BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Penunggu Pasien Perilaku

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Penunggu Pasien
Perilaku adalah respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau
stimulus dari luar (Notoatmodjo, 2003). Perilaku adalah Pengumpulan dari
pengetahuan, sikap, dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi
seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya
perubahan perilaku dalam seseorang dapat terjadi melalui proses belajar
(Sarwono, 1999).
Dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia dapat dikelompokkan
menjadi 3 macam, yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, bentuk sikap, dan
bentuk tindakan nyata. Perbuatan ketiga bentuk perilaku itu dikembangkan
berdasarkan tahapan tertentu yang dimulai dari pembentukan pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor), yang dalam proses
pendidikan kesehatan menjadi pola perilaku baru.
1. Teori Perubahan Perilaku.
Menurut Notoadmodjo (2003), teori-teori yang berhubungan dengan
perubahan perilaku antara lain:
a. Teori stimulus organisme (SOR).
Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perilaku
tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b. Teori Festinger (disonance theory).
Teori ini berkonsep imbalance concep (tidak seimbang), yang berarti
keadaan cognitive dissonance (ketidakseimbangan) psikologis yang
diliputi
oleh
ketegangan
diri
yang
berusaha
untuk
mencapai
keseimbangan kembali. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena
dalam individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan,
yakni pengetahuan, pendapat.
c. Teori fungsi
Teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku tergantung pada
kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan
perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti
dalam konteks kebutuhan orang tersebut
d. Teori Kurt Lewin
Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong driving process dan
kekuatan-kekuatan penahan restaining forcess. Perilaku ini dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan
tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada 3 kemungkinan terjadi
perubahan perilaku pada diri seseorang, yaitu:
1) Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
2) Kekuatan-kekuatan penahan menurun.
3) Kekuatan-kekuatan
pendorong
meningkat,
kekuatan
penahan
menurun.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2. Faktor-faktor perilaku.
Notoatmodjo (2003), dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi,
faktor pendukung dan faktor penguat.
a. Faktor predisposisi (predisposing factor).
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Faktor yang
mempermudah terjadinya perilaku seseorang antara lain:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra yaitu penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003). Tingkatan pengetahuan dalam domain
kognitif menurut Notoatmodjo (2003) meliputi:
a) Tahu (know).
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu ini merupakan tingkatan yang paling rendah.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Memahami (comprehension)
Memahami
merupakan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara besar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya real.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai sebagai aplikasi atau
penggunaan metode dalam situasi nyata.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (syntesis)
Sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan dahulu dari perilaku tertutup.
Sikap itu masih merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang
terbuka sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2003).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan :
a) Menerima (receiving)
Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subyek)
mau
dan
mengerjakan,
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b) Merespon (responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
c) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
d) Bertanggung jawab ( responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diporoleh dari orang tua. Seseorang
menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
4) Nilai
Nilai-nilai di dalam masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup
yang pada umumnya disebut kebudayaan ini terbentuk dalam waktu
yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama.
b. Faktor-faktor pemungkin (enamblingfactor).
Faktor ini yang terwujud dalam lingkungan fisik , ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya :
air bersih , tempat buang sampah , tempat buang tinja, ketersediaan
makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit , poliklinik , posyandu ,
polindes ,posobat desa ,dokter atau bidan swastadan sebagainya. Untuk
mendukung perilaku hidup sehat.
c. Faktor- faktor penguat (reinforcing factor).
Faktor ini yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas
kesehatan, atau petugas yang lain, yang kelompok referensi dari perilaku
masyarakat. Maka promosi dan kesehatan yang paling tepat adalah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
bentuk pelatihan bagi tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas
kesehatan agar sikap dan perilaku petugas atau tokoh agama dan tokoh
masyarakatdapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi masyarakat
tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat). (Notoatmodjo, 2003)
3. Bentuk-bentuk perubahan perilaku.
Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat
bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam
pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Perubahan alamiah (Natural change).
Perilaku manusia selalu berubah, sebagai perubahan ini disebabkan
karena kejadian alamiah.
b. Perubahan terencana (Planned change).
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subyek.
c. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to change).
Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepatmaupun
perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untukberubah.
4. Perilaku Kesehatan.
Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu dengan lingkungan, khusunya menyangkut pengetahuan dan sikap
tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
Berdasarkan batasan perilaku dari skiner perilaku kesehatan adalah suatu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
respon seseorang (organisne) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2002).
5. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku.
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, kesadaran masyarakat diatas disebut kesadaran atau pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Lebih dari itu, pendidikan kesehatan pada
akhirnya bukan hanya mencapai kesehatan pada masyarakat saja, namun
yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan. Kesehatan bukan
hanya diketahui atau didasari knowledge dan disikapi attitude melainkan
harus dikerjakan atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari practice
(Notoatmodjo, 2003).
B. Pendidikan Kesehatan.
1. Definisi pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan
yang direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tentang kesehatan dan melakukan perubahan-peubahan secara sukarela
dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991).
Menurut Effendi (1997), pendidikan kesehatan merupakan sejumlah
pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan
pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan,
mayarakat dan bangsa. Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka
mempermudah
diterimannya
secara
sukarela
perilaku
yang
akan
meningkatkan dan memelihara kesehatan. Unsur program kesehatan dan
kedokteran yang didalamnya terkandung rencana untuk merubah perilaku
perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu tercapainya
program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan.
Dapat dirumuskan bahwa secara konsep, pendidikan kesehatan adalah
upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup
sehat.Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu
kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri(Notoatmodjo, 2003).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan.
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain pertama,
tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kedua,
terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut WHO
tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku perseorangan
dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Suliha, 2002).
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu
menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa
yang dapat mereka lakukan terhad apa masalahnya, dengan sumber daya
yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu
memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat
dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO,
tujuan pendidikan kesehatana dalah meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik secara fisik,
mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial,
pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).
Pendidikan kesehatan mencuci tangan pada penunggu pasien yang
ada pada rumah sakit tersebut tujuannya adalah agar penunggu pasien bisa
cuci tangan memakai sabun dengan benar, memperoleh pengetahuan dan
pemahaman pentingnya mencuci tangan untuk kesehatan, tercapainya
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
perilaku mencuci tangan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
fisik, mental, dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun
sosialnya.
3. Metode Pendidikan Kesehatan.
Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara tertentu,
materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu
pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang optimal. Untuk sasaran
kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran
individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran
individual dan sebagainya.
a. Metode pendidikan individu.
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Bentuk pendekatan antara lain:
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling).
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif,
setiap masalah yang duhadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu
penyelesaiannya
2) Interview (wawancara).
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali
informasi mengapaia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakan perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.
b. Metode pendidikan kelompok.
Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan.
1. Kelompok besar, penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode
antara lain :
a) Ceramah : metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan
tinggi maupun rendah.
b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang
suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat
dimasyarakat.
2. Kelompok kecil, apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang.
Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat
(brainstorming),
bola
salju
(snowballing),
kelompok
kecil
(bruzzgroup), memainkanperanan (role play) dan permainan simulasi
(simulationgame).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Metode pendidikan masa.
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
masa atau publik, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Tanpa membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status
social, tingkat pendidikan dan sebagainya.
Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung.
Biasanya mengguanakan atau melalui media massa. Beberapa contoh
metode antar alain ceramah umum (publicspesking), pidato-pidato
diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio,
simulasi,
tulisan-tulisan
dimajalah
atau
Koran
dan
billboardyangdipasangdipinggirjalan,spandukposterdansebagainya
(Notoatmodjo, 2005).
4. Alat bantu atau media pendidikan kesehatan.
Menurut
Syaiful
Sagala
(2011)
metode
demonstrasi
adalah
pertunjukkan tentang suatu proses atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta secara nyata atau tiruan. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh
guru sendiri atau dibantu beberapa peserta dapat pula dilakukan oleh
sekelompok peserta.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Setiap metode yang digunakan untuk pembelajar terdapat kelebihan
dan kekurangannya, begitu juga dengan metode demonstrasi. Menurut
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain ( 2010 ), metode demonstrasi
mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut :
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit,
sehingga menghindari verbalisme.
2) Peserta lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Peserta dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara
teori dengan kenyataan, dan mencobanya melakukannya sendiri.
b. Kekurangan Metode Demonstrasi
1) Metode ini memerlukan keterampilan Observer secara khusus,
karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi
akan tidak efektif.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak
selalu tersedia dengan baik.
3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
Media pendidikan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan, alatalat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan.
Disebut media pendidikan kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena
alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat dan klien (Notoatmodjo, 2003).
Salah satu tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat,
mencapai sasaran yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk
meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, untuk
mempermudah
penyampaian,
penerimaan
informasi
oleh
sasaran
pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui dan menegakkan
pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003).
Menurut para ahli, indera indra yang paling banyak menyalurkan
pengetahuan kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari
pengetahuan manusia diperoleh disalurkan melalui mata. Sedangkan 13%
sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003).
Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat
peraga), antara lain:
a. Alat bantu melihat (visual ) yang berguna dalam membantu menstimulasi
indra mata (penglihatan) yang berguna dalam membantu pendidikan.
b. Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya.
c. Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya.
2) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3) Alat-alat
bantu
dengar,
yaitu
alat
dapat
membantu
untuk
menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian
bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita
suara dan sebagainya.
4) Alat bantu lihat dengar, seperti TV dan video cassette. Alat-alat bantu
pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA)
(Notoatmodjo,2003).
C. Mencuci Tangan.
1. Definisi cuci tangan.
Cuci
tangan
adalah
proses
membuang
kotoran
dan
debu
secaramekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah
mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta
meminimalisasi kontaminasi silang (Tietjen, 2004).
2. Jenis Cuci Tangan
a. Cuci Tangan Biasa
Cuci tangan biasa adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakaisabun dan air
mengalir.
b. Cuci Tangan Basah
Cuci tangan basah adalh menghilangkan kotoran, debu dan organisme
sementara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Tujuannya untuk mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari
kedua belah tangan. Cuci tangan bisa dengan sabun biasa dan air dan
diikuti dengan pengunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa
air yang mengamdung klorheksidin menunjukan pengurangan yang
lebih besar pada jumlah mikrobial pada tangan (Tietjen, 2004).
Terminologi cuci tangan di bidang kedokteran diartikan sebagai
kegiatan asepsis yang mertujuan mengurangi flora transien (mikroorganisme
yang sebenarnya tidak hidup normal di bagian tubuh namun tidak patogen
pada individu dengan daya tahan tubuh baik). Terdapat dua bagian besar
mikroorganisme yang ditemukan pada kulit, yaitu mikroorganisme yang
memeng normal terdapat pada kulit dan mikroorganisme yang bersifat
kontaminan sementara. Flora residen yang merupakan flora normal kulit
mempunyai fungsi patogenik yang rendah, sedangkan flora yang transien
dikulit merupakan penyebab paling sering infeksi nosokomial akibat
transmisi silang di rumah sakit (Pittlet, 2001).
Mencuci tangan yang diduga terkontaminasi setelah merawat atau
memegang pasien dapat di lakukan dengan menggunakan berbagai materi,
diantaranya (Pittlet, 2001).
a. Sabun.
Bahan ini dapat menyingkirkan beberapa mikroba secara mekanis.
Mencuci tangan menggunakan air yang dicampur dengan sabun dapat
membantu melepaskan debu, bakteri, protein, dan sekresi minyak dari
kulit yang tidak lepas hanya menggunakan air saja (WHO, 2005).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Mencuci tangan menggunakan air panas dengan temperatur yang nyaman
dikulit terbukti lebih efektif dalam membersihkan tangan. Hal ini
disebabkan kemampuan air panas dalam melarutkan berbagai substansi
seperti debu, minyak, dan zat kimia, bukan karena kemampuan air panas
yang dapat membunuh kuman. Temperatur air yang paling efektif
membunuh kuman adalah 1000, sedangkan temperatur air paling nyaman
untuk mencuci tangan adalah sekitar 450 (Pittet, 2001).
b. Alkohol.
Alkohol memiliki aktifitas paling baik dan paling cepat dalam
membunuh bakteri dari semua jenis antiseptik. Bahan ini juga dipilih
untuk hand-rubbing dan bisa disebut desinfektan tangan tanpa air
(waterless hand desinfection). Menggosok tangan dengan alkohol baik
sebagai upaya desinfeksi tangan karena alkohol memilih spektum
antimikroba yang optimal (aktif melawan semua bakteri, virus, dan
jamur), tidak membutuhkan wastafel atau tempat khusus untuk
menggunakannya, ketersediaan mudah dan kerjanya cepat (Pittet, 2001).
3. Manfaat dari mencuci tangan.
a. Mencegah infeksi nosokomial.
Cuci tangan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit
merupakan salah satu langkah prefentif untuk mencegah infeksi
nosokomial. Mencuci tangan menggunakan sabun maupun menggunakan
pencuci tangan berbasis alkohol efektif dalam mengurangi konsentrasi
virus pada tangan. Dengan berkurangnya konsentrasi virus pada tangan,
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
trasmisivirus dari tenaga kesehatan kepada pasien, maupun dengan
sesama tenaga kesehatandapat dicegah. Cuci tangan juga salah satu
intervensi non-farmakologis dalam mencegah penyebaran influensa
(Tietjen, 2004).
b. Mencegah penularan penyakit infeksi.
Cuci tangan merupakan cara efektif dan sederhana sebagai upaya
pencegahan penularan penyakit infeksi. Hal tersebut disebabkan cuci
tangan dapat mencegah seseorang terpajan dengan mikroorganisne
penyebab penyakit infeksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sandora, seorang dokter divisi penyakit menular di rumah sakit anak
Boston, menunjukan bahwa kasus diare turun hingga 59% setelah anakanak di rumah sakit tersebut mencuci tangan dengan menggunakan
cairanantiseptik (Tietjen, 2004).
4. Tahap cuci tangan.
Menurut WHO ada 2 metode cuci tangan yaitu Handwash dan dengan
handrub, sedangkan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Handwash, 7 langkah yang di perlukan dalam cuci tangan adalah sebagai
berikut :
a. Bilas tangan dengan air secukupnya lalu ambil sabun dan usapkan
sampai ke telapak tangan.
b. Ratakan dengan kedua telapak tangan dan gosok telapak tangan yang
satu dengan yang lain dua arah
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari dengan berlawanan arah
bergantian
d. Gosok sela-sela jari bergantian dengan searah
e. Gosokan punggung jari dengan gerakan setengah memutar bolak balik
f. Gosok ibu jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah dengan
gerakan melingkar bergantian
g. Bersihkan ujung jari dengan telapak tangan bergantian
Sedangkan langkah-langkah mencuci tangan dengan alkohol
ada 7
langkah sebagai berikut :
a. Tuangkan alkohol/handscrab secukupnya sampai ke telapak tangan.
b. Ratakan dengan kedua telapak tangan dan gosok telapak tangan yang
satu dengan yang lain dua arah
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari dengan berlawanan arah
bergantian
d. Gosok sela-sela jari bergantian dengan searah
e. Gosokan punggung jari dengan gerakan setengah memutar bolak balik
f. Gosok ibu jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah dengan
gerakan melingkar bergantian
g. Bersihkan ujung jari dengan telapak tangan bergantian.
D. Kerangka Teori
Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa perilaku seseorang dilatar
belakangi atau dipengaruhi oleh tiga faktor pokok yakni faktor predisposisi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(predisposing
faktor) meliputi
pengetahuan
(dapat
diperoleh
melalui
pendidikan, paparan media masa, hubungan sosial dan pengalaman), sikap,
kepercayaan, tradisi, nilai dan sebagainya, faktor yang pendukung (enabling
faktor) meliputi ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas, faktor yang
memperkuat atau pendorong (reinforcing faktor) meliputi sikap dan perilaku
petugas atau tokoh masyarakat. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai
faktor usaha intervensi perilaku mencuci tangan harus diarahkan kepada
ketigafaktor pokok tersebut.
Faktor predisposisi:
1. Pendidikan kesehatan
2. Ekonomi (pendapatan)
3. Hubungan sosial
4. Pengalaman
5. Nilai
6. Sikap
7. Umur
Faktor pendukung:
1. Fasilitas fisik
2. Fasilitas umum
3. Fasilitas kesehatan
Kebenaran cuci
tangan
Faktor penguat :
1. Sikap petugas kesehatan
2. Perilaku petugas kesehatan
Bagan 2.1
Sumber: Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
E. Kerangka Konsep
Wasis (2008) mengemukakan bahwa kerangka konsep adalah kerangaka
hubungan antara konsep yan ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan. Pengembangan konsep dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
dengan melihat hubungan variabel dependen-independen dan melalui
pendekatan input-output.
Variabel dependen
Variabel independen
Pendidikan kesehatan dengan
metode demonstrasi cuci tangan
Kebenaran cuci tangan
penunggu pasien
Bagan 2.2 Kerangka Konsep.
F. Hipotesis.
Hipotesis adalah sebuah pernyataan sederhana mengenai perkiraan
hubungan antar variable-variabel yang sedang dipelajari. Hal tersebut sering
kali disebut sebagai dugaan yang diperhitungkan atau dipikirkan seperti untuk
jawaban pertanyaan studi. Dugaan tersebut harus didukung dengan teori yang
ada dan temuan riset terdahulu. Didalam pernyataan hipotesis, suatu kondisi
pendahuluan disebut sebagai variable independen dikaitkan dengan terjadinya
kondisi efek lain, disebut variable dependen ( Patricia & Arthur, 2002).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode demonstrasi cuci tangan
terhadap kebenaran cara cuci tangan penunggu pasien di Ruang Menur RSUD
Dr. R Goetheng Taroenadibrata Purbalingga.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Indrio Budi Bagus Laksono, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download