KEBUTUHAN KONSUMSI OKSIGEN SEDIMEN

advertisement
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
JANTANISASI ANAKAN IKAN GUPPY (Poecilia reticullata)
MELALUI PERENDAMAN INDUK DENGAN LARUTAN
17α-METILTESTOSTERON
M. Istuanto, Ferdinand Hukama Taqwa, M. Syaifudin, Muslim
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya, Ogan Ilir 30662
Telp 0711-7728874 Fax 0711-580276, E-mail: [email protected]
E-mail : [email protected]
Abstract
This study aimed to investigate the effect of different 17α-methyltestosterone concentrations
toward the ratio of male guppy fish seedlings. This study was implemented in Laboratory of Local
Fish Hatchery of Gandus, Palembang. The research method used was complete random design
consisting of 4 treat ments and 3 repetitions. The imp lemented treat ments were guppy fish parent
soaking in 17α-methyltestosterone solution of various concentrations namely: 0 mg .L-1 (D0), 2.5
mg.L-1 (D1), 5 mg.L-1 (D2), and 7.5 mg.L-1 (D3). The observed parameters consisted of
percentage of male seedlings and viability of guppy fish seedlings during the raising as well as
physical-chemical parameters (temperature, pH, and dissolved oxygen). The t rial result indicated
that the administration of 5 mg.L-1 (D2) o f 17α -methyltestosterone solution could increase the
percentage of male guppy fish seedlings up to 55.40% and quite high viability during the raising
for 83.79%. The range of physical-chemical water value during this study still supported the
raising of parents and seedlings of guppy fish.
Keywords : guppy, hormon, 17α-metiltestosteron
Abstrak
Penelit ian ini bertu juan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi 17α-metiltestosteron yang
berbeda terhadap nisbah kelamin jantan anakan ikan guppy. Penelitian dilaksanakan di
Laboratoriu m Pembenihan Balai Benih Ikan Lokal Gandus, Palembang. Metode penelitian yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan
yang diterapkan adalah perendaman induk ikan guppy dengan larutan 17α-metiltestosteron pada
berbagai konsentrasi yaitu : 0 mg .L-1 (D0 ), 2,5 mg.L-1 (D1 ), 5 mg.L-1 (D2 ), dan 7,5 mg.L-1 (D3 ).
Parameter yang diamat i terd iri dari persentase kelamin jantan dan kelangsungan hidup anakan ikan
guppy selama pemeliharaan serta parameter fisika kimia air (suhu, pH, dan oksigen terlarut). Hasil
percobaan menunjukan bahwa pemberian larutan 17α-metiltestosteron sebanyak 5 mg.L-1 (D2 )
dapat meningkatkan persentase kelamin jantan anakan ikan guppy hingga 55,40% dan
kelangsungan hidup yang cukup tinggi selama pemeliharaan yaitu 83,79%. Kisaran nilai fisika
kimia air selama penelitian masih menunjang untuk pemeliharaan induk dan anakan ikan guppy.
Kata kunci : guppy, hormon, 17α-metiltestosteron
PENDAHULUAN
Ikan
mempunyai warna tubuh yang lebih
guppy
(Poecilia
cerah
dan
mempunyai keaneka-
reticullata) merupakan ikan hias
ragaman
yang
yang
melebar seperti kipas dan bila ikan
karena
guppy bergerak, sirip ekornya seperti
menarik,
berkelamin
terutama
jantan
corak.
Sirip
ekornya
33
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
melambai- lambai.
Ikan
guppy
merupakan cara yang lebih efisien
termasuk
yang
mudah
karena
ikan
memerlukan
dosis
yang
dipelihara, karena memiliki toleransi
relatif lebih kecil dan prosesnya lebih
yang tinggi terhadap kualitas air.
singkat dibanding dengan metode
Ikan guppy termasuk ikan omnivora
oral yang memerlukan dosis tinggi
sehingga mudah beradaptasi dengan
dengan waktu yang relatif lama.
makanan
yang
diberikan.
Aplikasi sex reversal pada
Keistimewaan tersebut menjadikan
umumnya
menggunakan
hormon
ikan guppy banyak diminati hobiis
steroid yakni
17α- metiltestosteron.
ikan hias.
Berdasarkan
penelitian
Yunianti
Kecenderungan pasar yang
(1995) bahwa perendaman induk
lebih menyukai ikan guppy jantan,
yang bunting selama 24 jam dengan
membuat produsen ikan hias harus
dosis 2 mg.L-1 17α-metiltestosteron
mengusahakan dalam jumlah banyak
dapat menghasilkan 100% anakan
dan berkualitas baik. Usaha yang
ikan guppy jantan. Namun hormon
dilakukan juga diinginkan dengan
tersebut harganya mahal dan sulit
biaya murah dan dalam waktu yang
diperoleh sehingga perlu dicarikan
lebih cepat. Salah satu cara yang
sumber 17α- metiltestosteron
mudah dilakukan untuk mendapatkan
murah dan mudah diperoleh. Salah
ikan
satu sumber alternatif hormon 17α-
berkelamin
jantan
adalah
dengan metode sex reversal.
Metode
sex
yang
metiltestosteron yang relatif mudah
reversal
didapat dan harganya relatif murah
merupakan usaha mengalihkan jenis
bila dibandingkan dengan hormon
kelamin
17α-metiltestosteron
ikan
melalui
metode
murni
ialah
pemberian hormon buatan. Metode
dengan
ini bertujuan untuk mendapatkan
kebugaran
populasi monosek (kelamin tunggal).
mengandung hormon tersebut. Maka
Metode sex reversal dapat dilakukan
dari itu perlu diadakan penelitian
dengan beberapa cara, diantaranya
yang bertujuan untuk mengetahui
melalui pakan,
penyuntikan dan
pengaruh perendaman induk ikan
Metode perendaman
guppy (Poecilia reticullata) dalam
perendaman.
menggunakan
produk
komersil
yang
34
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
larutan yang mengandung hormon
dicobakan adalah perendaman induk
17α-metiltestosteron
ikan guppy dengan larutan 17α-
terhadap
persentase kelamin jantan anak ikan
metiltestosteron
guppy yang dihasilkan. Penelitian ini
kebugaran) antara lain Do (tanpa
bertujuan
mengetahui
pemberian hormon) sebagai kontrol,
pengaruh perendaman induk ikan
D1 (2,5 mg.L-1 17α-metiltestosteron
guppy (Poecilia reticullata) dalam
atau setara 1 kapsul), D2 (5 mg.L-1
larutan 17α- metiltestosteron dengan
17α-metiltestosteron atau setara 2
konsentrasi
kapsul) dan
untuk
tertentu
terhadap
persentase kelamin jantan anakan
D3 (7,5 mg.L-1 17α-
Langkah
perkawinan
BAHAN DAN METODE
produk
metiltestosteron atau setara 3 kapsul)
ikan guppy yang dihasilkan.
Penelitian
(dalam
awal
induk,
berupa
selanjutnya
perendaman dilakukan selama 24
ini
telah
jam setelah
12
hari
dipelihara
dilaksanakan di Balai Benih Ikan
terhitung sejak dipasangkan. Hormon
Gandus Palembang. Bahan yang
yang
digunakan
ikan
metiltestosteron yang terkandung di
guppy, pakan alami Tubifex sp,
dalam produk kebugaran komersil,
Artemia sp, Daphnia sp dan Moina
pelarutan hormon dilakukan dengan
sp,
17α- metiltestosteron
alkohol 70% di wadah khusus
produk
dengan
meliputi
sumber
yakni
dari
induk
kebugaran
komersil, dan alkohol 70% sebagai
digunakan
adalah
perbandingan
1
17α-
kapsul
dengan 3 ml alkohol 70%.
pelarut. Alat yang digunakan berupa
Variabel yang diukur meliputi
wadah 12 unit akuarium berukuran
persentase kelamin jantan anakan
50x40x40 cm3 , perlengkapan aerasi
ikan guppy dan kelangsungan hidup
dan alat ukur kualitas air.
anakan ikan guppy diuji statistik
Rancangan
percobaan
yang
dengan analisis ragam dan uji lanjut
digunakan adalah Rancangan Acak
BNT
Lengkap
pemeliharaan
(RAL)
dengan
menggunakan empat perlakuan dan
tiga
ulangan.
Perlakuan
0,05 .
Data kualitas air media
dianalisis
secara
deskriptif.
yang
35
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data
jantan
persentase
pada
ikan
induknya direndam dalam larutan
kelamin
guppy
yang
17α-metiltestosteron disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data persentase kelamin jantan pada akhir penelitian (%)
Perlakuan
Ulangan
2
33,21
BNT
5%
Rerata
D0
1
31,95
3
32,31
D1
45,87
47,01
47,6
46,83
D2
D3
56,79
58,05
55,55
53,3
53,86
57,31
55,40
56,22
32,49
a
b
c
c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNT0,05
Analisa ragam menunjukkan
bahwa
pemberian
hormon
17α-
Efektivitas
penggunaan
bahan steroid maupun non steroid
metiltestosteron berpengaruh nyata
dalam
terhadap
dipengaruhi oleh beberapa faktor
pembentukan
kelamin
teknik
sex
jantan ikan guppy. Rerata persentase
yakni
kelamin jantan tertinggi diperoleh
steroid,
pada perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 )
steroid, umur stadia kehamilan ikan
sebesar 69,03%. Meskipun demikian
guppy saat perlakuan, dan lama
hasil uji lanjut BNT
perlakuan (Zairin, 2003). Dari hasil
menunjukkan
konsentrasi,
reversal
cara
jenis
bahan
pemberiaan
bahan
bahwa perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 )
penelitian
berbeda
tinggi
konsentrasi
dibandingkan perlakuan D0 (0 mg.L-
dalam 7,5
1 ),
persentase
kelamin
jantan
yang
tertinggi
namun
bila
bila
nyata
lebih
dan D1 (2,5 mg.L-1 ), tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan D2
(5
mg.L-1 ).
Dengan
demikian
pemberian dosis 17α- metiltestosteron
5
mg.L-1 , memberikan pengaruh
menujukkan
bahwa
17α- metiltestosteron
mg.L-1
menghasilkan
dibandingkan dengan perlakuan 5
mg.L-1
maka
tidaklah
perlakuan tersebut
efektif
karena
tidak
perubahan
yang
yang tidak berbeda dengan dosis
menghasilkan
17α-metiltestosteron 5 mg.L-1 .
signifikan pada anakan jantan yang
dihasilkan.
Bila
dibandingkan
36
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
dengan
jumlah
bahan
yang
disebut
aromatase
inhibitor.
digunakan, diduga konsentrasi 17α-
Menurut Anonim (2008), mekanisme
metiltestosteron yang berlebih dapat
kerja
menyebabkan
dengan
terhambatnya
17α- metiltestosteron
tiga
cara,
terjadi
pertama
perkembangan gonad. Hal ini sesuai
menghambat hormon untuk berikatan
dengan pernyataan Martin (1979)
dengan
dalam Hamid (1991) bila konsentrasi
hambatan tersebut dapat lebih lemah
terlampau tinggi akan menyebabkan
atau lebih kuat daripada hormon
terhambatnya perkembangan gonad
aslinya sehingga dapat meningkatkan
serta terjadinya individu yang steril.
atau menurunkan efek terhadap gen
Namun pada konsentrasi kurang dari
yang ada di dalam sel. Mekanisme
5 mg.L-1 , proses perubahan kelamin
yang kedua yaitu, menghilangkan
menjadi tidak sempurna sehingga
hormon dengan cara merangsang
persentase kelamin jantan menjadi
pengrusakan
kecil.
(2003),
hormon. Sedangkan yang ketiga,
konsentrasi yang di bawah optimum
mengganggu aktivitas enzim yang
bagi
akan
berpengaruh terhadap penghilangan
menyebabkan kecilnya pembentukan
hormon sehingga jumlah hormon
kelamin
menjadi lebih banyak dari jumlah
Menurut
ikan
Zairin
yang
namun
diuji
jika
melebihi
reseptornya,
atau
di
mana
penghilangan
konsentrasi optimum bagi ikan uji
normalnya.
akan menyebabkan kematian ataupun
metiltestosteron
steril, karena itu konsentrasi yang
aromatase
digunakan
menghambat kerja enzim aromatase
harus
tepat
sehingga
Hormon
memiliki
inhibitor
sifat
yang
terjadi efesiensi dalam penggunaan
yang
bahan steroid.
estrogen, sehingga pada gonad akan
Berdasarkan proses kerjanya,
17α-metiltestosteron
menjadi
zat
tergolong
mengaktifkan
cenderung terbentuk kelamin jantan
karena
hormon
androgen
lebih
sistem
banyak mempengaruhi gonad (Henis
hormon terutama hormon estrogen
dan Watts, 1995). Menurut Zairin
(betina). Berdasarkan sifatnya ini
(2003) jika saat berlangsungnya
maka
proses diferensiasi terjadi intervensi
zat
pengganggu
berfungsi
17α-
17α- metiltestosteron
37
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
oleh bahan-bahan steroid maupun
mg.L-1
non steroid
maka perkembangan
menghasilkan 100% anakan jantan.
gonad dapat berlangsung berlawanan
Hunter dan Donalson (1983) dalam
dengan seharusnya.
Zuldariah (1995), menyatakan bahwa
Dalam proses sex reversal
selama
24
jam
dapat
untuk memperoleh perendaman yang
bahan steroid umumnya diterapkan
efektif
dengan beberapa cara, diantaranya
hubungan antara konsentrasi dan
melalui pakan,
lama
penyuntikan dan
maka
perlu
diperhatikan
perlakuan
perendaman.
perendaman. Metode sex reversal
Umumya dengan konsentrasi yang
melalui pakan membutuhkan waktu
tinggi
yang cukup lama, konsentrasi yang
perendaman
cukup
penerapannya
Selain itu lama perendaman juga
terbatas pada spesies ikan yang dapat
berkolerasi dengan umur dan stadia
menerima
perkembangan larva (Zairin, 2003).
tinggi
dan
makanan
buatan
dan
berkembang dengan baik pada saat
membutuhkan
yang
Yamazaki
waktu
lebih
singkat.
(1983)
masa kritis (Shelton, 1988 dalam
Zulradiah
Zulradiah, 1995). Di sisi lain, metode
bahwa
suntik atau implantasi masih terbatas
digunakan dalam sex reversal harus
untuk penelitian saja, dan tidak
dimulai
efisien diterapkan di lapangan karena
Pemberian bahan steroid tergantung
akan memerlukan waktu dan alat
pada interval waktu perkembangan
tertentu (Zairin, 2003). Pemberian
gonad yaitu pada saat gonad dalam
bahan steroid ataupun non steroid
keadaan labil untuk dipengaruhi oleh
yang paling efektif untuk mengatasi
bahan steroid, sehingga pemberian
beberapa kelemahan metode lain
bahan
adalah dengan perendaman karena di
bersamaan dengan waktu terjadinya
dalam proses ini terjadi penyerapan
diferensiasi (Hunter dan Donalson,
dan
(1995),
1983 dalam Zulradiah, 1995). Dalam
perendaman
sex reversal, umur ikan yang baik
ikan guppy dengan 17α-
adalah pada saat berlangsungnya
difusi.
menyatakan
induk
Yunianti
bahwa
metiltestosteron
dengan
dosis
2
(1995)
dalam
pemberian
pada
steroid
menyebutkan
bahan
waktu
harus
yang
optimum.
dilakukan
masa diferensiasi gonad, pada ikan
38
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
guppy
masa
berlangsungnya
tempat kerjanya (site of action) di
diferensiasi gonad terjadi saat embrio
dalam
berumur 12
Selanjutnya
hari dihitung sejak
inti
sel
yaitu
terjadi
kromatin.
peningkatan
terjadinya fertilisasi atau pembuahan
sintesa protein sesuai fungsi masing-
telur oleh sperma yang terjadi di
masing
dalam tubuh indukan betina ikan
menyebabkan
guppy (Zairin, 2003).
perubahan pada struktur maupun
Mekanisme
target.
Proses
enzim
ini
mengalami
hormon
aktifitasnya, akibatnya terjadi pula
steroid dalam mempengaruhi gonad
perubahan dalam proses fisiologi
ikan menjadi jantan yakni bermula
seperti yang diatur oleh hormon yang
dari hormon streoid yang melewati
bersangkutan (Ascobat, 1987 dalam
membran
Zulradiah, 1995).
sel
kerja
sel
masuk
ke
dalam
sitoplasma setiap sel, baik sel target
steroid
maupun
reseptor
sel
hormon
lain
steroid
Hasil analisa ragam data
tetapi
kelangsungan hidup
hanya
pemberian
menunjukkan
larutan
17α-
terdapat di dalam sel target yaitu di
metiltestosteron berpengaruh nyata
dalam
terhadap kelangsungan hidup ikan
sitoplasma.
Bila
hormon
steroid berikatan dengan sitoplasma
guppy.
maka kompleks hormon reseptor
kelangsungan hidup dapat dilihat
tersebut
pada Tabel 2 berikut.
dengan
atau
tanpa
Data
rerata
persentase
modifikasi akan ditransportasikan ke
Tabel 2. Data rerata persentase kelangsungan hidup ikan guppy ( % )
Perlakuan
D0
D1
D2
D3
1
92,59
94,28
80,00
78,12
Ulangan
2
95,45
88,88
86,21
80,00
3
96,55
94,28
85,18
75,00
BNT
5%
Rerata
94,86
92,48
83,79
77,70
a
b
c
c
Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji BNT0,05
39
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Analisa ragam menunjukkan
ataupun steril. Jadi ada kemungkinan
bahwa larutan 17α- metiltestosteron
bahwa
berpengaruh
kelangsungan
hidup
kelangsungan hidup ikan guppy .
disebabkan
karena
Rerata kelangsungan
ikan
konsentrasi
17α- metiltestosteron
yang
yang diberikan. Karayűcel et al.,
pada
(2006) menyebutkan bahwa tingkat
perlakuan D0 (0 mg.L-1 ) dan yang
kelangsungan hidup ikan guppy yang
terendah pada D3 (7,5 mg.L-1 ) yaitu
dipelihara
77,70%. Tingkat kelangsungan hidup
akuarium adalah 70-98 %. Jadi
ikan guppy menurun dengan naiknya
dalam
konsentrasi
17α- metiltestosteron
kelangsungan hidup anakan ikan
yang digunakan. Meskipun demikian
guppy yang dihasilkan masih dalam
hasil uji lanjut BNT menunjukkan
kisaran yang tinggi yakni antara 77,7
bahwa perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 )
% - 94,86 %.
guppy
saat
tertinggi
berbeda
nyata
terhadap
hidup
pemeliharaan
yaitu
nyata
94,86%
lebih
turunnya
selama
penelitian
tingkat
ikan
guppy
tingginya
50
ini
hari
di
tingkat
rendah
Parameter kualitas air media
dibandingkan perlakuan D0 (0 mg.L-
pemeliharaan sangat penting bagi
1 ),
kelangsungan hidup
ikan guppy.
Hasil
dan
dan D1 (2,5 mg.L-1 ), tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan D2
(5
mg.L-1 ).
menyatakan
Zairin
bahwa
jika
(2003)
dosis
melebihi konsentrasi optimum bagi
terhadap
pengukuran
parameter
analisa
kualitas
air
berupa suhu, pH, dan oksigen terlarut
(DO) dapat dilihat pada Tabel 3.
ikan uji akan menyebabkan kematian
Tabel 3. Data kualitas air selama pemeliharaan
Paramater
kualitas air
Suhu (o C)
pH
DO (mg/l)
D0
26-29
7,1-7,5
5,82-6,10
Perlakuan
D1
D2
27-29
26-29
7,3-7,7
7,2-7,8
6,0-6,20
5,30-5,61
*Sumber : (a). Lesmana (2001)
Tancung (2007)
D3
27-29
7,1-7,5
5,79-6,12
(b). Mundayana (2004)
Kisaran
optimum*
23–28 o C (a)
6,8-8,0 (b)
>5 mg/l (c)
(c). Kordi dan
40
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Kisaran kualitas air yang
didapat
masih
toleransi
bagi
kehidupan
Lesmana
dalam
ikan
kisaran
kelangsungan
guppy.
kisaran baik untuk
mendukung
kelangsungan hidup ikan guppy.
Kandungan oksigen terlarut
lingkungan
yang terukur selama sebesar 5,3-6,2
dengan suhu air sekitar 23-28o C,
mg.L-1 . Kandungan oksigen terlarut
sedangkan suhu air di atas 31o C ikan
menunjukkan kisaran yang yang
masih dapat bertahan hidup tetapi
menunjang bagi kelangsungan hidup
dapat menghambat pertumbuhan bila
ikan guppy. Menurut Kordi dan
berlangsung secara terus menerus.
Tancung
Bila suhu tinggi maka ikan akan
minimum oksigen terlarut dalam air
terus bergerak, terus makan dan
yang dapat diterima oleh seluruh
metabolisme
biota air untuk tumbuh dengan baik
baik
ikan
7,1-7,8 yang sudah termasuk dalam
guppy
tumbuh
(2001),
Menurut
indukan dan larva ikan guppy adalah
pada
meningkat
sehingga
ekskresi ikan akan meningkat dan
(2007)
konsentrasi
adalah 5 mg.L-1 .
mengakibatkan turunnya kualitas air,
sedangkan suhu yang terlalu rendah
KESIMPULAN SARAN
akan
Kesimpulan
mengakibatkan
bergerak,
nafsu
ikan
makan
malas
menurun
Konsentrasi
17α-
sehingga dapat menurunkan tingkat
metiltestosteron sebanyak 5 mg.L-1
pertumbuhan
imunitasnya
cukup efektif memberikan persentase
(Lesmana 2001). Jadi suhu 26- 29 o C
kelamin jantan anakan ikan guppy
masih dapat mendukung kehidupan
sebesar 55,40% dan kelangsungan
ikan guppy karena masih dalam batas
hidup sebesar 83,79%. Kualitas air
kisaran toleransi bagi kehidupan ikan
yang didapat pada penelitian ini
guppy.
masih dalam kisaran toleransi yang
dan
Agar dapat hidup dengan
layak bagi kelangsungan ikan guppy.
baik ikan guppy memerlukan derajat
keasaman antara 6,8 sampai 8,0
(Mundayana dan Suyanto, 2004).
Kisaran pH selama pemeliharaan
41
PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015
Saran
Konsentrasi
17α- metiltestos-
teron sebesar 5 mg.L-1 atau setara 2
kapsul
dapat
digunakan
untuk
merendam indukan ikan guppy.
Mundayana, Y dan R. Suyanto.
2004. Guppy. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Kordi K, M.G.H dan A.B. Tancung.
2007. Pengelolaan Kualitas Air
Dalam Budidaya Perairan.
Jakarta. Rineka Cipta.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Zat pengacau
hormon.
(Online)
.http://yudhim.blogspot.Com
/2008/01/
zat-pengacauhormon.html diakses Selasa, 26
Pebruari 2008.
Hamid, A.R. 1991. Pemberian methil
testosteron di dalam proses
diferensiasi kelamin ikan mas
(Cyprinus
carpio)
hasil
ginogenesis. Skripsi Institut
Pertanian Bogor..
Henis, G.A. and S.A. Watts. 1995.
Non Steroidal Chemical Se x
Manipulation
of
Tilapia
Journal
of
The
World
Aquaculture Society. 26 (1) P :
98-101 (http://www.blackwellsynergy.com/action/show
Multiple Abstracts diakses
Selasa, 26 Pebruari 2008).
Karayűcel, I. A.K. Orhan and S.
Karayűcel. 2006. Effect o f
temperature on sex ratio in
guppy (Poecilia reticullata).
Aquaculture
Research.
Blackwell Publishing.
Yunianti, A. 1995. Pengaruh lama
waktu perendaman induk di
dalam larutan hormon 17-α
methyl testosterone terhadap
nisbah kelamin anakan ikan
guppy. Skripsi. Program Stud i
Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan, Institut Pertania n
Bogor.
Zairin, Jr. M. 2003. Endokrinologi
dan Perannya Bagi Masa
Depan Perikanan Indonesia.
Ilmu Fisiologi Reproduksi da n
Endokimologi Hewan Air.
Orasi Ilmiah. Institut Pertania n
Bogor.
Zairin, Jr. M. 2004. Sex Reversal :
Memproduksi
Benih
Ikan
Jantan atau Betina Jakarta.
Penebar Swadaya.
Zulraidah. 1995. Pengaruh lama
perendaman telur dalam larutan
hormone
17
α
methyl
testoteron terhadap produksi
individu jantan ikan Rainbow
(Melanotaenia
boesemiani).
Institut Pertanian Bogor.
Lesmana, D. A. 2001. Kualitas Air
untuk Ikan Hias Air Tawar.
Jakarta.Penebar Swadaya.
42
Download