8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud „pengetahuan deklaratif‟, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. 8 8 8 9 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam. 2.1.1.2. Tujuan IPA Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya 2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat 4) Melakukan pemecahan masalah secara ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dengan demikian proses pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Proses pembelajaran yang baik sudah ditegaskan oleh BSNP 10 (2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 2.1.1.3. Karakteristik IPA Karakteristik IPA menurut Prawirohartono (1989:93) a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu. b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. c. IPA merupakan pengetahuan teoritis. d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan. e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah. Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, 11 serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.1.4. Ruang Lingkup IPA Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Meliputi objek IPA, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan, energi dalam kehidupan, interaksi makhluk hiup dengan lingkungannya, pencemaran lingkungan, pemanasan global, sistem gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem pencernaan, sistem ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembangan penduduk. 2. Benda/Zat/Bahan dan Sifatnya Meliputi karakteristik zat, sifat bahan, bahan kimia, atom, ion,dan molekul. 3. Energi dan Perubahannya Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak lurus, gaya dan Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair, getaran, gelombang dan bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan dinamis, kemagnetan dan induksi elektromagnetik. 4. Bumi dan Alam Semesta Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan, 2.1.2 Hakekat dan Definisi Problem Solving Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran 12 berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kritis.Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat kesimpulan. Ciri-ciri pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo (2001 : 3) yaitu : 1.Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. 2.Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakan masalah, metode ini menempatkan sebagian dari proses pembelajaran. 3.Pemecahan masalah dilakukandengan menggunkan pendekatan berfikir secara ilmiah. 13 2.1.3 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik.Menurut Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat antara lain : a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan mandiri b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah c) Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam situasi atau keadaan yang benar – benar dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual maupun kelompok Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai.Tujuan dari pembelajaran problemsolving adalah sebagai berikut. 1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya. 2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa. 3) Potensi intelektual siswa meningkat. 4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. 14 2.1.4 Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method) Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu: Tabel 2.1 Tahapan metode Pembelajaran Problem Solving Tahap – Tahap 1) Merumuskan Kemampuan yang diperlukan Mengetahui masalah secara jelas. 2) Menggunakan Menelaah masalah memperinci dan merumuskan masalah pengetahuan menganalisa untuk masalah dari berbagai sudut. 3) Merumuskan Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, hipotesis sebab – akibat dan alternative penyelesaian. 4) Kecakapan mencari dan menyusun data Mengumpulkan dan mengelompokkan menyajikan data dalam data sebagai bahan diagram,gambar dan tabel. bentuk pembuktian hipotesis 5) Pembuktian hipotesis Kecakapan menelaah dan membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung. Ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. 6) Menentukan pilihan penyelesaian Kecakapan membuat altenatif penyelesaian kecakapan dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan. Penerapan Problem Solvingdalam contoh kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kemampuan guru adalah sebagai berikut : 15 Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) No Kegiatan Langkah Pembelajaran Pembelajaran 1 Kegiatan Awal Guru melakukan apersepsi. Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran. 2 Kegiatan Inti Pelaksanan pembelajaran dengan menggunakanmetode pemecahan masalah, langkah-langkahnya yaitu : Guru menentukan dan menjelaskan masalah. Gurudan siswa menyediakan alat/buku-buku yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa mengadakan identifikasi masalah. Siswa merumuskan jawaban sementara dalam memecahkan masalah tersebut. Siswa mengumpulkan data atau keterangan yang relevan dengan masalah tersebut. Siswa berusaha memecahkan masalah yang dihadapinya dengan data yang ada baik secara individu maupun kelompok. Setelah selesai siswa ditunjuk untuk menjelaskan ke depan kelas hasil dari pemecahan masalahnya. 3 Kegiatan Penutup Sebagai evaluasi metode pemecahan masalah,langkah pembelajarannya adalah : Siswa membuat masalah. kesimpulan pemecahan 16 Guru menutup pembelajaran. 2.1.5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. 2.1.6. Pengaruh Teori Problem Solving terhadap Siswa Metode pembelajaran Problem Solving dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu: a. Guru dan siswa sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik tetapi juga berperan sabagai fasilisator. 17 b. Gurudan siswa dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreatifitas, penggunaan multimetode, pemakaian media dan guru dapat berperan sebagai mediator dagi siswanya. c. Siswa merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa tertekan sehingga prose berpikir anak akan berjalan normal. d. Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas. Dalam kaitannya dengan pengaruh teori ini diharapkan siswa mengalami perubahan dan perkembangan dalam pembelajaran IPA dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Harapan peneliti antara lain, kognitif siswa dalam IPA dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM IPA ≥70, afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa terhadap IPA, timbul minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan anggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor siswa meningkat ketrampilan dalam memecahkan masalah. Hasil belajar yang ingin peneliti capai pada penelitian ini meliputi : 1. Hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui nilai formatif dapa melebih KKM IPA yaitu ≥70. 2. Hasil belajar afektif, yaitu tumbuhnya minat siswa dalam pembelajaran IPA. 3. Psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan dalam memecahkan masalah. 2.1.7. Hasil Belajar (Suprijono, 2011: 5) Hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.Hasil belajar berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. 18 (Purwanto, 2009: 54) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilaku yang meliputi domain kogniktif, afektif, dan psikomotorik.Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain – domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain–domain dalam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan tunggal.Untuk kepentingan pengukuran hasil belajar domain – domain disusun secara hirarkhis dalam tingkat – tingkat mulai dari yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi.Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan kreativitas. Berdasarkan definisi – definisi hasil belajar yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai dan diperoleh siswa berkat adanya usaha dimana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan yang tampak dalam diri siswa. Belajar yang dilakukan siswa merupakan suatu proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan dan siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan dari pembelajaran. 19 2.1.8. Aspek- Aspek Hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan. Hasil belajar tampak dari adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati , diukur berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Hamalik (2012:30) perubahan diartikan dengan terjadinya peningkatan dan pengembangan lebih baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti. Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23–1-25) membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1).Ranah kognitif Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Hasil belajar ranah kognitif terwujud dalam aneka kemampuan intelektual murid.Ranah ini mencakup: mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi(evaluating), mencipta (creating.) 2). Ranah afektif Afektif adalah ranah yang berkaitan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu penerimaan (receiving), responsi (responding), acuan nilai (valuing), organisasi (organization) dan karakterisasi suatu nilai (internalizing values). 3), Ranah psikomotorik Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan atau keterampilan motorik. Ranah ini meliputi persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), 20 gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas (originality). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, adalah disimpulkan hasil belajar penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Indikator hasilbelajar dalam pembelajaran menggunakan metode problem solvingyang berupa nilai siswa dalam bentuk hasil penilaian dan angka. Nilai tersebut diambil dari hasil tes akhir siswa kelas 6 MI TARIS Raci pada pembelajaran Perubahan Benda Semester I tahun 2015/2016. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012) dikemukakan bahwa berdasarkan cara mengerjakannya, tes dibedakan menjadi tes tertulis dan, tes lisan dan perbuatan. !. Tes Tertulis Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan; b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif). Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan 21 memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: a) materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum; b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkanpenafsiran ganda. 1.Tes Lisan Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannyadilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes wawancara masuk ke S1 PGSD merupakan tes lesan. Tes lisan tidak sama dengan pembelajaran yang melakukan tanya jawab. Tanya jawab dalam 22 pembelajaran merupakan metode pembelajaran. Tes lisan memiliki kelebihan (1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung; (2) bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik. Adapun kelemahan tes lisan adalah (1) subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama. 1. Tes Perbuatan Tes perbuatan yakni tes yang penugasannyadisampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja.Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yangdiperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan.Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. 2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian oleh Warsiti mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul “Peningkatan Kreativatas Belajar IPA melalui Metode Problem Solving pada Siswa kelas IV sd negeri 01 Lempong Kabupaten Karang Anyar Tahun Pelajaran 2012/2013”.Hasil penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa pembelajaran IPA siswa melalui penerapan metode Problem 23 Solvingpada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lempong siklus I mencapai 69,4% dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 88,6%. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Aulia jurusan ilmu pendidikan guru sekolah dasar PENINGKATAN universitas HASIL Lampung BELAJAR Bandar IPA Lampung MELALUI berjudul MODEL PEMBELAJARAN AIR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING (2015). Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran AIR dengan metode problem solving pada siswa kelas V A SD Negeri 03 Sulusuban, Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dengan metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan kategori baik dengan nilai 66,00 dan mengalami peningkatan sebesar 10,22 sehingga pada siklus II mencapai 76,22 dengan kategori baik. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I berada pada kategori sangat rendah (50,00%) meningkat 31,82% sehingga pada siklus II mencapai kategori tinggi (81,8) 2.3. Kerangka Berpikir IPA merupakan pengetahuan yang sangat mendasar dan hampir terdapat pada semua cabang ilmu pengetahuan yang lain. Seringkali dalam mengajar IPA hanya berorientasi pada penguasaan terhadap konsep IPA sebagai ilmu pengetahuan, bukan penguasaan akan kecakapan IPA untuk dapat memahami dunia sekitarnya serta untuk berhasil dalam kariernya. Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa, 24 akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode pembelajaran dengan alat peraga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Akan tetapi, penggunaan metode yang kurang mencakup seluruh materi pembelajaran sehingga terkesan kurang menarik dapat ditambah dengan media pembelajaran. Kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran problem solving dalam pembelajaran IPA tentang Perubahan Benda masih rendah.Hasil yang didapat siswa kelas 6 MI TARIS Raci masih ada yangdi bawah KKM.Masih ada siswa yang belum dapat memahami materi, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi tersebut. Untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman materi dan motivasi belajar siswa, perlu adanya tindakan.Tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan metode penggunaan pembelajaran problem solving.Siklus 1 menggunakan metode pembelajaran problem solvingpada pokok bahasan Faktor Penyebab Perubahan Benda.Siklus 2 menggunakan metode problem solving pada pokok bahasan Sifat dan Kegunaan Benda.Dengan tindakan dari siklus 1 ke siklus 2 diharapkan motivasi dan prestasi belajar IPA meningkat.Kondisi akhir diduga dengan menggunakan metode problem solving diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Perubahan Benda pada siswa kelas 6 MI TARIS Raci Batangan Pati dapat melebihi KKM.Dan siswa diharapkan bisa memahami setiap materi yang diajarkan oleh guru. 25 2.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 1998: 67).Dengan menggunakan problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 6 MI TARIS Raci Tahun ajaran 2015/2016.