Keanekaragaman Bakteri Indigen yang Terdapat dalam Tanah

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Keanekaragaman Bakteri Indigen yang Terdapat dalam Tanah Mangrove
di Kawasan Mangrove Margomulyo Balikpapan
*
Febriani Sarwendah Asri Nugraheni , Utami Sri Hastuti, Fatchur Rohman
Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang, Jl.Semarang No.5, Malang, Indonesia
*
Email: [email protected]
Abstrak
Kawasan mangrove Margomulyo merupakan kawasan mangrove yang berbatasan dengan
Teluk Balikpapan. Tanah di wilayah mangrove merupakan tanah yang kaya dengan unsur
organik sehingga dapat menjadi tempat hidup bagi berbagai macam mikroorganisme indigen
termasuk bakteri. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bertujuan untuk
meneliti keanekaragaman spesies bakteri indigen yang ada di tanah wilayah mangrove
Margomulyo, Balikpapan. Sampel tanah diambil dari 5 lokasi berbeda masing-masing lokasi
dipilih 2 titik dan diambil tanah sebanyak 10 gram pertitik. Masing-masing sampel tanah
-1
-10
diencerkan pada tingkat pengenceran 10 sampai dengan 10
lalu diinokulasikan pada
o
medium NA dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 1 x 24 jam. Koloni yang tumbuh diamati
ciri-ciri morfologi koloninya kemudian dilakukan pewarnaan Gram. Data hasil pengamatan ciriciri morfologi koloni dan sifat gram dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan dalam sampel tanah mangrove terdapat 16 isolat bakteri indigen yang memiliki
ciri-ciri morfologi yang beranekaragam. Diantara 16 isolat bakteri tersebut, terdapat 1 isolat
bakteri coccus gram positif, 4 isolat bakteri coccus gram negatif, 4 isolat bakteri basil gram
positif, 6 isolat bakteri basil gram negatif dan 1 isolat bakteri cocobasil gram positif.
Kata kunci: Keanekaragaman, bakteri indigen, tanah mangrove, Balikpapan
PENDAHULUAN
Kalimantan memiliki luas wilayah mangrove 364.254,989 Ha (Bakosurtanal,
2009). Mangrove tumbuh di wilayah pesisir dan ada juga yang tumbuh di wilayah
muara sungai yang berbatasan dengan wilayah laut. Mangrove bersifat unik, karena
merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri gabungan antara tumbuhan darat dan
perairan, dapat tumbuh pada wilayah yang letaknya beragam garis lintang di dunia,
dapat hidup di tanah yang aerob maupun anaerob, serta dapat menyesuaikan diri di
daerah yang berangin kencang (Tomlimson, 1994; Kandasami & Brian, 2001)
Ekosistem mangrove mimiliki keunikan yaitu merupakan peralihan antara ekosistem
darat ke ekosistem perairan dimana tumbuhannya mampu beradaptasi pada
lingkungan dengan kadar garam yang tinggi dan sering terkena hempasan gelombang
(Vanucci, 2001; Duke & Claus, 2015). Ekosistem mangrove memiliki banyak manfaat
bagi lingkungan diantaranya manfaat fisik dan biologis. Manfaat secara fisik mangrove
adalah menahan abrasi pantai dari air laut, mengurangi kadar CO2 di udara serta
mengikat polutan di perairan pantai. Adapun manfaat biologis, mangrove dapat
menjadi tempat pemijahan beberapa jenis ikan, habitat hewan-hewan laut yang belum
dewasa, tempat beberapa spesies hewan mencari makan, tempat perlindungan dan
habitat bagi berbagai macam fauna (Karuniastuti, 2013; Setiawan, 2013).
Area mangrove merupakan area yang menghasilkan serasah, kayu lapuk,
ranting dan biji mangrove dalam jumlah yang besar (Imbert & Menart, 1997). Sisa-sisa
dari bagian tubuh mangrove ini menjadi sumber makanan bagi makhluk hidup di
daerah tersebut atau akan dibawa oleh air (Conacher et al., 1996; Kathiresan & Brian,
2001). Sebagian mangrove yang mati, baik secara alami maupun akibat ditebang
untuk tempat pemukiman akan meninggalkan sisa-sisa bagian tanaman mangrove
ataupun serasah mangrove. Kandungan serasah mangrove antara lain karbohidrat,
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
290
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
tannin, asam amino, senyawa turunan lignin, asam lemak, triterpenoid, dan n-alkana
(Kristensen et al., 2008). Beberapa kandungan dari sisa-sisa tubuh mangrove ini
bermanfaat untuk tempat hidup berbagai macam bakteri. Bakteri berperan dalam
proses dekomposisi senyawa organik di wilayah miskin Oksigen pada tanah mangrove
(Cathiresan & Brian, 2001). Banyaknya sumber materi organik yang berada pada area
mangrove tergantung dari spesies mangrove yang tumbuh dan keadaan habitat
mangrove sendiri.
Area mangrove Margomulyo, Balikpapan merupakan area mangrove yang
berbatasan dengan Teluk Balikpapan yang memiliki luas wilayah 21 Ha (BLH Kota
Balikpapan, 2012) dan terpengaruh oleh pasang dan surut air laut. Sifat tanah pada
wilayah mangrove ini adalah lempung berpasir sampai dengan lumpur. Pada beberapa
, area mangrove ini berbatasan dengan tempat pemukiman penduduk, ada bagian dari
tanaman mangrove sehingga pada ada bagian dari area mangrove yang ditebang dan
dijadikan sebagai tempat pemukiman yang diperluas. Sisa-sisa penebangan batang
mangrove ini bersama dengan bagian mangrove yang mati akan melapuk di tanah dan
menjadi sumber makanan bagi berbagai makhluk hidup yang ada di wilayah mangrove
tersebut, misalnya kepiting, ketam dll. Sisa-sisa penebangan yang melapuk tersebut
selain dimakan oleh hewan juga akan diuraikan menjadi bahan-bahan organik dan
annorganik yang menjadi sumber makanan bagi mikroba tanah, seperti kapang dan
bakteri (Behera et al., 2014; Gunavathy & Boominathan, 2015; Chantarasiri, 2015).
Jenis-jenis kapang yang dapat hidup di tanah mangrove adalah antara lain
genus Aspergillus, Mucor, Pennicillium, Deschirilla, Botrytis, Cladosporium/ Vericillium
(Jayjit etl al., 2008). Selain itu juga dapat hidup berbagai spesies bakteri di tanah
mangrove misalnya genus Bacillus, Xanthomonas, Brucella, Pseudomonas,
Micococcus, dan Cellulomonas (Jayjit et al., 2008; Irfan et al., 2012; Behera et al.,
2014; Gunavathy & Boominatan, 2015; Chantarasiri, 2015).
Keanekaragaman mikroorganisme khususnya bakteri indigen di wilayah Area
Mangrove Margomulyo belum diketahui sehingga perlu dilakukan isolasi, karakterisasi
dan identifikasi bakteri indigen di tanah mangrove untuk mengetahui keanekaragaman
bakteri indigen yang terdapat pada tanah mangrove tersebut. Jika didapatkan isolat
bakteri indigen yang paling dominan maka dapat dilakukan identifikasi untuk
mengetahui spesies bakteri tersebut dan dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui peranan bakteri tersebut di alam. Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk meneliti keanekaragaman spesies bakteri indigen yang ada di tanah yang
bercampur batang lapuk mangrove wilayah mangrove Margomulyo, Balikpapan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan sampel
yaitu tanah mangrove yang terdapat di Area Mangrove Margomulyo, Kalimantan Timur.
1. Bahan-Bahan Penelitian
Bahan-bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu medium
Nutrient Agar (NA), sampel tanah diambil dari 5 lokasi yang berbeda, masing-masing
lokasi dipilih 2 titik dan diambil tanah sebanyak 10 gram pertitik.
2. Langkah Kerja Penelitian
a. Semua sampel tanah diletakkan di dalam botol sampel steril.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
291
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
b. Sampel tanah dalam botol steril tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ice box, di
samping botol sampel diletakkan es batu dalam kantung plastik untuk
mempertahankan suhu lingkungan agar tetap 25oC-26oC.
c. Selanjutnya sampel tanah dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri
Malang.
d. Semua sampel tanah kemudian dicampur hingga merata dan kemudian ditimbang
sebanyak 25 gram campuran sampel tersebut dilarutkan dalam 225 ml aquades
steril sehingga diperoleh larutan dengan tingkat pengenceran 10-1.
e. Larutan dihomogenkan dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm
selama 1 x 24 jam.
f. Suspensi sampel kemudian diencerkan hingga tingkat pengenceran 10-10 dan
diinokulasikan pada medium NA sebanyak 0,1 ml dengan tiga kali ulangan dan
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam.
g. Koloni yang tumbuh diamati ciri-ciri morfologinya yang meliputi bentuk, tepian,
warna dan elevasi koloni.
h. Dilakukan isolasi terhadap tiap macam bakteri yang tumbuh.
i. Kemudian dilakukan pewarnaan gram pada masing-masing isolat bakteri tersebut.
Data hasil pengamatan ciri-ciri morfologi koloni dan sifat gram bakteri dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
HASIL PENELITIAN
1.
Hasil Pengamatan Ciri-Ciri Morfologi Koloni Bakteri
Pada penelitian ini berhasil diisolasi 16 isolat bakteri indigen yang terdapat
dalam tanah tercampur mangrove di Area Mangrove Margomulyo, Balikpapan. Isolat
bakteri indigen tersebut memiliki ciri-ciri morfologi yang beranekaragam. Jumlah isolat
bakteri indigen yang berwarna bening kekuningan adalah 1 isolat bakteri, putih
kekuningan sebanyak 5 isolat bakteri, putih sebanyak 5 isolat bakteri, putih susu
sebanyak 4 isolat bakteri, kuning sebanyak 1 isolat bakteri, dan oranye sebanyak 1
isolat bakteri. Isolat bakteri indigen yang memiliki bentuk bundar sebanyak 5 isolat
bakteri, bundar dengan tepian kerang sebanyak 3 isolat bakteri, berbenang-benang
sebanyak 2 isolat bakteri, filiform sebanyak 1 isolat bakteri, rhizoid sebanyak 1 isolat
bakteri dan konsentris sebanyak 1 isolat bakteri, tidak beraturan sebanyak 3 isolat
bakteri, dan menyebar sebanyak 3 isolat bakteri (gambar 1). Tepian koloni isolat
bakteri juga beranekaragam, bentuknya yaitu isolat bakteri yang memiliki tepian koloni
licin sebanyak 7 isolat bakteri, tepian berombak sebanyak 4 isolat bakteri, tepian
berlekuk, seperti wol sebanyak 1 isolat bakteri dan bercabang sebanyak 1 isolat dan
tepian tak beraturan sebanyak 2 isolat. Elevasi koloni berbentuk seperti tombol dimiliki
oleh 2 isolat bakteri, elevasi timbul terdapat pada 9 isolat bakteri, elevasi datar terdapat
pada 4 isolat bakteri dan elevasi berbukit-bukit terdapat pada 1 isolat bakteri (tabel 1).
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
292
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Gambar 1. Variasi Bentuk Morfologi Koloni
Sumber: Dokumentasi Penulis (2016)
2. Hasil Pemeriksaan Sifat Gram Bakteri
Sebanyak 16 isolat bakteri indigen yang telah diamati ciri-ciri morfologinya juga
ditentukan bentuk sel bakteri dan sifat gramnya. Diantara 16 isolat bakteri indigen
tersebut terdapat isolat bakteri yang bersifat gram negatif dan positif dengan bentuk
diplococcus, streptococcus, cocobasil, monobasil, diplobasil dan streptobacil.
Sebanyak 1 isolat bakteri berbentuk coccus dan bersifat gram positif, 4 isolat bakteri
berbentuk coccus dan bersifat gram negatif, 4 isolat bakteri berbentuk basil dan
bersifat gram positif, 6 isolat bakteri berbentuk basil dan bersifat gram negatif serta 1
isolat bakteri berbentuk cocobasil dan bersifat gram positif (tabel 2).
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ciri-Ciri Morfologi Koloni Bakteri
No
1
2
Kode
Isolat
A
B
Warna
Bening kekuningan
Putih kekuningan
3
4
5
C
D
E
Putih kekuningan
Putih
Putih susu
Ciri Morfologi Koloni
Bentuk
Tepi
Bundar
Licin
Bundar
tepian Berombak
kerang
Berbenang-benang Licin
Berbenang-benang Berlekuk
Bundar
Licin
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
293
Elevasi
Seperti tombol
Seperti tombol
Timbul
Datar
Timbul
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
No
Kode
Isolat
F
G
H
I
J
L
Ciri Morfologi Koloni
Bentuk
Tepi
6
Putih
Filliform
Seperti wol
7
Kuning
Bundar
Licin
8
Putih kekuningan
Bundar
Licin
9
Putih kekuningan
Rhizoid
Bercabang
10
Putih Susu
Konsentris
Licin
11
Putih Susu
Tidak beraturan & Tak beraturan
menyebar
12
M
Oranye
Bundar
Licin
13
N
Putih Kekuningan
Bundar
dengan Berombak
tepian kerang
14
O
Putih susu
Bundar
seperti Berombak
kerang
15
P
Putih
Tak beraturan & Tak beraturan
menyebar
16
Q
Putih
Tajkberaturan
& Berombak
menyebar
Sumber: Hasil Penelitian oleh Peneliti (2016)
Warna
Elevasi
Timbul
Timbul
Datar
Berbukit-bukit
Timbul
Datar
Timbul
Timbul
Datar
Datar
Timbul
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sifat Gram Isolat Bakteri
No
Kode Isolat
Bentuk Sel
1
A
Diplococcus
2
B
Streptobacil
3
C
Diplobasil
4
D
Diplobasil
5
E
Diplococcus
6
F
Monobasil
7
G
Monobasil
8
H
Monobasil
9
I
Monobasil
10
J
Diplococcus
11
L
Diplococcus
12
M
Streptobacil
13
N
Cocobasil
14
O
Streptobacil
15
P
Streptobacil
16
Q
Streptococcus
Sumber: Hasil Penelitian oleh Peneliti (2016)
Warna Sel
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Ungu
Ungu
Merah
Merah
Ungu
Merah
Merah
Ungu
Ungu
Ungu
Merah
Sifat Gram
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Positif
Negatif
PEMBAHASAN
Pada tanah mangrove di Area Mangrove Margomulyo, Balikpapan juga terdapat
banyak sisa-sisa batang dan daun dari mangrove yang telah mati. Diantara mangrove
yang telah mati tersebut terdapat mangrove yang mati secara alami maupun sisa-sisa
penebangan oleh manusia. Sisa-sisa batang dan daun mangrove tesebut terlihat
membusuk karena terendam air ataupun karena adanya pelapukan yang menyediakan
nutrisi bagi makhluk hidup di sekitarnya termasuk bakteri. Berdasarkan hasil penelitian
dapat diketahui berbagai bakteri indigen dapat hidup di tanah mangrove. Sebanyak 16
isolat bakteri indogen berhasil diisolasi dan diamati ciri-ciri morfologi serta sifat
gramnya. Ciri-ciri morfologi koloni bakteri-bakteri indigen tersebut beragam, demikian
juga sifat gram yang dimiliki ada dua macam, yaitu gram positif dan gram negatif.
Keberagaman ciri-ciri morfologi koloni bakteri tersebut juga ditemukan pada isolat
bakteri yang berhasil diisolasi pada tanah mangrove di wilayah delta sungai Mahanadi
dan wilayah India (Behera et al., 2014; Kulkarni & Vedamurthy, 2015).
Keberagaman juga ditemukan pada bentuk sel pada masing-masing isolat
bakteri tersebut. Diantara 16 isolat bakteri indigen tersebut terdapat 1 isolat bakteri
coccus gram positif, 4 isolat bakteri coccus gram negatif, 4 isolat bakteri basil gram
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
294
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
positif, 6 isolat bakteri basil gram negatif dan 1 isolat bakteri cocobasil gram positif
(tabel 2). Bakteri gram negatif dan positif yang ditemukan tersebut belum diidentifikasi
dan perlu dilakukan kajian peranannya di lingkungan. Hasil isolasi bakteri di tanah
wilayah India didapatkan juga bakteri dengan sifat gram positif dan negatif (Kulkarni &
Vedamurthy, 2015) sehingga dapat diketahui terdapat kesamaan pada sifat gram
bakteri yang telah ditemukan di 2 wilayah tersebut.
Lingkungan mangrove Margomulyo Balikpapan kemungkinan dapat menjadi
habitat bagi berbagai macam bakteri karena suhu tanah berkisar antara 27oC-29oC,
suhu tanah ini masih memungkinkan bakteri yang bersifat Psychrofil dan mesophyl
untuk tumbuh (Steve, 2010; Microbial Gene Research & Resources Facility , Microbial
Gene Research & Resources Facility (MGRRF), 2008; University of Saint Louis, 1999;
Wibowo, 2000) sedangkan pH tanah tempat pengambilan sampel berkisar antara 4,55,5 yang berarti tanah bersifat asam. Isolat bakteri yang ditemukan mampu hidup pada
pH tanah yang asam sehingga kemungkinan besar bersifat asidofil (Steve, 2010).
Salinitas air adalah 3% sehingga air bersifat payau (
) masih memungkinkan
mikoorganisme yang memiliki kemampuan beradaptasi pada salinitas yang tinggi untuk
hidup (Steve, 2010) sehingga kemungkinan bakteri yang ditemukan adalah bakteri
yang memiliki ketahanan terhadap salinitas tinggi dan pH asam. Sedangkan menurut
Burke & Lenna (1930), bakteri yang berasal dari air tawar dapat meningkatkan
kemampuannya untuk beradaptasi pada lingkungan dengan kadar garam yang lebih
tinggi selama tersedia zat makanan untuk kehidupannya sehingga dari 16 isolat bakteri
yang ditemukan tersebut mungkin saja terdapat bakteri yang berasal dari air tawar
namun dapat menyesuaikan diri dengan kandungan garam yang lebih tinggi di air.
Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa jumlah isolat bakteri
yang bersifat gram negatif lebih banyak daripada yang bersifat gram positif. Bakteri
gram negatif lebih umum ditemukan pada daerah dengan kadar garam yang lebih
tinggi (Cabaj et al., 2006). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kemampuan bakteri
mempertahankan diri dari pengaruh luar. Bakteri gram negatif memiliki outter
membrane pada selubung selnya. Outter membrane ini membantu mengeluarkan zat
beracun dari dalam sel dan menstabilkan membran dalam (Silhavy et al., 2010;
Chatterjee, S, N & Chaudhuri. 2012).
Isolat bakteri yang ditemukan pada penelitian ini berjumlah 16 yang jumlahnya
relatif sedikit jika dibandingkan dengan yang ada di area mangrove Odisha, India
(Thatoi et al., 2012) dan Brazil (Ghizelini, 2012) padahal di area mangrove Brazil hanya
terdapat 6 spesies mangrove. Sedangkan jika dibandingkan dengan jumlah spesies
bakteri dari Pasuruan (Yahya dkk, 2014), jumlah isolat yang didapatkan dari penelitian
ini lebih banyak dan jumlah spesies mangrove di area mangrove Kraton, Pasuruan
hanya berjumlah 4 spesies. Jika dibandingkan dengan area mangrove Margomulyo
yang jumlah speies mangrovenya mencapai 14 spesies seharusnya jumlah bakteri
yang dapat hidup di area ini lebih banyak dari yang berada di Odisha, India dan di
Brazil karena jumlah bahan organik untuk pertumbuhan bakteri lebih banyak. Isolat
yang cenderung lebih sedikit ini karena sampel hanya diambil dari 1 area mangrove
dari beberapa wilayah mangrove di Balikpapan selain itu kemungkinan karena adanya
cemaran dari limbah rumah tangga dan industry yang masuk ke area mangrove
tersebut. Pengambilan sampel yang dilakukan di area Mangrove Margomulyo juga
tidak dilakukan pada area yang terendam air pasang pada saat pengambilan sampel
dikarenakan pertimbangan kemampuan dari peneliti.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
295
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian lanjut yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masing-masing isolat bakteri indigen dan peranan masing-masing
bakteri yang telah ditemukan tersebut terhadap lingkungan baik peranan positif
ataupun peranan negatif. Bakteri yang diketahui peranan positifnya dapat digunakan
untuk keperluan pada bidang lain, sedangkan yang berperanan negatif dapat dipelajari
lebih lanjut mengenai efeknya terhadap lingkungan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 16 isolat bakteri
indigen yang terdapat pada Area Mangrove Margomulyo Balikpapan. Isolat bakteri
yang telah berhasil diisolasi tersebut mempunyai ciri-ciri morfologi koloni yang
bervariasi, selain itu juga mempunyai perbedaan sifat gram ada yang bersifat gram
positif dan negatif.
Saran
a. Disarankan pada penelitian lanjutan, lokasi untuk pengambilan sampel tanah dapat
diperluas.
b. Disarankan pada penelitian lanjut dilakukan identifikasi masing-masing isolat bakteri
yang telah ditemukan.
c. Disarankan pada penelitian selanjutnya dilakukan pengkajian peranan bakteri yang
telah ditemukan tersebut terhadap lingkungan tanah mangrove.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. 2009. Luas Kawasan
MangrovePerkabupaten,(Online),(http://indonesia.wetlands.org/Portals/28/PDF/L
uas%20Kawasan%20Mangrove%20Per%20Kabupaten.pdf), diakses 1 Agustus
2016.
Behera, B.C. Parida, S. Duta, S.K & Thatoi, H.N 2014. Isolation and Identification of
Cellulose Degrading Bacteria from Mangrove Soil of Mahanadi River Delta and
Their Cellulase Production Ability. American Journal of Microbiological Research,
2(1): 41-46.
Burke, V & Lenna, A,B. 1930. Fate of Fresh Water Bacteria in the Sea, Jurnal Bacteriol
(Online), http://jb.asm.org, diakses 25 November 2016.
Cabaj, G. Katarzyna, P. Alicja, K & Julianna K. 2006. heterotrophic Bacteria from
Brackish Water of the Southern Baltic Sea: Biochemical and Molecular
Identification and : Characterisation. Oceanologia, 48(4):525-543.
Chantarasiri. A. 2015. Aquatic Bacillus cereus JD0404 Isolated from the Muddy
Sediments of Mangroves Swamps in Thailand and Chaaracterisation of Its
Cellulolytic Activity. Egyptian Journal of Aquatic Research, (41): 257-264.
Chatterjee, S, N & Chaudhuri. 2012. Outer Membrane Vesicles of Bacteria Chapter 2.
Gram-Negative Bacteria: The Cell Membranes, SpringerBriefs in Microbiology.
Conacher, C.A., O’Brien, C., Horrocko, J.L. and Kenyon, R.K. (1996). Litter production
and accumulation in stressed mangrove communities in the Embley river estuary,
North eastern Gulf of Carpentaria, Australia. Marine and Freshwater Resources,
47 : 737‐743.
Duke, N, C & Klaus, S. 2015. Mangroves: Unsual Forests at Seas Edge. Tropical
Forestry Handbook. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
296
Prosiding Seminar Nasional II Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran,
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 3 Desember 2016
Ghizelini, A, M. Leda, C, S,M, H & Andrew, A. 2012. Microbial Diversity in Brazilian
Mangrove Sediments-A Mini Review. Brazilian Journal of Microbiology, (2012):
1242-1254.
Gunavathy, P & Boominathan. 2015. Isolation and Molecular characterization of
Cellulase Producing Bacteria from Soil of Sacred Grove, Puducherry,India.
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences ,4(12): 584590.
Imbert, D & S. Menard. 1997. Vegetation Structure and Primary Production in
Mangroves of Baie de Fort-de-France Martinique, Biotropica, 29(4): 413-426.
Kandasamy, K & Brian, L, B. 2001. Biology of Mangroves and Mangrove Ecosystem,
Advances in Marine Biology, 40: 81-251.
Karuniastuti, N. 2013 Peranan Hutan Mangrove bagi Lingkungan Hidup. Forum
Manajemen,6(1).(Online),(http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/m1_Peranan_Hut
an_Nurhenu_K.pdf), diakses 25 Juni 2016.
Kristensen, E. Steven, B. Thorsten, D & Cyril, M. 2008. Organic Carbon Dynamics in
Mangrove Ecosystem: A Review. Aquatic Botany, 89: 201-219.
Kulkarni, A, G & Vedamurthy, A, B. 2015. Isolation and Characterization of Cellulolytic
Bacteria from Soil, International Journal of Environmental Biology, 5(3): 57-65.
Microbial Gene Research & Resources Facility (MGRRF). 2009. Module 2. Microbial
Physiology, (Online), http://trishul.sci.gu.edu.au/courses/bbs2710 /Module2.pdf,
diakses 25 Juni 2016
Setiawan, H. 2013. Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Ketebalan
(Ecological Status of Mangrove Forest at Various Thickness Levels). Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2): 104-120.
Silhavy, T,J. Daniel, K & Suzanne Walker. 2010. The Bacterial Cell Envelope. Cold
Spring Harb Perspectives in Biology, (online), www.cshperspectives.org, diakses
21 November 2016.
Steve.
2010.
Chapter
6.
Microbial
Growth,
(Online),
http://www.lamission.edu/lifesciences/lecturenote/mic20/chap06growth.pdf,
diakses 21 November 2016.
Thatoi, H. Bilash, C, B. Tushar, K. D & Rashmi, R, M. 2012. Microbial Biodiversity in
Mangrove Soils of Bhitarkanika, Odisha, India. International Journal of
Environmental Biology, 2(2): 50-58
Tomlimson, P, B. 1994. The Botany of Mangroves. Cambridge: Cambridge University
Press
University
of
Saint
Louis.
1999.
Introduction
to
Bacteria,
(Online),
http://www.umsl.edu/~microbes/introductiontobacteria.pdf
Vannucci, M. 2001. What is So Special About Mangroves? Braz. J. Biol, 61(4): 599-603
Wibowo, M. S. 2000. Faktor-Faktor yang Mempengaruni Pertumbuhan
Mikroorganisme,
(Online)
(http://download.fa.itb.ac.id/
filenya/Handout%20Kuliah/Mikrobiologi%20Farmasi%20STF/Faktorfaktor%20yang%20Mempengaruhi%20Pertumbuhan%20Mikroorganisme.pdf),
diakses 25 November 2016
Yahya, Happy, N. Yenny, R & Soemarno. 2014. Karakteristik Bakteri di Perairan
Mangrove Pesisir Kraton Pasuruan. Jurnal Ilmu Kelautan, 19(1): 35-42
“Menyiapkan Generasi Cerdas Berwawasan Lingkungan di Abad 21”
297
Download