Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan

advertisement
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus
yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan
teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain.
Menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden
order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam
semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains
mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman
jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik
alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains
tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum
dalam wujud „pengetahuan deklaratif‟, akan tetapi belajar sains juga belajar
tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja
dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah
dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
8
8
8
9
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains
terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga
merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam
mempelajari rahasia gejala alam.
2.1.1.2. Tujuan IPA
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya
2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,
konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat
4) Melakukan pemecahan masalah secara ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan
berpikir,
bersikap
dan
bertindak
ilmiah
serta
berkomunikasi
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Dengan demikian proses pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan
sebaik mungkin. Proses pembelajaran yang baik sudah ditegaskan oleh BSNP
10
(2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu,
dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Setiap
satuan
pendidikan
melakukan
perencanaan
proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan
pengawasan
proses
pembelajaran
untuk
terlaksananya
proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
2.1.1.3. Karakteristik IPA
Karakteristik IPA menurut Prawirohartono (1989:93)
a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya dalam IPA dapat dibuktikan lagi
oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu.
b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam.
c. IPA merupakan pengetahuan teoritis.
d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.
e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman
tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.
Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
11
serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.1.4. Ruang Lingkup IPA
Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di menekankan pada pengamatan
fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu
fenomena alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada
konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
Meliputi objek IPA, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan,
energi
dalam
kehidupan,
interaksi
makhluk
hiup
dengan
lingkungannya, pencemaran lingkungan, pemanasan global, sistem
gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem pencernaan, sistem
ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembangan penduduk.
2. Benda/Zat/Bahan dan Sifatnya
Meliputi karakteristik zat, sifat bahan, bahan kimia, atom, ion,dan
molekul.
3. Energi dan Perubahannya
Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak
lurus, gaya dan Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair,
getaran, gelombang dan bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan
dinamis, kemagnetan dan induksi elektromagnetik.
4. Bumi dan Alam Semesta
Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan,
2.1.2
Hakekat dan Definisi Problem Solving
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran
berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran
12
berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana
siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis masalah
siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan
dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis
dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan
tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa
dituntut pula untuk belajar secara kritis.Siswa diharapkan menjadi individu
yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan
aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran
problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan
siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
yang diberikan.Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan
membuat kesimpulan.
Ciri-ciri pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo (2001 : 3) yaitu :
1.Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya
dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan siswa.
2.Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakan masalah,
metode ini menempatkan sebagian dari proses pembelajaran.
3.Pemecahan masalah dilakukandengan menggunkan pendekatan berfikir
secara ilmiah.
13
2.1.3 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar
mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik.Menurut
Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat
antara lain :
a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan
permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan
mandiri
b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang
menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makin bertambah
c) Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang benar – benar dihayati, diminati siswa serta
dalam berbagai macam ragam altenatif
d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan
cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara
individual maupun kelompok
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang
hendak dicapai.Tujuan dari pembelajaran problemsolving adalah sebagai
berikut.
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui
proses melakukan penemuan.
14
2.1.4 Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving
Method)
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo
(2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu:
Tabel 2.1 Tahapan metode Pembelajaran Problem Solving
Tahap – Tahap
1)
Merumuskan
Kemampuan yang diperlukan
Mengetahui
masalah
secara jelas.
2)
Menggunakan
Menelaah masalah
memperinci
dan
merumuskan
masalah
pengetahuan
menganalisa
untuk
masalah
dari
berbagai sudut.
3)
Merumuskan
Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,
hipotesis
sebab – akibat dan alternative penyelesaian.
4)
Kecakapan mencari dan menyusun data
Mengumpulkan
dan mengelompokkan
menyajikan
data
dalam
data sebagai bahan
diagram,gambar dan tabel.
bentuk
pembuktian hipotesis
5)
Pembuktian
hipotesis
Kecakapan menelaah dan membahas data,
kecakapan menghubung – hubungkan dan
menghitung.
Ketrampilan mengambil keputusan dan
kesimpulan.
6)
Menentukan
pilihan penyelesaian
Kecakapan membuat altenatif penyelesaian
kecakapan dengan memperhitungkan akibat
yang terjadi pada setiap pilihan.
Penerapan Problem Solvingdalam contoh kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan kemampuan guru adalah sebagai berikut :
15
Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving)
No
Kegiatan
Langkah Pembelajaran
Pembelajaran
1
Kegiatan Awal
Guru melakukan apersepsi.
Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran.
2
Kegiatan Inti
Pelaksanan pembelajaran dengan
menggunakanmetode pemecahan masalah,
langkah-langkahnya yaitu :
Guru menentukan dan menjelaskan masalah.
Gurudan siswa menyediakan alat/buku-buku
yang relevan dengan masalah tersebut.
Siswa mengadakan identifikasi masalah.
Siswa merumuskan jawaban sementara dalam
memecahkan masalah tersebut.
Siswa mengumpulkan data atau keterangan
yang relevan dengan masalah tersebut.
Siswa berusaha memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan data yang ada baik secara
individu maupun kelompok.
Setelah
selesai
siswa ditunjuk
untuk
menjelaskan ke depan kelas hasil dari
pemecahan masalahnya.
3
Kegiatan Penutup
Sebagai
evaluasi
metode
pemecahan
masalah,langkah pembelajarannya adalah :
Siswa
membuat
masalah.
kesimpulan
pemecahan
16
Guru menutup pembelajaran.
2.1.5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving
Pembelajaran
problem
solving
ini
memiliki
keunggulan
dan
kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving
diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir
dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis,
mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi
hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat
pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu
sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode
ini.Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau
konsep tersebut.Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.
2.1.6. Pengaruh Teori Problem Solving terhadap Siswa
Metode pembelajaran Problem Solving dapat membawa angin
perubahan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Guru dan siswa sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik
antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan
sebagai pengajar dan pendidik tetapi juga berperan sabagai fasilisator.
17
b. Gurudan siswa dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran.
Guru dapat mengembangkan kreatifitas, penggunaan multimetode,
pemakaian media dan guru dapat berperan sebagai mediator dagi
siswanya.
c. Siswa merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa
tertekan sehingga prose berpikir anak akan berjalan normal.
d. Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.
Dalam kaitannya dengan pengaruh teori ini diharapkan siswa
mengalami perubahan dan perkembangan dalam pembelajaran IPA dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Harapan peneliti antara lain, kognitif siswa
dalam IPA dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi
melebihi KKM IPA ≥70, afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa
terhadap IPA, timbul minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan
anggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor
siswa meningkat ketrampilan dalam memecahkan masalah.
Hasil belajar yang ingin peneliti capai pada penelitian ini meliputi :
1. Hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui nilai formatif
dapa melebih KKM IPA yaitu ≥70.
2. Hasil
belajar
afektif,
yaitu
tumbuhnya
minat
siswa
dalam
pembelajaran IPA.
3. Psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan dalam memecahkan
masalah.
2.1.7. Hasil Belajar
(Suprijono, 2011: 5) Hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.Hasil belajar berupa informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan
sikap.
18
(Purwanto, 2009: 54) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat
dididik dan diubah perilaku yang meliputi domain kogniktif, afektif, dan
psikomotorik.Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain –
domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain–domain dalam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan
tunggal.Untuk kepentingan pengukuran hasil belajar domain – domain
disusun secara hirarkhis dalam tingkat – tingkat mulai dari yang paling rendah
dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.Dalam domain
kognitif
diklasifikasikan
menjadi
kemampuan
hafalan,
pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.Dalam domain afektif hasil belajar
meliputi
level
penerimaan,
partisipasi,
penilaian,
organisasi,
dan
karakterisasi.Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi,
kesiapan, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan kreativitas.
Berdasarkan definisi – definisi hasil belajar yang dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai dan
diperoleh siswa berkat adanya usaha dimana hal tersebut dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan yang tampak dalam diri siswa. Belajar yang
dilakukan siswa merupakan suatu proses usaha untuk memperoleh suatu
perubahan dan siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil
mencapai tujuan dari pembelajaran.
19
2.1.8. Aspek- Aspek Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan. Hasil belajar tampak
dari
adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati , diukur
berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Hamalik (2012:30)
perubahan diartikan dengan terjadinya peningkatan dan pengembangan lebih
baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, tidak
mengerti menjadi mengerti.
Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23–1-25) membedakan hasil belajar
menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1).Ranah kognitif
Kognitif adalah ranah
yang
menekankan pada pengembangan
kemampuan dan keterampilan intelektual. Hasil belajar ranah kognitif
terwujud dalam aneka kemampuan intelektual murid.Ranah ini mencakup:
mengingat
(remembering),
memahami
(understanding), menerapkan
(applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi(evaluating), mencipta
(creating.)
2). Ranah afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan pengembangan perasaan, sikap,
nilai dan emosi. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu
penerimaan
(receiving), responsi
(responding), acuan nilai (valuing),
organisasi (organization) dan karakterisasi suatu nilai (internalizing values).
3), Ranah psikomotorik
Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan atau
keterampilan motorik. Ranah ini meliputi persepsi (perception), kesiapan
(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism),
20
gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan
kreativitas (originality).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
adalah
disimpulkan hasil belajar
penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh
siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Indikator hasilbelajar
dalam pembelajaran menggunakan metode problem solvingyang berupa nilai
siswa dalam bentuk hasil penilaian dan angka. Nilai tersebut diambil dari hasil
tes akhir siswa kelas 6 MI TARIS Raci pada pembelajaran Perubahan Benda
Semester I tahun 2015/2016.
Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012)
dikemukakan bahwa
berdasarkan cara mengerjakannya, tes dibedakan menjadi tes tertulis dan, tes
lisan dan perbuatan.
!. Tes Tertulis
Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal
peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi
dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar
salah, dan bentuk menjodohkan;
b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat
dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya
sulit dilakukan secara objektif).
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,
isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai
kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
21
memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak
mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih
jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang
benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan
peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan
soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya
dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik
yang sesungguhnya.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau
hal-hal
yang
sudah
dipelajari,
dengan
cara
mengemukakan
atau
mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang
ditanyakan terbatas.Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
a)
materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
c)
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat
yang menimbulkanpenafsiran ganda.
1.Tes Lisan
Tes
lisan
adalah
tes
yang
pelaksanaannyadilakukan
dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik,
dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes
wawancara masuk ke S1 PGSD merupakan tes lesan. Tes lisan tidak sama
dengan pembelajaran yang melakukan tanya jawab. Tanya jawab dalam
22
pembelajaran merupakan metode pembelajaran. Tes lisan memiliki kelebihan
(1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta
didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan
langsung; (2) bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat,
tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan
langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung
diketahui peserta didik. Adapun kelemahan tes lisan adalah (1) subjektivitas
pendidik sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan
relatif cukup lama.
1. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannyadisampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau
unjuk kerja.Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan
persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.Untuk
menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan,
agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yangdiperolehnya pada tempat
yang sudah disediakan.Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut
keperluan.Untuk
tes
perbuatan
yang
sifatnya
individual,
sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual.
2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Warsiti mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul
“Peningkatan Kreativatas Belajar IPA melalui Metode Problem Solving pada
Siswa kelas IV sd negeri 01 Lempong Kabupaten Karang Anyar Tahun
Pelajaran 2012/2013”.Hasil penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
siswa pembelajaran IPA siswa
melalui
penerapan
metode
Problem
23
Solvingpada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lempong siklus I mencapai
69,4% dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 88,6%.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Aulia jurusan ilmu pendidikan guru
sekolah
dasar
PENINGKATAN
universitas
HASIL
Lampung
BELAJAR
Bandar
IPA
Lampung
MELALUI
berjudul
MODEL
PEMBELAJARAN AIR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING (2015).
Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model
pembelajaran AIR dengan metode problem solving pada siswa kelas V
A SD Negeri 03 Sulusuban, Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dengan metode
problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan
kategori baik dengan nilai 66,00 dan mengalami peningkatan sebesar 10,22
sehingga pada siklus II mencapai 76,22 dengan kategori baik. Persentase
ketuntasan klasikal pada siklus I berada pada kategori sangat rendah
(50,00%) meningkat 31,82% sehingga pada siklus II mencapai kategori tinggi
(81,8)
2.3. Kerangka Berpikir
IPA merupakan pengetahuan yang sangat mendasar dan hampir terdapat
pada semua cabang ilmu pengetahuan yang lain. Seringkali dalam mengajar
IPA hanya berorientasi pada penguasaan terhadap konsep IPA sebagai ilmu
pengetahuan, bukan penguasaan akan kecakapan IPA untuk dapat memahami
dunia sekitarnya serta untuk berhasil dalam kariernya.
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa,
24
akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode pembelajaran
dengan alat peraga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itu berarti tujuan
pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan metode pembelajaran yang
tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.
Akan tetapi, penggunaan metode yang kurang mencakup seluruh materi
pembelajaran sehingga terkesan kurang menarik dapat ditambah dengan
media pembelajaran.
Kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran problem
solving
dalam
pembelajaran
IPA
tentang
Perubahan
Benda
masih
rendah.Hasil yang didapat siswa kelas 6 MI TARIS Raci masih ada yangdi
bawah KKM.Masih ada siswa yang belum dapat memahami materi, sehingga
mereka mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan
dengan materi tersebut.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman materi dan motivasi
belajar siswa, perlu adanya tindakan.Tindakan yang dilakukan oleh peneliti
yaitu dengan menggunakan metode penggunaan pembelajaran problem
solving.Siklus 1 menggunakan metode pembelajaran problem solvingpada
pokok bahasan Faktor Penyebab Perubahan Benda.Siklus 2 menggunakan
metode problem solving pada pokok bahasan Sifat dan Kegunaan
Benda.Dengan tindakan dari siklus 1 ke siklus 2 diharapkan motivasi dan
prestasi belajar IPA meningkat.Kondisi akhir diduga dengan menggunakan
metode problem solving diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA
tentang Perubahan Benda pada siswa kelas 6 MI TARIS Raci Batangan Pati
dapat melebihi KKM.Dan siswa diharapkan bisa memahami setiap materi
yang diajarkan oleh guru.
25
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Suharsimi Arikunto, 1998: 67).Dengan menggunakan problem solving dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 6 MI
TARIS Raci Tahun ajaran 2015/2016.
Download