Geologi Daerah Penelitian Gambar 3.5 Klasifikasi Batugamping berdasarkan Dunham, 1964 ( Loucks et. Al, 2003) Foto 3.5 Singkapan batugamping di lapangan pada titik pengamatan: A.GH-10, B. GHB 2 C. SCT -3 D. GHB-4 20 Geologi Daerah Penelitian 3.2.3 Satuan Batulempung Pada Peta Geologi satuan ini diwarnai dengan warna hijau (Lampiran E-III), Satuan ini meliputi 20% dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi segar sampai agak lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian tengah diapit oleh Satuan Batupasir dan pola penyebaran berarah NE-SW. Jurus lapisan dari satuan ini umumnya berarah NW–SE dengan kemiringan lapisan curam sampai landai, berkisar antara 300–870. Batuan ini tersingkap pada S. Cimurah, S. Citunggul, S. Ciparanje S. Cirangkong, S. Cisarwa dan hilir S. Ciselaawai Tebal satuan ini berdasarkan rekonstruksi penampang berkisar antara 360 – 418 meter (Lampiran E-IV). Satuan ini tersusun dari Batulempung dengan sisipan Batupasir (Foto 3.6 A). Batulempung yang dijumpai di lapangan dicirikan oleh Batulempung berwarna abu – abu terang, terpilah baik, kemas tertutup, bentuk butir membulat, bersifat karbonatan kuat, memiliki porositas buruk. pada beberapa singkapan Batulempung sudah mulai menyerpih. Sedangkan Batupasir pada satuan ini memiliki warna abu-abu, terpilah baik, kemas terbuka, bersifat karbonatan, porositas sedang hingga buruk. Pada beberapa lokasi pengamatan ditemukan Batulempung yang sudah mulai menyerpih (foto 3.6 B). Berdasarkan analisa mikropaleontologi yang dilakukan pada conto batuan, satuan ini menunjukan kisaran umur antara N4-N7 zonasi blow (1969) yang berarti termasuk ke dalam umur Miosen Awal. Berdasarkan dari kisaran umur yang muncul satuan ini disetarakan dengan Formasi Citarum bagian bawah yang didominasi oleh batulempung (Martodjojo, 1984). Hasil analisis mikrofosil benton menunjukan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan laut dalam. Berdasarkan analisis kalsimetri (lampiran C) kandungan lumpur pada satuan lempung ini berkisar antara napal lempungan hingga lempung napalan. Hubungan Satuan Batulempung dengan satuan dibawahnya yaitu Satuan Batugamping yang setara dengan Formasi Rajamandala tidak terlihat jelas di lapangan, namun dari literatur didapatkan bahwa hubungan kedua satuan ini adalah selaras, hubungan satuan ini dengan satuan diatasnya yaitu Satuan Batupasir yang setara dengan Formasi Citarum adalah selaras. 21 Geologi Daerah Penelitian Foto 3.6 A. Singkapan batulempung yang disisipi oleh batupasir pada lokasi pengamatan SAU – 9 B. Singkapan batulempung yang sudah mulai menyerpih pada lokasi pengamatan STG -8 3.2.4 Satuan Batupasir Satuan ini meliputi 35% dari luas daerah penelitian, tersingkap dalam kondisi segar sampai agak lapuk. Penyebarannya terdapat di bagian tengah dan selatan daerah penelitian dengan pola penyebaran berarah NE-SW. Satuan ini ditandai dengan warna kuning pucat pada Peta Geologi (Lampiran E-III). Jurus lapisan dari satuan ini umumnya berarah NE–SW dengan kemiringan lapisan curam sampai landai, berkisar antara 100–890. Batuan ini tersingkap pada S. Cimurah, S. Citunggul, S. Ciparanje S. Cirangkong, S. Cisarwa dan hilir S. Ciselawai. Tebal satuan ini berdasarkan restorasi penampang adalah 885 – 1030 meter (Lampiran E-IV). Satuan ini terdiri dari batupasir dengan sisipan batulempung (foto 3.7 A). Batupasir, bewarna abu – abu, pemilahan sedang, kemas tertutup, nonkarbonatan, porositas sedang, butir berbentuk membulat – menyudut tanggung. Berdasarkan pada pengamatan melalui sayatan tipis (Lampiran B) di ketahui batu pasir ini terdiri dari 90% butiran yang terdiri atas kuarsa, plagioklas, fragmen lithik berupa rijang, batu pasir, dan batuan beku, dan mineral opak. Disimpulkan berdasarkan klasifikasi Gilbert (1982) maka batupasir ini dinamakan Feldspathic – Arenite. Struktur sedimen yang ditemukan antara lain laminasi sejajar, gelembur gelombang, graded bedding (foto 3.7) B. Memiliki ketebalan berkisar antara 1-500 cm. Batulempung 22 Geologi Daerah Penelitian memiliki ciri berwarna hitam, non karbonatan, sebagian menyerpih, kompak keras sedang. Memiliki ketebalan berkisar antara 1-15 cm. Satuan ini memiliki umur N7-N9 zonasi Blow (1969) yang termasuk ke dalam umur Miosen awal bagian akhir hingga Miosen Tengah (Lampiran A). Umur ini didapatkan berdasarkan analisis mikropaleontologi conto batuan pada lokasi pengamatan GHB – 8, GHB 11 serta GH - 2 (Lampiran E-II). Satuan Batupasir ini berdasarkan umurnya dapat disetarakan dengan Formasi Citarum. Dari struktur sedimen, butiran serta analisis mikrofosil diketahui bahwa lingkungan pengendapan dari satuan ini adalah laut dalam (200 – 400 meter). Hubungan stratigrafi dengan satuan dibawahnya yaitu Satuan Batulempung adalah selaras. Sedangkan hubungan stratigrafi dengan satuan diatasnya yaitu Satuan Breksi Volkanik yang disetarakan dengan Formasi Saguling juga selaras. Foto 3.7 A. Singkapan batupasir dengan sisipan Batulempung pada lokasi pengamatan GH – 1 B. Struktur sedimen ripple mark, paralel laminasi dan graded bedding pada lokasi pengamatan SAU – 2 C. Singkapan Batupasir pada lokasi pengamatan SKK – 16 23 Geologi Daerah Penelitian 3.2.5 Satuan Breksi Volkanik Satuan ini terletak pada bagian utara daerah penelitian, memanjang dari NE - SW. Satuan ini memiliki warna coklat pada Peta Geologi (Lampiran E-III). Satuan ini meliputi 25% dari total luas daerah penelitian. Jurus lapisan dari satuan ini umumnya berarah NE–SW dengan kemiringan lapisan curam sampai landai, berkisar antara 00–830. Batuan ini tersingkap pada. S. Citunggul, dan S. Ciparanje, serta pada anak sungai Cihea bagian utara. Secara umum satuan ini terdiri dari breksi dengan fragmen batuan volkanik, namun pada beberapa tempat dibagian selatan daerah penelitian terdapat sisipan batupasir dan batulempung. Breksi berwarna hitam keabuan, matriks pasir kasar, monomik, fragmen dominan berupa andesit, non karbonatan, kerikil-kerakal, menyudut-membundar tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk, porositas buruk, kompak keras. Pengamatan mikropaleontologi (Lampiran A) terhadap conto batulempung dari lokasi pengamatan GHB - 11 (Lampiran E-II), diketahui satuan ini memiliki umur N7-N14 atau awal miosen tengah hingga ke akhir miosen tengah menurut biozonasi Blow (1969). Berdasarkan umur serta ciri – ciri lithologi satuan ini disetarakan dengan Formasi Saguling (Martodjojo, 1984). Hubungan stratigrafi antara Satuan Breksi Volkanik dengan satuan dibawahnya yaitu Satuan Batupasir – Batulempung adalah selaras. Tebal satuan ini diperkirakan sekitar 285 – 374 meter. Foto 3.8 A. Perlapisan antara Breksi dan Batupasir pada lokasi pengamatan SCT – 11 B. Singkapan Breksi dengan fragmen batuan beku Andesit pada lokasi pengamatan (CHU – 6) 24 Geologi Daerah Penelitian 3.2.6 Satuan Breksi Polimik Satuan ini terletak pada bagian paling utara daerah penelitian. Satuan ini memiliki warna coklat terang pada Peta Geologi (Lampiran E-III). Satuan ini meliputi sekitar 15% dari total luas daerah penelitian. Kondisi singkapan pada satuan ini umumnya telah lapuk.Tidak terdapat jurus dan kemiringan yang dapat diukur pada satuan ini, batuan ini tersingkap pada sungai kecil di bagian utara daerah penelitian. Breksi polimik berwarna abu – abu kehitaman, matriks pasir tufaan, monomik, fragmen dominan berupa andesit, batupasir, non karbonatan, kerikil-kerakal, menyudut-membundar tanggung, kemas terbuka, terpilah buruk, porositas buruk, massa dasar lapuk dan lunak. Tidak dilakukan analisis mikropaleontologi pada satuan ini karena satuan ini merupakan hasil dari produk gunungapi. Sehingga umur dari satuan ini didapatkan dari literatur. Dari kesamaan penyebaran satuan ini dengan penyebaran batuan volkanik pada Peta Geologi Lembar Cianjur (Sujatmiko, 1972) maka satuan ini kemungkinan merupakan hasil dari aktifitas volkanik Gunung Gede pada kala Plistosen. Adanya selang waktu pengendapan yang terjadi dengan satuan dibawahnya yaitu Satuan Breksi Volkanik menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan antara kedua satuan dibawahnya tidak selaras. Foto 3.9 Singakapan Breksi polimik pada lokasi pengamatan RCA – 2 25 Geologi Daerah Penelitian 3.2.7 Satuan Aluvial Satuan ini ditandai dengan warna abu – abu pada Peta Geologi (Lampiran E-III). Terletak sepanjang Sungai Cihea bagian timur hingga ke bagian tengah daerah penelitian. Satuan ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian, dan menempati sekitar 5% dari total luas daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari bongkah – bongkah berukuran kerikil – bongkah yang belum terkonsolidasi. Bongkah – bongkah batuan yang ditemukan pada daerah ini berupa bongkah batupasir, batulempung, batugamping, dan batuan beku. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras dengan satuan dibawahnya, diperkirakan umur satuan ini adalah resen. 3.3 STRUKTUR GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Secara garis besar terdapat 2 arah utama dari struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian. Yang pertama adalah arah yang relatif berarah NNE - SSW. Struktur geologi yang memiliki arah barat – timur ini memiliki asosiasi dengan sesar anjak, serta perlipatan. Sedangkan yang kedua adalah struktur geologi yang memiliki arah NW-SE. Struktur geologi yang berkembang dengan arah NW-SE ini berasosiasi dengan struktur sesar geser. Analisa struktur geologi pada daerah ini dilakukan dengan cara pencatatan dan pengamatan pada bukti – bukti geologi di lapangan berupa kekar gerus (shear fracture), cermin sesar (slicken side), breksiasi, dan kedudukan lapisan. Selain itu ditemukan juga bukti – bukti terjadinya deformasi dari banyaknya lapisan tegak, serta air terjun di daerah ini. Terdapat 2 sesar anjak pada daerah ini, yaitu Sesar Anjak Cihea dan Sesar Anjak Cisangkar. Kedua sesar anjak ini memiliki arah barat – timur dengan arah kemiringan kearah selatan. Selain itu berdasarka restorasi penampang seimbang dibuat sebuah blind fault, blind fault adalah sesar yang berada dibawah permukaan dan tidak tersingkap. Terdapat 6 buah sesar mendatar pada daerah penelitian, yaitu Sesar Mendatar Mengiri Cigunung, Sesar Mendatar Menganan Cibentang, Sesar Mendatar Mujit, Sesar Mendatar Menganan Ciparanje, Sesar Mendatar Menganan Cimurah, Sesar Mendatar Menganan Citunggul. Sesar mendatar yang muncul daerah ini masih sangat berkaitan dengan sesar naik yang terjadi. Sesar mendatar ini digolongkan kedalam jenis “tear fault”. Tear fault dapat difenisikan sebagai sesar mendatar yang muncul akibat pengaruh dari struktur geologi lainnya seperti sesar anjak dan perlipatan. 26 Geologi Daerah Penelitian Perlipatan yang muncul di daerah ini memiliki arah sumbu perlipatan relatif barat – timur, arah sumbu ini dapat digunakan sebagai intrepetasi awal arah tegasan utama yang bekerja di daerah penelitian. Terdapat 7 buah perlipatan yang teramati pada daerah penelitian, yaitu Antiklin Cisangkan, Antiklin Pasir Karang, Antiklin Kawungwuluk, Antiklin Ciparanje, Sinklin Ciparanje, Sinklin Kopeng, dan Sinklin Pasir Muncang. Penjelasan mengenai struktur geologi beserta analisisnya akan dijelaskan lebih detail pada bab berikutnya, yaitu Bab 4 Struktur Geologi. Foto 3.10 Struktur geologi berupa antiklin yang tersingkap pada lokasi pengamatan BTK – 5 27 Geologi Daerah Penelitian A Pasirsimpur 600 450 Ps. Kerud Pangawaren 400 500 450 400 89 61 48 43 87 54 67 84 500 Ci Sarwa 450 550 600 500 39 20 450 400 Kemang 61 24 750 45 25 13 550 Ci Rangkong Ps. Dengkul Ps. Muncangnunggal 71 14 53 15 16 55 28 Mujit 79 85 Cijengkol Ps. Sampih Kukulu Cibeber 46 350 16 70 Kawungluwuk Ci Hea 62 600 700 Ps. Muncang 650 Ps. Gombong Cisangkan 65 75 Cikupa Kalapacondong Ps. Tenggek DESA SUKARATU 81 38 70 30 39 74 75 24 61 60 75 90 Ps. Karang Cimurah DESA KEMANG Cikoneng Liunggunung Cigunung Cibarengkok 350 88 DESA CIBARENGKOK 500 Ps. Naplek 450 Ps. Ladar 550 39 72 80 450 75 550 34 70 Ps. Sodor 500 500 Ci Karet 500 Ci Selaawai 45 700 54 45 51 Kopeng 25 25 10 50 71 800 74 C Cirendah 350 300 Angsana 80 450 66 700 600 60 65 78 73 41 74 Kampungbaru 350 62 Ci Murah 62 45 60 550 64 78 850 60 Ps. Kasur 950 Ps. Tarungtung Ps. Paranje 30 B 83 650 Ci Hea 76 70 Ci Tunggul 75 69 57 500 Ps. Pogor D 71 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Skala 1:12.500 8 cm 1 km PETA GEOLOGI DAERAH KEMANG DAN SEKITARNYA CIANJUR - JAWA BARAT 0 0 M. MASADHI PRAGUNA S. 12004048 PETA INDEKS : Sesar naik Sesar geser Garis Kontur Interval 50 Sungai Kedudukan lapisan batuan Keterangan : Garis penampang Batas kontak batuan Batugamping Packstone, masif, kompak,tediri dari pecahan - pecahan terdapat foraminifera besar, koral, alga berwarna putih terang, pemilahan sedang, kemas tertutup, karbonatan, porositas buruk.. Satuan Batugamping Batulempung, abu-abu kehitaman hingga abu-abu terang, sebagian menyerpih, karbonatan, kekeras an sedang-hingga lunak, terdapat sisipan batupasir. Batupasir, abu-abu, pasir sedang-halus, terpilih baik, kemas tertutup, membundar tanggung, karbonatan, porositas baik, kompak keras. Satuan Batulempung Batupasir, abu-abu hitam, pasir sedang- halus, terpilah baik-sedang, kemas tertutup, non karbonatan, porositas baik, kompak keras, mineral mafik, kuarsa, terdapar butiran berupa lithik Batupasir, abu-abu, pasir sedang-halus, terpilih baik, kemas tertutup, membundar tanggung, karbonatan, porositas baik, kompak keras. Batulempung, hitam, karbonatan, sebagian menyerpih, kompak keras sedang. Satuan Batupasir Breksi volkanik, berwarna abu-abu kehitaman, fragmen batuan beku andesit-basalt berukuran kerikil hingga bongkah, matriks pasir kasar, terpilah buruk, kemas terbuka, non karbonatan kompak keras. Satuan Breksi Volkanik Breksi polimik, abu-abu kehitaman, masa dasar berupa pasir tufaan, fragmen batuan beku andesit-basalt, batupasir, kerikil - kerakal, matriks pasir kasar, terpilah buruk, kemas terbuka, non karbonatan kompak keras. Satuan Breksi Polimik Bongkah - bongkah alluvial terletak di dasar sungai berdiameter antara 2 - 15 cm bentuk membulat tanggung - membulat. Terdiri dari batuan beku andesit, batu pasir, batu gamping Satuan Alluvial Legenda : N9 - N14 N7 - N9 N4 - N7 Te - Tatas TENGAH AWAL MIOSEN 28