BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Sebelum membahas pengertian manajemen keuangan sebaiknya kita telusuri dulu beberapa istilah pokok beserta pengertian-pengertian yang terkait dengan manajemen dan keuangan. 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan rangkaian berbagai aktivitas yang saling berkaitan dan saling mengorganisir kemampuan individu dalam suatu organisasi untuk mendayagunakan dan mengolah sumber daya yang ada sehingga berguna bagi individu itu sendiri dan juga organisasi. Menurut T. Hani Handoko ( 2008 : 8 ) : “Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2009 : 8) (Penerjemah Harry Slamet) : “Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan – kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dengan melalui orang lain”. Dari kedua pengertian Manajemen diatas, maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa Manajemen adalah suatu proses mengatur sumber daya manusia dan sumber daya lainnya guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. 2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi Manajemen yang dikemukakan oleh beberapa ahli tidak sama. Ini dikarenakan latar belakang yang mereka lakukan tidak sama. Fungsi-fungsi Manajemen seperti dikemukakan oleh Sri Wilujeng SP dan Irma Nilasari (2006:63) terdiri dari aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. 1. Perencanaan Perencanaan merupakan aktivitas penentuan tujuan atau sasaran yang akan dicapai dan menentukan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen dapat diartikan sebagai proses yang melibatkan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai tujuan. 3. Pengarahan Pengarahan meliputi tindakan untuk membimbing dan mengusahakan agar semua anggota organisasi melakukan kegiatan yang sudah ditentukan ke arah tercapainya tujuan. Fungsi pengarahan harus dilakukan oleh setiap manajer meliputi tiga unsur, yaitu pemberian motivasi kepada bawahan, kepemimpinan, dan pengembanngan komunikasi. 4. Pengendalian Fungsi pengendalian bertujuan untuk memastikan apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dalam pengendalian, seorang manajer perlu membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan atau rencana semula. Sehubungan dengan hal tersebut, manajer sedapat mungkin menemukan dan sesegera mungkin mengoreksi adanya penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. 2.1.3 Pengertian Keuangan Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2005:34) menyatakan bahwa : “Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubungan dengan proses, lembaga, pasar dan instrumen yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.” Menurut Le Coutre dan Hasenak yang disadur oleh Bambang Rianto, bahwa : “Pembelanjaan adalah meliputi keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan penggunaan dana dimana disini termasuk juga perencanaan beserta pelaksanaannya.” Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian dari pembelanjaan adalah keseluruhan usaha untuk mempersiapkan dan mengatur penarikan dan penggunaan dana, dimana didalamnya termasuk aktivitas perencanaan dan pelaksanaannya. Dari uraian diatas tentang pengertian manajemen dan pengertian keuangan dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu suatu proses dalam mengatur aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan. Untuk lebih jelasnya beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian manajemen keuangan. 2.1.4 Pengertian Manajemen Keuangan Menurut James C. Van Horne (2010:5) menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan : “Segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.” Menurut Agus Sartono (2005:336) Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai : “Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”. Menurut Sutrisno (2005:3) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan merupakan : “Seluruh aktivitas atau kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan upaya untuk mendapatkan dana perusahaan dengan meminimalkan biaya serta upaya penggunaan dan pengalokasian dana tersebut secara efisien dalam memaksimalkan nilai perusahaan yaitu harga dimana calon pembeli bersedia membayarnya jika suatu perusahaan menjualnya”. Menurut Brigham (2010:8) mengemukakan bahwa manajemen keuangan sebagai : “Seni (art) dan ilmu (science), untuk me-manage uang, yang meliputi proses, institusi/lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang diantara individu, bisnis dan pemerintah.” Menurut Susan Irawati (2006:1) mengemukakan bahwa Manajemen Keuangan sebagai : “Suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh seorang manajer keuangan”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. 2.2 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai atau menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji pegawai, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan pada jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produk perusahaan. Uang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidup perusahaan. 2.2.1 Pengertian Modal Kerja Berikut beberapa pendapat mengenai modal kerja, antara lain sebagai berikut: Menurut Dr Harmono, S.E., M.Si. (2009:113) menyatakan bahwa modal kerja yaitu : “Aktiva lancar yang meliputi kas, setara kas, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Modal kerja dapat diartikan juga sebagai pengelolaan terhadap komponen-komponen aktiva lancar, yang dalam konteks ini antara komponen kas dengan komponen aktiva lancar, piutang dan persediaan saling terkait dan membutuhkan pengelolaan yang memadai sesuai fluktuasi kebutuhan modal kerja perusahaan.” Menurut Hendra S. Raharjaputra, M.B.A (2009:155) menyatakan bahwa modal kerja adalah : “Investasi perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai aset lancar, diantaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan biaya dibayar dimuka.” Menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:210) menyatakan bahwa modal kerja adalah : “Modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja juga diartikan seluruh aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar. Atau dengan kata lain modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.” Menurut Drs. Bambang Rianto (2005:13) terdapat tiga konsep pengertian modal kerja, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep ini didasarkan atas kualitas dana yang ditanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, yaitu aktiva yang dipakai sekali dan akan kembali menjadi bentuk semula, aktiva dengan dana tertanam didalamnya yang akan bebas lagi dalam waktu singkat. Konsep ini sering disebut Gross Working Capital. 2. Konsep Kualitatif Konsep ini didasarkan pada aspek kualitatif, yaitu kelebihan aktiva lancar dari hutang lancarnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang bersifat rutin tanpa mengganggu likuiditasnya. Konsep ini sering disebut sebagai Net Working Capital. 3. Konsep Fungsional Konsep ini didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan, dengan kalkulasi sebagian dana digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut (current income) dan sebagian lagi digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periodeperiode berikutnya (future income). Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dipergunakan untuk membiayai atau menutupi kewajiban-kewajiban yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan. Modal kerja yang cukup akan memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin, akan tetapi modal kerja yang berlebihan menunjukan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan, dan sebaliknya adanya ketidak cukupan modal kerja merupakan indikator utama kegagalan perusahaan. 2.2.2 Fungsi dan Manfaat Modal Kerja Fungsi modal kerja menurut Drs. M Manullang (2005:15) adalah sebagai berikut : 1. Modal kerja itu menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai persediaan. 2. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai, dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian menjadi berkurang. 3. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara credit standing yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti pemogokan. 4. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit pada para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada para pembelinya, syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya. 5. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para pembeli dengan lancar. 6. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan dalam memperoleh bahan, jasa, dan alat-alat yang disebabkan karena kesulitan kredit. 7. Modal kerja yang mencukupi, memungkinkan perusahaan untuk menghadapi masa resesi dan depresi dengan baik. Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping itu memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan atau manfaat, antara lain : 1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. 2. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membayar semua kewajibankewajiban tepat pada waktunya. 3. Menjamin dimilikinya credit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. 4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. 5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya. 6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan. 2.2.3 Jenis - jenis Modal Kerja Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto (2005:52) mengutip dari W.B. Taylor, menggolongkannya kedalam : 1. Modal kerja Permanen (permanent working capital), yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara terusmenerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam : 1) Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitasi usahanya. 2) Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan. Modal kerja variabel ini dapat dibedakan dalam : 1) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah ubah disebabkan oleh fluktuasi musim. 2) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah -ubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtor. 3) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah -ubah karena adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui pemogokan mendadak. atau diramalkan kerja, banjir, terlebih perubahan dahulu, keadaan misalnya ekonomi adanya yang 2.2.4 Penentuan Besarnya Modal Kerja Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis, efisien dan terhindar dari resiko kesulitan likuiditas. Untuk menentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja. Menurut Bambang Rianto (2005:64) besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung kepada dua faktor yaitu : a. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, b. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya. Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah semakin besar. Periode perputaran atau periode terkaitnya modal kerja adalah keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi simpanan digudang dan jangka waktu penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah tenaga kerja dan biaya-biaya lainnya. Apabila perusahaan hanya menjalankan usaha satu kali saja maka kebutuhan modal kerja cukup sebesar modal kerja yang dikeluarkan selama satu periode perputaran saja. Tetapi pada umumnya perusahaan didirikan tidak dimaksudkan untuk menjalankan usaha satu kali saja, melainkan untuk seterusnya dan dimana setiap hari ada aktivitas usaha. Bagi perusahaan yang disebutkan terakhir ini dengan sendirinya kebutuhan modal kerja tidak cukup hanya sebesar apa yang diperlukan selama satu periode perputaran saja, melainkan sebesar jumlah pengeluaran setiap harinya dikalikan dengan periode perputarannya. Sementara menurut Agnes Sawir (2005:136) besarnya modal kerja dipengaruhi oleh 4 faktor umum dan 5 faktor khusus, yaitu : Keempat faktor umum tersebut antara lain : 1. Volume penjualan 2. Faktor musiman 3. Perkembangan teknologi 4. Filosofi perusahaan Kelima faktor khusus tersebut antara lain : 1. Ukuran perusahaan 2. Aktivitas perusahaan 3. Ketersediaan kredit 4. Perilaku menghadapi keuntungan 5. Perilaku menghadapi resiko Perusahaan membiayai modal kerja biasanya untuk mendukung penjualan. Banyak perusahaan yang menetapkan aktiva lancar sesuai dengan proporsi penjualan tahunannya. Fluktuasi musiman akan permintaan untuk produk barang atau jasa perusahaan. Merupakan faktor penentu besarnya modal kerja. Adanya tren produk tertentu pada waktu tertentu menyebabkan permintaan akan barang atau jasa meningkat sehingga diperlukan modal kerja yang tinggi. Perubahan teknologi, yang tentu saja berdampak pada proses produksi, dapat mempunyai pengaruh kuat pada kebutuhan terhadap modal kerja. Pada proses produksi kovensional yang biasanya dikerjakan oleh tenaga manusia kemudian digantikan oleh mesin dapat mengurangi pengeluaran terhadap pekerja yang akhirnya akan mengurangi kebutuhan modal kerja. Kebijakan perusahaan akan berdampak pada tingkat modal kerja permanen maupun musiman, misalnya ada kebijakan penghematan yang ditekankan oleh manajemen baru. Perusahaan besar mempunyai perbedaan modal kerja yang mencolok dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan besar dengan banyak sumber dana mungkin membutuhkan modal kerja yang lebih kecil dibanding dengan total aktiva atau penjualan. Aktivitas perusahaan berarti keadaan bisnis, misalnya sebuah perusahaan yang menawarkan jasa tidak akan membutuhkan persediaan. Sebuah perusahaan yang menjual secara tunai tidak akan memberikan piutang sehingga modal kerja yang diperlukan semakin kecil. Ketersediaan kredit, jika perusahaan dapat meminjam untuk membiayai dengan kredit maka diperlukan kas yang lebih sedikit. Perilaku akan keuntungan berarti menambah jumlah produksi dan juga akan menambah total aktiva lancar, jumlah yang besar pada aktiva lancar akan mengurangi keuntungan keseluruhan. Makin besar tingkat aktiva lancar makin kecil resiko. Kas menyediakan keamanan dalam membayar tagihan, persediaan memberikan resiko yang lebih kecil akan kebutuhan lebih barang untuk dijual. Sementara menurut Bambang Rianto (2005:66) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut : a. Sifat / Jenis Perusahaan Didasarkan pada kebutuhan modal kerja pada perusahaan kepentingan umum (seperti perusahaan gas, telepon, air minum dan sebagainya) adalah relatif rendah, oleh karena persediaan dan piutang dalam persediaan tersebut cepat beralih menjadi uang. Sedangkan pada perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan keuangan. b. Waktu yang diperlukan Untuk memproduksi dan memperoleh barang yang akan dijual dan harga satuan barang yang bersangkutan. Adanya hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual kepada para pembeli. c. Cara / Syarat Pembelian dan Penjualan Kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan dipengaruhi oleh syaratsyarat pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh saat kredit yang lunak untuk membeli barang dari pemasok, maka lebih kurang / sedikit uang yang perlu ditanamkan dalam persediaan. d. Tingkat Perputaran Piutang Makin banyak suatu persediaan dijual dan diganti kembali (perputaran persediaan) maka makin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Kebutuhan modal kerja tergantung dari jangka waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Makin sedikit waktu yang diperlukan untuk menagih piutang, makin sedikit modal kerja yang diperlukan. Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijakan mengenai pemberian kredit, syarat penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi para pembeli dan cara penagihan. e. Siklus Usaha (konjungtor, dalam suatu usaha “Prosperity” (konjungtor tinggi)) aktivitas perusahaan diperluas dan ada kecenderungan bagi perusahaan untuk membeli barang mendahului kebutuhan agar dapat memanfaatkan harga rendah dan untuk memastikan diri akan adanya persediaan yang cukup. f. Resiko Kemungkinan Penurunan Harga Aktiva Lancar Suatu penurunan harga dibandingkan dengan nilai buku dari aktiva lancar seperti surat berharga, persediaan, piutang maka mengakibatkan penurunan modal kerja. Sehubungan dengan makin besar resiko kerugian semacam itu, makin besar modal kerja yang diperlukan. Untuk dapat menampung kontingensi tersebut (kemungkinan yang belum pasti akan terjadi) perusahaan mengusahakan adanya banyak uang / surat berharga. g. Musim Apabila perusahaan tidak terpengaruh oleh musim maka penjualan tiap bulan rata-rata sama. Tetapi jika sebaliknya, maka terdapat perbedaan di dalam musim maka terjadi aktivitas yang besar, sedangkan diluar musim terjadi aktivitas yang rendah. Perusahaan yang mengalami musim memerlukan sejumlah modal kerja yang maksimum untuk jangka yang relatif pendek. Perhitungan perputaran unsur modal kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : a. Perputaran Kas b. Perputaran Persediaan c. Perputaran Piutang 2.2.5 : : : Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Sumber (kenaikan) dan penggunaan (penurunan) modal kerja dilakukan untuk mengetahui bagaimana modal kerja tersebut digunakan dan dibelanjakan oleh perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2005:288) menyatakan bahwa “Kenaikan dalam modal kerja terjadi apabila aktiva menurun atau dijual atau karena dalam utang jangka panjang dan modal sedangkan penurunan dalam modal kerja timbul akibat aktiva tidak lancar naik atau dibeli atas utang jangka panjang dalam modal naik.” Modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut : a. Pendapatan bersih Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi, sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek, dan ini bisa ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba/rugi perusahaan. Dalam perhitungan laba rugi terdapat dua jenis biaya usaha, yakni (a) pospos biaya yang memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya pembelian barang dagang atau bahan baku, pembayaran gaji, dan premi asuransi; (b) pos-pos biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas atau menimbulkan utang yang akhirnya juga tidak memerlukan penggunaan modal kerja, contohnya yaitu beban penyusutan, deplesi dan amortisasi. Meskipun biaya-biaya ini diperhitungkan sebagai biaya usaha dalam menentukan pendapatan bersih, tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan, biaya-biaya (noncash) tersebut harus dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan modal kerja. Lain halnya dengan kasus kerugian karena piutang tidak terbayar. Kerugian piutang tidak terbayar akan mengurangi piutang sebaliknya penyusutan harus dikurangkan dari aktiva tetap yang tidak ada pengaruhnya terhadap modal kerja. b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-surat berharga menunjukan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”. Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi kerugian maka modal kerja akan berkurang. c. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva lancar lainnya yang tidak dipergunakan lagi oleh perusahaan. Perubahan tidak lancar itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut. Keuntungan atau kerugian dari penjualan investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya dapat dimasukan ke dalam pos-pos insidentil (extraordinary item). d. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik Utang hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila dikeluarkan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan. Pinjaman jangka panjang berbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai karena adanya beban bunga disamping kewajiban mengembalikan pokok pinjamannya. e. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya Pinjaman jangka pendek (seperti kredit bank) bagi beberapa perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya, maka adanya credit rating yang tinggi tingkatannya bagi perusahaan yang bersangkutan adalah sepenuhnya penting. f. Kredit dari supplier atau trade creditor Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa dibeli secara kredit atau dengan wesel barang. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu yang harus dilunasi, perusahaan hanya memerlukan sejumlah kecil modal kerja. Sumber-sumber modal kerja menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:219) dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan pasiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu : 1. Hasil operasi perusahaan. 2. Keuntungan penjualan surat berharga. 3. Penjualan saham. 4. Penjualan aktiva tetap. 5. Penjualan obligasi. 6. Memperoleh pinjaman. 7. Dana hibah. 8. Dan sumber lainnya. Sumber-sumber modal kerja yang normal menurut R.D Kennedy dan S.Y Mc. Mullen yang dialih bahasakan oleh Drs. M. Manullang (2005:17) adalah sebagai berikut : 1. Modal kerja yang diberikan dari operasi berjalan. 2. Keuntungan atas penjualan surat berharga. 3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya. 4. Pengembalian pajak pendapatan federal dan lain yang sejenis keuntungan tambahan item biasa. 5. Penjualan obligasi serta saham dan kontribusi dana oleh pemilik perusahaan. 6. Bank dan pinjaman jangka pendek. 7. Perdagangan kreditur (akun, perdagangan akseptasi dan wesel bayar). Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut : a. Pengeluaran jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang deviden). b. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan). c. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas. d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar. e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang. f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan. Transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan bentuk aktiva lancar tetapi tidak mengubah jumlah aktiva lancar adalah : a. Pembelian tunai surat-surat berharga. b. Pembelian tunai barang-barang dagangan. c. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel. Apabila didasarkan pada data neraca, perubahan modal kerja (dalam pengertian modal kerja neto) pada prinsipnya, karena pengaruh dari perubahan unsurunsur rekening tidak lancar (non current accounts). Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh memperbesar modal kerja (neto) adalah : a. Berkurangnya aktiva tetap. b. Bertambahnya utang jangka panjang. c. Bertambahnya modal saham. d. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan. Penggunaan modal kerja menurut Bambang Rianto (2005:355) sebagai berikut : a. Bertambahnya aktiva tetap. b. Berkurangnya utang jangka panjang. c. Berkurangnya modal saham. d. Pembayaran dividen tunai. e. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir, S.E., M.M (2010:222) penggunaan modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva dan menurunnya pasiva. Secara umum dikatakan bahwa penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk : 1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya. 2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan. 3. Untuk menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga. 4. Pembentukan dana. 5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain). 6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang). 7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar. 8. Pengambilan uang atau barang untuk keperluan pribadi. 9. Dan penggunaan lainnya. 2.2.6 Manfaat Tinjauan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Dengan adanya tinjauan sumber dan penggunaan modal kerja maka manfaat yang akan didapat oleh perusahaan diantaranya : Pimpinan perusahaan dan manajer perusahaan akan dapat mengetahui keadaan perkembangan keuangan perusahaan dari hasil-hasil keuangan yang telah dicapai pada periode yang lalu dan periode sekarang. Dengan mengadakan tinjauan tersebut maka akan dapat diketahui keberhasilan-keberhasilan serta kegagalan diwaktu yang lalu. Dengan demikian, melalui tinjauan tersebut pihak manajemen perusahaan dapat menyusun rencana kebijaksanaan yang lebih baik, memperbaiki cara kepemimpinan pada masa lalu, menentukan dan memperbaiki sistem pengawasan intern yang ada dengan melihat kesalahan dimasa lalu, agar dapat dijadikan harapan yang tidak akan terulang kembali pada periode selanjutnya. Penentuan kebutuhan modal kerja sangat penting bagi perusahaan, karena jika modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan itu akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Demikian juga bila modal kerja terlalu kecil maka akan ada resiko terhambatnya kegiatan operasional perusahaan.