BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi. Menurut Mursyidi(2008:14) Biaya (cost) diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. Menurut Mulyadi (2009:8) “Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut di atas: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. Biaya atau costadalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. (Bustami dan Nurlela. 2006:4) Biaya menurut Anthony (2009:33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa depan. 13 14 Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang mengurangi kas atau harta lainnya untuk mendapatkan suatu manfaat atau pendapatan di masa kini atau masa yang akan datang dan dapat diukur oleh satuan uang. 2.1.2 Penggolongan Biaya Penggolongan adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting (Supriyono, 2011:18). Untuk memenuhi tujuan kos produk, akuntansi biaya menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. (Mulyadi, 2009 :7) Oleh karena itu biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan, sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep “Different cost for different purpose” berbeda biaya berbeda tujuan. Menurut Mulyadi (2009:13-16) biaya dapat digolongkan menurut : 1. Penggolongan Biaya menurut Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar.” 15 2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok : a. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran. c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy. 16 3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : a. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. 4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungan dengan Perubahan Volume Aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi : a. Biaya Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. 17 b. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya Semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. b. Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. 18 Menurut Hansen dan Mowen (2011:56) biaya dibagi menjadi dua kategori fungsional yaitu : a. Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau penyediaan jasa. b. Biaya non-produksi adalah biaya yang berhubungan dengan fungsi penjualan, administrasi, pemasaran, distribusi, layanan pelanggan, dan pengembangan. Menurut Carter (2009:68) Dampak aktivitas bisnis terhadap biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi dari setiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel. 1. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah ketika aktivitas bisnis meningkat atau menurun. 2. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang totalnya meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. 3. Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contohnya : biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, beberapa perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya representasi. 19 Menurut Carter (2009:72) untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, mengukur, atau mengevaluasi biaya pada tingkatan aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel, dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu metode tinggi rendah, metode scattergraph, dan metode kuadrat terkecil. 1. Metode Tinggi Rendah (High and Low Points) Dalam metode tinggi rendah, elemen tetap dan elemen variabel dari suatu biaya dihitung menggunakan dua titik. Titik data (periode) yang dipilih dari data historis merupakan periode dengan aktivitas tertinggi dan terendah. Metode tinggi rendah ini bersifat sederhana, namun memiliki kelemahan karena hanya berdasarkan dua titik sehingga dapat menghasilkan estimasi biaya tetap dan biaya variabel yang bias dan kurang akurat. 2. Metode Scattergraph Metode scattergraph merupakan kemajuan dari metode tinggi rendah karena metode ini menggunakan semua data yang tersedia, bukan hanya dua titik. Namun, suatu analisis perilaku biaya menggunakan metode scattergraph bisa saja menjadi bias karena garis biaya yang digambar melalui plot data didasarkan pada interpretasi visual. 3. Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares) Metode kuadrat terkecil kadang kala disebut analisis regresi, menentukan secara matematis garis yang paling sesuai, atau garis regresi linear melalui 20 sekelompok titik. Ketepatan matematis dari metode kuadrat terkecil memberikan tingkat objektivitas yang tinggi dalam analisis. 2.2 Harga Pokok Produksi 2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Hansen dan Mowen (2011:60) harga pokok produksi (cost of manufactured) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama goods periode berjalan. Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela dalam buku Akuntansi Biaya (2006:60) menyatakan bahwa harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir. Untuk kepentingan pihak eksternal penyajian harga pokok produksi barang dan jasa ditetapkan dengan metode perhitungan harga pokok produksi full costing dengan pengukuran biaya secara aktual. Namun untuk keperluan intern perusahaan, manajemen dapat menggunakan metode variable costing dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan harga pokok produksi adalah biayabiaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dalam suatu periode tertentu yang diukur dengan satuan uang. 21 2.2.2 Komponen Harga Pokok Produksi Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar, yaitu biaya bahan baku langsung (direct material), biaya overhead pabrik (factory overhead cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor). (Mulyadi, 2009:14; Hansen & Mowen, 2011:57) Beberapa unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah biaya baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Berikut ini akan bahan diuraikan penjelasan mengenai ketiga unsur harga pokok produksi. 1. Biaya Bahan Baku Langsung Bahan langsung adalah bahan yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi secara produk. (Hansen dan Mowen, 2011:57) Semua biaya yang tejadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Menurut Supriyono (2011:20) bahan dapat digolongkan menjadi bahan baku (direct material) dan bahan penolong atau bahan pembantu (indirect material). Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu. Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai tetapi 22 pemakaiannya tidak dapat diikuti jejak atau manfaatnya pada produk selesai tertentu, atau nilainya relatif kecil sehingga meskipun dapat diikuti jejak pemakaiannya menjadi tidak praktis atau tidak bermanfaat. Menurut Bustami dan Nurlela (2006:10) biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk. Perhitungan yang akurat terhadap berapa besar bahan baku yang digunakan dalam sekali memproduksi suatu produk sangatlah penting karena bahan baku merupakan bahan dasar untuk pengolahan barang jadi yang siap untuk dijual. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi, sehingga biaya tenaga kerja merupakan salah satu biaya konversi. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. (Hansen dan Mowen, 2011:57) Menurut Mulyadi (2009:319) Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Menurut Musyidi (2008:213) Biaya tenaga kerja (BTK) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) adalah biaya tenaga kerja yang langsung berhubungan dengan proses produksi, misalnya tukang dan pekerja pabrik. 23 2. Biaya tenaga kerja tidak langsung (BTKTL) merupakan biaya tenaga kerja yang tidak langsung berhubungan dengan produksi, misalnya gaji direktur produk pemasaran. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. Mulyadi (2009:320-321), menyatakan bahwa dalam perusahaan manufaktur penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut: a. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan Organisasi dalam perusahaan manufaktur dibagi ke dalam tiga fungsi pokok yaitu produksi, pemasaran dan administrasi. b. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi dapat digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut. c. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat pekerjaannya. Misal, dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan menjadi operator dan mandor. d. Penggolongan menurut hubungan dengan produk Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. 24 3. Biaya OverheadPabrik Menurut Musyidi (2008:221) biaya overhead pabrik (factory overhead cost)disebut juga factory burden, manufacturing expense, manufacturing overhead, factory expense, dan indirect manufacturing cost, merupakan biaya yang terjadi atau dibebankan dalam suatu proses selain bahan baku dan tenaga langsung. kerja Menurut Daljono (2011:16) biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya yang timbul dalam proses produksi selain yang termasuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Overhead pabrik merupakan bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya. (Bustami dan Nurlela, 2006:257) Menurut Mulyadi (2009:193) biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan: 1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini : a. Biaya bahan penolong b. Biaya reparasi dan pemeliharaan c. Biaya tenaga kerja tidak langsung d. Biaya yang timbul sebagai akibat dari penilaian aktiva tetap 25 e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. 2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik semivariabel. 3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu biaya overhead langsung departemen (direct departmental overhead expenses) dan biaya overhead tidak langsung departemen (indirect departmental overhead expenses). Dalam menentukan biaya overhead pabrik dilakukan melalui tiga tahap, yaitu menyusun anggaran biaya overhead pabrik, memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik dan menghitung tarif biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2009:197) Pada proses produksi pesanan, umumnya ada suatu keharusan untuk menggunakan tarif ditentukan di muka dalam membebankan biaya overhead pabrik terhadap pesanan yang bersangkutan. Sedangkan pada proses produksi 26 massa, merupakan suatu himbauan, karena kalkulasi harga pokok dalam produksi massa dapat dilakukan secara periodik, misalnya bulanan, sehingga dapat diperhitungkan biaya overhead pabrik sesungguhnya. 2.2.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara suatu memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja. (Bustami dan Nurlela, 2006:48) Menurut Musyidi (2008:29), penentuan harga pokok produk adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk jadi dan persedian barang dalam proses. Perusahaan manufaktur diwajibkan untuk menerapkan metode perhitungan harga pokok penuh (full absorption costing) untuk keperluan pelaporan pada pihak eksternal. Sedangkan metode variable costing banyak diterapkan bagi keperluan pelaporan internal, karena metode ini dianggap konsisten dengan asumsi perilaku biaya yang kerap digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Menurut Mulyadi (2009:17) Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu : 27 1. Metode full costing Merupakan metode yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari biaya produksi berikut ini: unsur bahan baku Biaya xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Biaya overhead pabrik tetap xxx Kos produksi xxx 2. Metode variable costing Merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini: Biaya bahan baku xxx Biaya tenaga kerja langsung xxx Biaya overhead pabrik variabel xxx Kos produksi xxx 28 Metode Variable costing menyajikan informasi yang dibutuhkan perusahaan dalam pengambilan keputusan jangka pendek. Dengan metode variable costing, setiap biaya produksi dapat disajikan berdasarkan perilaku biaya dalam perubahan volume produksi. Informasi inilah yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan jangka pendek. Menurut Mursyidi (2008:30) Penentuan harga pokok berdasarkan variabel costing pada umumnya ditujukan untuk pihak manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan harga, sedangkan full costing pada umumnya ditujukan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan untuk pihak eksternal. Kedua metode ini akan menghasilkan informasi umum yang sama apabila semua produk laku terjual seluruhnya pada satu periode akuntansi. Perbedaan akan terjadi apabila masih ada persediaan produk pada awal dan akhir periode akuntansi. 2.2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Menurut Mursyidi (2008:26) Biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dikumpulkan menjadi satu sebagai biaya produksi. Pengumpulan biaya tersebut tergantung cara berproduksi : 1. Perusahaan yang memproduksi suatu produk berdasarkan pesanan (order) akan melaksanakan kegiatannya setelah pesanan diterima, perusahaan ini akan mengumpulkan biaya produksinya sesuai dengan pesanan yang diterimanya. Cara ini disebut dengan pengumpulan biaya produksi berdasarkan pesanan (job order costing). 29 2. Ada pula perusahaan yang memproduksi produknya berdasarkan produksi massa; melakukan pengolahan produknya secara kontinyu/terus menerus dalam rangka memenuhi permintaan pasar atau persediaan di gudang. Dalam perusahaan ini produksi dikumpulkan secara periodik (harian, mingguan atau bulanan untuk setiap departemen produksi. Cara seperti ini disebut pengumpulan biaya produksi berdasarkan proses/massa/periodik (proses costing). Menurut Supriyono (2011:36) metode pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua metode, yaitu : a. Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order) yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan dibuat perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai dengan yang dipesan pembeli. b. Metode harga pokok proses yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan, semester, tahun. 30 Pada metode harga pokok proses perubahan menghasilkan produk yang yang diminta oleh pembeli. Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan homogin, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas. b. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. c. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan yang bersangkutan selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok satuan untuk pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga pokok pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan. d. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produksi selesai dan biasanya segera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat/tanggal pesanan harus diserahkan. (Supriyono, 2011:55) 31 Menurut Supriyono (2011:139-140) karakteristik metode harga pokok proses, yaitu : a. Biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan, tahun, dan sebagainya. b. Produk yang dihasilkan bersifat homogin dan bentuknya standar, tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. c. Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi atau schedule produksi untuk satuan waktu tertentu. d. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya di jual. e. Kegiatan produksi bersifat kontinyu atau terus-menerus. f. Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode, misalnya akhir bulan, akhir tahun. g. Perusahaan menggunakan sistem harga pokok proses. Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan. Tabel 2.1 Perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan Metode harga pokok Metode harga pokok proses pesanan Pengumpulan Mengumpulkan biaya produksi Mengumpulkan Biaya Produksi menurut pesanan. produksi produksi akuntansi. per per biaya departemen periode 32 Perhitungan Harga Menghitung harga pokok Menghitung harga pokok Pokok produksi per satuan dengan produksi per satuan dengan Produksi Per cara membagi total biaya yang cara Satuan dikeluarkan untuk membagi pesanan produksi yang tertentu dengan jumlah satuan selama total biaya dikeluarkan periode tertentu produk yang dihasilkan dalam dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan. yang dihasilkan selama Perhitungan ini dilakukan pada periode yang bersangkutan. saat pesanan telah selesai Perhitungan diproduksi. ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan) Penggolongan Biaya produksi Biaya Produksi dipisahkan harus Pembebanan biaya produksi menjadi biaya langsung dan biaya produksi produksi langsung dan biaya tidak langsung seringkali tidak produksi tidak langsung. Biaya diperlukan, terutama produksi langsung dibebankan perusahaan hanya kepada produk berdasar biaya menghasilkan yang sesungguhnya sedangkan tidak kepada biaya langsung produk jika satu macam terjadi, produk. Karena harga pokok produksi per satuan produk dihitung dibebankan setiap akhir berdasarkan umumnya tarif yang ditentukan di muka. pabrik bulan, biaya maka overhead dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi. Unsur yang Biaya overhead pabrik terdiri Biaya overhead pabrik terdiri Digolongkan dalam dari biaya bahan penolong, dari biaya produksi selain Biaya biaya tenaga kerja tidak biaya bahan baku dan bahan Overhead langsung dan biaya produksi penolong dan biaya tenaga Pabrik lain selain biaya bahan baku kerja. Dalam metode ini biaya dan biaya tenaga kerja. Dalam overhead pabrik dibebankan 33 metode ini biaya overhead kepada produk sebesar biaya pabrik dibebankan produk ditentukan dimuka. atas tarif kepada yang sesungguhnya yang selama periode terjadi akuntansi tertentu. Sumber : Mulyadi dalam Akuntansi Biaya, 2009:64-65 2.2.5 Sistem Harga Pokok Produksi Menurut Mursyidi (2008:25) sistem biaya merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka menentukan biaya produksi dan harga pokok produk dalam suatu proses produksi. Kegiatan dalam sistem biaya mencakup : 1. Pengumpulan biaya produksi 2. Penentuan biaya produksi 3. Pelaporan biaya produksi 4. Analisis biaya produksi Sistem biaya jika dilihat dari segi pengukuran nilai yang dibebankan atau dicatat dapat dibedakan dalam beberapa alternatif sistem biaya yakni : a. Sistem Biaya Aktual (actual costing) Dalam sistem biaya biaya sesungguhnya, disebut sistem biaya historis (historical cost system), biaya dikumpulkan dan diperhitungkan terhadapa harga pokok produk berdasarkan biaya yang telah terjadi, atau biaya yang telah dikeluarkan atau dimasukkan dalam suatu proses produksi. (Musyidi, 2008:26) 34 Menurut Armanto (2006:25) dalam sistem biaya ini seluruh biaya dicatat berdasarkan aktual. Secara teori sistem ini merupakan sistem yang ideal namun dalam implementasinya kendala pengukuran sulit dihindari. Sistem biaya sesungguhnya atau sistem biaya actual adalah suatu sistem dalam pembebanan harga pokok produk atau pesanan atau jasa pada saat biaya tersebut sudah terjadi atau biaya yang sesungguhnya dinikmati. (Bustami dan Nurlela, 2006:47) b. Sistem Biaya Normal Dalam sistem biaya normal, harga pokok produk diperhitungakan dengan biaya sesungguhnya untuk biaya utama (prime cost) dan dengan biaya yang telah ditentukan dimuka untuk biaya overhead pabrik. (Musyidi, 2008:26) Menurut Wasilah (2009:24) dalam sistem biaya normal, hanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dicatat (diukur) berdasarkan jumlah yang sesungguhnya. Biaya overhead pabrik dicatat berdasarkan tarif ditentukan dimuka (predermined overhead rate). Sistem biaya normal kerap ditemui pada sistem biaya pesanan. Menurut Supriyono (2011:40) Sistem harga pokok yang ditentukan di muka adalah sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan atau jasa yang dihasilkan sebesar harga pokok yang ditentukan di muka sebelum suatu produk atau pesanan atau jasa mulai dikerjakan. 35 c. Sistem Biaya Standar Menurut Musyidi (2008:26) dalam sistem biaya standar, harga pokok produksi serta operasi produksi dihitung berdasarkan biaya yang telah ditentukan dimuka (predetermined cost) baik dari segi kualitas maupun nilai uangnya. Perbedaan antara ketiga sistem biaya tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbedaan sistem biayaactual, standard dan normal Jenis Biaya Standard Costing Normal Costing Aktual Standar Aktual 1. Bahan baku 2. Biaya tenaga Aktual Standar Aktual Standar Tarif Direct cost: Actual Costing kerja langsung Indirect cost: Aktual Biaya overhead Sumber : Mursyidi dalam Akuntansi Biaya, 2008:26 standar kapasitas aktual x