bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Manajemen Operasi
Daft (2006:216) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen
yang mengkhususkan pada produksi barang.Artinya kegiatan operasi hanya berfokus
pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan sektor produksi.
Menurut Heizer dan Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian
aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah
input menjadi output.
Dari pengertian diatas dapat disimpulan bahwa manajemen operasi merupakan
sebuah kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga
menghasilkan input menjadi output yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan
input dan mempunyai nilai dalam bentuk barang dan jasa.
2.2
Peramalan
2.2.1 Pengertian Peramalan
Deitiana (2011:32), berpendapat bahwa peramalan (forecasting) adalah
seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan.Peramalan menjadi
penting sebab situasi dan kondisi yang berkaitan dengan ekonomi dan kegiatan
usaha dihadapkan pada :
• Meningkatnya kompleksitas organisasi
• Meningkatnya ukuran – ukuran keberhasilan organisasi
• Perubahan lingkungan yang sangat cepat
Suatu perusahaan melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu pada
waktu yang akan datang serta memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi
dimasa yang akan datang. Kondisi pada waktu yang akan datang tidaklah
dapat diperkirakan secara pasti, sehingga perusahaan mau tidak mau harus
9
10
yang tidak pasti. Untuk meminimalkan ketidak pastian itu dapat dilakukan
dengan metode atau teknik peramalan. Dengan teknik peramalan dapat
diidentifi kasikan pola yang dapat digunakan untuk meramalkan kondisi pada
waktu yang akan datang, sehingga dari hasil peramalan itu, eksekutif
perusahaan dapat membuat perencanaan yang diperlukan untuk dilaksanakan
pada masa yang akan datang.
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan
untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa
yang akan datang. Tujuan dari peramalan adalah untuk mengetahui jumlah
permintaan produk dimasa yang akan datang. Agar tidak sampai terjadi
kekurangan bahan baku. Untuk membuat peramalan digunakan dengan
mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan menggunakan pola data
dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalui tuakan berulang lagi pada
waktu yang akan datang, misalnya beradasarkan data dan pengalaman pada 12
bulan yang terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan januari
menurun drastis jika dibandingkan dengan sebelas bulan yang lainnya.
Berdasarkan pola tersebut harusnya perusahaan dapat meramalkan bahwa pada
bulan januari tahun berikutnya akan terjadi penurunan pendapatan.
2.2.2 Peramalan Horison Waktu
Menurut
Heizer
dan
Render
(2010:163)
peramalan
biasanya
diklasifikasikan menurut horizon waktu masa depan yang dicakupnya.
Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori:
1. Peramalan jangka pendek.
Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya
kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan
pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan
tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah.
Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup
hitungan bulanan hingga 3 tahun.Peramalan ini berguna untuk
11
merencanakan penjualan, perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran
kas, dan menganalisa berbagai macam kegiatan operasi.
3. Peramalan jangka panjang.
Umumnya untuk perencanaan3 tahun atau lebih. Perencanaan jangka
panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan
modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan
pengembangan (litbang).
2.2.3 Pendekatan Dalam Peramalan
Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua
cara mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis
kuantitatif dan pendekatan lain adalah analisis kualitiatif.
1.
Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan model
matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat
untuk meramalkan permintaan.
2.
Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) menggabungkan
faktor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai
pengambil keputusan untuk meramal.
2.2.4 Jenis - Jenis Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2010:164), organisasi pada umumnya
menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di
masa depan :
1.
Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis
dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan
lainnya.
2.
Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
12
3.
Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan
suatu produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga
peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta
sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,
pemasaran, dan sumber daya manusia.
2.2.5 Model-Model Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2010:169), peramalan memiliki dua model
yang terdiri dari masing-masing metode yaitu :
a. Model deret waktu
Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan
merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa
yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu
tersebut untuk melakukan peramalan.
b. Model asosiatif
Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier,
menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi
kuantitas yang sedang diramalkan.
2.2.6 Peramalan Deret Waktu
Heizer dan Render (2010:169), menganalisis deret waktu berarti
membagi
data
masa
lalu
menjadi
komponen-komponen,
kemudian
memproyeksikannya ke masa depan. Deret waktu mempunyai empat
komponen, antara lain :
1. Tren, merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau
menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau
pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan tren.
2. Musim, adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu,
seperti hari, minggu, bulan, atau kuartal.
13
3. Siklus, adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus
ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting
dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. Memprediksi
siklus bisnis sulit dilakukan karena adanya pengaruh kejadian politik
ataupun kerusuhan internasional.
4. Variasi acak, merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan
oleh peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai
pola khusus sehingga tidak dapat diprediksi.
2.2.7 Metode Peramalan Kuantitatif
Heizer dan Render (2010:170-175), metode peramalan kuantitatif,
terdiri dari:
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa
permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada
periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive
method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan
efisien dari segi biaya. Paling tidak, pendekatan naif memberikan titik
awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa
lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita
dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang
masa kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana
(merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai
berikut :
Rata - rata bergerak =
∑ Permintaan dalam periode n sebelumnya
n
Ket: dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
14
3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan bobot
merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan
pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot
yang terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan perubahan yang terlalu
cepat yang tidak biasa pada permintaan atau pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis
sebagai berikut.
Pembobotan rata - rata bergerak =
∑ (Bobot periode n)(Permint aan dalam periode n)
∑ Bobot
4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing)
Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode
ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus
penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Peramalan
baru
Peramalan
=
periode
terakhir
α
(Permintaan
sebenarnya
+ periode terakhir – peramalan
periode terakhir)
dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih
oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas
juga dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut.
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)
dimana :
Ft
= Peramalan baru
15
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
α
= Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
At-1 = Permintaan aktual periode lalu
5. Penghalusan
Eksponential
dengan
Penyesuaian
Trend
(Exponential
Smoothing with Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan
diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data
penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan
positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini
membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren.
Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Rumus
Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend adalah sebagai berikut.
Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) , Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1
dimana :
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri
pada periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual periode t
α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)
6. Proyeksi Trend (Linear Regression)
Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis
tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada
masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.
16
Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah
sebagai berikut.
y = a + bx
dimana :
y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
a = persilangan sumbu y
b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan
yang terjadi di x
x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).
Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini.
dimana :
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
X = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
a=
- bx
dimana :
= rata-rata nilai y
x
= rata-rata nilai x.
2.2.8 Menghitung Kesalahan Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2010:177), ada beberapa perhitungan yang
biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini
17
dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda,
mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik.Tiga
dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean
Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error –
MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error –
MAPE).
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan
untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai
absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data
n. Rumus untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut.
MAD =
∑ | aktual - peramalan |
n
2. Kesalahan Rata-Rata Kuardrat (Mean Square Error)
MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan
keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang
diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia
cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan.
Rumus untuk menghitung MSE adalah sebagai berikut.
MSE =
2.3
∑ | kesalahan peramalan |
2
n
Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Herjanto (2007:237), menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang
yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya
untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali,
atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Bagi banyak
perusahaan, persediaan mencerminkan sebuah investasi, dan investasi ini
18
sering lebih besar dari pada yang seharusnya karena perusahaan lebih mudah
untuk memiliki persediaan just in case (berjaga – jaga kalau ada apa – apa) dari
pada persediaan just-in-time (persediaan seperlunya).Perusahaan
dapat
mengurangi biayadengan mengurangi tingkat persediaan ditangan, sebaliknya,
konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stocknya habis. Oleh
karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi
persediaan dan tingkat layanan konsumen. Setiap manager operasi menyadari
bahwa manajemen persediaan yang baik sangat penting. Menurut Zulfikarijah
(2005:4), persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk
memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis
persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Sedangkan Assauri (2006:196) menyatakan bahwa persediaan adalah suatu
aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk
dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan yang
diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi
antara lain berguna untuk :
1.
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan.
2.
Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik
sehingga harus dikembalikan.
3.
Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman
sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4.
Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6.
Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat
dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi
tersebut.
7.
Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualannya.
19
Sehingga dapat disimpulkan, Persediaan (Inventory) adalah sumber
daya yang disimpan untuk memenuhi penjualan dan permintaan ataupun untuk
menunggu bahan proses sebelum menjadi barang jadi pada satu periode
penjualan.
2.3.2 Jenis - Jenis Persediaan
Heizer dan Render (2010:82), menjelaskan untuk mengakomodasi
fungsi – fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis
persediaan. Persediaan tersebut antara lain :
•
Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Merupakan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum
memasuki proses manufaktur.
• Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP)
Merupakan produk atau komponen yang tidak lagi merupakan bahan
mentah, tetapi belum menjadi barang jadi.
• Persediaan pasokan pemeliharaan / perbaikan / operasi (maintenance,
repair, operating – MRO)
Merupakan persediaan yang disediakan untuk pemeliharaan,
perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin –
mesin dan proses – proses tetap produktif.
• Persediaan barang jadi
Merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menunggu
pengiriman.Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena
permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui.
Sedangkan
Herjanto
(2007:238),mengungkapkan
persediaan
dapatdikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu :
•
Fluctuation Stock
Merupakan
terjadinya
persediaan
fluktuasi
yang
dimaksudkan
permintaan
yang
untuk
tidak
menjaga
diperkirakan
20
sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau
penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau
pengiriman barang.
•
Anticipation Stock
Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat
diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi
kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi
permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga
kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi.
•
Lot-size Inventory
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih
besar daripada kebutuhan pada saat itu.Persediaan dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena
membeli
dalam
jumlah
besar,
atau
untuk
mendapatkan
penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
•
Pipeline Inventory
Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat
asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya,
barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang
dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu.
2.3.3 Fungsi Persediaan
Deitiana (2011:186) berpendapat bahwa, persediaan berfungsi untuk
melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan
dapat berjalan dengan fleksibel. Ada tiga fungsi utama dari manajemen
persediaan ini, yaitu:
1.
Penyelarasan antara produksi dan distribusi
2.
Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi
3.
Pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian
21
Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah
penting yang dihadapi oleh perusahaan. Pendekatan-pendekatan kuantitatif
akan sangat membantu dalam memecahkan masalah ini. Alasan utama yang
menyebabkan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan demikian
besar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan
bagian atau porsi yang besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang
terlalu besar maupun terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang
belik. Kekurangan persediaan bahan mentah akan mengakibatkan adanya
hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang
dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada langganan dan akan
mengakibatkann
perusahaan
kehilangan
mereka
sementara
kelebihan
persediaan akan menyebabkan biaya ekstra.
Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah
fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain :
1.
Untuk member stok agar dapat memenuhi permintaan yang
diantisipasi akan terjadi.
2.
Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
3.
Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena
membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon.
4.
Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5.
Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena
cuaca, kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.
6.
Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan
dalam proses.
2.3.4 Macam – Macam Biaya
Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (2005:13-17), biaya persediaan di
dalam perusahaan umum dibedakan menjadi 4jenis yaitu :
1. Biaya Pembelian (purchasing cost)
Merupakan
biaya yang
dikeluarkan
untuk membeli barang,
22
jumlahnya tergantung pada yang dibelidan harga barang per unit.
2. Biaya pengadaan (procurement cost)
Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri
dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan
berasal dari luar perusahan dan biaya persiapan (setup cost). Biaya
pengadaan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :
-
Biaya pemesanan, adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh
adanya kegiatan mendatangkanbarang dari luar, biaya ini meliputi
biaya menentukan pemasok, pengetikan pemesanan, pengiriman
pemesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan.
- Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh
kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik
yang meliputi : biaya menyusun peralatan produksi, menyetel
mesin, mempersiapkan gambar kerja.
3. Biaya penyimpanan (carrying cost / holding cost)
Semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan
barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk
persentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi :
-
Biaya modal (cost of capital) merupakan adanya penumpukan
barang dalam proses persediaan sama artinya dengan biaya
penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi
lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku
bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena
memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem
persediaan biaya modal diukur sebagai persentasi nilai persediaan
untuk periode waktu tertentu.
- Biaya penyimpanan (cost of storage) adalah biaya gudang yang
dikeluarkan untuk tempat atau gudang penyimpanan barang, apabila
gudang yang digunakan adalah sewa, maka biaya dapat berupa biaya
sewa dana pabila gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan
biaya depresiasi. Adapun masukan dalam biaya gudang adalah biaya
23
tempat,asuransi, dan pajak.
-
Biaya keusangana tau kadar luarsa (obsolence cost) adalah biaya
keusangan atau penyimpanan barang–barang dalam waktu yang
relatif lama dapat berakibat menurun atau merosotnya nilai barang,
hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model
dan trend konsumen. Biaya keuangan ini diukur dalam persentase
berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini.
-
Biaya kehilangan (losscost) dan biaya kerusakan (deterioration )
adalah penyimpanan barang yang dapat mengakibatkan dan
penyusutan beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang
karena kehilangan. Biaya kehilangan ini diukur dalam persentase
berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi.
- Biaya
asuransi
(insurancecost)
adalah
akibat
lain
dalam
penyimpangan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat
dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain –lain.
Beberapa perusahaan besar mengasuransikan persediaannya untuk
mengantisipasi kerugian tersebut. Ada pun jumlahnya sesuai dengan
nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi.
- Biaya administrasi dan
pemindahan merupakan
biaya
yang
dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada,baik
pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya
dan untuk memindah kandari dan ketempat penyimpanan termasuk
biaya tenaga kerja dan material handling.
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
Mereferensikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya
kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena
proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh
peluang atau keuntungan akan hilang atau konsumen yang akan dapat
pindah ke perusahaan lain karena permintaanya tidak terpenuhi yang
pada akhirnya dapat berpengaruh pada citra perusahaan.
24
Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah :
- Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang
yang menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah
permintaan tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan
peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran
biaya ini didasarkanpada peluang yang hilang tersebut yang disebut
juga dengan biaya penalti dengan satuan rupiah per unit.
- Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat
pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu
menganggur pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu
menganggur
ini
merupakan
biaya
kehilangan
pendapatan.
Pengukuran biaya ini didasarkan waktu yang diperlukan untuk
mengisi gudangn dengan satuan rupiah per satuan waktu.
- Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini sering kali diperlukan
sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam
kondisi
kehabisan biaya persediaan, sehingga biaya yang akan
dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Biasanya
biaya
ini
dikarenakan
pemesanan
yang
mendadak
dimana
perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih jauh
untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya –
biaya
yang
mengikutinya.
Pengukurannya
didasarkan
pada
pemesanan setiap kali kehabisan persediaan.
Sedangkan, Heizer dan Render (2010:91) mengungkapkan jenis-jenis
biaya persediaan, antara lain :
•
Biaya penyimpanan (holding cost) : biaya yang terkait dengan
menyimpan persediaan selama waktu tertentu.
•
Biaya pemesanan (ordering cost) : mencakup biaya dari persediaan,
formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan lainnya.
25
•
Biaya penyetelan (setup cost) : biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin
atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan
tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat
penahan.
2.4
Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantiy - EOQ)
Menurut Deitiana (2011:191), inventory model yang paling sederhana
mengandung ciri – ciri sebagai berikut :
1. Barang / bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya satu macam.
2. Kebutuhan / permintaanya per periode diketahui.
3. Barang / bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada back
order.
Heizer dan Render (2010:92), menjelaskan model kuantitas pesanan ekonomis
(economic order quantity) adalah sebuah teknik kontrol persediaan yang
meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Model kuantitas
pesanan ekonomis ini memiliki beberapa asumsi yaitu :
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
2. Waktu tunggu – yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,
persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan
(biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu
(biaya penyimpanan).
6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Adapun Herjanto (2007:245), berpendapat bahwa EOQ merupakan salah satu
model klasik, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian dan paling banyak
dipergunakan
sampai
saat
ini
karena
mudah
penggunaannya.
26
Gambar 2.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomi
Sumber : Eddy Herjanto (2007:246)
Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus :
EOQ =
2.D.S
H
dimana,
EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*)
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan
H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun
Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya
persediaan, antara lain :
Persediaan rata - rata yang tersedia =
Q*
2
Jumlah pesanan yang diperkirak an =
D
Q*
1.
2.
27
Biaya pemesanan tahunan =
3.
D
.S
Q*
Biaya penyimpana n tahunan =
4.
Q*
.H
2
5. Total harga per unit = Harga per unit x D
6. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan
+ Biaya penyimpanan tahunan
MenurutAssauri(2006:182)penentuan jumlah pesanan ekonomis(EOQ) ada
3 cara yaitu:
1. TabularApproach
Penentuan jumlah pesanan yang
ekonomis dengan Tabular approach
dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan
dan jumlah biaya pertahun.
2. GraphicalAproach
Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical approach
dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan total
cost dalam satu gambar,dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order)
per tahun, sumbu vertikal besarnya biaya dari ordering cost, carrying
cost, dan total cost.
3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach)
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam
rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan
jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama
dengan Carying costs.
28
2.4.1 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point – ROP)
Heizer dan Render (2010:99), menjelaskan bahwa titik pemesanan
ulang adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai
tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.Rumus untuk menentukan ROP
adalah sebagai berikut :
ROP = d x L
dimana,
d = Permintaan per hari
L=
Waktu tunggu pesanan baru dalam hari
Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu
dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan.
Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D)
dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun :
Permintaan per hari =
D
Jumlah hari kerja per tahun
Titik pemesanan ulang (Reorder Point–ROP), yakni tingkat persediaan
dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Agar pembelian bahan yang
sudah ditetapkan dalamEOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi,
maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang
mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah:
1.
Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan
hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya
bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead
time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead
time.
29
2.
Tingkat pemakaian bahan baku rata – rata persatuan waktu tertentu.
3.
Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan
minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga
kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak
terjadi stagnasi.
2.4.2 Persediaan Pengaman(Safety Stock – SS)
Menurut Assauri (2006:187), safety stock adalah persediaan tambahan
yang diadakan untuk
melindungi
dan
untuk
menjaga
kemungkinan
terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stockout
disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada
perkiraan semula, atau keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang
dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan
adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out,
akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost. Oleh karena
itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk
mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stockout, tetapi juga
pada saat itu diusahakan agar carrying cost menjadi serendah mungkin.
Faktor–faktoryangmenentukan besarnya persediaan penyelamat adalah:
1.
Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode -periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah
rata–rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu
diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan atau order
penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan
sebelum barang yang dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan
yang ada.
2.
Faktor Lead Time
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan - bahan sampai dengan kedatangan bahan–bahan yang dipesan
30
tersebut dan diterima di gudang persediaan. Dengan ditemukannya EOQ,
masih ada kemungkinan adanya kekurangan persediaan (out of stock)
didalam proses produksi. Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan
timbul apabila :
• Penggunaan bahan dasar didalam proses produksi lebih besar dari
pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat
persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian / pesanan yang
berikutnya datang, sehingga terjadilah kekurangan persediaan.
• Pesanan / pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada
waktunya.
Dari dua keadaan tersebut diatas, maka perusahaan perlu menetapkan
adanya proses persediaan cadangan (safety stock) untuk menjamin kelancaran
proses produksi akibat kemungkinan adanya kekurangan persediaan tersebut.
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif
lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut :
1.
Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata – rata
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian
maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu
misalnya perminggu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead
time.
Safety Stock= (Pemakaian Maksimum– PemakaianRata-Rata) Lead Time
2.
Metode statistika untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode
ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least
square).
31
2.4.3 Lead Time
Pengertian
lead
time
yang
dinyatakan
Zulfikarijah
(2005:96)
merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai
diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat
penerimaan barang. Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan
waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada
Jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat
persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ,
lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal
lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam
prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya
perusahaan sering menyediakan safetyStock. Dari pembahasan diatas faktor
waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena terdapat
perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk
menggantikan atau pengisian kembali persediaan.
2.5Fixed Order Interval System (EOI)
Fixed Order Interval System juga disebut sistem persediaan secara periodik,
yang lebih berdasar kepada periode daripada sistem persediaan kontinu yang lebih
kepada posisi stok persediaan. Sistem persediaan yang berbasiskan waktu yang
melakukan pesanan berdasarkan jangka waktu tertentu. Jumlah pesanan bergantung
kepada pemakaian demand selama periode waktu tertentu.
Menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama
waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati,
jumlah persediaan dihitung. Sebuah pesanan dilakukan untuk memulihkan
persediaan, dan jumlah pesanannya tergantung berapa jumlah yang berkurang
(maximum inventory level). Jadi, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum
inventory level dan sisa persediaan pada waktu melakukan perhitungan.
Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang digunakan yaitu periode tetap
pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). Masalah dasar pada metode ini
adalah bagaimana menentukan interval pesanan (T) dan maximum inventory level (E)
yang diinginkan. Economic order interval dapat diperoleh untuk meminimumkan
total biaya tahunan. Pada data yang bersifat stochastic, metode ini mempunyai
beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti berikut:
32
E
= SS + D (T*+ L)
I
= SS + ½ (D T*)
Q*
=E–I
TOR
=
TC(T*)=
+ (SS + ½ D T*) Cc
Dimana:
T*
= economic order interval
Co
= biaya pemesanan untuk setiap pesanan
Cc
= biaya penyimpanan per unit per periode
D
= permintaan per periode
SS
= safety stock
Z
= standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya,
Z = 95%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari
permintaan atau penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya
stock out hanya 5%)
= standar deviasi
L
= lead time
E
= maximum inventory level
I
= average inventory control
Q*
= order quantity
TOR
= turn over ratio
TC(T*) = total cost
33
2.5
Kerangka Pemikiran
PT.CAKRA ANUGERAH
ARTHA ALUMINDO
Forecasting
Moving
Weighted
Average
Moving
Exponential Exponential
Smoothing
Average
Smoothing
Linear
Naïve
Regression
Method
WithTrend
MAD dan MSE
Persediaan Bahan Baku
Pengendalian Bahan Baku
Metode Persediaan
Recorder Point
(EOQ)
(ROP)
Implikasi hasil penelitian
Gambar2.2Kerangka Pemikiran
Sumber : Olahan Peneliti (2015)
Download