BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan panas Perpindahan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perpindahan panas
Perpindahan panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi
dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda
atau material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan
panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Ada tiga bentuk
mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi.
Konduksi, merupakan perpindahan panas dari partikel yang lebih berenergi
ke partikel yang kurang berenergi yang saling berdekatan dari sebuah bahan
karena interaksi antara partikel tersebut. Contoh: semakin panasnya (hangat)
sendok yang tercelup dalam secangkir kopi panas. Holman [3] merumuskan
persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas secara konduksi adalah:
q = −kA
∂T
(W)
∂x
(2.1)
, dimana q sebagai laju perpindahan panas konduksi, ∂T/∂x sebagai gradient suhu
ke arah perpindahan panas, k sebagai konduktivitas atau kehantaran termal benda
dengan tanda minus menunjukkan aliran kalor ke tempat yang bertemperatur lebih
rendah, dan A sebagai luas permukaan yang mengalami perpindahan panas
tersebut.
Gambar 2.1. Perpindahan panas konduski dari udara hangat ke kaleng minuman
dingin melalui dinding aluminum kaleng[4].
Konveksi, merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan
berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir, dan itu melibatkan
pengaruh konduksi dan aliran fluida. Contoh: sebuah plat besi panas akan lebih
cepat dingin jika diletakkan di depan kipas angin dibandingkan dengan jika
diletakkan begitu saja di udara terbuka. Holman [5] merumuskan persamaan untuk
meramalkan laju perpindahan panas secara konveksi adalah:
q = hA(Ts − T∞ )
(W)
(2.2)
, dimana q sebagai laju perpindahan panas konveksi, h sebagai koefisien
perpindahan-kalor konveksi, A sebagai luas permukaan yang mengalami
perpindahan panas, Ts sebagai temperatur permukaan benda solid yang dilalui
fluida yang mengalir, T∞ sebagai temperatur fluida yang mengalir berdekatan
dengan permukaan benda solid.
Gambar 2.2. Perpindahan panas dari permukaan panas
ke udara dengan konveksi[6]
Radiasi,
merupakan
perpindahan
energi
karena
emisi
gelombang
elektromagnet (atau photons). Contoh: kehangatan sewaktu kita berada di dekat
api unggun. Holman [7] persamaan untuk meramalkan laju perpindahan panas
secara radiasi adalah:
(
4
q = εAσ Ts4 − Tsur
)
(W)
(2.3)
, dimana q sebagai laju perpindahan panas radiasi, ε sebagai sifat radiasi pada
permukaan (emisivitas), A sebagai luas permukaan, σ sebagai konstanta StefanBoltzmann (5.67 x 10-8 W/m2K4), Ts sebagai temperatur absolute permukaan, Tsur
sebagai temperatur sekitar.
Gambar 2.3 Perpindahan panas dengan radiasi[8].
2.2 Alat Penukar Kalor
Alat penukar kalor merupakan suatu peralatan dimana terjadi perpindahan
panas dari suatu fluida yang temperaturnya lebih tinggi kepada fluida lain yang
temperaturnya lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Maksudnya adalah :
1. Pada alat penukar kalor yang langsung, fluida yang panas akan bercampur
secara langsung dengan fluida dingin (tanpa adanya pemisah) dalam suatu
bejana atau ruangan tertentu
2. Pada alat penukar kalor yang tidak langsung, fluida panas tidak berhubungan
langsung dengan fluida dingin. Jadi proses perpindahan panas itu mempunyai
media perantara, seperti pipa, pelat atau peralatan jenis lainnnya
2.2.1. Klasifikasi Alat Penukar Kalor
Menurut Tunggul [9] alat penukar kalor dapat diklasifikasikan berdasarkan
bermacam-macam pertimbangan, yaitu:
1. Klasifikasi Berdasarkan Proses Perpindahan Panas
- Tipe kontak tidak langsung
•
Tipe yang langsung dipindahkan

Tipe satu fase

Tipe banyak fase

Tipe yang ditimbun (storage type)

Tipe fluidized bed
- Tipe yang kontak langsung
•
Immiscible fluids
•
Gas liquid
•
Liquid vapor
2. Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Fluida yang Mengalir
- Dua jenis fluida
- Tiga jenis fluida
- N-jenis fluida
3. Klasifikasi Berdasarkan Kompaknya Permukaan
- Tipe penukar kalor yang kompak, density luas permukaannya > 700 m2/m3
- Tipe penukar kalor yang tidak kompak, density luas permukaannya < 700
m2/m3
4. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Perpindahan Panas
- Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
- Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya
terdapat cara konveksi dua aliran
- Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta masing-masing
terdapat dua pass aliran
- Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi Berdasarkan Konstruksi
- Konstruksi tubular (shell and tube)
•
Pipa ganda (Double tube)
•
Konstruksi shell and tube

Sekat plat (plate baffle)

Sekat batang (rod baffle)

Konstruksi tabung spiral
- Konstruksi tipe pelat
•
Tipe pelat
•
Tipe lamella
•
Tipe spiral
•
Tipe pelat koil
- Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
•
Sirip pelat (pelat fin)
•
Sirip tabung (tube fin)

Heat pipe wall

Ordinary separating wall
- Regenerative
•
Tipe rotari
•
Tipe disk (piringan)
•
Tipe drum
•
Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi Berdasarkan Pengaturan Aliran
- Aliran dengan satu pass
•
Aliran berlawanan arah
•
Aliran paralel
•
Aliran melintang
•
Aliran split
•
Aliran yang dibagi (divided)
- Aliran multi pass
•
Permukaan yang diperbesar (extended surface)
•

Aliran counter menyilang

Aliran paralel menyilang

Aliran compound
Shell and tube

Aliran paralel yang berlawanan (M laluan pada cangkang dan N
laluan pada tabung)
•

Aliran split

Aliran dibagi (divided)
Multipass pelat

N-paralel pelat multipass
2.2.2. Standar Alat Penukar Kalor.
Menurut Tunggul [10] standar yang umum digunakan menjadi acuan
dalam merencanakan, fabrikasi serta memelihara alat penukar kalor adalah:
1. Standards of Tubular Exchanger Manufacturers Association (TEMA
Standards), merupakan standar Amerika Serikat
2. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section VIII,
Pressure Vessel-Division I
Alternative rules for pressure Vessels-Division II
3. American Petroleum Institute (API Standards)
Chapter VI – Pressure Vessels (Tower, Drums, and Reactors)
Chapter VII – Heat Exchangers, Condensors, and Cooler Boxes
4. American Society of Mechanical Engineers (ASME) Code, Section II –
Material Spesification
Part A – Ferrous metal
Part B – Non-ferrous metal
Part C – Welding Rod, Electrods, and Filler metals
5. Standards British, seperti British Standard B S 3274, B S 5500, dan standar
negara-negara lain seperti Belgia, Jerman, Belanda, Perancis, Norwegia,
Australia, Japan, dan lain-lain
Adapun standar tersebut mencakup masalah perencanaan (design), pembuatan
(fabrikasi), pemilihan material konstruksi, pengujian (testing) cangkang tabung,
sekat dan support, ujung yang bebas (floating head), saluran nosel, pelat tabung
(tube sheet), dan lain-lain.
2.2.3. Alat Penukar Kalor Tipe Cangkang dan Tabung.
Cangkang tabung adalah salah satu jenis APK yang menurut
konstruksinya dicirikan oleh adanya sekumpulan tabung (tube bundles) yang
dipasangkan di dalam cangkang berbentuk silinder dimana dua jenis fluida yang
saling bertukar kalor mengalir secara terpisah, masing-masing melalui sisi tabung
dan sisi cangkang.
Begitu banyaknya jenis dari alat penukar kalor cangkang tabung yang
dipergunakan pada dunia industri. Untuk membuat pembagiannya secara pasti
adalah sangat sulit. Menurut Tunggul [11] berdasarkan pemakaian, heat
exchanger diklasifikasikan dalam 3 class, yaitu : class R, class C, dan class B.
Class R adalah alat penukar kalor yang tidak mengalami pembakaran, dan secara
umum dipergunakan untuk mengolah minyak (petroleum) atau setidak-tidaknya
berhubungan dengan aplikasi dalam proses pengolahan minyak. Class C sama
dengan class R, dimana dalam penggunaannya tidak mengalami pembakaran.
Jenis ini umumnya dipergunakan pada tujuan-tujuan komersial dan dalam proses
yang umum. Class B juga sama, hanya saja dipergunakan untuk proses-proses
kimia (chemical process service).
Disamping pengelompokan diatas, dari TEMA dikenal juga tipe lain,
seperti:
1. Penukar kalor dengan fixed tube sheet
2. Penukar kalor dengan floating tube sheet
3. Penukar kalor dengan pipa U (hairpin tube)
4. Penukar kalor dengan fixed tube sheet dan mempunyai sambungan ekspansi
(expantion joint) pada cangkang nya
Keuntungan alat penukar kalor tipe cangkang tabung adalah :
1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan
bentuk atau volume yang kecil
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well established)
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis
material yang dipergunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasinya
5. Mudah membersihkannya
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well established)
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil
8. Prosedur mengoperasikannya tidak berbelit-belit
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu
kesatuan yang utuh, sehingga pengangkutannya relatif mudah
Gambar 2.4. APK jenis Cangkang dan Tabung tipe BEM.
Konstruksi tipe BEM mempunyai front end Stationary B yang berbentuk Bunnet,
cangkang tipe E yaitu one pass shell dan rear end head, tipe M yaitu fixed tube
shell.
Umumnya, aliran fluida dalam cangkang dan tabung dari suatu APK
adalah paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam cangkang dan
tabung menjadi aliran menyilang (cross flow) biasanya ditambah baffle (sekat).
2.2.4. Fluida di Dalam Cangkang dan di Dalam Tabung.
Menentukan fluida di dalam tabung serta fluida diluar tabung (sisi
cangkang)
memerlukan
pertimbangan-pertimbangan
yang
khusus.
Untuk
menentukan hal itu dilakukan evaluasi berbagai faktor disamping memperhatikan
tipe alat penukar kalor. Tunggul [12] mengemukakan faktor-faktor yang harus
diperhatikan untuk menentukan jenis fluida dalam tabung (tube side) atau diluar
tabung (shell side) adalah:
1. Kemampuan untuk dibersihkan (cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan tabung dan cangkang, maka
pembersihan sisi cangkang (luar tabung) jauh lebih sulit. Untuk itu maka
fluida yang bersih biasanya dialirkan sebelah cangkang (diluar tabung) dan
fluida yang kotor melalui tabung.
2. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam itu mahal, karena itu fluida dialirkan melalui
tabung untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan cangkang.
3. Tekanan kerja
Cangkang yang bertekanan tinggi, diameter besar, akan memerlukan dinding
yang tebal, ini akan mahal. Untuk mengatasi hal ini, apabila fluida bertekanan
tinggi, lebih baik dialirkan melalui tabung.
4. Temperatur
Fluida bertemperatur tinggi lebih baik dialirkan melalui tabung. Fluida
bertemperatur tinggi juga akan menurunkan tegangan yang dibolehkan
(allowable stress) pada material peralatan, hal ini mempunyai pangaruh yang
sama seperti fluida bertekanan tinggi yang memerlukan dinding cangkang
yang tebal.
5. Fluida berbahaya atau fluida mahal
Untuk fluida mahal dan atau fluida yang berbahaya harus dialirkan melalui
bagian-bagian yang terikat kuat pada alat penukar kalor itu. Beberapa tipe
penukar kalor mengalirkannya pada sisi sebelah tabung.
6. Jumlah aliran fluida
Suatu perencanaan yang baik akan diperoleh aliran fluida yang kecil
jumlahnya dilakukan pada sisi sebelah cangkang. Ini mempengaruhi jumlah
pass aliran, tetapi konsekuensinya ialah kerugian dan penurunan tekanan.
7. Viskositas
Batas angka kritis bilangan Reynolds untuk aliran turbulen pada sisi cangkang
adalah 200. Karena itu aliran laminer dalam tabung dapat menjadi turbulen
apabila aliran melalui cangkang. Aliran tetap laminar dialirkan melalui
cangkang, maka lebih baik aliran itu dialirkan melalui tabung.
8. Penurunan tekanan
Apabila masalah penurunan tekanan (pressure drop) merupakan hal yang
kritis dan harus ditinjau secara teliti, maka sebaiknya fluida tersebut dialirkan
melalui sisi tabung. Penurunan tekanan didalam tabung dapat dihitung dengan
teliti, sedangkan pressure drop sisi cangkang dapat menyimpang sangat besar
dari nilai teoritis, tergantung dari kelonggaran (clearance) alat penukar kalor
itu.
Kemampuan melepas atau menerima panas suatu alat penukar kalor
dipengaruhi oleh besarnya luas permukaan (heating surface). Besarnya luas
permukaan itu tergantung dari panjang, ukuran dan jumlah tabung yang
dipergunakan pada alat penukar kalor itu.
2.2.5. Jumlah Pass Atau Lintasan Pada Alat Penukar Kalor.
Yang dimaksud dengan pass dalam alat penukar kalor adalah lintasan yang
dilakukan oleh fluida di dalam cangkang atau dalam bundle tabung. Dikenal 2
jenis lintasan alat penukar kalor, yaitu :
1.
Shell pass atau lintasan cangkang.
2.
Tube pass atau lintasan tabung.
Yang dimaksud dengan pass shell adalah lintasan yang dilakukan oleh
fluida sejak masuk mulai saluran masuk (inlet nozzle), melewati bagian dalam
cangkang dan mengelilingi tabung, keluar dari saluran buang (outlet nozzle).
Apabila lintasan itu dilakukan 1 kali maka disebut 1 laluan cangkang, kalau terjadi
2 kali atau n kali melintasi bagian dalam serta melewati tabung, disebut 2 atau n
laluan cangkang.
Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk kedalam penukar kalor
melalui salah satu ujung (front head) lalu mengalir ke dalam tabung dan langsung
keluar dari ujung tabung yang lain melalui rear head, maka disebut dengan 1
laluan tabung. Apabila fluida itu membelok lagi masuk kedalam tabung, sehingga
terjadi dua kali lintasan fluida dalam tabung maka disebut 2 laluan tabung.
Biasanya laluan cangkang itu lebih sedikit daripada laluan tabung.
2.2.6. Aliran Fluida dan Distribusi Temperatur Pada Alat Penukar Kalor
Apabila ditinjau aliran fluida alat penukar kalor, maka dapat dibagi dalam
3 macam aliran, yaitu :
1.
Aliran sejajar atau paralel flow.
2.
Aliran berlawanan atau counter flow.
3.
Aliran kombinasi, gabungan aliran sejajar dan berlawanan.
Aliran fluida dan distribusi temperatur pada penukar kalor dapat dibagi
atas :
1. Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Langsung
Pada alat penukar kalor jenis ini, temperatur akhir fluida panas dan
fluida dingin menjadi sama karena kedua jenis fluida tersebut akan membentuk
campuran (teraduk) keluar dari alat penukar kalor itu. Hal ini berarti, panas yang
diberikan oleh fluida panas diterima secara utuh atau 100% oleh fluida dingin,
tanpa ada kerugian panas.
Hubungan antara jenis aliran, distribusi temperatur dan panjang tabung
(luas tabung) pada alat penukar kalor yang kontak langsung dapat dilihat pada
gambar 2.5. dan 2.6 [13].
Gambar 2.5. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung alat penukar kalor
langsung, dengan aliran fluida parallel.
Gambar 2.6. Distribusi temperatur – panjang (luas) tabung, alat penukar kalor
langsung, dengan aliran fluida berlawanan arah.
2. Aliran dan Distribusi Temperatur Alat Penukar Kalor yang Tidak Langsung
Pada jenis alat penukar kalor ini, tabung berfungsi sebagai pemisah
antara fluida panas dengan fluida dingin. Untuk itu perlu pertimbangan yang
matang, untuk menentukan fluida mana yang mengalir melalui tabung, apakah
fluida panas atau fluida dingin.
2.2.7. Konstruksi Alat Penukar Kalor
Ditinjau dari segi konstruksi alat penukar kalor jenis cangkang dan tabung,
Tunggul [14] membagi konstruksinya dalam 4 bagian, yaitu:
1. Bagian depan yang tetap atau Front End Stationary Head
2. Shell atau badan alat penukar kalor
3. Bagian ujung belakang atau Rear End Head
4. Berkas tabung atau tube bundle, kumpulan tabung yang dimasukkan ke dalam
tabung alat penukar kalor
Didalam TEMA Standar, masing-masing bagian tersebut (kecuali nomor
4) telah diberi kode masing-masing dengan mempergunakan huruf.
Gambar 2.7. Bagian-bagian dari alat penukar kalor
(berdasarkan standar TEMA) [15].
2.2.8. Cangkang (Shell)
Secara umum lintasan fluida dalam APK dapat terjadi pada dua area
lintasan yang terpisah yakni dalam shell side (sisi cangkang) dan tube side (sisi
tabung). Dalam menganalisa aliran fluida dalam sisi cangkang bahwa, dalam sisi
cangkang selain terdapat aliran utama B yakni aliran yang melintas tegak (main
cross flow) terhadap bundel tube, juga terdapat kebocoran (leakage) aliran seperti
kebocoran A antara baffle dengan tabung, dan kebocoran E antara baffle dengan
cangkang, serta aliran by pass C antara bundel tube dengan cangkang, seperti
gambar 2.8. [16].
Gambar 2.8. Aliran dalam sisi cangkang dengan baffle segmen.
Gambar 2.9. Cangkang APK.
2.2.9. Tabung.
Susunan tabung itu mempengaruhi besarnya penurunan tekanan aliran
fluida dalam cangkang. Penentuan susunan tabung pada alat penukar kalor sangat
prinsip sekali, ditinjau dari segi operasi dan pemeliharaan. Adapun beberapa
susunan tabung alat penukar kalor menurut Tunggul [17] meliputi:
1. Tabung (tube) dengan susunan segitiga (triangular pitch).
2. Tabung (tube) dengan susunan segitiga diputar 30o (rotated triangular
atau in-line triangular pitch).
3. Tabung (tube) dengan susunan bujur sangkar (in-line square pitch).
4. Tabung (tube) dengan susunan berbentuk belah ketupat, atau bentuk
bujur sangkar yang diputar 45o (diamond square pitch).
Susunan tabung yang segitiga merupakan susunan yang sangat popular
dan baik dipakai melayani fluida kotor/berlumpur atau yang bersih (non-fouling
or fouling). Koefisien perpindahan panasnya lebih baik dibanding dengan susunan
tabung bujur sangkar (in-line square pitch). Susunan tabung segitiga banyak
dipergunakan dan menghasilkan perpindahan panas yang baik per satu satuan
penurunan tekanan (per unit pressure drop), di samping itu letaknya lebih
kompak.
Susunan bujur sangkar membentuk sudut 90o (in-line square pitch) banyak
dipergunakan, dengan pertimbangan seperti berikut:
1. Apabila penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi pada alat
penukar kalor itu sangat kecil.
2. Apabila pembersihan yang dilakukan pada bagian luar tabung adalah
dengan cara pembersihan mekanik (mechanical cleaning). Sebab pada
susunan seperti ini, terdapat celah anatara tabung yang dipergunakan
untuk pembersihannya.
3. Susunan ini memberikan perilaku yang baik, bila terjadi aliran turbulen,
tetapi untuk laminar akan memberikan hasil yang kurang baik.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.10. Susunan tabung alat penukar kalor.
(a) susunan tabung segitiga (triangular); (b) susunan tabung bujur sangkar
(c) susunan tabung bujursangkar diputar 45o(diamond) [18].
Tabel 2.1. Perbandingan dari susunan tabung pada alat penukar kalor [19].
Susunan
Kelebihan
Kekurangan
tabung
Segitiga
- Film koefisiennya lebih tinggi - Jatuh tekanan yang
daripada bujur sangkar
terjadi antara menengah
- Dapat dibuat jumlah tabung
keatas
yang lebih banyak sebab - Tidak baik untuk fluida
susunannya kompak
yang kotor
- Pembersihannya dengan
cara kimia
Bujur
sangkar
Belah
ketupat
- Bagus untuk kondisi yang - Film
koefisiennya
memerlukan jatuh tekanan
rendah
rendah
- Baik untuk pembersihan luar
tabung secara mekanik
- Baik untuk melayani fluida
kotor
- Film koefisiennya lebih baik - Film koefisiennya relatif
dari susunan bujur sangkar,
rendah
tetapi tidak sebaik susunan - Jatuh tekanannya tidak
segitiga
serendah jenis susunan
- Mudah untuk pembersihan
bujur sangkar
dengan mekanis
- Baik untuk fluida yang kotor
2.2.10. Baffle atau Sekat.
Umumnya, aliran fluida dalam alat penukar kalor tabung cangkang adalah
paralel atau berlawanan. Untuk membuat aliran fluida dalam alat penukar kalor
tabung cangkang menjadi cross flow biasanya ditambahkan penyekat atau baffle.
Aliran cross flow yang didapat dengan menambahkan baffle akan membuat luas
kontak fluida dalam cangkang dengan dinding tabung makin besar, sehingga
perpindahan panas di antara kedua fluida meningkat. Selain untuk mengarahkan
aliran agar menjadi cross flow, bafflecut juga berguna untuk menjaga supaya tube
tidak melengkung(berfungsi sebagai penyangga)
Secara teoritis, baffle yang dipasang terlalu berdekatan akan meningkatkan
perpindahan panas yang terjadi di antara kedua fluida, namun hambatan yang
terjadi pada aliran yang melalui celah antar baffle menjadi besar sehingga
penurunan tekanan menjadi besar. Sedang jika baffle dipasang terlalu berjauhan
penurunan tekanan yang terjadi akan kecil, namun perpindahan panas yang terjadi
kurang baik. Untuk itu akan dilakukan suatu penelitian untuk mempelajari
pengaruh penggunaan baffle cut pada suatu alat penukar kalor tabung cangkang.
Baffles atau sekat-sekat yang dipasang pada alat penukar kalor
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Struktur untuk menahan berkas tabung
2. Damper untuk menahan atau mencegah terjadinya getaran (vibration) pada
tabung
3. Sebagai alat untuk mengontrol dan mengarahkan aliran fluida yang mengalir
diluar tabung (sisi cangkang).
Potongan baffle cut 5,31%
Potongan baffle cut 18,22%
Potongan baffle cut 30,37%
Potongan baffle cut 43,28%
Gambar 2.11. Baffle.
Ditinjau dari segi konstruksi, sekat dapat diklasifikasikan dalam 4
kelompok, yaitu:
1.
Sekat pelat berbentuk segment (segmental baffles plate).
Sekat pelat berbentuk segmen ini adalah jenis umum yang umum
dipergunakan. Dipasang dengan posisi tegak lurus terhadap tabung.Konstruksi
sekat ini terdiri dari bahan pelat yang dilubangi untuk memasukkan tabung
kedalamnya. Pada setiap alat penukar kalor dipergunakan lebih dari satu sekat
2.
Sekat batang (rod baffles).
Sekat batang merupakan kombinasi sekat pelat dan rod. Konstruksinya
terbuat dari rod dan pelat yang merupakan cincin sekat dimana satu dengan yang
lain dipadukan dengan skid bar.
3.
Sekat mendatar (longitudinal baffles).
Sekat mendatar atau longitudinal dipasang pararel dengan susunan
tabung. Sekat ini mempengaruhi aliran pada sisi aliran pada sisi sebelah luar
tabung atau laluan tabung.
4.
Sekat impingment (impingiment baffles).
Sekat ini secara langsung akan mengena kepada aliran fluida yang
masuk ke dalam cangkang alat penukar kalor. Sekat dipasang pada saluran masuk
fluida ke dalam cangkang dengan tujuan untuk mencegah partikel-partikel padat
ikut melayang atau keluar,serta untuk mencegah kecepatan yang tinggi dari aliran
cairan masuk cangkang.
Besarnya pemotongan sekat [20], berkisar antara 15-45% diameter sekatnya,sebab pada kondisi ini akan terjadi perpindahan panas yang baik serta
penurunan tekanan tidak terlalu besar . Besarnya bagian sekat yang dipotong
adalah tergantung konstruksi sekat yang diinginkan,biasanya hal ini dinyatakan
dalam % baffle cut.
Baffle cut yang dipotong tegak biasanya dipergunakan untuk kondensor
horizontal,reboiler,alat penguap(vaporizers) dan penukar kalor yang membawa
bahan-bahan suspended atau cairan berlumpur atau kotor(fouling).Maksudnya
adalah,bahwa dengan sekat yang dipotong tegak akan membuat bagian uap yang
belum terkondensasi mengalir pada bagian atas jendela sekat.
Ada 3 jenis potongan sekat yang umum dibuat yaitu:
1. Baffle cut mendatar.
2. Baffle cut vertical atau tegak.
3. Baffle cut miring (rotated).
2.3 Landasan Teori
Perpindahan kalor dan penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi
sangat bergantung pada bentuk geometri dan dimensi tabung dan sekat (baffle),
serta sifat-sifat fisis fluida dalam cangkang dilakukan dengan memperhitungkan
besar kalor yang diserap oleh fluida dalam hal ini air laut dalam tabung. Jumlah
kalor yang diserap diasumsikan sama besar dengan dengan kalor yang
dipindahkan secara konveksi melalui dinding tabung. Analisis ini juga
mengasumsikan bahwa tidak terdapat kalor melalui dinding selonsong ke udara
sekitarnya. Holman [21] mengemukakan jumlah kalor atau laju perpindahan kalor
yang diserap oleh fluida dalam tabung dihitung dengan rumus:
Keseimbangan energi APK adiabatis pada kondisi steady state:
 h ⋅ c ph (Thi − Tho ) = m
 c ⋅ c pc (Tco − Tci )
Q=m
(2.4)
Thi
Tco
m
h
Tho
m
c
Tci
L
Gambar 2.12. Distribusi suhu APK aliran melintang.
Jumlah kalor yang diserap oleh fluida dapat dihitung dengan rumus:
Q = U.A.∆Tm
∆Tm =
(T
h ,i
(2.5)
− Tc ,o ) − (Th ,o − Tc ,i )
(T − T )
Ln h ,i c ,o
(Th,o − Tc,i )
(2.6)
Incropera [22] menyatakan persamaan-persamaan yang digunakan dalam
alat penukar kalor pada tabung adalah:
Temperatur rata-rata fluida dingin APK ditunjukkan dengan:
Tt =
Tti + Tto
2
(2.7)
Dimana :
Tc = Temperatur fluida rata-rata pada sisi tabung (oC)
Tci = Temperatur fluida masuk tabung (oC)
Tco = Temperatur fluida keluar tabung (oC)
Laju aliran massa fluida di setiap tabung, adalah :
t =
m
i
m
N
(2.8)
Dimana :
 t = Laju aliran massa fluida tiap tabung
m
(kg/s)
 i = Laju aliran massa fluida masuk APK
m
(kg/s)
N = Jumlah tabung
Sularso [23] mengemukakan pembagian jenis aliran berdasarkan parameter
Bilangan Reynold (Re), apakah laminar, transisi, atau turbulen. Untuk laminar
jika Re<2300, transisi jika 2300<Re<4000, dan turbulen jika Re>4000. Bilangan
Reynold pada tabung, adalah:
Re t =
t
4m
πd i μ t
(2.9)
Dimana :
Ret = Bilangan Reynold tiap tabung
di
= Diameter dalam tabung (m)
μ t = viskositas dinamik fluida dalam tabung (kg/m.s)
Bilangan Nusselt pada tabung dapat diperoleh dengan korelasi Sieder and Tate:
Nu c = 1,86(Re t .Pr.d o /L)1 / 3 (μ μ c ) 0,14
(2.10)
Dimana :
Nuc = Bilangan Nusselt fluida dalam tabung
Pr = Bilangan Prandtl fluida dalam tabung
μ c = viskositas dinamik air laut pada temperatur dinding tabung (kg/m.s)
Koefisien perpindahan panas pada sisi tabung adalah:
ht =
k t × Nu c
di
Dimana :
(2.11)
Nuc = Bilangan Nusselt fluida dalam tabung
di = Diameter dalam tabung (m)
kt = Konduktivitas termal fluida dalam tabung (W/mK)
Wolverine [24] menyatakan persamaan-persamaan yang digunakan dalam
alat penukar kalor pada cangkang adalah:
Th =
Thi + Tho
2
(2.12)
Dimana :
T h = Temperatur fluida rata-rata sisi cangkang (oC).
Thi = Temperatur fluida panas masuk cangkang (oC).
Tho = Temperatur fluida panas keluar cangkang (oC).
Luas aliran menyilang pada sumbu bundle


D ctl
(
S m = L bc L bb +
L tp − D t )
(L tp,eff )


(2.13)
Dimana :
Lbc
= Jarak sekat (baffle)
Lbb
= Jarak celah diameter dalam cangkang dengan diameter luar
bundle (Gambar 2.13).
(m)
(m)
(Ltp)eff = pitch tabung efektif (dapat dilihat dari gambar) (m)
Dctl
= Diameter limit tengah tabung (Gambar 2.13)
Dt
= Diameter luar tabung
(m)
(m)
Gambar 2.13. Sekat Segmen [25].
Kecepatan massa didapat :
Gs =
s
m
Sm
(2.14)
Dimana :
 s = Laju aliran massa fluida masuk cangkang APK (kg/s)
m
S m = Luas aliran menyilang pada sumbu bundle
(m2)
Bilangan Reynold didapat:
Re s =
doGs
μs
(2.15)
Dimana :
Res = Bilangan Reynold pada sisi cangkang
do = Diameter luar tabung
(m)
Gs = Kecepatan massa
(kg/m2s)
μ s = Viskositas dinamik pada sisi cangkang
(kg/ms)
Koefien empiris diperoleh dari table berikut:
Tabel 2.2. Koefisien empiris [26].
a=
a3
1 + 0,14Re sa 4
(2.16)
Ji adalah faktor perpindahan panas yang besarnya adalah :
 1,33
jI = a 1 
L D
 tp t
a

 Re sa 2


(2.17)
Koefisien perpindahan kalor konveksi pada sisi cangkang
h s,ideal = jI c ph G s Prs
−2 3
(2.18)
Kemudian ditentukan faktor-faktor koreksi berdasarkan potongan baffle (JC),
kebocoran baffle (JL), by pass bundle (JB), ketidaksamaan jarak baffle (JS), aliran
laminar (JR), dan viskositas dinding (Jμ), sebagai berikut:
Faktor koreksi berdasarkan potongan baffle (JC):
Sudut relatif antara baffle cut terhadap sumbu alat penukar kalor,
D
θ ctl = 2cos −1  s
 D ctl

 Bc  
1 − 2 100  

 

(2.19)
Dimana :
Dctl
= Diameter limit tengah tabung (Gambar 2.13)
θctl
= Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
θds
= Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
θotl
= Dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Bc
= Baffle cut (%)
(m)
Fraksi dari luas area yang dibentuk oleh jendela sekat:
Fw =
θ ctl sinθ ctl
−
360o
2π
(2.20)
Fraksi aliran melintang di antara baffle tips :
Fc = 1 − 2Fw
(2.21)
Faktor koreksi potongan baffle :
J C = 0,55 + 0,72Fc
(2.22)
Menurut Tunggul [27], faktor koreksi berdasarkan potongan baffle adalah 1
apabila tidak ada tube pada jendela baffle; 1,5 apabila baffle yang dipotong
sedikit; dan 0,65 bila jendela baffle lebar.
Faktor koreksi berdasarkan kebocoran baffle (JL):
Sudut baffle cut,

 B 
θ ds = 2cos −1 1 − 2 c  
 100  

(2.23)
Luas kebocoran cangkang dengan baffle,
(
Ssb = 0,00436 × D s × L sb × 360o − θ ds
)
(2.24)
Dimana :
(m2)
Ds
= Diameter dalam cangkang
Lsb
= Ruang bebas secara diametri dari cangkang dengan diameter
cangkang
Luas kebocoran tabung ke lubang baffle,
[
π
2
Stb =  (D t + L tb ) − D 2t
4
] × N
tt
× (1 − Fw )
(2.25)
Maka rasio perbandingan :
rs =
Ssb
Ssb + Stb
rlm =
(2.26)
Ssb + Stb
Sm
(2.27)
Dimana :
rs = Perbandingan antara luas by-pass shell dengan luas aliran melintang
tabung
Ssb = Luas bocoran antara cangkang dan baffle (m2)
Stb = Luas bocoran tabung dengan baffle
(m2)
Sm = Luas aliran melintang tabung
(m2)
Diperoleh faktor koreksi kebocoran baffle:
J L = 0,44(1 − rs ) + [1 − 0,44(1 − rs )]exp(− 2,2rlm )
(2.28)
Faktor koreksi berdasarkan by pass bundle (JB):
Luas by pass,
[
Sb = L bc (D s − D otl ) + L pl
]
Lpl = 0, karena tidak ada by pass lane
Dimana :
L bc
= Jarak sekat (baffle)
(2.29)
Perbandingan luas by pass dan luas aliran-silang :
Fsbp =
Sb
Sm
(2.30)
Jika Reo laminar maka Cbh = 1,35. dengan Bilangan Reynold ≤ 100
Jika Reo turbulen maka Cbh = 1,25. dengan Bilangan Reynold >100
Diperoleh faktor koreksi by pass bundle,
[
(
J B = exp − C bh Fsbp 1 − 3 2rss
)]
, rss = 0, karena tidak ada sealing strips
(2.31)
Faktor koreksi berdasarkan ketidaksamaan jarak baffle (JS) :
JS =
(N b - 1) + (L bi /L bc ) l-n + ( Lbo / Lbc ) l − n
(N b - 1) + (L bi /L bc ) + ( Lbo / Lbc )
(2.32)
, dimana:
Nb = jumlah baffle.
Lbi = panjang tubesheet ke baffle pada sisi inlet.
(m)
Lbo = panjang tubesheet ke baffle pada sisi outlet. (m)
n
= 0,6 untuk aliran turbulen dan 1/3 untuk aliran laminar.
JS<1,0 untuk jarak baffle yang lebih besar di sisi masuk dan keluar apk daripada
jarak antar baffle yang berada di tengah.
Js = 1 untuk jarak baffle yang sama pada sisi masuk dan keluar apk dengan jarak
antar baffle yang berada di tengah.
Faktor koreksi berdasarkan viskositas dinding (Jμ):
Temperatur dinding tabung ditunjukkan dengan,
Tw =
h s,ideal d o Ts + h t d i Tt
(2.33)
h s,ideal d o + h t d i
Sehingga diperoleh faktor koreksi berdasarkan viskositas dinding,
μ
J μ =  h
 μw



0,14
(2.34)
Koefisien perpindahan panas sebenarnya pada sisi cangkang dapat ditentukan
dengan:
h h = (J C J L J B J μ Js )h h,ideal
(2.35)
Dengan demikian, koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat ditentukan
dengan [28]:
Gambar 2.14. Jaringan tahanan termal untuk perpindahan panas kalor
menyeluruh.
Q=
T − T1
ΔT(menyeluruh)
= 0
∑ R th (tahanan termal) ∑ R th
, dimana, Rth, tahanan termal (thermal resistances) adalah:
Ro = tahanan termal konveksi bagian luar =
1
2 ⋅ π ⋅ r2 ⋅ L ⋅ h o
Rw = tahanan termal konduksi material =
ln(r2 r1 )
2⋅π⋅k ⋅L
Ri = tahanan termal konveksi bagian dalam =
1
2 ⋅ π ⋅ r1 ⋅ L ⋅ hi
, maka:
∑ R th =
ln (r2 r1 )
1
1
+
+
2 ⋅ π ⋅ r2 ⋅ L ⋅ h o 2 ⋅ π ⋅ k ⋅ L 2 ⋅ π ⋅ r1 ⋅ L ⋅ hi
U=
1
A ⋅ ∑ R th
, dimana Ao = 2 ⋅ π ⋅ r2 ⋅ L
U=
1


ln(r2 r1 )
1
1

+
+
2 ⋅ π ⋅ r2 ⋅ L ⋅ 
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
⋅
π
⋅
k
⋅
L
2
π
r
L
hi
2
π
r
L
h
2
2
o
1


Sehingga,
1
Uo =
r2 1 r2  r2  1
+ ln  +
r1 h c k  r1  h h
1
Uo =
d2 1 d2  d2  1
ln  +
+
d 1 h c 2k  d 1  h h
(2.36)
2.4. Efektivitas Alat Penukar Kalor
Efektivitas alat penukar kalor merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam mendesain penukar kalor. Hal ini disebabkan karena parameter
efektivas tersebut merupakan suatu gambaran unjuk kerja sebuah penukar kalor .
Panas yang dipindahkan ke fluida dingin harus sama dengan panas yang
diserahkan dari fluida panas.
•
•
Q = m c . Cpc (Tco – Tci) = m h . Cph (Thi – Tho)
(2.3
Holman [29] dalam bukunya mengemukakan bahwa efektivitas alat
penukar perpindahan kalor maksimum
ε =
Qnyata
Qmaks
=
C h (Thi - Tho )
Cc (Tco - Tci )
=
C min (Thi - Tci )
C min (Thi - Tci )
(2.38 )
Dari persamaan ( 2.4 ),jika :
•
1. m h . Cph = Ch = Cmin maka ε =
•
2. m c . Cpc = Cc = Cmin, maka ε =
(Thi - Tho )
(Thi - Tci )
(2.39)
(Tci - Tco )
(Thi - Tco )
(2.40)
Secara umum efektivitas dapat dinyatakan dengan :
ε=
∆T (fluida minimum)
Beda suhu maksimum di dalam penukar kalor
(2.41)
2.5. Penurunan Tekanan (Pressure Drop)
Penurunan tekanan merupakan selisih tekanan fluida masuk dan keluar
APK. Satu hal yang harus dipertimbangkan dalam perancangan APK adalah
penurunan tekanan ini. Pada saat fluida mengalir dalam cangkang mulai dari sisi
masuk sampai sisi keluar, maka molekul-molekul fluida akan bergesekan dengan
dinding cangkang dan sekat (baffle) APK. Akibatnya, aliran fluida akan tertahan
atau melambat. Dan untuk mempertahankan laju fluida, maka diperlukan tekanan
dorong dari sisi masuk APK.
Adapun hal yang dipertimbangkan dalam penurunan tekanan APK adalah:
1. Daya alat yang digunakan untuk mempertahankan laju aliran fluida
dalam APK.
2. Pengaruh penurunan tekanan terhadap proses perpindahan panas yang
terjadi dalam APK.
2.6. Faktor Pengotoran
Setelah dipakai beberapa lama permukaan perpindahan kalor penukar
kalor mungkin dilapisi oleh berbagai endapan yang biasa terdapat dalam sistem
dalam sistem aliran; atau permukaan itu mungkin mengalami korosi sebagai
akibat interaksi antara fluida dengan bahan yang digunakan dalam konstruksi alat
penukar kalor. Dalam kedua hal diatas, lapisan ini memberikan tahanan tambahan
terhadap aliran kalor, dan hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan kerja
alat tersebut. Pengaruh menyeluruh dari hal tersebut di atas biasa dinyatakan
dengan faktor pengotor (fouling factor), atau tahanan pengotoran, Rf, yang harus
diperhitungkan bersama tahanan termal lainnya, dalam menghitung koefisien
perpindahan panas menyeluruh.Faktor pengotoran harus didapatkan dari
percobaan, yaitu dengan menentukan U untuk kondisi bersih dan kondisi kotor
pada penukar kalor itu. Faktor pengotoran dapat didefinisikan sebagai [29]:
Rf =
1
U kotor
−
1
U bersih
2.7. Kerangka Penelitian
Adapun kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Start
Identifikasi Masalah :
Dipilih Type APK cangkang and tabung Susunan
Segiempat dengan memanfaatkan air laut di dalam tabung
untuk mendinginkan air demin di sisi cangkang






Pemilihan Parameter Input perhitungan awal :
Jarak Baffle
= 40mm
Baffle Cut
= 5,31%;18,22%;30,37%;43,28%
Type Baffle
= Single Segment
Suhu air panas masuk = 42,80C
Suhu air dingin keluar = 280C
Laju aliran air
= 0,2 kg/s
- Jenis fluida
- Suhu
- Data perencanaan
& konstruksi
Parameter Output :
 Suhu air laut masuk
 Suhu air laut keluar
 Suhu air demin masuk
 Suhu air demin keluar
 Penurunan Tekanan
Analisis dan pengolahan data:
Menentukan:
 Koefisien perpindahan
kalor menyeluruh (U)
 Penurunan Tekanan (∆P)
 Efektivitas
Hasil Pembahasan:
Mendapatkan Baffle cut optimal,Koefisien perpindahan
panas menyeluruh,penurunan tekanan dan Efektivitas
Kesimpulan
Selesai
Download