjadi tantangan dalam hal kebudayaan salah satu contoh adanya strata
sosial dalam suatu budaya masyarakat atau tingkatan menurut kasta sehingga
tanpa disadari atau disadari mempengaharui kehidupan baik dalam komunitas
maupun karya. Memang ini tidak mempengaharui seluruh anggota tetapi
berdampak pada sebagian anggota yang berasal dari suku tertentu.
2. Hidup dalam Zaman Modern
Generasi muda sekarang ini yang masuk dalam biara adalah generasi
modern. Artinya generasi yang hidup dalam suasana atau alam yang serba
canggih. Yang sangat menonjol sekarang ini adalah kemajuan teknologi yang
serba cepat dan canggih seperti televisi, telepon, hp, internet. Dengan peralatan ini
dunia serasa semakin sempit karena dari pelosok manapun di dunia ini bisa kita
ketahui lewat televisi dan internet dan kita juga bisa berbicara seakan berhadaphadapan lewat hp. Dengan demikian para biarawan muda yang masuk tarekat tahu
akan perangkat-perangkat canggih tersebut. Hal ini membawa dampak pada sifat
individualisme menjadi kuat. Dengan adanya alat-alat canggih tersebut anggota
akan asyik sendiri dengan barang-barang yang dimilikinya. Hal ini akan
berdampak pada kehidupan komunitas. Anggota komunitas tidak akan betah
berlama-lama berdoa, yang dipikirkan hanya nonton tv atau internetan ataupun
rekreasi komunitas hanya sebentar saja selanjutnya asyik sendiri berbicara dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
orang lain lewat hp. Hal lain yang membawa dampak yaitu menimbulkan budaya
instant. Sekarang ini banyak hal serba instant ada makanan dan minuman instant
(mie, kopi) yang disajikan cepat. Memang budaya instant bisa membuat orang
untuk bisa berpikir dan bekerja cepat namun dalam konteks membiara anggota
tarekat tidak mempunyai daya tahan yang kuat dalam menghadapi masalah
sehingga cepat-cepat untuk mundur.
3. Keluarga
Keluarga adalah dasar dalam membangun iman seseorang dan keluarga
juga adalah dasar dalam pembinaan iman sehingga orang bisa tertarik menjadi
seorang biarawan. Dalam GS.art. 52, mengatakan melalui pendidikan hendaknya
anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga bila nanti sudah dewasa mereka
mampu penuh tanggungjawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan hidup
bakti serta memilih status hidup mereka.
Namun perlu disadari juga bahwa tidak semua keluarga memiliki
pengalaman yang membahagiakan sehingga pembinaan iman dalam keluarga
berjalan baik. Dan setiap keluarga mempunyai caranya masing-masing dalam
membangun imannya. Dalam PDV. art 44 dikatakan, ada kalanya situasi
keluarga-keluarga sendiri, tempat timbulnya panggilan-panggilan imam, akan
menampilkan tidak sedikit kelemahan bahkan kadang-kadang kekurangan yang
cukup serius.
Sebagai contoh ada yunior yang diijinkan untuk berlibur ke rumah orang
tuanya tapi sekembalinya dari liburan menghadapi dilema karena tidak tahan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
melihat kehidupan keluarga maka mengambil jalan untuk keluar dari biara. Dalam
hal ini memang perlu dilihat lagi permasalahannya tetapi bukan menjadi alasan
untuk keluar meninggalkan biara. Keluarga memang masih bisa menjadi
tantangan dalam hidup membiara apabila keluarga mendapat masalah.
4. Pribadi
Pribadi dari setiap anggota tarekat mempunyai karakter yang berbedabeda. Hal ini disebabkan karena anggota tarekat berasal dari budaya yang berbeda
dan tumbuh dalam suatu lingkungan yang berbeda. Namun perbedaaan ini bisa
diatasi dengan saling mengenal dan memahami budaya serta karakteristik masingmasing orang. Namun dalam hal ini yang mau ditekankan adalah soal identitas
diri. Dalam perjalanan panggilannya si calon begitu bersemangat dalam menjalani
hidup panggilan terutama sewaktu dibina di novisiat. Banyak hal tentang
kehidupan baik jasmani dan rohani diberikan untuk memperkuat panggilan.
Namun yang diajarkan di novisiat akan berbeda setelah hidup dalam satu
komunitas karya. Di novisiat diajarkan tentang semangat berkorban tetapi dalam
komunitas karya kadang mengalami hal yang berbeda sehingga menimbulkan
pertentangan, belum lagi menghadapi anggota yang lebih senior yang kurang
menunjukan semangat tarekat. Hal-hal semacam ini akan menimbulkan
pertanyaan dalam diri dan menimbulkan tantangan mengenai identitas dirinya.
Identitas kabur menghasilkan kepribadian tidak menentu, identitas yang tidak
diterima berakibat benci akan diri sendiri yang tidak disadari dan pribadi yang
bersikap memusuhi orang lain. (Agudo, 1989 : 93).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Tantangan yang dihadapi juga adalah merasa tidak mampu menjalankan
tugas perutusan tarekat walaupun sudah berusaha sekuat tenaga. Hal seperti ini
menimbulkan keraguan dalam diri. Tantangan lain juga jika melihat anggota yang
lebih senoir mampu menjalankan tugas perutusan dengan penuh semangat dan
kegembiraan sedangkan diri sendiri tidak mampu untuk melakukan seperti
annggota yang lain sehingga menimbulkan sifat minder karena tidak sanggup
melakukan apa-apa. Tantangan-tantangan seperti ini sering dijumpai dalam diri
para anggota yunior karena merasa belum dapat berbuat sesuatu untuk tarekat.
E. Pergulatan dalam Pembinaan Yunior Bruder MSC
1. Program Pembinaan Belum Efektif
Setiap tempat pembinaan pasti memiliki program pembinaan masingmasing yang disesuaikan dengan keadaan tarekat. Program ini disusun begitu baik
dan ada hasil yang nantinya akan dicapai. Program disusun oleh orang-orang yang
mempunyai keahlian dan pengalaman dalam pembinaan. Dalam Konstitusi MSC
art. 78 dikatakan bahwa, pemimpin propinsi dan Dewannya akan memandang
sebagai salah satu kewajiban mereka yang lebih penting untuk menjamin bahwa
program-program pembinaan disusun dengan baik dan isinya sesuai dengan
kebutuhan para anggota pada masing-masing tingkat pembinaan mereka.
Semua program pembinaan berfungsi untuk mempersiapkan para yunior
dalam menghadapi hidup dan permasalahannya. Para yunior diharapkan mampu
menjadi orang yang bertanggungjawab, mandiri, sederhana, berbelaskasih
terhadap siapa saja. Namun terkadang program yang sudah ada tidak berjalan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
sebagaimana yang telah dibuat. Ada beberapa kendala yang membuat program
tidak berjalan.
a. Faktor pertama adalah team pembina. Di bawah akan disampaikan tentang
faktor tenaga pembina tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa team
pembina juga merupakan satu pergulatan yang besar. Di dalam yuniorat sudah
ada team pembina namun team ini tidak berjalan dengan baik karena team yang
terbentuk masih memegang jabatan lain sehingga fokus terhadap pembinaan
kurang. Waktu untuk pembinaan terbagi-bagi menyebabkan program ada
namun belum berjalan baik.
b. Faktor kedua adalah faktor jarak antara pembina dan yunior. Tarekat MSC
berkarya hampir di semua pulau di Indonesia dengan demikian tidak menutup
kemungkinan para bruder yuniorpun diutus dimana tarekat berkarya. Setelah
mereka berkarya otomatis mereka berada jauh dari tempat pembinaan yuniorat.
Padahal mereka masih dalam pembinaan walaupun setelah mereka dikaryakan
yang menjadi pembina adalah pemimpin komunitas setempat. Tidak mudah
mempertemukan para yunior
yang tersebar untuk mendapat pembinaan
bersama-sama.
c. Faktor ketiga adalah komunikasi antara bruder yunior yang sedang studi
dengan pembina. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kemajuan
teknologi semua bisa diatasi namun dalam pembinaan, kemajuan teknologi
tidak bisa dipakai semuanya. Misalnya dalam bimbingan tidak hanya cukup
lewat Hp (handphone) atau media elektronik lain (email). Si yunior harus
behadapan langsung dengan pembina sehingga banyak hal yang bisa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
diungkapkan. Kontak antara yunior dengan pembina juga kurang. Selama ini
jarang pembina datang ke rumah studi ataupun kalau yunior yang pergi ke
yuniorat, pembinanya tidak ada ataupun kalau ada bukan maksud untuk
bertemu. Dengan kata lain saling menunggu panggilan dari pembina atau
pembina menunggu yunior datang.
Faktor-faktor di atas
merupakan suatu pengalaman yang dialami dan
dilihat langsung oleh penulis tentang yuniorat. Hal ini bukan berarti melihat dari
segi negatifnya tetapi kiranya menjadi suatu masukan untuk pembina dalam
menjalankan programnya agar mampu menjangkau semua yunior.
2. Kurangnya Tenaga Pembina
Pembinaan anggota adalah suatu karya yang sangat penting, karena lewat
pembinaan maka anggota tarekat akan semakin menjadi orang yang sungguh
memahami tarekatnya dan juga anggota akan semakin menjadi orang yang lebih
dewasa, matang dan bijaksana. Dalam pembinaan juga diharapkan akan hadirnya
orang-orang yang berkualitas dalam menangani karya-karya tarekat. Dalam
Konstitusi Tarekat MSC art. 77 dikatakan bahwa, anggota-anggota yang diberi
kepercayaan untuk melakssanakan pembinaan pada segala tingkatannya harus
sudah berkaul kekal dan diangkat oleh Pemimpin Propinsi bersama Dewan.
Mereka dipilih berdasarkan kemampuan dan dipersiapkan secara memadai untuk
tugas mereka.
Namun pada kenyataanya tidak banyak orang yang mau terlibat dalam
pembinaan. Tidak jarang terjadi yang mau tidak mampu tapi yang mampu tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
mau. Sebenarnya masalah ini dapat diatasi karena setiap biarawan mengikrarkan
kaul ketaatan maka sudah sepantasnyalah setiap anggota untuk taat pada
perutusan tarekat. Namun demikian jika sipembina mampu ia tidak hanya diberi
kepercayaan sebagai tenaga pembina. Ia masih harus merangkap jabatan lain
misalnya masih menangani karya atau duduk dalam dewan propinsi. Hal ini tidak
bisa dihindari karena tidak ada orang lain yang mau.
Tugas pembinaan biasanya lebih dihindari daripada dicari. Anggota lebih
menghindari untuk menjadi seorang pembina karena merasa tidak mampu. Hal
lain juga yaitu ada yang bisa menjadi pembina tetapi mengundurkan diri dari
tarekat sehingga makin berkurang anggota untuk menjadi pembina yang handal.
Selain itu faktor kejenuhan dalam pembinaan. Karena hanya hal-hal dalam
pembinaan yang dihadapi sehingga merasa jenuh. Jika sampai pada titik
kejenuhan maka ia akan segera untuk pergi meninggalkan tempat pembinaan dan
mencari karya lain.
3. Pengintegrasian antara Pembinaan dan Karya
Pembinaan dan karya tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena antara
pembinaan dan karya sangat berkaitan. Seorang anggota tarekat sebelum berkarya
akan melewati masa-masa pembinaan awal untuk memperkuat diri dan sebagai
bekal dalam menghadapi suka duka dalam karya. Dalam Konstitusi Tarekat MSC
art. 145.2 mengatakan kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat kita sebagai
Tarekat yang dibaktikan kepada karya-karya kerasulan. Itulah sebabnya seluruh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
hidup kita harus diresapi oleh suatu semangat kerasulan, sama seperti seluruh
kegiatan kerasulan kita harus dijiwai oleh suatu semangat religius.
Pembinaaan hanya bersifat teori saja tetapi praktek sesungguhnya ada
dalam karya. Mungkin seorang anggota tarekat dalam pembinaan begitu baik dan
bersemangat tetapi setelah terjun dalam karya berubah menjadi orang yang tidak
bersemangat dan pesimistis. Hal ini mungkin saja terjadi karena apa yang dialami
dan didapatkan dalam pembinaan berbeda dengan yang dialami dalam karya.
Belum lagi faktor komunitas yang ikut mempengaharui anggota dalam karya.
Komunitas yang baik dan kondusif akan mendukung karya yang baik tapi
sebaliknya akan membuat karya dan bahkan anggotanya tidak betah dan mundur
dari karya yang dijalani. Maka dalam pembinaan perlu dimasukan program yang
menunjang karya tarekat dan mulai melibatkan subjek bina dalam pengenalan
akan karya tarekat bisa bisa seperti live-in atau ekspousure. Sehingga anggota
tarekat mulai mengenal dari awal yang menjadi karya tarekat sehingga mereka
tidak ragu dalam menjalankan karya tarekat setelah berkarya.
F. Upaya Mengatasi Tantangan - tantangan dalam Pembinaan
1.
Pembinaan Bercorak Religius Misioner
Ciri dan corak pembinaan dalam tarekat adalah pembinaan religius. Ciri
dan corak religius tersebut dirumuskan secara padat dalam tiga sifat dasar hidup
bakti yakni, concecratio-communio-missio. Ciri dan corak religius ini sangat
penting dan mendasar sehingga mewarnai seluruh jenjang pembinaan dalam
tarekat. Dengan kata lain, corak religius ini yakni keterpaduan antara concecratio-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
communio-missio, tidak hanya berhenti pada pembinaan awal, melainkan secara
terus-menerus diperhatikan dan dirumuskan dalam seluruh kehidupan demi tugas
perutusan tarekat.
2. Pembinaan Suatu Proses Interaksi Personal
Dalam konteks pembinaan religius, upaya pembinaan dalam tarekat
merupakan suatu proses interaksi personal bertahap dan berkesinambungan.
Maksudnya suatu proses yang memungkinkan adanya perkembangan dan
pertumbuhan dalam setiap dimensi pembinaan, kepribadian, kerohanian,
intelektual, pastoral komunitas dan ke-MSC-an demi tugas perutusan tarekat. Hal
ini berarti bahwa dalam seluruh proses pembinaan setiap tahap/jenjang pembinaan
saling melengkapi.
Selanjutnya dikatakan bahwa pembinaan suatu proses terjadi dalam suatu
interaksi personal. Maksudnya bahwa interaksi tersebut terjadi antara yang
membimbing dan yang dibimbing. Menyangkut hal ini Konstitusi Tarekat MSC
art. 76 mengatakan proses pembinaan menuntut adanya suatu keikutsertaan aktif
dari mereka yang saling dibina, dalam dialog dengan para pembimbing mereka.
3. Pembinaan Pendampingan Personal
Pendampingan merupakan pokok yang paling penting dan sentral dalam
seluruh proses pembinaan. Gagasan pendampingan, oleh konstitusi dirumuskan
secara sederhana bahwa antara yang dibina dengan pembina perlu adanya
komunikasi yang baik. Para subjek bina perlu didampangi dengan baik. Salah satu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
cara pendampingan dengan adanya bimbingan rohani. Bimbingan rohani
diupayakan agar subjek bina dapat secara intensif mengungkapkan perkembangan
rohaninya agar mampu bertahan dalam menjalani hidup membiara. Dalam
bimbingan rohani diupayakan juga agar subjek bina mendaptkan kekuatan baru
baik jasmani maupun rohani sehingga perkembangan hidupnya berjalan bersama.
4. Pembinaan Dialog Partisipatif
Pembinaan bercorak partisipatif maksudnya ialah bahwa seluruh sistem
dan proses pembinaan dalam tarekat menuntut adanya suatu tanggungjawab
bersama dari para pembina dan yang dibina. Tanggungjawab bersama ini
terwujud antara lain dalam hal penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program
pembinaan. Dalam hal ini Konstitusi Tarekat MSC art. 76 dengan jelas
menegaskan bahwa : Proses pembinaan menuntut adanya suatu keikitsertaan aktif
dari mereka yang sedang dibina dalam dialog dengan para pembimbing mereka.
Ide tentang tanggungjawab bersama dalam sistem dan proses pembinaan
melahirkan gagasan tentang pendampingan personal. Tekanan terutama pada
upaya mendampingi para calon atau anggota bina dalam pengalaman hidup
rohani, yakni intimitas dengan Allah dan solidaritas dengan sesama sebagai
seorang religius dalam terang tugas perutusan tarekat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
5. Pembinaan Kontekstual-Transformatif
Konstitusi Tarekat MSC art.77 berbunyi sepanjang seluruh masa
pembinaan hendaknya dipelihara hubungan dengan dunia nyata dan lingkungan
kultur/budaya para calon/anggota.
Konstitusi dengan demikian mengingatkan bahwa pembinaan dalam
tarekat MSC bersifat kontekstual dan kultur maksudnya pembinaan para anggota
berakar dalam budaya mereka sendiri. Pembinaan harus membantu para anggota
mampu mengerti, memahami dan menghargai kultur mereka dalam arti kata yang
luas, baik kultur asli maupun kultur modern demi tugas perutusan tarekat. Dalam
arti ini juga diharapkan pemahaman tentang kultur secara menyeluruh artinya
bukan hanya kultur sendiri yang dimengerti tapi juga mampu belajar untuk
memahami kultur oran lain.
Pembinaan yang kontekstual harus segera dihubungan dengan coraknya
yang transformatif . Disinilah ditemukan aspek misioner dan proses pembinaan.
Pembinaan tidak hanya berakar di dalam budaya melainkan juga merubah
manusia dan kebudayaannya dari dalam. Dengan kata lain pembinaan pada
hakekatnya merupakan suatu proses evangelisasi baik pribadi maupun kelompok.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DALAM TAREKAT MSC
A. Tarekat Hati Kudus Yesus
1.
Pendiri Tarekat Misionaris Hati Kudus
Pada tanggal 15 maret 1824 di kota Richelieu, lahirlah seorang anak yang
diberi nama Jules Chevalier. Bapaknya bernama Jean Charles Chevalier, ibunya
bernama Louise Ory. Jules mempunyai 2 orang kakak, Charles Chevalier dan
Louise Chevalier. Beda umur antara kakaknya laki-laki Charles adalah 12 tahun
sedangkan kakaknya perempuan Louise adalah 12 tahun. Keluarga Chevalier
adalah keluarga miskin namun orang tuanya dibaptis katolik dan menerima
sakramen-sakramen sampai mereka meninggal. Jules kecil mendapat pendidikan
dan kesalehan dari ibunya. Ia mendidik Jules dengan baik dalam hal nilai-nilai
kristiani dan manusiawi. Sebagai contoh ibunya mengajarinya untuk tidak
mencuri dan pendidikan itu sangat berhasil. Sebagai contoh suatu hari Jules diajak
ibunya ke pasar, di saat ibunya membelakanginya Jules mencuri apel dari seorang
pedangang. Sesampai di rumah ketika Jules memakan apel tersebut ibunya
melihat buah curiannya, maka ibunya membawa Jules kembali ke pasar dan
meminta maaf karena telah mencuri. Ibunya juga mengajarkan hal-hal mengatasi
watak yang panas dan galak yang ia warisi dari ayahnya. Ia mulai berani dan
tabah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Pada usia 12 tahun, Jules terpaksa meninggalkan dunia anak-anak karena
keluarganya miskin. Ayahnya mula-mula berdagang biji-bijian kemudian
berjualan roti. Usaha ayahnya tidak berhasil.
Pada tanggal 29 Mei 1836, Jules memberitahukan kepada kedua orang
tuanya tentang keputusannya untuk menjadi Imam. Ia meminta kepada orang
tuanya untuk membawanya ke seminari di Tours. Tetapi ibunya menasehatinya
bahwa mereka tidak mampu untuk membiayainya maka ibunya menyarankan
untuk bekerja. Dengan berat hati Jules memenuhi perkataan ibunya. Ia mulai
bekerja sebagai tukang sepatu.
Sejak saat itu Jules menjadi seorang tukang
sepatu, namun demikian Jules masih menemukan waktu untuk belajar bahasa
Latin dengan bantuan Pastor Parokinya. Walaupun masih belasan tahun namun
Jules berusaha untuk mandiri dan mengambil langkah untuk masa depannya.
Pada bulan Maret 1841, keluarga Chevalier meninggalkan Richelieu dan
pindah ke Vatan dalam propinsi Berry untuk bekerja sebagai penjaga hutan.
Ketika berumur 17 tahun terbuka bagi Jules kesempatan untuk masuk Seminari
Menengah St. Gaultier dalam Keuskupan Bourges. Hal ini dikarenakan majikan
dari ayahnya mandor dari penjaga hutan bersedia menanggung uang sekolah dan
asrama Seminari Menengah untuk Jules. Maka keinginan untuk masuk seminari
yang diimpikan Jules bisa terwujud.
Di Seminari menengah keinginan berelasi dengan teman-temannya dan
serentak untuk mengejar cita-citanya diuji secara berat. Pada waktu itu umur Jules
17 tahun sedangkan teman-temannya masih berumur 12 tahun. Karena sudah lama
kira-kira 5 tahun Jules tidak bersekolah lagi maka Jules terbelakang dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
pelajaran. Teman-temannya rata-rata setelah tamat Sekolah Dasar langsung
melanjutkan ke seminari. Hal lain juga Jules berasal dari daerah yang berbeda
dengan teman-temannya. Ia berasal dari Richelieu sedangkan teman-temannya
berasal dari Berry. Jules merasa sendirian, sehingga mempengaharui panggilannya
dan Jules hampir putus asa dan menyerah karena pergumulannya sangat berat.
Seandainya Jules tidak ditahan oleh rektor Seminari maka ia sudah meninggalkan
panggilannya. Rektor seminari menahan Jules karena melihat dalam diri Jules
seorang calon imam yang baik.
Pada umur 22 tahun bulan Oktober 1846 Jules masuk seminari agung di
Bourges, ibukota propinsi Berry. Selama 5 tahun di Seminari Tinggi Jules
memperlihatkan bakat kepemimpinan. Hal ini dibuktikan dengan kepinteran Jules
dalam berelasi dan mempunyai pendirian yang teguh serta berusaha tidak
memihak.
Di Seminari Jules
mengambil inisiatif untuk mendirikan suatu
perkumpulan dengan nama “Chevaliers du Sacre Coeur” (Para Ksatria Hati
Kudus). Nama ini diambil dari namanya sendiri, namun nama ini menunjukkan
semangat seorang Ksatria dalam perjuangan untuk memerangi “penyakit-penyakit
jaman’ pasca revolusi Prancis.
Di Seminari Jules pernah membaca sebuah bulletin yang diterbitkan oleh
Vatikan tentang penyebaran Injil ke tanah misi. Hal ini membuat hati jules
tergerak untuk menjadi seorang misionaris. Hal ini begitu kuat dalam dirinya
sehingga Jules selalu berkonsultasi dengan Rektor untuk melamar nantinya dalam
konggregasi misi untuk menjadi missionaris. Namun keinginan Jules tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
tersampaikan karena Rektor membutuhkan imam-imam seperti Jules untuk
mengembangkan Paroki. Namun keinginan kuat dalam diri Jules untuk menjadi
missionaris tetap ada. Dan akhirnya pada tanggal 14 Juni 1851 Jules ditahbiskan
menjadi seorang Imam. Walaupun pada saat itu Jules ditahbiskan menjadi Imam
Projo tetapi hatinya selalu berkobar-kobar untuk menjadi seorang misionaris.
2. Sejarah Berdirinya Tarekat MSC
Pada waktu Pater Jules Chevalier masih di seminari Agung ia telah
mengangan-agankan tugasnya sebagai seorang pendiri. Malahan Jules sudah
memiliki gambaran mengenai tarekat yang akan didirikannya. Pada waktu di
seminari Jules sudah mendirikan suatu perkumpulan dengan nama “Ksatriaksatria Hati Kudus”. Setelah Jules ditahbiskan menjadi seorang Imam, perasaan
untuk mewujudkan keinginan hatinya semakin besar.
Setelah 3 tahun ditahbiskan menjadi Imam, Jules ditugaskan di Issoudun
sebuah kota yang tenang yang jaraknya kira-kira 300 km jauhnya dari Paris. Di
sana Jules menemukan temannya dari seminari tinggi yaitu Pastor Emile
Sebastien Maugenest yang sudah lebih dahulu menjadi Pastor pembantu di
Issoudun. Pada akhir november Jules berbicara dengan Maugenest mengenai citacitanya untuk mendirikan sebuah Tarekat Misionaris Hati Kudus di Issoudun.
Maugenest langsung mendukung ide tersebut dan menjelang tanggal 8 Desember
mereka berdua mengadakan novena untuk memohon restu daru Bunda Maria.
Pada tanggal, 8 Desember 1854 lahir sebuah tarekat Misionaris Hati Kudus
Yesus, ketika dogma Maria Tak Bernoda dimaklumkan secara resmi oleh Pius IX,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
permohonan mereka dikabulkan. Tanggal itu oleh Pater Chevalier dijadikan hari
berdirinya tarekat MSC.
3. Makna Nama MSC
`MSC merupakan kepanjangan dari Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu
(bahasa Latin) yang dalam bahasa Indonesia adalah Misionaris Hati Kudus Yesus.
Dari arti katanya mau menunjukkan bahwa Tarekat MSC adalah tarekat
misionaris yang siap sedia diutus kemanapun di dunia ini.
Nama Tarekat MSC dijelaskan dalam Konstitusi dan Statuta tarekat MSC
art. 1 dan 2 yang mengatakan, nama Tarekat kita adalah Tarekat Misionaris Hati
Kudus Yesus. Kita adalah suatu Tarekat Religius yang membaktikan diri pada
karya-karya kerasulan. Kita menjadi anggota dengan mengikrarkan kaul-kaul
publik, yakni ketaatan, kemurnian dan kemiskinan sebagai jawaban atas panggilan
Allah. Melalui pembaktian diri kepada Tuhan ini, kita mewajibkan diri untuk
menghayati semangat Tarekat, mengambil bagian dalam tugas perutusannya dan
di dalamnya menjalani hidup kita bersama sebagai saudara, dalam kesetiaan
kepada konstitusi ini.
Sebagai MSC yang telah membaktikan diri untuk menjadi seorang
misionaris dengan kesetiaan dan ketaatan siap sedia diutus kemanapun untuk
melayani umat. Tugas perutusan ini harus dijalani dengan keterbukaan dan
semangat melayani dengan dilandasi persaudaraan. Dalam menjalankan tugas
perutusan ini kesadaran untuk membangun suatu komunitas yang dilandasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
semangat persaudaraan menjadi kunci dalam menghayati kereligiusan sebagai
MSC.
Sebagai MSC yang mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan kemurnian, kesucian
dan ketaatan merupakan ungkapan penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan.
Semua yang dilakukan dan dikerjakan untuk dan demi kemuliaan Tuhan. Sebagai
MSC yang berspiritualitas hati sebagai dasar dalam pelayanan mampu
menunjukkan semangat hati kepada siapapun yang dijumpai. Semangat untuk
berbelarasa kepada yang kecil dan tertindas menjadi salah satu tujuan dalam
perutusan. Semangat ini mengikuti Yesus yang diutus untuk memberikan kabar
baik kepada orang-orang miskin (Luk 4:18).
Keberpihakan kepada yang lemah, miskin dan tertindas inilah yang membuat
Pater pendiri Tarekat MSC, Pater Chevalier untuk membentuk kelompok orang
yang dengan penuh kesetiaan merelakan segenap jiwa raganya untuk melayani
sesama. Gambaran yang menyentuh hati Pater Chevalier adalah gambaran hati
Yesus yang mencintai manusia dengan hati manusiawinya. Yesus sebagai
Gembala yang baik tidak merelakan domba-domba-Nya untuk hilang dan sesat.
Hati-Nya akan tergerak oleh belaskasihan ketika melihat orang banyak sebagai
kawanan tanpa gembala (Mat 9:36).
Semangat ini yang diharapkan oleh Pater Jules Chevalier menjadi landasan
untuk dihayati dan dilaksanakan dalam tugas perutusan sebagai MSC, agar semua
orang terinspirasi untuk mampu membantu sesama yang menderita.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus
1. Pengertian Hati
a. Hati dalam Kitab Suci
Kata ‘Hati” sering dipakai dalam Kitab Suci baik Perjanjian Baru maupun
Perjanjian Lama. Bahasa Ibrani menyebutnya leb, lebab, beten, quereb. Bahasa
Ibrani menyebutnya kardia, kolia sedangkan bahasa latin menyebutnya cor,
venter, viscere. Namun pada intinya hati adalah istilah antropologis yang
mengandung arti harafia dan kiasan.
Dalam Perjanjian Lama hati lebih menunjuk pada istilah harafiah yang
menunjuk salah satu organ tubuh yang menjadi pusat kekuatan dan kehidupan
manusia. Dalam Perjanjian Lama hati dalam arti kiasan lebih luas yaitu sebagai
pusat kehidupan manusia baik secara spiritual, intelektual, hakekat batin dan pusat
perasaan yang mengandung emosi, kegembiraan, kesedihan, penderitaan dan
ketenangan (Yubileum 150 tahun MSC, 2004 : 1).
Dalam Perjanjian Baru, kata hati juga dipakai untuk menunjukkan
kehidupan fisik seperti organ, tempat kehidupan natural misalnya Luk 21:34 :
“"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan
tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. “ Kisah Para Rasul 14 ; 17 :
“namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan,
yaitu menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur bagi
kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” Namun kata
hati dalam Perjanjian Baru lebih dipusatkan pada kehidupan inteletual dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
spiritual. Bahkan lebih jauh hati dilihat sebagai akar hidup religius, tempat dimana
Allah berdiam dan daripadaNyalah tingkah laku moral diukur dan ditentukan.
Pengertian ini mengartikan bahwa hati adalah pusat hidup manusia. Hati adalah
tempat Allah bersemayam. Dalam hatilah terpancar kualitas hidup manusia. Hati
adalah pendorong manusia untuk membaharui diri sehingga mampu untuk
memberikan makna dan berguna bagi Allah dan sesama. Dalam hatilah kita
membangun relasi kejujuran dan ketulusan dengan Allah. Dalam kitab Amsal 4 :
23 mengatakan : “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah
terpancar kehidupan.”
Pada intinya Kitab Suci menggunakan kata hati untuk menunjuk
keseluruhan pribadi orang yang meliputi kehidupan batin, afektif serta kehidupan
intelektual kognitif. Hati adalah pribadi. (J. Mangkey, 2009 : 14)
Pater Jules Chevalier telah menuliskan bahwa hati guru merupakan pusat
dimana seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bertemu, titik sentral yang
dikelilingi oleh seluruh ajaran kekristenan yang mengitari-Nya, matahari Gereja,
inti jiwa-jiwa kita, sumber semua misteri kita, asal-usul semua sakramen Gereja,
jaminan bagi rekonsiliasi kita, keselamatan bagi dunia, obat bagi semua penyakit
kita. Itulah cara saya memahami devosi kepada Hati Kudus ; ia merangkum segala
sesuatu dan merupakan jawaban atas segala sesuatu. (Konstitusi dan statuta
Tarekat MSC, hal. 10).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
b. Hati Kudus Yesus
Hati Kudus Yesus seringkali digambarkan di dalam kesenian Kristiani
sebagai sebuah hati yang terbakar yang berkilau dengan cahaya ilahi, yang
terbuka oleh luka tusukan, yang dikelilingi oleh sebuah mahkota duri, dan yang
berdarah. Terkadang gambar hati ini diletakkan di depan tubuh Yesus dengan
tangannya yang terluka menunjuk pada hati tersebut. Luka-luka dan mahkota duri
menjadi kiasan dari apa yang terjadi pada saat penderitaan Yesus hingga Ia wafat,
sementara api melambangkan kekuatan perubahan dari cinta kasih. Hati Kudus
Yesus adalah lambang dari cinta kasih Kristus yang tanpa batas kepada manusia.
Hati Kudus Yesus penuh cinta kepada setiap orang yang mencintai,
mengasihi bahkan memusuhinya. HatiNya tidak membeda-bedakan yang kecil,
miskin dan menderita. Ia memandang semuanya dengan penuh cinta. Ia pergi
masuk keluar kampung, mengajar dan menyembuhkan orang-orang. Ia tidak
membiarkan orang-orang yang mengikuti-Nya menderita maka Hati-Nya tergerak
oleh belaskasihan (Mat 9:35-35).
Melalui belaskasih-Nya yang tak terbatas, Yesus mengarahkan hati
kita kepada Allah. Yesus menghendaki agar hati manusia terpusat pada Allah
sebagai Bapa, hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah
hati (Luk 6:36). Bila hati kita seirama dengan hati Yesus, kita akan mudah
mengampuni mereka yang berbuat salah kepada kita dengan hati yang iklas dan
terbuka dan menyambut mereka dengan penuh cinta. Paulus dengan jelas
memberikan gambaran tentang Hati-Nya dengan berkata : “Kasih itu sabar, kasih
itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kesabaran. (1 Kor 13:4-6). Cinta yang mengalir dari
Hati Yesus telah sepenuhnya dipahami oleh para muridNya untuk melaksanakan
tugas perutusan di dunia ini.
Hati Yesus yang Kudus terus menyapa hati manusia agar manusia
mampu mencintai seperti Hati-Nya. Cinta akan Hati-Nya membuka cakrawala
berpikir dan merasa dari manusia akan penyelamatan yang telah Allah berikan
kepada manusia. Dalam Hati Kudus Yesus menyampaikan betapa Allah sangat
mencintai manusia dan dunia. Cinta Hati Kudus Yesus ingin menyentuh dan
mengubah kita agar menjadi terang dunia dan umat yang baru. Mereka yang
tertangkap oleh cinta Hati Yesus berdukacita atas dosa-dosa dunia yang
mendambakan pemulihan (Haring, 2002 : 2).
2. Pengertian Spiritualitas
Kata ‘Spiritualitas’ diambil dari bahasa latin yang jika diterjemahkan
secara harafiah berarti ‘kerohanian’. Dengan demikian kata ‘Spiritualitas’ dapat
diartikan cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya.
(Harjawiyata, 1979 : 20),
Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan ‘kerohanian’ atau
‘hidup rohani’. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan
kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan orang
perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
bentuk kehidupan rohani, misalnya ‘spiritualitas modern’ atau ‘spiritualitas kaum
awam’. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri
sendiri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain
adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah.
Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar
hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (Spiritus = latin),
yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami
buah kehadiran Roh dalam hatinya (bdk. Rom 8 : 16). (Heuken, SJ, 2002 : 1112),
Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai
seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini sematamata seperti Tuhan menghendakinya. Untuk mencapainya orang harus semakin
mempererat hubungannya dengan Tuhan.
Kata spiritualitas sulit dirumuskan arti yang tepat, spritualitas sulit
ditangkap. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau
ajaran yang singkat. Spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu serikat kebiaraan
dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Hanya
secara umum sekali dapat ditunjuk apa yang dimaksudkan dengan spritualitas.
Dan memang untuk itulah spiritualitas ditempatkan antara dua pola kehidupan
yang konkrit. Dua pola kehidupan itu adalah Injil dan situasi kongkrit.(Jacob,
1980 : 35).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci
Spiritualitas hati menurut Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup
Allah, yaitu Allah yang mencintai manusia tanpa batas. Landasannya bahwa
Allha sangat mencintai manusia sehingga Allah tidak berkenan manusia jatuh
dalam dosa.
Pada perjanjian di Sinai mau menjelaskan bahwa betapa Allah mau
mengikat perjanjian yang erat dengan manusia sehingga manusia mempunyai
pegangan untuk hidup. Dalam Kitab Keluaran 34:27-28 dikatakan : “Berfirmanlah
Tuhan kepada Musa, “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini
telah kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” Dan Musa ada di
sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya
tidak makan roti dan minum air, dan ia menuliskan pada loh segala perkataan
perjanjian, yakni kesepuluh firman.”
Kesepuluh perintah Allah adalah hukum yang mengikat perjanjian dengan
Tuhan, namun prinsip dasarnya bukan semata-mata demi hukum tapi lebih pada
kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia sehingga manusia harus
menanggapi kasih Allah itu dengan cinta tanpa batas.
Cinta Allah lebih dilengkapi dengan kehadiran Putera-Nya ke dunia.
Dalam diri Putera-Nya Spiritualitas Hati berpusat. Penjelmaan Allah menjadi
manusia mengungkapkan secara jelas bahwa Allah mencintai manusia melalui
hati manusiawi Putera-Nya. Seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa.
Putera-Nya menjadi manusia dan tinggal bersama manusia merupakan solidaritas
Allah kepada manusia. Ia menjadi sama dan senasib dengan manusia. (Yoh 1;14).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
b. Spiritualitas Hati Menurut MSC
Spiritualitas hati yang menjadi daya penggerak bagi setiap anggota MSC
dalam menjalankan tugas perutusannya merupakan spiritualitas cinta yang berakar
dalam rahasia inkarnasi Kristus, sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia.
Maksud ini dipertegas dalam Kitab Suci yang mengatakan Sang Sabda telah
menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1: 14).
Dalam Konstitusi dan Statuta Tarekat MSC art. 10 dikatakan sebagai
Misionaris Hati Kudus kita hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa
yang dinyatakan di dalam Hati Kristus. Kita menyerupai Yesus yang mencintai
dengan Hati manusia, kita mau mencinta melalui Dia dan bersama Dia serta
mewartakan cintaNya kepada dunia. Dalam hal ini Allah yang mencintai manusia
melalui hati manusiawi Yesus itu akan mengubah hati manusia kita menjadi hati
Ilahi dalam hati kita pula. Dalam Yesuslah kepenuhan semua hati manusia.
Menurut Hans Kwakman (2013 : 10) spiritualitas hati bukanlah semacam
pintu darurat untuk orang bisa keluar dari hidup kemasyarakatan yang kacau balau
atau dari hidup pribadi yang paling stress. Sebaliknya Spiritualitas hati
memampukan orang untuk menghadapi tantangan kehidupan sosial dan pribadi
secara berani dan terbuka. Spritualitas hati menyediakan ‘bahan bakar’ untuk
menguatkan hati dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Di pihak lain
Kapitel Umum MSC tahun 1999 menyatakan bahwa anugerah paling berharga
yang dapat disumbangkan oleh tarekat kepada Gereja dan masyarakat milenium
baru ialah kesaksiannya tentang spiritualitas hati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Kita berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas itu mencari
apa yang hidup dan bergerak dalam “hati” yakni dalam inti kepribadian Allah,
Kristus, sesama, dunia dan dalam diri kita sendiri : keinginan, harapan, kecemasan
dan keprihatinan terdalam.
Spiritualitas hati berfokus pada concern atau keprihatinan terdalam yang
ditentukan dalam hati Allah dan manusia atau yang merupakan dorongan terdalam
perkembangan dunia, dibalik semua perkembangan yang nampak di permukaan.
Tarekat MSC tidak bisa dilepaskan dari spiritualias hati, karena lewat
spiritualitas hati inilah maka tarekat MSC menjadi khas. Kekhasnya terletak pada
semangat persaudaraan dalam Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dalam
semboyan “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” (Dikasihilah Hati
Kudus Yesus di Seluruh dunia).
Secara simbolis Hati dalam spiritulaitas Hati MSC menunjuk pada dua hal
penting. Pertama, simbol hati menunjuk pada hati Yesus yang tertikam. Hati
Yesus adalah diri Yesus sendiri yang lambungNya ditikam di atas kayu salib
sehingga mengeluarkan darah dan air (Yoh 19 : 34). Darah dan air melambangkan
cinta yang besar untuk dunia dan umat manusia. Pengorbanan Yesus
menunjukkan cinta yang sehabis-habisnya kepada dunia dan manusia. Hati Yesus
yang tertikam merupakan sumber kehidupan yang tak kunjung habis. Kedua,
simbol hati yang tertikam menunjuk pada kualitas hati Yesus sendiri. Dari hati
Yesus yang terbuka itulah, Yesus menanggapi manusia yang miskin dan
menderita. Ketika melihat orang yang terusik dan patah hati, Yesus ada bersama
mereka (Mat 9:36). Ketika Ia melihat orang buta, lumpuh, tuli maka HatiNya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
tergerak oleh belaskasihan (Mrk 8:2). Dengan ini, mau dikatakan bahwa Hati
Yesus yang ditombak oleh serdadu menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus
yang penuh belaskasihan, kelemahlembutan, keberanian, ketaatan dan penyerahan
diri kepada kehendak Bapa.
Maka Hati Yesus yang terbuka membuka mata hati setiap orang yang
memandang kepada-Nya bahwa telah lahir dunia baru, kejahatan telah dikalahkan
oleh cinta kasih yang terpancar dari Hati-Nya yang tertikam.
3. Spiritualitas Tarekat MSC menurut Konstitusi
a. Hidup Doa
Doa adalah ungkapan hati manusia kepada Bapa. Dalam doa kita
mendapat semangat untuk memulai dan melaksanakan seluruh aktifitas hidup.
Berdoa pada dasarnya pada saat orang mengadakan kontak secara sengaja dengan
Allah. Allah dalam iman Kristiani ialah Allah yang bersabda dan menyapa
manusia. Allah menyapa manusia agar manusia hidup bersama dengan diri-Nya
dengan demikian manusia semakin menyerupai Allah dalam Putra-Nya yaitu
hidup dalam penih kasih dan kemerdekaan yang dilandasi dengan kepercayaan (J.
Darminta, 1997 : 30).
Doa bagi MSC adalah unsur yang tidak dapat tidak harus ada dalam setiap
pribadi anggota MSC karena doa menunjang dalam hidup berkomunitas dan
dalam tugas perutusan. Bentuk dan waktu berdoa bagi komunitas tergantung dari
kesepakatan komunitas tetapi Perayaan Ekaristi adalah yang terutama (Kons. No.
137-138). Perayaan Ekaristi adalah perjumpaan bukan hanya sebagai satu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
komunitas tetapi lebih jauh sebagai perjumpaan dengan Dia yang telah datang ke
dunia, wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia.
Selain itu sebagai MSC yang perlu dikembangkan agar hidup doa
berkembang adalah memeriksa hati nurani setiap hari dengan refleksi, dan
sesering menerimakan sakramen tobat, berdevosi kepada Bunda Hati Kudus,
berdoa rosario serta mengambil waktu yang sesuai untuk retret tahunan (Kons.
No. 139). Hal-hal ini merupakan keharusan dan kewajiban sebagai religius yang
membaktikan hidupnya kepada Tuhan.
Semangat doa harus bercermin pada Yesus sebagai pendoa ulung. Yesus
selalu pergi ke tempat yang sunyi unuk berdoa kepada Bapa-Nya memohon
kekuatan (Mrk 1:35). Dalam berdoa Yesus tidak hanya sendirian tapi Ia mengajak
para murid-Nya dan orang banyak untuk berdoa (Mat 6:5-13). Selain berdoa
bersama, Yesus meminta pengikut-Nya untuk berkumpul dan berdoa dengan
berkata “Dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku ada di
tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Yesus selalu ada dan hadir dalam setiap doa
yang dipanjatkan. Doa dengan ketulusan hati merupakan kunci hubungan manusia
dengan Tuhan, karena dengan hatilah manusia mampu berkata, mendengarkan
dan melaksanakan kehendak Tuhan.
Belajar mengunakan hati dalam hidup doa akan menyadarkan kita akan
keindahan dalam berdoa. Hati merupakan pusat hubungan manusia dengan Tuhan.
Dengan Hati, manusia dapat mengungkapkan segala persoalan yang dialami
dalam hidup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
b. Hidup akan Penghayatan Kaul-Kaul
1) Kaul Ketaatan
Dewasa ini, kata ketaatan dipakai untuk struktur kepemimpinan dimana
ada atasan dan bawahan. Namun dalam hidup religius, ketaatan harus dimengerti
dalam hubungan relasi personal dengan Yesus terutama dalam pemberian dan
penghampaan diri (Fil 2:5). Penghampaan dan pemberian diri yang total dari
Yesus Kristus agar Bapa mengisi dengan maksud dan kehendak-Nya. Bukan
kehendak-Nyalah yang terjadi tetapi kehendak Bapa-Nya. Dengan demikian taat
berarti berada untuk yang lain, bukan untuk diri sendiri. Dengan demikian
ketaatan bukan berarti kuasa tetapi saling berbagi cinta dan kehidupan. Maka
ketaatan
Yesus
berarti
mendengarkan
kehendak
Bapa
sampai
Yesus
mengungkapan dengan penuh kepasrahan diri “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau,
ambilah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku tetapi kehendakMulah yang terjadi” (Luk 22:42). Sungguh Aku datang untuk melaksanakan
kehendak-Mu (Ibr 10:9). Dengan tegas Yesus mengungkapkan spiritualitas hidupNya yaitu lebih mengutamakan kehendak Allah daripada kehendak sendiri : “Aku
tidak mengikuti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus
Aku!” (bdk. Yoh 5:30).
Dalam Dekrit PC. 14, menegaskan bahwa ketaatan religius merupakan
persembahan kepada Allah yang hendak menyelamatkan manusia. Karena itu,
hidup patuh atau taat sama sekali tidak mengurangi martabat pribadi manusia
melainkan justru membawanya kepada kematangan dan kesempurnaan hidup
sebagai hamba Allah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Dalam Tarekat MSC ketaatan dipahami untuk mengambil bagian dalam
semangat ketaatanNya, supaya mampu melayani saudara-saudara dan mengambil
bagian dalam tugas perutusan Tarekat dan Gereja. (Kons. No. 38). Kaul ketaatan
membuat kita melepaskan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan
komunitas. Dengan berkaul kita menempatkan kehendak Allah di atas
kepentingan pribadi.
Konstitusi nomor 39 menegaskan bahwa kaul ini mengikat para anggota
untuk mentaati perintah para pemimpin yang sah dalam segala hal sesuai
Konstitusi. Dalam hal ini perintah dari pemimpin selalu dikaitkan dengan tugas
perutusan dan bukan perintah atas dasar kemauan pemimpin. Satu keutamaan hati
yang mesti dijalankan dalam tugas perutusan sebagai religius adalah kegembiraan
dan rasa bahagia dalam menerima dan menjalankan tugas perutusan yang
diberikan dengan kebebasan batin. Hal ini menjadikan kita sebagai misionaris
sesuai dengan hatiNya menjadikan kita bukan hanya sebagai religius tapi kita
adalah religius MSC.
Hidup patuh atau taat tidak berarti menolak keinginan pribadi atau
bersikap acuh tak acuh terhadap hati nurani. Dengan taat atau patuh orang
menempatkan kepentingan pribadi tapi tidak memaksakan keinginan pribadi
tersebut, melainkan mengutamakan kehendak Allah dan kepentingan bersama.
Selain itu orang yang telah memilih hidup patuh atau taat harus sadar akan pilihan
hidupnya bahwa hidup ini tidak mudah dijalani, jika tidak sadar maka akan
terseret oleh keinginan pribadi dan akhirnya melanggar kaul ketaatan. Supaya
dapat terus bertahan maka orang yang memilih jalan ini harus mempersatukan diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan tujuan hidup. Sebab ketaatan religius
harus ditujukan kepada kehendak Allah, bukan kepada kehendak manusia
sekalipun manusia itu adalah seorang pembesar (Bdk. Kis 4:19 ; 5:29).
2) Kaul Kemiskinan
Dalam KHK no. 600 dikatakan bahwa, dengan nasihat injili kemiskinan
orang mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya menjadi miskin demi kita.
Nasihat injili kemiskinan berarti hidup miskin dalam kenyataan dan dalam
semangat, hidup kerja dalam kesederhanaan dan jauh dari kekayaan duniawi;
disamping itu membawa-serta ketergantungan dan pembatasan dalam hal
penggunaan serta penentuan harta-benda menurut peraturan hukum masingmasing tarekat.
Hukum Kanonik tentang kaul kemiskinan menegaskan bahwa motivasi
kaul kemiskinan adalah mau mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya namun
bersedia menjadi miskin demi keselamatan umat manusia (bdk. 2 Kor 8:9). Kaul
kemiskinan mewajibkan untuk hidup miskin baik dalam kenyataan maupun dalam
semangat (bdk. Mat 5:3, 19:21). Kaul kemiskinan mewajibkan untuk bekerja
dalam kesederhanaan dengan menjauhkan diri dari kekayaan duniawi (bdk. Mat
6:19-21).
Kemiskinan bukan hanya dari segi fisiknya tetapi sungguh-sungguh
kemiskinan yang total yang hanya tergantung pada Tuhan. Yesus pada masa
hidup-Nya juga bukan dari keluarga kaya Ia hanyalah anak seorang tukang kayu
(Mrk 6:3) dan anak desa Nazareth yang disepelekan (Yoh 1:46). Yesus memilih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
hidup di tengah-tengah kemiskinan dan kesederhanaan, dengan cara ini, Ia dekat
dengan orang-orang. Yesus sungguh tergantung pada kehendak Bapa, Ia
menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Bapa. Dengan cara ini Ia memanggil
kita untuk hidup miskin seperti Dia dengan tidak terikat pada barang-barang
duniawi (Kons. No 46).
Jawaban kita atas panggilan-Nya diwujudkan dengan mengikrarkan kaul
kemiskinan untuk mewujudkan panggilan-Nya dan sungguh-sungguh melayani
Allah dan kerajaan-Nya seperti Yesus. Kita sungguh-sungguh melayani-Nya
dengan seluruh kemampuan kita baik bakat, waktu dan usaha kita (Kons. No. 47).
Sikap lepas bebas yang kita pilih membuat kita bersemangat dalam melayani
komunitas dan perutusan yang diberikan pada kita. Kita sebagai MSC
mengutamakan kaum miskin dengan senantiasa mencerminkan kesederhanaan
yang besar dengan hidup sederhana dan tidak mencari hak-hak keistimewaan kita
sebagai religius karena kita sungguh tergantung pada Allah (Kons. No. 49).
Dengan hidup miskin atau sederhana kita tetap memberi tempat pada barangbarang duniawi namun tidak mengikat diri pada barang-barang duniawi tersebut.
Dengan bersikap lepas bebas terhadap harta benda membuat kita dapat mengabdi
Tuahn dengan sepenuh hati.
Kaul kemiskinan yang dihayati dengan kegembiraan dan kesederhanaan
memampukan kita sebagai MSC mempunyai rasa kepekaaan untuk melayani dan
membantu mereka yang perlu mendapat pertolongan baik jasmani dan rohani.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
3) Kaul Kemurniaan
Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) no. 599 dikatakan bahwa, nasehat
Injili kemurnian yang diterima demi Kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia
yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang
tak terbagi membawa serta kewajiban bertarak sempurna dalam selibat
Hukum Kanonik tentang kaul kemurnian menegaskan bahwa, kaul
kemurnian yang diikrarkan adalah demi kerajaan Allah bukan karena alasan lain
(bdk. Mat 19:12), kaul kemurnian merupakan tanda dunia yang akan datang ,
dimana orang tidak kawin, melainkan hidup sebagai malaikat (bdk. Mat 22:30).
Kita sebagai MSC, mengikrarkan kaul kemurniaan untuk mengikuti Yesus
bukan semata-mata karena Yesus tidak menikah tetapi untuk mengikuti Yesus
dalam tugas perutusan-Nya dan kita menghayati bentuk cinta itu dengan selibat
yang dibaktikan (Kons. No. 42). Selibat yang dibaktikan ini bermaksud untuk
mencintai Dia dengan hati yang bebas dan tidak terbagi-bagi dan berupaya
mencintai sesama kita seperti Yesus mencintai sesama-Nya (Kons. No 43 dan
Mrk 12:33) .
Penghayatan akan kaul kemurniaan dalam hidup sehari-hari membuat
anggota MSC semakin tumbuh dan berkembang dalam hidup rohaninya karena
selalu berefleksi serta memotivasi diri untuk mampu menyerupai Dia. Kaul
kemurniaan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan karena tidak adanya
keterikatan. Kita menjadi orang yang bebas namun bukan bebas berbuat apa saja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
semau kita, tapi kita bebas untuk menjalankan kehendak Allah dan mewartakan
Kerajaan Allah ke seluruh dunia.
c. Hidup Komunitas
Komunitas menjadi tempat dan sarana untuk menghayati hidup religius.
Kesatuan dasar Tarekat MSC adalah hidup komunitas yang berintegrasi dengan
kehidupan dan tugas perutusan provinsi (Statuta, no. 118). Komunitas yang
dibangun bertujuan memajukan semangat persaudaraan bukan hanya diantara
anggota-anggotanya tetapi juga dalam relasi dengan orang lain. (Kons. No. 123).
Komunitas yang dibangun ini juga harus dilandasi dengan hati yang terbuka untuk
menerima siapa saja yang datang, terutama membuka hati untuk Tuhan agar setiap
anggota komunitas memberikan pelayanan dan pengabdiannya berdasarkan sabda
Tuhan. Injil Matius 13:1-23 dengan tegas mengatakan bahwa bukan benih yang
harus menyesuikan dengan jenis tanah hal ini memberikan pengertian bahwa
bukan sabda Allah yang harus menyesuikan dengan hati manusia namun hati
manusialah yang harus menyesuikan dengan sabda Tuhan. Manusia harus mampu
mengubah dirinya agar mampu menerima sabda Tuhan.
Cinta Hati Kudus Yesus menjadi terang, penuntun jalan serta menjadi
kekuatan dalam membangun hidup komunitas yang berdasarkan sabda Tuhan.
Statuta Tarekat MSC nomor 126 menegaskan soal itu bahwa :
“Sadar akan tanggungjawabnya atas hidup dan karyanya, komunitas akan
bertemu secara teratur untuk membicarakan kehidupan komunitas serta
tugas perutusannya. Demi memperkaya kebersamaan sebagai saudara serta
memberi terang dan semangat, setiap anggota dengan senang hati akan
membagikan pengalamannya di bidang kerasulan dengan saudarasaudaranya.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Komunitas yang dibangun berdasarkan semangat persaudaraan adalah
salah satu bentuk hidup berkomunitas yang dijalankan dan dihidupi oleh MSC.
Semangat persaudaraan yang dilandasi cinta Hati Kudus Yesus membuat orang
merasa diterima, didengar dan diperhatikan karena merasa sebagai satu keluarga.
d. Karya Kerasulan
Karya kerasulan adalah tindakan nyata kepada umat yang dilayani. Lewat
karya kerasulan ini orang akan mengenal tarekat tersebut, sehingga bagi MSC
kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat sebagai tarekat yang membaktikan diri
kepada karya-karya kerasulan yang disemangati oleh suatu semangat religius
(Kons. No. 145.1). Semangat religius ini menuntut agar komunitas selalu
berdasarkan pada terang injil dan kharisma tarekat dan mampu berpikir bijaksana
dalam membentuk karya kerasulan baru (Kons. No. 145.2).
Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC selalu bertujuan untuk
melayani Allah dan sesama dalam terang spiritualitas hati, sehingga identitas keMSC-an nampak dalam karya-karya yang dijalankan. Karya yang dilakukan
bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri tetapi bagi dan demi orang lain.
Selain itu karya kerasulan yang dijalankan haruslah sungguh profesional artinya
dilakasanakan dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga karya kerasulan
itu menjadi sarana keselamatan bagi orang lain.
Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC hendaknya didasarkan pada
hidup komunitas artinya karya itu diketahui dan dijalankan bersama-sama oleh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
komunitas (Statuta no. 146). Komunitas menjadi pusat pelayanan atau tempat
merefleksikan karya yang dijalankan bersama-sama dengan anggota komunitas.
e. Kepemimpinan
Jabatan kepemimpinan dalam Tarekat MSC diberikan kepada anggota
yang sudah berkaul kekal (Kons. No. 131) dan masa jabatan berlaku selama tiga
tahun untuk 2 periode setelah itu harus mendapat ijin dari pemimpin umum
(Kons. No. 132).
Fungsi utama kepemimpinan dalam tarekat MSC sesuai dengan statuta
nomor 133 adalah pertama untuk membimbing dan mengarahkan anggota-anggota
komunitas. Dalam pengertian ini seorang pemimpin dalam komunitas bukan
hanya main perintah atau sebagai pemantau saja tetapi memberikan waktu untuk
komunitas dalam membuat jadwal-jadwal komunitas, pertemuan-pertemuan
komunitas, mengagendakan rekoleksi dan retret serta membantu anggota
komunitas dalam menyelesaikan masalah. Kedua menjamin suasana hidup yang
baik dan suasana iklim yang baik. Artinya pemimpin komunitas bukan menjadi
pembawa masalah atau sumber perpecahan, ia harus mampu menjembatani antara
anggota komunitas yang muda dan tua dalam hal ini komunikasi. Komunitas
sebaik mungkin dihindari dari
konflik. Hal yang sangat penting yang harus
dilakukan adalah memperhatikan kehidupan rohani komunitas terutama hidup doa
dan ekaristi. Karena doa dan ekaristi adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri
pada Tuhan dan menjadi sumber kekuatan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Ketiga perutusan untuk merasul dalam komunitas. Artinya sebagai komunitas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
religius yang aktif maka pemimpin komunitas mendorong para anggotanya untuk
terjun langsung ke umat. Anggota komunitas harus aktif mengumat sehingga umat
mengenal dan terjalin relasi yang baik dengan umat sehingga kehadiran kita bisa
membawa kabar baik dan keselamatan bagi orang lain.
Pemimpin dalam tarekat MSC adalah sebagai wujud pengabdian yang
membangun komunitas dalam karisma tarekat. Ia menjadi jiwa dan penyemangat
komunitas dalam menghayati semangat dan kepemimpinan Pater pendiri Jules
Chevalier. Ia harus memiliki semangat rendah hati, kelemahlembutan dan
kesabaran seperti ungkapan dalam Lukas 22:26-27 yang menyatakan : “...yang
terbesar diantara kamu hendaklah menjadi menjadi yang paling muda dan
pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan,
atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk
makan? Tetapi Aku ada di
tengah-tengah kamu sebagai pelayan.”
f. Harta Benda
Dalam Injil Markus 10 : 21 dikatakan jika ingin mengikuti Aku maka
jualah seluruh milik dan bagikan kepada orang-orang miskin kemudian ikutilah
Aku. Ungkapan Yesus sangat jelas mau mengatakan bahwa mengikuti Dia harus
bebas dari kelekatan harta duniawi dan mampu menyangkal diri. Memang
tuntutan Yesus ini tidak berlaku untuk semua orang artinya Yesus mengatakan ini
sesuai dengan permintaan orang ini untuk mengikuti Yesus. Dalam arti mengikuti
Dia, Yesus menghendaki agar setiap orang yang mengikuti-Nya tidak terhalang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
oleh harta duniawi. Yesus sendiri tidak memandang kekayaan sebagai yang jahat.
Ia bukan pula pengagum kemiskinan (Stefen Leks, 2003 : 339).
Maka berdasarkan teks di atas dalam hal pemilikan harta benda, Tarekat
MSC dalam konstitusinya telah mengaturnya seperti dalam Konstitusi Tarekat
MSC nomor 232 mengatakan : dalam hal perolehan, pemilikan, pengelolaan dan
pengalihan harta benda duniawi, kita akan tetap setia pada semangat Injil.
Demikian juga kita hendaknya sadar akan kesaksian kemiskinan yang sesuai
dengan hakekat dan tugas perutusan tarekat.
Tarekat berupaya agar harta benda yang dimiliki dikelola dengan baik
bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi semuanya untuk menunjang
kehidupan tarekat dan pelayanan tarekat. Harus disadari bahwa pelayanan kepada
anggota dan orang lain membutuhkan uang sehingga tarekat akan membantu
anggotanya dalam hal material dan juga demi perutusan, tarekat tidak akan raguragu untuk membagi harta benda kepada mereka umat yang dilayani (Kons. No.
233).
Dengan spiritualitas hati yang menjiwai semangat pelayanan setiap
anggota MSC, maka kiranya dalam hal harta duniawi bukanlah suatu penghalang
dalam pelayanan namun harta dalam hal material menjadi pendukung untuk
membangun Gereja dan masyarakat menuju kepada kehisupan beriman yang
mantap dan tangguh.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
g. Pembinaan
Pembinaan adalah pintu masuk untuk mengetahui, mempelajari tentang
Tarekat MSC. Setelah mengetahui dan memahami kemudian menerapkan dalam
diri pribadi dan orang lain. Setiap anggota Tarekat MSC akan mendapat
pembinaan apa saja untuk menunjang pertumbuhan manusiawi dan kristiani yang
terpadu (Kons. No. 73). Supaya maksud ini dicapai maka pembinaan rohani dan
laku tapa diperkokoh dengan mempelajari hal ikwal tentang Tarekat MSC (Kons.
No. 74).
Pembinaa bagi Tarekat MSC berlangsung terus menerus (On Going
Formation). Tidak ada seorang anggota tarekat yang luput dari pembinaan. Dalam
hal pembinaan memang bisa dibagi menjadi 2 bagian. Pertama pembinaan awal
yang terdiri dari pranovisiat, novisiat dan masa persiapan kaul kekal kemudian
pembinaan lanjut mencakup semua bidang kehidupan religius (Kons. No. 75.2).
Tarekat MSC menyediakan semua sarana pembinaan ini agar anggotanya menuju
pada keseimbangan jasmani dan rohani dalam mendukung pelayanan.
4. Spiritualitas Hati dalam Hidup MSC
Bagi kami MSC, hidup yang disatukan dengan Hati Kristus adalah lebih
dari sekedar devosi - itulah inti dari spiritualitas kami. Pada abad ke-19 berbagai
macam devosi bertumbuh subur: devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda,
devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Hati Kudus Yesus, dan
sebagainya. Ketika kita berpikir tentang suatu devosi, barangkali kita
membayangkan sekumpulan tindak-tanduk, seperti berlutut di depan patung salah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
seorang Santo atau Santa, menyalakan lilin, mendaraskan doa dan seseorang dapat
mempunyai beberapa devosi. Akan tetapi spiritualitas adalah sesuatu yang lebih
dalam: ia bertumbuh dari dalam, dari sebuah visi yang membentuk cara hidup dan
dapat diadaptasikan pada pelbagai macam situasi.
Walaupun Pater Jules Chevalier (1842-1907) menyebutnya devosi, dari
hidupnya dan tulisan-tulisannya nampak nyata bahwa Hati Kristus adalah inti
yang utama dari spiritualitasnya. Baginya, "devosi kepada Hati Kudus Yesus"
adalah sebuah visi yang menginspirasikan seluruh spiritualitasnya, cara hidupnya
dan perutusannya. Sejak masa pendidikannya di seminari ia tergerak oleh
penyakit-penyakit jaman saat itu, dan ia yakin bahwa Hati Kristus adalah obat
bagi penyakit-penyakit jaman itu.
Penyakit-penyakit jaman itu: rasionalisme, ketidakpedulian terhadap
hidup rohani, dan anti-klerikalisme tersebar luas pada, abad ke-19 di Perancis.
Yang mengesan begitu mendalam bagi Pater Chevalier adalah api cinta-Nya,
cinta-Nya yang berbelarasa dengan mereka yang menderita. Ia melihat Hati Yesus
sebagai sebuah Inkarnasi dan pewahyuan Cinta Allah Bapa. Itulah kharismanya,
karunia Roh yang diberikan kepadanya, visi dasar yang mnginspirasikannya untuk
menjadi saksi cinta dan kebaikan hati Allah penyelamat kita, untuk
menyembuhkan hati-hati yang terluka.
Ajaran Kitab Suci mengenai "hati yang manusiawi" ini begitu kaya: hal itu
disebutkan sampai lebih dari 1100 kami. Dalam Kitab Suci "hati" menunjuk pada
kedalaman seseorang; seperti kita baca tengang hati Allah, tetapi pada umumnya
tentang hati manusiawi. Dalam kitab Yeremia 31,31-34; 32,37-41 dan Kitab Nabi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
Yehezkiel 11,17-20; 36,24-27 Allah menjanjikan suatu perjanjian yang ditandai
dengan "Hati dan Roh yang Baru."
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan
kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu
dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan
tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (Yeh 36,
26-27).
Dalam Surat kepada Orang Ibrani bab 8 Kristus digambarkan sebagai
seorang pengantara dari perjanjian baru dan apa yang disebut dalam Kitab Nabi
Yeremia 31, 31-34 dapat diterapkan pada-Nya. Ialah yang menulis ketetapanketetapan dan hukum Allah dalam hati kita. Bagaimanakah Ia melakukan-Nya?
Melalui Hati Kristus yang adalah sumber air hidup, yakni Roh Kudus, (Yoh 7, 3739).
Di puncak Kalvari hati-Nya ditikam dengan tombak, darah dan air
mengalir keluar. Sumber air hidup telah dibuka dan seperti nyata pada hari
Pentekosta, Roh Kudus dicurahkan atas kita untuk membaharui muka bumi.
Misteri Paskah adalah Misteri Pentekosta. Cinta Allah telah dicurahkan dalam hati
kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rom 5, 5).
Karena Hati Kristus adalah sumber keselamatan dunia, bersama dengan
Bapa pendiri, kami melihat hal itu sebagai tugas perutusan, untuk mewartakan
kepada semua orang: "Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia." Kami
percaya bahwa di masa kini pun orang dapat memerangi kejahatan pada
sumbernya. Makna sebenarnya dari "Hati yang Baru" dapat ditemukan dalam
Hidup Kristus sendiri.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
C. Spiritualitas Hati dalam Panggilan Hidup Bruder MSC
1. Hidup Religius
Hidup religius bukanlah semacam cara hidup antara klerus dan awam,
tetapi hidup religius harus dilihat sebagai bentuk hidup yang kepadanya beberapa
orang kristiani, baik klerus maupun awam dipanggil oleh Allah agar mereka
menikmati anugerah rahmat khusus dalam hidup Gereja (LG. 43) (J. Darminta,
2003 : 15). Oleh karena itu hidup religius haruslah sungguh merdeka. Hidup
religius dilahirkan oleh Allah untuk melayani umat dan dunia terutama mereka
yang miskin dan tertindas menuju pada keadilan dan perdamaian.
Sebagai biarawan bruder MSC juga dituntut mampu hidup untuk melayani
sesama yang miskin dan menderita sebagi penjabaran dari hidup religius. Sebagai
biarawan bruder MSC dalam tugas perutusan diharapkan mampu membangun
“dunia baru” yang dijiwai oleh semangat religius yang sama semangat Hati Kudus
Yesus. Dalam Konstitusi Tarekat MSC nomor 12 dikatakan :
“Sambil mengikuti teladan Yesus, kita hendak berusaha untuk membawa
orang-orang lain kepada Allah dengan kebaikan hati dan
kelemahlembutan, mempersatukan mereka dengan Dia dalam cinta dan
membebaskan mereka dari rasa ketakutan. Dengan menaruh kepercayaan
akan rahmat Allah kita akan rela, apabila perlu untuk menyerahkan hidup
kita bagi mereka.”
Dengan Hati sebagai pusat dan penggerak hidup MSC, membuat mampu
untuk menggunakan kekuatan-kekuatan yang ditanam oleh Allah dalam hati
manusia yaitu hati yang berpikir melalui lidah, mata dan telinga untuk membantu
membawa orang lain kepada Allah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
2. Hidup Kenabian
Yesus datang ke dunia untuk membebaskan mereka yang menderita dan
terbelenggu oleh penderitaan yang diakibatkan karena ketidak setiaan kepada
Allah. Selain itu Yesus datang untuk membela mereka yang miskin dan tersingkir
(Luk, 4:18). Sebagai MSC tugas kenabian harus memperhatikan mereka yang
menderita dan berkekurangan (Kons. No. 21), serta mampu menghadirkan wajah
Kristus kepada mereka yang miskin dan hina dina dan yang menjadi korban
kekerasan dan ketidakadilan (Kons. No. 22). “Barangsiapa mempunyai harta
duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
terhadap saudaranya itu bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya.”
(1 Yoh 3 : 17).
Sebagai bruder MSC kiranya perlu membawa suara kenabian bagi siapa
saja yang dilayani dan dijumpai agar semangat Hati Kudus Yesus hadir dalam diri
mereka. Untuk untuk itu sebagai bruder MSC harus mampu menyuarakan fungsi
kenabian yang antara lain :
a. Mampu menyampaikan kritik yang membangun kepada siapa saja termasuk
konfraters yang jika dilihat tidak menjalankan fungsi sebagai nabi di tengahtengah umat. Janganlah takut dalam menyampaikan kritik karena dengan
mengkritisi sesuatu yang tidak benar tidak menjadikan kehilangan data
hidupnya (J. Darminta. 1995 : 35). Dengan memberi kekuatan dan daya kepada
orang-orang yang bangkit maka akan menuju pada kehidupan surgawi.
b. Mampu menyampaikan firman Tuhan kepada siapa saja. Firman Tuhan adalah
sumber kekuatan bagi mereka yang percaya kepada Yesus sebagai penyelamat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Maka dalam menyampaikan firman Tuhan, dengan sendirinya telah ikut dalam
karya penyelamatan Gereja. Firman Tuhan adalah jalan menuju pada
kehidupan kekal.
c. Mampu menyuarakan dan menyingkapkan masa depan yang lebih baik kepada
orang kecil. Berani untuk memberikan harapan kepada mereka yang teraniaya
dan memberikan jalan keluar yang baik bagi mereka dalam menghadapi dunia
yang tidak adil dengan membangun impian-impian masa depan dengan
kekuatan Allah.
d. Mampu
bertindak
adil
dan
bijaksana
dengan
menyebarkan
budaya
pengampunan tanpa batas kepada mereka yang putus asa karena keberdosaan
sehingga mereka mampu diangkat kembali martabatnya menjadi manusia yang
luhur.
3. Hidup Mistikus
Hidup mistikus adalah hidup untuk Allah. Pada keadaan apapun manusia
diperkenankan untuk dapat selalu mengalami dan menikmati kasih Allah atau
tinggal dalam Allah (J. Darminta, 1995 :17). Hal ini ditempuh untuk menuju pada
jalan kekudusan yang adalah kesempurnaan dari cinta kasih. Kita berada dalam
Allah dan Allah dalam kita (1 Yoh 4:16 b). Inilah yang disebut hidup mistik.
Hidup mistik dapat kita alami di dalam dunia ini dengan doa, devosi, kontemplasi.
Kita telah jatuh cinta pada Allah.
Sebagai seorang biarawan bruder MSC, kita dituntut dan diharapkan untuk
selalu jatuh cinta kepada Allah dengan setia menjalankan tugas perutusan. Dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70
menjalankan tugas perutusan yang baik kita juga telah jatuh cinta kepada Tuhan
karena apa yang kita buat untuk kemuliaan-Nya. Diimbangi dengan doa dan
kontemplasi membuat jalan pengudusan kita semakin terbuka untuk setia pada
Allah. Untuk menghayati kesatuan dengan Allah, Ia telah mengutus Putra-Nya
menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1 : 14).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM PEMBINAAN YUNIORAT
BRUDER MSC
A. Latar Belakang Pengamatan
Pembinaan yuniorat adalah pembinaan kelanjutan dari Novisiat. Para
yunior dibina untuk semakin menghayati dan memahami akan spiritualitas tarekat,
karya kerasulan, hidup doa, hidup komunitas lewat pengalaman di lapangan. Di
lapangan mereka dilatih bukan hanya soal ketrampilan tetapi juga dilatih
kepekaan untuk melihat kebutuhan umat. Mereka sungguh-sungguh disiapkan
untuk menjadi misionaris yang siap diutus kemanapun ditugaskan.
Hal ini menjadi sesuatu yang diharapkan agar para yunior terlatih untuk
menghadapi tantangan dan permasalahan baik secara pribadi, komunitas atau
dalam karya pelayanan di tengah-tengah umat. Sekarang ini dalam pembinaan
yunior walaupun sudah ada program pendampingan namun belum berjalan
dengan baik. Hal ini disebabkan karena tenaga pendamping hanya satu dan masih
memiliki beberapa tanggungjawab selain sebagai pendamping yunior. Para yunior
terkandang hanya mengikuti kegiatan rutinitas komunitas tanpa didampingi secara
intensif. Pengalaman penulis dengan beberapa yunior terutama yang sementara
studi di Yogyakarta, para yunior hanya fokus pada studinya saja sedangkan
kehidupan lain kurang tersentuh misalnya hidup rohani, pengolahan kepribadian.
Mereka walaupun hidup dalam komunitas yang sudah berkaul kekal dan senior
tetapi anggota lain juga tidak banyak membantu karena kesibukan studi masing-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
masing. Walaupun sebenarnya mereka bisa dijangkau dari komunitas yuniorat
Purworejo. Mereka berjalan dengan irama komunitas studi yang sibuk dengan
studi. Walaupun dalam komunitas ada doa, rekreasi, rekoleksi namun untuk
menggali dan merefleksikan pengalaman pribadi masih kurang. Walaupun
disadari bahwa para yunior sudah dilatih dalam mengembangkan kepribadian
lewat proses-proses yang diberikan waktu di novisiat namun dalam hal ini masih
perlu adanya pendampingan secara intensif.
Para yunior perlu didampingi dan dibekali dengan proses-proses
penemuan identitas mereka sebagai bruder MSC, spiritualitas dan hidup berkaul.
Peran pendamping untuk membantu para yunior dalam proses ini sangat besar
agar mereka berjalan sesuai dengan semangat MSC. Di samping itu diharapkan
para yunior berusaha untuk menghayati dan memahami ke-MSC-an secara
menyeluruh. Maka penulis ingin mengetahui sejauh mana para yunior mampu
menghayati ke-MSC-an mereka agar mereka dapat berperan penting dalam
mengembangkan MSC secara khusus dan Gereja secara umum.
B. Tujuan Pengamatan
1. Mengetahui sejauh mana para yunior memahami spiritualitas Tarekat MSC?
2. Mengetahui sejauh mana para yunior MSC memahami peran, makna dan
kekhasan MSC dalam hidup tarekat dan menggereja.
3. Mengetahui ciri khas sebagai bruder MSC dibandingkan dengan tarekat lain.
4. Mengetahui relasi anatara bruder MSC dan Imam MSC.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
5. Mengetahui akan penghayatan hidup doa, komunitas, karya (kerasulan) dan
hidup kaul dalam hidup sehari-hari.
C. Jenis Pengamatan
Jenis pengamatan yang dilakukan oleh penulis adalah kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan
metode yang menganalisi suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan
dan ketentuan yang ada (Suharsimi Arikunto, 1997:230).
D. Responden Pengamatan
Responden dalam pengamatan ini adalah para yunior yang sementara
dalam pembinaan lanjutan. Para yunior ini berjumlah 6 orang yang tersebar
dibeberapa daerah pelayanan 2 orang berkarya di lembaga pembinaan, 2 orang
masih studi di Yogyakarta, 1 orang berkarya di Sulawesi Tengah (Kepulauan
Banggai) dan 1 orang berkarya di Papua (Kabupaten Merauke).
E. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan pada yunior MSC pada bulan Agustus tahun
2013. Pertanyaan refleksi disebarkan melalui komunikasi jarak jauh dengan
menggunakan Email. Hal ini dilakukan mengingat jarak antara yunior dengan
penulis cukup jauh.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
F. Pertanyaan Refleksi
1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati ?
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini ?
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain ?
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para Imam MSC?
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa,
hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari?
G. Hasil Refleksi
Responden 1
1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?
Bagi saya Spiritualitas Hati adalah hidup berdasarkan Hati, Hati yang
sungguh-sungguh bersumber pada Kristus sendiri. Suatu semangat yang menjiwai
seluruh hidup, dimana setiap tindakan dan perbuatan benar-benar berakar pada
Hati yang sungguh-sungguh, seperti Yesus sendiri. Spiritualitas Hati adalah suatu
kepenuhan cinta yang tidak mengharapkan imbalan. Dalam diri Yesus kepenuhan
Hati-Nya sangat terungkap dalam peristiwa sengsara, dan wafat-Nya. Konstitusi
MSC no 10, dikatakan bahwa, sebagai MSC, kita hidup berdasarkan kepercayaan
akan Cinta Allah Bapa yang dinyatakan dalam Hati Kristus. Kita mau
menyerupai Yesus yang mencinta dengan Hati manusiawi, kita mau mencinta
melalui Dia, dan bersama Dia, serta mewartakan Cinta-Nya kepada dunia. Bagi
saya hal menjadi jelas bahwa Spiritualitas Hati adalah “hidup berdasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
kepercayaan akan Cinta Allah Bapa, yang terungkap melalui Yesus Putera-Nya.
Mencinta melalui Dia, dan bersama Dia. Konstutusi MSC no 13, berbicara
tentang semangat yang menjiwai, dengan semangat cinta kasih dan kebaikan hati,
kerendahan hati dan kesederhanaan, semangat cinta akan keadilan dan
keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin.
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang
ini?
Menjadi saksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dalam diri saya. Saksi
dimana Yesus sendiri yang menjadi pedoman dan arah hidup. Kehadiran kita
sebagai Bruder MSC harus sungguh-sungguh menjadi tanda dan lambang
dimana Dia yang memanggil kita (Bruder) adalah setia.
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan
Tarekat lain?
Kesetiaan pada hidup doa. Kehadiran serta tindakan dan perbuatan kita,
sebagai salah satu hal yang dapat mengingatkan para Imam akan hakikat kita
sebagai MSC.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Membangun nilai konfraternitas sebagai MSC, meskipun berbeda fungsi.
Adanya kesadaran dalam diri saya bahwa kita adalah MSC, bukan saya sebagai
Bruder atau Pastor. Hal ini yang mendukung bagi saya untuk mampu hidup
bersama dengan konfrater saya. Hal lain juga adalah kemampuan untuk
menerima dan mensyukuri segala perbedaan yang ada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup
doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam
kehidupan sehari-hari?
Selalu membangun kesadaran dalam diri bahwa saya adalah MSC, yang
membaktikan diri pada Hati Kudus. Baik hidup doa, komunitas, karya, hidup kaul
menjadi suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Bagi saya semuanya
saling mengandaikan dan saling mendukung. Dalam
kehidupan karya dan komunitas, kaul menjadi dasar yang mendorong seluruh
tindakan.
Responden 2
1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?
Spiritualitas hati mempunya dua arti kata yang berbeda. Yang menjadi
bahan refleksi saya tentanng spiritualitas hati adalah: Spirit, yang artinya Roh
atau lebih sederhana lagi adalah Roh Kudus. Maka, Roh kudus inilah yang
menjiwai dan menuntut kita, mengubah gaya hidup kita sebagai MSC. Sedangkan,
hati berarti pusat dari segalah kehidupan manusia. Yang, di dalamnya terdapat
kejahatan dan kebaikan kita sebagai manusia lemah. Biasanya, hati di gunakan
sebagai sesuatu yang baik di dalam diri kita. Misalnya, hati yang mencintai, hati
yang rendah hati, hati yang berbelah rasa, hati yang peduli, hati yang peka serta
juga melalui hati, kita bisa berpikir dan bekerja. Sehingga, jika dihubungkan
Spiritualitas Hati berarti cara atau gaya hidup menurut hati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang
ini?
Peran kita di dalam hidup menggereja saat ini adalah, sebagai rasul yang
menghidupkan. Bukan dengan cara berkhotbah di dalam gereja atau di depan
umat tetapi dengan cara memberdayakan umat serta mewarnai kehidupan mereka
dengan semangat yang menjiwai dan membangun kehidupan mereka melalui
kemampuan- kemampuan yang kita miliki. Kehadiran kita di tengah- tengah
hidup menggereja sebagai bruder MSC, bukan untuk mempimpin misa tetapi
mengangkat kehidupan umat dan menggerakan mereka dengan potensi- potensi
yang kita miliki, baik dengan cara berkatekse di tengah- tengah umat atau pun
melalui bidang pendidikan maupun bidang pertania. Sehingga, dari sini akan
nampak peran kita sebagai bruder MSC di tengah- tengah hidup menggeraja saat
ini.
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat
lain?
Ciri khas kita sebagai bruder MSC adalah semangat persaudaraan.
Memang, dalam hal ini saya sangat bangga dengan MSC. Karena, sampai saat
ini saya tidak pernah menemukan di tarekat lain. Dan, semangat persaudaraan
MSC di kenal di mana- mana. Apalagi, di saat kita berkumpul atau ada kegiatan
bersama. Masing- masing pribadi dengan keunikan tersendiri. Dan, keunikankeunikan ini muncul dengan melahirkan jiwa- jiwa humoris di antara kita. Hal
ini juga, yang di tekankan di dalam konstitusi kita. Salah satu hal yang saya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
banggakan dari MSC bruder, tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Bahkan
yang tua lebih senang bertemu dengan yang muda bahkan bersharing seperti
teman seangkatan. Hal ini, yang membuat saya merasa lebih dekat, lebih enjoy
dan terasa lebih akrab.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Sejauh ini, relasi saya dengan para imam MSC, tidak ada hambatan.
Semuanya berjalan lancar. Membangun relasi dengan para imam, rasanya
sangat mudah dan tidak ada jarak antara saya dengan mereka. Dalam berelasi,
saya selalu menghargai mereka sebagai imam bukan karena malu atau minder
tetapi menghargai mereka sebagai saudara saya sendiri. Yang, membuat saya
senang dan mudah berelasi
dengan para imam adalah bisa bercanda dan
bersharing bersama bahkan dari persaudaraan inilah saya bisa belajar banyak
hal dari mereka.
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup
doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam
kehidupan sehari-hari?
Cara saya memahami dan menghayati hidup Doa saya adalah saya
mengibaratkan sebagai orang
yang haus akan minuman dan lapar akan
makanan. Doa bukanlah suatu aturan atau kewajiban tetapi doa merupakan suatu
kerinduan saya yang mendalam akan Tuhan. Sampai saat ini, saya menyadari
bahwa saya kuat bukan karena saya tetapi karena doa- doa saya kepada Tuhan.
Sering saya merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas- tugas yang di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
percayakan kepadaku, tapi ternyata itu bisa, sehingga dari pengalamanpengalaman ini menyadarkan saya bahwa ternyata doa adalah kekuatan dalam
hidupku. Sehingga di dalam situasi maupun keadaan apapun itu saya berusaha
mengambil waktu untuk berdoa karena dengan melalui doa saya bisa menimbah
kekuatan baru. Dengan, melalui hidup doaku yang semakin kuat, membuat hidup
berkomunitasku semakin baik dan semakin bertanggung jawab. Didalam hidup
berkomunitas saya selalu berusaha untuk ada bersama dengan konfrater yang
lain di saat ada kegiatan komunitas maupun saat rekreasi bersama. Mungkin, hal
ini kelihatan sangat sederhana tetapi bagi saya sangat bermakna. karena, justru
benih- benih persaudaraan dan kekeluargaan serta kepedulian terhadap konfrater
yang lain semakin tumbuh melalui kegiatan komunitas maupun rekreasi bersama.
Kepedulian inilah yang menghatar saya dalam menjawab hidup panggilan saya
sebagai seorang bruder MSC, dengan kelebihan dan kekurangan saya. Hal
kongrit yang bisa saya lakukan adalah menjalani tugas- tugas harian saya di
dalam komunitas dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab. Saya
menyadari, bahwa dengan setiapa tugas yang di jalani dengan hati yang terbuka
dan penuh tanggung jawab maka terasa semuanya bisa terselesaikan dengan
baik. Dampak dari penghayatanku ini mengantar saya pada suatu kesadaran
bahwa menjadi bruder MSC berarti berani untuk menerima tugas yang di
percayakan tarekat, baik itu di tugas yang kecil maupun tugas yang besar. Semua
ini tidak lepas dari kaul ketaatan. Dan cara saya menghayati kaul-kaul saya
selama ini adalah dengan mencoba menghayati hidup yang sederhana. Hidup
sederhana yang saya maksudkan di sini adalah merawat dan menjaga barang-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
barang pribadi dan barang-barang komunitas dengan baik. Tidak banyak
menuntut, tetapi lebih banyak melakukan apa yang bisa saya lakukan dan
memakai yang bisa dipakai.
Responden 3
1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati?
Yang saya pahami, spiritualitas hati yaitu semangat yang menjiwai kita
sebagai Misionaris Hati Kudus. Dengan bersumber pada hati Yesus yang muda
tergerak oleh belaskasihan, berbela rasa untuk kaum kecil, dan juga hati yang
terbuka untuk kita semua.
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang
ini?
Saya merasa kita telah berperan banyak dalam hidup menggereja dimasa
sekarang ini. Dimana banyak hal telah kita buat baik itu memberdayakan orang
(umat), memberikan diri kita menjadi bak sampah untuk orang lain dan,tentunya
menjadi pendengar bagi mereka yang ingin di dengarkan. Mungkin dikalangan
kita sebagai biarawan bruder belum nampak dikalangan masyarakat pada
umumnya namun saya yakin, kita telah berbuat banyak meskipun itu kecil dan
tersembunyi dikalangan masyarakat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat
lain?
Sejauh ini, saya belum temukan ciri khas kita yang lebih menonjol sebagai
bruder MSC, namun ciri kita yang khas sebagai MSC yakni nilai persaudaraan
yang akrab satu sama lain dan sence of humor ini menjadi ke khasan kita sebagai
MSC. sebagai MSC ini saya rasakan dikalangan kita sebagai MSC. Namun satu
kebanggaan bagi saya sebagai bruder MSC, mendengar ungkapan, sharing dari
para konfrater bruder tentang pengalaman karya baik itu karya yang diemban
atau studi yang dipercayakan, memberikaan wawasan atau cara pandang saya
tentang bruder kedepan dan ini memotifasi saya untuk melihat kualitas diri saya
yang berguna untuk diri, Tarekat, dan Gereja.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Tentunya saya belum lama menjadi seorang biarawan MSC dan belum
banyak mengalami perjumpaan dengan para konfrater lainnya, relasi saya
dengan para konfrater terlebih para pastor sejauh ini terjalin baik bahkan sangat
baik. Prinsip saya saat menjadi biarawan MSC yakni baik bruder maupun Pastor
mereka adalah saudara saya. Tentunya bayak perbedaan yang mencolok
dikalangan umat dan masyarakat secara luas namun kiranya jangan di kalangan
kita sebagai biarawan MSC.
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup
Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan),hidup kaul dalam
kehidupan sehari- hari?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
Saya sadari ketika awal masuk menjadi calon biarawan bruder MSC, saya
telah diarakan untuk setia mengikuti doa harian, ekaristi, kunjungan sakramen
dan silentium,
semua ini wujud doa yang telah saya temukan di tempat
pembinaan, yang tentunya menjadi pegangan, bekal saya sebagai biarawan
dimanapun saya berada. Tentunya tidak mudah juga untuk mempertahankan yang
telah ada terkadang ada alpanya, bolos pun sering, tetapi saya sadari ,bahwa
saya masih manusia namun saya butuh pembaharuan yakni penyadaran diri
bahwa saya biarawan yang MSC, dan juga ada saudara-saudara saya yang bisa
menjadi teman untuk berbagi pengalaman rohani yang membangun/ memotifasi
saya untuk melihat kembali motivasi awal saya.
Menghidupi ketiga kaul sebagai gaya hidup yang harus dihidupi, saya
sadari setiap hari saya tertantang untuk melihat kualitas diri saya terlebih nilai
dari ketiga kaul ini dalam diri, terlebih saat ini,namun tidak menjadi tolak ukur
untuk memudarkan panggilan saya, saya kembalikan lagi bahwa saya adalah
manusia yang biarawan.
Responden 4
1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati?
Spiritualitas hati adalah gaya hidup menurut Hati berdasarkan cara
hidup, cara merasa seperti Yesus Kristus. Gaya hidup menurut hati inilah yang
dihidupi dalam menjalani hidup sehari-hari bagi mereka yang membaktikan diri
dengan sepenuh hati dalam panggilan khusus entah itu pastor, bruder, suster dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
tak tertutup bagi umat awam yang menggantungkan hidupnya dalam belas kasih
Hati Kudus Yesus. Pusat dari spiritualitas hati adalah Hati Yesus sendiri.
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam menggereja sekarang ini?
Bruder MSC hadir di tengah gereja dengan suatu gaya hidup menurut
Hati yang tak lepas dari berbagai macam karya pelayanan. Terlebih dalam
bidang kategorial misalnya, sekolah, panti asuhan, perbengkelan, tapi juga dalam
pendampingan iman umat dalam medan karya. Namun lebih dari semua itu peran
yang paling utama adalah menamplkan gaya hidup menurut Hati dengan
sungguh-sungguh sehingga banyak orang yang percaya akan belas Kaish Allah
dalam hidup mereka melalui teladan hidup kita.
3. Apakah ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan
tarekat lain?
Bruder MSC dengan gaya hidup menurut Hati itulah yang menghantar
kita pada suatu persaudaraan sejati dalam hidup bersama. Kesiapsediaan secara
penuh dalam menjalankan tugas perutusan dimanapun kita diutus. Dalam
semangat cinta kasih persaudaraan kita hidup bersama dan dalam ketaatan kita
menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Relasi antara imam dan bruder MSC terjalin sangat harmonis dan seiring
sejakan dalam satu spiritualitas. Jabatan dinomorduakan ketika kita hidup dan
tinggal bersama. Kita lebih menekankan MSC dan kita adalah satu MSC. Kita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
menghayati bahwa pertama-tama saya dipanggil untuk menjadi biarawan MSC
dan imam MSC, bruder MSC adalah yang kedua.
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup
doa, hidup komunitas, hidup karya, (kerasulan), hidup kaul dalam
kehidupan sehari-hari?
Hidup doa sebagai seorang biarawan bruder MSC menjadi harga mati
dalam kehidupan sehari-hari tidak ada tawar menawar. Brevir dan misa setiap
hari menjadi bagian yang utama dalam memulai suatu hari baru. Tentu bersama
– sama dengan komunitas dimana kita berada. Di dalam komunitas kita hidup
dengan menghadirkan kasih Allah sehingga bersama konfrater-konfrater lain kita
bisa merasa nyaman tinggal di dalam komunitas. kaul-kaul yang dihadapi
menjadi rambu-rambu dalam perjalan hidup sebagai seorang biarawan dalam
menanggapi panggilan Tuhan atas diri kita.
H. Pembahasan Refleksi
Dari hasil refleksi tentang pemahaman akan spiritualitas hati yang sudah
dijawab oleh para responden yang terdiri dari para bruder yunior dapat
disimpulkan bahwa dari pertanyaan nomor 1 tentang pemahaman spiritualitas hati
dari ke-empat responden semuanya mengungkapkan pemahaman mereka akan
spiritualitas hati dengan berbeda-beda pendapat tetapi mempunyai inti yang sama
yaitu Hati Kristus sebagai pusat yang menjiwai seluruh hidup dalam setiap karya.
spiritualitas hati dimengerti dan dihayati sebagai kepasrahan kepada Bapa yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
penuh cinta melaui Hati Putera-Nya. Yesus tergerak Hati oleh belaskasihan,
berbelarasa terhadap kaum miskin, peduli terhadap sesama. Sikap Hati Yesus
inilah yang menjadi contoh dan gaya hidup sebagai seorang bruder MSC.
spiritualitas hati hendaknya dipahami juga sebagai Putera Allah yang
berbelaskasih mencintai manusia dengan hati manusiawi.
Dalam pertanyaan nomor 2 tentang peran bruder MSC dalam hidup
menggereja sekarang ini, dari ke 4 responden. 1 responden menekankan soal
kesaksian hidup di tengah umat menjadi peran yang nyata yang dapat dijadikan
sebagai kesaksian hidup. Sedangkan 3 responden menekankan bahwa peran
bruder sekarang ini sebagai rasul yang menghidupkan artinya mampu
memberdayakan umat lewat karya-karya yang telah dibuat misalnya dalam bidang
pendidikan, pertanian, katekese, panti asuhan. Semua karya yang dibuat
hendaknya menampilkan gaya hidup menurut Hati. Gaya hidup menurut Hati
menunjuk pada Hati Kristus. Para bruder MSC hendaknya sungguh-sungguh
menjalankan perannya sebagai biarawan dengan menunjukkan kualitas sebagai
manusia yang profesional dalam karya-karyanya.
Sedangkan dalam pertanyaan nomor 3 menyangkut ciri khas sebagai
bruder MSC dari 4 responden 1 responden mengungkapkan kesetiaan dalam doa
dan kehadiran serta tindakan yang nyata merupakan peran yang nyata. Sedangkan
3 responden mengungkapakan bahwa semangat persaudaraan dan rasa humor
menjadi ciri khas sebagai MSC. Persaudaraan membuat hubungan lebih dekat
sehingga sangat membantu dalam membangun hidup komunitas. Persaudaraan
yang kuat menjauhkan rasa senioritas dan yunioritas. Semua merasa sama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
disatukan dalam MSC. Semangat persaudaraan dalam MSC memang sangat
ditekankan dan diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua anggota MSC.
Dalam pertanyaan nomor 4 tentang relasi bruder MSC dan imam MSC,
dari keempat responden mengungkapkan bahwa relasi antara bruder dan Imam
MSC terjalin dengan baik dan harmonis karena adanya kesadaran bahwa kita
adalah MSC dan dalam tarekat MSC tidak ada pembedaan antara bruder dan
Imam. Keduanya saling mendukung dan bekerjasama dalam misi menyebarkan
cinta Hati Kudus Yesus di seluruh dunia. Pemahaman dan kesadaran akan suatu
perutusan yang sama membawa dampak positif bagi pelayanan di tengah-tengah
umat.
Dalam pertanyaan refleksi nomor 5 tentang memahami dan menghayati
hidup doa, komunitas, karya dan hidup berkaul, para responden tidak
menjabarkan satu demi satu tetapi lebih menyimpulkan bahwa hidup doa,
komunitas, karya dan hidup berkaul saling kait-mengait, artinya merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Hidup doa menjadi santapan setiap
hari dan merupakan sumber kekuatan dalam menjalani hidup dan aktifitas. Doa
mampu menjawab semua keraguan dan kecemasan dalam diri. Doa adalah
pegangan dalam hidup. Dalam hidup berkomunitas berusaha untuk hadir bersama
dengan konfrater. Berusaha memberi diri untuk komunitas karena kehadiran
dalam acara-acara kemunitas adalah salah satu cara untuk semakin mengeratkan
persaudaraan. Dalam komunitas berusaha untuk menghadirkan kasih Allah
sehingga suasana dalam komunitas terasa damai dan saling mendukung.
Komunitas adalah tempat menimba kekuatan-kekuatan untuk menjalankan tugas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
sehari-hari. Komunitas yang hidup tampak dalam kegembiraan dan keceriaan
anggota komunitas karena pasti dalam komunitas itu dilandasi dengan semangat
persaudaraan. Hidup karya adalah sarana untuk berbakti kepada Tuhan lewat
pelayanan-pelayanan yang dilakukan. Karya yang dibuat atau dilakukan untuk
membantu umat untuk semakin memanusiakan manusia dan terlebih untuk
semakin mendekatkan umat kepada Tuhan. Karya-karya yang dibuat atau
dilakukan
bukan
semata-mata
untuk
kepentingan
pribadi
tetapi
untuk
perkembangan umat.
I. Harapan-harapan
Sebagai seorang bruder MSC hendaknya menjadi seorang biarawan yang
mempunyai hati bagi umat. Mempunyai hati dalam hal ini mengikuti kedalaman
Hati Yesus. Kedalaman Hati Yesus ditunjukkan dalam :
1. Kelembutan, kesederhanaan dan kerendahan hati.
Yesus menunjukan suatu kedalaman hati yang selalu bersyukur kepada
Bapa-Nya. Ia selalu mengundang mereka yang miskin dan tersingkir untuk belajar
dari Dia, “yang lemah lembut dan rendah hati.” (Mat 11:25-30). Yesus
menempatkan diri-Nya diantara umat-Nya dengan kerendahan hati untuk
melayani bukan untuk dilayani. Yesus sungguh-sungguh hadir ditengah-tengah
umat-Nya dengan memberikan peneguhan, kekuatan dan motivasi bahwa Allah
Bapa mengasihi dan mengampuni yang bersalah. Yesus datang dengan
kemuliaan-Nya namun mau menjadi hamba untuk umat manusia. Yesus datang ke
dunia tidak mencari kedudukan atau jabatan agar dihormati namun Yesus datang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
menjelma menjadi manusia sama dengan manusia lain bahkan Yesus rela
menyerahkan hidup-Nya untuk menebus manusia.
2. Berbelaskasih dan berbela rasa
Yesus menunjukan kepedulian Hati-Nya kepada manusia secara konkrit
dengan menyembuhkan orang sakit (bdk Mat 14:14), memberi makan (bdk, Mrk
8:2). Semua menunjukan Hati-Nya yang tergerak oleh belaskasihan. Namun
belaskasihan ini bukan hanya sebatas perasaan saja tapi sungguh-sungguh
diwujudkannya. Dengan demikian Yesus sungguh-sungguh menunjukan sikap
Hati-Nya dengan begitu peduli melihat manusia yang terpuruk dan terpinggirkan.
Hati-Nya yang terbuka melihat penderitaan orang lain adalah gerakan hati untuk
menjangkau semua orang agar mendapat perhatian dan kasih sayang. Kita
diundang untuk memberi hati untuk menjadi sumber keselamatan bagi orang lain.
Kita diundang untuk mewartakan Hati Kristus yang tertikam dan terbuka sebagai
kabar gembira dan sebagai tanda dari kasih Allah yang tidak berkesudahan. Kita
menghantar dan menghadirkan Kristus bukan hanya kepada mereka yang
menderita tetapi juga kepada mereka yang membuat penderitaan itu sehingga
terjadi pertobatan untuk membaharui dan merubah hati.
Kedalaman hati Yesus inilah yang harusnya menjadi contoh dan teladan
bagi para bruder yunior MSC dalam mengembangkan kepribadian dan tentunya
dalam pengabdiannya ditengah-tengah umat dan masyarakat. Mengikuti Yesus
berarti kita harus bersikap sederhana, berbelaskasih, peka, peduli dan rendah hati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gereja dewasa ini mengharapkan para pelayan yang sungguh-sunguh
mempunyai hati bagi umat-Nya terutama bagi mereka yang miskin dan tersingkir
sehingga Kerajaan Allah di dunia tumbuh dan berkembang yaitu penuh cinta
kasih, kedamaian, persaudaraan dan penuh belaskasih. Namun tidak semua
manusia merasakan suasana demikian masih ada orang-orang yang terbelenggu
dan tidak merasakan kedamaian dan kebebasan. Maka dalam hal inilah gereja ikut
ambil bagian dalam misi perutusan ini untuk membawa orang pada kedamaian
dan kebebasan. Dalam mencapai misi keselamatan, Yesus merupakan model dan
teladan. Yesus rela menderita bahkan wafat di kayu salib untuk menyelamatkan
umat manusia. Maka ia harus hidup seperti Yesus mampu bersaksi, rela
menderita, memberikan penghiburan kepada yang menderita dan putus asa serta
berpihak kepada yang lemah.
Untuk mencapai misi pelayanan gereja tersebut, tarekat MSC khususnya
para bruder yunior
dibekali berbagai hal dalam pembinaannya. Dalam
pembinaan, spiritualitas tarekat sangat ditekankan untuk dipahami, dihayati dan
mampu dilaksanakan dalam kehidupannya nanti. Dalam pembinaan, para bruder
yunior hendaknya menghayati spiritualitas sebagai model dalam hidup, sikap
relasi dan tindakan sehari-hari. Dalam spiritualitas ditemukan keutamaankeutamaan Yesus yang berbelaskasih, sederhana, rendah hati dan berbela rasa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
terhadap sesama. Maka keutamaan-keutamaan ini ditanamkan sejak pembinaan
sehingga dalam tindakan dan perbuatan sesuai dengan spiritualitas yang dihayati.
Spiritualitas yang dihayati oleh tarekat MSC adalah spiritualitas hati.
Spiritualitas hati adalah spiritualitas yang berawal dari pada kasih Allah, gerak
cinta Allah kepada manusia. Dengan demikian cinta Allah masuk dalam hati
manusia sehingga manusia merasakan kasih-Nya. Keterbukaan hati
untuk
menerima cinta kasih-Nya sebagai langkah awal untuk mau mengubah diri sesuai
dengan kehendak Hati-Nya. Perubahan diri untuk menjadi seperti Dia
diungkapkan dalam kepercayaan kepada cinta Allah Bapa yang mencintai
manusia dengan segala kepenuhan hati .
Spiritualitas hati inilah dalam pertanyaan yang diberikan kepada para
bruder yunior mengenai pemahaman akan spiritualitas hati semuanya dapat
memahami akan spiritualitas hati sebagai pusat hidup yang menjiwai tarekat.
Pusat hidup itu adalah Yesus Kristus sendiri. Maka segala tindakan dan perbuatan
berdasarkan pada hati Yesus sendiri.
Pemahaman akan spiritualitas hati sebagai penggerak dalam tindakan dan
perbuatan harus diterapkan oleh para bruder yunior MSC dalam kehidupan seharihari. Maka dalam hal ini dituntut suatu peran sebagai seorang bruder MSC. Peran
dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk mengambil alih pekerjaan orang lain
namun untuk memperjelas bahwa kita juga bersama-sama dengan umat ikut ambil
bagian dalam tugas gereja.
Berdasarkan hasil refleksi para bruder yunior peran mereka sebagai MSC
dalam hidup menggereja pemahamannya beragam sehingga perlu ada pemahaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
yang sama terhadap peran ini sehingga dalam tindakan dan perbuatan di tengahtengah umat sungguh-sungguh menampilkan sebagai seorang MSC. Peran bruder
MSC bukan mengambil alih peran para imam dalam hal sakramen, tetapi lebih
pada tindakan konkrit dalam pelayanan. Bentuk pelayanan ini hendaknya
membawa hati Kristus sehingga umat dalam karya kita ikut merasakan bahwa
Kristuslah yang bekerja. Kristus menjadi model dalam pelayanan kita. Sehingga
relasi yang harus kita bangun dengan para imam adalah relasi persaudaraan karena
hati Kristus.
Dalam hasil refleksi para bruder yunior dalam berelasi dengan para imam
semangat persaudaraan selalu ditempatkan dalam berelasi. Para bruder yunior
menyadari bahwa tidak ada perbedaaan antara bruder dan imam MSC karena
sama-sama adalah MSC. Semuanya dipersatukan sebagai MSC. Kedua-duanya
harus saling mendukung dan bekerja sama dalam melayani umat. Dalam proses
pembinaan inilah maka sikap sebagai satu saudara perlu ditanamkan benar-benar
kepada para bruder MSC agar tidak merasa kecil hati jika suatu saat bersamasama dalam komunitas.
Para yunior bruder MSC dalam pembinaan dibekali dengan aspek-aspek
hidup doa, komunitas, karya dan kaul-kaul. Dengan kata lain, baik dari segi
jasmani dan rohani dibekali agar dalam berhadapan dengan tantangan dalam
pelayanan mampu untuk mengatasinya. Dalam hasil refleksi para bruder yunior,
penulis menemukan bahwa semua aspek ini sudah dijalankan tetapi kiranya perlu
ditingkatkan lagi dan dikembangan lagi sehingga tindakan dan perbuatan selaras
dengan semangat yang menjiwai tarekat yaitu spiritualitas hati.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
Berbicara soal pembinaan kiranya tidak terlepas juga dari staf pembina
sebagai pemberi dasar bagi subjek bina. Maka dari itu kiranya dalam program
pembinaan para pembina haruslah profesional di bidangnya. Para pembina
haruslah mempunyai program pembinaan yang baku selain itu mempunyai
keteladanan hidup yang baik. Para pembina diharapkan mampu memberikan
pemahaman-pemahaman tentang spiritualitas yang telah dihayati selain itu juga
mampu mengarahkan para subjek bina untuk mampu berefleksi terhadap situasi
hidup yang dialami.
Akhirnya penulis menyadari bahwa pembinaan terus menerus (on going
formation) harus diterapkan kepada setiap bruder MSC, sehingga pribadi dapat
semakin berkembang dan diperbaharui agar dapat menyerupai hati Kristus.
B. Saran
Ada beberapa saran yang penulis sampaikan dibawah ini :
1. Dalam mengupayakan pembinaan yang integral, team pembina perlu
mengupayakan program pembinaan yang baku dan berkesinambungan.
2. Supaya spiritualitas tarekat mampu dipahami dan dihayati dan kelak dapat
dilakasanakan dalam pelayanan, perlu adanya tenaga yang profesional di
bidangnya.
3. Pembinaan yang terus menerus (on going formation) harus menjadi perhatian
team pembina dan para bruder yunior terutama dalam mengembangkan hidup
rohani dan pribadi yang utuh. Dengan terus digali dan diasah maka akan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
menumbuhkan kepekaan batin untuk selalu menghadirkan Kristus sebagai
model dalam pelayanan.
Kesimpulan dan saran dalam penulisan skripsi ini perlu dikembangkan lagi
dengan melihat situasi dan kondisi yang ada agar semakin lebih baik agar
spiritualitas hati semakin meresap dan dikembangkan dalam seluruh pelayanan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
DAFTAR PUSTAKA
Agudo, Philomena. (1989). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta : Kanisius.
Cuskelly, E.J. (1975). Jules Chevalier Man With A Mission. Rome. Casa
Generalizia Missionari Del Sacro Coure. Stampa : A.C.Grafiche Citta Di
Castello.
Darminta, J. (1983). Religius dan Pembaharuan Hidup. Kanisius : Yogyakarta.
_________. (1995). Hidup Religius hidup Gerakan Roh. Yogyakarta : Kanisius.
_________. (1995). Mistik devosi, dan Hidup Rohani. Yogyakarta : Kanisius.
_________. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta : Kanisius.
_________. (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta : Kanisius.
_________. (2009). Anak Allah-Anak Ketabahan. Girisonta-Pusat Spiritualitas.
Diktat untuk mahasiswa.
Haring, Bernard (2002). Hati Kudus Yesus Kemarin Hari Ini Selama-lamanya.
Jakarta : Obor.
Harjawiyata, Frans. (1979). Bentuk-bentuk Hidup Religius. Yogyakarta :
Kanisius.
Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta : Cipta loka Caraka.
Jacob Tom. (1980). Berbagai Macam Kharisma dalam Satu Roh. Yogyakarta :
Kanisius.
_________. (1987). Hidup Membiara Makna dan Tantangannya. Yogyakarta :
Kanisius.
Keulers. C. MSC. (1980). Jules Chevalier, Sebuah Riwayat Hidup. Para Puteri
Bunda Hati Kudus Provinsi Jawa. Penterjemah)
Kitab Hukum Kanonik. (2006). Edisi Resmi Bahasa Indonesia. Diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II.
Komisi Spiritualitas Provinsi MSC. (2002). Beberapa Pemikiran tentang
Spiritualitas Hati. Jakarta.
_________. (2004). Hati Kudus Yesus Merangkul segalanya, Jawaban Atas
Segalanya.
_________.(2004). Berjalan Bersama Jules Chevalier.
_________. (2004). Siapa yang akan Kuutus.
Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Lembaga Hidup Kerasulan.
(1991). (Marcel Beding penterjemah). Pedoman-Pedoman Pembinaan
dalam Lembaga-lembaga Religius. Bogor : Grafika Mardi Yuana.
Konsili Vatikan II (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta : Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).
Konstitusi dan Statuta MSC. (2000). Rome. General house.
Kwakman Hans. MSC. (2013). Spiritualitas Hati Untuk Masa Kini. Manado.
Percikan Hati.
LAI. (1976). ALKITAB (dengan teks Deuterokanonika). Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia dan Lembaga Blibika Indonesia.
Mangkey, Johanis. (2006). Jejak Sentuhan-Sentuhan Kemanusiaan. Komsos
Provinsialat MSC Indonesia ; Jakarta Pusat.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Cetakan I.
Yogyakarta : Kanisius.
_________. (2005). Religiositas, Agama & Spiritualitas. Yogyakarta :
Kanisius.
Mardi Prasetyo, F. SJ. (2001). Tinjauan Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti.
Yogyakarta : Kanisius.
Mayfield, Sue. (2009). Exploring Prayer Panduan Menjelajahi Doa. Yogyakarta :
Kanisius.
Njiolah, Hendrik. (2004). Panduan Persiapan Pengikraran Kaul: KEMURNIANKEMISKINAN-KETAATAN. Jogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama.
Panitia Spiritualitas Koptari. (2008). Landasan Hidup Berkomunitas. Yogyakarta :
Kanisius.
_________. (2008). Komunitas dan Karya. Yogyakarta :
Kanisius.
Pusat Spiritualitas Girisonta. Metode Membaca Konstitusi.
Provinsialat MSC. (1997). Pedoman Pembinaan Provinsi MSC Indonesia.
Suharsimi Arikunto, Prof, Dr. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Sudiarja, A dan Bagus Laksana, A. Editor (2003). Berenang Di Arus Zaman.
Kanisius : Yogyakarta.
Suparno, Paul SJ. (2007). Krisis Dalam Hidup Membiara. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Tostain Jean. (1997). Pater Jules Chevalier Siapakah Dia ? Bogor : Gapura.
Yohanes Paulus II. (2011). Vita Consecrata (Hidup Bakti). Anjuran Apostolik
tentang Hidup Bakti bagi Para Religius. (R. Hardawiryana, SJ.
Penerjemah). Jakarta : DOKPEN KWI.
Suhendro, Hendrikus. (2011). Retret Spiritualitas Hati. Pohon Cahaya :
Yogyakarta.
Wignyosoemarto, T. (2008). Pedoman Pendalaman Konstitusi Tarekat MSC.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pertanyaan Refleksi untuk Para Bruder Yunior
1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati ?
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini ?
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain ?
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para Imam MSC?
5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa,
hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari?
(1)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil Refleksi Para Bruder Yunior, MSC
---------- Forwarded message ---------From: Fendy Mokili <[email protected]>
Date: 2013-09-18
Subject: apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati
To: "[email protected]" <[email protected]>
1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas Hati?
Spiritualitas hati adalah gaya hidup menurut Hati berdasarkan cara hidup, cara
merasa seperti Yesus kristus. Gaya hidup menurut hati inilah yang dihidupi dalam
menalani hidup sehari-hari bagi mereka yang membaktikan diri dengan sepenuh
hati dalam panggilan khusus entah itu pastor, bruder, suster dan tak tertutup bagi
umat awam yang menggantungkan hidupnya dalam belas kasih Hati Kudus
Yesus. Pusat dari spiritualitas Hati adalah hati Yesus sendiri.
2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam menggereja sekarang ini?
Bruder MSC hadir di tengah gereja dengan suatu gaya hidup menurut Hati yang
tak lepas dari berbagai macam karya pelayanan. Terlebih dalam bidang kategorial
misalnya, sekolah, panti asuhan, perbengkelan, tapi juga dalam pendampingan
iman umat dalam medan karya. Namun lebih dari semua itu peran yang paling
utama adalah menamplkan gaya hidup menurut Hati dengan sungguh-sungguh
sehingga banyak orang yang percaya akan belas Kaish Allah dalam hidup mereka
melalui teladan hidup kita.
3.
Apakah cirri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat
lain?
Bruder MSC dengan gaya hidup menurut Hati itulah yang menghantar kita pada
suatu persaudaraan sejati dalam hidup bersama. Kesiapsediaan secara penuh
dalam menjalankan tugas perutusan dimanapun kita diutus. Dalam semangat cinta
kasih persaudaraan kita hidup bersama dan dalam ketaatan kita menjalankan tugas
yang dipercayakan kepada kita.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Relasi antara imam dan bruder MSC terjalin sangat harmonis dan seiring sejakan
dalam satu spiritualitas. Jabatan di nomorduakan ketika kita hidup dan tinggal
bersama. Kita lebih menekankan MSC dan kita adalah satu MSC. Kita
menghayati bahwa pertama-tama saya dipanggil untuk menjadi biarawan MSC
dan imam MSC, bruder MSC adalah yang kedua.
(2)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5.
Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa,
hidup komunitas, hidup karya, (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari?
Hidup doa sebagai seorang biarawan bruder MSC menjadi harga mati dalam
kehidupan sehari-hari tidak ada tawar menawar. Brevir dan misa setiap hari
menjadi bagian yang utama dalam memulai suatu hari baru. Tentu bersama –
sama dengan komuntas dimana kita berada. Di dalam komunitas kita hidup
dengan menghadirkan kasih Allah sehingga bersama konfrater-konfrater lain kita
bias at home dan merasa nyaman tinggal di dalam komunitas. kaul-kaul yang
dihadapi menjadi rambu-rambu dalam perjalan hidup sebagai seorang biarawan
dalam menanggapi panggilan Tuhan atas diri kita.
---------- Forwarded message ---------From: Bigul Msc <[email protected]>
Date: 2013-09-05
Subject: jawaban
To: [email protected]
1.
Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?
Bagi saya Spiritualitas Hati adalah hidup berdasarkan Hati, Hati yang
sungguh-sungguh bersumber pada Kristus sendiri. Suatu semangat yang
menjiwai seluruh hidup, dimana setiap tindakan dan perbuatan benar-benar
berakar pada Hati yang sungguh-sungguh, seperti Yesus sendiri. Spiritualitas
Hati adalah suatu kepenuhan cinta yang tidak mengharapkan imbalan. Dalam
diri Yesus kepenuhan Hati-Nya sangat terungkap dalam peristiwa sengsara,
dan wafat-Nya. Konstitusi MSC no 10, dikatakan bahwa, sebagai MSC, kita
hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah Bapa yang dinyatakan dalam
Hati Kristus. Kita mau menyerupai Yesus yang mencinta dengan Hati
manusiawi, kita mau mencinta melalui Dia, dan bersama Dia, serta
mewartakan Cinta-Nya kepada dunia. Bagi saya hal menjadi jelas bahwa
Spiritualitas Hati adalah “hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah
Bapa, yang terungkap melalui Yesus Putera-Nya. Mencinta melalui Dia, dan
bersama Dia. Konstutusi MSC no 13, berbicara tentang semangat yang
menjiwai, dengan semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendahan hati dan
kesederhanaan, semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua
orang, teristimewa mereka yang amat miskin.
2.
Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini?
Menjadi saksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dalam diri saya. Saksi
dimana dimensi Yesus sendiri yang menjadi pedoman dan arah hidup.
Kehadiran kita sebagai Bruder MSC harus sungguh-sungguh tanda dan
lambang dimana Dia yang memanggil kita (Bruder) adalah setia.
(3)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.
Apa ciri khas kita sebagai Bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat
lain?
Kesetiaan pada hidup doa. Kehadiran serta tindakan dan perbuatan kita,
sebagai salah satu hal yang dapat mengingatkan para Imam akan hakikat kita
sebagai MSC.
4.
Bagaimana relasi anda sebagai Bruder MSC dengan para Imam MSC?
Membangun nilai konfraternitas sebagai MSC, meskipun berbeda fungsi.
Adanya kesadaran dalam diri diri saya bahwa kita adalah MSC, bukan saya
sebagai Bruder atau Pastor. Hal ini yang mendukung bagi saya untuk mampu
hidup bersama dengan konfrater saya. Hal lain juga adalah kemampuan untuk
menerima dan mensyukuri segala perbedaan yang ada.
5.
Bagaimana anda sebagai Bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa,
hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari?
Selalu membangun kesadaran dalam diri bahwa saya adalah MSC, yang
membaktikan diri pada Hati Kudus. Baik hidup doa, komunitas, karya, hidup
kaul menjadi suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Bagi saya semuanya saling mengandaikan dan saling mendukung.
Dalam kehidupan karya dan komunitas, kaul menjadi dasar yang mendorong
seluruh tindakan.
---------- Forwarded message ---------From: yerinto penteno <[email protected]>
Date: 2013-09-14
Subject: refleksi
To: Yohanis Yanni Wati <[email protected]>
1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?
Yang saya pahami, spiritualitas hati yaitu semangat yang menjiwai kita
sebagai Misionaris Hati Kudus. Dengan bersumber pada hati Yesus yang muda
tergerak oleh belaskasihan, berbela rasa untuk kaum kecil, dan juga hati yang
terbuka untuk kita semua.
(4)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini?
Saya merasa kita telah berperan banyak dalam hidup menggereja dimasa
sekarang ini. Dimana banyak hal telah kita buat baik itu memberdayakan orang
(umat), memberikan diri kita menjadi bak sampah untuk orang lain dan,tentunya
menjadi pendengar bagi mereka yang ingin di dengarkan. Mungkin dikalangan
kita sebagai Biarawan Bruder belum nampak dikalangan masyarakat pada
umumnya namun saya yakin, kita telah berbuat banyak meskipun itu kecil dan
tersembunyi dikalangan masyarakat.
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain?
Sejauh ini, saya belum temukan ciri khas kita yang lebih menonjol sebagai
Bruder MSC, namun ciri kita yang khas sebagai MSC yakni nilai persaudaraan
yang akrab satu sama lain dan sence of humor ini menjadi ke khasan kita sebagai
MSC. sebagai MSC ini saya rasakan dikalangan kita sebagai MSC. Namun satu
kebanggaan bagi saya sebagai Bruder MSC, mendengar ungkapan, sharing dari
para konfrater Bruder tentang pengalaman karya baik itu karya yang diemban atau
studi yang dipercayakan, memberikaan wawasan atau cara pandang saya tentang
Bruder kedepan dan ini memotifasi saya untuk melihat kualitas diri saya yang
berguna untuk diri, Tarekat, dan Gereja.
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Tentunya saya belum lama menjadi seorang Biarawan MSC dan belum
banyak mengalami perjumpaan dengan para konfrater lainnya, relasi saya dengan
para konfrater terlebih para pastor sejauh ini terjalin baik bahkan sangat baik.
Prinsip saya saat menjadi Biarawan MSC yakni baik Bruder maupun Pastor
mereka adalah saudara saya. Tentunya bayak perbedaan yang mencolok
dikalangan umat dan masyarakat secara luas namun kiranya jangan di kalangan
kita sebagai Biarawan MSC.
(5)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Bagaimana anda sebagai Bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa,
hidup komunitas, hidup karya (kerasulan),hidup kaul dalam kehidupan seharihari?
Saya sadari ketika awal masuk menjadi calon Biarawan Bruder MSC, saya
telah diarakan untuk setia mengikuti
doa harian, ekaristi, kunjungan
sakramen,dan Silentium, semua ini wujud doa yang telah saya temukan di tempat
pembinaan, yang tentunya menjadi pegangan, bekal saya sebagai biarawan
dimanapun saya berada. Tentunya tidak mudah juga untuk mempertahankan yang
telah ada terkadang ada alpanya, bolos pun sering, tetapi saya sadari ,bahwa saya
masih manusia namun saya butuh pembaharuan yakni penyadaran diri bahwa saya
Biarawan yang MSC, dan juga ada saudara-saudara saya yang bisa menjadi teman
untuk berbagi pengalaman rohani yang membangun/ memotifasi saya untuk
melihat kembali motifasi awal saya.
Menghidupi ketiga kaul sebagai gaya hidup yang harus dihidupi, saya
sadari setiap hari saya tertantang untuk melihat kualitas diri saya terlebih nilai dari
ketiga kaul ini dalam diri, terlebih saat ini,namun tidak menjadi tolak ukur untuk
memudarkan panggilan saya, saya kembalikan lagi bahwa saya adalah manusia
yang Biarawan.
Hasil refleksi Br. Iben MSC
1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati?
Spiritualitas hati mempunya dua arti kata yang berbeda. Yang menjadi
bahan refleksi saya tentanng spiritualitas hati adalah: Spirit, yang artinya Roh
atau lebih sederhana lagi adalah Roh Kudus. Maka, Roh kudus inilah yang
menjiwai dan menuntut kita, mengubah gaya hidup kita sebagai MSC.
Sedangkan, hati berarti pusat dari segalah kehidupan manusia. Yang, di
dalamnya terdapat kejahatan dan kebaikan kita sebagai manusia lemah.
Biasanya, hati di gunakan sebagai sesuatu yang baik di dalam diri kita.
Misalnya, hati yang mencintai, hati yang rendah hati, hati yang berbelah rasa,
hati yang peduli, hati yang peka serta juga melalui hati, kita bisa berpikir dan
(6)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
bekerja. Sehingga, jika dihubungkan Spiritualitas Hati berarti cara atau gaya
hidup menurut hati.
2. Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini?
Peran kita di dalam hidup menggereja saat ini adalah, sebagai rasul yang
menghidupkan. Bukan dengan cara berkhotbah di dalam Gereja atau di depan
umat tetapi dengan cara memberdayakan umat serta mewarnai kehidupan mereka
dengan semangat yang menjiwai dan membangun kehidupan mereka melalui
kemampuan- kemampuan yang kita miliki. Kehadiran kita di tengah- tengah
hidup menggereja sebagai Bruder MSC, bukan untuk mempimpin misa tetapi
mengangkat kehidupan umat dan menggerakan mereka dengan potensi- potensi
yang kita miliki, baik dengan cara berkatekse di tengah- tengah umat atau pun
melalui bidang pendidikan maupun bidang pertania. Sehingga, dari sini akan
nampak peran kita sebagai bruder MSC di tengah- tengah hidup menggeraja saat
ini.
3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain?
Ciri khas kita sebagai bruder MSC adalah semangat persaudaraan.
Memang, dalam hal ini saya sangat bangga dengan MSC. Karena, sampai saat ini
saya tidak pernah menemukan di tarekat lain. Dan, semangat persaudaraan MSC
di kenal di mana- mana. Apalagi, di saat kita berkumpul atau ada kegiatan
bersama. Masing- masing pribadi dengan keunikan tersendiri. Dan, keunikankeunikan ini muncul dengan melahirkan jiwa- jiwa humoris di antara kita. Hal ini
juga, yang di tekankan di dalam konstitusi kita. Salah satu hal yang saya
banggakan dari MSC/ Bruder, tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Bahkan
yang tua lebih senang bertemu dengan yang muda bahkan bersharing seperti
teman seangkatan. Hal ini, yang membuat saya merasa lebih dekat, lebih enjoy
dan terasa lebih akrab.
(7)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC?
Sejauh ini, relasi saya dengan para imam MSC, tidak ada hambatan.
Semuanya berjalan lancar. Membangun relasi dengan para imam, rasanya sangat
mudah dan tidak ada jarak antara saya dengan mereka. Dalam berelasi, saya
selalu menghargai mereka sebagai imam bukan karena malu atau minder tetapi
menghargai mereka sebagai saudara saya sendiri. Yang, membuat saya senang
dan mudah berelasi dengan para imam adalah bisa bercanda dan bersharing
bersama bahkan dari persaudaraan inilah saya bisa belajar banyak hal dari mereka.
Cara saya memahami dan menghayati hidup Doa saya adalah saya
menggibaratkan sebagai orang
yang haus akan minuman dan lapar akan
makanan. Doa bukanlah suatu aturan atau kewajiban tetapi doa merupakan suatu
kerinduan saya yang mendalam akan Tuhan.
Sampai saat ini, saya menyadari bahwa saya kuat bukan karena saya tetapi
karena doa- doa saya kepada Tuhan. Sering saya merasa tidak mampu dalam
mengerjakan tugas- tugas yang di percayakan kepadaku, tapi,ternyata itu
bisa,sehingga dari pengalaman- pengalaman ini menyadarkan saya bahwa ternyata
doa adalah kekuatan dalam hidupku. Sehingga di dalam situasi maupun keadaan
apapun itu saya berusaha mengambil waktu untuk berdoa karena dengan melalui
doa saya bisa menimbah kekuatan baru. Dengan, melalui hidup doaku yang
semakin kuat, membuat hidup berkomunitasku semakin baik dan semakin
bertanggung jawab. Di dalam hidup berkomunitas saya selalu berusaha untuk ada
bersama dengan konfrater yang lain di saat ada kegiatan komunitas maupun saat
rekreasi bersama. Mungkin, hal ini kelihatan sangat sederhana tetapi bagi saya
sangat bermakna. karena, justru benih- benih persaudaraan dan kekeluargaan serta
kepedulian terhadap konfrater yang lain semakin tumbuh melalui kegiatan
komunitas maupun rekreasi bersama. Kepedulian inilah yang menghatar saya
dalam menjawab hidup panggilan saya sebagai seorang Bruder MSC, dengan
kelebihan dan kekurangan saya. Hal kongrit yang bisa saya lakukan adalah
menjalani tugas- tugas harian saya di dalam komunitas dengan hati yang terbuka
dan penuh tanggung jawab. Saya menyadari, bahwa dengan setiapa tugas yang di
jalani dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab maka terasa semuanya
bisa terselesaikan dengan baik.
(8)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dampak dari pengayatanku ini mengantar saya pada suatu kesadaran
bahwa menjadi Bruder MSC berarti berani untuk menerima tugas yang di
percayakan tarekat, baik itu di tugas yang kecil maupun tugas yang besar.Semua
ini tidak lepas dari kaul ketaatan. Dan, cara saya menghayati kaul-kaul saya
selama ini adalah dengan mencoba menghayati hidup yang sederhana. Hidup
sederhana yang saya maksudkan di sini adalah merawat dan menjaga barangbarang pribadi dan barang- barang komunitas dengan baik. Tidak banyak
menuntut, tetapi lebih banyak melakukan apa yang bisa saya lakukan dan
memakai yang bisa dipakai.
(9)
Download