SURVEI PENGETAHUAN TENTANG DEMAM TYPOID PADA KELUARGA KLIEN YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MAKASSAR Harliani Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK Penelitian ini mengungkapkan gambaran Pengetahuan tentang demam typoid pada masyarakat khususnya pada keluarga klien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Makassar (periode Maret-agustus 2013). Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan gambaran pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala demam typoid, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan cara perawatan demam typoid. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang yang diperoleh dengan teknik purposive sample. Data dikumpulkan dengan cara membagikan secara langsung lembar kuesioner pada keluarga penderita demam typoid yang sedang dirawat yaitu pada responden yang memenuhi kriteria sampel. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pengetahuan responden tentang demam typoid masih kurang karena ada 10 ( 33 %) responden menjawab penaykit turunan, dan 5 (17 %) Responden menjawab penyakit infeksi pernapasan turunan dan penyakit infeksi pernapasan, Pengetahuan responden tentang penyebab demam typoid masih kurang karena ada 6 ( 20 %) responden menjawab gigitan nyamuk dan 5 (7 %) responden menjawab kencing tikus. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala demam typoid sangat kurang oleh karena 1 orang ( 3 % ) responden yang menyatakan tanda yang sering pada demam tipoid adalah konstipasi atau diare dan ada 29 (96.67%) responden yang menjawab gejala tipoid adalah batuk. Pengetahuan responden tentang proses penularan demam typoid ada 2 (6.67 %) responden mengatakan penularan melalui sentuhan kulit, dan ada 6 (20.00%) responden mengatakan menular melalui udara pada saat batuk. pengetahuan responden tentang cara pencegahan demam typoid nampak bahwa ada 2 (6,66) responden yag memberi jawaban tidak benar yaitu mencegah demam typiod dengan menggunakan alas kaki bila keluar rumah Pengetahuan responden tentang cara pencegahan penularan demam typoid sebagian besar belum tahu (66.67%) bahwa mencuci tangan sebalum makan adalah salah satu upaya yang perlu dilakukan. Pengetahuan responden tentang cara perawatan demam typoid sebagian besar sudah tahu (86.67%) menyatakan istirahat sampai demam turun, namun masih banyak juga yang memberikan bubur saring (96.67%). Dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa masih ada beberapa responden yang tidak mengetahui bahwa demam typoid adalah infeksi yang terjadi pada usus, demikian pula dari factor penyebab masih ada yang menyatakan akibat dari gigitan nyamuk/ tikus dan juga mengatakan penularan melalui sentuhan kulit. Kata Kunci : Demam Typoid, Penyebab, tanda dan gejala, cara penularan PENDAHULUAN Demam typoid merupakan salah satu infeksi yang terjadi di usus halus dan banyak terjadi dinegara yang beriklim tropis. penyakit ini termasuk penyakit menular seperti yang tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 1962 tentang wabah. Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Empat “F” (Finger, Files, Fomites, dan Fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan,susu,buak dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimaksak sehingga dapat terjadi penularan penyakiy terutama dinegara-negera berkembang dengan kesulitan pengadaan tempat pembuangan kototran (sanitasi) yang handal (Kunoli,J.Firdaus. 2012) Insiden rate demam typoid di Indonesia masih tingg yaitu 358 per100.000 penduduk pedesaan dan 810 per 100.000 penduduk perkotaan pertahun dengan rata-rata kasus pertahun 600.000-1.500.000 penderita. Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medik Depkes RI pada tahun 2008, demm typoid menempati urutan ke dua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di Rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%. Urutan pertema ditempati oelh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52, an urutan ke tiga ditempati oleh Demam Berdarah Dongue dengan proporsi 3,01%. (Depkes RI 2009) Kasus Demam typoid di Provinsi sulawesi selatan pada tahun 2008 tercatat penderita sebanyak 20.088 dengan penderita terbanyak ditemukan di Kabupaten Gowa yaitu 2.391 kasus, kota Makassar sebanayak 2.097 kasus dan kabupaten enrekang sebanyak 644 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 1.990 kasus. Kasus tertinggi pada mur 15-44 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 15.212. Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar, Demam Typoid merupakan kasus rawat nginap terbanyak dari pasien yang dirawat. Tahun 2011 tercatat 719 kasus, dimana terjadi pada anak 121 kasus dan 598 kasus orang dewasa. Tahun 2012 jumlah penderita demam typoid meningkat menjadi 954 kasus, dengan kasus anak 171 dan kasus orang dewasa 783. Berdasakan data tersebut diasumsikan bahwa tinggginya kasus tipoid di Rumah sakit Umum Dearah Haji makssar karena disamping memberikan pelayanan untuk penduduk kota Makassar juga akses mayarakat dari kaupaten Gowa lebih mudah karena letak rumah sakit hamper pada perbatasan Gowa aksaar Berdasarkan urian tersebut diatas bahwa kasus tipod yang di rawat dirumah sakit masih tinggi maka perlu diketahui factor pendukung penyebab tingginya kasus typoid yang di rawat di Rumah Sakit Haji umum Daerah Makassar salah satu yang dianggap mendasar dan penting adalah tentang pengetahuan masyarakat tentang demam typoid. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Penelitian ini adalah deskriptif ekploratif yang bertujuan memberikan gambaran pengetahuan keluarga klien tentang demam typoid di rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januarai samapi Maret 2013 di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga klien demam typoid yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. Sampel yang diambil adalah keluarga demam typoid yang dirawat di ruang internal Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makassar. tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Kriteria sampel yang dambil adalah memenuhi criteria inklusi: a. salah satu annggota keluarga dekat klien yang serumah (orang tua, suami/istri,saudara, anak) b. bisa baca dan menulis c. umur ≥ 17 tahun d. tidak mengalami gangguan perilaku Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Yng dikembangkan sendiri oleh peneliti. kuesioner bewrisi 4 buah pertanyaan tentang penyebab, tanda dan gejala, cara penularan dan cara pencegahan Tehnik pengambilan data Dalam penelitian pengambil data dilakukan sebagai berikut: 1. Data Primer Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada semua keluaraga pasien dirawat yang memenuhi kriteri inklusii . 2. Data Sekunder Data yang digunakan sebagai data pelengkap untuk data primer yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti didapatkan dari dokumen Rumah Sakit HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Karakteristik n Umur (tahun) 19-35 22 36-49 6 ≥ 50 2 Jenis kelamin Laki-laki 6 Perempuan 24 Pendidikan terkhir 2 SD 8 SMP 16 SA/SMK 4 Perguruan tinggi Pekerjaan Ibu Rumah 14 Tangga 9 Karyawan swasta 4 PNS 1 Buruh harian 2 Petani berdasarkan % 73 20 7 20 80 7 27 53 13 47 29 13 3 7 Dari tabel distribusi karakteristik responden diketahui 80% responden adalah berjenis kelamin perempuan. umur tertinggi adalah 19-35 senayak 22 (73%) responden tahun, Pendidikan terbanayak adalah SMA 16 (53%) responden, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga terbanyak yaitu 14 (47%) responden, Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang demam typoid Pengetahuan Ya Bukan Jumlah demam tipoid Penyakit 5 25 30 Infeksi 17.00% 83.00% 100% Pernapasan Penyakit 10 29 30 turunan 33.33% 96.67% 100% Penyakit 10 20 30 Infeksi usus 33.33% 66.67% 100% 645 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 Berdasarkan tabel 2 nampak bahwa pengetahuan responden tentang penyakit tipoid masih kurang yaitu 10 ( 33 %) responden menjawab penyakit turunan, dan 5 (17 %) Responden menjawab penyakit infeksi pernapasan Tabel 3. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang penyebab demam typoid Pengetahuan penyebab Ya Bukan Jumlah demam Tipoid Gigitan 6 24 30 Nyamuk 20.00% 60.00% 100% Kuman 17 13 30 salmonella 5.00% 15.00% 100% typhi 5 25 30 Kencing tikus 7.00% 83.00% 100% Berdasarkan tabel 3. nampak bahwa pengetahuan responden tentang penyebab tipoid masih kurang yaitu 6 ( 20 %) responden menjawab gigitan nyamuk dan 5 (7 %) Responden menjawab kencing tikus Tabel 4. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang proses penularan demam typoid Proses penularan Ya Bukan Jumlah demam tipoid 2 28 30 Sentuhan kulit 6.67% 93.33% 100% Udara pada 6 24 30 saat orang 20.00% 80.00% 100% Batuk Makanan 12 18 30 tercemar 40.00% 60.00% 100% 23 7 30 Lalat 6.67% 23.33% 100% Berdasarkan tabel 5. distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang proses penularan demam typoid, masih ada jawaban responden yang tdak sesuai yaitu ada 2 (6.67 %) responden mengatakan penularan melalui sentuhan kulit, dan ada 6 (20.00%) responden mengatakan menular melalui udara pada saat batuk. Tabel 6. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara pencegahan demam typoid cara pencegahan Ya Bukan Jumlah demam tipoid Mncuci tangan 10 20 30 sebelum 33.33% 66.67% 100% Makan Menghindari makanan dari kerumunan lalat Memakai alas kaki saat kelaur dari rumah 15 50.00% 15 50.00% 30 100% 2 17.00% 28 83.00% 30 100% Dari tabel 6. distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara pencegahan demam typoid nampak bahwa ada 2 (6,66) responden yag memberi jawaban tidak benar yaitu mencegah demam typiod dengan menggunakan alas kaki bila keluar rumah Tabel 7. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara perawatan demam typoid Cara perawatan Ya Bukan Jumlah demam tipoid Beristirahat 26 4 30 total sampai 86.67% 13.33% 100% demam turun Perbanyak 20 10 30 makan sayur 66.67% 33.33% 100% dan buah Makan yang banyak 1 29 30 mengandung 3.33% 96.67% 100% protein (ikan, daging telur) Makan bubur 29 1 30 saring 96.67% 3.33% 100% Tabel 7. Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara perawatan demam typoid, ada 29 (96.67%) responden beanggapan bahwa perawatan demam typoid bubur saring. dan hanya 1 (3.33%) responden yang menggap bahwa makanan yang mengandung banyak protein (ikan, daging dan telur) iperlukan pada orang yang demam typoid PEMBAHASAN 1. Pengetahuan tentang penyakit demam typoid, Penyakit demam typoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut di usus halus oleh kuman salmonella thypi (Brunner dan suddart 200 , syifullah Nur 2005). Deman typoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi atau salmonella paratyphi A,B dan C yang terkadang juga dapat menyebabkan 646 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 gastroenteritis dan septicemia (Ardiansyah, 2012) berdasarkan penjelasan di atas sangat jelas bahwa demam typoid adalah penyakit infeksi bukan penyakit turunan dan terjadi pada usus halus, bukan pada sistem pernapasan. Pada penelitian ini, terungkap bahwa pengetahuan responden tentang penyakit tipoid masih kurang oleh karena dari 30 responden ada 10 ( 33 %) responden menjawab penyakit demam typoid adalah penyakit turunan, dan 5 (17 %) Responden menjawab demam typoid adalah penyakit infeksi pernapasan. 2. pengetahuan tentang penyebab demam typoid. Demam typoid sudah dijelaskan pada semua referansi disebabkan olh kuman yang dinamai Salmonella Typhi, Salmonella Paratyphi A, masuk ke dalam tubuh melalui makanan ke saluran cerna. Pada penelitian ini terungkap bahwa pengetahuan responden tentang penyebab demam typoid masih ada 6 ( 20 %) responden menjawab gigitan nyamuk dan 5 (7 %) responden menjawab kencing tikus 3. Pengetahuan tentang tanda dan gejala demam typoid masa inkubasi salmonella typhi barlangsung 7 – 12 hari . meskipun pada umumnya adalah 10 – 12 hari. pada awal penyakit keluhan dan kejala tidak lah khas, berupa anoreksia, rasa malas, sakit kepala, nyeri otot, gangguan perut. Demam adalah gejala yang paling konstan diantara semua gejala klinis. Demam berlangsung 7 hari merupakan gejala yang paling menonjol (Widoyono, 2011). Demam berlangsung selama 3 minggu dengan variasi minggu pertma: suhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua: penderita demam terus menerus, dan pada minggu ketiga demam beangsur turun (ardiansyah, 2012). Gangguan sistem pencernaan yang sering terjadi adalah gangguan buang air besar berupa konstipasi (sembelit). meskipun diare juga bisa terjadi. gejala lain adalah mual, muntah atau perasaan tidak enak di perut (Widoyono, 2011). Napas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor, ujung dan tepi kemarahan, perut kembung, hati dan limpa membesar dan nyeri tekan,r Hasil penelitian tentang pengetahuna tanda dan gejala demam typoid, hanya 1 (3.33 %) responden menjawab benar bahwa salah satu gejala demam typoid adalah gangguan buang air besar berupa semabelit atau diare. dan ada 29 (96.67%) responden yang menjawab gejala tipoid adalah batuk. 4. cara penularan deman typoid Kuman salmonella typhi masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella typhi (biasanya lebih dari 10.000 basil kuman), sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asma HCl lambung dan sebagian lagi masuk keusus halus. Prinsip penularan adalah Fekal-oral. kuman berasal dari tinja atau urine penderita atau carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air. Dengan dimikian penularan salmonella typhi terkait erat dengan kebersihan diri dan lingkungan yang berhubungan dengan makanan atau minuman yang kita makan hasil penelitian terungkap bahwa pengetahuna responden tentang cara penularan demam tipoid ada 2 (6.67 %) responden mengatakan penularan melalui sentuhan kulit, dan ada 6 (20.00%) responden mengatakan menular melalui udara pada saat batuk. sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden tentanhal ini tidak sg cara penularan deman typoid masih kurang. 5. cara pencegahan Pencegahan adalah kebersihan dengan mencuci tangan setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan minuman. Membuang kotoran pada jamban yang sehat dan tidak terjangkau oleh lalat. merebus air minum samapi mendidih sebelum diminum. pemberantasan lalat atau jaga makan dari kerumunan lalat. pengetahuan responden tentang cara pencegahan demam typoid ada 2 (6,66) responden yag memberi jawaban tidak benar yaitu mencegah demam typiod dengan menggunakan alas kaki bila keluar rumah 6. cara parawatan . Perawatan demam typoid adalah tirah baring sampai minimal 7 hari bebas demam atau sekitar 14 hari. Posisi tubuh dimobilisasi setiap minimal 2 jam untuk mencegah dekubitus, mobilisasi secara bertahap sesuai kemampuan. Diet Tinggi kalori tinggi protein, cukup cairan, kurang mengandung serat. pada penelitian ini pengetahuan responden tentang cara perawatan demam typoid, ada 29 (96.67%) responden beanggapan bahwa perawatan demam typoid dengan diet bubur saring. dan 647 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721 hanya 1 (3.33%) responden yang menggap bahwa makanan yang mengandung banyak protein (ikan, daging dan telur) tidak tiperlukan pada orang yang demam typoid. seharusnya bubur saring tidak sesuai diberikan pada demam tipoit karena bub bubur saring biasanya komposisi kandungan nutrisi kurang. sedangkan penderita demam typoid membutuhkan diet tinggi protein tinggi kalori. KESIMPULAN 1. Pengetahuan responden tentang demam typoid masih kurang karena masih ada yang menyatakan turunan dan penyakit infeksi pernapasan 2. pengetahuna Pengetahuan responden tentang penyebab demam typoid masih kurang karena masih ada yang menyatakan disebabkan oleh nyamuk dan tikus 3. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala demam typoid lebih banyak mengenal dari tanda demam lebih dari 7 hari, pengetahuan tentang tanda dan gejala konstipasi atau diare serta perut rasa kembung masih kurang 4. Pengetahuan responden tentang proses penularan demam typoid sebagian besar sudah tahu namun masih ada yang menyatakan penyebab demam typoid adalah Sentuhan kulit dan udara saat batuk. 5. Pengetahuan responden tentang cara pencegahan penularan demam typoid sebagian besar belum tahu (66.67%) bahwa mencuci tangan sebalum makan adalah salah satu upaya yang perlu dilakukan. 6. Pengetahuan responden tentang cara perawatan demam typoid sebagian besar sudah tahu (86.67%) menyatakan istirahat sampai demam turun, namun masih banyak juga yang memberikan bubur saring (96.67%). SARAN 1. disarankan pada sejawat di tatanan pelayanan di klinik perawatan nginap terutama pada Perawat/Ners untuk memberikan pemahaman kepada klien dan keluarga pada saat klien dirawat dan terutama persiapan pulang agar diberi penyuluhan tentang penyebab, tanda, proses penularan serta cara pencegahan dan perawatan demam typoid 2. Pelaksana pelayanan kesehatan di masyarakat (Puskesmas) agar memasukan sebagai program kerja penyuluhan kesehatan tentang demam typoid di Posyandu atau di sekolah-sekolah oleh karena demam typoid lebih banyak menyerang anak-anak akibat perilaku yang kurang sehat. 3. Pemberian bubur saring pada demam ttypoid banyak dilakukan masyarakat olehnya itu perlu pemahaman bahwa bubur saring dapat menurunkan napsu makan bagi penderita dan bubur saring perlu terpenuhi empat sehat dan lima sempurna. DAFTAR PUSTAKA Ardiansyah Muhammad. 2012. Medikal Bedah untuk mahasiswa. Yokyakarta: Diva Press Berman, A., 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Keshatan Indonesia Tahun 2008. www.Depkes.go.id(online) diakses tgl 25 april 2013 Dinas Faris, kesehatan SulSel. 2009.Derajat Kesehatan Di Sulsel http//www.datinkessulsel.wordpress.com. (online) diakses tgl 14 maret 2013 tahun 2008. 2009. Memahami Demam dengan Lebih Baik. Diunduh http://klinikkeluargasehat.wordpress.com/2009/03/23/demam/. [Diakses 9 februari 2012]. dari: Kunoli,J.Firdaus 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Trofis.Jakarta.CV.Trans Info Media Lessy.In. 2010. Epidemilogi Demam Thypoid. (online) Available http://inalessy.blogspot.com/2010/04/epidemilogi-demam-thypoid.diakses 16 maret 2013 : Widoyono.2011.Penyakit Tropis epidemiologi, penularan, Pencegahan dan pemberantasan . Edisi kedua. Jakarta :Erlangga. 648 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721