PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 JANTANISASI ANAKAN IKAN GUPPY (Poecilia reticullata) MELALUI PERENDAMAN INDUK DENGAN LARUTAN 17α-METILTESTOSTERON M. Istuanto, Ferdinand Hukama Taqwa, M. Syaifudin, Muslim Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya, Ogan Ilir 30662 Telp 0711-7728874 Fax 0711-580276, E-mail: [email protected] E-mail : [email protected] Abstract This study aimed to investigate the effect of different 17α-methyltestosterone concentrations toward the ratio of male guppy fish seedlings. This study was implemented in Laboratory of Local Fish Hatchery of Gandus, Palembang. The research method used was complete random design consisting of 4 treat ments and 3 repetitions. The imp lemented treat ments were guppy fish parent soaking in 17α-methyltestosterone solution of various concentrations namely: 0 mg .L-1 (D0), 2.5 mg.L-1 (D1), 5 mg.L-1 (D2), and 7.5 mg.L-1 (D3). The observed parameters consisted of percentage of male seedlings and viability of guppy fish seedlings during the raising as well as physical-chemical parameters (temperature, pH, and dissolved oxygen). The t rial result indicated that the administration of 5 mg.L-1 (D2) o f 17α -methyltestosterone solution could increase the percentage of male guppy fish seedlings up to 55.40% and quite high viability during the raising for 83.79%. The range of physical-chemical water value during this study still supported the raising of parents and seedlings of guppy fish. Keywords : guppy, hormon, 17α-metiltestosteron Abstrak Penelit ian ini bertu juan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi 17α-metiltestosteron yang berbeda terhadap nisbah kelamin jantan anakan ikan guppy. Penelitian dilaksanakan di Laboratoriu m Pembenihan Balai Benih Ikan Lokal Gandus, Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah perendaman induk ikan guppy dengan larutan 17α-metiltestosteron pada berbagai konsentrasi yaitu : 0 mg .L-1 (D0 ), 2,5 mg.L-1 (D1 ), 5 mg.L-1 (D2 ), dan 7,5 mg.L-1 (D3 ). Parameter yang diamat i terd iri dari persentase kelamin jantan dan kelangsungan hidup anakan ikan guppy selama pemeliharaan serta parameter fisika kimia air (suhu, pH, dan oksigen terlarut). Hasil percobaan menunjukan bahwa pemberian larutan 17α-metiltestosteron sebanyak 5 mg.L-1 (D2 ) dapat meningkatkan persentase kelamin jantan anakan ikan guppy hingga 55,40% dan kelangsungan hidup yang cukup tinggi selama pemeliharaan yaitu 83,79%. Kisaran nilai fisika kimia air selama penelitian masih menunjang untuk pemeliharaan induk dan anakan ikan guppy. Kata kunci : guppy, hormon, 17α-metiltestosteron PENDAHULUAN Ikan mempunyai warna tubuh yang lebih guppy (Poecilia cerah dan mempunyai keaneka- reticullata) merupakan ikan hias ragaman yang yang melebar seperti kipas dan bila ikan karena guppy bergerak, sirip ekornya seperti menarik, berkelamin terutama jantan corak. Sirip ekornya 33 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 melambai- lambai. Ikan guppy merupakan cara yang lebih efisien termasuk yang mudah karena ikan memerlukan dosis yang dipelihara, karena memiliki toleransi relatif lebih kecil dan prosesnya lebih yang tinggi terhadap kualitas air. singkat dibanding dengan metode Ikan guppy termasuk ikan omnivora oral yang memerlukan dosis tinggi sehingga mudah beradaptasi dengan dengan waktu yang relatif lama. makanan yang diberikan. Aplikasi sex reversal pada Keistimewaan tersebut menjadikan umumnya menggunakan hormon ikan guppy banyak diminati hobiis steroid yakni 17α- metiltestosteron. ikan hias. Berdasarkan penelitian Yunianti Kecenderungan pasar yang (1995) bahwa perendaman induk lebih menyukai ikan guppy jantan, yang bunting selama 24 jam dengan membuat produsen ikan hias harus dosis 2 mg.L-1 17α-metiltestosteron mengusahakan dalam jumlah banyak dapat menghasilkan 100% anakan dan berkualitas baik. Usaha yang ikan guppy jantan. Namun hormon dilakukan juga diinginkan dengan tersebut harganya mahal dan sulit biaya murah dan dalam waktu yang diperoleh sehingga perlu dicarikan lebih cepat. Salah satu cara yang sumber 17α- metiltestosteron mudah dilakukan untuk mendapatkan murah dan mudah diperoleh. Salah ikan satu sumber alternatif hormon 17α- berkelamin jantan adalah dengan metode sex reversal. Metode sex yang metiltestosteron yang relatif mudah reversal didapat dan harganya relatif murah merupakan usaha mengalihkan jenis bila dibandingkan dengan hormon kelamin 17α-metiltestosteron ikan melalui metode murni ialah pemberian hormon buatan. Metode dengan ini bertujuan untuk mendapatkan kebugaran populasi monosek (kelamin tunggal). mengandung hormon tersebut. Maka Metode sex reversal dapat dilakukan dari itu perlu diadakan penelitian dengan beberapa cara, diantaranya yang bertujuan untuk mengetahui melalui pakan, penyuntikan dan pengaruh perendaman induk ikan Metode perendaman guppy (Poecilia reticullata) dalam perendaman. menggunakan produk komersil yang 34 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 larutan yang mengandung hormon dicobakan adalah perendaman induk 17α-metiltestosteron ikan guppy dengan larutan 17α- terhadap persentase kelamin jantan anak ikan metiltestosteron guppy yang dihasilkan. Penelitian ini kebugaran) antara lain Do (tanpa bertujuan mengetahui pemberian hormon) sebagai kontrol, pengaruh perendaman induk ikan D1 (2,5 mg.L-1 17α-metiltestosteron guppy (Poecilia reticullata) dalam atau setara 1 kapsul), D2 (5 mg.L-1 larutan 17α- metiltestosteron dengan 17α-metiltestosteron atau setara 2 konsentrasi kapsul) dan untuk tertentu terhadap persentase kelamin jantan anakan D3 (7,5 mg.L-1 17α- Langkah perkawinan BAHAN DAN METODE produk metiltestosteron atau setara 3 kapsul) ikan guppy yang dihasilkan. Penelitian (dalam awal induk, berupa selanjutnya perendaman dilakukan selama 24 ini telah jam setelah 12 hari dipelihara dilaksanakan di Balai Benih Ikan terhitung sejak dipasangkan. Hormon Gandus Palembang. Bahan yang yang digunakan ikan metiltestosteron yang terkandung di guppy, pakan alami Tubifex sp, dalam produk kebugaran komersil, Artemia sp, Daphnia sp dan Moina pelarutan hormon dilakukan dengan sp, 17α- metiltestosteron alkohol 70% di wadah khusus produk dengan meliputi sumber yakni dari induk kebugaran komersil, dan alkohol 70% sebagai digunakan adalah perbandingan 1 17α- kapsul dengan 3 ml alkohol 70%. pelarut. Alat yang digunakan berupa Variabel yang diukur meliputi wadah 12 unit akuarium berukuran persentase kelamin jantan anakan 50x40x40 cm3 , perlengkapan aerasi ikan guppy dan kelangsungan hidup dan alat ukur kualitas air. anakan ikan guppy diuji statistik Rancangan percobaan yang dengan analisis ragam dan uji lanjut digunakan adalah Rancangan Acak BNT Lengkap pemeliharaan (RAL) dengan menggunakan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan 0,05 . Data kualitas air media dianalisis secara deskriptif. yang 35 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Data jantan persentase pada ikan induknya direndam dalam larutan kelamin guppy yang 17α-metiltestosteron disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data persentase kelamin jantan pada akhir penelitian (%) Perlakuan Ulangan 2 33,21 BNT 5% Rerata D0 1 31,95 3 32,31 D1 45,87 47,01 47,6 46,83 D2 D3 56,79 58,05 55,55 53,3 53,86 57,31 55,40 56,22 32,49 a b c c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT0,05 Analisa ragam menunjukkan bahwa pemberian hormon 17α- Efektivitas penggunaan bahan steroid maupun non steroid metiltestosteron berpengaruh nyata dalam terhadap dipengaruhi oleh beberapa faktor pembentukan kelamin teknik sex jantan ikan guppy. Rerata persentase yakni kelamin jantan tertinggi diperoleh steroid, pada perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 ) steroid, umur stadia kehamilan ikan sebesar 69,03%. Meskipun demikian guppy saat perlakuan, dan lama hasil uji lanjut BNT perlakuan (Zairin, 2003). Dari hasil menunjukkan konsentrasi, reversal cara jenis bahan pemberiaan bahan bahwa perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 ) penelitian berbeda tinggi konsentrasi dibandingkan perlakuan D0 (0 mg.L- dalam 7,5 1 ), persentase kelamin jantan yang tertinggi namun bila bila nyata lebih dan D1 (2,5 mg.L-1 ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 (5 mg.L-1 ). Dengan demikian pemberian dosis 17α- metiltestosteron 5 mg.L-1 , memberikan pengaruh menujukkan bahwa 17α- metiltestosteron mg.L-1 menghasilkan dibandingkan dengan perlakuan 5 mg.L-1 maka tidaklah perlakuan tersebut efektif karena tidak perubahan yang yang tidak berbeda dengan dosis menghasilkan 17α-metiltestosteron 5 mg.L-1 . signifikan pada anakan jantan yang dihasilkan. Bila dibandingkan 36 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 dengan jumlah bahan yang disebut aromatase inhibitor. digunakan, diduga konsentrasi 17α- Menurut Anonim (2008), mekanisme metiltestosteron yang berlebih dapat kerja menyebabkan dengan terhambatnya 17α- metiltestosteron tiga cara, terjadi pertama perkembangan gonad. Hal ini sesuai menghambat hormon untuk berikatan dengan pernyataan Martin (1979) dengan dalam Hamid (1991) bila konsentrasi hambatan tersebut dapat lebih lemah terlampau tinggi akan menyebabkan atau lebih kuat daripada hormon terhambatnya perkembangan gonad aslinya sehingga dapat meningkatkan serta terjadinya individu yang steril. atau menurunkan efek terhadap gen Namun pada konsentrasi kurang dari yang ada di dalam sel. Mekanisme 5 mg.L-1 , proses perubahan kelamin yang kedua yaitu, menghilangkan menjadi tidak sempurna sehingga hormon dengan cara merangsang persentase kelamin jantan menjadi pengrusakan kecil. (2003), hormon. Sedangkan yang ketiga, konsentrasi yang di bawah optimum mengganggu aktivitas enzim yang bagi akan berpengaruh terhadap penghilangan menyebabkan kecilnya pembentukan hormon sehingga jumlah hormon kelamin menjadi lebih banyak dari jumlah Menurut ikan Zairin yang namun diuji jika melebihi reseptornya, atau di mana penghilangan konsentrasi optimum bagi ikan uji normalnya. akan menyebabkan kematian ataupun metiltestosteron steril, karena itu konsentrasi yang aromatase digunakan menghambat kerja enzim aromatase harus tepat sehingga Hormon memiliki inhibitor sifat yang terjadi efesiensi dalam penggunaan yang bahan steroid. estrogen, sehingga pada gonad akan Berdasarkan proses kerjanya, 17α-metiltestosteron menjadi zat tergolong mengaktifkan cenderung terbentuk kelamin jantan karena hormon androgen lebih sistem banyak mempengaruhi gonad (Henis hormon terutama hormon estrogen dan Watts, 1995). Menurut Zairin (betina). Berdasarkan sifatnya ini (2003) jika saat berlangsungnya maka proses diferensiasi terjadi intervensi zat pengganggu berfungsi 17α- 17α- metiltestosteron 37 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 oleh bahan-bahan steroid maupun mg.L-1 non steroid maka perkembangan menghasilkan 100% anakan jantan. gonad dapat berlangsung berlawanan Hunter dan Donalson (1983) dalam dengan seharusnya. Zuldariah (1995), menyatakan bahwa Dalam proses sex reversal selama 24 jam dapat untuk memperoleh perendaman yang bahan steroid umumnya diterapkan efektif dengan beberapa cara, diantaranya hubungan antara konsentrasi dan melalui pakan, lama penyuntikan dan maka perlu diperhatikan perlakuan perendaman. perendaman. Metode sex reversal Umumya dengan konsentrasi yang melalui pakan membutuhkan waktu tinggi yang cukup lama, konsentrasi yang perendaman cukup penerapannya Selain itu lama perendaman juga terbatas pada spesies ikan yang dapat berkolerasi dengan umur dan stadia menerima perkembangan larva (Zairin, 2003). tinggi dan makanan buatan dan berkembang dengan baik pada saat membutuhkan yang Yamazaki waktu lebih singkat. (1983) masa kritis (Shelton, 1988 dalam Zulradiah Zulradiah, 1995). Di sisi lain, metode bahwa suntik atau implantasi masih terbatas digunakan dalam sex reversal harus untuk penelitian saja, dan tidak dimulai efisien diterapkan di lapangan karena Pemberian bahan steroid tergantung akan memerlukan waktu dan alat pada interval waktu perkembangan tertentu (Zairin, 2003). Pemberian gonad yaitu pada saat gonad dalam bahan steroid ataupun non steroid keadaan labil untuk dipengaruhi oleh yang paling efektif untuk mengatasi bahan steroid, sehingga pemberian beberapa kelemahan metode lain bahan adalah dengan perendaman karena di bersamaan dengan waktu terjadinya dalam proses ini terjadi penyerapan diferensiasi (Hunter dan Donalson, dan (1995), 1983 dalam Zulradiah, 1995). Dalam perendaman sex reversal, umur ikan yang baik ikan guppy dengan 17α- adalah pada saat berlangsungnya difusi. menyatakan induk Yunianti bahwa metiltestosteron dengan dosis 2 (1995) dalam pemberian pada steroid menyebutkan bahan waktu harus yang optimum. dilakukan masa diferensiasi gonad, pada ikan 38 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 guppy masa berlangsungnya tempat kerjanya (site of action) di diferensiasi gonad terjadi saat embrio dalam berumur 12 Selanjutnya hari dihitung sejak inti sel yaitu terjadi kromatin. peningkatan terjadinya fertilisasi atau pembuahan sintesa protein sesuai fungsi masing- telur oleh sperma yang terjadi di masing dalam tubuh indukan betina ikan menyebabkan guppy (Zairin, 2003). perubahan pada struktur maupun Mekanisme target. Proses enzim ini mengalami hormon aktifitasnya, akibatnya terjadi pula steroid dalam mempengaruhi gonad perubahan dalam proses fisiologi ikan menjadi jantan yakni bermula seperti yang diatur oleh hormon yang dari hormon streoid yang melewati bersangkutan (Ascobat, 1987 dalam membran Zulradiah, 1995). sel kerja sel masuk ke dalam sitoplasma setiap sel, baik sel target steroid maupun reseptor sel hormon lain steroid Hasil analisa ragam data tetapi kelangsungan hidup hanya pemberian menunjukkan larutan 17α- terdapat di dalam sel target yaitu di metiltestosteron berpengaruh nyata dalam terhadap kelangsungan hidup ikan sitoplasma. Bila hormon steroid berikatan dengan sitoplasma guppy. maka kompleks hormon reseptor kelangsungan hidup dapat dilihat tersebut pada Tabel 2 berikut. dengan atau tanpa Data rerata persentase modifikasi akan ditransportasikan ke Tabel 2. Data rerata persentase kelangsungan hidup ikan guppy ( % ) Perlakuan D0 D1 D2 D3 1 92,59 94,28 80,00 78,12 Ulangan 2 95,45 88,88 86,21 80,00 3 96,55 94,28 85,18 75,00 BNT 5% Rerata 94,86 92,48 83,79 77,70 a b c c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT0,05 39 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 Analisa ragam menunjukkan ataupun steril. Jadi ada kemungkinan bahwa larutan 17α- metiltestosteron bahwa berpengaruh kelangsungan hidup kelangsungan hidup ikan guppy . disebabkan karena Rerata kelangsungan ikan konsentrasi 17α- metiltestosteron yang yang diberikan. Karayűcel et al., pada (2006) menyebutkan bahwa tingkat perlakuan D0 (0 mg.L-1 ) dan yang kelangsungan hidup ikan guppy yang terendah pada D3 (7,5 mg.L-1 ) yaitu dipelihara 77,70%. Tingkat kelangsungan hidup akuarium adalah 70-98 %. Jadi ikan guppy menurun dengan naiknya dalam konsentrasi 17α- metiltestosteron kelangsungan hidup anakan ikan yang digunakan. Meskipun demikian guppy yang dihasilkan masih dalam hasil uji lanjut BNT menunjukkan kisaran yang tinggi yakni antara 77,7 bahwa perlakuan D3 (7,5 mg.L-1 ) % - 94,86 %. guppy saat tertinggi berbeda nyata terhadap hidup pemeliharaan yaitu nyata 94,86% lebih turunnya selama penelitian tingkat ikan guppy tingginya 50 ini hari di tingkat rendah Parameter kualitas air media dibandingkan perlakuan D0 (0 mg.L- pemeliharaan sangat penting bagi 1 ), kelangsungan hidup ikan guppy. Hasil dan dan D1 (2,5 mg.L-1 ), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 (5 mg.L-1 ). menyatakan Zairin bahwa jika (2003) dosis melebihi konsentrasi optimum bagi terhadap pengukuran parameter analisa kualitas air berupa suhu, pH, dan oksigen terlarut (DO) dapat dilihat pada Tabel 3. ikan uji akan menyebabkan kematian Tabel 3. Data kualitas air selama pemeliharaan Paramater kualitas air Suhu (o C) pH DO (mg/l) D0 26-29 7,1-7,5 5,82-6,10 Perlakuan D1 D2 27-29 26-29 7,3-7,7 7,2-7,8 6,0-6,20 5,30-5,61 *Sumber : (a). Lesmana (2001) Tancung (2007) D3 27-29 7,1-7,5 5,79-6,12 (b). Mundayana (2004) Kisaran optimum* 23–28 o C (a) 6,8-8,0 (b) >5 mg/l (c) (c). Kordi dan 40 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 Kisaran kualitas air yang didapat masih toleransi bagi kehidupan Lesmana dalam ikan kisaran kelangsungan guppy. kisaran baik untuk mendukung kelangsungan hidup ikan guppy. Kandungan oksigen terlarut lingkungan yang terukur selama sebesar 5,3-6,2 dengan suhu air sekitar 23-28o C, mg.L-1 . Kandungan oksigen terlarut sedangkan suhu air di atas 31o C ikan menunjukkan kisaran yang yang masih dapat bertahan hidup tetapi menunjang bagi kelangsungan hidup dapat menghambat pertumbuhan bila ikan guppy. Menurut Kordi dan berlangsung secara terus menerus. Tancung Bila suhu tinggi maka ikan akan minimum oksigen terlarut dalam air terus bergerak, terus makan dan yang dapat diterima oleh seluruh metabolisme biota air untuk tumbuh dengan baik baik ikan 7,1-7,8 yang sudah termasuk dalam guppy tumbuh (2001), Menurut indukan dan larva ikan guppy adalah pada meningkat sehingga ekskresi ikan akan meningkat dan (2007) konsentrasi adalah 5 mg.L-1 . mengakibatkan turunnya kualitas air, sedangkan suhu yang terlalu rendah KESIMPULAN SARAN akan Kesimpulan mengakibatkan bergerak, nafsu ikan makan malas menurun Konsentrasi 17α- sehingga dapat menurunkan tingkat metiltestosteron sebanyak 5 mg.L-1 pertumbuhan imunitasnya cukup efektif memberikan persentase (Lesmana 2001). Jadi suhu 26- 29 o C kelamin jantan anakan ikan guppy masih dapat mendukung kehidupan sebesar 55,40% dan kelangsungan ikan guppy karena masih dalam batas hidup sebesar 83,79%. Kualitas air kisaran toleransi bagi kehidupan ikan yang didapat pada penelitian ini guppy. masih dalam kisaran toleransi yang dan Agar dapat hidup dengan layak bagi kelangsungan ikan guppy. baik ikan guppy memerlukan derajat keasaman antara 6,8 sampai 8,0 (Mundayana dan Suyanto, 2004). Kisaran pH selama pemeliharaan 41 PENA Akuatika Volume 12 No. 1 - September 2015 Saran Konsentrasi 17α- metiltestos- teron sebesar 5 mg.L-1 atau setara 2 kapsul dapat digunakan untuk merendam indukan ikan guppy. Mundayana, Y dan R. Suyanto. 2004. Guppy. Jakarta. Penebar Swadaya. Kordi K, M.G.H dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta. Rineka Cipta. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Zat pengacau hormon. (Online) .http://yudhim.blogspot.Com /2008/01/ zat-pengacauhormon.html diakses Selasa, 26 Pebruari 2008. Hamid, A.R. 1991. Pemberian methil testosteron di dalam proses diferensiasi kelamin ikan mas (Cyprinus carpio) hasil ginogenesis. Skripsi Institut Pertanian Bogor.. Henis, G.A. and S.A. Watts. 1995. Non Steroidal Chemical Se x Manipulation of Tilapia Journal of The World Aquaculture Society. 26 (1) P : 98-101 (http://www.blackwellsynergy.com/action/show Multiple Abstracts diakses Selasa, 26 Pebruari 2008). Karayűcel, I. A.K. Orhan and S. Karayűcel. 2006. Effect o f temperature on sex ratio in guppy (Poecilia reticullata). Aquaculture Research. Blackwell Publishing. Yunianti, A. 1995. Pengaruh lama waktu perendaman induk di dalam larutan hormon 17-α methyl testosterone terhadap nisbah kelamin anakan ikan guppy. Skripsi. Program Stud i Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertania n Bogor. Zairin, Jr. M. 2003. Endokrinologi dan Perannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. Ilmu Fisiologi Reproduksi da n Endokimologi Hewan Air. Orasi Ilmiah. Institut Pertania n Bogor. Zairin, Jr. M. 2004. Sex Reversal : Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina Jakarta. Penebar Swadaya. Zulraidah. 1995. Pengaruh lama perendaman telur dalam larutan hormone 17 α methyl testoteron terhadap produksi individu jantan ikan Rainbow (Melanotaenia boesemiani). Institut Pertanian Bogor. Lesmana, D. A. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Hias Air Tawar. Jakarta.Penebar Swadaya. 42