ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA RINGAN DI RSUD dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : MAYA IRWANTI NIM. 13DB277025 PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PREEKLAMPSIA RINGAN DI RSUD dr.SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA1 Maya Irwanti2Resna Litasari3 INTISARI Angka kejadian Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya sebanyak 157 orang. Preeklampsia terjadi sekitar 13 % kehamilan dan dapat bersifat ringan atau berat, ditandai oleh mulai timbul hipertensi sesudah kehamilan 20 minggu, akhir-akhir ini hipertensi gestasional dan komplikasinya merupakan penyebab kematian maternal yang paling sering di jumpai. Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau oedema. Gejala klinis preeklampsia ringan, kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu, Proteinuria meningkat, Oedema, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan ini di lakukan selama 5 hari di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya dan di rumah pasien. Hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan. Kesimpulan dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan di RSUD dr.soekardjo Kota Tasikmalaya dilaksanakan dengan cukup baik. Kata kunci : Hamil, Preeklampsia Ringan Kepustakaan : 32 (2007-2015) Halaman : i-xi, 44 halaman,10 lampiran 1 Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh dunia hamil, sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun sekitar 15% menderita komplikasi berat dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu dan bayi (Saifudin, 2013). Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan paska persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu. Angka pengukuran resiko kematian wanita yang berkaitan dengan peristiwa kehamilan (Atiyah, 2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Perdarahan (42%) preeklampsia/eklampsia (13%), Abortus (11%) infeksi (10%), Partus lama/persalinan macet (9%), dan lain-lain (15%) (Oshigita, 2013). Angka kematian ibu masih cukup tinggi yaitu 390/100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar 58,1%. Kebijakan pemerintah dalam penanganan Preeklampsia Ringan sebenarnya dapat di cegah dengan pemeriksaan kehamilan yang memadai dan pelayanan berkualitas, standar pelayanan yang telah di tetapkan dan perlu adanya antisipasi terhadap faktor resiko yang dapat menyebabkan kematian ibu (Delva, 2014). Setiap tahun di seluruh dunia 358.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin di mana 355.000 ibu (99%) berasal dari negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan grade tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di negara maju, yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup (WHO, 2011). Upaya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di dunia dengan upaya “safe motherhood” yaitu program untuk menjaga dan menjamin keselamatan dan kesehatan wanita selama hamil, bersalin, nifas dan usia produktif. Untuk mencegah kematian ibu dan menjaga kesehatan dan keselamatan ibu dengan 4 pilar safe motherhood. Untuk menjaga terjadinya infeksi, perdarahan, trauma, obstetri. 1 2 Penyebab kematian kedua setelah perdarahan untuk keamanan sangat dianjurkan pertolongan oleh tenaga kesehatan (Rukiyah, 2010). Kebijakan pemerintah untuk pelayanan asuhan kehamilan di Indonesia yaitu semua kehamilan harus dipantau oleh petugas kesehatan terlatih, melakukan kunjungan ANC secara rutin ke tenaga kesehatan, dan tempat bersalin dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal (Prawirohardjo, 2005). Indonesia merupakan negara di kawasan Asia yang mengalami kegagalan dalam pencapaian target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Jumlah Preeklampsia di Indonesia sebanyak 27,1%. Jumlah Angka Kematian Ibu dengan preeklampsia di Indonesia masih tergolong tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya. AKI Indonesia 612/100.000 kelahiran hidup (Atiyah, 2012). Angka kejadian Preeklampsia di Filifina 3,4% - 8,5%. Angka kematian ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup (Agata, 2015). Jawa Barat merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya AKI dan AKB di Indonesia. Menurut Bina Pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI dengan preeklampsia pada tahun 2013 sebanyak 312/100000 kelahiran hidup, AKB 40/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2013). Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan kota Tasikmalaya Jumlah AKI pada Tahun 2015 sebanyak 20 orang. Jumlah kasus Preeklampsia Ringan sebanyak 259 orang (Dinkes Tasikmalaya, 2015). Jumlah ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 sebanyak 157 orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh penulis di Poli Kebidanan RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya pada tahun 2015 jumlah ibu hamil yang melakukan ANC berjumlah 1293 orang (Poli Kebidanan, 2015). Berdasarkan hasil penelitian tentang Preeklampsia oleh Sengkej, Kaeng, Rarung di RSUP Prof R.D. Kandou Manado Tahun 2012 berdasarkan kelompok usia terbanyak pada kelompok usia < 20 tahun dan > 35 tahun yaitu sebanyak 62,5%, berdasarkan paritas terbanyak pada kelompok paritas sekundigravida yaitu sebanyak 35,7%, berdasarkan jarak 3 kehamilan terbanyak pada kelompok ibu dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun yaitu sebanyak 88,4%, berdasarkan riwayat hipertensi terbanyak pada kelompok ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi yaitu sebanyak 80,3%, berdasarkan riwayat persalinan ganda terbanyak pada yang tidak memiliki riwayat persalinan ganda yaitu sebanyak 100%, berdasarkan indeks massa tubuh terbanyak pada obesse yaitu pada IMT >30 sebanyak 46,4%. Hasil penelitian ini, secara deskriptif penderita Preeklampsia Ringan di RSUP Prof. R.D. Kandou Manado tahun 2012 kebanyakan berusia < 20 tahun dan > 35 tahun dengan paritas sekundigravida, dan berjarak hamil lebih dari 2 tahun, serta jarang disertai riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat persalinan ganda dan indeks massa tubuh yang obesse yaitu dengan IMT > 30. Berdasarkan hasil penelitian Numaclihatun (2012) berdasarkan hasil penelitian jumlah ibu hamil yang mengalami kejadian preeklampsia yaitu sebanyak 129 orang (11,6%) dan dari 574 responden pada primipara yang mengalami kejadian preeklampsia cenderung lebih banyak yaitu sebanyak 81 orang. Preeklampsia adalah timbulnya hypertensi disertai proteinuria dan atau oedema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, bahkan setelah 24 jam postpartum (Agata, 2015). Preeklampsia berat adalah suatu keadaan pada ibu hamil bila disertai kenaikan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, adanya proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kuantitatif 3+ atau kuantitatif 4+, adanya oliguria (jumlah urine kurang dari 500 cc per jam, adanya gangguan serebal, gangguan penglihatan, rasa nyeri di epigastrium, adanya tanda sianosis, oedema paru, trombositopeni, gangguan fungsi hati, serta yang terakhir adalah pertumbuhan janin terhambat (Agata, 2015). Preeklampsia Ringan adalah suatu keadaan pada ibu hamil disertai kenaikan tekanan darah sistolik 140/90 mm/Hg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mm/Hg atau setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal dan adanya proteinuria kuantitatif >3 gr perliter atau kuantitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream 2 (Agata, 2015). Penyebab Preeklampsia Ringan belum diketahui secara jelas karena penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah, 2010). Faktor risiko 4 Preeklampsia Ringan pada ibu diantaranya adalah kehamilan pertama, usia terlalu muda atau usia terlalu tua untuk hamil, riwayat hipertensi sebelum kehamilan, kegemukan saat hamil dan jarak kehamilan yang terlalu dekat atau terlalu jauh. Pada kondisi ibu hamil yang mengalami Preeklampsia Ringan maka tumbuh kembang janin akan terhambat sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran premature (Prawirohardjo, 2010). Peran bidan dalam mengatasi Preeklampsia Ringan dalam kehamilan yaitu dengan melakukan pemantauan pada tekanan darah, frekuensi DJJ, oedema, protein urine, dan tanda Preeklampsia Berat dan Eklampsia serta menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi atau kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (Sarwono, 2010). Pada kasus diatas peneliti mengambil salah satu ayat dari al-Qur’an yang membahas tentang penyakit diatas tersebut, karena Preeklampsia Ringan adalah suatu penyakit yang dialami oleh ibu hamil. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an ( Q.S Al-Anbiyya : 83) “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang"”. (QS. Al-Anbiya 21 : 83). Hadist Riwayat Muslim Artinya: Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin allah „azza wa Jalla.” (HR. Muslim) 5 Melihat fakta dilapangan tentang banyaknya kasus ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada NY.W 23 Tahun G2P0A1 Hamil 38-39 minggu dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari Kasus Komprehensif adalah “bagaimana asuhan kebidanan yang dilakukan kepada Ny.W umur 23 tahun G2P0A1 hamil 38-39 minggu dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya". C. Tujuan 1. Tujuan umum Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016 menggunakan metode Tujuh Langkah Varney. 2. Tujuan khusus a. Melaksanakan pengkajian pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. b. Menginterpretasikan data dan masalah pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. c. Merumuskan diagnosa potensial yang terjadi pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. d. Mengidentifikasi tindakan antisipasi terhadap diagnosa potensial pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. e. Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. f. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Tasikmalaya tahun 2016. Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota 6 g. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. D. Manfaat Pengkajian 1. Manfaat teoritis Pengkajian ini untuk menambah informasi bagi ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan patologis, selain itu untuk menambah informasi bagi kesehatan ibu dan anak dan promosi kesehatan. 2. Manfaat praktis a. Bagi pasien dan keluarga Bermanfaat untuk memberikan informasi bagi ibu hamil tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, sehingga apabila terjadi tanda bahaya kehamilan seperti Preeklampsia Ringan bisa di tangani dengan segera. b. Bagi pihak rumah sakit Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan kepada ibu hamil untuk meningkatkan kualitas pelayanan. c. Bagi institusi pendidikan Bermanfaat sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk penelitian lebih lanjut, guna meningkatkan kualitas pendidikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Kehamilan a. Definisi kehamilan Kehamilan adalah hasil dari “kencan” sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul–betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat sel telur. Dari jumlah yang sudah seditik itu, Cuma 1 sperma saja yang bisa membuahi sel telur (Mirza, 2008). Menurut Saifuddin (2009) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilsisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13–27), dan trimester ketiga 13 minggu, (minggu ke 28–40). Ketidaknyamanan trimester III yaitu peningkatan frekuensi berkemih, oedema, insomnia, dan nyeri pinggang. Adapun faktorfaktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi. 1) Faktor Fisik Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan 7 8 terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. 2) Faktor Psikologis a) Stress Stress yang terjadi pada ibu hamil mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. dapat Janin dapat mengalami keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. b) Dukungan keluarga Merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. c) Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus di perhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang di pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya yang tak kalah penting adalah personal hygiene ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan 9 pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. 2. Preeklampsia Ringan a. Definisi Preeklampsia Ringan Preeklampsia Ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau oedema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Hidayat, 2009). Preeklampsia Ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel (Prawirohardjo,S. 2010). Preeklampsia Ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinura dan atau oedema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan (Rukiyah, 2010). Preeklampsia Ringan adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan di sertai dengan proteinuria, preeklampsia dan eklampsia merupakan satu kesatuan penyakit (Walyani, 2015). Dari beberapa pengertian di atas bisa di simpulkan bahwa Preeklampsia Ringan adalah timbulnya hipertensi di sertai proteinuria dan oedema setelah umur kehamilan 20 minggu dan atau segera setelah persalinan yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktifitas endotel. b. Etiologi Preeklampsia Ringan Penyebab preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas penyakit ini di anggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya (Rukiyah, 2010). 10 Berdasarkan hasil penelitian tentang Preeklampsia oleh Sengkej, Kaeng, Rarung di RSUP Prof R.D. Kandou Manado Tahun 2012 hasil penelitian ini, secara deskriptif penderita Preeklampsia di RSUP Prof. R.D. Kandou Manado tahun 2012 kebanyakan berusia < 20 tahun dan > 35 tahun dengan paritas sekundigravida, dan berjarak hamil lebih dari 2 tahun, serta jarang disertai riwayat hipertensi, tidak memiliki riwayat persalinan ganda dan indeks massa tubuh yang obesse yaitu dengan IMT > 30. c. Gejala subjektif Preeklampsia Ringan Pada Preeklampsia Ringan di dapatkan sakit kepala di daerah prontal, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, oedema dan proteinuria meningkat (Rukiyah, 2010). d. Gejala klinis Preeklampsia Ringan Menurut Rukiyah (2010) gejala klinis Preeklampsia Ringan meliputi: 1) Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. 2) Proteinuria secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kuantitatif positif < 2. 3) Oedema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan dan kaki. 4) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut. 5) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda tanda preeklampsia. e. Pemeriksaan dan diagnosis Preeklampsia Ringan Menurut Rukiyah (2010) pemeriksaan dan diagnosis Preeklampsia Ringan meliputi: 1) Kehamilan lebih dari 20 minggu. 2) Kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan dua kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama di lakukan dua kali setelah istirahat 10 menit). 11 3) Oedema tekan pada tungkai, dinding perut. 4) Diagnosis akhir biasanya baru disimpulkan sesudah tekanan darah kembali normal paska melahirkan jika tekanan darahnya tetap tinggi, maka penyebabnya adalah hipertensi kronis yang bisa terjadi sendirian atau yang di tambah dengan hipertensi gestasional. f. Penanganan Preeklampsia Ringan Menurut Rukiyah (2010) penanganan Preeklampsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul yakni: 1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien Preeklampsia Ringan, dengan cara ibu di anjurkan banyak istirahat (berbaring miring kiri kanan) diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, kunjungan ulang setiap 1 minggu, pemeriksaan laboratorium hemoglobin dan urine lengkap. 2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien Preeklampsia Ringan berdasarkan kriteria yaitu dengan cara berkolaborasi dengan dokter, melakukan observasi (KU, BB, TTV), pendidikan kesehatan, setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut, timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia. g. Perawatan obstetric pasien Preeklampsia Ringan : Menurut Rukiyah (2010) Perawatan obstetric pasien Preeklampsia Ringan meliputi: 1) Kehamilan preterm kurang 37 minggu bila desakan. 2) Darah mencapai selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm, bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat di akhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih. 3) Kehamilan aterm 37 minggu atau lebih persalinan di tunda sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan. 12 4) Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II. B. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Akiraalie (2011) : 1. Manajemen Varney Merupakan metode pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada 7 langkah, meliputi : a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah petama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masalah klien yang sebenarnya. b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial. Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila 13 memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap siap bila masalah potensial benar benar terjadi. d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera dan kolaborasi Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk kosultasi atau di tangani bersama dengan anggota tim yang lainya. e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari masalah klien tersebut, apa kebutuhan perlu konseling, penyuluhan apakah pasien perlu di rujuk karena ada masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lainnya. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya. f. Langkah VI : Melaksanakan asuhan Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain. g. Langkah VII : Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah. 2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka melakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamneses sebagai langkah I Varney. 14 b. Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. c. Analisa Data Menggambarkan interpretasi data pendokumentasian subjektif dalam hasil suatu analisa dan identifikasi: diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 Varney. d. Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney. 15 Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: Alur pikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan Proses Manajemen kebidanan Dokumen kebidanan 7 Langkah SOAP NOTES (Varney) Subjektif Objektif Data Masalah/Diagnosa Analisa data Antisipasi masalah Diagnosa potensial/diagnosa Plan: lain Konsul Menetapkan Tes diagnostik/Lab kebutuhan segera Rujukan untuk konsultasi, Pendidikan/ Kolaborasi Konseling Perencanaan Follow up Implementasi Evaluasi Gambar 2.1 Tujuh Langkah Varney [Sumber : Dwana, dkk. 2008, Yogyakarta]. 16 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia Ringan Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan (PER) menurut 7 Langkah Varney adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan Data Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. a. Data subjektif Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya. Jenis data yang dikumpulkan adalah : 1) Biodata Pasien Menurut Romauli (2011) mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami, meliputi : a) Nama ibu dan suami Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama. b) Usia Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. c) Suku/bangsa Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku kesehatan. d) Agama Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan ketentuan agama, antara lain dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan, misalnya agama Islam memanggil ustadz dan sebagainya. 17 e) Pendidikan Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. f) Pekerjaan Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja di pabrik rokok, percetakan, dan lain-lain. g) Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada penderita. 2) Keluhan utama Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Biasanya pada penderita Preeklampsia Ringan pasien mengeluh pusing dan bengkak pada bagian wajah, kaki, dan tangan (Romauli, 2011). 3) Riwayat menstruasi Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang kita peroleh antara lain yaitu menarche (usia pertama kali mengalami menstruasi yang pada umumnya wanita Indonesia mengalami menarche pada usia sekitar 12 sampai 16 tahun), siklus menstruasi, volume darah, haid terakhir, dan keluhan (Romauli, 2011). 4) Riwayat pernikahan Ini penting untuk dikaji, karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada klien antara lain yaitu “berapa usia klien ketika menikah pertama kali, status pernikahan, lama pernikahan, ini suami yang ke berapa?” (Romauli, 2011). 18 5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Riwayat kehamilan yang lalu meliputi jumlah anak, anak yang lahir hidup, persalinan aterm, persalinan premature, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (forceps, vakum, atau operasi seksio sesaria), riwayat perdarahan pada kehamilan, persalinan, atau nifas sebelumnya, kehamilan dengan tekanan darah tinggi, berat badan bayi <2.500 gram atau > 4.000 gram, dan masalah-masalah lain yang dialami ibu (Romauli, 2011). 6) Riwayat kehamilan sekarang Riwayat kehamilan sekarang meliputi HPHT dan apakah normal, gerak janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi), masalah atau tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan obatobatan (termasuk jamu-jamuan), kekhawatiran-kekhawatiran lain yang dirasakan oleh ibu (Romauli, 2011). 7) Riwayat Kontrasepsi Riwayat Kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan metode lain dapat membantu “menggali” kehamilan (Romauli, 2011). 8) Riwayat kesehatan Riwayat didapat kesehatan dahulu cardiovaskuler, dan termasuk sekarang hipertensi, penyakit-penyakit seperti diabetes, yang masalah-masalah malaria, PMS, atau HIV/AIDS, dan lain-lain (Walyani, ES. 2015). 9) Pola kebiasaan sehari-hari (a) Nutrisi Ini penting untuk mengetahui supaya kita mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil, yang berkaitan dengan menu, frekuensi, jumlah perhari, dan pantangan (Romauli, 2011). 19 (b) Eliminasi Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010) menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, jumlah, dan warna. (c) Istirahat Istirahat sangat diperlukan oleh ibu hamil. Oleh karena itu, bidan perlu menggali kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui hambatan ibu tentang pemenuhan kebutuhan istirahat. Bidan dapat menanyakan tentang berapa lama dia tidur dimalam dan siang hari (Romauli, 2011). (d) Personal Hygiene Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan akan mempengaruhi kesehatan pasien dan janinnya. Beberapa kebiasaan yang dilakukan dalam perawatan kebersihan diri diantaranya adalah mandi, keramas, mengganti baju dan celana dalam dan kebersihan kuku (Romauli, 2011). 10) Riwayat Psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Kita dapat menanyakan langsung kepada klien mengenai bagaimana perasaannya terhadap kehamilannya (Romauli, 2011). 11) Riwayat sosial dan ekonomi Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok dan minum-minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, beban kerja dan kegiatan sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan (Roumali, 2011). 20 b. Data Objektif Data yang diambil dari pemeriksaan fisik pada pasien adalah : 1) Pemeriksaan umum Keadaan Umum dan kesadaran penderita Composmentis (kesadaran baik), gangguan kesadaran (apatis, somnolen, spoor, koma) (Walyani, 2015). 2) Tanda-tanda Vital (TTV) a) Tekanan Darah Tekanan darah yang normal adalah 110/80 mmHg sampai 140/90 mmHg. Bila TD < 160/110 mmHg, terjadi hipertensi/preeklampsia (Walyani, 2015). b) Nadi Nadi normal adalah 60 sampai 100 x/menit. Bila < 60 dan > 100 x/menit ada kelainan paru-paru atau jantung (Walyani, 2015). c) Suhu Suhu badan normal adalah 36,5°C sampai 37,5°C. Bila suhu lebih tinggi dari 37,5°C terjadinya infeksi (Walyani, 2015). d) Respirasi Pernafasan normalnya 16-24 x/menit. Bila pernafasan lebih dari 25 x/menit terjadi sesak nafas (Romauli, 2011). 3) Antropometri a) Tinggi badan Diukur dalam cm, tanpa sepatu. Tinggi badan kurang dari 145 cm (Walyani, 2015). b) Berat badan Menurut Saryono (2010) dalam Walyani (2015) berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaiakan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg. c) LILA Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien normal/tidak, Lila kurang dari 23,5 cm merupakan indicator kuat untuk 21 status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga ibu beresiko untuk melahirkan BBLR (Romauli, 2011). 4) Pemeriksaan Fisik a) Kepala (1) Rambut Untuk mengetahui bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok/tidak (Romauli, 2011). (2) Muka Untuk mengetahui tampak tidaknya cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigment yang berlebihan, sedikit bengkak. Pada penderita Preeklampsia Ringan biasanya bengkak (Romauli, 2011). (3) Mata Untuk menilai bentuk simetris/tidak, conjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia. Sclera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu terinfeksi hepatitis, bila merah ada conjungtivitis. Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklampsia. Biasanya pada penderita Preeklampsia Ringan terjadi penglihatan mata kabur (Romauli, 2011). (4) Hidung Untuk mengetahui normal tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan cukup (Romauli, 2011). (5) Telinga Untuk mengetahui normal tidak ada serumen yang berlebih dan tidak berbau, bentuk simetris (Romauli, 2011). (6) Mulut/gusi/gigi Untuk mengetahui kebersihannya, adakah adakah caries sariawan, atau bagaimana keropos yang menandakan ibu kekurangan kalsium (Romauli, 2011). b) Leher Untuk mengetahui normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ditemukan bendungan vena jugularis (Romauli, 2011). 22 c) Dada dan axilla Untuk mengetahui normal, bentuk simetris, hiperpigmentasi areola, puting susu bersih dan menonjol/tidak (Romauli, 2011). d) Abdomen Menurut Walyani (2015) : (1) Inspeksi Inspeksi pembesaran perut, pigmentasi linea alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi rahim, adakah striae gravidarum atau luka bekas operasi. (2) Palpasi Palpasi yaitu pemeriksaan kebidanan pada abdomen dengan menggunakan manuver Leopold untuk mengetahui keadaan janin didalam abdomen. Hasil pengkajian masih teraba ballotement atau sudah teraba. (3) Auskultasi Auskultasi dengan menggunakan stetoskop monoaural atau dopler untuk menentukan DJJ setelah umur kehamilan 18 minggu, yang meliputi frekuensi, keteraturan dan kekuatan DJJ. DJJ normal adalah 120 sampai 160 kali per menit. Bila DJJ < 120 atau > 160 kali per menit, maka ada kelainan janin atau plasenta. e) Genetalia (1) Vagina Normal tidak terdapat varises pada vulva dan vagina, tidak oedema (Romauli, 2011). (2) Anus Untuk mengetahui normal tidak ada benjolan / pengeluaran darah dari anus (Romauli, 2011). f) Ekstremitas Menurut Romauli (2011) : (1) Atas/tangan: normal simetris dan tidak oedema. Biasanya pada penderita preeklampsia Ringan mengalami bengkak pada tangan. 23 (2) Bawah/kaki: normal simetris dan oedema. Biasanya pada penderita Preeklampsia Ringan terjadi bengkak pada kaki. 5) Pemeriksaan Penunjang Menurut Rukiyah ( 2010) : a) Pemeriksaan laboratorium Tes laboratorium untuk mengetahui kadar protein urine, glukosa urine dan hemoglobin. Pada penderita Preeklampsia Ringan protein urine secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kuantitatif < +2, glukosa urine (-), hemoglobin normal yaitu lebih dari 11 gr/dl. b) Pemeriksaan Ultrasonografi 2. Interpretasi data Menurut Suryani (2007) interpretasi data merupakan metode identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik, baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. 1) Masalah yang timbul adalah : (1) Nyeri pada daerah epigastrium. (2) Nyeri pada daerah frontal. (3) Bengkak di ekstremitas bawah. (4) Peningkatan tekanan darah. (5) Proteinuria meningkat. 2) Kebutuhannya yaitu : (1) Istirahat cukup. (2) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam. 3. Diagnosa potensial/masalah potensial Diagnosa potensial adalah diagnosa yang berpotensi terjadi akibat masalah yang ada. Langkah ini penting untuk melakukan asuhan yang sama. Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu yaitu resiko terjadinya Preeklampsia Berat dan Eklampsia (Rukiyah, 2010). 24 4. Tindakan segera Menurut Rukiyah (2010) tindakan segera merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara menetapkan kebutuhan tentang perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter untuk dikonsultasikan tau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera bila terjadi Preeklampsia Berat dan Eklampsia yaitu: a. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG. b. Melakukan observasi (KU, BB, TTV). c. Pendidikan kesehatan tentang pola nutrisi dan pola istirahat. 5. Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang tepat meliputi pengetahuan, teori yang terbaru, evidence based care, serta divalidasi dengan asumsi mengenai apa yang diinginkan dan apa perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada dilaksanakannya suatu akhirnya pengambilan keputusan untuk rencana asuhan harus disetujui oleh pasien (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Menurut Rukiyah (2010) penanganan pada Preeklampsia Ringan yaitu menganjurkan ibu untuk banyak istirahat (berbaring miring kiri kanan) diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, kunjungan ulang setiap 1 minggu, pemeriksaan laboratorium hemoglobin dan urine lengkap. 6. Pelaksanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukan asuhannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya, dan 25 meningkatkan mutu asuhan (Sulistyawati dan Nugraheny 2010). Menurut Walyani (2015) pasien berhak mendapatkan informasi penyakit yang diderita, , tindakan kebidanan yang akan dilakukan, Alternatif terapi lainnya, dan prognosanya. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. 7. Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Hasil dari manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklampsia Ringan adalah keadaan ibu membaik, tekanan darah menurun, dan tidak terjadi masalah potensial (Rukiyah, 2010). D. Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan (Pemenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang berkaitan, kewenangan yang dimiliki bidan terdapat pada pasal 9 yaitu bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pada pasal 10 pelayanan kesehatan ibu sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 huruf a yaitu pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi pelayanan konseling pada masa pra hamil, antenatal pada kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal, ibu menyusui, konseling pada masa antara dua kehamilan. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitas/bimbingan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan promosi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, pemberian uterutonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran surat Al-anbiyya ayat 83. Agata, (2015). Resume preeklampsia. Tersedia dalam http://pama14agata.blogspot.com [diakses 26 Mei 2016]. Akiraalie. (2011). Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan. Tersedia dalam http://akiraalie.blogspot.co.id/2011/05/tujuh-langkah-manajemenkebidanan.html [diakses 2 April 2016]. Atiyah. (2012). Pengertian Angka Kematian Ibu. Tersedia dalam http://atiyah27blogspot.com/2012/09/pre-eklamsi-ringan [diakses 26 Maret 2016]. Bajangmasruni, Laily. (2014). Metode Pengkajian. Tersedia dalam http://plus.google.com/101214098796679463079 [diakses 20 April 2016]. Delva. (2012). Masalah Inflasi Indonesia. Tersedia dalam http://delvayantiacid.blogspot.co.id/2012/03/masalah-inflasi-indonesiaterhadap.html [diakses 2 April 2016]. Dinkes Jawa Barat. (2013). Angka Kematian Ibu dengan Preeklamsi. Tersedia dalam http://tiarapratiwi87.blogspot.com/2013/angka-kematian-ibu- dengan-preeklamsim[diakses 25 Maret 201]. Dinkes Tasikmalaya. (2015). Angka Kematian Ibu di Kota Tasikmalaya. Dwana, dkk. (2008). Tujuh Langkah Varney. Yogyakarta : D-Medika. H.R Muslim Hidayat (2009). Preeklampsia Ringan. Jakarta : Salemba Medika. Kewenangan Bidan. Tersedia dalam e- journ.vajy.acid/1464/Menkes/Per/X/2010.pdf [diakses 30 maret 2016] Mirza. (2008). Konsep Dasar Kehamilan http://tiarapratiwi87.blogspot.com/2014/02/konsep-dasar-kehamilan.html [diakses 30 Maret 2016]. Muslihatun, W,N. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. 42 43 Nurmalichatun. 2013. Hubungan Antara Primipara dan Penyakit Diabetes Mellitus pada Kehamilan dengan Kejadian Preeklamsi pada Ibu Hamil di RSUD dr. SOEWONDO Kabupaten Kendal. Tersedia dalam http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3181.pdf [diakses 26 April 2016]. Oshigita. (2013). Penyebab Kematian Ibu. Tersedia dalam http://oshigita.wordpres.com/2013/05/07/penyebab-kematian-ibu [diakses 26 Maret 2016]. Poli Kebidanan. 2015. Kasus Preeklamsi Ringan dan Kunjungan ANC di RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Pawirohardjo. ____________ (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Pawirohardjo. ____________ (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Pawirohardjo. Rukiyah, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi 4. Jakarta : Trans Info Media. Romauli. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogjakarta : Nuhamedika. Saifuddin. (2013). Konsep Dasar Kehamilan. Tersedia dalam http://tiarapratiwi87.blogspot.com/2014/02/konsep-dasar-kehamilan.html [diakses 25 maret 2016]. _______. (2009). Konsep Dasar Kehamilan. Tersedia dalam http://tiarapratiwi.blogspot.com/2009/02/konsep-dasar-kehamilan.html [diakses 10 april 2016]. Sengkej, dkk. (2012). Kejadian Preeklamsi[Inernet] tersedia dalam http://ejurnal.unstrat.ac.id/index.php/eclinic/articel/view/5029 Sulistyawati dan Nugraheny. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta : Salemba Medika. Suryani. (2007). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil. Jakarta : Trans Info Medika. Umi, Narimawati. (2008). Metode Pengkajian SOAP. Yogyakarta : Nuhamedika. Varney, H. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.Yogyakarta : PT Pustaka Baru. 44 Wewenang Bidan. (2010). Tersedia dalam http://pemenkesnomor1464/menkes/per/x/2010 [diakses 25 april 2016]. WHO, (2011). Maternal and Reproductive Health. Tersedia dalam http://www.who.int/gho/maternal_health/en/ind ex.html [diakses 30 Maret 2016].