perbedaan hasil belajar biologi siswa yang

advertisement
PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA YANG
DIAJARKAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TEKNIK JIGSAW DENGAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY
(Kuasi Eksperimen di MTs PUI Bogor)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Irna Purnamasari
106016100559
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011M
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bapak dan ibuku tercinta, , Bpk Sofari dan ibu Acih yang
senantiasa memberikan motivasi, curahan kasih sayang, yang
selalu memberikan senyuman ketenangan dikala datang
kegelisahan dan memberikan do’a restu yang tiada henti.
Semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia
menyayangi peneliti. Kakak, adik, keponakan kecilku Yogi dan
Dede Ira serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberi
dorongan baik moril maupun materil.
“AyAh dAn ibu sudAh menukAr seluruh jiwA
semata untuk kebahagian aku
Dan sampai saat ini belum tentu aku bisa
menggAnti dengAn kebAhAgiAn untuk AyAh dAn ibu berduA”
ABSTRAK
Irna Purnamasari (106016100559). “Perbedaan Hasil Belajar Biologi
Siswa Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dan
Two Stay Two Stray.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan hasil belajar biologi
siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan
teknik TSTS. Penelitian ini dilakukan di MTs PUI Bogor tahun pelajaran
2010/2011. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperimen (eksperimen semu) dengan desain two group pre test pos test.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling,
siswa kelas VII-1 sebagai kelas Jigsaw sebanyak 35 orang dan siswa kelas VII-2
sebagai kelas TSTS sebanyak 35 orang. Pengambilan data menggunakan
menggunakan instrumen tes berupa pilihan ganda dan instrumen non tes berupa
Lembar observasi aktivitas siswa pada kelompok jigsaw dan TSTS. Analisis data
menggunakan uji-t dan diperoleh nilai thitung sebesar 4,44 pada taraf signifikan α
0,05 dan diperoleh ttabel sebesar 2,00, maka thitung > ttabel, sehingga dapat
disimpulkan terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik TSTS,
dengan nilai rata-rata (mean) gain kelas VII-1 yang diajarkan dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw yaitu 0,59 dan nilai rata-rata (mean) gain
kelas VIII-2 yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik
TSTS yaitu 0,46 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik
dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik TSTS.
Kata kunci: pembelajaran kooperatif, teknik jigsaw, teknik two stay two stray,
hasil belajar biologi.
ABSTRACT
Purnamasari, Irna (106016100559). The Different of Students’ Achievement in
Biology by Using Cooperative Learning between Jigsaw Technique And
Two Stay Two Stray. Script, Majors Education IPA in Biological
Education Study Program, Faculty of Science Tarbiyah and Teachership
of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., 2011.
The research was designed to know the different of Biology achievement
by using cooperative learning technique between Jigsaw Tehnique and Two Stay
Two Stray. The research was conducted at MTs PUI Bogor of the 2010/2011
academic year. This research used quasi experiment method with two group
pretest and posttest design. The technique sample of the study was purposive
sampling where 35 first year student of VII-1 were taken as the jigsaw class and
35 students of VII-2 as TSTS class. The data is taken by instrument used in this
study were test in multiple choice and non test in observation sheet to osberve the
students’ activities in jigsaw group and TSTS. The data analysis used in this study
is t-test and the findings of thitung is 4.44 in significant α 0.05 and the findings of
ttabel is 2.00, so thitung > ttabel and it can be concluded that there was comparison of
Biology achievement of the students who taught by using jigsaw technique and the
students who taught by using TSTS technique, the mean gain of VII-1 class which
taught by using cooperative learning of jigsaw technique was 0.59 and the mean
gain of VII-2 which taught by using cooperative learning of TSTS technique was
0.46, so it can be said that the students’ Biology achievement who taught by using
jigsaw technique better than the students who taught by using TSTS technique.
Key words: Cooperative learning, jigsaw technique, two stay two stray technique,
and Biology achievement.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum, wr., wb.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat
sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhkuk lain. Syukur
Alhamdulillah penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada
putus dan henti-hentinya. Sehingga penulis dapat menyelesesaikan skripsi ini
dengan judul ”Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Yang diajarkan Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tehnik Jigsaw dengan Two Stay Two Stray”.
Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat
yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnah-nya.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan,
bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu apresiasi dan rasa
terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan serta pengarahannya dalam penulisan skripsi ini dan
selalu ada saat peneliti kesulitan.
4. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Komaluddin, S.Pd selaku Kepala Sekolah MTs PUI Bogor yang
telah memberikan izin untuk dapat melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut.
6. Rekan-rekan Pendidikan Biologi angkatan 2006 yang memotivasi peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
i
7. Keluarga Besar Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Sahabat-sahabatku tersayang: kembar Ina-Ani, Rahmat, Heri, Eka, Fauzy,
Abang, Indah, Dede Supriyadi, Nurdin, Fitrhotul, terima kasih untuk do’a
dan semangatnya selama ini.
9. Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari ketebatasan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Akhir kata
Wassalamu’alaikum, wr., wb.
Jakarta,
Maret 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
hal
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I : PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................
6
E. Rumusan Masalah ......................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ...............................
7
A. Kajian Teoritis ...........................................................................
7
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ....
7
a. Pengertian Model pembelajaran Kooperatif..................
7
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif .................................
8
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ........................ 9
2. Teknik Jigsaw ....................................................................... 10
a. Pengertian Teknik Jigsaw ............................................. 10
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik
Jigsaw ........................................................................... 12
iii
c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Jigsaw ................... 14
3. Teknik Two Stay Two Stray.................................................. 16
a. Pengertian Teknik Two Stay Two Stray ........................ 16
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik
TSTS .............................................................................. 17
c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik TSTS ...................... 19
4. Hasil Belajar ........................................................................ 20
a. Pengertian Belajar ......................................................... 20
b. Pengertian Hasil Belajar ................................................ 21
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ........ 24
d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar ................... 28
e. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar ......................... 29
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................. 31
C. Kerangka Pikir ......................................................................... 35
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 37
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 38
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 38
B. Metode dan Desain Penelitian................................................... 38
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 38
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 39
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 40
F. Kalibrasi Instrumen .................................................................. 41
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 44
H. Hipotesis Statistik .................................................................... 48
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 49
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 49
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ............................................ 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 56
iv
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 60
A Kesimpulan .............................................................................. 60
B Saran ......................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pelaksanaan Teknik Jigsaw ............................................................. 14
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 38
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................................. 40
Tabel 4. 1 Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS ................................................. 49
Tabel 4. 2 Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS ............................................... 49
Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain .................................................................. 50
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas Jigsaw .................................................... 51
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TSTS ...................................................... 52
Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas ............................................................ 53
Tabel 4.7 Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test” Kelompok
Eksperimen Jigsaw dan TSTS ............................................................ 53
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw .................................... 66
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran TSTS...................................... 86
Lampiran 3 LKS Jigsaw ...................................................................................... 106
Lampiran 4 LKS Two Stay Two Stray ................................................................ 119
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru................................................................... 126
Lampiran 6 Lembar Observasi Siswa ................................................................. 128
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ......................................................... 130
Lampiran 8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ...................................................... 142
Lampiran 9 Prasyarat Uji Normalitas ................................................................. 143
Lampiran 10 Uji Normalitas Data ....................................................................... 153
Lampiran 11 Uji Homogenitas Data ................................................................... 157
Lampiran 12 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray
.......................................................................................................159
Lampiran 13 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw ............... 161
Lampiran 14 Persiapan Uji Hipotesis (uji “t”) .................................................... 163
Lampiran 15 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 164
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang–undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1
Berdasarkan pernyataan tersebut maka tujuan pendidikan yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan segala potensi yang
ada pada manusia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan berbagai usaha dan
strategi sehingga tercipta suatu proses belajar mengajar yang tepat dan efektif
serta melibatkan semua aspek yang ada di dalamnya.
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan kita pada saat ini yaitu
lemahnya proses pembelajaran. Padahal kurikulum tingkat satuan pendidikan
menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian
proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa (student active learning).
Sementara metode yang diterapkan di sekolah masih konvensional. Hal ini
menyebabkan anak kurang diarahkan perkembangannya dalam kemampuan
berpikir. Mereka di dalam kelas hanya diarahkan untuk mampu menghafal
informasi, otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai
informasi yang diingat tanpa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Hal serupa berlaku pada mata pelajaran sains yang tidak dapat
mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dan sistematis, karena
strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses
pembelajaran di dalam kelas. Guru sains berperan dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran sains sehingga dapat
1
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang
Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h.5
1
2
mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan nasional. Oleh sebab itu dalam
proses belajar mengajar guru seharusnya melakukan proses belajar yang
terdiri dari perencanaan, pengalaman belajar, observasi, dan refleksi. 2
Pengalaman baru yang diperoleh siswa akan mengubah perilaku
pembelajar menuju titik akumulasi kompetensi yang dikehendaki. Tetapi
permasalahan tersebut tidak akan tercapai jika tidak melibatkan siswa dalam
perencanaan dan proses pembelajaran. Siswa harus dilibatkan secara penuh
agar termotivasi untuk ikut secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga
tidak tertinggal dengan peserta didik yang lain.3
Pelibatan siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara
kerja sama yang kompak antara guru dan siswa. Sehingga terjadi interaksi
yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru, siswa,
materi pembelajaran, dan lingkungan). Situasi ini dapat dilakukan dengan
mengembangkan dan mengaplikasikan strategi pembelajaran yang tepat.
Kriteria strategi pembelajaran tersebut merupakan bagian dari pembelajaran
kooperatif (Cooperative Learning).
Pembelajaran kooperatif digunakan dalam proses belajar mengajar di
kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai
tujuan masing-masing anggota atau kelompok itu sendiri. Pembelajaran
kooperatif membawa maksud belajar bersama-sama dalam satu kumpulan
kecil yang mempunyai tujuan sama. Siswa memiliki semangat bekerjasama
untuk mencapai tahap pembelajaran yang maksimum bagi dirinya sendiri dan
juga bagi kelompoknya.4
Pengelompokkan heterogenitas merupakan cir-ciri yang menonjol
dalam model pembelajaran Cooperative Learning. Kelompok heterogenitas
bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang
agama, sosial, ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning
2
Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, (Fakultas ilmu tarbiyah dan
keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. 2008),h. 7
3
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 120
4
Tonih Feronika, Buku Ajar Strategi..., h. 57
3
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang
dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang. 5
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok
biasa. Pembelajaran kooperatif tidak hanya menekankan kemampuan
akademik, tetapi juga kemampuan sosial. Dapat dikatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif terdapat unsur kerjasama yang menyebabkan adanya
saling ketergantungan antar kelompok. Setiap anggota kelompok memiliki
tanggung jawab sesuai dengan tugas kelompoknya. Pembelajaran kooperatif
memberikan kesempatan yang luas bagi anggota kelompok untuk saling
memberikan informasi dan saling membelajarkan. Sehingga pembelajaran
tersebut memicu siswa berlatih berperan aktif dan komunikatif.
Kegiatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. Menurut
Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan sekelompok kecil siswa yang
bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kelompoknya.
Menurut Killen, Cooperative Learning merupakan suatu teknik instruksional
dan filosofi pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan siswa
untuk bekerjasama dalam kelompok kecil, guna memaksimalkan kemampuan
belajarnya, dan belajar dari temannya serta memimpin dirinya.
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak teknik, dua diantaranya,
yaitu teknik jigsaw dan teknik two stay two stray. Dalam teknik jigsaw,
terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal. Setelah mendiskusikan topik yang diberikan dengan
kelompok ahli. Tujuannya adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Karena teknik jigsaw dapat menuntut siswa untuk meningkatkan
rasa
tanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa tidak hanya mempelajari
5
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 41
4
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.
Menurut Silberman, seperti yang dikutip Sirih, H.M. dan Muhammad
Ali, “jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan pertukaran dari kelompok ke kelompok dengan
suatu perbedaan penting setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap
peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang
telah dipelajari oleh peserta didik lain, kemudian dibuat suatu kumpulan
pengetahuan. Dalam setting jigsaw learning ini dijelaskan bahwa setiap
peserta didik adalah pengajar. Strategi ini memberikan kesempatan pada
setiap peserta didik untuk bertindak sebagai seorang pengajar terhadap peserta
didik lainnya.”6
Sedangkan dalam teknik two stay two stray terdapat dua tamu dan dua
penerima tamu. Siswa yang berperan menjadi penerima tamu bertugas
memberikan informasi kepada tamu yang datang kekelompoknya layaknya
tuan rumah yang menginformasikan apa yang ada dirumahnya, sedangkan
yang bertugas menjadi tamu berkunjung kekelompok lain untuk mendapatkan
informasi lain. Setelah selesai mereka kemudian mendiskusikan kembali
bersama kelompoknya. Teknik two stay two stray ini memberikan kesempatan
kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain.7
Iqbal mengatakan bahwa dengan menerapkan model TSTS, para siswa
tampak antusias, bahkan mereka ber’akting’ layaknya tamu yang hendak
masuk ke rumah orang, ada yang pura-pura mengetuk pintu, ada yang
mengucap salam dan lain-lain. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi
6
Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dengan
tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri
2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No.1, Pebruari 2007:19-29, h.23
7
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovavtif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 54
5
lebih menyenangkan, dan yang terpenting hal tersebut memungkinkan siswa
untuk lebih mudah menyerap informasi secara lebih baik.8
Dalam
konsep
ekosistem
siswa
dituntut
untuk
memahami,
menjelaskan, menyebutkan, membedakan, memberikan contoh komponen
ekosistem serta menggambarkan saling ketergantungan antar komponen
ekosistem. Dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dan two stay two
stray siswa dapat saling mengajarkan, member informasi serta mendiskusikan
tuntutan dari konsep ekosistem tersebut. Sehingga, siswa diharapkan akan
lebih memahami materi ekosistem.
Penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif teknik
jigsaw dan teknik two stay two stray masih sedikit tetapi lebih banyak yang
membandingkan teknik satu dengan teknik yang lain. Pada dasarnya jigsaw
dan TSTS memiliki keunggulan masing-masing. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul: “Perbedaan
Hasil Belajar Biologi Siswa Yang Diajarkan Melalui Pembelajaran
Kooperatif Teknik Jigsaw dengan Teknik Two Stay Two Stray”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar sains masih menggunakan metode konvensional.
b. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)
c. Guru di sekolah belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang
bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal berikut:
1. Metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan adalah teknik Jigsaw
dan teknik Two Stay Two Stray.
8
Iqbal Ali, Model Pembelajaran One Stay One Stray di
http://iqbalali.com/2010/02/17/model-pembelajaran-one-stay-two-stray-modifikasi/,
Oktober 2010 jam 20.15 wib
akses dari
Sabtu, 30
6
2. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yaitu C1, C2 dan C4.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep ekosistem
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam ini penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar
biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw
dengan Two Stay Two Stray?.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui Perbedaan hasil belajar
biologi siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik
Jigsaw dengan teknik TSTS
Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti, memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai model
pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga
ketika menjadi pendidik bisa diterapkan langsung.
2. Bagi pendidik, agar dapat menambah wawasan pengetahuan dan
kemampuan
guru
SMP/MTs
khususnya
yang
berkaitan
dengan
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran biologi dan dapat
menjadikannya sebagai alternatif pembelajaran serta menjadi masukan
yang berguna bagi pendidik dalam mendidik siswa. Sehingga dapat
meningkatkan profesionalisme guru.
BAB II
KAJIAN TEORITIS,
KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu samalainnya sebagai satu kelompok satu tim. Istilah
cooperative learning dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
1
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat
ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar-mengajar
yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan
siswa,yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang
agresif dan tidak peduli orang lain. Pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu bentuk pengajaran atau pembelajaran yang
didasarkan pada faham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dalam
membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok yang terdiri atas dua atau lebih untuk memecahkan
masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari
1
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovavtif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 37
7
8
setiap anggota kelompok itu sendiri. Belajar kooperatif maksudnya
membelajarkan siswa pada siswa lain atau tutor sebaya.2
Pada pembelajaran kooperatif tercipta suasana positif,
hubungan harmonis antara pelajaran, sekolah dan guru, pembelajaran
menyenangkan dan siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan
berpikir.3 Model pembelajaran cooperative learning tidak sama
dengan sekedar belajar dalam kelompok biasa. Ada unsur-unsur dasar
pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsur tersebut
yaitu: saling gotong royong, tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi antaranggota dan evaluasi.4
Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan
benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif. Dalam pembelajaran kooperatif biasanya siswa mempelajari
bagian kecil dari materi yang luas dan kemudian mengajarkannya
kepada anggota kelompoknya. Sehingga terjadi transfer ilmu yang
memungkinkan mereka memahami materi yang dipelajari secara lebih
mendalam.5
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto pembelajaran kooperatif disusun dalam
sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama dengan siswa
yang mempunyai latar belakang berbeda. Pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,
2
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 42
3
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: PT. Gramedia. 2008), h. 91
4
Anita Lie. Cooperative….h. 31
5
Jhon W. Santrock, Educational Psychology, (New York: McGraw-Hill, 2004), h. 322
9
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.
Tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial.6
Menurut Sri Sulastri dalam jurnalnya mengatakan bahwa ada
tiga tujuan pembelajaran kooperatif yaitu: 7
1. Prestasi akademik.
Pembelajaran kooperatif didalamnya mencakup berbagai tujuan
sosial yaitu kerjasama, tatap muka dan sebagainya. Selain itu
pembelajaran
kooperatif
juga
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan prestasi akademik.
2. Penerimaan akan keanekaragaman.
Efek penting pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang
lebih luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, dan kemampuan akademik.
3. Pengembangan keterampilan kooperatif mengajarkan siswa untuk
kerjasama dan kolaborasi.
c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran
yang lebih
menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok, atau dalam
mencapai tujuan pembelajaran peserta didik secara harmonis
bekerjasama dengan teman kelasnya. Berdasarkan karakteristiknya,
pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik sebagai berikut:8
6
Trianto., Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya:
Prestasi Pustaka, 2007),h. 42-44
7
Sri Sulastri, Model Pembelajaran Kooperatif, Jurnal Kependidikan diakses dari
http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009, h.23, 30 Oktober 2010
8
Isjoni, Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 41-42
10
1. Ketergantungan positif, yaitu hubungan timbal balik yang didasari
adanya kepentingan yang sama.
2. Interaksi tatap muka, yaitu interaksi yang berlangsung terjadi antar
siswa tanpa adanya perantara.
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok.
4. Membutuhkan keluwesan.
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok)
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif
yang harus ada dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu:
a) Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan
norma.
b) Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan
untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok.
c) Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan
yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang
lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari
materi yang diberikan.
d) Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan
untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran,
konflik
kognitif,
mencari
lebih
banyak
informasi,
dan
mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
2. Teknik Jigsaw
a. Pengertian teknik jigsaw
Jigsaw dikembangkan dan diuii coba Elliot Aroson bersama
teman-teman Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin.
11
Menurut
Lie
yang
dikutip
oleh
Yeti
Sulastri
dan
Diana
Rochintaniawati, dalam teknik ini guru harus memperhatikan
pengetahuan
dan
pengalaman
siswa
serta
membantu
siswa
mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman itu agar bahan bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa juga harus bekerja sama
dengan siswa lain dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunikasi.9
Menurut Arends pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota
dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian
materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.10 Kunci teknik jigsaw adalah
interpedensi dimana tiap siswa tergantung kepada teman satu timnya
untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan agar dapat
berkinerja dengan baik pada saat penilaian. 11
Jigsaw merupakan salah satu strategi alternatif yang melibatkan
para siswa dalam belajar menulis. Strategi ini merupakan metode
pengajaran
yang
mendengarkan,
efisien
interaksi,
yang
juga
mengajar,
mendorong
dan
keterlibatan
kerjasama
dengan
memberikan masing-masing anggota kelompok merupakan bagian
yang penting untuk bermain dalam kegiatan kelas. Tujuan Jigsaw
adalah
untuk
mengembangkan
kerjasama
dan
keterampilan
pembelajaran kooperatif kepada semua siswa, untuk membantu siswa
9
Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 CIMALAKA (Jurnal Pengajaran MIPA,
Vol.
ISSN:
1412-0917
13
No.
1
April
2009),
h.
2
diakses
dari
http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/april2009/Makalah%20Bu%20Yeti-Final.pdf 11 Desember
2010 jam 13.00 wib
10
Anonimus, Model Pembelajaran Kooperatif JigSaw (Tim Ahli), diakses dari
http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/12/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/ 1 Desember
2010 jam 09.00 Wib
11
Robert E Salvin, Cooperative Learning teori, riset dan praktik, cet 1, terj. Dari
Cooperative Learning: theory research and practice oleh Nurlita Yusron, (Bandung, Nusa Media,
2008), h. 237
12
mengembangkan kedalaman pengetahuan yang tidak mungkin jika
dicoba dan dipelajari semua materi sendiri, dan untuk mengekspos
pemahaman
siswa
pada
konsep
serta
mengungkapkan
kesalahpahaman.
Dalam pembelajaran kooperatif teknik jigsaw kunci suksesnya
adalah pengelompokkan dengan pelaksaan yang efektif dan efisien.
kelompok jigsaw, pertama-tama berdiskusi di kelompok ahli.
Kelompok ahli terdiri dari empat sampai enam orang yang disebut
dengan kelompok asal (home group) dan setiap anggota tim menjadi
seorang ahli (expert group) tentang suatu topik. Kemudian terjadilah
diskusi antar kelompok ahli. Setelah diskusi selesai kelompok ahli
kembali ke pada kelompok asal untuk berbagi informasi. Setelah
berbagi informasi dan diskusi, kelompok memiliki kesempatan untuk
meninjau materi sebelum diberikan kuis.12
b. Langkah–langkah pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif
(saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Dalam buku
karangan Anita Lie menyebutkan beberapa langkah pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw, yaitu:13
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi
empat bagian
2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan
pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan
pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan
tulis dan menanyakan apa yang sisawa ketahui mengenai topik
tersebut.
12
Kegiatan
brainstorming
ini
dimaksudkan
untuk
Carolyn Kessler, Cooperative Language Learning, (Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice Hall Regents, 1992),h. 142-143
13
Anita Lie, Cooperative…, h. 69-70
13
mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan
pelajaran yang baru.
3. Siswa dibagi berkelompok setiap kelompok beranggotakan 4
orang.
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,
sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
Demikian seterusnya.
5. Kemudian, siswa disuruh membaca/mengerjakan bagian mereka
masing-masing.
6. Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang
dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bias
saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya.
7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan
bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa.
Siswa membaca bagian tersebut.
8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam
bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan
atau dengan seluruh kelas.
Dalam makalah yang ditulis oleh Ahmad Noor Fatirul
menyebutkan beberapa langkah teknik jigsaw:14
a. Siswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok
belajar heterogen.
b. Materi diberikan dalam bentuk teks.
c. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian
tertentu dari bahan yang diberikan. Misalnya: Siswa akan
mempelajari tentang Ekskresi, maka siswa akan mempelajari
materi yang berbeda yaitu tentang paru-paru, hati, ginjal dan kulit.
14
Ahmad Noor Fatirul,
Cooperative Learning,
trimanjuniarso.wordpress.com, h. 38 25 November 2010
Makalah,
di
akses
dari
14
d. Anggota dari kelompok lain juga mempelajari hal yang sama.
Kelompok tersebut kita sebut dengan kelompok ahli yaitu ahli
paru, ahli hati, ahli ginjal dan ahli kulit.
e. Selanjutnya anggota tim ahli kembali ke kelompok asal dan
mengajarkan apa yang dipelajarinya dan didiskusikan dalam
kelompok ahlinya untuk diajarkan pada temen sekelompoknya.
f. Pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai kuis secara
individual tentang materi belajar.
g. Jigsaw versi Slavin, skor tim menggunakan prosedur skoring yang
sama dengan STAD yaitu Tim dan individu yang mendapat skor
tinggi mendapat pengakuan dalam lembar pengakuan mingguan.
& $ @
& $ @
& $ @
& $ @
& $ @
$
$
$
& $ @
@ @ @
& & &
& $ @
& $ @
& $ @
Gambar 2.1. Pelaksanaan Teknik Jigsaw
Keterangan:
A = Klasikal
B = Kelompok asal
C = kelompok ahli
c. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Jigsaw
Ada beberapa manfaat menggunakan teknik jigsaw dalam
kegiatan belajar mengajar, diantaranya sebagai berikut:15
15
Carolyn Kessler, Cooperative Language…, h.137
15
Pertama, teknik jigsaw mendukung pendekatan komunikatif
dalam pengajaran karena memberikan pengalaman belajar yang sangat
interaktif. Namun yang lebih penting, dalam proses pembelajaran
teknik jigsaw yaitu mendorong siswa untuk bekerja sama. Setiap
anggota kelompok harus bekerja sama sebagai sebuah tim untuk
mencapai tujuan bersama, serta terjadi saling ketergantungan. Siswa
bisa berhasil sepenuhnya dengan bekerja sama secara kompak sebagai
sebuah tim. Teknik jigsaw merupakan cara yang sangat efisien untuk
mempelajari materi.
Kedua, meningkatkan motivasi siswa. Terkait dengan teknik
ini, para siswa mampu mencapai keberhasilan dengan mengajukan
pertanyaan, mengajar satu sama lain, dan membantu satu sama lain
untuk mengajar dalam kelompoknya. Manfaat afektif kerja sama dalam
kelompok adalah meningkatan motivasi siswa. Sebagai contoh, jika
kinerja kelompok dan individu adalah komponen dari penilaian akhir,
individu termotivasi untuk belajar tidak hanya materi tetapi juga untuk
mendorong semua anggota kelompok untuk memahami dasar
pengetahuan. Sehingga siswa akan ikut berpartisipasi aktif selama
proses pembelajaran.
Ketiga, menumbuhkan kesenangan dalam pembelajaran. di
dalam kelas konvensional ada kebosanan daripada dalam kelas jigsaw.
Sehingga pengalaman belajar dapat berubah dari tugas membosankan
menjadi sebuah tantangan yang menarik. Karena jigsaw menuntut
siswa untuk lebih interaktif.
Dalam kelas Jigsaw, manfaat tambahan untuk guru dan siswa
adalah ketersediaan bahan belajar di berbagai tingkat kesulitan. Tehnik
ini memungkinkan guru untuk menggunakan beberapa teks atau
sumber-sumber informasi pada tingkat perbedaan kesulitan konseptual
linguistik atau dalam satu kelas.16
16
Carolyn Kessler, Cooperative Language…, h.138
16
Adapun kelemahan teknik jigsaw menurut Roy Killen yang
dikutip oleh Abdul Khalid dan kawan-kawan dalam makalanya yaitu:17
1. Prinsip utama metode pembelajaran ini adalah “peer teaching”
yaitu pembelajaran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala
karena perbedaan konsepsi dalam memahami suatu konsep yang
akan didikusikan bersama dengan kelompok lain. Oleh karena itu
dibutuhkan pengawasan guru agar tidak terjadi misskonsepsi.
2. Dirasa
sulit
meyakinkan
siswa
untuk
mampu
berdiskusi
menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak punya rasa
percaya diri.
3. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus
sudah dimilki oleh pendidik dan biasanya butuh waktu lama untuk
mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tesebut.
4. Awal penggunaan metode biasanya sulit dikendalikan, biasanya
butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa)
sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan “team teaching”
3. Teknik Two Stay Two Stray
a. Pengertian teknik TSTS
Teknik TSTS dikembangkan oleh spencer kagan dan dapat
digunakan bersama dengan teknik kepala bernomor. Teknik ini dapat
digunakan dalam semua tingkatan usia didik. Struktur TSTS memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang
diwarnai dengan kegiatan individu-individu. Siswa bekerja sendiri dan
tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa lain. Padahal dalam
17
Abdul Khalid dkk. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. (Magister Teknologi
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2009), h. 13 diakses
dari http://blog.unila.ac.id 11 Desember 2010
17
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling
bergantung satu dengan yang lainnya.18
Pembelajaran teknik TSTS adalah dengan cara siswa berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya
adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua
siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari
kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja
kelompok, laporan kelompok.19
b. Langkah–langkah pembelajaran kooperatif dengan teknik TSTS
Dalam buku karangan Trianto menyebutkan beberapa langkah
pembelajaran kooperatif teknik TSTS, yaitu:20
1. Siswa dibagi menjadi kelompok berempat
2. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
3. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua
kelompok lain.
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ketamu mereka.
5. Tamu mohon diri dan kembali keklompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Dalam buku karangan Anita Lie menyebutkan beberapa
langkah teknik two stay two stray, yaitu:21
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
18
Anita Lie, Cooperatif Learning…, h. 60
Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), h. 93-94
20
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran …, h.55
21
Anita Lie, Cooperative…, h. 62
19
18
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua
kelompok lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Dalam makalah Ahmad Noor Fatirul menyebutkan beberapa
langkah pembelajaran Teknik TSTS 22
1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, 2 orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua
kelompok.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Tahapan pembelajaran TSTS sebagai berikut:23
1. Persiapan
Dalam tahapan persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalh
membuat RPP, membuat silabus dan penilaian, menyiapkan tugas
siswa dan embagi siswa kedalam beberapa kelompok.
22
Ahmad Noor Fatirul,
Cooperative Learning, Makalah, di akses dari
trimanjuniarso.wordpress.com, h. 40, 25 November 2010
23
Muhammad Rosi Prayud Putra, Meningkatkan Keterampilan Menyimak Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray, Skripsi, (Jember: Pendidikan Guru dan Sekolah
Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember, 2010), h. 17 diakses dari
http://www.scribd.com/doc/33879464/PTK, 4 Desember 2010
19
2. Presentasi guru
Pada tahap ini guru menyaimpaikan indicator pembelajaran,
mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan kelompok
Pada kegiatan pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang
berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam
satu kelompok. Kelompook kecil terdiri dari empat orang, dua
orang bertugas menjadi tamu dan dua orang bertugsas menjadi
penerima tamu.
4. Formalisasi
Mempersentasikan hasil diskusi kelompok untuk didiskusikan
dengan kelompok lain. Guru mengarahkan dan membahas hasil
diskusi supaya tidak terjadi miss conception.
5. Evaluasi kelompok dan penghargaan
Mengevaluasi untuk mengetahui seberapa besar kemmapuan siswa
dalam
memahami
materi
yang
telah
diperoleh
dengan
mengguanakan metode pembelajaran teknik TSTS. Kemudian
masing-masing siswa
diberi
kuis
dan dilanjutkan dengan
memberikan penghargaan kepada kelompk yang mendapatkan nilai
rata-rata tertinggi.
c. Kelebihan dan Kelemahan teknik TSTS
Pembelajaran kooperatfi teknik Two Stay Two Stray memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan. 24 Kelebihan TSTS adalah sebagai
berikut:
1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
2. Kecendrungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
3. Membantu meningkatkan minat dan prestasi siswa
24
Muhammad Rosi Prayud Putra, Meningkatkan Keterampilan Menyimak…..h. 18
20
Adapun kelemahan atau kekurangan TSTS adalah sebagai
berikut:
1. Membutuhkan waktu yang lama
2. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
3. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan
4. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Kata “belajar” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar
“ajar” dan mendapat imbuhan “ber-“ menjadi belajar. Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang paling
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil dan gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami
peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarga sendiri.25 Dalam buku psikologi karangan Zikri
Neni Iska mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan dari
belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu
tertentu.26
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Nasution mengatakan
bahwa:
“Learning is the proses by which an activity originates or is
changed through training procedures (Whether in the laboratory or in
natural environment) as distinguished from changes by factor not
atributable to training”
yang mengandung pengertian bahwa belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Edisi revisi, 2004), h. 89
26
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2008), h. 76
21
(apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang
dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak
termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum
ganja bukan termasuk hasil belajar.27
Sementara menurut W. S. Winkel dalam Max Darsono yang
dikutip oleh Ika Nurul Fattakhul Janah dalam skripsinya mengatakan
bahwa belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan nilai-sikap.
28
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa
belajar mengakubatkan perubahan dalam berbagai aspek. Menurut
Skinner belajar adalah suatu perubahan prilaku (behaviorisme), pada
saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila
tidak melakukan aktifitas belajar maka respon terhadap stimulus akan
menurun.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Bila
dikaitkan dengan belajar berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai
oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu.
Benjamin S. Bloom membagi tujuan pengajaran yang menjadi
acuan pada hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan psikomotorik.29 Ranah kognitif yaitu hasil belajar
berdasarkan pemahaman konsep. Ranah afektif yaitu hasil belajar
27
Nasution, Didaktik Dasar-dasar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 35
Ika Nurul Fattakhul Janah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok
Kalor Dengan Pendekatan Ctl ( Contextual Teaching And Learning) Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006, (Skripsi, Semarang: Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Fisika, 2006), h. 6. diakses dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/hashe307.dir/doc.pdf, 1 Oktober 2010
29
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
117
28
22
berdasarkan sikap dan ranah psikomotorik yaitu hasil belajar
berdasarkan keterampilan/skill.
1. Ranah Kognitif
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif oleh
Bloom dan kawan-kawan dikategorikan lebih rinci secara hierarkis
ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni: hafalan (ingatan) (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan
evaluasi (C6).30 Hafalan (C1) jenjang hafalan (ingatan) meliputi
kemampuan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajarinya. Pemahaman (C2) jenjang pemahaman meliputi
kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima,
misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram, atau grafik,
menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan
matematis
atau
sebaliknya,
meramalkan
berdasarkan
kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi), serta
mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata
sendiri. Penerapan (C3) yang termasuk jenjang penerapan adalah
kemampuan
menerapkan
prinsip,
aturan,
metode
yang
dipelajarinya pada situasi baru atau pada situasi konkrit. Analisis
(C4) jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu
informasi
yang
dihadapi
menjadi
komponen-komponennya
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen
informasi tersebut menjadi jelas. Sintesis (C5) yang termasuk
jenjang sintesis ialah kemampuan untuk mengintegrasikan bagianbagian yang terpisah-pisah menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu. Termasuk ke dalamnya merencanakan eksperimen,
menyusun karangan (laporan praktikum, artikel, rangkuman),
menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan obyek-obyek,
30
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 15-17
23
peristiwa, dan informasi lainnya. Evaluasi (C6) kemampuan pada
jenjang evaluasi adalah kemampuan untuk mempertimbangkan
nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan berdasarkan kriteria
tertentu yang ditetapkan.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai, yang meliputi
penerimaan (receiving), sambutan (responding), menilai (valuing),
organisasi (organization) dan karakterisasi.31
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotor adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan dan kemampuan bertindak,32 terdiri atas
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,
gerakan kompleks, dan krativitas.
Ketiga ranah tersebut sangat penting dilakukan evaluasi.
Adapun tujuan adalah antara lain sebagai berikut: 33
1. Bagi siswa, a) Memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar
dan sebagai pemandu dalam belajar yang selanjutnya, b)
Memberikan motivasi dalam belajar, c) Membangun kepercayaan
diri.
2. Bagi guru, a) Mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dalam
pembelajaran, b) Memberikan informasi tentang kekmampuan,
kebutuhan dan kesenangan siswa, c) Membandingkan kemajuan
siswa dengan siswa yang lain, dan d) Melaporkan kepada orang
31
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1999), h. 29-30.
32
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses …, h. 30.
33
Ityanu Rahmatin, Pengaruh Pembelajaran Active Learning Metode Rotating Trio
Exchange Terhadap Hasil Belajar Biologi, skripsi, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, 2009), h. 29-30. Tidak dipublikasikan
24
tua siswa, administrasi sekolah dan lembaga-lembaga yang
memerlukannya.
3. Bagi orang tua, a) Memberikan informasi tentang perkembangan
siswa dan b) Membantu dalam pembimbingan belajar dirumah.
4. Bagi sekolah, a) Memberikan informasi yang benar untuk
mengevaluasi pembelajaran individu siswa, kelas dan sekolah, b)
Membandingkan level prestasi siswa dalam skala nasional ataupun
apapun.
Menurut Howard Kingsley dalam buku Dasar-dasar Proses
Belajar mengajar mengatakan bahwa ada tiga macam hasil belajar
yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan, 2)pengetahuan dan pengertian, 3)
sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne dalam buku yang sama
mengatakan bahwa ada lima tipe belajar yaitu: 1) verbal information,
2) intelektual skill, 3) cognitive strategy, 4) attitude, dan 5) motor
skill. 34
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Kegiatan belajar mengajar siswa tekadang mengalami kesulitankesulitan dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Berhasil atau tidak
seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar tersebut yaitu:
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih
ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun
faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah:
34
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2002), h. 45-46
25
a. Faktor Psikologis,
Terdiri dari: bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan
kemampuan kognisi.35 Bakat adalah kemampuan untuk
belajar.36 Menurut Sumardi Suryabrata yang dikutip oleh
Ityanu Rahmatin Bakat adalah kualitas yang hanya dapat
diungkap atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat
untuk itu.37 Bakat baru akan tereralisasi menjadi kecakapan
yang nyata setelah melalui belajar dan berlatih.
Minat secara sederhana berarti kecendrungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
38
Minat (interest) menurut psikologi adalah
kecendrungan untuk slalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus menerus. Minat erat kaitannya dengan
perasaan terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan
minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang
yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang kepada
sesuatu itu. Minat memiliki perasaan penting dalam kehidupan
manusia karena sikap yang ditunjukkan oleh setiap individu itu
dipengaruhi oleh minat yang dimiliki oleh masing-masing
individu tersebut. Begitupun dengan kondisi belajar mengajar
akan efektif jika ada minat dalam diri siswa yang belajar,
sebab dengan adanya minat maka siswa tersebut akan
melakukan sesuatu yang dimiliki olehnya. Misalnya, siswa
yang menaruh minat terhadap pelajaran biologi, maka ia akan
berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang biologi.
35
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 89
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), cet I, h. 27
37
Ityanu Rahmatin, Pengaruh Pembelajaran Active Learning..., h. 30-31. tidak
dipublikasikan
38
Muhibinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,
2009), h. 133
36
26
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir,
yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
yang tertentu.39 Sedangkan IQ adalah alat tes ukur
inteligensi.40 Orang yang memiliki intelegensi (IQ) tinggi,
umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik,
sebaliknya jika seseorang yang “IQ” nya rendah akan
mengalami kesukaran dalam belajar. Bila seseorang memiliki
intelegensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang
dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses
disbanding dengan orang yang memiliki “IQ” rendah.
Motivasi berasal dari kata dasar motif. Menurut
Suardiman motif diartikan sebagai
daya
upaya
yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan kata
lain motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu Seseorang melakukan
aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal
ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong
seseorang untuk belajar.
Menurut Suardiman yang dikutip oleh Zikri Neni Iska
motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha
untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka.
Sedangkan motivasi dalam belajar adalah keseluruhan daya
penggerak didalam diri siswa yang menjamin kelangsungan
kegiatan bwelajar dan yang memberikan arah pada kegiatan
belajar.41
39
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1998), h. 52
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 94
41
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 40
40
27
b. Faktor fisiologi
Faktor-faktor
fisiologis
adalah
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Terdiri dari
kondisi fisik dan panca indera.
42
Misalnya kesehatan baik
kesehatan rohani maupun kesehatan jasmani. Kesehatan
jasmani dan kesehatan rohani berpengaruh terhadap hasil
belajar. Jika seseorang kesehatan jasmaninya misalnya pilek,
demam, sakit gigi maka akan mengganggu konsentrasi
belajarnya. Kesehatan rohani misalnya mengalami gangguan
pikiran perasaan kecewa terhadap lawan jenis lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan
faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.43 Keluarga
mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam
belajar. Perhatian, kasih sayang dan ekonomi keluarga merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.
Sarana, prasarana, guru serta kurikulum sekolah juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Guru yang mempunyai metode mengajar yang
kreatif, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak dan lain
sebagainya.
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak44.
Masyarakat merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Jika lingkungannya baik maka akan baik pula
belajar anak tersebut. Misalnya, jika anak bergaul dengan
lingkungan yang tidak sekolah maka anak tersebut akan terbawa
42
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar…, h. 85
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka, 2007), h. 59-60.
44
M. Dalyono, Psikologi…, h. 131
43
28
untuk malas sekolah tetapi jika anak bergaul dengan lingkungan
pelajar dan rajin belajar maka anak tersebut akan terbawa atau
terpengaruh juga.
d. Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar
1) Tujuan Belajar
Dalam buku psikologi pendidikan ada beberapa tujuan belajar
yaitu:45
ο‚·
Belajar adalah suatu usaha
ο‚·
Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara
lain tingkah laku .
ο‚·
Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk
menjaid baik misalnya kebiasaan merokok.
ο‚·
Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi
positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang
dan sebagainya.
ο‚·
Belajar bertujuan uttuk mengubah keterampilan.
ο‚·
Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam
berbagai bidang ilmu.
2) Tujuan Penilaian Hasil Belajar
a) Tujuan Umum
ο‚·
Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
ο‚·
Memperbaiki proses pembelajaran
ο‚·
Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
b) Tujuan Khusus
ο‚·
Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa
ο‚·
Mendiagnosis kesulitan belajar
ο‚·
Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar
penentuan kenaikan kelas
45
M. Dalyono, Psikologi…, h. 49-50
29
ο‚·
Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan
memahami diri
dan merangsang untuk melakukan usaha
perbaikan.
c) Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Fungsi penilaian hasil belajar sebagai berikut:
ο‚·
Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas.
ο‚·
Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
ο‚·
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
ο‚·
Evaluasi diri terhadap kinerja siswa.
e. Prinsip-prinsip Penilaian Hasil Belajar
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar pendidik perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1. Valid/sahih
Penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar
kompetensi dan kompetensi dasar) dan standar kompetensi
lulusan. Penilaian valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai
dengan
menggunakan
alat
yang
sesuai
untuk
mengukur
kompetensi.
2. Objektif
Penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak
dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang
agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, jender, dan hubungan
emosional.
3. Transparan/terbuka
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka artinya
prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan
keputusan terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh
semua pihak yang berkepentingan.
30
4. Adil
Penilaian hasil belajar tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender.
5. Terpadu
Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Bermakna
Penilaian hasil belajar oleh pendidik hendaknya mudah
dipahami, mempunyai arti, bermanfaat, dan dapat ditindaklanjuti
oleh semua pihak, terutama guru, peserta didik, dan orangtua serta
masyarakat
8. Sistematis
Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
9. Akuntabel
Penilaian
hasil
belajar
oleh
pendidik
dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
10. Beracuan criteria
Keberhasilan belajar menurut Yustini Yusuf dan Mariani
Natalia dalam jurnal mengatakan bahwa keberhasilan proses dan
keberhasilan belajar dikelas dipengaruhi antara lain oleh guru dan
siswa. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh
terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran. Apabila guru
31
berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi
aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadinya peningkatan hasil
belajar.46
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Suprapto Mukti Nugroho dalam jurnalnya yang berjudul ” Remedial
Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai Pendukung Kurikulum 2004”
mendapatkan hasil penelitian bahwa implementasi (penerapan)
remedial
teaching dengan teknik jigsaw ini cukup efektif untuk membantu
meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.47
Yuli Purwanti Hasanah dalam skripsinya yang berjudul “Efektivitas
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Pokok
Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Unggaran” mendapatkan kesimpulan
bahwa diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test kelompok A sebesar 45,714 dan
kelompok B sebesar 44,315. Hasil uji-t diperoleh t hitung = - 0,85 < t tabel = 1,99.
Hal ini berarti bahwa antara kelompok A dan kelompok B mempunyai
kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi pokok klasifikasi
makhluk hidup sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post-test
kelompok A sebesar 69,01 dan kelompok B sebesar 64,14. Hasil uji-t data posttest diperoleh t hitung = 3,31 > t tabel = 2,88. Dengan demikian penerapan
pembelajaran dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih efektif
diterapkan pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup dibandingkan dengan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. 48
46
Yustini Yusuf dan Mariana Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui
Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 17 SLTP Negeri 20 Pekanbaru,
laboratorium Pendidikan Biologi Jurusan MIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru Jurnal
Biogenesis Vol.2(1):8-11, 2005
47
Nugroho, Suprapto Mukti. Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai
Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, h. 49
48
Yuli Purwanti Hasanah. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatfi Tipe STAD dan
Jigsaw dalam Materi Popok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Unggaran, skripsi, (Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2007). Dipublikasikan. Diakses dari
http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf, 6 November 2010
32
EFI
dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi
Antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif Learning Teknik
Jigsaw dengan Teknik STAD” mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan antara hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan teknik STAD, dengan nilai ratarata (mean) gain kelas VIII-E yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw yaitu 3,14 dan nilai rata-rata (mean) gain kelas VIIIC yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD
yaitu 2,68 maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas yang diajarkan
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih baik
dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik STAD.49
Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati dalam penelitianya yang
berjudul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam
Pembelajaran Biologi Di SMPN 2 Cimalaka” mendapatkan hasil penelitian
bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperoleh hasil tes siswa
sudah memenuhi ketuntasan belajar dengan jumlah siswa yang tuntas belajar
sebanyak 89,74% dan adanya peningkatan skor post tes siswa dibandingkan
dengan pre tes dengan perbedaan yang signifikan, ini menunjukkan adanya
peningkatan penguasaan konsep siswa. Berdasarkan skor gain ternormalisasi
pembelajaran ini mempunyai nilai 0,44 yang tergolong kategori efektivitas
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw yang dikembangkan pada penelitian ini cukup efektif. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penguasaan konsep
siswa dalam pembelajaran Biologi setelah menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada konsep Reproduksi Vegetatif Alami Tumbuhan.50
49
Efi. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar melalui Pendekatan
Cooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. .(skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu
Tarbiyah
dan
Keguruan,
2007).
Dipublikasikan.
Diakses
dari
http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf, 2 November 2010
50
Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi Di Smpn 2 Cimalaka. Jurnal Pengajaran
MIPA, Vol. 13 No. 1 April 2009. h. 15. diakses dari
33
Aceng Haetami dan Supriadi dalam penelitiannya yang berjudul
“Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Jigsaw
Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan
Hasil Kali Kelarutan” mendapatkan hasil penelitian bahwa maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat: (1) meningkatkan aktivitas belajar siswaa untuk setiap siklus : Siklus I
(rerata = 65,1 %) dan Siklus II (Rerata = 89,0 %) ; (2) meningkatkan hasil
belajar kimia siswa yang ditandai dengan : (a) meningkatnya rerata hasil
belajar Kimia dari Siklus I (rerata 86,4) menjadi Siklus II (Rerata = 90,1) ; (b)
meningkatnya jumlah siswa yang bernilai ≥ 70,37 (KKM) dari Siklus I (76,47
%) menjadi Siklus II (94,12 %). Tuntas tercapai setelah siklus II.51
Bahriyatul Azizah dalam skripsinya yang berjudul “Studi Komparasi
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Metode Konvensional
Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Pada Siswa Kelas II Man Suruh” mendapatkan kesimpulan bahwa rata-rata
hasil pre test kelompok eksperimen sebesar 4,23 dan kelompok kontrol
sebesar 4,11. Hasil uji t diperoleh thitung = 0,595 < ttabel = 1.99. Hal ini berarti
bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai kemampuan awal
yang relatif sama dalam memahami materi pokok bahasan jurnal khusus
sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil post test kelompok
eksperimen sebesar 6,84 dan kelompok kontrol sebesar 6,04. hasil uji t data
post test diperoleh thitung = 4,639 > ttabel = 1,99. hal ini berarti ada perbedaan
hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal khusus antara metode kooperatif
tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan
pembelajaran konvensional.52
51
Aceng Haetami dan Supriadi. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali
Kelarutan. Diakses dari http://jurnal.unhalu.ac.id.pdf, 30 oktober 2010
52
Bahriyatul Azizah. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan
Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
34
Hariyatmi, Eli Herowati, dan Djumadi dalam penelitianya yang berjudul
“Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Semester II Smp Negeri 2
Kebakkramat
Kabupaten
Karanganyar
Tahun
Ajaran
2004/2005
Menggunakan Strategi Pembelajaran Jigsaw dan STAD (Student Teams
Achievement Division)” mendapat kesimpulan bahwa perbedaan hasil belajar
biologi yang diperoleh dengan menggunakan strategi pembelajaran jigsaw
yaitu aspek kognitif sebesar 69,9, aspek afektif sebesar 92 dan aspek
psikomotor sebesar 88, sedangkan hasil belajar biologi yang diperoleh dengan
menggunakan strategi pembelajaran STAD yaitu aspek kognitif sebesar 66,4,
aspek afektif sebesar 90 dan aspek psikomotor sebesar 86, dan strategi
pembelajaran jigsaw lebih tinggi dalam pencapaian hasil belajar biologi dari
pada strategi pembelajaran STAD.53
Devi Kusmiyati dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Model
Kooperatif Learning Teknik Two Stay Two Stray pada Konsep Ekosistem
Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil belajar Biologi (eksperimen di SMA
Jami’iyyah Islamiyah, Pondok Aren) mendapatkan kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan antara mean kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dengan hasil uji hipotesis menggunakan perhitungan uji “t” sehingga Ha yang
menyatakan terdapat pengaruh
yang signifikan
model pembelajaran
Cooperatif Learning teknik Two stay Two Stray terintegrasi nilai terhadap
hasil belajar biologi siswa diterima.54
Tia Karina dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tingga Dua
Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Siswa Kelas Ii Man Suruh. skripsi, (Semarang: UNES, 2006). Diakses dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0110/00a3183e.dir/doc.pdf
,
30
oktober 2010
53
Hariyatmi, dkk., “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII Semester II Smp
Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2004/2005 Menggunakan Strategi
Pembelajaran JIGSAW DAN STAD (Student Teams Achievement Division). MIPA, Vol. 17, No.
1, Januari 2007: 17–32. diakses dari http://eprints.ums.ac.id/1248/1/3._HARIYATMI.pdf, 8
oktober 2010
54
Devi Kusmiyati, Pengaruh Model Kooperatif Learning Teknik Two Stay Two Stray pada
Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil belajar Biologi, skripsi, (Jakarta: Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, ), Tidak dipublikasikan
35
Pada Konsep Cahaya (PTK di MTS Pembangunan UIN Jakarta) mendapat
kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay
Two Stray dengan pendekatan nilai untuk meningkatkan hasil belajar siswa
memberikan dampak positif dalam pembelajaran berupa peningkatan hasil
belajar siswa yang cukup signifikan.55
Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan Two Stay Two Stray
(TSTS) masing-masing memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang
mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa karena bersifat student
center. Namun dari berbagai penelitian tersebut menyatakan bahwa teknik
jigsaw lebih baik dari teknik STAD pada konsep tertentu.
C. Kerangka Pikir
Belajar merupakan proses perkembangan ke arah yang lebih sempurna.
Belajar pada dasarnya merupakan pemindahan pengetahuan dari guru kepada
murid. Sedangkan pembelajaran biologi mempunyai tujuan agar siswa dapat
menguasai konsep-konsep sains. Hal ini berarti bahwa pendidikan sains harus
menjadikan siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang konsep-konsep
sains, melainkan harus menjadikan siswa berpikir, bersikap dan bertindak
berdasarkan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsip sains.
Dari proses belajar yang selama ini dilakukan disekolah yang
menggunakan metode konvensional membuat pemahaman siswa kurang.
Sehingga hasil belajar yang didapat tidak sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Penentu hasil belajar salah satunya adalah strategi yang digunakan
oleh guru. Strategi belajar membuat siswa terlibat secara langsung dalam
pembelajaran. Strategi memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami
makna atau materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru harus direncanakan secara matang. Strategi pembelajaran
55
Tia Karina, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
(Dua Tingga Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Konsep Cahaya (PTK di MTS Pembangunan UIN Jakarta), skripsi, (Jakarta: Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009). Tidak dipublikasikan
36
dapat
mengguakan
metode
pembelajaran
yang
bervariasi
sehingga
menciptakan kelas yang lebih interaktif dan dinamis.
Metode pembelajaran dapat mengoptimalkan proses belajar sehingga
tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai dapat tercapai secara
maksimal. Oleh karena itu, seorang guru harus menggunakan metode yang
tepat sebagai upaya mencapai keberhasilan pembelajaran.
Metode
belajar
harus
membuat
siswa
aktif
dalam
proses
pembelajarannya, karena keaktifan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar.
Selain itu, metode belajar harus dapat memfasilitasi siswa untuk berhasil
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Karena metode belajar
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang bersifat menantang dan
sekaligus menyenangkan. Dengan demikian, metode belajar dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan beban psikologis siswa, sehingga akan
mengefektifkan sekaligus mengefisienkan aktivitas belajar mengajar di kelas.
Pembelajaran yang efektif dan efisien membutuhkan kerja sama yang
kompak antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajarannya harus terjadi
interaksi yang intensif antar berbagai komponen sistem pembelajaran (guru,
siswa, materi pembelajaran, dan lingkungan) Situasi ini dapat dilakukan
dengan mengembangkan dan mengaplikasikan pembelajaran. Kriteria model
belajar tersebut merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning).
Cooverative Learning merupakan pembelajaran yang mengajak siswa
untuk saling bekerja sama dan saling menghargai. Pembelajaran kooperatif
banyak sekali tekniknya diantaranya adalah Jigsaw dan Two Stay Two Stary.
Dalam kedua teknik tersebut siswa dituntut untuk kerjasama dan berbagi
informasi. Dalam teknik jigsaw kelompok terdiri 5-6 orang dan
dibagi
menjadi dua bagian yaitu kelompok ahli dan kelompok asal. Sedangkan teknik
Two Stay Two Stray terdiri dari 4 orang dua diantaranya bertugas menjadi
tamu dan dua diantaranya bertugas menjadi tuan rumah.
Berbagai hasil penelitian yang sudah diutarakan di atas menunjukkan
bahwa teknik jigsaw dan Two Stay Two Stray (TSTS) masing-masing
37
memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri yang mampu meningkatkan hasil
belajar Biologi siswa karena bersifat student center. Tetapi dari penelitian
diatas menyebutkan bahwa teknik jigsaw lebih baik daripada teknik TSTS.
Oleh Karena itu untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih meningkat
digunakan kedua teknik ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dari
kedua teknik ini.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, maka hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Terdapat perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik
Jigsaw dengan TSTS terhadap hasil belajar pada konsep ekosistem, dengan
hasil penelitian penggunaan metode kooperatif teknik jigsaw lebih baik
dibandingkan tipe Two Stay Two Stray (TSTS)”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs PUI yang bertempat di Jalan
Pahlawan No. 57 Bogor Selatan dan waktu penelitian dilaksanakan pada
semester genap ajaran 2010/2011.
B. Metode dan Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu metode
yang menguji sebab akibat melalui pemanipulasian variabel independen
(misalnya perlakuan, stimulus, kondisi) dan menguji perubahan yang
diakibatkan oleh pemanipulasian tersebut.
Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group
pre test pos test disajikan sebagai berikut:1
Tabel 3.1. Desain penelitian
Kelas
Pretes
Perlakuan
Postest
Kelas Jigsaw
O
X1
O
Kelas TSTS
O
X2
O
Keterangan:
O : Tes awal dan tes akhir untuk kelas jigsaw dan TSTS
X1 : Perlakuan dengan teknik jigsaw
X2 : Perlakuan dengan teknik TSTS
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi ialah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.2 Populasi target pada
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 186
38
39
penelitian ini adalah seluruh siswa MTs PUI Bogor, sedangkan populasi
terjangkaunya adalah siswa kelas VII MTs PUI Bogor.
2. Sampel
Sampel didefinisikan sebagai bagian dari populasi3. Sampel diambil
dari populasi terjangkau dengan teknik Purposive Sampling (sampel yang
bertujuan). Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
didasarkan atas adanya tujuan tertentu
4
yaitu untuk mencari kelas yang
homogen. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 2 kelas
dipilih berdasarkan pertimbangan guru karena siswa kelas VII-1 dan VII-2
mempunyai kemampuan yang beragam mulai dari rendah, sedang dan tinggi.
Dan kelas VII-1 sebagai kelas jigsaw sebanyak 35 siswa, dan kelas VII-2
sebagai kelas TSTS sebanyak 35 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, maka
penulis menggunakan instrumen tes berupa hasil belajar biologi berupa tes
(tes pretes dan pos tes) dan non test (observasi atau pengamatan).
Teknik pengumpulan data terdiri atas variabel penelitian, sumber data,
serta prosedur pelaksanaan teknik Jigsaw dan TSTS.
1. Variabel Penenlitian
Variabel menurut Anas Sudjiono adalah gejala yang dapat diubahubah.5 Berdasarkan judul yang diambil, maka terdapat variabel-variabel
penelitian sebagai berikut:
Variabel bebas (X) = Model Pembelajaran Kooperatif teknik jigsaw dan
Two Stay Two Stray
Variabel terikat (Y) = Hasil belajar Biologi siswa
2
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan Teori-Aplikasi, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 116
3
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian…, h. 119
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Satu Pendekatan Praktek), (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), cet. 12, h. 109
5
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), h. 36
40
2. Sumber Data
Sumber data akan diperoleh dari data berupa skor tes hasl belajar Biologi
yang dilakukan dengan pre test dan pos test pada konsep ekosistem dan
melalui lembar observasi tentang pengamatan observer terhadap
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dan TSTS.
E. Instrumen Penelitian
1. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan,
kecerdasan,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.6 Tes
disini dimaksudkan untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah diperoleh
dalam suatu kegiatan. Tes yang digunakan adalah tes kognitif sebanyak 40
soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban yaitu a, b, c, dan d.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Sub Konsep
Komponen penyusun
ekosistem
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Hubungan antar
komponen ekosistem
Pola-pola interaksi
dalam ekosistem
C1
10*, 11*,
38*, 4, 3
1, 2, 30*
23*, 34*,
37*
20*, 21
Jenjang
C2
6*, 9, 12, 40*, 31*,
33*
5, 7*, 8, 32
13*, 14, 22*, 24*,
25*, 26, 27*, 29*,
36, 39*
17*, 18, 19*, 35
Jumlah
C4
11
7
15*, 16*,
28*
18
6
Keterangan:
C1 : Ingatan (recalling)
C2 : Pemahaman (comprehension)
C3: penerapan (application)
C4 : analisis (analysis) atau sintesis (syntesis)7
Nomor soal yang bertanda bintang (*) adalah nomor soal yang
digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.
6
Zurinal Z, Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakrta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 142
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 117 - 119
41
2. Lembar Observasi
Obervasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung.8 Observasi dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Lembar observasi ini berkaitan dengan
aktivitas atau kegiatan selama pembelajaran. Observasi ini akan dibantu oleh
dua orang observer.
F. Kalibrasi Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.9
Dengan kata lain validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan
valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur.10 Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata
pelajaran biologi adalah tes objektif, maka pengujian validitas menggunakan
rumus korelasi point biseral dengan rumus sebagai berikut:
rpbis=
Mp ο€­ Mt P
SDt
Q
Keterangan:
rpbis
: Korelasi point biseral
Mp
: Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peseta tes yang menjawab betul,
yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Mt
: Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt
: Standar deviasi dari skor
P
: Proporsi test yang menjawab betul terhadap item yang sedang diuji validitas
itemnya
8
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220
9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 2009),
h. 12
10
Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 287
42
Q
: Proporsi test yang menjawab salah terhadap item yang sedang diuji validitas
itemnya
Kriteria pengujian:
Jika r tabel > r hitung = soal tidak valid
Jika r tabel < r hitung = soal valid
Berdasarkan hasil perhitungan anates, diperoleh data bahwa dari 40
soal yang diujicobakan terdapat 30 soal yang dinyatakan valid dan 10 soal
yang yang tidak valid. Butir-butir soal yang valid tersebut adalah soal nomor
1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 33, 34, 37, 38, 39, dan 40. Sedangkan butir soal yang tidak valid
tersebut adalah 2, 4, 5, 9, 12, 18, 21, 32, 35 dan 36. Semua soal yang valid ini
selanjutnya akan disaring kembali berdasarktan kriteria yang lainnya untuk
dapat digunakan dalam penelitian ini.11
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.12 Uji ini dilakukan dengan rumus Kuder
Richadson atau yang dikenal dengan KR-20 yaitu:13
2
n  St ο€­ οƒ₯ PiQi οƒΆοƒ·

οƒ·
St
 n ο€­ 1 
οƒΈ
rII = 
Keterangan:
rII : Koefisien reabilitas tes
n
: Banyaknya butri soal
St² : Varian total
P
: proporsi tes yang menjawab benar
Q
: Proporsi test yang menjawab salah
PiQi: Jumlah dari hasil perkalian antara P dan Q
11
Lampiran 8 h. 142
Nana Sudjana, Penilaian Hasil …, h. 16
13
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
100-101
12
43
Dari hasil uji coba butir soal dengan menggunakan Anates diperoleh
reliabilitasnya adalah 0,77 termasuk dalam kriteria tinggi.
3. Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah
atau sukar, digunakan rumus:14
Iο€½
B
N
Keterangan:
I
: Indeks kesukaran untuk setiap butir soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab benar
N : Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud
dengan
ketentuan:
Antara 0,00-0,30
Antara 0,31-0,71
Antara 0,71-1,00
Taraf kesukaran tiap butir soal dihitung dengan menggunakan model
Anates. Berdasarkan perhitungan diperoleh soal kategori sedang berjumlah 23
yaitu nomor 4, 5, 6, 7, 13, 18, 19, 20, 21, 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, dan 39, soal kategori mudah berjumlah 8 yaitu nomor 11, 16, 17,
22, 24, 25, 27, dan 40, soal kategori sangat mudah berjumlah 6 yaitu nomor
1, 2, 3, 8, 12, dan 14, soal kategori sukar berjumlah 2 yaitu nomor 10 dan 15,
soal kategori sangat sukar berjumlah 1 yaitu nomor 9.15
4. Daya Pembeda Soal
Analisis daya pembeda menguji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong
mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang (lemah
14
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 103
15
Lampiran 8 h. 142
44
prestasinya). Cara menghitung daya pembeda dengan mengunakan rumus
sebagai berikut: 16
Dο€½
Ba Bb
ο€­
ο€½ Pa - Pb
Ja Jb
Keterangan:
D
: Daya pembeda
Ba : Kelas atas yang menjawab benar
Bb : Kelas bawah yang menjawab benar
Ja : Banyaknya siswa kelas atas
Jb : Banyaknya siswa kelas bawah
Dengan ketentuan:
0,00-0,20: buruk
0,21-0,40: cukup
0,41-0,70: baik
0,71-1,00: baik sekali
Dalam penelitian ini, daya pembeda masing-masing butir soal dihitung
dengan Anates. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil daya
pembeda
terendah sebesar -0,11 dalam kategori buruk dan tertinggi sebesar 01,00
termasuk dalam kategori baik sekali.17
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Untuk mengetahui datanya terditribusi normal atau tidak maka
digunakan lilieffors. Langkah-langkahnya sebagai berikut:18
a. Hipotesis
b. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar
c. Hitung nilai Z, dari masing-masing data berikut rumusnya:
Zi ο€½
Xi - X
S
d. Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z
16
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi …, h. 213-214
Lampiran 8 h. 142
18
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2001), h. 466
17
45
e. Hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih kecil atau saa dengan Zi. Jika
proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka:
S Zi ο€½
banyaknyaZi, Z2,...,Zn yangο‚£ Zt
n
f. Hitung selisih f(Zi) – s(Zi), kemudian tentukan harga mutlak.
g. Ambil harga L hitung yang paling besar kemudian bandingkan dengan
nilai L tabel dari data tabel Liliefors.
h. Tentukan kriteria pengujian
Jika L hitung < L tabel, maka data tersebut terdistribusi normal
Jika L hitung > L tab, maka data tersebut berdistribusi tidak normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui populasi data yang
homogen atau tidak menggunakan uji fisher dengan rumus:19
Fο€½
S12 Variansterbesar
n οƒ₯ X 2 ο€­ (οƒ₯ X ) 2
2
ο€½
,
di
mana
S
ο€½
Variansterkecil
n( N ο€­ 1)
S22
Keterangan:
F = Uji Fisher
S1 = Variansi Terbesar
S2 = variansi Terkecil
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis
2. Bagi data menjadi dua kelompok
3. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
4. Tentukan F hitung
5. Tentukan kriteria pengujian
Jika Fhit < Ftab maka data tersebut homogen
Jika Fhit > Ftab maka tersebut tidak homogen
19
HET Ruseefendi, Statistik Dasar untuk Pelatihan Pendidikan, (Bandung: CV Andira,
1998), h.295
46
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelaaran kooperatif
teknik jigsaw dan TSTS. Uji hipotesis ini digunakan untuk melihat
perbedaan hasil tes siswa dari kelas jigsaw dan kelas TSTS. Apabila data
homogen dan berdistribusi normal maka uji yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan rumus “t” test. “t” test adalah satu tes statistik
yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis
nihil yang menyatakan bahwa di antara dua buah Mean Sampel yang
diambil tidak terdapat perbedaan yang signifikan.20
Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunaan rumus uji t. yaitu:21
keterangan :
to = Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok
Mx = Mean kelompok perlakuan teknik jigsaw
My = Mean kelompok perlakuan teknik TSTS
x
= Deviasi setiap x2 dari X1
y
= Deviasi setiap y2 dari mean Y1
Nx = Jumlah siswa kelompok Jigsaw
Ny = Jumlah siswa kelompok TSTS
Kriteria Hipotesis, jika :
to ≥ t-tabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolak
to ≤ t-tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi α 0,05
Namun, apabila data tidak homogen dan tidak berdistribusi normal
maka menggunakan uji non parametrik Man-Whitney.22
20
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. grafindo Pesada, 2007), h.
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian..., h. 280
278
47
Adapun langkah-langkah pengujian hipitesis sebagai berikut:
a) Rumuskan Hipotesis
Ho, µa = µb
Ha, µa ≠ µb
µa : Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw
µb : Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik TSTS
b) Tentukan Uji Statistik23
tο€½
X1 ο€­ X 2
1 1
S

n1 n2
X1 ο€½ Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw
X 2 ο€½ Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran
kooperatif teknik TSTS
c) Tentukan Kriteria Pengujian
Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data
dilakukan dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat
perbandingan antara t hitung dan tabel.
d) Lakukan Pengambilan Kesimpulan
Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata:
1) Jika t Hitung ≤ t Tabel, maka Ho diterima
2) Jika t Hitung ≥ t Tabel, maka Ho ditolak
4. N-Gain
Menurut Meltzer untuk mengetahui peningkatan skor pretes dan
postes menggunakan rumus Normalized Gain.
22
23
HET Ruseefendi, Statistik Dasar…, h. 398
HET Ruseefendi, Statistik Dasar…, h. 315-316
48
N-Gain =
(skor posttest ο€­ skor pretest)
(skoridealο€­ skorpretest )
Menurut Hake Gain skor ternormalisasi menunjukan tingkat
efektivitas perlakuan dari pada perolehan skor atau postes. Terdapat tiga
kategorisasi perolehan skor gain ternormalisasi:
g-tinggi : nilai (<g>)>0,7
g-sedang: nilai 0,7 e”(<g>)e”0,3
g-rendah : nilai (<g>)<0,3
H. Hipotesis Statistik
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas, maka
hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Ho, µa = µb
Ha, µa ≠ µb
Keterangan:
Ho
: Tidak terdapat perbedaan antara kelas jigsaw dan TSTS.
Ha
: Terdapat perbedaan antara kelas jigsaw dan TSTS.
µa
: Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik jigsaw
µb
: Rata-rata hasil belajar siswa menggunakan pembelajaran kooperatif
teknik TSTS
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS
Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari
data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah
data hasil pretest, posttest, dan nilai N-Gain dari kedua kelas. Gambaran
tentang data-data ini meliputi nilai rata-rata, median, modus, dan nilai
deviasi standar.
Deskripsi data hasil pretest kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat
pada table 4.1:
Tabel 4. 1 Data Pretest Kelas Jigsaw dan TSTS
Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Skor Minimal
12
16
Skor Maksimal
52
56
Mean
35,2
39,6
Median
55,6
45,25
Modus
26,48
34,75
Standar Deviasi
12,1
12,35
2. Deskripsi Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS
Deskripsi data hasil posttest kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat
pada tabel 4.2:
Tabel 4. 2 Data Posttest Kelas Jigsaw dan TSTS
Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Skor Minimal
52
40
Skor Maksimal
92
80
Mean
72,8
67
Median
74,49
74,5
49
50
Deskripsi
Jigsaw
TSTS
Modus
70,1
30,75
Standar Deviasi
11,43
11,42
3. Deskripsi Normal Gain
Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan penguasaan
konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw normal gain terendah
adalah sebesar 0.37 dan normal gain tertinggi adalah sebesar 0.87 dengan
rata-rata sebesar 0.59 dan standar deviasi 0.12 Data yang ditunjukkan dari
perhitungan kelas Jigsaw termasuk dalam kategori sedang. Pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode Two Stay Two Stray normal gain
terendah adalah sebesar 0.28 dan normal gain tertinggi adalah sebesar 0.7
dengan rata-rata sebesar 0.46 dan standar deviasi 0.09. Data yang
ditunjukkan dari hasil perhitungan, kelas Two Stay Two Stray termasuk
dalam kategori sedang.
Normal gain tertinggi terdapat pada kelas eksperimen yang
menggunakan metode Jigsaw normal gain terendah terdapat pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode Two Stay Two Stray.
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh skor normal gain pada
kelas Jigsaw dan TSTS dapat dilihat pada tabel 4.3:
Tabel 4. 3 Perhitungan Normal Gain
Normal Gain
Kelas Jigsaw
Kelas TSTS
Terendah
0.37
0.28
Tertinggi
0.87
0.7
Rata-rata
0.59
0.46
Standar Deviasi
0.12
0.09
Kategori
Gain sedang
Gain sedang
51
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan
pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, setelah dilakukan
pengolahan data diperoleh normalitas pretest dan posttest untuk kelas
JIGSAW dan TSTS. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data
berdistribusi normal bila kriteria Lo < Lt diukur pada taraf signifikansi dan
tingkat kepercayaan tertentu.Uji normalitas data yang dilakukan adalah
dengan menggunakan Uji Liliefors. Perhitungan uji normalitas ini
disajikan pada lampiran.1 Hasil dari perhitungan normalitas yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel 4.4:
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kelas Jigsaw
Lo (Lhitung)
Α
0.05
Pretest
Posttest
0.0857
0.0993
Ltabel
Kesimpulan
0.1497
Ho diterima
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada
kelas Jigsaw, diperoleh Lo (Lhitung) pretest sebesar 0.0857 dan Lo (Lhitung)
posttest 0.0993, dengan jumlah sampel sebanyak 35 siswa dan pada taraf
signifikasi 0.05, maka Ltabel sebesar 0.1497.
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa Lo pretest dan posttest lebih
kecil dari L tabel atau Lhitung < Ltabel, yaitu 0.0857 dan 0.0993< 0.1497,
maka hipotesis nol (Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data sampel kelas Jigsaw berdistribusi normal.
Hasil dari perhitungan normalitas kelas TSTS yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel 4.5:
1
lampiran 11, h. 153
52
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kelas TSTS
Lo (Lhitung)
Α
0.05
Pretest
Posttest
0.0857
0.0657
Ltabel
Kesimpulan
0.1497
Ho diterima
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada
kelas TSTS diperoleh Lo (Lhitung) pretest sebesar 0.0857dan Lo (Lhitung)
posttest sebesar 0.0657, dengan jumlah sampel sebanyak 35 siswa dan
pada taraf signifikasi 0.05, maka Ltabel sebesar 0.1497.
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Lo pretest dan postest lebih
kecil nilainya dibandingkan dengan L tabel atau Lhitung < Ltabel, yaitu
0.0857dan 0.0657< 0.1497, maka hipotesis nol (Ho) diterima, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelas TSTS berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat perbedaan skor siswa
yang menggunakan teknik Jigsaw dan yang menggunakan teknik Two Stay
Two Stray. Uji homogenitas kedua kelas dilakukan dengan Uji Fisher.
Untuk pengujian homogenitas terhadap kedua data yang menggunakan uji
Fisher disajikan pada lampiran.2. Hasil yang diperoleh dari perhitungan uji
homogenitas adalah sebagai berikut :
Fhitung pretest kedua kelas
= 1.04
Fhitung postest kedua kelas
= 1.0015
Ftabel
= 1.74
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel, maka hipotesis
nol (Ho) diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua
sampel bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
4.6:
2
lampiran 12, h.157
53
Tabel 4. 6 Perhitungan Uji Homogenitas
Α
N
0.05
70
Fhitung
Pretest
Posttest
1.04
1.0015
Ftabel
Kesimpulan
1.74
Ho diterima
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua
data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. untuk
menentukan nilai thitung digunakan rumus berikut ini.
tο€½
1 ο€­ 2
1 1
S

n1 n2
Hasil penghitungan dengan menggunakan uji-t, maka didapat hasil
sebagai berikut:
thitung
= 4.44
ttabel
= 2.000 (α = 0.05 / 5%)
Karena thitung > ttabel, maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
sebelum menggunakan metode pembelajaran dengan Jigsaw dan TSTS
pada pelajaran IPA–Biologi konsep sistem ekosistem. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7:
Tabel 4. 7
Hasil pengujian Hipotesis Nilai N-gain dengan “t test”
Kelompok Eksperimen Jigsaw dan TSTS
Kelompok
Jumlah
Dk
Eksperimen
_
thitung
ttabel
Keputusan
4.44
2.00
Ha
x
N-gain
Jigsaw
35
TSTS
35
68
0.59
0.46
diterima
54
Dari hasil perhitungan, diperoleh thitung sebesar 24.443, dengan dk
(derajat kebebasan) sebesar 68 (35 + 35 – 2) tidak ada pada tabel sehingga
menggunakan dk yang mendekati yaitu 70 maka diperoleh ttabel pada
taraf signifikansi 0.05 sebesar 2.00.4
Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen Jigsaw
dan TSTS thitung > ttabel (4.44 > 2.00). Hal ini menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi
siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw
dengan teknik Two Stay Two Stray.
4. Hasil Lembar Observasi
Rekap data hasil observasi yang dilakukan oleh dua orang observer
dengan melihat apakah setiap tahapan dari setiap metode dilakukan oleh
peneliti benar dan sesuai atau tidak
dengan tahapan masing–masing
metode tersebut.
Hasil dari observasi yang dilakukan pada teknik jigsaw yang terdiri
dari beberapa tahapan yaitu pembentukan kelompok, pembagian materi,
diskusi kelompok, membagi informasi dan evaluasi. Pada tahap
pembagian materi siswa terlihat antusias untuk berkumpul dengan
kelompok ahli masing-masing. Penerapan teknik jigsaw ini dalam
pembelajaran dilakukan sebanyak 3 pertemuan, pada pertemuan pertama
penerapan teknik jigsaw berdasarkan pengamatan (observasi) suasana
kelas terlihat kurang kondusif hal ini terlihat dari alokasi waktu yang
belum sesuai rencana belajar, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
diskusi kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan,
memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab
terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok. Pada penerapan
teknik jigsaw pertemuan kedua dan ketiga pelaksanaan pembelajaran
dengan teknik jigsaw suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari
3
4
lampiran 15, h. 164-165
ibid
55
pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang telah sesuai
dengan rencana pembelajaran, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan,
yaitu dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dalam diskusi, baik
mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai teman
dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam
kelompoknya.
Pada tahapan diskusi kelompok ahli disini terlihat peran guru untuk
membantu mereka, disini terjadi berbagi informasi. Pada tahap presentasi
dan evaluasi terlihat kelompok ahli mana yang menyampaikan informasi
secara benar serta terlihat kelompok terbaik sementara. Ketika eksperimen
yang pertama siswa tidak terlalu antusias dengan teknik yang diberikan
pada proses pembelajaran, setelah pertemuan selanjutnya baru terlihat
antusias siswa.
Begitu juga dengan hasil observasi yang dilakukan pada teknik
TSTS yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu sharing dengan kelompok,
berbagi informasi, kembali kekelompok asal, diskusi dengan kelompok
asal. Pada awal penelitian, siswa yang menjadi sampel merasa
kebingungan dengan adanya suatu teknik pembelajaran yang tidak biasa
mereka dapatkan, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat
memahami dan dapat menyesuaikan diri dengan teknik ini. Penerapan
teknik jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan sebanyak 3 pertemuan.
Pada tahapan berbagi informasi misalnya, siswa terlihat antusias untuk
menjalankan peran mereka masing-masing. Siswa yang bertugas menjadi
tamu berperan seolah mereka bertamu kerumah orang secara sopan dan
beradab. Siswa mengetuk pintu kemudian mengucapkan salam begitu juga
sebaliknya, siswa yang berperan menjadi tuan rumah berperan seolah
mereka tuan rumah sebenarnya. Pertukaran informasi terjadi pada tahap
ini. Kemudian informasi yang didapatkan tersebut dibagikan kembali
kekelompok
masing-masing
untuk
didiskusikan.
Kerjasama
kelompok, rasa percaya diri dan bimbingan dari guru muncul.
antar
56
Hasil dari lembar observasi yang diisi oleh observer tersebut, dapat
disimpulkan hasilnya adalah peneliti telah menjalankan masing–masing
metode sesuai dengan tahapannya dengan benar. Hasil pengamatan
observer terhadap kedua kelas tersebut, yaitu pada kelas jigsaw
menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses belajar baik dan aktif.
Sedangkan pada kelas TSTS sikap siswa cukup baik dan cukup aktif
dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar biologi siswa antara yang diajarkan melalui teknik
Jigsaw dengan teknik Two Stay Two Stray, yaitu bahwa hasil belajar biologi
siswa yang diajarkan melalui teknik Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan
hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik Two
Stay Two Stray. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan pembelajaran
kooperatif teknik jigsaw lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab
pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta
memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman
kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab
agar setiap kelompoknya memahami materi secara keseluruhan, sedangkan
pada kelompok Two Stay Two Stray tanggung jawab yang diberikan adalah
memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama.
Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar
secara individu, tanpa kompetisi dicoba dikondisikan dengan adanya
kompetisi yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta
suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan bervariasi. Kedua
pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam belajar dan dapat
meningkatkan rasa percaya diri tiap siswa karena siswa dilatih untuk aktif
berpendapat, menghargai perbedaan pendapat dan termotivasi untuk
meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan.
57
Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran
model cooperative learning teknik Jigsaw dan TSTS di MTs PUI Bogor.
Penelitian ini dilakukakan selama tiga kali pertemuan pada konsep ekosistem
yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen, yaitu kelas VII-I berjumlah 35
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran cooperative learning teknik
Jigsaw, dan kelas VII-II berjumlah 35 siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran cooperative learning teknik TSTS. Guru yang berperan sebagai
fasilitator bagi seluruh kelompok pada kelas eksperimen jigsaw dan TSTS,
apabila terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh
siswa dalam kelompok, sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi
dari permasalahan, secara bersama dan bukan sebagai pemberi materi total
dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam
menyampaikan materi ke siswa.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar Biologi yang menggunakan Jigsaw dan TSTS.
Untuk memperkuat hasil penelitian ini, seperti telah diuraikan sebelumnya,
telah dilakukan pula uji statistik perbandingan terhadap nilai N-Gain kedua
kelas yang menunjukkan kesimpulan yaitu terdapat perbedaan nilai N-Gain
kedua kelas yang signifikan. N-Gain pada kelas Jigsaw lebih baik dari N-Gain
pada kelas TSTS. Bahkan, dari nilai rata–rata N-Gain jauh berbeda antara
kelas Jigsaw dan kelas TSTS. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas tersebut
signifikan.
Dari tabel hasil postest kelas Jigsaw dan kelas TSTS diperoleh nilai
rata-rata yang berbeda (thitung = 4.44, ttabel (68) = 2.00), kelas Jigsaw 72.8
sedangkan kelas TSTS 67. Hal ini menunjukkan rata-rata nilai siswa pada
kelas Jigsaw lebih tinggi dibanding kelas TSTS, tampak bahwa pembelajaran
menggunakan teknik Jigsaw lebih memberikan peningkatan hasil belajar yang
tinggi terhadap konsep ekosistem dibandingkan menggunakan teknik TSTS.
Pembelajaran
kooperatif
teknik
Jigsaw
menganut
sistem
kegotongroyongan selain itu juga mengandung sistem kemandirian siswa,
58
serta menuntut peran aktif siswa agar dapat bertanggung jawab terhadap
bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Sedangkan dalam pembelajaran
kooperatif teknik TSTS materi yang diberikan dipelajari secara bersama dan
dipecahkan bersama-sama. Ditinjau dari motivasi belajar, dengan metode
kooperatif teknik Jigsaw yang diharapkan memberikan motivasi lebih pada
siswa dengan variasi belajar dimana adanya sistem kegotongroyongan bagi
siswa yang dapat mencegah timbulnya agresivitas siswa dalam situasi
kompetisi dan keterasingan individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
Dalam pembelajaran kooperatif kerja sama dalam kelompok
memegang kunci keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw diperlukan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri maupun pembelajaran siswa lain dalam
kelompok maupun di luar kelompoknya. Siswa tidak hanya dituntut untuk
dapat menguasai materi untuk dirinya sendiri tetapi juga dituntut untuk dapat
menjelaskan pada siswa lain dalam kelompoknya, sebab secara umum siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan
temannya. Sedangkan dalam pembelajaran kooperatif teknik TSTS materi
dipelajari secara bersama-sama sehingga terkadang ada siswa yang benar–
benar berdiskusi semua, ada yang tidak hal ini mengakibatkan pemahaman
terhadap materi yang diajarkan tidak tersebar secara merata, hanya siswa yang
aktif dan serius
dalam berdiskusi yang memiliki pemahaman yang lebih
terhadap materi yang disampaikan dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam
pembelajaran, sehingga menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama
lain.
Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru dapat
secara langsung membimbing setiap individu yang mengalami kesulitan
belajar. Guru akan lebih mudah memberikan bantuan secara individu ketika
mengajar atau membimbing siswa pada kelompok kecil. Pembelajaran ini
mampu mengarahkan siswa untuk aktif dalam memahami materi yang
59
diajarkan yang pada akhirnya berdampak pada tingginya penguasaan siswa
pada materi yang sedang dipelajari dan meningkatkan hasil belajar.
Pada dasarnya kedua teknik dari pendekatan pembelajaran kooperatif
memiliki keunggulan masing-masing, kedua teknik ini dapat merangsang
siswa terlibat secara aktif untuk bekerja sama, berdiskusi dan saling membantu
antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruksi
pemahaman mereka sendiri secara bersama sama. Walaupun, masih terdapat
siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Sesuai dengan dengan hasil penelitian Suprapto Mukti Nugroho yang
menyatakan bahwa pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini cukup
efektif untuk membantu meningkatkan ketuntasan belajar siswa sehingga pada
akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.5
5
Suprapto Mukti. Nugroho, Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai
Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3, September 2005, hal. 49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil rata-rata nilai posttest kelas eksperimen Jigsaw (72,8) dan kelas
eksperimen TSTS (67), rata-rata N-gain kelas eksperimen Jigsaw (0,59) dan
kelas eksperimen TSTS (0,46), dan uji-t diperoleh thitung > ttabel , yaitu 4,44
> 2,00 dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 70. maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik TSTS pada konsep ekosistem.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Diharapkan Guru bidang studi khususnya Biologi dapat menerapkan
pembelajaran Biologi menggunakan metode Cooperative Learning teknik
Jigsaw dari pada Two Stay Two Stray jika harapannya hasil belajar.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pembelajaran teknik
Jigsaw dan Two Stay Two Stray yang dilihat bukan hanya dari hasil belajar
tetapi menggunakan variabel lain.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. Model Pembelajaran One Stay One Stray di akses dari
http://iqbalali.com/2010/02/17/model-pembelajaran-one-stay-two-straymodifikasi/, Sabtu, 30 Oktober 2010 jam 20.15 wib
Anonim, Model Pembelajaran Kooperatif JigSaw (Tim Ahli), diakses dari
http://adiwarsito.wordpress.com/2010/11/12/model-pembelajarankooperatif-jigsaw/ 1 Desember 2010 jam 09.00 Wib
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Azizah, Bahriyatul. 2006. Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional Pokok Bahasan Jurnal Khusus
Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas Ii Man
Suruh.
Skripsi.
Semarang:
UNES.
Diakses
dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0110/00a3183
e.dir/doc.pdf , 30 oktober 2010
Bungin, M. Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka.
Departemen Agama RI. 2006.Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI
Tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Islam.
Devi Kusmiyati. 2008. Pengaruh Model Kooperatif Learning Teknik Two Stay
Two Stray pada Konsep Ekosistem Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil
belajar Biologi. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Efi. 2007. Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar melalui
Pendekatan Cooperatif Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD.
Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dipublikasikan.
Diakses dari http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf
Fatirul, Ahmad Noor.
Cooperative Learning, Makalah, di akses dari
trimanjuniarso.wordpress.com, 25 November 2010
62
Feronika, Tonih. 2008. Buku ajar strategi pembelajaran kimia. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
Haetami, Aceng dan Supriadi. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan. Diakses dari
http://jurnal.unhalu.ac.id.pdf, 30 oktober 2010
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hariyatmi, Eli Herowati, dan Djumadi. “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas VII Semester II Smp Negeri 2 Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar Tahun Ajaran 2004/2005 Menggunakan Strategi
Pembelajaran JIGSAW DAN STAD (Student Teams Achievement
Division). MIPA, Vol. 17, No. 1, Januari 2007: 17 – 32. diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/1248/1/3._HARIYATMI.pdf, 8 oktober 2010
Hasanah, Yuli Purwanti. 2007. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatfi
Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Popok Klasifikasi Makhluk Hidup di
MTs NU Unggaran. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
Dipublikasikan.
Diakses
dari
http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss4005.pdf
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung: Alfabeta.
Iska, Zikri Neni. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan.
Jakarta: Kizi Brother’s.
Janah, Ika Nurul Fattakhul. 2006. Upaya Meningkatkan hasil Belajar Fisika
Materi Pokok Kalor Dengan Pendekatan CTL pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Tulis Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi. Semarang: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika. Diakses dari
http://digilib.ac.id/gdsl/collect/skrispsi/archves/hashe307.dir/doc.fdf,
1
Oktober 2010.
Junaedi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Edisi Pertama. Learning Assistance
Program For Islamic Schools Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Surabaya: LAPIS-PGMI
Karina, Tia. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay
Two Stray (Dua Tingga Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk
63
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya (PTK di MTS
Pembangunan UIN Jakarta). Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Kessler,Carolyn. 1992. Cooperative Language Learning. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prentice Hall Regents.
Khalid, Abdul dkk. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Magister
Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung. diakses dari http://blog.unila.ac.id 11 Desember 2010
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press.
Nasution. 1995. Didaktik Dasar-dasar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, Suprapto Mukti. Remedial Teaching dengan Teknik Jigsaw Sebagai
Pendukung Kurikulum 2004. Jurnal Widya Tama. Volume 2, No. 3,
September 2005.
Purbohadi, Dwijoko. Diakses dari http://www.ntlf.com/html/lib/bib/91-9dig.htm,
1 Oktober 2010.
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Putra, Muhammad Rosi Prayud. 2010. Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray. Pendidikan
Guru dan Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember. diakses dari, 4 Desember 2010.
Rahmatin, Ityanu. 2009. Pengaruh Pembelajaran Active Learning Metode
Rotating Trio Exchange Terhadap Hasil Belajar Biologi. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Tidak dipublikasikan
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.
Ruseefendi, HET. 1998. Statistik Dasar untuk Pelatihan Pendidikan. Bandung:
CV Andira.
64
Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman jaya.
Sanjaya, Wina. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Santrok, Jhon W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill.
Sirih, H.M. dan Muhammad Ali. Penerapan model pembelajaran tipe jigsaw
dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari. Jurnal MIPMIPA, Vol. 6,
No.1, Pebruari 2007
Salvin, Robert E. 2008. Cooperative Learning teori, riset dan praktik, cet 1, terj.
Dari Cooperative Learning: theory research and practice oleh Nurlita
Yusron. Bandung:Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
--------------------. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Sudjiono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovavtif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sulastri, Yeti dan Diana Rochintaniawati. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Pembelajaran Biologi Di Smpn 2
Cimalaka. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 13 No. 1 April 2009. h. 15.
diakses dari
Supriono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
65
------------------. 2009. Psikologi Pendidikan: dengan pendekatan Baru. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Prestasi Pustaka.
Z, Zurinal, Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar
Pelaksanaan Pendidikan. Jakrta: UIN Jakarta Press.
Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan TeoriAplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
66
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 1 dan 2
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
Siswa mampu:
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan
biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
67
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
:
Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Konsumen
Autotrof
Lingkungan
biotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
D. Model
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Bentuk interaksi
antar organisme
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-I
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Inti
Alokasi
Guru
ο‚·
Guru mengabsen kehadiran
ο‚·
siswa
ο‚·
Guru melaksakan pretest
untuk mengetahui hasil
waktu
Siswa
Siswa
merespon 5 menit
panggilan guru
ο‚·
Siswa mendengarkan
penjelasan guru
25 menit
68
belajar kognitif siswa
(menjelaskan) sebelum
adanya treatmen
ο‚·
ο‚·
Guru memberikan tes awal
(pretest)
ο‚·
Siswa menjawab pretest
Guru memberikan
ο‚·
Siswa memperhatikan
penjelasan singkat tentang
10 menit
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan
Penutup
ο‚·
ο‚·
Guru memberitahukan
materi dan metode yang
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
digunakan untuk pertemuan
selanjutnya
Peretmuan ke-II
Kegiatan
Langkah
Pendahluan
Alokasi
Guru
ο‚·
Siswa
Ice breaking: “guru tepuk ο‚·
Siswa
konsentrasi”
memperhatikan dan
mengikuti apa yang
dilakukan oleh guru
ο‚·
Guru menjelaskan tujuan
ο‚·
pembelajaran
ο‚·
Guru mengaitkan materi
Siswa mendengarkan
penjelasan guru
ο‚·
sebelumnya yaitu tentang
Siswa merespon
pertanyaan guru
organisasi kehidupan
dengan bertanya “apa
yang dimaksud dengan
organisme?”
ο‚·
Apersepsi
ο‚·
Siswa mendengarkan
Guru memberikan
dan menjawab
apersepsi tentang
pertanyaan yang
ekosistem dengan
diberikan oleh guru.
bertanya “apakah semua
makhluk hidup bisa hidup
ditempat yang sama
misalnya kodok dan ikan
waktu
69
hanya bisa hidup diair?”
ο‚·
Motivasi
ο‚·
Siswa termotivasi
ο‚·
Siswa
“Guru memotivasi siswa
agar belajar dengan tekun
dan rajin dan serius ketika
pembelajaran
berlangsung”
ο‚·
Guru menjelaskan
mengenai pembelajaran
mendengarkan dan
teknik jigsaw
memperhatikan
penjelasan guru
Inti
ο‚·
Guru membagi siswa ke
ο‚·
Siswa berkumpul
Tahap I:
dalam kelompok-
dengan masing-
pembentukan
kelompok asal yang
masing
kelompok
berjumlah 4 – 5 orang.
kelompoknya.
Tahap II:
ο‚·
pembagian materi
Guru membagikan LKS
ο‚·
kepada setiap siswa (tim
Siswa membentuk
tim ahli
asal) dan membentuk tim
ahli,
Tahap III: diskusi
ο‚·
antar kelompok
Guru meminta siswa
ο‚·
Siswa berdiskusi
untuk berdiskusi tentang
membahas materi
materi yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masingmasing (tim ahli), agar
saling membantu
memahami materi yang
diberikan bersama-sama.
ο‚·
Guru menginformasikan
ο‚·
Siswa
bahwa diskusi tim ahli
mendengarkan apa
selesai
yang
diinformasikan guru
Tahap IV:membagi
ο‚·
informasi
Guru meminta masing-
ο‚·
masing siswa untuk
Siswa kembali ke
tim asal
kembali ke tim asalnya.
ο‚·
Guru meminta tim ahli
ο‚·
Siswa dari tim ahli
70
untuk berbagi informasi
membagi informasi
dengan tim asal
Tahap V:presentasi
ο‚·
Guru meminta setiap
ο‚·
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam
dari masing-masing
kelas.
anggota pada tim
ahli.
ο‚·
Guru memberikan tes
ο‚·
Siswa menjawab
individu berupa kuis
kuis yang diberikan
kepada siswa, yang
guru.
hasilnya digunakan
untuk menentukan skor
peningkatan individu.
Pada tahap ini siswa
tidak diperkenankan
untuk saling
memberitahu atau
bekerjasama dengan
yang lain.
ο‚·
Guru meminta siswa
ο‚·
Siswa
untuk mengumpulkan tes
mengumpulkan tes
dan menukarkannya
dan menukarkannya
dengan siswa yang lain
dengan siswa yang
lain
ο‚·
Guru memberikan skor
ο‚·
peningkatan individual
Siswa
memperhatikan
guru
Penutup
ο‚·
Guru mengumumkan
ο‚·
kelompok terbaik
Siswa
memperhatikan
sementara
ο‚·
ο‚·
Guru melakukan refleksi
ο‚·
Siswa
tentang materi yang
memperhatikan
diberikan.
penjelasan guru
Guru memberikan
informasi untuk
ο‚·
Siswa
memperhatikan apa
71
pertemuan selanjutnya
yang diinformasikan
guru
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
ο‚·
Spidol
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen : Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya disebut ….
a. Habitat
c. Bioma
b. Komunitas
d. Biosfer
2. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut ….
a. biosfer
c. ekologi
b. komunitas
d. ekosistem
3. Sekumpulan harimau yang hidup dalam ekosistem hutan merupakan …
a. Ekosistem
c. Komunitas
b. Individu
d. Populasi
Perhatikan soal cerita di bawah ini untuk menjawab soal no. 4 dan 5.
Pada ekosistem kebun pada lingkungan sekitar sekolah MTs PUI Bogor yang kalian amati
dengan luas 200m2 terdapat dua pohon mangga, sebatang pohon kelapa, dua ekor burung, lima
ekor kumbang, tiga ekor jangkrik, lima ekor belalang, tujuh ekor capung dan dua puluh ekor
semut.
4. Berdasarkan cerita di atas, ada berapa macam populasi yang dijumpai di tempat tersebut?
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
5. Populasi apakah yang paling padat pada tempat tersebut?
a. Pohon mangga
c. Dua puluh ekor semut
b. Sebatang pohon kelapa
d. Dua ekor burung
6. Berikut ini merupakan contoh dari individu, kecuali…
a. Sebatang pohon
c. Sekelompok ikan
b. Seorang nenek
d. Seekor kura-kura
7. Komponen abiotik yang terdapat pada akuarium adalah...............
a. Ikan
c. Air
b. Tanaman air
d. Lumut
72
8. Gabungan sekelompok kuda, sekelompok singa dan sekelompok rusa di padang rumput,
membentuk ....
a. ekosistem
c. populasi
b. komunitas
d. individu
9. Berikut yang termasuk komponen biotik adalah ….
a. batu, ulat, air,kuda
c. kuda, ulat, udara, semut
b. batu, air, semut, udara
d. semut , ulat, kecoa, ular
10. Seluruh populasi rumput dan belalang yang ada di sebidang kebun merupakan
a. Komunitas
c. Individu
b. Ekosistem
d. Biosfer
Jawaban
1. A
2. A
3. D
4. D
5. C
6.
7.
8.
9.
10.
C
C
A
D
A
I. Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betul) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor,
Guru IPA
Peneliti
(Elin Marlina, S.Pd)
(Irna Purnamasari)
Januari 2010
73
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
:3
Alokasi Waktu
: 2 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
Siswa mampu:
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan
biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
74
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
:
Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Konsumen
Autotrof
Lingkungan
biotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
D. Model
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Bentuk interaksi
antar organisme
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Peretmuan ke-III
Kegiatan
Langkah
Pendahluan
Guru
ο‚·
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
ο‚·
pembelajaran
ο‚·
Guru mengaitkan materi
Alokasi
Siswa mendengarkan
penjelasan guru
ο‚·
sebelumnya dengan bertanya
Siswa merespon
pertanyaan guru
“Dalam ekosistem, tumbuhan
tergolong produsen atau
konsumen ?”
ο‚·
Apersepsi
Guru memberikan apersepsi
ο‚·
Siswa mendengarkan
waktu
75
ο‚·
tentang dengan bertanya
dan menjawab
“apakah waduk jati luhur
pertanyaan yang
termasuk komponen buatan?”
diberikan oleh guru.
Motivasi
“Guru memotivasi siswa agar
belajar dengan tekun dan rajin
dan serius ketika pembelajaran
ο‚·
Siswa termotivasi
ο‚·
Siswa berkumpul
berlangsung”
Inti
ο‚·
Guru membagi siswa ke
Tahap I:
dalam kelompok-kelompok
dengan masing-
pembentukan
asal
masing kelompoknya.
kelompok
Tahap II:
ο‚·
pembagian materi
Guru membagikan LKS
ο‚·
kepada setiap siswa (tim asal)
Siswa membentuk
tim ahli
dan membentuk tim ahli,
Tahap III: diskusi
ο‚·
antar kelompok
Guru meminta siswa untuk
ο‚·
Siswa berdiskusi
berdiskusi tentang materi
membahas materi
yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masing-masing
(tim ahli), agar saling
membantu memahami materi
yang diberikan bersamasama.
ο‚·
Guru menginformasikan
ο‚·
bahwa diskusi tim ahli selesai
Siswa mendengarkan
apa yang
diinformasikan guru
Tahap IV:membagi
ο‚·
informasi
Guru meminta masing-
ο‚·
masing siswa untuk kembali
Siswa kembali ke tim
asal
ke tim asalnya.
ο‚·
Guru meminta tim ahli untuk
ο‚·
berbagi informasi dengan tim
Siswa dari tim ahli
membagi informasi
asal
Tahap V:presentasi
ο‚·
Guru meminta setiap
ο‚·
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam kelas.
dari masing-masing
anggota pada tim
76
ahli.
ο‚·
Guru memberikan tes
ο‚·
individu berupa kuis kepada
Siswa menjawab kuis
yang diberikan guru.
siswa, yang hasilnya
digunakan untuk menentukan
skor peningkatan individu.
Pada tahap ini siswa tidak
diperkenankan untuk saling
memberitahu atau
bekerjasama dengan yang
lain.
ο‚·
Guru meminta siswa untuk
ο‚·
Siswa mengumpulkan
mengumpulkan tes dan
tes dan
menukarkannya dengan siswa
menukarkannya
yang lain
dengan siswa yang
lain
ο‚·
Guru memberikan skor
ο‚·
peningkatan individual
Penutup
ο‚·
Guru mengumumkan
Siswa memperhatikan
guru
ο‚·
Siswa memperhatikan
ο‚·
Siswa memperhatikan
kelompok terbaik sementara
ο‚·
Guru melakukan refleksi
tentang materi yang diberikan.
ο‚·
Guru memberikan informasi
untuk pertemuan selanjutnya
penjelasan guru
ο‚·
Siswa memperhatikan
apa yang
diinformasikan guru
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
ο‚·
Spidol
77
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen : Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1. Pada ekosistem lahan kosong MTs PUI Bogor terdapat beberapa jenis makhluk hidup :
rumput, burung, capung, dan belalang, yang berfungsi sebagai produsen adalah …..
a. belalang
c. rumput
b. burung
d. capung
2. Perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui
proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut .....
a. rantai makanan
c. piramida makanan
b. jaring-jaring makanan
d. aliran energi
3. Kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut …..
a.
rantai makanan
b. jaring-jaring makanan
c. piramida makanan
d. aliran energi
4. Berikut ini perpindahan yang benar ialah…
a. matahari-herbivora-karnivora-omnivora
b. matahari- produsen- konsumen I- konsumen II
c. produsen- karnivora- herbivora- matahari
d. produsen- matahari- konsumen- produsen
5. Dasar piramida di tempati oleh ……
a. produsen
c. konsumen II
b. konsumen 1
d. konsumen III
6. Urutan perpindahan energi yang benar di bawah ini adalah ……
a. matahari – tumbuhan – hewan
b. matahari – hewan – tumbuhan
c. tumbuhan – matahari – hewan
d. tumbuhan – hewan – matahari
7. Perpindahan energi secara langsung terjadi dari …..
a. pengurai ke konsumen
c. produsen ke matahari
b. konsumen ke produsen
d. matahari ke produsen
8. Yang termasuk ekosistem buatan adalah …..
a. sawah
c. danau
b. sungai
d. rawa
9. Tumbuhan hijau yang tergolong autotrof, sebab…
a. dapat membuat makanan sendiri
b. tidak dapat membuat makanan sendiri
78
c. hidup menempel pada makhluk hidup lain
d. hidup mengambil makanan makhluk hidup lain
10. Pada piramida di bawah ini, tumbuhan terletak pada bagian …
a. I
b. III
c. II
d. IV
Jawaban:
1. C
2. A
3. B
4. B
5. A
6.
7.
8.
9.
10.
A
D
A
A
D
I. Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betul) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
79
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS JIGSAW
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 4 dan 5
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
Siswa mampu:
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan
biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
80
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
:
Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Konsumen
Autotrof
Lingkungan
biotik
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
D. Model
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Bentuk interaksi
antar organisme
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Jigsaw
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Peretmuan ke-IV
Kegiatan
Langkah
Pendahluan
Guru
ο‚·
ο‚·
Alokasi
Siswa
Guru menjelaskan tujuan ο‚·
Siswa mendengarkan
pembelajaran
penjelasan guru
Guru mengaitkan materi
sebelumnya dengan
bertanya “masih ingat
ο‚·
Siswa merespon
pertanyaan guru
waktu
81
urutan rantai makanan?”
ο‚·
Apersepsi
Guru memberikan
apersepsi tentang dengan
ο‚·
ο‚·
Siswa mendengarkan
bertanya “apakah ada
dan menjawab
yang tahu pengertian
pertanyaan yang
simbiosis?”
diberikan oleh guru.
Motivasi
“Guru memotivasi siswa
agar belajar dengan tekun
ο‚·
Siswa termotivasi
ο‚·
Siswa berkumpul
dan rajin dan serius ketika
pembelajaran
berlangsung”
Inti
ο‚·
Guru membagi siswa ke
Tahap I:
dalam kelompok-
dengan masing-
pembentukan
kelompok asal
masing
kelompok
Tahap II:
kelompoknya.
ο‚·
pembagian materi
Guru membagikan LKS
ο‚·
kepada setiap siswa (tim
Siswa membentuk
tim ahli
asal) dan membentuk tim
ahli,
Tahap III: diskusi
ο‚·
antar kelompok
Guru meminta siswa
ο‚·
Siswa berdiskusi
untuk berdiskusi tentang
membahas materi
materi yang sama dalam
yang diberikan
kelompoknya masingmasing (tim ahli), agar
saling membantu
memahami materi yang
diberikan bersama-sama.
ο‚·
Guru menginformasikan
ο‚·
Siswa
bahwa diskusi tim ahli
mendengarkan apa
selesai
yang
diinformasikan guru
Tahap IV:membagi
informasi
ο‚·
Guru meminta masingmasing siswa untuk
ο‚·
Siswa kembali ke
tim asal
82
kembali ke tim asalnya.
ο‚·
Guru meminta tim ahli
ο‚·
untuk berbagi informasi
Siswa dari tim ahli
membagi informasi
dengan tim asal
Tahap V:presentasi
ο‚·
Guru meminta setiap
ο‚·
Siswa dari tim asal
kelompok dan
kelompok tim asal untuk
mempresentasikan
evavluasi
mempresentasikan hasil
hasil yang didapat
kelompoknya di dalam
dari masing-masing
kelas.
anggota pada tim
ahli.
ο‚·
Guru memberikan tes
ο‚·
Siswa menjawab
individu berupa kuis
kuis yang diberikan
kepada siswa, yang
guru.
hasilnya digunakan
untuk menentukan skor
peningkatan individu.
Pada tahap ini siswa
tidak diperkenankan
untuk saling
memberitahu atau
bekerjasama dengan
yang lain.
ο‚·
Guru meminta siswa
ο‚·
Siswa
untuk mengumpulkan tes
mengumpulkan tes
dan menukarkannya
dan menukarkannya
dengan siswa yang lain
dengan siswa yang
lain
ο‚·
Guru memberikan skor
ο‚·
peningkatan individual
Siswa
memperhatikan
guru
Penutup
ο‚·
Guru mengumumkan
ο‚·
kelompok terbaik
Siswa
memperhatikan
sementara
ο‚·
Guru melakukan refleksi
ο‚·
Siswa
tentang materi yang
memperhatikan
diberikan.
penjelasan guru
83
ο‚·
ο‚·
Guru memberikan
Siswa
informasi untuk
memperhatikan apa
pertemuan selanjutnya
yang diinformasikan
guru
Pertemuan ke-V
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Alokasi
Guru
ο‚·
Guru mengabsen kehadiran
ο‚·
siswa
ο‚·
Inti
waktu
Siswa
Siswa
merespon 5 menit
panggilan guru
ο‚·
Guru memberikan tes akhir
(post test) terkait konsep
Siswa menjawab post
25 menit
test
yang telah dipelajari siswa
ο‚·
Penutup
Guru memberikan
penjelasan singkat tentang
ο‚·
Siswa memperhatikan
10 menit
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
Winarsih, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
ο‚·
Spidol
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen : Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1. Di bawah ini adalah contoh interaksi yang bersifat komensalisme adalah …
a. Kupu-kupu dengan bunga
b. Anggrek dengan pohon inangnya
c. Tali putri dengan tanaman pagar
d. Belalang dan burung pipit di sawah
84
2. Interaksi benalu dengan pohon mangga disebut …..
a. Mutualisme
c. Parasitisme
b. Komensalisme
d. Predasi
3. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini :
1) Burung
2) Rumput
3) Jangkrik
Urutan yang benar agar membentuk suatu rantai makanan yaitu :
a. 2) – 1) – 3)
c. 3) – 2) – 1)
b. 2) – 3) – 1)
d. 1) – 2) – 3)
Interaksi
Pengaruh terhadap simbion
I
II
1
+
+
2
+
0
3
+
-
4
0
+
4. Dari table diatas simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor…
a. 3
c. 4
b. 2
d. 1
5. Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini :
1) Ikan kecil
2) alga
3) gabus
Urutan yang benar agar membentuk suatu piramida makanan yaitu :
a. 2),3),1)
c. 3),2),1)
b. 2),1),3)
d. 1).2),3)
Jawaban:
1. B
2. C
3. D
4. A
5. B
I. Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betulx2) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
ALUR PERPINDAHAN PELAKSANAAN TEKNIK JIGSAW
Kelompok Asal (Home Group)
HG 1
HG 2
HG 3
HG 4
HG 5
HG 6
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
3
6
3
6
3
6
3
6
3
6
3
111111
333333
555555
222222
444444
66666
Kelompok ahli I
Kelompok ahli II
Kelompok ahli III
85
86
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : VIII/1
Pertemuan
: 1 dan 2
Alokasi Waktu : 3 X 40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
:
Siswa mampu;
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan
biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof.
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
87
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
:
Peta Konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
Konsumen
Autotrof
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Lingkungan
biotik
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
Bentuk interaksi
antar organisme
D. Model
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan : Pendekatan konsep
Metode
: TSTS
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-I
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Guru
ο‚·
Guru mengabsen kehadiran
Murid
ο‚·
siswa
ο‚·
Guru melakukan pretest
Alokasi
Siswa merespon
ο‚·
Siswa mendengarkan
penjelasan guru
belajar kognitif siswa
25 menit
(menjelaskan) sebelum
adanya treatmen
ο‚·
Guru memberikan soal tes
5 menit
panggilan guru
untuk mengetahui hasil
Inti
waktu
ο‚·
Siswa menjawab
88
awal (pretest)
ο‚·
pretest
ο‚·
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penjelasan singkat tentang
penjelasan guru
tes yang telah dilakukan
penutup
ο‚·
10 menit
Guru memberitahukan
materi dan metode yang
ο‚·
Siswa memperhatikan
digunakan untuk pertemuan
penjelasan guru
selanjutnya
Pertemuan ke-II
Kegiatan
Langkah
Pendahluan
Alokasi
Guru
ο‚·
Ice breaking: “guru tepuk
Siswa
ο‚·
Siswa memperhatikan
konsentrasi”
dan mengikuti apa
yang dilakukan oleh
guru
ο‚·
Guru menjelaskan tujuan
ο‚·
Siswa mendengarkan
pembelajaran
ο‚·
Guru mengaitkan materi
penjelasan guru
ο‚·
Siswa merespon
sebelumnya yaitu tentang
pertanyaan guru
organisasi kehidupan dengan
bertanya “apa yang
dimaksud dengan
organisme?”
ο‚·
Apersepsi
ο‚·
Siswa mendengarkan
Guru memberikan apersepsi
dan menjawab
tentang ekosistem dengan
pertanyaan yang
bertanya “apakah semua
diberikan oleh guru.
makhluk hidup bisa hidup
ditempat yang sama
misalnya kodok dan ikan
hanya bisa hidup diair?”
ο‚·
Motivasi
“Guru memotivasi siswa
agar belajar dengan tekun
dan rajin dan serius ketika
ο‚·
Siswa termotivasi
waktu
89
pembelajaran berlangsung”
ο‚·
Guru menjelaskan
mengenai pembelajaran
ο‚·
teknik TSTS
Siswa mendengarkan
dan memperhatikan
penjelasan guru
ο‚·
Inti
Guru menjelaskan materi
ο‚·
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru
Tahap
1: ο‚·
Guru membimbing
ο‚·
Siswa memperhatikan
pembentukan
pembentukan kelompok,
penjelasan guru serta
kelompok
yang masing-masing
langsung
kelompok terdiri dari 4 orang
dengan
duduk
kelompoknya
masing-masing
ο‚·
Guru memberikan LKS
ο‚·
Siswa mengerjakan
Tahap II:
mengenai komponen dalam
LKS bersama
Sharing
ekosistem kepada masing-
kelompoknya masing-
pendapat
masing kelompok
masing
dengan
ο‚·
kelompoknya
masing-
Guru mengamati jalannya
diskusi
ο‚·
masing
Guru berkeliling membantu
ο‚·
Siswa memperhatikan
guru
siswa yang kesulitan sambil
mengingatkan siswa untuk
saling bekerja sama, serta
bertanggung jawab terhadap
tugas yang telah dibagi sesuai
kesepakatan kelompok
ο‚·
Guru menginformasikan
bahwa diskusi selesai dan
tiap kelompok harus bertukar ο‚·
Siswa mendengarkan
Tahap III:
informasi dengan kelompok
apa yang
16 siswa yang
yang lain
diinformasikan guru
stay dan 14
ο‚·
Guru membantu siswa saat
siswa yang
mobilisasi serta mengamati
stray
jalannya proses pertukaran
Tahap IV:
informasi berlangsung
ο‚·
Siswa bertukar
informasi ada berperan
berbagi
yang menjadi penerima
informasi
tamu dan yang
90
berperan menjadi tamu
kepada kelompok lain
ο‚·
Tahap V
ο‚·
Guru meminta siswa untuk
ο‚·
Siswa kembali kepada
kembali kepada
kelompoknya masing-
kelompoknya masing-masing
masing
Guru membimbing siswa
Tahap
untuk mendiskusikan
kembali
kembali informasi yang telah
ο‚·
Siswa mendiskusikan
informasi yang
mereka dapatkan
Tahap VI:
ο‚·
Guru memberikan kuis
ο‚·
Siswa mengerjakan
diskusi dengan
kepada masing-masing siswa
kuis yang diberikan
kelompok asal ο‚·
Guru meminta siswa untuk
didapat
mengumpulkan kuis yang
ο‚·
kuis
sudah dikerjakan
Penutup
ο‚·
Guru memberikan
Siswa mengumpulkan
ο‚·
Siswa memperhatikan
penghargaan kepada
kelompok yang mendapatkan
nilai rata-rata tertinggi.
ο‚·
Guru melakukan refleksi
ο‚·
tentang materi yang
diberikan.
ο‚·
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
ο‚·
Semua siswa
Guru memberikan applause
mengikuti guru
kepada semua siswa yang
(semua siswa tepuk
telah bekerja sama dengan
tangan)
baik.
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
91
ο‚·
Spidol
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen : Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitasnya disebut ….
a. Habitat
c. Bioma
b. Komunitas
d. Biosfer
2. Kumpulan berbagai ekosistem di permukaan bumi disebut ….
a. biosfer
c. ekologi
b. komunitas
d. ekosistem
3. Sekumpulan harimau yang hidup dalam ekosistem hutan merupakan …
a. Ekosistem
c. Komunitas
b. Individu
d. Populasi
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jawaban
1. A
2. A
3. D
4. D
5. C
Perhatikan soal cerita di bawah ini untuk menjawab soal no. 4 dan 5.
Pada ekosistem kebun pada lingkungan sekitar sekolah MTs PUI Bogor yang kalian
amati dengan luas 200m2 terdapat dua pohon mangga, sebatang pohon kelapa, dua ekor
burung, lima ekor kumbang, tiga ekor jangkrik, lima ekor belalang, tujuh ekor capung dan
dua puluh ekor semut.
Berdasarkan cerita di atas, ada berapa macam populasi yang dijumpai di tempat tersebut?
a. 4
b. 5
c. 6
d. 7
Populasi apakah yang paling padat pada tempat tersebut?
a. Pohon mangga
c. Dua puluh ekor semut
b. Sebatang pohon kelapa
d. Dua ekor burung
Berikut ini merupakan contoh dari individu, kecuali…
a. Sebatang pohon
c. Sekelompok ikan
b. Seorang nenek
d. Seekor kura-kura
Komponen abiotik yang terdapat pada akuarium adalah...............
a. Ikan
c. Air
b. Tanaman air
d. Lumut
Gabungan sekelompok kuda, sekelompok singa dan sekelompok rusa di padang rumput,
membentuk ....
a. ekosistem
c. populasi
b. komunitas
d. individu
Berikut yang termasuk komponen biotik adalah ….
a. batu, ulat, air,kuda
c. kuda, ulat, udara, semut
b. batu, air, semut, udara
d. semut , ulat, kecoa, ular
Seluruh populasi rumput dan belalang yang ada di sebidang kebun merupakan
a. Komunitas
c. Individu
b. Ekosistem
d. Biosfer
6.
7.
8.
9.
10.
C
C
A
D
A
92
I. Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betul) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin Marlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
93
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
:3
Alokasi Waktu
: 2 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
Siswa mampu:
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan
biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
94
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
C. Materi Pembelajaran
:
Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
Konsumen
Autotrof
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Lingkungan
biotik
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
D. Model
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Bentuk interaksi
antar organisme
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan
: Pendekatan konsep
Metode
: Two Stay Two Stray
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-3
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Guru
ο‚·
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
ο‚·
pembelajaran
ο‚·
Guru mengaitkan materi
sebelumnya dengan
bertanya “Dalam ekosistem,
tumbuhan tergolong
Alokasi
Siswa mendengarkan
penjelasan guru
ο‚·
Siswa merespon
pertanyaan guru
waktu
95
produsen atau konsumen ?”
ο‚·
Apersepsi
Guru memberikan apersepsi
ο‚·
Siswa mendengarkan
tentang ekosistem dengan
dan menjawab
bertanya “apakah waduk jati
pertanyaan yang
luhur termasuk komponen
diberikan oleh guru.
buatan?”
ο‚·
Motivasi
“Guru memotivasi siswa
ο‚·
agar belajar dengan tekun
Siswa termotivasi
dan rajin dan serius ketika
pembelajaran berlangsung”
ο‚·
Inti
Guru menjelaskan materi
ο‚·
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru
Tahap
1: ο‚·
pembentukan
Guru membimbing
ο‚·
pembentukan kelompok,
kelompoknya masing-
kelompok
Tahap II:
Siswa duduk dengan
masing
ο‚·
Guru memberikan LKS
ο‚·
Siswa mengerjakan
Sharing
mengenai macam-macam
LKS bersama
pendapat
ekosistem dan saling
kelompoknya masing-
dengan
ketergantungan antar
masing
kelompoknya
ekosistem kepada masing-
masing-
masing kelompok
masing
ο‚·
Guru mengamati jalannya
diskusi
ο‚·
Guru berkeliling membantu
siswa yang kesulitan sambil
mengingatkan siswa untuk
saling bekerja sama, serta
bertanggung jawab terhadap
tugas yang telah dibagi sesuai
kesepakatan kelompok
ο‚·
Guru menginformasikan
bahwa diskusi selesai dan
ο‚·
Siswa memperhatikan
guru
96
Tahap III:
tiap kelompok harus bertukar ο‚·
Siswa mendengarkan
16 siswa yang
informasi dengan kelompok
apa yang
stay dan 14
yang lain
diinformasikan guru
siswa yang
ο‚·
Guru membantu siswa saat
stray
berperan menjadi tamu dan
Tahap IV:
tuan rumah serta mengamati
berbagi
jalannya proses pertukaran
informasi ada berperan
informasi
informasi berlangsung
yang menjadi penerima
ο‚·
Siswa bertukar
tamu dan yang
berperan menjadi tamu
ο‚·
Guru meminta siswa untuk
kembali kepada
Tahap V
ο‚·
kepada kelompok lain
ο‚·
Siswa kembali kepada
kelompoknya masing-masing
kelompoknya masing-
Guru membimbing siswa
masing
Tahap
untuk mendiskusikan
kembali
kembali informasi yang telah
ο‚·
mereka dapatkan
Tahap VI:
Siswa mendiskusikan
informasi yang
ο‚·Guru memberikan kuis kepada
didapat
diskusi dengan
masing-masing siswa
kelompok asal ο‚·
Guru meminta siswa untuk
kuis yang diberikan
mengumpulkan kuis yang
didapat
sudah dikerjakan
ο‚·
ο‚·
Siswa mengerjakan
Siswa
mengumpulkan kuis
Penutup
ο‚·Guru memberikan penghargaan
ο‚·
Siswa memperhatikan
kepada kelompok yang
mendapatkan nilai rata-rata
tertinggi.
ο‚·
Guru melakukan refleksi
ο‚·
tentang materi yang
diberikan.
ο‚·Guru memberikan applause
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
ο‚·
Semua siswa
mengikuti guru
kepada semua siswa yang
(semua siswa tepuk
telah bekerja sama dengan
tangan)
baik.
97
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta :
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
ο‚·
Spidol
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen
: Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1. Pada ekosistem lahan kosong MTs PUI Bogor terdapat beberapa jenis makhluk hidup : rumput,
burung, capung, dan belalang, yang berfungsi sebagai produsen adalah …..
a.
belalang
c.
rumput
b.
burung
d.
capung
2.
Perpindahan materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup lain melalui proses
makan dan dimakan dengan urutan tertentu disebut .....
3.
4.
a.
rantai makanan
c.
piramida makanan
b.
jaring-jaring makanan
d.
aliran energi
Kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan disebut …..
a.
rantai makanan
c.
piramida makanan
b.
jaring-jaring makanan
d.
aliran energi
Berikut ini perpindahan yang benar ialah…
a. matahari-herbivora-karnivora-omnivora
b. matahari- produsen- konsumen I- konsumen II
c. produsen- karnivora- herbivora- matahari
d. produsen- matahari- konsumen- produsen
5.
6.
Dasar piramida di tempati oleh ……
a.
produsen
c.
konsumen II
b.
konsumen 1
d.
konsumen III
Urutan perpindahan energi yang benar di bawah ini adalah ……
a.
matahari – tumbuhan – hewan
b.
matahari – hewan – tumbuhan
98
7.
8.
9.
c.
tumbuhan – matahari – hewan
d.
tumbuhan – hewan – matahari
Perpindahan energi secara langsung terjadi dari …..
a. pengurai ke konsumen
c. produsen ke matahari
b. konsumen ke produsen
d. matahari ke produsen
Yang termasuk ekosistem buatan adalah …..
a.
sawah
c.
danau
b.
sungai
d.
rawa
Tumbuhan hijau yang tergolong autotrof, sebab…
a. dapat membuat makanan sendiri
b. tidak dapat membuat makanan sendiri
c. hidup menempel pada makhluk hidup lain
d. hidup mengambil makanan makhluk hidup lain
10. Pada piramida di bawah ini, tumbuhan terletak pada bagian …
a.
I
b.
III
c.
II
d.
IV
Jawaban:
1.
2.
3.
4.
5.
C
A
B
B
A
6.
7.
8.
9.
10.
A
D
A
A
D
I. Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betul) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin MArlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
KELAS Two Stay Two Stray
Nama sekolah
: MTs PUI Bogor
Mata Pelajaran
: Biologi
Kelas/Semester
: VIII/1
Pertemuan
: 4 dan 5
Alokasi Waktu
: 3 X40 menit
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen
ekosistem
A. Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
B. Tujuan
Siswa mampu:
ο‚·
Menjelaskan pengertian lingkungan, dan habitat
ο‚·
Menjelaskan pengertian individu, populasi, komunitas, ekosistem serta biosfer
ο‚·
Memberikan contoh dari masing-masing pengertian individu, populasi, komunitas, dan biosfer.
ο‚·
Menjelaskan komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Memberikan contoh komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Membedakan organisme autrotof dan organisme heterotof
ο‚·
Menjelaskan pembagian ekosistem
ο‚·
Memberikan contoh dari ekosistem alami dan buatan.
ο‚·
Menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik
ο‚·
Menjelaskan saling ketergantungan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
ο‚·
Membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Menjelaskan arus energi dalam rantai makanan.
ο‚·
Menyebutkan pola interaksi organisme.
ο‚·
Menjelaskan simbosis mutualisme, parasitisme dan komensalisme.
ο‚·
Membedakan simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme dan simbiosis komensalisme.
100
C. Materi Pembelajaran :
Peta konsep
Ekosistem
Komponen dalam
ekosistem
Biotik
Hubungan antar
komponen
Satuan dalam
ekosistem
Abiotik
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Konsumen
Autotrof
Lingkungan
biotik
ο‚· Rantai makanan
ο‚· Jarring-jaring
makanan
ο‚· Piramida makanan
Produsen
Heterotrof
Pengurai
D. Model
Lingkungan
abiotik
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Biosfer
Bentuk interaksi
antar organisme
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Netral
Predasi
Kompetisi
Simbiosis :
- Mutualisme
- Komensalisme
- Parasitisme
: Pembelajaran kooperatif
Pendekatan : Pendekatan konsep
Metode
: Two Stay Two Stray
E. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-IV
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Alokasi
Guru
ο‚·
Guru menjelaskan tujuan
Siswa
ο‚·
Siswa mendengarkan
pembelajaran
ο‚·
Guru mengaitkan materi
penjelasan guru
ο‚·
Siswa merespon
sebelumnya dengan bertanya
pertanyaan guru
“masih ingat urutan rantai
makanan”
ο‚·
Apersepsi
ο‚·
Siswa mendengarkan dan
Guru memberikan apersepsi
menjawab pertanyaan
tentang dengan bertanya
yang diberikan oleh guru.
“apakah diantara kalian ada
yang tahu pengertian
simbiosis?”
ο‚·
Motivasi
ο‚·
Siswa termotivasi
waktu
101
“Guru memotivasi siswa agar
belajar dengan tekun dan rajin
dan serius ketika pembelajaran
berlangsung”
ο‚·
Inti
Guru menjelaskan materi
ο‚·
Siswa
mendengarkan
penjelasan guru
Tahap
1: ο‚·
pembentukan
Guru membimbing
ο‚·
Siswa
pembentukan kelompok,
kelompoknya
kelompok
Tahap II:
duduk
dengan
masing-
masing
ο‚·
Guru memberikan LKS
ο‚·
Siswa mengerjakan LKS
Sharing
mengenai saling ketergantungan
bersama kelompoknya
pendapat
antara komonen biotik dan
masing-masing
dengan
biotik serta pola interaksi dalam
kelompoknya
ekosistem kepada masing-
masing-masing
masing kelompok
ο‚·
Guru mengamati jalannya
ο‚·
Siswa memperhatikan
diskusi
ο‚·
guru
Guru berkeliling membantu
siswa yang kesulitan sambil
mengingatkan siswa untuk
saling bekerja sama, serta
bertanggung jawab terhadap
tugas yang telah dibagi sesuai
kesepakatan kelompok
ο‚·
Guru menginformasikan bahwa
diskusi selesai dan tiap
kelompok harus bertukar
Tahap III:
informasi dengan kelompok
16 siswa yang
yang lain
stay dan 14
ο‚·
ο‚·
Siswa mendengarkan apa
yang diinformasikan guru
Guru membantu siswa saat
siswa yang stray
berperan menjadi tamu dan tuan ο‚·
Siswa bertukar informasi
Tahap IV:
rumah serta mengamati jalannya
ada berperan yang
berbagi
proses pertukaran informasi
menjadi penerima tamu
informasi
berlangsung
dan yang berperan
menjadi tamu kepada
kelompok lain
ο‚·
Tahap V
Tahap kembali
ο‚·
Guru meminta siswa untuk
ο‚·
Siswa kembali kepada
kembali kepada kelompoknya
kelompoknya masing-
masing-masing
masing
Guru membimbing siswa untuk
mendiskusikan kembali
ο‚·
Siswa mendiskusikan
102
informasi yang telah mereka
ο‚·
dapatkan
Tahap VI:
diskusi dengan
informasi yang didapat
ο‚·
kelompok asal
Guru memberikan kuis kepada
yang diberikan didapat
ο‚·
masing-masing siswa
ο‚·
Siswa mengerjakan kuis
Guru meminta siswa untuk
Siswa mengumpulkan
kuis
mengumpulkan kuis yang sudah
dikerjakan
ο‚·
Penutup
ο‚·
Guru memberikan penghargaan
Siswa memperhatikan
kepada kelompok yang
mendapatkan nilai rata-rata
tertinggi.
ο‚·
ο‚·
Guru melakukan refleksi
tentang materi yang diberikan.
ο‚·
Siswa memperhatikan
penjelasan guru
ο‚·
Guru memberikan applause
Semua siswa mengikuti
kepada semua siswa yang telah
guru (semua siswa tepuk
bekerja sama dengan baik.
tangan)
Pertemuan ke-V
Kegiatan
Langkah
Pendahuluan
Alokasi
Guru
ο‚·
Guru mengabsen kehadiran
Siswa
ο‚·
siswa
ο‚·
Inti
Siswa merespon panggilan
waktu
5 menit
guru
ο‚·
Guru memberikan tes akhir
Siswa menjawab post test
25 menit
(post test) terkait konsep yang
telah dipelajari siswa
ο‚·
Penutup
Guru memberikan penjelasan
singkat tentang tes yang telah
ο‚·
Siswa memperhatikan
10 menit
penjelasan guru
dilakukan
F. Sumber belajar :
ο‚·
Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. Ilmu Pengethauan Alam SMP dan MTs kelas VII. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
ο‚·
Sugiyarto, Teguh. Ilmu pengetahuan alam 1 : untuk SMP/MTs/ kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, 2008
ο‚·
WINARSIH, Anny dkk. IPA TERPADU: SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
G. Media pembelajaran
ο‚·
White board
ο‚·
Spidol
103
H. Evaluasi (Post tes)
Jenis Instrumen : Tes Tertulis
Bentuk
: Pilihan ganda
Soal!
1.
2.
3.
Di bawah ini adalah contoh interaksi yang bersifat komensalisme adalah …
a.
Kupu-kupu dengan bunga
b.
Anggrek dengan pohon inangnya
c.
Tali putri dengan tanaman pagar
d.
Belalang dan burung pipit di sawah
Interaksi benalu dengan pohon mangga disebut …..
a.
Mutualisme
c.
Parasitisme
b.
Komensalisme
d.
Predasi
Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini :
1) Burung
2) Rumput
3) Jangkrik
Urutan yang benar agar membentuk suatu rantai makanan yaitu :
a.
2) – 1) – 3)
c.
3) – 2) – 1)
b.
2) – 3) – 1)
d.
1) – 2) – 3)
Interaksi
4.
5.
Pengaruh terhadap simbion
I
II
1
+
+
2
+
0
3
+
-
4
0
+
Dari table diatas simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor…
a.
3
c.
4
b.
2
d.
1
Perhatikan nama makhluk hidup di bawah ini :
1) Ikan kecil
2) alga
3) gabus
Urutan yang benar agar membentuk suatu piramida makanan yaitu :
a.
2),3),1)
c.
3),2),1)
b.
2),1),3)
d.
1).2),3)
Jawaban:
1.
B
4.
A
2.
C
5.
B
3.
D
104
I.
Penilaian
Menggunakan skala seratus
Nilai= (Jumlah betulx2) x 100%
10
Mengetahui,
Bogor, Januari 2010
Guru IPA
(Elin MArlina, S.Pd)
Peneliti
(Irna Purnamasari)
ALUR PERPINDAHAN PELAKSANAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY
1b
1a
1b
1c
1d
4a
4a
4b
4c
4d
5a
5a
5b
5c
5d
8a
8a
8b
8c
8d
9a
1a
2b
3b
4b
6b
5b
7b
9a
8b
9b
9c
2a
2c
2b
2d
3a
2a
3c
3b
3d
6a
3a
6c
6b
6d
6a
7a
7b
7c
7d
7a
9b
105
106
Lampiran 3
LKS I
Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal
:
Materi kelompok ahli
:
Indikator
:
1
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Bace
petunjuknye
ye
Petunjuk umum
1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian
masing-masing
2. Disukusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama
kelompok ahli
URAIAN MATERI
Satuan-Satuan dalam Ekosistem
Perhatikan kebun sekolahmu. Kamu mungkin akan menemukan semut yang
berderet, tanaman rumput yang bergerombol, ada juga satu tumbuhan jambu yang tumbuh
dengan suburnya. Semut yang berderet, sebatang pohon, dan kesatuan antara keduanya
dalam suatu lingkungan merupakan satuan dalam ekoistem. Dalam ekosistem dikenal
juga satuan-satuan ekosistem yang terdiri dari individu, populasi, dan komunitas.
Tahukah kamu, apa perbedaannya?
1. Individu
Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup,
melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan terdapat makhluk
hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang, ikan gabus, ikan sepat, teratai,
kangkung, salvinia sp, ganggang dan hydrilla sp. Jumlah setiap jenis makhluk hidup
tersebut lebih dari satu. Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu.
107
Satu ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang manusia
disebut individu. Seekor kuda Zebra yang berdiri sendiri mampu memenuhi
kebutuhannya secara mandiri, disebut dengan individu. Jadi, individu adalah satuan
makhluk hidup tunggal.
2. Populasi
Sekumpulan makhluk hidup yang sejenis yang menempati suatu daerah tertentu
dan dapat saling mengadakan interaksi disebut dengan populasi. Makhluk hidup
dikatakan sejenis apabila mereka mempunyai persamaan bentuk tubuh dan mampu
melakukan perkawinan yang dapat menghasilkan keturunan fertil.
Pohon jambu yang hidup di halaman MTs PUI Bogor jumlahnya lebih dari satu.
Demikian juga dengan tumbuhan lain seperti pohon pala, dan pohon mangga . Semua
Pohon jambu yang hidup di halaman tersebut disebut populasi Pohon jambu, semua
pohon pala disebut populasi pohon pala, dan semua tumbuhan pohon mangga disebut
populasi pohon. Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di
suatu daerah tertentu Kepadatan Populasi
Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu daerah dengan
luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan populasi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Kepadatan popuasi = banyaknya individu sejenis
Luas daerah yang ditempati
Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini :
a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan populasi meningkat,
sedangkan kematian menyebabkan kepadatan populasi menurun.
b. Perpindahan (migrasi). Migrasi yang menambah populasi disebut migrasi masuk
(imigrasi), sedangkan migrasi yang mengurangi populasi disebut migrasi keluar
(emigrasi).
3. komunitas
Populasi rumput, populasi pohon, populasi kuda Zebra, populasi semut, dan
jerapah yang hidup bersama di lapangan rumput disebut komunitas. Jadi, komunitas
adalah kumpulan dari populasi-polulasi yang berbeda dan hidup bersama di suatu
tempat atau daerah tertentu.
4. Ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan
abiotiknya. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem
bersifat khusus. Artinya interaksi komunitas di lingkungan kutub berbeda dengan
interaksi komunitas di lingkungan tropis. Komunitas yang dipengaruhi oleh
lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula.
108
5. Biosfer
Ekosistem-ekosistem yang terbentuk karena perbedaan letak geografis dan
astronomis disebut bioma, dan keseluruhan ekosistem/bioma yang ada di bumi
membentuk biosfer. Di bumi terdapat 6 bioma utama yaitu bioma gurun, padang
rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Masing-masing bioma
mempunyai sifat yang khas yang dipengaruhi oleh kondisi komponen abiotiknya.
INI
KUBAWAKAN
UNTUK MU
Komponen
Abiotik
Komponen abiotik meliputi semua makhluk tidak hidup yang terdapat dalam ekosistem.
Marilah kita mulai dengan tempat hidup suatu tumbuhan, yaitu tanah. Tanah terdiri dari butiranbutiran tanah yang mengandung unsur hara/unsur anorganik dan bahan organik. Tanah gembur
yang banyak rongga udara akan mempermudah akar tumbuhan mendapat makanan. Kebutuhan
makanan tidak hanya diperoleh dari dalam tanah, tetapi juga dari udara yang mengandung
oksigen, nitrogen, hidrogen dalam bentuk uap air dan karbondioksida. Gas karbon dioksida
digunakan tumbuhan dalam proses fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan dari proses ini
dikeluarkan ke udara bebas untuk respirasi makhluk hidup.
Sinar matahari menguapkan air, dan uap air pada ketinggian tertentu membentuk awan.
Suhu dingin menyebabkan awan berkondensasi menjadi embun yang pada akhirnya turun
sebagai hujan di atas permukaan tanah maupun di sungai dan mengalir ke laut. Air meresap ke
dalam tanah sebagai air tanah kemudian diserap tumbuhan. Air diperlukan semua organisme
untuk berlangsungnya proses-proses dalam tubuh. Sinar matahari merupakan sumber energi
bagi tumbuhan untuk melakukan fotosintesis yang menghasilkan zat makanan. Zat makanan
merupakan energi kimia yang dibutuhkan oleh semua organisme untuk menghasilkan energi
untuk melakukan proses proses kehidupannya.
109
Ini bagian siapa ya??
Komponen Biotik
Komponen biotik meliputi semua makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem.
Berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer atau pengurai.
a. Produsen
Tumbuhan hijau mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan zat
makanan melalui proses fotosintesis, sehingga disebut sebagai produsen. Organisme yang
dapat membuat makanan sendiri disebut organisme autotrof. Gambaran reaksi kimia proses
fotosintesis adalah sebagai berikut:
Gambar Siklus Air
110
Zat makanan yang terbentuk merupakan energi kimiawi yang tersimpan pada bagian
daun, batang, akar atau buah. Hasil fotosintesis lainnya adalah berupa oksigen dilepas ke
udara bebas dan digunakan oleh makhluk hidup lainnya.
b. Konsumen
Manusia dan hewan termasuk dalam golongan konsumen karena keduanya tidak
dapat membuat makanan sendiri. Konsumen disebut juga organisme heterotrof, artinya
organisme yang tergantung organisme lain untuk mendapatkan makanan. Berdasarkan jenis
makanannya, organisme yang mendapatkan makanan dari tumbuhan saja disebut herbivora,
organisme yang hanya makan hewan disebut karnivora. Organisme yang mendapatkan
makanan dari tumbuhan maupun hewan disebut omnivora.
c. Dekomposer atau Pengurai
Apa yang terjadi pada sisa-sisa bagian pohon yang tumbang/mati setelah 1 minggu, 1
bulan atau lebih? Di permukaan batang tanaman yang mati akan terlihat jamur maupun
bakteri yang melakukan pembusukkan. Di sinilah nampak peran dari dekomposer atau
pengurai dalam menguraikan zat organik yang terdapat pada makhluk hidup yang sudah mati
menjadi zat yang lebih sederhana, seperti mineral atau zat organik lain. Makhluk hidup yang
berperan sebagai pengurai adalah bakteri dan jamur saprofit. Zat mineral atau zat hara hasil
penguraian meresap ke dalam tanah yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. Keseimbangan
ekosistem dapat terjadi bila ada hubungan timbal balik yang harmonis antarkomponen biotik
dan abiotik.
Iya
Bener
Seru ya kalo
ngerjain bareng
111
Pertemuan 2
Aha jangan lupa
pelajari dengan
seksama,,,,
LKS 2
Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal :
Materi kelompok ahli
:
Indikator
:
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
a. Petunjuk umum
1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian masing-masing
2. Diskusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama kelompk ahli
b. Uraian materi
Macam-macam ekosistem
Berdasarkan proses terbentuknya ekosistem dibedakan menjadi dua, yaitu
ekosistem alami dan ekosistem buatan.
112
a. Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alamiah. Misalnya ekosistem
hutan, laut, sungai, dan rawa.
b. Ekosistem buatan, yaitu ekosistem yang dibentuk secara sengaja oleh manusia.
Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan budidaya.
Uji Diri:
Saling Ketergantungan antar komponen Biotik dan Abiotik
Keberadaan komponen abiotik dalam ekosistem sangat mempengaruhi komponen
biotik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang
dibutuhkan tumbuhan tersebut, contohnya air, udara, cahaya, dan garam–garam mineral.
Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik yaitu
tumbuhan yang ada di hutan sangat mempengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat
bertahan, tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan
sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus. Komponen abiotik yang
tidak tergantung dengan biotik antara lain: gaya grafitasi, matahari, tekanan udara.
Saling ketergantungan antar komponen biotik dan biotik
Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara
skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang.
113
Dari peristiwa makan dan dimakan di atas, akan terjadi perpindahan atau aliran
energi dari produsen (rumput) ke konsumen I (tikus) hingga konsumen puncak (elang).
Sebagai sumber energi utama dalam ekosistem adalah sinar matahari. Energi ini diubah oleh
produsen menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa karbon (misalnya berupa
karbohidrat, lemak, dan protein). Jika produsen dimakan konsumen, energi yang tersimpan
dalam bahan makanan itu berpindah ke tubuh konsumen dan dapat diubah menjadi energi
panas, energi gerak, dan sebagian disimpan dalam bentuk senyawa kimia yang menyusun
tubuh makhluk hidup. Ketika konsumen I dimakan konsumen II, terjadi lagi perpindahan
energi. Demikian seterusnya dalam setiap peristiwa makan dan dimakan diikuti dengan
perpindahan energi. Selama perjalanan itu, terjadi pengurangan energi sehingga tidak semua
energi dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup
Gambar perpindahan energi
Jaring-Jaring Kehidupan
Pada kenyataannya, peristiwa makan dan dimakan terjadi dengan pola yang lebih
rumit dari contoh rantai makanan di atas. Elang tidak hanya makan ular saja. Ular tidak
hanya makan ayam, dan ayam juga tidak hanya makan belalang saja. Di alam, beberapa
proses makan dan dimakan (rantai makanan) saling berkaitan membentuk sebuah jaringjaring makanan. Jika kamu memerhatikan jaring-jaring makanan, kamu akan menemukan
bahwa jaring-jaring makanan selalu berawal dari produsen dan diakhiri oleh pengurai.
Bahan-bahan yang diuraikan itu akan kembali digunakan oleh produsen, sehingga daur
materi dan energi tidak pernah terputus.
114
Piramida makanan
Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan
komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu
ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar
piramida. Demikian pula jumlah energy terbesar terdapat pada dasar piramida. Komposisi
biomassa dan energi ini semakin ke atas semakin kecil karena selama proses perpindahan
energi terjadi penyusutan jumlah energi pada setiap tingkat trofik. Piramida makanan dalam
ekosistem yang seimbang dapat dilihat dari gambar berikut:
Dalam ekosistem seringkali terdapat dua konsumen atau lebih yang menempati
puncak piramida, sehingga ada piramida makanan dengan satu puncak dan piramida
makanan dengan dua puncak. Piramida makanan dengan satu puncak berarti hanya terdapat
satu jenis karnivora yang menempati puncak piramida. Piramida makanan dengan dua
puncak berarti pada puncak piramida ditempati oleh dua jenis karnivora yang keduanya
tidak saling memakan.
GOOD LUCK YA
115
LKS 3
Nama
:
Kelas
:
Kelompok asal :
Materi kelompok ahli
:
Indikator
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
a. Petunjuk umum
1. Bacalah uraian materi di bawah ini sesuai dengan bagian masing-masing
2. Disukusi uji diri yang terdapat di dalam lks ini bersama kelompk ahli
b. Uraian materi
Aku dan dia
berteman.qita saling
menolong
a. Komensalisme
Komensalisme adalah interaksi yang saling menguntungkan satu organisme tetapi
tidak berpengaruh pada yang lain. Contoh Epifit yang tumbuh pada tumbuhan inang.
Tumbuhan anggrek yang hidup menempel pada pohon (inang), memanfaatkan inang hanya
116
sebagai tempat fisik untuk hidup. Tumbuhan inang tidak mendapat tekanan (dirugikan)
dengan adanya tumbuhan anggrek.Contoh lain:
Ikan hiu dan ikan remora
b. Mutualisme
Bentuk interaksi dimana kedua pasangan yang berinteraksi saling menguntungkan.
Contoh umum mutualisme adalah penyerbukan yang dilakukan oleh serangga, burung jalak
dan kerbau, semut dan kutu buah.
AHLI II
a. Parasitisme
Hubungan di antara dua organisme, yang satu sebagai parasit dan yang lain sebagai
inang. Parasit memperoleh keuntungan dari kehidupan bersama ini dengan mendapatkan
bahan makanan, sedangkan inang tertekan (dirugikan). Contoh hubungan antara tanaman
pagar dengan Tali putri (Cuscuta).
117
b. Netral
Hubungan netral yaitu hubungan yang tidak saling memengaruhi. Netralisme terjadi
apabila nisianya berbeda. Namun sesungguhnya hubungan yang benar-benar netral tidak ada,
sebab setiap organisme memerlukan komponen abiotik (udara, ruangan, air, dan cahaya)
yang sama, sehingga timbul persaingan. Selain itu setiap organisme juga mengeluarkan zat
sisa yang dapat mengganggu organisme lain. Contoh hubungan netral ini adalah hubungan
antara kambing dan ayam yang dipelihara manusia dalam kandang yang berdekatan.
a. Kompetisi
Hubungan kompetisi terjadi jika dalam suatu ekosistem terdapat ketidakseimbangan,
misalnya kekurangan air, makanan, pasangan kawin, dan ruang. Hubungan kompetisi dapat
terjadi antara individu-individu dalam satu spesies maupun individu-individu yang berbeda
spesies. Contoh hubungan kompetisi yang berbeda spesies adalah hubungan antara banteng
dan rusa yang menempati padang rumput yang sama. Contoh hubungan kompetisi dalam satu
jenis adalah persaingan antara pejantan kumbang badak untuk memperebutkan betina ketika
musim kawin tiba.
118
b. Predasi
Hubungan predasi yaitu hubungan antara organisme yang memangsa dan organisme
yang dimangsa. Contohnya adalah hubungan antara rusa dengan singa, ikan kecil dan ikan
besar. Meskipun tampaknya kejam, hubungan predasi diperlukan untuk mengendalikan
jumlah populasi mangsa. Kamu tentu tahu bahwa rusa dapat berkembang biak dengan cepat.
Jika sebagian populasi rusa tidak dimakan oleh singa, maka rusa-rusa itu dapat kekurangan
makanan.
Selamat
Mengerjakan
119
Lampiran_4
LKS 1
Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1.
Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem
Indikator
:
ο‚·
Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasikan komponen dalam ekosistem
Perhatikan gambar dibawah ini!
Pertanyaannya adalah:
1. Berdasarkan gambar diatas, manakah yang dinamakan individu, populasi, komunitas dan
ekosistem serta buatlah definisi dari individu, populasi, komunitas tersebut!
2. Buatlah ekosistem sawah dan sebutkan apa yang terdapat didalamnya!
3. Coba kalian tuliskan mana yang termasuk komponen biotik dan komponen abiotik dari
gambar aquarium tersebut!
4. Apakah yang dimaksud dnegan komponen biotik dan abiotik sebutkan contohnya!
120
Nama kelompok:
Ayo diskusi Jangan
berantem yach,,,
,
121
LKS 2
Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem
Indikator
:
ο‚·
Menjelaskan macam-macam ekosistem
ο‚·
Mengidentifikasi saling ketergantungan antar ekosistem
1. Sebutkan macam-macam ekosistem dan berikan contohnya (minimal 3)!
Perhatikan gamba dibawah ini:
122
2. Dari gambar diataas manakah yang menunjukkan adanya saling ketergantungan antara
komponen ………..dengan komponen ……
3. Dapatkah kalian memberikan contoh interaksi lain seperti pada gambar!
Selamat bekerja!
123
Kerjakan dengan
benar ya
LKS 3
Standar Kompetensi : 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara
komponen ekosistem
Indikator
:
ο‚·
Menggambarkan rantai makanan dan jaring-jaring makanan
ο‚·
Mengidentifikasi pola interaksi dalam ekosistem
Perhatikan gambar berikut:
Kerbau dan burung jalak
Anggrek dengan inang
Kupu2 dan ikan
Tali putri dan benalu
Benalu dan pohon
Ikan hiu dan remora
Semut dan kutu buah
Tumbuhan paku dan pohon
124
1. Dari gambar diatas manakah yang termasuk simbiosis mutualisme, parasitisme dan
komensalisme……
Berikan contoh simbiosis seperti pada gambar!
2. Jika kalian berada didalam lapangan yang sangat luas. Didalam lapangan itu terdapat:
ο‚·
Burung Elang
ο‚·
Ular
ο‚·
Rumput hijau yang luas
ο‚·
Ayam
ο‚·
Ulat
Buatlah gambar rantai makanan, dan jelaskan perpindahan energi pada peristiwa tersebut
berdasarkan pengamatanmu!
3. Dari gambar diatas manakah yang termasuk produsen dan konsumen tingkat 1 serta
konsumen tingkat III.
4. Produsen disebut juga …………………… karena bisa membuat makanannya sendiri.
5. Lengkapilah gambar di bawah ini !
125
Selamat mengerjakan!
Kelompok:
Nama:
126
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GURU
Teknik Jigsaw
Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem
Kegiatan
Penilaian
Catatan
Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa
2
Guru memberikan sebuah game
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
4
Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa
5
Guru menjelaskan mengenai pembelajaran teknik jigsaw
Kegiatan Inti
6
Pada tahap pembentukan kelompok:
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
7
Pada tahap pembagian materi:
Guru memberikan LKS kepada siswa
8
Pada tahap diskusi kelompok:
Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang materi yang telah
diberikan
Guru menginformasikan bahwa diskusi tim ahli selesai
9
Pada tahap membagi informasi:
Guru meminta masing-masing siswa untuk kembali ke tim asal
Guru meminta tim ahli untuk berbagi informasi dengan tim asal
10
Pada tahap presentasi kelompok dan evaluasi:
Guru meminta setiap perwakilan kelompok asal untuk
mempresentasikan hasil diskusi yang didapat
Guru memberikan tes atau kuis kepada siswa
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tes
Guru memberikan skor
Kegiatan Penutup
11 Guru mengumumkan kelompok terbaik
12 Guru melakukan refleksi
13 Guru memberikan informasi untuk pertemuan selanjutnya
Bogor,
(
Januari 2011
Observer
)
127
LEMBAR OBSERVASI GURU
Teknik Two Stay Two Stray
Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem
Kegiatan
Penilaian
Catatan
Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa
2
Guru memberikan sebuah game
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
4
Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa
5
Guru menjelaskan mengenai pembelajaran teknik TSTS
Kegiatan TSTS
5
Guru menjelaskan materi
6
Tahap pembentukan kelompok:
Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok
7
Tahap sharing dengan kelompok:
Guru memberikan LKS
Guru mengamati serta membimbing dalam berdiskusi
Guru menginformasikan bahwa diskusi selesai
8
Tahap berbagi informasi:
Guru membantu siswa ketika terjadi pertukaran informasi antara
siswa tamu dan tuan rumah serta mengamati jalannya proses
pertukaran informasi tersebut
9
Tahap kembali:
Guru meminta siswa untuk kembali kepada kelompoknya
10 Tahap diskusi dengan kelompok asal:
Guru membimbing siswa untuk mendiskusikan kembali
informasi yang telah mereka dapatkan
Guru memberikan tes berupa kuis
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan kuis
Guru memberikan skor
Kegiatan Penutup
12 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
13 Guru melakukan refleksi terhadap materi yang diberikan
14 Guru memberikan applause kepada semua siswa
Bogor,
Januari 2011
Observer
(
)
128
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Teknik Jigsaw
Pertemuan ke :
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem
No.
Kegiatan
Penilaian
Catatan
Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa menjawab salam
2. Siswa memperhatikan dan mengikuti
3. Siswa mendengarkan pertanyaan guru dan menjawabnya
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru
Kegiatan Inti
5. Pada tahap pembentukan kelompok:
Siswa berkumpul dengan masing-masing kelompoknya.
6
Pada tahap pembagian materi:
Siswa membentuk tim ahli
7
Pada tahap diskusi kelompok:
Siswa berdiskusi membahas materi yang diberikan
Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru
Pada tahap membagi informasi:
8
Siswa kembali ke tim asal
Siswa dari tim ahli membagi informasi
9
Pada tahap presentasi kelompok dan evaluasi:
Siswa dari tim asal mempresentasikan hasil yang didapat
dari masing-masing anggota pada tim ahli.
Siswa menjawab kuis
Siswa mengumpulkan tes
Siswa memperhatikan guru
Kegiatan Penutup
10 Siswa memperhatikan
11 Siswa memperhatikan penjelasan guru
12 Siswa memperhatikan apa yang diinformasikan guru
Bogor,
Januari 2011
Observer
(
)
129
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Teknik Two Stay Two Stray
Pertemuan ke :
No.
Hari/ Tgl
:
Konsep
: Ekosistem
Kegiatan
Penilaian
Catatan
Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa menjawab salam
2. Siswa memperhatikan dan mengikuti
3. Siswa mendengarkan pertanyaan guru dan menjawabnya
4. Siswa mendengarkan penjelasan guru
Kegiatan Inti
5
Siswa mendengarkan penjelasan guru
6
Tahap pembentukan kelompok:
Siswa memperhatikan penjelasan guru serta langsung duduk
dengan kelompoknya masing-masing
7
Tahap sharing dengan kelompok:
Siswa mengerjakan LKS bersama kelompoknya
Siswa memperhatikan guru
Siswa mendengarkan apa yang diinformasikan guru
8
Tahap berbagi informasi:
Siswa bertukar informasi ada berperan yang menjadi penerima
tamu dan yang berperan menjadi tamu kepada kelompok lain
9
Tahap kembali:
Siswa kembali kepada kelompoknya masing-masing
10 Tahap diskusi dengan kelompok asal:
Siswa mendiskusikan informasi yang didapat
Siswa mengerjakan kuis yang diberikan
Siswa mengumpulkan kuis
Siswa mendengarkan
Kegiatan Penutup
11 Siswa memperhatikan
12 Siswa memperhatikan penjelasan guru
13 Semua siswa mengikuti guru (semua siswa tepuk tangan)
Bogor,
Januari 2011
Observer
(
)
130
Lampiran 7
KISIS-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Sekolah
: MTs PUI Bogor
Kelas
: VII
Mata Pelajaran
: Biologi
Semester
: 1 (satu)
Standar Kompetensi
: 7. Memahami saling ketegantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 7.1. Menentukan ekosistem dan saling ketergantungan antara komponen ekosistem
Sub Konsep
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Komponen penyusun
ekosistem
Indikator Soal
Menyebutkan pengertian
individu
Jenjang
C1
Menyebutkan pengertian
ekosistem
C1
Menyebutkan faktor yang
memepengaruhi terjadinya
proses fotosintesis
C1
Menyebutkan istilah autotrof
C1
Butir Soal
Sebatang pohon bambu yang kita tanam di halaman merupakan contoh dari
….
a. Populasi
b. Individu
c. Komunitas
d. Habitat
Seluruh populasi baik hewan maupun tumbuhan pada sebidang kebun
merupakan ….
a. Komunitas
b. Ekosistem
c. Individu
d. Biosfer
Faktor yang paling penting dalam fotosintesis adalah …..
a. Hidrogen, oksigen, dan karbon dioksida
b. Oksigen, air dan cahaya matahari
c. Hidrogen, oksigen dan air
d. Karbon dioksida, hidrogen dan cahaya matahari
Hewan tidak dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga hewan
Jawaban
B
A
B
A
131
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Menjelaskan istilah ekosistem
C2
C2
Komponen penyusun
ekosistem
disebut ….
a. Autotrof
b. Produsen
c. Heterotrof
d. Pengurai
Perhatikan pernyataan berikut:
1. Makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya
2. Komunitas dan lingkungan abiotiknya
3. Makhluk hidup yang saling berinteraksi
4. Komunitas dan lingkungan biotiknya
Ekosistem disusun oleh ….
a. 1 dan 4
b. 3 dan 4
c. 1 dan 2
d. 2 dan 4
Perhatikan gambar berikut:
C
A
Menentukan komponen
ekosistem
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Mengelompokkan contoh
populasi
C2
Kelompok lingkungan biotik dalam ekosistem tersebut adalah ....
(a) ikan, Hydrilla, dan semanggi
(b) Ikan, air, dan semanggi
(c) batu, Hydrilla, dan semanggi
(d) batu, air, dan tanah
Dalam sepetak sawah terdapat:
1. Sekelomok katak
2. Seekor belalang
3. Sekumpulan padi
B
132
4. 2 ekor ular
Komponen penyusun
ekosistem
Memberikan contoh macammacam ekosistem
C2
Mengelompokkan contoh
komponen biotik
C2
Sekelompok tanaman padi yang terdapat dalam sepetak sawah diatas
merupakan …
a. Individu
b. Populasi
c. Komunitas
d. Ekosistem
Yang termasuk ekosistem buatan adalah …
a. Padang pasir
b. Sungai
c. Hutan
d. Waduk
Disebuah aquarium terdapat :
1) Ikan
2) Air
3) Siput
4) Tumbuhan air
5) Pasir
6) Kerikil
Berdasarkan data diatas yang termasuk factor biotik adalah…
a. 1,2,3
b. 1,2,5,
c. 1,3,4
d. 2,5,4
D
A
133
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Memberikan contoh konsumen
C2
Mengidentifikasi contoh
decomposer
C1
Mengelompokkan komponen
biotik
C2
Hubungan antar
komponen ekosistem
Memberikan contoh interaksi
antar komponen
Menentukan contoh interaksi
antara komponen biotik
terhadap abiotik
C2
C2
Yang merupakan konsumen adalah…
a. Bakteri
b. Jamur
c. Tumbuhan
d. Hewan
Organisme yang berperan sebagai pengurai adalah …
a. Jamur
b. Paku
c. Lumut
d. Alga
Berikut ini yang termasuk komponen abiotik adalah…
a. batu, tanah, air, udara
b. batu, air, semut, udara
c. air, ulat, udara, tanah
d. semut, ulat, kecoa, ular
Perhatikan pernyataan berikut:
1) Belalang memerlukan rumput sebagai makanan
2) Kacang tanah menyuburkan tanaman
3) Jamur membusukkan bangkai hewan
4) Hewan jantan memerlukan betina untuk memperoleh keturunan
Berikut contoh bahwa antar komponen saling ketergantungan adalah …
a. 1 dan 2
b. 2 dan 3
c. 3 dan 4
d. 1 dan 4
Perhatikan pernyataan berikut:
1. Tanah yang dihuni cacing tanah menjadi subur
2. Tanah yang kurang air menjadi tandus
3. Akar pohon dapat menyerap dan menahan laju air hujan
4. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari
Contoh komponen biotik yang mempengaruhi komponen abiotik adalah
…
a. 1 dan 2
b. 2 dan 4
B
A
A
D
C
134
c. 1 dan 3
d. 3 dan 4
D
Menganalisis interaksi antara
komponen abitik terhadap
biotic berdasarkan gambar
C4
Menganalisis pengaruh
perubahan jumlah organisme
dalam ekosistem
C4
Apabila aquarium diletakkan di tempat gelap maka yang terjadi ialah…
a. Semua organisme tidak akan terpengaruh
b. Tumbuhan akan mati karena kekurangan oksigen
c. Tumbuhan akan mati karena kekurangan karbondioksida
d. Ikan akan cepat mati karena kekurangan oksigen
Hubungan yang digambarkan dalam rantai makanan dapat juga
diekspresikan sebagai piramid makanan. Perbedaan utamanya adalah; di
dalam piramida makanan, seperti yang terlihat pada gambar, terdapat
indikasi jumlah relatif individu dan jumlah energi yang terlibat pada setiap
tingkat.
C
Pernyataan manakah yang paling baik menyimpulkan hubungan tersebut?
a. Ketika puncak piramid dicapai, jumlah individu menurun tapi jumlah
energinya meningkat.
b. Ketika puncak piramid dicapai, jumlah individu meningkat, dan jumlah
energi tetap sama dengan tingkatan lainnya.
c. Pada dasar piramid, jumlah individu dan jumlah energi yang terlibat
adalah paling besar.
135
Hubungan antar
komponen ekosistem
Mendefinisikan simbiosis
mutualisme
C2
Mendefinisikan simbiosis
komensalisme
C2
Mendefinisikan simbiosis
parasitisme
C2
Menyebutkan contoh simbiosis
mutualisme
C1
d. Pada dasar piramid, jumlah individu dan jumlah enrgi yang terlibat
adalah paling rendah.
Untuk soal 17-18
Pengaruh terhadap simbion
Interaksi
I
II
1
+
+
2
+
0
3
+
4
0
+
Simbiosis mutualisme ditunjukkan oleh nomor …
a. 4
b. 1
c. 2
d. 3
Simbiosis komensalisme ditunjukkan oleh nomor …
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
Simbiosis parasitisme ditunjukkan oleh nomor ….
a. 3
b. 2
c. 4
d. 1
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
Bunga dan kumbang
Tanaman anggrek dengan pohon inang
Tali putri dan pohon inang
Ikan remora dan ikan hiu
Simbiosis komensalisme terjadi antara…
1 dan 3
2 dan 4
1 dan 2
3 dan 4
B
B
A
B
136
Menyebutkan contoh simbiosis
parasitisme
C1
Membuat rantai makanan
C2
Membuat rantai makanan
C2
Menunjukkan tingkat trofi
produsen dalam jarring-jaring
makanan
C2
Hubungan yang terjadi antara benalu dan pohon inang adalah ..
a. Parasitisme
b. Simbiosis
c. Kompetisis
d. Predasi
Dalam ekosistem kebun terdapat:
1) Mamalia karnivora
2) Ulat pemakan daun
3) Laba-laba
4) Kumbang
5) Mamalia pemakan serangga
Rantai makanan yang terdapat dalam ekosistem tersebut adalah …
a. 2,4,3,5,1
b. 1,2,3,5,4
c. 2,3,4,5,1,
d. 3,4,5,2,1
1. Ikan besar
2. Ikan kecil
3. Fitoplankton
4. Zooplankton
Urutan rantai makanan dalam ekosistem air yang benar adalah …
a. 4, 3, 2, 1
b. 3, 4, 1, 2
c. 4, 3, 1, 2
d. 3, 4, 2, 1
Untuk pertanyaan 24-26:
Perhatikan gambar jaring –jaring makanan berikut
A
A
D
A
137
Menunjukkan konsumen
tingkat 1
C2
Menunjukkan konsumen
tingkat II
C2
Menghubungkan tingkat trofi
dalam piramida energy
C2
a.
b.
c.
d.
Yang berperan sebagai produsen adalah …
a. Tumbuhan atau rumput
b. Kelinci
c. Rubah
d. Serangga
Kelinci dan tikus bertindak sebagai …
Produsen
Konsumen II
Konsumen I
Pengurai
Yang berperan sebagai konsumen tingkat dua adalah …
a. Tikus dan rubah
b. Burung dan rubah
c. Katak dan burung
d. Tikus dan kelinci
Perhatikan gambar piramida makanan berikut:
C
C
B
138
Hewan herbivora akan menempati piramida tingkat …
Produsen
Konsumen I
Konsumen II
Konsumen III
Jika konsumen tingkat 3 berkurang, maka akan mengakibatkan…
a. Konsumen II bertambah
b. Konsumen I bertmbah
c. Konsume I dan II bertambah
d. Produsen dan konsumen II bertambah
1. Produsen
2. Matahari
3. Konsumen
Ururtan perpindahan materi dan energi yang benar adalah …
a. 1, 2, 3
b. 1, 3, 2
c. 2, 1, 3
d. 3, 1, 2
Lapisan permukaan bumi yang merupakan berlangsungnya kehidupan
disebut …
a. Habitat
b. Biosfer
c. Bioma
d. Biotik
1. Kelapa
a.
b.
c.
d.
Memprediksi perubahan
jumlah organisme dalam
ekosistem
C3
Mengidentifikasi perpindahan
energi
C1
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Komponen penyusun
Menyebutkan pengertian
biosfer
C1
Menentukan tumbuhan yang
C2
A
C
B
D
139
ekosistem
hidup dipantai
Satuan-satuan dalam
ekosistem
Menjelaskan kebutuhan
makhluk hidup
C2
Menjelaskan peranan pengurai
C2
Menyebutkan pengertian rantai
Hubungan antar
makanan
komponen ekosistem
C1
Komponen penyusun
ekosistem
Manusia dan
lingkungan
Menjelaskan cara menangani
sampah
C2
2. Jagung
3. Kangkung
4. Enau
5. Piang
6. Ganggang
7. Bakau
8. Pandan
Tumbuhan yang bisa hidup di pantai adalah kelompok ….
a. 1, 2, 3
b. 1, 4, 5
c. 1, 3, 6
d. 1, 7, 8
Belalang beraktivitas Di padang rumput, cacing tanah beraktivitas dilumpur
berhumus dan ganggang banyak dijumpai di kolam. Hal ini menunjukkan
setiap makhluk hidup memerlukan ….
a. Daerah
b. Makanan
c. Lingkungan
d. Habitat
Jika semua mikroorganisme pengurai dimatikan, maka ……..
a. Tumbuhan semakin subur
b. Consumer akan semakin banyak
c. Predator semakin banyak
d. Sampah-sampah bertimbun
Kumpulan peristiwa makan memakan yang saling berhubungan akan
membentuk ….
a. Piramida makanan
b. Rantai makanan
c. Ekosistem
d. Jaring-jaring makanan
Perhatiakn pernyataan berikut:
1. Di daur ulang
2. Dibuang disungai
3. Dikumpulkan lalu dibakar
D
D
B
B
140
Hubungan antar
komponen ekosistem
Menjelaskan proses pada
rantai makanan
C2
4. Ditimbun untuk dibuat kompos
Tindakan paling tepat terhadap sampah anorganik dan organik adalah …
a. 1 dan 2
b. 1 dan 4
c. 2 dan 3
d. 3 dan 4
Perhatikan gambar:
C1
Ketika rumput dimakan tikus, terjadi peristiwa makan dan dimakan dengan
melibatkan energi. Maka dalam proses rantai makanan tersebut terjadi ….
a. Siklus energi
b. Penambahan energi
c. Pengurai energi
d. Perpindahan energy
Perhatikan gambar dibawah ini:
D
Manusia dan
lingkungan
Menyebutkan gambaran
piramida
D
Gambaran diatas menunjukkan ……
a. Arus energi
b. Jaring-jaring makanan
141
Komponen penyusun
ekosistem
Hubungan antar
komponen ekosistem
Komponen penyusun
ekosistem
Menyebutkan pengertian
produsen
Memberikan contoh saling
ketergantungan antar
komponen biotik dan abiotik
Menjelaskan individu sejenis
C1
C2
C2
c. Rantai makanan
d. Piramida makanan
Komponen biotik yang berperan sebagai penghasil makanan disebut ….
a. Produsen
b. Konsumen
c. Herbivora
d. Predator
Perhatikan pernyataan-pernyataan dibawah ini:
1. Cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah
2. Penghijauan dapat mencegah terjadinya erosi
3. Tumbuhan memerlukan air untuk melakukan fotosintesis
4. Makhluk hidup memerlukan oksigen untuk bernafas
Diantara pernyataan tersebut yang merupakan contoh ketergantungan
komponen biotik terhadap abiotik yaitu ….
a. a dan b
b. c dan d
c. a dan b
a. b dan d
Individu-individu dikatakan sejenis (satu spesises), bila ….
a. Di alam berinteraksi untuk mencari makanan
b. Di alam hidup bersama saling berdampingan
c. Di alam hidup bersimbiosis
d. Di alam berasal dari ras yang sama
A
B
D
142
LAMPIRAN 8
REKAPITULASI ANALISIS BUTIR
SOAL
Reabilitas Soal: 0,77 (tinggi)
Tingkat Kesukaran
Indeks
Kategori
91.43
Sangat Mudah
85.71
Sangat Mudah
88.57
Sangat Mudah
51.43
Sedang
42.86
Sedang
68.57
Sedang
45.71
Sedang
91.43
Sangat Mudah
2.86
Sangat Sukar
22.86
Sukar
77.14
Mudah
94.29
Sangat Mudah
51.43
Sedang
85.71
Sangat Mudah
20
Sukar
82.86
Mudah
80
Mudah
37.14
Sedang
Daya Beda
Indeks
Kategori
22.22
Cukup
22.22
Cukup
33.33
Cukup
22.22
Cukup
11.11
Buruk
44.44
Baik
44.44
Baik
33.33
Cukup
-11.11
Buruk
33.33
Cukup
55.56
Baik
22.22
Cukup
55.56
Baik
55.56
Baik
22.22
Cukup
44.44
Baik
44.44
Baik
11.11
Buruk
Validitas
Indeks
Kategori
Valid
0.323
In Valid
0.246
Valid
0.43
In Valid
0.233
0.058
In Valid
Valid
0.444
Valid
0.525
Valid
0.554
In Valid
-0.132
Valid
0.388
Valid
0.536
In Valid
0.242
Valid
0.459
Valid
0.535
Valid
0.402
Valid
0.501
Valid
0.437
In
Valid
0.21
19
34.29
Sedang
33.33
Cukup
0.379
Valid
Digunakan
20
34.29
Sedang
66.67
Baik
0.609
Valid
Digunakan
21
42.86
Sedang
-11.11
Buruk
-0.211
In Valid
22
82.86
Mudah
55.56
Baik
0.651
Valid
Digunakan
23
62.86
Sedang
66.67
Baik
0.51
Valid
Digunakan
24
82.86
Mudah
55.56
Baik
0.566
Valid
Digunakan
25
77.14
Mudah
55.56
Baik
0.642
Valid
Digunakan
26
62.86
Sedang
11.11
Buruk
0.368
Valid
Digunakan
27
71.43
Mudah
77.78
Baik Sekali
0.614
Valid
Digunakan
28
60
Sedang
100
Baik Sekali
0.672
Valid
Digunakan
29
51.43
Sedang
55.56
Baik
0.516
Valid
Digunakan
30
48.57
Sedang
88.89
Baik Sekali
0.722
Valid
Digunakan
31
68.57
Sedang
55.56
Baik
0.349
Valid
Digunakan
32
42.86
Sedang
0
Buruk
0.018
In Valid
33
51.43
Sedang
44.44
Baik
0.386
Valid
Digunakan
34
68.57
Sedang
66.67
Baik
0.575
Valid
Digunakan
35
65.71
Sedang
0
Buruk
0.089
In Valid
Tidak digunakan
36
48.57
Sedang
22.22
Cukup
0.204
In Valid
Tidak digunakan
37
68.57
Sedang
55.56
Baik
0.322
Valid
Digunakan
38
62.86
Sedang
88.89
Baik Sekali
0.652
Valid
Digunakan
39
65.71
Sedang
77.78
Baik Sekali
0.541
Valid
Digunakan
40
71.43
Mudah
77.78
Baik Sekali
0.631
Valid
Tidak digunakan
No
Soal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Keterangan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak digunakan
Digunakan
Tidak digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
Tidak digunakan
143
Lampiran 9
Persyaratan Uji Normalitas
A Kelas Eksperimen Jigsaw
a. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Jigsaw
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Responden
P1
P2
L1
L2
P3
L3
P4
L4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
L5
P11
L6
L7
Nilai
48
52
40
36
44
52
36
36
32
32
36
24
28
24
16
36
44
24
No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Responden
L8
L9
L10
P 12
L11
L12
P13
P14
L13
L14
L15
P15
P16
P17
L16
P18
P19
Nilai
20
36
36
52
16
52
12
48
40
48
36
52
12
36
44
44
16
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 52 dan nilai minimum
adalah 12. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya
diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini:
1. Urutkan data terkecil ke data terbesar
12,12,16,16,16,20,24,24,24,28,32,32,36,36,36,36,36,36,36,36,40,40,44,44,44,44,44
,48,48,48,52,52,52,52,52
2. Rentangan (r)
r = skor terbesar – skor terkecil
r = 52– 12
r = 40
3. Menentukan banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5, 095
= 6,095 = 6
(dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
π‘Ÿ
𝑖=
𝐾
40
𝑖=
6,09
= 6,56
= 7 (dibulatkan)
144
5. Menentukan distribusi frekuensi
Interval
12-18.
19-25
26-32
33-39
40-46
47-53
Jumlah
Batas
Kelas
11,5
18,5
25,5
32,5
39,5
46,5
Nilai
Frekuensi
Tengah
(fi)
(Xi)
5
15
4
22
3
29
9
36
6
43
8
50
35
195
fi. Xi
Xi²
fXi²
75
88
87
324
258
400
1232
225
484
841
1296
1849
2500
7195
1125
1936
2523
11664
11094
20000
48342
6. Menentukan rata-rata (mean)
𝑓𝑋𝑖
(𝐱) =
𝑛
πŸπŸπŸ‘πŸ
=
πŸ‘πŸ“
= πŸ‘πŸ“, 𝟐
7. Menentukan Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me = b + p [1/2 n - F]
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median
=25,5
p = panjang kelas
=7
n = banyak data
= 35
F = nilai frekuensi sebelum kelas median
=5+4=9
f = nilai frekuensi kelas median
=3
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest
ini adalah sebagai berikut:
1/2𝑛 − 𝐹
𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝
𝑓
1/2.35 − 9
𝑀𝑒 = 25,5 + 7
3
𝑀𝑒 = 25,5 + 7(4,3)
𝑀𝑒 = 25,5 + 30,1
= 55,6
8. Menentukan modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p [ b1 ]
b1+b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 25,5
=7
= 3 – 4 = -1
= 3 – 9 =-6
145
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini
adalah sebagai berikut.
𝑏1
π‘€π‘œ = 𝑏 + 𝑝
𝑏1 + 𝑏2
−1
π‘€π‘œ = 25,5 + 7
−1 + (−6)
π‘€π‘œ = 25,5 + 0,98
= 26,48
9. Menentukan varians (Si2)
𝒏 π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š
π‘Ίπ’ŠπŸ =
𝒏 𝒏−𝟏
=
𝟐
πŸ‘πŸ“ πŸ’πŸ–πŸ‘πŸ’πŸ −(πŸπŸπŸ‘πŸ)
πŸ‘πŸ“(πŸ‘πŸ“−𝟏)
πŸπŸ”πŸ—πŸπŸ—πŸ•πŸŽ − πŸπŸ“πŸπŸ•πŸ–πŸπŸ’
=
πŸπŸπŸ—πŸŽ
πŸπŸ•πŸ’πŸπŸ’πŸ”
=
πŸπŸπŸ—πŸŽ
= πŸπŸ’πŸ”, πŸ‘πŸ’πŸπŸ
10. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
𝒏 π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š 𝟐
𝑺𝑫 =
𝒏 𝒏−𝟏
= 146,3412
= 12,1
b. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Jigsaw
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Responden
P1
P2
L1
L2
P3
L3
P4
L4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
L5
P11
L6
L7
Nilai
84
88
88
76
76
88
72
72
68
72
72
60
72
68
52
72
80
68
No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Responden
L8
L9
L10
P 12
L11
L12
P13
P14
L13
L14
L15
P15
P16
P17
L16
P18
P19
Nilai
56
92
60
88
56
80
52
88
84
84
72
92
52
76
76
76
52
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 92 dan nilai minimum
adalah 52. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya
diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini:
146
1. Urutkan data terkecil ke data terbesar
52,52,52,52,56,56,60,60,68,68,68,72,72,72,72,72,72,72,76,76,76,76,76,76,80,80,80
,84,84,84,88,88,88,92,92
2. Rentang (r)
r = data terbesar – data terkecil
= 92 – 52
= 40
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5, 095
= 6,095 = 6
(dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
π‘Ÿ
𝑖=
𝐾
40
𝑖=
6,09
= 6,56
= 7 (dibulatkan)
5. Menentukan distribusi frekuensi
Nilai
Batas Frekuensi
Interval
Tengah
fi. Xi
Xi²
fXi²
Kelas
(fi)
(Xi)
52-58
51.5
6
55
330
3025
18150
59-65
58.5
2
62
124
3844
7688
66-72
65.5
10
69
690
4761
47610
73-79
72.5
6
76
456
5776
34656
80-86
79.5
6
83
498
6889
41334
87-93
86.5
5
90
450
8100
40500
Jumlah
414
35
435
2548
32395 189938
6. Menentukan rata-rata (mean)
𝑓𝑋𝑖
(𝐱) =
𝑛
=
πŸπŸ“πŸ’πŸ–
πŸ‘πŸ“
= πŸ•πŸ. πŸ–
7. Menentukan Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me = b + p [1/2 n - F]
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median
= 65,5
p = panjang kelas
=7
n = banyak data
= 35
F = nilai frekuensi sebelum kelas median
=6+2=8
f = nilai frekuensi kelas median
= 10
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1/2𝑛 − 𝐹
𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝
𝑓
147
𝑀𝑒 = 65,5 + 7
1/2.35 − 8
10
𝑀𝑒 = 65,5 + 7(1,35)
𝑀𝑒 = 65,5 + 9,45
= 74,49
8. Menentukan modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p [ b1 ]
b1+b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 65,5
=7
= 10 – 2 = 8
= 10 – 6 = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut:
𝑏1
π‘€π‘œ = 𝑏 + 𝑝
𝑏1 + 𝑏2
8
π‘€π‘œ = 65,5 + 7
8+4
π‘€π‘œ = 65,5 + 4,6
= 70,1
8. Menentukan varians (Si²)
𝒏 π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š 𝟐
π‘Ίπ’ŠπŸ =
𝒏 𝒏−𝟏
35 189938 − 2548 2
𝑆𝑖 2 =
35(35 − 1)
6647830 − 6492304
=
1190
155526
=
1190
= 130,69
8. Menentukan Standar Deviasi (SD)
𝒏 π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š 𝟐
𝑺𝑫 =
𝒏 𝒏−𝟏
𝑆𝐷 = 130,69
𝑆𝐷 = 11,43
148
B Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray
a. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Responden
L1
L2
P1
L3
L4
P2
L5
P3
P4
L6
L7
P5
L8
P6
L9
P7
L10
P8
Nilai
16
16
40
32
56
36
40
40
20
20
48
36
48
28
52
32
24
24
No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Responden
P9
P10
P11
L11
L12
L13
L14
L15
P12
L16
P13
P14
P15
L17
L18
P16
P 17
Nilai
40
56
52
32
16
52
44
56
40
56
44
52
56
48
48
32
44
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 56 dan nilai minimum
adalah 16. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya
diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini:
1. Urutkan data terkecil ke data terbesar
16,16,16,20,20,24,24,28,32,32,32,32,36,36,40,40,40,40,40,44,44,44,48,48,48,48,52,52
,52,52,56,56,56,56,56
2. Rentang (r)
𝒓 = 𝒅𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 − 𝒅𝒂𝒕𝒂 π’•π’†π’“π’Œπ’†π’„π’Šπ’
𝒓 = πŸπŸ” − πŸ“πŸ”
𝒓 =40
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) = 35
𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5, 09
= 6,09
=6
(dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
π‘Ÿ
𝑖=𝐾
40
𝑖=
6,09
= 6,56
= 7 (dibulatkan)
149
5. Menentukan distribusi frekuensi
Batas Frekuensi
Interval
Kelas
(fi)
16-22
15,5
5
23-29
22,5
3
30-36
29,5
6
37-43
36,5
5
44-50
43,5
7
51-57
50,5
9
Jumlah
35
Nilai Tengah
(Xi)
19
26
33
40
47
54
219
fi. Xi
Xi²
fXi²
95
78
198
200
329
486
1386
361
626
1089
1600
2209
2916
8851
1805
2028
6534
8000
15463
26244
60074
6.Menentukan rata-rata (mean)
𝑓𝑋𝑖
𝑋= 𝑛
1386
𝑋=
35
𝑋 = 39,6
7. Menentukan Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me = b + p [1/2 n - F]
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median
= 29,5
p = panjang kelas
=7
n = banyak data
= 35
F = nilai frekuensi sebelum kelas median
= 5 + 3 =8
f = nilai frekuensi kelas median
=6
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil pretest
ini adalah sebagai berikut.
𝑀𝑒 = 29,5 + 7
1
2 35−8
6
= 29,5 + 7(2,25)
= 29,5 +15,75
= 45,25
8. Menentukan modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p [ b1 ]
b1+b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 29,5
=7
=6–3=3
=6–5=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest
ini adalah sebagai berikut:
3
π‘€π‘œ = 29,5 + 7
3+1
= 29,5 + 5,25
= 34,75
150
9. Menentukan varians (Si²)
π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š 𝟐
π‘Ίπ’Š =
𝒏 𝒏−𝟏
πŸ‘πŸ“.
πŸ”πŸŽπŸŽπŸ•πŸ’
− πŸπŸ‘πŸ–πŸ” 𝟐
𝟐
π‘Ίπ’Š =
πŸ‘πŸ“(πŸ‘πŸ“ − 𝟏)
πŸπŸπŸŽπŸπŸ“πŸ—πŸŽ − πŸπŸ—πŸπŸŽπŸ—πŸ—πŸ”
=
πŸπŸπŸ—πŸŽ
= πŸπŸ“πŸ, πŸ”
10. Menentukan Standar Deviasi (SD)
𝟐
𝒏
π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
𝒏 𝒏−𝟏
𝑆𝐷 = 152,6
𝑆𝐷 = 12,35
𝑺𝑫 =
𝒏
π’‡π‘Ώπ’Š
𝟐
b. Hasil Posttest Kelas Eksperimen Two Stay two Stray
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Responden
L1
L2
P1
L3
L4
P2
L5
P3
P4
L6
L7
P5
L8
P6
L9
P7
L10
P8
Nilai
40
48
72
64
80
64
72
72
76
56
76
60
76
56
80
60
52
44
No
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Responden
P9
P10
P11
L11
L12
L13
L14
L15
P12
L16
P13
P14
P15
L17
L18
P16
P 17
Nilai
68
80
76
64
44
80
72
80
68
80
72
64
80
72
76
60
68
Dari data tersebut, diperoleh bahwa nilai maksimum adalah 80 dan nilai minimum
adalah 40. sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu
menentukan nilai rentang (r), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya
diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
1. Urutkan data terkecil ke data terbesar
40,44,44,48,52,56,56,60,60,60,64,64,64,64,68,68,68,72,72,72,72,72,72,76,76,76,76
,76,80,80,80,80,80,80,80
2. Rentang (r)
π‘Ÿ = π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ − π‘‘π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘˜π‘’π‘π‘–π‘™
π‘Ÿ = 80 − 40
π‘Ÿ = 40
3. Banyak kelas (K) dengan banyak data (n) =
𝐾 = 1 + 3,3 log 𝑛
151
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5, 09
= 6,09
=6
(dibulatkan)
4. Panjang kelas interval (i)
π‘Ÿ
𝑖=
𝐾
40
𝑖=
6,09
𝑖 = 6,5681445
𝑖 = 7 (π‘‘π‘–π‘π‘’π‘™π‘Žπ‘‘π‘˜π‘Žπ‘›)
5. Menentukan distribusi frekuensi
Interval
Batas
Kelas
40-46
47-53
54-60
61-67
68-74
75-81
Jumlah
39.5
46.5
53.5
60.5
67.5
74.5
342
6.
Nilai
Frekuensi
Tengah
(fi)
(Xi)
3
43
2
50
5
57
4
64
9
71
12
78
35
363
fi. Xi
Xi²
fXi²
129
100
285
256
639
936
2345
1849
2500
3249
4096
5041
6084
22819
5547
5000
16245
16384
45369
73008
161553
Menentukan rata-rata (mean)
𝑓𝑋𝑖
(𝐱) =
𝑛
πŸπŸ‘πŸ’πŸ“
=
πŸ‘πŸ“
= πŸ”πŸ•
7. Menentukan Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
Me = b + p [1/2 n - F]
f
Dimana:
b = batas bawah kelas median
=53,5
p = panjang kelas
=7
n = banyak data
= 35
F = nilai frekuensi sebelum kelas median
=3+2=5
f = nilai frekuensi kelas median
=5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
1/2𝑛 − 𝐹
𝑓
1/2.35 − 5
𝑀𝑒 = 53,5 + 7
5
𝑀𝑒 = 𝑏 + 𝑝
𝑀𝑒 = 53,5 + 7(3)
𝑀𝑒 = 53,5 + 21
= 74,5
152
8. Menentukan modus
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p [ b1 ]
b1+b2
Dimana:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b1= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2= frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
= 53,5
=7
=5–2=3
=5–4=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
3
π‘€π‘œ = 25,5 + 7 3+1
π‘€π‘œ = 25,5 + 5,25
= 30,75
9. Menentukan varians (Si²)
𝒏 π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
π’‡π‘Ώπ’Š 𝟐
𝟐
π‘Ίπ’Š =
𝒏 𝒏−𝟏
πŸ‘πŸ“ πŸπŸ”πŸπŸ“πŸ“πŸ‘ − πŸπŸ‘πŸ’πŸ“
=
πŸ‘πŸ“ πŸ‘πŸ“ − 𝟏
πŸ“πŸ”πŸ“πŸ’πŸ‘πŸ“πŸ“ − πŸ“πŸ’πŸ—πŸ—πŸŽπŸπŸ“
=
πŸπŸπŸ—πŸŽ
155330
=
1190
= 130,5294
𝟐
10. Menentukan Standar Deviasi (SD)
π’‡π‘Ώπ’ŠπŸ −
𝒏 𝒏−𝟏
= 130,5249
= 11,42
𝑺𝑫 =
𝒏
π’‡π‘Ώπ’Š
𝟐
153
Lampiran 10
UJI NORMALITAS DATA
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji Liliefors, dengan
rumus: Lo = F (Zi) – S (Zi)
Proses perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut:
1. Data diurutkan dari terkecil hingga terbesar
2. tentukan nilai Zi, dari tiap-tiap data (kolom Zi) dengan rumus
Zi = x - ‾x
SD
3. Nilai Zi dikonsultasikan pada daftar F (Kolom Zt)
4. Untuk kolom S (Zi)
S (Zi) = Nomor responden
Jumlah responden
5. Kolom F (Zi) – S (Zi), merupakan harga mutlak dari selisih antara
F (Zi) – S (Zi)
6. Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk menentukan Lo
7. Apabila Lo hitung < Lo tabel, berarti data berdistribusi normal
A. Hasil Tes Kelompok Eksperimen Jigsaw
1. Pretest
Tabel
Uji Normalitas Data Pre Test Kelompok Eksperimen Jigsaw
No
Skor
(xi)
f
Zn
Zi
Z tabel
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
1
12
2
2
-1.91
0.4719
0.0281
0.05714286
0.029042857
2
16
3
5
-1.58
0.4429
0.0571
0.14285714
0.085757143
3
20
1
6
-1.25
0.3944
0.1056
0.17142857
0.065828571
4
24
3
9
-0.92
0.3212
0.1788
0.25714286
0.078342857
5
28
1
10
-0.59
0.2224
0.2776
0.28571429
0.008114286
6
32
2
12
-0.26
0.1026
0.3974
0.34285714
0.054542857
7
36
9
21
0.06
0.0239
0.5239
0.6
0.0761
8
40
2
23
0.39
0.1517
0.6517
0.65714286
0.005442857
9
44
4
27
0.72
0.2642
0.7642
0.77142857
0.007228571
10
48
3
30
1.05
0.3531
0.8531
0.85714286
0.004042857
11
52
5
35
1.38
0.4162
0.9162
1
-0.0838
∑
35
Lo:0.085757143
154
Cara menghitung:
Zi = x - x
SD
S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa
n
Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf
signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka:
0,886
0,886
Ltabel (Lt); =
=
= 0,1497
𝑛
35
Karena Lo < Lt (0.0857< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel
berdistribusi normal.
2. Posttest
Tabel
Uji Normalitas Data Post Test Kelompok Eksperimen Jigsaw
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
∑
Skor
(x)
52
56
60
68
72
76
80
84
88
92
f
Zn
Zi
Z tabel
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
4
2
2
3
7
6
3
3
3
2
35
4
6
8
11
18
24
27
30
33
35
-1.81
-1.46
-1.11
-0.41
-0.06
0.27
0.62
0.97
1.32
1.67
0.4649
0.4279
0.3665
0.1591
0.0239
0.1064
0.2324
0.334
0.4066
0.4525
0.0351
0.0721
0.1335
0.3409
0.4761
0.6064
0.7324
0.834
0.9066
0.9525
0.11428571
0.17142857
0.22857143
0.31428571
0.51428571
0.68571429
0.77142857
0.85714286
0.94285714
1
0.079185714
0.099328571
0.095071429
0.026614286
0.038185714
0.079314286
0.039028571
0.023142857
0.036257143
0.0475
Lo:0.09932857
Cara mengitung:
Zi = x - x
SD
S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa
n
Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf
signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka:
0,886
0,886
Ltabel (Lt); =
=
= 0,1497
𝑛
35
Karena Lo < Lt (0.0993< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel
berdistribusi normal.
155
B. Hasil Tes Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray
1. Pre Test
Tabel
Uji Normalitas Data Pre Test Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray
No
Skor
(xi)
f
Zn
Zi
Z table
F(Zi)
F(Zi) –S(Zi)
S (Zi)
1
16
3
3
-1.91
0.4719
0.0281
0.08571429
0.057614286
2
20
2
5
-1.58
0.4429
0.0571
0.14285714
0.085757143
3
24
2
7
-1.26
0.3962
0.1038
0.2
0.0962
4
28
1
8
-0.93
0.3238
0.1762
0.22857143
0.052371429
5
32
4
12
-0.61
0.2291
0.2709
0.34285714
0.071957143
6
36
2
14
-0.29
0.1141
0.3859
0.4
0.0141
7
40
5
19
0.03
0.012
0.488
0.54285714
0.054857143
8
44
3
22
0.35
0.1368
0.6368
0.62857143
0.008228571
9
48
4
26
0.68
0.2518
0.7518
0.74285714
0.008942857
10
52
4
30
1.00
0.3113
0.8113
0.85714286
0.045842857
11
56
5
35
1.32
0.4066
0.9066
1
0.0934
Lo:0.0962
∑
35
Cara menghitung:
Zi = x - x
SD
S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa
n
Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf
signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka:
0,886
0,886
Ltabel (Lt); =
=
= 0,1497
𝑛
35
Karena Lo < Lt (0.0857 < 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel
berdistribusi normal.
2. Post Test
Tabel
Uji Normalitas Data Post Test Kelompok Eksperimen Two Stay Two Stray
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
∑
Skor
(x)
40
44
48
52
56
60
64
68
72
76
80
F
Zn
Zi
Z table
F(Zi)
S (Zi)
F(Zi) –S(Zi)
1
2
1
1
2
3
4
3
6
5
7
35
1
3
4
5
7
10
14
17
23
28
35
-2.36
-2.01
-1.66
-1.31
-0.96
-0.61
-0.26
0.08
0.43
0.78
1.13
0.4909
0.4778
0.4515
0.4049
0.3315
0.2291
0.1026
0.0319
0.1664
0.2823
0.3706
0.0091
0.0222
0.0485
0.0951
0.1685
0.2709
0.3974
0.5319
0.6664
0.7823
0.8706
0.02857143
0.08571429
0.11428571
0.14285714
0.2
0.28571429
0.4
0.48571429
0.65714286
0.8
1
0.019471429
0.063514286
0.065785714
0.047757143
0.0315
0.014814286
0.0026
0.046185714
0.009257143
0.0177
0.1294
Lo:0.065785714
156
Cara menghitung:
Zi = x - x
SD
S (Zi) = Zn , n = Jumlah siswa
n
Ltabel (Lt) = 0.1497, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n = 35 pada taraf
signifikan 5 %. Ltabel (Lt); karena n> 30, maka:
0,886
0,886
Ltabel (Lt); =
=
= 0,1497
𝑛
35
Karena Lo < Lt (0.0657< 0.1497) sehingga diambil kesimpulan bahwa sampel
berdistribusi normal.
157
Lampiran 11
Uji Homogenitas Data
A. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau
Uji Fisher. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Fhitung = S 1²
= Varians terbesar
S 2²
Varians terkecil
Dengan langkah sebagai berikut:
1. Hipotesis
Ho = Data yang memiliki varians homogen
Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria pengujian
a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
homogen
b. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, yang berarti kedua varians tidak
homogen
3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil).
db1 = n – 1 = 35 – 1 = 34
db2= n – 1 = 35 – 1 = 34
4. Menentukan nilai Fhitung:
Fhitung = S 1²
= Varians terbesar
S 2²
Varians terkecil
Diketahui : S Terbesar = 152,6
S Terkecil = 146,3
152,6
𝐹𝑕𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 =
146,2
= 1,04
5. Menentukan nilai Ftabel
Untuk db penyebut 34 dan db pembilang 34 (0.05:34,34) tidak terdapat pada tabel,
maka digunakan db penyebut dan db pembilang yang terdekat, yaitu db penyebut
34 dan db pembilang 40 (0.05:34,40). Adapun Ftabel dengan db penyebut 34 dan
db pembilang 40 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74.
Karena Fhitung < Ftabel (1,04 < 1,74), ini berarti Ho diterima, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen.
B. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok
1. Hipotesis
Ho = Data yang memiliki varians homogen
Ha = Data yang tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria pengujian
a. Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti kedua varians
homogen
b. Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima, yang berarti kedua varians tidak
homogen
3. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil).
db1 = n – 1 = 35- 1 = 34
db2= n – 1 = 35 – 1 = 34
158
4. Menentukan nilai Fhitung:
Fhitung = S 1²
= Varians terbesar
S 2²
Varians terkecil
Diketahui : S Terbesar = 130,7
S Terkecil = 130,5
𝐹𝑕𝑖𝑑𝑒𝑛𝑔 =
130,7
130,5
= 1,0015
5. Menentukan nilai Ftabel
Untuk db penyebut 34 dan db pembilang 34 (0.05:34,34) tidak terdapat pada tabel,
maka digunakan db penyebut dan db pembilang yang terdekat, yaitu db penyebut
34 dan db pembilang 40 (0.05:34,40). Adapun Ftabel dengan db penyebut 34 dan
db pembilang 40 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,74.
Karena Fhitung < Ftabel (1,0015 < 1,74), ini berarti Ho diterima, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen.
159
Lampiran 12
Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray
Pehitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini:
N-gain = Nilai posttest – nilai pretest
Skor ideal – nilai pretest
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut.
g- tinggi
: nilai G ≥ 0,7
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G ≤ 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30
Nilai N-gain hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen sebagai
berikut ini:
Tabel Nilai N-gain Kelas Eksperimen Two Stya Two Stray
No
Nama Siswa
Nilai
Pretest
posttest
Gain
(G)
Kategori
1
Abdul
16
40
0.28
Rendah
2
Agung
16
48
0.38
Sedang
3
Ane
40
72
0.53
Sedang
4
Aldi
32
64
0.47
Sedang
5
Alvin
56
80
0.54
Sedang
6
Astri
36
64
0.43
Sedang
7
Dede
40
72
0.53
Sedang
8
Debby
40
72
0.53
Sedang
9
Dini
20
76
0.7
Sedang
10
Dika
20
56
0.45
Sedang
11
Firman
48
76
0.53
Sedang
12
Hastuti
36
60
0.37
Sedang
13
Handika
48
76
0.53
Sedang
14
Heni
28
56
0.38
Sedang
15
Indra
52
80
0.58
Sedang
16
Indri
32
60
0.41
Sedang
17
Marwan
24
52
0.36
Sedang
18
Muthia
24
44
0.26
Rendah
19
Mega
40
68
0.46
Sedang
20
Norma
56
80
0.54
Sedang
21
Rahayu
52
76
0.5
Sedang
160
Nilai
Pretes
Postest
No
Nama Siswa
Gain (G)
Kategori
22
Rhamadan
32
64
0.47
Sedang
23
Riandi
16
44
0.33
Sedang
24
Renaldy
52
80
0.58
Sedang
25
Rendy
44
72
0.5
Sedang
26
Ricky
56
80
0.54
Sedang
27
Rima
40
68
0.46
Sedang
28
Roni
56
80
0.54
Sedang
29
Selvi
44
72
0.5
Sedang
30
Siti Juwanti
52
64
0.25
Rendah
31
Sumyati
56
80
0.54
Sedang
32
Sulton
48
72
0.46
Sedang
33
Yoga
48
76
0.53
Sedang
34
Yurizky
32
60
0.41
sedang
35
Vina
44
68
sedang
39.31
67.2
0.42
0.47
Rata-rata
sedang
161
Lampiran 13
Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw
Pehitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini:
N-gain = Nilai posttest – nilai pretest
Skor ideal – nilai pretest
Sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-gain sebagai berikut.
g- tinggi
: nilai G ≥ 0,7
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G ≤ 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30
Nilai N-gain hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen sebagai
berikut ini:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Nama Siswa
Agil
Zaelsy
Sri
Bachtiar
Bayu
Indriyani
Ari
Resti
Fahma
Ramlan
Randi
Dina
Umar
Hani
Dede
Ade
Hadi
Lola
Adelia
Septi
Yudistilawati
Sulton
Dani
Nilai
Pretest Posttest
48
84
52
88
40
88
36
76
44
76
52
88
36
72
36
72
32
68
32
72
36
72
24
60
28
72
24
68
16
52
36
72
44
80
24
68
20
56
36
92
36
60
52
88
16
56
Gain
(G)
0.69
0.75
0.8
0.62
0.57
0.75
0.56
0.56
0.52
0.58
0.56
0.47
0.61
0.58
0.43
0.56
0.64
0.57
0.45
0.87
0.37
0.75
0.47
Kategori
sedang
tingggi
tingggi
sedang
sedang
tingggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
tingggi
sedang
tingggi
sedang
162
No
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Gain
(G)
Umar
Fariz
Mulyana
Risa
Nico
Silva
Feni
Yolanda
Gatot
Rian
Faradilla
Chika
Nilai
Pretest
Postest
52
80
12
52
48
88
40
84
48
84
36
72
52
92
12
52
36
76
44
76
44
76
16
52
0.42
sedang
sedang
tingggi
tingggi
sedang
sedang
tingggi
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Rata-rata
35.42
0.60
sedang
Nama Siswa
73.25
0.58
0.45
0.77
0.73
0.69
0.56
0.83
0.45
0.62
0.57
0.57
Kategori
163
Lampiran 14
Persiapan Uji Hipotesis (Uji t)
Tabel
Perhitungan “t” test Nilai N-gain Kelompok Eksperimen Jigsaw
Responden
N-gain Jigsaw
N-gain TSTS
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
A
B
C
D
E
F
G
H
I
∑
‾x
SD
0.69
0.75
0.8
0.62
0.57
0.75
0.56
0.56
0.52
0.58
0.56
0.47
0.61
0.58
0.43
0.56
0.64
0.57
0.45
0.87
0.37
0.75
0.47
0.58
0.45
0.77
0.73
0.69
0.56
0.83
0.45
0.62
0.57
0.57
0.42
20.97
0.599142857
0.125143951
0.28
0.38
0.53
0.47
0.54
0.43
0.53
0.53
0.7
0.45
0.53
0.37
0.53
0.38
0.58
0.41
0.36
0.26
0.46
0.54
0.5
0.47
0.33
0.58
0.5
0.54
0.46
0.54
0.5
0.25
0.54
0.46
0.53
0.41
0.42
16.29
0.465428571
0.097568765
164
Lampiran 15
PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan “t” test, berikut
langkah – langkah perhitungannya:
a. Merumuskan hipotesis
Ho = µ1 = µ2
Ha = µ1 ≠ µ2
Keterangan:
Ho = Hipotesis nihil
Ha = Hipotesis alternatif
µ1 = Prestasi belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw
µ2 = Prestasi belajar biologi siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik TSTS
b. Menentukan kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel, , maka Ho diterima
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) 35 + 35 – 2 = 68
c. Menentukan uji statistik
Nilai N-gain kelompok eksperimen Jigsaw dan kelompok eksperimen TSTS.
Eksperimen
Mean
Jigsaw
0.59
0.46
TSTS
SD dan Mean kelompok Jigsaw
N
35
35
Standar Deviasi
0.125143951
0.097568765
= 0.125143951dan 0,59
Sehingga varians, Sd = 0.125143951
S² = 0,015661
SD dan Mean kelompok TSTS
Sehingga varians, Sd = 0,097568765
S² = 0,00952
𝑛1 − 1 𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22
𝑠 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2
2
𝑠2 =
35 − 1 0,01566 + 35 − 1 0,00952
35 + 35 − 2
= 0,097568765 dan 0,46
165
0,53244 + 0,3236844
68
0,8561244
𝑠2 =
68
𝑠2 =
𝑠 2 = 0,0126
𝑠 = 0,112
tο€½
𝑑=
𝑑=
𝑑=
X1 ο€­ X 2
1 1
S

n1 n2
0,59 − 0,46
0,112
1+1
35 35
0,13
0,122 0,028 + 0,028
0,13
0,122 0,056
0,13
0,122(0,24)
𝑑 = 4,44
𝑑=
Setelah thitung diperoleh, kemudian menentukan ttabel dengan berkonsultasi
pada tabel “t”. Dengan df sebesar 68 taraf signifikansi 0,05 tidak ada dalam
tabel maka digunakan df yang mendekati yaitu 70 sebesar 2,00
d. Melakukan pengambilan kesimpulan
Karena didapat perhitungan N-gain kelompok eksperimen Jigsaw dan
Two Stay Two Stray, thitung > ttabel (4,44 > 2,00), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang
diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dengan teknik Two
Stay Two Stray.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan sesudah menggunakan metode
pembelajaran teknik Jigsaw dan TSTS terhadap hasil belajar biologi
pada konsep sistem ekosistem
Download