ZAKAT W A KLAPORAN A F UTAMA D irjen Bimas Islam Nasaruddin Umar mengatakan, zakat, infaq, shadaqah dan wakaf merupakan solusi konkrit dalam rangka memberi jaminan dan perlindungan terhadap fakir miskin dan dapat menutup sumbersumber kerawanan sosial di masyarakat. Hal itu diungkapkan Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar pada pembukaan pertemuan Dewan Zakat Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), di Solo, Kamis (10/6). Zakat merupakan sumber pendanaan yang berkesinambungan bagi kepentingan fisabilillah, kata Nasaruddin, antara lain mencakup untuk pengembangan dakwah dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Menurut Nasaruddin, ada empat syarat untuk mencapai optimalisasi pengelolaan zakat yaitu memperbincangan pemikiran dan ide-ide cemerlang tentang zakat, melainkan menjadi wadah yang melahirkan amal dan dedikasi untuk kepentingan umat Islam. Melalui pertemuan dewan zakat MABIMS ini, kata Nasaruddin Umar, dapat memperkaya perspektif dalam membuat dan melaksanakan kebijakan yang mendorong optimalisasi pengelolaan zakat untuk mengatasi kemiskinan, penguatan dakwah dan kemaslahatan umat. Nasaruddin berharap, pemerintah negara-negara anggota MABIMS dapat mengarahkan sumber daya dan dukungan kebijakan dalam rangka memfasilitasi gerakan zakat ini. “Lembaga-lembaga zakat MABIMS harus dapat memanfaatkan dewan Zakat ini untuk mencapai tujuan mulia,” ucapnya. Menyinggung soal zakat sebagai pengurang pajak, Nasaruddin mengatakan, di sejumlah negara ZIS dan Wakaf Solusi Konkrit Perlindungan Fakir Miskin Foto bersama peserta kegiatan pengembangan Dewan Zakat MABIMS dengan Dirjen Bimas Islam Prof. DR. Nasaruddin Umar. dukungan, keberpihakan dan peran pemerintah sebagai pemegang otoritas kekuasaan negara; profesionalitas lembaga yang mengelola zakat; program pelayanan mustahik yang tepat sasaran dan tepat prioritas; dan sosialisasi dan edukasi yang terus menerus tentang kewajiban zakat dan manfaat zakat bagi umat. Dirjen Bimas Islam Kemenag menambahkan, dewan Zakat MABIMS tidak sekedar menjadi tempat yang telah menerapkan, terbukti tidak berdampak negatif terhadap penghimpunan pajak, seperti yang dilakukan oleh Malaysia dan Singapura. “Indonesia sendiri sedang mendorong perubahan kebijakan ke arah itu,” tambahnya. Pertemuan Dewan Zakat ke 2 MABIMS berlangsung 9-11 Juni di Solo, Jawa Tengah diikuti oleh delegasi dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura. Ikhlas BERAMAL, Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010 61 ZAKAT WAKAF Pengurangan Pajak Dalam urusan Zakat, Singapura ternyata lebih maju. Setidaknya dalam konsep zakat pengurang pajak yang saat ini sedang diperjuangkan lembaga amil zakat di Indonesia, rupanya telah diterapkan cukup lama di negara tersebut. Bahkan sistem pembayaran pajak dan zakat sudah terhubung secara terpadu sehingga memudahkan bagi warga muslim disana untuk melakukan transaksi di satu tempat saja. “Indonesia belum sampai ke sana tapi akan menerapkan pola itu apabila amandemen undang-undang No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dapat terwujud tahun ini,“ kata KH Diddin Hafiduddin, ketua Dirjen Bimas Islam Prof. DR. Nasaruddin Umar saat memberikan sambutan pada acara pembukaan umum Badan Amil Zakat pertemuan Dewan Zakat MABIMS ke II di Solo Jawa Tengah. Nasional (Baznas) di selasela pertemuan dewan zakat Mabims ke II di Solo, VIII sebagai mitra kerja lembaga zakat sudah Kamis (10/6). Acara yang dihadiri para delegasi dari menjanjikan penyelesaian amandemen pada tahun 2010. Dalam kerangka itu, ada tiga hal yang akan empat negara muslim di Asia Tenggara . Direktur Dompet Dhuafa, Mohammad Arifin diusulkan agar masuk dalam perubahan undangPurwakananta juga menambahkan, di Singapura undang tersebut. Pertama menyangkut seorang wajib pajak yang kelebihan membayar pembenahan kelembagaan zakat agar lebih pajaknya langsung mendapat restitusi apabila terkoordinasi dengan baik. Masalah berikutnya, menyangkut zakat sebagai ternyata pembayaran zakatnya belum dihitung. “Kalau di kita kan tidak. Restitusi harus diurus pengurang pajak. Hal ini sangat penting sekali sendiri. Kalau kita lihat, kantor Pajak mengeluarkan karena berkaitan dengan percepatan penggalian nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan lembaga zakat zakat. Karena jika ini terwujud maka potensi zakat mengeluarkan nomor pokok wajib zakat (NPWZ). dapat bertambah. Ia mengatakan, saat ini potensi Mestinya cukup satu saja,“ jelas Arifin yang zakat tiap tahun Rp 20 triliun. Bila zakat pengurang pajak diterapkan maka potensi ini akan bertambah dihubungi terpisah. Keduanya berpendapat sudah saatnya antara sekitar 50 persennya atau menjadi Rp 30 triliun. Keuntungan lainnya dari zakat kredit pajak pajak dan zakat bisa disinergikan. Namun untuk menuju ke sana, kendalanya pada regulasi tentang adalah memudahkan dalam penghitungan pengelolaan zakat yang belum mengatur zakat kekayaan seseorang. “Nilai zakat 2,5 persen dari sebagai pengurang pajak (zakat kredit pajak). kekayaan yang dimiliki. Jadi kalau zakatnya terus Mabims merupakan organisasi lembaga zakat di meningkat berarti kekayaan juga naik,“ tegasnya. Masalah ketiga menyangkut sanksi bagi wajib negara-negara muslim di Asia Tenggara yakni Malaysia, Brunei Darusssalam, Indonesia dan zakat tapi tidak mengeluarkan zakat. Guna terus Singapura. Mabims menjadi wadah untuk berbagi meningkatkan potensi zakat, baik Didin maupun pengalaman tentang pengelolaan zakat di negara- Arifin sepakat agar sosialisasi antar amil zakat maupun antar negara terus ditingkatkan. DD lanjut negara muslim. Berkaca dari permasalahan tersebut diatas, Arifin menghendaki agar ke depan, Mabims menjadi Didin mengaku lembaga amil zakat sedang memper- gerakan yang mendunia (world zakat forum) hingga juangkan amademen UU No 38 Tahun 1999. Komisi Amerika dan Eropa.(ts) 62 Ikhlas BERAMAL, Nomor 63 Tahun XIII Juni 2010