1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama yang terbaik bagi bayi. Pemberian ASI pada bayi, terutama pemberian kolostrom dapat melindungi bayi dari risiko kematian akibat diare dan infeksi saluran pernapasan akut (WHO, 2000; Kramer dan Kakuma, 2002; Uruakpa et al., 2002). Bayi yang dahulunya diberi ASI cenderung memiliki tekanan darah, kadar kolesterol total, serta prevalensi obesitas dan Diabetes Mellitus tipe 2 yang lebih rendah daripada bayi yang dahulu tidak diberi ASI (Horta, et al., 2007). Ibu yang menyusui juga mempunyai risiko lebih rendah terkena kanker payudara dan defisiensi zat besi. Menyusui juga dapat meningkatkan jarak kelahiran dengan anak berikutnya (American Dietetic Association, 2009). Prevalensi pemberian ASI selama 6 bulan di Amerika Serikat masih kurang dari 50 % yaitu tepatnya 44,3% pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 47,2% pada tahun 2009 (Centers for Disease Control, 2012). Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, persentase menyusui eksklusif pada bayi yang berusia 0-5 bulan adalah 15,3% sampai 39,8 % (Kemenkes RI, 2010). Praktik proses mulai menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir dan pemberian kolostrum di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tergolong baik apabila dibandingkan dengan angka nasional yaitu sebesar 56,2 % (angka nasional 29,3 %) dan 75,1 % (angka nasional 74,7 %) (Kemenkes RI, 2010). Data tersebut menurun pada hasil Riskesdas 2013 di mana praktik proses mulai menyusui kurang dari satu jam setelah bayi lahir di NTT sebesar 40,5 % dengan angka nasional 34,5 % (Kemenkes RI, 2013) Walaupun data mengenai proses mulai menyusui kurang dari satu jam dan pemberian semua kolostrum di Provinsi NTT tergolong baik, namun data mengenai ASI eksklusif belum tercakup di dalamnya. Survei tahun 2008 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi di Kabupaten Timor Tengah Selatan 2 sudah diberi ASI, namun sangat sedikit yang diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Terdapat sekitar 57% bayi yang telah diberi Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sebelum usia 2 bulan dan 76 % sebelum usia 3 bulan. Pada usia 4 bulan hanya 10% bayi yang masih diberi ASI eksklusif (Action Contre La Faim, 2008). Hanya 48,2 % bayi di bawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan Belu (Helen Keller International et al., 2008). Praktik pemberian ASI oleh ibu menyusui dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor sosial ekonomi dan demografi seperti pendidikan dan pengetahuan ibu ( Sasaki et al., 2010; Roig et al., 2010; Abada et al., 2001; Hornbeak et al., 2010; Khoury et al., 2005), status pekerjaan ibu (Lunberg dan Thu, 2012; Khoury et al., 2005; Kools et al., 2006; Sasaki, et al. 2010), dan kesejahteraan keluarga (Agho et al., 2011). Penelitian Roig et al. (2010) mengungkapkan bahwa ibu yang mempunyai pendidikan lebih rendah berhubungan dengan keputusan ibu berhenti menyusui. Pemberian ASI eksklusif di Nigeria lebih tinggi pada keluarga berpendapatan tinggi dan menengah daripada keluarga dengan pendapatan rendah (Agho et al., 2011). Hasil Riskesdas 2010 secara nasional menunjukkan terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi maka semakin tinggi persentase ibu yang memberikan semua kolostrum pada bayi (Kemenkes RI, 2010). Namun ada hubungan yang terbalik yang menyatakan semakin tinggi pendidikan kepala keluarga dan status ekonomi maka semakin rendah menyusui eksklusif (Kemenkes RI, 2010). Selain faktor sosial ekonomi dan demografi tersebut, faktor dukungan kepada ibu untuk menyusui baik dari keluarga maupun petugas kesehatan juga dapat menentukan keberhasilan praktik menyusui (Sasaki et al., 2010; Abada et al., 2001; Kools et al., 2006; Lunberg dan Thu, 2012). Kunjungan ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan, pemeriksaan kehamilan dengan tenaga kesehatan seperti bidan atau dokter, serta pilihan tempat persalinan juga dapat mempengaruhi praktik pemberian ASI (Agho et al., 2011 dan Abada et al., 2001). Ibu yang melakukan kunjungan antenatal sebanyak 4 kali atau lebih 3 secara signifikan mempunyai kemungkinan untuk memberikan ASI eksklusif (Agho et al., 2011). Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengeluaran rumah tangga, riwayat pemeriksaan kehamilan, dan dukungan suami berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang prevalensi pemberian ASI eksklusifnya tergolong rendah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang, didapat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengeluaran rumah tangga, riwayat pemeriksaan kehamilan, dan dukungan suami berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pendidikan ibu menyusui, pekerjaan ibu menyusui, serta pengeluaran rumah tangga dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 2. Untuk mengetahui hubungan antara faktor riwayat pemeriksaan kehamilan dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 3. Untuk mengetahui hubungan antara faktor dukungan suami dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur 4 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Daerah Memberikan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan dalam rangka meningkatkan prevalensi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui. 2. Bagi Dinas Kesehatan Memberikan informasi dan masukan khususnya dalam pengembangan program kesehatan yang bekaitan dengan peningkatan prevalensi pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui. 3. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan khususnya dari daerah Nusa Tenggara Timur. 4. Bagi Peneliti/penulis a. Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui b. Sebagai sarana mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh peneliti selama pendidikan ke dalam bentuk penelitian di lapangan. E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Agho et al. (2011) dengan judul “Determinants of Exclusive Breastfeeding in Nigeria”. Pada penelitian ini ditemukan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Nigeria adalah riwayat pemeriksaan kehamilan, pendapatan keluarga, jenis kelamin bayi, serta daerah tempat tinggal. Perbedaan penelitian Agho et al. (2011) dengan penelitian penulis adalah tempat penelitian dan teknik pengambilan 5 sampel (multi-stage cluster sample survey) yang menggunakan database Nigeria Demographic and Healthy Survey (NDHS). Penelitian Agho et al. (2011) dan penelitian penulis sama-sama menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan variabel terikat pemberian ASI eksklusif. 2. Penelitian Lunberg dan Thu (2012) dengan judul “Breastfeeding Attitude and Practices among Vietnamese Mothers in Ho Chi Minh City”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik menyusui di Ho Chi Minh City, Vietnam secara kualitatif. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara mendalam serta observasi kepada 23 subjek ibu menyusui. Hasil penelitian ini adalah : a. para ibu mengetahui bahwa menyusui adalah hal yang terbaik tetapi mereka belum mampu menyusui secara eksklusif; b. banyak kebudayaan dan kepercayaan tentang menyusui yang sudah turun temurun termasuk larangan dan anjuran makan; c. menurut para ibu, menyusui itu merupakaan suatu proses pembelajaran yang terus menerus (learning process); d.ditemukan beberapa faktor yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk menyusui seperti dukungan suami dan status pekerjaan ibu. Penelitian Lunberg dan Thu (2012) berbeda dengan penelitian penulis karena merupakan jenis penelitian kualitatif sedangkan penelitian penulis adalah penelitian kuantitatif. Persamaan dengan penelitian penulis adalah tujuan penelitian yang ingin mengetahui gambaran praktik menyusui oleh ibu menyusui. 3. Penelitian Julia (2002) dengan judul “Breastfeeding Helps Protecting Children In the Poorer Area From Malnutrition : A Comparison Study of Nutritional Status in Children under Two Years of Age in Belu, East Nusa Tenggara and Purworejo, Central Java, Indonesia” Penelitian Julia (2002) ini bertujuan untuk membandingkan pola dan determinan status gizi anak berusia kurang 2 tahun di dua kabupaten yaitu Belu, Nusa Tenggara Timur, dan Purworejo, Jawa Tengah. Salah satu hasil dari penelitian Julia (2002) menunjukkan bahwa anak yang berusia 6-23 bulan dan masih disusui mempunyai 6 risiko berat badan kurang yang lebih rendah daripada anak yang sudah tidak disusui. Efek perlindungan dari ASI terhadap risiko berat badan yang kurang lebih bermakna di Belu daripada di Purworejo. Variabel terikat dalam penelitian Julia (2002) adalah status gizi anak yang berusia kurang dari 2 tahun, sedangkan dalam penelitian penulis adalah praktik pemberian ASI eksklusif oleh ibu menyusui pada bayi usia 0-6 bulan.