perbedaan penerimaan kondisi fisik diri penderita

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI
PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA
NIM : 029114010
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI
PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
BONAVENTURA BHUWANA YUDISTIRA
NIM : 029114010
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersuka cita.
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
bersorak-sorak
(Mzm 126:3,5)
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN,
Yang menjadikan langit dan bumi
(Mzm 124: 8)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan karya untuk,
Orang tua ku yang telah mendukung dengan kasih dan memberikan yang terbaik
bagiku
Adik-adik yang telah membantu dengan semangat yang diberikan
Putri “kekasih hati” yang dengan semangat dan dukungan yang diberikan secara
terus menerus
Semua orang yang telah menginspirasiku dan memberiku semangat untuk terus
maju.
I Love You All
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERBEDAAN PENERIMAAN KONDISI FISIK DIRI
PENDERITA PARAPLEGIA KORBAN GEMPA YANG MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DAN YANG TIDAK MENDAPATKAN
PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
Bonaventura Bhuwana Yudistira
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan penerimaan diri para kurban
gempa bumi yang menderita kecacatan fisik yaitu penderita paraplegia. Penelitian ini adalah
penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
penerimaan diri korban bencana yang menderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan
lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan penderita paraplegia yang tidak mendapatkan
pendampingan. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 30 orang pria dan wanita yang
mendapatkan pendampingan dan 30 orang pria dan wanita yang tidak mendapatkan
pendampingan. Data diperoleh dengan menggunakan skala penerimaan diri. Daya diskriminasi
skala menggunakan batas nilai ≥ 0,3 dengan koefisien realibilitas sebesar 0,969. Data penelitian
dianalisis menggunakan uji-t, dan dalam menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis, dilakukan
dengan cara membandingkan dengan t hitung dengan t tabel. Hasil perhitungan menunjukkan
mean empiris penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar dibandingkan
mean empiris yang tidak mendapatkan pendampingan (176 > 133). Dari hasil uji-t didapatkan t
hitung 18,584 dan t tabel sebesar 1,671 serta p=0,000. Karena t hitung lebih besar (>) daripada t
tabel, dan nilai p < 0,005 dengan demikian hipotesa penelitian ini diterima. Artinya, penerimaan
diri penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih besar atau lebih baik
dibandingkan dengan penyandang cacat paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan.
Kata Kunci : pendampingan, penerimaan diri, paraplegia
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
THE DIFFERENCES OF PHYSICAL CONDITION ACCEPTANCE OF
PARAPLEGIC DISABILITY BECAUSE EARTHQUAKE
WICH RECEIVED PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE
AND NOT RECEIVED ANY PSYCHOLOGICAL ASSISTANCE
Bonaventura Bhuwana Yudistira
ABSTRACT
The purpose of this research was to see the differences of physical condition of
acceptance from paraplegic disability keep up with that assistance and not received any
resistance.This research was an comparison research. This hypothesis in this research was self
acceptance that disaster victims who have suffered paraplegia better mentoring or higher than
paraplegia patients who did not received any assistance. Subjects in this study consisted of 30 men
and women who received assistance and 30 men and women who did not received any assistance.
Data obtained by using self-acceptance scale. Scale using the power of discrimination limit ≥ 0.3
values with reliability coefficient of 0.969. Research data were analyzed using t-tests, and in
determining acceptable or reject the hypothesis, carried out by comparing the calculated t with t
table. The calculations showed a mean empirical paraplegia patients who received greater
assistance than the empirical mean not received any assistance (176>133). From the results
obtained t-test and t table 18,584 of 1,671, and p = 0.000. Because the calculated t is greater (>)
than t table, and the p-value < 0.005 with the hypothesis that this research is received. That is,
self-acceptance that disabled people get assistance paraplegia bigger or better than paraplegia
with disabilities who do not get assistance.
Key Word : assistance, self-acceptance, paraplegia
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan tuntunan,
penyertaan, dan kasihNYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari adanya keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga
dengan bantuan dari berbagai pihaklah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus, Pelindungku, Tumpuan hidupku, Tujuan hidupku,
Sahabatku, Guruku. Terima kasih Tuhan karena telah menuntun jalanku
hingga saat ini. Walaupun kadang aku tidak setia dengan malas
mengerjakan dan kesalahan-kesalahanku yang lain, Engkau selalu datang
dengan bisikan yang lembut dan meneduhkan hatiku, sehingga aku sering
kali terselamatkan oleh karena Belas Kasihmu. Terima Kasih Tuhan.
2. Dr. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
3. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi selaku Kepala Program Studi Psikologi.
4. Ibu A. Tanti Arini, S Psi., M Psi., selaku dosen pembimbing akademik.
Terimakasih ibu sudah sangat sabar dan memberikan keceriaan sekaligus
ketegasan dalam menyelesaikan studi. Terima kasih pula atas bimbingan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ibu beberapa tahun terakhir kepada saya selama menjadi mahasiswa
Fakultas Psikologi di Universitas Sanata Dharma ini.
5. Ibu M. L. Anantasari yang sudah sangat sabar dalam membimbing
kemajuan skripsi dan selalu memberikan semangat, senyuman dan
dorongan. Terimakasi ibu, atas bimbingan dan nasehat-nasehatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan ibu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukkan
yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik
7. Mas Gandung, Bu Nanik, Mas Muji dan Mas Doni. Terima kasih atas
keramahan dan sapaan yang diberikan setiap waktu, dan telah banyak
membantu dalam banyak hal dan memberi kemudahan bagi penulis selama
penulis belajar di fakultas psikologi ini
8. Pak Gi, terimakasih atas segala senyuman, semangat, dan ketulusan hati
bapak dalam melayani kami selama kami belajar di fakultas ini
9. Papa dan Mama tercinta yang selalu terus memberikan semangat. Terima
kasih untuk cinta, kasih sayang, doa, dukungan, jerih payah dan segalagalanya.
Kesabaran
untuk
menunggu
sehingga
akhirnya
bisa
menyelesaikan skripsi ini. I Love You Mam n Pap….
10. Bimo
dan
Dimas,
adik-adikku
yang
selalu
memahamiku
dan
mendukungku hingga aku berhasil sampai sejauh ini. Thanks ya bro…
11. Tyas Ajeng Chris “cakmano” Putri. Kekasihku, sahabatku dan teman
dalam suka dan duka.Temen ngobrol sekaligus temen berkelahi, berneda
pendapat. Terima kasih atas semangat, dukungan, doa dan kesabaranmu
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kepadaku, tanpa itu mustahil bagiku untuk bisa sampai sejauh ini.
Terimakasih untuk bisa selalu disisiku ya….Doaku dan berkat Tuhan
selalu besertamu
12. Eyang Soewondo kakung (alm) dan eyang putri, eyang Roesnawi kakung
dan putri. Matur nuwun kagem doa dan restu yang selalu diberikan terus
menerus. Semoga cucu mu ini bisa memberikan yang terbaik buat eyang
semuanya.
13. Om-om, tante-tante, tante Rita yang memberiku semangat dan pantang
menyerah dan selalu memberiku makanan yang enak-enak, hehehe…. dan
sodara, sepupuku semua yang selalu mendukung, menyemangatiku dan
mendoakanku supaya aku dapat menyelesaikan skripsiku. Dita, makasi ya
uda mau kurepotin untuk cari buku yang jauh letakny, he…Terimakasi
semuanya…. I Love You All
14. Temen-temen seperjuangan yang membuat hidupku lebih bersemangat dan
penuh arti: Aan, Hoany, Tisa, dan Iant “Tiny”. Aan makasih uda jadi
temen ngobrol dalam hal skripsi, kerjaan sampai masalah-masalah yang
pribadi, hehehe….Hoany kapan lagi
makan lotek baeng-bareng,
hehe….Thanks ya hany untuk perhatian mu ke aku . Tisa „artis
kita‟…ayo kapan ke perpus lagi nongkrong, hehe…Makasi ya atas doa,
dukungan dan nasehat yang diberikan ke aku, I always remember.
Tinyyy….kapan ngejus bareng lagi neh…makasi uda mau menjadikan
tempatmu berkumpul temen-temen, ngobrol bareng dan terimakasi untuk
selalu mau kuajak pergi… God Bless You All
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Robot, Kamcik, Bean, Ina dan Kucing. Wah aku akhirnya selesai
neh…..Terimakasi untuk dukungannya. Robot yang selalu kurepotin
pinjem komputer untuk ngerjain statistic dan yang mau nemenin
nongkrong kalo lagi suntuk, kalo mau nonton aja-ajak lagi ye.hehehe….
Ucik “kamcik”, yang selalu mendukungku dan ngajarin aku dari awal
sampai sekarang, wah tidak terbilang sudah bantuan darimu, tunggu aku di
Jakarta ya cik, ntar kita nongrong lagi. Bean yang selalu menyemangatiku
dan mendukungku sampai saat ini. Ina dan Kucing dua ibu muda ini yang
selalu berdoa dan mendukung, walau kalian terpisah jauh, hiks…Betty,
kapan kita di undang ke Singapura bet?  Thanks for all that you have
done to me pren….
16. Teman-teman Psikologi angkatan 2002 : Yanuar, Barjo, Windra, Danang,
Niko, Dodi, Dhani, Ellen, Nining, Dika, Dina, Ian “pongky”, Dimas, Ardi
“eyang”, Wiwik, Panji, Ivanty, Obet, Vincent, Irfan, Rio, Ina “penari
ular”, Iput, Echa dan semua temen yang tidak bisa kusebutkan satu
persatu, terimakasi atas pertemanan dan kebersamaan yang indah selama
ini.
17. Karyawan YAKKUM : Ibu Maria, Mbak Retno, Pak Tomo, Ibu Nur, Ibu
Ruth, Dokter Ester, bu Endang, mas Sigit, bu Gita, bu Sari, Bu Isti, Mbak
Yuni, Mbak Yuli, Mbak Sheny, Mas Jimanto, Mas Bodro, Mas Kukuh,
Pak Guruh, Mabak Dania, Mbak Dewi, Mas Sabarno, dan semua orang
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasihh atas
pertemanan dan pengalaman yang berharga yang kalian berikan sehingga
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
saya bisa bersyukur dan bisa diberikan kesempatan untuk melayani temanteman kita yang luar biasa.
18. Temen-temen PS : Wawan, Mbak Lia, Mbak Edina, Vembri, Sius, Tina,
Mas Timbo, Bimo, Mbak Eni, Mbak Ike, pak Frans, Mas Muji. Terima
kasih, kalian adalah guru-guruku dan rekan yang paling TOP dalam
membimbingku untuk mengembangkan kemampuanku. Thanks guys.
19. Mbak Thia. Terimakasih sudah percaya dan menerimaku menjadi bagian
dari pelayan di YAKKUM, sehingga aku bisa belajar menjadi guru,
mendengarkan dan mengatur emosi dalam diriku, dan banyak hal lain
yang diajarkan bagiku.
20. Mbal Lia Alva, terimakasih sudah mau membimbingku dalam
mengerjakan skripsi dan memberikan banyak kesempatan-kesempatan
besar dalam diriku, salah satunya mempertemuakan dengan “kekasihku”.
21. Lisna, guru statistik pertama ku, terimakasih ya atas bantuan dan
kesabaranmu
sampai
malam-malam
mengganggumu
hanya
untuk
mengajariku statistik . Kalo butuh temen ngobrol aku siap lo lis, he….
22. Temen-temen anak binaan YAKKUM : Mikocik Rohim, Ari, Puji, Ndaru,
Eko, Desta, Roisah, dan buanyak temen-temenku disana. Semangat ya
teman, jangan takut, jangan minder karena kalian sangat hebat. Jadilah
orang yang mandiri dan percaya diri dan kuat dalam hidup. OK. Dan
terimakasih sudah memberikan keceriaan, canda tawa, air mata, semoga
hal itu menjadi bagian termanis dalam hidup kita. Tuhan memberkati.
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23. Temen-temen posko di daerah bantul dan sekitarnya. Wawan, kapan neh
kita bisa cari es rujak bareng lagi, makasi uda mau membantu dalam
pengambilan data skripsi dan jadi temen curhat jadi aku gak ketinggalan
berita-berita menghebohkan, hehehe...thanks ya bro…Sigit (sukses buat
kerjaanmu ya), Supri (sering dirumah pri, jaga ibu dan bapak, he…), Mbak
Win (kapan neh kita hunting „salome‟ lagi), Mas Tri ( kapan-kapan kita
nginep di posko maneh yo mas, hi...)
24. Bapak dan ibu, mas dan mbak semua yang dengan sudi dan mau
meluangkan waktu untuk mengisi angket ini, saya sangat berterima kasih,
tanpa bantuan dari semuanya mustahil bagi sya untuk dapat menyelesaikan
studi saya. Semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi kita semua
untuk seterusnya.
25. Teman-teman dan sodaraku yang tidak tersebutkan namanya diatas,
namun sudah memberiku semangat dan doa. Dari lubuk hati yang paling
dalam saya mengucapkan banyak terima kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang
membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta,
Penulis
B. Bhuwana Yudistira
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ........................................................................................
i
Halaman Persetujuan Pembimbing.......................................................
ii
Halaman Pengesahan ..............................................................................
iii
Halaman Moto .........................................................................................
iv
Halaman Persembahan ...........................................................................
v
Pernyataan Keaslian Karya ...................................................................
vi
ABSTRAK ...............................................................................................
vii
ABSTRACK ............................................................................................
viii
Pernyataan Persetujuan Publikasi ........................................................
ix
KATA PENGANTAR .............................................................................
x
DAFTAR ISI ............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
xx
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xxi
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
8
C. Tujuan Penelitian....................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .................................................................
8
1. Manfaat Teoritis .................................................................
8
2. Manfaat Praktis ..................................................................
9
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................
10
A. Penerimaan Diri kondisi Fisik................................................
10
1. Pengertian Penerimaan Diri Kondisi Fisik .........................
10
2. Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik .......................
12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri .........
13
B. Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ...............................
15
1. Pengertian Penyandang Cacat ............................................
15
2. Pengertian Paraplegia ........................................................
17
3. Penyebab Paraplegia .........................................................
18
4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia ....
21
5. Akibat Paraplegia ..............................................................
23
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Pendampingan Psikologis ......................................................
25
1. Pengertian Pendampingan Psikologis ................................
25
2. Jenis-Jenis Pendampingan ..................................................
27
3. Fungsi-Fungsi Pendampingan ............................................
28
D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Diri
Penyandang Cacat Penderita Paraplegia Korban Gempa
yang Mendapatkan Pendampingan psikologis dan yang
Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis .....................
30
E. Hipotesis .................................................................................
37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................
38
A. Jenis Penelitian.......................................................................
38
B. Identifikasi Variabel ...............................................................
38
C. Definisi Operasional ...............................................................
39
D. Subjek Penelitian....................................................................
41
E. Prosedur Penelitian .................................................................
43
F. Metode dan Alat Pengumpul Data .........................................
44
G. Pertanggungjawaban Mutu ....................................................
48
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
52
A. Pelaksanaan Penelitian ...........................................................
52
B. Deskripsi Subjek ....................................................................
53
C. Uji Asumsi Analisis Data .......................................................
54
1. Uji Normalitas ....................................................................
54
2. Uji Homogenitas ................................................................
55
D. Uji Hipotesis ..........................................................................
56
E. Analisis Tambahan (Kategorisasi) .........................................
58
F. Pembahasan ............................................................................
61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
70
A. Kesimpulan ............................................................................
70
B. Saran .......................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
73
LAMPIRAN
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SKALA UJI COBA
Lampiran 2
DATA UJI COBA (PENELITIAN)
Lampiran 3
RELIABILITAS SKALA
Lampiran 4
SKALA PENELITIAN
Lampiran 5
UJI NORMALITAS
Lampiran 6
UJI HOMOGENITAS
Lampiran 7
UJI HIPOTESIS
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Skor untuk Item Favorable dan Unfavorabe ...............................
46
Tabel 2
Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri .............................
47
Tabel 3
Spesifikasi Item Uji Coba dan Penelitian ...................................
50
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................
54
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ...........
54
Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji-t, pendampingan dan non pendampingan ..
56
Tabel 7
Norma Kategorisasi Skor ............................................................
58
Tabel 8
Kategori Skor Penerimaan Diri Penderita Paraplegia ................
59
Tabel 8.1
Kategori Skor Penerimaan Diri; pendampingan .........................
60
Tabel 8.2
Kategori Skor Penerimaan Diri, tanpa pendampingan ................
60
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bencana alam berupa gempa bumi melanda wilayah Yogyakarta dan
sekitarnya pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05:54:00.0 WIB. Gempa Gempa
dengan kekuatan 5,9 Skala Richter dan pusat gempa berada di laut 37,2 km
selatan Yogyakarta dengan posisi 8 LS – 110.31 BT dan kedalaman 11,8 km
(Berita Gempa Bumi No: 66/NSC/V/2006, BMG). Gempa menyisakan kerusakan
yang parah pada aspek fisik dan non-fisik. Akibat utama yang ditimbulkan gempa
bumi adalah hancurnya bangunan-bangunan karena goncangan tanah. Jatuhnya
korban jiwa biasanya karena tertimpa reruntuhan bangunan, terkena longsor dan
kebakaran (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2006).
Para korban gempa banyak yang mengalami kehilangan orang-orang yang
dicintai, kehilangan barang-barang pribadi yang berharga dan mengalami luka
fisik (Vivinne, dalam Bencana dan Kita, 2006). Hasil dari pendataan Seksi Bina
Program Dinas Kesehatan DIY (pemda-diy.go.id, 2010) mencatat 891 orang
penderita cacat tubuh permanen akibat cedera gempa sehingga menempati urutan
tertinggi dibandingkan penderita cacat yang lain. Salah satu kecacatan permanen
dan yang paling parah adalah cedera sumsum tulang belakang atau paraplegia.
Cedera ini biasanya diakibatkan oleh kecelakaan yang memutuskan atau sangat
merusak urat saraf pusat di leher atau punggung (Werner, 2002).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kondisi kecacatan paraplegia ini termasuk dalam kategori kecacatan yang
parah karena mereka tidak mampu lagi untuk bisa berjalan kembali, kaki menjadi
layuh yang berakibat terhambatnya mobilitas gerakan. Werner (2002) mengatakan
bahwa ciri-ciri khusus paraplegia adalah penderita merasakan hilangnya gerakan
terkendali dan daya rasa di tungkai, panggul dan sebagian batang tubuh mungkin
berpengaruh. Semakin tinggi letak cedera, semakin banyak yang terpengaruh.
Penderita mengalami kehilangan kontrol urine dan usus besar sebagian bahkan
menyeluruh. Selain itu, penderita mengalami spastisitas atau kejang-kejang otot
serta tungkainya lemas dan lunglai.
Kondisi dimana sebelumnya mereka sehat secara fisik dan mampu
melakukan banyak aktivitas menjadi lumpuh, mobilitas terganggu dan berakibat
pada munculnya masalah terhadap mental mereka seperti merasa tidak berdaya,
cemas, takut, dan marah karena tidak bisa menerima kondisi kecacatannya
tersebut (Sharma, 2005). Hal tersebut dipertegas oleh Dianawati (2005) menjadi
cacat diartikan oleh sebagian besar orang adalah menjadi orang yang gagal dan
tidak mampu.
Paraplegia termasuk dalam kategori penyakit akut
yang dapat
mengakibatkan penderita mengalami gangguan psikologis (Kinshi, Robinson and
Kosier, 2001), mereka menjadi sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya karena
menjadi cacat. Hal tersebut bisa disebabkan karena tingkat kesembuhan yang
dialami penderita paraplegia sangat kecil dan penyakit ini bersifat permanen. Hal
tersebut dikuatkan oleh Suhartono (1976) berpendapat bahwa mereka yang
mengalami kecacatan bukan dari sejak kecil akan sulit untuk menrima diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kompleksnya masalah penerimaan akan kondisi fisik yang dialami oleh
penderita
paraplegia
seperti
terhambatnya
mobilitas,
gangguan
saluran
pencernaan, gangguan saluran kemih (O‟Connor, dkk, 2004) hingga masalah
fungsi seksual (Stien, 1999) berakibat pada munculnya gejala psikologis seperti
depresi, kurang percaya diri, malu, kecewa, menjadi pemurung hingga perubahan
perilaku (Brown, 1999). Hal tersebut akan memperkuat seseorang untuk menolak
atau bahkan acuh tak acuh akan kondisi dirinya yang sekarang, atau berpikir
kurang realistis.
Masalah Penerimaan akan kondisi fisik diri pada penderita paraplegia
harus didukung dengan kemampuan untuk mengenal dan mengetahui kondisi fisik
diri, hal tersebut akan memunculkan penerimaan akan dirinya (Jung, dalam
Schultz, 1991). Hal tersebut didukung oleh pernyataan Rubin (Gardner, 2002)
yaitu suatu sikap yang mencerminkan adanya rasa senang sehubungan dengan
kenyataan yang ada sehingga individu memiliki emosi yang spontan, fleksibel
dalam menghadapi perasaannya, disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak
dibuat-buat dan tanpa ada yang disembunyikan.
Penerimaan diri merupakan suatu sikap akan kepuasan terhadap diri akan
perubahan yang terjadi pada kondisi fisiknya (Chaplin, 1999). Rasa puas yang
diikuti rasa bangga, percaya diri akan kondisi diri yang dapat meningkatkan
penerimaan diri yang positif pada dirinya. Menurut Perls (dalam Schultz, 1991)
orang yang sehat secara psikologis memiliki kesadaran dan penerimaan penuh
terhadap diri mereka siapa dan apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penerimaan akan kondisi fisik diri penderita paraplegia yang diakibatkan
karena gempa, tidak begitu saja muncul, memerlukan waktu dan proses yang lama
terlebih karena kecacatannya tersebut bukan dari kecil atau lahir. Seiring dengan
munculnya penerimaan akan kondisi fisik diri yang menimpa penderita
paraplegia dipengaruhi pula oleh dukungan, bantuan, maupun pendampingan dari
pihak diluar diri yaitu anggota keluarga, masyarakat dan lembaga yang
dipersiapkan untuk membantu para korban bencana penderita paraplegia.
Dukungan maupun pendampingan dari keluarga sangat dibutuhkan bagi
mereka penderita paraplegia dikarenakan kondisi mereka yang memang
membutuhkan bantuan dari pihak luar. Keluarga yang mendampingipun harus
mengetahui bagaimana merawat dan mengetahui kebutuhan dari penderita
paraplegia. Perawatan secara fisik saja tidak cukup untuk membuat penderita
paraplegia dapat menerima kondisi fisik kecacatannya, memerlukan bantuan dan
pendampingan dari pihak lain yang memang dipersiapkan untuk membantu secara
psikologis dalam menangani masalah psikologis penderita paraplegia dalam
upaya untuk memaksimalkan kemampuan diri.
Pendampingan di dalam keluarga adalah upaya untuk mendampingi
penderita kecacatan supaya mereka dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Keluarga mengambil peran yang penting untuk kesembuhan penderitanya, namun
setiap keluarga memiliki sifat dan perlakuan yang berbeda, jika dalam proses
pendampingan ternyata kurang tepat maka akan berakibat buruk pada
perkembangan fisik dan mental si penderita. Banyak kasus penyandang cacat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang dalam kesehariannya kurang mendapat dukungan dari orang sekitarnya
maupun keluarganya karena dianggap tidak mampu (Affrida, 2007).
Jenis bantuan lain yang juga berpengaruh terhadap kesembuhan dan
kehidupan penyandang cacat paraplegia adalah berupa bantuan fisik, yang dapat
berupa rumah atau bangunan, sarana kesehatan, dana atau uang, pemberian alat
bantu kecacatan hingga dalam wujud perawatan kesehatan. Kenyataan yang ada
dilapangan banyaknya bantuan fisik yang diberikan oleh pihak pemerintah,
donatur, lembaga sosial baik dari dalam maupun luar negeri, namun terkadang
bantuan secara fisik tidak banyak membantu, hal tersebut dikarenakan
permasalahan yang dihadapi penderita kecacatan paraplegia sangat kompleks.
Selain permasalahan secara fisik, mereka juga mengalami permasalahan secara
psikologis, salah satunya adalah penerimaan akan kondisi fisik diri.
Bantuan yang diberikan bukan berupa bantuan fisik adalah bantuan nonfisik yang salah satunya berupa pendampingan secara psikologis. Pendampingan
adalah salah satu jenis layanan psikologis (Wiryasaputra, 2006), yang hanya bisa
diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan atau memiliki pengetahuan untuk
mendampingi para korban akibat bencana alam. Pendampingan diberikan supaya
orang yang didampingi dapat sembuh, berdaya dan berfungsi pnuh untuk
mencukupi kebutuhannya secara mandiri.
Tujuan pendampingan psikologis ini adalah membantu seseorang yang
berada dalam keadaan krisis. Krisis yang dimaksud adalah kondisi seseorang yang
sedang dalam masa-masa sulit yang berakibat pada kegoncangan batin karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
terkait oleh karena menderita suatu penyakit, sakit yang berkepanjangan, bencana
alam, tidak ada harapan, putus, depresi dan stress dalam kehidupan sehari-hari
(Thomas, dalam Wiryasaputra, 2006). Selain itu, pendampingan psikologis juga
bertujuan
untuk
menyembuhkan,
menopang,
membimbing,
memperbaiki
hubungan dan mendayagunakan individu untuk kehidupan yang lebih baik.
Proses pendampingan psikologis ini diberikan oleh para tenaga ahli yang
sudah dipersiapkan untuk keadaan darurat melalui suatu program rehabilitasi.
Program rehabilitasi tersebut adalah program yang didalamnya terdapat
serangkaian kegiatan seperti perawatan luka, sosialisasi dan pemberian alat bantu
maupun pendampingan psikologis. Rehabilitasi berarti proses mempercepat
sosialisasi atau berfungsi secara wajar dari keadaan sebelumnya (Latipun, 2001).
Rehabilitasi memiliki tujuan untuk mengembalikan persepsi dan emosi
sehingga para korban dapat memandang dirinya yang ada lebih positif dan dapat
berbuat lebih tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Rehabilitasi ini hanya
bisa dilakukan oleh seseorang yang disiapkan dan ahli dalam bidangnya. Proses
ini diberikan oleh suatu lembaga yang bergeak juga dalam bidang rehabilitasi,
yaitu Pusat Reahabilitasi Yakkum, kepada penyandang cacat paraplegia korban
gempa.
Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRY) adalah salah satu lembaga nonpemerintah yang memberi pelayanan terhadap orang-orang cacat. Visi dan misi
dari PRY adalah merehabilitasi para penyandang cacat agar mereka bisa mandiri
dan hidup secara normal di masyarakat. Lembaga ini juga turut ikut ambil bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dalam proses pemulihan pasca gempa di Bantul. Pelayanan yang diberikan
meliputi assesment medis, perawatan luka, pemberian terapi yaitu Fisioterapi dan
Okupasi Terapi. Selain itu, PRY mempunyai program pendampingan psikologi
dari unit Psikososial.
Bantuan dan pelayanan yang diberikan PRY meliputi bantuan fisik dan
non-fisik dengan melibatkan dan diawasi oleh para ahli dibidangnya. Tidak hanya
pada bantuan fisik saja yang diberikan kepada korban gempa Bantul, namun
bantuan lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan diri secara
mental yaitu berupa bantuan psikologis. Pendampingan secara psikologis ini
menjadi salah satu program yang dilakukan oleh PRY yang diberikan kepada
semua korban gempa, terutama mereka yang mengalami luka atau kecacatan yang
ringan maupun parah, yang sementara ataupun permanen, salah satunya adalah
penderita paraplegia.
Penerimaan akan kondisi fisik diri bagi penderita paraplegia adalah salah
satu yang utama yang harus dilakukan sebagai proses pemulihan diri, yaitu untuk
menumbuhkan dan mengembangkan mental bagi penderitanya. Hal tersebut
menjadi topik dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan penerimaan kondisi
fisik diri penderita paraplegia korban gempa antara yang mendapatkan
pendampingan
pendampingan.
dengan
penderita
paraplegia
yang
tidak
mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah apakah penerimaan diri penyandang cacat
korban gempa yang mendapatkan pendampingan lebih baik daripada mereka yang
tidak mendapatkan pendampingan?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah dalam penerimaan
diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan,
secara psikologis, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan penderita paraplegia
yang tidak mendapatkan pendampingan.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberi tambahan informasi dalam bidang ilmu psikologi klinis akan
penerimaan diri penyandang cacat penderita paraplegia yang mendapat
pendampingan dengan yang tidak mendapatkan pendampingan dalam
proses pemulihan secara psikologis, terutama dalam menerima kondisi
fisiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Klien, hasil penelitian akan berguna sebagai wacana reflektif
untuk mencapai pemahaman pentingnya menerima diri akan kondisi
fisik penyandang cacat, penderita paraplegia korban gempa terutama
untuk perkembangan mental yang lebih baik. Dan bagi keluarga untuk
mau membimbing dan memfasilitasi penderita untuk berkembang
menuju kehidupan yang lebih baik.
b. Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum hasil penelitian ini berguna sebagai
evaluasi
pentingnya
pengadaan
program
pendampingan
bagi
penyandang cacat, terutama yang mengalami kecacatan yang berat
seperti paraplegia, agar mereka mau menerima kondisi diri dan dapat
berfungsi kembali, dan disarankan agar program ini terus diadakan
untuk membantu penyandang cacat berfungsi optimal.
c. Bagi pemerintah dan lembaga sosial yang bergerak dalam penanganan
korban gempa, hasil penelitian sangat berguna sebagai evaluasi
dalampilihan bantuan alternatif selain memberikan bantuan fisik, dan
melihat
apakah
diperlukan
adanya
bantuan
dalam
wujud
pendampingan psikologis bagi mereka yang menjadi cacat karena
gempa, dan sebagai sarana tambahan informasi dalam upaya
menciptakan pemulihan yang optimal bagi penyandang cacat korban
bencana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENERIMAAN DIRI KONDISI FISIK
1. Pengertian Penerimaan Diri secara Fisik
Secara umum, Penerimaan diri menurut Wiley (dalam Anugrah,
1995; Media Psikologi Indonesia) mengandung pengertian adanya
persepsi terhadap diri sendiri mengenai kelebihan dan keterbatasannya
untuk digunakan secara efektif. Seseorang yang memiliki penerimaan
diri berarti dapat mengenali kekurangannya sendiri dan berusaha untuk
memperbaiki diri. Penerimaan diri akan meningkatkan penilaian diri,
akan dapat mengkritik diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap
pilihannya sendiri, serta tidak menyalahkan ataupun mencela orang
lain karena keadaan yang terjadi pada dirinya tersebut.
Gea, dkk (2002) juga menyebutkan penerimaan diri adalah suatu
sikap
memandang
diri
sendiri
sebagaimana
adanya
dan
memperlakukannya secara baik disertai rasa senang serta bangga
sambil terus mengusahakan kemajuannya.
Pernyataan diatas adalah pernyataan yang melihat penerimaan diri
secara umum, sedangkan penerimaan diri akan kondisi fisik terdiri dari
beberapa pernyataan yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Penerimaan diri secara fisik didefinisikan oleh Unger dan
Crawford (1992) sebagai suatu evaluasi dan penilaian tentang raganya.
Jersild (1979) mengatakan bahwa penerimaan diri secara fisik sebagai
tingkat kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh dan
penampilan tubuh secara keseluruhan.
Penerimaan diri terhadap kondisi fisik seperti yang dikemukakan
oleh Rubin (Gardner, 2002) menyatakan bahwa penerimaan diri,
terutama keadaan fisik, merupakan suatu sikap yang mencerminkan
adanya rasa senang sehubungan dengan kenyataan yang ada pada
dirinya sehingga membuat individu memiliki emosi yang spontan,
fleksibel, serta mampu menyadari perasaannya. Menerima kondisi
dirinya seperti apa adanya disertai sikap dan perilaku yang wajar, tidak
dibuat-buat dan tanpa ada sesuatu yang disembunyikan.
Dwiamalia (2002) melihat penerimaan diri seseorang akan
penampilan secara fisik adalah suatu perasaan akan gambaran dan
penilaian beserta sikapnya terhadap tubuhnya dilihat dari tingkat
kepuasan terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisiknya
secara menyeluruh.
Chaplin (1999) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah sikap
yang pada dasarnya merupakan rasa puas terhadap dirinya serta
menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada fisiknya. Pengakuan
atas perubahan yang terjadi tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diri, maupun rasa bersalah. Individu harus menerima kodrat mereka
apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah atau memalsukan
dirinya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan penerimaan diri akan kondisi fisiknya
adalah suatu tingkatan perasaan senang atau puas terhadap diri dan
keadaan fisiknya dengan segala kelebihan dan kekurangannnya,
memiliki kebanggaan dengan keadaannya tersebut tanpa merasa malu
dan rendah diri akan keadaannya tersebut, mampu bertanggung jawab
terhadap dirinya dan perbuatan yang dilakukannya tanpa terikat oleh
orang lain. Mampu memahami dirinya akan potensi yang dimiliki dan
mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi sesuatu yang
diharapkan, tidak hanya menerima saja.
2. Aspek-Aspek Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik
Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi penerimaan diri
seseorang. Burns (dalam Anugrah, 1995; Media Psikologi Indonesia,
1998) dan menurut shere (dalam Hjelle & Zieglaer, 1977)
menyebutkan ada 3 aspek penerimaan diri terhadap kondisi fisik
seseorang, yaitu:
a. Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri, yaitu sejauh mana
individu
mengenal
dan
memahami
kondisi
fisiknya
(kecacatannya), seperti ciri-ciri kecacatannya (lumpuh), dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang diperlukan atau
diperhatikan dengan kondisinya tersebut seperti kebutuhan akan
alat bantu (kursi roda), terapi, medis (rawat luka) sampai pada
pengetahuan akan lingkungan fisik yang sesuai dan baik bagi
kondisi maupun keadaan fisiknya (aksesbilitas), misal jalann yang
rata, tempat tidur yang empuk, pintu kamar mandi yang luas, dan
sebagainya.
b. Pemahaman yang realistik atas kemampuan diri adalah suatu
tingkatan kemampuan dimana seseorang mampu menyadari dan
mengerti akan potensi-potensi yang dimilikinya, dan sejauh mana
individu dapat bersikap dengan tepat sesuai dengan kondis saat ini.
Misalnya ; bersikap dan berpikir secara realistis, mampu bersikap
atau bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
c. Kepuasan terhadap dirinya sendiri adalah suatu tingat penerimaan
diri dengan sungguh (apa adanya) akan apa yang ada pada dirinya
meliputi penampilan fisik besarta perasaan dan penilaian yang
meliputinya, terkait dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat.
Selain itu meliputi penilaian positif akan dirinya yang ditunjukkan
dalam perasaan senang (rasa puas) yang terlihat dalam sikap
menerima akan kondisinya (kelebihan maupun kekurangannya)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan diri pada
seseorang terutama pada para penyandang cacat yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
a. Jenis Kelamin
Menurut Ratnawati (1990) jenis kelamin akan mempengaruhi
penerimaan diri dan terdapat perbedaan yang mencolok antara pria
dan wanita. Pria dinilai memiliki penerimaan diri yang lebih positif
bila dibandingkan dengan wanita, hal ini berkaitan dengan sifat
serta perlakuan orang tua mereka. Selain itu juga karena wanita
relatif lebih sensitif serta lebih menitikberatkan pada afektif
daripada pria.
b. Lama Cacat yang disandang
Berdasarkan lama kecacatan yang disandang, penerimaan diri pada
penyandang cacat tubuh sejak lahir atau pada masa kanak-kanak
lebih positif dibandingkan penyandang cacat tubuh pada masa
remaja atau dewasa (Suhartono, 1976). Hal itu terjadi karena
mereka sejak kecil terbiasa diperlakukan sebagai anak normal.
Kecacatan tubuh yang mereka sandang seolah-olah merupakan
kejutan psikis, sehingga mereka mengalami gangguan emosi,
berupa rasa rendah diri, apatis, sensitif dan diikuti penolakan diri.
c. Intelegensi
Faktor
intelegensi
selain
menambah
kemampuan
dalam
membentuk pengertian mengenai bagaimana nilai-nilai sosial
menghendaki penyesuaian juga dapat membuat seseorang lebih
mampu untuk membentuk tinjauan yang lebih tepat tentang arti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
positif dari kenyataan dirinya berdasarkan nilai-nilai sosial yang
ada. (Siswojo, 1980)
d. Pendidikan
Pendidikan memiliki pengaruh positif dalam penerimaan diri
karena dapat untuk mempermudah penyesuaian diri. Tetapi ada
kalanya pendidikan yang tinggi justru akan menghambat
penerimaan diri pada penyandang cacat tubuh (Siswojo, 1980)
B. PENYANDANG CACAT
1. Pengertian Penyandang Cacat
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan
fisik yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya. Penyandang
cacat mempunyai keterbatasan secara fisik sebagai akibat dari tidak
berfungsinya anggota tubuh tertentu, yang mempengaruhi pula pada
faktor-faktor non-fisik, baik faktor psikis maupun faktor sosial. (Sri
Harmini, 2003)
Andari (2000) menyebutkan bahwa penyandang cacat adalah
seseorang yang mengalami gangguan secara fisik, mental, ekonomi
dan sosial sehingga membawa pengaruh terhadap berkurangnya
kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Mangunsong (1998) menyebutkan bahwa cacat fisik atau cacat
tubuh mempunyai pengertian yang luas dimana secara umum
dikatakan ketidakmampuan tubuh secara fisik untuk menjalankan
fungsi tubuh seperti dalam keadaan normal. Penyandang cacat tubuh
cenderung menjadi orang yang tidak mampu sehingga membutuhkan
bantuan, perlindungan dan cenderung menghindarkan diri. (Bartel dan
Guskin dalam Cruickshak, 1980)
Hurlock (1999) meninjau dari segi psikologis, masalah yang
dihadapi penyandang cacat tubuh lebih kompleks, mereka yang tidak
dapat menerima dirinya secara realistis cenderung menganggap dirinya
tidak berharga dan merasa orang lain melihatnya dengan penuh
permusuhan dan penghinaan.
Dianawati dkk (2005) mengemukakan bahwa penyandang cacat
fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas. Perasaan inferioritas
adalah kecenderungan individu merasa diri kekurangan, tidak mampu
dan gagal.
Pernyataan-pernyataan di atas menggambarkan bahwa penyandang
cacat adalah seseorang yang memiliki hambatan atau kesulitan secara
fisik yang berakibat pada penurunan akitivitas, serta berpengaruh pada
faktor non fisik seperti psikis seperti rendahnya kepercayaan diri dan
merasa lemah, kurang berdaya sehingga selalu butuh pertolongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
orang lain untuk beraktivitas maupun dalam mencukupi kebutuhannya
sehari-hari.
Berat ringannya suatu keadaan cacat tubuh dapat dilihat dari
kemampuan penyandang cacat tersebut untuk melakukan kegiatan
sehari-hari, atau diistilahkan ADL, Activity of Daily Living. Semakin
berat suatu cacat tubuh yang disandang, maka akan semakin sedikit
ADL yang dapat dilakukan oleh individu yang bersangkutan (Siswoyo
dalam Candra Kirana, 1987).
Penderita paraplegia adalah salah satu yang termasuk dalam
kategori kecacatan yang berat. Penderita paraplegia atau kelumpuhan
pada
anggota-anggota
geraknya
dapat
menghambat
aktivitas
penderitanya, seperti contohnya kesulitan dalam ADL.
2. Pengertian Paraplegia
Menurut tim Rehabilitasi medis Rumah Sakit Orthopaedi dan
Prothease Solo (1983) paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota
tubuh bagian bawah yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang
belakang, sehingga menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan
demikian anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Berat ringannya gangguan fungsi anggota tubuh tergantung
seberapa berat kerusakan syaraf pada tulang belakang. Reed (1991)
menyebutkan paraplegia adalah suatu kondisi kehilangan gerak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
fungsi sensori di bawah tingkat dari cedera tulang belakang ; biasanya
diantara T10 atau kebawah.
3. Penyebab Paraplegia
Kerusakan atau cedera pada sumsum tulang belakang punggung
mengakibatkan paraplegia (Werner, 2002). Hal ini dijelaskan oleh
Fallon (1985) mengenai berbagai macam sebab yang dapat
menyebabkan rusaknya sumsum tulang belakang, secara garis besar
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kerusakan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh
kecelakaan. Kecelakaan ini meliputi berbagai jenis kecalakaan
seperti kecelakaan lalu lintas luka tembak, luka tusukan,
kecelakaan akibat olah raga biasanya menyelam, jatuh dari pohon,
dan sebagainya. Kerusakan pada sumsum tulang belakang yang
diakibatkan oleh kecelakan ini disebut juga sebagai luka traumatic
tulang belakang.
b. Kerusakan tulang belakang yang terjadi karena penyakit yang
merusak sumsum tulang belakang tetapi tidak merusak susunan
tulang belakang dimana kerusakan pada sumsum tulang belakang
ini dapat menjadi lebih baik atau tetap pada kerusakan yang sama.
Kerusakan sumsum tulang belakang ini kemudian disebut sebagai
kelumpuhan yang tidak berkembang, non-progresif. Kerusakan
pada sumsum tulang belakang yang terjadi karena penyakit tulang
belakang atau sumsum tulang belakang atau keduanya, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pengerasan otak atau pengerasan sumsum tulang belakang, yang
cenderung memburuk. Kerusakan ini kemudian disebut sebagai
kelumpuhan yang berkembang, progresif.
Penderita paraplegia dalam penelitian ini adalah mereka yang
mengalami kecacatan akibat adanya suatu kecelakaan yaitu tertimpa
benda berat akibat tertimpa runtuhan ataupun benda berat akibat dari
gempa bumi. Pada umumnya kecacatan berdasarkan penyebabnya
dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu cacat sejak lahir dan cacat setelah
lahir atau mengalami kecelakaan.
a. Cacat Sejak Lahir
Kondisi bayi yang mengalami cacat sejak lahir dapat disebabkan
karena ibunya seorang pecandu narkotik dan janin terbiasakan
dengan narkotik selama berada dalam rahim. Narkotika dapat
menyebabkan cacat badani atau cacat mental. Adakalanya anak
normal selama berada dalam rahim ibunya, tetapi menjadi cacat
pada saat kelahirannya. Misalnya dalam kelahiran yang sulit, alat
pembantu medis dapat melukai mata ataupun pendengaran.
Kelalaian atau kurangnya pengetahuan ibu selama mengandung
maupun
setelah
melahirkan
dapat
pula
mempengaruhi
perkembangan bayi dimasa pertumbuhannya. Misalnya anak akan
terkena polio jika si anak lupa tidak diberi vaksin polio. Sebuah
cacat yang lain adalah Congenital Toxoplasmasis. Penyakit ini
disebabkan sejenis protozoa bernama Toxoplasma Gondii. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
seorang ibu terinfeksi protozoa ini, bisa keguguran atau bisa juga
anaknya lahir buta atau dungu. Pada umumnya cacat badani
merupakan akibat kromosom yang cacat, yang diwarisi orang tua.
Apabila kedua orang tua memiliki kelemahan pada kromosom
yang sama, besar kemungkinan anak mereka akan lahir cacat.
b. Cacat Setalah lahir
Banyak peristiwa dapat menyebabkan cacat. Adakalanya orang
mengalami gegar otak atau kehilangan anggota tubuh dalam
kecelakaan lalu lintas. Adapula yang tertembak dalam perang
sehingga mengakibatkan anggota tubuhnya menjadi cacat atau
tidak berfungsi dengan baik. Penggunaan obat-obatan yang
melebihi dosis dapat pula mengakibatkan kelumpuhan tubuh.
(Wulandari, 2004)
Dianawati dkk (2005) menemukan bahwa individu yang mengalami
kecacatan sejak kecil memiliki inferioritas yang lebih rendah
dibanding individu yang mengalami kecacatan di usia yang lebih tua.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang mengalami cacat sejak lahir lebih mudah menerima
dirinya apa adanya daripada mereka yang mengalami kecacatan setelah
lahir. Penelitian ini mengambil subjek sebagai penyandang cacat
penderita paraplegia yang disebabkan karena kejadian khusus, gempa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bumi, dimana banyak dari mereka yang menjadi cacat bukan dari sejak
lahir.
4. Kondisi Fisik Penyandang Cacat Penderita Paraplegia
Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penunjang penampilan
diri seseorang. Penampilan fisik tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi penerimaan diri seseorang, sebagaimana dikemukakan
oleh
Dwiamalia
(2002)
mengenai
penerimaan
diri
terhadap
penampilan fisik adalah perasaan yang dimiliki seseorang yang
meliputi gambaran dan penilaian beserta sikap-sikapnya terhadap
tubuhnya yang dapat dilihat pada tingkat kepuasannya terhadap
bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara menyeluruh.
Menurut ilmu kedokteran, penyandang cacat adalah seseorang
yang dinyatakan mempunyai kelainan baik fisik maupun mental yang
oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan untuk
melakukan kegiatan secara layak (PP no.36, thn. 1980, tentang Usaha
Kesejahteraan Sosial bagi Penyandang Cacat).
Berdasarkan keadaan kelumpuhan itu sendiri, paraplegia dapat
digolongkan menjadi dua jenis (Werner, 2002) yaitu :
a. Paraplegia Complete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang
belakang rusak secara menyeluruh, dimana pesan tidak dapat
disampaikan melalui saraf sama sekali, sehingga perasaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kontrol dari gerakan di bawah tingkat kerusakan sumsum tulang
belakang hilang secara permanen dan menyeluruh.
b. Paraplegia Incomplete, yaitu paraplegia yang terjadi karena tulang
belakang rusak sebagian dimana perasaan dan gerakan mungkin
masih ada sebagian atau mungkin perasaan dan gerakan mungkin
akan kembali membaik sedikit demi sedikit selama beberapa bulan.
Pada penderita paraplegia incompletemungkin pada beberapa
bagian tubuh mempunyai perasaan dan kemampuan gerakan yang
lebih sedikit jika dibandingkan bagian yang lain. Pada Laporan
Penelitian Sosial (1970) dijelaskan bahwa penderita paraplegia
incomplete dimana kelumpuhan tidak total, kadang masih dapat
berjalan sendiri dengan bantuan kruek, brace atau tongkat. Sensasi
tidak hilang, hanya kadang-kadang sensivitasnya agak berkurang.
Secara fisik, penderita paraplegia memiliki organ yang lengkap
hanya perbedaannya walaupun organ tubuhnya lengkap, ada beberapa
bagian tubuh yang tidak dapat dipergunakan kembali dikarenakan
rusaknya sumsum saraf pusat pada tulang belakang. Hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap mobilitas ketika melakukan kegiatan dan
berperilaku. Cacat paraplegia bersifat permanen sehingga dapat
mempengaruhi perilakunya (Brown, dkk. 1999).
Kondisi fisik penderita paraplegia sangat rentan terhadap
munculnya luka baru. Kondisi kecacatan yang berakibat pada lumpuh
atau layuhnya sebagian tubuh akan menghambat mobilitasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sehingga berakibat pada sulitnya untuk bergerak bebas dan hilangnya
fungsi perasa pada bagian tubuh tertentu, bisanya terlalu lama pada
posisi yang sama, misal duduk atau tidur yang terlalu lama, hal ini
berakibat pada bagian tertentu dari tubuh yang terkena tekanan terlalu
lama hingga timbul luka tekan, atau disebut decubitus. Luka decubitus
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita cedera
tulang belakang (Dijk, dkk. 1999).
5. Akibat Paraplegia
Paraplegia merupakan kecacatan fisik yaitu kelumpuhan yang
terjadi pada sebagian anggota tubuh. Paraplegia tidak menyerang
daerah kepala, sehingga dapat dipastikan bahwa paraplegia biasanya
mempunyai kondisi otak yang baik. Fallon (1985) mengatakan bahwa
secara biologis fungsi otak penderita paraplegia masih normal dan
tidak mengalami masalah maupun mengalami gangguan, termasuk
fungsi hypothalamus yang mengendalikan perilaku seksual tidak
mengalami gangguan. Begitu juga fungsi pusat motoriknya, orang
yang menderita paraplegia tidak mengalami masalah pada pusat
motorik di otak dan anggota-anggota gerak itu sendiri masih normal,
tetapi karena kerusakan sumsum tulang belakang yang terjadi, maka
koordinasi saraf-sarafnya menjadi terganggu bahkan terhenti sama
sekali.
Cederanya sumsum saraf pada tulang belakang mengakibatkan
koordinasi perintah dari otak ke rangsang-rangsang ke bagian bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
tubuh menjadi terhenti, demikian pula sebaliknya. Fallon (1985)
menjelaskan bahwa akibat itu kadang-kadang tidak saja terbatas pada
kelumpuhan anggota gerak bawah tetapi sampai juga pada sistem
geniorinal dan alat kelaminnya.
Koordinasi saraf-saraf yang terputus ini menyebabkan bagian
badan yang lumpuh tidak dapat merasakan sensasi dan tekanan.
Meskipun
penderita
paraplegia
dapat
merasakan
tekanan
kemungkinan tidak akan dapat menggerakkan anggota badan tersebut.
Demikian pula dengan aliran darah yang akan memberi nutrisi ke kulit
akan menjadi menurun.
Menurut Werner (1999), akibat kerusakan sumsum tulang belakang
diantaranya adalah :
a. Kehilangan kontrol gerakan dan perasaan.
b. Kehilangan kontrol sebagian atau menyeluruh terhadap buang air
besar (BAB) dan buang air kecil (BAK).
c. Kemungkinan mempengaruhi pinggul dan beberapa bagian tubuh
(tingkat yang lebih tinggi mengakibatkan daerah kelumpuhan yang
lebih luas).
d. Kemungkinan akan mengalami kejang otot atau kaki yang terkulai.
Menurut Powell (1979), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
paraplegia adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
a. Infeksi saluran kencing.
b. Infeksi saluran pernafasan.
c. Peradangan ginjal
d. Paling sering terjadi adalah luka decubitus.
C. PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS
1. Pengertian Pendampingan
Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dan
dapat bermakna pembinaan, pengajaran, pengarahan dalam kelompok
yang lebih berkonotasi pada menguasai, mengendalikan, dan
mengontrol. Kata pendampingan lebih bermakna pada kebersamaan,
kesejajaran, samping-menyamping, dan karenanya kedudukan antara
keduanya (pendamping dan yang didampingi) sederajat, sehingga tidak
ada dikotomi antara atasan dan bawahan. Hal ini membawa implikasi
bahwa peran pendamping hanya sebatas pada memberikan alternatif,
saran dan bantuan konsultatif dan tidak pada pengambilan keputusan.
(BPKB Jawa timur, 2001; 5)
Pendampingan berarti bantuan dari pihak luar baik perorangan
maupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka
pemenuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan pribadi maupun
kelompok.
Pendampingan
diupayakan
untuk
menumbuhkan
keberdayaan dan keswadayaan agar individu yang didampingi dapat
mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Ramli (2005) menyebutkan bahwa kegiatan pendampingan disebut
sebagai suatu proses karena didalamnya terdapat serangkaian kegiatan
dan daya upaya yang dilakukan pendamping baik secara individual
maupun secara kolaboratif bagi pertumbuhan dan perkembangan
seseorang.
Wiryasaputra
(2006)
menyebutkan
bahwa
pendampingan
psikologis adalah proses perjumpaan antara pendamping dan orang
yang didampingi. Perjumpaan itu bertujuan untuk menolong orang
yang
didampingi
agar
dapat
menghayati
keberadaannya
dan
mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh, sehingga dapat
menggunakan
sumber-sumber
yang
tersedia
untuk
berubah,
bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik, mental, spiritual, dan
sosial. Dalam pendampingan terjadi interelasi dan interaksi antara
pendamping dan orang yang didampingi. Pendampingan secara umum
dapat dilakukan oleh semua orang, namun jika pendampingan secara
psikologis hanya dapat dilakukan oleh orang yang menguasai bidang
tersebut.
Lebih lanjut Wiryasaputra menyebutkan bahwa pendampingan
yang mengacu pada hubungan bantuan psikologis ini adalah pada
hubungan di antara dua subjek, yakni orang yang “mendampingi” dan
orang yang “didampingi” dalam posisi sederajat. Pada hakikatnya,
pendampingan psikologi merupakan semangat, sikap, kepedulian dan
tindakan
membantu
orang
yang
sedang
mengalami
krisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
(Wiryasaputra, 2006). Krisis yaitu keadaan dimana seseorang
mengalami
masa-masa
sulit
(Thomas
C.Oden,
1986;
dalam
Wiryasaputra, 2006).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendampingan
psikologis adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya bisa dilakukan
oleh orang yang dipersiapkan atau memiliki pendidikan dibidang
psikologis. Pendampingan psikologis ditujukan kepada mereka yang
mengalami krisis agar mereka mampu menyadari dirinya sebagai suatu
kesatuan yang utuh, dan juga membuat mereka sadar akan sumber dan
kemampuan yang ada untuk digunakan untuk mengatasi krisis tersebut
dan juga bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
Pendampingan terjadi hubungan yang sederajat antara orang yang
mendampingi dengan yang didampingi.
2. Jenis-Jenis Pendampingan
Menurut Wiryasaputra (2006) ada 3 macam pendampingan yang
dibedakan menjadi :
a. Pendampingan yang dilakukan oleh semua anggota keluarga secara
universal, dimanapun mereka tinggal sebagai perwujudan dari
hakikat dasar keberadaan manusia : holistik dan keperjumpaan.
b. Pendampingan yang dilakukan oleh para pelaku profesi nonpsikologis yang ingin menggunakan konseling sebagai nilai
tambah bagi profesinya sendiri, pendampingan secara fungsional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
c. Pendampingan yang dilakukan oleh kaum profesional secara penuh
waktu. Pelaku pendampingan ini disebut sebagai konselor
psikologis profesional.
Penelitian ini akan menggunakan jenis penelitian yang dilakukan oleh
para pelaku kaum profesional, dimana mereka dipersiapkan secara
khusus untuk mendampingi para korban gempa terutama mereka yang
mengalami kecacatan. Para pendamping adalah mereka yang memiliki
latar belakang pendidikan psikologis.
3. Fungsi Pendampingan
Pendampingan melibatkan pendamping dan yang didampingi.
Pendamping adalah sebagai fasilitator dalam menanggapi masalah
ataupun keprihatinan-keprihatinan dalam kehidupan seseorang yaitu
dengan memfungsikan diri dari yang didampingi. Perbedaan
pendampingan psikologis dengan dukungan dan pendampingan dari
keluarga maupun dalam masyarakat dapat terlihat pada fungsi
pendampingan sebagai berikut. Fungsi pendampingan yaitu meliputi :
a. Menyembuhkan. Fungsi ini dipakai oleh pendamping ketika
melihat keadaan yang perlu dikembalikan ke keadaan semula atau
mendekati keadaan semula, dengan kata lain membantu seseorang
untuk
menghilangkan
tingkah
laku
disfungsional
yang
mengganggu, dan dapat berfungsi dengan keadaannya yang baru.
b. Menopang. Fungsi menopang dipakai untuk membantu seseorang
untuk menerima keadaannya sekarang sebagaimana adanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kemudian bisa berdiri diatas kedua kaki sendiri dalam keadan yang
baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh.
c. Membimbing. Pendamping berlaku sebagai pembimbing yang
didampingi untuk bisa mandiri dan bertanggung jawab terhadap
keputusannya dengan mempertimbangkan saran dari pendamping
berupa
alternative-alternatif,
kelebihan
dan
kelemahan,
kesempatan, tantangan yang mungkin ada, dan sarana apa saja
yang diperlukan untuk dapat mengambil suatu keputusan yang
terbaik yang dipilih seseorang dengan kesadaran akan pilihannya
sendiri.
d. Memperbaiki hubungan. Pendamping sebagai penengah atau
mediator ketika seseorang mengalami konflik batin dengan pihak
lain yang menyebabkan rusaknya hubungan, yang pada akhirnya
mereka (pihak yang berkonflik) mampu memecahkan masalah
secara mandiri. Namun tidak jarang konflik batin dapat mengarah
pada
konflik
eksistensial
yang
kemungkinan
terburuk
menyebabkan bunuh diri. Maka pendamping sebagai mediator
orang itu dengan dirinya sendiri.
e. Memberdayakan. Fungsi ini dipakai untuk membantu orang yang
didampingi menjadi penolong bagi dirinya sendiri pada masa
depan ketika menghadapi kesulitan kembali. Maka diharapkan
orang yang didampingi tersebut tidak selalu tergantung pada
pertolongan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari fungsi-fungsi pendampingan yang sudah dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa pendampingan berfungsi untuk membantu orang
yang didampingi untuk dapat hidup secara mandiri dengan menerima
segala kekurangan maupun kelebihan dirinya secara apa adanya, dan
mau menerima kondisi sekarang dengan tidak hanya pasrah namun
bertanggung jawab akan hidupnya dan mau serta tertantang untuk
mengembangkan hidupnya dan berfungsi dengan keadaan yang baru.
D. Dinamika Perbedaan Penerimaan Diri Kondisi Fisik Penderita
Paraplegia Korban Gempa yang Mendapatkan Pendampingan
Dengan yang Tidak Mendapatkan Pendampingan
Gempa yang terjadi pada pertengahan bulan di tahun 2006 telah
membawa derita bagi sebagian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Banyak orang yang menjadi korban meninggal dan luka-luka, banyak juga
diantara mereka yang menjadi cacat. Kecacatannyapun beraneka ragam
dari yang amputasi kaki, ataupun tangan, luka memar dan patah tulang
dibagian anggota tubuh, bahkan sampai ada yang mengalami luka terparah
yaitu kelumpuhan atau disebut sebagai paraplegia.
Para korban gempa bumi tahun 2006 yang silam yang menjadi
penderita paraplegia sebagian besar adalah orang-orang biasa yang tidak
mengalami kecacatan yang berarti, tidak cacat, sehingga ketika sekarang
mereka menjadi penderita paraplegia, mereka banyak yang merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
depresi, menjadi kurang percaya diri, malu, memiliki perasaan inferioritas
dan merasa menjadi orang yang tidak berguna, gagal dan merasa selalu
butuh bantuan orang lain.
Paraplegia adalah kelumpuhan kedua anggota tubuh bagian bawah
yang disebabkan kerusakan syaraf pada tulang belakang, sehingga
menyebabkan kontak dari otak terputus, dengan demikian anggota tubuh
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Penderita paraplegia pada umumnya memiliki organ tubuh yang
lengkap, namun karena rusaknya susunan saraf pusat pada sumsum tulang
belakang mengakibatkan fungsi gerak tubuh pada bagian bawah menjadi
lumpuh. Fungsi perasa pada bagian bawah tubuh dibawah luka juga tidak
mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang ada. Sering mengalami
kekejangan otot atau kaki terkulai. Kontrol terhadap organ pencernaan
tubuh pada bagian pembuangan, misalnya BAB dan BAK, menjadi tidak
berfungsi atau terganggu. Bahkan kemampuan seksual penderitanyapun
juga ikut terganggu.
Kondisi tersebut berpengaruh pada kondisi mental para korban
bencana ketika berhadapan pada kenyataan hidup saat ini yang mereka
alami yang tidak ada satupun dari mereka menginginkannya, yaitu menjadi
cacat, paraplegia. Masalah penerimaan diri akan kondisi kecacatan ini
menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat bahwa mereka
yang menjadi penderita paraplegia adalah mereka yang dulunya bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
penyandang
cacat
sehingga
kemampuan
dan
pengetahuan
akan
penerimaan diri mereka akan kondisi fisik yang baru, cacat, juga sangat
minim.
Penerimaan diri akan kondisi fisik ditandai dengan sikap yang
mencerminkan rasa senang dan puas akan perubahan yang terjadi pada
kondisi dirinya, tidak diikuti oleh perasaan malu, rendah diri, maupun rasa
bersalah, serta mengenal kelebihan maupun kekurangannya untuk
digunakan secara efektif tanpa harus menyembunyikan siapa dirinya.
Bertanggung jawab dan mandiri dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.
Penerimaan diri penyandang cacat paraplegia harus dicapai
melalui proses dan pengalaman yang terjadi dalam hidupnya. Jersild
(dalam Hurlock, 2002) menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah
sebagai suatu proses bertahan dan mempunyai tingkatan. Mereka yang
mengalami kecacatan bukan dari sejak lahir atau karena kecelakaan
biasanya sulit untuk bisa menerima kondisi dirinya secara langsung,
mereka cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan
merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal (Dianawati, dkk. 2005).
Kondisi ini dipertegas dengan informasi dan pengetahuan yang kurang
akan penyandang cacat penderita paraplegia, sehingga yang muncul
kemudian adalah penolakan dan sikap inferioritas terhadap diri dan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Individu yang menerima dirinya sendiri akan lebih mengenali
potensi-potensi yang ada pada dirinya (Skinner, dalam Maramis 1994).
Selain itu, individu yang menerima dirinya akan lebih mengenali
kelebihan maupun kekurangan dirinya sehingga individu tersebut dapat
memanfaatkan potensi, kelemahan dan kekurangan dirinya secara optimal,
tepat guna dan terintergrasi.
Masalah maupun keterbatasan yang dihadapi oleh penyandang
cacat penderita paraplegia sangat kompleks, dari masalah kondisi fisik
kecacatannya sampai pada kondisi psikologisnya. Mereka cenderung tidak
dapat menerima kondisi dirinya secara realistis dan cenderung
menganggap dirinya tidak berharga. Kondisi penderita paraplegia yang
mengalami kelumpuhan pada bagian tubuh bawah dan kesulitan bergerak
yang berakibat pada mobilitas yang terbatas menuntut mereka untuk selalu
membutuhkan alat bantu ataupun orang lain untuk membantu dalam
mobilitas gerak dalam berkegiatan. Mereka membutuhkan pendampingan
dari orang lain supaya mereka dapat bertahan dalam menjalani dan
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Setiap orang pasti membutuhkan bantuan, terutama bagi mereka
yang telah menjadi cacat. Bantuan yang diberikanpun bisa bermacammacam, dapat berupa bantuan secara materiil maupun secara moril.
Bantuan materiil biasanya dapat berupa barang-barang atau sesuatu yang
dapat membantu meringankan penderitanya, seperti rumah dan alat-alat
kesehatan. Bantuan moril, dapat berupa bantuan atau dukungan, perhatian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kedekatan, bimbingan dan segala sesuatu yang membuat seseorang
menjadi nyaman secara psikologis.
Salah satu bantuan secara moriil yang diperlukan bagi mereka yang
menjadi paraplegia adalah pendampingan psikologis yang diberikan untuk
membantu seseorang supaya dapat berfungsi secara penuh, bisa mandiri
dan dapat menerima kondisi dirinya. Pendampingan ini diberikan kepada
mereka yang mengalami suatu kejadian yang diakibatkan kejadian tertentu
untuk membuat mereka mampu beradaptasi dan menerima diri akan
kondisinya tersebut.
Pendampingan psikologis bertujuan untuk membantu seseorang
dalam permasalahan psikologisnya seperti menghilangkan tingkah laku
disfungsional, yaitu tingkah laku yang ditunjukkan dengan rasa malu
dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat, seperti mengurung diri
dikamar, prasangka yang berlebihan dan malu bertemu orang. Perasaan
menolak atau tidak menerima akan segala sesuatu yang menimpa dirinya,
dengan adanya pendampingan maka diharapkan mereka akan mampu
menerima kenyataan yang ada, bukannya larut dalam harapan-harapan
palsu, namun harus kuat menghadapinya.
Salah satu fungsi pendampingan adalah memberdayakan, baik dari
potensi yang dimiliki oleh individu maupun dengan melibatkan potensipotensi yang ada disekelilingnya. Menjadi cacat adalah kondisi dimana
seseorang merasa terbatasi oleh keadaannya sehingga perlu adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
bantuan atau alat bantu, namun kesulitan dan ketidaktahuan dalam
mempergunakan fasilitas tersebut secara maksimal menjadi kendala ketika
bagi mereka yang diberi bantuan.
Seseorang tidak atau jarang menggunakan kursi roda untuk keluar
rumah hanya karena alasan malu, takut jatuh dan tidak percaya diri jika
bertemu orang lain. Rumah dengan fasilitas pendukung untuk penyandang
cacat yang dibuat agar penyandang cacat menggunakannya dalam
berkegiatan sehari-hari, namun jarang atau tidak terpakai sebagaimana
mestinya, dikarenakan kekurangtahuan akan cara penggunaan sehingga
masih selalu tergantung orang lain ataupun merasa malu jika orang-orang
melihat kecacatannnya. Penggunaan alat bantu meyakinkan seseorang
terhadap keterbatasan orang yang menggunakannya tersebut. Selain itu,
tidak bisa merawat luka sendiri atas alasan kesehatan adalah bukti bahwa
mereka masih terlalu tergantung orang lain dan tidak bertanggung jawab
akan kesehatan dirinya sendiri.
Fasilitas yang diberikan jika tidak digunakan sebagaimana
mestinya akan menjadi sia-sia. Fasilitas yang ada sangat baik jika
digunakan untuk perkembangan diri, seperti bersosialisasi maupun untuk
perkembangan diri. Seseorang yang mau bangkit dari keterpurukan dan
tidak kalah akan kondisi kecacatannya, misalnya menjadi lumpuh, adalah
seseorang yang menerima dirinya, dan dengan dukungan alat dan fasilitas
yang ada akan semakin meningkatkan perbaikan dalam diri, baik fisik
maupun psikis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan
baik dari segi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang psikologis
dalam membantu para korban yang membutuhkan bantuan secara
psikologis, serta menggunakan faktor fisik guna mendukung kesembuhan
pasien dari segi fisik maupun psikologis. Dukungan berupa perhatian,
bimbingan, dukungan selalu ada untuk orang yang membutuhkan dapat
dilakukan oleh semua orang, namun pendampingan psikologi ini lebih
terarah pada pemulihan atau penyembuhan kondisi psikologis seseorang
yang telah mengalami peristiwa yang mengejutkan dengan pengalaman
dan faktor fisik yang tersedia, supaya sesorang menjadi sembuh seperti
sedia kala atau mendekati kondisi semula.
Banyak dari penderita yang tidak mendapatkan pendampingan
secara profesional, kebanyakan dari mereka mendapatkan pendampingan
hanya terbatas oleh keluarga maupun masyarakat sekitar. Hal tersebut
tidaklah buruk, namun kebanyakan dari masyarakat umum tidak
mengetahui akan kebutuhan penyandang cacat secara psikologis, hal
tersebut berpengaruh juga pada penerimaan diri akan kecacatannya.
Survey dilapangan terlihat bahwa keluarga, sebagai pendamping
dari penderita, biasanya hanya menopang dari segi fisiknya saja seperti
rawat luka, memenuhi kebutuhan sandang dan pangan saja. Secara
informal, stigma yang muncul dimasyarakat adalah bahwa mereka kadang
mengucilkan para penyandang cacat. Hal ini terjadi dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
masyarakat menganggap kecacatan sebagai suatu aib bagi desa mereka.
Para penyandang kecacatan dianggap tidak mampu (Affrida, 2007).
Tindakan masyarakat maupun dari pihak keluarga yang kurang
mendukung dapat berdampak pada perkembangan psikologi penderita
yang menuju kearah negatif. Dampak psikologi yang muncul, seperti
rendahnya konsep diri, persepsi diri yang rendah terutama kaitannya
dengan bagaimana individu memandang dirinya dan pendampilannya
sendiri, penerimaan diri yang rendah, munculnya reaksi penolakan,
keadaan depresif, bahkan sampai dengan menarik diri dari pergaulan sosial
sehari-hari (Livneh&Antonak, 2005).
E. HIPOTESIS
Hipotesa dari penelitian ini adalah penerimaan diri penyandang cacat
penderita paraplegia yang mendapatkan pendampingan lebih tinggi atau
lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat penderita paraplegia
yang tidak mendapatkan pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Normal secara
Bencana Alam Gempa Bumi
Fisik
Cedera Tulang Belakang (Paraplegia)
Kondisi Sehat
Gejala Fisik
Lumpuh
Permanen
Tidak bisa jalan, kaki
layuh, kejang, sulit BAB
dan BAK, fungsi seksual
menurun, timbul penyakit
dalam, rentan terhadap
luka tekan (decubitus)
Malu akan kondisi fisik,
pemurung, sosialisasi
kurang, kurang percaya
diri, depresi, merasa gagal
karena menjadi cacat,
pikiran irasional bunuh
diri
INTERVENSI
Bantuan Fisik
Membangun rumah
Alat bantu
Dana
Perawatan Luka
Kesehatan
Masalah fisik tertangani, namun
secara mental masih merasa
malu dan inferior Akibat :
penggunaan alat minim
Penerimaan akan Kondisi
Fisik Diri yang Kurang
Gejala Psikologis
Penerimaan akan kondisi
fisik diri kurang, karena
pengetahuan minim,
berlaku kurng realistis, tdk
puas
Bantuan Non-Fisik
Pendampingan Psikologis :
menyembuhkan ke kondisi
semula, membimbing dlm
pengetahuan
fisik/psikologis, menopang,
mperbaiki hubungan,
memberdayakan supaya
mandiri scr fisik&psikologis
Adanya keseimbangan antara
bantuan fisik dengan bantuan
psikologis
Penerimaan akan Kondisi
Fisik Diri yang Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan adalah
penelitian perbandingan atau komparasi. Penelitian perbandingan adalah
penelitian yang membandingkan dua variabel yang sama dalam populasi
yang berbeda (Amirin, 1986). Penelitian ini merupakan penelitian yang
dilakukan untuk melihat dampak dari suatu perlakuan, subjek telah
mendapat perlakuan dari variabel bebasnya, dan penelitian ini bermaksud
untuk melihat sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel
tergantungnya, dan perbedaan ketika tidak diberi perlakuan. Dalam hal ini
peneliti akan membandingkan penerimaan kondisi fisik korban gempa yang
mendapat pendampingan dengan yang tidak mendapat pendampingan.
B.
IDENTIFIKASI VARIABLE
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variable bebas dan
variable tergantung :
Variabel bebas
: Status pendampingan
Variabel tergantung
: Penerimaan Diri
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
C.
DEFINISI OPERASIONAL
1. Penerimaan Diri
Penerimaan diri adalah suatu sikap menerima kondisi diri apa
adanya dengan wajar yang ditunjukkan pada sikap dan perasaan yang
wajar, tidak berlebihan. Pengenalan diri secara utuh akan kondisi diri
dan tidak menutupi maupun menyangkal keadaan dirinya yang menjadi
cacat.
Penerimaan diri akan kondisi fisik penyandang cacat tubuh terdiri
dari beberapa aspek, diantaranya :
1.
Pengetahuan tentang fisik dirinya sendiri
Sejauh mana individu mengenal dan memahami kondisi fisiknya,
kecacatannya, dan juga meliputi kebutuhan-kebutuhan apa saja
yang diperlukan atau diperhatikan dengan kondisinya tersebut.
2.
Pemahaman yang realistis atas kemampuan diri
a. Tingkat kemampuan dalam menyadari dan mengerti akan
potensi-potensi yang dimiliki, setelah menjadi cacat.
b. Sejauh mana individu dapat bersikap dengan tepat, tidak
berlebihan atau sangat kurang, sesuai dengan kondisi diri saat
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3.
Kepuasan, secara fisik, terhadap dirinya sendiri
a. Tingkat penerimaan diri dengan sungguh akan penampilan
fisiknya, meliputi penilaian maupun perasaaannya, terkait
dengan kondisi dirinya yang menjadi cacat.
b. Tingkat penilaian positif seseorang akan kondisi diri. Perasaan
senang, rasa puas, yang ditunjukkan pada sikap menerima akan
kondisinya, kelebihan maupun kekurangannya.
Dalam penelitian ini, pengukuran penerimaan diri dibatasi pada self
report atau pandangan subjek terhadap diri sendiri dalam penerimaan
dirinya terhadap kondisi dirinya yang menjadi cacat. Skor skala yang
didapat dari pengukuran menunjukkan penerimaan diri penyandang
cacat korban gempa yang mendapat pendampingan maupun yang tidak
mendapat pendampingan. Semakin tinggi skor yang didapatkan, maka
semakin tinggi penerimaan diri akan kondisi fisiknya menurut
pandangan subjek demikian juga sebaliknya.
2. Pendampingan
Pendampingan psikologis adalah suatu bentuk bantuan yang
diberikan kepada mereka yang mengalami krisis. Krisis yang dimaksud
adalah suatu kejadian yang membuat seseorang mengalami goncangan
batin seperti depresi dan kesedihan, hal ini yang biasa terjadi pada
mereka yang menjadi cacat akibat dari suatu kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Pendampingan psikologis ini merupakan salah satu program Pusat
Rehabilitasi Yakkum dibawah unit Psikososial yang bergerak dalam
penanganan mental, seperti penerimaan diri, penyandang cacat setelah
terjadi suatu kecelakaan agar mereka dapat mandiri dan berfungsi penuh
di lingkungan masyarakatnya.
Pendampingan ini hanya bisa diberikan oleh mereka yang sudah
terlatih dengan pengawasan dan bimbingan dari ahlinya yaitu Psikolog,
sehingga hasil dampingan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu
Psikologi.
Fungsi atau tujuan dari pendampingan adalah untuk membimbing
agar bisa kembali atau mendekati keadaan semula, membina agar tidak
salah dalam menerima dan mengolah informasi akan diri dan
memberfungsikan kembali walau dengan kondisi telah menjadi cacat.
D.
SUBJEK PENELITIAN
Pemilihan subjek penelitian menggunakan metode purposive
sample yaitu pemilihan sekelompok subyek didasarkan pada ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Penggunaan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mereka
yang merupakan korban bencana alam gempa bumi pada pertengahan tahun
2006 silam yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya. Kriteria subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
penelitian meliputi umur remaja akhir (17 tahun keatas) sampai dewasa dari
berbagai golongan (pelajar, pekerja, petani), pria maupun wanita yang
mengalami kecacatan karena gempa Yogyakarta.
Pada usia 17 tahun keatas adalah dari masa remaja akhir (pubertas,
adolesenci = Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa), hingga sampai
pada masa dewasa. Tugas perkembangan untuk masa remaja akhir adalah
menerima peran dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat
sendiri, mendapatkan kebebasan secara emosional, dan belajar bertanggung
jawab baik secara diri sendiri maupun sosial (Havinghurst, dalam Monks
2002). Dengan adanya peran ini maka seseorang yang berumur diatas 17
tahun memiliki hak untuk memilih kehidupan nya sendiri, berhak untuk
memilih tanpa tergantung dari orang tua, mampu berdiri sendiri dan
bertanggung jawab akan segala keputusannya.
Jenis-jenis kecacatan yang dimaksud adalah kelumpuhan atau
disebut paraplegia. Kecacatan ini disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang
belakang akibat tertimpa benda berat. kelumpuhan atau layuh di beberapa
bagian tubuh namun memiliki tingkat keparahan dibawah paraplegia yaitu
paraparese yang meliputi layuh (lemas atau lemah) pada bagian tertentu
atau hampir keseluruhan anggota gerak bagian bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E.
PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti melakukan berbagai usaha, yaitu :
a. Penyusunan instrumen angket
Hal-hal yang dilakukan peneliti dalam menyusun instrument adalah :
1) Menentukan aspek yang akan menjadi dasar dalam pembuatan
instrumen (item).
2) Membuat item berdasarkan aspek yang telah ditentukan dalam
bentuk pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable.
3) Mengkonsultasikan item yang telah dibuat kepada pembimbing.
b. Mengujicobakan skala atau melakukan try out pada individu yang
memiliki karakteristik sama dengan subjek penelitian yaitu
penyandang cacat fisik yang sampai saat ini kecacatannya masih
sangat dirasakan atau terlihat secara indera, yang merupakan korban
bencana alam gempa bumi yang tinggal di kabupaten Bantul, Imogiri
dan sekitarnya. Mereka yang telat menerima bantuan secara fisik dan
non fisik. Uji coba ini dilaksanakan dari awal Februari 2009 sampai
bulan Mei 2009. Lamanya pengambilan data penelitian disebabkan
alamat dan letak geografis dari masing-masing responden yang tidak
berdekatan satu sama lain, dan beberapa alamat yang tidak tertera
secara lengkap dan jelas. Skala yang disebar sebanyak 80 eksemplar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
akan tetapi tidak semua yang bisa dianalisis dikarenakan ada
beberapa skala yang gugur. Skala yang gugur antara lain 12 (dua
belas) eksemplar yang tidak memiliki kelengkapan jawaban, 8
(delapan) eksemplar yang tidak kembali, sehingga angket yang bisa
di analisis berjumlah 60 (enam puluh) eksemplar.
c. Melakukan pengujian validitas serta reliabilitas terhadap skala
penerimaan diri yang telah diujicobakan. Pengujian dilakukan
menggunakan program komputasi SPSS for windows versi 17.0.
2. Tahap Pengumpulan Data
Akan diperoleh item-item yang telah diujicobakan kepada subjek
penyandang cacat fisik korban gempa. Penelitian ini menggunakan
metode try out terpakai, sehingga hanya dilakukan satu kali pengambilan
data, yaitu bersama dengan try out.
F.
METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1.
Alat Pengumpul Data/ Instrumen
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode skala, yaitu alat atau cara pengumpulan data dengan
menggunakan pernyataan yang disusun dengan cara tertentu mengenai
suatu obyek yang yang hendak diungkap dari subyek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Ada tiga alasan mengapa skala dijadikan sebagai metode
pengumpulan data (Suryabrata, 2006):
a. Subyek merupakan pribadi yang paling mengetahui dan memahami
tentang dirinya sendiri.
b. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa apa yang dikemukakan
atau jawaban yang dinyatakan subyek kepada peneliti merupakan
kondisi sebenarnya dan dapat dipercaya.
c. Interpretasi subyek tentang pertanyaan atau pernyataan yang
diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksud oleh
peneliti.
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala penerimaan diri. Skala penerimaan diri ini bersifat tertutup dan
anonim.
Tertutup
jawabannya
sudah
berarti
berisi
disediakan
oleh
pertanyaan-pertanyaan
peneliti,
dalam
hal
yang
ini
menggunakan skala Likert yang dimodifikasi yang terdiri atas empat
kategori jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban ini digunakan agar
subyek dapat menentukan pilihannya secara tegas dan tidak ragu-ragu.
Apabila tersedia jawaban di tengah, dapat timbul kecenderungan untuk
memilih jawaban yang netral, khususnya oleh mereka yang ragu-ragu
atas jawabannya (Hadi, 1991). Bersifat anonim bertujuan agar subyek
lebih terbuka dalam memberikan informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.
Penskoran
Skor merupakan harga suatu jawaban terhadap pertanyaan dalam
tes (Azwar, 2003). Penskoran jawaban dalam penelitian ini tergantung
dari jenis pernyataan seperti yang tertulis dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable
Skor Jawaban
Alternatif Jawaban
3.
Favorable
Unfavorable
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Blue Print
Skala kebermaknaan hidup ini terdiri dari 78 item, yang terdiri atas 39
item favorable dan 39 item unfavorable. Di bawah ini akan disajikan
blueprint skala penerimaan diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 2
Blue Print Skala Perbedaan Penerimaan Diri
Nomor Item
Aspek
Pengetahuan
Fisik
Realistis
Kepuasan Diri
Jumlah
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 7, 13, 19, 25, 31,
4, 10, 16, 22, 28,
37, 43, 49, 55, 61,
34, 40, 46, 52, 58,
67, 73,
64, 70, 76,
(13)
(13)
3, 9, 15, 21, 27, 33,
6, 12, 18, 24, 30,
39, 45, 51, 57, 63,
36, 42, 48, 54, 60,
69, 75
66, 72, 78
(13)
(13)
5, 11, 17, 23, 29, 35,
2, 8, 14, 20, 26, 32,
41, 47, 53, 59, 65,
38, 44, 50, 56, 62,
71, 77
68, 74
(13)
(13)
39
39
26
26
26
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
G.
PERTANGGUNGJAWABAN MUTU
1.
Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya (Azwar, 2003). Suatu tes atau instrument dikatakan memiliki
validitas yang tinggi apabila alat tes memberikan hasil yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran.
Tes validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi, yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap
isi tes yang mana akurasi data tergantung pada sejauh mana isi skala
mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan
penelitian (Azwar, 2003). Analisis rasional terhadap isi item dilakukan
oleh dosen pembimbing guna memeriksa kualitas item sebagai dasar
untuk diseleksi.
2.
Seleksi Item
Seleksi item diawali dengan melakukan uji coba terhadap item –
item yang telah dibuat untuk mendapatkan item – item yang dianggap
baik dan layak. Uji coba dilakukan pada individu yang memiliki
karakteristik yang sama dengan subyek, yaitu para penyandang cacat
korban gempa yang bertempat tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya.
Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 78 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan komputasi
koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan kriteria yang relevan,
yaitu distribusi skor itu sendiri dan akan menghasilkan koefisien korelasi
item total atau corrected item total correlation (r ix ). Semakin baik daya
diskriminasi sebuah item, maka koefisien korelasinya semakin mendekati
angka 1,00. Pemilihan item terbaik dalam penelitian ini menggunakan
koefisien korelasi sebesar 0,3. Dengan demikian, item-item yang memiliki
corrected item total correlation < 0,3 dapat disisihkan, sedangkan itemitem yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3 dinyatakan
sebagai item yang lolos seleksi dan dapat digunakan sebagai alat
penelitian. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 54 item yang lulus seleksi,
sedangkan 24 item yang lain tidak lulus seleksi. Item-item tersebut
merupakan item-item yang memiliki corrected item total correlation ≥ 0,3.
Sebaran item setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 3
Spesifikasi Item setelah Uji Coba
Nomor Item
Aspek
Pengetahuan
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1, 13, 19, 31, 37, 43,
10, 16, 28, 34, 40,
49, 67, 73,
46, 58, 64, 70
(9)
(9)
3, 9, 15, 27, 45, 51,
12, 18, 24, 30, 36,
57, 63, 75
42, 48, 54, 78
(9)
(9)
5, 11, 17, 23, 29, 59,
2, 14, 26, 32, 38,
65, 71, 77
44, 50, 68, 74
(9)
(9)
27
27
18
Fisik
Realistis
18
18
Kepuasan Diri
Jumlah
3.
54
Reliabilitas
Reliabilitas berarti keajegan, keterandalan, kestabilan, dan
konsistensi dari hasil ukur atau kecermatan dari suatu pengukuran
(Azwar, 2003). Azwar juga mengungkapkan bahwa konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
ukur sendiri mengacu pada sejauhmana konsistensi hasil pengukuran
apabila dilakukan pengukuran ulang pada kelompok subyek yang
sama.
Tinggi rendahnya reliabilitas dapat dilihat dari tingginya nilai
koefisien reliabilitas yang mendekati nilai 1 (satu). Pengukuran
reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan penghitungan
reliabilitas koefisien alpha (α) dari Cronbach menggunakan program
SPSS for windows versi 17.0. Reliabilitas dalam skala 78 item yang
digunakan pada uji coba adalah α = 0,969. Reliabilitas skala 54 item
yang terseleksi adalah α = 0,969. Reliabiltas skala uji coba dan
penelitian dapat dikatakan baik karena hampir mendekati nilai 1 (satu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
Pengambilan data penelitian dilakukan mulai tanggal 3 Februari 2009
hingga 30 Mei 2009. Skala yang disebarkan sejumlah 60 eksemplar. 30
eksemplar untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis, dan 30
eksemplar untuk subjek yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.
Dari 60 eksemplar yang disebar semua dapat dianalisis karena memenuhi
persyaratan kelengkapan jawaban.
Skala penelitian ini diberikan kepada mereka yang merupakan korban
gempa bumi Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 yang lampau. Subjek penelitian
adalah mereka yang menjadi korban terparah, yaitu menjadi lumpuh.
Kelumpuhan yang dialami pada kedua kaki yang tidak hanya berpengaruh
pada mobilitas pada kaki namun juga berpengaruh pada sistem pencernaan
dan hal lain seperti rasa sakit. Subjek penelitian bertempat tinggal di daerah
Bantul, Imogiri dan Klaten yang merupakan daerah terparah akibat dampak
gempa.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala penerimaan
diri. Skala ini dibuat berdasarkan pada aspek-aspek dalam penerimaan diri,
terutama dalam penerimaan diri dari sudut pandang secara fisik. Skala ini
nantinya akan mengukur sejauh mana perbedaan mereka yang mendapatkan
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pendamping dan yang tidak dalam menerima diri mereka ketika mereka telah
menjadi cacat.
B. DESKRIPSI SUBJEK
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para korban gempa
Yogyakarta tahun 2006 silam. Subjek penelitian adalah mereka yang menjadi
kurban gempa yang telah menjadi lumpuh atau dengan kata lain paraplegi.
Paraplegia adalah kelumpuhan pada 2 anggota gerak manusia (bagian
kaki) yang dikarenakan putusnya atau cederanya saraf-saraf pada sumsusm
tulang belakang akibat terhantam benda keras, seperti tertimpa bangunan atau
tembok.
Pasien yang menderita paraplegia akan mengalami kesulitan dalam
menggerakkan kedua kakinya, pasien juga akan mengalami kesulitan dalam
BAB maupun BAK. Secara fisik, pasien juga akan mengalami rasa sakit yang
teramat sangat yang akan muncul setiap waktu.
Para korban sebagai subjek penelitian bertempat tinggal di daerah Bantul,
Imogiri, dan Klaten. Subjek penelitian adalah mereka yang menderita
paraplegia dengan umur diatas 17 tahun dengan pertimbangan adalah
seseorang diatas usia tersebut termasuk dalam masa dewasa awal yang lebih
mandiri dan mempunyai hak memilih dibandingkan usia sebelumnya sehingga
subjek dapat memberikan jawaban yang akan dikaitkan dengan kemampuan
dirinya saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 4
Deskripsi Subjek Penelitian
Jenis
Pendampingan
Non Pendampingan
Pria
15
15
Wanita
15
15
30
30
Kelamin
C. UJI ASUMSI ANALISIS DATA
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam suatu penelitian dilakukan untuk menguji
apakah data penerimaan diri yang diperoleh berdistribusi normal atau
tidak. Penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov
dari SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan keputusan didasarkan
pada besaran probabilitas (p). Apabila p > 0,05 maka distribusi dinyatakan
normal. Sebaliknya, apabila p < 0,05 maka distribusi dinyatakan tidak
normal. Hasil uji normalitas tercantum dalam tabel 5
Tabel 5
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov
Pendampingan
Tanpa Pendampingan
Kolmogorov Smirnov
0,140
0,127
Asymp. Sig (p)
0,138
2,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Dari hasil pengujian terhadap korban penyandang cacat karena
gempa yang mendapatkan pendampingan diperoleh nilai Kolmogorov
Smirnov 0,140 dengan probabilitas 0,138 (p > 0,05). Sedangkan korban
penyandang cacat karena gempa yang tidak mendapatkan pendampingan
memiliki nilai Kolmogorov Smirnov 0,127 dengan probabilitas 2,00 (p >
0,05). Oleh karena nilai p korban penyandang cacat karena gempa yang
mendapat pendampingan maupun tidak lebih besar dari 0,05 maka
diketahui bahwa distribusi data pada kedua sampel adalah normal atau
memenuhi persyaratan uji normalitas.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa apakah
data sampel memiliki varian yang sama. Uji homogenitas dalam penelitian
ini menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. Pengambilan
keputusan
didasarkan pada nilai probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka data berasal dari
populasi yang memiliki varian yang sama. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05
maka data berasal dari populasi yang mempunyai varian yang tidak sama.
Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh nilai p sebesar 3,611.
Oleh karena p > 0,05 maka dapat diketahui data berasal dari populasi yang
mempunyai varians yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
D. UJI HIPOTESIS
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Independent Sample
t-test dari program SPSS for windows versi 17.0. Independent Sample ttest adalah suatu pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi
perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel.
Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “Penerimaan akan kondisi
diri penyadang cacat akibat korban gempa yang mendapat pendampingan
lebih tinggi dan lebih baik jika dibandingkan dengan yang tidak
mendapatkan pendampingan, di mana penyandang cacat yang didampingi
memperoleh pengetahuan dan dorongan baik secara mental maupun fisik”.
Tabel 6
Ringkasan Hasil Uji-t Skor Penerimaan Diri antara yang mendapat
pendampingan dan yang tidak pendmpingan
Perlakuan
N
Mean
Pendampingan
30
176
Non-pendampingan
Ho
30
133
Mean dif
t
p
43,033
18,584
0,000
Ket
P < 0,05
Significant
: tidak ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa
paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak
mendapat pendampingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Ha
: ada perbedaan tingkat penerimaan diri antara korban gempa
paraplegia yang mendapat pendampingan ataupun yang tidak
mendapat pendampingan.
Pengujian hipotesis berdasarkan nilai probabilitas :
Jika p > 0,05, maka Ho diterima
Jika p < 0,05, maka Ho ditolak
Dari hasil analisis didapat t = 18,584 dengan probabilitas 0,000.
Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain ada
perbedaan tingkat penerimaan diri korban gempa paraplegia yang
mendapatkan
pendampingan
dengan
yang
tidak
mendapatkan
pendampingan.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan kondisi fisik
diri mean untuk subjek yang mendapatkan pendampingan psikologis
adalah sebesar 176 dan mean untuk subjek yang tidak mendapatkan
pendampingan psikologis sebesar 133, dimana mean subjek yang
mendapatkan pendampingan psikologis lebih besar daripada mean subjek
yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
E. Analisis Tambahan (kategorisasi)
Kategorisasi ini dibuat untuk mengetahui tingkat penerimaan diri
penyandang cacat paraplegia yang mendapatkan pendampingan psikologis
dengan yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis.
Tujuan dari kategorisasi ini menurut Azwar (2000) adalah untuk
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur.
Kontinum jenjang yang digunakan terbagi atas tiga kategori, yaitu rendah,
sedang dan tinggi.
Norma kategorisasi skor yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 7
Norma Kategorisasi Skor
Rentang Kategorisasi
Keterangan Kategorisasi
X < (µ – 1,0σ)
Rendah
(µ – 1,0σ) ≤ X < (µ + 1,0σ)
Sedang
(µ + 1,0σ) ≤ X
Tinggi
Keterangan :
µ
: mean teoritis
σ
: satuan deviasi standar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Skala penerimaan diri penyandang cacat paraplegia korban gempa
yang mendapatkan pendampingan psikologis dan yang tidak mendapatkan
pendampingan psikologis ini terdiri dari 54 item, dengan penghitungan
sebagai berikut :
X minimum
: 54 (untuk skor jawaban sangat tidak setuju)
X maksimum
: 216 (untuk skor jawaban sangat setuju)
Range / luas jarak sebaran
: 216 – 54 =162
σ / satuan deviasi standar
: 162 : 6 = 27
µ / mean teoritis
: 54 + 216 = 135
2
Dari perhitungan tersebut maka diperoleh kategorisasi skor
penerimaan diri penyandang cacat paraplegia adalah sebagai berikut :
Tabel 8
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia
Rentang Kategorisasi
Keterangan Kategorisasi
X < (135 – 1,0 . 27)
Rendah
(135 – 1,0 . 27) ≤ X < (135 + 1,0 . 27)
Sedang
(135 + 1,0 . 27) ≤ X
Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kategorisasi skor penerimaan diri penyandang cacat paraplegia
untuk masing-masing kelompok yang mendapatkan pendampingan maupun
kelompok yang tidak mendapatkan pendampingan dapat dilihat pada tabel 8.1
dan tabel 8.2, berikut ini :
Tabel 8.1
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia yang Mendapatkan Pendampingan
Rentang Kategori
Keterangan Kategori
Frekuensi
%
X < 108
Rendah
0
0%
108 ≤ X < 162
Sedang
2
6%
162 ≤ X
Tinggi
28
94 %
Tabel 8.2
Kategorisasi Skor Penerimaan Diri akan Kondisi Fisik Penyandang Cacat
Paraplegia yang Tidak Mendapatkan Pendampingan Psikologis
Rentang Kategori
Keterangan Kategori
Frekuensi
%
X < 108
Rendah
0
0%
108 ≤ X < 162
Sedang
30
100 %
162 ≤ X
Tinggi
0
0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
F. PEMBAHASAN
Hasil analisis data penelitian menunjukkan perolehan nilai t = 18,584
dengan probabilitas 0,000. Probabilitas < 0,05. Hal tersebut berarti adanya
perbedaan penerimaan kondisi fisik diri oleh penyandang paraplegia yang
mendapatkan pendampingan psikologis dengan yang tidak mendapatkan
pendampingan psikologis.
Hasil analisis perolehan mean untuk penderita paraplegia yang
mendapatkan pendampingan psikologis sebesar 176 dan mean untuk
penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis
sebesar 133. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan diri akan kondisi fisik
penyandang
cacat
paraplegia
korban
gempa
yang
mendapatkan
pendampingan psikologis lebih baik dibandingkan dengan penyandang cacat
yang tidak mendapatkan pendampingan psikologis, sehingga dalam hal ini
pendampingan
psikologis
sangat
berpengaruh
cukup
besar
dalam
meningkatkan penerimaan diri akan kodisi fisiknya, terutama mereka yang
mengalami kecacatan karena suatu kecelakaan.
Kecelakaan akibat gempa yang merampas kebebasan seseorang ketika
menjadi lumpuh atau cacat, hal tersebut berakibat pada sikap penolakan
dalam dirinya. Percaya diri yang kurang akibat dari kondisi kecacatannya,
sehingga menurunkan semangat dan rasa percaya diri seseorang, mereka
kesulitan, menerima kondisi dirinya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
dari Dwiamalia (2005) yang mengemukakan bahwa penyandang kecacatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
fisik cenderung mengalami perasaan inferioritas, yaitu kecenderungan
merasa diri kekurangan, tidak mampu dan gagal.
Penderita kelumpuhan atau paraplegia memiliki masalah yang
komplek dan cacat ini bersifat permanen sehingga mengharuskan
penderitanya harus banyak tidur ditempat tidur ataupun tergantung dengan
alat Bantu. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita paraplegia adalah
infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernapasan, peradangan ginjal,
timbulnya luka tekan atau decubitus, hingga masalah seksualitas. Melihat
dampak yang dialami oleh penderita paraplegia dapat dibayangkan betapa
mereka harus berusaha keras untuk dapat menerima kondisi dirinya tersebut.
Banyaknya masalah fisik yang dialami penderita paraplegia, berakibat
pada munculnya permasalahan secara psikologis, seperti rasa malu, percaya
diri yang kurang, dan tidak merasa berharga. Hal tersebut ditegaskan pula
oleh Sharma (2005) yang berpendapat bahwa secara mental, individu yang
mengalami spinal cord injury dapat mengalami permasalahan psikologis
seperti kecemasan, depresi, rasa takut, rasa marah, sikap permusuhan dan
perasaan tidak berdaya.
Hal tersebut didukung oleh Perry (1990), bahwa sebagai akibat dari
kecacatan karena kecelakaan atau penyakit, seseorang akan mengalami
trauma atau krisis yang ditunjukkan dengan adanya kecemasan, kesulitan
dalam berpikir jernih, penyangkalan-penyangkalan diri, perubahan perilaku
maupun emosi, serta muncul depresi. Dampak ini muncul sebagai akibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dari ketidaktahuan penyandang cacat mengenai langkah yang harus diambil
dengan kondisi tubuhnya saat ini.
Berbagai permasalahan yang dihadapi penderita paraplegia untuk
dapat menerima kondisi fisiknya sangatlah tidak mudah. Secara umum, para
korban gempa penderita paraplegia mengalami kondisi dan perasaan yang
sama, namun beberapa dari mereka sudah mampu untuk bisa mandiri dan
mulai menata kehidupannya yang baru dengan kondisi mereka yang
sekarang. Hal tersebut terkait juga dengan bantuan-bantuan yang diberikan,
misalnya pendampingan yang dilakukan oleh salah satu lembaga sosial
masyarakat yang bergerak dalam program penanganan gempa kepada
beberapa penderita paraplegia korban gempa.
Pendampingan psikologis bertujuan agar orang yang didampingi
mampu berfungsi secara penuh dengan diberikan dukungan dan arahan
untuk mencapai perilaku dan sikap yang positif seperti mampu menerima
kondisi dirinya dan tidak hanya menyesalinya dari waktu ke waktu.
Wiryasaputra (2006) berpendapat bahwa pada hakikatnya, pendampingan
secara psikologis merupakan semangat, sikap, kepedulian, dan tindakan
membantu orang yang sedang krisis. Krisis adalah keadaan dimana
seseorang mengalami masa-masa yang sulit (Thomas C. Oden, 1986; dalam
Wiryasaputra, 2006).
Pendampingan ini diberikan oleh mereka yang sudah dipersiapkan dan
dari latar belakang psikologi, sehingga tidak semua orang dapat melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pendampingan kepada orang lain secara psikologi. Hal tersebut ditegaskan
dalam Wiryasaputra (2006) bahwa yang dapat melakukan pendampingan
secara psikologi hanya mereka yang ahli di bidang psikologi atau mereka
yang sudah dipersiapkan untuk mendampingi.
Permasalahan penderita paraplegia terkait dengan kondisi fisik
maupun psikologis yang dapat digambarkan sebagai penderitaan yang
menghancurkan hampir semua aspek kehidupan individu. Oleh sebab itulah,
mengapa individu perlu penolong untuk keluar atau untuk membantu dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupannya.
Penderita paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan secara
psikologis belum tentu tidak mendapatkan pendampingan sama sekali.
Keluarga dan masyarakat juga termasuk dalam kategori pendamping, namun
isi dan bagaimana melakukan pendampingan itulah yang membedakan
keduanya antara pendampingan seorang ahli dengan yang tidak. Pada
umumnya pendampingan yang hanya dilakukan oleh keluarga terbatas pada
pengalaman dari setiap individu saja dan bahkan dimungkinkan mereka
dapat membantu anggota keluarganya yang terkena musibah menjadi orang
yang produktif dan yang mandiri, namun hal tersebut hanya sedikit.
Banyak faktor yang mempengaruhi pendampingan yang dilakukan
oleh masyarakat maupun keluarga, salah satunya mereka sangat tergantung
dan dipengaruhi budaya yang ada. Afrida (2007) menjelaskan bahwa
kepercayaan masyarakat setempat terhadap kecacatan mempengaruhi sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
terhadap penyandang cacat. Misalnya, dalam kenyataan yang ditemui
dilapangan, kecacatan masih dianggap sebagai suatu aib dan memalukan,
sehingga terkadang penyandang cacat disembunyikan dari masyarakat,
sehingga permasalahan pada penyandang cacat, paraplegia, tidak hanya
sebatas problem medis, fisik maupun psikologis, namun juga dipengaruhi
oleh sosial masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi sedikit maupun
banyak akan berhasil atau tidaknya suatu pendampingan sehingga orang
yang didampingi dapat menerima kondisi dirinya secara penuh, apa adanya.
Penerimaan diri membutuhkan proses dan cara yang sesuai agar
individu memperoleh penerimaan diri secara utuh terhadap kondisi dirinya.
Menerima bukan hanya sebatas terima karena tidak adanya pilihan yang
lain, namun ditunjukkan dengan sikap mau menerima dan bertanggung
jawab secara penuh akan keputusannya tersebut dan mau berkembang untuk
kemajuan dirinya. Hal tersebut senada dengan pendapat Gea (2002) yang
menyebutkan penerimaan diri adalah suatu sikap memandang diri sendiri
sebagaimana adanya dan memperlakukannya secara baik disertai rasa
senang serta bangga sambil terus mengusahakan kemajuannya.
Penerimaan diri tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek, salah
satunya adalah aspek pengenalan diri. Pentingnya penderita paraplegia
untuk mengenal kelebihan maupun kekurangan dalam dirinya. Melalui
pengenalan diri, individu juga akan dibantu untuk memahami perilakunya
yang nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan diri, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
memahami perilakunya maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang
lain juga akan menyukai kualitas dirinya (Hurlock, 1973).
Pengetahuan akan kondisi diri baik pengetahuan yang melekat secara
fisik pada diri dari kondisi paraplegia tentang bagaimana merawat dan apa
saja kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhannya sehari-hari,
seperti ketersediaan alat kursi roda atau terapi-terapi yang bisa dilakukan
oleh dirinya, kegiatan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, dan
bagaimana memaksimalkan potensi lingkungan untuk perkembangan
dirinya. Ciri-ciri apa saja yang muncul dan kondisi seperti apa saja yang
akan muncul ketika seseorang dalam kondisi seperti ini. Bersamaan dengan
pengetahuan akan dirinya tersebut maka akan memunculkan penerimaan
dirinya (Schultz, 1991).
Selain itu perlunya mengetahui sampai pada kondisi lingkungan fisik
diluar dirinya, seperti kondisi georafis ruangannya apakah mendukungnya
dalam melakukan mobilitas, jika belum harus seperti apa. Kondisi tempat
tidur yang harus disesuaikan dengan kondisi diri untuk mencegah timbulnya
luka baru. Pengenalan akan kondisi fisik seseorang dan lingkungannya akan
membantu untuk mawas diri dalam merencanakan kegiatan yang efektif
dalam rangka menimbulkan sikap mandiri dan bertanggung jawab akan
tindakannya sebagai individu dengan kecacatannya.
Pengenalan akan diri membantu individu tersebut untuk dapat
mengenali kelebihan dan keterbatasannya sehingga keputusan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
diambilpun akan sesuai dengan kemampuan dirinya saat ini. Adanya
pengenalan diri akan mendukung individu tersebut untuk memahami dan
melihat kemampuan diri secara lebih realistis akan potensi-potensi yang
dimilikinya.
Penerimaan diri dapat diperoleh ketika mereka secara sadar menerima
kemampuan dalam dirinya dan mau bersikap realistis akan kondisinya
tersebut. Realistis berarti bersikap wajar, apa adanya, dan tidak berlebihan.
Kebanyakan dari mereka yang mengalami kecacatan yang baru merasa
ketakutan yang berlebih akan kondisi dirinya sehingga mereka tidak
semakin maju namun menjadi semakin putus asa dan tidak berharga.
Hurlock (1999) secara psikologis masalah penyandang cacat tubuh adalah
kecenderungan mereka tidak dapat menerima kondisi dirinya secara realistis
dan cenderung menganggap dirinya kurang berharga. Selalu ingin dibantu
dan tidak berusaha untuk bangkit dan mandiri akan menjadikan mereka
menjadi lebih tidak berharga karena merasa tidak bisa melakukan apa-apa.
Rasa puas akan kondisi dirinya juga merupakan suatu bukti seseorang
dapat menerima kondisi dirinya. Setiap orang tidak ingin menjadi cacat, hal
serupa juga banyak dikeluhkan oleh sebagian besar korban gempa yang
mengalami kelumpuhan atau paraplegia, hingga sekarang. Mereka masih
merasa malu dan mengeluh kenapa mereka menjadi seperti saat ini, berharap
bisa berjalan kembali hingga mendatangi pengobatan-pengobatan alternatif
hingga menghabiskan tenaga, waktu dan materi yang dipunyai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kepuasan adalah sikap mau menerima perubahan yang terjadi pada
dirinya dengan tidak diikuti perasaan malu, rendah diri maupun rasa
bersalah (Chaplin, 1999). Hal yang sudah terjadi jangan disesali namun
harus diterima dengan lapang dada dan tetap mengusahakan yang terbaik
bagi perkembangan dirinya.
Pengetahuan diri, sikap realistis dan kepuasan diri, hal inilah yang
menjadi aspek dalam meningkatkan penerimaan diri penyandang cacat
paraplegia. Pendampingan mengarahkan individu untuk bisa menerima
kondisi diri dengan cara pengenalan secara utuh, tidak berlebihan dalam
menanggapi kecacatannya, lebih peka dalam menggunakan potensi-potensi
yang dimiliki dengan lebih maksimal dan efektif, dan individu dapat merasa
puas akan kondisi dirinya saat ini, walaupun dengan kondisi telah menjadi
lumpuh atau paraplegia.
Hasil penelitian tambahan menunjukkan perolehan kategori skor
penerimaan diri pada penyandang cacat paraplegia yang mendapat
pendampingan adalah 94% dalam kategori skor penerimaan diri yang tinggi,
dan 6% dalam kategori skor penerimaan diri yang sedang. Kategori skor
penerimaan
diri
untuk
penyandang
cacat
paraplegia
yang
tidak
mendapatkan pendampingan adalah 100% dalam kategori skor penerimaan
diri yang sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari kedua kelompok
subjek tersebut tidak ada yang memiliki kategori skor penerimaan diri yang
rendah. Hal itu berarti baik kelompok yang mendapat pendampingan
maupun yang tidak mendapatkan pendampingan telah menjalani proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
adaptasi yang cukup lama terhadap kondisi kecacatannya, namun bedanya
hanya jika dengan pendampingan maka penerimaan diri individu tersebut
akan lebih optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa penderita paraplegia yang mendapat pendampingan memiliki
tingkat penerimaan diri yang tinggi, dibandingkan dengan penderita
paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan. Hasil analisis didapat
t = 18,584 dengan probabilitas 0,000. Nilai p < 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
Hasil analisis tambahan diperoleh untuk kategorisasi penyandang
paraplegia yang mendapatkan pendampingan. Subjek yang memiliki
penerimaan diri yang tinggi sebanyak 96% dan subjek yang memiliki
penerimaan diri yang sedang sebanyak 6%. Sedangkan untuk kategori
penyandang paraplegia yang tidak mendapatkan pendampingan adalah
subjek yang memiliki penerimaan diri yangsedang sebanyak 100%.
Hal tersebut membuktikan bahwa dengan adanya pendampingan
psikologis dapat meningkatkan sebagian besar penderita untuk memiliki
penerimaan diri yang tinggi, sehingga seseorang penderita mampu
menerima dirinya apa adanya, merasa bangga akan dirinya dan terus
mengusahakan kemajuan dan perkembangan dirinya.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
B. SARAN
1.
Bagi Klien dan Keluarga
Bagi mereka yang telah mendapatkan pendampingan,
disarankan mereka lebih banyak menimba dan menggali potensi
yang dimiliki dengan melakukan kegiatan yang sekiranya dapat
untuk sebagai pengembangan diri, seperti bekerja maupun kursus
ketrampilan. Berpikir dan bertindak realistis akan kemampuan diri
dalam memilih kegiatan yang ingin dilakukan.
Bagi mereka yang tidak mendapatkan pendampingan,
disarankan untuk tetap beraktivitas sesuai dengan kondisi guna
meningkatkan kemampuan diri yang berguna untuk meningkatkan
juga akan kebanggan diri yang telah menjadi lumpuh namun tetap
bisa berkarya. Menimba pengalaman dari mereka yang mendapat
pendampingan mengenai bagaimana caranya agar bisa menerima
akan kondisi fisik yang telah menjadi cacat.
Bagi keluarga klien, disarankan mereka lebih memberikan
kesempatan yang bebas bagi klien penderita paraplegia untuk
berkembang dengan mandiri dan memberi dukungan dalam bentuk
semangat dan dorongan agar mereka semakin hari semakin memiliki
harapan untuk hidup dan berkembang kearah yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2.
Bagi Pusat Rehabilitasi Yakkum
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang
cacat yang mendapatkan pendampingan psikologis, penerimaan
dirinya lebih baik, maka peneliti menyarankan supaya pendampingan
tetap dilakukan. Pendampingan ini diperlukan untuk membangkitkan
semangat terutama dalam meningkatkan penerimaan akan kondisi
dirinya yang telah menjadi cacat. Selain itu, pendampingan juga
berguna sebagai fungsi kontrol pasien baik ketika di dalam centra
maupun diluar centra, masyarakat.
3.
Bagi Pemerintah dan lembaga sosial untuk masyarakat
Penanganan akan permasalahan bencana sangat banyak, baik
dari segi fisik maupun non-fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pasien yang mendapatkan bantuan secara non-fisik misalnya
pendampingan
psikologis,
penerimaan
dirinya
lebih
baik
dibandingkan yang tidak mengalami, maka dari itu peneliti
menyarankan agar pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat
melengkapi programnya dengan program pendampingan psikologis
bagi kliennya, supaya mereka dapat menerima kondisi dirinya
dengan lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Afrida, R. 2007. Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat. Majalah Kesehatan
untuk Pekerja Kesehatan Indonesia. Aceh : PT. Aceh Medika Grafika.
Amirin, Tatang M., 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta : Penerbit CV.
Rajawali
ANIMA, Media Psikologi Indonesia, Vol XIII No. 51 April – Juni 1998
Cruickshak, W.M. 1980. Psychology of Exceptional Children and Youth. London
: Prentice Hall Inc
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi : Terma Tehnis Psikologi
(Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Departemen Sosial RI. 1995. Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh, Direktorat
Rehabilitasi Penderita Cacat. Jakarta: Departemen Sosial
Dianawati, Zamralita dan Ninawati. 2005. Perasaan Inferior dan Kompensasi
Remaja Penyandang Cacat Fisik. Arkhe No.2 Hal 119-136
Dijk, D. Van Aufdemkampe, G., Langeveld, S.V. 1999. The QA Pressure
Measurement System : An Accurancy and Reability Study. Spinal Cord 35,
halaman 58-60
Fallon, Bernadette. (1985). Jadi Anda Lumpuh.........
Rehabilitasi Bethesda, Yogyakarta
Yogyakarta:
Proyek
Gardner, James. E. 2002. Memahami Gejala Masa Remaja (ed. Hadisubrata).
Jakarta : Mitra Utama.
Gea, Wulandari, dan Babari. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta : Elex
Media Computindo.
Guning, Edison. 2006. BERITA GEMPA BUMI No : 66/NSC/V/ 2006. Ka.
Humas BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA PUSAT GEMPA
BUMI
NASIONAL.
Diambil
30
Maret
2010,
dari
http:/www.bmg.go.id/SMS BMG.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Handayani, M.M. dkk. 1998. Efektivitas Pelatihan Pengenalan Diri Terhadap
Peningkatan Penerimaan Diri dan Harga Diri. Jurnal Psikologi. Thn XXV
no.2. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Hjelle L.A., and Ziegler D.J. 1981. Personality The Oriens Basic Assumption,
Reasearch and Application. Tokyo : McGraw Hill.
Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Hurlock, Elizabeth. 2002. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. (terjemahan. Iswidayanti, dkk). Jakarta: Erlangga
Jersild, A. T. 1963. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan
Company.
Kirana, C. 1987. Hubungan Konsep Diri dengan Motif Berwirausaha pada
Penyandang Cacat Fisik yang Sedang Menjalani Rehabilitasi Vokasional
di R.C. Prof. Dr. Soeharso, Surakarta. Skripsi Sarjana. Yogyakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Latipun. 2001. Psikologi Konseling (3 rd). Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang
Mangunsong, Friada, dkk. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa,
cetakan pertama. Jakarta. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran
dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia
Monks, F. J., 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Parry, G. 1990. Coping With Crises. British Psychological Society and Routledge
Ltd.
Powell, M. 1979. Orthopoedic Nursing. E & S. London
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Pengenalan Gempa
Bumi dan Gempa Bumi Merusak. Diambil 30 Maret 2010, dari
http:/merapi.vsi.esdm.go.id
Ratnawati. 1998. Hubungan Antara Penerimaan Diri Terhadap Penampilan Fisik
dengan Kecemasan Komunikasi Interpersonal. Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Reed, Kathlyn L (1991). Quick Reference To Occupational Therapy. Educational
or Information Services Librarian Houston Academy of Medicine-Texas
Medical Center Houston. Texas: An Aspen Publication. Aspen Publisher,
Inc. Gaithersburg, Maryland
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-Model Kepribadian Sehat.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Sharma, V., 2005. Spinal Cord Injury and Emotional Problem. Nursing Journal of
India. January 2005: 96;1. Hal: 12
Siswojo (1986). Aspek-Aspek Psikologi Penderita Cacat Jasmani di RS Surakarta;
Kumpulan Paper Pada Penataran Peningkatan Tenaga Teknisi Ortorik dan
Prostetik di RS Orthopedi
Unger, R., Crawford, M. 1992. Women and Gender: A Feminist Psychology. New
York: McGraw Hill.
Werner, David (2002). Anak-Anak Desa Yang Menyandang Cacat. Pedoman bagi
Para Petugas Kesehatan Masyarakat, Petugas Rehabilitasi dan Keluarga:
Yayasan Bhakti Luhur, Malang
Wiryasaputra, Totok S (2006). Ready To Care : Pendampingan dan Konseling
Psikologi. Yogyakarta: Galang Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
SKALA UJI COBA
ANALISIS DATA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Item 1
Item 2
Item 3
Item 5
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
Subjek1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek2
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
Subjek3
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
Subjek4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
subjek 5
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
subjek 6
2
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
Subjek 7
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
3
Subjek 8
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
Subjek 9
4
3
3
4
4
4
3
2
4
4
3
3
Subjek 10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek 11
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
3
Subjek 12
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
Subjek 13
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
Subjek 14
3
4
3
3
4
4
3
2
4
4
3
3
Subjek 15
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Subjek 16
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
Subjek 17
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
Subjek 18
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
4
4
Subjek 19
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
Subjek 20
3
4
4
3
3
4
2
3
3
3
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1
Subjek2
Subjek3
Subjek4
subjek 5
subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
4
2
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
2
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
4
3
3
2
2
3
4
3
4
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
4
3
4
3
3
3
4
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1
Subjek2
Subjek3
Subjek4
subjek 5
subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Item34
3
3
4
3
3
3
3
2
4
3
4
3
3
2
3
4
3
3
4
4
Item36
3
2
2
3
1
2
1
4
2
3
2
2
1
2
2
3
3
3
3
3
Item37
3
4
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
Item38
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
Item40
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
Item42
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
Item43
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
Item44
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
Item45
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
3
4
4
4
2
Item46
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
Item48
3
3
3
2
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
Item49
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1
Subjek2
Subjek3
Subjek4
subjek 5
subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Item50
3
4
4
3
4
4
3
3
4
2
4
4
3
3
3
4
3
3
4
4
Item51
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
Item54
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
Item57
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
Item58
3
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
Item59
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
Item63
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
Item64
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
Item65
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
Item67
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
3
Item68
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
Item70
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek1
Subjek2
Subjek3
Subjek4
subjek 5
subjek 6
Subjek 7
Subjek 8
Subjek 9
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Item71
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
Item73
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
4
Item74
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
Item75
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
Item77
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
Item78
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
4
3
3
164
184
196
163
173
172
187
187
188
160
181
182
174
167
160
195
181
193
189
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28
Subjek 29
Subjek 30
Subjek31
Subjek 32
Subjek 33
Subjek 34
Subjek 35
Subjek 36
Subjek 37
Subjek 38
Subjek 39
Subjek 40
Item 1
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
2
2
4
3
3
4
2
2
4
2
Item 2
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
Item 3
4
3
3
4
4
3
4
4
3
4
3
4
2
4
3
2
4
4
3
3
Item 5
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
Item 9
3
4
3
2
3
4
3
3
3
2
2
4
2
3
2
4
4
2
3
4
Item 10
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
2
3
3
3
3
4
4
3
3
Item 11
3
3
4
4
3
4
3
3
3
3
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
Item 12
3
3
3
4
4
3
3
2
3
3
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
Item 13
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
Item 14
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
Item 15
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
Item 16
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
2
2
2
3
4
2
2
2
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28
Subjek 29
Subjek 30
Subjek31
Subjek 32
Subjek 33
Subjek 34
Subjek 35
Subjek 36
Subjek 37
Subjek 38
Subjek 39
Subjek 40
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
2
2
2
2
2
4
2
2
2
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
2
3
3
2
3
2
2
3
3
4
3
2
3
3
4
4
3
3
2
3
2
3
3
2
2
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
2
3
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
2
2
3
3
3
1
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
2
1
2
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
4
3
3
4
3
4
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
2
4
2
3
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28
Subjek 29
Subjek 30
Subjek31
Subjek 32
Subjek 33
Subjek 34
Subjek 35
Subjek 36
Subjek 37
Subjek 38
Subjek 39
Subjek 40
Item34
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
2
4
2
2
3
3
Item36
3
2
2
3
3
3
3
3
4
3
2
1
1
2
1
1
3
2
2
2
Item37
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
3
2
2
Item38
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
Item40
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
2
2
1
1
2
2
1
2
3
2
Item42
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
4
3
3
3
2
2
3
4
3
Item43
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
2
4
3
3
3
3
Item44
2
3
3
2
3
4
3
3
3
3
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
Item45
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
2
2
3
2
2
1
1
1
2
Item46
3
4
3
3
3
2
3
2
3
3
2
4
2
4
2
4
2
2
4
3
Item48
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
1
1
3
2
1
1
2
1
2
Item49
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28
Subjek 29
Subjek 30
Subjek31
Subjek 32
Subjek 33
Subjek 34
Subjek 35
Subjek 36
Subjek 37
Subjek 38
Subjek 39
Subjek 40
Item50
3
2
3
3
4
4
3
4
3
3
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
Item51
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
Item54
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
2
3
3
4
3
3
2
3
3
Item57
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
Item58
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
4
3
3
Item59
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
Item63
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
4
3
Item64
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
Item65
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Item67
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
2
2
3
4
3
4
2
3
2
Item68
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
Item70
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
2
3
2
3
3
3
1
4
2
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28
Subjek 29
Subjek 30
Subjek31
Subjek 32
Subjek 33
Subjek 34
Subjek 35
Subjek 36
Subjek 37
Subjek 38
Subjek 39
Subjek 40
Item71
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
Item73
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
4
3
4
4
2
3
3
Item74
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
Item75
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
Item77
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
2
4
2
2
2
2
2
2
2
2
Item78
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
2
4
3
4
3
3
3
169
173
167
169
175
169
167
178
169
174
135
140
131
145
138
140
137
130
136
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41
Subjek 42
Subjek 43
Subjek 44
Subjek 45
Subjek 46
Subjek 47
Subjek 48
Subjek 49
Subjek 50
Subjek 51
Subjek 52
Subjek 53
Subjek 54
Subjek 55
Subjek 56
Subjek 57
Subjek 58
Subjek 59
Subjek 60
Item 1
4
1
3
4
1
2
3
4
3
3
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
Item 2
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
Item 3
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
2
2
3
2
2
3
2
2
Item 5
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
2
Item 9
3
2
3
3
2
3
3
4
3
2
4
2
3
3
2
2
3
2
3
3
Item 10
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
4
3
2
2
3
3
3
3
Item 11
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
3
Item 12
2
2
1
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
3
2
2
2
Item 13
4
4
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
2
2
2
2
2
2
Item 14
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
2
3
Item 15
3
4
3
3
4
3
4
4
2
3
4
3
2
3
2
3
3
2
2
2
Item 16
3
3
1
3
2
2
3
3
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
3
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41
Subjek 42
Subjek 43
Subjek 44
Subjek 45
Subjek 46
Subjek 47
Subjek 48
Subjek 49
Subjek 50
Subjek 51
Subjek 52
Subjek 53
Subjek 54
Subjek 55
Subjek 56
Subjek 57
Subjek 58
Subjek 59
Subjek 60
Item 17
Itam 18
Item 19
Item 23
Item 24
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item32
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
4
3
3
1
3
3
3
2
3
2
2
1
3
2
3
2
2
2
3
3
4
3
3
4
3
2
2
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
1
2
3
3
3
2
2
4
2
3
1
2
3
4
2
3
2
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
4
2
4
4
2
3
3
4
2
3
2
2
2
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
2
2
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41
Subjek 42
Subjek 43
Subjek 44
Subjek 45
Subjek 46
Subjek 47
Subjek 48
Subjek 49
Subjek 50
Subjek 51
Subjek 52
Subjek 53
Subjek 54
Subjek 55
Subjek 56
Subjek 57
Subjek 58
Subjek 59
Subjek 60
Item34
3
4
2
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
Item36
2
3
2
3
2
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
1
2
Item37
2
4
4
3
3
3
3
2
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
Item38
2
2
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
3
Item40
2
1
2
2
1
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
Item42
3
2
3
3
4
2
2
3
2
3
4
1
2
2
2
3
4
2
3
2
Item43
3
3
2
3
4
3
3
2
3
3
4
3
2
2
2
3
2
2
2
2
Item44
2
2
1
2
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
1
3
2
2
2
Item45
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
2
3
2
2
3
3
2
2
3
Item46
3
4
3
2
4
2
3
2
1
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
Item48
2
2
1
4
2
1
2
2
2
2
1
2
1
2
1
2
3
2
2
2
Item49
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
3
2
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41
Subjek 42
Subjek 43
Subjek 44
Subjek 45
Subjek 46
Subjek 47
Subjek 48
Subjek 49
Subjek 50
Subjek 51
Subjek 52
Subjek 53
Subjek 54
Subjek 55
Subjek 56
Subjek 57
Subjek 58
Subjek 59
Subjek 60
Item50
2
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
2
2
3
2
2
3
Item51
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
2
3
2
2
3
2
2
3
2
Item54
3
4
3
3
4
3
3
2
1
3
2
3
3
2
2
3
2
3
2
2
Item57
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
2
3
3
3
Item58
3
4
3
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
1
2
2
2
2
3
3
Item59
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
Item63
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
3
Item64
3
3
3
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
Item65
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
2
1
3
3
2
Item67
3
2
2
3
4
3
3
2
2
3
2
2
4
3
3
2
2
3
3
3
Item68
2
2
2
3
2
2
2
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
2
1
Item70
2
4
3
2
1
2
3
2
3
3
2
2
2
2
3
2
3
2
2
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Subjek 41
Subjek 42
Subjek 43
Subjek 44
Subjek 45
Subjek 46
Subjek 47
Subjek 48
Subjek 49
Subjek 50
Subjek 51
Subjek 52
Subjek 53
Subjek 54
Subjek 55
Subjek 56
Subjek 57
Subjek 58
Subjek 59
Subjek 60
Item71
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
Item73
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
Item74
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
3
Item75
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
2
3
3
3
3
Item77
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
1
3
2
3
2
2
2
2
Item78
3
4
3
2
4
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
135
150
131
145
138
126
140
136
123
137
131
126
127
121
122
125
125
126
131
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANGKET
PENELITIAN
Disusun Oleh :
Bonaventura Bhuwana Yudistira
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yogyakarta, Januari 2009
Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i
Di tempat
Dengan hormat,
Assalamu’alaikum wr.wb. Puji dan syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah berkenan memberikan karunia-Nya yang
berlimpah kepada kita semua.
Saya adalah mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Kuisioner
ini disusun dalam rangka memperoleh data untuk menyelesaikan skripsi. Oleh
karena itu, saya memohon bantuan bapak ibu sekalian untuk meluangkan
waktu sejenak guna mengisi kuisioner ini.
Saya sangat berharap supaya bapak dan ibu sekalian mengisi
kuisioner dengan lengkap, sesuai dengan keadaan, perasaan dan pikiran
saudara. Setiap orang dapat mempunyai pandangan yang berbeda sehingga
setiap orang dapat menjawab yang paling sesuai menurut keadaannya sendiri.
Tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban akan dijamin
kerahasiaannya. Termasuk kelngkapan data pribadi yang saudara isi.
Demikian harapan saya, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan
dan kerjasama yang telah diberikan.
Hormat saya,
Bhuwana Yudistira
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis Kecacatan :
Jenis Kelamin
: Laki-laki / Perempuan
Usia
:
Pendampingan
: Ya / Tidak
Jika jawabannya Ya, dengan ...............
Petunjuk Pengisian Kuisioner
Dibawah ini terdapat 78 pernyataan.
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengisi setiap
pernyataan yang sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada
salah satu alternatif jawaban dibawah ini.
SS
= SANGAT SESUAI, apabila pernyataan sangat sesuai dengan diri anda
S
= SESUAI, apabila pernyataan sesuai dengan diri anda
TS
= TIDAK SESUAI, apabila pernyataan tidak sesuai dengan diri anda
STS
= SANGAT TIDAK SESUAI, apabila pernyataan sangat tidak sesuai
dengan diri anda
Mohon semua pernyataan diisi dengan lengkap, jangan sampai ada yang terlewatkan.
Terima Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KUISIONER
No
Pernyataan
1
Cedera pada tulang belakang akan menyebabkan fungsi bagian
tubuh di bawah luka akan menjadi berkurang
2
Saya malu dengan kondisi fisik saya saat ini
3
Saat ini, saya perlu mempertimbangkan kondisi ketika
melakukan suatu kegiatan
4
Saya tidak mengetahui secara jelas kenapa fungsi kendali bagian
bawah tubuh menjadi berkurang.
5
Saya tidak merasa malu untuk menunjukkan siapa saya
6
Saat ini saya merasa masih mampu melakukan banyak aktivitas,
sama seperti sebelum menjadi lumpuh
7
Kelumpuhan yang saya derita berdampak pada fungsi gerak
tubuh bagian luka pada tulang punggung kebawah
8
Saya jarang bersosialisasi karena saya takut jika di ejek karena
kecacatanku
9
Kesembuhan adalah harapanku namun saat ini saya tetap akan
beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang ada
10
Sepengetahuan saya, lumpuhnya kedua kakiku akan berdampak
pada tidak berfungsinya bagian tubuhku yang lain, seperti pada
tangan
11
Saya tidak merasa sungkan untuk menunjukkan diri dan
bersosialisasi dengan orang lain.
12
Tujuan hidupku adalah menyembuhkan diri bagaimanapun
caranya seperti sedia kala tanpa ada cacat sedikitpun.
No
Pernyataan
13
Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal,
contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda
14
Bagi saya menjadi orang cacat sama saja dengan menjadi orang
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak berharga
15
Saya perlu mempertimbangkan ruang gerak saya karena
keadaan tubuh saya tidak seperti dulu lagi
16
Saat ini saya tidak membutuhkan kedua tangan saya, tapi saya
sangat membutuhkan kedua kaki saya untuk berjalan
17
Saya tetap menganggap diri saya berharga walau saya telah
menjadi lumpuh
18
Saya bebas dalam melakukan segala aktivitas apa pun, tanpa
terhalang oleh kondisi diriku saat ini
19
Saya harus banyak menterapi kaki saya agar tidak menjadi kaku
dan mengecil
20
Saya merasa malas merawat kaki saya, karena saya merasa
sudah tidak ada gunanya lagi
21
Saya perlu sadar diri ketika memilih suatu pekerjaan mengingat
kemampuan dan potensi yang terbatas
No
Pernyataan
22
Saya membutuhkan tangan saya untuk melakukan berbagai hal,
contohnya beraktivitas menggunakan kursi roda
23
Wujud penerimaan dalam diriku adalah saya tetap merawat
kedua kaki saya yang telah menjadi lumpuh
24
Saya akan lakukan pekerjaan yang saya inginkan tanpa perlu
pertimbangan
25
Saya sering melakukan terapi karena bermanfaat untuk
mengurangi nyeri pada kaki.
26
Saya menyesal kenapa hal ini menimpa diri saya dan bukan
orang lain
27
Saya sadar bahwa terapi tidak akan menyembuhkan kelumpuhan
namun hanya merawat agar tidak bertambah parah
28
Saya tidak tahu bagaimana mengurangi rasa nyeri yang timbul
pada kedua kaki
29
Sekarang ini saya tidak merasa menyesal atas apa yang terjadi
pada diriku
SS
S
TS
STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Saya melakukan terapi yang agar kondisiku bisa sembuh sepeti
sedia kala.
31
Sepengetahuan saya, mengurangi terlalu lama tiduran maupun
duduk adalah usaha untuk menjaga agar tidak timbul luka baru
32
Saya sudah merasa menjadi orang yang gagal karena kondisiku
yang sudah menjadi lumpuh ini
33
Saya tahu bahwa saya tidak lagi dapat menikmati kehidupan
seks yang seperti dulu lagi
34
Saya merasa tidak ada kaitannya antara banyak tidur dengan
terlalu timbulnya luka baru (dikubitus)
35
Saya masih memiliki keyakinan bahwa diriku bisa lebih
berkembang walau dengan kondisi fisik yang sekarang
36
Saya berharap besok kehidupan seksualku akan kembali normal
seperti sedia kala
37
Saya melatih kedua tangan saya dengan latihan angkat beban
supaya kuat menopang tubuh saya
38
Saya masih belum bisa menerima kondisi yang menimpaku saat
ini
39
Saya sadar akan kekuranganku, maka dari itu saya perlu
kehadiran dan uluran tangan orang lain
40
Saya tidak tahu bagaimana melatih tangan saya supaya berguna
bagi kehidupanku
41
Kondisi fisik yang saya alami saat ini tetap saya anggap sebagai
anugerah dari Tuhan
42
Saya merasa kuat sehingga saya tidak perlu bantuan dari orang
lain
43
Saya harus selalu menjaga kebersihan tubuh saya supaya
terhindar dari penyakit dan mempercepat sembuhnya luka tekan
44
Saya akan bisa bersyukur jika saya sudah sembuh dari kondisiku
yang sekarang
45
Saya tidak berharap banyak bahwa kedua kaki saya akan
sembuh lagi
46
Saya rasa kebersihan tidak terkait dengan tumbuhnya luka
dikubitus (luka tekan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Saya masih dapat bersyukur dengan keadaan saat ini, karena
masih diberi kesempatan untuk hidup baru
48
Saya memiliki keyakinan yang tinggi bahwa kedua kakiku bisa
pulih seperti sedia kala
49
Perlu bagi saya untuk menyiapkan peralatan rawat luka jika
sekali-kali timbul luka
50
Saya merasa tidak ada gunanya bersyukur dengan keadaan
seperti ini, saya masih tetap saja lumpuh
51
Saya perlu mempertimbangkan peluang (pekerjan atau kegiatan)
yang ada dengan kemampuan yang ada pada diriku saat ini
52
Saya tidak perlu repot-repot sedia P3K, jika luka saya tinggal
pergi ke RS
53
Saya bersyukur karena bagian tubuhku yang lain masih dapat
digunakan untuk melakukan aktivitas
54
Saya akan menerima semua peluang yang ada, tanpa perlu
mempertimbangkan kemampuanku
55
Saya harus terampil merawat luka dikubitus secara rutin untuk
mengurangi dampak timbulnya luka
56
Saya sering merasa marah sendiri karena melihat kondisiku
yang sekarang
57
Sulitnya beraktivitas dengan kondisi saat ini, membuatku
merasa perlu menggunakan alat bantu untuk mendukungku
dalam beraktivitas
58
Saya tidak melakukan apa pun, ketika timbul luka dikubitus,
karena saya tidak tahu bagaimana melakukan perawatan
59
Walaupun saya menjadi cacat, saya tidak mengeluh karenanya
60
Sebenarnya tanpa alat bantu pun saya bisa melakukan aktivitas
apa saja dengan sendirinya
61
Saya perlu alat bantu untuk mempermudah saya dalam
melakukan aktivitas keseharian
62
Seringkali saya membandingkan kondisi kecacatanku dengan
penyandang cacat lain
63
Mengingat bahwa aktivitasku yang terbatas, maka saya perlu
untuk meminta pertolongan orang lain pada aktivitas tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Saya merasa enggan menggunakan alat bantu karena
menghambatku untuk bisa sembuh dan berjalan kembali
65
Saya percaya akan kemampuanku, sehingga saya tidak perlu
merasa iri terhadap kemampuan orang lain
66
Saya rasa saya tidak perlu meminta pertolongan orang lain,
karena saya dapat untuk melakukan apa saja dengan sendirinya
67
Aktivitas “angkat pantat” penting dilakukan untuk
menghindarkan dari timbulnya luka tekan
68
Saya tidak merasa bangga menjadi diri yang sekarang
69
Kini saya harus selalu disiplin dalam “buang air”, karena tubuh
saya tidak lagi mampu mengontrol hal tersebut
70
Saya tidak mengetahui bagaimana cara menghindari timbulnya
luka tekan (dikubitus)
71
Saya merasa bangga menjadi diriku apa adanya walau orang lain
mencemooh
72
Saya berharap lama-lama kebiasaan buang air akan terkendali
seperti dulu kembali
73
Saya tahu kelumpuhan ini berpengaruh pada kemampuan
seksual
74
Saya selalu mengeluh akan nasib yang menimpa diri saya
75
Saya merasa tangan dan pikiran perlu dikembangkan, karena
keduanya adalah hal yang penting bagi masa depan saya
76
Saya tidak banyak tahu akan dampak kelumpuhan terhadap
kehidupan seksual saya saat ini
77
Saya tidak pernah mengeluh dan selalu memandang segi positif
dari kejadian yang menimpa diriku
78
Saya merasa tangan dan pikiran saya tidak begitu penting
dibandingkan kesembuhan pada kedua kaki saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anlisis Data awal
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.969
N of Items
.967
78
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
220.08
847.569
.398
.969
VAR00002
220.38
830.308
.756
.968
VAR00003
219.87
849.304
.423
.969
VAR00004
220.50
847.508
.406
.969
VAR00005
220.43
836.182
.764
.968
VAR00006
220.45
859.879
.163
.969
VAR00007
219.90
859.549
.236
.969
VAR00008
220.53
838.931
.691
.968
VAR00009
220.03
846.202
.465
.968
VAR00010
219.75
851.852
.428
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00011
220.43
835.741
.701
.968
VAR00012
220.72
832.986
.693
.968
VAR00013
219.80
852.603
.359
.969
VAR00014
220.42
819.298
.877
.967
VAR00015
219.95
851.642
.417
.969
VAR00016
220.33
834.938
.713
.968
VAR00017
220.33
828.531
.793
.968
VAR00018
220.42
852.891
.373
.969
VAR00019
220.12
843.664
.542
.968
VAR00020
220.32
838.932
.609
.968
VAR00021
219.87
857.440
.280
.969
VAR00022
221.55
881.811
-.387
.970
VAR00023
220.28
837.495
.699
.968
VAR00024
220.27
845.792
.486
.968
VAR00025
220.23
849.707
.367
.969
VAR00026
220.57
824.724
.814
.968
VAR00027
220.45
843.303
.654
.968
VAR00028
220.57
850.860
.437
.969
VAR00029
220.55
836.557
.810
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00030
220.75
833.953
.712
.968
VAR00031
219.95
845.269
.528
.968
VAR00032
220.50
833.373
.761
.968
VAR00033
220.15
859.113
.214
.969
VAR00034
220.35
841.791
.630
.968
VAR00035
220.30
841.061
.649
.968
VAR00036
220.98
847.949
.411
.969
VAR00037
220.13
850.490
.432
.969
VAR00038
220.55
833.065
.758
.968
VAR00039
220.30
865.603
.024
.969
VAR00040
220.57
835.470
.680
.968
VAR00041
220.10
836.363
.686
.968
VAR00042
220.18
850.830
.397
.969
VAR00043
219.97
840.406
.634
.968
VAR00044
220.88
827.630
.741
.968
VAR00045
220.67
842.836
.561
.968
VAR00046
220.20
840.298
.560
.968
VAR00047
220.08
847.535
.451
.968
VAR00048
220.78
833.461
.671
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scale Mean if Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00049
219.88
849.901
.517
.968
VAR00050
220.30
834.722
.734
.968
VAR00051
220.12
852.410
.457
.968
VAR00052
220.07
856.334
.265
.969
VAR00053
219.78
851.020
.457
.968
VAR00054
220.18
847.813
.516
.968
VAR00055
220.08
857.535
.262
.969
VAR00056
220.78
843.393
.651
.968
VAR00057
219.80
853.519
.367
.969
VAR00058
220.22
845.257
.542
.968
VAR00059
220.62
833.291
.853
.968
VAR00060
219.93
856.131
.362
.969
VAR00061
219.82
859.373
.227
.969
VAR00062
220.63
834.677
.735
.968
VAR00063
220.22
854.817
.358
.969
VAR00064
220.10
855.244
.407
.969
VAR00065
220.50
838.559
.737
.968
VAR00066
220.10
855.142
.339
.969
VAR00067
220.07
844.267
.541
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Scale Mean if Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00068
220.58
828.349
.794
.968
VAR00069
219.98
853.373
.332
.969
VAR00070
220.30
841.095
.584
.968
VAR00071
220.62
842.817
.689
.968
VAR00072
221.05
867.879
-.034
.970
VAR00073
220.12
854.342
.353
.969
VAR00074
220.60
833.431
.792
.968
VAR00075
219.77
851.470
.402
.969
VAR00076
220.62
850.817
.415
.969
VAR00077
220.45
832.930
.761
.968
VAR00078
220.05
853.845
.419
.969
Scale Statistics
Mean
223.17
Variance
866.955
Std. Deviation
29.444
N of Items
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Data Baru
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's
Standardized
Alpha
Items
.969
N of Items
.968
54
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00001
151.22
543.969
.414
.969
VAR00002
151.52
531.068
.749
.968
VAR00003
151.00
546.237
.416
.969
VAR00005
151.57
535.233
.774
.968
VAR00009
151.17
543.802
.456
.969
VAR00010
150.88
547.562
.446
.969
VAR00011
151.57
534.724
.714
.968
VAR00012
151.85
532.164
.713
.968
VAR00013
150.93
549.182
.342
.969
VAR00014
151.55
521.811
.882
.968
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00015
151.08
548.790
.386
.969
VAR00016
151.47
534.151
.724
.968
VAR00017
151.47
529.304
.795
.968
VAR00018
151.55
549.031
.368
.969
VAR00019
151.25
541.106
.553
.969
VAR00023
151.42
536.586
.699
.968
VAR00024
151.40
543.498
.477
.969
VAR00026
151.70
526.112
.820
.968
VAR00027
151.58
541.061
.659
.968
VAR00028
151.70
547.095
.443
.969
VAR00029
151.68
535.813
.811
.968
VAR00030
151.88
532.884
.736
.968
VAR00031
151.08
542.722
.529
.969
VAR00032
151.63
532.982
.769
.968
VAR00034
151.48
540.288
.620
.969
VAR00036
152.12
544.376
.425
.969
VAR00037
151.27
547.453
.416
.969
VAR00038
151.68
532.627
.770
.968
VAR00040
151.70
534.451
.693
.968
VAR00042
151.32
547.305
.395
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00043
151.10
539.786
.606
.969
VAR00044
152.02
527.644
.766
.968
VAR00045
151.80
540.773
.562
.969
VAR00046
151.33
538.972
.554
.969
VAR00048
151.92
532.179
.701
.968
VAR00049
151.02
546.932
.501
.969
VAR00050
151.43
534.250
.737
.968
VAR00051
151.25
549.038
.436
.969
VAR00054
151.32
544.830
.516
.969
VAR00057
150.93
550.470
.329
.969
VAR00058
151.35
542.909
.537
.969
VAR00059
151.75
533.208
.853
.968
VAR00063
151.35
551.045
.335
.969
VAR00064
151.23
550.860
.404
.969
VAR00065
151.63
537.762
.726
.968
VAR00067
151.20
541.451
.557
.969
VAR00068
151.72
528.681
.810
.968
VAR00070
151.43
539.267
.589
.969
VAR00071
151.75
540.665
.696
.968
VAR00073
151.25
550.699
.330
.969
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Cronbach's
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item
Deleted
VAR00074
151.73
533.046
.801
.968
VAR00075
150.90
548.702
.369
.969
VAR00077
151.58
533.332
.749
.968
VAR00078
151.18
550.322
.393
.969
Scale Statistics
Mean
154.30
Variance
560.247
Std. Deviation
23.670
N of Items
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
UJI NORMALITAS
Dan
UJI HOMOGENITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Uji Normalitas
a
Kolmogorov-Smirnov
Perlakuan
penerimaan
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
pendampingan
.140
30
.138
.954
30
.213
non-pendampingan
.127
30
.200
*
.960
30
.310
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas
Levene Statistic
penerimaan
df1
df2
Sig.
Based on Mean
3.611
1
58
.062
Based on Median
2.329
1
58
.132
Based on Median and with
2.329
1
48.009
.134
3.426
1
58
.069
adjusted df
Based on trimmed mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
UJI
HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Group Statistics
Perlakuan
penerimaan
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
pendampingan
30
176.03
10.284
1.878
non-pendampingan
30
133.00
7.423
1.355
ndependent Samples Test
Levene's Test for Equality of
penerimaan
F
Equal variances assumed
Equal variances not
assumed
t-test for Equality of Means
Variances
Sig.
3.611
t
.062
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference Std. Error Difference
18.584
58
.000
43.033
2.316
18.584
52.768
.000
43.033
2.316
Download