aids dan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
AIDS DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
DI INDONESIA
FAZIDAH AGUSTINA SIREGAR
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
I.
PENDAHULUAN
Sejarah
AIDS (Acquired lmmunodeficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan
dunia pada saat ini maupun masa yang akan datang karena penyakit ini adalah
menyebar hampir diseluruh negara. Penyakit ini berkembang secara pandemi,
menyerang baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang .Hal ini
merupakan tantangan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat dunia dan
memerlukan tindakan segera.
Acquired lmmunodeficiency Sydrome adalah sindrome/kumpulan gejala
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Retrovirus
yang
menyerang
sistem
kekebalan/pertahanan tubuh. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1981.
di Amerika Serikat dan sampai saat ini telah menyerang sebagian besar negara
didunia. Penyakit ini telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu relatif
singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara.
Disamping itu belum ditemukannya obat/vaksin yang efektif terhadap AIDS telah
menyebabkan timbulnya keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia. Masalah yang
demikian besar dan menyeluruh serta merugikan tidak saja pada bidang kesehatan,
tetapi juga di bidang lain misalnya bidang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan
demografi .Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai
penyakitnya (AIDS) tetapi juga epidemi virus (HIV) dan epidemi reaksi/dampak
negatif di berbagai bidang seperti tersebut diatas .Hal ini merupakan tantangan yang
harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
Penelitian mengenai AIDS telah dilaksanakan dengan sangat intensif dan
informasi mengenai penyakit ini bertambah dengan cepat. Informasi yang semakin
banyak, masalah yang semakin kompleks dan masih barunya penyakit. AIDS ini
sering menimbulkan kesalahpahaman dan ketakutan yang berlebihan mengenai
penyakiti ni.
Di Indonesia masalah AIDS cukup mendapat perhatian mengingat Indonesia adalah
negara terbuka, sehingga kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan
sulit dihindari . Sampai Mei 1997 ditemukan 1.32 penderita AIDS dimana 75 orang
diantaranva telah meninggal dan yang seropositif terhadap HIV sebanyak 413 orang.
Oleh karenanya kita harus waspada dan siap untuk menghadapi penyakit ini.
PENGERTIAN AIDS.
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah Syndrome akibat
definisi imunitas seluler tanpa penyebab lain yang diketahui ditandai dengan infeksi
oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya sindrome ini erat hubungannya
dengan berbekurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi
seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi oleh HIV.
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan kedalam
2 kategori yaitu :
© 2004 Digitized by USU digital library
1
Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita AIDS).
Penderita yang mengidap HIV tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita
HIV).
Menurut Suesen (1989) terdapat 5 -10 ,juta HIV positif yang dalam waktu 57 tahun mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya akan menjadi penderita AIDS.
Masa inkubasi penyakit ini yaitu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya
gejala penyakit sangat lama (sampai 5 tahun atau lebih) dan karena infeksi HIV
dianggap seumur hidup maka resiko terjadinya penyakit akan berlanjut selama hidup
pengidap virus HIV. Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi membawa virus
tersebut selama hidupnya. Orang tersebut bisa saja tidak demikian gejala sama
sekali, namun tetap sebagai sumber penularan kepada orang lain.
Pada tingkat sekarang pandemi HIV infeksi HIV tanpa gejala jauh lebih
banyak daripada penderita AIDS itu sendiri .Tetapi infeksi HIV itu dapat berkembang
lebih lanjut dan menyebabkan kelainan imonologis yang luas dan gejala klinik yang
bervariasi. Menurut Wibisono (1989) diperkirakan 5 -10 juta pengidap HIV yang
belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai sumber penularan.
AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case
fatality rate 100% dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosa
AIDS di tegakkan maka semua penderita akan meninggal.
ETIOLOGI AIDS.
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
lmmunodeficiency Virus (HIV) .Virus ini pertama kali diisolasi oleh Hontagnier dan
kawan-kawan di Francis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy
Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984
mengisolasi virus yang sama dengan nama Human T. Lymphotropic Virus I (HIV) III.
Kemudian atas kesepakatan internasioanl pada tahun 1986 nama virus dirubah
menjadi HIV.
Human lmmulodeficiency virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikal yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit
karenanya mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel
lymfosit virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain dapat tetap hidup
lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh
pengidap HIV selalu dianggap , infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat di
tularkan selama hidup penderita tersebut.
Secara mortologis HIV tediri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelope). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA (Ribonucleic acid). enzim reverse transcriptase dan beberapa jenis
protein. Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp
120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar
virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus yang
sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidihkan sinar matahari dan
sudah dimatikan dengan berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium
hipoklorit dan sebagainya, tetapi relatif resisten
terhadap radiasi dan sinar
ultraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar
tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosjt, makrofag, dan sel gelia
jaringan otak.
Retrovirus lain yang juga menyebabkan sindrome menurunnya sistem
kekebalan tubuh seperti yang disebabkan oleh HIV (HIV-I) telah diisolasi dari
penderita dengan gejala seperti AIDS di Afrika barat oleh Montagnier dan kawan-
© 2004 Digitized by USU digital library
2
kawan yang kemudian dinamakan HIV-2 virus HIV-2 mempunyai perbedaan dengan
HIV-I, baik genetik maupun antigenetik.
PATOGENESIS AIDS.
Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis Lymfosit T
helper/inducer yang mengandung marker CD4 (sel T4) . Lymfosit merupakan pusat
dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi fungsi - fungsi imunologik. Kelainan selektif pada satu ,jenis sel
menyebabkan kelainan selektif pada satu jenis sel.
Human Immunodeficiency Virus mempunyai tropisme selektif terhadap sel T4,
karena molekul
CD4 yang terdapat pada dindingnya adalah reseptor dengan
affinitas yang tinggi untuk virus ini. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4,
virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym
reverse transcryptase ia merubah bentuk RNAnya menjadi DNA agar dapat
bergabung menyatakan diri dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang
berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus. Infeksi oleh HIV dengan
demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.
Berbeda dengan virus lain, virus HIV menyerang sel target dalam jangka
lama. Jarak dari masuknya virus ketubuh sampai terjadinya AIDS sangat lama yakni
5 tahun atau lebih.
Infeksi oleh vius HIV menyebabkan fungsi sistem kekebalan tubuh rusak yang
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena
penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri protozoa
dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV
mungkin juga secara lansung menginfeksi sel-sel syaraf menyebabkan kerusakan
neurologis.
EPIDEMIOLOGI AIDS.
Sindroma AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika Serikat
pada tahun 1981. Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS
meningkat secara drastis yaitu 8 negara dalam tahun 1981, 153 negara pada tahun
1990, dan 210 negara pada bulan November 1996 .Demikian ,juga halnya jumlah
kasus meningkat dengan cepat yaitu 185 kasus pada tahun 1981 menjadi 237.100
kasus pada tahun 1990 dan 1.544.067 kasus pada november 1996 .
WHO memperkirakan antara 5 -10 juta orang telah terinfeksi HIV dan 1030% diantaranya akan menjadi penderita AIDS. Hingga 1996 diperkirakan telah
terdapat 8.400.000 kasus AIDS didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan
1,7 Juta anak - anak. Saat ini kasus AIDS yang terbesar didunia terdapat negara
Amerika Serikat yaitu
sebanyak 565.097 kasus. Dibenua Afrika jumlah telah
terbanvak di Tanzania yaitu 82.174 kasus. Sedangkan di Eropah terbanyak di Prancis
yaitu 43.451 kasus. Sementara di Asia kasus HIV/AIDS terbanyak terdapat di
Thailand sebanyak 44.471 kasus.
CARA PENULARAN.
Gambaran epidemiolngi dari infeksi HIV dan AIDS tidak sama di seluruh
dunia. HaL ini sangat bergantung kepada cara penularan dari waktu pada mana
infeksi terjadi .
Cara penularan HIV sampai saat ini diketahui adalah melalui hubungan
seksual (Homoseksual maupun
Heteroseksual) dan secara non seksual
(darah/produkdarah, parinatal dan transplasental/perinatal) .Secara umum ada 5
faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi,
vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan
© 2004 Digitized by USU digital library
3
tempat masuk kuman (port’d entree). Secara epidemiologik yang penting sebagai
media perantara adalah semen, darah dan cairan vagina atau serviks.
1. Transmisi Seksual.
Penularan
melalui
hubungan
Seksual
baik
homoseksual
maupun
heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling serius terjadi. Penularan
cara ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serviks. lnfeksi dapat
ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada pasangan seksnya. Resiko
penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks. jumlah pasangan seks,
dari jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko
seropositivitas untuk zat anti terhadap HIV cendrung naik pada hubungan seksual
yang dilakukan pada pasangan tidak tetap orang yang sering berhubungan seksual
dengan berganti pasangan merupakan ke lompok manusia yang beresiko tinggi
terinfeksi virus HIV.
1.1. Homoseksual
Cara hubungan seksual anogenital merupakan perilaku seksual dengan resiko
tinggi bagi penularan HIV khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima
ejakulasi semen dari seorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa
rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan pada saat
berhubungan seksual. secara anogenital . Cara ini biasanya dilakukan oleh pria
homoseks. Di Amerika Serikat lebih 50% pria homoseks didaerah urban tertular HIV
melalui hubungan seks anogenital.
1.2. Hetereseksual .
Penularan heteroseksual dapat terjadi dari laki- laki ke perempuan atau sebaliknya.
Di negara-negara Afrika kebanyakan penderita HIV/AIDS mendapat infeksi melalui
hubungan heteroseksual. Data yang ada menunjukkan bahwa transmisi dari laki-laki
pengjdap HIV/AIDS ke perempuan pasangannya lebih sering terjadi dibandingkan
dangan perempuan pengidap HIV ke pria pasangannya.
2. Transmisi Non Seksual.
2.1. Transmisi Parenteral
2.1.1. Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang
telah terkontaminasi misalnva pada penyalahgunaan narkotika suntik yang
menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat
juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa
disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara transmisi parenteral ini kurang dari
1%.
2.1.2. Darah/Produk Darah.
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara Barat
sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara Barat
sangat jarang, karena darah donor telah diperiksa sebelum ditransmisikan.Resiko
tertular infeksi/HIV lewat tranfusi darah adalah lebih dari 90%.
2.2. Transmisi Transplasental.
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif keanak mempunyai resiko sebesar
50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui.
Penularan air susu ibu termasuk penularan dengan resiko rendah. Atas dasar
penularan tersebut diatas, maka penyebaran penyakit AIDS dibag menjadi 3 pola
yaitu :
© 2004 Digitized by USU digital library
4
1. Pola I terdapat di Amerika Utara, Eropah Barat,Australia, New Zeland dan
beberapa negara Amerika Latin.
Penyebaran terutama melalui hubungan homoseksual atau biseksual dan
pemakai obat bius secara intravena. Transmisi perinatal jarang terjadi karena
masih relatif sedikit pengidap HIV. Perbandingan laki –laki dan perempuan
adalah 10 : 1.
2. Pola II terdapat di Afrika daerah Subshara, Amerika latin dan Karibia.
Penyebaran terutama melalui hubungan heteroseksual. Transmisi perinatal
merupakan masalah besar karena 5 -15 % atau lebih wanita hamil telah tertular
HIV.Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1.
3. Pola III. Terdapat di Afrika Utara Eropah Timur,Timur Tengah dari Asia
Pasifik.Belum diketahui cara penyebaran yang menonjol. Kebanyakan kasus
terjadi pada orang-orang yang datang dari daerah endemik. Beberapa kasus
dilaporkan karena menerima produk darah yang diimpor dari luar negri
Pada epidemiologi AIDS akan diuraikan mengenai faktor agent, faktor Host
dan faktor Environment.
1. Faktor Agent
HIV merupakan virus penyebab AIDS termasuk Retrovirus yang mudah
mengalami mutasi sehingga sulit untuk membuat obat yang dapat membunuh virus
tersebut .Virus HIV sangat lemahh dan mudah mati diluar tubuh. HIV termasuk Virus
yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih. sinar matahari dan
berbagai desinfektan
2. Faktor Host
Distribusi golongan umur penderita AIDS Di Amerika Serikat Eropah, Afrika
dan Asia tidak jauh berbeda. Kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun.
Mereka termasuk kelompok umur yang aktif melakukan bubungan seksual. Hal ini
membuktikan bahwa transmisi seksual baik homo maupun heteseksual merupakan
pola transmisi utama.
Ratio jenis kelamin pria dan wanita di negara pola I adalah 10 :1. karena
sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual sedangkan di negara pola II
ratio adalah 1 : 1.
Kelompok masyarakat beresiko tinggi adalah mereka yang melakukan
hubungan
seksual
dengan
banyak
mitra
seks
(promiskuitas).
kaum
homoseksual/biseksual. kaum heteroseksual golongan pernyalahguna narkotik
suntik. Penerima transfusi darah termasuk penderita hemofilia dan penyakit-penyakit
darah, anak dan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV.
Kelompok homoseksual/biseksual adalah kelompok terbesar pengidap HIV di
Amerika Serikat. Prevalensi HIV dikalangan ini terus meningkat dengan pesat.Di
SanFransisco pada tahun 1978 hanya 4% kaum homoseksual yang mengidap HIV. 3
tahun kemudian menjadi 24% dan 8 tahun kemudian menjadi 80%. Kelompok
heteroseksual lebih menonjol di Afrika dimana prevalensi. HIV pada kaum laki-laki
dan wanita hamil di Afrika pada tahun 1981 mencapai 18%.
Kelompok penyalahguna narkotik suntik di Eropah meliputi 11% dan di
Amerika Serikat 25% dari seluruh kasus AIDS.
3. Faktor Environment.
Lingkungan biologs, sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis antara lain adanya luka-luka pada ususgenita,
herpes simplex dan syphilis meningkatkan prevalensi penularan HIV. Demikian juga
dengan penggunaan obat KB pada kelompok wanita tunasusila di Nairobi dapat
© 2004 Digitized by USU digital library
5
meningkatkan penularan HIV. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat. Bila faktor-faktor ini mendukung
pada perilaku seksual yang bebas akan meningkatkan penularan HIV dalam
masyarakat.
MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS AIDS.
Tidak setiap penderita dengan infeKsi HIV akan berkembang menjadi AIDS.
Diperkirakan hanya 10 30% yang terinfeksi HIV akan menderita AIDS. InfeKsi HIV
pada manusia mempunyai masa inkubasi yang lama (5-10 tahun) dan menyebabkan
gejala penyakit yang bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai dengan gejala yang
berat sehingga menyebabkan kematian. Gejala AIDS yang umum adalah rasa lelah
berkelanjutan, pembengkakan kelenjar getah bening (Lymphadenotpathy) tidak ada
nafsu makan berat badan tubuh lebih 10% perbulan, demam lebih 38°C keringat.
malam yang berlebihan. diare kronis sampai terjadi infeksi oportunistik.
Sebagai manifestasi klinik utama dari AIDS adalah tumor dan infeksi
oportumistik.
1. T u m o r.
Jenis tumor yang sering menyerang penderita AIDS adalah :
1.1. Sarkoma Kaposi
Sejenis kanker kulit yang biasanya mengenai orang tua (usia> 60
tahun)tetapi pada penderjta AIDS dijumpai pada orag muda (usia < 60 tahun).
Kelainan ini agak spesifik untuk penderita AIDS.
1.2. Lymtoma Ganas.
Tersering sesudah sarkoma kaposi menyerang (usia < 60)tahun dan mengenai
susuman syaraf -pusat. sumsum tulang dan rectum.
2. Infeksi Oportunistik.
Infeksi oportunistik melibatkan hampir emuaa sistem dalam tubuh dan gejala yang
ditimbulkan tergantung dari kuman penyakit yang menyerang
2. Manifestasi pada paru - paru
2.1.1. Pneumonia Pneumocytis Carini (PCP)
Pada umumnya infeksi oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru
PCP dengan geiala sesak nafas, batuk kering, sakit bernafas dalam dan demam.
2.1.2. Cvtomegolo Virus (CMV).
Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai kemensal pads paru tetapi dapat
menyebabkan penyakit pnemocystis. (merupakan penyebab kematian pada 30%
penderita AIDS)
2.1.3. Mycobacterium Avium.
Menimbulkan pneumoni difus timbul pada stadium akhir dan sulit disembuhkan.
2.1.4. Mvcobacterium Tuberculosis.
Biasanya timbul lebih dini penyakit cepat menjadi miliar dan cepat menyebar ke
organ lain diuar paru.
2.2. Manifestasi pada Gastrointestinal.
Tidak ada nafsu makan, diare gronos, berat badan turun lebih 10% per bulan.
© 2004 Digitized by USU digital library
6
3. Manifestasi Neurologis.
Sekitar 10% kasus AIDS menunjukan manifestasi Neurologis yang biasanya
timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan syaraf yang umum adalah ensifalitis.
meningitis, demensia, milopati dan neuropati perifer.
DIAGNOSIS AIDS.
Dasar untuk menegakan diagnosis AIDS adalah. :
1. Adanva HIV sehagai etiologi (melalui pemeriksaan laboratorium) .
2. Adanya tanda-tanda imnmodefisiensi.
3. Adanya gejaJa infeksi oportumistik.
Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah ini oportunistik atau
sarkoma kaposi pada usia muda.Kemudian dilakukan uji serologis untuk mendeteksi
zat anti HIV (Elisa, Western Blot).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK DETEKSI INFEKSI HIV.
Human Immunoficiency Virus dapat diiisolasi dari cairan- cairan tubuh antara
lain darah. sementara cairan serviks atau vagina, air ludah, air mata, air susu ibu,
cairan serebrospinal tetapi yang penting dalam penularan AIDS hanya darah semen
dan cairan serviks atau vagina.
Diagnosa adanya infeksi dengan HIV dapat ditegakan dilaboratorium dengan
ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus tersebut. Pemeriksaan untuk
menemukan adanya antibodi terbadap HIV digunakan secara umum pada tahun
1985. Metode yang paling sering digunakan akan adalah Enzyme Linked
Immumosorbent Assay (Elisa). Tes ELISA mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi
spesifitasnva agak kurang. Persentase "false positif" akan tinggi bila prevalensi
infeksi HIV disuatu daerah sangat rendah. Oleh karena itu untuk hasil test ELISA
yang positif harus dilakukan pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan
harus dikonfirmasikan dengan tes yang lebih spesifik. Untuk keperluan ini paling
sering digunakan metode Immune Blot/Western Blot.
Pengembangan kemampuan pemeriksaan laboratorium terhadap AIDS
dilaksanakan secara bertahap. Pada tahap pertama pemeriksaan antibodi HIV di luar
Jakarta, Surabaya dan Denpasar. Kemudian pada tahun0 1988 pemeriksaan anti
bodi HIV dilaksanakan di Medan. Semarang dan unung pandang Sebagai Pusat
rujukan untuk pemeriksaan antibodi HIV adalah laboratorium klinik Rumah Sakit
Cipto Mangunkumo (RSCH).
DAMPAK AIDS.
Reaksi Global terhadap AIDS dan HIV baru saja mulai ketakutan dan
ketidaktahuan akan menyebabkan dampak serius
pada tingkat perseorangan.
Keluarga dan masvarakat. Orang-orang yang terinfeksi HIV termasuk yang sudah
berkembang menjadi AIDS. sering dikeluarkan atau disingkirkan dari keluarga dan
masyarakat pada saat dia memerlukan dukungan dan perhatian.
Berlainan dengan kebanyakan masalah kesehatan yang ada sekarang ini
dimana biasanya menyerang anak usia muda dan orang tua. Penvakit AIDS terutama
menyerang kelompok umur 20-39 tahun yaitu kelompok umur dalam masa produksi.
yang paling banyak melakukan aktivitas (kegiatan) di bidang sosial, ekonomi dan
politik. Dari 399 kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga Mei 1997.
sekitar 73% adalah usia 20-39 tahun. Kematian kelompok usia produktif ini akan
berarti penderitaan sosial ekonomi. Dengan mempertimbangkan hal demikian. AIDS
merupakan ancaman yang serius perlu pengembangan sosial dan ekonomi bahkan
pada kestabilan politik. Begitu jumlah kasus AIDS meningkat tajam
dalam
beberapaa tahun mendatang akan terjadi pengaruh yang dramatis dalam politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
© 2004 Digitized by USU digital library
7
Pelayanan medis penyakit AIDS memang merupakan persoalan yang serius di bidang
ekonomi. Di negara-negara Industri biaya perawatan untuk setiap penderita AIDS
diperkirakan berkisar antara US$ 25.000 sampai US$ 150.000. Di negara
berkembang tambahan beban karena AIDS pada anggaran kesehatan yang sudah
sangat terbatas akan besar dollar.
AIDS juga membawa dampak pada ibu dan anak kenaikan angka kematian
bayi yang terinfeksi dengan HIV mungkin menyebabkan keseimbangan kemajuan kemajuan yang telah dicapai dalam upaya kesehatan anak tergangg, jadi untuk
negara-negara berkembang AIDS akan mengancam peningkatan derajat kesehatan
yang telah direncanakan sebelumnya.
Keresahan sosial dan ekonomi karena HIV dan AIDS menunjukkan bahwa
keduanya berarti lebih dari sekedar penyakit saja. Penyakit ini akan mejadi
permasalahan politik dan kebudayaan yang besar.
Ketakutan akan AIDS mengancam terjadinya pembatasan-pembatasan untuk
bepergian dan komunikasi antar negara. Disamping diakui bahwa AIDS adalah
problema dunia, masih ada saja kecendrungan untuk mengucilkan kelompok
tertentu, suku dan kebangsaan. HTV dan AIDS mungkin mengancam nilai-nilai dasar
dari
masyarakat dan setiap usaha berhubungan dengan penyakit tersebut
merupakan tantangan yang besar saat ini.
SITUASI AIDS DI INDONESIA.
Pada tahun 1987 dilaporkan adanya kasus AIDS di Indonesia. Saat ini ditemukan 2
kasus AIDS. Kasus AIDS pertama adalah seorang wisatawan laki-laki warga negara
Belanda yang meninggal diBali pada bulan April 1987. Kasus AIDS kedua adalah
seorang berkebangsaan Canada yang sudah 2 tahun menetap di Indonesia dan
meninggal di Jakarta pada bulan Nopember 1987. Kasus AIDS ketiga adalah seorang
Indonesia yang meninggal di Bali pada buslsn juli 1988.
Sejak
tahun 1987 kasus AIDS dan HIV ditemukan setiap tahun dari
jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 1987 di temukan 2 kasus AIDS
dan 4 kasus HIV, kemudian pada tahun 1990 ditemukan 5 kasus baru AIDS dari 4
kasus baru HIV, pada tahun 1993 ditemukan 17 kasus baru AIDS dan 96 kasus baru
HIV tahun 1996 ditemukan 30 kasus baru AIDS dan 90 kasus baru HIV dan hingga
Mei 1997 ditemukan 20 kasus baru AIDS dan 59 kasus baru HIV (tabel 1.).
Menurut data Departemen Kesehatan hingga bulan Mei 1997 dilaporkan 545
kasus HIV/AIDS di Indonesia yang tersebar di 21 ProPinsi terdiri dari 413 kasus HIV
dari 132 kasus AIDS. Dari 132 kasus AIDS 75 kasus diantaranya telah meninggal
dari 545 kasus sebanyak 360 kasus adalah laki-laki 368 kasus warga negara
Jndonesia dan mengenai kelompak umur 20-39 tahun sebanyak 399 orang. serta
bayi < 1 tahun sebanyak 2 orang (1 kasus AIDS 1 karena HIV). Diantara 21 propinsi,
propinsi DKI Jakarta melaporkan kasus HIV/AIDS terbanyak yaitu 171 kasus disusul
Irian Jaya 137 kasus dan Riau 44 kasus.
Pada tahun pertama epidemi AIDS semua kasus adalah laki-laki sejak tahun
1989 telah ditemukan 1 kasus wanita dan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Pada bulan Desember 1993 dijumpai sebanyak 27 kasus (13%), pada
Mei 1997 dijumpai 165 kassus (30%). Proporsi pengidap HIV pada penduduk
kelompok usia 20-39 tahun terus meningkat dari 70% pada Desember 1993 menjadi
73% pada bulan Mei 1997. Propinsi yang melaporkan adanya kasus AIDS juga
meningkat dari 12 propinsi pada bulan Desember 1993 menjadi 21 propinsi pada
bulan Mei 1997 (tabel - II).
© 2004 Digitized by USU digital library
8
Tabel 1 :
Jumlah Kasus Beru AIDS/HIV Menurut Tahun Sampai Dengan bulan MEi
1997
Tahun
AIDS
HIV+
Jumlah
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997 (Mei)
2
2
3
5
12
10
17
10
21
30
20
4
5
4
4
6
18
96
40
87
90
59
6
7
7
9
18
28
113
50
108
120
79
Tabel 2
Perkembagnan Masalah HIV/AIDS di Indonesia Sejak Desember 1993
Sampai Dengan Maret 1997
Variabel
Penularan seksual
Umur20–39 tahun
Wanita
Propinsi
Desembe
r
1993
N = 193
133(64%)
88(45%)
136(70%)
27(13%)
12
Agustus
1994
N = 238
Sepetember
1995
N = 346
196(82%)
134(56%)
179(75%)
56(23%)
15
268(77%)
227(66%)
255(74%)
83(24%)
15
Novemb
er
1996
N = 466
387(81%)
320(69%)
344(74%)
135(29%)
15
Mei
1997
N = 545
446(81%)
368(67%)
399(73%)
165(30%)
21
KEBIJAKSANAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT.
Dalam menentukan apakah suatu penyakit perlu ditanggulangi dengan suatu
program oleh Departemen Kesehatan ditetapkan beberapa pertimbangan antara lain
angka morbiditas dan mortalitas tinggi kemungkinan menimbulkan wabah,
menyerang kelompok anak dan usia produktif menyerang penduduk pedesaan atau
penduduk berpenghasilan rendah di perkotaan, menyerang daerah-daerah
pembangunan ekonomi adanva ikatan internasional dan adanya teknologi yang
efektif untuk pemberantasan penyakit.
Kebijaksanaan yang di tempuh untuk memberantas penyakit menurut
rencana Pokok Program Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK)
ialah:
Meningkatkan peranan dan tanggung jawab masyarakat dalam pengamatan penyakit
tertentu dengan mengutamakan aspek pelaporan dini.
Setiap pembangunan di sektor lain harus memperhitungkan dampak yang merugikan
kesehatan masyarakat.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit berlandaskan kepercayaan akan
kemampuan dan kekuatan sendiri meskipun demikian ikatan kerjasama regional
maupun internasional tetap dibutuhkan.
© 2004 Digitized by USU digital library
9
KEBIJAKSANAAN DEPKES MENGHADAPI MASALAH AIDS
Karena masalah AIDS telah menjadi masalah internasional, Maka World
Health Organization (WHO) mengambil keputusan untuk menghadapi masalah AIDS
dengan program khusus secara terpadu yang disebut Global Programme on AIDS
(GPA) yang memberikan bantuan kepada setiap negara anggota untuk
mengembangkan program AIDS nasional dengan memperhatikan strategi global
WHO yaitu dengan mengintergrasikannya ke dalam sistem yang ada dan bersifat
kecil edukatif dan preventif agar setiap orang dapat melinungi dirinya dari AlDS.
Satu-satunya komponen yang terpenting dalam program AIDS nasional adalah
informasl dan edukasi karena penularan AIDS dapat dicegah melalui perilaku yang
bertanggung jawab.
Didalam menyusun kebijaksanaan menghadapi masalah AIDS perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah :
1. Indonesia merupakan negara terbuka sehingga masuknya AIDS ke Indonesia
tidak dapat dihindarkan.
2. AIDS telah melanda sebagian besar negara didunia (pendemi) dan telah
menjadikan masalah internasional.
3. Penanggulangan terpadu (GPA) telah dicanangkan oleh WHO dan di bantu
badan-badan internasional lainya
4. inteksi HIV mempunyai konekwensi peting bagi perorangan keluarga dan
masyarakat dengan tidak memandang tingkat sosiol, ekonomi dari suku
bangsa
5. Dampak yang merugikan yang disebabkan oleh infeksi HIV tidak saja
dibidang medik tetapi juga dibidang lainnya seperti sosiol ekonomi politik dan
kebudayaan.
6. Belum ada obat/vaksin yang efektif untuk melawan AIDS. l
7. Masalah AIDS harus di lihat dalam kaitannya dengan prioritas masalah
kesehatan lainnya.
Dalam upaya menerapkan kebijaksanaan tersebut diatas maka departemen
Kesehatan telah membentuk suatu panitia untuk menanggulangi AIDS yang
dikatahui oleh Direktur Jenderal Pemerantasan Penyakit Menular dan penyehatan
lingkungan pemukiman. Panitia ini merupakan wadah komunikasi/koordinasi serta
pengolahan informasi dalam rangka meningkatkan kewaspadaan dari kesiap-siapaan
menghadapi AIDS. Adanya panitia ini tidak mengurangi wewenang dan tugas dari
unit – unit struktural di Departemen Kesehatan sesuai dengan bidang masingmasing. Perlu ditegaskan bahwa untuk penanggulangan AIDS tidak akan diadakan
struktur khusus dalam sistem pelayanan kesehatan. Penangulangan AIDS akan
dilakukan secara terpadu oleh unit- unit yang bertangung jawab mengnai masalah
tersebut.
Beberapa kebijaksanaan/keputusan telah diambil panitia penanggulangan AIDS
Departemen Kesehatan antara lain:
1. Untuk penentuan kasus AIDS di Indonesia digunakan definisi WHO/CDC yang
dikonfirmasikan dengan tes ELIsSA dan Western Blot.
2. Kemampuan untuk pemeriksaan laboratorium terhadap AIDS dikembangkan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan memperhatikan Quality
Control.
3. Pemeriksaan rutin antibodi AIDS untuk skrining donor darah belum dianggap
perlu
4. Produk darah yang diimpor harus memenuhi persyaratan bebas AIDS.
5. Interprestasi hasil tes ELISA yang positif harus dilakukan dendan hati-hati.
Kerahasiaan harus dipegang teguh. Counseling hanya dilakukan bila
konfirmasi dengan tes Western Blot Positif.
© 2004 Digitized by USU digital library
10
6. Mengadakan survei seroepidemiologi infeksioHIV terutama pada kelompok
resiko tinggi di daerah-daerah tujuan wisata.
7. Mengadakan penelitian faktor-faktor resiko AIDS dan perilaku seksual
masyarakat.
8. Pendidikan dan pelatihan tenaga-tenaga kesehatan antara lain
dengan
pengiriman tim ke luar negri.
9. Penyuluhann kesehatan kepada masyarakat, dengan menyebarkan informasi
mengenai AIDS.
Penangulangan HIV /AIDS di Indonesia mempunyai tiga tujuan yaitu :
1. Pencegahan penularan HIV
2. Mengurangi sebanyak mungkin penderita perorangan serta dampak sosial dan
ekonomis dari HIV/AIDS diseluruh Indonesia.
3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan
HIV/AIDS
Adapun prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV /AIDS adalah :
1. Upaya penanggulangan HIV /AIDS dilaksanakan oleh seluruh penduduk di
Indonesia. masyarakat, dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama
dan pemerintah berkewajiban membimbing. mengarahkan serta menciptakan
suasana yang menunjang
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai –nilai agama dan
budaya yang ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan untuk mempertahankan dan memperkuat ketahanan dan
kesejahteraan keluarga serta sistem dukungngan sosial yang mengakar
dalam masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diaarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan
untuk memantapkan perilaku yang baik/tidak memberikan kesempatan
penularan dan merubah perilaku yang beresiko tinggi .
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi
diri dan orang lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap pemeriksaan pelayanan berkewajiban memberikan pelayanan tanpa
diskriminasi kepada pengidap HIV/penderita AIDS.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV IAIDS harus didahului dengan
penjelasan yang benar dan mendapat
persetujuan yang bersangkutan.
Sebelum dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil
pemeriksaan wajib dirahasiakan.
8. Peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan strategi
nasional penanggulangan HIV/AIDS disemua tingkat.
Program nasional penanggulangan HIV/AIDS Pelita VI terdiri dari:
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
2. Tindakan pencegahan.
3. Pengujian dari konseling.
4. Pengobatan, pelayanan dan perawatan.
5. Penelitian dan kajian.
6. Monitoring dan Evaluasi.
7. Pendidikan dan latihan.
8. Kerjasama internasional.
9. Pelembagaan program.
10. Peraturan dan perundangan.
© 2004 Digitized by USU digital library
11
KESIMPULAN
AIDS merupakan masalah kesehatan Internasional yang penting dan harus
segera di tanggulang. AIDS berkembang secara pandemi hampir di Sebelum negara
di dimaju maupun negara berkembang. Epidemi yang terjadi meliputi penyakit
(AIDS). Epidemi virus (HIV) dan epiemi reaksi/dampak negatif baik dibidang
kesehatan maupun bidang sosial, ekonomi, politik,kebudayaan demografi.
Penyakit AIDS sangat berbahaya dengan angka case fatality rate 100% dalam
5 tahum artinya dalam waktu 5 tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan penderita
akan meninggal.
Penularan AIDS terjadi melalui hubugan seksual, parenteral dan
transplasental sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan untuk mengubah
perilaku seksual masyarakat (terutama yang memiliki resiko tinggi) menghindarkan
infeksi melalui donor darah dan upaya pencegahan infeksi perinatal sebelum ibu
hamil.
Dilihat dari sifat alamiah penyakit AIDS baik mengenai agent, host, dan
environment serta cara pernularan, maka penanggulangan atau intervensi yang
ditujukan untuk memutuskan rantai penularan tidak dapat dilakukan pada agent
dan host karena belum ditemukan vaksin dan obat penangkal terhadap AIDS. Satusatunya jalan adalah merubah lingkungan yaitu dengan mengubah perilakukan
seksual kelompok seksual aktif (15-45 tahun) yang merupakan kelompok terbesar
pengidap HIV. Perubahan perilaku ini dilakukan dengan melakukan penyuluhan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Berita AIDS IIT No.3 1994.
Berita AIDS III No.4 1994.
Departemen Kesehatan RI . Petunjuk Pengembangan
Pemberantasan dan Pencegahan AIDS. Jakarta 1992.
Program
Nasional
Syarifuddin,Djalil Pelayanan Laboratorium Kesehatan Untuk Pemeriksaan Serologis
AIDS. AIDS: Petunjuk untuk Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan RI
Jakarta 1989.
Indijati Titi. S .Kebijaksanaan Departemen Kesehatan Menghadapi AIDS. AIDS:
Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. .Jakarta
1989.
Majalah Support. No. 9/I/September 1995.
Majalah Support. No. 23/II/Desember 1996 -Januari 1997.
Majalah Support No 25/III/Juni 1997.
Sumarsono .Patogenesis,Gejala Klinis dan Pengobatan Infeksi HIV. AIDS: petunjuk
Petugas Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1989.
© 2004 Digitized by USU digital library
12
Suesen Nyoman .GPA dalam kaitannya dengan program nasional Pencegahan dan
pemberantasan AIDS. AIDS : Petunjuk untuk Petugas Kesehatn, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta 1989.
Suesen nyoman . Epidemiologi AIDS standarisasi Diagnostik dan penatalaksanaan
beberapa penyakit menular seksual . Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, Jakarta 1990.
Wibisono Bing. Epidemiologi AIDS .AIDS ; petunjuk untuk petugas kesehatan ,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta 1989.
© 2004 Digitized by USU digital library
13
Download