Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

advertisement
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan
Tetap Pada PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate
Kec. Silat Hilir Kab. Kapuas Hulu
(The Analisis of the Factors that Influence Job Employees Satisfaction Remain at PT. Riau
Agrotama Plantation Kapuas Hulu Silat Hilir District Regency of Kapuas Hulu)
Herry Yadi, Nurliza, Maswadi
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani
Pontianak 78124 Telp. ( 0561 ) 740191 Kotak Pos 1049. Email [email protected]
The Analisis of the Factors that Influence Job Employees Satisfaction Remain at PT.
Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Silat Hilir District Regency of Kapuas Hulu
ABSTRACT
This research to analyze attemp labour relation factors by salary, benefits/social
security, working conditions, labour relations and employee supervise with job satisfaction,
through descriptive methods. The population in this study were permanent employees in the
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate, 18 people consisting of Cashier,
Accounting, Computer Operator and guard.
Kendal Tau correlation is used to analyze job satisfaction such as by salary,
benefit/social security, working conditions, labour relations and work supervise by SPSS
19.0. The result shows employees who gain job satisfaction will work better so company goal
can be achieved. The company should always pay attention to job satisfaction factors that
already exist such as adjusting amount of salary between employee performance and
economic conditions. Company should further improve supervision work schedule to reduce
implementation errors in job.
Keywords : Permanent Employee Satisfaction, Salary, Benefits/Social Security, Conditions of
Work, Labour Relations and Supervise.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor gaji,
tunjangan/jaminan sosial, kondisi kerja, hubungan kerja dan pengawasan dengan kepuasan
karyawan, melalui metode deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap yang
ada di PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate yang berjumlah 18 orang yang terdiri dari
Kasir, Accounting, Operator Komputer dan Satpam.
Analisis korelasi Kendal Tau digunakan untuk analisis kepuasan kerja seperti gaji,
tunjangan/jaminan sosial, kondisi kerja, hubungan kerja dan pengawasan melalui SPSS 19.0.
Hasilnya menunjukkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja akan bekerja lebih baik
sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Perusahaan harus selalu memperhatikan faktor
kepuasan kerja yang sudah ada seperti menyesuaikan jumlah gaji pokok yang diberikan
dengan beban pekerjaan dan kondisi perekonomian saat ini. Perusahaan harus lebih
meningkatkan pengawasan (supervise), jadwal kerja yang kurang tepat dapat mengakibatkan
terjadinya kesalahan pada saat pelaksanaan kegiatan dan pekerjaannya.
Kata Kunci : Kepuasan Kerja Karyawan Tetap, Gaji, Tunjangan/Jaminan Sosial, Kondisi
Kerja, Hubungan Kerja dan Pengawasan.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
1
1.
PENDAHULUAN
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate, dimana merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan mulai berjalan atau didirikan
pada tahun 2005 dengan jumlah karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut berjumlah 76
tenaga kerja/karyawan. Di mana dalam usahanya dilakukan secara berkesinambungan dan
menghasilkan kelapa sawit yang berkualitas. Dengan paradigma seluruh manajemen dan
karyawan PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate dalam mewujudkan perusahaan
yang sehat, tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang terpercaya, menghasilkan
kelapa sawit yang berkualitas dan menciptakan perekonomian yang sehat.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba dari apa
yang diusahakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu perusahaan yang
mengoptimalkan seluruh faktor-faktor produksi yang ada di dalam perusahaan agar
mencapai hasil yang di harapkan. Salah satunya adalah karyawan yang merupakan asset
karena mereka sebagai perencana, pelaksana dan penentu dalam terwujudnya tujuan
perusahaan. Betapapun majunya teknologi, berkembangnya informasi, tersedianya modal
dan memadainya bahan baku namun jika tanpa peran aktif karyawan maka akan sulit bagi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Hal ini sangat jelas menggambarkan betapa
pentingnya peranan tenaga kerja dalam perusahaan, apalagi tenaga kerja karyawan yang
memiliki kepuasan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas yang tinggi pula.
Karyawan adalah asset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif
dari setiap aktivitas perusahaan. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status,
latar belakang pendidikan, usia dan jenis kelamin yang heterogen yang dibawa kedalam
organisasi perusahaan. Karyawan bukan mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan
dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.
Jumlah karyawan tetap PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate hasil
rekapitulasi kehadiran karyawan selama bulan Oktober hingga Desember 2011. Di ketahui
tingkat absensi atau ketidakhadiran karyawan PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu
Estate pada bulan Oktober adalah sebesar 39 hari atau 8,82%, pada bulan November
mengalami peningkatan yaitu 41 hari atau 9,86% dan pada bulan Desember mengalami
peningkatan kembali sebesar 57 hari atau 12,18%. Dapat ditarik kesimpulan dari bulan
Oktober sampai Desember tingkat absensi atau ketidakhadiran karyawan terus mengalami
peningkatan. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada PT. Riau Agrotama
Plantation Kapuas Hulu Estate”. Dalam rangka untuk mengetahui dan menganalisis lebih
jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan tenaga kerja.
Pentingnya kepuasan kerja jelas sangat berpengaruh cukup besar, karena salah satu
gejala dari kurang stabilnya organisasi adalah rendahnya kepuasan kerja. Salah satunya
pendapat dari Stepen P. Robbins (2002 : 36) yang mengatakan ”Bahwa ada 4 faktor yang
dapat mendatangkan kepuasan kerja yaitu perkerjaan yang memberikan suatu tantangan,
penghargaan (imbalan), kondisi kerja yang menunjang dan rekan kerja yang menunjang”.
Masalah dalam penelitian ini dilihat dari latar belakang yang diungkapkan di atas
adalah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan tetap pada PT.
Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate?. Pada latar belakang diatas maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor gaji, tunjangan/jaminan sosial, kondisi kerja,
hubungan kerja, dan pengawasan terhadap kepuasan kerja karyawan.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
2
2. KERANGKA TEORI
Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan hasil yang
dirasakan atau didapatkannya dengan apa yang menjadi harapannya. Smith et al (2000)
mendefinisikan kepuasan kerja sebagai serangkaian perasaan senang atau tidak senang dan
emosi seorang karyawan atau pegawai yang berkenaan dengan pekerjaannya sehingga
merupakan penilaian karyawan terhadap perasaan menyenangkan, positif atau tidak terhadap
pekerjaannya.
Ada beberapa pendapat lain seperti misalnya yang dikemukakan oleh Mc.NesseSmith (1995), yang mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan pekerja atau
karyawan terhadap pekerjaannya, hal ini merupakan sikap umum terhadap pekerjaan yang
didasarkan pada penilaian aspek yang berada dalam pekerjaan. Sikap seseorang terhadap
pekerjaan menggambarkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan juga
harapan di masa mendatang. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kepuasan kerja yang
dirasakan oleh karyawan atau pegawai dapat dilihat dari berbagai dimensi atau indikator
yaitu: kepuasan dengan pekerjaan yang dilakukan, kesempatan untuk mendapatkan promosi,
dukungan dari rekan kerja, kepuasan dengan supervisor, gaji dan tunjangan.
Robbins (2002 : 36) menyatakan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja terbagi menjadi 5 (lima) faktor yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Gaji/upah
Tunjangan/jaminan sosial
Kondisi Kerja
Hubungan Kerja
Pengawasan (supervise)
Prinsip-prinsip pengawasan melekat yaitu kebenaran-kebenaran yang pokok atau apa
yang diyakini menjadi kebenaran-kebenaran dalam bidang pengawasan dan pengendalian
sebagaimana tertuang dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI,
1988) prinsip Waskat pada umurnya adalah: (1) obyektif dan menghasilkan fakta, (2)
Berpangkal tolak pada keputusan pimpinan, (3) Preventif, (4) Efisiensi, (5) Bersifat
membimbing dan mendidik. Tanpa pengawasan akan menghasilkan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian salah satu
tugas dari manajer atau pimpinan yang penting menjalankan pengawasan yang baik dalam
organisasi.
Kerangka konsep yang mendasari penelitian ini adalah bahwa kepuasan kerja seorang
karyawan sangat ditentukan oleh gaji/upah, tunjangan/jaminan sosial, kondisi kerja, hubungan kerja,
serta pengawasan (supervise) yang diterima. Kurangnya gaji/upah, tunjangan/jaminan sosial, kondisi
kerja, hubungan kerja, serta pengawasan (supervise) yang diberikan oleh perusahaan akan
menimbulkan ketidakpuasan karyawan secara psikologis akan berdampak pada berkurangnya rasa
menyatu terhadap pekerjaan dan menurunnya komitmen karyawan pada perusahaan. Apabila hal ini
terus berlanjut maka akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan. (Robbins : 2002)
Perusahaan yang baik bukan hanya memberikan dorongan atau semangat kepada
karyawannya guna mencapai kemajuan perusahaan saja tetapi juga harus bisa melihat kehidupan dan
kesejahteraan para karyawannya. Gaji yang sesuai dengan pekerjaan karyawan juga merupakan salah
satu faktor yang paling utama. Selain itu jaminan sosial yang tepat pada sasaran juga memberikan
dorongan dan semangat kepada karyawan. Perhatian terhadap kondisi tempat bekerja agar karyawan
merasa betah dan nyaman melaksanakan pekerjaannya. Terciptanya kebersamaan melalui hubungan
antar pribadi, baik itu sesama karyawan maupun hubungan dengan pimpinan dan pengawasan untuk
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
3
menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya bila perlu
dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.
Oleh karena itu, terciptalah kepuasan kerja karyawan oleh perusahaan kepada karyawan yang
berguna untuk peningkatan kualitas karyawan dan kemajuan perusahaan. Kerangka konsep dalam
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Kepuasan
Kerja
X1
Gaji
Balas jasa yang di
terima oleh
karyawan dari
perusahaan yang
merupakan sumber
pendapatan
karyawan
X2
X3
X4
Tunjangan/Jaminan
sosial
Kondisi Kerja
Hubungan Kerja
Dengan adanya
jaminan sosial
karyawan merasa
jiwanya di
lindungi
Lingkungan
tempat karyawan
bekerja nyaman
dan aman
Komunikasi
antara pimpinan
dengan bawahan
dan sesama
karyawan
X5
Pengawasan
Untuk mendukung
kelancaran
pelaksanaan
kegiatan sehingga
sesuai rencana
Sumber : Analisis data primer, 2013.
3. DATA DAN METODOLOGI
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif. Menurut
Nawawi (2005 : 63) metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas
Hulu Estate Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu.
Koentjaraningrat (1991 : 115), populasi adalah “sebagai sekumpulan objek, orang
atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang sama”. Populasi
dalam penelitian ini adalah karyawan tetap yang ada di PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas
Hulu Estate yang berjumlah 18 orang . Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah : (i) Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan
responden dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian dengan bantuan daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya serta observasi langsung dilapangan; (ii)
Data sekunder yaitu data yang didapat dari instansi-instansi yang terkait dan literatur yang
mendukung dalam melengkapi data yang diperlukan didalam penelitian ini.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate, merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Perusahaan ini mulai berjalan atau didirikan
pada tahun 2005 total areal 6.712 Ha dengan jumlah karyawan yang bekerja diperusahaan
tersebut berjumlah 501 tenaga kerja/karyawan yang terdiri dari karyawan tetap dan BHL
(Buruh Harian Lepas).
Karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT.
Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate yang bertempat tinggal di Kecamatan Silat
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
4
Hilir. Karakteristik yang akan diuraikan adalah penggolongan menurut jenis kelamin, umur,
jabatan, umur kerja dan pendidikan.
4.1 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja didominasi oleh kebutuhan akan kerjasama (51,69%), karena dengan
kerjasama karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Didaerah
seperti pedesaan tingkat sosial masih tinggi itu sebabnya kebutuhan akan kerjasama lebih
mendominasi dibandingkan dengan kebutuhan akan prestasi dan kekuasaan.
Untuk mengetahui kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada tabel tabulasi berikut
ini :
No.
Indikator
1.
Kebutuhan akan prestasi
2.
Kebutuhan akan kerjasama
3.
Kebutuhan akan kekuasaan
Rata-rata
Skor
44
92
43
178
Persentase (%)
24,71%
51,69%
24,15%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Secara keseluruhan kepuasan kerja menunjukkan kategori tinggi (9,89), karena
perusahaan sangat memperhatikan karyawan yang berprestasi dengan memberikan bonus
atau promosi jabatan. Perusahaan juga sangat memperhatikan kerjasama antar setiap
karyawan dengan membentuk teamwork agar tercapainya tujuan perusahaan, selain itu
kebutuhan akan kekuasaan juga sangat diperlukan sehingga karyawan merasa adanya
pengakuan dan kepercayaan perusahaan dalam suatu pekerjaan untuk lebih bertanggung
jawab.
a. Kebutuhan akan prestasi
Prestasi merupakan impian dari setiap karyawan, karena dengan berprestasi
menjadikan karyawan bekerja lebih giat. Hal ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya
prestasi di dalam suatu pekerjaan. Prestasi yang tinggi dapat diketahui melalui
keberhasilan dalam mengerjakan pekerjaan yang penuh dengan tantangan meskipun
tantangan yang diberikan sangat berat dan keinginan untuk selalu memperoleh informasi
(umpan balik) atas pekerjaan yang dilakukan. Prestasi yang tinggi juga dapat dilihat dari
keingintahuan (umpan balik) yang besar karyawan terhadap informasi atas pekerjaan yang
dikerjakannya.
Tanggapan tentang perlu tidaknya umpan balik dengan segera akan pekerjaan yang
dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
44,44%
55,56%
Sangat memerlukan
Cukup memerlukan
Tidak memerlukan
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 8 responden atau 44,44% responden menyatakan bahwa
karyawan sangat memerlukan umpan balik dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan umpan balik (informasi) diharapkan bisa memberikan penjelasan bagaimana
mereka mencapai hasil, sehingga mereka tahu kekurangan yang nantinya bisa diperbaiki
untuk meningkatkan prestasi berikutnya, sedangkan sebanyak 10 responden atau 55,56%
responden menyatakan bahwa karyawan tidak sepenuhnya memerlukan umpan balik
(informasi) dari apa yang dikerjakannya.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
5
b. Kebutuhan akan kerjasama
Kerjasama antar karyawan akan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,
kerjasama juga dapat mempermudah/mempercepat pekerjaan yang dilakukan. Kerjasama
dapat terjalin melalui saling berkonsultasi dengan orang lain dan saling menolong satu
sama lain.
Tanggapan tentang sering tidaknya karyawan berkonsultasi satu sama lain dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
44,44%
Sering
55,56%
Jarang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 10 responden atau 55,56% responden menyatakan
karyawan sering berkonsultasi satu sama lain, dengan berkonsultasi karyawan juga dapat
memecahkan masalah-masalah mengenai pekerjaan yang tidak dimengerti. Sedangkan
sebanyak 8 responden atau 44,44% responden menyatakan karyawan jarang berkonsultasi
karena permasalahan pekerjaan yang dihadapi tidak terlalu rumit sehingga dapat
diselesaikan sendiri.
Selain berkonsultasi satu sama lain, kerjasama juga dapat terjalin melalui sikap
tolong-menolong antara satu dengan yang lain. Tanggapan tentang sering tidaknya sikap
tolong-menolong dapat dilihat pada gambar berikut ini.
50%
Sering
50%
Jarang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 9 responden atau 50% responden menyatakan bahwa
karyawan sering menolong antara satu sama lain meskipun tidak sama-sama berkerja
dalam satu bidang pekerjaan, sehingga masalah-masalah dalam pekerjaan dapat teratasi
dengan mudah. Sedangkan sebanyak 9 responden atau 50% responden menyatakan bahwa
karyawan jarang memberikan pertolongan, meskipun berkerja dalam satu bidang
pekerjaan.
c. Kebutuhan akan kekuasaan
Memiliki kekuasaan merupakan impian dari setiap karyawan, hal ini dikarenakan
bahwa dengan adanya kekuasaan, karyawan merasa adanya pengakuan terhadap suatu
pekerjaan, sehingga karyawan dapat saling bersaing untuk mendapatkan kemenangan
(pengakuan) tersebut. Dengan adanya persaingan tersebut akan memberikan kepuasan
kerja tersendiri terhadap tanggung jawab didalam melaksanakan pekerjaan.
Tanggapan tentang apakah karyawan menikmati persaingan didalam pekerjaan
untuk mendapatkan suatu kemenangan, dapat dilihat pada gambar berikut ini.
38,89%
Sangat menikmati
Cukup menikmati
61,11%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
6
Diketahui sebanyak 7 responden atau 38,89% responden, menyatakan bahwa
karyawan sangat menikmati adanya persaingan dan kemenangan dalam berkerja, hal ini
dikarenakan karyawan memang menyukai adanya persaingan-persaingan sebagai
pembuktian bahwa mereka memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi, sedangkan
sebanyak 11 responden atau 61,11% responden, menyatakan bahwa cukup menikmati
adanya persaingan dan kemenangan dalam berkerja, hal ini dikarenakan karyawan kurang
menyukai persaingan dan kemenangan dalam berkerja, meskipun karyawan-karyawan
tersebut memiliki sikap tanggung jawab terhadap perkerjaan.
4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja didominasi oleh gaji (22,6%) dan
pengawasan (23,06%), karena gaji dan pengawasan merupakan hak setiap karyawan. Gaji
yang diberikan perusahaan kepada karyawan sudah sesuai dengan beban pekerjaan dan
kebutuhan hidup karyawan. Adanya pengawasan dan koreksi setiap pekerjaan yang
dilakukan, karyawan merasa lebih dihargai pekerjaannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dapat dilihat pada tabel
tabulasi berikut ini :
No.
Indikator
1.
Gaji
2.
Tunjangan/jaminan sosial
3.
Kondisi kerja
4.
Hubungan kerja
5.
Pengawasan (supervise)
Rata-rata
Skor
172
148
129
135
175
759
Persentase (%)
22,66%
19,49%
17%
17,79%
23,06%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menunjukkan kategori sedang
(42,17). Perusahaan sangat memperhatikan gaji setiap karyawan, gaji yang tinggi akan
mempengaruhi pekerjaan karyawan. Tunjangan/jaminan sosial yang diberikan perusahaan
kepada setiap karyawan juga menambah kepuasan tersendiri kepada karyawan. Kondisi kerja
yang baik dan nyaman membuat karyawan betah berada ditempat kerja dan dapat bekerja
dengan maksimal. Hubungan kerja yang terjalin antara bagian-bagian atau individu-individu
akan lebih memudahkan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
perusahaan. Selain itu pengawasan juga mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, dengan
adanya pengawasan karyawan merasa pekerjaannya lebih dihargai.
a. Faktor gaji
Kepuasan kerja karyawan tergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan.
Karyawan akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Semakin
banyak kebutuhan yang terpenuhi, maka semakin puas pula karyawan tersebut, demikian
pula sebaliknya karyawan akan merasa tidak puas jika kebutuhannya tidak terpenuhi.
Sementara itu jumlah pengeluaran rata-rata karyawan setiap bulannya dapat dilihat
pada gambar berikut.
11,11%
16,67%
72,22%
< Rp 1.060.000,- (UMP)
Rp 1.060.000,- (UMP)
Sumber : Analisis data primer, 2013.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
7
Diketahui bahwa sebanyak 2 responden atau 11,11% responden pengeluarannya di
bawah gaji pokok atau UMP (Rp 1.060.000,-), 3 responden atau 16,67% responden
pengeluarannya standart gaji pokok atau standart UMP (Rp 1.060.000,-), sedangkan 13
responden atau sebanyak 72,22% responden pengeluarannya di atas gaji pokok atau UMP
(Rp 1.060.000,-). Pengeluaran rata-rata karyawan setiap bulannya dikategorikan rendah,
ini dikarenakan kebutuhan karyawan yang semakin meningkat dan tingginya harga
barang-barang diperkebunan.
Gaji sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang diatur oleh
pengusaha dan buruh atau karyawan serta pemerintah. Untuk mengetahui gaji standart
UMP (Rp 1.060.000,-) sudah mencukupi untuk kebutuhan karyawan sehari-hari dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
16,67%
Sangat Mencukupi
Mencukupi
83,33%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 15 responden atau 83,33% responden menyatakan gaji
standart UMP (Rp 1.060.000,-) tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari, sedangkan 3
responden atau 16,67% responden menyatakan gaji standart UMP (Rp 1.060.000,-)
mencukupi.
Gaji standart UMP (Rp 1.060.000,-) dikategorikan tidak mencukupi, karena
menurut karyawan kebutuhan yang semakin meningkat sementara harga barang-barang
yang tersedia juga cukup mahal.
Ketepatan waktu dalam memberikan gaji kepada karyawan dalam suatu perusahaan
juga harus diperhatikan karena ketepatan waktu dalam pemberian gaji dapat memberikan
contoh kepada karyawan agar disiplin dalam waktu dan bekerja. Ketepatan perusahaan
dalam memberikan gaji karyawan dapat dilihat pada gambar berikut.
27,78%
5,56%
66,67%
Sangat Tepat Waktu
Tepat Waktu
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 1 responden atau 5,56%, 12 responden atau 66,67%
responden menjawab tepat waktu, sedangkan 5 responden atau 27,78% menjawab tidak
tepat waktu. Ketepatan waktu dalam memberikan gaji dikategorikan sedang.
Beban kerja dibagi menjadi 2 yaitu beban kerja mental dan beban kerja fisik, beban
kerja mental relatif lebih sulit untuk dilakukan dibandingkan dengan beban kerja fisik. Hal
ini dikarenakan beban mental lebih menyangkut pada hal psikologis yang seringkali susah
untuk diamati. Kesesuaian gaji standart UMP dengan beban kerja dapat dilihat pada
gambar berikut.
22,22%
77,78%
Sangat Sesuai
Sesuai
Sumber : Analisis data primer, 2013.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
8
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden atau 77,78%
responden menjawab gaji standart UMP yang diterima tidak sesuai dengan beban
pekerjaan yang diberikan, sedangkan 4 responden atau 22,22% menjawab gaji standart
UMP yang diterima sudah sesuai dengan beban pekerjaan yang diberikan.
Selain gaji standart UMP dengan beban pekerjaan, insentif juga mempengaruhi
kepuasan kerja karyawan. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi/perusahaan
berusaha untuk meningkatkan kerja karyawan yang dilakukan dengan berbagai cara, salah
satu diantaranya adalah dengan memberikan insentif.
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate insentif insentif yang diberikan
kepada karyawannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
33,33%
22,22%
44,45%
Selalu
Kadang-kadang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Gambar diatas menunjukkan bahwa sebanyak 4 responden atau 22,22% menjawab
selalu, 8 responden atau 44,45% responden menjawab kadang-kadang dan 6 responden
atau 33,33% responden menjawab tidak pernah.
Selanjutnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan
menunjukkan interprestasi sedang (0,423).
b. Faktor Tunjangan/Jaminan Sosial
Tunjangan/jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh negara guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM tahun 1948 dan
konvensi ILO No. 102 tahun 1952.
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate memberikan tunjangan/jaminan
sosial kepada karyawannya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
11,11%
Selalu
88,89%
Kadang-kadang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 16 responden atau 88,89% responden menjawab PT.
Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate selalu memberikan tunjangan/jaminan
sosial kepada karyawannya, sedangkan 2 responden atau 11,11% responden menjawab PT.
Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate kadang-kadang memberikan
tunjangan/jaminan sosial.
Tunjangan/jaminan sosial dikategorikan tinggi, karena perusahaan selalu
memperhatikan kesejahteraan karyawan-karyawannya. Tunjangan/jaminan sosial dapat
berupa santunan (uang duka) bagi karyawan yang meninggal dunia. Jaminan kematian
diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek yang meninggal bukan
karena kecelakaan kerja. Jaminan kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban
keluarga baik bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
9
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate memberikan jaminan kematian
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
22,22%
Selalu
77,78%
Kadang-kadang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 14 responden atau 77,78% responden menjawab bahwa
PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate selalu memberikan jaminan kematian
kepada karyawan yang meninggal dunia, sedangkan 4 responden atau 22,22% menjawab
bahwa PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate kadang-kadang memberikan
jaminan kematian kepada karyawan yang meninggal dunia, jaminan kematian
dikategorikan tinggi.
Tunjangan/jaminan sosial yang diberikan PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas
Hulu Estate dengan pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut.
44,44%
Sangat Sesuai
55,56%
Kurang Sesuai
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 10 responden atau 55,56% responden menjawab
tunjangan/jaminan sosial yang diberikan PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu
Estate sangat sesuai, sedangkan 8 responden atau 44,44% responden menjawab kurang
sesuai.
Tunjangan/jaminan sosial yang diberikan perusahaan sudah sesuai atau tidak
dengan pekerjaan dikategorikan tinggi, karena tunjangan/jaminan yang diberikan
disesuaikan dengan pekerjaan karyawan dan tempat karyawan bekerja (kantor dan
lapangan).
Selanjutnya, faktor-faktor terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukkan
interprestasi sedang (0,416).
c. Faktor Kondisi Kerja
Kondisi kerja merupakan faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan
kepuasan kerja karyawan. Umumnya karyawan selalu menginginkan lingkungan kerjanya
selalu dalam keadaan bersih sehingga dapat menimbulkan rasa nyaman dan senang
didalam bekerja. Rasa nyaman ini akan mempengaruhi karyawan untuk bekerja lebih
bersemangat.
Tingkat kebersihan di lingkungan kerja, dapat dilihat pada gambar berikut.
38,89%
33,33%
27,78%
Sangat Bersih
Bersih
Sumber : Analisis data primer, 2013.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
10
Sebanyak 6 responden atau 33,33% menyatakan bahwa lingkungan kerja sangat
bersih, 5 responden atau 27,78% responden menyatakan bahwa tingkat kebersihan di
lingkungan kerja adalah bersih. Hal ini dikarenakan karyawan merasa bahwa lingkungan
baik di tempat kerja maupun di perkebunan dirasakan tingkat kebersihan lingkungan
bersih dan karyawan merasa cukup betah bekerja di dalamnya, sedangkan 7 responden
atau 38,89% responden menyatakan bahwa tingkat kebersihan dilingkungan kerja tidak
bersih. Kebersihan lingkungan dikategorikan sedang.
Sebaliknya, bila sirkulasi udara tidak baik didalam ruangan akan terasa lembab dan
berbau tidak enak. Dengan demikian para karyawan akan merasa tidak nyaman dan tidak
betah berada didalam ruangan kerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan tidak berjalan
dengan baik dan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu
sirkulasi udara yang baik didalam ruangan sangat penting untuk diperhatikan.
Tanggapan tentang sirkulasi udara (ventilasi/AC) diruangan kerja karyawan, dapat
dilihat pada gambar berikut.
5,56%
50%
44,44%
Sangat Baik
Baik
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Dapat dilihat bahwa sebanyak 1 responden atau 5,56% menyatakan bahwa
sirkulasi udara di ruang kerja sangat baik, 8 responden atau 44,44% responden
menyatakan bahwa sirkulasi udara di ruang kerja baik dan 9 responden atau 50%
responden menyatakan bahwa sirkulasi udara di ruang kerja tidak baik, sirkulasi udara
dikategorikan sedang.
Selain sirkulasi udara, perusahaan juga harus memperhatikan masalah penerangan.
Karena didalam melakukan pekerjaannya setiap karyawan pasti memerlukan penerangan
yang cukup dan tidak menyilaukan. Perusahaan menggunakan penerangan listrik, ada dua
hal yang harus diperhatikan oleh atasan yaitu : penerangan yang terlalu terang justru akan
mengurangi kerja karyawan karena cahaya yang terlalu terang akan mengakibatkan
karyawan kepanasan dan cepat lelah. Sebaliknya, penerangan yang terlalu redup akan
menurunkan kerja karyawan sebab karyawan akan menjadi cepat mengantuk serta banyak
kekeliruan dalam pekerjaan. Tanggapan tentang pencahayaan diruang kerja karyawan,
dapat dilihat pada gambar berikut.
50%
33,33%
16,67%
Sangat Menunjang
Menunjang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui responden yang menyatakan bahwa pencahayaan diruang kerja
karyawan sangat menunjang sebanyak 6 responden atau 33,33%, hal ini karena cahaya
lampu yang sudah ada, sudah mencukupi dan sinar matahari yang masuk dapat menyinari
ruangan kerja yang ada. Dan yang menyatakan bahwa pencahayaan diruang kerja
menunjang sebanyak 3 responden atau 16,67% responden, hal ini karena cahaya lampu
yang sudah ada, sudah mencukupi, namun sinar matahari yang masuk kurang menyinari
semua ruangan. Sedangkan 9 responden atau 50% responden menyatakan tidak menunjang
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
11
karena cahaya lampu yang sudah ada tidak maksimal dan sinar matahari tidak menyinari
semua ruangan, pencahayaan diruangan kerja dikategorikan sedang.
Bukan hanya kebersihan lingkungan, sirkulasi udara dan pencahayaan saja yang
harus diperhatikan perusahaan, jaminan keamanan menjadi salah satu faktor penunjang
dalam kepuasan kerja karyawan khususnya di faktor kondisi kerja. Penerapan sistem
keamanan yang ketat maka akan memberikan rasa aman kepada setiap karyawan yang
bekerja di perusahaan.
Tanggapan tentang keamanan tempat bekerja sudah terkontrol atau tidak dapat
dilihat pada gambar berikut.
22,22%
5,56%
72,22%
Sangat Terkontrol
Cukup Terkontrol
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa responden yang menyatakan keamanan lingkungan kerja sangat
terkontrol sebanyak 1 responden atau 5,56%, sebanyak 13 responden atau 72,22%
responden menyatakan cukup terkontrol. Sedangkan yang menyatakan tidak terkontrol
sebanyak 4 responden atau 22,22% responden. Hasil jawaban responden yang diterima,
jarang terjadi keributan dan pencurian di PT. Riau Agrotama Plantation Kapuas Hulu
Estate. Terkontrolnya keamanan di perusahaan dikategorikan sedang, karena jarang
terjadinya keributan dan pencurian diperusahaan.
Selanjutnya, faktor-faktor terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukkan
interprestasi sedang (0,400).
d. Faktor Hubungan Kerja
Hubungan antar pribadi, baik antara manajer dengan bawahan maupun antar
sesama rekan kerja jika dibina dengan baik maka akan dapat meningkatkan kepuasan kerja
karyawan. Apabila di perusahaan atasan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan
bawahan maupun antar sesama rekan kerja, maka karyawan akan merasa senang untuk
bekerja karena dapat tercipta suasana kerja yang harmonis.
Tanggapan tentang baik tidaknya hubngan kerja antara atasan dengan bawahan,
dapat dilihat pada gambar berikut.
22,22%
55,56%
22,22%
Sangat Baik
Baik
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui sebanyak 4 responden atau 22,22% responden menyatakan hubungan
antara atasan dengan bawahan sangat baik, 4 responden atau 22,22% responden
menyatakan hubungan antara atasan dengan bawahan baik, sedangkan 10 responden atau
55,56% menyatakan hubungan antara atasan dengan bawahan tidak baik. Hubungan kerja
antara atasan dengan bawahan dikategorikan sedang, karena atasan menghargai hak-hak
karyawan dan tidak pernah memarahi karyawan didepan karyawan lain jika karyawan
tersebut melakukan kesalahan.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
12
Hubungan antara atasan dengan bawahan akan dapat terjaga jika atasan
memberikan bimbingan. Tanggapan apakah atasan sering memberikan bimbingan kepada
bawahannya dapat dilihat pada gambar berikut.
22,22%
Sering
50%
Jarang
27,78%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa 9 responden atau 50% responden menyatakan bahwa atasan
sering memberikan bimbingan kepada bawahannya, 5 responden atau 27,78% responden
menyatakan atasan jarang memberikan bimbingan kepada bawahannya. 4 responden atau
22,22% responden menyatakan atasan tidak pernah memberikan bimbingan kepada
bawahannya. Atasan memberikan bimbingan kepada bawahan dikategorikan tinggi,
karena atasan sering memberikan bimbingan kepada bawahannya agar karyawan tersebut
dapat memperbaiki kesalahan dalam bekerja.
Selain hubungan kerja antara atasan dengan bawahan dan atasan memberikan
bimbingan hubungan antar sesama rekan kerja juga dapat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan. Tanggapan tentang baik tidaknya hubungan kerja antar sesama rekan kerja
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
33,33%
Sangat Baik
61,11%
Baik
5,56%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Gambar diatas dapat dilihat bahwa responden yang mempunyai hubungan sangat
baik dengan sesama rekan kerja adalah sebanyak 11 responden atau 61,11% responden
dan yang menyatakan hubungan baik antar sesama rekan kerja adalah 1 responden atau
5,56% responden. 6 responden atau 33,33% responden menyatakan tidak baik, Hubungan
dengan sesama rekan kerja dikategorikan sedang.
Agar hubungan antar atasan dan bawahan dan sesama rekan kerja tetap terjali
dengan baik maka harus saling memberikan pendapat dan saran dalam mengambil suatu
keputusan. Tanggapan tentang sering tidaknya atasan dan sesama rekan kerja meminta
saran dan pendapat dalam mengambil keputusan dapat dilihat pada gambar berikut.
27,78%
11,11%
61,11%
Sering
Jarang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa responden yang menyatakan sering diminta pendapat dan saran
dalam mengambil keputusan oleh atasan dan sesama rekan kerja adalah sebanyak 2
responden atau 11,11%, 11 responden atau 61,11% responden menyatakan jarang diminta
pendapat dan saran oleh atasan dan sesama rekan kerja dalam mengambil keputusan.
Sedangkan 5 responden atau 27,78% responden menyatakan bahwa atasan dan sesama
rekan kerja tidak pernah meminta pendapat dan saran dalam mengambil keputusan. Atasan
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
13
dan sesama rekan kerja dalam meminta pendapat dan saran dalam mengambil keputusan
dikategorikan sedang.
Selanjutnya, faktor-faktor terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukkan
interprestasi sedang (0,429).
e. Faktor Pengawasan (supervise)
Karyawan yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya,
hendaknya atasan mempercayakan tanggung jawab pekerjaan-pekerjaan yang sudah
menjadi tugas karyawan. Dengan kata lain atasan dapat menghindari pengawasan yang
terlalu ketat. Namun dalam hal ini atasan juga harus berhati-hati, kurangnya pengawasan
pekerjaan yang dilakukan karyawan kurang terarah. Untuk itu atasan harus mengatur
jadwal kapan waktu yang tepat dalam melakukan pengawasan, seperti pada saat jam
masuk kerja dan selesai kerja (jadwal kerja karyawan). Tanggapan tentang tepat tidaknya
jadwal kerja karyawan dapat dilihat pada gambar berikut.
16,67%
50%
33,33%
Tepat
Kurang Tepat
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 3 responden atau 16,67% responden menyatakan tepat
pada saat kapan dimulainya kegiatan dan kapan harus selesai kerja, sedangkan 6
responden atau 33,33% responden menyatakan kurang tepat saat kapan dimulainya
kegiatan dan kapan harus selesai kerja. 9 responden atau 50% responden menyatakan
bahwa tidak tepat. Penentuan waktu pada saat kapan masuk kerja dan kapan selesai kerja
(jadwal kerja) dikategorikan sedang.
Jadwal kerja yang kurang tepat dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada
saat pelaksanaan kegiatan atau pekerjaannya. Untuk mencegah terjadinya kesalahan
sebaiknya atasan sering melakukan pengawasan untuk memberikan solusi kepada
karyawan. Tanggapan tentang ada atau tidaknya solusi dari manajer/pimpinan jika terjadi
kesalahan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
16,67%
5,55%
77,78%
Ada
Jarang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui bahwa sebanyak 14 responden atau 77,78% responden menyatakan ada
diberikan solusi dari manajer/pimpinan jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan, 3
responden atau 16,67% responden menyatakan jarang adanya solusi dari
manajer/pimpinan jika terjadi kesalahan dalam pekerjaan. 1 responden atau 5,55%
menyatakan tidak ada solusi yang diberikan manajer/pimpinan jika terjadi kesalahan
dalam pekerjaan, solusi dari manajer/pimpinan jika terjadi kesalahan dikategorikan tinggi.
Solusi yang diberikan manajer/pimpinan akan sangat membantu dalam
menyelesaikan pekerjaan. Untuk mencegah terjadinya kesalahan manajer/pimpinan
memeriksa kembali hasil kerja karyawan yang telah diselesaikan. Tanggapan tentang
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
14
manajer/pimpinan memeriksa kembali hasil-hasil pekerjaan karyawan yang telah selesai
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
11,11%
Sering
33,33%
Jarang
55,56%
Tidak Pernah
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui, bahwa sebanyak 10 responden atau 55,56% responden menyatakan
manajer/pimpinan sering memeriksa kembali pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan
karyawan, 6 responden atau 33,33% responden menyatakan bahwa manajer/pimpinan
jarang memeriksa kembali pekerjaan yang sudah selesai dikerjakan karyawan. 2 responden
atau 11,11% responden menyatakan bahwa manajer/pimpinan tidak pernah memeriksa
kembali pekerjaan yang sudah diselesaikan karyawan, pengawasan hasil akhir pekerjaan
karyawan dikategorikan tinggi.
Selain pengawasan hasil akhir pekerjaan karyawan, manajer/pimpinan harus sering
melakukan insfeksi langsung pada saat kegiatan-kegiatan sedang berlangsung guna
menekan terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan. Tanggapan tentang sering
tidaknya manajer/pimpinan melakukan insfeksi langsung dapat dilihat pada gambar
berikut.
27,78%
50%
Sering
Jarang
22,22%
Sumber : Analisis data primer, 2013.
Diketahui, bahwa sebanyak 9 responden atau 50% responden menyatakan
manajer/pimpinan sering melakukan insfeksi langsung, 4 responden atau 22,22%
responden menyatakan bahwa manajer/pimpinan jarang melakukan inspeksi langsung. 5
responden atau 27,78% responden menyatakan bahwa manajer/pimpinan tidak pernah
melakukan inspeksi langsung. Inspeksi yang dilakukan manajer/pimpinan dikategorikan
sedang, karena manajer/pimpinan jarang melakukan inspeksi, inspeksi dilakukan jika
sudah ada kesalahan.
Selanjutnya, faktor-faktor terhadap kepuasan kerja karyawan menunjukkan
interprestasi sedang (0,458).
4.3 Gaji, tunjangan/jaminan sosial, kondisi kerja, hubungan kerja dan pengawasan
terkait dengan kepuasan kerja
Variabel
Terikat
Kepuasan
Kerja (Y)
Variabel Bebas
Gaji (X1)
Tunjangan/Jaminan Sosial (X2)
Kondisi Kerja (X3)
Hubungan Kerja (X4)
Pengawasan (X5)
Hasil
Pengujian
0,423
0,416
0,400
0,429
0,458
Interprestasi
Substansial/Sedang
Substansial/Sedang
Substansial/Sedang
Substansial/Sedang
Substansial/Sedang
Sumber : Analisis data primer, 2013.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
15
Hubungan kepuasan kerja dengan gaji menunjukkan substansial/sedang (0,423)
dimana, gaji karyawan yang berpatokan pada standar UMP dengan gaji pokok sebesar Rp
1.060.000,- yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu sudah mencukupi
kebutuhan karyawan sehari-hari.
Hubungan kepuasan kerja dengan tunjangan/jaminan sosial menunjukkan
substansial/sedang (0,416) dimana, perusahaan lebih memilih memberikan tunjangan lebih
besar dibandingkan menambah gaji, disebabkan tunjangan hanya dikenakan pajak rendah
atau bahkan tidak dikenai pajak sama sekali.
Hubungan kepuasan kerja dengan kondisi kerja menunjukkan substansial/sedang
(0,400) dimana, kondisi kerja yang nyaman dan mendukung karyawan dalam menjalankan
aktivitasnya baik didalam maupun diluar perusahaan.
Hubungan kepuasan kerja dengan hubungan kerja menunjukkan substansial/sedang
(0,429), karena hubungan antar bagian-bagian didalam maupun dengan pihak luar perusahaan
terdapat hubungan yang baik sehingga dapat tercapainya sasaran dan tujuan perusahaan.
Hubungan kepuasan kerja dengan pengawasan menunjukkan substansial/sedang
(0,458) dimana, proses kegiatan yang terus menerus di laksanakan untuk mengetahui
pekerjaan apa yang sudah di laksanakan, kemudian diadakan penilaian serta mengoreksi
apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan semestinya atau tidak.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Kebutuhan akan prestasi; kerjasama; dan kekuasaan memiliki kriteria yang tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa begitu pentingnya kebutuhan akan prestasi, kerjasama dan
kekuasaan didalam suatu pekerjaan.
- Faktor gaji; tunjangan/jaminan sosial; kondisi kerja; hubungan kerja; dan pengawasan
memiliki kriteria yang sedang. Hal ini berarti kepuasan kerja karyawan pada PT. Riau
Agrotama Plantation Kapuas Hulu Estate cukup mempengaruhi terhadap karyawan.
- Faktor gaji; tunjangan/jaminan sosial; kondisi kerja; hubungan kerja; dan pengawasan
mempunyai pengaruh yang signifikan (0,05), dan rata-rata faktor memiliki hubungan
korelasi yang sedang terkait dengan kepuasan kerja.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian, analisis dan kesimpulan diatas, berikut beberapa saran yang
disampaikan :
- Agar karyawan memperoleh kepuasan kerja untuk bekerja lebih baik sehingga hasil
yang dicapai dapat maksimal, hendaknya pihak perusahaan selalu memperhatikan
faktor-faktor kepuasan kerja yang sudah ada seperti menyesuaikan besarnya gaji
pokok yang diberikan dengan beban pekerjaan dan kondisi perekonomian saat ini.
- Perusahaan harus lebih meningkatkan pengawasan (supervise), jadwal kerja yang
kurang tepat dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada saat pelaksanaan
kegiatan dan pekerjaannya.
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
16
DAFTAR PUSTAKA
1] Koentjaraningrat, 1991. Metode Penelitian Praktis. Edisi ke-3. Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
2] Kusnandar, D, 2004. Metode Statistik Dan Aplikasinya Dengan Minitab Dan Excel.
Madian Press : Jogjakarta.
3] LAN RI. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta : CV. Rajawali 1988.
4] Nawawi, Hadari, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Cetakan ke-11. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
5] Nazir, M, 2003. Metode Penelitian. Cetakan ke-5. Ghalia Indonesia. Jakarta.
6] Setyawan, Donny, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Dan Relevansinya Terhadap Komitmen Organisasi. Semarang : Universitas Diponegoro.
7] Smith, Kirk., Eli Jones & Edward Blair, 2000. Managing salesperson motivation in a
territory realignment, Journal of Personal Selling of Sales Management, Vol.XX, No.4
p.215-226.
8] Stephen P. Robbins, 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta : Erlangga
1. Mahasiswa 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak
17
Download