PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Yohanis Yani Watti NIM: 081124021 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur skripsi ini kupersembahkan kepada Tarekat Hati Kudus Yesus (MSC) iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO “IA HARUS MAKIN BESAR DAN AKU MAKIN KECIL” (Yoh 3:30) “Di dalam Tarekat tidak seorang pun adalah orang asing, tidak seorang pun adalah pendatang, tetapi semua adalah saudara di dalam Hati Kristus” (Jules Chevalier, 1879) v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS”. Penulis memilih judul ini berdasarkan fakta bahwa para bruder yunior adalah tulang punggung dan masa depan tarekat MSC. Dan, mereka diharapkan menjadi pewarta kabar baik dan kegembiraan kepada umat yang dilayani berdasarkan spiritualitas Hati Kudus Yesus. Skripsi ini bertujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan: bagaimana pembinaan para bruder MSC Yunior dalam memahami dan menghayati spiritualitas Hati Kudus Yesus yang menjadi dasar pelayanan nanti? Bagaimana pembinaan untuk masa yunior dalam tarekat MSC? Bagaimana spiritualitas Hati dimengerti dan dihayati oleh para MSC, khususnya bruder yunior? Bagaimana spiritualitas Hati diterapkan dalam pembinaan yunior bruder MSC? Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan penelitian deskriptif analitis dengan mengajukan pertanyaan refleksi yang diberikan kepada para bruder yunior. Permasalahan tersebut dibandingkan dengan gaya hidup Yesus. Artinya, materi tentang gaya hidup Yesus disajikan agar para bruder MSC yunior dapat bercermin dan berpatokan pada Hati Yesus yang terwujud dalam sikap, perkataan, dan perbuatan. Hati Yesus adalah pusat dari spiritualitas Hati maka para bruder yunior yang menghayati spiritualitas Hati diharapkan mempunyai pemahaman yang jelas dan menyeluruh tentang kualitas-kualitas Hati Yesus yaitu lemah lembut, sederhana, rendah hati, berbelas kasih, dan berbelarasa. CerminanHati Yesus itu sesungguhnya menunjukkan cinta Allah Bapa. Pada Hati Yesus para bruder yunior dapat bercermin ketika mereka mewartakan cinta Allah kepada umat. Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana pembinaan yang sudah dilakukan Tarekat MSC kepada para bruder yunior dengan berpatokan pada lima aspek pembinaan, yaitu kemanusiaan, afektif, religius, komunio, dan hidup membiara. Dari hasil refleksi para bruder yunior ditemukan bahwa pemahaman akan spiritualitas Hati sudah baik, namun perlu dikembangkan lagi baik pada sistem pembinaan maupun peserta bina. Pada umumnya, para bruder yunior mampu memahami perannya sebagai bruder dalam pelayanan demi memajukan Gereja sehingga identitas bruder menjadi jelas. Dan, para bruder membutuhkan pembinaan yang berkelanjutan sehingga kemampuan mereka dalam memahami dan menghayati spiritualitas Hati semakin berkembang, terutama mereka mampu menggali kembali spiritualitas Hati Yesus dalam hidup dan pelayanan. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT This thesis entitled “THE FORMATION OF THE JUNIORAT OF THE MSC BROTHERS FOR INSTILLING THE SPIRITUALITY OF THE SACRED HEART OF JESUS”. I chose this title based on the facts that the Junior brothers are the backbone and the future of the MSC congregation. They are supposedly to become ministers of the Good News and - based on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus - to bring happiness to people wherever they are sent. This study will try to answer some questions about: how to guide the MSC Juniorat brothers to understand and to live out the spirituality of the Sacred Heart of Jesus as their foundation for ministry? What kind of formation that is appropriate for Juniorat brothers in MSC congregation? What kind of spirituality of the Sacred Heart of Jesus that is understood and practiced by the MSC Juniorat brothers? How the spirituality of the Sacred Heart of Jesus is applied in the formation of the MSC Juniorat brothers? To answer those questions I used a descriptive analytical research by asking some reflective questions to the MSC Juniorat brothers. Those questions were compared to Jesus’ life. How Jesus lived his life was presented to the MSC Juniorat brothers as they reflected upon Jesus’ life so that the spirituality of Jesus, the spirituality his sacred heart, could be implemented in their attitude, words, and actions. The Heart of Jesus is the center of the spirituality of the Heart. Therefore, the MSC Juniorat brothers need to identify and to know how to internalize the values of the spirituality of the Sacred Heart of Jesus which are humble, gentle, simple, solider and full of compassion. Jesus’ heart is a sign of the love of God. When the Juniorat brothers minister to people they need to reflect the Sacred Heart of Jesus for them. The purpose of this paper is to describe how formation is done for the MSC Juniorat brothers based on the five aspects of the formation which are humanity, affectivity, religious, community, and ministry life. The results of the reflection of the MSC Juniorat brothers found that the comprehension understanding on the spirituality of the Sacred Heart of Jesus is good. Generally, brothers has understood clearly their identity and role in ministering to God’s people and to improve the church. However, the founding reflects that the system and the persons in it need to be improved. The MSC Juniorat brothers need an ongoing formation which can help them to deepen their understanding and ability to live out the spirituality of the Sacred Heart of Jesus, especially in their lives and ministry. ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PEMBINAAN MASA YUNIORAT BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini berkat bantuan dari berbagai pihak.Maka penulis menyampaikan limpah terima kasih dan penghargaan yang setulusnya kepada: 1. Dr. J. Darminta, SJ, selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, pendampingan dan bimbingan kepada penulis dan dengan penuh kesabaran memberikan masukan dan kritikan yang membangun sehingga penulis termotivasi untuk menuangkan ide dalam penulisan skripsi ini. 2. P. Banyu Dewa HS.,S.Ag.,M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu penuh perhatian dan setia dalam mendampingi penulis dari awal studi sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku dosen penguji III yang mendampingi dan memberikan semangat kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. 4. Kaprodi IPPAK-USD Yogyakarta, Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di kampus IPPAK ini dan terima kasih karena memberikan kepercayaan kepada penulis sehingga penulis mampu mengembangkan ilmu yang didapat. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Segenap staf dosen prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan kerelaan hati dan penuh kesabaran telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh proses pendidikan sampai selesainya penulisan skripsi ini. 6. Segenap staf karyawan IPPAK-USD Yogyakarta yang selalu menyapa dan melayani penulis dengan sepenuh hati selama menjalani proses pendidikan sampai menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. P. Benedictus E. Untu MSC, selaku Provinsial MSC Indonesia yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis. 8. P. Yance Mangkey MSC, mantan provinsial MSC yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Prodi IPPAK, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 9. Para bruder yunior (Br. Fendy MSC, Br. Big MSC, Br. Rinto MSC dan Br. Iben MSC) yang dengan penuh kerendahan hati dan selalu siap sedia diminta bantuan terutama bantuannya dalam merefleksikan kehidupnnya sebagai bruder MSC. 10. Konfrater di Komunitas Studi Palagan Yogyakarta yang menjadi teman sekomunitas dalam studi dan hidup sehari-hari. 11. Konfrater dan Postulan di Purworejo yang mendukung dalam setiap kegiatan. 12. Teman-teman angkatan 2008 yang telah berjuang bersama-sama dari awal sampai selesai studi. 13. Kedua Orang tua dan keluarga yang dengan penuh cinta memperhatikan dan mendoakan sampai penulis menyelesaikan studi. xi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................ii HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................iv MOTTO .............................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...............................vii ABSTRAK .........................................................................................................viii ABSTRACT .........................................................................................................ix KATA PENGANTAR ........................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 7 C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 7 D. Manfaat Penulisan ............................................................................................ 7 E. Metode Penulisan ............................................................................................. 8 F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 8 BAB II DINAMIKA MASA YUNIORAT ........................................................... 10 A. PEMBINAAN .................................................................................................. 10 1. Pengertian Pembinaan ................................................................................. 10 2. Tujuan Pembinaan ....................................................................................... 11 B. Tahap-tahap Pembinaan Para Bruder dalam Tarekat MSC.............................. 13 1. Postulat ........................................................................................................ 13 2. Pranovisiat ................................................................................................... 14 3. Novisiat ........................................................................................................ 15 4. Yuniorat Bruder ........................................................................................... 17 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Kaul Kekal ................................................................................................... 18 C. Pembinaan Yuniorat Bruder MSC ................................................................... 19 1. Hidup Kemanusiaan ................................................................................ 20 2. Hidup Afektif .......................................................................................... 21 3. Hidup Religius ........................................................................................ 22 4. Hidup Komunitas .................................................................................... 22 5. Hidup Membiara ..................................................................................... 23 D. Tantangan-Tantangan dalam Pembinaan ......................................................... 26 1. Budaya ......................................................................................................... 26 2. Hidup dalam Zaman Modern ....................................................................... 27 3. Keluarga ....................................................................................................... 28 4. Pribadi .......................................................................................................... 29 E. Pergulatan dalam Pembinaan YuniorBruder MSC .......................................... 30 1. Program Pembinaan Belum Efektif ............................................................. 30 2. Kurangnya Tenaga Pembina ........................................................................ 32 3. Pengintegrasian Antara Pembinaan dan Karya............................................ 33 F. Upaya Mengatasi Tantangan-Tantangan dalam Pembinaan ............................ 34 1. Pembinaan Bercorak Religius Misioner ...................................................... 34 2. Pembinaan Suatu Proses Interaksi Personal ................................................ 35 3. Pembinaan Pendampingan Personal ............................................................ 35 4. Pembinaan Dialog Partisipatif ..................................................................... 36 5. Pembinaan Kontekstual-Transformatif ........................................................ 37 BAB III SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DALAM TAREKAT MSC ..................................................................................... 38 A. Tarekat Hati Kudus Yesus ................................................................................ 38 1. Pendiri Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus ........................................... 38 2. Sejarah Berdirinya Tarekat MSC................................................................. 41 3. Makna Nama MSC ...................................................................................... 42 B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus......................................................................... 44 1. Pengertian Hati ........................................................................................... 44 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Hati dalam Kitab Suci ............................................................................ 44 b. Hati Kudus Yesus .................................................................................. 46 2. Pengertian Spiritualitas ................................................................................ 47 a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci ....................................................... 49 b. Spiritualitas Hati Menurut MSC ............................................................ 50 3. Spiritualitas Tarekat MSC Menurut Konstitusi ........................................... 52 a. Hidup Doa ............................................................................................ 52 b. Hidup akan Penghayatan Kaul-kaul ..................................................... 54 1) Kaul Ketaatan .................................................................................. 54 2) Kaul Kemiskinan ............................................................................. 56 3) Kaul Kemurnian ............................................................................... 58 c. Hidup Komunitas.................................................................................. 59 d. Karya Kerasulan ................................................................................... 60 e. Kepemimpinan ..................................................................................... 61 f. Harta Benda .......................................................................................... 62 g. Pembinaan ............................................................................................ 64 4. Spiritualitas Hati dalam Hidup MSC ........................................................... 64 C. Spiritualitas Hati dalam Panggilan Hidup Bruder MSC .................................. 67 1. Hidup Religius ............................................................................................ 67 2. Hidup Kenabian .......................................................................................... 68 3. Hidup Mistikus ........................................................................................... 69 BAB IV PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM PEMBINAAN YUNIORAT BRUDER MSC ...................................... 71 A. Latar Belakang Pengamatan ............................................................................. 71 B. Tujuan pengamatan .......................................................................................... 72 C. Jenis Pengamatan ............................................................................................. 73 D. Responden pengamatan .................................................................................... 73 E. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Pengamatan ................................................. 73 F. Pertanyaan Refleksi .......................................................................................... 74 G. Hasil Refleksi ................................................................................................... 74 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI H. Pembahasan Refleksi ........................................................................................ 84 I. Harapan-harapan .............................................................................................. 87 BAB V PENUTUP ................................................................................................ 89 A. Kesimpulan ...................................................................................................... 89 B. Saran ................................................................................................................ 92 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 94 LAMPIRAN .......................................................................................................... 96 Pertanyaan Refleksi untuk Para Bruder Yunior .................................................... (1) Hasil Refleksi Bruder Yunior, MSC ..................................................................... (2) xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Mat : Matius Mrk : Markus Luk : Lukas Yoh : Yohanes Kis : Kisah Para Rasul Rom : Roma 1 kor : 1 Korintus Ef : Efesus Fil : Filipi Ibr : Ibrani Yeh : Yehezkiel B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), 25 Januari 1983. ET : Evangelica Testificatio, Petujuk Tentang Pembaharuan Hidup Religius, 29 Juni 1971. VC : Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Hidup Bakti Bagi Para Religius, 25 maret 1996. GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965 PDV : Pastores Dabo Vobis. Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tentang Pembinaan Imam dalam Situasi Zaman Sekarang, 25 Maret 1992. PC : Perfectae Caritatis, DekritKonsili Vatikan II tentang Pembaharuan Dan Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964. C. Singkatan Lain MSC : Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu (Misionaris Hati Kudus Yesus) SJ : Societas Jesu (Serikat Yesus) Bdk : Bandingkan Kons. : Konstitusi Art. : Artikel No : Nomor PPLR : Pedoman Pedoman Pembinaan Dalam Lembaga-lembaga Religius Hp : Handphone xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembinaan merupakan suatu keharusan dalam setiap tarekat untuk membentuk calon religius. Pembinaan dimaksudkan untuk menanamkan nilainilai atau semangat Kristiani dari Gereja maupun tarekat. Namun bukan hanya menghayati semangat Kristiani yang harus didalami tetapi juga semangat dalam pengabdian dan pelayanan kepada sesama yang harus diajarkan. Pembinaan awal terutama masa yuniorat adalah awal seorang religius memahami dan mampu melaksanakan dalam karyanya. Hidup religius adalah hidup yang dikhususkan dan disucikan untuk Allah. Semuanya dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Allah. Konstitusi Konsili Vatikan II (1993 : 258) dalam dekrit PC, artikel 2 e, berbunyi : “Tujuan hidup religius pertama-tama supaya para anggotanya mengikuti Kristus dan dipersatukan dengan Allah melalui pengikraran nesehatnasehat Injili. Maka perlu dipertimbangkan dengan serius bahwa penyesuaian-penyesuaian yang sebaik mungkin dengan kebutuhankebutuhan zaman kitapun tidak akan memperbuahkan hasil bila tidak dijiwai oleh pembaharuan rohani. Hendaknya pembaharuan rohani itu dalam pengembangan karya-karya di luar pun selalu diutamakan.” Dalam hal ini manusia mendapat panggilan dari Allah untuk mampu mengikuti kehendak-Nya. Manusia menjawab panggilan Allah dengan memulai hidup dalam biara. Hidup membiara merupakan salah satu bentuk hidup yang tetap, untuk mampu mengikuti kehendak Allah dan melaksanakan kehendak-Nya. Hidup membiara juga bertujuan untuk mencapai kesempurnaan. Untuk mencapai kesempurnaan maka perlulah adanya dukungan. Dukungan yang paling utama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 datang dari Allah sendiri. Dukungan dari Allah harus dibalas dengan mencintaiNya dengan sepenuh hati. Menurut Jacob (1980 : 32), hidup membiara yang konkrit adalah ungkapan dan pernyataan semangat Injil dan sekaligus tanggapan konkrit terhadap situasi dan kebutuhan zaman. Sikap dasar adalah sikap Injil sendiri, tetapi sikap dasar itu dikonkritkan dalam cara atau bentuk kehidupan yang sungguh sesuai dengan kebutuhan zaman. Kebutuhan dan situasi zaman itu berganti-ganti terus-menerus. Maka terus-menerus dibutuhkan penyesuaian dan pembaharuan hidup membiara. Dalam hidup membiara setiap ordo/tarekat mempunyai spiritualitas yang dijiwai dalam menjalankan misi perutusannya. Maka setiap anggota tarekat pun harus menjiwai spiritualitas tarekatnya. Spiritualitas tarekat perlu menjadi dasar untuk menyemangati anggotanya dalam menjalankan tugas perutusannya. Semangat yang menjiwai tarekat MSC dalam menjalankan tugas perutusannya terdapat dalam konstitusi dan statuta MSC tahun 2000, bab 2 artikel 6, yang berbunyi: bersama Bapa Pendiri, kita merenungkan Yesus Kristus, yang bersatu dengan Bapa-Nya dalam ikatan cinta kasih dan kepercayaan. Dipenuhi oleh Roh Kudus, Yesus mengucap syukur kepada Bapa-Nya sebab Ia telah menyatakan diri-Nya kepada orang-orang kecil karena Dia adalah hamba-Nya yang amat melibatkan diri dengan kaum miskin dan berdosa. Dengan kata-kata Pater Chevalier “Ia bahagia kalau Ia dapat mencurahkan kelembutan hati-Nya kepada kaum kecil dan miskin kepada mereka yang menderita dan berdosa kepada umat manusia dalam segala macam kesengsaraan-Nya. Bila melihat kemalangan apapun Hati-Nya tergerak oleh belaskasih. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 Semangat Bapa pendiri ini yang menjiwai setiap anggota MSC dalam menjalankan tugas perutusannya. Warisan ini terus dikembangkan sampai dengan zaman sekarang ini. Maka kiranya semangat ini juga harus diwarisi oleh para anggota MSC khusunya mereka yang masih dalam pembinaan. Di tengah zaman yang terus berubah ini kiranya semangat atau spiritualitas tarekat perlu disesuaikan juga dengan situasi, agar pembinaan sekarang dan dulu tetap sama dalam penghayatan spiritualitasnya sehingga tidak ada perbedaan pandangan tentang spiritualitas tarekat dan nilai yang diperjuangkan sama. Spiritualitas hati bukanlah hanya milik satu tarekat saja, tetapi spiritualitas hati telah berkembang sejak abad ke dua puluh. Kapitel umum MSC tahun 1999 menyatakan bahwa anugerah berharga yang dapat disumbangkan tarekat kepada Gereja dan masyarakat dalam milenium baru ialah kesaksiannya tentang spiritualitas hati. Berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas hati itu bergerak dari dalam yaitu dari dalam “Hati” yakni dari inti kepribadian Allah, Kristus, sesama dan dunia dan diri kita sendiri. Tarekat MSC merupakan tarekat religius yang diharapkan ambil bagian dalam menyebarkan cinta Allah kepada manusia lewat spiritualitas hati-Nya. Kapitel umum tarekat MSC pada bulan Mei 1972 mengeluarkan surat umum kepada setiap anggota tarekat untuk memahami misinya bukan untuk menyebarkan devosi kepada Hati Kudus melainkan spiritualitas hati. Surat tersebut mencatat bahwa kata “Hati” harus dimengerti dalam arti biblis sebagai Hati Allah, Hati Kristus dan Hati manusia. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 Untuk mampu menyebarkan spiritualitas hati diperlukan orang-orang yang sungguh-sungguh mempunyai hati yang peduli, berbela rasa dan prihatin terhadap perkembangan zaman. Hal ini bisa diperoleh lewat ikatan yang mesra dengan Allah. Dengan kata lain bahwa seseorang itu harus mampu mencintai Allah dengan hati yang tulus dan terbuka. Untuk mencapai tahap ini dibutuhkan proses yang terus menerus yang diawali dengan pembinaan awal. Pembinaan awal dimaksudkan agar orang itu mampu untuk mengerti, memahami dan melaksanakan dalam kehidupanya sehari-hari dalam hidup bermasyarakat. Dalam pembinaan ini diharapkan spiritualitas hati yang menjadi dasar dalam perutusanya kelak mulai disadari dan dirasakan akan kehadiran-Nya dalam diri. Perlu adanya refleksi terus-menerus untuk menghadirkan hati yang mempunyai semangat berkorban seperti yang telah Yesus wariskan kepada manusia bahwa Ia rela berkorban demi cinta-Nya pada manusia. Yesus telah membuktikan cinta-Nya yang besar kepada Bapa dan manusia dengan taat menerima kematian-Nya di kayu salib untuk keselamatan umat manusia “Di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa menurut kekayaan kasih-Nya yang dilimpahkan kepada kita” (bdk. Ef 1:7-8). Pater Jules Chevalier dalam mendirikan tarekat MSC berusaha untuk mewujudkan visi dan misi Gereja universal dalam mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini dengan menyebarkan spiritualitas hati yang nampak dalam semboyan tarekat MSC “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” (dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia). Spiriualitas hati menjadi sumber untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 membentuk kepribadian dan mentalitas seseorang dalam menyembuhkan penyakit-penyakit zaman seperti acuh tak acuh dalam diri manusia. Segala macam pemahaman mengenai spiritualitas hati kiranya harus mendapat porsi yang cukup dalam pembinaan awal tarekat. Karena spiritualitas hati menjadi dasar dan motivasi dalam menjalani hidup dan karya. Memang pemahaman tidak cukup harus diimbangi dengan penerapan tetapi sebagai pintu masuk hal ini harus diterapkan. Seorang yang dalam pembinaan dalam hal ini pembinaan yuniorat masih diperlukan masukan-masukan dan pengertian yang jelas akan semangat tarekat sehingga dalam pelaksanaan kedua hal tersebut pengertian dan pemahaman menjadi padu. Para MSC termasuk yunior harus mendapat pembinaan yang perlu, baik manusiawi maupun rohani yang terpadu untuk perkembangan pribadi dan orang lain (bdk. Kosn. 2000 : no. 73). Sebagai seorang bruder MSC yang pernah menjalani pembinaan yuniorat merasakan betapa pentinya pemahamaan akan spiritualitas hati diberikan sejak awal sehingga dalam karyanya nanti mampu mengintegralkan niai-nilai spiritualitas hati dengan karyanya di tengah umat dan masyarakat. Spiritualitas hati menjadi motor penggerak dalam berkarya, karena hal ini yang membedakan dengan karya-karya lain artinya ada semangat di belakang dalam karya. Dalam berkarya tidak hanya sekedar yang terpenting umat senang tetapi semangat yang diusung yaitu spiritualitas hati harus masuk juga dalam karya sehingga umat mampu mengikuti keteladanan yang diberikan dan terutama membawa mereka kepada jalan keselamatan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 Di tengah dunia ini yang semakin banyak masalahnya berimbas juga kepada pembinaan. Pembinaan yang mengikuti perkembangan zaman dan mampu mewujudnyatakan program-program pembinaan dengan mengikuti perkembangan zaman akan semakin mudah untuk memahami permasalahan dan mampu menciptakan program yang bermutu dan berguna bukan hanya untuk para peserta bina namun untuk umat pada umumnya. Umat merindukan sosok atau figur yang mampu membantu membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam hal ini perlu dihasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas yang mampu hadir dan memahami umat bukan membebankan umat. Spiritualitas hati adalah salah satu jalan keluar untuk mengatasi masalah. Dengan spiritualitas hati orang akan melihat hati yaitu hati Kristus yang lambungNya ditikam di atas kayu salib mengeluarkan darah dan air (bdk. Yoh 19:34,37). Darah dan air merupakan lambang Yesus memberikan cinta yang besar kepada manusia. Ia menganugerahkan Roh-Nya kepada kita, mencurahkan cinta kasihNya kepada kita (bdk. Kons. No. 9). Menyadari akan pentingnya spiritualitas hati bagi pembinaan MSC muda, penulis mengharapkan para MSC muda khususnya para bruder untuk meningkatkan penghayatan spiritualitas hati yang menjadi inspirasi dalam hidup sebagai MSC dan menjadi motor pengerak dalam karyanya nanti sehingga hal inilah yang membuat penulis merasa tergerak hati untuk menulis tentang “PEMBINAAN MASA YUNIOR BRUDER MSC UNTUK MENGHAYATI SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS” PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 B. RUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang masalah yang ada maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pembinaan untuk masa yunior dalam tarekat MSC ? 2. Bagaimana spiritualitas hati dimengerti dan dihayati oleh para MSC khususnya para yunior bruder MSC ? 3. Bagaimana spiritualitas hati diterapkan dalam pembinaan pada yunior bruder MSC ? C. TUJUAN PENULISAN Penulisan ini bertujuan : 1. Untuk memaparkan pembinaan yang dilakukan dalam tarekat MSC. 2. Untuk mendeskripsikan penghayatan spiritualitas hati yang dilakukan oleh para MSC khususnya yunior bruder MSC. 3. Untuk menemukan hubungan penghayatan spiritualitas hati dengan pembinaan para yunior bruder MSC. D. MANFAAT PENULISAN Manfaat dari penulisan ini adalah : 1. Membantu para pembina untuk menemukan pembinaan yunior bruder MSC sesuai dengan spiritualitas tarekat. 2. Membantu para konfrater MSC khususnya para bruder MSC untuk semakin menghayati spiritualitas tarekat sebagai patokan dalam berkarya dalam hidup. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8 3. Membantu para pembina khususnya yunior untuk menerapkan pembinaan yang berpusat pada spiritualitas tarekat. E. METODE PENULISAN Metode penulisan skripsi ini adalah deskriptif analisis dengan studi kepustakaan. Dengan kata lain penulis mengumpulkan, mengolah dan menganalisis tema-tema, tulisan atau teori-teori yang relevan. Penulis juga mengadakan wawancara dengan para yunior bruder. F. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun sistematika penulisan ini adalah : Bab I : berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II : berisi tentang dinamika masa yuniorat yang meliputi pembinaan, tahap-tahap pembinaan para bruder dalam tarekat MSC, pembinaan yuniorat bruder MSC, tantangan-tantangan dalam pembinaan, pergulatan dalam pembinaan yunior dan upaya mengatasi tantangantantangan dalam pembinaan. Bab III : berisi tentang spiritualitas Hati Kudus Yesus yang meliputi pendiri tarekat MSC, sejarah berdirinya tarekat MSC, makna nama MSC, spiritualitas hati kudus Yesus, pengertian hati, pengertian spiritualitas tarekat MSC, spiritualitas MSC menurut konstitusi, spiritualitas hati PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 dalam hidup MSC dan spiritualitas hati dalam panggilan dan hidup bruder MSC. Bab IV : berisi penghayatan spiritualitas dalam pembinaan masa yuniorat bruder MSC yang meliputi latar belakang pengamatan, tujuan pengamatan, jenis pengamatan, responden pengamatan, waktu, tempat dan pelaksanaan pengamatan, pertanyaan refleksi, hasil refleksi, pembahasan refleksi, harapan-harapan. BAB VI : berisi kesimpulan dan saran PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II DINAMIKA MASA YUNIORAT A. PEMBINAAN 1. Pengertian Pembinaan Menurut Mangunhardjana (1986 : 11-12) pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari kata Inggris training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Sejauh berhubungan dengan pengembangan manusia, pembinaan merupakan bagian dari pendidikan. Namun karena tekanan pengembangan dalam pembinaan berbeda dari pengembangan dalam pendidikan, pembinaan dibedakan dari pendidikan. Sebagaimana dipraktekan dewasa ini, pembinaan menekankan pengembangan manusia dari segi praktis : pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Sedang pendidikan menekankan pengembangan manusia dari segi teoritis : pengembangan pengetahuan dan ilmu. Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang dipraktekan. Tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan demi pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. Dalam pembinaan orang terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap, attitude dan kecakapan, skill. Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki, delearning, berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan menghambat hidup dan kerja dan mempelajari, learning, pengetahuan dan praktek PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya. Kalau dirumuskan dalam bentuk definisi pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani, secara lebih efektif. 2. Tujuan Pembinaan Setiap tarekat mempunyai tujuan dalam pembinaan anggotanya sehingga setiap anggota mengetahui untuk apa dia dibina. Setiap tujuan pasti ada maksud yang akan dicapai, sehingga maksud pembinaannya tidak sia-sia. Dalam Tarekat MSC tujuan pembinaan sesuai dengan Konstitusi Tarekat MSC art. 73 berbunyi : “Para Misionaris Hati Kudus akan mendapat pembinaan apa saja yang perlu demi suatu pertumbuhan manusiawi dan kristiani yang terpadu, baik demi perkembangan mereka pribadi, maupun demi kebaikan orang lain. Pembinaan tersebut hendaknya membantu mereka khususnya untuk memperdalam pembaktian diri mereka dengan segenap hati, memperkuat rasa keterlibatan dalam kelompok mereka, dan mendapat suatu persiapan yang memadai bagi hidup kerasulan mereka”. Berdasarkan Konstitusi Tarekat MSC art. 73 dapat disimpulkan bahwa pembinaan dalam tarekat MSC terbagi dalam tiga dimensi yaitu pertama dimensi manusiawi dan kristiani terpadu, kedua dimensi perkembangan pribadi dan demi kebaikan orang lain dan ketiga dimensi pembaktian religius yang meliputi kaulkaul, komunitas rasuli. Ketiga dimensi ini saling berkaitan dan mendukung dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 upaya untuk menghasilkan pembinaan yang efektif dan terarah. Ketiga dimensi ini dilengkapi dengan pembinaan rohani dan laku tapa serta mempelajari sejarah tarekat beserta konstitusi dan statuta tarekat agar mampu bekerja dan bertanggungjawab dalam karya (kons. 74). Sedangkan dalam buku Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembagalembaga religius (1992:10), artikel 1 tujuan pembinaan adalah : “Pembinaan para calon yang langsung bertujuan untuk memperkenalkan mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari ciri khasnya di dalam Gereja, terutama ditujukan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus melalui Roh, dengan memadukan secara harmoni unsur-unsur rohani, apostolik, doktrinal dan praktis.” Penegasan tentang tujuan utama pembinaan dikatakan dalam buku Pedoman-pedoman Pembinaan dalam Lembaga-lembaga religius (1992:14), artikel 6, berbunyi : “Adapun tujuan utama pembinaan ialah memungkinkan para calon hidup religius dan angota-anggota muda yang sudah berprofesi, pertama-tama menemukan dan kemudian mengasimilasikan dan memperdalam apa yang merupakan jatidiri religius. Hanya dalam keadaan seperti itulah orang yang dipersembahkan kepada Allah dapat terjun ke dalam dunia sebagai saksi yang berarti, berdayaguna lagi setia. Oleh karena itu, tepatlah mengingatkan, pada awal dokumen tentang pembinaan, apa yang ditujukan oleh rahmat hidup bakti religius kepada Gereja.” Dalam hal ini nampak jelas bahwa pembinaan itu menyeluruh dalam setiap dimensi hidup manusia yang berupaya membangun manusia menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, bertangungjawab. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 B. Tahap-tahap Pembinaan Para Bruder dalam Tarekat MSC 1. Postulat Kata postulat berasal dari bahasa latin “postulare” yang berarti “mengajukan permohonan”. Mengajukan permohonan dapat dimengerti sebagai permohonan awal masuk dalam biara dan mengajukan permohonan untuk dibina dalam hidup membiara. Masa pembinaan postulan bruder MSC merupakan suatu masa peralihan dari cara hidup dalam keluarga ke cara hidup dalam biara khususnya memperkenalkan tarekat MSC. Tahap peralihan ini dapat dilihat sebagai tahap peralihan dari hidup di luar masuk ke dalam hidup membiara. Dalam tahap ini calon perlu ditolong dalam upaya untuk memurnikan motivasi untuk menjadi seorang Biarawan. Motivasi si calon sangat memegang peranan untuk pembinaan selanjutnya. Motivasi seseorang untuk memasuki hidup membiara bermacammacam : ada motivasi tidak sadar, motivasi pribadi yang sadar dan motivasi adikodrati (Agudo, 1989:55). Motivasi tidak sadar disebabkan karena pengalaman yang dialami seseorang karena latar belakang keluarga, lingkungan dan juga pengalaman intelektual dan spiritual semua dapat dipakai untuk menjalani panggilan. Namun sulit menegaskan apakah panggilan ini asli atau buatan sendiri saja. Kebutuhan akan rasa aman begitu kuat sehingga kebutuhan ini dijadikan sebagai panggilan. Motivasi tidak sadar ini mempunyai akar pada kebutuhan yang tidak diakui sedih karena kehilangan orang tercinta, perasaan kurang aman, rasa salah, takut akan hukuman Tuhan, cemas untuk menghadapi kenyataan hidup, takut akan beban dalam hidup berkeluarga. Motivasi pribadi yang sadar adalah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 motivasi yang dimiliki si calon karena adanya perkembangan yang matang dari faktor intelektual dan emosional. Motivasi adikodrati adalah motivasi yang dimiliki oleh si calon karena kematangan hidup rohani. Si calon mampu mengembangakan hidup doa dan hubungan pribadinya dengan Tuhan serta mempunyai keinginan untuk melakukan kehendak Tuhan dalam seluruh peristiwa hidupnya. Sedangkan menurut Harjawiyata (1979:16) mengatakan mengenai motivasi ada motivasi utama, ada motivasi samping, ada motivasi baik dan ada motivasi yang tidak dapat dipuji. Perlu disadari juga bahwa setelah menyelesaikan masa pembinaan ini motivasi si calon belum benar-benar murni. Oleh karena itu dalam pembinaan postulat ini motivasi si calon mulai perlu disadarkan dan mulai dimurnikan. Dalam hal ini juga perlu diperhatikan bahwa tiada seorangpun bisa diterima tanpa persiapan yang memadai. 2. Pranovisiat Maksud pranovisiat menurut Konstitusi Tarekat MSC art. 80 dikatakan bahwa maksud pranovisiat adalah untuk membantu para calon dalam menentukan suatu pilihan yang bebas dan masak diantara pelbagai status hidup kristiani yang berbeda-beda, dan untuk memungkinkan komunitas menilai motivasi dan kerelaan si calon untuk hidup religius. Maka calon bruder MSC adalah suatu masa orientasi dan perkenalan diri timbal balik antara calon dan tarekat. Calon perlu mengenal makna hidup bakti pada umumnya dan hidup bakti tarekat MSC pada khusunya, yaitu sejarah, semangat, kharisma dan spiritualitas. Tarekat perlu mengenal calon , yaitu pribadi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 dan latar belakangnya (keluarga dan kebudayaan), sifat dan watak, motivasi dan kemampuannya. Adapun tujuan dari pembinaan pranovis ini adalah agar si calon bertumbuh dan berkembang sehingga makin matang dan utuh, agar calon menjadi pribadi yang makin matang dalam iman dan hidup kerohaniannya, agar calon memiliki landasan yang kokoh dalam mengambil keputusan secara bebas tentang hidup dan panggilannya. 3. Novisiat Novisiat adalah masa yang istimewa untuk mulai masuk dalam kehidupan membiara sebagaimana dihayati dalam tarekat. Dalam pembinaan ini dimulailah hidup religius yang sesungguhnya. Mereka yang menjalani tahap ini di sebut “Novis”. Kata “Novis” berasal dari kata Latin “Novicius” yang berarti : orang baru. Tahap ini mutlak perlu. Seseorang yang mau menjalani hidup membiara harus menjalani masa ini. Biara tempat mereka disebut “Novisiat”. Menurut Heuken (1993:221) selama masa novisiat diharapkan. Para novis tumbuh dalam iman dan cinta kasih akan Tuhan dan sesama manusia, mempelajari dan mulai mengamalkan cita-cita kongregasi yang bersangkutan serta membiasakan diri menjalankan hidup menurut nasehat injil sesuai peraturan yang berlaku dalam Novisiat. Masa novisiat menurut ketentuan gereja sekurang-kurangnya 1 tahun, tetapi terbuka kemungkinan untuk menambah menjadi 2 tahun. Tahun pertama disebut dengan masa kanonik. Dalam tahun ini para novis diajak untuk mendalami tentang kongregasinya apakah cita-citanya sesuai dengan cita-cita kongregasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 (KHK, kanon, 646). Dengan demikian tekanan terletak pada pembentukan hidup religius melalui pendalaman konstitusi dan pendalaman hidup rohani. Sedangkan tahun kedua para novis diajak menghayati cita-cita kongregasi dalam hidup dan karyanya yang kongkrit. Namun ada kongregasi yang hanya menjalankan masa novisiat selama 1 tahun. Untuk tarekat MSC masa novisiat berlaku selama 1 tahun. Sedikit demi sedikit para novis harus belajar melepaskan segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan Kerajaan Allah artinya mereka harus belajar untuk melakuan segala sesuatu yang berhubungan dengan Kerajaan Allah. Mereka harus mempraktekan kerendahan hati, ketaatan, kemiskinan, doa dan persatuan tetap dengan Allah. Novisiat adalah suatu komunitas bina, sebagai masa pembinaan sebagai calon anggota MSC yang telah menyelesaikan masa pembinaan pranovisiat dan mempersiapkan diri untuk profesi pertama. Menurut Konstitusi Tarekat MSC no. 86, maksud utama novisiat adalah Agar menjadi masa inisiasi ke dalam kehidupan, semangat dan tugas perutusan tarekat. Inisiasi ini harus memampukan si novis untuk bertumbuh dalam kedewasaan, mengembangkan suatu kehidupan berdoa yang sungguh, mendalami panggilannya sebagai seorang religius dan memperoleh suatu kepastian tentang kemampuannya untuk menjalani hidup bakti dalam komunitas sebagai seorang Misionaris Hati Kudus. Sedangkan dalam pedoman-pedoman pembinaan dalam lembaga-lembaga religius (1992:43) artikel 45 berbunyi : hidup dalam lembaga dimulai dalam novisiat. Tujuannya ialah agar para novis lebih memahami panggilan ilahi, khusunya yang khas dari lembaga yang bersangkutan, mengalami PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 cara hidup lembaga, serta membentuk budi dan hati dengan semangatnya, dan agar terbuktikan niat serta kecakapan mereka. Selama masa novisiat, para novis akan dibantu dalam menghidupi semangat dan perutusan tarekat selama pengalaman hidup berkomunitas dan terlibat dalam karya kerasulan yang wajar sesuai dengan peraturan-peraturan Gereja dan tarekat. Mereka dibantu dalam hidup doa, studi dan bimbingan pribadi agar mereka semakin mendalami kasih Allah dalam Hati Yesus, bertumbuh dan berkembang dalam persaudaraan dengan Yesus serta mengembangkan rasa keterlibatan dalam hidup berkomunitas, semakin membiasakan diri dengan hidup, sejarah dan semangat bapa pendiri tarekat dan semangat mantap menjadi anggota MSC, mengenal anggota-anggota dan karya-karya MSC. 4. Yuniorat Bruder Yuniorat bruder adalah masa pembinaan selama tiga tahun sesudah profesi pertama yang dijalankan dalam komunitas bina bruder-bruder dan komunitas basis hidup bakti. Yang menjalankan masa yuniorat adalah para bruder yang sudah mengucapkan profesi pertama. Hidup di komunitas yuniorat berbeda dengan dengan hidup di novisiat. Maka para yunior yang baru saja meninggalkan novisiat harus menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, walaupun masih dalam pembinaan. Keadaan baru ini menyangkut hidup bersama dan kerja. Maka para yunior perlu ditolong untuk merefleksikan, mengolah dan mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi, dan juga mereka harus memperdalam pengetahuan-pengetahuan hidup rohaninya. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 Adapun tujuan dari pembinaan yuniorat bruder MSC adalah agar para bruder yunior mendalami semangat serta cara hidup dalam komunitas basis hidup bakti dengan memberikan kesaksian hidup sebagai bruder MSC. Para bruder yunior diharapkan mengembangkan keterlibatannya pada perutusan Gereja partikular dan Gereja setempat. Para bruder yunior diharapkan mengaktualisasikan kemampuan dan mengembangkan karisma-karisma pribadi. Sehubungan dengan masa yuniorat, Mardi Prasetya (1992:298) mengatakan masa yuniorat adalah kelanjutan dari eksperimen dan pendalaman semangat serta cara hidup tarekat sampai calon betul-betul mempunyai sikap mencintai tarekat secara mendalam sehingga pihak tarekat mempunyai cukup alasan untuk menerimanya secara definitif sebagai anggota tarekat dalam profesi kekal. Pembinaan para bruder yunior harus memiliki daya dan kekuatan di dalam diri mereka sendiri yang memberi mereka daya untuk berkembang. Maka para bruder yunior jangan hanya dilihat sebagai objek pembinaan semata. Di dalam diri mereka sudah tertanam benih hidup religius yang sudah cukup berkembang karena sudah melalui tahap novisiat. Maka pembina harus menaruh kepercayaan akan kekuatan-kekuatan yang terpendam di dalam diri para yunior. 5. Kaul Kekal Pengikraran kaul kekal dilaksanakan setelah melewati masa-masa dalam pembinaan atau melewati masa yuniorat. Pengikraran kaul kekal dilaksankan setelah dilihat si calon layak untuk diterima. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 Pengikraran kaul kekal sering disebut sebagai akhir masa pembinaan. Ia sudah menamatkan masa-masa pembinaannya. Ia dianggap sudah dewasa dan mampu mengolah hidup rohaninya. Dalam arti tertentu bisa juga dibenarkan tetapi sebernarnya pengikraran kaul kekal adalah suatu lembaran baru sebagai seorang religius. Ia masih memerlukan pembentukan. Hal ini makin disadari dengan berbagai masalah dunia. Ia harus berhadapan dengan suasana baru di tengahtengah masyarakat dengan pelbagai tantangan-tantangan. J. Darminta (1983:80) mengatakan bahwa, seseorang yang akan mengucapkan kaul kekal dapat dipastikan memang sudah menerima bahwa ketiga nasihat injil itu sungguh merupakan nilai yang tak dapat ditawar lagi bagi hidupnya..dia mampu secara realistis menghayatinya menurut kondisi manusiawinya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa dengan penghayatan ketiga nasihat Injil ini tantangan ke depan semakin banyak, sehingga masih dibutuhkan pembinaan yang berkelanjutan. C. Pembinaan Yuniorat Bruder MSC Pembinaan yuniorat bruder adalah masa kelanjutan pembinaan setelah novisiat. Dalam pembinaan lanjutan ini para bruder dipersiapkan dirinya untuk persiapan kaul kekal dengan meneruskan, memperdalam dan mengembangkan penghargaan dan pertumbuhan dalam pembinaan kemanusiaan, rohani, intelektual, hidup bersama, apostolat dan hidup MSC demi tugas perutusan. Untuk pembinaan lebih efektif maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 1. Hidup Kemanusiaan Menurut J. Darminta (2008 : 33-34) kematangan atau kedewasaan manusiawi berarti orang tahu melaksanakan tanggungjawabnya dengan kompetensi, kebijaksanaan dan keteguhan. Seorang dewasa mampu menilai manusia yang lain, peristiwanya tanpa keraguan dan banyak prasangka serta mampu mengambil keputusan bijaksana. Tanda kebijaksanaan orang mampu mengambil keputusan dengan tidak emosional tanpa memikirkan kesukarankesukaran yang mungkin muncul belakangan. Dengan demikian orang dewasa mampu memutuskan sendiri permasalahan yang dihadapi dan mampu melaksanakan keputusan itu. Belajar dari pengalaman tentang kehidupan adalah modal orang untuk mampu bertahan akan tantangan yang dihadapi. Maka kedewasaan diharapkan memiliki pendidikan yang integral sehingga pencapaiannya harus melalui proses tahap demi tahap. Kedewasaan seseorang tidak langsung jadi tapi harus melalui perjalanan umurnya, perkembangan dan pengalaman hidup. Kedewasaan akan membuat orang untuk berani menghadapi dan mengambil segala tanggungjawab atas tindakan dan perbuatan. Jadi dia bertindak bukan hanya ikut arus saja tetapi karena ada sesuatu yang diperjuangkan dalam hidup. Orang yang memiliki kedewasaan batin akan membuahkan kemerdekaan batin yang merupakan tujuan dari seluruh perjalanan hidup. Dia mengambil keputusan karena diterangi oleh akal dan iman. Dia mampu menggunakan kemerdekaan untuk hal-hal baik terutama untuk mengabdi sesama. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 2. Hidup Afektif Menurut J. Darminta (2008 : 28-29) hidup afektif adalah suasana hati beserta kecenderungan untuk menanggapi diri, hidup keadaan dan peristiwaperistiwa hidup. Landasan dinamika hidup afektif ialah kerinduan manusia. Tetapi landasan hidup manusia ini dapat dibelokan oleh kuasa jahat dan kodrat manusia karena dosa. Hidup afektif akan menimbulkan perasaan-perasaan manusia yaitu menerima atau menolak terhadap apa yang dihadapi. Manusia akan menerima jika membawa keuntungan bagi dirinya dan menolak jika merugikan dirinya. Ini merupakan sifat alamiah manusia. Perasaaan afektif akan memunculkan berbagai keutamaan seperti rasa kagum, syukur, simpati, belaskasih ataupun rasa marah, takut, tak pantas, gentar. Namun semua perasaan itu akan membawa manusia pada pengalaman hidup dan memperkembangan kepribadian dan merupakan sumber kekuatan. Hidup afektif merupakan tempat orang membangun hubungan dengan Allah dan sesama. Hidup afektif yang matang ialah hidup yang selalu terarah kepada kebaikan ilahi . Dalam hidup afektif orang akan teruji kelekatan dan keterpautan kepada Allah demi Allah dan sesama. Dalam hal hidup afektif orang perlu mengatur dan mengolah hidup afektifnya, baik dalam relasi dengan sesama dalam persahabatan maupun dalam permusuhan. Kematangan afektif akan nampak dalam kemampuan untuk mencintai yang harus dicintai dengan benar atau bagaimana mencintai menurut keadaan atau kebutuhan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 3. Hidup Religius Hidup religius pada pokoknya ialah hidup yang mengikatkan diri secara ekskusif kepada Allah. Dimensi ini secara konkrit dihayati dengan cara praksis berdoa. Doa sendiri sebagai sarana pemupukan batin (ET no.45). Lebih dalam lagi berdoa merupakan ungkapan kerinduan cinta untuk bertemu dengan Allah . Praksis berdoa didasarkan oleh kerinduan cinta untuk bertemu dengan Allah (ET no.42). Berdoa merupakan kegiatan orang Allah yang merasakan betapa dirinya sendiri miskin dan tak mampu dari dirinya sendiri berhadapan dengan Allah (ET. No. 43). Berdoa merupakan keberanian untuk percaya dan beriman. Doa berarti mau membangun hidup beriman, hidup menyerahkan diri dengan penuh kepercayaan karena merasakan dan menemukan bahwa Allah kuasa dan sedemikian mencintai sehingga menjadikan kita baik dan utuh (Mrk 7 :37). Maka berdoa merupakan praksis penghayatan hidup religius yang selalu mau terbuka kepada kehendak Allah . Maka dari itu praksis berdoa seperti perayaan Ekaristi, doa harian, doa pribadi maupun doa bersama yang sudah menjadi praksis berdoa dalam hidup religius perlu diperhatikan. Hanya ada satu keselamatan hanya ada satu doa. Selamat berarti semakin bebas dari rasa takut karena semakin mampu hidup dalam kepercayaan . 4. Hidup Komunitas Pada zaman sekarang sangat terasa kebutuhan diantara kaum religius suatu komunitas persaudaraan yang sungguh-sungguh, terlebih dengan dibentuknya komunitas-komunitas kecil (ET.no. 37). Hidup bersama ini dipusatkan pada PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 Kristus. Pembinaan itu sebagian besar tergantung pada mutu komunitas. Komunitas didirikan dan bertahan bukan karena para anggotanya menemukan bahwa mereka berbahagia bersama-sama berkat persamaan pikiran, watak atau sikap, melaikan karena Tuhan telah menghimpun dan mempersatukan mereka oleh pembaktian bersama dan demi tugas perutusan bersama di dalam Gereja.” (PPLR 26). Pada masa sekarang komunitas semakin berusaha untuk meningkatkan cara hidupnya sehingga bisa menjadi komunitas yang semakin cinta akan persaudaraan. Komunitas yang dibangun dalam relasi persaudaraan yang erat akan membuat komunitas itu menjadi hidup dan memiliki semangat kerendahan hati. Dalam komunitas orang belajar saling menerima apa adanya dengan sifat positif dan negatif, perbedaan-perbedaan dan keterbatasan-keterbatasan masing-masing. Tiap anggota ditantang untuk memberikan yang terbaik yang ada padanya (bdk. 1 Kor 12 : 7). Proses pertumbuhan dan perkembangan hidup beriman anggota komunitas tergantung juga pada mutu hidup komunitas. Mutu hidup komunitas pada umumnya merupakan buah dari iklim dan gaya hidup anggotanya. Hal ini bisa dilihat dari semangat persaudaraan, saling menerima, saling pengertian, saling mendukung dan juga dilihat dari cara menghayati hidup kaulnya. 5. Hidup Membiara Dalam hidup membiara penghayatan kaul merupakan inti dari hidup membiara, meskipun tidak seluruhnya. Dasar penghayatan kaul adalah cinta (ET. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 No. 13). Pengalaman mendalam bahwa Allah sedemikian besar cintaNya, sampai memberikan Putera Tunggal-Nya mendorong orang untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, meninggalkan segala-galanya dan taat kepada sabda dan kehendak-Nya. Penghayatan kaul merupakan penghayatan kerohanian ekaristis yaitu hidup syukur atas segala kebaikan dan cinta Tuhan, sehingga orang rela mengorbankan nyawanya untuk Tuhan. Praksis hidup ekaristis dalam hidup sehari-hari adalah penghayatan misteri salib dan kebangkitan Kristus. Kaul kemurnian dimengerti sebagi persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan (ET. No. 15), maka penghayatan kaul kemurnian harus didasarkan pada dua segi hidup religius yaitu kontemplatif dan apostolis. Segi kontemplatif hidup kemurnian dalam mengikuti Kristus ialah memusatkan diri pada kedatangan Kristus dan penyadaran terus menerus akan akhir jaman, karena pada saat itu kepenuhan cinta terlaksana. Kemurnian apostolis merupakan hidup yang memusatkan diri kepada penantian akan hari Tuhan, hari pemenuhan cinta. Dalam VC (88), dikatakan bahwa : “ Tanggapan Hidup Bakti terutama terletak pada penghayatan kemurnian sempurna penuh kegembiraan sebagai kesaksian tentang kekuatan cinta kasih Allah yang nampak pada kelemahan kondisi manusiawi. Kesaksian itu disajikan kepada tiap orang untuk menunjukan bahwa kekuatan cinta kasih Allah dapat melaksanakan hal-hal besar justru dalam konteks cintakasih manusiawi”. Kaul kemiskinan merupakan kesanggupan untuk melayani dengan kemerdekaan cinta. Kemerdekaan dalam cinta ini sering disebut miskin dalam Roh (Mat 5 : 3). Karena itu dia sungguh-sungguh hidup miskin, artinya tidak melekat pada sarana-sarana hidup dan tidak menjadikan sarana ini sebagai tujuan hidup di dunia. Sarana ini hanya sebagai alat untuk pelayanan kepada sesama. Ini PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 menunjukan suatu semangat pelayanan yang sungguh-sungguh hanya ditujukan untuk kemuliaan Kristus dan karya keselamatan Kristus. Oleh karena itu penghayatan kaul kemiskinan berarti harus solider kepada mereka yang miskin dan menderita ketidakadilan. Tantangan lain pada zaman sekarang yakni materialisme yang haus akan harta milik tanpa mengindahkan keperluankeperluan dan penderitaan-penderitaan rakyat yang paling lemah dan tanpa kepedulian manapun terhadap keseimbangan sumber-sumber daya alam. Tanggapan hidup bakti terdapat dalam pengikraran kemiskinan injili yang dapat dihayati dengan pelbagai cara dan sering dicetuskan dalam keterlibatan aktif dalam usaha mengingatkan solidaritas dan cintakasih (VC. 89). Kaul ketaatan merupakan kesanggupan dan kesediaan untuk melaksanakan tuntutan cinta. Ketaatan mempunyai dasar pada Yesus (Bdk Flp 2 :1 -11). Ketaatan pada Kristus adalah jalan menuju kepada Bapa. Ketaatan Yesus kepada Bapa ditunjukan lewat penderitaan-Nya. Derita kepada sesama merupakan ungkapan cinta kepada Allah dan kehendak-Nya. Ketaatan yang menderita membuat orang untuk dekat dengan sesama yang menderita dan teraniaya. Ketaatan ini harus dilandasi dengan semangat cinta artinya mau melakukan apa saja demi orang yang dicintainya. Dalam VC. no. 91 dikatakan bahwa : “Tantangan ketiga bersumber pada faham-faham kebebasan yang menceraikan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar itu dari hubungannya yang hakiki dengan kebenaran dan norma-norma moral..tanggapan yang efektif terhadap situasi itu ialah ketaatan yang merupakan ciri hidup bakti. Dengan cara yang kuat sekali ketaatan itu menampilkan ulang ketaatan Kristus terhadap Bapa dan bertolak dari misteri itu memberi kesaksian, bahwa tidak ada pertentangan antara ketaatan dan kebebasan.” PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 D. Tantangan-tantangan dalam Pembinaan 1. Budaya Indonesia memiliki ragam budaya yang majemuk. Iklim budaya membentuk karakter dari masing-masing orang yang hidup dalam satu kebudayaan. Hal ini membuat karakter orang bisa berbeda karena faktor budaya. Begitupun dalam hidup membiara, setiap individu yang masuk dalam biara membawa budayanya masing-masing. Dalam konteks tarekat MSC, setiap individu yang masuk dalam tarekat MSC berasal dari hampir seluruh pelosok Indonesia, maka secara otomatis ikut membawa budayanya. Dalam hal ini budaya sebenarnya bukan suatu halangan atau hambatan untuk masuk dalam hidup membiara. Dalam GS. Art. 53 dikatakan bahwa budaya itu menyempurnakan dan mengembangkan hidup manusia secara utuh. Dengan demikian budaya juga ikut membantu mengembangkan hidup dalam hidup membiara. Begitupun dalam PPLR no. 89 menunjuk hubungan yang erat antara hidup bakti dan kebudayaan bahwa setiap kebudayaan haruslah diuji, artinya harus dimurnikan dan disembuhkan dari luka-luka dosa. Serentak pula kebijaksanaan yang dikandung oleh kebudayaan-kebudayaan itu telah diungguli, diperkaya dan disempurnakan oleh kebijaksanaan salib. Dalam pengertian ini mau dikatakan bahwa Yesus dan Injil-Nya mengatasi kebudayaan. Yesus mempersatukan setiap orang dengan berbagai macam latar belakang budayanya. Lalu yang menjadi pertanyaan dimana letak tantangannya ? Koentjaraningrat (2005:VI-VII) membagi tantangan kebudayaan menjadi 7 yaitu, bahasa suku bangsa, kesenian tradisional, teknologi tradisional, sistem-sistem PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 kekerabatan, kesatuan hidup, religi dan kepercayaan. Ini menjadi landasan untuk bisa melihat lebih mudah akan tantangan yang dihadapi dalam hal kebudayaan. Bagi penulis sendiri seperti yang dilihat dalam kehidupan sebagai anggota MSC yang menjadi tantangan dalam hal kebudayaan salah satu contoh adanya strata sosial dalam suatu budaya masyarakat atau tingkatan menurut kasta sehingga tanpa disadari atau disadari mempengaharui kehidupan baik dalam komunitas maupun karya. Memang ini tidak mempengaharui seluruh anggota tetapi berdampak pada sebagian anggota yang berasal dari suku tertentu. 2. Hidup dalam Zaman Modern Generasi muda sekarang ini yang masuk dalam biara adalah generasi modern. Artinya generasi yang hidup dalam suasana atau alam yang serba canggih. Yang sangat menonjol sekarang ini adalah kemajuan teknologi yang serba cepat dan canggih seperti televisi, telepon, hp, internet. Dengan peralatan ini dunia serasa semakin sempit karena dari pelosok manapun di dunia ini bisa kita ketahui lewat televisi dan internet dan kita juga bisa berbicara seakan berhadaphadapan lewat hp. Dengan demikian para biarawan muda yang masuk tarekat tahu akan perangkat-perangkat canggih tersebut. Hal ini membawa dampak pada sifat individualisme menjadi kuat. Dengan adanya alat-alat canggih tersebut anggota akan asyik sendiri dengan barang-barang yang dimilikinya. Hal ini akan berdampak pada kehidupan komunitas. Anggota komunitas tidak akan betah berlama-lama berdoa, yang dipikirkan hanya nonton tv atau internetan ataupun rekreasi komunitas hanya sebentar saja selanjutnya asyik sendiri berbicara dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 orang lain lewat hp. Hal lain yang membawa dampak yaitu menimbulkan budaya instant. Sekarang ini banyak hal serba instant ada makanan dan minuman instant (mie, kopi) yang disajikan cepat. Memang budaya instant bisa membuat orang untuk bisa berpikir dan bekerja cepat namun dalam konteks membiara anggota tarekat tidak mempunyai daya tahan yang kuat dalam menghadapi masalah sehingga cepat-cepat untuk mundur. 3. Keluarga Keluarga adalah dasar dalam membangun iman seseorang dan keluarga juga adalah dasar dalam pembinaan iman sehingga orang bisa tertarik menjadi seorang biarawan. Dalam GS.art. 52, mengatakan melalui pendidikan hendaknya anak-anak dibina sedemikian rupa, sehingga bila nanti sudah dewasa mereka mampu penuh tanggungjawab mengikuti panggilan mereka, juga panggilan hidup bakti serta memilih status hidup mereka. Namun perlu disadari juga bahwa tidak semua keluarga memiliki pengalaman yang membahagiakan sehingga pembinaan iman dalam keluarga berjalan baik. Dan setiap keluarga mempunyai caranya masing-masing dalam membangun imannya. Dalam PDV. art 44 dikatakan, ada kalanya situasi keluarga-keluarga sendiri, tempat timbulnya panggilan-panggilan imam, akan menampilkan tidak sedikit kelemahan bahkan kadang-kadang kekurangan yang cukup serius. Sebagai contoh ada yunior yang diijinkan untuk berlibur ke rumah orang tuanya tapi sekembalinya dari liburan menghadapi dilema karena tidak tahan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29 melihat kehidupan keluarga maka mengambil jalan untuk keluar dari biara. Dalam hal ini memang perlu dilihat lagi permasalahannya tetapi bukan menjadi alasan untuk keluar meninggalkan biara. Keluarga memang masih bisa menjadi tantangan dalam hidup membiara apabila keluarga mendapat masalah. 4. Pribadi Pribadi dari setiap anggota tarekat mempunyai karakter yang berbedabeda. Hal ini disebabkan karena anggota tarekat berasal dari budaya yang berbeda dan tumbuh dalam suatu lingkungan yang berbeda. Namun perbedaaan ini bisa diatasi dengan saling mengenal dan memahami budaya serta karakteristik masingmasing orang. Namun dalam hal ini yang mau ditekankan adalah soal identitas diri. Dalam perjalanan panggilannya si calon begitu bersemangat dalam menjalani hidup panggilan terutama sewaktu dibina di novisiat. Banyak hal tentang kehidupan baik jasmani dan rohani diberikan untuk memperkuat panggilan. Namun yang diajarkan di novisiat akan berbeda setelah hidup dalam satu komunitas karya. Di novisiat diajarkan tentang semangat berkorban tetapi dalam komunitas karya kadang mengalami hal yang berbeda sehingga menimbulkan pertentangan, belum lagi menghadapi anggota yang lebih senior yang kurang menunjukan semangat tarekat. Hal-hal semacam ini akan menimbulkan pertanyaan dalam diri dan menimbulkan tantangan mengenai identitas dirinya. Identitas kabur menghasilkan kepribadian tidak menentu, identitas yang tidak diterima berakibat benci akan diri sendiri yang tidak disadari dan pribadi yang bersikap memusuhi orang lain. (Agudo, 1989 : 93). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30 Tantangan yang dihadapi juga adalah merasa tidak mampu menjalankan tugas perutusan tarekat walaupun sudah berusaha sekuat tenaga. Hal seperti ini menimbulkan keraguan dalam diri. Tantangan lain juga jika melihat anggota yang lebih senoir mampu menjalankan tugas perutusan dengan penuh semangat dan kegembiraan sedangkan diri sendiri tidak mampu untuk melakukan seperti annggota yang lain sehingga menimbulkan sifat minder karena tidak sanggup melakukan apa-apa. Tantangan-tantangan seperti ini sering dijumpai dalam diri para anggota yunior karena merasa belum dapat berbuat sesuatu untuk tarekat. E. Pergulatan dalam Pembinaan Yunior Bruder MSC 1. Program Pembinaan Belum Efektif Setiap tempat pembinaan pasti memiliki program pembinaan masingmasing yang disesuaikan dengan keadaan tarekat. Program ini disusun begitu baik dan ada hasil yang nantinya akan dicapai. Program disusun oleh orang-orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman dalam pembinaan. Dalam Konstitusi MSC art. 78 dikatakan bahwa, pemimpin propinsi dan Dewannya akan memandang sebagai salah satu kewajiban mereka yang lebih penting untuk menjamin bahwa program-program pembinaan disusun dengan baik dan isinya sesuai dengan kebutuhan para anggota pada masing-masing tingkat pembinaan mereka. Semua program pembinaan berfungsi untuk mempersiapkan para yunior dalam menghadapi hidup dan permasalahannya. Para yunior diharapkan mampu menjadi orang yang bertanggungjawab, mandiri, sederhana, berbelaskasih terhadap siapa saja. Namun terkadang program yang sudah ada tidak berjalan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31 sebagaimana yang telah dibuat. Ada beberapa kendala yang membuat program tidak berjalan. a. Faktor pertama adalah team pembina. Di bawah akan disampaikan tentang faktor tenaga pembina tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa team pembina juga merupakan satu pergulatan yang besar. Di dalam yuniorat sudah ada team pembina namun team ini tidak berjalan dengan baik karena team yang terbentuk masih memegang jabatan lain sehingga fokus terhadap pembinaan kurang. Waktu untuk pembinaan terbagi-bagi menyebabkan program ada namun belum berjalan baik. b. Faktor kedua adalah faktor jarak antara pembina dan yunior. Tarekat MSC berkarya hampir di semua pulau di Indonesia dengan demikian tidak menutup kemungkinan para bruder yuniorpun diutus dimana tarekat berkarya. Setelah mereka berkarya otomatis mereka berada jauh dari tempat pembinaan yuniorat. Padahal mereka masih dalam pembinaan walaupun setelah mereka dikaryakan yang menjadi pembina adalah pemimpin komunitas setempat. Tidak mudah mempertemukan para yunior yang tersebar untuk mendapat pembinaan bersama-sama. c. Faktor ketiga adalah komunikasi antara bruder yunior yang sedang studi dengan pembina. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dengan kemajuan teknologi semua bisa diatasi namun dalam pembinaan, kemajuan teknologi tidak bisa dipakai semuanya. Misalnya dalam bimbingan tidak hanya cukup lewat Hp (handphone) atau media elektronik lain (email). Si yunior harus behadapan langsung dengan pembina sehingga banyak hal yang bisa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32 diungkapkan. Kontak antara yunior dengan pembina juga kurang. Selama ini jarang pembina datang ke rumah studi ataupun kalau yunior yang pergi ke yuniorat, pembinanya tidak ada ataupun kalau ada bukan maksud untuk bertemu. Dengan kata lain saling menunggu panggilan dari pembina atau pembina menunggu yunior datang. Faktor-faktor di atas merupakan suatu pengalaman yang dialami dan dilihat langsung oleh penulis tentang yuniorat. Hal ini bukan berarti melihat dari segi negatifnya tetapi kiranya menjadi suatu masukan untuk pembina dalam menjalankan programnya agar mampu menjangkau semua yunior. 2. Kurangnya Tenaga Pembina Pembinaan anggota adalah suatu karya yang sangat penting, karena lewat pembinaan maka anggota tarekat akan semakin menjadi orang yang sungguh memahami tarekatnya dan juga anggota akan semakin menjadi orang yang lebih dewasa, matang dan bijaksana. Dalam pembinaan juga diharapkan akan hadirnya orang-orang yang berkualitas dalam menangani karya-karya tarekat. Dalam Konstitusi Tarekat MSC art. 77 dikatakan bahwa, anggota-anggota yang diberi kepercayaan untuk melakssanakan pembinaan pada segala tingkatannya harus sudah berkaul kekal dan diangkat oleh Pemimpin Propinsi bersama Dewan. Mereka dipilih berdasarkan kemampuan dan dipersiapkan secara memadai untuk tugas mereka. Namun pada kenyataanya tidak banyak orang yang mau terlibat dalam pembinaan. Tidak jarang terjadi yang mau tidak mampu tapi yang mampu tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 mau. Sebenarnya masalah ini dapat diatasi karena setiap biarawan mengikrarkan kaul ketaatan maka sudah sepantasnyalah setiap anggota untuk taat pada perutusan tarekat. Namun demikian jika sipembina mampu ia tidak hanya diberi kepercayaan sebagai tenaga pembina. Ia masih harus merangkap jabatan lain misalnya masih menangani karya atau duduk dalam dewan propinsi. Hal ini tidak bisa dihindari karena tidak ada orang lain yang mau. Tugas pembinaan biasanya lebih dihindari daripada dicari. Anggota lebih menghindari untuk menjadi seorang pembina karena merasa tidak mampu. Hal lain juga yaitu ada yang bisa menjadi pembina tetapi mengundurkan diri dari tarekat sehingga makin berkurang anggota untuk menjadi pembina yang handal. Selain itu faktor kejenuhan dalam pembinaan. Karena hanya hal-hal dalam pembinaan yang dihadapi sehingga merasa jenuh. Jika sampai pada titik kejenuhan maka ia akan segera untuk pergi meninggalkan tempat pembinaan dan mencari karya lain. 3. Pengintegrasian antara Pembinaan dan Karya Pembinaan dan karya tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena antara pembinaan dan karya sangat berkaitan. Seorang anggota tarekat sebelum berkarya akan melewati masa-masa pembinaan awal untuk memperkuat diri dan sebagai bekal dalam menghadapi suka duka dalam karya. Dalam Konstitusi Tarekat MSC art. 145.2 mengatakan kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat kita sebagai Tarekat yang dibaktikan kepada karya-karya kerasulan. Itulah sebabnya seluruh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 hidup kita harus diresapi oleh suatu semangat kerasulan, sama seperti seluruh kegiatan kerasulan kita harus dijiwai oleh suatu semangat religius. Pembinaaan hanya bersifat teori saja tetapi praktek sesungguhnya ada dalam karya. Mungkin seorang anggota tarekat dalam pembinaan begitu baik dan bersemangat tetapi setelah terjun dalam karya berubah menjadi orang yang tidak bersemangat dan pesimistis. Hal ini mungkin saja terjadi karena apa yang dialami dan didapatkan dalam pembinaan berbeda dengan yang dialami dalam karya. Belum lagi faktor komunitas yang ikut mempengaharui anggota dalam karya. Komunitas yang baik dan kondusif akan mendukung karya yang baik tapi sebaliknya akan membuat karya dan bahkan anggotanya tidak betah dan mundur dari karya yang dijalani. Maka dalam pembinaan perlu dimasukan program yang menunjang karya tarekat dan mulai melibatkan subjek bina dalam pengenalan akan karya tarekat bisa bisa seperti live-in atau ekspousure. Sehingga anggota tarekat mulai mengenal dari awal yang menjadi karya tarekat sehingga mereka tidak ragu dalam menjalankan karya tarekat setelah berkarya. F. Upaya Mengatasi Tantangan - tantangan dalam Pembinaan 1. Pembinaan Bercorak Religius Misioner Ciri dan corak pembinaan dalam tarekat adalah pembinaan religius. Ciri dan corak religius tersebut dirumuskan secara padat dalam tiga sifat dasar hidup bakti yakni, concecratio-communio-missio. Ciri dan corak religius ini sangat penting dan mendasar sehingga mewarnai seluruh jenjang pembinaan dalam tarekat. Dengan kata lain, corak religius ini yakni keterpaduan antara concecratio- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 communio-missio, tidak hanya berhenti pada pembinaan awal, melainkan secara terus-menerus diperhatikan dan dirumuskan dalam seluruh kehidupan demi tugas perutusan tarekat. 2. Pembinaan Suatu Proses Interaksi Personal Dalam konteks pembinaan religius, upaya pembinaan dalam tarekat merupakan suatu proses interaksi personal bertahap dan berkesinambungan. Maksudnya suatu proses yang memungkinkan adanya perkembangan dan pertumbuhan dalam setiap dimensi pembinaan, kepribadian, kerohanian, intelektual, pastoral komunitas dan ke-MSC-an demi tugas perutusan tarekat. Hal ini berarti bahwa dalam seluruh proses pembinaan setiap tahap/jenjang pembinaan saling melengkapi. Selanjutnya dikatakan bahwa pembinaan suatu proses terjadi dalam suatu interaksi personal. Maksudnya bahwa interaksi tersebut terjadi antara yang membimbing dan yang dibimbing. Menyangkut hal ini Konstitusi Tarekat MSC art. 76 mengatakan proses pembinaan menuntut adanya suatu keikutsertaan aktif dari mereka yang saling dibina, dalam dialog dengan para pembimbing mereka. 3. Pembinaan Pendampingan Personal Pendampingan merupakan pokok yang paling penting dan sentral dalam seluruh proses pembinaan. Gagasan pendampingan, oleh konstitusi dirumuskan secara sederhana bahwa antara yang dibina dengan pembina perlu adanya komunikasi yang baik. Para subjek bina perlu didampangi dengan baik. Salah satu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 cara pendampingan dengan adanya bimbingan rohani. Bimbingan rohani diupayakan agar subjek bina dapat secara intensif mengungkapkan perkembangan rohaninya agar mampu bertahan dalam menjalani hidup membiara. Dalam bimbingan rohani diupayakan juga agar subjek bina mendaptkan kekuatan baru baik jasmani maupun rohani sehingga perkembangan hidupnya berjalan bersama. 4. Pembinaan Dialog Partisipatif Pembinaan bercorak partisipatif maksudnya ialah bahwa seluruh sistem dan proses pembinaan dalam tarekat menuntut adanya suatu tanggungjawab bersama dari para pembina dan yang dibina. Tanggungjawab bersama ini terwujud antara lain dalam hal penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program pembinaan. Dalam hal ini Konstitusi Tarekat MSC art. 76 dengan jelas menegaskan bahwa : Proses pembinaan menuntut adanya suatu keikitsertaan aktif dari mereka yang sedang dibina dalam dialog dengan para pembimbing mereka. Ide tentang tanggungjawab bersama dalam sistem dan proses pembinaan melahirkan gagasan tentang pendampingan personal. Tekanan terutama pada upaya mendampingi para calon atau anggota bina dalam pengalaman hidup rohani, yakni intimitas dengan Allah dan solidaritas dengan sesama sebagai seorang religius dalam terang tugas perutusan tarekat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 5. Pembinaan Kontekstual-Transformatif Konstitusi Tarekat MSC art.77 berbunyi sepanjang seluruh masa pembinaan hendaknya dipelihara hubungan dengan dunia nyata dan lingkungan kultur/budaya para calon/anggota. Konstitusi dengan demikian mengingatkan bahwa pembinaan dalam tarekat MSC bersifat kontekstual dan kultur maksudnya pembinaan para anggota berakar dalam budaya mereka sendiri. Pembinaan harus membantu para anggota mampu mengerti, memahami dan menghargai kultur mereka dalam arti kata yang luas, baik kultur asli maupun kultur modern demi tugas perutusan tarekat. Dalam arti ini juga diharapkan pemahaman tentang kultur secara menyeluruh artinya bukan hanya kultur sendiri yang dimengerti tapi juga mampu belajar untuk memahami kultur oran lain. Pembinaan yang kontekstual harus segera dihubungan dengan coraknya yang transformatif . Disinilah ditemukan aspek misioner dan proses pembinaan. Pembinaan tidak hanya berakar di dalam budaya melainkan juga merubah manusia dan kebudayaannya dari dalam. Dengan kata lain pembinaan pada hakekatnya merupakan suatu proses evangelisasi baik pribadi maupun kelompok. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III SPIRITUALITAS HATI KUDUS YESUS DALAM TAREKAT MSC A. Tarekat Hati Kudus Yesus 1. Pendiri Tarekat Misionaris Hati Kudus Pada tanggal 15 maret 1824 di kota Richelieu, lahirlah seorang anak yang diberi nama Jules Chevalier. Bapaknya bernama Jean Charles Chevalier, ibunya bernama Louise Ory. Jules mempunyai 2 orang kakak, Charles Chevalier dan Louise Chevalier. Beda umur antara kakaknya laki-laki Charles adalah 12 tahun sedangkan kakaknya perempuan Louise adalah 12 tahun. Keluarga Chevalier adalah keluarga miskin namun orang tuanya dibaptis katolik dan menerima sakramen-sakramen sampai mereka meninggal. Jules kecil mendapat pendidikan dan kesalehan dari ibunya. Ia mendidik Jules dengan baik dalam hal nilai-nilai kristiani dan manusiawi. Sebagai contoh ibunya mengajarinya untuk tidak mencuri dan pendidikan itu sangat berhasil. Sebagai contoh suatu hari Jules diajak ibunya ke pasar, di saat ibunya membelakanginya Jules mencuri apel dari seorang pedangang. Sesampai di rumah ketika Jules memakan apel tersebut ibunya melihat buah curiannya, maka ibunya membawa Jules kembali ke pasar dan meminta maaf karena telah mencuri. Ibunya juga mengajarkan hal-hal mengatasi watak yang panas dan galak yang ia warisi dari ayahnya. Ia mulai berani dan tabah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Pada usia 12 tahun, Jules terpaksa meninggalkan dunia anak-anak karena keluarganya miskin. Ayahnya mula-mula berdagang biji-bijian kemudian berjualan roti. Usaha ayahnya tidak berhasil. Pada tanggal 29 Mei 1836, Jules memberitahukan kepada kedua orang tuanya tentang keputusannya untuk menjadi Imam. Ia meminta kepada orang tuanya untuk membawanya ke seminari di Tours. Tetapi ibunya menasehatinya bahwa mereka tidak mampu untuk membiayainya maka ibunya menyarankan untuk bekerja. Dengan berat hati Jules memenuhi perkataan ibunya. Ia mulai bekerja sebagai tukang sepatu. Sejak saat itu Jules menjadi seorang tukang sepatu, namun demikian Jules masih menemukan waktu untuk belajar bahasa Latin dengan bantuan Pastor Parokinya. Walaupun masih belasan tahun namun Jules berusaha untuk mandiri dan mengambil langkah untuk masa depannya. Pada bulan Maret 1841, keluarga Chevalier meninggalkan Richelieu dan pindah ke Vatan dalam propinsi Berry untuk bekerja sebagai penjaga hutan. Ketika berumur 17 tahun terbuka bagi Jules kesempatan untuk masuk Seminari Menengah St. Gaultier dalam Keuskupan Bourges. Hal ini dikarenakan majikan dari ayahnya mandor dari penjaga hutan bersedia menanggung uang sekolah dan asrama Seminari Menengah untuk Jules. Maka keinginan untuk masuk seminari yang diimpikan Jules bisa terwujud. Di Seminari menengah keinginan berelasi dengan teman-temannya dan serentak untuk mengejar cita-citanya diuji secara berat. Pada waktu itu umur Jules 17 tahun sedangkan teman-temannya masih berumur 12 tahun. Karena sudah lama kira-kira 5 tahun Jules tidak bersekolah lagi maka Jules terbelakang dalam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40 pelajaran. Teman-temannya rata-rata setelah tamat Sekolah Dasar langsung melanjutkan ke seminari. Hal lain juga Jules berasal dari daerah yang berbeda dengan teman-temannya. Ia berasal dari Richelieu sedangkan teman-temannya berasal dari Berry. Jules merasa sendirian, sehingga mempengaharui panggilannya dan Jules hampir putus asa dan menyerah karena pergumulannya sangat berat. Seandainya Jules tidak ditahan oleh rektor Seminari maka ia sudah meninggalkan panggilannya. Rektor seminari menahan Jules karena melihat dalam diri Jules seorang calon imam yang baik. Pada umur 22 tahun bulan Oktober 1846 Jules masuk seminari agung di Bourges, ibukota propinsi Berry. Selama 5 tahun di Seminari Tinggi Jules memperlihatkan bakat kepemimpinan. Hal ini dibuktikan dengan kepinteran Jules dalam berelasi dan mempunyai pendirian yang teguh serta berusaha tidak memihak. Di Seminari Jules mengambil inisiatif untuk mendirikan suatu perkumpulan dengan nama “Chevaliers du Sacre Coeur” (Para Ksatria Hati Kudus). Nama ini diambil dari namanya sendiri, namun nama ini menunjukkan semangat seorang Ksatria dalam perjuangan untuk memerangi “penyakit-penyakit jaman’ pasca revolusi Prancis. Di Seminari Jules pernah membaca sebuah bulletin yang diterbitkan oleh Vatikan tentang penyebaran Injil ke tanah misi. Hal ini membuat hati jules tergerak untuk menjadi seorang misionaris. Hal ini begitu kuat dalam dirinya sehingga Jules selalu berkonsultasi dengan Rektor untuk melamar nantinya dalam konggregasi misi untuk menjadi missionaris. Namun keinginan Jules tidak PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 tersampaikan karena Rektor membutuhkan imam-imam seperti Jules untuk mengembangkan Paroki. Namun keinginan kuat dalam diri Jules untuk menjadi missionaris tetap ada. Dan akhirnya pada tanggal 14 Juni 1851 Jules ditahbiskan menjadi seorang Imam. Walaupun pada saat itu Jules ditahbiskan menjadi Imam Projo tetapi hatinya selalu berkobar-kobar untuk menjadi seorang misionaris. 2. Sejarah Berdirinya Tarekat MSC Pada waktu Pater Jules Chevalier masih di seminari Agung ia telah mengangan-agankan tugasnya sebagai seorang pendiri. Malahan Jules sudah memiliki gambaran mengenai tarekat yang akan didirikannya. Pada waktu di seminari Jules sudah mendirikan suatu perkumpulan dengan nama “Ksatriaksatria Hati Kudus”. Setelah Jules ditahbiskan menjadi seorang Imam, perasaan untuk mewujudkan keinginan hatinya semakin besar. Setelah 3 tahun ditahbiskan menjadi Imam, Jules ditugaskan di Issoudun sebuah kota yang tenang yang jaraknya kira-kira 300 km jauhnya dari Paris. Di sana Jules menemukan temannya dari seminari tinggi yaitu Pastor Emile Sebastien Maugenest yang sudah lebih dahulu menjadi Pastor pembantu di Issoudun. Pada akhir november Jules berbicara dengan Maugenest mengenai citacitanya untuk mendirikan sebuah Tarekat Misionaris Hati Kudus di Issoudun. Maugenest langsung mendukung ide tersebut dan menjelang tanggal 8 Desember mereka berdua mengadakan novena untuk memohon restu daru Bunda Maria. Pada tanggal, 8 Desember 1854 lahir sebuah tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus, ketika dogma Maria Tak Bernoda dimaklumkan secara resmi oleh Pius IX, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 permohonan mereka dikabulkan. Tanggal itu oleh Pater Chevalier dijadikan hari berdirinya tarekat MSC. 3. Makna Nama MSC `MSC merupakan kepanjangan dari Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu (bahasa Latin) yang dalam bahasa Indonesia adalah Misionaris Hati Kudus Yesus. Dari arti katanya mau menunjukkan bahwa Tarekat MSC adalah tarekat misionaris yang siap sedia diutus kemanapun di dunia ini. Nama Tarekat MSC dijelaskan dalam Konstitusi dan Statuta tarekat MSC art. 1 dan 2 yang mengatakan, nama Tarekat kita adalah Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus. Kita adalah suatu Tarekat Religius yang membaktikan diri pada karya-karya kerasulan. Kita menjadi anggota dengan mengikrarkan kaul-kaul publik, yakni ketaatan, kemurnian dan kemiskinan sebagai jawaban atas panggilan Allah. Melalui pembaktian diri kepada Tuhan ini, kita mewajibkan diri untuk menghayati semangat Tarekat, mengambil bagian dalam tugas perutusannya dan di dalamnya menjalani hidup kita bersama sebagai saudara, dalam kesetiaan kepada konstitusi ini. Sebagai MSC yang telah membaktikan diri untuk menjadi seorang misionaris dengan kesetiaan dan ketaatan siap sedia diutus kemanapun untuk melayani umat. Tugas perutusan ini harus dijalani dengan keterbukaan dan semangat melayani dengan dilandasi persaudaraan. Dalam menjalankan tugas perutusan ini kesadaran untuk membangun suatu komunitas yang dilandasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 semangat persaudaraan menjadi kunci dalam menghayati kereligiusan sebagai MSC. Sebagai MSC yang mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan kemurnian, kesucian dan ketaatan merupakan ungkapan penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Semua yang dilakukan dan dikerjakan untuk dan demi kemuliaan Tuhan. Sebagai MSC yang berspiritualitas hati sebagai dasar dalam pelayanan mampu menunjukkan semangat hati kepada siapapun yang dijumpai. Semangat untuk berbelarasa kepada yang kecil dan tertindas menjadi salah satu tujuan dalam perutusan. Semangat ini mengikuti Yesus yang diutus untuk memberikan kabar baik kepada orang-orang miskin (Luk 4:18). Keberpihakan kepada yang lemah, miskin dan tertindas inilah yang membuat Pater pendiri Tarekat MSC, Pater Chevalier untuk membentuk kelompok orang yang dengan penuh kesetiaan merelakan segenap jiwa raganya untuk melayani sesama. Gambaran yang menyentuh hati Pater Chevalier adalah gambaran hati Yesus yang mencintai manusia dengan hati manusiawinya. Yesus sebagai Gembala yang baik tidak merelakan domba-domba-Nya untuk hilang dan sesat. Hati-Nya akan tergerak oleh belaskasihan ketika melihat orang banyak sebagai kawanan tanpa gembala (Mat 9:36). Semangat ini yang diharapkan oleh Pater Jules Chevalier menjadi landasan untuk dihayati dan dilaksanakan dalam tugas perutusan sebagai MSC, agar semua orang terinspirasi untuk mampu membantu sesama yang menderita. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 B. Spiritualitas Hati Kudus Yesus 1. Pengertian Hati a. Hati dalam Kitab Suci Kata ‘Hati” sering dipakai dalam Kitab Suci baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Bahasa Ibrani menyebutnya leb, lebab, beten, quereb. Bahasa Ibrani menyebutnya kardia, kolia sedangkan bahasa latin menyebutnya cor, venter, viscere. Namun pada intinya hati adalah istilah antropologis yang mengandung arti harafia dan kiasan. Dalam Perjanjian Lama hati lebih menunjuk pada istilah harafiah yang menunjuk salah satu organ tubuh yang menjadi pusat kekuatan dan kehidupan manusia. Dalam Perjanjian Lama hati dalam arti kiasan lebih luas yaitu sebagai pusat kehidupan manusia baik secara spiritual, intelektual, hakekat batin dan pusat perasaan yang mengandung emosi, kegembiraan, kesedihan, penderitaan dan ketenangan (Yubileum 150 tahun MSC, 2004 : 1). Dalam Perjanjian Baru, kata hati juga dipakai untuk menunjukkan kehidupan fisik seperti organ, tempat kehidupan natural misalnya Luk 21:34 : “"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. “ Kisah Para Rasul 14 ; 17 : “namun Ia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” Namun kata hati dalam Perjanjian Baru lebih dipusatkan pada kehidupan inteletual dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 spiritual. Bahkan lebih jauh hati dilihat sebagai akar hidup religius, tempat dimana Allah berdiam dan daripadaNyalah tingkah laku moral diukur dan ditentukan. Pengertian ini mengartikan bahwa hati adalah pusat hidup manusia. Hati adalah tempat Allah bersemayam. Dalam hatilah terpancar kualitas hidup manusia. Hati adalah pendorong manusia untuk membaharui diri sehingga mampu untuk memberikan makna dan berguna bagi Allah dan sesama. Dalam hatilah kita membangun relasi kejujuran dan ketulusan dengan Allah. Dalam kitab Amsal 4 : 23 mengatakan : “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.” Pada intinya Kitab Suci menggunakan kata hati untuk menunjuk keseluruhan pribadi orang yang meliputi kehidupan batin, afektif serta kehidupan intelektual kognitif. Hati adalah pribadi. (J. Mangkey, 2009 : 14) Pater Jules Chevalier telah menuliskan bahwa hati guru merupakan pusat dimana seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bertemu, titik sentral yang dikelilingi oleh seluruh ajaran kekristenan yang mengitari-Nya, matahari Gereja, inti jiwa-jiwa kita, sumber semua misteri kita, asal-usul semua sakramen Gereja, jaminan bagi rekonsiliasi kita, keselamatan bagi dunia, obat bagi semua penyakit kita. Itulah cara saya memahami devosi kepada Hati Kudus ; ia merangkum segala sesuatu dan merupakan jawaban atas segala sesuatu. (Konstitusi dan statuta Tarekat MSC, hal. 10). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 b. Hati Kudus Yesus Hati Kudus Yesus seringkali digambarkan di dalam kesenian Kristiani sebagai sebuah hati yang terbakar yang berkilau dengan cahaya ilahi, yang terbuka oleh luka tusukan, yang dikelilingi oleh sebuah mahkota duri, dan yang berdarah. Terkadang gambar hati ini diletakkan di depan tubuh Yesus dengan tangannya yang terluka menunjuk pada hati tersebut. Luka-luka dan mahkota duri menjadi kiasan dari apa yang terjadi pada saat penderitaan Yesus hingga Ia wafat, sementara api melambangkan kekuatan perubahan dari cinta kasih. Hati Kudus Yesus adalah lambang dari cinta kasih Kristus yang tanpa batas kepada manusia. Hati Kudus Yesus penuh cinta kepada setiap orang yang mencintai, mengasihi bahkan memusuhinya. HatiNya tidak membeda-bedakan yang kecil, miskin dan menderita. Ia memandang semuanya dengan penuh cinta. Ia pergi masuk keluar kampung, mengajar dan menyembuhkan orang-orang. Ia tidak membiarkan orang-orang yang mengikuti-Nya menderita maka Hati-Nya tergerak oleh belaskasihan (Mat 9:35-35). Melalui belaskasih-Nya yang tak terbatas, Yesus mengarahkan hati kita kepada Allah. Yesus menghendaki agar hati manusia terpusat pada Allah sebagai Bapa, hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk 6:36). Bila hati kita seirama dengan hati Yesus, kita akan mudah mengampuni mereka yang berbuat salah kepada kita dengan hati yang iklas dan terbuka dan menyambut mereka dengan penuh cinta. Paulus dengan jelas memberikan gambaran tentang Hati-Nya dengan berkata : “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kesabaran. (1 Kor 13:4-6). Cinta yang mengalir dari Hati Yesus telah sepenuhnya dipahami oleh para muridNya untuk melaksanakan tugas perutusan di dunia ini. Hati Yesus yang Kudus terus menyapa hati manusia agar manusia mampu mencintai seperti Hati-Nya. Cinta akan Hati-Nya membuka cakrawala berpikir dan merasa dari manusia akan penyelamatan yang telah Allah berikan kepada manusia. Dalam Hati Kudus Yesus menyampaikan betapa Allah sangat mencintai manusia dan dunia. Cinta Hati Kudus Yesus ingin menyentuh dan mengubah kita agar menjadi terang dunia dan umat yang baru. Mereka yang tertangkap oleh cinta Hati Yesus berdukacita atas dosa-dosa dunia yang mendambakan pemulihan (Haring, 2002 : 2). 2. Pengertian Spiritualitas Kata ‘Spiritualitas’ diambil dari bahasa latin yang jika diterjemahkan secara harafiah berarti ‘kerohanian’. Dengan demikian kata ‘Spiritualitas’ dapat diartikan cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya. (Harjawiyata, 1979 : 20), Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu kesalehan, yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah. Selain itu spiritualitas dapat diterapkan pada aneka PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 bentuk kehidupan rohani, misalnya ‘spiritualitas modern’ atau ‘spiritualitas kaum awam’. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese atau usaha melatih diri sendiri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Segi lain adalah mistik sebagai aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah. Askese menandakan jalan dan mistik tujuan hidup keagamaan manusia. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (Spiritus = latin), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Orang yang peka akan mengalami buah kehadiran Roh dalam hatinya (bdk. Rom 8 : 16). (Heuken, SJ, 2002 : 1112), Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini sematamata seperti Tuhan menghendakinya. Untuk mencapainya orang harus semakin mempererat hubungannya dengan Tuhan. Kata spiritualitas sulit dirumuskan arti yang tepat, spritualitas sulit ditangkap. Spiritualitas bukanlah sesuatu yang dirumuskan dengan ketetapan atau ajaran yang singkat. Spiritualitas adalah kebiasaan hidup suatu serikat kebiaraan dan hanya dapat dikenal dan dimengerti dari pengalaman hidup itu sendiri. Hanya secara umum sekali dapat ditunjuk apa yang dimaksudkan dengan spritualitas. Dan memang untuk itulah spiritualitas ditempatkan antara dua pola kehidupan yang konkrit. Dua pola kehidupan itu adalah Injil dan situasi kongkrit.(Jacob, 1980 : 35). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 a. Spiritualitas Hati dalam Kitab Suci Spiritualitas hati menurut Kitab Suci selalu menunjuk pada inti hidup Allah, yaitu Allah yang mencintai manusia tanpa batas. Landasannya bahwa Allha sangat mencintai manusia sehingga Allah tidak berkenan manusia jatuh dalam dosa. Pada perjanjian di Sinai mau menjelaskan bahwa betapa Allah mau mengikat perjanjian yang erat dengan manusia sehingga manusia mempunyai pegangan untuk hidup. Dalam Kitab Keluaran 34:27-28 dikatakan : “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Tuliskanlah segala firman ini, sebab berdasarkan firman ini telah kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan Israel.” Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan Tuhan empat puluh hari empat puluh malam lamanya tidak makan roti dan minum air, dan ia menuliskan pada loh segala perkataan perjanjian, yakni kesepuluh firman.” Kesepuluh perintah Allah adalah hukum yang mengikat perjanjian dengan Tuhan, namun prinsip dasarnya bukan semata-mata demi hukum tapi lebih pada kasih Allah yang tanpa batas kepada manusia sehingga manusia harus menanggapi kasih Allah itu dengan cinta tanpa batas. Cinta Allah lebih dilengkapi dengan kehadiran Putera-Nya ke dunia. Dalam diri Putera-Nya Spiritualitas Hati berpusat. Penjelmaan Allah menjadi manusia mengungkapkan secara jelas bahwa Allah mencintai manusia melalui hati manusiawi Putera-Nya. Seluruh hidup manusia ditarik kepada cinta Bapa. Putera-Nya menjadi manusia dan tinggal bersama manusia merupakan solidaritas Allah kepada manusia. Ia menjadi sama dan senasib dengan manusia. (Yoh 1;14). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 b. Spiritualitas Hati Menurut MSC Spiritualitas hati yang menjadi daya penggerak bagi setiap anggota MSC dalam menjalankan tugas perutusannya merupakan spiritualitas cinta yang berakar dalam rahasia inkarnasi Kristus, sebagai pernyataan cinta Allah kepada manusia. Maksud ini dipertegas dalam Kitab Suci yang mengatakan Sang Sabda telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1: 14). Dalam Konstitusi dan Statuta Tarekat MSC art. 10 dikatakan sebagai Misionaris Hati Kudus kita hidup berdasarkan kepercayaan akan cinta Allah Bapa yang dinyatakan di dalam Hati Kristus. Kita menyerupai Yesus yang mencintai dengan Hati manusia, kita mau mencinta melalui Dia dan bersama Dia serta mewartakan cintaNya kepada dunia. Dalam hal ini Allah yang mencintai manusia melalui hati manusiawi Yesus itu akan mengubah hati manusia kita menjadi hati Ilahi dalam hati kita pula. Dalam Yesuslah kepenuhan semua hati manusia. Menurut Hans Kwakman (2013 : 10) spiritualitas hati bukanlah semacam pintu darurat untuk orang bisa keluar dari hidup kemasyarakatan yang kacau balau atau dari hidup pribadi yang paling stress. Sebaliknya Spiritualitas hati memampukan orang untuk menghadapi tantangan kehidupan sosial dan pribadi secara berani dan terbuka. Spritualitas hati menyediakan ‘bahan bakar’ untuk menguatkan hati dalam perjalanan hidup yang penuh lika-liku. Di pihak lain Kapitel Umum MSC tahun 1999 menyatakan bahwa anugerah paling berharga yang dapat disumbangkan oleh tarekat kepada Gereja dan masyarakat milenium baru ialah kesaksiannya tentang spiritualitas hati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 51 Kita berbicara mengenai spiritualitas hati karena spiritualitas itu mencari apa yang hidup dan bergerak dalam “hati” yakni dalam inti kepribadian Allah, Kristus, sesama, dunia dan dalam diri kita sendiri : keinginan, harapan, kecemasan dan keprihatinan terdalam. Spiritualitas hati berfokus pada concern atau keprihatinan terdalam yang ditentukan dalam hati Allah dan manusia atau yang merupakan dorongan terdalam perkembangan dunia, dibalik semua perkembangan yang nampak di permukaan. Tarekat MSC tidak bisa dilepaskan dari spiritualias hati, karena lewat spiritualitas hati inilah maka tarekat MSC menjadi khas. Kekhasnya terletak pada semangat persaudaraan dalam Hati Kudus Yesus yang diungkapkan dalam semboyan “Ametur Ubique Terrarum Cor Jesu Sacratissimum” (Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh dunia). Secara simbolis Hati dalam spiritulaitas Hati MSC menunjuk pada dua hal penting. Pertama, simbol hati menunjuk pada hati Yesus yang tertikam. Hati Yesus adalah diri Yesus sendiri yang lambungNya ditikam di atas kayu salib sehingga mengeluarkan darah dan air (Yoh 19 : 34). Darah dan air melambangkan cinta yang besar untuk dunia dan umat manusia. Pengorbanan Yesus menunjukkan cinta yang sehabis-habisnya kepada dunia dan manusia. Hati Yesus yang tertikam merupakan sumber kehidupan yang tak kunjung habis. Kedua, simbol hati yang tertikam menunjuk pada kualitas hati Yesus sendiri. Dari hati Yesus yang terbuka itulah, Yesus menanggapi manusia yang miskin dan menderita. Ketika melihat orang yang terusik dan patah hati, Yesus ada bersama mereka (Mat 9:36). Ketika Ia melihat orang buta, lumpuh, tuli maka HatiNya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 52 tergerak oleh belaskasihan (Mrk 8:2). Dengan ini, mau dikatakan bahwa Hati Yesus yang ditombak oleh serdadu menunjuk pada sikap dan perasaan Yesus yang penuh belaskasihan, kelemahlembutan, keberanian, ketaatan dan penyerahan diri kepada kehendak Bapa. Maka Hati Yesus yang terbuka membuka mata hati setiap orang yang memandang kepada-Nya bahwa telah lahir dunia baru, kejahatan telah dikalahkan oleh cinta kasih yang terpancar dari Hati-Nya yang tertikam. 3. Spiritualitas Tarekat MSC menurut Konstitusi a. Hidup Doa Doa adalah ungkapan hati manusia kepada Bapa. Dalam doa kita mendapat semangat untuk memulai dan melaksanakan seluruh aktifitas hidup. Berdoa pada dasarnya pada saat orang mengadakan kontak secara sengaja dengan Allah. Allah dalam iman Kristiani ialah Allah yang bersabda dan menyapa manusia. Allah menyapa manusia agar manusia hidup bersama dengan diri-Nya dengan demikian manusia semakin menyerupai Allah dalam Putra-Nya yaitu hidup dalam penih kasih dan kemerdekaan yang dilandasi dengan kepercayaan (J. Darminta, 1997 : 30). Doa bagi MSC adalah unsur yang tidak dapat tidak harus ada dalam setiap pribadi anggota MSC karena doa menunjang dalam hidup berkomunitas dan dalam tugas perutusan. Bentuk dan waktu berdoa bagi komunitas tergantung dari kesepakatan komunitas tetapi Perayaan Ekaristi adalah yang terutama (Kons. No. 137-138). Perayaan Ekaristi adalah perjumpaan bukan hanya sebagai satu PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 komunitas tetapi lebih jauh sebagai perjumpaan dengan Dia yang telah datang ke dunia, wafat dan bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia. Selain itu sebagai MSC yang perlu dikembangkan agar hidup doa berkembang adalah memeriksa hati nurani setiap hari dengan refleksi, dan sesering menerimakan sakramen tobat, berdevosi kepada Bunda Hati Kudus, berdoa rosario serta mengambil waktu yang sesuai untuk retret tahunan (Kons. No. 139). Hal-hal ini merupakan keharusan dan kewajiban sebagai religius yang membaktikan hidupnya kepada Tuhan. Semangat doa harus bercermin pada Yesus sebagai pendoa ulung. Yesus selalu pergi ke tempat yang sunyi unuk berdoa kepada Bapa-Nya memohon kekuatan (Mrk 1:35). Dalam berdoa Yesus tidak hanya sendirian tapi Ia mengajak para murid-Nya dan orang banyak untuk berdoa (Mat 6:5-13). Selain berdoa bersama, Yesus meminta pengikut-Nya untuk berkumpul dan berdoa dengan berkata “Dimana dua atau tiga orang berkumpul atas nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Yesus selalu ada dan hadir dalam setiap doa yang dipanjatkan. Doa dengan ketulusan hati merupakan kunci hubungan manusia dengan Tuhan, karena dengan hatilah manusia mampu berkata, mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Belajar mengunakan hati dalam hidup doa akan menyadarkan kita akan keindahan dalam berdoa. Hati merupakan pusat hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan Hati, manusia dapat mengungkapkan segala persoalan yang dialami dalam hidup. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 b. Hidup akan Penghayatan Kaul-Kaul 1) Kaul Ketaatan Dewasa ini, kata ketaatan dipakai untuk struktur kepemimpinan dimana ada atasan dan bawahan. Namun dalam hidup religius, ketaatan harus dimengerti dalam hubungan relasi personal dengan Yesus terutama dalam pemberian dan penghampaan diri (Fil 2:5). Penghampaan dan pemberian diri yang total dari Yesus Kristus agar Bapa mengisi dengan maksud dan kehendak-Nya. Bukan kehendak-Nyalah yang terjadi tetapi kehendak Bapa-Nya. Dengan demikian taat berarti berada untuk yang lain, bukan untuk diri sendiri. Dengan demikian ketaatan bukan berarti kuasa tetapi saling berbagi cinta dan kehidupan. Maka ketaatan Yesus berarti mendengarkan kehendak Bapa sampai Yesus mengungkapan dengan penuh kepasrahan diri “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambilah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku tetapi kehendakMulah yang terjadi” (Luk 22:42). Sungguh Aku datang untuk melaksanakan kehendak-Mu (Ibr 10:9). Dengan tegas Yesus mengungkapkan spiritualitas hidupNya yaitu lebih mengutamakan kehendak Allah daripada kehendak sendiri : “Aku tidak mengikuti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku!” (bdk. Yoh 5:30). Dalam Dekrit PC. 14, menegaskan bahwa ketaatan religius merupakan persembahan kepada Allah yang hendak menyelamatkan manusia. Karena itu, hidup patuh atau taat sama sekali tidak mengurangi martabat pribadi manusia melainkan justru membawanya kepada kematangan dan kesempurnaan hidup sebagai hamba Allah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 Dalam Tarekat MSC ketaatan dipahami untuk mengambil bagian dalam semangat ketaatanNya, supaya mampu melayani saudara-saudara dan mengambil bagian dalam tugas perutusan Tarekat dan Gereja. (Kons. No. 38). Kaul ketaatan membuat kita melepaskan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan komunitas. Dengan berkaul kita menempatkan kehendak Allah di atas kepentingan pribadi. Konstitusi nomor 39 menegaskan bahwa kaul ini mengikat para anggota untuk mentaati perintah para pemimpin yang sah dalam segala hal sesuai Konstitusi. Dalam hal ini perintah dari pemimpin selalu dikaitkan dengan tugas perutusan dan bukan perintah atas dasar kemauan pemimpin. Satu keutamaan hati yang mesti dijalankan dalam tugas perutusan sebagai religius adalah kegembiraan dan rasa bahagia dalam menerima dan menjalankan tugas perutusan yang diberikan dengan kebebasan batin. Hal ini menjadikan kita sebagai misionaris sesuai dengan hatiNya menjadikan kita bukan hanya sebagai religius tapi kita adalah religius MSC. Hidup patuh atau taat tidak berarti menolak keinginan pribadi atau bersikap acuh tak acuh terhadap hati nurani. Dengan taat atau patuh orang menempatkan kepentingan pribadi tapi tidak memaksakan keinginan pribadi tersebut, melainkan mengutamakan kehendak Allah dan kepentingan bersama. Selain itu orang yang telah memilih hidup patuh atau taat harus sadar akan pilihan hidupnya bahwa hidup ini tidak mudah dijalani, jika tidak sadar maka akan terseret oleh keinginan pribadi dan akhirnya melanggar kaul ketaatan. Supaya dapat terus bertahan maka orang yang memilih jalan ini harus mempersatukan diri PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan tujuan hidup. Sebab ketaatan religius harus ditujukan kepada kehendak Allah, bukan kepada kehendak manusia sekalipun manusia itu adalah seorang pembesar (Bdk. Kis 4:19 ; 5:29). 2) Kaul Kemiskinan Dalam KHK no. 600 dikatakan bahwa, dengan nasihat injili kemiskinan orang mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya menjadi miskin demi kita. Nasihat injili kemiskinan berarti hidup miskin dalam kenyataan dan dalam semangat, hidup kerja dalam kesederhanaan dan jauh dari kekayaan duniawi; disamping itu membawa-serta ketergantungan dan pembatasan dalam hal penggunaan serta penentuan harta-benda menurut peraturan hukum masingmasing tarekat. Hukum Kanonik tentang kaul kemiskinan menegaskan bahwa motivasi kaul kemiskinan adalah mau mengikuti jejak Kristus yang meskipun kaya namun bersedia menjadi miskin demi keselamatan umat manusia (bdk. 2 Kor 8:9). Kaul kemiskinan mewajibkan untuk hidup miskin baik dalam kenyataan maupun dalam semangat (bdk. Mat 5:3, 19:21). Kaul kemiskinan mewajibkan untuk bekerja dalam kesederhanaan dengan menjauhkan diri dari kekayaan duniawi (bdk. Mat 6:19-21). Kemiskinan bukan hanya dari segi fisiknya tetapi sungguh-sungguh kemiskinan yang total yang hanya tergantung pada Tuhan. Yesus pada masa hidup-Nya juga bukan dari keluarga kaya Ia hanyalah anak seorang tukang kayu (Mrk 6:3) dan anak desa Nazareth yang disepelekan (Yoh 1:46). Yesus memilih PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 hidup di tengah-tengah kemiskinan dan kesederhanaan, dengan cara ini, Ia dekat dengan orang-orang. Yesus sungguh tergantung pada kehendak Bapa, Ia menyerahkan hidup-Nya ke dalam tangan Bapa. Dengan cara ini Ia memanggil kita untuk hidup miskin seperti Dia dengan tidak terikat pada barang-barang duniawi (Kons. No 46). Jawaban kita atas panggilan-Nya diwujudkan dengan mengikrarkan kaul kemiskinan untuk mewujudkan panggilan-Nya dan sungguh-sungguh melayani Allah dan kerajaan-Nya seperti Yesus. Kita sungguh-sungguh melayani-Nya dengan seluruh kemampuan kita baik bakat, waktu dan usaha kita (Kons. No. 47). Sikap lepas bebas yang kita pilih membuat kita bersemangat dalam melayani komunitas dan perutusan yang diberikan pada kita. Kita sebagai MSC mengutamakan kaum miskin dengan senantiasa mencerminkan kesederhanaan yang besar dengan hidup sederhana dan tidak mencari hak-hak keistimewaan kita sebagai religius karena kita sungguh tergantung pada Allah (Kons. No. 49). Dengan hidup miskin atau sederhana kita tetap memberi tempat pada barangbarang duniawi namun tidak mengikat diri pada barang-barang duniawi tersebut. Dengan bersikap lepas bebas terhadap harta benda membuat kita dapat mengabdi Tuahn dengan sepenuh hati. Kaul kemiskinan yang dihayati dengan kegembiraan dan kesederhanaan memampukan kita sebagai MSC mempunyai rasa kepekaaan untuk melayani dan membantu mereka yang perlu mendapat pertolongan baik jasmani dan rohani. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 3) Kaul Kemurniaan Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) no. 599 dikatakan bahwa, nasehat Injili kemurnian yang diterima demi Kerajaan Allah, yang menjadi tanda dunia yang akan datang dan merupakan sumber kesuburan melimpah dalam hati yang tak terbagi membawa serta kewajiban bertarak sempurna dalam selibat Hukum Kanonik tentang kaul kemurnian menegaskan bahwa, kaul kemurnian yang diikrarkan adalah demi kerajaan Allah bukan karena alasan lain (bdk. Mat 19:12), kaul kemurnian merupakan tanda dunia yang akan datang , dimana orang tidak kawin, melainkan hidup sebagai malaikat (bdk. Mat 22:30). Kita sebagai MSC, mengikrarkan kaul kemurniaan untuk mengikuti Yesus bukan semata-mata karena Yesus tidak menikah tetapi untuk mengikuti Yesus dalam tugas perutusan-Nya dan kita menghayati bentuk cinta itu dengan selibat yang dibaktikan (Kons. No. 42). Selibat yang dibaktikan ini bermaksud untuk mencintai Dia dengan hati yang bebas dan tidak terbagi-bagi dan berupaya mencintai sesama kita seperti Yesus mencintai sesama-Nya (Kons. No 43 dan Mrk 12:33) . Penghayatan akan kaul kemurniaan dalam hidup sehari-hari membuat anggota MSC semakin tumbuh dan berkembang dalam hidup rohaninya karena selalu berefleksi serta memotivasi diri untuk mampu menyerupai Dia. Kaul kemurniaan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan karena tidak adanya keterikatan. Kita menjadi orang yang bebas namun bukan bebas berbuat apa saja PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 59 semau kita, tapi kita bebas untuk menjalankan kehendak Allah dan mewartakan Kerajaan Allah ke seluruh dunia. c. Hidup Komunitas Komunitas menjadi tempat dan sarana untuk menghayati hidup religius. Kesatuan dasar Tarekat MSC adalah hidup komunitas yang berintegrasi dengan kehidupan dan tugas perutusan provinsi (Statuta, no. 118). Komunitas yang dibangun bertujuan memajukan semangat persaudaraan bukan hanya diantara anggota-anggotanya tetapi juga dalam relasi dengan orang lain. (Kons. No. 123). Komunitas yang dibangun ini juga harus dilandasi dengan hati yang terbuka untuk menerima siapa saja yang datang, terutama membuka hati untuk Tuhan agar setiap anggota komunitas memberikan pelayanan dan pengabdiannya berdasarkan sabda Tuhan. Injil Matius 13:1-23 dengan tegas mengatakan bahwa bukan benih yang harus menyesuikan dengan jenis tanah hal ini memberikan pengertian bahwa bukan sabda Allah yang harus menyesuikan dengan hati manusia namun hati manusialah yang harus menyesuikan dengan sabda Tuhan. Manusia harus mampu mengubah dirinya agar mampu menerima sabda Tuhan. Cinta Hati Kudus Yesus menjadi terang, penuntun jalan serta menjadi kekuatan dalam membangun hidup komunitas yang berdasarkan sabda Tuhan. Statuta Tarekat MSC nomor 126 menegaskan soal itu bahwa : “Sadar akan tanggungjawabnya atas hidup dan karyanya, komunitas akan bertemu secara teratur untuk membicarakan kehidupan komunitas serta tugas perutusannya. Demi memperkaya kebersamaan sebagai saudara serta memberi terang dan semangat, setiap anggota dengan senang hati akan membagikan pengalamannya di bidang kerasulan dengan saudarasaudaranya.” PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 60 Komunitas yang dibangun berdasarkan semangat persaudaraan adalah salah satu bentuk hidup berkomunitas yang dijalankan dan dihidupi oleh MSC. Semangat persaudaraan yang dilandasi cinta Hati Kudus Yesus membuat orang merasa diterima, didengar dan diperhatikan karena merasa sebagai satu keluarga. d. Karya Kerasulan Karya kerasulan adalah tindakan nyata kepada umat yang dilayani. Lewat karya kerasulan ini orang akan mengenal tarekat tersebut, sehingga bagi MSC kegiatan kerasulan termasuk inti hakekat sebagai tarekat yang membaktikan diri kepada karya-karya kerasulan yang disemangati oleh suatu semangat religius (Kons. No. 145.1). Semangat religius ini menuntut agar komunitas selalu berdasarkan pada terang injil dan kharisma tarekat dan mampu berpikir bijaksana dalam membentuk karya kerasulan baru (Kons. No. 145.2). Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC selalu bertujuan untuk melayani Allah dan sesama dalam terang spiritualitas hati, sehingga identitas keMSC-an nampak dalam karya-karya yang dijalankan. Karya yang dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri tetapi bagi dan demi orang lain. Selain itu karya kerasulan yang dijalankan haruslah sungguh profesional artinya dilakasanakan dan dikerjakan dengan sungguh-sungguh sehingga karya kerasulan itu menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Karya kerasulan yang dijalankan oleh MSC hendaknya didasarkan pada hidup komunitas artinya karya itu diketahui dan dijalankan bersama-sama oleh PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 komunitas (Statuta no. 146). Komunitas menjadi pusat pelayanan atau tempat merefleksikan karya yang dijalankan bersama-sama dengan anggota komunitas. e. Kepemimpinan Jabatan kepemimpinan dalam Tarekat MSC diberikan kepada anggota yang sudah berkaul kekal (Kons. No. 131) dan masa jabatan berlaku selama tiga tahun untuk 2 periode setelah itu harus mendapat ijin dari pemimpin umum (Kons. No. 132). Fungsi utama kepemimpinan dalam tarekat MSC sesuai dengan statuta nomor 133 adalah pertama untuk membimbing dan mengarahkan anggota-anggota komunitas. Dalam pengertian ini seorang pemimpin dalam komunitas bukan hanya main perintah atau sebagai pemantau saja tetapi memberikan waktu untuk komunitas dalam membuat jadwal-jadwal komunitas, pertemuan-pertemuan komunitas, mengagendakan rekoleksi dan retret serta membantu anggota komunitas dalam menyelesaikan masalah. Kedua menjamin suasana hidup yang baik dan suasana iklim yang baik. Artinya pemimpin komunitas bukan menjadi pembawa masalah atau sumber perpecahan, ia harus mampu menjembatani antara anggota komunitas yang muda dan tua dalam hal ini komunikasi. Komunitas sebaik mungkin dihindari dari konflik. Hal yang sangat penting yang harus dilakukan adalah memperhatikan kehidupan rohani komunitas terutama hidup doa dan ekaristi. Karena doa dan ekaristi adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan dan menjadi sumber kekuatan dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ketiga perutusan untuk merasul dalam komunitas. Artinya sebagai komunitas PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 religius yang aktif maka pemimpin komunitas mendorong para anggotanya untuk terjun langsung ke umat. Anggota komunitas harus aktif mengumat sehingga umat mengenal dan terjalin relasi yang baik dengan umat sehingga kehadiran kita bisa membawa kabar baik dan keselamatan bagi orang lain. Pemimpin dalam tarekat MSC adalah sebagai wujud pengabdian yang membangun komunitas dalam karisma tarekat. Ia menjadi jiwa dan penyemangat komunitas dalam menghayati semangat dan kepemimpinan Pater pendiri Jules Chevalier. Ia harus memiliki semangat rendah hati, kelemahlembutan dan kesabaran seperti ungkapan dalam Lukas 22:26-27 yang menyatakan : “...yang terbesar diantara kamu hendaklah menjadi menjadi yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar : yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.” f. Harta Benda Dalam Injil Markus 10 : 21 dikatakan jika ingin mengikuti Aku maka jualah seluruh milik dan bagikan kepada orang-orang miskin kemudian ikutilah Aku. Ungkapan Yesus sangat jelas mau mengatakan bahwa mengikuti Dia harus bebas dari kelekatan harta duniawi dan mampu menyangkal diri. Memang tuntutan Yesus ini tidak berlaku untuk semua orang artinya Yesus mengatakan ini sesuai dengan permintaan orang ini untuk mengikuti Yesus. Dalam arti mengikuti Dia, Yesus menghendaki agar setiap orang yang mengikuti-Nya tidak terhalang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 oleh harta duniawi. Yesus sendiri tidak memandang kekayaan sebagai yang jahat. Ia bukan pula pengagum kemiskinan (Stefen Leks, 2003 : 339). Maka berdasarkan teks di atas dalam hal pemilikan harta benda, Tarekat MSC dalam konstitusinya telah mengaturnya seperti dalam Konstitusi Tarekat MSC nomor 232 mengatakan : dalam hal perolehan, pemilikan, pengelolaan dan pengalihan harta benda duniawi, kita akan tetap setia pada semangat Injil. Demikian juga kita hendaknya sadar akan kesaksian kemiskinan yang sesuai dengan hakekat dan tugas perutusan tarekat. Tarekat berupaya agar harta benda yang dimiliki dikelola dengan baik bukan semata-mata mencari keuntungan tetapi semuanya untuk menunjang kehidupan tarekat dan pelayanan tarekat. Harus disadari bahwa pelayanan kepada anggota dan orang lain membutuhkan uang sehingga tarekat akan membantu anggotanya dalam hal material dan juga demi perutusan, tarekat tidak akan raguragu untuk membagi harta benda kepada mereka umat yang dilayani (Kons. No. 233). Dengan spiritualitas hati yang menjiwai semangat pelayanan setiap anggota MSC, maka kiranya dalam hal harta duniawi bukanlah suatu penghalang dalam pelayanan namun harta dalam hal material menjadi pendukung untuk membangun Gereja dan masyarakat menuju kepada kehisupan beriman yang mantap dan tangguh. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 64 g. Pembinaan Pembinaan adalah pintu masuk untuk mengetahui, mempelajari tentang Tarekat MSC. Setelah mengetahui dan memahami kemudian menerapkan dalam diri pribadi dan orang lain. Setiap anggota Tarekat MSC akan mendapat pembinaan apa saja untuk menunjang pertumbuhan manusiawi dan kristiani yang terpadu (Kons. No. 73). Supaya maksud ini dicapai maka pembinaan rohani dan laku tapa diperkokoh dengan mempelajari hal ikwal tentang Tarekat MSC (Kons. No. 74). Pembinaa bagi Tarekat MSC berlangsung terus menerus (On Going Formation). Tidak ada seorang anggota tarekat yang luput dari pembinaan. Dalam hal pembinaan memang bisa dibagi menjadi 2 bagian. Pertama pembinaan awal yang terdiri dari pranovisiat, novisiat dan masa persiapan kaul kekal kemudian pembinaan lanjut mencakup semua bidang kehidupan religius (Kons. No. 75.2). Tarekat MSC menyediakan semua sarana pembinaan ini agar anggotanya menuju pada keseimbangan jasmani dan rohani dalam mendukung pelayanan. 4. Spiritualitas Hati dalam Hidup MSC Bagi kami MSC, hidup yang disatukan dengan Hati Kristus adalah lebih dari sekedar devosi - itulah inti dari spiritualitas kami. Pada abad ke-19 berbagai macam devosi bertumbuh subur: devosi kepada Hati Maria yang Tak Bernoda, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi kepada Hati Kudus Yesus, dan sebagainya. Ketika kita berpikir tentang suatu devosi, barangkali kita membayangkan sekumpulan tindak-tanduk, seperti berlutut di depan patung salah PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 65 seorang Santo atau Santa, menyalakan lilin, mendaraskan doa dan seseorang dapat mempunyai beberapa devosi. Akan tetapi spiritualitas adalah sesuatu yang lebih dalam: ia bertumbuh dari dalam, dari sebuah visi yang membentuk cara hidup dan dapat diadaptasikan pada pelbagai macam situasi. Walaupun Pater Jules Chevalier (1842-1907) menyebutnya devosi, dari hidupnya dan tulisan-tulisannya nampak nyata bahwa Hati Kristus adalah inti yang utama dari spiritualitasnya. Baginya, "devosi kepada Hati Kudus Yesus" adalah sebuah visi yang menginspirasikan seluruh spiritualitasnya, cara hidupnya dan perutusannya. Sejak masa pendidikannya di seminari ia tergerak oleh penyakit-penyakit jaman saat itu, dan ia yakin bahwa Hati Kristus adalah obat bagi penyakit-penyakit jaman itu. Penyakit-penyakit jaman itu: rasionalisme, ketidakpedulian terhadap hidup rohani, dan anti-klerikalisme tersebar luas pada, abad ke-19 di Perancis. Yang mengesan begitu mendalam bagi Pater Chevalier adalah api cinta-Nya, cinta-Nya yang berbelarasa dengan mereka yang menderita. Ia melihat Hati Yesus sebagai sebuah Inkarnasi dan pewahyuan Cinta Allah Bapa. Itulah kharismanya, karunia Roh yang diberikan kepadanya, visi dasar yang mnginspirasikannya untuk menjadi saksi cinta dan kebaikan hati Allah penyelamat kita, untuk menyembuhkan hati-hati yang terluka. Ajaran Kitab Suci mengenai "hati yang manusiawi" ini begitu kaya: hal itu disebutkan sampai lebih dari 1100 kami. Dalam Kitab Suci "hati" menunjuk pada kedalaman seseorang; seperti kita baca tengang hati Allah, tetapi pada umumnya tentang hati manusiawi. Dalam kitab Yeremia 31,31-34; 32,37-41 dan Kitab Nabi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 66 Yehezkiel 11,17-20; 36,24-27 Allah menjanjikan suatu perjanjian yang ditandai dengan "Hati dan Roh yang Baru." Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. (Yeh 36, 26-27). Dalam Surat kepada Orang Ibrani bab 8 Kristus digambarkan sebagai seorang pengantara dari perjanjian baru dan apa yang disebut dalam Kitab Nabi Yeremia 31, 31-34 dapat diterapkan pada-Nya. Ialah yang menulis ketetapanketetapan dan hukum Allah dalam hati kita. Bagaimanakah Ia melakukan-Nya? Melalui Hati Kristus yang adalah sumber air hidup, yakni Roh Kudus, (Yoh 7, 3739). Di puncak Kalvari hati-Nya ditikam dengan tombak, darah dan air mengalir keluar. Sumber air hidup telah dibuka dan seperti nyata pada hari Pentekosta, Roh Kudus dicurahkan atas kita untuk membaharui muka bumi. Misteri Paskah adalah Misteri Pentekosta. Cinta Allah telah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita (Rom 5, 5). Karena Hati Kristus adalah sumber keselamatan dunia, bersama dengan Bapa pendiri, kami melihat hal itu sebagai tugas perutusan, untuk mewartakan kepada semua orang: "Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia." Kami percaya bahwa di masa kini pun orang dapat memerangi kejahatan pada sumbernya. Makna sebenarnya dari "Hati yang Baru" dapat ditemukan dalam Hidup Kristus sendiri. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 C. Spiritualitas Hati dalam Panggilan Hidup Bruder MSC 1. Hidup Religius Hidup religius bukanlah semacam cara hidup antara klerus dan awam, tetapi hidup religius harus dilihat sebagai bentuk hidup yang kepadanya beberapa orang kristiani, baik klerus maupun awam dipanggil oleh Allah agar mereka menikmati anugerah rahmat khusus dalam hidup Gereja (LG. 43) (J. Darminta, 2003 : 15). Oleh karena itu hidup religius haruslah sungguh merdeka. Hidup religius dilahirkan oleh Allah untuk melayani umat dan dunia terutama mereka yang miskin dan tertindas menuju pada keadilan dan perdamaian. Sebagai biarawan bruder MSC juga dituntut mampu hidup untuk melayani sesama yang miskin dan menderita sebagi penjabaran dari hidup religius. Sebagai biarawan bruder MSC dalam tugas perutusan diharapkan mampu membangun “dunia baru” yang dijiwai oleh semangat religius yang sama semangat Hati Kudus Yesus. Dalam Konstitusi Tarekat MSC nomor 12 dikatakan : “Sambil mengikuti teladan Yesus, kita hendak berusaha untuk membawa orang-orang lain kepada Allah dengan kebaikan hati dan kelemahlembutan, mempersatukan mereka dengan Dia dalam cinta dan membebaskan mereka dari rasa ketakutan. Dengan menaruh kepercayaan akan rahmat Allah kita akan rela, apabila perlu untuk menyerahkan hidup kita bagi mereka.” Dengan Hati sebagai pusat dan penggerak hidup MSC, membuat mampu untuk menggunakan kekuatan-kekuatan yang ditanam oleh Allah dalam hati manusia yaitu hati yang berpikir melalui lidah, mata dan telinga untuk membantu membawa orang lain kepada Allah. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 68 2. Hidup Kenabian Yesus datang ke dunia untuk membebaskan mereka yang menderita dan terbelenggu oleh penderitaan yang diakibatkan karena ketidak setiaan kepada Allah. Selain itu Yesus datang untuk membela mereka yang miskin dan tersingkir (Luk, 4:18). Sebagai MSC tugas kenabian harus memperhatikan mereka yang menderita dan berkekurangan (Kons. No. 21), serta mampu menghadirkan wajah Kristus kepada mereka yang miskin dan hina dina dan yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan (Kons. No. 22). “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu terhadap saudaranya itu bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya.” (1 Yoh 3 : 17). Sebagai bruder MSC kiranya perlu membawa suara kenabian bagi siapa saja yang dilayani dan dijumpai agar semangat Hati Kudus Yesus hadir dalam diri mereka. Untuk untuk itu sebagai bruder MSC harus mampu menyuarakan fungsi kenabian yang antara lain : a. Mampu menyampaikan kritik yang membangun kepada siapa saja termasuk konfraters yang jika dilihat tidak menjalankan fungsi sebagai nabi di tengahtengah umat. Janganlah takut dalam menyampaikan kritik karena dengan mengkritisi sesuatu yang tidak benar tidak menjadikan kehilangan data hidupnya (J. Darminta. 1995 : 35). Dengan memberi kekuatan dan daya kepada orang-orang yang bangkit maka akan menuju pada kehidupan surgawi. b. Mampu menyampaikan firman Tuhan kepada siapa saja. Firman Tuhan adalah sumber kekuatan bagi mereka yang percaya kepada Yesus sebagai penyelamat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 69 Maka dalam menyampaikan firman Tuhan, dengan sendirinya telah ikut dalam karya penyelamatan Gereja. Firman Tuhan adalah jalan menuju pada kehidupan kekal. c. Mampu menyuarakan dan menyingkapkan masa depan yang lebih baik kepada orang kecil. Berani untuk memberikan harapan kepada mereka yang teraniaya dan memberikan jalan keluar yang baik bagi mereka dalam menghadapi dunia yang tidak adil dengan membangun impian-impian masa depan dengan kekuatan Allah. d. Mampu bertindak adil dan bijaksana dengan menyebarkan budaya pengampunan tanpa batas kepada mereka yang putus asa karena keberdosaan sehingga mereka mampu diangkat kembali martabatnya menjadi manusia yang luhur. 3. Hidup Mistikus Hidup mistikus adalah hidup untuk Allah. Pada keadaan apapun manusia diperkenankan untuk dapat selalu mengalami dan menikmati kasih Allah atau tinggal dalam Allah (J. Darminta, 1995 :17). Hal ini ditempuh untuk menuju pada jalan kekudusan yang adalah kesempurnaan dari cinta kasih. Kita berada dalam Allah dan Allah dalam kita (1 Yoh 4:16 b). Inilah yang disebut hidup mistik. Hidup mistik dapat kita alami di dalam dunia ini dengan doa, devosi, kontemplasi. Kita telah jatuh cinta pada Allah. Sebagai seorang biarawan bruder MSC, kita dituntut dan diharapkan untuk selalu jatuh cinta kepada Allah dengan setia menjalankan tugas perutusan. Dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 70 menjalankan tugas perutusan yang baik kita juga telah jatuh cinta kepada Tuhan karena apa yang kita buat untuk kemuliaan-Nya. Diimbangi dengan doa dan kontemplasi membuat jalan pengudusan kita semakin terbuka untuk setia pada Allah. Untuk menghayati kesatuan dengan Allah, Ia telah mengutus Putra-Nya menjadi manusia dan tinggal di antara kita (Yoh 1 : 14). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV PENGHAYATAN SPIRITUALITAS DALAM PEMBINAAN YUNIORAT BRUDER MSC A. Latar Belakang Pengamatan Pembinaan yuniorat adalah pembinaan kelanjutan dari Novisiat. Para yunior dibina untuk semakin menghayati dan memahami akan spiritualitas tarekat, karya kerasulan, hidup doa, hidup komunitas lewat pengalaman di lapangan. Di lapangan mereka dilatih bukan hanya soal ketrampilan tetapi juga dilatih kepekaan untuk melihat kebutuhan umat. Mereka sungguh-sungguh disiapkan untuk menjadi misionaris yang siap diutus kemanapun ditugaskan. Hal ini menjadi sesuatu yang diharapkan agar para yunior terlatih untuk menghadapi tantangan dan permasalahan baik secara pribadi, komunitas atau dalam karya pelayanan di tengah-tengah umat. Sekarang ini dalam pembinaan yunior walaupun sudah ada program pendampingan namun belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena tenaga pendamping hanya satu dan masih memiliki beberapa tanggungjawab selain sebagai pendamping yunior. Para yunior terkandang hanya mengikuti kegiatan rutinitas komunitas tanpa didampingi secara intensif. Pengalaman penulis dengan beberapa yunior terutama yang sementara studi di Yogyakarta, para yunior hanya fokus pada studinya saja sedangkan kehidupan lain kurang tersentuh misalnya hidup rohani, pengolahan kepribadian. Mereka walaupun hidup dalam komunitas yang sudah berkaul kekal dan senior tetapi anggota lain juga tidak banyak membantu karena kesibukan studi masing- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 72 masing. Walaupun sebenarnya mereka bisa dijangkau dari komunitas yuniorat Purworejo. Mereka berjalan dengan irama komunitas studi yang sibuk dengan studi. Walaupun dalam komunitas ada doa, rekreasi, rekoleksi namun untuk menggali dan merefleksikan pengalaman pribadi masih kurang. Walaupun disadari bahwa para yunior sudah dilatih dalam mengembangkan kepribadian lewat proses-proses yang diberikan waktu di novisiat namun dalam hal ini masih perlu adanya pendampingan secara intensif. Para yunior perlu didampingi dan dibekali dengan proses-proses penemuan identitas mereka sebagai bruder MSC, spiritualitas dan hidup berkaul. Peran pendamping untuk membantu para yunior dalam proses ini sangat besar agar mereka berjalan sesuai dengan semangat MSC. Di samping itu diharapkan para yunior berusaha untuk menghayati dan memahami ke-MSC-an secara menyeluruh. Maka penulis ingin mengetahui sejauh mana para yunior mampu menghayati ke-MSC-an mereka agar mereka dapat berperan penting dalam mengembangkan MSC secara khusus dan Gereja secara umum. B. Tujuan Pengamatan 1. Mengetahui sejauh mana para yunior memahami spiritualitas Tarekat MSC? 2. Mengetahui sejauh mana para yunior MSC memahami peran, makna dan kekhasan MSC dalam hidup tarekat dan menggereja. 3. Mengetahui ciri khas sebagai bruder MSC dibandingkan dengan tarekat lain. 4. Mengetahui relasi anatara bruder MSC dan Imam MSC. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 73 5. Mengetahui akan penghayatan hidup doa, komunitas, karya (kerasulan) dan hidup kaul dalam hidup sehari-hari. C. Jenis Pengamatan Jenis pengamatan yang dilakukan oleh penulis adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis merupakan metode yang menganalisi suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni kenyataan dan ketentuan yang ada (Suharsimi Arikunto, 1997:230). D. Responden Pengamatan Responden dalam pengamatan ini adalah para yunior yang sementara dalam pembinaan lanjutan. Para yunior ini berjumlah 6 orang yang tersebar dibeberapa daerah pelayanan 2 orang berkarya di lembaga pembinaan, 2 orang masih studi di Yogyakarta, 1 orang berkarya di Sulawesi Tengah (Kepulauan Banggai) dan 1 orang berkarya di Papua (Kabupaten Merauke). E. Waktu, Tempat dan Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan ini dilakukan pada yunior MSC pada bulan Agustus tahun 2013. Pertanyaan refleksi disebarkan melalui komunikasi jarak jauh dengan menggunakan Email. Hal ini dilakukan mengingat jarak antara yunior dengan penulis cukup jauh. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 74 F. Pertanyaan Refleksi 1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati ? 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini ? 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain ? 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para Imam MSC? 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari? G. Hasil Refleksi Responden 1 1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati? Bagi saya Spiritualitas Hati adalah hidup berdasarkan Hati, Hati yang sungguh-sungguh bersumber pada Kristus sendiri. Suatu semangat yang menjiwai seluruh hidup, dimana setiap tindakan dan perbuatan benar-benar berakar pada Hati yang sungguh-sungguh, seperti Yesus sendiri. Spiritualitas Hati adalah suatu kepenuhan cinta yang tidak mengharapkan imbalan. Dalam diri Yesus kepenuhan Hati-Nya sangat terungkap dalam peristiwa sengsara, dan wafat-Nya. Konstitusi MSC no 10, dikatakan bahwa, sebagai MSC, kita hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah Bapa yang dinyatakan dalam Hati Kristus. Kita mau menyerupai Yesus yang mencinta dengan Hati manusiawi, kita mau mencinta melalui Dia, dan bersama Dia, serta mewartakan Cinta-Nya kepada dunia. Bagi saya hal menjadi jelas bahwa Spiritualitas Hati adalah “hidup berdasarkan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 kepercayaan akan Cinta Allah Bapa, yang terungkap melalui Yesus Putera-Nya. Mencinta melalui Dia, dan bersama Dia. Konstutusi MSC no 13, berbicara tentang semangat yang menjiwai, dengan semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendahan hati dan kesederhanaan, semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin. 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Menjadi saksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dalam diri saya. Saksi dimana Yesus sendiri yang menjadi pedoman dan arah hidup. Kehadiran kita sebagai Bruder MSC harus sungguh-sungguh menjadi tanda dan lambang dimana Dia yang memanggil kita (Bruder) adalah setia. 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain? Kesetiaan pada hidup doa. Kehadiran serta tindakan dan perbuatan kita, sebagai salah satu hal yang dapat mengingatkan para Imam akan hakikat kita sebagai MSC. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Membangun nilai konfraternitas sebagai MSC, meskipun berbeda fungsi. Adanya kesadaran dalam diri saya bahwa kita adalah MSC, bukan saya sebagai Bruder atau Pastor. Hal ini yang mendukung bagi saya untuk mampu hidup bersama dengan konfrater saya. Hal lain juga adalah kemampuan untuk menerima dan mensyukuri segala perbedaan yang ada. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 76 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari? Selalu membangun kesadaran dalam diri bahwa saya adalah MSC, yang membaktikan diri pada Hati Kudus. Baik hidup doa, komunitas, karya, hidup kaul menjadi suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bagi saya semuanya saling mengandaikan dan saling mendukung. Dalam kehidupan karya dan komunitas, kaul menjadi dasar yang mendorong seluruh tindakan. Responden 2 1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati? Spiritualitas hati mempunya dua arti kata yang berbeda. Yang menjadi bahan refleksi saya tentanng spiritualitas hati adalah: Spirit, yang artinya Roh atau lebih sederhana lagi adalah Roh Kudus. Maka, Roh kudus inilah yang menjiwai dan menuntut kita, mengubah gaya hidup kita sebagai MSC. Sedangkan, hati berarti pusat dari segalah kehidupan manusia. Yang, di dalamnya terdapat kejahatan dan kebaikan kita sebagai manusia lemah. Biasanya, hati di gunakan sebagai sesuatu yang baik di dalam diri kita. Misalnya, hati yang mencintai, hati yang rendah hati, hati yang berbelah rasa, hati yang peduli, hati yang peka serta juga melalui hati, kita bisa berpikir dan bekerja. Sehingga, jika dihubungkan Spiritualitas Hati berarti cara atau gaya hidup menurut hati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Peran kita di dalam hidup menggereja saat ini adalah, sebagai rasul yang menghidupkan. Bukan dengan cara berkhotbah di dalam gereja atau di depan umat tetapi dengan cara memberdayakan umat serta mewarnai kehidupan mereka dengan semangat yang menjiwai dan membangun kehidupan mereka melalui kemampuan- kemampuan yang kita miliki. Kehadiran kita di tengah- tengah hidup menggereja sebagai bruder MSC, bukan untuk mempimpin misa tetapi mengangkat kehidupan umat dan menggerakan mereka dengan potensi- potensi yang kita miliki, baik dengan cara berkatekse di tengah- tengah umat atau pun melalui bidang pendidikan maupun bidang pertania. Sehingga, dari sini akan nampak peran kita sebagai bruder MSC di tengah- tengah hidup menggeraja saat ini. 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Ciri khas kita sebagai bruder MSC adalah semangat persaudaraan. Memang, dalam hal ini saya sangat bangga dengan MSC. Karena, sampai saat ini saya tidak pernah menemukan di tarekat lain. Dan, semangat persaudaraan MSC di kenal di mana- mana. Apalagi, di saat kita berkumpul atau ada kegiatan bersama. Masing- masing pribadi dengan keunikan tersendiri. Dan, keunikankeunikan ini muncul dengan melahirkan jiwa- jiwa humoris di antara kita. Hal ini juga, yang di tekankan di dalam konstitusi kita. Salah satu hal yang saya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 78 banggakan dari MSC bruder, tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Bahkan yang tua lebih senang bertemu dengan yang muda bahkan bersharing seperti teman seangkatan. Hal ini, yang membuat saya merasa lebih dekat, lebih enjoy dan terasa lebih akrab. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Sejauh ini, relasi saya dengan para imam MSC, tidak ada hambatan. Semuanya berjalan lancar. Membangun relasi dengan para imam, rasanya sangat mudah dan tidak ada jarak antara saya dengan mereka. Dalam berelasi, saya selalu menghargai mereka sebagai imam bukan karena malu atau minder tetapi menghargai mereka sebagai saudara saya sendiri. Yang, membuat saya senang dan mudah berelasi dengan para imam adalah bisa bercanda dan bersharing bersama bahkan dari persaudaraan inilah saya bisa belajar banyak hal dari mereka. 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari? Cara saya memahami dan menghayati hidup Doa saya adalah saya mengibaratkan sebagai orang yang haus akan minuman dan lapar akan makanan. Doa bukanlah suatu aturan atau kewajiban tetapi doa merupakan suatu kerinduan saya yang mendalam akan Tuhan. Sampai saat ini, saya menyadari bahwa saya kuat bukan karena saya tetapi karena doa- doa saya kepada Tuhan. Sering saya merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas- tugas yang di PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 79 percayakan kepadaku, tapi ternyata itu bisa, sehingga dari pengalamanpengalaman ini menyadarkan saya bahwa ternyata doa adalah kekuatan dalam hidupku. Sehingga di dalam situasi maupun keadaan apapun itu saya berusaha mengambil waktu untuk berdoa karena dengan melalui doa saya bisa menimbah kekuatan baru. Dengan, melalui hidup doaku yang semakin kuat, membuat hidup berkomunitasku semakin baik dan semakin bertanggung jawab. Didalam hidup berkomunitas saya selalu berusaha untuk ada bersama dengan konfrater yang lain di saat ada kegiatan komunitas maupun saat rekreasi bersama. Mungkin, hal ini kelihatan sangat sederhana tetapi bagi saya sangat bermakna. karena, justru benih- benih persaudaraan dan kekeluargaan serta kepedulian terhadap konfrater yang lain semakin tumbuh melalui kegiatan komunitas maupun rekreasi bersama. Kepedulian inilah yang menghatar saya dalam menjawab hidup panggilan saya sebagai seorang bruder MSC, dengan kelebihan dan kekurangan saya. Hal kongrit yang bisa saya lakukan adalah menjalani tugas- tugas harian saya di dalam komunitas dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab. Saya menyadari, bahwa dengan setiapa tugas yang di jalani dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab maka terasa semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Dampak dari penghayatanku ini mengantar saya pada suatu kesadaran bahwa menjadi bruder MSC berarti berani untuk menerima tugas yang di percayakan tarekat, baik itu di tugas yang kecil maupun tugas yang besar. Semua ini tidak lepas dari kaul ketaatan. Dan cara saya menghayati kaul-kaul saya selama ini adalah dengan mencoba menghayati hidup yang sederhana. Hidup sederhana yang saya maksudkan di sini adalah merawat dan menjaga barang- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 80 barang pribadi dan barang-barang komunitas dengan baik. Tidak banyak menuntut, tetapi lebih banyak melakukan apa yang bisa saya lakukan dan memakai yang bisa dipakai. Responden 3 1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati? Yang saya pahami, spiritualitas hati yaitu semangat yang menjiwai kita sebagai Misionaris Hati Kudus. Dengan bersumber pada hati Yesus yang muda tergerak oleh belaskasihan, berbela rasa untuk kaum kecil, dan juga hati yang terbuka untuk kita semua. 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Saya merasa kita telah berperan banyak dalam hidup menggereja dimasa sekarang ini. Dimana banyak hal telah kita buat baik itu memberdayakan orang (umat), memberikan diri kita menjadi bak sampah untuk orang lain dan,tentunya menjadi pendengar bagi mereka yang ingin di dengarkan. Mungkin dikalangan kita sebagai biarawan bruder belum nampak dikalangan masyarakat pada umumnya namun saya yakin, kita telah berbuat banyak meskipun itu kecil dan tersembunyi dikalangan masyarakat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 81 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Sejauh ini, saya belum temukan ciri khas kita yang lebih menonjol sebagai bruder MSC, namun ciri kita yang khas sebagai MSC yakni nilai persaudaraan yang akrab satu sama lain dan sence of humor ini menjadi ke khasan kita sebagai MSC. sebagai MSC ini saya rasakan dikalangan kita sebagai MSC. Namun satu kebanggaan bagi saya sebagai bruder MSC, mendengar ungkapan, sharing dari para konfrater bruder tentang pengalaman karya baik itu karya yang diemban atau studi yang dipercayakan, memberikaan wawasan atau cara pandang saya tentang bruder kedepan dan ini memotifasi saya untuk melihat kualitas diri saya yang berguna untuk diri, Tarekat, dan Gereja. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Tentunya saya belum lama menjadi seorang biarawan MSC dan belum banyak mengalami perjumpaan dengan para konfrater lainnya, relasi saya dengan para konfrater terlebih para pastor sejauh ini terjalin baik bahkan sangat baik. Prinsip saya saat menjadi biarawan MSC yakni baik bruder maupun Pastor mereka adalah saudara saya. Tentunya bayak perbedaan yang mencolok dikalangan umat dan masyarakat secara luas namun kiranya jangan di kalangan kita sebagai biarawan MSC. 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan),hidup kaul dalam kehidupan sehari- hari? PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 82 Saya sadari ketika awal masuk menjadi calon biarawan bruder MSC, saya telah diarakan untuk setia mengikuti doa harian, ekaristi, kunjungan sakramen dan silentium, semua ini wujud doa yang telah saya temukan di tempat pembinaan, yang tentunya menjadi pegangan, bekal saya sebagai biarawan dimanapun saya berada. Tentunya tidak mudah juga untuk mempertahankan yang telah ada terkadang ada alpanya, bolos pun sering, tetapi saya sadari ,bahwa saya masih manusia namun saya butuh pembaharuan yakni penyadaran diri bahwa saya biarawan yang MSC, dan juga ada saudara-saudara saya yang bisa menjadi teman untuk berbagi pengalaman rohani yang membangun/ memotifasi saya untuk melihat kembali motivasi awal saya. Menghidupi ketiga kaul sebagai gaya hidup yang harus dihidupi, saya sadari setiap hari saya tertantang untuk melihat kualitas diri saya terlebih nilai dari ketiga kaul ini dalam diri, terlebih saat ini,namun tidak menjadi tolak ukur untuk memudarkan panggilan saya, saya kembalikan lagi bahwa saya adalah manusia yang biarawan. Responden 4 1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati? Spiritualitas hati adalah gaya hidup menurut Hati berdasarkan cara hidup, cara merasa seperti Yesus Kristus. Gaya hidup menurut hati inilah yang dihidupi dalam menjalani hidup sehari-hari bagi mereka yang membaktikan diri dengan sepenuh hati dalam panggilan khusus entah itu pastor, bruder, suster dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 83 tak tertutup bagi umat awam yang menggantungkan hidupnya dalam belas kasih Hati Kudus Yesus. Pusat dari spiritualitas hati adalah Hati Yesus sendiri. 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam menggereja sekarang ini? Bruder MSC hadir di tengah gereja dengan suatu gaya hidup menurut Hati yang tak lepas dari berbagai macam karya pelayanan. Terlebih dalam bidang kategorial misalnya, sekolah, panti asuhan, perbengkelan, tapi juga dalam pendampingan iman umat dalam medan karya. Namun lebih dari semua itu peran yang paling utama adalah menamplkan gaya hidup menurut Hati dengan sungguh-sungguh sehingga banyak orang yang percaya akan belas Kaish Allah dalam hidup mereka melalui teladan hidup kita. 3. Apakah ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Bruder MSC dengan gaya hidup menurut Hati itulah yang menghantar kita pada suatu persaudaraan sejati dalam hidup bersama. Kesiapsediaan secara penuh dalam menjalankan tugas perutusan dimanapun kita diutus. Dalam semangat cinta kasih persaudaraan kita hidup bersama dan dalam ketaatan kita menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Relasi antara imam dan bruder MSC terjalin sangat harmonis dan seiring sejakan dalam satu spiritualitas. Jabatan dinomorduakan ketika kita hidup dan tinggal bersama. Kita lebih menekankan MSC dan kita adalah satu MSC. Kita PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 84 menghayati bahwa pertama-tama saya dipanggil untuk menjadi biarawan MSC dan imam MSC, bruder MSC adalah yang kedua. 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya, (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan sehari-hari? Hidup doa sebagai seorang biarawan bruder MSC menjadi harga mati dalam kehidupan sehari-hari tidak ada tawar menawar. Brevir dan misa setiap hari menjadi bagian yang utama dalam memulai suatu hari baru. Tentu bersama – sama dengan komunitas dimana kita berada. Di dalam komunitas kita hidup dengan menghadirkan kasih Allah sehingga bersama konfrater-konfrater lain kita bisa merasa nyaman tinggal di dalam komunitas. kaul-kaul yang dihadapi menjadi rambu-rambu dalam perjalan hidup sebagai seorang biarawan dalam menanggapi panggilan Tuhan atas diri kita. H. Pembahasan Refleksi Dari hasil refleksi tentang pemahaman akan spiritualitas hati yang sudah dijawab oleh para responden yang terdiri dari para bruder yunior dapat disimpulkan bahwa dari pertanyaan nomor 1 tentang pemahaman spiritualitas hati dari ke-empat responden semuanya mengungkapkan pemahaman mereka akan spiritualitas hati dengan berbeda-beda pendapat tetapi mempunyai inti yang sama yaitu Hati Kristus sebagai pusat yang menjiwai seluruh hidup dalam setiap karya. spiritualitas hati dimengerti dan dihayati sebagai kepasrahan kepada Bapa yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 85 penuh cinta melaui Hati Putera-Nya. Yesus tergerak Hati oleh belaskasihan, berbelarasa terhadap kaum miskin, peduli terhadap sesama. Sikap Hati Yesus inilah yang menjadi contoh dan gaya hidup sebagai seorang bruder MSC. spiritualitas hati hendaknya dipahami juga sebagai Putera Allah yang berbelaskasih mencintai manusia dengan hati manusiawi. Dalam pertanyaan nomor 2 tentang peran bruder MSC dalam hidup menggereja sekarang ini, dari ke 4 responden. 1 responden menekankan soal kesaksian hidup di tengah umat menjadi peran yang nyata yang dapat dijadikan sebagai kesaksian hidup. Sedangkan 3 responden menekankan bahwa peran bruder sekarang ini sebagai rasul yang menghidupkan artinya mampu memberdayakan umat lewat karya-karya yang telah dibuat misalnya dalam bidang pendidikan, pertanian, katekese, panti asuhan. Semua karya yang dibuat hendaknya menampilkan gaya hidup menurut Hati. Gaya hidup menurut Hati menunjuk pada Hati Kristus. Para bruder MSC hendaknya sungguh-sungguh menjalankan perannya sebagai biarawan dengan menunjukkan kualitas sebagai manusia yang profesional dalam karya-karyanya. Sedangkan dalam pertanyaan nomor 3 menyangkut ciri khas sebagai bruder MSC dari 4 responden 1 responden mengungkapkan kesetiaan dalam doa dan kehadiran serta tindakan yang nyata merupakan peran yang nyata. Sedangkan 3 responden mengungkapakan bahwa semangat persaudaraan dan rasa humor menjadi ciri khas sebagai MSC. Persaudaraan membuat hubungan lebih dekat sehingga sangat membantu dalam membangun hidup komunitas. Persaudaraan yang kuat menjauhkan rasa senioritas dan yunioritas. Semua merasa sama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 86 disatukan dalam MSC. Semangat persaudaraan dalam MSC memang sangat ditekankan dan diharapkan dapat dilaksanakan oleh semua anggota MSC. Dalam pertanyaan nomor 4 tentang relasi bruder MSC dan imam MSC, dari keempat responden mengungkapkan bahwa relasi antara bruder dan Imam MSC terjalin dengan baik dan harmonis karena adanya kesadaran bahwa kita adalah MSC dan dalam tarekat MSC tidak ada pembedaan antara bruder dan Imam. Keduanya saling mendukung dan bekerjasama dalam misi menyebarkan cinta Hati Kudus Yesus di seluruh dunia. Pemahaman dan kesadaran akan suatu perutusan yang sama membawa dampak positif bagi pelayanan di tengah-tengah umat. Dalam pertanyaan refleksi nomor 5 tentang memahami dan menghayati hidup doa, komunitas, karya dan hidup berkaul, para responden tidak menjabarkan satu demi satu tetapi lebih menyimpulkan bahwa hidup doa, komunitas, karya dan hidup berkaul saling kait-mengait, artinya merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Hidup doa menjadi santapan setiap hari dan merupakan sumber kekuatan dalam menjalani hidup dan aktifitas. Doa mampu menjawab semua keraguan dan kecemasan dalam diri. Doa adalah pegangan dalam hidup. Dalam hidup berkomunitas berusaha untuk hadir bersama dengan konfrater. Berusaha memberi diri untuk komunitas karena kehadiran dalam acara-acara kemunitas adalah salah satu cara untuk semakin mengeratkan persaudaraan. Dalam komunitas berusaha untuk menghadirkan kasih Allah sehingga suasana dalam komunitas terasa damai dan saling mendukung. Komunitas adalah tempat menimba kekuatan-kekuatan untuk menjalankan tugas PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 87 sehari-hari. Komunitas yang hidup tampak dalam kegembiraan dan keceriaan anggota komunitas karena pasti dalam komunitas itu dilandasi dengan semangat persaudaraan. Hidup karya adalah sarana untuk berbakti kepada Tuhan lewat pelayanan-pelayanan yang dilakukan. Karya yang dibuat atau dilakukan untuk membantu umat untuk semakin memanusiakan manusia dan terlebih untuk semakin mendekatkan umat kepada Tuhan. Karya-karya yang dibuat atau dilakukan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi tetapi untuk perkembangan umat. I. Harapan-harapan Sebagai seorang bruder MSC hendaknya menjadi seorang biarawan yang mempunyai hati bagi umat. Mempunyai hati dalam hal ini mengikuti kedalaman Hati Yesus. Kedalaman Hati Yesus ditunjukkan dalam : 1. Kelembutan, kesederhanaan dan kerendahan hati. Yesus menunjukan suatu kedalaman hati yang selalu bersyukur kepada Bapa-Nya. Ia selalu mengundang mereka yang miskin dan tersingkir untuk belajar dari Dia, “yang lemah lembut dan rendah hati.” (Mat 11:25-30). Yesus menempatkan diri-Nya diantara umat-Nya dengan kerendahan hati untuk melayani bukan untuk dilayani. Yesus sungguh-sungguh hadir ditengah-tengah umat-Nya dengan memberikan peneguhan, kekuatan dan motivasi bahwa Allah Bapa mengasihi dan mengampuni yang bersalah. Yesus datang dengan kemuliaan-Nya namun mau menjadi hamba untuk umat manusia. Yesus datang ke dunia tidak mencari kedudukan atau jabatan agar dihormati namun Yesus datang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 88 menjelma menjadi manusia sama dengan manusia lain bahkan Yesus rela menyerahkan hidup-Nya untuk menebus manusia. 2. Berbelaskasih dan berbela rasa Yesus menunjukan kepedulian Hati-Nya kepada manusia secara konkrit dengan menyembuhkan orang sakit (bdk Mat 14:14), memberi makan (bdk, Mrk 8:2). Semua menunjukan Hati-Nya yang tergerak oleh belaskasihan. Namun belaskasihan ini bukan hanya sebatas perasaan saja tapi sungguh-sungguh diwujudkannya. Dengan demikian Yesus sungguh-sungguh menunjukan sikap Hati-Nya dengan begitu peduli melihat manusia yang terpuruk dan terpinggirkan. Hati-Nya yang terbuka melihat penderitaan orang lain adalah gerakan hati untuk menjangkau semua orang agar mendapat perhatian dan kasih sayang. Kita diundang untuk memberi hati untuk menjadi sumber keselamatan bagi orang lain. Kita diundang untuk mewartakan Hati Kristus yang tertikam dan terbuka sebagai kabar gembira dan sebagai tanda dari kasih Allah yang tidak berkesudahan. Kita menghantar dan menghadirkan Kristus bukan hanya kepada mereka yang menderita tetapi juga kepada mereka yang membuat penderitaan itu sehingga terjadi pertobatan untuk membaharui dan merubah hati. Kedalaman hati Yesus inilah yang harusnya menjadi contoh dan teladan bagi para bruder yunior MSC dalam mengembangkan kepribadian dan tentunya dalam pengabdiannya ditengah-tengah umat dan masyarakat. Mengikuti Yesus berarti kita harus bersikap sederhana, berbelaskasih, peka, peduli dan rendah hati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Gereja dewasa ini mengharapkan para pelayan yang sungguh-sunguh mempunyai hati bagi umat-Nya terutama bagi mereka yang miskin dan tersingkir sehingga Kerajaan Allah di dunia tumbuh dan berkembang yaitu penuh cinta kasih, kedamaian, persaudaraan dan penuh belaskasih. Namun tidak semua manusia merasakan suasana demikian masih ada orang-orang yang terbelenggu dan tidak merasakan kedamaian dan kebebasan. Maka dalam hal inilah gereja ikut ambil bagian dalam misi perutusan ini untuk membawa orang pada kedamaian dan kebebasan. Dalam mencapai misi keselamatan, Yesus merupakan model dan teladan. Yesus rela menderita bahkan wafat di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia. Maka ia harus hidup seperti Yesus mampu bersaksi, rela menderita, memberikan penghiburan kepada yang menderita dan putus asa serta berpihak kepada yang lemah. Untuk mencapai misi pelayanan gereja tersebut, tarekat MSC khususnya para bruder yunior dibekali berbagai hal dalam pembinaannya. Dalam pembinaan, spiritualitas tarekat sangat ditekankan untuk dipahami, dihayati dan mampu dilaksanakan dalam kehidupannya nanti. Dalam pembinaan, para bruder yunior hendaknya menghayati spiritualitas sebagai model dalam hidup, sikap relasi dan tindakan sehari-hari. Dalam spiritualitas ditemukan keutamaankeutamaan Yesus yang berbelaskasih, sederhana, rendah hati dan berbela rasa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 terhadap sesama. Maka keutamaan-keutamaan ini ditanamkan sejak pembinaan sehingga dalam tindakan dan perbuatan sesuai dengan spiritualitas yang dihayati. Spiritualitas yang dihayati oleh tarekat MSC adalah spiritualitas hati. Spiritualitas hati adalah spiritualitas yang berawal dari pada kasih Allah, gerak cinta Allah kepada manusia. Dengan demikian cinta Allah masuk dalam hati manusia sehingga manusia merasakan kasih-Nya. Keterbukaan hati untuk menerima cinta kasih-Nya sebagai langkah awal untuk mau mengubah diri sesuai dengan kehendak Hati-Nya. Perubahan diri untuk menjadi seperti Dia diungkapkan dalam kepercayaan kepada cinta Allah Bapa yang mencintai manusia dengan segala kepenuhan hati . Spiritualitas hati inilah dalam pertanyaan yang diberikan kepada para bruder yunior mengenai pemahaman akan spiritualitas hati semuanya dapat memahami akan spiritualitas hati sebagai pusat hidup yang menjiwai tarekat. Pusat hidup itu adalah Yesus Kristus sendiri. Maka segala tindakan dan perbuatan berdasarkan pada hati Yesus sendiri. Pemahaman akan spiritualitas hati sebagai penggerak dalam tindakan dan perbuatan harus diterapkan oleh para bruder yunior MSC dalam kehidupan seharihari. Maka dalam hal ini dituntut suatu peran sebagai seorang bruder MSC. Peran dalam hal ini tidak dimaksudkan untuk mengambil alih pekerjaan orang lain namun untuk memperjelas bahwa kita juga bersama-sama dengan umat ikut ambil bagian dalam tugas gereja. Berdasarkan hasil refleksi para bruder yunior peran mereka sebagai MSC dalam hidup menggereja pemahamannya beragam sehingga perlu ada pemahaman PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 91 yang sama terhadap peran ini sehingga dalam tindakan dan perbuatan di tengahtengah umat sungguh-sungguh menampilkan sebagai seorang MSC. Peran bruder MSC bukan mengambil alih peran para imam dalam hal sakramen, tetapi lebih pada tindakan konkrit dalam pelayanan. Bentuk pelayanan ini hendaknya membawa hati Kristus sehingga umat dalam karya kita ikut merasakan bahwa Kristuslah yang bekerja. Kristus menjadi model dalam pelayanan kita. Sehingga relasi yang harus kita bangun dengan para imam adalah relasi persaudaraan karena hati Kristus. Dalam hasil refleksi para bruder yunior dalam berelasi dengan para imam semangat persaudaraan selalu ditempatkan dalam berelasi. Para bruder yunior menyadari bahwa tidak ada perbedaaan antara bruder dan imam MSC karena sama-sama adalah MSC. Semuanya dipersatukan sebagai MSC. Kedua-duanya harus saling mendukung dan bekerja sama dalam melayani umat. Dalam proses pembinaan inilah maka sikap sebagai satu saudara perlu ditanamkan benar-benar kepada para bruder MSC agar tidak merasa kecil hati jika suatu saat bersamasama dalam komunitas. Para yunior bruder MSC dalam pembinaan dibekali dengan aspek-aspek hidup doa, komunitas, karya dan kaul-kaul. Dengan kata lain, baik dari segi jasmani dan rohani dibekali agar dalam berhadapan dengan tantangan dalam pelayanan mampu untuk mengatasinya. Dalam hasil refleksi para bruder yunior, penulis menemukan bahwa semua aspek ini sudah dijalankan tetapi kiranya perlu ditingkatkan lagi dan dikembangan lagi sehingga tindakan dan perbuatan selaras dengan semangat yang menjiwai tarekat yaitu spiritualitas hati. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 92 Berbicara soal pembinaan kiranya tidak terlepas juga dari staf pembina sebagai pemberi dasar bagi subjek bina. Maka dari itu kiranya dalam program pembinaan para pembina haruslah profesional di bidangnya. Para pembina haruslah mempunyai program pembinaan yang baku selain itu mempunyai keteladanan hidup yang baik. Para pembina diharapkan mampu memberikan pemahaman-pemahaman tentang spiritualitas yang telah dihayati selain itu juga mampu mengarahkan para subjek bina untuk mampu berefleksi terhadap situasi hidup yang dialami. Akhirnya penulis menyadari bahwa pembinaan terus menerus (on going formation) harus diterapkan kepada setiap bruder MSC, sehingga pribadi dapat semakin berkembang dan diperbaharui agar dapat menyerupai hati Kristus. B. Saran Ada beberapa saran yang penulis sampaikan dibawah ini : 1. Dalam mengupayakan pembinaan yang integral, team pembina perlu mengupayakan program pembinaan yang baku dan berkesinambungan. 2. Supaya spiritualitas tarekat mampu dipahami dan dihayati dan kelak dapat dilakasanakan dalam pelayanan, perlu adanya tenaga yang profesional di bidangnya. 3. Pembinaan yang terus menerus (on going formation) harus menjadi perhatian team pembina dan para bruder yunior terutama dalam mengembangkan hidup rohani dan pribadi yang utuh. Dengan terus digali dan diasah maka akan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 93 menumbuhkan kepekaan batin untuk selalu menghadirkan Kristus sebagai model dalam pelayanan. Kesimpulan dan saran dalam penulisan skripsi ini perlu dikembangkan lagi dengan melihat situasi dan kondisi yang ada agar semakin lebih baik agar spiritualitas hati semakin meresap dan dikembangkan dalam seluruh pelayanan. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 94 DAFTAR PUSTAKA Agudo, Philomena. (1989). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta : Kanisius. Cuskelly, E.J. (1975). Jules Chevalier Man With A Mission. Rome. Casa Generalizia Missionari Del Sacro Coure. Stampa : A.C.Grafiche Citta Di Castello. Darminta, J. (1983). Religius dan Pembaharuan Hidup. Kanisius : Yogyakarta. _________. (1995). Hidup Religius hidup Gerakan Roh. Yogyakarta : Kanisius. _________. (1995). Mistik devosi, dan Hidup Rohani. Yogyakarta : Kanisius. _________. (1997). Doa dan Pengolahan Hidup. Yogyakarta : Kanisius. _________. (2003). Mencitrakan Hidup Religius. Yogyakarta : Kanisius. _________. (2009). Anak Allah-Anak Ketabahan. Girisonta-Pusat Spiritualitas. Diktat untuk mahasiswa. Haring, Bernard (2002). Hati Kudus Yesus Kemarin Hari Ini Selama-lamanya. Jakarta : Obor. Harjawiyata, Frans. (1979). Bentuk-bentuk Hidup Religius. Yogyakarta : Kanisius. Heuken, A. (2002). Spiritualitas Kristiani. Jakarta : Cipta loka Caraka. Jacob Tom. (1980). Berbagai Macam Kharisma dalam Satu Roh. Yogyakarta : Kanisius. _________. (1987). Hidup Membiara Makna dan Tantangannya. Yogyakarta : Kanisius. Keulers. C. MSC. (1980). Jules Chevalier, Sebuah Riwayat Hidup. Para Puteri Bunda Hati Kudus Provinsi Jawa. Penterjemah) Kitab Hukum Kanonik. (2006). Edisi Resmi Bahasa Indonesia. Diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II. Komisi Spiritualitas Provinsi MSC. (2002). Beberapa Pemikiran tentang Spiritualitas Hati. Jakarta. _________. (2004). Hati Kudus Yesus Merangkul segalanya, Jawaban Atas Segalanya. _________.(2004). Berjalan Bersama Jules Chevalier. _________. (2004). Siapa yang akan Kuutus. Kongregasi Untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Lembaga Hidup Kerasulan. (1991). (Marcel Beding penterjemah). Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-lembaga Religius. Bogor : Grafika Mardi Yuana. Konsili Vatikan II (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta : Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Konstitusi dan Statuta MSC. (2000). Rome. General house. Kwakman Hans. MSC. (2013). Spiritualitas Hati Untuk Masa Kini. Manado. Percikan Hati. LAI. (1976). ALKITAB (dengan teks Deuterokanonika). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Blibika Indonesia. Mangkey, Johanis. (2006). Jejak Sentuhan-Sentuhan Kemanusiaan. Komsos Provinsialat MSC Indonesia ; Jakarta Pusat. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95 Mangunhardjana, A. (1986). Pembinaan Arti dan Metodenya. Cetakan I. Yogyakarta : Kanisius. _________. (2005). Religiositas, Agama & Spiritualitas. Yogyakarta : Kanisius. Mardi Prasetyo, F. SJ. (2001). Tinjauan Pembinaan demi Mutu Hidup Bakti. Yogyakarta : Kanisius. Mayfield, Sue. (2009). Exploring Prayer Panduan Menjelajahi Doa. Yogyakarta : Kanisius. Njiolah, Hendrik. (2004). Panduan Persiapan Pengikraran Kaul: KEMURNIANKEMISKINAN-KETAATAN. Jogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama. Panitia Spiritualitas Koptari. (2008). Landasan Hidup Berkomunitas. Yogyakarta : Kanisius. _________. (2008). Komunitas dan Karya. Yogyakarta : Kanisius. Pusat Spiritualitas Girisonta. Metode Membaca Konstitusi. Provinsialat MSC. (1997). Pedoman Pembinaan Provinsi MSC Indonesia. Suharsimi Arikunto, Prof, Dr. (1997). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sudiarja, A dan Bagus Laksana, A. Editor (2003). Berenang Di Arus Zaman. Kanisius : Yogyakarta. Suparno, Paul SJ. (2007). Krisis Dalam Hidup Membiara. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. Tostain Jean. (1997). Pater Jules Chevalier Siapakah Dia ? Bogor : Gapura. Yohanes Paulus II. (2011). Vita Consecrata (Hidup Bakti). Anjuran Apostolik tentang Hidup Bakti bagi Para Religius. (R. Hardawiryana, SJ. Penerjemah). Jakarta : DOKPEN KWI. Suhendro, Hendrikus. (2011). Retret Spiritualitas Hati. Pohon Cahaya : Yogyakarta. Wignyosoemarto, T. (2008). Pedoman Pendalaman Konstitusi Tarekat MSC. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pertanyaan Refleksi untuk Para Bruder Yunior 1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati ? 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini ? 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain ? 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para Imam MSC? 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari? (1) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Hasil Refleksi Para Bruder Yunior, MSC ---------- Forwarded message ---------From: Fendy Mokili <[email protected]> Date: 2013-09-18 Subject: apa yang anda ketahui tentang spiritualitas hati To: "[email protected]" <[email protected]> 1. Apa yang anda ketahui tentang spiritualitas Hati? Spiritualitas hati adalah gaya hidup menurut Hati berdasarkan cara hidup, cara merasa seperti Yesus kristus. Gaya hidup menurut hati inilah yang dihidupi dalam menalani hidup sehari-hari bagi mereka yang membaktikan diri dengan sepenuh hati dalam panggilan khusus entah itu pastor, bruder, suster dan tak tertutup bagi umat awam yang menggantungkan hidupnya dalam belas kasih Hati Kudus Yesus. Pusat dari spiritualitas Hati adalah hati Yesus sendiri. 2. Apa peran kita sebagai bruder MSC di dalam menggereja sekarang ini? Bruder MSC hadir di tengah gereja dengan suatu gaya hidup menurut Hati yang tak lepas dari berbagai macam karya pelayanan. Terlebih dalam bidang kategorial misalnya, sekolah, panti asuhan, perbengkelan, tapi juga dalam pendampingan iman umat dalam medan karya. Namun lebih dari semua itu peran yang paling utama adalah menamplkan gaya hidup menurut Hati dengan sungguh-sungguh sehingga banyak orang yang percaya akan belas Kaish Allah dalam hidup mereka melalui teladan hidup kita. 3. Apakah cirri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Bruder MSC dengan gaya hidup menurut Hati itulah yang menghantar kita pada suatu persaudaraan sejati dalam hidup bersama. Kesiapsediaan secara penuh dalam menjalankan tugas perutusan dimanapun kita diutus. Dalam semangat cinta kasih persaudaraan kita hidup bersama dan dalam ketaatan kita menjalankan tugas yang dipercayakan kepada kita. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Relasi antara imam dan bruder MSC terjalin sangat harmonis dan seiring sejakan dalam satu spiritualitas. Jabatan di nomorduakan ketika kita hidup dan tinggal bersama. Kita lebih menekankan MSC dan kita adalah satu MSC. Kita menghayati bahwa pertama-tama saya dipanggil untuk menjadi biarawan MSC dan imam MSC, bruder MSC adalah yang kedua. (2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Bagaimana anda sebagai bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya, (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari? Hidup doa sebagai seorang biarawan bruder MSC menjadi harga mati dalam kehidupan sehari-hari tidak ada tawar menawar. Brevir dan misa setiap hari menjadi bagian yang utama dalam memulai suatu hari baru. Tentu bersama – sama dengan komuntas dimana kita berada. Di dalam komunitas kita hidup dengan menghadirkan kasih Allah sehingga bersama konfrater-konfrater lain kita bias at home dan merasa nyaman tinggal di dalam komunitas. kaul-kaul yang dihadapi menjadi rambu-rambu dalam perjalan hidup sebagai seorang biarawan dalam menanggapi panggilan Tuhan atas diri kita. ---------- Forwarded message ---------From: Bigul Msc <[email protected]> Date: 2013-09-05 Subject: jawaban To: [email protected] 1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati? Bagi saya Spiritualitas Hati adalah hidup berdasarkan Hati, Hati yang sungguh-sungguh bersumber pada Kristus sendiri. Suatu semangat yang menjiwai seluruh hidup, dimana setiap tindakan dan perbuatan benar-benar berakar pada Hati yang sungguh-sungguh, seperti Yesus sendiri. Spiritualitas Hati adalah suatu kepenuhan cinta yang tidak mengharapkan imbalan. Dalam diri Yesus kepenuhan Hati-Nya sangat terungkap dalam peristiwa sengsara, dan wafat-Nya. Konstitusi MSC no 10, dikatakan bahwa, sebagai MSC, kita hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah Bapa yang dinyatakan dalam Hati Kristus. Kita mau menyerupai Yesus yang mencinta dengan Hati manusiawi, kita mau mencinta melalui Dia, dan bersama Dia, serta mewartakan Cinta-Nya kepada dunia. Bagi saya hal menjadi jelas bahwa Spiritualitas Hati adalah “hidup berdasarkan kepercayaan akan Cinta Allah Bapa, yang terungkap melalui Yesus Putera-Nya. Mencinta melalui Dia, dan bersama Dia. Konstutusi MSC no 13, berbicara tentang semangat yang menjiwai, dengan semangat cinta kasih dan kebaikan hati, kerendahan hati dan kesederhanaan, semangat cinta akan keadilan dan keprihatinan bagi semua orang, teristimewa mereka yang amat miskin. 2. Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Menjadi saksi bahwa Yesus sungguh-sungguh hidup dalam diri saya. Saksi dimana dimensi Yesus sendiri yang menjadi pedoman dan arah hidup. Kehadiran kita sebagai Bruder MSC harus sungguh-sungguh tanda dan lambang dimana Dia yang memanggil kita (Bruder) adalah setia. (3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Apa ciri khas kita sebagai Bruder MSC jika dibandingkan dengan Tarekat lain? Kesetiaan pada hidup doa. Kehadiran serta tindakan dan perbuatan kita, sebagai salah satu hal yang dapat mengingatkan para Imam akan hakikat kita sebagai MSC. 4. Bagaimana relasi anda sebagai Bruder MSC dengan para Imam MSC? Membangun nilai konfraternitas sebagai MSC, meskipun berbeda fungsi. Adanya kesadaran dalam diri diri saya bahwa kita adalah MSC, bukan saya sebagai Bruder atau Pastor. Hal ini yang mendukung bagi saya untuk mampu hidup bersama dengan konfrater saya. Hal lain juga adalah kemampuan untuk menerima dan mensyukuri segala perbedaan yang ada. 5. Bagaimana anda sebagai Bruder MSC memahami dan menghayati hidup doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan), hidup kaul dalam kehidupan seharihari? Selalu membangun kesadaran dalam diri bahwa saya adalah MSC, yang membaktikan diri pada Hati Kudus. Baik hidup doa, komunitas, karya, hidup kaul menjadi suatu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bagi saya semuanya saling mengandaikan dan saling mendukung. Dalam kehidupan karya dan komunitas, kaul menjadi dasar yang mendorong seluruh tindakan. ---------- Forwarded message ---------From: yerinto penteno <[email protected]> Date: 2013-09-14 Subject: refleksi To: Yohanis Yanni Wati <[email protected]> 1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati? Yang saya pahami, spiritualitas hati yaitu semangat yang menjiwai kita sebagai Misionaris Hati Kudus. Dengan bersumber pada hati Yesus yang muda tergerak oleh belaskasihan, berbela rasa untuk kaum kecil, dan juga hati yang terbuka untuk kita semua. (4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Saya merasa kita telah berperan banyak dalam hidup menggereja dimasa sekarang ini. Dimana banyak hal telah kita buat baik itu memberdayakan orang (umat), memberikan diri kita menjadi bak sampah untuk orang lain dan,tentunya menjadi pendengar bagi mereka yang ingin di dengarkan. Mungkin dikalangan kita sebagai Biarawan Bruder belum nampak dikalangan masyarakat pada umumnya namun saya yakin, kita telah berbuat banyak meskipun itu kecil dan tersembunyi dikalangan masyarakat. 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Sejauh ini, saya belum temukan ciri khas kita yang lebih menonjol sebagai Bruder MSC, namun ciri kita yang khas sebagai MSC yakni nilai persaudaraan yang akrab satu sama lain dan sence of humor ini menjadi ke khasan kita sebagai MSC. sebagai MSC ini saya rasakan dikalangan kita sebagai MSC. Namun satu kebanggaan bagi saya sebagai Bruder MSC, mendengar ungkapan, sharing dari para konfrater Bruder tentang pengalaman karya baik itu karya yang diemban atau studi yang dipercayakan, memberikaan wawasan atau cara pandang saya tentang Bruder kedepan dan ini memotifasi saya untuk melihat kualitas diri saya yang berguna untuk diri, Tarekat, dan Gereja. 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Tentunya saya belum lama menjadi seorang Biarawan MSC dan belum banyak mengalami perjumpaan dengan para konfrater lainnya, relasi saya dengan para konfrater terlebih para pastor sejauh ini terjalin baik bahkan sangat baik. Prinsip saya saat menjadi Biarawan MSC yakni baik Bruder maupun Pastor mereka adalah saudara saya. Tentunya bayak perbedaan yang mencolok dikalangan umat dan masyarakat secara luas namun kiranya jangan di kalangan kita sebagai Biarawan MSC. (5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Bagaimana anda sebagai Bruder MSC memahami dan menghayati hidup Doa, hidup komunitas, hidup karya (kerasulan),hidup kaul dalam kehidupan seharihari? Saya sadari ketika awal masuk menjadi calon Biarawan Bruder MSC, saya telah diarakan untuk setia mengikuti doa harian, ekaristi, kunjungan sakramen,dan Silentium, semua ini wujud doa yang telah saya temukan di tempat pembinaan, yang tentunya menjadi pegangan, bekal saya sebagai biarawan dimanapun saya berada. Tentunya tidak mudah juga untuk mempertahankan yang telah ada terkadang ada alpanya, bolos pun sering, tetapi saya sadari ,bahwa saya masih manusia namun saya butuh pembaharuan yakni penyadaran diri bahwa saya Biarawan yang MSC, dan juga ada saudara-saudara saya yang bisa menjadi teman untuk berbagi pengalaman rohani yang membangun/ memotifasi saya untuk melihat kembali motifasi awal saya. Menghidupi ketiga kaul sebagai gaya hidup yang harus dihidupi, saya sadari setiap hari saya tertantang untuk melihat kualitas diri saya terlebih nilai dari ketiga kaul ini dalam diri, terlebih saat ini,namun tidak menjadi tolak ukur untuk memudarkan panggilan saya, saya kembalikan lagi bahwa saya adalah manusia yang Biarawan. Hasil refleksi Br. Iben MSC 1. Apa yang anda ketahui tentang Spiritualitas Hati? Spiritualitas hati mempunya dua arti kata yang berbeda. Yang menjadi bahan refleksi saya tentanng spiritualitas hati adalah: Spirit, yang artinya Roh atau lebih sederhana lagi adalah Roh Kudus. Maka, Roh kudus inilah yang menjiwai dan menuntut kita, mengubah gaya hidup kita sebagai MSC. Sedangkan, hati berarti pusat dari segalah kehidupan manusia. Yang, di dalamnya terdapat kejahatan dan kebaikan kita sebagai manusia lemah. Biasanya, hati di gunakan sebagai sesuatu yang baik di dalam diri kita. Misalnya, hati yang mencintai, hati yang rendah hati, hati yang berbelah rasa, hati yang peduli, hati yang peka serta juga melalui hati, kita bisa berpikir dan (6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bekerja. Sehingga, jika dihubungkan Spiritualitas Hati berarti cara atau gaya hidup menurut hati. 2. Apa peran kita sebagai Bruder MSC di dalam hidup menggereja sekarang ini? Peran kita di dalam hidup menggereja saat ini adalah, sebagai rasul yang menghidupkan. Bukan dengan cara berkhotbah di dalam Gereja atau di depan umat tetapi dengan cara memberdayakan umat serta mewarnai kehidupan mereka dengan semangat yang menjiwai dan membangun kehidupan mereka melalui kemampuan- kemampuan yang kita miliki. Kehadiran kita di tengah- tengah hidup menggereja sebagai Bruder MSC, bukan untuk mempimpin misa tetapi mengangkat kehidupan umat dan menggerakan mereka dengan potensi- potensi yang kita miliki, baik dengan cara berkatekse di tengah- tengah umat atau pun melalui bidang pendidikan maupun bidang pertania. Sehingga, dari sini akan nampak peran kita sebagai bruder MSC di tengah- tengah hidup menggeraja saat ini. 3. Apa ciri khas kita sebagai bruder MSC jika dibandingkan dengan tarekat lain? Ciri khas kita sebagai bruder MSC adalah semangat persaudaraan. Memang, dalam hal ini saya sangat bangga dengan MSC. Karena, sampai saat ini saya tidak pernah menemukan di tarekat lain. Dan, semangat persaudaraan MSC di kenal di mana- mana. Apalagi, di saat kita berkumpul atau ada kegiatan bersama. Masing- masing pribadi dengan keunikan tersendiri. Dan, keunikankeunikan ini muncul dengan melahirkan jiwa- jiwa humoris di antara kita. Hal ini juga, yang di tekankan di dalam konstitusi kita. Salah satu hal yang saya banggakan dari MSC/ Bruder, tidak ada perbedaan antara tua dan muda. Bahkan yang tua lebih senang bertemu dengan yang muda bahkan bersharing seperti teman seangkatan. Hal ini, yang membuat saya merasa lebih dekat, lebih enjoy dan terasa lebih akrab. (7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Bagaimana relasi anda sebagai bruder MSC dengan para imam MSC? Sejauh ini, relasi saya dengan para imam MSC, tidak ada hambatan. Semuanya berjalan lancar. Membangun relasi dengan para imam, rasanya sangat mudah dan tidak ada jarak antara saya dengan mereka. Dalam berelasi, saya selalu menghargai mereka sebagai imam bukan karena malu atau minder tetapi menghargai mereka sebagai saudara saya sendiri. Yang, membuat saya senang dan mudah berelasi dengan para imam adalah bisa bercanda dan bersharing bersama bahkan dari persaudaraan inilah saya bisa belajar banyak hal dari mereka. Cara saya memahami dan menghayati hidup Doa saya adalah saya menggibaratkan sebagai orang yang haus akan minuman dan lapar akan makanan. Doa bukanlah suatu aturan atau kewajiban tetapi doa merupakan suatu kerinduan saya yang mendalam akan Tuhan. Sampai saat ini, saya menyadari bahwa saya kuat bukan karena saya tetapi karena doa- doa saya kepada Tuhan. Sering saya merasa tidak mampu dalam mengerjakan tugas- tugas yang di percayakan kepadaku, tapi,ternyata itu bisa,sehingga dari pengalaman- pengalaman ini menyadarkan saya bahwa ternyata doa adalah kekuatan dalam hidupku. Sehingga di dalam situasi maupun keadaan apapun itu saya berusaha mengambil waktu untuk berdoa karena dengan melalui doa saya bisa menimbah kekuatan baru. Dengan, melalui hidup doaku yang semakin kuat, membuat hidup berkomunitasku semakin baik dan semakin bertanggung jawab. Di dalam hidup berkomunitas saya selalu berusaha untuk ada bersama dengan konfrater yang lain di saat ada kegiatan komunitas maupun saat rekreasi bersama. Mungkin, hal ini kelihatan sangat sederhana tetapi bagi saya sangat bermakna. karena, justru benih- benih persaudaraan dan kekeluargaan serta kepedulian terhadap konfrater yang lain semakin tumbuh melalui kegiatan komunitas maupun rekreasi bersama. Kepedulian inilah yang menghatar saya dalam menjawab hidup panggilan saya sebagai seorang Bruder MSC, dengan kelebihan dan kekurangan saya. Hal kongrit yang bisa saya lakukan adalah menjalani tugas- tugas harian saya di dalam komunitas dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab. Saya menyadari, bahwa dengan setiapa tugas yang di jalani dengan hati yang terbuka dan penuh tanggung jawab maka terasa semuanya bisa terselesaikan dengan baik. (8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dampak dari pengayatanku ini mengantar saya pada suatu kesadaran bahwa menjadi Bruder MSC berarti berani untuk menerima tugas yang di percayakan tarekat, baik itu di tugas yang kecil maupun tugas yang besar.Semua ini tidak lepas dari kaul ketaatan. Dan, cara saya menghayati kaul-kaul saya selama ini adalah dengan mencoba menghayati hidup yang sederhana. Hidup sederhana yang saya maksudkan di sini adalah merawat dan menjaga barangbarang pribadi dan barang- barang komunitas dengan baik. Tidak banyak menuntut, tetapi lebih banyak melakukan apa yang bisa saya lakukan dan memakai yang bisa dipakai. (9)