BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Daft (2006:216) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang.Artinya kegiatan operasi hanya berfokus pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sektor produksi. Menurut Heizer dan Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Dari pengertian diatas dapat disimpulan bahwa manajemen operasi merupakan sebuah kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga menghasilkan input menjadi output yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan input dan mempunyai nilai dalam bentuk barang dan jasa. 2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Peramalan Deitiana (2011:32), berpendapat bahwa peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan.Peramalan menjadi penting sebab situasi dan kondisi yang berkaitan dengan ekonomi dan kegiatan usaha dihadapkan pada : • Meningkatnya kompleksitas organisasi • Meningkatnya ukuran – ukuran keberhasilan organisasi • Perubahan lingkungan yang sangat cepat Suatu perusahaan melakukan kegiatan untuk mencapai sesuatu pada waktu yang akan datang serta memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Kondisi pada waktu yang akan datang tidaklah dapat diperkirakan secara pasti, sehingga perusahaan mau tidak mau harus 9 10 yang tidak pasti. Untuk meminimalkan ketidak pastian itu dapat dilakukan dengan metode atau teknik peramalan. Dengan teknik peramalan dapat diidentifi kasikan pola yang dapat digunakan untuk meramalkan kondisi pada waktu yang akan datang, sehingga dari hasil peramalan itu, eksekutif perusahaan dapat membuat perencanaan yang diperlukan untuk dilaksanakan pada masa yang akan datang. Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang. Tujuan dari peramalan adalah untuk mengetahui jumlah permintaan produk dimasa yang akan datang. Agar tidak sampai terjadi kekurangan bahan baku. Untuk membuat peramalan digunakan dengan mengeksplorasi data dari waktu yang lalu dengan menggunakan pola data dengan asumsi bahwa pola data waktu yang lalui tuakan berulang lagi pada waktu yang akan datang, misalnya beradasarkan data dan pengalaman pada 12 bulan yang terakhir, pendapatan perusahaan dalam setiap bulan januari menurun drastis jika dibandingkan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berdasarkan pola tersebut harusnya perusahaan dapat meramalkan bahwa pada bulan januari tahun berikutnya akan terjadi penurunan pendapatan. 2.2.2 Peramalan Horison Waktu Menurut Heizer dan Render (2010:163) peramalan biasanya diklasifikasikan menurut horizon waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori: 1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini mencakup jangka waktu hingga satu tahun tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun.Peramalan ini berguna untuk 11 merencanakan penjualan, perencanaan, dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisa berbagai macam kegiatan operasi. 3. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan3 tahun atau lebih. Perencanaan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (litbang). 2.2.3 Pendekatan Dalam Peramalan Terdapat dua pendekatan umum untuk peramalan sebagaimana ada dua cara mengatasi semua model keputusan. Pendekatan yang satu adalah analisis kuantitatif dan pendekatan lain adalah analisis kualitiatif. 1. Peramalan kuantitatif (quantitative forecast) menggunakan model matematis yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. 2. Peramalan subjektif atau kualitatif (qualitative forecast) menggabungkan faktor, seperti intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. 2.2.4 Jenis - Jenis Peramalan Menurut Heizer dan Render (2010:164), organisasi pada umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan organisasi di masa depan : 1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru. 12 3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan suatu produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia. 2.2.5 Model-Model Peramalan Menurut Heizer dan Render (2010:169), peramalan memiliki dua model yang terdiri dari masing-masing metode yaitu : a. Model deret waktu Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan. b. Model asosiatif Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier, menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan. 2.2.6 Peramalan Deret Waktu Heizer dan Render (2010:169), menganalisis deret waktu berarti membagi data masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian memproyeksikannya ke masa depan. Deret waktu mempunyai empat komponen, antara lain : 1. Tren, merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun. Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan budaya dapat mempengaruhi pergerakan tren. 2. Musim, adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti hari, minggu, bulan, atau kuartal. 13 3. Siklus, adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek. Memprediksi siklus bisnis sulit dilakukan karena adanya pengaruh kejadian politik ataupun kerusuhan internasional. 4. Variasi acak, merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola khusus sehingga tidak dapat diprediksi. 2.2.7 Metode Peramalan Kuantitatif Heizer dan Render (2010:170-175), metode peramalan kuantitatif, terdiri dari: 1. Pendekatan Naif (Naive Method) Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak, pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain yang lebih canggih. 2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average) Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut : Rata - rata bergerak = ∑ Permintaan dalam periode n sebelumnya n Ket: dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak. 14 3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average) Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan bobot merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan perubahan yang terlalu cepat yang tidak biasa pada permintaan atau pola penjualan. Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis sebagai berikut. Pembobotan rata - rata bergerak = ∑ (Bobot periode n)(Permint aan dalam periode n) ∑ Bobot 4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing) Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut : Peramalan baru Peramalan = periode terakhir α (Permintaan sebenarnya + periode terakhir – peramalan periode terakhir) dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas juga dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut. Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) dimana : Ft = Peramalan baru 15 Ft-1 = Peramalan sebelumnya α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1) At-1 = Permintaan aktual periode lalu 5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend (Exponential Smoothing with Trend) Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan positif atau negatif pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-rata dan tren untuk setiap periode. Rumus Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend adalah sebagai berikut. Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) , Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1 dimana : Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada periode t Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t At = permintaan aktual periode t α = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1) β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1) 6. Proyeksi Trend (Linear Regression) Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang. 16 Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah sebagai berikut. y = a + bx dimana : y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi a = persilangan sumbu y b = kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu). Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini. dimana : b = kemiringan garis regresi ∑ = tanda penjumlahan total X = nilai variabel bebas yang diketahui y = nilai variabel terkait yang diketahui a= - bx dimana : = rata-rata nilai y x = rata-rata nilai x. 2.2.8 Menghitung Kesalahan Peramalan Menurut Heizer dan Render (2010:177), ada beberapa perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total. Perhitungan ini 17 dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik.Tiga dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE), dan kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE). 1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation) MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data n. Rumus untuk menghitung MAD adalah sebagai berikut. MAD = ∑ | aktual - peramalan | n 2. Kesalahan Rata-Rata Kuardrat (Mean Square Error) MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. Rumus untuk menghitung MSE adalah sebagai berikut. MSE = 2.3 ∑ | kesalahan peramalan | 2 n Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan Herjanto (2007:237), menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Bagi banyak perusahaan, persediaan mencerminkan sebuah investasi, dan investasi ini 18 sering lebih besar dari pada yang seharusnya karena perusahaan lebih mudah untuk memiliki persediaan just in case (berjaga – jaga kalau ada apa – apa) dari pada persediaan just-in-time (persediaan seperlunya).Perusahaan dapat mengurangi biayadengan mengurangi tingkat persediaan ditangan, sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stocknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat layanan konsumen. Setiap manager operasi menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik sangat penting. Menurut Zulfikarijah (2005:4), persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Sedangkan Assauri (2006:196) menyatakan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahanbahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaikbaiknya dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. 19 Sehingga dapat disimpulkan, Persediaan (Inventory) adalah sumber daya yang disimpan untuk memenuhi penjualan dan permintaan ataupun untuk menunggu bahan proses sebelum menjadi barang jadi pada satu periode penjualan. 2.3.2 Jenis - Jenis Persediaan Heizer dan Render (2010:82), menjelaskan untuk mengakomodasi fungsi – fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan. Persediaan tersebut antara lain : • Persediaan bahan mentah (raw material inventory) Merupakan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses manufaktur. • Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP) Merupakan produk atau komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah, tetapi belum menjadi barang jadi. • Persediaan pasokan pemeliharaan / perbaikan / operasi (maintenance, repair, operating – MRO) Merupakan persediaan yang disediakan untuk pemeliharaan, perbaikan, operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin – mesin dan proses – proses tetap produktif. • Persediaan barang jadi Merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman.Barang jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa mendatang tidak diketahui. Sedangkan Herjanto (2007:238),mengungkapkan persediaan dapatdikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu : • Fluctuation Stock Merupakan terjadinya persediaan fluktuasi yang dimaksudkan permintaan yang untuk tidak menjaga diperkirakan 20 sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. • Anticipation Stock Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. • Lot-size Inventory Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu.Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. • Pipeline Inventory Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu. 2.3.3 Fungsi Persediaan Deitiana (2011:186) berpendapat bahwa, persediaan berfungsi untuk melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan fleksibel. Ada tiga fungsi utama dari manajemen persediaan ini, yaitu: 1. Penyelarasan antara produksi dan distribusi 2. Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi 3. Pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian 21 Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Pendekatan-pendekatan kuantitatif akan sangat membantu dalam memecahkan masalah ini. Alasan utama yang menyebabkan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan demikian besar adalah karena pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau porsi yang besar yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang belik. Kekurangan persediaan bahan mentah akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada langganan dan akan mengakibatkann perusahaan kehilangan mereka sementara kelebihan persediaan akan menyebabkan biaya ekstra. Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain : 1. Untuk member stok agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi. 2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi. 3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon. 4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman. 6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses. 2.3.4 Macam – Macam Biaya Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (2005:13-17), biaya persediaan di dalam perusahaan umum dibedakan menjadi 4jenis yaitu : 1. Biaya Pembelian (purchasing cost) Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, 22 jumlahnya tergantung pada yang dibelidan harga barang per unit. 2. Biaya pengadaan (procurement cost) Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar perusahan dan biaya persiapan (setup cost). Biaya pengadaan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu : - Biaya pemesanan, adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkanbarang dari luar, biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok, pengetikan pemesanan, pengiriman pemesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan. - Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi : biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja. 3. Biaya penyimpanan (carrying cost / holding cost) Semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk persentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi : - Biaya modal (cost of capital) merupakan adanya penumpukan barang dalam proses persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan biaya modal diukur sebagai persentasi nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. - Biaya penyimpanan (cost of storage) adalah biaya gudang yang dikeluarkan untuk tempat atau gudang penyimpanan barang, apabila gudang yang digunakan adalah sewa, maka biaya dapat berupa biaya sewa dana pabila gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun masukan dalam biaya gudang adalah biaya 23 tempat,asuransi, dan pajak. - Biaya keusangana tau kadar luarsa (obsolence cost) adalah biaya keusangan atau penyimpanan barang–barang dalam waktu yang relatif lama dapat berakibat menurun atau merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan trend konsumen. Biaya keuangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang terjadi selama ini. - Biaya kehilangan (losscost) dan biaya kerusakan (deterioration ) adalah penyimpanan barang yang dapat mengakibatkan dan penyusutan beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya kehilangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi. - Biaya asuransi (insurancecost) adalah akibat lain dalam penyimpangan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain –lain. Beberapa perusahaan besar mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut. Ada pun jumlahnya sesuai dengan nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi. - Biaya administrasi dan pemindahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada,baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindah kandari dan ketempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material handling. 4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) Mereferensikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang atau keuntungan akan hilang atau konsumen yang akan dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaanya tidak terpenuhi yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada citra perusahaan. 24 Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah : - Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang yang menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini didasarkanpada peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalti dengan satuan rupiah per unit. - Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapatan. Pengukuran biaya ini didasarkan waktu yang diperlukan untuk mengisi gudangn dengan satuan rupiah per satuan waktu. - Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini sering kali diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan biaya persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Biasanya biaya ini dikarenakan pemesanan yang mendadak dimana perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya – biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaan. Sedangkan, Heizer dan Render (2010:91) mengungkapkan jenis-jenis biaya persediaan, antara lain : • Biaya penyimpanan (holding cost) : biaya yang terkait dengan menyimpan persediaan selama waktu tertentu. • Biaya pemesanan (ordering cost) : mencakup biaya dari persediaan, formulir, proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan lainnya. 25 • Biaya penyetelan (setup cost) : biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan. 2.4 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantiy - EOQ) Menurut Deitiana (2011:191), inventory model yang paling sederhana mengandung ciri – ciri sebagai berikut : 1. Barang / bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya satu macam. 2. Kebutuhan / permintaanya per periode diketahui. 3. Barang / bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada back order. Heizer dan Render (2010:92), menjelaskan model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity) adalah sebuah teknik kontrol persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Model kuantitas pesanan ekonomis ini memiliki beberapa asumsi yaitu : 1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen. 2. Waktu tunggu – yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan. 3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu. 4. Tidak tersedia diskon kuantitas. 5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan). 6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Adapun Herjanto (2007:245), berpendapat bahwa EOQ merupakan salah satu model klasik, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian dan paling banyak dipergunakan sampai saat ini karena mudah penggunaannya. 26 Gambar 2.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomi Sumber : Eddy Herjanto (2007:246) Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus : EOQ = 2.D.S H dimana, EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*) D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya persediaan, antara lain : Persediaan rata - rata yang tersedia = Q* 2 Jumlah pesanan yang diperkirak an = D Q* 1. 2. 27 Biaya pemesanan tahunan = 3. D .S Q* Biaya penyimpana n tahunan = 4. Q* .H 2 5. Total harga per unit = Harga per unit x D 6. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan MenurutAssauri(2006:182)penentuan jumlah pesanan ekonomis(EOQ) ada 3 cara yaitu: 1. TabularApproach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya pertahun. 2. GraphicalAproach Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical approach dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan total cost dalam satu gambar,dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun, sumbu vertikal besarnya biaya dari ordering cost, carrying cost, dan total cost. 3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach) Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jumlah biaya persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan Carying costs. 28 2.4.1 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point – ROP) Heizer dan Render (2010:99), menjelaskan bahwa titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut, pemesanan harus dilakukan.Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut : ROP = d x L dimana, d = Permintaan per hari L= Waktu tunggu pesanan baru dalam hari Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan waktu tunggu itu sendiri adalah konstan. Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D) dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun : Permintaan per hari = D Jumlah hari kerja per tahun Titik pemesanan ulang (Reorder Point–ROP), yakni tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Agar pembelian bahan yang sudah ditetapkan dalamEOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah: 1. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time. 29 2. Tingkat pemakaian bahan baku rata – rata persatuan waktu tertentu. 3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi. 2.4.2 Persediaan Pengaman(Safety Stock – SS) Menurut Assauri (2006:187), safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stockout disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya carrying cost. Oleh karena itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stockout, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost menjadi serendah mungkin. Faktor–faktoryangmenentukan besarnya persediaan penyelamat adalah: 1. Penggunaan bahan baku rata-rata Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode -periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata–rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan atau order penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada. 2. Faktor Lead Time Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan - bahan sampai dengan kedatangan bahan–bahan yang dipesan 30 tersebut dan diterima di gudang persediaan. Dengan ditemukannya EOQ, masih ada kemungkinan adanya kekurangan persediaan (out of stock) didalam proses produksi. Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan timbul apabila : • Penggunaan bahan dasar didalam proses produksi lebih besar dari pada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis diproduksi sebelum pembelian / pesanan yang berikutnya datang, sehingga terjadilah kekurangan persediaan. • Pesanan / pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada waktunya. Dari dua keadaan tersebut diatas, maka perusahaan perlu menetapkan adanya proses persediaan cadangan (safety stock) untuk menjamin kelancaran proses produksi akibat kemungkinan adanya kekurangan persediaan tersebut. Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut : 1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata – rata Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu misalnya perminggu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time. Safety Stock= (Pemakaian Maksimum– PemakaianRata-Rata) Lead Time 2. Metode statistika untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini, maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square). 31 2.4.3 Lead Time Pengertian lead time yang dinyatakan Zulfikarijah (2005:96) merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat penerimaan barang. Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada Jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ, lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya perusahaan sering menyediakan safetyStock. Dari pembahasan diatas faktor waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena terdapat perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk menggantikan atau pengisian kembali persediaan. 2.5Fixed Order Interval System (EOI) Fixed Order Interval System juga disebut sistem persediaan secara periodik, yang lebih berdasar kepada periode daripada sistem persediaan kontinu yang lebih kepada posisi stok persediaan. Sistem persediaan yang berbasiskan waktu yang melakukan pesanan berdasarkan jangka waktu tertentu. Jumlah pesanan bergantung kepada pemakaian demand selama periode waktu tertentu. Menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level) selama waktu lead time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan dihitung. Sebuah pesanan dilakukan untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pesanannya tergantung berapa jumlah yang berkurang (maximum inventory level). Jadi, jumlah pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu melakukan perhitungan. Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang digunakan yaitu periode tetap pemeriksaan (T) dan maximum inventory level (E). Masalah dasar pada metode ini adalah bagaimana menentukan interval pesanan (T) dan maximum inventory level (E) yang diinginkan. Economic order interval dapat diperoleh untuk meminimumkan total biaya tahunan. Pada data yang bersifat stochastic, metode ini mempunyai beberapa persamaan dalam perhitungannya seperti berikut: 32 E = SS + D (T*+ L) I = SS + ½ (D T*) Q* =E–I TOR = TC(T*)= + (SS + ½ D T*) Cc Dimana: T* = economic order interval Co = biaya pemesanan untuk setiap pesanan Cc = biaya penyimpanan per unit per periode D = permintaan per periode SS = safety stock Z = standar normal (diperoleh dari tabel distribusi normal. Misalnya, Z = 95%, ini berarti tingkat pelayanan sebesar 95% dari permintaan atau penjagaan terhadap kemungkinan terjadinya stock out hanya 5%) = standar deviasi L = lead time E = maximum inventory level I = average inventory control Q* = order quantity TOR = turn over ratio TC(T*) = total cost 33 2.5 Kerangka Pemikiran PT.CAKRA ANUGERAH ARTHA ALUMINDO Forecasting Moving Weighted Average Moving Exponential Exponential Smoothing Average Smoothing Linear Naïve Regression Method WithTrend MAD dan MSE Persediaan Bahan Baku Pengendalian Bahan Baku Metode Persediaan Recorder Point (EOQ) (ROP) Implikasi hasil penelitian Gambar2.2Kerangka Pemikiran Sumber : Olahan Peneliti (2015)