Suplemen 2 Hasil BLS di Bangka Belitung Suplemen 2 HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI (BASELINE ECONOMIC SURVEY / BLS) DI PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM di Indonesia tercatat sebanyak 46,89 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha dengan kontribusi 1 terhadap PDB mencapai 53% . Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, komposisi UMKM tidak jauh berbeda dengan kondisi nasional yaitu usaha mikro kecil mendominasi komposisi usaha di Propinsi Bangka Belitung dengan pangsa 98,8%, sedangkan pangsa usaha 2 menengah hanya 0,89% dan usaha besar 0,31% . Sementara kontribusi UMKM dalam menyerap tenaga kerja cukup besar yaitu sebanyak 386.742 orang pada tahun 2006, dengan komposisi usaha besar menyerap 7,14 % angkatan kerja, usaha menengah menyerap 5,81%, usaha kecil menyerap 39,73% dan usaha mikro menyerap paling besar yaitu 45,45%. Karena pentingnya peranan UMKM dalam perekonomian, dalam rangka mendukung pengembangan sektor riil dan UMKM di Propinsi Bangka Belitung, Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung (UBB) pada tahun 2008 telah melakukan penelitian dasar potensi ekonomi daerah atau dikenal dengan baseline economic survey (BLS) di Propinsi Bangka Belitung. Penelitian ini terfokus pada Komoditas Produk dan Jenis Usaha (KPJU) unggulan daerah yang berpotensi untuk mendorong peningkatan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sehingga bisa menggerakkan perekonomian daerah setempat. Tujuan dari pelaksanaan penelitian / BLS ini adalah untuk : (1) mengetahui profil daerah meliputi kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya, yang ada di Propinsi Bangka Belitung; (2) mengetahui profil UMKM di Wilayah/Propinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM; (3) mengidentifikasi kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terkait dengan pengembangan UMKM; (4) mengetahui peranan perbankan dalam pengembangan UMKM di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya penelitian ini diharapkan bisa memberi informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja serta peningkatan daya saing produk. Sehingga dengan demikian, komoditaskomoditas unggulan daerah yang ditemukan sejalan dengan empat tujuan dimaksud. Kandidat KPJU berasal dari kunjungan lapangan yang didukung oleh data sekunder di masing-masing kecamatan di tiap kabupaten. Dalam menyeleksi masing-masing kandidat komoditas unggulan digunakan sebelas kriteria yakni: (i) skill tenaga kerja, (ii) bahan baku, 1 2 Data Kementrian Koperasi dan UMKM, 2006 Data BPS Bangka Belitung, 2006 Kajian Ekonomi RegionalPropinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Triwulan IV 2008 Kajian Ekonomi Regional BangkaBelitung Belitung Triwulan III 2007 1 Suplemen 2 Hasil BLS di Bangka Belitung (iii) modal, (iv) sarana produksi/usaha, (v) teknologi), (vi) sosial budaya, (vii) manajemen usaha, (viii) ketersediaan pasar, (ix) harga, (x) penyerapan tenaga kerja, (xi) sumbangan terhadap perekonomian. Dengan menggunakan sebelas kriteria itu, kemudian dilakukan focus group discussion (FGD) untuk menseleksi kandidat KPJU. Proses pembobotan berdasarkan 11 kriteria tersebut menggunakan teknis analisa Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). FGD dilakukan disetiap kabupaten yang disurvei. Setelah ditemukan daftar komoditas unggulan, FGD kemudian memformulasi kebijakan dan langkah pengembangan masing-masing KPJU. BLS yang dilaksanakan tahun 2008 di Kepulauan Bangka Belitung meliputi daerah penelitian yakni 7 Kabupaten/Kota yang berada di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur. Dari hasil pengolahan data, komoditas yang menjadi unggulan di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah karet, kelapa sawit, perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan dan toko sembako, ikan air tawar, lada, budidaya kerapu dan toko pakaian. Hal ini memang telah sesuai dengan kondisi sumber daya alam, visi dan misi Bangka Belitung, serta perkembangan UMKM Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tabel 1, dapat dilihat KPJU Provinsi Bangka Belitung beserta permasalahan dan rekomendasinya. Tabel 1. KPJU Beserta Permasalahan dan Rekomendasi KOMODITAS Kelapa Sawit Karet Lada 2 PERMASALAHAN REKOMENDASI Harga bibit yang mahal karena masih didatangkan dari luar daerah, akses permodalan terutama terbatasnya kepemilikan jaminan, kelangkaan dan mahalnya harga pupuk dan pestisida, semakin terbatasnya lahan, dan struktur pasar yang oligopoly terutama dalam hubungan kemitraan inti-plasma sehingga apabila ada kenaikan harga di pasar internasional tidak memberikan dampak bagi kenaikan penghasilan petani. Kurangnya jumlah perkebunan karet, produkvitas kurang maksimal, bibit yang tidak unggul, umur hutan karet yang tua, mahal nya bibit karet, karena masih didatangkan dari luar daerah, monopoli perusahaan pengolah karet sehingga petani menjadi penerima harga bukan penentu harga, masalah akses permodalan terutama terbatasnya kepemilikan jaminan (rata-rata lahan kebun karet belum disertifikasi), masalah kelangkaan pupuk dan mahalnya harga pupuk. Kurang tersedianya bibit yang unggul, kurang lancarnya distribusi dan mahalnya harga pupuk dan pestisida, kurangnya modal dan berflutuasinya harga lada di pasaran. BI sebagai fasilitator dalam membahas bentuk pola kemitraan inti plasma yang standar antara pemerintah kabupaten dengan pihak perusahaan BI bersama dengan pemda kabupaten bertindak sebagai fasilitator dalam penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) BI dan Pemda kabupaten/kota melakukan pembahasan untuk menetapkan lokasi sentra pembibitan karet dan lokasi pendirian pabrik karet, serta memperkuat peran PUSKUD ditingkat propinsi BI mendorong dan memfasilitasi penuh pemerintah kabupaten untuk mengembalikan lada sebagai komoditi unggulan dengan menyediakan sentra pembibitan lada, melakukan pengembangan teknologi penanaman, pengolahan dan pemasaran lada. Melakukan penguatan peran PUSKUD di tingkat Propinsi dalam pendistribusian pupuk dan pestisida bersubsidi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2008 Suplemen 2 Hasil BLS di Bangka Belitung Perikanan Pengolahan Hasil Perikanan Zona penangkapan ikan yang sering bentrok dengan TI Apung, alat tangkap masih dalam teknologi yang sederhana, masih kecil nya kapasitas kapal-kapal , kebutuhan modal kerja untuk melaut, terbatasnya solar bersubsidi untuk nelayan. Permasalahan pembudidayaan ikan air tawar adalah kurangnya pemahaman petani tentang cara memelihara, kurangnya modal, kurangnya sarana dalam pembudidayaan, belum optimalnya peran Balai Benih Ikan (BBI) dalam menjamin ketersediaan bibit yang berkualitas. Terbatasnya teknologi yang dimiliki dan dikuasai, akses permodalan yang masih terbatas, ketiadaan modal untuk membuat kemasan dengan desain unik dan menarik. Terbatasnya manajemen dan akses permodalan terutama kepada perbankan Retailer sembako / kelontong dan toko pakaian Hotel / penginapan (kelas melati) Lemahnya manajemen pengelolaan sehingga kualitas pelayanan yang diberikan belum optimal, kurangnya modal sehingga sulit untuk melakukan pengembangan usaha Perlu pembahasan bersama antara BI dengan Pemda kabupaten/kota agar ada jaminan wilayah penangkapan ikan untuk nelayan sehingga tidak terganggu oleh aktivitas lain yang mengakibatkan pendapatan nelayan menurun. Pembahasan antara BI dengan Pemda dalam menentukan jenis ikan unggulan yang dikembangkan di masing-masing kabupaten/kota dan sekaligus membuat sentra pembibitan ikan air tawar di masing-masing kabupten dan kota, melakukan pembahasan bersama tentang pola dan teknis pembudidayaan ikan air tawar di masing-masing kabupaten/kota dengan mengoptimalkan sumberdaya alam yang ada misalnya potensi kolong bekas penambangan timah. Pembahasan bersama antara BI dengan Pemda kabupaten/kota untuk menetapkan produk pengolahan hasil laut yang khas antara kabupaten/kota sehingga lebih fokus dan tidak menimbulkan persaingan antar kabupten/kota BI mendukung dan memfasilitasi peran pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan pembinaan dan penguatan pengusaha UMKM, menjamin kelancaran jalur distribusi terutama pasokan sembilan bahan pokok dari luar daerah dengan perbaikan sarana dan prasarana seperti pelabuhan, jalan, armada dan mempermudah pelayanan administratif Membantu Pemda Kabupaten/kota untuk meningkatkan jumlah hunian hotel dengan promosi wisata keluar daerah Sedangkan untuk meningkatkan akses permodalan bagi pengembangan KPJU unggulan, prioritas kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah propinsi adalah : - Perlu adanya kerjasama dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk memberikan subsidi bunga terutama untuk usaha skala mikro (sampai dengan Rp 50.000.000). - Meningkatkan alokasi dana untuk bantuan biaya pengurusan sertifikat. - Meningkatkan bantuan untuk pemberdayaan pendamping UMKM, terutama Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), sehingga KKMB dapat bertindak sebagai fasilitator hubungan UMKM dengan perbankan. - Adanya pembinaan dan monitoring oleh pemerintah daerah kepada penerima fasilitas kredit untuk KPJU unggulan secara rutin. - Perlu melakukan kajian yang lebih mendalam tentang potensi usaha UMKM yang layak diberikan kredit. - Perlu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak terkait antara lain perbankan dan lainlain yang dapat mengembangkan KPJU Unggulan dan potensial. Kajian Ekonomi RegionalPropinsi Propinsi Kepulauan Kepulauan Bangka Triwulan IV 2008 Kajian Ekonomi Regional BangkaBelitung Belitung Triwulan III 2007 3